peranan peradilan pertanahan dalam penyelesaian

advertisement
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....133
PERANAN PERADILAN PERTANAHAN DALAM PENYELESAIAN
DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN
M. Aulia Reza Utama
Pengadilan Negeri Kota Banjarbaru
E-mail: [email protected]
Abstract :
This thesis is a normative approach to the study of legislation concerning the Judiciary, the role of
land In dispute settlement of land, a large number of cases of land disputes that occur in Indonesia is
not able to be solved completely by the national judicial Institute. This resulted in a protracted land dispute and the absence of legal certainty over the status of land ownership. The ruling
of the inkracht (consisting of a fixed law) one case may take many years. This adds a load of time
and power apparatus of land in litigants in court which can interfere with the smooth running of the
Ministry of lands to the community. Then the judicial basis of the simple, fast and lightweight fee has not
yet been realized.
In accordance with the philosophy and the Constitution and based on the legal concept of
indigenous BAL, diperkukan Special Court for settlement of land sengekta land in Indonesia. Through
the Special Court of Justice function of land, can be more instrumental in supporting economic
development, so that in the end can improve the welfare of the nation of Indonesia. The verdict, issued
by a Special Court of landwill further give legal certainty and fairness as well as more beneficial to the
partiesto the dispute, the community and the Countries with permanent megacu on the principle
of settlement and costs that are as efficient as possible and the completion ofa short time.
Keywords: The Role Of The Judiciary, Land, Land Disputes
Abstrak :
Tesis ini adalah penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan mengenai, Peranan
Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Sejumlah besar kasus sengketa tanah
yang terjadi di Indonesia tidak mampu diselesaikan dengan tuntas oleh lembaga peradilan nasional. Ini
mengakibatkan sengketa pertanahan yang berlarut-larut dan tidak adanya kepastian hukum atas status
kepemilikan tanah. Putusan inkracht (berkekuatan hukum tetap) satu kasus dapat memakan waktu
bertahun-tahun lamanya. Hal ini menambah beban waktu dan tenaga aparat pertanahan dalam
berperkara di pengadilan yang dapat mengganggu kelancaran pelayanan pertanahan kepada
masyarakat. Maka asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan belum terwujud.
Sesuai dengan filosofi dan UUD 1945 dan berdasarkan atas UUPA yang berkonsep hukum adat,
diperkukan pengadilan khusus pertanahan untuk penyelesaian sengekta pertanahan di Indonesia. Melalui
pengadilan khusus pertanahan, fungsi badan peradilan dapat lebih berperan dalam menunjang
pembangunan ekonomi, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Putusan yang dikeluarkan oleh pengadilan khusus pertanahan akan lebih memberi kepastian hukum dan
keadilan serta lebih bermanfaat bagi para pihak yang bersengketa, masyarakat dan Negara dengan tetap
megacu pada prinsip penyelesaian dengan biaya yang seefisien mungkin serta penyelesaian dalam waktu
yang singkat..
Kata kunci: Peranan, Peradilan Pertanahan, Sengketa Pertanahan
134 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
Selain itu, otonomi
PENDAHULUAN
Konflik agraria dan sengketa pertanah-
strategi
pemberdayaan
pemerintah
masyarakat
penjuru yang memicu konflik sosial lebih
kewenangan pemerintah pusat dan daerah.
luas. Masalah pertanahan bersifat multi-
Yang paling pokok, hingga kini belum ada
dimensi dan kompleks sebab aspek sosial,
produk legislasi, regulasi, dan institusi
ekonomi, ekologi, politik, dan pertahanan
khusus yang berwenang menangani dan
keamanan saling berhubungan satu dengan
menyelesaikan konflik pertanahan secara
yang lain.
komprehensif.
konflik
dan
memicu
dan
an di negeri ini merebak di segala sektor dan
Maraknya
juga
daerah tanpa
ketegangan
sengketa
Perlu reorientasi politik dan kebijakan
pertanahan belum bisa diselesaikan regulasi
agraria nasional. Orientasi pembangunan
dan institusi yang ada. Penyebab utamanya,
perlu diarahkan kepada paradigma dan
ketimpangan penguasaan, pemilikan, peng-
praktik pembangunan ekonomi populis dan
gunaan dan pemanfaatan tanah, serta keka-
demokratis yang mengutamakan semangat
yaan alam lain sehingga lahirlah rasa
gotong royong berdasarkan Pancasila dan
ketidakadilan dan ketakpastian hukum di
konstitusi. Politik agraria nasional harus
masyarakat. Orientasi politik agraria nasio-
dijauhkan dari kapitalisme dan neoliberalis-
nal pun cenderung memihak pemodal besar
me.
dan meminggirkan rakyat kecil. Peraturan
menempatkan rakyat sebagai tuan di atas
perundang-undangan keagrariaan bersifat
tanahnya sendiri.
sektoral, tak sinkron, dan tak harmonis
Politik
Pada
agraria
aspek
nasional
peraturan
harus
perundang-
sehingga terjadi tumpang-tindih regulasi.
undangan, perlu dikaji ulang dan penataan
Birokrasi pemerintah pengelola keagrariaan
menyeluruh dengan merujuk nilai-nilai dasar
pun cenderung ego-sektoral, tak terkoordi-
Pancasila, UUD 1945 (Pasal 33 Ayat 3), dan
nasi dengan solid dan sinergis.1
UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar
1
Data direktori putusan Mahkamah Agung dari
sejumlah putusan kasasi dan peninjauan kembali yang
terunggah dan dapat diunduh data putusannya,
menunjukkan bahwa sengketa pertanahan termasuk
sengketa yang prosentasenya cukup besar. Dari sekitar
12.847 putusan perdata umum yang diunggah oleh
Mahkamah Agung, tercatat 44% perkaranya adalah
tergolong dalam jenis sengketa pertanahan. Prosentase
sengketa pertanahan dalam lingkup sengketa tata usaha
negara yang ditangani oleh Kamar Tata Usaha Negara
Mahkamah Agung cukup signifikan jumlahnya, tercata
1.126 putusan yang telah diunggah sehingga prosentase
perkara
pertanahan
berkisar
di
angka
59,8%.Lihat,http//www.direktorimahkamahagung.go.id.
Diakses Tanggal 27 Mei 2016
Pokok-pokok
hendaknya
Agraria.
membentuk
Presiden
”satgas”
yang
mengkaji ulang seluruh peraturan perundang
-undangan terkait tanah dan kekayaan alam
yang melibatkan instansi terkait dibantu
pakar dan LSM yang kompeten. Pembentukan mekanisme dan kelembagaan untuk
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....135
menangani konflik dan sengketa pertanahan
penguasaan dan penggunaan tanah rakyat
harus dilandasi dasar hukum yang kokoh.
dipadukan, khususnya masyarakat adat dan
Birokrasi keagrariaan pemerintah pun
lokal.
Ruang mediasi
dan mekanisme
perlu direnovasi. Kewenangan BPN diper-
resolusi konflik alternatif perlu dibuka.
kuat dan diperluas, disertai pembenahan
Penyelesaian masalah pertanahan mengede-
birokrasi dan peningkatan kualitas komit-
pankan kebersamaan yang menguntungkan
men aparaturnya. Semua kementerian terkait
semua pihak secara adil dan berkepastian
yang membidangi pertanahan, pertanian,
hukum.
perkebunan, kehutanan, pertambangan, ke-
Mengingat kompleksitas permasalahan
lautan, dan pesisir diarahkan ke satu
pertanahan dan keterbatasan kapasitas dan
kebijakan strategis nasional. Lebih mantap
respons kelembagaan yang ada, di sinilah
jika dibentuk ”Kementerian Koordinator
relevansi menghadirkan peradilan khusus
Agraria
yang
keagrariaan. Kini saatnya merintis pemben-
mengonsolidasikan kementerian terkait me-
tukan pengadilan pertanahan di bawah
nuju efektivitas politik dan kebijakan agraria
peradilan umum di lingkungan Mahkamah
baru.
