APLIKASI PESTISIDA NABATI DARI DAUN PEPAYA TERHADAP

advertisement
1
APLIKASI PESTISIDA NABATI DARI DAUN PEPAYA
TERHADAP BELALANG PEDANG (Sexava spp)
Oleh :
Arinawati
Nim. 070 500 071
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
2
APLIKASI PESTISIDA NABATI DARI DAUN PEPAYA
TERHADAP BELALANG PEDANG (Sexava spp)
Oleh
ARINAWATI
NIM. 070.500.071
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: APLIKASI
PESTISIDA
NABATI
DARI
DAUN
PEPAYA TERHADAP BELALANG PEDANG (Sexava
spp)
Nama
: Arinawati
NIM
: 070.500.071
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Pengelolaan Hutan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Dosen Penguji,
Jamaluddin, SP, M.Si
NIP. 19720612 200112 1 003
Ir. Budi Winarni, M.Si
NIP. 19610914 199001 2 001
Mengesahkan,
Direktur,
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Wartomo, MP
NIP. 19631028 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal :
4
ABSTRAK
ARINAWATI, Aplikasi Pestisida Nabati dari Daun Pepaya terhadap
belalang pedang (Sexava spp) di bawah bimbingan Jamaluddin, SP, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pestisida nabati
dari daun pepaya yang tepat untuk mengendalikan hama belalang pedang.
Pengamatan dilakukan kurang lebih 2 minggu terhitung dari tanggal 21 Juni
sampai dengan 3 Juli 2010, mulai dari persiapan pengambilan data pertama
hingga pengambilan data terakhir. Penelitian ini dilaksanakan di areal kampus
tepatnya di laboratorium Agronomi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan, dengan taraf perlakuan aplikasi
pestisida nabati yaitu :
P1 : Pemberian ektrak daun pepaya 45 ml + 1000 ml air
P2 : pemberian ektrak daun pepaya 50 ml + 1000 ml air
P3 : pemberian ektrak daun pepaya 55 ml + 1000 ml air
P4 : pemberian ektrak daun pepaya 60 ml + 1000 ml air
P5 : pemberian ektrak daun pepaya 65 ml + 1000 ml air
Hasil yang di dapat dalam aplikasi ini adalah dengan dosis ekstrak daun pepaya
yang terbanyak (P5) tingkat kematian belalang pun sangat memuaskan dibanding
dengan dosis ektrak daun pepaya yang lebih kecil.
5
RIWAYAT HIDUP
ARINAWATI. Lahir pada tanggal 18 Februari 1990 di Samarinda,
Kalimantan Timur dan merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara pasangan bapak
Syahran dan ibu Yurita.
Pada tahun 1995 mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar SDN 061 di
Samarinda Kalimatan Timur dan lulus pada tahun 2001, setelah itu melajutkan ke
Sekolah Menengah Pertama SMP Tunas Kelapa Samarinda dan lulus pada tahun
2004, kemudian melanjudkan ke Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri
Samarinda dan lulus pada tahun 2007.
Pada tahun 2007 melanjudkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda, Jurusan Pengelolaan Hutan Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan. Pada tahun 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Perusahaan
Perkebunan PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk. Kecamatan Jempang
Kabupaten Kutai Barat Propinsi Kalimatan Timur.
6
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya, dan tidak lupa kita haturkan salawat dan salam kepada junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan secara penuh sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Karya Ilmiah ini.
2. Jamaluddin, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan laporan Karya
Ilmiah ini.
3.
Ir. Budi Winarni, M.Si selaku dosen penguji dan Ketua Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah memberikan dan saran kepada
penulis demi kesempurnaan laporan Karya Ilmiah ini.
4. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
yang telah banyak memberikan masukkan baik itu di dalam proses belajar
mengajar maupun di luar jam perkuliahan.
5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan
penyusunan laporan Karya Ilmiah ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, karena telah
memberikan sumbangsihnya terhadap terselesainya laporan Karya Ilmiah ini.
7
Penulis menyadari bahwa laporan karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, namun laporan ini merupakan karya tulis terbaik yang dapat penulis
sajikan pada kesempatan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
Kampus Sei Keledang
8
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vi
DAFTAR ISI .............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN.........................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
A. Pestisida Nabati........................................................................
B. Tanaman Pepaya ......................................................................
C. Belalang Sexava Spp ...............................................................
3
3
12
15
III.
METODE PENELITIAN ............................................................
