Hidup Kekal - Restoration Asia

advertisement
Keyakinan
akan
Hidup Kekal
Elohim telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita
dan hidup itu ada di dalam Anak-N ya
VICTOR HALL
dengan Peter Hay & David Baker
KEYAKINAN AKAN HIDUP KEKAL
Elohim telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya
Victor Hall
dengan Peter Hay and David Baker
September 2015
Ayat-ayat Kitab Suci dikutip dari NASB, NKJV, KJV dan LITV. Di mana ada penekanan
huruf miring yang digunakan dalam ayat-ayat referensi Kitab Suci, itu telah ditambahkan
dan tidak muncul dalam terjemahan asli.
Desain sampul: Dan Proud
ISBN: 978-0-9587505-8-5
Diterbitkan oleh RFI Publishing
© RFI Publishing Inc. 2015
10 Old Goombungee Road
Toowoomba QLD 4350
Tlp: 1300 885 048
Email: info @ rfipublishing.org
Untuk katalog musik dan terbitan Kristen kami, silakan kunjungi:
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
1
Kebodohan dari hikmat manusia
2
Injil tentang anak (status anak)
4
Menderita sakit bersalin sampai rupa Kristus menjadi nyata
5
BAB 1
SUPAYA KAMU TAHU BAHWA KAMU MEMILIKI HIDUP YANG KEKAL
7
Menerima hidup yang kekal
7
Roh, air, dan darah
8
Kita tahu kita memiliki hidup
9
1. Kita mengenal Bapa, dan hidup kita ada di dalam Kristus
10
2. Kita telah menerima hidup Yesus
11
3. Kita telah dikaruniakan suatu pengertian yang spesifik, memampukan kita untuk percaya
12
4. Kita telah mengerjakan hak yang diberikan kepada kita untuk percaya akan status anak
13
5. Kita bersekutu dalam tubuh Kristus dan mengasihi saudara-saudara kita
14
Disucikan oleh darah
14
Kasih seorang terhadap yang lain
15
Menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang kekal
15
Budak-budak kebenaran
16
Penderitaan Kristus
16
Persembahan sesuai dengan perintah
16
Menderita dengan Kristus
17
Keimamatan
18
Pengudusan kita
19
Bukti dari perubahan
19
BAB 2
MENGENAL DIA YANG BENAR
21
Nama
22
Yahweh adalah Satu
22
Elohim adalah Tiga
23
Satu dan Tiga
23
i
Satu persekutuan – tiga identitas
24
Satu hidup – tiga ekspresi
24
Kepenuhan Yahweh
24
Pengudusan dalam komunitas Elohim
25
Dikuduskan oleh nama
25
Perjanjian
26
Kasih Elohim
27
Kasih karunia Elohim
28
Bapa menyerahkan kepenuhan-Nya
29
Menyerahkan dan mengosongkan
29
Anak mengosongkan diri-Nya
29
Mengosongkan ke pangkuan Bapa
31
Milik kepunyaan Bapa
31
Benih Perjanjian
32
Firman sumpah
32
Anak Domba
33
Anak Domba disembelih – perjanjian dipotong
34
Darah adalah hidup yang telah diberikan kepada kita melalui persembahan
34
Lihatlah Anak Domba – rangkuman dari semua persembahan
35
Firman
35
Firman adalah Elohim
36
Firman bersama-sama dengan Elohim
36
Pada mulanya adalah Firman
36
Pada mulanya Dia ada bersama dengan Elohim
36
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
37
Firman menjadi daging
37
Budak Yahweh
37
Menyatakan Bapa
38
Ciptaan dan penebusan
38
BAB 3
HUKUM DAN PENDERITAAN
41
Ciptaan hidup dalam damai
42
Suatu mandat diserahkan kepada Adam
42
Ketidaktaatan Adam
44
ii
Suatu pilihan
44
Ketidakharmonisan karena ketidaktaatan
46
Maut menjalar kepada semua
47
Rasa sakit dan penderitaan
48
Dosa dan kejahatan
48
Pendamaian
49
Baptisan
50
Dua jenis penderitaan
51
Jalan penderitaan
52
Diutus oleh Bapa
53
Yesus tidak menggunakan hukum
55
Menegakkan damai sejahtera
55
Hidup dalam persekutuan persembahan
56
Ciptaan baru
58
Partisipasi dalam penderitaan Kristus
59
Rahasia disingkapkan
60
‘Tidak’ dan ‘ya’ dari salib
60
Pendisiplinan dari Bapa
62
Ketersandungan akan datang
62
Menderita karena kasih karunia
63
Penderitaan menurut kehendak Elohim
64
Akar yang pahit
65
Menjadi seorang anak Elohim yang didisiplin
65
BAB 4
KARYA SALIB
67
Harga penebusan
68
Darah Kristus
68
Hidup-Nya diberikan kepada kita di atas mezbah
69
Darah-Nya ditumpahkan melalui penderitaan
70
Perjamuan terakhir
71
Taman Getsemani
71
Tiga jenis kuasa di taman Getsemani
72
Sudah selesai
73
Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku
75
Luka terakhir – darah dan air dari lambung-Nya
75
iii
Pengharapan dan kuasa kebangkitan-Nya
76
BAB 5
MENJADI SEORANG ANAK ELOHIM
79
Firman tentang salib
80
Roh pengasihan dan permohonan
81
Datang kepada Bapa melalui Kristus
82
Bapa menguatkan manusia batiniah
84
Lahir dari Elohim
84
Dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi
85
Orang-orang yang lahir dari Elohim diiluminasi
86
Lahir dari Elohim dan memerintah dalam hidup
87
BAB 6
89
BAPTISAN KE DALAM KRISTUS
89
Konflik-konflik dan kontroversi-kontroversi
89
Identifikasi
90
Disatukan dengan peristiwa bersejarah
91
Tiga unsur baptisan
92
Tubuh dosa
95
Bersukacita dalam manusia batiniah
96
Hukum yang lain
97
Hukum dosa
97
Manusia celaka
98
Jalan keluar untuk masalah ini
99
Hukum Roh kehidupan
100
Menujukan pikiran kita kepada daging atau Roh
100
Didudukkan di tempat sorgawi sebagai anggota-anggota tubuh-Nya
102
Perjamuan kudus
103
Baptisan Roh Kudus
103
BAB 7
Berkat perjanjian dalam setiap keluarga
105
Perjanjian Kekal
106
Dilahirkan ke dalam dunia yang telah jatuh
107
iv
Janji adopsi
107
Sunat
109
Suatu perjanjian baru
110
Anak-anak dilahirkan kudus
110
Pewaris bersama dari kasih karunia kehidupan
111
Penyerahan anak
113
Bertumbuh sebagai seorang anak Elohim
114
Tanah berbatu-batu
115
Belajar ketaatan
115
Membangkitkan amarah
116
Pemeliharaan dan nasehat
116
Menerima ‘roh adopsi’
118
Baptisan anak-anak
118
v
Kata Pengantar
Rasul Paulus mengekspresikan kerinduannya bagi semua orang percaya, demikian, ‘Karena aku mau,
supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang
di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi, supaya hati mereka terhibur dan
mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan
pengertian, dan mengenal rahasia Elohim (terj. Bhs. Ing. ‘resulting in a true knowledge of God’s
mystery’ artinya ‘menghasilkan suatu pengetahuan yang benar mengenai rahasia Elohim’), yaitu
Kristus’.1 Paulus ingin setiap orang Kristen sepenuhnya yakin akan keselamatan mereka, dan memiliki
suatu pengetahuan yang mendalam dan sepenuhnya tentang rahasia Elohim. Jelas, dia tidak melihat
rahasia Elohim sebagai suatu pengetahuan khusus di mana hanya sedikit orang yang bisa
memahaminya. Rahasia Elohim adalah cara yang olehnya seorang percaya menerima kekayaan
warisan mereka sebagai seorang anak Elohim, dan bersatu dalam kasih dengan orang-orang Kristen
yang lain.
Kemudian, dalam suratnya kepada jemaat Kolose, Paulus mendorong mereka dengan salam dari
Epafras, sesama budak. Sama seperti Paulus, Epafras selalu berjerih lelah untuk saudara-saudaranya
dalam doa dan perbuatan, supaya mereka dapat berdiri sebagai anak-anak Elohim yang dewasa
untuk sepenuhnya yakin mengenai kehendak Elohim bagi hidup mereka. 2 Dengan hal ini sebagai
fokus pekerjaannya, nyata bahwa Epafras juga ingin orang-orang percaya untuk sepenuhnya yakin
akan keselamatan mereka dan ditegakkan dalam pengetahuan tentang rahasia Elohim.
Bagaimana kita tahu bahwa kita telah menerima pengetahuan yang benar mengenai keselamatan?
Kita menunjukkan bahwa kita memahami dan menerima rahasia Elohim dengan cara di mana kita
hidup dan berjalan bersama sebagai anak-anak-Nya. Sebagai contoh, Paulus menjelaskan bahwa
pernyataan rahasia tersebut memimpin pada ketaatan iman di dalam diri orang-orang yang
menerima berita ini.3 Pengetahuan yang benar mengenai rahasia ini juga mencakup pengalaman
pribadi kita untuk memperoleh warisan sebagai anak-anak Elohim dan disatukan dengan
administrasi Kristus sendiri. Melalui administrasi Kristus-lah maka tujuan-tujuan Elohim digenapi di
sorga dan di bumi.4 Secara signifikan, rasul Yohanes menjelaskan bahwa berita ini diberitakan kepada
1
Kol 2:1‑2
Kol 4:12
3
Rm 16:25‑26
4
Ef 1:10
2
1
kita supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan dengan satu
sama lain. Dalam persekutuan inilah kita disatukan bersama-sama dalam kasih Elohim.5
Paulus mendorong orang-orang percaya kepada keyakinan dan pengetahuan ini supaya mereka tidak
diperdaya oleh kata-kata yang indah dari orang-orang yang membawakan berita yang berbeda. 6 Ini
merupakan suatu pemikiran yang serius bahwa seseorang dapat memberitakan suatu injil yang
berbeda dari berita yang Paulus dan para rasul bawakan. Meskipun demikian, bahkan ketika para
penulis Perjanjian Baru masih hidup, pengajar-pengajar palsu, yang telah memutarbalikkan injil
Kristus, menarik orang-orang dari kebenaran. 7 Paulus mengatakan kepada para pemimpin gereja di
Efesus bahwa penyimpangan injil seperti ini hanya akan bertambah pada tahun-tahun setelah
kepergiannya.8
Kebodohan dari hikmat manusia
Banyak teolog dan sejarawan gereja merujuk kepada para rasul dan pemimpin Perjanjian Baru
sebagai ‘bapa-bapa gereja primitif’. Mereka membedakan orang-orang ini dengan ‘bapa-bapa gereja
mula-mula’, yang merupakan para teolog dan pengajar Alkitab yang memimpin di abad-abad setelah
kematian para rasul. Yang termasuk ‘bapa-bapa gereja mula-mula’ adalah para tokoh terkemuka
seperti Augustine, Tertullian, Jerome dan Origen, sebagai contohnya. Orang-orang ini adalah para
sarjana Alkitab terkenal yang menulis banyak kumpulan tafsiran mengenai tulisan-tulisan dari ‘bapabapa gereja primitif’.
Sayangnya, banyak sarjana dari zaman itu tidak melakukan banyak hal untuk membantu pengertian
orang-orang dan aplikasi mereka terhadap rahasia Elohim. Ini karena tafsiran-tafsiran dan tesis-tesis
mereka berasal dari kerja keras intelektual, bukan oleh kuasa Roh dalam persekutuan dengan
saudara-saudara yang lain. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan dipengaruhi oleh filosofi-filosofi
dari orang-orang yang tidak percaya yang hidup pada zamannya. Luar biasanya, tulisan-tulisan ini
menjadi kuasa dari Kitab Suci. Lebih jauh lagi, pekerjaan mereka melahirkan suatu
perbedaan/kesenjangan antara orang-orang yang memiliki kualifikasi dan hak untuk menafsirkan
Kitab Suci, dengan orang-orang yang ditunjuk untuk mempercayai tafsiran-tafsiran mereka. Ini
menjadi suatu pemisahan antara golongan orang-orang percaya yang disebut ‘kelompok pendeta’,
dengan golongan orang-orang percaya lain yang dikenal sebagai ‘kaum awam’.
Pengajaran dan pemberitaan berdasarkan tafsiran Alkitab dan kualifikasi (keahlian) teologi telah
mengosongkan firman Elohim dari kuasanya. Orang-orang yang tertanam dalam pendekatan seperti
ini tidak pernah mengenal Elohim, dan dengan demikian tidak pernah dapat memperkenalkan orang
lain kepada Dia. Pembelajaran ilmiah mengenai Kitab Suci hanya dapat memberikan karakteristik
atau atribut kepada Elohim sebagai Pencipta, yang sangat jauh terpisah dari ciptaan yang fana.
Dengan cara ini, pewahyuan dan pemahaman rohani mengenai kerinduan perjanjian Elohim untuk
bersekutu dengan anak-anak Elohim dirusak oleh hikmat manusia. Ini sangat berbeda dengan cara
Paulus yang menjelaskan bahwa dia telah diutus untuk ‘memberitakan Injil; dan itupun bukan
5
Kol 2:2
Kol 2:4
7
Gal 1:7
8
Kis 20:29‑30
6
2
dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia’.9 Kita juga memperhatikan
bahwa pemberitaan yang berdasarkan pada tafsiran-tafsiran ini tidak mendorong persekutuan di
antara semua orang percaya sebagaimana seharusnya, seperti yang dikatakan rasul Yohanes.10
Sebaliknya, hal itu hanya membentengi perbedaan-perbedaan antara kelompok pendeta dengan
kaum awam.
Banyak pendengar tetap tidak menyadari akan rahasia Elohim sebagai akibat dari doktrin gereja yang
banyak dan bermacam-macam yang telah disebarkan dari tulisan-tulisan ‘bapa-bapa gereja mulamula’. Orang-orang ini tidak diajarkan tentang Perjanjian Kekal Elohim, atau pentingnya untuk
disatukan kepada persekutuan persembahan Kristus. Sebagai akibatnya, mereka memiliki sedikit
pengertian tentang kerinduan Bapa untuk anak-anak manusia dibawa kepada kemuliaan sebagai
anak-anak Elohim. 11 Beberapa pemimpin yang berpengaruh bahkan menggambarkan gagasan bahwa
kita dapat dilahirkan dari kodrat ilahi Elohim dan menjadi anak-anak Elohim, sebagai kegilaan!
Menyedihkan, karena mereka telah mempercayai injil yang mengosongkan salib dari kuasanya, maka
banyak orang percaya telah dirampas dari keyakinan akan keselamatan dan tetap dalam ikatan
kepada dosa dan takut akan maut.
Pengajaran apapun yang tidak memberitahukan rahasia Elohim tidak memiliki kuasa. Ini terlepas dari
betapa antusiasnya atau bagaimanapun kita merasakannya ketika pengajaran itu diproklamirkan.
Salib Kristus menyatakan hikmat dan kuasa Elohim. Segala berita yang lain menyampaikan hikmat
yang berbeda. Yakobus, saudara Yesus, berkata bahwa hikmat apapun selain daripada hikmat Elohim
adalah dari dunia, nafsu manusia, dan setan-setan.12 Pelayanan dari hikmat ini, sebagus-bagusnya,
hanyalah mempesona panca indera alamiah seseorang. Hikmat yang lain ini biasanya mencoba untuk
membuat orang-orang merasa baik/enak atau meminta mereka mencoba lebih keras untuk menjadi
seorang Kristen yang baik.
Di sepanjang zaman, pasti ada laki-laki dan perempuan yang tetap setia kepada pengajaran para
rasul, dan yang telah memproklamirkan berkat keyakinan akan keselamatan. Pada zaman ini,
merupakan tanggung jawab kita untuk memulihkan injil tentang status anak yang telah disampaikan
oleh para rasul dan nabi. Lebih lagi, kita perlu terus diperlengkapi untuk membagikan berita ini
dengan yang lain dalam konteks di mana Elohim telah menempatkan kita. Dalam hal ini, Paulus
berdoa untuk orang-orang Kristen di Kolose supaya mereka dapat ‘menerima segala hikmat dan
pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan [Elohim] dengan sempurna (terj. Bhs. Ing.
‘filled with the knowledge of His [God’s] will in all spiritual wisdom and understanding’ artinya
‘dipenuhi dengan pengetahuan akan kehendak-Nya [Elohim] dalam segala hikmat dan pengertian
rohani’)’. 13 Pengetahuan akan kehendak Elohim adalah pengetahuan tentang bagaimana kita
menjadi anak-anak Elohim.
9
1Kor 1:17
1Yoh 1:1‑4
11
Ibr 2:10
12
Yak 3:15
13
Kol 1:9
10
3
Injil tentang anak (status anak)
Hal paling penting yang harus kita ketahui dan pelajari dari pembelajaran kita mengenai Kitab Suci
adalah pelajaran yang pertama-tama kita pelajari ketika kita memutuskan untuk menyerahkan diri
kita kepada Kristus dan menjadi seorang Kristen. Apakah pelajaran atau berita yang kita dengarkan
pada permulaan kehidupan Kekristenan kita? Elohim adalah kasih. ‘Elohim adalah kasih, dan
barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Elohim dan Elohim di dalam dia.’14
Rasul Yohanes menyebut ini ‘kasih yang semula’. Kita diberitahu oleh Yohanes bahwa jika kita
membiarkan kasih Elohim tinggal di dalam kita, kita akan tinggal di dalam Bapa dan Anak dan
memiliki hidup yang kekal.15
Pekerjaan pendamaian Kristus memberikan kita pengampunan dan ‘hak untuk berdiri’ di hadapan
Elohim. Kita menerima pembenaran ini melalui iman yang diberikan kepada kita ketika kita
menerima firman Elohim yang diberitakan kepada kita. 16 Sekarang kita mampu berdiri dan berjalan
dalam kasih karunia Elohim. 17 Hak akan status anak diberikan kepada kita sebagai suatu
pengharapan. 18 Kita mulai menerima pengharapan ini ketika kita meresponi penginsafan dari Roh
Kudus, yang memberikan kita suatu kemampuan sehingga kita bisa mulai bertobat. Pada saat yang
sama, Dia mencurahkan kasih Elohim ke dalam hati kita. 19 Suatu transaksi yang menakjubkan sedang
terjadi. Kita berpindah dari maut kepada hidup dan dari kegelapan kepada terang. Kita sedang
dilahirkan kembali.
Elohim membuat tempat tinggal-Nya di dalam kita ketika kasih-Nya diberikan kepada kita oleh Roh
Kudus. Kita dilahirkan dari Elohim ketika kita menerima kasih Elohim. 20 Ketakutan kita telah
dilenyapkan oleh kasih-Nya yang sempurna. 21 Sebelumnya, ketakutan terbesar kita adalah
penghukuman maut. Di bawah perbudakannya, kita sepenuhnya berpusat pada diri sendiri dan
didorong untuk mengontrol lingkungan kita dalam kesia-siaan yang mencoba untuk menunda
kematian kita yang tidak dapat dihindari. Setelah dilahirkan dari Elohim, kita bisa, dan harus,
melepaskan ketakutan dan kontrol.
Suatu kehidupan yang penuh dengan kontrol bisa terlihat cukup rohani. Seorang Kristen yang
mencoba untuk hidup dengan cara ini berusaha untuk diselamatkan dengan melakukan secara
memuaskan serangkaian tindakan/perbuatan, yang melaluinya mereka percaya bahwa Elohim
berkewajiban untuk menyelamatkan mereka. Inilah artinya hidup oleh hukum. Mereka tidak
memanfaatkan kasih karunia, atau berjalan menurut Roh. Dengan tidak adanya kasih karunia, dan
sangat sadar akan kelemahan daging mereka, tidaklah mengherankan orang Kristen dapat mulai
mendiskualifikasi diri mereka sendiri.
14
1Yoh 4:16
1Yoh 2:24
16
Rm 10:17
17
Rm 5:2
18
Rm 5:3
19
Rm 5:5
20
1Yoh 4:7
21
1Yoh 4:18
15
4
Hasil dari kasih Elohim yang dicurahkan ke dalam hati kita adalah hubungan. Kita menjadi bagian dari
tubuh Kristus, gereja, dan masuk dalam keluarga Elohim. Setelah dilepaskan dari ketakutan,
ketertarikan kita bukan lagi menghindari maut, tetapi lebih kepada, hidup untuk Elohim. 22 Fokus
hidup kita sepenuhnya berubah. Jika kita mengasihi Bapa, kita juga akan mengasihi keluarga-Nya,
gereja, dalam perbuatan dan kebenaran. 23 Inilah bagaimana kita tahu bahwa ‘kita berasal dari
kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan (terj. Bhs. Ing. ‘will assure’ artinya ‘akan
menyakinkan’) hati kita di hadapan Elohim, sebab jika kita dituduh olehnya, Elohim adalah lebih
besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu’.24
Setelah dilahirkan dari Elohim, sekarang kita bisa bersekutu dengan yang lain tentang jenis kasih
yang Elohim Bapa telah berikan kepada kita. Kerinduan-Nya supaya kita menjadi anak-anak-Nya
adalah ‘besarnya kasih’ yang Dia miliki bagi kita.25 Pengertian yang baru ini, yang diberikan kepada
kita oleh Bapa dan Anak perlu dipahami dan dihargai sepenuhnya dalam kaitannya dengan semua
ekspresi dan implikasinya.26
Aspek selanjutnya dari status anak kita adalah tiba pada suatu pengertian tentang bagaimana Elohim
memperlakukan kita sebagai anak. Dia adalah Bapa kita dan memperlakukan kita dalam kasih untuk
melepaskan kita dari dosa dan membuat kita bertumbuh dan menjadi dewasa sebagai anak-anakNya.27 Kita tidak boleh melupakan nasehat dan instruksi Tuhan yang Dia sampaikan kepada kita pada
awal perkenalan (masuknya) kita ke dalam keluarga-Nya. Instruksi-instruksi ini disebut ‘asas-asas
pokok dari penyataan Elohim (prinsip-prinsip pertama dari ajaran Kristus)’ dan merupakan hal yang
penting sebagai bagian dari permulaan masuknya kita ke dalam budaya rumah-Nya.28
Yesus mengatakan bahwa penderitaan kita di dalam dunia ini harus dipahami sebagai bagian dari
tangan pendisiplinan Elohim atas kita. Penderitaan ini memproses dan memurnikan respon-respon
kita sehubungan dengan pencobaan-pencobaan dan ketidakadilan yang menimpa kita dalam
kehidupan. Untuk menjadi orang Kristen yang disiplin dan bijak merupakan tujuan dari pendisiplinan
Elohim atas kita. Paulus mengingatkan orang-orang percaya bahwa ‘Tuhan menghajar (mendisiplin)
orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak’.29
Menderita sakit bersalin sampai rupa Kristus menjadi nyata
Paulus berbicara kepada orang-orang Kristen di Galatia sebagai, ‘anak-anakku, karena kamu aku
menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu’.30 Paulus tidak
menderita sakit bersalin supaya mereka dapat mengenal lebih lagi tentang Yesus, atau tentang
persembahan-Nya yang mewakili mereka. Maksud dari hasil pemberitaannya adalah supaya hidup
Kristus dapat ditegakkan dengan teguh dalam mereka. Bagi Paulus, ini adalah suatu sakit bersalin,
22
2Kor 5:14‑15
1Yoh 4:20‑21. 1Yoh 3:18
24
1Yoh 3:19‑20
25
1Yoh 3:1
26
Ef 3:17‑19
27
Ibr 12:7‑11
28
Ibr 5:12
29
Ibr 12:6
30
Gal 4:19
23
5
sama seperti penderitaan yang seorang ibu alami ketika identitas seseorang sedang dibentuk dalam
kandungannya.
Paulus bukanlah sumber dari kehidupan orang Kristen di Galatia. Dalam hal ini, dia tidak melahirkan
mereka. Akan tetapi, dia berkomitmen pada persekutuan yang terus-menerus dengan mereka, dan
untuk memberi mereka makan firman supaya mereka terus bertumbuh sebagai anak-anak Elohim.
Paulus menjadi segala yang Elohim namakan untuk dia jadi, demi kepentingan mereka.
Memperhatikan teladan Paulus, kita menyadari bahwa Kristus menjadi nyata di dalam kita melalui
sakit bersalin orang lain. Sementara kita bertumbuh dan berkembang dalam status anak kita, kita
semua perlu untuk menderita sakit bersalin supaya Kristus menjadi nyata di dalam orang lain.
Setiap orang percaya harus menjadi dewasa sebagai seorang anak Elohim. ‘Diombang-ambingkan
oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan’ adalah karakteristik dari seseorang yang telah dilahirkan kembali namun tidak terus
bertumbuh sebagai seorang anak Elohim. 31 Paulus mengatakan bahwa jawaban untuk
ketidakdewasaan ini adalah memperkatakan dan menerima kebenaran dalam kasih seorang akan
yang lain. Ketika tiap-tiap orang memberi diri mereka sesuai dengan nama mereka, ini menyebabkan
pertumbuhan seluruh tubuh. Tubuh dibangun dalam kasih.32 Lebih lanjut, kita berjerih lelah dan sakit
bersalin bagi orang-orang yang Tuhan ingin bawa masuk ke dalam tubuh Kristus sampai Kristus
menjadi nyata di dalam mereka. Persekutuan dan persembahan merupakan dasar dari sakit bersalin
kita.
Penulisan buku ini merupakan bagian dari suatu sakit bersalin untuk melihat Kristus menjadi nyata di
dalam setiap kita. Ketika kita menerima isinya dan menyelidiki Kitab Suci untuk memahami lebih dari
apa yang sedang disampaikan, kita dapat menjadi yakin bahwa Tuhan akan menegakkan jalan kita di
hadapan-Nya. Akan tetapi, lebih dari ini, kita akan disatukan kepada sakit bersalin yang sama supaya
Kristus menjadi nyata dalam keluarga-keluarga kita, dalam saudara-saudara kita, dan dalam orangorang yang Tuhan ingin bawa kepada diri-Nya sendiri.
31
32
Ef 4:14
Ef 4:15‑16
6
BAB 1
Supaya kamu tahu bahwa kamu memiliki
hidup yang kekal
Rasul Yohanes menulis suratnya yang pertama kepada orang-orang yang percaya dalam nama Anak
Elohim, supaya mereka tahu mereka memiliki hidup yang kekal.1 Jelas, Yohanes menulis kepada
orang-orang yang sudah menjadi orang-orang percaya. Dengan menulis surat ini, Yohanes bukan
sedang meragukan kemurnian iman mereka. Namun, jelas bahwa mengetahui mereka memiliki
hidup yang kekal adalah sesuatu yang lebih daripada hanya sekedar percaya dalam nama Anak
Elohim. Fakta bahwa Yohanes menulis seluruh suratnya untuk tujuan ini mengindikasikan bahwa ada
lebih banyak hal lagi untuk mengetahui bahwa kita memiliki hidup yang kekal daripada sekedar
pengetahuan kita akan janji ini.
Para penulis Perjanjian Baru mengajarkan kita bahwa memiliki hidup yang kekal berhubungan
dengan mengenal Elohim dan memiliki persekutuan dengan Dia dan umat-Nya. Rasul Paulus menulis
bahwa dia telah menderita kehilangan akan segala sesuatu, termasuk kekayaan budayanya sendiri,
supaya dia dapat mengenal Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya dan bersekutu dalam penderitaanNya, untuk menjadi serupa dengan kematian-Nya. 2 Ini adalah hal yang mendasar bagi pengalaman
Paulus setiap hari. 3 Dia hidup dengan cara ini dengan tujuan menerima pengharapan akan
kebangkitan dalam langit dan bumi yang baru.
Menerima hidup yang kekal
Hidup yang kekal menjadi milik kita ketika kita menerima hidup Yesus sebagai suatu kepunyaan
pribadi. Ini karena hidup Elohim ada di dalam Anak, ‘Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup’.4
Jadi bagaimana kita menerima Anak? Paulus mengajarkan bahwa Elohim mengutus orang-orang
untuk memberitakan injil Yesus Kristus supaya para pendengar percaya dan berseru memanggil
1
1Yoh 5:13
Flp 3:8‑10
3
1Kor 15:31
4
1Yoh 5:11‑12
2
7
nama Tuhan untuk diselamatkan. 5 Yesus berkata bahwa murid-murid-Nya akan menjadi saksi-saksiNya sampai ke ujung bumi.6 Bahkan dengan pandangan ini, kita dapat membuat poin yang jelas
bahwa ketika seseorang membagikan injil kepada orang lain, mereka bukanlah sumber dari berita
yang mereka proklamirkan. Demikian juga, mereka tidak memiliki kapasitas apapun dalam diri
mereka untuk memberikan hidup Elohim kepada orang lain.
Seseorang dapat menerima kesaksian atau firman Bapa, kesaksian Anak, dan kesaksian Roh Kudus
ketika mereka mendengar injil diproklamirkan kepada mereka. Ketiga Kesaksian yang berbeda ini
sependapat dan bersaksi kepada kita mengenai hidup yang ada di dalam Anak Elohim.7 Yohanes
menyebut ini ‘kesaksian Elohim’, dan dia katakan bahwa kesaksian itu lebih besar daripada
‘kesaksian manusia’. 8 Ketika seseorang menerima kesaksian manusia melalui firman yang
diberitakan, maka Roh, air, dan darah mulai berdampak dalam hidup mereka. Pendengar firman
dapat memahami persembahan Anak. Yesus, Juruselamat mereka, memperkenalkan diri-Nya kepada
mereka, dan mereka diberikan hak untuk menjadi anak-anak Elohim.9
Roh, air, dan darah
Yohanes menjelaskan bahwa ada ‘tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan
Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu’.10 Dia sedang menarik perhatian kita kepada persekutuan
Yahweh. Dalam persekutuan ini, Mereka memutuskan untuk membawa kumpulan banyak anak
kepada kemuliaan. Tiga yang memberi kesaksian di muka bumi adalah ‘Roh dan air dan darah dan
ketiganya adalah satu (sependapat)’.11 Tentu saja, bukan ada enam kesaksian! Yohanes menjelaskan
bagaimana tujuan dan rencana Elohim, yang ditetapkan dalam musyawarah kehendak Mereka,
terselesaikan di muka bumi dalam kita. Untuk dilahirkan dari Elohim, kita harus menerima ke dalam
hidup kita, tiga kesaksian keselamatan yang Elohim telah berikan kepada kita.
Kesaksian pertama di muka bumi adalah Roh. Ini karena Dia membawakan kesaksian penuh dari
ketujuh kali lipat Roh Elohim kepada kita. Ia memberikan kuasa kepada kesaksian air dan kesaksian
darah terhadap kita. Inilah yang Yohanes maksudkan ketika ia menjelaskan bahwa Yesus Kristus
datang dengan air dan darah. ‘Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran’.12
Berita itu sendiri diberitakan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dari ketujuh kali lipat Roh
Elohim, yang datang oleh Roh Kudus. 13 Ketika seseorang menerima berita ini, Roh Kudus
menginsafkan mereka akan dosa, kebenaran dan penghakiman. 14 Di bawah penginsafan ini, mereka
mulai menangkap penyediaan dari air dan darah.
Kesaksian air adalah berita dari Bapa. Dia sepenuhnya berfokus pada pemulihan identitas setiap
orang dan kelahiran mereka sebagai seorang anak Elohim. Dia adalah Bapa segala ‘terang’ atau
5
Rm 10:14‑15
Kis 1:8
7
1Yoh 5:7‑9
8
1Yoh 5:9
9
Yoh 1:12
10
1Yoh 5:7
11
1Yoh 5:8
12
1Yoh 5:6
13
1Ptr 1:12
14
Yoh 16:8
6
8
identitas.15 Dalam Kitab Suci, air melambangkan atau menggambarkan firman Elohim. 16 Paulus
menjelaskan bahwa Bapa menyelamatkan kita, sesuai dengan kemurahan-Nya, oleh pembasuhan
regenerasi dan pembaharuan oleh Roh Kudus. 17 Kesaksian air menghidupkan kembali identitas kita
dan membawakan kesembuhan kepada kita. 18 Kesaksian air juga menyucikan tubuh kita dari
kecemaran perilaku kejatuhan kita. Pembaharuan oleh Roh Kudus menangani kerusakan identitas
kita yang disebabkan oleh dosa. Melalui proses regenerasi dan pembaharuan inilah maka kita
menerima hati yang baru dan roh yang baru.19
Kesaksian darah adalah berita dari Anak. Pertama-tama, darah berbicara tentang penebusan kita.
Yesus bersaksi bahwa Dia datang untuk memberikan hidup-Nya, atau jiwa-Nya, sebagai tebusan bagi
banyak orang.20 Jelas, Dia berbicara tentang darah-Nya, karena jiwa dari semua makhluk ada dalam
darahnya. 21 Meskipun harga tebusan telah sepenuhnya dibayar untuk dosa seluruh dunia, kita hanya
dapat kembali dari kematian dosa ketika kita bersatu dengan Dia dalam kematian dan penderitaanNya.22 Persekutuan dalam darah dan hidup-Nya ini adalah aspek kedua dari kesaksian darah.