Agung. Pengadilan pertanahan ini diisi para
dan
Pengelolaan
SDA”
Tak kalah penting, penataan ulang
hakim dan aparatus yang terdidik dan
otonomi daerah. Kewenangan pemerintah di
terlatih khusus untuk menangani perkara
bidang pertanahan yang dimiliki pemerintah
keagrariaan yang kompleks dan multi-
pusat
dimensi.
untuk
menjaga
integritas
NKRI
ditegaskan sambil menata arah kebijakan
Sistem hukum Indonesia menganut
desentralisasi yang lebih terintegrasi. Pem-
duality of jurisdiction dalam penanganan
bagian kewenangan di bidang pertanahan
sengketa sebagaimana lazimnya negara yang
antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabu-
bertradisi
hukum
Civil
paten/kota diperjelas dan dijalankan secara
termasuk
dalam
penanganan
konsisten.
pertanahan.2 Dengan adanya pembedaan
Terkait kelembagaan, tak terelakkan
yurisdiksi
maka
Law
sengketa
System,
sengketa
pertanahan
diperlukan pembentukan kelembagaan khu-
memiliki dua jalur penyelesaian yaitu
sus untuk menangani dan menyelesaikan
peradilan umum yang mana objectumlitis
konflik dan sengketa pertanahan secara
menyangkut hak atau kepemilikan tanah,
tuntas, utuh, dan menyeluruh. Paradigma-
sedangkan penyelesaian sengketa pertanah-
nya: hukum progresif dan keadilan transi-
an melalui Peradilan Tata Usaha Negara
sional. Pendekatannya, sosial dan budaya
dilakukan apabila terkait dengan cacat
yang mengakomodasi kebinekaan sistem
2
Ibid
136 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
administrasi
penertiban
atau
keabsahan
sertipikat
hak
prosedur
atas
tanah.
komprehensif sehingga dapat menjawab
permasalahan
hukum
Terhadap penyelesaian sengketa melalui dua
upaya
dapat
jalur peradilan ini, salah satu hambatan yang
dengan menguatkan mekanisme penyelesai-
muncul adalah seringkali sulitnya eksekusi
an sengketa diluar pengadilan dan penye-
putusan pengadilan dalam hal terdapat
lesaian sengketa pertanahan melalui penga-
putusan pengadilan perdata, pidana dan tata
dilan khusus pertanahan.
yang
diatas.
Beberapa
ditempuh
misalnya
usaha negara dari Pengadilan Negeri atau
Mengenai upaya penyelesaian sengketa
Pengadilan Tata Usaha Negara sampai
pertanahan di luar pengadilan, seringkali
dengan kasasi atau bahkan peninjauan
menemui jalan buntu dan putusan melalui
kembali yang tidak konsisten satu sama lain
pengadilan malahan menjadi pemicu perma-
terhadap satu objek sengketa yang sama.
salahan baru,3 maka Peneliti disini tertarik
Dari gambaran diatas menunjukkan bahwa
untuk
putusan
mengenai
pengadilan
yang
seharusnya
mengangkat
sebuah
pentingnya
judul
dibentuk
tesis
sebuah
menyelesaikan sengketa terkadang malah
lembaga peradilan khusus pertanahan, dan
bisa menjadi sumber permasalahan hukum
bagaimana konsep peradilan yang sesuai
baru, yaitu permasalahan yang oleh Badan
sehingga dapat menyelesaikan kasus kasus
Pertanahan
sebagai
pertanahan yang terjadi di Indonesia, tanpa
perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
mengindahkan rasa keadilan dan perkese-
kepentigan
badan
suaian dengan konsep penegakan hukum,
peradilan yang berkaitan dengan subjek atau
adapun judul yang akan peneliti angkat kali
objek hak atas tanah atau mengenai prosedur
ini
penerbitan hak atas tanah tertentu.
PERTANAHAN DALAM PENYELESAI-
Alasan
Nasional
disebut
mengenai
Kantor
putusan
Pertanahan
selaku
adalah;
“PERANAN
PERADILAN
AN SENGKETA PERTANAHAN”
tergugat/termohon eksekusi yang menyata-
Apa yang melatar belakangi pentingnya
kan tidak atau belum dapat melaksanakan
dibentuk Peradilan Pertanahan di Indonesia?
putusan pengadilan tata usaha negara yang
Apakah Peradilan Pertanahan dapat membe-
berkekuatan
rikan kepastian Hukum untuk menyelesai-
hukum
tetap
dikarenakan
putusan dianggap tidak sinkron dengan
kan kasus pertanahan di Indonesia?
putusan pengadilan negeri.
Berdasarkan
pada
gambaran
pola
penyelesaian sengketa diatas beserta segala
permasalahannya, perlu dirancang pola atau
desain penyelesaian sengketa tanah yang
3
Berdasarkan data Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Tahun 2012, dari 7000 kasus
sengeketa lahan yang terjadi di negeri ini, yang
terselesaikan baru sekitar 60 persennya, atau setara
4.200 kasus. Sisanya yang sekitar 2.800 kasus atau 40
persennya, akan terselesaikan pada tahun berikutnya.
Lihat http://nasional.kontan.co.id/news/konflik-tanahmarak-pengadilan-pertanahan.
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....137
karena fakta bahwa tanah merupakan tempat
PEMBAHASAN
LATAR
BELAKANG
PENTINGNYA
tinggal
persekutuan,
bisa
memberikan
DIBENTUK PERADILAN PERTANAH-
penghidupan kepada persekutuan, tempat
AN DI INDONESIA
dimana
A. Teori Hukum yang Berkenaan dengan
meninggal dunia dikebumikan, serta tempat
para
warga
persekutuan
yang
tinggal dayang-dayang pelindung persekutu-
Hukum Pertanahan di Indonesia
Tanah mempunyai arti penting dalam
an dan roh leluhur persekutuan.
kehidupan manusia. Dalam ajaran agama
Pada zaman dahulu ketika penduduk
Islam diyakini bahwa manusia sendiri
bumi masih jarang manusia bebas mengua-
berasal dari tanah dan akan kembali ke
sai tanah yang dianggapnya subur untuk
tanah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari
bercocok tanam dan beraktifitas.Seiring
tidak sedikit terjadi pertumpahan darah yang
dengan perkembangan zaman, pada masa
disebabkan
kepemilikan
pemerintahan kerajaan-kerajaan dahulu di
tanah, bahkan satu keluarga terkadang bisa
nusantara rakyat juga bebas membuka lahan
retak akibat
dan mengusahai tanahnya atas seizin dari
masyarakat
oleh
sengketa
persengketaan tanah. “Di
hukum etnis Jawa terkenal
raja/sultan.
Pada
masa
itu
sultan/raja
filosofi yang menyatkan sedumuk batuk
memang memilki otoritas yang relatif besar
senyari bumi, yen perlu ditohi pati (biar
atas tanah. Menurut Soemarsaid Martono
sejengkal
sebagaimana dikutip oleh Soeprijadi, “raja
tanah
miliknya
bila
perlu
dipertahankan sampai mati)”4
Menurut Soerojo Wignjodipoero
mempunyai dua hak atas tanah.pertama,
5
ada
berupa hak politik atau hak publik yang
dua hal yang menyebabkan tanah itu
mengatur dan menetapkan masalah luas
memiliki kedudukan yang sangat penting
daerah
dalam hukum adat, yaitu pertama, karena
Kedua, adalah hak untuk mengatur hasil
sifatnya, dimana tanah merupakan satu-
tanah sesuai dengan adat.”6
satunya benda kekayaan yang meskipun
1. Teori
mengalami keadaan yang bagaimanapun
dan
batas-batas
Hukum
kekuasaannya.