A. Tempat dan Waktu ...................................................................
B. Alat dan Bahan.........................................................................
C. Prosedur Penelitian...................................................................
D. Pengambilan dan analisa data .................................................
18
18
18
19
20
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
A. Hasil .........................................................................................
B. Pembahasan..............................................................................
22
22
23
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran.........................................................................................
25
25
25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Pemotongan daun pepaya .....................................................................
29
2. Proses penghalusan daun pepaya .........................................................
29
3. Penyaringan estrak daun pepaya ..........................................................
30
4. Mengukur dosis Pestisida nabati..........................................................
30
5. Pencampuran estrak daun pepaya dengan air.......................................
31
6. Penyemprotan Pestisida nabati.............................................................
31
7. Banyaknya belalang yang mati P1 .......................................................
32
8. Banyaknya belalang yang mati P5 .......................................................
32
10
DAFTAR TABEL
Nomor
1. Jumlah dan persentasi kematian belalang ............................................
Halaman
23
11
I. PENDAHULUAN
Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis
oleh para petani dan pecinta tanaman untuk mencegah tanamannya dari
serangan hama, ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi
manusia dan lingkungan. Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)
tercatat bahwa di seluruh dunia terjadi keracunan pestisida antara 44.0002.000.000 orang setiap tahunnya (Anonim, 2000).
Dampak
negatif
dari
penggunaan
pestisida
sintetis
adalah
meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida (resistansi hama itu
sendiri), membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida
dan penggunaan yang kurang tepat dapat mengakibatkan keracunan bagi
manusia dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak stabil/tidak seimbang.
Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis,
mendorong berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan/pemanfaatan
pestisida nabati sebagai alternatif pengganti pestisida sintesis. Salah satu
pestisida nabati yang dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Selain
ramah lingkungan, pestisida nabati merupakan pestisida yang relatif aman
dalam penggunaannya dan ekonomis.
Keunggulan dari daun pepaya ini bila digunakan sebagai pestisida
nabati adalah tanamannya mudah didapat, zat yang terkandung dalam daun
pepaya dapat digunakan sebagai pestisida nabati, dan tanamannya bila
12
dibudidayakan tidak terla lu susah karena tanaman pepaya ini mudah tumbuh
dimana saja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pestisida nabati
dari daun pepaya yang tepat untuk mengendalikan hama belalang pedang.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi
kepada para petani dan pihak yang berkepentingan bahwa penggunaan
pestisida nabati yang dibuat dari daun pepaya dapat membasmi serangan
hama belalang pedang dengan ramah lingkungan.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida Nabati
Pestisida adalah zat yang dapat bersifat racun, menghambat
perkembangan/pertumbuhan, tingkah laku, perkembang biakan, kesehatan,
mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai
pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Pestisida
nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempuyai
kelompok metabolisme sekunder yang mengandung senyawa bio aktif.
(Kardinan, 2002).
Dijelaskan oleh (Kardinan, 2002), pengaruh atau daya kerja
pestisida nabati terhadap hama secara spesifik adalah sebagai berikut :
a. Mencegah hama memakan tanaman
b. Menghalau larva dan serangga
c. Mengganggu atau menghambat perkembangan telur, larva, pupa dan
serangga.
d. Mencegah terjadinya panggantian kulit larva atau nimfa.
e. Mengurangi produksi telur pada serangga betina.
f. Mengganggu perkawinan
g. Mengganggu komunikasi seksual
h. Mencegah serangga betina untuk bertelur
14
Beberapa teknik untuk menghasilkan pestisida nabati adalah sebagai
berikut:
a. Penggerusan, penumbukan, pembakaran dan pengepresan untuk
menghasilkan petisida nabati dalam bentuk tepung, abu dan pasta.
b. Rendaman untuk produk ekstak
c. Ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan
khusus oleh tenaga yang terampil dengan alat yang khusus
Menurut (Anonim, 2005), adapun tumbuhan penghasil pestisida
nabati adalah:
a. Kelompok tumbuhan sebagai insektisida nabati. Tumbuhan pengahasil
insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan
pestisida pengendali hama insecta.
b. kelompok tumbuhan sebagai pengikat (antraktan). Tumbuhan pemikat
atau antraktan menghasilkan suatu bahan kimia yang mempunyai
sexheromon pada serangga betina. Tumbuhan ini sebagai pengendali
lalat buah.
c. kelompok tumbuhan sebagai prodentisida nabati. Tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai pengendali tikus.
d. kelompok tumbuhan sebagai moluskisida nabati. Tumbuhan dapat
digunakan sebagai pengendali molusca.
e. kelompok tumbuhan sebagai pestisida yang serbaguna. Tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai pengendali beberapa jenis hama.