Pada akhirnya, sebagai Seorang yang datang dengan air dan darah, Yesus mewujudkan, atau
sepenuhnya menyatakan, status anak. Kita menunjukkan bahwa kita sedang dipimpin oleh Roh dan
terus menerima kesaksian air dan darah ketika kita menaati firman Elohim, dan menjadi dewasa
sebagai anak-anak Elohim melalui penderitaan. Ini merupakan implikasi dari berjalan di jalan status
anak yang Kristus rintis, dan kita bersatu dengan jalan tersebut melalui baptisan. Seperti yang kita
akan perhatikan selanjutnya dalam buku ini, kita terus menerima kesaksian Roh, air, dan darah,
melalui baptisan ke dalam Kristus Yesus.
Bapa, Anak dan Roh Kudus mendesak untuk kita harus memiliki kesaksian ini jika kita mau
diselamatkan. Jika kita menyatakan bahwa kita diselamatkan atas dasar yang lain, Yohanes
mengatakan bahwa kita membuat Elohim menjadi pendusta karena kita ‘tidak percaya akan
kesaksian yang diberikan Elohim tentang Anak-Nya’. 23 Jika kita menolak isi dari ketiga berita yang
Bapa, Anak dan Roh Kudus proklamirkan kepada kita, kita tidak bisa dilahirkan kembali, juga tidak
bisa mewarisi hidup kekal yang Elohim telah janjikan.
Kita tahu kita memiliki hidup
Kita adalah anak-anak Elohim sekarang, meskipun status anak kita belum sepenuhnya dinyatakan.24
Demikian juga, kita menerima hidup yang kekal ketika kita pertama-tama percaya, tetapi hidup ini
harus terus bertumbuh dan diekpresikan dalam setiap aspek kehidupan kita, secara individu, sebagai
rumah tangga-rumah tangga, dan sebagai komunitas orang-orang percaya. Sementara kita
15
Yak 1:17
Ef 5:26
17
Tit 3:5
18
Mzm 107:20
19
Yeh 36:25‑26
20
Mrk 10:45
21
Im 17:14
22
Rm 6:5‑7
23
1Yoh 5:10
24
1Yoh 3:2
16
9
memperhatikan pengajaran Yohanes dan para penulis Perjanjian Baru yang lain mengenai
pembahasan ini, kita bisa mengidentifikasi enam aspek di mana kita mengetahui bahwa kita memiliki
hidup yang kekal. Aspek-aspek ini termasuk:
1. kita mengenal Bapa, dan hidup kita ada di dalam Kristus
2. kita telah menerima hidup Yesus
3. kita telah dikaruniakan suatu pengertian yang spesifik, memampukan kita untuk percaya
4. kita telah mengerjakan hak yang diberikan kepada kita untuk percaya akan status anak
5. kita bersekutu dalam tubuh Kristus dan mengasihi saudara-saudara kita
6. kita telah menerima pengudusan sebagai suatu manfaat khusus, dan menunjukkan bahwa
kita telah menerima hidup yang kekal.25
1. Kita mengenal Bapa, dan hidup kita ada di dalam Kristus
Elohim Bapa adalah sumber dari hidup kekal. Kita tahu bahwa kita memiliki hidup kekal karena kita
mengenal Dia sebagai Bapa kita. Jadi, bagaimana kita bisa mengenal Dia? Anak Elohim
mengaruniakan pengertian kepada kita supaya kita dapat mengenal ‘Yang Benar (terj. Bhs. Ing. ‘Him
who is true’ artinya ‘Dia yang adalah benar’)’. 26 Berdoa kepada Bapa, Yesus mengakui bahwa Bapa
telah memberikan kepada-Nya otoritas/kuasa atas semua makhluk supaya Dia dapat memberikan
hidup yang kekal kepada anak-anak manusia. Kemudian Dia menjelaskan bahwa ‘inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Elohim yang benar, dan mengenal
Yesus Kristus yang telah Engkau [Bapa] utus’.27 Rasul Yohanes juga menyebut Anak ‘Yang Benar (terj.
Bhs. Ing. ‘Him who is true’ artinya ‘Dia yang adalah benar’)’ dan menjelaskan bahwa jika kita
mengenal Bapa, maka kita juga akan berada di dalam Dia yang adalah benar. 28 Yohanes berbicara
tentang Anak sebagai suatu tubuh korporat yang terdiri dari anak-anak Elohim.
Kita tahu bahwa kita memiliki hidup yang kekal karena kita terus tinggal di dalam Bapa dan Anak. Kita
tetap tinggal di dalam Mereka dengan mengizinkan firman Elohim tetap tinggal di dalam kita.29
Yohanes menjelaskan bahwa firman ini ada ‘sejak semula’. Dengan ini, yang ia maksudkan ialah
firman itu datang dari persekutuan perjanjian Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan berkaitan dengan
status anak kita. Firman ini terus tinggal di dalam kita sementara kita berpegang teguh pada
pengharapan untuk menerima kepenuhan dari status anak kita di dalam langit dan bumi yang baru.30
Inilah artinya memiliki roh adopsi.31 Ini adalah sikap iman yang olehnya kita termotivasi untuk
menerima janji-janji Elohim, sepenuhnya. Dalam iman ini, kita ‘berlari-lari kepada tujuan untuk
25
Rm 6:22
1Yoh 5:20
27
Yoh 17:2‑3
28
1Yoh 5:20
29
1Yoh 2:24
30
Ibr 10:23
31
Rm 8:15
26
10
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Elohim dalam Kristus Yesus’.32 Ini adalah hadiah
akan suatu warisan kekal sebagai seorang anak Elohim.
Rasul Paulus mengatakan bahwa kita akan diselamatkan jika kita berpegang teguh pada firman yang
diberitakan kepada kita.33 Sama halnya, Yohanes menjelaskan bahwa para utusan menulis dan
menyampaikan firman, mengundang kita untuk memiliki persekutuan dengan mereka dan untuk
diperkenalkan kepada Bapa dan Anak sebagai sumber dari hidup yang kekal.34 Jelas, ketika kita
menerima firman ini, dan juga membagikannya kepada yang lain, kita terhubung dalam persekutuan
bersama dan persekutuan kita adalah dengan Bapa dan Anak-Nya. Inilah hidup yang kekal.35
2. Kita telah menerima hidup Yesus
Yesus mengatakan, ‘Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian
juga diberikan-Nya kepada Anak agar mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri’. 36 Karena Yesus
memiliki hidup yang kekal di dalam diri-Nya sendiri, Dia sanggup memberikan hidup ini kepada kita.
Yohanes menulis dalam suratnya yang pertama bahwa ‘inilah kesaksian itu: Elohim telah
mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa
memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.’37 Poin
untuk kita sadari adalah bahwa kita perlu menerima hidup Yesus. Orang-orang yang memiliki hidup
kekal, hidup selamanya karena mereka telah menerima hidup Yesus sebagai suatu kepunyaan
pribadi.
Kita menerima hidup Yesus dengan memakan makanan yang Dia berikan kepada kita. Yesus berkata
mengenai diri-Nya sendiri sebagai roti yang turun dari sorga dan memberikan hidup kepada dunia.
Daging-Nya adalah roti ini.38 Dia berkata bahwa ‘barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku,
ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.’39 Yesus memberikan
makanan ini kepada murid-murid-Nya pada perjamuan terakhir dan menggambarkannya sebagai
penyediaan untuk suatu Perjanjian Baru. Roti ini adalah firman-Nya, dan kita adalah satu tubuh
karena kita terus menerima dan hidup oleh satu firman ini. Kita meminum cawan, yang berbicara
tentang darah-Nya, dalam iman untuk berpartisipasi dalam penderitaan-Nya. Bersatu dengan
persekutuan penderitaan-Nya, kita juga bersatu dengan persekutuan hidup-Nya.
Yesus juga berkata bahwa kita tidak berjerih lelah ‘untuk makanan yang akan dapat binasa,
melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak
Manusia kepadamu’. 40 Jelas, ada kemungkinan untuk kita berjerih lelah demi suatu firman
(perkataan) yang akan binasa. Hidup Yesus tidak ada di dalam firman (perkataan) ini. Salah satu cara
32
Flp 3:14
1Kor 15:2
34
1Yoh 1:1‑3
35
1Yoh 5:20
36
Yoh 5:26
37
1Yoh 5:11‑12
38
Yoh 6:51
39
Yoh 6:54‑56
40
Yoh 6:27
33
11
di mana kita bisa berjerih lelah untuk makanan yang akan binasa adalah berpegang teguh pada
ajaran tradisi-tradisi kita, bukannya menerima dan hidup oleh firman Elohim yang diberikan kepada
kita di meja perjamuan. Kita bahkan bisa menciptakan ajaran tradisi kita sendiri dan menghakimi
firman yang keluar (dari Elohim), dan orang-orang yang membawakan firman itu, yang menentang
tradisi-tradisi ini. Kita harus datang kepada Yesus untuk menerima hidup, dan hidup ini ditemukan di
dalam darah dan daging-Nya. Dia menasehati orang-orang Yahudi mengenai hal ini, demikian, ‘Kamu
menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang
kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau
datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu’.41
3. Kita telah dikaruniakan suatu pengertian yang spesifik, memampukan kita untuk
percaya
Hidup Anak Elohim juga disebut ‘Terang hidup’. 42 Aspek dari hidup Kristus ini harus diterima jika kita
mau memiliki hidup yang kekal. Hidup Yesus, ketika diberikan kepada kita, mengiluminasi hati dan
pikiran kita. Hidup ini mengaruniakan pengertian kepada kita. Pengetahuan ini pertama-tama adalah
kapasitas untuk mengenal Elohim, dan percaya di dalam Dia ketika kita bertemu dengan-Nya. Ini
adalah pengetahuan yang datang dari hidup Yesus ketika hidup-Nya mulai berdampak atas kita.
Ketika Yesus datang ke dalam dunia, Dia datang sebagai Terang dunia.43 Hidup Yesus ada di dalam
firman Elohim, karena Dia adalah Firman. 44 Ketika firman-Nya diproklamirkan kepada kita, firman itu
menerangi pengertian kita, memampukan kita untuk percaya dan menerima hidup yang kekal.
Yohanes menarik perhatian kita kepada hubungan antara Firman, hidup dan terang dalam bagian
pendahuluan dari Injilnya. Dia menjelaskan, ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Elohim dan Firman itu adalah Elohim. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Elohim. Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang manusia.’45
Pekerjaan dari utusan adalah memberi kesaksian, oleh kuasa Roh Kudus, bahwa Yesus adalah Terang
dunia. Inilah pekerjaan Yohanes Pembaptis. Rasul Yohanes berkata tentang ‘Pembaptis’, bahwa ‘ia
datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang Terang itu, supaya oleh dia semua orang
menjadi percaya. Ia bukan Terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang Terang itu.’46 Ini
juga merupakan peran kita. Ketika kita memperkenalkan orang-orang kepada Kristus dan mereka
menerima apa yang kita katakan, Kristus Sendiri memberikan mereka kapasitas untuk melihat dan
percaya di dalam Dia.
Ketika Yesus datang kepada kita sebagai individu-individu, pertama-tama Dia datang membawakan
hidup. Ini terjadi sebelum kita menerima pengertian. Kita sering mendengar kesaksian dari orang
yang baru percaya yang menyadari bahwa firman tersebut benar; dan mereka dipengaruhi oleh itu,
tapi tidak sungguh-sungguh mengerti mengenai apa yang sedang disampaikan. Bagi seseorang yang
41
Yoh
Yoh
43
Yoh
44
Yoh
45
Yoh
46
Yoh
42
5:39‑40
8:12
9:5
1:14
1:1‑4
1:6‑8
12
telah dijamah oleh hidup-Nya, Yesus mulai memberikan iluminasi melalui Roh-Nya. Orang tersebut
sekarang memiliki Terang hidup dan sanggup untuk tetap tinggal di dalam Elohim. Lebih lagi, mereka
dapat memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lihat dan ketahui. Untuk merangkumkan
poin ini, Yohanes menulis, ‘Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Elohim dan
Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah
melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.’47
4. Kita telah mengerjakan hak yang diberikan kepada kita untuk percaya akan status
anak
Seperti yang telah kita perhatikan, para utusan diutus oleh Elohim untuk mengarahkan perhatian kita
kepada Yesus Kristus. Dalam hal ini, pekerjaan mereka adalah memberi kesaksian terhadap fakta
bahwa Elohim telah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, dan bahwa barangsiapa menerima Anak
dan percaya dalam nama-Nya bisa menjadi seorang anak Elohim. Pernyataan berita ini merupakan
suatu pekerjaan yang luar biasa yang memanggil kita untuk bersatu. Ketika seseorang percaya di
dalam Yesus dan menghargai apa yang Ia berikan kepada mereka, iman mereka menjadi aktif dan
mereka termotivasi untuk meresponi firman Kristus dan menerima janji untuk menjadi seorang anak
Elohim.
Pada titik ini, penting untuk diperhatikan bahwa percaya di dalam Anak Elohim bukan berarti percaya
bahwa Dia ada, atau bahwa Dia adalah Elohim. Ini hanyalah sebuah fakta! Kita tahu bahwa bahkan
setan-setan pun percaya akan hal ini.48 Percaya di dalam Anak Elohim meminta kita untuk berada di
dalam Dia dan terus mempercayai apa yang Ia katakan. Bukti bahwa kita percaya kepada-Nya adalah
kita melakukan apa yang Ia katakan. Hal ini juga menunjukkan bahwa kita telah menerima iman,
karena iman adalah bukti dari pekerjaan kita.49 Mari kita perhatikan ini lebih lanjut.
Dengan iman, orang yang baru percaya mengerjakan hak untuk menjadi seorang anak Elohim. Kita
ingat perkataan Yohanes; ‘Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa (terj. Bhs. Ing.
'right' artinya 'hak') supaya menjadi anak-anak Elohim, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Elohim’.50 Hak ini diberikan kepada mereka ketika Kristus
datang dengan hidup-Nya dan menerangi mereka tentang tujuan keberadaan mereka. Mereka
diciptakan untuk menjadi anak Elohim.51
Pentingnya seseorang mengerjakan hak untuk menjadi seorang anak Elohim adalah seseorang bisa
memiliki suatu pengalaman awal dalam mendengar dan menerima injil, tetapi gagal untuk
mengerjakan hak status anak. Mengerjakan hak ini adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan dari
status anak kita, yang hanya dapat terjadi ketika kita mempercayai firman yang disampaikan dan
berjalan di jalan status anak yang Elohim tegakkan. Ini adalah jalan yang kita jalani bersama. Dan
pada jalan ini, kita bersatu dengan persekutuan penderitaan Kristus.
47
1Yoh 4:13‑14
Yak 2:19
49
Yak 2:18
50
Yoh 1:12‑13
51
Yoh 1:4‑13. 1Yoh 1:1‑4
48
13
Yesus tidak pernah memaksakan hidup-Nya atas seseorang. Kita semua memiliki martabat dan
pilihan untuk mempercayai dan menerima apa yang sedang ditawarkan kepada kita oleh Anak.
Seseorang yang ingin menerima hidup Elohim akan menunjukkan bahwa mereka percaya di dalam
Anak dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan iman. Pekerjaan ini sesuai dengan firman dan hidup
yang mereka terima. Inilah mengapa ‘setiap orang yang percaya kepada-Nya [Anak] tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal’.52
5. Kita bersekutu dalam tubuh Kristus dan mengasihi saudara-saudara kita
Dampak Yesus atas kita sebagai ‘terang kehidupan kita’ harus bergerak melampaui iluminasi yang
kita terima mengenai Bapa dan Anak. Hal itu harus terlihat jelas dalam perjalanan kita sebagai anakanak Elohim. Pernyataan pertama dari rasul Yohanes mengenai ‘terang’ adalah bahwa ‘Elohim
adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan’.53 Dia menyebut pernyataan ini
‘berita’ dan kemudian berkata bahwa kita harus berjalan dalam terang ini. Perjalanan dan pekerjaanpekerjaan kita sekarang semuanya dilakukan di dalam Elohim. Jika Dia adalah terang, maka semua
pekerjaan kita haruslah ‘di dalam terang’.
Berjalan di dalam terang menghubungkan perjalanan Kekristenan kita kepada keimamatan kita
sebagai anak-anak Elohim. Yohanes menjelaskan bahwa jika kita berjalan dalam terang Elohim Bapa,
sebagaimana Dia berhubungan dalam terang dengan Anak dan Roh Kudus, maka kita memiliki
persekutuan satu dengan yang lain sebagai anak-anak Elohim, dan darah Yesus, Anak Elohim,
menyucikan kita dari segala dosa.54 Ini adalah suatu pernyataan yang mengagumkan. Kita bersatu
dengan terang persekutuan Yahweh sendiri. Jika kita memiliki terang dari hidup Elohim, sifat dari
persekutuan kita dengan anak laki-laki dan anak perempuan Elohim akan menjadi sama dengan
persekutuan yang Bapa, Anak dan Roh Kudus miliki bersama. Untuk bersatu dengan persekutuan ini,
kita harus menggunakan darah Yesus yang berharga.
Disucikan oleh darah
Kita hanya memiliki jalan masuk kepada darah Yesus dengan bersatu pada persembahan-Nya di atas
salib, melalui baptisan. Kita memahami bahwa ini menyatukan kita kepada penderitaan Kristus. Akan
tetapi, kita juga menyadari bahwa konteks nyata dari persembahan kita adalah di dalam komunitas
orang-orang percaya di mana Elohim telah menempatkan kita. Kedua ekspresi persekutuan itu
penting untuk memiliki jalan masuk kepada darah Yesus. Yang penting di sini, darah yang kita
percikkan adalah darah perjanjian. 55 Paulus mengajarkan bahwa darah ini, yang mempersembahkan
kita kepada pelayanan sebagai imam-imam, dalam tipe/gambaran, terdiri dari air, bulu kirmizi dan
hisop.56 Dalam menjelaskan hal ini, Paulus menyoroti bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus ditanam
dalam, dan berkontribusi untuk, kesanggupan kita bagi pelayanan sebagai imam-imam.
52
Yoh 3:16
1Yoh 1:5
54
1Yoh 1:7
55
Mat 26:28. Ibr 13:20
56
Ibr 9:19
53
14
Dalam terang persekutuan persembahan dengan Yahweh dan satu sama lain, hati kita disucikan dari
nurani yang jahat supaya kita dapat melayani Elohim yang hidup sebagai imam-imam. 57 Hal ini
berarti bahwa kita sedang dilepaskan dari hidup oleh motivasi-motivasi hukum kita sendiri, dan
sedang dimampukan untuk melayani Elohim dengan berkenan. Inilah mengapa Yohanes berkata
bahwa darah menyucikan kita dari dosa. Dia bukan sedang berbicara tentang mengatasi kejahatan
atau perbuatan-perbuatan jahat, meskipun darah dapat efektif melakukan hal ini. Tetapi, dia
berbicara tentang dosa sebagai ‘tidak kena sasaran’, berkaitan dengan status anak kita. Kita tidak
mengenai sasaran sehubungan dengan perintah-perintah Elohim ketika kita hidup menurut hukum
kita sendiri. Kita akan membahas hal ini lebih lagi dalam bab-bab berikutnya.
Kasih seorang terhadap yang lain
Rasul Yohanes menasehati kita untuk melakukan perjalanan iman kita dengan cara yang sama seperti
yang Kristus lakukan. Kita melakukan ini dengan berjalan (hidup) dalam kasih.58 Kita tahu bahwa kita
ada di dalam Kristus ketika kita berjalan (hidup) dengan cara ini. Berjalan dalam terang adalah sama
dengan berjalan dalam kasih. Orang yang mengatakan bahwa dia ada di dalam terang dan membenci
saudaranya, sebenarnya ia ada di dalam kegelapan sampai sekarang. Orang yang mengasihi
saudaranya tetap di dalam terang dan tidak ada yang menyebabkan ia tersandung. Yohanes lebih
lanjut menyatakan bahwa berita yang kita terima ketika kita pertama kali menjadi orang Kristen
adalah bahwa kita harus mengasihi satu sama lain sebagai anak-anak Elohim, dan bahwa setiap
orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh dan tidak memiliki hidup yang kekal di
dalam dirinya.59 Kita harus berjalan di dalam, dan menunjukkan, kasih ini.
Yohanes menyatakan, ‘Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan
nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita’.60 Jika
kita menutup hati kita untuk saudara-saudara kita, bagaimana kasih Elohim berdiam di dalam kita?
Bukti bahwa kita adalah orang-orang Kristen dan telah berpindah dari maut kepada hidup
ditunjukkan melalui kasih kita kepada yang lain. Orang-orang yang tidak mengasihi tetap di dalam
maut.61
Menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang kekal
Kita menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang kekal ketika kita mengikut Kristus di jalan status
anak yang Dia rintis di atas salib. Ini adalah suatu jalan yang atasnya kita akan mengalami
penderitaan, mengalahkan dosa, dan bertumbuh dalam hidup Elohim. Kita akan menunjukkan bahwa
kita memiliki hidup Elohim karena kita mempersembahkan diri kita oleh kapasitas hidup yang sama
di mana Kristus mempersembahkan diri-Nya. Dalam bab-bab berikutnya, kita akan memperhatikan
lebih detail sifat dan penyebab penderitaan di dalam dunia, dan penderitaan yang pasti akan kita
alami sebagai murid-murid Kristus. Dalam bagian ini, kita akan menyoroti beberapa poin mendasar
ini.
57
Ibr 9:14. Ibr 10:22
1Yoh 2:3‑11
59
1Yoh 3:11‑16
60
1Yoh 3:16
61
1Yoh 3:14
58
15
Budak-budak kebenaran
Ketika kita dibaptis, kita menyerahkan diri kita untuk menjadi murid-murid Kristus. Elohim
memberikan kita kepada pengajaran Kristus, dan kita menjadi budak-budak dari hati kepada firman
Kristus.62 Pada titik ini, Paulus menjelaskan bahwa ‘dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi
sekarang kamu dengan segenap hati telah menaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.
Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.’ 63 Kita dilepaskan dari
perbudakan kita kepada dosa untuk menjadi budak-budak kebenaran. Pertama-tama, komitmen kita
kepada firman Kristus bukan karena firman tersebut sesuai atau kita menyetujuinya. Kita tidak bisa
percaya berdasarkan hukum kita sendiri. Tetapi, setelah ditawan oleh Kristus, kita berhenti dari
hidup oleh hukum kita sendiri dan hak untuk menetapkan diri kita sendiri, dan menggenapi
kebenaran dengan menjadi taat kepada firman-Nya.
Suatu kehidupan yang dihidupi dalam ketaatan kepada Elohim adalah hidup yang benar. Orang-orang
yang menaati perintah-perintah Elohim dari hati adalah budak-budak kebenaran. Mereka sanggup
mengalahkan dosa.64 Ketaatan kita menunjukkan bahwa kita sedang dilepaskan dari dosa. Kita tidak
lagi menjalani hidup dengan prinsip-prinsip menetapkan diri sendiri. Ini artinya bahwa kita tidak lagi
dimotivasi oleh hukum kita sendiri. Melalui ketaatan, kita sanggup mencapai kebenaran Elohim. Akan
tetapi, kita harus menyadari dan menerima bahwa kapasitas untuk ketaatan ini tidak melekat di
dalam kita. Kita harus menerima ketaatan Kristus yang Dia sempurnakan melalui penderitaan.65
Penderitaan Kristus
Berlawanan dengan penderitaan yang setiap orang alami di dalam dunia karena dosa, Kristus
menderita karena ketaatan-Nya kepada perintah Elohim untuk menjadi korban penebus dosa.
Penderitaan Kristus dimulai ketika Elohim Bapa meletakkan semua dosa kita atas-Nya. Elohim
membuat Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa dan kemudian, sebagai pengganti kita,
menderita penghakiman Elohim. 66 Kristus adalah benar karena Dia taat kepada perintah Elohim.
Elohim dapat membuat Dia menjadi korban yang memperdamaikan kita karena Dia tidak berdosa.
Penderitaan yang Kristus tanggung merupakan suatu demonstrasi dari penghakiman Elohim yang
benar. Kristus bukan hanya menderita rasa sakit dari murka Elohim terhadap kita, Dia juga menderita
rasa sakit akibat perilaku dosa kita. Ini adalah penderitaan dan maut yang telah menjalar kepada
setiap orang sebagai akibat dari dosa. Dalam bab tiga, kita akan memperhatikan penyebaran dosa
dan maut ke seluruh ciptaan dengan lebih detail.
Persembahan sesuai dengan perintah
Apakah sifat dari ketaatan Kristus? Hidup Yesus adalah suatu kehidupan yang hidup, mati, dan hidup
kembali melalui persembahan. Kristus berkata, ‘Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya
kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut
kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah
62
Rm 6:17,22
Rm 6:17‑18
64
Rn 6:17‑18
65
Ibr 5:9
66
2Kor 5:21
63
16
tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.’67 Kristus hidup dan berfungsi oleh perintah Bapa. Inilah yang
terjadi, meskipun Dia memiliki hidup-Nya sendiri sebagai bagian dari identitas-Nya sebagai Elohim
Anak. Karena hidup-Nya adalah milik kepunyaan-Nya maka Dia sanggup mempersembahkan diri-Nya
sendiri sesuai dengan perintah Bapa.
Penebusan yang ada di dalam Kristus menunjukkan kapasitas hidup Kristus yang berkuasa. Ini terjadi
ketika Dia menggenapi kehendak Elohim dengan menyelesaikan pekerjaan penebusan-Nya di atas
salib. Melalui persembahan, Kristus menyerahkan hidup-Nya. Hidup-Nya dicurahkan dan diberikan
kepada kita ketika Dia berdarah dari luka-luka yang telah ditimpakan atas-Nya.
Kita perhatikan bahwa setiap pencobaan di jalan penderitaan yang Ia alami menjadi suatu titik
pengudusan bagi Kristus sementara Dia melahirkan penebusan bagi kita dengan mempersembahkan
diri-Nya kepada Elohim mewakili kita. Dalam doa-Nya kepada Bapa di taman Getsemani, Dia berdoa,
‘Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka’.68 Doa dan motivasi kita haruslah sama dengan doa dan
motivasi Anak Elohim.
Ketika pekerjaan persembahan-Nya selesai, Anak meminta Bapa untuk memperbaharui hubunganNya dengan Dia dan menerima-Nya sebagai Adam yang terakhir, Kepala dari ciptaan baru. 69 Dia
melakukan ini dalam otoritas penuh, oleh perintah Bapa yang Dia telah terima. Ia memperoleh
hidup-Nya kembali dan berdiri keluar dari kematian karena dosa. Dia telah membayar hukuman
penuh karena dosa kita dan sanggup melangkah masuk ke dalam persekutuan Perjanjian Baru. Dia
memberikan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa, dan kembali lagi kepada persekutuan Yahweh sebagai
Anak Elohim. Dia juga masuk ke dalam persekutuan Elohim, dibenarkan sepenuhnya sebagai Anak
Manusia, dan membawa kita masuk ke dalam persekutuan perjanjian dengan Dia.
Menderita dengan Kristus
Rasul Petrus mengatakan kepada kita bahwa karena Kristus menderita bagi kita dalam daging, kita
seharusnya mempersenjatai diri kita dengan tujuan yang sama. Alasannya mengatakan ini adalah
bahwa orang-orang yang telah mengalami penderitaan Kristus dalam daging mereka telah berhenti
berbuat dosa dan sanggup untuk menghidupi sisa kehidupan mereka dalam daging dengan
melakukan kehendak Elohim. 70 Paulus mengajarkan prinsip yang sama. Dia berkata bahwa ‘siapa
yang telah mati’ dengan Kristus ‘bebas dari dosa’.71 Dia mengatakan agar kita memahami bahwa diri
kita yang lama telah disalibkan dengan Kristus dan telah disingkirkan, sehingga kita seharusnya tidak
lagi menjadi budak-budak dosa.
Kita tahu bahwa menderita akibat dosa kita sendiri tidak membuat kita menjadi orang benar. Seluruh
dunia menderita dengan cara ini. Penderitaan ini adalah adil, dan menunjukkan bahwa hanya Elohim
yang benar. Semua penderitaan yang disebabkan oleh dosa merupakan penghinaan terhadap
Elohim. Kerusakan dan rasa sakit yang terjadi karena pemberontakan dan dosa kita tidaklah pernah
menjadi maksud Elohim untuk kehidupan kita.
67
Yoh 10:17‑22
Yoh 17:19
69
Luk 23:46
70
1Ptr 4:1‑2
71
Rm 6:6‑7
68
17
Bapa telah meminta kita untuk datang kepada Kristus dan menyatukan diri kita dalam persekutuan
persembahan-Nya. Persembahan Kristus adalah cara yang olehnya kita bisa diampuni dan dilepaskan
dari dosa-dosa kita. Melalui persekutuan dalam persembahan Kristus, kita ditebus dan disembuhkan.
Ketaatan Kristus telah membawa keselamatan dan kesembuhan kepada umat manusia. Ketika kita
disatukan kepada persembahan Kristus, kita disatukan kepada persekutuan penderitaan-Nya.
Penderitaan kita sekarang adalah menurut kehendak Elohim.
Sementara hidup-Nya dicurahkan, Kristus ditopang oleh darah-Nya sendiri, melalui hidup
kebangkitan dari Bapa, dan oleh kuasa Roh Elohim. Dalam persembahan, hidup Yesus diberikan
kepada kita dari penderitaan-Nya. Ketika hidup itu mengalir kepada kita, kita juga ditopang
sementara kita menggenapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus untuk kepentingan tubuhNya. 72 Kita juga menemukan hidup sementara kita menderita. Meskipun hidup-Nya sedang
dicurahkan melalui penderitaan, Dia tidak kehilangan hidup-Nya. Dia kembali dari kematian pada
perjalanan-Nya menuju kekekalan. Penderitaan tidak membunuh Kristus. Penderitaan adalah cara
yang olehnya hidup Yesus diberikan kepada kita. Inilah rahasia dari salib.
Keimamatan
Ketika rasul Petrus mendorong kita untuk mempersenjatai diri kita dengan tujuan yang sama dengan
Kristus yang menderita dalam daging, dia menjelaskan bahwa sementara kita terus
mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup dalam melayani Elohim dan satu sama lain,
kita akan mengalami kesulitan-kesulitan, permasalahan dan bahkan penderitaan fisik. Kita harus
mempersenjatai diri kita di dalam iman untuk menerima bahwa penderitaan fisik akan menjadi
bagian dari pelayanan kita, sementara kita berfungsi sebagai imam-imam dalam melayani Elohim.
Alasan untuk penderitaan ini adalah supaya kita berhenti dari dosa dan bisa melayani hidup Yesus
kepada orang lain.
Hidup Yesus selalu tersedia bagi kita ketika kita bersekutu dalam penderitaan-Nya. Setiap tahap
penderitaan Kristus disertai dengan pencurahan darah-Nya. Hidup Kristus tersedia bagi kita melalui
penderitaan-Nya. Ketika kita dengan taat terus melakukan kehendak Elohim oleh kuasa hidup
Kristus, kita menaklukkan dosa di tengah-tengah penderitaan kita. Menaklukkan dosa bukanlah
semacam aplikasi mistis dari darah Kristus terhadap hati kita. Tetapi, penaklukan itu dinyatakan di
tengah-tengah pengujian dan penderitaan. Kasih karunia-Nya diberikan kepada kita, memampukan
kita untuk memimpin diri kita berperilaku dengan roh yang baik di tengah-tengah situasi yang sulit,
dan dengan cara ini, kebenaran Elohim sedang dinyatakan dalam kita. Kita perlu menantikan Tuhan
di tengah-tengah pengujian, dan doa kita haruslah, ‘Ya Bapa ... bukanlah kehendak-ku, melainkan
kehendak-Mulah yang terjadi’.73 Ini adalah doa Kristus kepada Bapa ketika Dia berdoa di Getsemani.