Pertanahan
yang
Pernah Berlaku di Indonesia
juga, toh masih bersifat tetap dalam
“Bumi dan air dan kekayaan yang
keadaannya, bahkan terkadang semakin
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
lama harganya bisa semakin mahal. Kedua,
negara dan dipergunakan untuk sebesar-
4
Tampil Anshari Siregar. 2011. Pendaftaran
Tanah Kepastian Hak, Medan : Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Press Utara, hlm.1.
5
Soerojo Wignjodipoero.1983. Pengantar dan
Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: PT. Gunung Agung,
hlm. 197.
6
Soeprijadi. 1996. Reorganisasi Tanah serta
Keresahan Petani dan Bangsawan di Surakarta
1911-1940. Tesis Magister Hukum Universitas
Gadjah
Mada
Yogyakarta.
Http://www.tesisugmtanah_.go.id. Diakses pada
tanggal 21 Mei 2016, hlm. 1-2.
138 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
besar kemakmuran rakyat” demikian bunyi
ini
pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Berdasarkan
melaksanakan dan menerapkan ketentuan
bunyi pasal 33 tersebut dapat dipahami
yang terdapat
bahwa segala tanah air Indonesia berada di
tersebut.7
bawah kekuasaan negara, dan sebagai
2. Teori Hukum Nasional
konskwensinya negara berkewajiban untuk
bertindak
Teori
sebagai
dalam
hukum
pihak
pasal
yang
2
UUPA
nasional
yang
mempergunakan tanah air tersebut bagi
dimaksudkan disini adalah hak penguasaan
kemakmuran rakyatnya.
tanah yang didasarkan kepada
UUPA
Tanah memang menjadi hal penting
Nomor 5 Tahun 1960. Dalam hal ini Hak
dalam kehidupan manusia, untuk itu penting
penguasaan tanah yang berlaku secara
diatur keberadaannya, dan negara sebagai
yuridis di Indonesia tertuang dalam pasal 2
penguasa tanah bertanggungjawab untuk
UUPA: (1) Atas dasar ketentuan dalam
membuat
pertanahan
pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar dan
tersebut. maka setelah Indonesia merdeka
hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal
dan situasi politik agak normal, pada tanggal
1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk
24 September 1960 disusunlah UU No. 5
kekayaan alam yang terkandung didalamnya
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
itu, pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Pokok Agraria yang kemudian dikenal
negara, sebagai organisasi seluruh rakyat.
dengan Undang Undang Pokok Agraria
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud
(UUPA).
dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang
peraturan
tentang
UUPA sebagai turunan dari pasal 33
untuk :
ayat 3 UUD 1945 mengandung asas
a. mengatur
(prinsip) bahwa semua hak atas tanah
peruntukan, penggunaan, persediaan dan
dikuasi oleh negara, dan asas bahwa hak
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa
milik atas tanah “dapat dicabut untuk
tersebut;
kepentingan umum”. prinsip ini tertuang
b. menentukan dan mengatur hubungan-
dalam pasal 2 dan pasal 18 UUPA.
hubungan hukum antara orang-orang dengan
Berdasarkan pasal 2 UUPA ini negara
bumi, air dan ruang angkasa.
menjadi
pengganti
semua
pihak
dalam
hal
ini
merupakan
lembaga hukum sebagai organisasi seluruh
rakyat
Indonesia.
Pemerintah
menyelenggarakan
yang
mengaku sebagai penguasa tanah yang
sah.Negara
dan
sebagai
lembaga pelaksana UU negara dalam proses
7
Syafruddin Kalo. 2013. Perbedaan Persepsi
Mengenai Penguasaan Tanah dan Akibatnya
Terhadap Masyarakat Petani di Sumatera Timur
pada Masa Kolonial yang Berlanjut pada Masa
Kemerdekaan, Orde Baru dan Reformasi. Program
Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera
Utara.
Http://www.perbedaanpersepsimengenai
penguasaantanah_.com. Diakses pada tanggal 2 Mei
2014, hlm. 3.
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....139
(3) Wewenang yang bersumber pada hak
dan
menguasai dari negara tersebut pada ayat 2
perjuangan rakyat tani untuk membebaskan
pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-
diri dari kekangan-kekangan sistem feodal
besar
atas tanah dan pemerasan kaum modal
kemakmuran
rakyat,
dalam
arti
kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan
sisa-sisa
penjajahan;
khususnya
asing...”
dalam masyarakat dan Negara Hukum
Semangat menentang strategi kapitalis-
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan
me dan kolonialisme yang telah menyebab-
makmur. (4) Hak menguasai dari Negara
kan terjadinya “penghisapan manusia atas
tersebut
manusia” (exploitation de l’homme par
diatas
pelaksanaannya
dapat
dikuasakan kepada Daerah-daerah Swastan-
l’homme) di
tra dan masyarakat-masyarakat hukum adat,
menentang strategi sosialisme yang diang-
sekedar diperlukan dan tidak bertentangan
gap “meniadakan hak-hak individual atas
dengan kepentingan nasional, menuntut
tanah”
ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.
ideologis dan filosofis pembentukan UUPA.
Dengan
berlakunya
sisi
dan sekaligus
lain menjadi
landasan
maka
Selain itu, salah satu arti penting UUPA
peraturan-peraturan pertanahan yang meru-
lainnya, bahwa hukum agraria nasional
pakan produk pemerintahan Hindia Belanda
adalah berdasar hukum adat dan tidak lepas
seperti Agrarische Wet, Agrarische Besluit,
dari konteks landreform yang menjadi
dan Buku II BW yang menagtur tentang
agenda pokok pembentukan struktur agraria
pertanahan menjadi tidak berlaku lagi,
saat itu.8 (Faizah, Perkembangan Konsep
karena
Kepentingan
memang
UUPA
di
satu sisi;
UUPA
dimaksudkan
Umum
sebagai pengganti dari ketentuan-ketentuan
Pengambilalihan
pertanahan
Indonesia.
produk
Belanda
yang
kapitalistik
pemerintah
terkesan
dan
Hindia
imprealistik,
feodalistik.
Hak
dalam
atas
Hukum
Tanah
di
3. Hubungan Saling Pengaruh antara
Tentang
Hukum Eropa, Hukum Adat dan
kelahiran UUPA dalam semangat anti
Hukum Nasional terhadap Status
imprealistik, kapitalistik dan feodalistik ini
Kepemilikan Tanah di Indonesia
Boedi Harsono sebagaimana dikutip Lilis
Sebagaimana diketahui bahwa sebelum
Nur Faizah mencatat sebagai berikut:
bangsa eropa menjajah nusantara, di nusan-
UUPA
konteks
tara ini terdapat beberapa kerajaan-kerajaan
“...perjuangan perombakan hukum agraria
yang pemerintahannya diatur dan dijalankan
nasional
sendiri
berjalan
perjuangan
lahir
erat
bangsa
dalam
dengan
sejarah
Indonesia
untuk
melepaskan diri dari cengkraman, pengaruh,
8
Lilis Nur Faizah. 2007.,Perkembangan Konsep
Kepentingan Umum dalam Hukum Pengambilalihan
Hak atas Tanah di Indonesia (1960-2006).