15
Kelebihan dari pestisida nabati menurut (Novizan, 2002), adalah :
a. penguraian yang cepat oleh sinar matahari, udara, kelembaban dan
dapat mengurangi resiko pencemaran tanah dan air.
b. Memiliki reaksi yang tergolong cepat dalam menghentikan nafsu makan
OPT, mencegah OPT merusak lebih banyak.
c. Toksisitas (daya racun) umumnya rendah terhadap mamalia, sehingga
relatif lebih aman bagi manusia dan hewan ternak.
d. Tidak merusak tanaman.
e. Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal terhadap
pestisida sintesis.
f. Bersifat selektif. Racun yang dihasilkan merupakan racun lambung dan
saraf, pengaruh pestisida nabati hanya terlihat pada serangga perusak
tanaman, sehingga terhadap serangga yang menguntungkan dampaknya
sangat kecil.
Kelemahan dari pestisida nabati dan hal-hal yang harus
dilakukan untuk mengatasinya menurut (Novizan, 2002) :
a. lebih sering dilakukan pengaplikasian, karena kurang selectif dalam
pengendalian hama. Residu yang cepat hilang dianggap kurang efektif.
Untuk menunjang keberhasilan pestisida nabati, siklus hidup dan masa
aktif hama sasaran perlu diketahui.
b. Beberapa jenis pestisida nabati bahkan lebih beracun dibandingkan
dengan pestisida sintesis. Karenanya, pada saat pengaplikasian pestisida
nabati, aturan keselamatan kerja harus tetap diperhatikan.
16
c. Bahan baku yang tidak mencukupi, kandungan metabolic sekunder
didalam bagian tanaman umumnya sangat kecil, sehingga untuk
mengumpulkannya dalam jumlah yang sangat besar diperlukan pasokan
bahan baku yang sangat besar pula.
d. Saat ini petani masih menginginkan pestisida yang pengaruhnya segera
terlihat mematikan hama, sehingga umumnya pengaruh pestisida nabati
baru terlihat setelah berhari- hari.
Tumbuhan sesungguhnya memiliki bahan-bahan kimia sebagai alat
pertahanan alami terhadap serangan organisme penggangu. Beberapa
tumbuhan yang mengandung senyawa sekunder menurut Novizan (2002) :
a. Bunga
krisan
(Chrysantbenum
cinerariaetolium)
yang
telah
dikeringkan mengandung piterum dan piretrin bekerja dengan cara
menggangu jaringan saraf serangga.
b. Tuba (Derris eliptica), rotenon yang terkandung diakar merupakan
penghambat respirasi sel, berdampak pada jaringan saraf dan sel otot
yang menyebabkan serangga berhenti makan.
c. Tembakau (Nicotinia tabacum), daun kering tembakau mengandung
nikotin 2 sampai 8%, kandungan terbesar terdapat pada ranting dan
tulang daun. Nikotin merupakan racun saraf bereaksi sangat cepat,
setelah beberapa hari racun nikotin akan cepat hilang oleh faktor alam,
sehingga tidak mampu melindungi tanaman dalam jangka waktu yang
lama. Nikotin dapat pula berpindah sebagai racun kontak untuk
mengendalikan beberapa jenis ulat perusak daun dan serangga
17
penghisap bertubuh lunak. Air rendaman daun tembakau sering dipakai
langsung untuk mengendalikan hama tanpa melalui proses ekstraksi
yang rumit. Walaupun tingkat racunnya lebih rendah, air rendaman
daun tembakau ini cukup beracun bagi serangga bertubuh lunak.
d. Nimba (Azadiracha indica), mengandung senyawa aktif azadirachtin
dan salanin menjadi bahan aktif sebagai pencegah makan serangga,
membuat serangga mandul karena dapat mengganggu hormon produksi
dan pertumbuhan serangga.
e. Lombok (Capsicum annuum L.), pestisida nabati lombok efektif untuk
mengendalikan beberapa jenis hama tanaman. Namun, harus diingat
bahwa dosis yang terlalu tinggi dapat menghanguskan tanaman
(terutama untuk tanaman sayuran).
f. Bawang Putih, pestisida bawang putih dapat berfungsi sebagai penolak
kehadiran serangga yang efektif.
g. Daun pepaya (Cacarica papaya L.), pestisida nabati daun pepaya
efektip untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap dan mengandung
bahan aktif Papain, papayotin, kautsyuk, karpain, karposit.