Kita sanggup melayani sebagai imam dengan menjadi korban yang hidup oleh kuasa dari hidup
ketaatan Kristus yang sekarang berdiam di dalam kita. Kita sanggup menanggung beban satu sama
lain dalam persekutuan tubuh Kristus. Setiap kita juga harus bertanggung jawab untuk pekerjaan
keimamatan kita sendiri. Pengudusan kita sebagai imam-imam adalah beban yang harus kita bawa
72
73
Kol 1:24
Luk 22:42
18
dalam hidup. 74 Penting untuk diingat bahwa penderitaan apapun yang kita tanggung dalam melayani
Kristus adalah karena kita berpartisipasi dalam persekutuan persembahan Kristus.75
Pengudusan kita
Hidup Kristus ada di dalam firman-Nya. Hidup-Nya memberikan kita kemampuan untuk melakukan
kehendak Elohim. Inilah artinya firman Elohim itu hidup dan berkuasa.76 Budaya kehidupan yang
mengalir dari ketaatan kepada firman Kristus merupakan demonstrasi dari pengudusan kita. 77 Kita
dikuduskan sebagai imam-imam kepada beban yang harus kita bawa dalam hidup sebagai seorang
anak Elohim. Ini adalah keuntungan khusus yang kita terima setelah kita dibebaskan dari dosa dan
menjadi budak Elohim. Pengudusan adalah hak istimewa untuk menerima keimamatan kita yang
digerakkan oleh hidup yang ada di dalam darah Kristus. Hasil dari terus menghidupi suatu kehidupan
yang dikuduskan adalah hidup yang kekal.78
Setelah Paulus berbicara tentang keuntungan khusus dari pengudusan kita, dia melanjutkan dengan
membahas pergumulan yang mungkin kita hadapi dalam menerima pengudusan kita beserta dengan
penderitaan yang menyertai pengudusan itu. Dia berseru, ‘Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan
melepaskan aku dari tubuh maut ini?’79 Dia menyoroti keinginan di dalam kita untuk mencari jalan
yang lain untuk melayani Elohim, selain melalui hidup Kristus. Akan tetapi, sekarang kita dapat
mengetahui kemenangan atas kecenderungan ini. Mengenai penderitaan anak-anak Elohim, Paulus
menulis, ‘Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang
telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasakuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Elohim, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.’80
Bukti dari perubahan
Dalam banyak kasus, budaya agamawi kita harus berubah. Sikap apapun yang memberikan tekanan
atas gereja untuk mengakomodasi agama kita sendiri, perlu diidentifikasi dan disingkirkan dari
kehidupan kita. Ketika kita hidup menurut daging, kita ingin ciptaan lama dibenarkan melalui
pengampunan dan kemudian dilayani dengan kuasa Elohim, supaya kita bisa mencapai hal-hal yang
baik untuk Elohim dan untuk umat manusia di dalam dunia ini. Kita menempatkan tekanan atas para
pemimpin kita untuk menjadi semacam dermawan yang super-rohani, yang akan membawa beban
kita dalam kehidupan ini. Sebaliknya, kita harus menanggung beban satu sama lain dalam
persekutuan tubuh Kristus, dan setiap kita harus membawa bebannya sendiri dalam pengudusan.
Firman Elohim menentang kebanyakan motivasi kita yang bersifat agamawi ketika firman itu
membawa kita kepada realitas sebagai orang Kristen dan menunjukkan kepada kita pengudusan dan
keimamatan kita.
74
Gal 6:6
1Ptr 2:20
76
Ibr 4:12
77
Rm 6:19
78
Rm 6:22
79
Rm 7:24
80
Rm 8:37‑39
75
19
20
BAB 2
Mengenal Dia yang benar
Dalam bab ini, kita akan memperhatikan model ke-Elohiman. Ketika kita menggunakan istilah ‘model
ke-Elohiman’, kita mengacu kepada hidup, persekutuan dan persembahan Bapa, Anak dan Roh
Kudus. Karena itulah, model ke-Elohiman merupakan dasar dari injil. Kita tidak bisa memahami karya
salib tanpa memahami persembahan Yahweh. Demikian juga, kita tidak bisa memahami
persembahan Yahweh tanpa memahami karya salib. Kedua pembahasan ini perlu dipelajari bersamasama.
Rasul Yohanes menyatakan, ‘Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Elohim telah datang dan telah
mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal [Dia] Yang Benar; dan kita ada di
dalam [Dia] Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus’.1 Ketika Yohanes berkata bahwa ‘supaya
kita mengenal [Dia] Yang Benar’, dia sedang merujuk kepada Elohim Bapa. Ketika dia mengatakan
bahwa ‘kita ada di dalam [Dia] Yang Benar’, dia merujuk kepada Anak Elohim, yang juga merupakan
Elohim Anak. Kita tahu kita memiliki hidup yang kekal ketika kita mengenal satu-satunya Elohim yang
benar; yaitu, kita memiliki suatu hubungan pribadi dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Yohanes memulai suratnya yang pertama dengan mengatakan, ‘Apa yang telah kami lihat dan yang
telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan
dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus
Kristus’.2 Pekerjaan dari seorang utusan adalah memperkenalkan seseorang kepada Yesus Kristus
sehingga mereka dapat mulai mengenal Elohim dan bersatu dengan persekutuan ini. Masuknya kita
ke dalam persekutuan ini merupakan hak istimewa dan kehormatan terbesar yang telah diberikan
kepada kita sebagai orang-orang Kristen. Nabi Hosea menyatakan, ‘Marilah kita mengenal dan
berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN’.3
1
1Yoh 5:20
1Yoh 1:3
3
Hos 6:3
2
21
Nama
Kita bisa mengenal Elohim karena Dia telah menyatakan diri-Nya dengan nama. Nama-Nya
menyatakan siapa Dia. Ketika Musa meminta Tuhan menyatakan nama-Nya, Dia menjawab, ‘AKU
ADALAH AKU’. Dan Dia melanjutkan, ‘Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU
telah mengutus aku kepadamu’. 4 Ini adalah pernyataan paling mendasar dalam Kitab Suci mengenai
eksistensi (keberadaan) diri dan sifat dasar Elohim. ‘AKU ADALAH AKU’ bisa juga diterjemahkan, ‘Aku
yang telah ada’ dan ‘Aku yang akan ada’.
Kitab Suci melanjutkan, ‘Selanjutnya berfirmanlah Elohim kepada Musa: ‘Beginilah kau katakan
kepada orang Israel: TUHAN [Yahweh], Elohim nenek moyangmu, Elohim Abraham, Elohim Ishak dan
Elohim Yakub, telah mengutus Aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah
sebutan-Ku turun-temurun.’ 5 Dengan cara ini, AKU ADALAH mengungkapkan nama-Nya sebagai
Yahweh dan Yahweh Elohim.
Musa tahu bahwa ‘Yahweh adalah Elohim kita’. Tapi lebih dari ini, dia memahami nama-Nya baik
sebagai Yahweh maupun Yahweh Elohim. Kemudian, di atas gunung Elohim yang sama ini, Musa
berdoa kepada Yahweh, ‘Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku’. 6 Tuhan menjawab, ‘Aku
akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN [Yahweh]
di depanmu’. 7 Ketika Musa memanggil nama-Nya, Tuhan turun dalam awan dan memproklamirkan
nama-Nya sebagai Yahweh dan Yahweh Elohim.8
Segala yang dapat kita ketahui tentang AKU ADALAH dinyatakan dalam nama-Nya ‘Yahweh Elohim’.
Ini adalah sebutan-Nya turun-temurun (dari generasi ke generasi). Nama-Nya adalah ekspresi penuh
dan sempurna dari diri-Nya sebagai satu Tuhan, dan sama halnya, tiga Pribadi dalam satu keElohiman.
Yahweh adalah Satu
Ketika AKU ADALAH memproklamirkan nama-Nya sebagai ‘Yahweh’, Dia menyatakan diri-Nya
sebagai Satu. Dia adalah satu Tuhan, dalam persekutuan satu Roh, satu hidup, dan satu nama. Ini
adalah persekutuan Yahweh. Sebagai pengakuan atas fakta ini, orang-orang Yahudi membaca katakata Musa setiap hari, ‘Dengarlah, hai orang Israel! Tuhan [Yahweh] itu adalah Elohim kita, Tuhan itu
esa (satu)!’9 Berbicara mengenai penggenapan Hari Raya Pendamaian, nabi Zakharia berkata, ‘Pada
waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya’. 10 Ini tidak menyiratkan bahwa
Tuhan menjadi Satu; tetapi, pada waktu itu Ia akan sepenuhnya dinyatakan sebagai Satu kepada
semua bangsa.
4
Kel 3:14
Kel 3:15
6
Kel 33:18
7
Kel 33:19
8
Kel 34:6
9
Ul 6:4
10
Za 14:9
5
22
Elohim adalah Tiga
Ketika AKU ADALAH memproklamirkan nama-Nya sebagai ‘Yahweh Elohim’, Dia menyatakan diri-Nya
sebagai tiga Pribadi individu dan berbeda dalam satu ke-Elohiman. Ini adalah komunitas Elohim.
Elohim-lah yang mengatakan pada mulanya, ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar, dan
rupa Kita’. 11 ‘Kita’ secara pasti mengacu kepada tiga Pribadi ke-Elohiman; yaitu, Elohim Bapa, Elohim
Anak, dan Elohim Roh Kudus.
Persekutuan Yahweh tidak dapat dicapai dan diungkapkan sampai Dia menyatakan diri-Nya sebagai
Yahweh Elohim, dan oleh karena itu, sebagai tiga Pribadi yang berbeda. Kita tidak bisa mengenal
Yahweh di luar dari persekutuan dengan Elohim Bapa, Elohim Anak, dan Roh Kudus. Dengan
memikirkan hal ini, Yohanes menulis, ‘Persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan
dengan Anak-Nya, Yesus Kristus’. 12 Dan dengan cara yang sama, Paulus berbicara mengenai
‘persekutuan Roh Kudus’.13
Bukti dari tiga Pribadi dalam ke-Elohiman dinyatakan di sepanjang Kitab Suci dan dijelaskan
sepenuhnya oleh Yesus Sendiri. Ketika kita memperhatikan perkataan Yesus ketika Dia berdoa
kepada Bapa-Nya dan berbicara tentang memberikan kita Roh Kudus, sangat jelas bahwa ada tiga
Pribadi yang berbeda dalam ke-Elohiman. Dan Tiga ini telah membuat perjanjian bersama untuk
memberikan kita suatu warisan kekal dalam satu hidup dan persekutuan Mereka.
Para penulis Perjanjian Baru sepenuhnya konsisten dengan konsep Elohim ini. Mereka berbicara
tentang Elohim Bapa, Elohim dan Juruselamat kita, dan Roh Elohim. Ini bukan menyiratkan bahwa
ada tiga Elohim, tetapi ada tiga Pribadi individu dan berbeda dalam satu ke-Elohiman. Mereka secara
setara mengidentifikasi Bapa sebagai Tuhan, Anak sebagai Tuhan, dan Roh Kudus sebagai Tuhan.
Sekali lagi, ini bukan menyiratkan bahwa ada tiga Tuhan, tetapi tiga Pribadi dalam persekutuan satu
hidup Yahweh. Paulus berkata ada ‘satu Tuhan, satu iman, satu baptisan’.14
Satu dan Tiga
Ketika kita memperhatikan hal-hal ini, kita tidak bisa melampaui fakta bahwa AKU ADALAH berdaulat
atas kesatuan-Nya dan keragaman-Nya. Dia sepenuhnya Satu dan sepenuhnya Tiga. AKU ADALAH
bukanlah ‘lebih kepada Satu daripada Tiga’, juga tidak ‘lebih kepada Tiga daripada Satu’. Dia adalah
sama-sama Satu dan Tiga. Ketika Dia menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh yang adalah Satu, Dia
tetaplah suatu komunitas dari Tiga. Dan ketika Dia menyatakan diri-Nya sebagai Elohim yang adalah
Tiga, Dia tetap Yahweh yang Satu dalam persekutuan satu Roh, satu hidup dan satu nama.
Jangkauan kesatuan dan keragaman dari Yahweh tidak dapat dijelaskan dan tidak dapat
diperkirakan. Yahweh merupakan rangkuman dari semua kesatuan, dan Yahweh Elohim merupakan
rangkuman dari semua keragaman dalam persekutuan tiga Pribadi. Lebih lanjut dari ini, kesatuan
Yahweh-lah yang menyatakan keragaman-Nya sebagai Elohim. Dan keragaman-Nya sebagai Elohim-
11
Kej 1:26
1Yoh 1:3
13
2Kor 13:14
14
Ef 4:5
12
23
lah yang menyatakan kesatuan-Nya sebagai Yahweh. Ini adalah rahasia Elohim yang hanya dapat
dipahami dalam pewahyuan nama-Nya.
Satu persekutuan – tiga identitas
Kitab Suci mengidentifikasi bahwa Roh, hidup, dan nama merupakan substansi dari persekutuan
Yahweh dan komunitas Elohim. Sehubungan dengan persekutuan Yahweh, kita tahu bahwa Elohim
adalah Roh, dengan cara yang sama di mana Elohim adalah kasih dan Elohim adalah terang. Hal-hal
ini menggambarkan hidup dan kodrat ilahi Yahweh yang adalah Satu. Ketika para rasul berbicara
tentang disatukan dengan Tuhan dalam ‘satu Roh’, mereka merujuk kepada persekutuan Yahweh.
Akan tetapi, masing-masing Pribadi dalam ke-Elohiman memiliki identitas rohani mereka sendiri yang
tidak dapat diberikan kepada yang lain. Oleh karena itu, Kitab Suci mengidentifikasi Roh Bapa, Roh
Anak, dan tentu saja, Roh Kudus.
Satu hidup – tiga ekspresi
Yahweh adalah persekutuan dari satu hidup. Merupakan kekeliruan yang serius untuk mengatakan
bahwa ada tiga kehidupan yang berbeda dalam persekutuan Yahweh. Tidak ada tiga Elohim atau tiga
Tuhan yang dapat hidup secara independen/terpisah satu sama lain. Kodrat ilahi adalah hidup
Yahweh. Hidup itu pastinya merupakan milik bersama dari ke-Tiganya.
Akan tetapi, dalam komunitas Elohim, masing-masing dari tiga Pribadi mempunyai hidup ini untuk
dimiliki dan diekspresikan dalam suatu cara yang unik. Kodrat ilahi diekspresikan oleh Elohim Bapa
sebagai hidup kebapaan. Kodrat ilahi diekspresikan oleh Elohim Anak sebagai hidup status anak. Dan
kodrat ilahi diekspresikan oleh Roh Kudus sebagai hidup pengudusan. Keragaman ekspresi dari satu
hidup ini hanya diketahui ketika mereka berada dalam hubungan satu Roh bersama. Sebagai contoh,
kita tidak bisa mengetahui status anak tanpa kebapaan. Kita juga tidak bisa mengetahui kebapaan
tanpa status anak.
Kepenuhan Yahweh
Kita akan memperluas poin ini secara singkat. Ketika Paulus berbicara tentang segala ‘kepenuhan
Elohim’, dia merujuk kepada persekutuan Yahweh. 15 Persekutuan Yahweh adalah sumber dari segala
kebapaan, status anak, dan pengudusan.
Kebapaan dari Yahweh lebih besar daripada identitas rohani Elohim Bapa. Kita tahu hal ini demikian
karena salah satu nama baru yang diberikan kepada Elohim Anak adalah ‘Bapa yang kekal’. Akan
tetapi, ini tidak membuat Dia menjadi Pribadi yang sama dengan Elohim Bapa. Demikian juga, status
anak dalam Yahweh lebih besar daripada identitas rohani Elohim Anak. Dengan cara yang sama,
kapasitas pengudusan dalam Yahweh lebih besar daripada identitas rohani Roh Kudus.
Ini merupakan suatu pertimbangan yang penting. Jika tidak demikian, itu artinya bahwa setiap
Pribadi dalam ke-Elohiman akan menjadi sumbernya dan, oleh karena itu, menjadi batasan dari
setiap kualitas kodrat ilahi ini. Persekutuan Yahweh lebih besar daripada rangkuman ketiga Pribadi;
jika tidak demikian, tidak ada multiplikasi. Kepenuhan Yahweh hanya bertambah oleh multiplikasi
15
Ef 3:19
24
ciptaan baru melalui persembahan. Pertambahan dan multiplikasi ini tidak tetap dan tidak dapat
diukur. Hal ini tidak terikat pada kekekalan atau batasan lain apapun.
Pengudusan dalam komunitas Elohim
Persekutuan Yahweh adalah sumber dari segala kapasitas kebapaan, status anak, dan pengudusan.
Akan tetapi, ketiga ekspresi hidup Yahweh ini tidak diekspresikan di luar dari Elohim Bapa, Elohim
Anak, dan Roh Kudus. Bapa telah dikuduskan oleh Anak dan Roh Kudus untuk mengekspresikan
segala kebapaan dari Yahweh. Anak telah dikuduskan oleh Bapa dan Roh Kudus untuk
mengekspresikan segala status anak Yahweh. Dan Roh Kudus juga, telah dikuduskan untuk
mengekspresikan segala kapasitas pengudusan Yahweh. Dia adalah Penolong dari semua
pengudusan.
Dengan cara ini, kepenuhan Yahweh telah dibawa dan diekspresikan dalam perjanjian dan
persembahan Elohim. Inilah arti dari persembahan ‘melalui Roh yang Kekal’. Inilah istilah yang Paulus
gunakan dalam suratnya kepada orang Ibrani untuk menjelaskan bagaimana Yesus Kristus
mempersembahan diri-Nya kepada Elohim Bapa.16 Roh yang Kekal bukanlah suatu cara alternatif
untuk merujuk kepada Roh Kudus. Ini adalah kapasitas Yahweh yang olehnya setiap Pribadi keElohiman membuat persembahan untuk melahirkan Perjanjian Kekal. Kapasitas Roh yang Kekal
diberikan kepada Anak melalui Roh Kudus. Roh Kudus disebut ‘Penolong’ karena alasan ini.
Dikuduskan oleh nama
Pewahyuan pertama dari persekutuan adalah ‘kegiatan pengudusan’ antara Anggota-anggota keElohiman ini. Dalam persekutuan ini, setiap Anggota ke-Elohiman dikuduskan kepada identitas dan
ekspresi Mereka sendiri sebagai Elohim Bapa, Elohim Anak, dan Elohim Roh Kudus. Inilah arti
pertama dari ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Elohim’. 17 Setiap Pribadi dalam ke-Elohiman dikuduskan
sebagai kudus, atau dipisahkan, dalam persekutuan kasih dan komunikasi dari Bapa, Anak dan Roh
Kudus. Kita diingatkan bahwa Yesus berdoa kepada ‘Bapa yang kudus’. Yesus disebut ‘Yang Kudus
dari Elohim’.18 Dan tentu saja, Pribadi ketiga dalam ke-Elohiman disebut Roh Kudus.
Dalam komunikasi pengudusan antara Bapa, Anak dan Roh Kudus ini, Mereka tidak menyatakan hak
‘Aku’. Dengan ini, maksud kami adalah Elohim Bapa tidak menyatakan hak dari ekspresi-Nya sendiri.
Tetapi, seperti yang telah kami nyatakan, Ia dikuduskan oleh Anak dan Roh Kudus untuk menjadi
ekspresi dari segala kebapaan Yahweh. Dia dikuduskan untuk menjadi ‘Bapa’ karena Anak dan Roh
Kudus menyampaikan kebenaran dalam kasih mengenai nama-Nya.
Setiap Anggota ke-Elohiman dinyatakan oleh nama. Akan tetapi, Mereka tidak menyatakan diri
Mereka sendiri. Yesus berkata, ‘Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu
tidak benar’. 19 Nama-nama individu Mereka diproklamirkan oleh masing-masing yang lain. Anak
berbicara menyatakan nama Bapa, dan Roh Kudus berbicara menyatakan Anak. Yesus berkata
16
Ibr 9:14
Why 4:8
18
Why 4:8. Yoh 17:11. Yoh 6:69
19
Yoh 5:31
17
25
mengenai Roh Kudus, ‘Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri’.20 Dan Dia melanjutkan
demikian, ‘Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya
dari pada-Ku’.21
Anak menyatakan kepenuhan dari nama Bapa, dan juga, Roh Kudus menyatakan kepenuhan dari
nama Anak. Dengan cara ini, Dia memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Nama Roh Kudus tidak
akan sepenuhnya dinyatakan sebelum tujuh guruh memproklamirkan kegenapan keputusan rahasia
Elohim. Namun, kita tahu bahwa Kristus adalah kepenuhan ke-Elohiman secara jasmaniah. Dengan
pandangan ini, Roh Kudus dinyatakan dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang dimuliakan.
Perjanjian
Perjanjian Yahweh adalah perjanjian dari hidup dan persekutuan Mereka. Ini adalah perjanjian yang
secara eksklusif ada di antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kita telah ditentukan sejak semula untuk
dimasukkan ke dalam persekutuan Mereka, tetapi kita tidak akan pernah menjadi bagian dari
Perjanjian Mereka. Perjanjian yang Elohim telah adakan dengan kita disebut ‘Perjanjian Kekal’. Tuhan
menyatakan kepada Abraham, ‘Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta
keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Elohimmu dan
Elohim keturunanmu’.22
Perjanjian Kekal ditegakkan melalui persembahan Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam Perjanjian
Yahweh. Proses persembahan yang menegakkan Perjanjian Kekal ini juga disebut ‘musyawarah
Tuhan’ atau ‘musyawarah Elohim’.
Musyawarah Tuhan, secara harfiah, adalah sesi atau pertemuan di mana Mereka membahas tujuan
Perjanjian Mereka. Nabi Yeremia bertanya, ‘Sebab siapakah yang hadir dalam dewan musyawarah
TUHAN, sehingga ia memperhatikan dan mendengar firman-Nya? Siapakah yang memperhatikan
firman-Nya dan mendengarnya?’ 23 Demikian juga, Raja Daud berkata ‘TUHAN bergaul karib dengan
(terj. Bhs. Ing. ‘The secret counsel of the LORD is for those’ artinya ‘Musyawarah rahasia TUHAN
adalah untuk’) orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.’24
Musyawarah di antara tiga Pribadi ke-Elohiman ditetapkan dan disahkan sebagai musyawarah
kehendak Mereka yang ditentukan sejak semula. Dari musyawarah ini, Elohim berkehendak untuk
melahirkan sesuatu yang benar-benar baru. Menurut kehendak inilah maka perjanjian disahkan oleh
sumpah. Firman sumpah tidak dapat diubah dan bersifat kekal. Paulus merujuk kepada tujuan
Elohim, diteguhkan oleh sumpah ini, ketika dia berkata kepada para penatua Efesus, ‘Sebab aku tidak
lalai memberitakan seluruh maksud (terj. Bhs. Ing. ‘counsel’ artinya ‘musyawarah’) Elohim
kepadamu’.25
20
Yoh 16:13
Yoh 16:14
22
Kej 17:7
23
Yer 23:18
24
Mzm 25:14
25
Kis 20:27
21
26
Kasih Elohim
Persekutuan Bapa, Anak dan Roh Kudus merupakan persekutuan yang berlangsung dan penuh
terhadap diri Mereka sendiri. Masing-masing Pribadi dalam ke-Elohiman sepenuhnya puas dalam
persekutuan ini. Mereka tidak memerlukan apapun yang lain. Paulus menyatakan kepada orangorang di hadapan Areopagus, ‘Elohim yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah
Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak
dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan
hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang’.26 Motif dan motivasi dalam musyawarah
Elohim yang melahirkan Perjanjian Kekal adalah kasih dan hanya kasih.
Dalam Yahweh, kasih itu sempurna dan kasih itu lengkap. Rasul Yohanes menyatakan bahwa ‘Elohim
adalah kasih’ dan bahwa kasih ‘berasal dari Elohim’. Ini merupakan esensi mendasar dari Elohim.
Karena itu, kasih merupakan ikatan kesempurnaan. 27 Kasih sempurna inilah yang memotivasi Bapa,
Anak dan Roh Kudus untuk melahirkan Perjanjian Kekal melalui persembahan. Kasih diekspresikan
melalui persembahan atau pemberian. 28 Kita ingat ayat yang sangat terkenal, ‘Karena begitu besar
kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan (memberikan)’.29
Di dalam komunitas Elohim, Kitab Suci mengidentifikasi kasih Bapa, kasih Anak, dan kasih Roh Kudus.
Yohanes berbicara tentang ‘betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita’.30 Sama
halnya, rasul Paulus bertanya, ‘Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?’ Dan dia juga
mendorong jemaat di Roma, ‘Demi kasih Roh, aku menasehatkan kamu, saudara-saudara, untuk
bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa’.31
Kasih Bapa diekspresikan melalui kerinduan-Nya akan banyak anak. Bapa telah menentukan kita
sejak semula kepada adopsi sebagai anak melalui Yesus Kristus sesuai dengan ‘kerelaan kehendakNya’.32 Ini juga diterjemahkan ‘perkenanan kehendak-Nya’. Kedua terjemahan ini sedikit lemah. Ini
adalah kehendak-Nya yang dimotivasi oleh kasih-Nya. Yohanes berkata bahwa ‘kita telah mengenal
dan telah percaya akan kasih Elohim kepada kita’.33 Dia menyatakan, ‘Lihatlah, betapa besarnya kasih
yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Elohim!’34
Kasih Anak diekspresikan melalui kerelaan-Nya untuk mengosongkan diri-Nya sampai titik akhir dan
menyerahkan hidup-Nya melalui persembahan. Salah satu pernyataan yang paling luar biasa
sehubungan dengan kasih Anak ditemukan dalam Injil Yohanes. Dikatakan bahwa Kristus ‘sama
seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai
kepada kesudahannya’. 35 Kasih-Nya ditunjukkan kepada kita melalui kerelaan-Nya untuk mati bagi
kita. Paulus berbicara tentang ‘Anak Elohim yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya
26
Kis 17:24‑25
Kol 3:14
28
1Yoh 4:9
29
Yoh 3:16
30
1Yoh 3:1
31
Rm 15:30
32
Ef 1:5
33
1Yoh 4:16
34
1Yoh 3:1
35
Yoh 13:1
27
27
untuk aku’. 36 Dan juga, ‘sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
baginya’.37
Kasih Roh Kudus adalah suatu kasih yang menguduskan dan memelihara, yang menjaga pengudusan
dan martabat dari masing-masing dan setiap pribadi. Dengan sangat hati-hati Dia menjaga Perjanjian
Kekal dan merindukan penggenapannya. Kita tahu bahwa kasih Elohim dicurahkan melalui Roh
Kudus.
Kasih karunia Elohim
Jika kasih adalah motivasi yang menjadi alasan pemberian Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka kasih
karunia adalah kuasa, otoritas, dan kapasitas bagi Mereka untuk membuat persembahan. Dia adalah
‘Elohim, sumber segala kasih karunia’.38 Ketika kita berbicara tentang kasih karunia, kita merujuk
kepada hal yang lebih lagi daripada perkenanan Elohim yang tidak pantas kita terima. Kasih karunia
adalah kapasitas Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk membuat persembahan dan dengan demikian
menggenapi kehendak dan tujuan Perjanjian Mereka. Ada suatu persembahan yang khusus dan unik
dari Bapa, Anak dan Roh Kudus yang dimampukan oleh kasih karunia.
Kita bisa mengidentifikasi ‘kapasitas hakiki’ dari Elohim Bapa, Elohim Anak dan Roh Kudus. Kitab Suci
dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa ada beberapa hal yang hanya dapat dilakukan Bapa;
beberapa hal yang hanya dapat dilakukan Anak; dan beberapa hal yang hanya dapat dilakukan Roh
Kudus.
Bapa adalah sumber dari pasokan hidup yang tidak berkesudahan. Kapasitas unik-Nya adalah
memultiplikasi hidup dan identitas. Karena itu, Dia disebut ‘Bapa segala terang’ dan ‘Bapa segala
roh’. Bapa-lah yang memberikan identitas rohani kepada anak-anak manusia. Dan lebih lanjut dari
ini, Dialah satu-satunya yang memiliki kapasitas untuk memperanakkan anak-anak Elohim. Inilah
pekerjaan unik Bapa untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan status anak.
Kita bisa mengidentifikasi sejumlah kapasitas yang secara eksklusif merupakan milik Elohim Anak.
Yang pertama dan yang paling jelas adalah Anak dapat mengosongkan diri-Nya. Ini adalah suatu hal
yang Bapa tidak dapat lakukan karena pasokan hidup-Nya yang tidak berkesudahan. Anak adalah
satu-satunya Pribadi dalam ke-Elohiman yang memiliki kapasitas untuk mengosongkan sampai
kepada suatu titik akhir dan menyerahkan hidup-Nya sampai mati. Karena itu, pekerjaan unik Anak
adalah menjadi Penebus dan Perintis keselamatan kita.
Lebih lanjut dari ini, kerajaan dan keimamatan merupakan bagian dari kapasitas hakiki Elohim Anak.
Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya, Dia menyerahkan kapasitas hakikinya, tetapi kemudian
diberikan kembali kepada-Nya oleh Bapa ketika Dia diperanakkan sebagai Anak Bapa. Kapasitaskapasitas ini diberikan kembali kepada-Nya melalui firman sumpah. Bapa menyatakan, ‘Engkau
adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek’.39
36
Gal 2:20
Ef 5:25
38
1Ptr 5:10
39
Mzm 110:4. Ibr 5:6. Ibr 7:17,21
37
28
Pekerjaan khusus Roh Kudus adalah menguduskan segala sesuatu kepada urutannya baik sesuai
dengan ontologi (hakikat hidup) maupun waktunya. Roh Kudus adalah saksi terhadap pengudusan
Perjanjian Kekal. Merujuk kepada Roh Kudus, Paulus mengidentifikasi bahwa ‘Ia berfirman
[sebelumnya]: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka.”’40 Dan lebih lanjut dari ini,
Roh Kudus merupakan esensi dari Perjanjian Baru.
Bapa menyerahkan kepenuhan-Nya
Apakah persembahan unik dari Bapa dan Anak yang melahirkan Perjanjian Kekal? Dalam
musyawarah Tuhan, Bapa menyampaikan kerinduan-Nya untuk banyak anak, dan Anak
menyampaikan kerelaan-Nya untuk mengosongkan diri-Nya supaya kerinduan Bapa dapat digenapi.
Dalam persekutuan ini, Bapa melanjutkan dengan menyerahkan kepenuhan hidup Yahweh kepada
Anak. Kita baca dalam surat Paulus kepada jemaat Kolose bahwa ‘seluruh kepenuhan Elohim
berkenan diam di dalam Dia’.41
Kepenuhan dari hidup kebapaan Yahweh diserahkan kepada Elohim Anak sebagai hidup yang
ditentukan sejak semula untuk diberikan kepada sekumpulan anak-anak Elohim. Hidup ciptaan baru
ini diberikan kepada Elohim Anak sebagai milik kepunyaan-Nya. Elohim Anak merupakan ekspresi
dari semua status anak dan, dengan demikian, Dia adalah ‘yang memenuhi semua dan segala
sesuatu’.42
Menyerahkan dan mengosongkan
Ketika kita berbicara tentang ‘menyerahkan hidup’, kita tidak hanya berbicara tentang suatu
kematian. ‘Menyerahkan hidup’ merupakan inisiatif seseorang untuk memberi, menyerahkan, dan
mempersembahkan hidup mereka bagi yang lain. Yesus berkata, ‘Tidak ada kasih yang lebih besar
dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya’.43 Dan juga Dia
berkata, ‘Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan [menyerahkan kepada] kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah’. 44
‘Menyerahkan’ adalah ekspresi kasih melalui memberi dan mempersembahkan.
Ketika kita merujuk pada ‘mengosongkan’, kita juga berbicara tentang mempersembahkan dan
memberi, tetapi dengan maksud yang berbeda dengan ‘menyerahkan’. Mengosongkan selalu sampai
pada titik akhir dari kematian. Simbolismenya jelas. Ketika sebuah bejana kosong, berarti isi bejana
itu telah dicurahkan sampai kepada titik akhir yang mutlak. Kitab Suci menyatakan bahwa segala
sesuatu yang Tuhan mulai, Dia melakukannya dengan menyerahkan dan mengosongkan.
Menyerahkan merupakan inisiatif utama Bapa dan mengosongkan adalah inisiatif utama Anak.
Anak mengosongkan diri-Nya
Setelah menerima kepenuhan hidup kebapaan dari Yahweh, rasul Paulus mengatakan kepada kita
bahwa Anak mengosongkan diri-Nya. Dia menyatakan ini dengan jelas dalam suratnya kepada
40
Ibr 10:15‑16
Kol 1:19
42
Ef 1:23
43
Yoh 15:13
44
Yoh 15:16
41
29
jemaat Filipi. Meskipun Anak ada dalam rupa Elohim, Dia ‘tidak menganggap kesetaraan dengan
Elohim itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri’.45 Dia tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Elohim sebagai suatu hal yang harus diambil
untuk diri-Nya sendiri. Ini juga berarti bahwa Dia tidak dirampas dari kesetaraan dengan Elohim ini.
Tetapi, Dia mengosongkan diri-Nya untuk membuat ruang bagi kita.
Seperti apakah kesetaraan dengan Elohim yang Paulus maksud dalam ayat ini? Kita tahu bahwa
Elohim Anak setara dengan Bapa dan Roh Kudus sebagai Anggota ke-Elohiman. Dia mengosongkan
diri-Nya dari hak untuk menggunakan kesetaraan ini untuk menjadi budak Bapa. Akan tetapi,
‘kesetaraan dengan Elohim’ yang Paulus maksudkan adalah lebih jauh dari hal ini.
Mari kita katakan sekali lagi bahwa Bapa adalah sumber dari semua status anak ciptaan baru. Elohim
Bapa-lah yang memiliki kapasitas untuk memperanakkan anak-anak dan, oleh karena itu,
‘memultiplikasi status anak’. Tidak ada kebapaan dalam Elohim di luar dari Elohim Bapa. Akan tetapi,
Elohim Anak-lah yang merupakan ekspresi dari semua status anak. Tidak ada status anak dalam
Elohim di luar dari Elohim Anak. Dengan memikirkan ini, kita tahu bahwa Elohim Bapa dan Elohim
Anak itu setara dalam mengekspresikan kebapaan dan status anak. Bapa diperlukan untuk
memultiplikasi status anak, dan Anak diperlukan untuk mengekspresikan status anak. Kesetaraan
inilah yang Anak tidak pertahankan atau ambil untuk diri-Nya sendiri. Dia mengosongkan diri-Nya
untuk membuat ruang bagi banyak anak dalam persekutuan Yahweh!
Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya, kita tahu bahwa Dia tidak mengosongkan identitas-Nya.