Yogyakarta. Fakultas Hukum UGM
140 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
berdasarkan adat istiadat yang berlaku di
Hukum
wilayah kerajaan tersebut. Peraturan-peratu-
Pemerintah
ran yang berlaku di wilayah kerajaan itu
memberlakukan
dianut dan diwariskan secara turun temurun
dengan menerapkan aturan yang berlaku
sehingga menciptakan keharmonisan dianta-
di Negeri Belanda di Indonesia, serta
ra sesama masyarakat hukum adat yang
3. Hak-hak atas tanah daerah yang di
bersangkutan.
lambat
Dalam
hal
Hindia
asas
ini,
Belanda
konkordansi
atasnya masih ada penguasaan dari
Kedatangan bangsa eropa ke nusantara
yang
Eropa.
laun
akhirnya
menjajah
nusantara ini, berdampak besar terhadap
perobahan tatanan masyarakat hukum adat
kerajaan setempat, misalnya Yogyakarta,
Surakarta, Sumatera Timur dan daerahdaerah swapraja lainnya.
Menurut
Wignjodipoero10
pengaruh
yang mendiami nusantara ini.Perobahan itu
kekuasaan kerajaan-kerajaan dan kekuasaan
dirasakan betul oleh penduduk baik itu
pemerintah Hindia Belanda terhadap hak
disebabkan oleh politik yang diterapkan oleh
ulayat ada yang bersifat positif dan ada juga
penjajah maupun hukum yang diberlakukan
yang bersifat negatif. Pengaruh yang bersifat
oleh pemerintah penjajah.
positif pada umumnya berwujud sebagai
Salah satu perubahan yang terjadi itu
perlindungan ataupun penegakan daripada
adalah dalam hal keagrariaan. Sebelum
hak ulayat sesuatu persekutuan terhadap
pemerintahan belanda berkuasa di Indonesia
tanah wilayahnya. Contohnya adalah berupa
maka hak-hak atas tanah yang berlaku di
timbulnya surat-surat “pikukuh” ataupun
Indonesia di atur berdasarkan hukum adat,
“piagam” yang dikeluarkan oleh kerajaan
akan tetapi setelah pemerintah belanda
dengan maksud untuk menegaskan batas-
berkuasa maka pengaturan hak-hak atas
batas wilayah persekutuan yang bersangkut-
tanah yang diberlakukan bisa dikelompok-
an, hal mana berarti suatu perlindungan bagi
kan ke dalam 3 jenis yaitu:9
persekutuan yang bersangkutan terhadap
1. Hak-hak asli Indonesia, yaitu hak-hak
pihak ketiga. Hal semacam ini didapati pula
atas tanah menurut hukum adat;
2. Hak-hak Barat, yaitu hak-hak atas tanah
pada masa pemerintahan kolonial belanda,
yaitu dengan diundangkannya “ordonansi-
menurut Hukum Barat, yaitu hukum
ordonans”
yang dibawa oleh Pemerintah Hindia
Staatsblad 1941 No. 356 dan “marga-
Belanda ke Indonesia bersamaan dengan
ordonansi”Staatsblad
seperti
“desa
ordonansi”
1931
No.
6.11
Adapun pengaruh negatif dari kekuasaan
9
Mudjiono. 2007. Alternatif Penyelesaian
Sengketa Pertanahan di Indonesia Melalui
Revitalisasi Fungsi Badan Peradilan. Jurnal
Hukum No. 3, hlm. 459.
kerajaan-kerajaan dan kekusaan pemerintah10
11
Wignjodipoero.Op.Cit.,hlm. 200.
Ibid.
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....141
an hindia belanda terhadap hak ulayat
prinsip
berupa
tersebut.13
pemerkosaan
terthadap
hak-hak
prinsip
hukum
undang-undang
ulayat, pembatasan hak masyarakat hukum
Jika perumusan norma dan prinsip
adat oleh pemerintah terhadap penggunaan
hukum sudah memiliki kepastian hukum
tanah ulayat, dan lain sebagainya.
tetapi hanya berlaku secara yuridis saja
4. Teori Kepastian Hukum
dalam arti hanya demi undang-undang
Kepastian hukum dalam the concept of
law karya
mengomentari
Tan Kamello kepastian hukum seperti ini
kepastian hukum dalam undang-undang.
tidak akan dan tidak pernah menyentuh
Beliau berpendapat bahwa kadang-kadang
kepada masyarakatnya. Pendapat ini mung-
kata-kata dalam sebuah undang-undang dan
kin peraturan hukum yang demikian disebut
apa yang diperintahkan undang-undang
dengan
tersebut dalam suatu kasus tertentu bisa jadi
ti (doodregel) atau hanya sebagai peng-hias
jelas sekali, namun terkadang mungkin ada
yuridis dalam kehidupan manusia.14
keraguan
H.L.A.
terkait
Hart
semata-mata (law in the books), menurut
dengan
norma
hukum
yang
ma-
penerapannya.
Keraguan itu terkadang dapat diselesaikan
B. Tata Cara Pembentukan Peraturan
melalui interpretasi atas peraturan hukum
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
lainnya. Hal inilah menurut H.L.A Hart
Tidaklah berlebihan jika dinyatakan
salah satu contoh ketidakpastian (legal
bahwa "tanah" adalah merupakan salah satu
uncertainty) hukum.12
sumber daya yang menjadi kebutuhan dan
Menurut Tan Kamello, dalam suatu
kepentingan semua orang, badan hukum,
undang-undang, kepastian hukum (certainty)
dan
meliputi dua hal pertama, kepastian hukum
Kenapa demikian penting dan strategisnya,
dalam perumusan norma dan prinsip hukum
Tidak lain karena tanah sangat dibutuhkan
yang tidak bertentangan antara satu dengan
orang, badan hukum, dan sektor-sektor
yang lainnya baik dari pasal-pasal undang-
tersebut untuk melakukan aktivitas hidup-
undang itu secara keseluruhan maupun
nya, baik secara langsung maupun tidak
kaitannya dengan pasal-pasal lainnya yang
langsung. Itulah sebabnya, tanah perlu diatur
berada
terse-
melalui kebijakan dan peraturan perundang-
but. Kedua, kepastian hukum juga berlaku
an yang tepat, konsisten, dan berkeadilan.
dalam
Dengan demikian diharapkan tanah dapat
di
luar
undang-undang
melaksanakan norma-norma
dan
atau
sektor-sektor
pembangunan.
12
H.L.A Hart. 1997. The Concept of Law. New
York : Clarendon Press-Oxford. diterjemahkan oleh
M. Khozim. 2010. Konsep Hukum. Bandung:
Nusamedia, hlm. 230.
13
Tan Kamelo. 2004. Hukum Jaminan Fidusia.
Bandung : Alumni, hlm. 117.
14
Ibid., hlm. 118.
142 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
menjadi faktor pencapaian kesejahteraan
kekayaan alam serta seluruh kandungannya
rakyat secara berkeadilan.15
dikuasai oleh negara sebagai organisasi
Namun pada kenyataannya di Indonesia
kekuasaan
seluruh
rakyat.