Oleh karena itu apabila kita dapat mengolah tumbuhan ini
sebagai
bahan
pestisida
memberikan
informasi
pengedalian
serangan
memanfaatkan
sumber
(Kardinan, 2001).
maka
kepada
akan
sangat
petani
membantu
untuk
hama
yang
ramah
daya
alam
yang
dalam
mengembangkan
lingkungan
terdapat
dengan
disekitarnya
18
1. Pestisida nabati dari daun pepaya
Daun pepaya (Cacarica papaya L.) mengandung berbagai macam
zat, antara lain (Anonim, 2000)
Vitamin A 18250 SI , vitamin B1 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79
kal, protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram, kalsium 353
mg, fosfor 63 mg, besi 0,8 mg, air 75,4 gram.
Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain, papayotin,
kautsyuk, karpain, karposit”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat,
belalang dan hama penghisap”. Secara umum pestisida nabati diartikan
sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhtumbuhan.
Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa
manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid,
rayap, hama kecil, belalang pedang dan ulat bulu serta berbagai jenis
serangga.
2. Cara pengendalikan dengan penggunaan pestisida nabati
Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian,
pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosanterobosan dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar
dari
permasalahan
dengan
tidak
melupakan
kepedulian
terhadap
lingkungan dan mengutamakan keberpihakan kepada petani.
Suatu alternatif pengendalian hama penyakit yang murah, praktis
dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan oleh negara
19
berkembang seperti Indonesia dengan kondisi petaninya memiliki modal
terbatas untuk membeli pestisida sintesis. Masalah produk pertanian,
khususnya produksi pangan, menjadi masalah yang sangat dilematis.
Di satu sisi, penggunaan pestisida, khususnya pestisida sintetis
sangat membantu peningkatan produktivitas hasil pertanian, walaupun
telah disadarin pula dampak negatif yang ditimbulkan tidak kecil. Namun
demikian, apabila penggunaan pestisida sintetis dihentikan secara drastis
maka dikhawatirkan produksi pertanian akan turun.
Oleh sebab itu, sudah tiba saatnya untuk memasyaratkan pestisida
nabati yang ramah lingkungan. Secara umum, pestisida nabati diartikan
sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.
Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan
yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis
pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) dialam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak
peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul
dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama
pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat
menghilang di alam.
Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan
aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan
untuk meninggalkan dan menganggap tabu pengguna pestisida sintesis,
20
tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar pengguna
tidak hanya tergantung kepada pestisida sintesis.
Tujuan lainnya adalah agar pengguna pestisida sintetis dapat
diminimalis sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkan pun
diharapkan dapat dikurangi pula. Pestisida daun pepaya efektif untuk
mengendalikan ulat, belalang dan hama pengisap. Secara aplikasi yang
pernah dilakukan dosis yang efektip 50-60 ml larutan ekstrak daun pepaya
(Anonim, 2000).
3. Keunggulan pestisida nabati
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari alam seperti tumbuhan. Adapun beberapa keunggulan dari
pestisida alami, antara lain:
a.
Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga
tidak mencemarkan lingkungan (ramah lingkungan).
b.
Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
c.
Dapat membunuh hama/ penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya,
tembakau, biji mahoni, dsb.
d.
Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman : orok-orok,
kotoran ayam
e.
Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk dijumpai bahkan tersedia
bibit secara gratis (ekonomis).
f.
Dosis yang digunakanpun tidak terlalu mengikat dan berisiko
dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur
21
tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen
dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang
digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga
terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam
dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman
sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan
teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu
sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur.
Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan
sesuai
dengan
karakteristik
dan
kondisi
ideal
tumbuh
untuk
tanamannya. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek
untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus
menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya
digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak terdapat hama
yang merusak tanaman).
22
B. Tanaman Pepaya
1. Klasifikasi botani tanaman
Menurut Rukmana (2001), tanaman pepaya dalam sistematik tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae ( tumbuh-tumbuhan )
Divisi
: Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisi
: Angiospermae ( berbiji tertutup )
Kelas
: Dicotyledonae ( biji berkeping dua )
Ordo
: Caricales
Famili
: Caricaeae
Spesies
: Cacarica papaya L.