Dia adalah, dan akan selalu menjadi, Elohim Anak. Dia tidak bisa memberikan identitas-Nya kepada
yang lain. Dia mengosongkan kemuliaan-Nya dan hak untuk menggunakan hak istimewa hakiki-Nya
sebagai Elohim Anak. Dan lebih dari ini, Dia mengosongkan semua status anak Yahweh yang telah
diserahkan kepada-Nya oleh Bapa sebagai kekayaan warisan-Nya. Kekayaan ini adalah kepenuhan
hidup Yahweh. Dan itu adalah kekayaan warisan kita sebagai anak-anak Elohim. Seperti yang telah
Paulus katakan, ‘Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang
oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena
kemiskinan-Nya’.46
Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya dalam Perjanjian Yahweh, dua hal terjadi secara
bersamaan. Pertama, Dia mengosongkan diri-Nya sampai pada suatu titik akhir yang mutlak supaya
ruang dibuat untuk ciptaan baru. Kedua, hidup Yahweh yang diserahkan kepada-Nya dimultiplikasi
sebagai hidup dari kumpulan banyak anak. Dalam satu persembahan ini, Elohim Anak mengosongkan
diri-Nya dan ciptaan baru dibawa kepada kepenuhan. Dapat kita katakan bahwa ketika Elohim Anak
berkurang melalui pengosongan, maka ciptaan baru bertambah oleh persembahan yang sama ini,
dan sedang ‘dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Elohim’.47
Elohim Anak mengosongkan diri-Nya untuk membuat ruang bagi sekumpulan banyak anak agar
dikumpulkan ke dalam persekutuan Yahweh. Dia membuat ruang untuk ‘segala sesuatu yang baru’.
45
Flp 2:7
2Kor 8:10
47
Ef 3:19
46
30
Ini adalah kasih karunia dan kapasitas unik Elohim Anak. Dia dapat mengosongkan diri-Nya kepada
suatu titik akhir yang mutlak, untuk menegakkan suatu permulaan yang baru.
Mengosongkan ke pangkuan Bapa
Ketika Anak mengosongkan diri-Nya dalam Perjanjian Yahweh untuk membuat ruang bagi ciptaan
baru dan ‘memotong’ Perjanjian Kekal, ini merupakan tahap pertama dari pengosongan-Nya.
Dalam tahap kedua dari pengosongan-Nya, Elohim Anak mengosongkan diri-Nya ke pangkuan Bapa.
Dia menyerahkan kemuliaan-Nya sendiri kepada pemeliharaan Bapa, dan merendahkan diri-Nya
kepada suatu aturan kekepalaan. Kekepalaan adalah aturan yang olehnya ciptaan baru dihasilkan.
Karenanya, rasul Paulus mengatakan, ‘Elohim adalah kepala dari Kristus’. 48 Elohim Anak
mengosongkan diri-Nya ke pangkuan Bapa dan diperanakkan oleh Bapa sebagai Anak-Nya. Dia
menjadi Anak Sulung Bapa. Pemazmur telah meneguhkan hal ini, dengan berkata, ‘Akupun juga akan
mengangkat Dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi’.49
Penting untuk menyadari bahwa Elohim Anak tidak memiliki permulaan. Dia ada ‘sebelum segala
sesuatu’, tetapi merendahkan diri-Nya kepada suatu permulaan supaya sekumpulan banyak anak
dapat dibawa kepada kemuliaan. Dia bukanlah Anak Elohim sampai Dia diperanakkan ke dalam
pangkuan Bapa. Sebagai Anak Elohim, Dia adalah permulaan dari ciptaan Elohim, Benih dari semua
ciptaan baru.
Ketika Bapa menyatakan, ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini’, ini adalah
sesuatu yang benar-benar baru dalam persekutuan ke-Elohiman. Hubungan Bapa dan Anak telah
ditetapkan kembali secara kekal oleh Perjanjian Kekal. Identitas Anak tidak berubah, tetapi
hubungan-Nya dengan Bapa telah berubah demi kepentingan kita. Bapa telah berkata, ‘Aku akan
menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku’. 50 Penting untuk membuat suatu perbedaan antara
Elohim Anak dengan kemuliaan-Nya sebelum, dan Anak Elohim dengan ‘kemuliaan yang diberikan
kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa’.51
Milik kepunyaan Bapa
Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya sebagai Budak Yahweh, Dia diperanakkan oleh Bapa
sebagai Anak Elohim. Sebagai Anak Sulung Bapa, Anak Elohim menjadi milik kepunyaan Bapa untuk
diberikan, sebagai seorang Anak, Budak, dan Perintis status anak kita. Yesus Sendiri menyatakan
bahwa Dia telah diberikan oleh Bapa ketika Dia menyatakan, ‘Karena begitu besar kasih Elohim akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Elohim mengutus
Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh
Dia.’52
48
1Kor 11:3
Mzm 89:27
50
Ibr 1:5
51
Yoh 1:14
52
Yoh 3:16‑17
49
31
Paulus juga menjelaskan bahwa ‘Tetapi setelah genap waktunya, maka Elohim mengutus Anak-Nya,
yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus
mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima (diadopsi) menjadi anak. Dan karena
kamu adalah anak, maka Elohim telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya
Abba, ya Bapa!” Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga
adalah ahli-ahli waris, oleh Elohim.’53 Bapa sanggup memberikan Anak demi keselamatan kita dan
mengirimkan Roh Anak ke dalam hati kita, karena Roh-Nya merupakan kepunyaan Bapa.
Benih Perjanjian
Anak Elohim adalah Benih Perjanjian. Persembahan Elohim Anak menyatakan kapasitas-Nya untuk
menjadi Anak Domba, Raja, dan Imam menurut peraturan Melkisedek. Semua ini adalah kapasitas
unik dari Elohim Anak. Akan tetapi, Elohim Anak tidak memiliki kapasitas untuk menjadi ‘Benih’
hingga Dia menjadi Anak Elohim.
Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus berbicara tentang Kristus sebagai ‘satu Benih’ kepada
siapa semua janji perjanjian dibuat. Ketika Dia diperanakkan sebagai Anak Elohim, di dalam Dia
terkandung semua hidup ciptaan baru dan nama dari setiap anak Elohim yang telah diketahui dan
ditentukan sebelumnya. Mujizat dari benih adalah ketika benih itu jatuh ke dalam tanah dan mati,
benih itu menghasilkan suatu kumpulan besar menurut jenisnya. Yesus berkata, ‘Sesungguhnya
jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia
akan menghasilkan banyak buah’. 54 Persembahan Benih-lah yang melahirkan banyak identitas rohani
yang baru, dengan hidup dan sebuah nama sebagai suatu kepunyaan yang kekal, suatu warisan yang
tidak terkorupsi.
Hidup Yahweh dimultiplikasi melalui kebangkitan, sama seperti sebuah benih yang menghasilkan
hidup menurut jenisnya. Suatu tanaman baru bukanlah benih; tetapi, itu adalah suatu wujud yang
baru dari benih. Dengan cara yang sama, kodrat ilahi diberikan kepada kita dalam Kristus, melalui
kematian-Nya dan oleh kebangkitan-Nya. Ini adalah satu hidup Yahweh, tetapi telah diberikan
kepada kita melalui persembahan, sebagai hidup ciptaan baru.
Firman sumpah
Perjanjian Kekal diteguhkan dan disahkan oleh firman sumpah. Kitab Ibrani menguraikan bahwa
Elohim bersumpah demi diri-Nya sendiri, dan dengan demikian menunjukkan kepada kita kekekalan
dari musyawarah-Nya dan meneguhkannya dengan sumpah. Tidak mungkin bagi Elohim untuk
berdusta, oleh karena itu, kita memiliki penghiburan yang kuat.55 Perjanjian disahkan oleh sumpah
Bapa ketika Dia berkata, ‘Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.’56 Dan lebih
lanjut dari ini, pemazmur menyatakan, ‘TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal,
“Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”’57
53
Gal 4:4‑7
Yoh 12:24
55
Ibr 6:16‑18
56
Mzm 2:7
57
Mzm 110:4
54
32
Kita ingat bahwa Yesus disebut Melkisedek dalam kitab Ibrani dan dikatakan bahwa ‘Ia tidak
berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan
karena ia dijadikan sama dengan Anak Elohim’. 58 Kapasitas untuk keimamatan merupakan milik
Elohim Anak; tetapi setelah diperanakkan sebagai Anak Elohim, Kristus dinyatakan oleh Bapa untuk
menjadi Imam selamanya. Tersirat di dalam keimamatan ini adalah persembahan diri-Nya sebagai
Anak Domba. Sekarang Dia adalah Imam Bapa dan Anak Domba Bapa. Dia adalah Anak Domba bagi
rumah Bapa.
Anak Domba
Rasul Petrus menyatakan bahwa kita telah ditebus dengan ‘darah yang mahal, yaitu darah Kristus
yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum
dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir’. 59 Yesus mati di
kayu salib sebagai Anak Domba Elohim, tetapi kita perlu memperhatikan bagaimana Dia menjadi
Anak Domba Elohim sebelum dunia dijadikan.
Elohim Anak dikuduskan untuk menjadi Anak Domba Yahweh dalam Perjanjian Yahweh. Tentu saja,
Elohim Anak tidak memiliki kesamaan secara fisik dengan seekor anak domba. Dia adalah Pribadi
kedua dari ke-Elohiman. Dia adalah ‘seperti Anak Domba’ dan darah-Nya adalah ‘seperti darah anak
domba’. Pertama-tama, Anak Domba adalah persembahan Yahweh Elohim. Dalam Kitab Suci, seekor
anak domba selalu merupakan suatu persembahan; dan lebih dari ini, anak domba adalah simbol
yang mewakili semua persembahan.
Anak Domba adalah persembahan dari ketiga Pribadi ke-Elohiman, tetapi persembahan ini terwujud
dan dinyatakan oleh Elohim Anak. Tidak ada identitas atau substansi lain dalam Anak Domba di luar
dari Elohim Anak. Kita ingat perkataan Abraham kepada Ishak, ‘Elohim yang akan menyediakan Anak
Domba untuk korban bakaran bagi-Nya’. 60 Persembahan Elohim Anak-lah yang menghasilkan ‘darah
Perjanjian Kekal’. Tidak ada anak domba sebelum itu yang disembelih dan darahnya tertumpah
sepenuhnya.
Pertama-tama, persembahan Elohim Anak sebagai Anak Domba sepenuhnya di dalam persekutuan
Yahweh. Sebagai Anak Domba Yahweh, Anak mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim sebagai
suatu keharuman. 61 Kita harus memperhatikan bahwa, meskipun persembahan ini ada di dalam keElohiman, persembahan ini adalah demi kepentingan kita. Elohim Anak mengasihi kita dan
memberikan diri-Nya untuk kita.62 Dengan mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa, Dia menjadi
Anak Elohim dan Anak Domba Bapa. Dia menjadi persembahan Bapa sebagai penyediaan bagi setiap
anak dalam rumah Bapa.
Penting untuk memahami perbedaan antara Elohim Anak dengan Anak Elohim. Demikian juga,
penting untuk membuat suatu perbedaan antara Elohim Anak ‘sebagai Anak Domba’ dan Anak
Elohim yang merupakan ‘Anak Domba Bapa’. Pada tahap pertama, ketika Dia mengosongkan di
58
Ibr 7:3
1Ptr 1:19
60
Kej 22:8
61
Ef 5:2
62
Ef 5:2
59
33
dalam Perjanjian Yahweh, Elohim Anak adalah ‘seperti Anak Domba’ dengan darah ‘seperti darah
Anak Domba’. Dalam tahap kedua, ketika Dia mengosongkan ke pangkuan Bapa, Dia diperanakkan
sebagai Anak Elohim dan menjadi Anak Domba Bapa dengan darah penebusan Anak Sulung.
Anak Domba disembelih – perjanjian dipotong
Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya sampai pada suatu titik akhir yang mutlak, Anak Domba
disembelih dan perjanjian ‘dipotong’. Perjanjian tidak berlaku sebelum perjanjian itu dipotong
‘terbuka’, katakan demikian, untuk membuat ruang bagi ciptaan baru. Penulis kepada orang Ibrani
menyampaikan perlunya kematian dari Dia yang membuat perjanjian.63 Bahkan perjanjian pertama
tidak ditahbiskan tanpa darah. 64 Oleh karena itu, Kitab Suci secara terus-menerus merujuk kepada
darah perjanjian. Anak Domba dan darah-Nya yang mahal menyatakan kapasitas Elohim Anak untuk
menjadi Pewaris (yang mewariskan) Perjanjian Kekal dan Perantara dari Perjanjian Baru.
Darah adalah hidup yang telah diberikan kepada kita melalui persembahan
Kita tidak dapat berbicara tentang Anak Domba Elohim tanpa mengidentifikasi darah Anak Domba,
atau darah Perjanjian Kekal. Sama seperti Anak Domba itu sendiri, darah telah dipilih sejak semula
sebelum dunia dijadikan. Anak Domba adalah persembahan Yahweh, dan darah adalah hidup
persembahan. Poin utama kita adalah: darah adalah persekutuan hidup Yahweh yang telah diberikan
kepada kita melalui persembahan. Itu adalah darah Perjanjian Kekal. Demikian juga, Yesus
menyebutnya darah Perjanjian Baru. Dia berkata kepada murid-murid-Nya pada perjamuan terakhir,
‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu’.65
Sebagai rangkuman, Anak Domba dipilih sejak semula ketika Elohim Anak dikuduskan untuk menjadi
Anak Domba di dalam musyawarah Tuhan. Ini adalah persekutuan Bapa, Anak dan Roh Kudus di
mana Mereka menetapkan untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan. Anak Domba
disembelih ketika Elohim Anak mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim. Dia mengosongkan diriNya, dan dengan demikian Perjanjian Kekal dipotong. Darah-Nya yang berharga tercurah sebagai
darah Perjanjian Kekal. Pengosongan Anak-lah yang melahirkan permulaan dari ciptaan baru dan
membuat hidup Yahweh tersedia bagi umat manusia.
Kita memandang Anak Domba ketika kita melihat persembahan Yesus Kristus di kayu salib bagi kita.
Persembahan Yesus Kristus di atas salib, dalam waktu, menyatakan jalan persembahan di dalam
musyawarah Elohim sebelum waktu dan di luar waktu. Sama seperti sebuah jendela ke dalam jalan
Elohim yang tak terselami dan tak terkira, hal itu menyatakan hikmat Elohim yang tersembunyi. Jalan
persembahan adalah hikmat dan kuasa Elohim.66 Anak Domba disembelih sebelum dunia dijadikan
dalam musyawarah Elohim, tetapi satu persembahan ini telah diwujudkan ‘sekali’ pada zaman akhir
ini demi kepentingan kita.67
63
Ibr 9:15‑16
Ibr 9:18
65
Luk 22:20
66
1Kor 1:24
67
1Ptr 1:20
64
34
Lihatlah Anak Domba – rangkuman dari semua persembahan
Penting untuk diperhatikan bahwa ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus, dia menyatakan,
‘Lihatlah Anak domba Elohim’. Orang-orang Yahudi yang mendengar pemberitaan ini telah begitu
terbiasa dengan persembahan dan korban anak domba. Setiap rumah di seluruh bangsa mereka
ditebus dari perbudakan di Mesir oleh darah anak domba. Mereka merayakan Hari Raya Paskah
setiap tahun untuk memperingati pembebasan yang luar biasa ini.
Selain korban anak domba Paskah, orang Yahudi akan mengaitkan anak domba dengan korban
bakaran harian. Kitab Suci mencatat persembahan anak domba sebagai korban bakaran sejak
permulaan. Ketika Tuhan meminta Kain dan Habel untuk membawa persembahan, dicatat bahwa
Habel adalah ‘gembala kambing domba’ dan dia ‘mempersembahkan korban persembahan dari anak
sulung kambing dombanya’. 68 Kita ingat iman Abraham: ‘Elohim yang akan menyediakan anak domba
untuk korban bakaran bagi-Nya’.69 Pada zaman Musa, anak domba dipersembahkan sebagai korban
bakaran setiap pagi dan petang di atas mezbah tabernakel. Ini adalah korban bakaran yang tetap
(terus-menerus) di seluruh generasi.70
Ketika kita memperhatikan dua persembahan anak domba yang berbeda ini, tidaklah mengherankan
bahwa Yohanes Pembaptis menyampaikan beritanya mengenai Anak Domba Elohim pada dua
peristiwa yang terpisah dan berbeda. Pada peristiwa pertama, dia menyatakan, ‘Lihatlah Anak
domba Elohim, yang menghapus dosa dunia!’71 Anak Domba yang menghapus dosa dunia adalah
Anak Domba Paskah. Ini adalah cara kerja Elohim untuk menebus kita, mengakhiri dosa, dan
membawa masuk kebenaran kekal.
Pada hari berikutnya, Yohanes Pembaptis memperhatikan Dia ‘ketika Yesus lewat’ dan hanya
menyatakan, ‘Lihatlah Anak domba Elohim!’ 72 Pernyataan kedua ini jauh lebih mendasar, dan tidak
ada hubungan atau kaitannya dengan dosa. Ini adalah Anak Domba untuk korban bakaran yang
terus-menerus. Anak Domba Elohim tidaklah pertama-tama diberikan karena dosa. Dia adalah Anak
Domba yang ‘mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Elohim sebagai persembahan yang tak
bercacat’.73 Dia adalah Anak Domba yang merupakan pewahyuan dari semua persembahan dalam
persekutuan ke-Elohiman.
Firman
Pada pasal pertama dari Injilnya, rasul Yohanes menunjukkan urutan dari firman yang datang. Dia
menyatakan, ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Elohim dan Firman itu
adalah Elohim’. 74 Firman menegakkan permulaan supaya kita dapat mengenal Elohim dan
memahami tujuan perjanjian Elohim. Firman pada permulaan-lah yang memampukan kita untuk
68
Kej 4:2,4
Kej 22:8
70
Kel 29:42
71
Yoh 1:29
72
Yoh 1:36
73
Ibr 9:14
74
Yoh 1:1
69
35
mengenal dan memahami. Ini menjelaskan mengapa Yohanes memulai injilnya dengan pernyataan
‘pada mulanya adalah Firman’.
Akan tetapi, hal pertama yang Firman pada permulaan nyatakan kepada kita adalah bahwa ada suatu
ontologi dari Firman yang melahirkan permulaan. Pada ayat pertama dari Injilnya, Yohanes
menjelaskan ke belakang/mundur untuk mengidentifikasi ontologi dari Firman sebelum permulaan.
Firman adalah Elohim
Pertama-tama, Firman adalah Elohim. Jelasnya Firman itu ‘AKU ADALAH’. Ini adalah firman Yahweh,
yang adalah satu. Dan ini sama dengan Firman Elohim, yang adalah tiga. Setiap Pribadi dalam keElohiman memproklamirkan firman mengenai satu hidup Yahweh. Dan setiap Pribadi
memproklamirkan firman mengenai hidup dari masing-masing yang lain. Mereka mengatakan
kebenaran dalam kasih. Setiap Pribadi memberi kesaksian mengenai Pribadi dan firman akan yang
lain. Oleh karena itu, setiap firman yang keluar dari Perjanjian Yahweh merupakan suatu ekspresi
dari ketiga Pribadi dalam komunitas Elohim.
Ketika Yohanes berkata, ‘Firman itu adalah Elohim’, kita dapat mengaplikasikannya pada masingmasing Anggota ke-Elohiman. Akan tetapi, dalam kaitan ontologi utama dari firman yang
menegakkan permulaan, Yohanes sedang merujuk kepada Firman sebagai Elohim Bapa. Bapa dan
pewahyuan kehendak dan tujuan-Nya-lah yang menegakkan dasar dari Perjanjian Kekal. Firman Bapa
adalah esensi dari siapa Dia dan pewahyuan kehendak dan kerinduan-Nya untuk banyak anak.
Firman bersama-sama dengan Elohim
Yohanes menyatakan bahwa Firman adalah Elohim dan Firman ada bersama-sama dengan Elohim.
Dalam pernyataan ini, Dia membuat suatu perbedaan antara Elohim Bapa dengan Firman. Dalam
Perjanjian Yahweh, Bapa menyerahkan firman hidup kepada Elohim Anak. Anak mengosongkan diriNya untuk menjadi perwujudan dari Firman Hidup ini. Sebagai Firman Hidup, Anak menjadi ekspresi
penuh dari segala yang diserahkan kepada-Nya. Elohim Anak menjadi Firman yang ada bersamasama dengan Elohim Bapa dalam persekutuan Perjanjian Yahweh.
Pada mulanya adalah Firman
Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya, Perjanjian Kekal dipotong dan permulaan ditegakkan.
Kehendak dan tujuan perjanjian Elohim dinyatakan sepenuhnya oleh Elohim Anak sebagai Firman
pada permulaan, supaya kita dapat mengenal Elohim dan memahami kehendak-Nya. Ketika Yohanes
berbicara mengenai Firman ‘pada mulanya’, dia bukan merujuk kepada permulaan waktu atau
permulaan penciptaan. Dia mengidentifikasi permulaan dari segala sesuatu yang baru dalam
Perjanjian Kekal.
Pada mulanya Dia ada bersama dengan Elohim
Lebih lanjut dari ini, Yohanes berkata bahwa Firman pada mulanya bersama dengan Elohim. Kita
tahu bahwa Elohim Anak adalah Firman yang bersama-sama dengan Elohim sebelum permulaan
dalam Perjanjian Yahweh. Akan tetapi, setelah menegakkan permulaan dalam Perjanjian Kekal, Dia
berlanjut ke pangkuan Bapa untuk diperanakkan sebagai Benih. Ketika Elohim Anak diperanakkan
sebagai Anak Elohim, Dia menjadi Benih Elohim. Dia menjadi pewahyuan penuh dari hidup dan nama
36
Bapa. Kemudian dalam pasal yang sama, Yohanes berkata, ‘Tidak seorangpun yang pernah melihat
Elohim; tetapi Anak Tunggal Elohim, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya’.75
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
Yohanes melanjutkan, ‘Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan’.76 Firman pada mulanya bersama-sama dengan Elohim,
kemudian berlanjut untuk menciptakan langit dan bumi. Karena Dia adalah Firman, Dia juga adalah
Pencipta. Kita tahu bahwa ‘karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga
dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan,
baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia’.77
Firman menjadi daging
Pada akhirnya, Anak Elohim adalah Firman yang menjadi daging dan berdiam di tengah-tengah kita.78
Dia merupakan pewahyuan penuh dari firman dan hidup Bapa dalam rupa daging umat manusia.
Oleh karena itu, Dia adalah pewahyuan penuh dari hidup dan penentuan kita sejak semula sebagai
anak-anak Elohim Bapa. Yohanes berkata, ‘Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang
manusia’.79
Pekerjaan seorang utusan adalah memperkenalkan kita kepada Yesus Kristus sebagai Utusan Elohim.
Dia adalah Utusan Elohim yang juga merupakan perwujudan dari berita itu. Ketika Bapa mengirimkan
Kristus ke dalam hati kita sebagai Benih Elohim, kita dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi
sebagai anak-anak Elohim.
Kita tahu kita memiliki hidup yang kekal ketika Bapa, Anak dan Roh Kudus semuanya datang
membuat tempat kediaman Mereka di dalam kita. Yesus berkata, ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia
akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan
diam bersama-sama dengan dia’.80 Demikian juga, Yesus berkata bahwa Roh Kudus akan tinggal
dengan kita selamanya. Dia berkata mengenai Roh Kudus, ‘Kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai
kamu dan akan diam di dalam kamu’.81
Budak Yahweh
Seperti yang telah kita perhatikan, Paulus mengajarkan bahwa Kristus Yesus ‘mengosongkan diri-Nya,
dan mengambil rupa seorang hamba *budak+’. 82 Terjemahan dari bagian ini memberikan arti bahwa
Kristus adalah seorang budak karena Dia mengosongkan diri-Nya. Akan tetapi, teks bahasa Yunani
dapat dengan sama, dan biasanya akan, diterjemahkan, ‘Dia mengosongkan diri-Nya, setelah
75
Yoh 1:18
Yoh 1:3
77
Kol 1:16
78
Yoh 1:14
79
Yoh 1:4
80
Yoh 14:23
81
Yoh 14:17
82
Flp 2:7
76
37
mengambil rupa seorang hamba’. Dari perspektif ini, Dia telah mengambil rupa seorang budak dalam
Perjanjian Yahweh, dan kemudian mengosongkan diri-Nya.
Anak tentu saja bukanlah seorang budak dalam arti telah dikuasai atau ditaklukkan oleh Bapa. Jelas
bahwa Anak Sendiri mengambil rupa seorang budak. 83 Kata Yunani untuk ‘rupa’, yang digunakan oleh
Paulus dalam bagian ini, berarti bahwa sifat atau esensi dari sesuatu berdiam dalam seseorang
selama orang itu ada/hidup. Ini adalah kata yang sama yang Paulus gunakan untuk menggambarkan
Kristus Yesus telah ada dalam ‘rupa’ Elohim. 84 Kita memahami bahwa Yesus Kristus adalah Elohim
dengan sendirinya, dan dengan demikian, Dia membuat diri-Nya menjadi seorang budak dengan
sendirinya. Dalam hal ini, Dia tidak menjadi seorang budak untuk melakukan suatu pekerjaan dan
kemudian melepaskan status budak-Nya setelah pekerjaan tersebut selesai. Hal menjadi budak
sekarang tetap merupakan salah satu ekspresi dari kemuliaan Anak.
Menyatakan Bapa
Sebagai budak, Kristus sanggup untuk sepenuhnya menyatakan Bapa. Dengan menjadi budak Dia
mengizinkan hidup Yahweh diekspresikan dan mengalir keluar dari kesatuan Mereka yang sempurna.
Budak berlanjut dari Perjanjian Yahweh untuk menyatakan kerinduan Bapa akan banyak anak. Dia
diurapi untuk tujuan ini. Kita perhatikan perkataan Yesus, ‘Barangsiapa menolak Aku, dan tidak
menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang
akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi
Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku
katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi
apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepadaKu.’85
Penting agar kita tidak kehilangan signifikansi dari status budak yang dimiliki Anak. Hanya seorang
budak yang dapat melewati penghakiman. Ini karena penghakiman-Nya bukanlah penghakiman-Nya
sendiri. Dia tidak memiliki kontribusi apapun dalam hasil penghakiman. Pada poin ini, kita ingat
perkataan Yesus, ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai
dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku
sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.’86 Budak (yaitu Yesus) sanggup menghakimi
tanpa memihak dan tanpa memiliki kepentingan. Ini karena pengosongan-Nya yang sempurna dan
pekerjaan-Nya yang proaktif untuk sepenuhnya menyatakan yang lain.
Ciptaan dan penebusan
Ketaatan Anak yang sempurna kepada Bapa sebagai seorang budak berarti bahwa Dia sanggup
menegakkan hukum-hukum ciptaan dalam kerukunan yang sempurna satu dengan yang lain. Dia
hanya menyatakan firman Bapa. Tidak ada agenda atau inisiatif yang bersaing dengan firman yang
keluar dari Bapa. Mengenai ciptaan, Paulus merangkumkan hubungan ini, demikian, ‘Namun bagi
83
Flp 2:7
Flp 2:6
85
Yoh 12:48‑50
86
Yoh 5:30
84
38
kita hanya ada satu Elohim saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang
untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah
dijadikan dan yang karena Dia kita hidup’.87
Sama seperti status budak dari Anak adalah hal yang mendasar bagi penegakan ciptaan dengan
keharmonisan hukum-hukumnya, itu juga merupakan cara yang olehnya hukum-hukum dari setiap
makhluk hidup dapat dibawa kembali ke dalam keharmonisan melalui penebusan. Ketika Kristus mati
di atas salib, Dia telah sepenuhnya diselaraskan kepada kehendak Bapa, sebagai seorang budak. Dia
tidak menjalankan inisiatif apapun di luar dari kehendak Bapa.88 Paulus menjelaskan bahwa ‘oleh
ketaatan satu Orang semua orang menjadi orang benar’. 89 Ini karena setiap dimensi dan ekspresi dari
hukum telah dipakukan di salib melalui ketaatan-Nya yang sempurna. Dia menegakkan suatu jalan
hidup yang baru yang berlawanan dengan penggunaan hukum-hukum kita sendiri, menjadikan
ketaatan yang disempurnakan ini tersedia bagi orang-orang yang datang kepada-Nya.
Di atas salib, Anak adalah Budak yang menaklukkan yang membawa tawanan-tawanan. 90 Dengan
cara ini, setiap orang yang merupakan tawanan dosa, tetapi menerima ke-Tuhanan-Nya, menjadi
budak dari ketaatan-Nya. Sekarang, sebagai budak-budak yang taat, kita sanggup mematahkan,
‘setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk
menentang pengenalan akan Elohim. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada
Kristus (ter. Bhs. Ing. ‘into captivity to the obedience of Christ’ artinya ‘menaklukkannya kepada
ketaatan Kristus’)’. 91 Bukannya hidup oleh hukum-hukum kita sendiri, yang menghasilkan
perdebatan dan kesombongan, sekarang kita sanggup melakukan kehendak Elohim sebagai anakanak-Nya. Ini adalah kesaksian dari seseorang yang sedang ditebus.
Yesaya merangkum dua dimensi dari pekerjaan Budak, demikian, ‘Tetapi sekarang, beginilah firman
TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut,
sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini
kepunyaan-Ku.”’92
87
1Kor 8:6
Luk 22:42
89
Rm 5:19
90
Ef 4:8
91
2Kor 10:5
92
Yes 43:1
88
39
40
BAB 3
Hukum dan penderitaan
Rasa sakit dan penderitaan adalah aspek-aspek kehidupan yang kita semua alami, terlepas apakah
kita orang Kristen atau bukan. Dan, meskipun penderitaan adalah hal yang umum bagi semua orang,
alasan-alasan untuk penderitaan kita dan dampak-dampaknya atas kita tidaklah dipahami dengan
baik, bahkan di antara orang-orang Kristen. Selama berabad-abad, berbagai pernyataan filosofi telah
diberikan dalam usaha menjelaskan penderitaan di dalam dunia. Sebagai contoh, seorang filsuf
Jerman Friedrich Nietzsche menyatakan, ‘Apa yang tidak membunuh kita, membuat kita lebih kuat’.
Tentu saja, jika hal ini benar, semakin seseorang menderita, semakin lama mereka akan hidup. Akan
tetapi, pengalaman dan pengamatan kita memberitahukan bahwa rasa sakit dan penderitaan
menandakan kematian dari setiap makhluk hidup pada akhirnya.
Sama seperti filosofi duniawi, teologi Kristen menyediakan sedikit kejelasan yang sesungguhnya
mengenai penyebab dan dampak penderitaan. Banyak orang Kristen memandang iman mereka
sebagai suatu sarana yang dapat mereka gunakan untuk menghindari penderitaan. Mereka
menganggap bahwa penderitaan Kristus di atas salib sebagai suatu korban yang hidup, adalah
sepenuhnya mewakili kita. Yaitu, mereka memandang penderitaan-Nya sebagai pengganti. Dari
sudut pandang ini, mereka percaya bahwa Kristus, sebagai korban penebus dosa bagi kita,
mengalami semua rasa sakit dari penghukuman karena dosa kita supaya kita dapat menerima berkat
kehidupan yang mengalahkan penderitaan. Bagi orang-orang Kristen yang berpegang pada
pengertian ini, tentu saja penderitaan merupakan suatu masalah. Terlepas apakah mereka menjadi
tersandung ketika mereka menderita, berpikir bahwa persembahan Kristus tidak memberikan apa
yang dijanjikan, atau mereka percaya bahwa entah bagaimana, mereka pasti telah gagal dalam iman
mereka. Pemikiran ini mendukung keyakinan bahwa rasa sakit mereka adalah suatu penghukuman
untuk kegagalan iman mereka. Ini bukanlah yang Kitab Suci ajarkan kepada kita tentang penderitaan.
Ketika membahas hal ini, banyak orang berfokus pada bagaimana menghindari, membatasi, atau
pulih dari penderitaan. Sebagai contoh, orang tua melakukan yang terbaik untuk melindungi anakanak mereka dari bahaya dengan mengajarkan mereka tentang bahaya-bahaya yang harus mereka
hindari dan perilaku-perilaku yang akan menyelamatkan mereka dari rasa sakit dan tekanan yang
tidak diperlukan. Hal-hal ini tentu saja merupakan pelajaran-pelajaran yang penting untuk anak-anak
pelajari. Namun, bahkan dengan pengajaran terbaik dan strategi-strategi penghindaran yang paling
efektif sekalipun, kita tahu bahwa anak-anak kita tetap akan mengalami penderitaan dalam
41
perjalanan hidup mereka. Mengapa demikian? Mengapa penderitaan tidak dapat dihindari? Apakah
ada keuntungan-keuntungan dari penderitaan kita? Apa yang Elohim pikirkan tentang penderitaan?
Ini hanyalah sedikit dari banyak pertanyaan yang dapat kita pertimbangkan sehubungan dengan
pembahasan ini.