Penegasan
selama ini tidaklah demikian. Yang ada
terhadap konsepsi hak menguasai dari
adalah terjadinya banyak perselisihan dan
negara ini telah dijelaskan dalam Pasal 2
sengketa dalam penguasaan, pemilikan,
ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
penggunaan, dan pemanfaatan tanah. Bah-
1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
kan
Agraria yang memberi kekuasaan kepada
jumlah
sengketa
tanah
tersebut
cenderung meningkat seiring dengan ber-
negara untuk:
jalannya waktu. Untuk itulah diperlukan
a. Mengatur
dan
menyelenggarakan
upaya nyata dan sungguh-sungguh dalam
peruntukan, penggunaan, persediaan dan
penyelesaian kasus atau sengketa tanah yang
pemeliharaan
telah ada selama ini. Sehingga, diperlukan
angkasa tersebut;
adanya peluang "gugatan sengketa tanah"
bumi, air
dan
ruang
b. Menentukan dan mengatur hubungan-
yang diatur dengan mekanisme yang baik.
hubungan hukum antara orang-orang
C. Urgensi
dengan bumi, air dan ruang angkasa;
Keberadaan
Peradilan
c. Menentukan dan mengatur hubungan-
Pertanahan di Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Repub-
hubungan hukum antara orang-orang dan
lik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
perbuatan-perbuatan
sebagai landasan konstitusional, melalui
mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
batang tubuhnya Pasal 33 ayat (3) telah
hukum
yang
Konstitusi Negara Republik Indonesia
mewajibkan agar penggunaan sumber daya
melalui
alam dan ekosistemnya dipergunakan untuk
memberikan perlindungan tertinggi kepada
sebesar-besarnya
setiap rakyat Indonesia dalam menikmati
kemakmuran
rakyat,
Pasal
33
ayat
(3)
tersebut
“bumi dan air dan kekayaan alam yang
kekayaan
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
dalamnya untuk dikuasai oleh negara dan
negara dan dipergunakan untuk sebesar-
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemak-
besarnya kemakmuran rakyat”.
muran rakyat. Sistem hukum Indonesia
alam
yang
terkandung
di
Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3)
menganut duality of jurisdiction dalam
UUD 1945 tersebut, dapat dimaksudkan,
penanganan sengketa sebagaimana lazimnya
bahwa pada tingkat tertinggi, bumi, air dan
negara yang bertradisi hukum Civil Law
System,
15
Abdul Haris. 2005. Https: // Www.Mail
Archive.
Com/Proletar
@Yahoogroups.
Com/Msg09553.Html. Diakses pada tanggal 21 Juli
2016.
termasuk
sengketa pertanahan.
dalam
penanganan
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....143
KEPASTIAN HUKUM YANG AKAN
Dimuatnya berita-berita mengenai Per-
DIBERIKAN PENGADILAN KHUSUS
pajakan di Indonesia beberapa waktu yang
PERTANAHAN GUNA MENGAKOMO-
lalu membuat banyak masyarakat kita
DIR BANYAKNYA KASUS PERTANA-
bertanya-tanya tentang keberadaan Pengadi-
HAN DI INDONESIA.
lan Pajak yang selama ini tidak diketahui
A. Problematika Penyelesaian Sengketa
keberadaannya, hal ini bisa menimbulkan
isu tentang pentingnya keberadaan Pengadil-
Pertanahan di Indonesia.
Konflik agraria merupakan problem
an Pertanahan yang dapat menjadi bagian
mondial. Artinya bisa ditemui dimanapun
penting dari Badan Pertanahan Nasio-
ketika
bumi.
nal. Isu ini dapat menjadi pemikiran bagi
Indonesia memiliki sejarah konflik agraria
kita tentang penting tidaknya pendirian se-
yang sangat panjang yang juga melibatkan
buah institusi Pengadilan (berupa pengadilan
stakeholders yang sangat luas yang memiliki
pertanahan) sebagai bagian tidak terpisahkan
kepentingan
dari Badan pertanahan Nasional.
kaki
kita
menginjakkan
terhadap
sumber-sumber
agraria. Dengan kelembagaan penyelesaian
1. Alasan-Alasan Pentingnya Peradilan
konflik yang tidak memiliki kapasitas untuk
Pertanahan.
membaca source of problem dari konflik
Dalam
agraria membuat konflik yang timbul tidak
dikemukakan
mudah untuk diselesaikan. Dengan adanya
dipertimbangkan sebagai bahan Pertimbang-
kenyataaan ini kemudiankonflik agraria di
an yaitu : Masalah tanah merupakan masalah
cap sebagai unresolved problem. Meskipun
yang khusus /spesifik yang memerlukan
istilah unresolved problem dapat dikatakan
penanganan
mengandung kebenaran empirik namun
sus tentang pertanahan. Sengketa agraria
dalam perspektif conflict resolution penggu-
memang merupakan suatu bentuk sengketa
naan istilah itu untuk konflik agraria tidak
yang bersifat spesifik sehingga memerlukan
tepat.Sebab banyak pengalaman negara lain
pengetahuan khusus. Ketika sengketa terse-
yang mampu keluar dari kemelut ini,
but diajukan ke pengadilan untuk diperiksa
misalnya New Zaeland dengan konsep
dan diputus guna mendapatkan keadilan,
Treaty.
16
permasalahan
alasan-alasan
dan
ini
dapat
yang
dapat
pengetahuan
khu-
niscaya dibutuhkan hakim yang menguasai
B. Telaah Yuridis Mengenai Pembentuk-
hukum agraria. “Hakim yang memutus
an Peradilan Pertanahan di Indonesia.
sengketa agraria pada saat ini, baik di
pengadilan umum maupun pengadilan tata
usaha
16
Elza Syarif. 2012. Menuntaskan Sengketa
Melalui
Pengadilan
Khusus
Pertanahan.Jakarta:Gramedia, hlm.350.
negara
pada
dasarnya
memiliki
pengetahuan hukum yang bersifat general”.
144 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
Dalam
setiap
pertimbangan
hukum
putusan hakim sering tidak mengacu pada
penyelesaian sengketa tersebut. Kelemahan
itu adalah :17
hukum tanah nasional dan lebih mengedepankan hukum perdata dan hukum administrasi. Hal ini tentu saja akan menimbulkan
perbedaan karena dalam melaksanakan tugas
BPN berpegang dan mengacu pada hukum
tanah nasional
dan perangkat peraturan
pelaksanaannya.
2. Sejumlah Besar Kasus Sengketa Tanah di Indonesia Belum dapat di Selesaikan Secara Tuntas Oleh Peradilan
Umum.
Sejumlah besar kasus sengketa tanah yang
terjadi di Indonesia tidak mampu diselesaikan dengan tuntas oleh lembaga peradilan
nasional. Ini mengakibatkan sengketa pertanahan yang berlarut-larut dan tidak adanya
kepastian hukum atas status kepemilikan
tanah. Putusan inkracht (berkekuatan hukum
tetap) satu kasus dapat memakan waktu
bertahun-tahun lamanya. Hal ini menambah
beban waktu dan tenaga aparat pertanahan
dalam berperkara di pengadilan yang dapat
mengganggu kelancaran pelayanan pertanahan kepada masya-rakat.maka asas peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan
belum terwujud.
a) Mekanisme eksekusi yang sulit, jika
salah satu pihak tidak bersedia melaksanakan isi perdamaian/kesepakatan yang
telah terjadi dalam mediasi, maka pihak
lain tidak dapat memaksa agar pihak
lawan melaksanakannya. Karena itu,
cara yang dapat ditempuh adalah dengan
mengajukan gugatan ke pengadilan, sehingga pada akhirnya perkara tersebut
memerlukan waktu penyelesaian yang
cukup lama;
b) Proses mediasi sangat bergantung kepada itikad baik para pihak untuk menyelesaikan masalahnya. Hal itu berarti,
bahwa para pihak yang bersengketa harus benar-benar bersedia menerima dan
melaksanakan kesepakatan yang terjadi
melalui mediasi;
c) Jika di dalam mediasi tidak dilibatkan
penasihat hukum atau lawyer sangat
mungkin fakta hukum yang penting
tidak disampaikan kepada mediator sehingga dapat mengakibatkan kesepakatan (keputusan) menjadi bias.
4. Kewenangan Pembatalan Sertifikat.
Suatu sertifikat yang merupakan produk
3. Alternatif Penyelesaian Sengketa di
Luar
Pengadilan Masih Memiliki
Banyak Kelemahan
Dalam penyelesaian sengketa pertanahan yang dihadapi oleh Badan Pertanahan
Nasional ada beberapa kelemahan dalam
dari Badan Pertanahan Nasional dapat dibatalkan oleh putusan Pengadilan Negeri apabila
terjadi
17
Perkara,
sehingga
Arie Hutagalung. 2005. Tebaran Pemikiran
Seputar Masalah Hukum Tanah. Jakarta:Lembaga
Pemberdayaan Hukum Indonesia, hlm. 369.