2. Morfologi tanaman pepaya
a. Akar
Tanaman pepaya merupakan tanaman perdu yang dikatakan juga
tanaman semusim, namun dapat tumbuh setahun atau lebih. Pepaya
memiliki akar tunggang dan akar-akar cabang yang menyebar sekitar
60 – 150 cm atau lebih dari pusat batang tanaman.
b. Batang
Batang tanaman pepaya berbentuk bulat lurus berbuku-buku di
bagian dalamnya berongga dan tidak berkayu, ruas-ruas batang
merupakan tempat melekatnya tangkai daun yang panjang berbentuk
bulat dan berlubang.
23
c. Daun
Daun pepaya bertulang menjari dengan warna permukaan hijau tua
dan bagian bawah berwarna hijau muda.
d. Bunga
1). Bunga betina
Bunga betina memiliki ciri-ciri :
a). Daun bunga terdiri atas lima helai dan letaknya terlepas satu
sama lain.
b). Tidak memiliki benang sari.
c). Bakal buah berbentuk bulat atau bulat telur dan tepinya rata.
d). Bunga betina dapat menjadi buah bila diserbukan dengan
tepung sari bunga jantan dari tanaman lain.
e). Buah yang dihasilkan bunga betina bentuknya bulat atau bulat
telur dengan tepi yang rata.
2). Bunga jantan
Bunga jantan memiliki ciri-ciri :
a). Daun bunga berjumlah lima helai, letaknya saling melekat pada
bagian bawah sehingga berbentuk tabung, sedangkan bagian
atasnya saling terlepas seolah-olah mirip corong.
b). Benang sari terdapat 10 helai.
c). Tidak dapat menghasilkan buah, karena tidak memiliki bakal
buah dan putik.
24
3). Bunga sempurna
Bunga sempurna memiliki ciri-ciri :
a). Daun bunga lima helai, dibagian bawah saling melekat
membentuk tabung dan melekat sepajang ¾ dari bakal buah,
bagian ujungnya terlepas.
b). Bentuk bunga sempurna elongata mirip dengan bunga jantan,
tetapi ukurannya relatif besar dan panjang.
c). Bakal buah berbentuk panjang, mempunyai 5-10 helai daun
buah, namun ada pula yang kurang dari lima helai.
d). Benang sari memiliki 10 helai yang terdapat pada ujung tabung
sebelah dalam. Letak benang sari ini lima helai bertangkai
panjang melekat diantara dua bunga, dan lima helai bertangkai
pendek yang melekat pada bagian tengah dari daun bunga.
e). Bunga sempurna elongata me nghasilkan buah yang bentuknya
“pajang lonjong“.
e. Buah
Buah pepaya memiliki beraneka betuk ada yang berbentuk bulat
panjang, agak kurus dan beralur, ada yang berbentuk bulat pendek
tergantung dari varietasnya.
f. Biji
Biji buah pepaya berwarna hitam, bentuknya bergerigi dan
diselaputi lendir tipis.
25
g. Manfaat Tanaman Pepaya
Tanaman pepaya dikenal sebagai tanaman multiguna, karena
hampir seluruh bagian tanaman mulai dari akar hingga daun bermanfaat
bagi manusia maupun hewan. Tanaman pepaya dapat dimanfaatkan
sebagai makanan, minuman, obat, kecantikan maupun sebagai pakan
ternak. Berikut adalah berbagai penyakit yang bisa dikendalikan oleh
tanaman pepaya : tumit pecah-pecah, luka, panu, digigit serangga,
mengatasi ubanan sebelum waktunya, untuk melancarkan ASI, luka
bakar, untuk mengobati jerawat, susah buang air besar, mengobati
radang ginjal, sakit perut saat haid, untuk haid yang berlebihan,
mengobati panas dalam pada anak-anak, mengatasi influenza, rematik,
anemia, masuk angin dan untuk meningkatkan nafsu makan.
26
C. Belalang Pedang
Ada tiga (3) spesies Sexava spp yang biasa menyerang tanaman karet
dan kelapa yaitu Sexava coreacea Linnaeus, Sexava nubila Stal dan Sexava
karnyi Leemans. Sexava nubila Stal dan Sexava coreacea Linnaeus dua
spesies ini yang banyak menyebabkan kerusakan pada tanaman karet dan
kelapa.
Hama Sexava spp ini selain menyerang daun juga dapat merusak daun
tanaman karet dan kelapa sehingga secara langsung dapat menurunkan
produksi karet dan pada serangan berat dapat menyebabkan kematian
tanaman karet dan kelapa.