Ciptaan hidup dalam damai
Untuk memahami dengan sebagaimana mestinya mengenai penderitaan dan implikasi -implikasinya
bagi kehidupan kita sebagai orang Kristen, akan bermanfaat untuk memulai dengan memperhatikan
kehidupan di muka bumi sebelum ada rasa sakit apapun. Ini adalah suatu masa ketika semua
makhluk hidup berada dalam keharmonisan yang sempurna satu sama lain dan dengan hukumhukum yang mengatur ciptaan itu sendiri. Tentu saja, kita berbicara tentang kondisi kehidupan di
muka bumi sebelum umat manusia jatuh karena ketidaktaatan mereka kepada Elohim.
Kitab Suci mengajarkan kita bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi, dan setiap makhluk hidup di
dalamnya, oleh firman-Nya. 1 Terkandung di dalam firman-Nya adalah hikmat yang olehnya bumi
didirikan, dan pengertian yang olehnya langit ditegakkan. 2 Batasan-batasan dari setiap dimensi
ciptaan ditetapkan oleh firman Elohim. Sebagai contoh, ‘Ia menentukan batas kepada laut, supaya
air jangan melanggar titah-Nya’. 3 Batasan-batasan atau hukum-hukum yang ditegakkan oleh firman
Elohim ini, mengatur alam semesta secara fisik, termasuk waktu dan musim di muka bumi. 4
Setiap makhluk hidup di dalam ciptaan ini diciptakan unik oleh Elohim. Dia menetapkan prinsipprinsip khusus yang olehnya masing-masing spesies hidup, bergerak dan ada. 5 Prinsip-prinsip ini
adalah hukum-hukum yang yang olehnya hidup mereka dihidupi. Hukum, atau firman, Elohim adalah
sempurna, dan setiap prinsip hidup yang firman Elohim tegakkan dalam ciptaan ada dalam
keharmonisan yang sempurna dengan yang lain.6 Ini artinya bahwa tidak ada konflik di antara
hukum-hukum ini. Tidak ada maut, juga tidak ada kompetisi antara spesies-spesies untuk bertahan
hidup. Ciptaan ini ada dalam keharmonisan dan hidup dalam damai. Ini karena setiap aspek dan
dimensi hidup di dalam dunia dikuduskan. Elohim Sendiri mengakui bahwa ciptaan ini, dan semua
yang ada di dalamnya, ‘sangat baik’.7
Suatu mandat diserahkan kepada Adam
Elohim membuat taman di wilayah Eden dan menempatkan Adam di dalam taman itu. 8 Artinya,
Elohim telah menghubungkan takhta sorgawi-Nya dengan taman ini. Kita memahami hal ini demikian
karena Lusifer, sebelum kejatuhannya, ada di dalam Eden sebagai kerub yang diurapi yang menutup
atau menjaga takhta.9 Taman Eden adalah sumber hidup bagi seluruh bumi. Sebagai contoh, sungai
yang mengairi taman Eden merupakan tipe/gambaran dari ‘sungai kehidupan’ yang mengalir dari
1
Mzm 33:6. Yoh 1:3
Ams 3:19
3
Ams 8:29
4
Mzm 74:17
5
Kis 17:28
6
Mzm 19:7
7
Kej 1:25
8
Kej 2:8
9
Yeh 28:13-14
2
42
takhta Elohim. Dari Eden, sungai itu terbagi dalam empat sungai yang mengairi empat sudut bumi
yang dahulu (sebelum air bah).10
Adam dan Hawa memiliki persekutuan dengan Tuhan Elohim di dalam taman Eden ketika Dia
berjalan di sana setiap hari pada waktu hari sejuk. 11 Kata ‘sejuk’ dalam bahasa Ibrani adalah ruach,
dan dapat diterjemahkan ‘angin, angin sepoi-sepoi, nafas, roh’. Yesus menggunakan gambaran yang
sama untuk menjelaskan seseorang yang dilahirkan dari Roh.12 Jelas, persekutuan Adam dan Hawa
dengan Yahweh adalah ‘di dalam Roh’. Dalam persekutuan ini, kefanaan mereka ditopang oleh hidup
Yahweh. Sebagaimana mereka berjalan dan berbicara dengan Dia setiap hari, firman-Nya
memberikan mereka hidup.13
Elohim menyerahkan suatu mandat kepada Adam. Dia memberkati Adam dan berkata kepadanya,
‘Beranakcuculah dan bertambah banyak (terj. Bhs. Ing. ‘Be fruitful and multiply’ artinya ‘berbuah dan
bermultiplikasi’); penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burungburung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’ 14 Dia melanjutkan demikian, ‘Aku
memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohonpohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di
bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala
tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya’. 15 Tuhan Elohim juga berkata kepada Adam, ‘Tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada
hari engkau memakannya, pastilah engkau mati’. 16
Kita sebaiknya mengambil waktu sesaat untuk memperhatikan kebesaran dan implikasi -implikasi dari
mandat yang diserahkan kepada Adam. Dia seharusnya menaklukkan setiap makhluk hidup dan
memerintah atas mereka. Ini berarti bahwa semua hukum yang mengatur kehidupan dari setiap
makhluk hidup tunduk kepada Adam. Dia harus memelihara dan mengelola hidup ini sesuai dengan
firman dan tujuan Elohim. Ketika Adam dan Hawa taat kepada perintah ini dan tetap dalam
persekutuan dengan Yahweh, maka pengudusan, damai dan keharmonisan dari ciptaan yang telah
ditegakkan oleh firman Elohim terpelihara.
Karena setiap makhluk hidup telah ditundukkan kepada Adam, hidup dari makhluk-makhluk ini
ditopang oleh firman yang Adam telah terima. Dalam firman ini, Adam menerima hikmat dan
pengertian sehubungan dengan nama-nama binatang.17 Ketika Tuhan membawa binatang-binatang
kepada Adam, dia bukan hanya mengidentifikasi mereka; dia menetapkan hukum-hukum kehidupan
mereka sesuai dengan firman Elohim. Semua makhluk hidup, termasuk manusia, juga menerima
10
Kej 2:10-14
Kej 3:8
12
Yoh 3:7-8
13
Mzm 119:50
14
Kej 1:28
15
Kej 1:29-30
16
Kej 2:17
17
Kej 2:19
11
43
suatu perintah dari Elohim untuk berbuah dan bermultiplikasi.18 Hukum kehidupan ini menjadi suatu
motivasi mendasar dari setiap makhluk hidup.
Ketidaktaatan Adam
Adam tidak menaati firman Elohim ketika dia mendengarkan suara istrinya. 19 Hawa telah melihat
bahwa buah itu baik untuk dimakan, sedap kelihatannya dan menarik hati karena memberi
pengertian. 20 Ini adalah sudut pandang kedagingannya sendiri, dan tidak sesuai dengan perintah
yang Elohim telah berikan kepada suaminya, Adam. 21 Dia telah terperdaya oleh ular yang
mengatakan bahwa memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat akan
membuat mereka seperti Elohim.22
Kita tahu bahwa Elohim menciptakan manusia dalam gambar-Nya dan telah merancangkan bagi
umat manusia untuk menjadi sesuai dengan keserupaan-Nya. 23 Akan tetapi, ular berdusta kepada
Hawa dan memperdaya dia dengan suatu cara alternatif untuk menjadi seperti Elohim. Dengan
mendengarkan firman alternatif ini, baik Adam maupun Hawa terpikat oleh keinginan-keinginan
daging mereka sendiri. Keinginan-keinginan ini melahirkan dosa ketika mereka mengambil dan
memakan buah itu, yang menghasilkan kematian mereka. 24 Adam dan Hawa telah berupaya
menangkap apa yang mereka percaya baik untuk mereka, melupakan bahwa setiap hal baik yang
datang kepada mereka berasal dari Bapa, melalui Anak. 25
Suatu pilihan
Pada titik ini, penting untuk memperhatikan mengapa Adam dan Hawa jatuh. Ketika Elohim
menciptakan manusia dari debu tanah, Dia membedakan manusia dari semua binatang dengan
memberikan mereka kepemilikan atas identitasnya sendiri. Binatang-binatang tidak dapat
menghidupi cara lain apapun selain oleh prinsip hidup yang Elohim telah tegakkan bagi mereka.
Sebagai contoh, seekor anjing, tidak memiliki kapasitas untuk memilih apakah dia akan berperilaku
seperti seekor anjing atau tidak. Semua binatang hidup oleh naluri mereka dan membuat responrespon yang khas terhadap lingkungan di mana mereka berada.
Berlawanan dengan semua makhluk hidup yang lain, Elohim menciptakan manusia sebagai suatu
makhluk yang hidup, dalam gambar-Nya sendiri.26 Adam dan Hawa diberikan kapasitas, martabat
dan kebebasan untuk memiliki dan mengekspresikan kehidupan mereka sendiri. Ini artinya bahwa
mereka dapat menjadi sadar akan diri mereka sendiri dan yang lain, dan dapat membuat keputusankeputusan tentang bagaimana menghidupi kehidupan mereka. Oleh karena itu, mereka bertanggung
jawab untuk keputusan-keputusan mereka dan akibat-akibatnya. Yang paling penting, kemampuan
dan kebebasan pilihan berarti bahwa, tidak seperti binatang, Adam dan Hawa dapat membuat
18
Kej 1:14,28
Kej 3:17
20
Kej 3:6
21
Kej 2:17
22
Kej 3:5
23
Kej 1:26-27
24
Yak 1:14-15
25
Yak 1:17
26
Kej 1:27. Kej 2:7
19
44
persembahan. Ini adalah dasar dari persekutuan Elohim sendiri, dan umat manusia telah diciptakan
untuk memiliki persekutuan dengan Yahweh.
Implikasi dari memiliki identitas-identitas mereka sendiri adalah Adam dan Hawa memiliki suatu
pilihan sehubungan dengan bagaimana mempersembahkan diri mereka dalam meresponi mandat
yang Elohim telah serahkan kepada mereka. 27 Mereka tidak ditentukan untuk menjadi tidak taat.
Mereka seharusnya mempersembahkan diri mereka kepada Yahweh sebagai budak-budak
kebenaran-Nya. Mereka memiliki kapasitas, kesempatan dan kebebasan untuk melakukan ini.
Mereka bahkan memiliki suatu teladan untuk diikuti! Elohim Anak adalah teladan mereka.
Seperti yang kita perhatikan di awal buku ini, Elohim Anak mengosongkan diri-Nya dalam meresponi
kerinduan Bapa untuk banyak anak. Dia diperanakkan oleh Bapa sebagai Anak Elohim, dan membuat
diri-Nya menjadi budak Bapa.28 Sebagai Budak Bapa, Anak menciptakan segala sesuatu. Akan tetapi,
segala sesuatu, termasuk hidup dan identitas manusia, berasal dari Bapa.29 Melalui ketaatan-Nya,
Anak telah menyatakan apa yang Bapa telah serahkan kepada-Nya. Adam dan Hawa memiliki
kesempatan untuk belajar dan berlanjut dalam jalan ini sementara mereka berjalan dan berbicara
dengan Yahweh setiap hari.
Jika Adam telah mempersembahkan dirinya sebagai seorang budak kebenaran, maka kesibukannya
adalah menyatakan Yahweh melalui ketaatannya sendiri kepada mandat yang diberikan kepadanya.
Seorang budak, secara definisi, hanya melakukan apa yang tuannya perintahkan untuk dia lakukan.
Adam seharusnya mempersembahkan dirinya dan pekerjaannya kembali kepada Yahweh. Raja Daud,
seorang yang berkenan di hati Elohim, memahami prinsip ini ketika dia mengakui, ‘Sebab dari padaMulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan [kembali]
kepada-Mu’.30
Persekutuan Yahweh perlu menjadi titik acuan Adam untuk segala yang dia lakukan dan segala yang
terjadi di dalam taman Eden. Persekutuan mereka adalah ‘di dalam Roh’, dan Adam seharusnya
menujukan pikirannya kepada hal-hal yang dari Roh. Hasilnya seharusnya adalah hidup dan damai
yang terus-menerus dalam ciptaan.31 Jika menjadi budak adalah cara mendasar dari persekutuannya
dengan Yahweh, maka Adam tidak akan mendengarkan sudut pandang alternatif yang ditawarkan
oleh istrinya. Dia akan membawa perihal ini ke dalam pembahasan dengan Yahweh untuk
memastikan bahwa hanya kehendak Elohim yang terjadi.
Adam dan Hawa menujukan pikiran mereka kepada hal-hal yang dari daging bukannya hal-hal yang
dari Roh. Mereka memberanikan diri untuk mengambil sesuatu yang tidak diberikan Elohim kepada
mereka. Buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat tidak ada di dalam cakupa n mandat
yang telah mereka terima dari Tuhan. Dan ketika mereka mempertimbangkan keuntungankeuntungan dari mengambil buah itu, mereka menetapkan diri mereka sendiri sebagai titik acuan
untuk apa yang baik bagi kehidupan mereka. Bukannya menyatakan kemulia an Elohim melalui
27
Rm 6:16-19
Ibr 1:5. Flp 2:5-7
29
1Kor 8:6
30
1Taw 29:14
31
Rm 8:5-6
28
45
ketaatan kepada perintah-Nya, mereka berusaha untuk menyatakan diri mereka dan kemuliaan
mereka sendiri. Ini dilakukan dengan mengerjakan kehendak mereka sendiri dan mengejar
keinginan-keinginan daging mereka. Jika mereka mau bertahan dengan sabar, pada waktunya,
Elohim Sendiri akan memuliakan mereka sebagai anak-anak Elohim. Sebaliknya, akibat dari tindakan
mereka adalah maut.32
Ketidakharmonisan karena ketidaktaatan
Rasul Paulus menjelaskan bahwa ‘dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam], dan oleh
dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang
telah berbuat dosa’.33 Maut dan, dapat kita katakan, penderitaan yang memimpin kepada maut,
masuk ke dalam dunia melalui dosa Adam. Paulus juga menjelaskan bahwa karena dosa ini seluruh
ciptaan juga menjadi budak korupsi. Ciptaan itu sendiri mengerang dan menderita sakit bersalin
sampai sekarang.34 Karena dosa Adam, sekarang setiap makhluk hidup mengalami penderitaan dan
maut.
Apa itu ketidaktaatan Adam yang mengakibatkan dosa, penderitaan dan maut yang menjalar kepada
kita semua? Bagaimana dosa Adam mengakibatkan penderitaan seluruh ciptaan? Sejak saat Adam
dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, mereka terpisah dari
hidup perjanjian Elohim. 35 Mereka tidak lagi diselaraskan dengan firman Elohim. Lebih lagi, mereka
terpisah dari persekutuan Roh di mana sebelumnya kefanaan mereka ditopang oleh hidup-Nya, dan
ketelanjangan mereka ditutupi oleh terang-Nya. Sekarang mereka dihukum untuk hidup oleh prinsip
hukum mereka sendiri, dalam usaha yang sia-sia untuk menopang kehidupan mereka yang fana.
Suatu kehidupan yang dihidupi di luar dari parameter-parameter yang ditegakkan oleh firman Elohim
tidak dapat menjadi dan melakukan apa yang Elohim telah rencanakan untuk kehidupan itu.
Kehidupan tersebut pasti tidak mengenai sasaran seperti yang ditegakkan oleh firman itu sendiri.
‘Tidak kena sasaran’ sesungguhnya adalah definisi dari dosa. Karena Adam dan Hawa melakukan
hukum mereka sendiri dan mengakibatkan mereka kehilangan sasaran sehubungan dengan nama
dan pekerjaan mereka, maka tidak dapat dihindari bahwa hal ini berdampak atas tindakan-tindakan
dari hukum yang lain. ‘Tidak kena sasaran’ menyebabkan ketidakselarasan dan ketidakharmonisan
dalam hukum-hukum ciptaan.
Hidup itu sendiri menjadi suatu sumber yang terbatas bagi Adam dan Hawa karena mereka dipotong
keluar dari hidup Yahweh. Karena setiap ciptaan telah terhubung dengan hidup itu melalui Adam,
maka hidup itu juga merupakan suatu sumber yang terbatas bagi semua binatang, burung dan ikan.
Kita bisa melihat bahwa penderitaan dan maut yang dihasilkan dari dosa bukan hanya sekedar
pertentangan hukum-hukum yang tidak dapat dihindari. Hukum-hukum bertentangan karena setiap
makhluk hidup menggunakan haknya untuk berbuah dan bermultiplikasi dalam keterbatasan dari
sumber hidup yang tersedia. Apa yang baik menurut hukum dari satu binatang adalah jahat untuk
yang lain karena mereka bersaing untuk hidup.
32
Rm 8:6
Rm 5:12
34
Rm 8:21-22
35
Ef 2:12
33
46
Maut menjalar kepada semua
Pertentangan yang diakibatkan oleh ketidaktaatan Adam terhadap firman Elohim ditimpakan atas
seluruh ciptaan. Ini karena hukum-hukum atau prinsip-prinsip hidup dari setiap makhluk hidup di
bumi telah ditaklukkan kepada Adam, dan dia memerintah atasnya. Terputusnya manusia dari hidup
Elohim, dan penyimpangan dari tindakan-tindakan mereka, menyebabkan semua hukum yang lain
menjadi tidak selaras. Sama seperti Adam dan Hawa, setiap organisme di bumi sekarang hidup
dengan menggunakan hukumnya sendiri. Di luar dari hukum Elohim yang sempurna, hukum-hukum
dari setiap makhluk hidup sekarang saling bertentangan dan tidak harmonis satu sama lain. Rasa
sakit, penderitaan dan maut adalah akibat dari pelanggaran hukum-hukum yang bertentangan ini.
Setiap spesies, sekarang di bawah kondisi-kondisi waktu dan kesempatan, berjuang untuk hidup dan
bertahan hidup dari dasar hukum mereka sendiri tentang hidup. 36 Hanya yang ‘paling kuat’ yang
akan bertahan hidup.
Ketidakharmonisan hukum-hukum dari setiap makhluk hidup yang diakibatkan oleh dosa Adam,
menjelaskan mengapa maut telah menjalar kepada setiap orang, meskipun setiap orang tidak
berdosa dalam keserupaan Adam. 37 Ini secara khusus berkaitan dengan bayi-bayi yang dilahirkan
dalam dunia kejatuhan ini. Meskipun mereka dilahirkan tidak bersalah dalam dosa Adam, anak-anak
dilahirkan dengan hukum yang lain dalam anggota-anggota tubuh mereka. Hidup oleh prinsip hukum
ini adalah dosa. Ini adalah tidak mengenai sasaran akan status anak yang Elohim telah tentukan sejak
semula bagi mereka. Orang-orang yang dilahirkan ke dalam dunia, dan di luar dari Perjanjian Elohim,
adalah budak-budak terhadap cara hidup ini. Mereka terputus dari firman mengenai nama mereka,
dan tidak dapat memenuhi kebenaran dari status anak. Dalam hal ini, kita perhatika n bahwa
kepolosan (dari bayi-bayi yang baru lahir) tidaklah sama dengan kebenaran.
Sebagaimana kita akan membahas nanti dalam buku ini, seorang anak yang dilahirkan ke dalam
Perjanjian Baru terhubung dengan nama mereka dan menerima kodrat ilahi Elohim dala m
kandungan ibu mereka. Mereka ‘berasal dari Elohim’ dan menerima kebenaran sebagai suatu
pemberian (karunia). Meskipun anak itu juga dilahirkan dengan hukum yang lain dalam anggota anggota tubuh mereka, mereka bukanlah budak dosa. Melalui ketaatan kepada orang tua mereka,
mereka dapat bertumbuh dalam status anak yang dinamai bagi mereka. Mereka akan tetap
mengalami penderitaan, tetapi, sifat dan hasil dari penderitaan mereka akan berbeda dari orang orang yang dilahirkan dari roh dunia. Penderitaan seorang anak Elohim adalah pendisiplinan Elohim
Bapa dalam kehidupan mereka, mengajarkan mereka ketaatan akan status anak.
Elohim menaklukkan seluruh ciptaan kepada kesia-siaan ketika Dia mengusir Adam dan Hawa dari
taman Eden dan mengutuk tanah demi mereka. 38 Akan tetapi, hal ini dilakukan dalam harapan agar
ciptaan itu sendiri pada akhirnya akan dibebaskan dari perbudakannya kepada korupsi ketika anakanak Elohim akhirnya dibawa kepada kemuliaan sesuai dengan kehendak perjanjian Elohim. 39 Sampai
saat ini, kesia-siaan merupakan karakteristik dari suatu dunia yang terkorupsi. Raja Salomo meratapi
36
Pkh 9:11
Rm 5:14
38
Kej 3:17
39
Rm 8:20-21
37
47
kesia-siaan hidup di muka bumi. 40 Dia memperhatikan bahwa hidup yang dihidupi di bawah kondisi
ini, terlepas apakah hidup anak-anak manusia ataupun makhluk hidup yang lain, hanyalah
menghasilkan maut. Dia bertanya, ‘Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha
yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh
hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari
hatinya tidak tenteram.’41
Rasa sakit dan penderitaan
Kita dapat memahami penderitaan sebagai suatu protes terhadap menurunnya kualitas hidup kita
dan ekspresinya. Sebagai contoh, ketika seseorang mengambil palu dan secara tidak sengaja
memukul jari mereka dan bukan memukul pakunya, reaksi rasa sakit merupakan suatu protes
terhadap serangan ini. Jari orang tersebut menderita karena palunya tidak mengenai sasaran. Dan
karena serangan dari palu ini, kelangsungan hidup jari sebagai suatu anggota tubuh yang aktif sedang
dilemahkan. Jika serangan ini tidak berhenti, kapasitas jari untuk melakukan pekerjaannya akan
sangat berkurang dan pada akhirnya akan mati. Kita dapat melihat bahwa penderitaan adalah bagian
dari proses menuju kematian.
Pengamatan selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah bahwa penderitaan merupakan suatu
perwujudan dari penghakiman. Apakah maksudnya? Rasa sakit dari penderitaan menyatakan bahwa
suatu hukum yang mengatur hidup telah dilanggar, dan bahwa maut dapat menjadi akibatnya. Kita
telah memahami bahwa seluruh dunia beroperasi oleh hukum-hukum yang bertentangan satu sama
lain. Ketika mereka bertentangan, masing-masing hukum sedang dilanggar dan akibatnya untuk yang
satu atau yang lain adalah rasa sakit. Karena ketidaktaatan Adam, dunia telah ditinggalkan dalam
proses penghakiman yang datang dari pelanggaran hukum yang mengatur keberadaan dan
lingkungannya. Pada akhirnya, semuanya mati karena penghakiman hukum ini.
Dosa dan kejahatan
Seperti yang telah kita perhatikan, secara sederhana dosa adalah ‘tidak kena sasaran’. Akan tetapi,
setelah kejatuhan, kita melihat bahwa laki-laki dan perempuan terpisah dari wilayah Eden dan
menjadi semakin jahat. Dalam hal ini, kejahatan mereka lebih dari sekedar tidak mengenai sasaran.
Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia begitu besar di bumi, dan bahwa setiap maksud pikiran
hatinya hanyalah kejahatan semata-mata. Bumi sekarang penuh dengan pelanggaran dan korupsi,
‘sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak (korupsi) di bumi’. 42
Tuhan menyesal bahwa Dia telah menciptakan manusia, dan Dia berduka dalam hati -Nya
sehubungan dengan kejahatan dan korupsi mereka. 43 Dia menetapkan untuk memusnahkan setiap
makhluk hidup dari muka bumi. Elohim berkata, ‘Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup
segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan
40
Pkh 2:17
Pkh 2:22-23
42
Kej 6:12
43
Kej 6:5-6
41
48
memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.’ 44 Ini adalah suatu pernyataan yang
mengejutkan. Ketika Adam dan Hawa tidak menaati Elohim, Dia berkata bahwa sebagai akibatnya
mereka pasti mati.45 Akan tetapi, Elohim tidak berketetapan untuk memusnahkan semua yang hidup
karena dosa mereka. Bahkan, Dia menegakkan persembahan sebagai suatu cara yang olehnya Adam,
Hawa dan anak-anak mereka dapat dipulihkan kepada persekutuan dengan Elohim. 46 Sebaliknya,
pada zaman Nuh, Elohim menyesali ciptaan dan berketetapan untuk memusnahkannya.
Pendamaian
Ketika Elohim berketetapan untuk memusnahkan setiap makhluk hidup, hukuman mati dijatuhkan
atas seluruh ciptaan. Setiap orang pada saat itu dimusnahkan, dan penentuan-penentuan mereka
yang seharusnya menjadi milik mereka, juga hilang. Akan tetapi, ‘Nuh mendapat kasih karunia di
mata TUHAN’. 47 Karena kasih karunia Elohim, Nuh dan keluarganya diluputkan dari kehancuran air
bah. Hanya orang-orang yang dilahirkan dalam garis keturunan Nuh yang mendapatkan hak istimewa
untuk ditentukan kepada status anak. Realitas ini diteguhkan oleh Elohim ketika Dia membuat suatu
perjanjian dengan Nuh setelah air bah. Dia berkata kepada Nuh dan anak-anaknya untuk
‘Beranakcuculah dan bertambahbanyaklah (terj. Bhs. Ing. ‘fruitful and multiply’ artinya ‘berbuah dan
bermultiplikasi’) serta penuhilah bumi’. 48 Lebih lanjut, Dia berkata, ‘Jika busur (pelangi) itu ada di
awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Elohim
dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi’. 49
Kitab Suci mencatat bahwa Nuh adalah seorang yang hidup bergaul dengan Elohim. Dia telah
menjaga dirinya dari korupsi generasinya dan telah terus mempersembahkan dirinya di pintu
gerbang taman Eden untuk membuat persembahan. 50 Di sanalah Elohim berbicara kepada Nuh
tentang maksud-Nya untuk menghancurkan bumi, dan juga memberikan Nuh suatu jalan untuk luput
dari penghakiman ini. Jelas, Nuh menerima dan mempercayai firman Elohim karena, oleh iman dan
dalam takut yang ilahi, dia mempersiapkan suatu bahtera untuk keselamatan seisi rumahnya. 51
Diselamatkannya Nuh dan keluarganya menyatakan baik penghukuman dunia maupun pemberian
(karunia) kebenaran Elohim. Nuh menjadi ‘ditentukan untuk menerima (terj. Bhs. Ing. ‘an heir of’
artinya ‘seorang pewaris’) kebenaran, sesuai dengan imannya’.52
Paulus menyatakan dengan tegas bahwa semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan
Elohim. 53 Kita melihat bahwa Nuh tidaklah berbeda dengan kita. Dia tidak menjadi pewaris
kebenaran atas dasar pekerjaan pribadinya. Kebenaran ini adalah suatu pemberian (karunia) dari
Elohim yang kita terima oleh kasih karunia-Nya. Kasih karunia ini menjadi tersedia melalui
44
Kej 6:13
Kej 3:3,19
46
Kej 4:3-4
47
Kej 6:8
48
Kej 9:1
49
Kej 9:16
50
Kej 6:9
51
Ibr 11:7
52
Ibr 11:7
53
Rm 3:23
45
49
persembahan dan kematian Anak di atas salib untuk penebusan kita. 54 Ketika Kristus mati di atas
salib bagi kita semua, ciptaan lama telah dihukum. Paulus berkata bahwa ‘yang lama sudah berlalu’.55
Ini adalah penghakiman yang sama yang Elohim nyatakan kepada Nuh. Ketika Nuh mendapat kasih
karunia di mata Yahweh, itu adalah kasih karunia yang Yahweh sediakan melalui persembahan-Nya
di atas salib.
Nuh dan keluarganya diperdamaikan dengan Elohim melalui pemberian (karunia)-Nya kepada
mereka. Mengenai pendamaian yang sama ini, Paulus menulis, ‘Sebab jikalau kita, ketika masih
seteru, diperdamaikan dengan Elohim oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah
diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!’56 Paulus menarik perhatian kita kepada
dua aspek penyediaan Kristus. Pertama, Kristus memperdamaikan kita kepada Elohim ketika Dia
menderita dalam tubuh daging-Nya dan mati sekali untuk selamanya di atas salib. 57 Kedua,
seseorang yang menerima berita pendamaian ini dapat diselamatkan oleh hidup Anak. Akan tetapi,
kita hanya diselamatkan oleh hidup-Nya dengan menjadi serupa dengan kematian-Nya melalui
baptisan.58
Lebih lanjut dari penjelasannya mengenai pendamaian, Paulus membandingkan penghukuman atas
semua manusia karena kejatuhan, dengan pembenaran untuk hidup yang tersedia bagi semua
manusia melalui ketaatan Kristus. Dia menulis, ‘Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua
orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh
pembenaran untuk hidup.’ 59 Sekarang kita memiliki pendamaian yang tersedia oleh kasih karunia
Yesus Kristus. Bagaimana ini berkaitan dengan pengalaman Nuh?
Baptisan
Setiap orang yang dilahirkan setelah air bah tunduk kepada penghukuman ciptaan lama. Setelah air
bah, hanya melalui kasih karunia-lah maka seseorang dapat dilepaskan dari penghakiman yang
Elohim telah timpakan atas seluruh dunia dan atas segala yang hidup di atasnya. Ketika kita
memahami hal ini, kita dapat mulai melihat pentingnya pengajaran rasul Petrus mengenai baptisan.
Sama seperti Paulus, Petrus mengidentifikasi Kristus sebagai penyediaan untuk pendamaian kita.
Demi kepentingan kita, Kristus mati dalam daging, tetapi dihidupkan dalam Roh. Persembahan-Nya
yang satu untuk semua menghubungkan setiap orang percaya, dari setiap generasi, denga n kasih
karunia yang olehnya Nuh dan keluarganya diluputkan dari air penghakiman. 60 Dia menulis, ‘Juga
kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan (terj. Bhs. Ing. ‘Corresponding to that,
baptism now saves you’ artinya ‘Sesuai dengan itu, baptisan sekarang menyelamatkan kamu’)’. 61
Air baptisan menghubungkan kita kepada kasih karunia dan pendamaian yang Nuh temukan. Ketika
kita dibaptis dalam air, kita menerima bahwa Elohim telah menjatuhkan penghakiman sepenuhnya
54
Rm 3:24-25
2Kor 5:17
56
Rm 5:10
57
Kol 1:22
58
Rm 6:4
59
Rm 5:18-19
60
1Ptr 3:19-20
61
1Ptr 3:21
55
50
dan secara mutlak atas seluruh ciptaan lama, termasuk kita. Akan tetapi, kasih karunia tidak
memberikan kita kebebasan untuk terus hidup oleh prinsip hukum kita sendiri. Ini akan menjadi
dosa. Seperti yang Paulus ingatkan kepada jemaat di Roma, kita tidak boleh bertekun dalam dosa
karena ‘kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya’. 62 Dibaptis
dalam kematian Kristus adalah menjadi serupa dengan kematian-Nya. Dengan cara ini, kita bersatu
dengan persekutuan penderitaan-Nya dan dapat mengenal kuasa kebangkitan-Nya. 63 Setelah
menerima pendamaian, kita diselamatkan oleh hidup-Nya sementara kita menderita dengan Kristus
di jalan keselamatan yang Dia rintis.
Yohanes Pembaptis berkata bahwa Yesus Kristus akan membaptis kita dengan Roh Kudus dan api.64
Ini adalah api pengujian yang merupakan bagian dari penderitaan Kristus. 65 Kita perlu menanggung
penderitaan ini supaya kita menjadi siap untuk kembalinya Tuhan kita Yesus Kristus. Api penderitaan
yang ke dalamnya kita dibaptis merupakan bagian dari penghakiman Elohi m atas seluruh dunia.
Penghakiman ini dimulai dalam rumah Elohim. 66 Melalui api, Dia menguji dan memurnikan umat-Nya
supaya mereka dapat diselamatkan. 67 Setelah dibaptis dengan api, kita akan diselamatkan dari
penggenapan penghakiman Elohim atas seluruh ciptaan ketika ciptaan itu dibinasakan oleh api. 68
Dua jenis penderitaan
Baptisan ke dalam Kristus menyoroti realitas bahwa ada dua jenis penderitaan di muka bumi. Yang
pertama adalah penderitaan yang dialami seluruh dunia sebagai akibat dari kejatuhan umat man usia.
Penderitaan ini seharusnya memimpin orang-orang untuk bersatu dengan jenis penderitaan yang
kedua; penderitaan Kristus. Penderitaan yang orang-orang alami dalam dunia dapat mengajarkan
mereka untuk ‘menjadi sadar’ tentang situasi mereka dan kemudian mencari jalan yang memimpin
kepada hidup. Sebagai contoh, kita membaca dalam Mazmur, ‘Sebelum aku tertindas *mengalami
penderitaan], aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu’. 69 Dalam hal ini,
penderitaan dapat menolong seseorang jika mereka berhenti dan memperhatikan apakah ada jalan
yang memimpin kepada hidup atau tidak, sebagai alternatif dari kematian mereka yang tidak dapat
dihindari. Ketika Adam berdosa, Elohim mengutuk tanah untuk tujuan ini: supaya setiap anak laki -laki
dan anak perempuan Adam akan ‘mencari Dia (Elohim) dan mudah-mudahan menjamah dan
menemukan Dia’.70
Partisipasi dalam penderitaan Kristus adalah jalan yang memimpin kepada hidup. Melalui
penderitaan inilah kita dibawa kepada kemuliaan sebagai anak-anak Elohim. Dalam suratnya kepada
jemaat di Roma, Paulus menulis, ‘Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah
anak-anak Elohim. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang orang yang berhak menerima janji-janji Elohim, yang akan menerimanya bersama-sama dengan
62
Rm 6:3
Flp 3:10
64
Luk 3:16
65
1Ptr 4:12-13
66
1Ptr 4:17
67
1Kor 3:12-15
68
2Ptr 3:7
69
Mzm 119:67
70
Kis 17:27
63
51
Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan
bersama-sama dengan Dia’.71 Kita perhatikan bahwa rasul Paulus berfokus pada kata ‘menderita’. Dia
menjelaskan bahwa status anak dan adopsi sebagai sesama pewaris dengan Kristus tergantung pada
penderitaan bersama Dia.