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....145
mengakibatkan kurang kuatnya kepemilikan
badan
peradilan
yang
berbeda.
Pada
sertifikat tersebut. Berdasarkan hal ini,
umumnya penyelesaian sengketa pertanahan
Badan Pertanahan Nasional tidak dapat
yang terkait sengketa kepemilikan diserah-
mengintervensi Putusan Pengadilan.
kan keperadilan umum, sedangkan terhadap
5. Landasan Hukum dalam Pembentuk-
sengketa keputusan Badan Pertanahan Nasional melalui Peradilan Tata Usaha Negara
an Pengadilan Pertanahan
Untuk mempayungi berdirinya Institusi
yang diatur dalam dan sengketa yang me-
yang tidak terpisahkan dari Badan Pertanah-
nyangkut tanah wakaf diajukan ke Peradilan
an Nasional ini ada beberapa peraturan
Agama.19
hukum yang dapat dipakai untuk mewadahinya;
18
a. Undang-Undang Dasar 1945
Berdasarkan penjelasan tentang spesifikasi dari lembaga penyelesaian sengketa
(UUD
1945) UUD
b. Undang-undang No 48 tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman
baik melalui non litigasi maupun litigasi.
Sampai saat ini jelas bahwa semua cara itu
tidak dapat menyelesaikan sengketa pertanahan secara tuntas dalam waktu yang singkat,
c. Analogi berdasarkan Peraturan Perun-
malah cenderung berlarut-larut. Penyelesai-
dang-undangan mengenai Pembentuk-
an sengekta pertanahan melalui mediator
an Pengadilan Khusus
yaitu melalui Badan Pertanahan Nasional,
C. Dibentuknya Badan Peradilan Perta-
tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh masyarakat,
nahan Guna terpenuhi Kepastian Hu-
teman atau kerabat, maupun professional
kum dalam Sistem Peradilan di Indo-
selama ini kurang memuaskan. Bergesernya
nesia.
nilai-nilai moralitas dan budaya ketimuran
Masalah pertanahan memiliki dua di-
membuat kepatuhan atas putusan solusi
mensi hukum di dalamnya, yaitu dimensi
yang dibuat oleh mediator sangat kurang
hukum privat dan hukum publik, dimensi
sehingga tidak dilaksanakan oleh para pihak,
hukum privat memiliki masalah-masalah
jika dipikirkan tidak menguntungkan dirin-
pertanahan yang berkaitan dengan aspek
ya.
keperdataan, baik perdata umum maupun
otomatis akan dipatuhi karena tidak ada
perdata khusus agama, sedangkan dimensi
upaya paksa. Jadi penyelesaian sengketa
hukum publik tampak dari masalah-masalah
pertanahan melalui musyawarah sangat sulit
pidana pertanahan dan aspek administratif
untuk berhasil, kecuali bagi sengketa per-
Apalagi
keputusan
tersebut
tidak
pertanahan. Masing-masing aspek sengketa
pertanahan di atas tunduk pada yuridiksi
18
Elza Syarif. Op. Cit., hlm. 388.
19
Hery Abduh Sasmito. 2015. Urgensi
Pembentukan Pengadilan Pertanahan di Indonesia.
Jakarta:Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan
Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung. hlm.49.
146 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
tanahan yang masalahnya sangat sederhana
pertanahan melalui alternatif penyelesaian
dan para pihaknya masih dalam lingkungan
sengekta tidak efektif.20
kehidupan yang masih sederhana di pedesaan.
Masalah sengketa tanah bukan seperti
sengeketa dagang/bisnis,dimana para pihak
Penyelesaian sengketa pertanahan me-
saling kenal. Dalam sengketa tanah para
lalui arbitrase perlu didasarkan pada perjan-
pihak belum tentu saling kenal. Bila terjadi
jian antar para pihak yang sepakat untuk
suatu tindakan penyerobotan, pemalsuan
menyelesaikan melalui arbitrase ataupun
surat, penggusuran, dan lain-lain, setiap
alternatif penyelesaian sengketa terlebih da-
orang yang merasa haknya terganggu akan
hulu. Jadi penyelesaian sengketa pertana-
berjuang mempertahankan hak-haknya ter-
han yang dapat diselesaikan dalam arbitrase
sebut. Sengketa seperti ini sulit untuk diatasi
ataupun alternatif penyelesaian sengketa
melalui artbitrase, karena selain sulit untuk
tersebut adalah yang masalahnya tidak terla-
dibuat suatu oerjanjian arbitrase, juga karena
lu rumit dan hanya masalah-masalah tertentu
tanah diatur hukum publik dan harus ke-
saja, asalkan sebelumnya para pihak sudah
kuatan upaya paksa untuk menjalankan
membuat
putusan tersebut.
kesepakatan,misalnya
tentang
sengketa jual beli tanah atau tentang ganti
Pengadilan Tata Usaha Negara juga
rugi tanah. Tapi sengketa pertanahan yang
masih jauh dari memenuhi harapan pencari
menyangkut kepemilikan tanah tentunya ti-
keadilan terhadap sengketa pertanahan kare-
dak dapat diatasi oleh artbitrase ataupun
na objek sengketanya terbatas, yaitu tentang
alternatif penyelesaian sengketa. Karena
keputusan pejabat tata usaha Negara. Di luar
dalam sengketa demikian diperlukan pembu-
objek tersebut pengadilan Tata Usaha Nega-
ktian yang rumit, saksi-saksi, riwayat tanah,
ra tidak berwenang untuk memeriksa dan
penelurusan batas-batas tanah, dan persi-
mengadili sengketa. Kaidah hukum yang
dangan yang bersifat formal dan terbuka
hadir dalam pengadilan Tata Usaha Negara
untuk umum.
adalah” keputusan Tata Usaha Negara yang
Dalam Alternatif Penyelesaian sengke-
berkaitan dengan masalah kepemilikan tidak
ta, sifat mengikat pada keputusannya sama
termasuk wewenang peradilan Tata Usaha
dengan keputusan hasil musyawarah dan
Negara”, hal ini memberikan kesan bahwa
mufakat yang dilakukan mediator, sehingga
peradilan Tata Usaha Negara tidak berwe-
kurang efektif juga, apalagi sampai saat ini
nang mengadili semua perkara dengan objek
belum adanya aturan yang lebih rinci dan
sertifikat tanah maupun keputusan-keputus-
lengkap. Sehingga penyelesaian sengketa
20
Yudha Pandu. 2002. Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.Jakarta: Fikahai Aneska,
Hal.11.
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....147
an lain yang terkait dengan tanda bukti hak
Para pencari keadilan dalam penye-
kepemilikan. Padahal jika dikaitkan dengan
lesaian
kasus posisi, jelas bukan yang dimaksudkan
peradilan, baik peradilan umum maupun
melainkan titik beratnya lebih dilihat dari
Tata Usaha Negara, menghadapi kenyataan
aspek objektum litis-nya, yaitu akta jual-
yang jauh dari harapan karena penyelesaian
21
beli
sengketa
pertanahan
melalui
sengekta dari tingkat pertama, banding,
Dari hasil analisa terhadap beberapa
kasasi, dan peninjauan kembali dalah proses
kasus menyangkut sengketa Pertanahan
litigasi yang memakan waktu yang sangat
yang telah mempunyai kekuatan hukum
lama, bisa mencapai lebih dari 7 (tujuh)
tetap dari Pengadilan , perlu peningkatan
tahun. Kadang juga setelah kasasi ataupun
pemahaman substansi permasalahan berke-
peninjauan kembali memberikan kemenang-
naan dengan konsep yang mendasarinya
an pihak,ternyata didapatkan fakta bahwa
agar keputusan yang diambil sungguh-
kemenangan pihak tersebut didasarkan atas
sungguh dapat memberikan keadilan dan
bukti-bukti yang aspal (asli tapi palsu)
kepastian hukum, sehingga dapat diterima
sehingga putusan yang telah diperjuangkan
oleh pencari keadilan karena keputusan
bertahun-tahun dengan biaya yang tidak
tersebut bermanfaat bagi pencari keadilan
seditki itu ternyata sia-sia dan hasilnya
tersebut.
status tanah tetap tidak jelas.