Hama Sexava spp menyebabkan kerusakan tanaman karet yang serius
di wilayah Indonesia Timur terutama di kepulauan Sangihe dan Taulud,
Sulawesi Utara, Maluku, Papua.
Berdasarkan program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan maka untuk pengendalian serangan hama Sexava spp pemerintah
telah menerapkan dan mengembangkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Penerapan PHT merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengendalikan
hama Sexava spp.
Dasar hukum penerapan dan pengembangan PHT adalah Instruksi
Presiden No. 3 tahun 1986 dan Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang
Budidaya Tanaman.
27
1. Morfologi belalang pedang
Pemahaman biologi dan ekologi hama Sexava spp sangat
diperlukan karena dapat membantu dalam penga mbilan keputusan untuk
melakukan pengendalian yang efektif dan efisien.
Dalam
perkembangannya
hama
Sexava
spp
mengalami
metamorfosis bertingkat terdiri 3 stadia yaitu telur, nimfa (serangga muda)
dan imago (serangga dewasa). Aktivitas makan dan reproduksi
kebanyakan dilakukan pada malam hari.
Imago biasanya mulai bertelur setelah berumur kurang lebih 1
bulan. Imago bertelur di dalam tanah di sekitar tanaman kelapa dan pohon
inang lainnya pada kedalaman 1-5 cm. Seekor betina dapat bertelur sekitar
50 butir. Siklus hidup dari telur sampai bertelur lagi kurang lebih 5 bulan.
a. Telur
Telur Sexava spp yang baru diletakkan sangat tipis kemudian
setelah umur 2 hari berbentuk seperti gabah panjang kurang lebih 12 mm,
lebar 2 mm. telur tua berukuran 13 mm dan lebar 3 mm. stadium telur
Sexava spp antara 45-50 hari.
b. Nimfa
Nimfa hama Sexava spp yang baru menetas berukuran panjang
kurang lebih 12 mm dan berwarna hijau atau hijau kemerahan. Stadium
nimfa berlangsung kurang lebih selama 70 hari. Nimfa yang baru menetas
biasanya akan langsung memanjat keatas tanaman kelapa atau tanaman
28
inang lainnya. Nimfa biasanya menetap pada pohon kelapa atau tanaman
inang lainnya sampai sayapnya tumbuh sempurna.
c. Imago
Imago Sexava spp biasanya berwarna hijau, coklat dan hijau
kecoklatan. Imago betina memiliki alat peletak telur (ovipositor) yang
berbentuk pedang sehingga hama ini disebut belalang pedang. Imago
betina panjang antara 9,5 – 10,5 cm dengan panjang ovipositornya antara
3-4,5 cm. imago jantan berukuran panjangant 6-9,5 cm. Imago jantan tidak
mempunyai ovipositor.
2. Gejala serangan hama belalang pedang
Nimfa dan imago hama Sexava spp memakan daun tanaman karet
dari pinggir, meninggalkan bekas gigitan yang tidak rata. Pada serangan
berat yang tertinggal ha nya tulang daunnya saja, sehingga tanaman karet
tidak dapat berkembang dengan sempurna ( Anonim, 2000).
29
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan selama 2 minggu yang dimulai pada tanggal
21 Juni 2010 sampai dengan 3 Juli 2010 di Laboratorium Agronomi
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulangi, terhitung sejak
persiapan sampai dengan pengamatan dan pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas Ukur digunakan untuk mengukur air.
b. Blender digunakan untuk menghaluskan daun pepaya
c. Sendok untuk mengaduk deterjen
d. Saringan digunakan untuk memisahkan ampas dan estrak daun pepaya
e. Hand sprayer (alat semprot tangan) digunakan untuk menyemprotkan
pestisida nabati dari daun pepaya.
f. Alat tulis- menulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
g. Kalkulator digunakan untuk menghitung.
h. Kamera digital digunakan untuk dokumentasi.
i.
Pisau untuk memotong daun pepaya.
j. Jaring
30
2. Bahan
a. Air digunakan untuk menghaluskan daun pepaya dan mengencerkan
estrak pestisida nabati. Air yang digunakan untuk menghaluskan daun
pepaya sebanyak ± 500 ml/1kg daun pepaya.
b. Detergen ini digunakan sebagai bahan perekat estrak daun pepaya.
c. Belalang
d. Daun pepaya yang digunakan sebagai estrak daun pepaya sebanyak ±
1 kg.