Paulus menjelaskan bahwa pengalaman-pengalaman penderitaan kita dengan Kristus merupakan
cara yang olehnya kita akan dipermuliakan, atau dinyatakan, sebagai anak-anak Elohim dalam
keserupaan dengan status anak Kristus. Jelas, kita tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain. Jika
kita tidak menderita dengan Kristus, kita tidak akan dipermuliakan dengan Dia. Paulus menguatkan
orang-orang percaya dengan pemikiran bahwa penderitaan yang kita alami sekarang tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Jalan penderitaan
Salib Kristus adalah suatu pembelajaran mengenai penderitaan. Melalui pengalaman salib-Nya, Yesus
merintis suatu jalan melalui penderitaan dan maut yang telah menjalar kepada seluruh ciptaan
sehubungan dengan dosa Adam.72 Jalan yang Dia rintis memimpin kepada hidup. Akan tetapi, ini
adalah suatu jalan yang sempit dan sulit, dan sedikit orang yang menemukannya. 73 Menariknya,
gereja/jemaat Perjanjian Baru pertama-tama menyebut dirinya ‘Jalan’.74 Mereka adalah pengikutpengikut Kristus di jalan yang Dia telah tegakkan. Sebagai pengikut-pengikut-Nya, mereka tidak
melarikan diri dari penderitaan, melainkan, bersatu dengan suatu proses yang olehnya mereka
menerima hidup kekal yang Kristus telah sediakan.
Bersaksi tentang diri-Nya sendiri, Yesus berkata, ‘Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan’. 75 Dia juga berkata, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. 76 Setelah
memberitahukan alasan kedatangan-Nya ke dalam dunia, Yesus kemudian mulai menyatakannya,
melalui persembahan, Dia merintis suatu jalan kepada hidup. Dia pertama-tama melakukan ini
dengan mengidentifikasi diri-Nya sebagai Gembala yang baik yang akan menyerahkan hidup-Nya
untuk domba-domba dalam ketaatan kepada perintah Bapa. 77 Kita ingat Mazmur Daud, bahwa
Tuhan adalah Gembala kita yang memimpin kita dalam jalan kebenaran ini. Ini adalah jalan yang
melewati lembah kekelaman (bayang-bayang maut).78 Daud sedang menggambarkan secara puitis
mengenai kesulitan-kesulitan yang kita semua alami di jalan status anak. Tuhan sanggup memimpin
kita di jalan ini karena jalan tersebut ditegakkan oleh-Nya ketika Dia menyerahkan hidup-Nya bagi
domba-domba.
71
Rm 8:16-19
Ibr 2:10
73
Mat 7:14
74
Kis 19:23
75
Yoh 10:10
76
Yoh 14:6
77
Yoh 10:11-18
78
Mzm 23:1-4
72
52
Sebelum perjamuan Paskah terakhir, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa jalan kepada
Bapa yang Dia tegakkan adalah suatu jalan penderitaan. 79 Datang kepada Bapa itu berarti menjadi
seorang anak Elohim. Kemudian Dia berkata bahwa setelah Dia merintis jalan dan telah
menyelesaikan pekerjaan-Nya, kemudian mereka akan mengikuti Dia di jalan itu. 80 Paulus
mengatakan kepada kita bahwa kita harus dengan yakin menetapkan perjalanan kita ke sorga di atas
jalan yang baru dan yang memberikan hidup ini.81 Jalan itu sendiri memberikan hidup kepada setiap
orang yang berjalan di dalamnya. Ini adalah jalan penderitaan, tetapi membawa kita kembali dari
kematian yang disebabkan oleh dosa.
Yesus datang untuk memberikan kita hidup Elohim di tengah-tengah penderitaan kita. Pada saat kita
menerima hidup Yesus, penderitaan kita berubah. Penderitaan itu bukan lagi merupakan perwujudan
dari penghakiman karena beberapa hukum alamiah yang mengatur hidup telah dihancurkan dan
membuat kualitas hidup kita berkurang. Penderitaan itu sekarang menyatukan kita kepada hidupNya dan mengajarkan kita ketaatan dan disiplin.
Diutus oleh Bapa
Bagaimana penderitaan Kristus berbeda dari penderitaan dunia? Dalam cara apa penderitaan kita
berubah ketika kita menerima hidup Kristus? Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita mulai
dengan mengakui bahwa Kristus datang dan menderita demi kita. Anak Elohim diutus oleh Elohim
Bapa supaya kita dapat menerima janji akan hidup kekal. Ini adalah ekspresi kasih Elohim kepada
kita.82
Kita bisa menerima hidup ini karena Anak Manusia ditinggikan di atas salib, seperti ular di atas tiang
yang Musa naikkan di padang gurun. 83 Simbol seekor ular di atas tiang menggambarkan ular yang
menderita. Iblis digambarkan dalam Kitab Suci sebagai ular. 84 Selain itu, dia adalah sumber dari
segala dosa.85 Dia akan menderita akibat-akibat dari dosa dan tipu dayanya untuk selama-lamanya.86
Dan, jika kita tidak bertobat dari dosa kita, kita akan menderita nasib yang sama seperti Iblis.87 Jadi,
pertama-tama, ular di atas tiang menyampaikan bahwa penderitaan adalah penghakiman yang
menimpa orang-orang yang berdosa. Jadi mengapa Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai ular di
atas tiang?
Di taman Getsemani, ketika Yesus meminum cawan yang Bapa-Nya berikan kepada-Nya, Dia menjadi
dosa mewakili kita.88 Kristus menyelaraskan diri-Nya dengan kita dalam keadaan kita yang berdosa
dan datang di bawah penghakiman hukum dengan segala konflik, pertentangan dan mautnya. Hanya
Kristus yang memiliki kuasa untuk mengharmoniskan segala sesuatu. Dia melakukan ini melalui
ketaatan-Nya yang sempurna kepada Bapa, sebagai Anak Manusia. Dengan menjadi serupa dengan
79
Luk 22:15
Yoh 13:36
81
Ibr 10:19-20
82
Yoh 3:16
83
Yoh 3:14
84
Why 12:9
85
Yeh 28:15. Yoh 8:44
86
Why 20:10
87
Why 20:15
88
Mrk 14:36. 2Kor 5:21
80
53
daging kita yang berdosa dan mempersembahkan diri-Nya untuk dosa kita, Paulus berkata bahwa
Anak ‘menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging’.89 Dia menebus kita, membawa kita keluar
dari penghukuman di mana kita telah jatuh di bawahnya, dan dari konflik hukum dalam daging kita
sendiri, membawakan damai kepada kita.
Kita perlu memandang Yesus dan menyadari bahwa penderitaan dan kematian kita adalah akibat
dari dosa kita. Penderitaan Kristus adalah bagian dari pekerjaan penebusan-Nya. Dalam ketaatan
kepada Bapa, Yesus Kristus memberikan diri-Nya kepada penderitaan dan kematian demi kita. Ini
adalah untuk ‘membebaskan (menebus) kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik’. 90 Perbuatan-perbuatan baik ini
adalah pekerjaan dari status anak kita, yang dipersiapkan bagi kita sebelum dunia dijadikan. Jika kita
bersatu dengan kematian dan penderitaan-Nya, dan belajar ketaatan yang Dia sempurnakan dalam
daging-Nya, maka tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita. Ini berarti bahwa kita dapat
berjalan menurut Roh dan melakukan kehendak Elohim sebagai anak-anak-Nya.91
Perbedaan antara dua jenis penderitaan yang telah kita perhatikan, paling jelas digambarkan pada
hari kematian Kristus. Kita ingat bahwa pada hari itu ada tiga salib di atas Gunung Kalvari. Kristus
mati di satu salib, dan dua pencuri mati di salib lainnya; satu di sebelah kiri-Nya dan yang lain di
sebelah kanan-Nya. Ketiganya mengalami rasa sakit yang sama secara fisik. Akan tetapi, alasanalasan untuk penderitaan mereka berbeda.
Kedua penjahat menderita karena mereka telah menggunakan hukum mereka sendiri untuk mencuri
dari yang lain, dan itu telah melanggar hukum lain yang olehnya mereka dihakimi dan dihukum. Dan
sekalipun mereka selayaknya menderita, salah satu dari penjahat ini menghujat Yesus, menuntutNya untuk melepaskan dia dari rasa sakitnya. 92 Akan tetapi, penjahat yang lain menyadari bahwa
alasan untuk penderitaan Yesus tidaklah sama seperti mereka. Dia menegur temannya, demikian,
‘Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan
kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’93 Berlawanan dengan kedua penjahat ini,
penderitaan dan kematian Kristus adalah karena ketaatan-Nya.
Jelas, penjahat yang percaya ini telah diiluminasi sehubungan dengan kemampuan (kekuatan)
persembahan Kristus. Pertama, dia melihat Kristus ditinggikan seperti ular di atas tiang, dan
mengakui bahwa dosanya-lah yang membuat dia mati.94 Dia juga menyadari bahwa Yesus adalah
Yahweh dan menderita karena Dia menggenapi kehendak Bapa. 95 Penjahat ini telah ditarik kepada
Yesus oleh Bapa dan menyadari bahwa ada suatu kerajaan untuk dia masuki. 96 Dalam iman ini, dia
berkata kepada Yesus, ‘Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ 97
89
Rm 8:3
Tit 2:14
91
Rm 8:4
92
Luk 23:39
93
Luk 23:41
94
Yoh 3:14-15
95
Yoh 8:28
96
Yoh 12:32
97
Luk 23:42
90
54
Penting untuk diperhatikan bahwa Yesus menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa sebelum
kedua penjahat ini mati. Setelah menemukan pengampunan, penjahat yang percaya ini bersatu
dengan penderitaan Kristus. Pada akhirnya, dia mati ketika kakinya dipatahkan oleh prajurit Roma
dan dengan demikian persekutuannya dalam penderitaan Kristus berakhir. 98 Penderitaannya adalah
suatu sunat yang memimpin kepada hidup dalam Firdaus dengan Yesus. Penjahat yang tidak
diselamatkan menderita rasa sakit yang sama, tetapi penderitaannya memimpin kepada suatu
pemisahan kekal dari Elohim.
Yesus tidak menggunakan hukum
Yesus Kristus memberikan diri-Nya bagi kita dan menyerahkan hidup-Nya melawan setiap pencobaan
untuk menggunakan hak-Nya sendiri demi bertahan hidup. Di sepanjang siksaan ini, Dia tidak
mengaktifkan hukum pembelaan diri. Tentu saja, Dia memiliki segala hak untuk membela diri-Nya,
karena Dia sepenuhnya tidak berdosa. Dalam meresponi reaksi Petrus yang marah akan
pengkhianatan terhadap Dia, Yesus berkata, ‘Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru
kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa
harus terjadi demikian?’ 99 Sepanjang perjalanan-Nya dari Getsemani sampai Kalvari, Yesus tidak
bereaksi terhadap orang-orang yang memfitnah dan menganiaya Dia. Dia juga tidak membenarkan
ataupun membela diri-Nya.100
Jika Kristus bereaksi dalam pembelaan diri, Dia akan mengaktifkan hukum-Nya sendiri dan
mengabadikan penderitaan dalam dunia ini yang merupakan akibat dari konflik hukum. Dia bukan
datang untuk melakukan ini. Dia datang untuk menunjukkan cara atau jalan hidup, berpikir dan
berfungsi yang berbeda. Dia telah mengosongkan diri-Nya dan datang sebagai seorang budak,
menjadi taat sampai titik kematian di atas salib.101 Paulus mengatakan bahwa kita harus belajar dari
hal ini dan memiliki pikiran yang sama. 102
Menegakkan damai sejahtera
Kita ingat bahwa melalui ketidaktaatan satu orang, banyak orang menjadi berdosa. Pelaksanaan
kehendak alternatif Adam telah membawa ketidakharmonisan, penderitaan dan maut. Akan tetapi,
‘oleh ketaatan Satu orang semua orang menjadi orang benar’. 103 Kristus melakukan ini dengan
memakukan setiap dimensi hukum, termasuk hukum-hukum yang atasnya ciptaan dilandaskan,
kepada salib.104 Dia menghapus permusuhan dari hukum-hukum yang bersaing, termasuk filosofifilosofi dunia dan perintah-perintah Hukum Taurat, dengan demikian menegakkan damai.105 Di mana
sebelumnya ada ketidakharmonisan karena hukum-hukum yang bersaing, sekarang ada
keharmonisan dan damai di dalam Dia. Ini karena hidup Elohim sekarang tersedia untuk menopang
98
Yoh 19:32
Mat 26:53-54
100
1Ptr 2:22-23
101
Flp 2:6-8
102
Flp 2:5
103
Rm 5:19
104
Kol 2:14
105
Ef 2:15
99
55
kehidupan orang-orang yang akan menggunakan hidup ini dalam diri mereka. Ini adalah pengerjaan
penebusan.
Damai sejahtera yang sekarang diwujudkan dalam tubuh Kristus tersedia bagi setiap orang yang
datang kepada Kristus dan dibebaskan ‘dari perbudakan kebinasaan (korupsi) dan masuk ke dalam
kemerdekaan kemuliaan anak-anak Elohim’.106 Sekarang kita bebas untuk menjadi anak-anak Elohim
dan melakukan pekerjaan yang dipersiapkan bagi kita sejak sebelum dunia dijadikan. Kita tidak
menjadi budak hukum kita sendiri, namun kita sanggup mempersembahkan diri kita sebagai korban
yang hidup sesuai dengan kehendak Elohim. 107 Damai sejahtera menjaga hati dan pikiran kita
sehingga kita tidak menyimpang dari kebenaran. 108 Damai sejahtera ini melampaui segala pengertian
karena sepenuhnya berbeda dengan prinsip-prinsip hidup dalam dunia. Damai sejahtera di bumi itu
lemah karena hanya dapat dicapai melalui pemaksaan atas hukum-hukum yang lain. Ini tidak
menghapuskan permusuhan atau ketidakharmonisan apapun. Sebaik-baiknya, konflik-konflik itu
ditekan atau tertunda. Kita tahu bahwa pada jam terakhir, damai sejahtera akan diambil sepenuhnya
dari bumi.109
Hidup dalam persekutuan persembahan
Dalam menjawab pertanyaan dari salah satu ahli taurat mengenai hukum yang paling utama, Yesus
berkata, ‘Hukum yang terutama ialah: “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Elohim kita, Tuhan itu esa.
Kasihilah Tuhan, Elohim-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Dan hukum yang kedua ialah: “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”’110 ‘Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum
Taurat dan Kitab Para Nabi.’111
Perintah ini menyatakan hidup dan persekutuan Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan persembahan salib
yang olehnya kita dapat dihubungkan kembali dalam persekutuan dengan Mereka. Ketika Yesus
berkata bahwa Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi tergantung pada perintah-perintah ini, Dia
menunjuk kepada tubuh-Nya sendiri yang akan segera digantung di salib. Semua Hukum Taurat dan
Kitab Para Nabi tergantung di salib dalam tubuh-Nya.
Melalui persembahan ini, Yesus dinyatakan sebagai ‘Aku Adalah’, atau Yahweh.112 Persembahan-Nya
menyatakan nama Elohim dan sifat dari persekutuan Mereka dalam satu hidup dan satu Roh. Kasih
Anak kepada Bapa ditunjukkan melalui ketaatan-Nya yang sempurna. Yesus berkata, ‘Supaya dunia
tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang
diperintahkan Bapa kepada-Ku’. 113 Pada akhirnya, kita adalah ‘sesama’ yang Kristus telah kasihi
seperti diri-Nya sendiri. Yesus dijadikan seperti saudara-saudara-Nya dalam segala sesuatu, dan
106
Rm 8:21
Rm 12:1
108
Flp 4:7
109
Why 6:4
110
Mrk 12:29-31
111
Mat 22:40
112
Yoh 8:28
113
Yoh 14:22
107
56
bersaksi bahwa Dia akan menyerahkan hidup-Nya bagi domba-domba. 114 Dalam hal ini, Dia
memberikan teladan ‘kasih yang lebih besar’ dengan menyerahkan hidup-Nya bagi sahabat-sahabatNya.115
Persekutuan Yahweh adalah persekutuan persembahan. Persembahan adalah bagaimana Bapa, Anak
dan Roh Kudus hidup. Ini adalah ekspresi dari kasih Mereka, dan cara yang olehnya hidup Mereka
diberikan. Oleh karena itu, terkandung di dalam persembahan salib adalah hidup Elohim. Perintah
untuk mengasihi diproklamirkan dari salib supaya kita dapat disatukan dengan persekutuan ini. Rasul
Yohanes mengidentifikasi perintah ini sebagai Firman ‘sejak semula’. 116 Firman Hidup-lah yang
diwujudkan di atas salib. Firman ini diproklamirkan oleh pengurus -pengurus rahasia Elohim, seperti
Yohanes dan Paulus, supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan mereka dan dengan Bapa dan
Anak-Nya. 117 Setelah kita mempercayai firman salib ini dan dihubungkan kepada Elohim, maka kita
dihubungkan kembali kepada hidup-Nya.
Semua penderitaan dan hasilnya yang adalah maut diakhiri oleh damai sejahtera yang Kristus
tegakkan melalui ketaatan dan persembahan-Nya. Bagaimana ini tercapai? Salib mengharmoniskan
penghakiman hukum supaya hidup dapat menang. Ini artinya bahwa di dalam Dia, hukum dari setiap
spesies tidak lagi berkompetisi untuk suatu sumber hidup yang terbatas. Tetapi, hukum-hukum ini
diharmoniskan karena terhubung dengan hidup. Hukum-hukum ini tidak lagi memiliki kebutuhan
apapun untuk berjuang demi bertahan hidup. Kita, dalam disfungsi dan pemberontakan kita sendiri,
sedang dihubungkan kepada ketaatan Kristus yang sempurna yang membawakan keharmonisan dan
keteraturan dalam ciptaan. Kita menerima keuntungan-keuntungan dari pekerjaan pendamaian-Nya
dan, ketika kita diubahkan, kita menemukan damai sejahtera-Nya.
Baptisan adalah yang menghubungkan kita kepada hikmat dan kuasa salib.118 Ini karena kita dibaptis
dalam kematian, penguburan dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Kita disatukan dengan
persembahan-Nya. Baptisan adalah cara Elohim dalam membereskan dosa kita dan akibat-akibatnya.
Kita akan memperhatikan pekerjaan dari baptisan lebih detail nanti dalam buku ini. Cukup dikatakan
bahwa ketika kita dibaptis ke dalam kematian-Nya, kita dibangkitkan untuk berjalan dalam hidupNya. Penderitaan kita dengan Kristus adalah tangan Bapa atas kita, membereskan hukum yang lain
dalam anggota-anggota tubuh kita dan mengajarkan kita ketaatan dari status anak. Kita sedang
dihidupkan dalam tubuh fana kita oleh Bapa supaya kita dapat menanggung penderitaan kita. Ketika
kita terhubung dengan hidup Elohim, tidak sehelaipun rambut kita jatuh tanpa diketahui Bapa
sorgawi.119 Ketika kita dibaptis dengan Roh Kudus, Dia memberikan kita kapasitas Roh Kekal supaya
kita dapat mempersembahkan diri kita sendiri sebagai korban yang hidup yang menggenapi suatu
kehendak yang bukan kehendak kita sendiri.
Dalam persekutuan dengan Bapa dan Anak dan satu sama lain, kita terus menerima serta hidup oleh
firman Elohim yang memberikan hidup kepada kita. Dari firman ini, kita menerima iman. Ini adalah
114
Ibr 2:17. Yoh 10:11
Yoh 15:13
116
1Yoh 1:1
117
1Yoh 1:3-4
118
1Kor 1:18,24
119
Mat 10:29-31
115
57
iman Anak Elohim. Setelah disalibkan dengan Kristus, kita meninggalkan cara-cara hidup kita
sebelumnya – terlepas apakah itu mencari tanda-tanda, atau filosofi-filosofi dunia – dan hidup oleh
iman Anak Elohim yang mengasihi kita dan memberikan diri-Nya bagi kita.120 Iman mengorientasikan
kita dengan tepat kepada Elohim. Ini adalah kapasitas untuk ketaatan dan membuat persembahan.
Jelas bahwa kita telah menerima iman karena kita dapat berdiri dan sepenuhnya mengekspresikan
nama dan identitas yang Elohim tentukan bagi kita sejak semula. Kita melakukan ini dengan
menyerahkan hidup kita untuk saudara-saudara kita dalam suatu persekutuan yang murni dari kasih
yang semula.
Ciptaan baru
Melalui ketaatan persembahan-Nya di atas salib, Kristus telah membuat jalan bagi suatu ciptaan baru
dan, pada akhirnya, bagi langit yang baru dan bumi yang baru. Rasul Petrus menulis bahwa ‘sesuai
dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat
kebenaran’. 121 Dalam ciptaan baru ini, tidak ada hukum yang akan pernah saling bersaing satu sama
lain sehubungan dengan kelangsungan hidup dari satu spesies terhadap spesies lainnya. Berbicara
secara nubuatan mengenai janji ini, Tuhan berkata, ‘Serigala dan anak domba akan bersama -sama
makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada
yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap gunung-Ku yang kudus.’122
Banyak orang telah keliru memahami ayat ini dengan mengartikan bahwa ketika Kristus datang
kedua kali, kita semua akan kembali pada kondisi hidup di dalam taman Eden. Ini tidaklah demikian.
Taman Eden telah dihancurkan oleh air bah pada zaman Nuh, dan seluruh bumi akan dihabiskan oleh
api. 123 Tuhan berbicara mengenai suatu realitas masa depan di mana setiap prinsip hidup
diselaraskan dengan kehendak Elohim dan dipuaskan oleh hidup-Nya. Langit yang baru dan bumi
yang baru akan diwarisi oleh orang-orang benar yang telah menerima tubuh kebangkitan yang
kekal.124 Ciptaan baru ini akan diperintah dengan tongkat besi. 125 Di bawah kondisi-kondisi ini, ‘Besar
kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam
kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari
sekarang sampai selama-lamanya.’126
Sungguh menakjubkan untuk menyadari bahwa Kristus menciptakan suatu jenis kemanusiaan yang
sepenuhnya baru dalam diri-Nya di atas salib. Melalui ketaatan yang sempurna, Kristus Yesus
menghapus dosa dan maut dan membawa hidup dan kekekalan kepada terang melalui salib.127 Bapa
adalah sumber hidup ini dan menguatkan tubuh fana Kristus untuk menanggung salib. Dengan kuasa
yang sama ini, Kristus menerima suatu tubuh yang kekal ketika Dia bangkit kembali setelah tubuhNya beristirahat dalam liang kubur selama tiga hari tiga malam. Kita dapat melihat mengapa hal ini
120
Gal 2:20
2Ptr 3:13
122
Yes 65:25
123
2Ptr 3:10-12
124
Yes 60:21
125
Why 12:5
126
Yes 9:7
127
2Tim 1:10
121
58
penting bahwa, di tengah-tengah penderitaan-Nya, Kristus tidak mengaktifkan hukum apapun. Dia
hanya berfungsi oleh hidup Elohim yang datang ke dalam-Nya. Ini terjadi agar Dia dapat menghapus
segala yang lama, dan menciptakan dalam diri-Nya satu manusia baru.128
Partisipasi dalam penderitaan Kristus
Sebagai orang Kristen, kita harus berpartisipasi dalam persekutuan penderitaan Kristus, supaya
olehnya kita dibebaskan dari dosa dan mempelajari jenis ketaatan yang Kristus pelajari melalui
penderitaan-Nya. 129 Yaitu, kita harus belajar menyerahkan pemeliharaan kehidupan kita kepada
Elohim seperti kepada Pencipta yang setia, dan tidak kembali menggunakan mekanisme hukum
untuk kelangsungan hidup kita. Ini adalah hikmat Elohim yang tidak dapat diketahui atau diterima
oleh dunia. Paulus mencatat bahwa ‘orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang
Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang -orang Yahudi
suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan’. 130
Orang-orang Yahudi tidak ingin mengenal Kristus dan Dia yang disalibkan. Mereka mencari tanda. Ini
karena mereka percaya bahwa suatu tanda menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang berasal dari
Elohim. Contohnya, ketika Yesus mengusir para penukar uang dari bait s uci, mereka bertanya
kepada-Nya, ‘Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak
demikian?’ 131 Sama halnya, Nikodemus berkata kepada Yesus, ‘Kami tahu, bahwa Engkau datang
sebagai guru yang diutus Elohim; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda
yang Engkau adakan itu, jika Elohim tidak menyertainya’. 132 Dari sudut pandang ini, suatu tanda
adalah hasil dari peremukan setiap hukum yang lain oleh Elohim untuk membawakan suatu hasil
tertentu, seperti kesembuhan, untuk terjadi. Kebenaran Elohim tidak ditunjukkan melalui aplikasi
dari suatu hukum yang lebih besar menentang hukum yang lain. Tetapi, kebenaran ditunjukkan
melalui persembahan, yang olehnya kehendak Elohim digenapi.
Orang-orang Yunani melambangkan kerja keras manusia melalui investasi mereka dalam filosofi.
Filosofi berusaha memahami dan mengontrol ketidakteraturan ciptaan dengan menggunakan
intelektual. Bidang kedokteran dan ilmu pengetahuan, sebagai contoh, berakar dari filosofi. Praktek
kedokteran sepenuhnya berfokus pada mengobati dan mencegah rasa sakit serta penderitaan yang
diakibatkan oleh hukum-hukum yang bersaing. Ilmu pengetahuan berusaha memahami struktur dan
perilaku dunia fisik dan alam melalui teori, pengamatan dan percobaan. Ilmu pengetahua n
menyangkal keberadaan Elohim dan, sebaliknya, mempromosikan teori-teori seperti evolusi untuk
menjelaskan interaksi dari hukum-hukum kehidupan. Ilmu pengetahuan ingin memahami hukumhukum dalam dunia fisik dan alam supaya mereka dapat mengontrol dan mema nipulasinya. Ini
ditujukan pada akhirnya untuk memperpanjang kehidupan mereka.
128
Ef 2:15
Ibr 5:8
130
1Kor 1:22-23
131
Yoh 2:18
132
Yoh 3:2
129
59
Rahasia disingkapkan
Paulus menjelaskan bahwa salib Kristus adalah suatu cara hidup yang sepenuhnya berbeda dengan
cara agama dan filosofi dunia. Salib adalah hikmat dan kuasa Elohim. 133 Melalui sudut pandang
kejatuhan dari berbagai keyakinan agama dan filosofi duniawi, seseorang bahkan tidak dapat
memahami salib Kristus. Ini karena hikmat dan kuasa Elohim merupakan suatu rahasia yang
tersembunyi bagi mereka.134
Menyimpulkan suratnya kepada orang-orang Kristen di Roma, Paulus menjelaskan bahwa
pewahyuan dari rahasia Elohim melalui pemberitaan Yesus Kristus sekarang diberitahukan kepada
segala bangsa. Yang penting, dia berkata bahwa ini memimpin kepada ketaatan iman.135 Pewahyuan
dari rahasia salib adalah demi ketaatan seluruh bangsa. Kerinduan perjanjian Elohim adalah
memberkati segala bangsa di bumi. Namun, karena pemerintahan dosa dan maut, konflik di antara
individu-individu, keluarga-keluarga, dan seluruh bangsa telah menandai sejarah umat manusia.
Salib adalah cara yang olehnya keharmonisan dipulihkan dan tujuan perjanjian Elohim tercapai.
Sehubungan dengan hasil ini, Mikha bernubuat, ‘Banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari,
kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Elohim Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya
dan supaya kita berjalan menempuhnya (dalam jalan-Nya); sebab dari Sion akan keluar pengajaran,
dan firman TUHAN dari Yerusalem. Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, dan akan menjadi
wasit bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat yang jauh; mereka akan menempa
pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa
tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang .”’136
Pengakuan dari kumpulan orang banyak ini adalah, ‘Biarpun segala bangsa berjalan masing -masing
demi nama ilahnya, tetapi kita akan berjalan demi nama TUHAN Elohim kita untuk selamanya dan
seterusnya’.137
Paulus meminta gereja-gereja bukan Yahudi untuk berdoa bagi dia dan bagi orang-orang yang
diberikan tugas untuk memberitahukan rahasia ini. Secara spesifik, dia meminta supaya mereka
berdoa agar ada pintu terbuka bagi firman, dan agar mereka memiliki kapasitas untuk menjelaskan
rahasia ini.138 Sebagai gereja-gereja, kita tetap dapat berdoa dengan cara ini supaya pembebasan
dari kekacauan hukum-hukum yang bersaing dapat tercapai melalui hikmat dan kuasa Elohim. Tentu
saja, kita semua dipanggil untuk menjadi bagian dari proklamasi ini. Akan tetapi, kita perlu
menyadari dan meninggalkan pengertian-pengertian yang kita pegang sebelumnya mengenai
penderitaan dan keselamatan, dan mulai berpikir sesuai dengan hikmat dan kuasa Elohim.
‘Tidak’ dan ‘ya’ dari salib
Mari kita memperhatikan partisipasi kita dalam penderitaan Kristus lebih lanjut. Ketika seseorang
mendengar firman tentang salib dan membuat dia memandang kepada persembahan Kristus,
133
1Kor 1:24
1Kor 2:7
135
Rm 16:25-26
136
Mik 4:2-3
137
Mik 4:5
138
Kol 4:3-4
134
60
pertama-tama mereka menyadari akan ‘tidak’-nya Elohim. Elohim Bapa menarik perhatian mereka
kepada akibat dari ketidaktaatan mereka terhadap firman-Nya. Mereka sadar bahwa dosa mereka
adalah penyebab penderitaan dan kematian mereka, dan bahwa mereka akan tetap terpisah dari
Elohim jika mereka terus hidup dengan cara ini. Ketika mereka meratap karena dosa mereka dan
akibatnya, serta berseru kepada Bapa untuk memohon pengampunan, Dia mengampuni mereka
karena darah Kristus tercurah bagi mereka.139 ‘Ya’-nya Elohim adalah jalan kepada hidup. Ketika kita
menerima dan bertekun dalam pendisiplinan Bapa, kita dapat berjalan sebagai murid-murid Anak
dalam jalan yang Dia telah rintis. Kita mempelajari ketaatan-Nya dan menerima hidup-Nya pada jalan
ini.
‘Ya’ dan ‘tidak’ dari salib haruslah menjadi cara yang terus kita hidupi sebagai murid-murid Kristus.
Yesus berkata bahwa kita tidak boleh bersumpa h demi sorga, atau demi bumi, atau demi Yerusalem,
atau demi kepala kita sendiri. 140 Dalam kehidupan kita, pada umumnya kita tidak bersumpah. Jadi
apa artinya ini bagi kita? Yesus menarik perhatian kita kepada pendekatan yang sama terhadap hidup
yang Paulus lakukan ketika dia menulis tentang orang-orang Yahudi yang mencari tanda dan orangorang Yunani yang mencari hikmat duniawi. Bersumpah demi sorga, atau demi Yerusalem, adalah
mencari beberapa bentuk intervensi ilahi dalam keadaan-keadaan kita supaya kehendak kita sendiri
dapat terjadi. Sama halnya, bersumpah demi bumi, atau demi kepala kita sendiri, adalah suatu usaha
untuk mengatur dan meringankan keadaan-keadaan kita melalui filosofi duniawi supaya kehendak
kita sendiri dapat menang.
Yesus berkata bahwa kita tidak boleh hidup dengan cara ini. Sebaliknya, kita harus mengizinkan
pernyataan kita menjadi ‘Ya, ya’, atau ‘Tidak, tidak’. Ini adalah hikmat dan kuasa salib, dan
merupakan jalan ketaatan. Setiap cara lain yang menegosiasikan kehidupan dan penderitaannya
adalah berasal dari yang jahat. 141 Itu adalah jalan yang lebar yang memimpin kepada kebinasaan.142
Yakobus, saudara Yesus, juga menasehati orang-orang percaya supaya ‘ya’ mereka adalah ‘ya’, dan
‘tidak’ mereka adalah ‘tidak, supaya kita tidak jatuh di bawah penghakiman.143
Ini bukan berarti bahwa kita berhenti berdoa untuk kesembuhan ketika kita sakit, atau kita tidak
pergi ke dokter. Tetapi, ini artinya bahwa kita berfokus pada melakukan kehendak Elohim. Kita
percaya bahwa kasih karunia dan hidup-Nya cukup untuk ketaatan kita dalam setiap keadaan hidup.
