kata pengantar - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan
mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa
Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik
Indonesia No. 01, Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pada
pasal 1 dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan
pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.
BPK merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good
corporate & good governance dengan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Kedudukan BPK sebagai lembaga negara yang bebas dan mandiri dipertegas
dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP MPRRI) Nomor: X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR-RI oleh
lembaga- lembaga tinggi negara pada Sidang Tahunan MPR-RI tahun 2001 dan
Nomor: VI/MPR/2002 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR-RI lembaga tinggi
negara pada sidang tahunan MPR-RI tahun 2002. Isi ketetapan itu, antara lain
Universitas Sumatera Utara
menegaskan kembali kedudukan BPK-RI sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa
eksternal keuangan negara. Di samping itu, peranannya yang bebas dan mandiri
perlu lebih dimantapkan posisinya.
Saat ini keberadaan BPK ditetapkan dengan UU Nomor 15, Tahun 2006
tentang BPK menggantikan UU Nomor 5, Tahun 1973. Sejalan dengan ditetapkannya
undang- undang tersebut, beban dan tanggungjawab yang dihadapi BPK akan
semakin besar. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara memerlukan
suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Selama tahun 2010 sebanyak 24 auditor yang bekerja BPK-RI sudah dijatuhi
sanksi. Sanksi ini diberikan atas berbagai pelanggaran, dari tindakan indisipliner
sampai pelanggaran kode etik. Para auditor itu diberi sanksi ringan, sedang, dan berat,
kebanyakan sanksi ini diberikan atas pelanggaran disiplin pegawai BPK. Kendati
demikian, ada juga yang karena auditor BPK menerima imbalan dari pihak yang
diperiksa. (sumber : http://bataviase.co.id/node/266341)
Dalam kaitan sebagai pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara,
auditor BPK dalam melaksanakan tugasnya perlu dilandasi dengan sikap, etika, dan
moral yang baik sehingga auditor dapat menjalankan tugas dan kewajibannya
secara objektif.
Auditor membutuhkan pandangan yang luas serta pemahaman terhadap proses
manajerial dan yang berkaitan dengan manusia, yang mendasari fungsi auditor.
seorang auditor dalam melakukan audit membutuhkan pendekatan holistik yang
Universitas Sumatera Utara
menyadari bahwa pimpinan dan pihak yang diaudit merupakan pribadi yang
kompleks yang berjuang dalam lingkungan yang menghasilkan berbagai macam
tekanan profesional. Oleh karena itu, seorang auditor harus bertindak profesional
dalam segala hal, agar seorang auditor tidak dipandang negatif yang tidak dapat
diduga tingkah laku dan tabiatnya.
BPK-RI sebagai lembaga yang memiliki tugas dan kewenangan dalam bidang
pemeriksaan keuangan negara harus selalu meningkatkan profesionalisme auditornya
agar kualitas dan opini audit atas laporan keuangan pemerintah dapat terjaga dengan
baik.
Guna menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsi,
sangatlah diperlukan kinerja auditor BPK-RI yang baik dan berkualitas. Sebagaimana
yang direkomendasikan dalam TAP MPR-RI No. VI/MPR/2002, yaitu perlunya
peningkatan kinerja BPK-RI dengan dukungan kualitas dan kuantitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memadai, disertai moral yang tinggi dengan dilengkapi
anggaran, sarana dan prasarana yang memadai.
Dengan kinerja yang baik dan
berkualitas ini diharapkan penanganan setiap penyimpangan penggunaan anggaran
akan dapat diminimalisir, sehingga pelaksanaan penggunaan anggaran untuk
pembangunan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh
UUD 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Auditor BPK harus memiliki sikap mental dan etika serta tanggung jawab
profesi yang tinggi, sehingga kualitas hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan
dan dapat digunakan untuk membantu terwujudnya perkembangan lembaga yang
Universitas Sumatera Utara
wajar dan sehat. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang baik yang
tercermin dari kejujuran, obyektivitas, ketekunan dan loyalitasnya kepada profesi.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dari
usulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Sejauh mana pengaruh profesionalisme dan etika profesi terhadap kinerja
auditor BPK-RI ?
2.