Masalah tanah dari segi yuridis meru-
Pencari
keadilan
yang
melakukan
pakan hal yang tidak sederhana pemecahan-
upaya hukum atas sengketa pertanahan da-
nya dan dalam suatu kasus sering ada
pat melakukan gugatan ke pengadilan umum
beberapa instansi yang langsung ataupun
tentang kepemilikan dan mengajukan gugat-
tidak langsung terlibat dengan sengketa
an atas surat keputusan dari Badan Pertanah-
yang diajukan dalam pengadilan baik Pera-
an Nasional yang berkaitan dengan kepemi-
dilan umum maupun Peradilan Tata Usaha
likan tanah, sehingga dapat terjadi keputusan
Negara. Kesatuan pemahaman terhadap kon-
yang telah mempunyai kekuatan hukum
sep
tetap dari pengadilan umum yang amar
sangat
diperlukan
agar
terdapat
kesamaan persepsi yang diharapakan dapat
putusannya
bertentangan
dengan
amar
menghasilkan keputusan yang memuaskan
putusan dari pengadilan Tata Usaha Negara
opera pihak, adil dan bermanfaat bagi para
yang telah mempunyai kekuatan tetap, maka
pihak/pencari keadilan, masyarakat, dan
putusan mana yang dieksekusi. Jadi terhadap
Negara.
satu objek tanah telah terdapat 2 (Dua)
putusan atas status tanah sengketa tersebut
yaitu dari pengadilan umum, dan pengadilan
21
Heri Abduh Sasmito, 2015.Op.Cit., hlm.118.
148 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
tata usaha Negara yang saling bertentang-
apa yang diperintahkan undang-undang
an.Keadaan ini merupakan pertentangan
tersebut dalam suatu kasus tertentu bisa jadi
yuridiksi hukum antar pengadilan.
jelas sekali, namun terkadang mungkin ada
Kemudian setelah adanya keputusan
keraguan
terkait
dengan
penerapannya.
yang telah mempunyai hukum tetap dari
Keraguan itu terkadang dapat diselesaikan
pengadilan umum, sewaktu akan di eksekusi
melalui interpretasi atas peraturan hukum
ternyata
berubah
lainnya. Hal inilah menurut H.L.A Hart
sehingga tidak dapat di eksekusi. Atau sejak
salah satu contoh ketidakpastian (legal
awal persidangan tidak pernah ada sidang
uncertainty) hukum.
keadaan
tanah
telah
lokasi tanah sehingga tidak diketahui batas-
Kasus-kasus
pertanahan
adalah
batas tanah sengeketa secara fisik, sehingga
sengketa multi wajah yang di dalamnya
sewaktu akan dieksekusi tidak diketahui
terdapat aspek hukum publik yang menjadi
letak tanah sengekta.
domain, Peradilan Tata Usaha Negara dan
Peradilan Pidana, serta aspek hukum perdata
yang menjadi domain Peradilan Umum dan
PENUTUP
Berdasarkan teori keadilan John Rawls,
diharapkan pengadilan khusus penyelesaian
sengketa
pertanahan
Berdasarkan problematika penyelesaian
untuk
sengketa pertanahan, sengketa atau konflik
memberikan keputusan yang benar sesuai
pertanahan, apalagi kalau sudah sampai
dengan fakta-fakta yang ada, adil, diterima
menjadi perkara di pengadilan, merupakan
oleh para pihak, bermanfaat bagi para pihak,
masalah kompleks dan laten yang harus
masyarakat, dan Negara. Yang jelas kita
diselesaikan.
dapat
yang
meningkat seiring semakin bertambahnya
sederhana, cepat, dengan biaya ringan dan
kebutuhan masyarakat akan tanah, baik yang
yang terpenting memberikan suatu kepastian
akan dijadikan lokasi pemukiman maupun
hukum terhadap status tanah serta kepastian
untuk
penegakan hukum berupa data terlaksananya
pertambangan, atau keperluan lain. Jika
eksekusi atas keputusan yang telah mem-
demikian halnya, maka sedemikian penting
punyai kekuatan hukum. Sejalan dengan
membentuk
teori Kepastian hukum dalam the concept of
Indonesia.
memenuhi
law karya
H.L.A.
bermanfaat
Peradilan Agama.
atas
Hart
peradilan
Eskalasi
lahan
konflik
pertanian,
pengadilan
semakin
perkebunan,
pertanahan
di
mengomentari
Hadirnya peradilan pertanahan mampu
kepastian hukum dalam undang-undang.
menjawab konflik pertanahan akan sangat
Beliau berpendapat bahwa kadang-kadang
dipengaruhi oleh bacaan historis-sosiologis
kata-kata dalam sebuah undang-undang dan
terhadap konflik pertanahan dan peradilan
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....149
itu sendiri. Hal itu sangat dibutuhkan
bangsa Indonesia. Putusan yang dikeluarkan
terutama ketika peradilan pertanahan itu
oleh pengadilan khusus pertanahan akan
dibentuk dengan paradigma baru dengan
lebih
argumentasi
dan
keadilan serta lebih bermanfaat bagi para
extra
pihak yang bersengketa, masyarakat dan
ordinary, karena akan cukup banyak jebakan
Negara dengan tetap megacu pada prinsip
yang
baik
penyelesaian dengan biaya yang seefisien
(political will) yang seharusnya menjadi roh
mungkin serta penyelesaian dalam waktu
dari pengembangan peradilan pertanahan.
yang singkat.
perlunya
yang
membenarkan
respons
bisa
yang
bersifat
menjerumuskan
niat
memberi
kepastian
hukum
dan
Sejumlah besar kasus sengketa tanah
Kedepan pembentukan Peradilan Perta-
yang terjadi di Indonesia tidak mampu
nahan sebagai bentuk pengadilan khusus da-
diselesaikan dengan tuntas oleh lembaga
pat dilakukan dengan menggunakan UU No
peradilan
mengakibatkan
48Tahun 2009, sebagai landasan Hukum
sengketa pertanahan yang berlarut-larut dan
pembentukannya. Pembentukan Pengadilan
tidak adanya kepastian hukum atas status
Pertanahan tersebut, dapat menjadikan efi-
kepemilikan
inkracht
siensi dan efektifitas dalam penyelesaian
(berkekuatan hukum tetap) satu kasus dapat
sengketa Pertanahan dan Penegakan Asas
memakan waktu bertahun-tahun lamanya.
Cepat, Murah dan Sederhana. Digunakan
Hal ini menambah beban waktu dan tenaga
Wajib digunakan sebagai bahan Pertimbang-
aparat pertanahan dalam berperkara di
an, dengan adanya pembentukan Pengadilan
pengadilan
mengganggu
ini, memungkinkan tercapainya kepastian
kelancaran pelayanan pertanahan kepada
Hukum Produk Badan Pertanahan Nasional,
masyarakat.maka
yang
serta dalam pembentukan Peradilan Khusus
sederhana, cepat dan biaya ringan belum
diperlukan komitmen pemerintah, dukungan
terwujud.
politik, kaidah hukum dan anggaran.
nasional.