Kasih karunia-Nya juga dapat tersedia bagi kita melalui kesembuhan, atau melalui obat-obatan. Akan
tetapi, kita mengaplikasikan kasih karunia-Nya dalam kehidupan kita karena ketaatan kita kepada
kehendak-Nya bagi kita. Buah dari hidup dengan cara ini adalah kita sanggup menanggalkan
kekuatiran kita di tengah-tengah penderitaan kita, dan memelihara komitmen kita kepada
persekutuan dan ketaatan. Kita tahu bahwa kasih karunia Elohim, bagaimanapun kasih karunia itu
datang, adalah cukup bagi kita.144
139
Ef 1:7. Ibr 9:22
Mat 5:34-35
141
Mat 5:37
142
Mat 7:13
143
Yak 5:12
144
2Kor 12:9-10
140
61
Pendisiplinan dari Bapa
Paulus mengajarkan bahwa ketika kita menanggung keadaan-keadaan sulit, atau bahkan
permusuhan dari orang-orang berdosa terhadap kita, kita harus melihat keadaan-keadaan ini, bukan
sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang salah, tetapi sebagai tangan Elohim yang mendisiplin
kehidupan kita. Pendisiplinan-Nya membuat kita menjadi taat kepada perintah untuk hidup oleh
iman, dan bukan dengan mekanisme bertahan hidup yang merupakan bagian dari kedaginga n kita.
Hidup oleh iman adalah melangkah keluar dari mekanisme hukum untuk bertahan hidup, dan
mempercayai Elohim untuk membangkitkan kita dengan kuasa kebangkitan. Mengenal persekutuan
penderitaan-Nya, dan kuasa kebangkitan-Nya yang memampukan status anak kita, merupakan
pernyataan-pernyataan mendasar dari baptisan kita. 145
Ketika kita menanggung permusuhan terhadap kita, dan bentuk-bentuk lain dari penderitaan, kita
tidak melupakan nasehat yang berbicara kepada kita sebagai anak, ‘Hai anakku, janganlah anggap
enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan
menghajar [mendisiplin] orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai
anak’.146 Penting untuk kita tidak membiarkan ketersandungan mengontrol kehidupan kita ketika kita
dicerca oleh orang-orang berdosa, atau ketika kita tertekan oleh penderitaan kita yang terus menerus. Jika kita tidak dapat mengatasi ketersandungan, hal ini akan berdampak atas perjalanan
Kekristenan kita dan bahkan bisa membuat kasih kita menjadi dingin.
Ketersandungan akan datang
Setiap orang Kristen akan mengalami ketersandungan. Yesus mengatakan, ‘Celakalah dunia dengan
segala penyesatannya (terj. Bhs. Ing. ‘because of offences’ artinya ‘karena ketersandungan’):
memang penyesatan (ketersandungan) harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.’147
Bahkan, Kitab Suci mengajarkan bahwa pada hari-hari terakhir, kekacauan yang menyebabkan
ketersandungan dan dukacita akan bertambah di seluruh bumi. 148 Melalui Nabi Yesaya, Tuhan
berkata, ‘Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap
tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. “Tiada damai bagi orang-orang fasik itu”,
firman Elohim-ku.’ 149 Sampah dan lumpur menggambarkan pergolakan orang-orang di dalam dunia
dan pembicaraan mereka yang terus saling menyinggung. Mereka tidak memiliki damai sejahtera dan
dukacita yang mengikuti mereka hanya memimpin kepada maut. Ini seharusnya tidak menjadi
pengalaman dari anak-anak Elohim.
Ada banyak pengalaman dalam kehidupan kita yang dapat membuat kita tersandung. Ini mungkin
termasuk, sebagai contoh, celaan, fitnahan, pengkhianatan, kesalahpahaman, penderitaan, dll.
Ketersandungan yang kita rasakan ketika kita menghadapi hal-hal ini adalah karena ‘hukum lain’
yang ada dalam anggota-anggota tubuh kita. Dari dasar hukum inilah kita menganggap berbagai
situasi yang kita alami itu tidak masuk akal dan tidak adil, dan kita termotivasi untuk menggunakan
145
Flp 3:10
Ibr 12:5-6
147
Mat 18:7
148
Mat 24:8
149
Yes 57:20-21
146
62
hak membela diri kita sendiri. Akan tetapi, Paulus mengatakan bahwa hukum yang lain ini adalah
bagian dari kemanusiaan kita yang telah jatuh. Ketika kita menggunakan hukum ini, hukum tersebut
membawa kita kembali ke dalam ikatan kepada hukum dosa di mana kita telah dibebaskan darinya
melalui persembahan Kristus di atas salib.150 Respon-respon reaktif kita terhadap penderitaan kita
adalah tindakan-tindakan dosa. Itu bukanlah respon-respon ketaatan yang Kristus tunjukkan dalam
penderitaan-Nya.
Menderita karena kasih karunia
Sebagai anak-anak Elohim yang telah dibaptis dalam kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus
Kristus, kita memiliki jalan masuk kepada kasih karunia Elohim. Celaan yang kita alami, ketika
diseimbangkan dengan kasih karunia yang datang dari tangan Elohim, menjadi suatu pendisiplinan
atas kita. Ketika kita merendahkan diri kita dan menderita dengan Kristus, celaan-celaan yang
berusaha menghancurkan roh kita menjadi alat yang olehnya kita dilepaskan dari prinsip hidup
daging kita sendiri. Teladan dari kehidupan Paulus akan membantu di sini.
Kita ingat bahwa Paulus dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan hingga tiga kali agar duri
dalam dagingnya disingkirkan. Dia menggambarkan duri ini sebagai utusan Iblis. 151 Banyak
komentator berpendapat bahwa duri ini adalah hasutan dan penganiayaan yang di gerakkan untuk
menentang Paulus di kota-kota di mana dia memberitakan injil Yesus Kristus. Respon Tuhan terhadap
permohonan Paulus adalah, ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna’. 152 Kasih karunia datang dari Bapa, melalui Kristus, ketika Paulus
menderita permusuhan dari orang-orang berdosa terhadapnya. Akan tetapi, penderitaan ini menjaga
dia untuk tidak menjadi sombong melalui penggunaan hukumnya sendiri. Sementara dia terus
menderita dengan kasih karunia, kekuatan Kristus disempurnakan di dalam dia. Dia dapat melakukan
pekerjaan status anaknya dan dilepaskan dari kecenderungannya untuk menjadi sombong. Inilah
bagaimana hikmat dan kuasa Elohim ditunjukkan dalam hidupnya.
Kadang kala, kita akan dimusuhi oleh orang-orang berdosa, yang memfitnah kita dengan tujuan
untuk mengubahkan kita. Sekali lagi, kita harus melihat peristiwa ini sebagai tangan Bapa sorgawi
atas kehidupan kita, menghajar kita untuk menyunat hukum kebenaran diri kita dari kehidupan kita.
Tentu saja, yang terbaik adalah kita tidak bersalah dalam hal-hal yang dinyatakan untuk menentang
kita. Jika kita tidak bersalah, pengalaman ini sepenuhnya melawan hukum kita sendiri. Pada titik ini,
jika kita membuat respon yang membenarkan diri sendiri, ini menunjukkan bahwa kita masih
beroperasi dengan hukum kita sendiri. Kita perlu bertobat dan kembali kepada Yesus, Perintis kita,
dan mempelajari sifat ketaatan-Nya. Inilah bagaimana kita menemukan damai sejahtera di tengahtengah fitnahan dan gejolak yang kita alami. Kita bisa berhenti bertanya, ‘Mengapa saya menderita
seperti ini?’, dan sebaliknya bertanya, ‘Tuhan, apa yang Engkau ajarkan kepadaku melalui
pengalaman ini?’ Lebih lanjut, pada saat-saat ini kita dapat membawa diri kita lebih dekat kepada
150
Rm 7:23
2Kor 12:7-8
152
2Kor 12:9
151
63
Bapa dalam pengetahuan bahwa tangan-Nya tertuju kepada kita untuk menegakkan kita sebagai
anak-anak-Nya.153
Penderitaan menurut kehendak Elohim
Paulus menjelaskan bahwa kita bersatu dengan persekutuan penderitaan Kristus ketika kita
menetapkan perhatian kita kepada Yesus Kristus dan mengatasi situasi-situasi ini dengan cara yang
sama seperti yang Kristus lakukan. 154 Ketika kita dicaci maki, kita tidak seharusnya membalas dengan
caci maki. 155 Ketika kita dicela dan dikutuk, kita harus tetap diam, atau membalas dengan
memberkati. Kita harus mengasihi orang-orang yang melihat kita sebagai musuh-musuh mereka, dan
tidak bereaksi melawan mereka. 156 Kita tidak sanggup menunjukkan kebajikan-kebajikan ini karena
kita adalah raksasa-raksasa rohani atau karena kita menggunakan pe nyelesaian yang tidak
emosional. Tetapi, kita mengaplikasikan kasih karunia Elohim kepada diri kita sendiri sementara kita
merenungkan Kristus dan menggunakan peristiwa permusuhan ini sebagai suatu persekutuan dalam
penderitaan-Nya. Kita sanggup mengasihi lawan kita dan menunjukkan kemurahan kepada mereka,
karena kita memahami bahwa permusuhan mereka melakukan hal yang baik bagi kita; tetapi mereka
sedang dihukum oleh tindakan-tindakan mereka. Dalam hal ini, kita ingat sikap Stefanus, di mana
pernyataan terakhirnya sebelum dia mati di tangan orang Yahudi adalah, ‘Tuhan, janganlah
tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ 157
Penting untuk memahami bahwa sekedar menolak untuk meresponi situasi yang berlawanan atau
sulit melalui penyelesaian yang tidak emosional, bukanlah suatu partisipasi dalam persekutuan
penderitaan Kristus. Itu hanyalah bentuk lain dari menggunakan hukum kita sendiri. Kasih karunia
Elohim diberikan kepada kita supaya kita dapat memenuhi kehendak-Nya. Rasul Petrus menuliskan
bahwa ‘juga mereka yang harus menderita karena kehendak Elohim, menyerahkan jiwanya, dengan
selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia’.158 Kita akan menderita menurut kehendak Elohim,
dan respon-respon kita terhadap penderitaan juga harus menurut kehendak Elohim.
Rasul Paulus, di berbagai waktu, meresponi dakwaan-dakwaan yang menentang dia. Akan tetapi,
respon-respon ini tidak dimotivasi oleh ‘hukum yang lain’ untuk menyelamatkan diri sendiri.
Melainkan, ini adalah respon-respon yang sesuai dengan kehendak Elohim sementara dia dipimpin
oleh Roh Kudus. Sebagai contoh, kita ingat bahwa Paulus menyatakan kewarganegaraannya sebagai
orang Roma untuk menghindari disesah dengan hukum cambuk. 159 Hasilnya adalah Paulus diberikan
kesempatan untuk berbicara dengan Mahkamah Agama. 160 Setelah peristiwa ini, Tuhan berkata,
‘Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di
Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma’. 161 Dengan mengingat
perintah ini, Paulus naik banding kepada Kaisar ketika gubernur Yudea ingin mengirim Paulus kembali
153
Ibr 12:5-6
Ibr 12:2
155
1Ptr 2:23
156
Mrk 14:61. Luk 6:27-28
157
Kis 7:60
158
1Ptr 4:19
159
Kis 22:24-29
160
Kis 22:30
161
Kis 23:11
154
64
ke Yerusalem untuk dihakimi.162 Dengan cara ini, Paulus dapat memenuhi pekerjaan yang sesuai
dengan namanya. Tuhan Sendiri telah berkata, ‘Orang ini adalah alat pilihan bagi -Ku untuk
memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel’.163
Akar yang pahit
Pada saat kita mengalami penderitaan dan celaan, kita harus melepaskan hukum kita sendiri dan
menemukan damai sejahtera di dalam komunitas Kristus. Dampak dari keengganan kita untuk
memproses ketersandungan dapat disampaikan secara khusus dalam gereja. Ini karena suatu akar
yang pahit, yang menghasilkan permusuhan dan pengkhianatan dalam kita, dapat berakar jika kita
tidak memahami dan memproses ketersandungan dengan sebagaimana mestinya.164 Suatu akar yang
pahit dapat berkembang menjadi suatu ‘roh antikristus’. Roh ini adalah suatu sikap permusuhan atau
kebencian, yang memotivasi seseorang untuk meninggalkan gereja dan menghancurkan hubungan
dengan saudara-saudara mereka. Ketika seorang Kristen keluar dari antara saudara-saudara karena
ketersandungan, mereka dapat menjadi sumber permusuhan terhadap tubuh Kristus. Mengenai hal hal ini, Yesus berkata, ‘memang penyesatan (ketersandungan) harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya.’165
Berpegang pada ketersandungan kita merupakan suatu kesalahan. Ketika kita melakukan ini, kita
menunjukkan bahwa kita tidak saling mengasihi satu sama lain. Akhir dari perintah Elohim adalah
mengasihi dari hati yang murni, hasilnya adalah disatukan bersama dengan sempurna dalam kasih
yang semula, sehati, dan sepikir.166 Kita tidak bisa menyatakan memiliki kasih Elohim sementara
masih berpegang pada ketersandungan kita.
Menjadi seorang anak Elohim yang didisiplin
Ketika kita tidak taat, kita menderita supaya kita belajar taat. Akan tetapi, ketika kita berbicara
tentang pendisiplinan, tangan Elohim yang mendisiplin tidaklah selalu dikarenakan ketidaktaatan
kita. Menjadi seorang murid, atau orang yang didisiplin, membuat kita merasa sakit karena hidup
Yesus sedang diberikan kepada kita. Dampak dari menerima hidup Kristus adalah hal itu menyatukan
kita kepada persekutuan penderitaan-Nya. Penderitaan ini hanya untuk mendewasakan dan
menyempurnakan kita. Dalam hal ini, kita tidak akan selalu memahami mengapa kita menderita,
tetapi kita dapat terus berkomitmen untuk mempersembahkan diri kita sebagai budak-budak
ketaatan. Inilah ‘jalan’ yang Kristus rintis, dan kita menerima hidup-Nya ketika kita menjalaninya. Kita
melepaskan pembenaran diri untuk bertahan hidup. Kita tidak bertanya kepada Elohim mengapa kita
menderita, tetapi, apa yang Dia sedang ajarkan kepada kita melalui penderitaan. Dengan cara ini, kita
membuka rahasia tentang bagaimana kita menerima damai sejahtera.
Rasa sakit dari salib adalah rasa sakit dari suatu korban yang hidup. Ini bukanlah penghukuman
hukum atas seorang penjahat sebelum kematian mereka. Elohim tidak menghukum kita ketika kita
162
Kis 25:9-12
Kis 9:15
164
Ibr 12:15
165
Mat 18:7
166
1Tim 1:5. Kol 2:2. 1Kor 1:10
163
65
menderita sebagai orang-orang Kristen, bersama Kristus. Penderitaan salib adalah suatu proses yang
menemukan sumbernya dalam ketaatan Kristus. Hasil dari jenis penderitaan ini adalah pembebasan
dari dosa, dan suatu sikap yang disiplin dan dewasa sebagai seorang anak Elohim. Jenis penderitaan
ini melepaskan kita dari rasa sakit akan maut yang disebabkan oleh ketidaktaatan terhadap hukum.
66
BAB 4
Karya salib
Bapa menetapkan kita sejak semula untuk diadopsi sebagai anak melalui Yesus Kristus, sebelum
dunia dijadikan.1 Sesuai dengan kehendak Bapa, janji adopsi ini diberikan kepada Abraham. Janji ini
memberikan pengharapan akan status anak kepada Abraham, dan dia percaya dalam pengharapan
itu. Ini berlaku bagi semua orang kudus Perjanjian Lama. Roh adopsi berdiam atas mereka dan
mereka hidup oleh iman sebagai substansi dari hal-hal yang diharapkan.2 Akan tetapi, mereka belum
memiliki adopsi itu.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa adopsi tidak tersedia bagi umat manusia sebelum karya penebusan
di atas salib selesai. Dia menulis kepada jemaat Galatia, ‘Setelah genap waktunya, maka Elohim
mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum. Ia diutus untuk
menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak (terj. Bhs.
Ing. ‘might receive adoption as sons’ artinya ‘dapat menerima adopsi sebagai anak’)’.3 Paulus
melanjutkan dengan mengatakan bahwa setelah kita menerima adopsi sebagai anak, Bapa
mengirimkan Roh Anak-Nya ke dalam hati kita yang berseru, ‘Abba Bapa’.4 Kita menerima kodrat
ilahi dan dilahirkan dari Elohim. Kita akan memperhatikan bagaimana kita diadopsi sebagai anak, dan
kemudian dilahirkan dari Elohim, dalam bagian berikutnya. Dalam bagian ini, kita akan fokus pada
pekerjaan darah Kristus untuk menebus kita supaya kita dapat menerima adopsi.
Yesus Kristus dilahirkan di bawah hukum supaya Dia dapat menebus orang-orang yang berada di
bawah hukum. 5 Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus menyatakan bahwa kebenaran hukum
telah membuat seluruh dunia bersalah di hadapan Elohim.6 Tidak seorangpun dapat dibenarkan di
hadapan Elohim dengan melakukan pekerjaan hukum. Kemudian dia melanjutkan, ‘Tetapi sekarang,
1
Ef 1:4
Ibr 11:1
3
Gal 4:5
4
Gal 4:6
5
Gal 4:4‑5
6
Rm 3:20
2
67
tanpa hukum Taurat kebenaran Elohim telah dinyatakan’. 7 Kebenaran Elohim, tanpa hukum,
dinyatakan melalui persembahan Yesus Kristus di atas salib.
Persembahan Yesus Kristus di atas salib merupakan pekerjaan Elohim yang berdaulat untuk menebus
umat manusia. Paulus mengatakan, ‘Akan tetapi Elohim menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa’.8 Dan lebih lanjut dari ini, ‘Sebab
jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Elohim oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih
kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya’. 9 Persembahan
Yesus Kristus di atas salib telah membuat sebuah jalan bagi setiap orang untuk dibebaskan, atau
ditebus, dari perbudakan mereka kepada dosa dan maut.
Yesus Kristus adalah utusan pertama Elohim, memproklamirkan dari salib bahwa anak-anak manusia
dapat ditebus, diadopsi, dan dilahirkan dari Elohim. Ini adalah kesaksian dan berita dari darah-Nya
yang ditumpahkan bagi kita. Dia telah memberitakan damai sejahtera kepada semua yang jauh dan
yang dekat.10 Dia telah memberikan kepada semua manusia jalan masuk melalui satu Roh kepada
Bapa untuk menerima adopsi sebagai anak dan kemudian dilahirkan dari Elohim. Dalam darah-Nya,
Yesus Kristus telah menegakkan Perjanjian Baru bagi suatu kemanusiaan baru.
Harga penebusan
Yesus Kristus memproklamirkan bahwa Dia datang untuk memberikan hidup-Nya, atau jiwa-Nya,
sebagai suatu tebusan bagi banyak orang.11 Pekerjaan penebusan-Nya untuk umat manusia dimulai
di taman Getsemani, ketika darah-Nya mulai ditumpahkan bagi kita, dan selesai ketika Dia
menyatakan dari salib, ‘Sudah selesai!’12 Penting untuk menyadari bahwa penebusan umat manusia
merupakan suatu karya yang mahal (berharga). Ada suatu harga bagi Bapa dalam
mempersembahkan Anak satu-satu-Nya bagi kita. Dan ada sebuah harga bagi Anak dalam
menanggung penderitaan dan penghakiman salib.
Darah Kristus adalah harta yang melepaskan atau menebus kita dari kuasa dosa dan maut. Itu adalah
kekayaan yang memberikan hidup kepada kita ketika kita mati dalam pelanggaran dan dosa.13 Darah
Kristus yang mahal menebus kita kembali dari kematian karena dosa dan dari penghukuman serta
kutuk hukum. Rasul Petrus menyatakan bahwa kita telah ditebus dengan ‘darah yang mahal, yaitu
darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat’.14
Darah Kristus
Sebagai Anak Manusia, di dalam darah Kristus terdapat hidup biologis-Nya. Dari sudut pandang
biologis, darah-Nya sama dengan darah setiap umat manusia. Kita membaca dalam kitab Ibrani,
‘Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan
7
Rm 3:21
Rm 5:8
9
Rm 5:10
10
Ef 2:17‑18
11
Mrk 10:45. Mat 20:28
12
Yoh 19:30
13
Ef 2:1
14
1Ptr 1:19
8
68
mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka’. 15 Akan tetapi, jauh lebih dari ini, di dalam
darah Kristus terdapat jiwa-Nya. Hidup Kristus, atau identitas hakiki-Nya sendiri sebagai Elohim
Anak, ada di dalam darah-Nya sebagai Anak Manusia. Oleh karena itu, darah yang mahal itulah yang
dapat menebus umat manusia.
Nabi Yesaya menyatakan bahwa Yesus Kristus ‘menyerahkan nyawa-Nya (jiwa-Nya) ke dalam maut’
ketika darah-Nya ditumpahkan sebagai persembahan di atas kayu salib.16 Ini bukan hanya darah
Kristus sebagai sumber hidup biologis-Nya yang mengadakan pendamaian bagi kita ketika darah itu
tercurah. Ini adalah darah dengan perantaraan jiwa yang terdapat di dalam darah tersebut, yang
mengadakan pendamaian bagi kita. Tuhan menjelaskan prinsip ini kepada bangsa Israel ketika Dia
berkata, ‘Karena nyawa/hidup [jiwa] makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan
darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu [jiwamu], karena
darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa *jiwa+’.17
Darah Kristus adalah kepunyaan-Nya, baik sebagai Anak Manusia maupun Anak Elohim. Darah itu
adalah penghubung antara keberadaan fisik dan rohani-Nya. Dua realitas ini berinteraksi bersama
sementara Kristus berdoa kepada Bapa di taman Getsemani memohon akan kekuatan untuk
mencurahkan jiwa-Nya demi penebusan kita. Pencurahan jiwa Kristus untuk mengadakan
pendamaian bagi kita adalah secara fisik dan rohani. Jiwa-Nya dicurahkan ketika darah-Nya
tertumpah. Akan tetapi, pada akhirnya, jiwa-Nya dicurahkan ke dalam tangan Bapa sebelum hidup
biologis-Nya, yang terdapat di dalam darah-Nya, telah melewati titik kritis untuk dapat menopang
Dia secara fisik.
Hidup-Nya diberikan kepada kita di atas mezbah
Kita tahu bahwa mezbah dalam bait zaman dulu adalah tempat persembahan. Akan tetapi, Yesus
tidak mati di atas mezbah itu. Dia mati di atas mezbah tabernakel sejati ketika Dia dipaku di kayu
salib di atas Gunung Kalvari di luar kota Yerusalem. Kita membaca dalam kitab Ibrani bahwa Yesus
menderita di luar pintu gerbang untuk ‘menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri’.18 Hidup
Yesus yang ada di dalam tubuh fisik-Nya menjadi tersedia bagi kita ketika Bapa membuat jiwa-Nya
menjadi suatu persembahan bagi dosa. Hidup itu diberikan kepada kita melalui persembahan Kristus
di atas salib. Hidup itu telah diberikan kepada kita melalui persembahan, supaya hidup Kristus dapat
menjadi hidup kita dan menjadi milik kepunyaan pribadi kita sebagai anak-anak manusia dan anakanak Elohim.
Baik Bapa maupun Anak terlibat dalam persembahan ini. Yesaya berkata, ‘Apabila Ia [Bapa]
menyerahkan diri-Nya/jiwa-Nya [Anak] sebagai korban penebus salah, Ia akan melihat keturunannya
(terj. Bhs. Ing. ‘seed’ artinya ‘benih’)’.19 Akan tetapi, ayat ini dapat juga diterjemahkan ‘Dia [Anak]
akan mempersembahkan jiwa-Nya sendiri sebagai suatu persembahan bagi dosa’. Anak dengan rela
mempersembahkan diri-Nya untuk menjadi persembahan Bapa. Menurut nabi Yesaya, hasil dari
15
Ibr 2:14
Yes 53:12
17
Im 17:11. Rm 3:24‑26
18
Ibr 13:12
19
Yes 53:10
16
69
persembahan Kristus melahirkan ‘benih’; yaitu, suatu kumpulan banyak anak bagi Elohim Bapa. Kita
diingatkan dengan perkataan Yesus, ‘Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak
jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak
buah’.20
Darah-Nya ditumpahkan melalui penderitaan
Penumpahan darah Kristus di atas salib merupakan unsur penting dari persembahan Kristus. Lebih
lanjut dari ini, penumpahan darah Kristus melibatkan dan membutuhkan penderitaan. Tidak seperti
persembahan-persembahan yang ditempatkan di atas mezbah di bawah Perjanjian Lama, Yesus
Kristus menderita dan darah-Nya tertumpah sebagai korban yang hidup. Oleh karena itu, kita tidak
dapat memisahkan darah Kristus dari penderitaan-Nya. Setiap luka yang menimpa Kristus merupakan
suatu titik spesifik dari penderitaan dan membuat darah-Nya ditumpahkan untuk penebusan kita.
Ketika darah-Nya tertumpah, hidup menjadi tersedia di atas mezbah untuk menebus kita kembali
dari kematian karena dosa.
Kita tahu bahwa penderitaan dan maut masuk ke dalam dunia karena ketidaktaatan manusia kepada
Elohim. 21 Hal ini telah mengakibatkan kehancuran dan kerusakan atas seluruh umat manusia sejak
kejatuhan Adam pada mulanya. Berlawanan dengan ini, Kristus menderita karena Dia taat kepada
Elohim. Dia taat kepada perintah Elohim untuk menjadi korban penghapus dosa kita. Penderitaan
yang Kristus tanggung merupakan suatu demonstrasi dari penghakiman Elohim yang adil.
Penderitaan Kristus dimulai ketika Elohim Bapa meletakkan semua dosa kita atas-Nya. Dia menjadi
perwujudan dari dosa kita ketika Dia mengambil dan meminum cawan kejahatan dan penghakiman
kita yang Bapa berikan kepada-Nya. Hal ini menjelaskan mengapa Dia berdoa di taman Getsemani,
‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti
yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki’.22 Kristus tidak hanya menderita rasa
sakit akibat perilaku dosa kita di dalam daging, tetapi Dia juga menderita rasa sakit dari murka
Elohim terhadap kita. Dia mati dalam kematian kita dan terpisah dari Elohim. Dia menderita
kematian dan penghakiman ini sebagai pengganti bagi kita. Yesaya menyatakan, ‘Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya,
padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Elohim’.23
Elohim dapat membuat Dia menjadi korban pendamaian bagi kita karena Dia tidak berdosa, benar
dan taat kepada perintah-Nya.24 Penderitaan dan kematian-Nya sebagai korban yang hidup adalah
pembayaran penuh yang memenuhi tuntutan keadilan, memampukan pengampunan dan
menjadikan kita benar di hadapan Elohim. Kebenaran Elohim sepenuhnya diteguhkan, dan
penghakiman Elohim benar-benar dipenuhi, melalui penderitaan Kristus yang menggantikan.
Kristus ditopang oleh kuasa darah-Nya sendiri bahkan ketika hidup-Nya dicurahkan. Meskipun hidupNya dicurahkan melalui penderitaan, Dia tidak kehilangan hidup-Nya. Tidak seorangpun mengambil
20
Yoh 12:24
Rm 5:12
22
Mat 26:39
23
Yes 53:4
24
Ibr 2:17. 1Kor 1:30
21
70
hidup-Nya dari Dia.25 Dia dengan rela menyerahkan hidup-Nya sesuai dengan perintah Bapa, dan
oleh karena itu, maut tidak dapat menahan-Nya. Dengan setiap tetesan darah-Nya yang berharga,
Dia kembali dari kematian karena dosa pada perjalanan-Nya menuju kekekalan. Poin pentingnya
adalah bahwa setiap tahapan penderitaan Kristus disertai dengan pencurahan darah-Nya. Hidup
Yesus menjadi tersedia bagi kita melalui penderitaan-Nya. Ini adalah cara yang olehnya hidup Yesus
dipindahkan kepada kita. Hidup ini diberikan kepada kita ketika kita bersatu dengan persekutuan
penderitaan-Nya. Ini adalah rahasia salib. Rasul Paulus menyebut keseluruhan pengalaman ini, ‘sunat
Kristus’.26
Perjamuan terakhir
Kristus menjelaskan kepada murid-murid-Nya, ketika mereka makan perjamuan Paskah terakhir
mereka bersama, bahwa anggur yang mereka minum bersama adalah persekutuan dalam darah-Nya.
Dengan ini, maksud-Nya adalah Dia akan memberikan hidup-Nya kepada umat manusia ketika darahNya dicurahkan. Ketika mereka meminum cawan, Yesus meminta murid-murid untuk berpartisipasi
dalam persekutuan persembahan-Nya. Dia ingin mereka bersatu baik dalam persekutuan hidup-Nya
maupun persekutuan kematian-Nya. Persekutuan kematian-Nya adalah persekutuan penderitaanNya. Lebih dari ini, persekutuan cawan adalah dasar di mana Elohim mengadakan suatu Perjanjian
Baru dengan umat manusia untuk memberikan mereka penebusan dan hidup yang kekal. Yesus
menyatakan, ‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu’. 27 Yesus
memberikan kepada murid-murid-Nya daging dan darah-Nya sebagai unsur-unsur Perjanjian Baru.
Yesus Kristus adalah Perantara dari Perjanjian Baru ini sebagai Imam Besar agung kita.28 Dia bukanlah
seorang imam menurut peraturan keimamatan Lewi. Dia adalah Imam Besar agung kita menurut
peraturan Melkisedek.29 Peraturan Melkisedek adalah keimamatan baru yang merupakan bagian dari
Perjanjian Baru. Ini adalah keimamatan yang berfungsi menurut kuasa dari suatu hidup yang tidak
berkesudahan atau tidak dapat binasa.30
Taman Getsemani
Di perjalanan menuju taman Getsemani, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Malam ini kamu
semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: “Aku akan membunuh gembala dan
kawanan domba itu akan tercerai-berai.”’31 Dia mengutip perkataan nabi Zakharia. Penting untuk
diperhatikan bahwa Yesus berkata, ‘Malam ini’. Dia jelas merujuk kepada taman Getsemani, bukan
peristiwa-peristiwa salib yang terjadi pada hari berikutnya. Yesus ‘dipukul oleh Elohim’ dan mati
dalam kematian karena dosa kita di Getsemani.32 Kita tahu nubuatan ini digenapi di taman
25
Yoh 10:18
Kol 2:11
27
Luk 22:20
28
Ibr 8:6. Ibr 9:15
29
Ibr 7:17
30
Ibr 7:16
31
Mat 26:31. Za 13:7
32
Yes 53:4
26
71
Getsemani karena ketika Dia ditangkap oleh para prajurit dari imam-imam kepala, semua murid-Nya
tercerai-berai.33 Dia tidak mengumpulkan mereka kembali hingga sesudah kebangkitan-Nya.
Ketika Kristus telah menerima perintah dari Bapa dan dikuatkan oleh Roh Kekal, melalui Roh Kudus,
Dia mulai menyerahkan hidup-Nya sebagai suatu korban yang hidup. 34 Dosa seluruh dunia diletakkan
atas Kristus oleh Bapa. Sebagai akibat dari meminum cawan dosa ini, Dia terpisah dari Elohim dan
menjadi mati bagi Elohim. Darah pertama tertumpah di taman Getsemani ketika Kristus dipukul oleh
Elohim Sendiri. 35 Kristus mulai mengeluarkan keringat tetesan darah dari setiap pori-pori tubuhNya.36 Kemudian Dia berlanjut dari taman Getsemani untuk menderita di tangan orang-orang fasik.
Dia menderita di tangan imam besar dan Majelis Agama Yahudi, di tangan Pilatus, di tangan Herodes,
di tangan para prajurit di dalam gedung pengadilan, dan pada akhirnya, di tangan orang-orang yang
memakukan Dia di salib.37
Darah Kristus terus tercurah sementara Dia menderita pada setiap langkah, dari Getsemani sampai
Dia tergantung di atas salib dan menyatakan pekerjaan-Nya selesai.38 Setiap tetesan darah yang Dia
tumpahkan menebus kita dari kematian karena dosa dan pemisahan dari Elohim. Ketika darah Yesus
ditumpahkan untuk penebusan umat manusia, Bapa membawa Gembala agung segala domba
kembali dari kematian.39 Dia memberikan kuasa dari hidup kekal kepada Anak di sepanjang
perjalanan ini.40
Tiga jenis kuasa di taman Getsemani
Kita mengamati interaksi antara tiga jenis kuasa yang berbeda
mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim Bapa di taman Getsemani.
1.
ketika
Yesus
mulai
Pertama, ada kuasa yang berdiam di dalam darah Kristus. Darah Kristus memiliki kuasa untuk
menebus dari maut, mengadakan pendamaian, dan memberikan hidup ketika darah itu
tertumpah melalui persembahan. Ini adalah kapasitas unik yang merupakan milik darah Kristus.
Paulus menyatakan bahwa, dalam tubuh daging Kristus, kita beroleh ‘penebusan oleh darahNya’.41
Darah Kristus menopang Dia ketika Ia mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim sebagai Anak
Domba yang tak bercacat. Akan tetapi, lebih dari ini, kuasa penebusan dalam darah-Nyalah yang
membawa Dia kembali dari kematian sebagai Gembala agung segala domba. 42 Kita dibawa
kembali dari kematian karena dosa dengan Dia. Ketika darah-Nya tertumpah dalam setiap
tahapan persembahan-Nya, pendamaian itu secara progresif terselesaikan bagi kita.