Sejauh mana pengaruh loyalitas auditor terhadap profesionalisme auditor BPKRI?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan adalah:
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profesionalisme dan etika
profesi dengan kinerja Auditor BPK-RI.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh loyalitas auditor dengan
profesionalisme Auditor BPK-RI.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait antara lain :
1.
Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap peningkatan kinerja auditor,
terutama di lingkungan BPK-RI.
2.
Untuk menambah studi kepustakaan dan memperkaya penelitian ilmiah di
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi
Ilmu Manajemen.
3.
Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor.
4.
Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti dalam
bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya mengenai kinerja
auditor.
I.5. Kerangka Berpikir
Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa, Pencapaiaan
hasil kerja baik secara kuantitas maupun secara kualitas tentunya memerlukan
karyawan yang memiliki profesionalisme yang tinggi.
Gouzali (2000) menyatakan bahwa, kinerja karyawan dipengaruhi oleh
profesionalisme
dan
motivasi
kerja
merupakan
kemauan
individu
untuk
menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada
Universitas Sumatera Utara
individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan
akan sulit.
Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004) menyatakan bahwa, Rumusan yang
dikenal dengan rumusan Komisi Hutchins menegaskan bahwa dalam melaksanakan
tugas profesional memiliki kebebasan, namun sertamerta
dibarengi dengan
tanggungjawab sosial. Kepentingan berbagai pihak dan hubungan kemitraan adalah
suatu keniscayaan dan oleh
karena itu perlu dibangun hubungan yang saling
menguntungkan (simbiosis mutualistik) dalam rangka meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja. Secara khusus dalam kaitan penilaian kinerja, aspek kesadaran
terhadap etika profesi merupakan hal yang sangat penting dalam profesi. Dengan
adanya kesadaran terhadap etika tersebut, maka pedoman kerja akan selalu mengacu
pada kode etik dan etika ilmiah.
Menurut Murtanto dan Marini (2003) etika profesi merupakan karakteristik
suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi
untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.
BPK-RI dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemeriksa eksternal
keuangan Negara, membuat ketentuan-ketentaun atau pedoman yang harus dipatuhi
sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
No.14/SK/K/1975 dan No.21/SK/K/1981 tentang Sapta Prasetya Jati Pemeriksa
Keuangan dan Ikrar Pemeriksa yang merupakan etika profesi atau kode etik
pemeriksa yang harus dipatuhi oleh semua auditor yang berada dilingkungan BPK-RI
dalam menjalankan tugasnya. Etika Profesi ini merupakan landasan etika atau moral
Universitas Sumatera Utara
yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor. Pemahaman etika ini
tentunya akan mengarahkan sikap, tingkah laku dan perbuatan auditor-auditor BPK
RI dalam mencapai hasil yang lebih baik, sesuai dengan Visi dan Misi BPK RI yaitu
mewujudkan diri menjadi auditor eksternal keuangan Negara yang bebas dan mandiri,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Auditor wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku,
menyimpan rahasia jabatan, menjaga semangat dan suasana kerja yang baik. BPK
telah membuat pedoman bagi para auditornya berupa Kode Etik BPK-RI, yaitu
norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan pemeriksa dalam
menjalankan tugasnya, yang ditetapkan melalui Peraturan No. 2, Tahun 2007 tentang
Kode Etik BPK-RI.
Hasibuan (2002) menyatakan bahwa, Loyalitas profesi tidak lain adalah
atribut bagi seorang karyawan yang setia pada profesinya dengan terus belajar dan
menerapkan kompetensinya sehingga memberikan nilai tambah bukan hanya pada
diri sendiri tapi bagi lingkungan dimana pun dia berada.
Selanjutnya Hamid (2003) menyatakan bahwa, Karyawan yang profesional
dapat diartikan sebagai sebuah pandangan untuk selalu perpikir, kerja keras, bekerja
sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk
keberhasilan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
Loyalitas
Profesionalisme
Kinerja Auditor
Etika Profesi
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir
I.6. Hipotesis
1.
Profesionalisme dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja Auditor BPKRI.
2.
Loyalitas auditor berpengaruh terhadap profesionalisme Auditor BPK-RI.
Universitas Sumatera Utara
Download