C. Prosedur Penelitian.
1. Persiapan ektrak daun pepaya
a. Daun pepaya dikumpulkan sebanyak ± 1 kg, dipotong-potong,
dimasukan dalam belender dan dicampur air sebanyak ± 500 ml agar
mudah menghaluskan daun pepaya lalu disaring agar kotoran ektrak
daun pepaya terpisah dengan sari ekstrak.
b. Dicampurkan detergen ke botol pestisida nabati sebanyak 50 g sebagai
perekat pestisida nabati.
c. Aplikasih ini dilakukan dengan 5 Perlakuan yaitu dengan dosis
perlakuan
P1 : Pemberian ektrak daun pepaya 45 ml + 1000 ml air
P2 : Pemberian ektrak daun pepaya 50 ml + 1000 ml air
P3 : Pemberian ektrak daun pepaya 55 ml + 1000 ml air
P4 : Pemberian ektrak daun pepaya 60 ml + 1000 ml air
P5 : Pemberian ektrak daun pepaya 65 ml + 1000 ml air
31
2. Persiapan hama belalang.
Hama belalang sebagai obyek penelitian didapatkan dengan cara ditangkap
masing- masing dalam keadaan hidup dan sehat sebanyak 50 ekor.
Belalang-belalang tersebut selanjutnya dipisahkan menjadi 5 kelompok
sehingga masing- masing kelompok terdiri dari 10 ekor.
Pemisahan kelompok belalang tersebut dilakukan secara acak
tanpa memilah- milah berdasarkan ukuran atau kriteria lainnya. Masingmasing kelompok belalang tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam
losbayangan.
3. Penyemprotan ektrak daun pepaya
Pestisida nabati yang telah berupa ekstrak daun pepaya kemudian
diukur sesuai dengan kebutuhan perlakuan untuk selanjutnya dipisahkan
dalam masing- masing hand sprayer sesuai perlakukan pene litian.
Pemisahan ini dimaksudkan agar tidak terjadi kontaminasi atau
pencampuran antar dosis perlakuan P1 (45 ml), P2 (50 ml), P3 (55 ml), P4
(60 ml) dan P5 (65 ml) yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam
aplikasi pestisida terhadap belalang ya ng akan dicoba.
4. Pengamatan
Menghitung dan mencatat setiap belalang yang mati setiap
jamnya untuk masing- masing konsentrasi hingga batas maksimal.
32
D. Pengambilan dan Analisa Data
Dua hal penting yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu
presentase belalang yang mati untuk setiap jenis perlakukan dan kecepatan
daya mematikan dari ektrak daun pepaya yang diamati terhadap belalang
berdasarkan perhitungan waktu selama 12 jam pengamatan.
Perhitungan atau pengolahan data untuk mengetahui persentase belalang
yang mati setelah aplikasi pestisida adalah menggunakan persamaan sebagai
berikut :
P=
=
? BM ? 100%
?B
Keterangan :
P
= Persentase kematian
? BM = Jumlah belalang yang mati
? B
= Jumlah belalang awal masing- masing perlakukan.
Sedangkan untuk menghitung tingkat daya serang pestisida dilakukan dengan
menghitung langsung jumlah belalang yang mati setiap jam sampai dengan 12
jam pengamatan.
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi pestisida nabati ekstrak daun
pepaya ke belalang menujukkan bahwa perlakuan 65 ml (P5) memberikan
hasil yang sangat baik, 60 ml (P4) dan 55 ml (P3) memberikan hasil cukup
baik sedangkan 50 ml (P2) dan 45 ml (P1) memberikan hasil yang kurang
memuaskan.
Perlakuan P5 yaitu dengan aplikasi ekstrak daun pepaya 65 ml + 1000 ml
air, lebih cepat membunuh belalang dalam jangka waktu 4 jam.
Tabel 1. Persentase kematian dari masing- masing perlakuan.
Jam pengamatan setelah pemberian
Perlakuan
?
%
4
6
8
12
45 ml (P1)
-
-
1
1
2
20
50 ml (P2)
-
-
1
2
3
30
55 ml (P3)
-
1
1
3
5
50
60 ml (P4)
-
1
2
3
6
60
65 ml (P5)
1
2
3
4
10
100
Sedangkan hasil yang terburuk ditujukan oleh P1 yaitu dengan aplikasi
ekstrak daun pepaya 45 ml + 1000 ml air, memerlukan waktu yang lebih lama
untuk membunuh semua belalang yaitu dalam waktu 12 jam.