Ini
tanah.
yang
Putusan
dapat
asas
peradilan
Sesuai dengan filosofi dan UUD 1945
Diharapkan Kedepannya tidak ada
dan berdasarkan atas UUPA yang berkonsep
asumsi bahwa apabila Peradilan Khusus
hukum adat, diperkukan pengadilan khusus
Pertanahan dibentuk, akan menyebabkan
pertanahan untuk penyelesaian sengekta
perkara-perkara yang masuk ke pengadilan
pertanahan di Indonesia. Melalui pengadilan
umum menjadi berkurang, akan tetapi lebih
khusus pertanahan, fungsi badan peradilan
terfokus pada kepentingan umum yang lebih
dapat lebih berperan dalam menunjang
besar, agar masyarakat pencari keadilan
pembangunan
pertanahan mendapatkan kepastian hukum.
ekonomi,
sehingga
pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
150 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
ta : Gadjah Mada University
Press.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 1978. Tentang dan Sekitar
Harsono, Boedi, 1995. Himpunan Peraturan
UUPA. Bandung : Alumni.
Perundang-Undangan
-----------------. 1996. Masalah Pencabutan
Hak-Hak
atas
Pembebasan
Tanah,
Tanah,
Agraria. Jakarta : Djambatan.
-----------------
2003.
Hukum
Agraria
dan
Indonesia, Sejarah Pemben-
Pengadaan
Tanah
Bagi
tukan Undang-Undang Pokok
Pelaksanaan
Pembangunan
Agraria, Isi dan Pelaksana-
Untuk Kepentingan Umum di
Indonesia.
Bandung
annya. Jakarta : Djambatan.
:
Hutagalung,
Mandar Maju. 1996.
Arie.S.,
2005.
Tebaran
Pemikiran Seputar Masalah
Badan Pertanahan Nasional. 1992. Pokok-
Hukum
Pokok Kebijakan Pertanahan
Tanah.
Jakarta
:
LPHI.
di Indonesia. Jakarta : BPN.
Indroharto.
Budiono, Herlien. 2007. Kumpulan Tulisan
Usaha
Memahami
Undang-Undang
Tentang
Hukum Perdata di Bidang
Peradilan Tata Usaha Negara
Kenotariatan.
Buku
Bandung
:
Citra Aditya Bakti.
I.
Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Darmawan, Dadan. 2008. 75 Tanya Jawab
---------------
2000.
Usaha
Jual Beli Properti. Jakarta :
Undang-Undang
Visimedia.
Peradilan
Gautama, Sudargo, 1993. Tafsiran UndangUndang
Bandung
Pokok
:
Agraria.
Citra Aditya
Bakti.
Hadjon,
2000.
Philipus
(Et.al).
1997.
Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta:
Gajahmada University Press.
Tentang
Tata
Usaha
Negara Buku II. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Kartasapoetra, G, 1985. Hukum Tanah
Jaminan
M.
Memahami
UUPA
Bagi
Keberhasilan Pendayagunaan Tanah. Jakarta.
Kartika, Sandra (ed), 1999. Menggugat
Posisi
Masyarakat
Adat
Hardjasoemantri, Koesnadi, 2000. Hukum
Terhadap Negara. Jakarta :
Tata Lingkungan. Yogyakar-
Panitia Bersama Serasehan
M. Aulia Reza Utama : Peranan Peradilan Pertanahan Dalam Penyelesaian.....151
dan
Kongres
Masyarakat
Poerwadarminta, WJS, 1976. Kamus Umum
Adat Nusantara dan LSPP.
Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka. 1976.
Lotulung, Paulus Effendi. 1986. Beberapa
Sistem Tentang Kontrol Segi
Rahardjo, Satjipto, 1991. Ilmu Hukum.
Hukum Terhadap Pemerinta-
Bandung
han. Jakarta: PT. Bhuana
Bakti.
Ilmu Populer.
:
Citra
Aditya
S.W. Sumardjono, Maria, 2001. Kebijakan
Marbun, S.F. (“et al”). 2001. Dimensi-
Pertanahan Antara Regulasi
Dimensi Pemikiran Hukum
Dan Imlementasi. Jakarta :
Administrasi Negara. Yogya-
Kompas.
karta: UII Press.
---------------- 2008. Tanah Dalam Perspektif
----------------. 2003. Peradilan Administrasi
Hak Ekonomi Sosial dan
Dan Upaya Administratif Di
Indonesia. Yogyakarta: UII
Budaya. Jakarta : Kompas.
Soetami, A. Siti. 2005. Hukum Acara
Press.
Peradilan
Majalah Bumi Bhakti, 2001. Tantangan
Usaha
Negara. Bandung: PT. Refika
Badan Pertanahan Nasional
di Era Otonomi Daerah.
Tata
Aditama.
Soehadi, R, 1988. Penyelesaian Sengketa
Edisi No.24/2001.
Tentang
Tanah
Sesudah
P. Dewantoro, Cynthia. 2008. 50 Kasus
Berlakunya Undang-Undang
Hukum dan Solusi. Transaksi
Pokok Agraria. Surbaya :
Properti. Jakarta : Prima
Usaha Nasional.
Infosarana Media.
Perangin,
Effendi,
1986.
Soejono dan Abdurrahman, 1998. Prosedur
Mencegah
Pendaftaran Tanah. Bandung
Sengketa Tanah. Jakarta :
Rajawali Press.
: Rineka Cipta.
Soekanto,
-------- 1994. Hukum Agraria Di Indonesia,
Jakarta
Persada.
:
Praktisi
Hukum.
Raja
Grafindo
1986.
Pengantar
Penelitian Hukum. Jakarta :
Suatu Telaah Dari Sudut
Pandang
Soerjono.
Rajawali Press.
---------------
1991.
Normatif
Penelitian
Hukum
(Suatu Tinjauan
Singkat). Jakarta : Rajawali
Press.
152 Badamai Law Journal, Vol. 2, Issues 1, Maret 2017
Sitorus, Oloan dan Dayat Limbong, 2004.
Pengadaan
Tanah
Untuk
Kepentingan Umum. Yogyakarta
:
Mitra
Kebijakan
Tanah Indonesia.
Sitorus,
Oloan,
2004.
Kapita
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang
Peraturan
Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
Selekta
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1964
Perbandingan Hukum Tanah.
tentang Pengadilan Landre-
Yogyakarta : Mitra Kebijakan
form.
Tanah Indonesia.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Suhendar, Endang (ed), 2002. Menuju
tentang Peradilan Tata Usaha
Keadilan Agraria. Bandung :
Negara perubahan terakhir
Yayasan Akatiga.
Undang-Undang Nomor 51
Subekti dan Tjitrosoedibio. 1971. Kamus
Hukum.
Jakarta:
Pradnya
Paramitha.
Administrasi
Peradilan
Negara
dan
Administrasi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Retnowulan
dan
Iskandar
Oeripkartawinata.
1997.
Hukum
2009
perubahan
tentang
Kedua
atas
Undang-Undang Nomor 5
Sunindhia, Y.W. dan Ninik Widiyanti. 1990.
Sutantio,
Tahun
Acara
Perdata
Dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju.
Tahun
1986
Tentang
Peradilan Umum.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997
tentang
Pendaftaran
Tanah.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Syahrani, Riduan. 2000. Hukum Materi
Badan Pertanahan Nasional
dasar Hukum Acara Perdata.
Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Bandung: PT. Citra Aditya
Ketentuan Pelaksanaan Pera-
Bakti.
turan Pemerintah Nomor 24
Syarief, Elza. 2012. Menuntaskan Sengketa
Melalui Pengadilan Khusus
Pertanahan.
Jakarta;Gramedia.
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Download