34
B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan aplikasi pestisida nabati ekstrak daun pepaya
dengan perbandingan 65 ml + 1000 ml air (P5) sangat baik dari pada 60 ml
(P4), 55 ml (P3), 50 ml (P2) dan 45 ml (P1).
Adapun kandungan bahan aktif yang terdapat pada daun pepaya (Carica
papaya L.) ini termaksud dalam kelompok metabolisme sekunder yang
mengandung senyawa bio aktif daun pepaya (Anonim, 2000), antara lain
Daun pepaya mengandung bahan aktif “ Papain, papayotin, kautsyuk,
karpain, dan karposit”, bahan aktif ini merupakan racun kontak yang berkerja
sebagai racun saraf terhadap serangga dan berkerja cepat, menimbulkan gejala
kelumpuhan dan akhirnya menyebabkan kematian.
Ditambahkan oleh Anonim (2008), Papain pengaruhnya sangat cepat
terhadap serangga-serangga yang sedang terbang sehingga mengakibatkan
otot-otot menjadi paralisis (kejang atau kaku), akhirnya serangga bisa lumpuh
dan tidak bisa bergerak lagi atau terbang dan mengakibatkan kematian, karena
bahan aktif ekstrak daun pepaya merusak sistem saraf pusat serangga sehingga
mengakibatkan sel-sel dalam tubuh serangga tidak berfungsi atau berkerja
dengan baik.
Hal ini didukung oleh Widyaningsih, (1997), yang menyatakan bahwa
organisme pengganggu tanaman hanya dapat dikendalikan bila terdapat bahan
aktif pestisida dalam jumlah yang cukup untuk mematikan hama. Selanjutnya
Kardinan (2002), menyebutkan bahwa bahan kandungan aktif pada daun
35
pepaya berupa senyawa yang digunakan sebagai insektisida. Untuk saat ini
tanaman pepaya sangatlah mudah untuk didapatkan di sekitar kita.
Meskipun tanaman pepaya mudah didapatkan, dan bisa tumbuh liar di
lingkungan kita, kita harus tetap membudidayakan tanaman pepaya ini dengan
baik karena tanpa dibudidaya dengan baik kita akan kesulitan mendapatkan
kualitas tanaman pepaya yang baik. Pestisida nabati diduga merupakan salah
satu solusi pengganti pestisida kimia yang bisa merusak lingkungan pertanian
dan membahayakan para petani.
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Perlakuan P5 (65 ml + 1000 ml air) memberikan hasil lebih cepat membunuh
belalang dalam waktu 4 jam telah ada belalang yang mati dan jumlah belalang
yang mati lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain
2. Semakin banyak daun pepaya yang digunakan sebagai bahan pembuatan
pestisida nabati akan semakin banyak dan cepat dalam membunuh belalang.
B. Saran
Untuk membantu membasmi dan memberantas hama belalang para petani bisa
menggunakan pestisida nabati dari daun pepaya ini karena dapat membunuh
belalang pedang.
Perlu diadakan penelitian
lebih lanjut tentang pestisida nabati dari daun
pepaya ini agar didapatkan dosis yang lebih tepat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Manfaat Pestisida Nabati, Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Anonim, 2008. Program Nasional Pelatihan dan Pengebangan Pengendaliaan
Hama Terpadu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Cahyono, B. 1998. Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Kanisius. Jogjakarta.
Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penerbit Penerbar
Swadaya. Jakarta.
Kardinan, A. 2001. Macam- macam Tanaman Pestisida Nabati, Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Kardinan, A. 2002. Pengertian Pestisida Nabati . Penebar Suadaya. Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Prajnanta, F. 2002. Kiat Sukses Bertanam Cabai Dimusin Hujan. Peneber
Suadaya. Jakarta
Rukmana. R, 2001. Budidaya pepaya dan paska panen. Kanisius, Yokyakarta.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Kanisius. Jogjakarta.
Widyaningsih, S. 1997. Pengendalian Hama Tanaman Pangan. CV. Aneka. Solo.
Widianto, 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Suadaya. Jakarta.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Pemotongan daun pepaya.
Lampiran 2. Proses penghalusan daun pepaya
40
Lampiran 3. Penyaringan ekstrak daun pepaya
Lampiran 4. Mengukur dosis pesnap
41
Lampiran 5. Pencampuran ekstrak daun pepaya dan air
Lampiran 6. Penyemprotan pestisida nabati
42
Lampiran 7. Banyaknya belalang yang mati P1
Lampiran 8. Banyaknya belalang yang mati P5
Download