33
Mat 26:56
Luk 22:43
35
Yes 53:4
36
Luk 22:44
37
Kis 2:23
38
Yoh 19:30
39
Ibr 13:20
40
Rm 8:11
41
Ef 1:7
42
Ibr 13:20
34
72
Darah Kristus-lah yang menyelamatkan kita dari kematian karena dosa dan memberikan kita
hidup-Nya. Paulus berkata, ‘Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan
Elohim oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan
diselamatkan oleh hidup-Nya!’ 43 Darah Yesus-lah yang memampukan kita untuk berpartisipasi
dalam kematian dan kehidupan-Nya. Sementara kita bersekutu dalam penderitaan Kristus, kita
mengalahkan pencobaan, berhenti dari dosa, dan menyatakan hidup-Nya sebagai anak-anak
Elohim.44
2.
Kedua, ada kuasa kebangkitan yang datang kepada Kristus sesuai dengan perintah Bapa.
Perintah ini memberikan Kristus kapasitas untuk menyerahkan hidup-Nya dan mengambilnya
kembali.45 Kuasa ini menguatkan Kristus dalam kefanaan-Nya untuk menanggung salib dan
membangkitkan Dia dari kematian menuju kekekalan.
Penting untuk kita pahami bahwa perjalanan Kristus menuju kekekalan dimulai di taman
Getsemani. Kita tahu bahwa Kristus sekarang hidup oleh kuasa dari hidup yang tidak
berkesudahan. 46 Akan tetapi, Dia mulai menerima hidup dan kuasa itu dari Bapa, dalam tubuh
fana-Nya, di taman Getsemani. Hidup dan kuasa yang sama ini tersedia bagi kita sebagai anakanak adopsi Bapa ketika kita bersatu dengan persekutuan penderitaan Kristus. Paulus
menyatakan, ‘Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di
dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, [Bapa]
akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’.47
3.
Ketiga, ada kuasa dari Roh yang Kekal yang diberikan kepada Kristus, melalui Roh Kudus. Ini
adalah kuasa yang memampukan Dia untuk mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim sebagai
Anak Domba yang tak bercacat.48 Kuasa ini memampukan pelayanan keimamatan-Nya kepada
Elohim sehingga hidup-Nya dapat diberikan kepada kita. Ketika kita menerima hidup Yesus,
kuasa Roh Elohim, melalui Roh Kudus-lah, yang memampukan kita untuk menjadi diaken-diaken
dari Perjanjian Baru dan melayani hidup-Nya kepada yang lain.49
Sudah selesai
Kita tahu bahwa tidak ada alasan yang adil untuk kematian Kristus menurut hukum. Kristus tidak
bersalah dan benar.50 Kutuk hukum hanya ditimpakan atas-Nya karena Dia digantung di atas salib.
Rasul Paulus menyoroti hal ini dalam suratnya kepada jemaat Galatia. Dia mencatat bahwa tertulis
dalam hukum [Taurat], ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib’.51 Ini adalah satu-satunya
43
Rm 5:10
1Ptr 4:1
45
Yoh 10:18
46
Ibr 7:16
47
Rm 8:11
48
Ibr 9:14
49
2Kor 3:6
50
Ibr 7:26
51
Gal 3:13. Ul 21:23
44
73
alasan sehingga Yesus ‘terhitung di antara pemberontak-pemberontak’. 52 Dia mati dengan cara ini
supaya Dia dapat menebus kita dari kutuk hukum di bawah Perjanjian Lama.
Ketika darah yang telah tertumpah cukup untuk penebusan seluruh umat manusia, Yesus berseru
kepada Bapa, ‘Elohim-Ku, Elohim-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ 53 Ini bukanlah seruan
putus asa atau kehilangan harapan. Ini adalah seruan keberhasilan dari Juruselamat yang menang
yang telah kembali dari kematian karena dosa dan telah siap untuk diterima kembali ke pelukan
Elohim dan Bapa-Nya. Hal itu segera dilanjutkan dengan pernyataan, ‘Sudah selesai’, yang
menandakan pekerjaan penebusan telah selesai untuk selama-lamanya.54
Yesus Kristus adalah korban yang hidup dan pekerjaan pendamaian-Nya terselesaikan tepat sebelum
Dia mati. Karya salib telah selesai ketika Dia menyatakan, ‘Sudah selesai’. Kristus telah mengalahkan
dan menghancurkan kuasa dosa dan maut. Dia tidak lagi berada di bawah penghakiman Elohim dan
tidak lagi menderita penghukuman sebagai korban penghapus dosa kita. Gembala agung segala
domba telah dibawa kembali dari kematian karena dosa.
Lebih lanjut dari ini, Yesus telah mengakhiri dua pendekatan hidup umat manusia yang mendasar.
Pendekatan-pendekatan ini adalah hukum perintah duniawi bagi orang Yahudi, dan prinsip-prinsip
dasar atau filosofi dunia bagi orang-orang bukan Yahudi.55 Hukum dan filosofi dunia ini merupakan
pendekatan-pendekatan hidup dari ciptaan lama. Pendekatan-pendekatan ini menyebabkan
manusia menjadi seteru Elohim dan seteru satu sama lain.56 Sebagai ganti pendekatan-pendekatan
ini, Yesus menegakkan suatu Perjanjian Baru di dalam darah dan daging-Nya. Perjanjian ini
menegakkan suatu jalan hidup baru yang menggantikan ciptaan lama dari umat manusia. Sama
seperti Anak menciptakan manusia pertama, Adam, dari debu tanah, Kristus menciptakan suatu
kemanusiaan baru dari daging fana umat manusia.57 Dia menegakkan sesuatu yang baru dalam
tubuh daging-Nya.
Melalui karya penciptaan Kristus di atas salib, umat manusia pertama-tama diberikan jalan masuk
kepada Roh dan kuasa Elohim, dan kepada kodrat ilahi, supaya mereka dapat menjadi anak-anak
ciptaan baru Elohim. 58 Kita diingatkan dengan perkataan Yesus, ‘Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.59 Kemanusiaan yang baru, diciptakan dalam Kristus dari
orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi, memiliki jalan masuk kepada hidup dan kuasa
kebangkitan yang datang dari Bapa. Ini adalah hidup dan kuasa yang kita terima sebagai anak-anak
manusia yang telah diadopsi sebagai anak-anak Elohim. Ini adalah kuasa kemanusiaan kita untuk
kekekalan.
52
Yes 53:12. Mrk 15:28
Mat 27:46
54
Yoh 19:30
55
Ef 2:15. Kol 2:8
56
Rm 8:7
57
Ef 2:15. 2Kor 5:17
58
Ef 2:18. Rm 5:2. 2Ptr 1:3‑4
59
Yoh 14:6
53
74
Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku
Setelah pekerjaan Kristus selesai di atas salib, Dia keluar dari tubuh jasmani-Nya dan pergi ke tangan
Bapa. Kebanyakan darah-Nya tercurah sebelum pekerjaan pendamaian-Nya selesai. Akan tetapi,
Yesus tidak secara fisik mati karena kehabisan darah. Sebelum Dia tiba pada titik kritis kematian
karena kehabisan darah, Dia menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa. 60 Yesus berkata
mengenai diri-Nya, ‘Tidak seorangpun mengambilnya (mengambil hidup) dari pada-Ku, melainkan
Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa
mengambilnya kembali.’61
Ketika Kristus meninggalkan tubuh-Nya, Roh-Nya keluar dari darah-Nya, dan tidak pernah kembali ke
pembuluh darah-Nya setelah kebangkitan-Nya. Identitas rohani-Nya, yaitu, jiwa-Nya, sekalipun
terdapat di dalam darah-Nya, dapat hidup secara mandiri dari hidup biologis-Nya. Identitas-Nya tidak
terikat oleh, atau dibatasi oleh, hidup biologis fisik-Nya. Di dalam darah dari seorang individu-lah di
mana identitas mereka berdiam. Akan tetapi, identitas mereka tidak diukur sehubungan dengan
banyaknya darah yang mengalir dalam pembuluh darah mereka.
Luka terakhir – darah dan air dari lambung-Nya
Rasul Yohanes mencatat bahwa dia adalah seorang saksi mata di kaki salib. Dia menyaksikan ketika
prajurit menikamkan sebuah tombak ke lambung Kristus, dan menyaksikan darah dan air mengalir
dari jantung-Nya yang terluka. 62 Ini adalah luka terakhir Kristus. Itu terjadi setelah persembahan
Kristus selesai dan Dia telah menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa. Yohanes mengidentifikasi
bahwa inilah penggenapan dari nubuatan Zakharia. Zakharia bernubuat bahwa Elohim akan
mencurahkan atas keluarga Daud dan penduduk Yerusalem, ‘Roh pengasihan dan permohonan …
dan mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi Dia seperti
orang meratapi anak tunggal’.63 Lebih lanjut dari ini, Zakharia bernubuat bahwa pada hari itu suatu
sumber air akan dibukakan untuk dosa dan kenajisan.64
Roh Elohim, bekerja di dalam pengasihan (kasih karunia) dan permohonan, menginsafkan prajurit
yang menikam lambung Kristus. Hal itu menyebabkan dia menyatakan, ‘Sungguh, Orang ini adalah
Anak Elohim’. 65 Terdapat juga sekumpulan orang banyak yang telah berkumpul untuk menyaksikan
kematian Kristus. Ketika mereka melihat tombak menikam lambung-Nya, mereka kembali ke
Yerusalem ‘sambil memukul-mukul diri’. 66 Mereka pulang ke rumah sambil meratap dan menangis
ketika Roh pengasihan dan permohonan mulai dicurahkan atas mereka. Elohim mempersiapkan
mereka untuk pemberitaan Petrus pada Hari Pentakosta ketika dia menyatakan bahwa Yesus adalah
60
Luk 23:46
Yoh 10:18
62
Yoh 19:34‑37
63
Za 12:10
64
Za 13:1
65
Mrk 15:39
66
Luk 23:47‑48
61
75
Tuhan dan Juruselamat mereka. 67 Ini adalah permulaan dari penggenapan nubuatan, ‘Mereka akan
memandang kepada Dia yang telah mereka tikam’.68
Hanya ketika lambung Kristus ditikam maka manusia mulai ditarik untuk datang kepada-Nya sebagai
Juruselamat dunia. 69 Sejak saat itu, Dia dinyatakan sepenuhnya sebagai Anak Domba Elohim yang
telah mempersembahkan diri-Nya tanpa cela kepada Elohim. Darah yang mengalir dari lambung
Kristus memberikan hidup dan iluminasi kepada orang-orang yang memandang atas tubuh fisik-Nya
sementara tubuh itu tetap ditinggikan dari bumi oleh paku-paku yang menahan tubuh tersebut di
salib. Darah yang mengalir dari jantung-Nya yang terluka sanggup membasuh dosa dan kenajisan dari
kehidupan orang-orang yang memandang kepada Dia dan percaya.70
Yohanes memberi kesaksian terhadap peristiwa-peristiwa ini dan menyatakan bahwa kesaksiannya
adalah benar. 71 Dia memberi kesaksian bahwa Yesus benar-benar adalah Anak Elohim dan
Juruselamat dunia. Ini adalah dasar pengajarannya dalam suratnya yang pertama, di mana dia
berbicara tentang Yesus yang datang sebagai Penebus kita oleh air dan darah dengan Roh yang
memberikan kesaksian.72 Unsur-unsur darah dan air adalah aplikasi akhir dari persembahan Kristus.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa darah fisik Kristus tidak lagi sedang dicurahkan. Tetesan
darah terakhir jatuh dari lambung-Nya ketika mereka menurunkan tubuh-Nya dari salib.
Unsur lahiriah akan air yang mengalir dari lambung Kristus sekarang dinyatakan melalui firman
sebagai air hidup.73 Darah yang tertumpah sekarang dinyatakan melalui pelayanan hidup Kristus. Air
meregenerasi dan menguduskan kita. 74 Dan darah menebus kita dari kematian karena dosa,
menyucikan hati nurani kita dari pekerjaan sia-sia (yang mati), dan memperlengkapi kita untuk
pelayanan keimamatan kita. 75 Unsur-unsur air dan darah yang mengalir dari lambung Kristus
merupakan unsur-unsur untuk pemurnian dan pengudusan kita sebagai anak-anak Elohim. Kita
menerima unsur-unsur ini ketika kita berpartisipasi dalam persekutuan tubuh Kristus.76
Pengharapan dan kuasa kebangkitan-Nya
Pengurapan dari ketujuh kali lipat Roh Elohim tetap tinggal atas tubuh fisik Kristus setelah Roh-Nya
pergi kepada Bapa. Daging Kristus, sementara masih tergantung di atas salib, tidak mengenal
kebusukan (korupsi) karena kuasa dari Roh Kekal yang tetap ada atasnya. Tubuh fisik-Nya beristirahat
dalam pengharapan akan kebangkitan. Ketika tubuh Yesus diturunkan dari salib dan ditempatkan
dalam liang kubur, tubuh itu terus beristirahat dalam pengharapan. Tubuh itu tidak terkorupsi dalam
liang kubur atau mengalami pembusukan apapun. Hal ini menggenapi perkataan pemazmur, ‘Engkau
67
Kis 2:36
Za 12:10
69
Yoh 12:32. Why 1:7
70
Why 1:5
71
Yoh 19:35
72
1Yoh 5:6
73
Ef 5:26
74
Tit 3:5
75
Ibr 9:14
76
1Yoh 1:7
68
76
tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan (terj. Bhs. Ing. ‘undergo decay’ artinya
‘menjadi busuk’)’.77
Setelah tiga hari, Roh Yesus kembali pada tubuh-Nya dan Dia dibangkitkan kepada kekekalan. Ketika
Yesus bangkit dari kematian, Dia tidak memiliki darah apapun dalam pembuluh darah-Nya. Tubuh
fisik-Nya terdiri dari daging dan tulang, tetapi tidak lagi hidup oleh suatu prinsip biologis.78 Sekarang
Dia hidup oleh kuasa dari hidup yang tidak dapat dibinasakan atau hidup yang tidak berkesudahan.
Ini adalah hidup yang tidak fana (hidup yang kekal).79
Yesus Kristus dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang Sulung dari ciptaan baru,
kemanusiaan baru yang Dia tegakkan di atas salib.80 Tubuh-Nya yang tidak terkorupsi dan kekal
adalah gambaran dari tubuh yang akan kita warisi dalam kebangkitan pada hari terakhir. Tubuh
kebangkitan kita akan terdiri dari substansi tubuh kebangkitan-Nya. 81 Kita akan menerima tubuh
yang tidak fana yang hidup oleh kuasa dari hidup yang tidak berkesudahan. Merujuk kepada hal ini,
Paulus berkata, ‘Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang
dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati’.82
Ketika kita bersatu dengan persekutuan penderitaan-Nya melalui baptisan, kita juga bersatu dengan
persekutuan kebangkitan-Nya. 83 Roh yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati mulai
memberikan kekuatan kepada daging fana kita.84 Ini adalah pemulihan kepada hidup, atau, hidup
yang sama, yang Anak terima dalam daging-Nya dari Bapa di taman Getsemani. Ini adalah kuasa
kebangkitan-Nya. 85 Kita dikuatkan oleh kuasa yang sama ini untuk menanggung penderitaan,
menemukan kesembuhan, dan mengalahkan dosa, sementara kita tetap lemah dan fana (berada
dalam tubuh daging ini).
77
Kis 13:35. Mzm 16:10
Luk 24:39
79
Ibr 7:16
80
Kol 1:18. Ibr 12:23
81
Flp 3:21
82
1Kor 15:53
83
Rm 6:5
84
Rm 8:11
85
Flp 3:10
78
77
78
BAB 5
Menjadi seorang anak Elohim
Rasul Yohanes menyatakan bahwa Anak Elohim telah datang dan ‘mengaruniakan pengertian kepada
kita, supaya kita mengenal [Dia] Yang Benar; dan kita ada di dalam [Dia] Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Elohim yang benar dan hidup yang kekal’.1 Ayat ini merupakan suatu
rangkuman yang bermanfaat mengenai injil. Dalam bagian ini, kita akan memperhatikan bagian
pertama dari ayat tersebut. Seorang percaya baru, dilahirkan dari Elohim ketika mereka memiliki
suatu interaksi pribadi dengan Yesus Kristus sebagai Anak Elohim. Secara pribadi Dia mengaruniakan
pengertian supaya mereka mengenal Bapa; yaitu, Dia yang adalah benar. Dalam Injilnya, Yohanes
mengatakan bahwa Anak Elohim adalah ‘Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang,
sedang datang ke dalam dunia’.2
Pewahyuan Kristus secara pribadi ini lebih daripada iluminasi yang seseorang terima ketika seorang
Kristen pertama kali membagikan berita injil kepadanya. Kita ingat Yohanes Pembaptis diutus oleh
Elohim untuk memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus adalah Terang dunia yang sesungguhnya.3
Yesus menggambarkan Yohanes sebagai sebuah pelita yang menyala dan bercahaya. Dia memberi
kesaksian kepada kebenaran, dan banyak orang bersukacita dalam terang beritanya untuk seketika
lamanya.4 Akan tetapi, perkataannya tidak dapat membebaskan orang-orang dari dosa mereka dan
tidak memberikan mereka hak untuk menjadi anak-anak Elohim. Pekerjaan Yohanes Pembaptis
adalah memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus ialah Utusan Elohim dan Juruselamat dunia.
Yesus berkata bahwa kesaksian-Nya lebih besar daripada kesaksian Yohanes.5 Dia tidak menerima
kesaksian-Nya dari manusia, dan Dia juga tidak memerlukan Yohanes Pembaptis untuk meneguhkan
kebenaran dari kesaksian-Nya sendiri sebagai Anak Elohim. Yesus telah menerima kesaksian-Nya dari
Elohim Bapa. Pekerjaan yang Dia lakukan juga memberi kesaksian bahwa Dia adalah Anak Elohim.
Merujuk kepada perkataan Yesus ini, rasul Yohanes menulis dalam suratnya yang pertama, ‘Kita
menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Elohim lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang
1
1Yoh 5:20
Yoh 1:9
3
Yoh 1:8‑9
4
Yoh 5:33‑35
5
Yoh 5:36
2
79
diberikan Elohim tentang Anak-Nya’. 6 Anak Elohim adalah Satu-satunya yang dapat menyatakan
Bapa. Dia adalah Satu-satunya Juruselamat manusia dan Benih yang masuk ke dalam hati manusia,
memampukan mereka untuk dilahirkan sebagai anak-anak Elohim.
Setiap orang Kristen harus memiliki suatu interaksi pribadi dengan Yesus Kristus sebagai Anak
Elohim. Tidak cukup bagi seseorang untuk menerima kesaksian dari manusia atau hanya percaya
akan suatu ajaran/doktrin. Rasul Paulus secara terus-menerus menolak kecenderungan orang-orang
untuk mengikuti dia, atau membuat perkataannya menjadi suatu ajaran/doktrin yang dapat
dipercaya tanpa mereka secara pribadi bertemu dengan Yesus Kristus. Masalah ini nyata dalam
jemaat Korintus ketika mereka berkata, ‘Aku golongan Paulus’ atau ‘Aku golongan Apolos’.7 Paulus
mengatakan bahwa baik dia maupun Apolos hanyalah pelayan-pelayan yang melaluinya orang-orang
Korintus percaya, ketika Yesus, Tuhan Sendiri, mengaruniakan pengertian kepada masing-masing
orang.8
Seorang percaya baru, menerima kesaksian Elohim ketika Bapa mengirimkan Anak-Nya untuk secara
pribadi memberikan hidup-Nya kepada mereka. Ketika seseorang menerima hidup Anak Elohim ke
dalam hati mereka, mereka juga menerima iluminasi atau pengertian mengenai hidup-Nya. Yohanes
menyatakan, ‘Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang manusia’.9 Hidup Anak Elohim
mengiluminasi seseorang supaya mereka secara pribadi mengenal Bapa, dan dapat berhubungan
dengan Dia sebagai Bapa mereka. Iluminasi dan pengertian ini akan sepenuhnya mengubah sudut
pandang mereka mengenai hidup. Setelah menjadi seorang anak Elohim, mereka akan mulai melihat
masalah-masalah, meresponi situasi-situasi, dan berhubungan dengan yang lain sebagai seorang
anak Elohim.
Firman tentang salib
Dengan pemikiran ini, apa pekerjaan seorang Kristen yang membagikan injil kepada keluarga,
sahabat-sahabat, tetangga, atau teman-teman kerja mereka? Pekerjaan pertama dan utama mereka
hanyalah memperkenalkan seseorang kepada Yesus Kristus yang merupakan Utusan Elohim. Dia
adalah Anak Elohim dan Dia adalah Juruselamat dunia. Yesus bersaksi, ‘Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. 10 Seorang
Kristen membagikan injil dengan memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dan persembahan-Nya
di atas salib bagi semua manusia.
Kesaksian dari seorang Kristen tentang Yesus Kristus dan persembahan-Nya disebut ‘firman tentang
salib’. Paulus menyatakan kepada jemaat Korintus, ‘Sebab aku telah memutuskan untuk tidak
mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan’.11 Paulus tidak
menyampaikan berita ini dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dalam demonstrasi Roh
dan kuasa. Paulus memberi kesaksian bahwa dia telah diutus oleh Kristus untuk ‘memberitakan Injil;
6
1Yoh 5:9
1Kor 3:4
8
1Kor 3:5
9
Yoh 1:4
10
Yoh 14:6
11
1Kor 2:2
7
80
dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia’.12 Firman
tentang salib itu hidup, aktif, dan berkuasa. Firman tentang salib merupakan kebodohan bagi orangorang yang akan binasa, tetapi bagi orang-orang yang sedang diselamatkan, ini adalah kuasa
Elohim.13
Ketika firman tentang salib disampaikan oleh seorang Kristen, Yesus Kristus digambarkan sebagai
yang ‘ditinggikan’ atau disalibkan. Pengurapan Roh Elohim atas firman itu memampukan siapa saja
yang menerimanya untuk melihat, melalui iluminasi rohani, hal yang sama seperti yang rasul
Yohanes lihat ketika dia menyaksikan prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak. 14 Dengan
cara ini, Paulus mengidentifikasi bahwa Yesus Kristus telah dilukiskan dengan terang, yaitu Dia yang
disalibkan di hadapan mata jemaat Galatia, meskipun mereka tidak berada di Yerusalem untuk
menyaksikan peristiwa kematian Kristus yang bersejarah.15
Ketika seseorang mendengar firman tentang salib, mereka akan memilih apakah mereka akan
menolak firman tersebut atau menerimanya. Elohim telah memberikan martabat dari pilihan ini
kepada setiap orang. Ketika firman diberitakan, Roh Kudus akan mulai menginsafkan para pendengar
akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. 16 Akan tetapi, pekerjaan Roh Kudus ini dapat ditolak, dan
firman dapat ditolak. Inilah mengapa Roh Kudus mengatakan, ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar
suara-Nya, janganlah keraskan hatimu’.17
Roh pengasihan dan permohonan
Jika seseorang tidak ‘mengeraskan hati mereka’ terhadap berita tentang salib, maka ‘roh pengasihan
dan permohonan’ dari Bapa mulai dicurahkan atas mereka oleh Roh Kudus. 18 Ini adalah roh
pengasihan dan permohonan yang sama yang dicurahkan atas semua orang yang berdiri di kaki salib
untuk menyaksikan kematian Kristus. Roh pengasihan-lah yang memampukan seseorang untuk
menerima firman, dan diiluminasi oleh firman, sekalipun mereka mati dalam pelanggaran dan dosa.
Ketika seseorang menerima firman, mereka juga menerima iman untuk mempercayai firman
tersebut. Paulus menyatakan, ‘Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman
Kristus’.19 Iman untuk mempercayai firman bukan berasal dari individu yang menerimanya. Iman
adalah suatu karunia yang datang dari Elohim dalam firman itu sendiri.20 Ini adalah kualitas iman
yang sama yang diberikan kepada Abraham, yang disebut ‘bapa semua orang percaya’.21 Iman inilah
yang memampukan seseorang untuk mempercayai firman dan memotivasi mereka untuk menerima
substansi dari apa yang telah dijanjikan kepada mereka.
12
1Kor 1:17
1Kor 1:18
14
Yoh 19:34‑35
15
Gal 3:1
16
Yoh 16:8
17
Mzm 95:8. Ibr 3:8,15. Ibr 5:7
18
Za 12:10
19
Rm 10:17
20
Ef 2:8
21
Rm 4:11
13
81
Roh pengasihan memampukan seseorang untuk melihat kepada darah dan air yang mengalir dari
lambung Kristus dan percaya; sementara pada saat yang sama, roh permohonan membuat mereka
memandang kepada Dia yang telah mereka tikam dan meratap. Ini adalah penggenapan yang terusmenerus dari nubuatan Zakharia. Kita tahu bahwa nubuatan Zakharia akan memiliki penggenapan
khusus bagi orang Yahudi pada akhir zaman. Akan tetapi, kita membaca dalam kitab Wahyu bahwa
nubuatan ini relevan untuk semua bangsa. Yohanes menyatakan, ‘Setiap mata akan melihat Dia, juga
mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia’.22
Seseorang yang menyadari bahwa Kristus menderita dan mati bagi dosa mereka, akan meratapi Dia
seperti orang yang meratapi kematian anak sulung. Hal ini perlu menjadi pengalaman pribadi dari
setiap orang percaya. Zakharia menyatakan bahwa setiap keluarga, setiap laki-laki, dan setiap
perempuan akan meratap sendiri. 23 Setiap orang yang memandang Kristus yang telah mereka tikam
akan mengalami dukacita ilahi. Ini adalah suatu jenis ratapan yang unik karena di dalamnya
terkandung suatu pengharapan. 24 Dukacita ilahi ini mendorong orang untuk berlari mencari
perlindungan, mencari pengampunan, dan menangkap pengharapan untuk menjadi seorang anak
Elohim.25
Roh pengasihan dan permohonan dari Bapa-lah yang menarik orang-orang yang mendengar firman
tentang salib kepada Kristus.26 Yesus berkata, ‘Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku,
jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman’.27
Paulus menyebut pengaruh atas seseorang ini, ‘roh adopsi’.28 Roh adopsi adalah motivasi dan
dorongan yang kuat yang datang dari Bapa, melalui Roh Kudus, yang memimpin seseorang kepada
Kristus dalam iman untuk menjadi seorang anak Elohim.
Proses Bapa menarik seseorang kepada Kristus dapat terjadi dengan cukup cepat bagi beberapa
orang, sementara yang lain akan ditarik kepada Kristus melalui suatu musim interaksi dan hubungan
yang lebih lama dengan seorang utusan.
Datang kepada Bapa melalui Kristus
Ketika seorang percaya baru, datang kepada Bapa melalui Yesus Kristus, hal pertama yang mereka
minta adalah pengampunan. Bapa mengampuni mereka karena darah Kristus tertumpah bagi
mereka.29 Akan tetapi, Dia mengampuni mereka dengan syarat mereka mengampuni orang-orang
yang berdosa terhadap mereka. Ini adalah syarat penting untuk menerima pengampunan Elohim.
Yesus menyatakan dengan jelas bahwa jika seseorang tidak mau mengampuni yang lain, maka Bapa
sorgawi tidak akan mengampuni mereka.30
22
Why 1:7
Za 12:10‑14
24
1Tes 4:13
25
Ibr 6:18
26
Yoh 12:32
27
Yoh 6:44
28
Rm 8:15
29
Ef 1:7. Ibr 9:22
30
Mat 6:14‑15. Mat 18:32‑35
23
82
Seorang percaya baru, menunjukkan pertobatan mereka melalui kerelaan mereka untuk
mengampuni yang lain dan kesungguhan mereka untuk berbalik dari aktivitas-aktivitas dosa mereka.
Mereka juga akan berusaha untuk menebus kesalahan mereka, jika mungkin, atas dampak dari dosa
mereka atas yang lain. Yesus berkata bahwa kita harus ‘menghasilkan buah yang sesuai dengan
pertobatan’. 31 Pertobatan adalah langkah pertama dalam perjalanan mereka menuju kebebasan dan
keselamatan yang sesungguhnya dari dosa. Paulus berkata bahwa dukacita ilahi menghasilkan
pertobatan yang memimpin kepada keselamatan.32
Kemurahan Elohim-lah yang memampukan seseorang untuk bertobat dan menunjukkan buah
pertobatan. Kemurahan Bapa terhadap seseorang yang mati dalam pelanggaran dan dosa adalah
jauh melebihi kerelaan-Nya untuk mengampuni mereka. Kemurahan bukanlah hanya suatu tindakan
pasif di mana seseorang tidak menerima hukuman dari penghakiman yang layak mereka terima.
Kemurahan adalah inisiatif aktif Elohim terhadap seseorang untuk melepaskan mereka dari belenggu
dosa dan maut.
Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mengidentifikasi bahwa kemurahan Elohim ditunjukkan
terhadap seseorang melalui pembasuhan regenerasi dan pembaharuan Roh Kudus. 33 Pembasuhan
regenerasi adalah pekerjaan Bapa, melalui air firman, untuk meregenerasi hati manusia mereka. Hati
menggambarkan keseluruhan batiniah seseorang, termasuk pikiran, kehendak dan emosi-emosi
mereka. Pembaharuan oleh Roh Kudus adalah pekerjaan Bapa, melalui Roh Kudus, untuk
memperbaharui dan menguatkan roh mereka. Roh mereka adalah identitas unik mereka sebagai
individu, yang telah diberikan kepada mereka oleh Elohim. Banyak orang Kristen dapat memberi
kesaksian tentang kesembuhan dan kelepasan yang ajaib ketika kemurahan Elohim pertama kali
diekspresikan kepada mereka dengan cara ini.
Hasil dari pembasuhan regenerasi dan pembaharuan Roh Kudus adalah seorang percaya menerima
hati yang baru dan roh yang baru. Tuhan menyatakan melalui nabi Yehezkiel, ‘Aku akan
mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari
semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan
roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu hati yang taat.’34
Seseorang perlu menerima hati yang baru dan roh yang baru sebelum mereka dapat menerima hidup
Yesus Kristus ke dalam hati mereka dan menerima Roh Kudus sebagai suatu milik kepunyaan pribadi.
Bukti bahwa seseorang telah menerima hati yang baru adalah kerelaan dan kesungguhan mereka
untuk mempercayai firman dan menaati firman status anak mereka. Bukti bahwa seseorang telah
menerima roh yang baru adalah kemampuan mereka untuk secara tulus bertanggung jawab untuk
firman yang telah mereka terima.
31
Mat 3:8
2Kor 7:10
33
Tit 3:5
34
Yeh 36:25‑26
32
83
Bapa menguatkan manusia batiniah
Pembasuhan regenerasi dan pembaharuan oleh Roh Kudus adalah bagian dari pekerjaan Bapa untuk
menguatkan seorang percaya baru dalam manusia batiniah mereka. 35 Di bawah Perjanjian Baru,
pekerjaan Bapa yang menguatkan ini melakukan lebih daripada memulihkan apa yang telah hilang
oleh umat manusia karena dosa Adam, dan apa yang telah hilang oleh masing-masing orang sebagai
akibat dosa dan pemberontakan mereka sendiri. Bapa mulai menguatkan setiap orang percaya baru
dalam manusia batiniah mereka, oleh Roh dan kuasa-Nya sendiri, supaya Kristus dapat berdiam
dalam hati mereka oleh iman.36
Bapa secara pribadi menguatkan setiap orang percaya baru dengan kuasa kebangkitan dalam
kefanaan mereka, ketika Dia menerima mereka sebagai anak-anak yang diadopsi. Ini adalah kuasa
kebangkitan yang sama yang menguatkan Yesus Kristus dalam kefanaan-Nya, di taman Getsemani.37
Rasul Paulus berdoa supaya jemaat Efesus diiluminasi untuk mengetahui kebesaran kuasa Bapa bagi
mereka yang percaya.38 Dia menyatakan bahwa ini adalah kekuatan kuasa yang sama yang Bapa
gunakan untuk membangkitkan Kristus dari antara orang mati.39
Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus berkata bahwa ketika seorang percaya baru,
diperkenalkan kepada Bapa melalui Yesus Kristus, mereka memperoleh suatu perkenalan oleh iman
‘di dalam kasih karunia ini kita berdiri’. 40 Ini lebih daripada kasih karunia yang memampukan
seseorang untuk menerima firman dan mempercayai Elohim ketika firman tentang salib pertama kali
diproklamirkan kepada mereka. Kasih karunia khusus dari Bapa inilah yang menguatkan seorang
percaya dalam kemanusiaan mereka, untuk berdiri pada tempatnya sebagai seorang anak yang
diadopsi.
Ini adalah kasih karunia yang sama yang terus menguatkan kemanusiaan dari setiap orang percaya
untuk keseluruhan kehidupan mereka, supaya mereka dapat berpartisipasi dalam penderitaan
Kristus. Rasul Petrus menyebut ini ‘kasih karunia yang benar-benar dari Elohim’ dan mendorong kita
untuk berdiri teguh di dalamnya. 41 Dia mendorong kita dengan mengatakan, ‘Dan Elohim, sumber
segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal,
akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita
seketika lamanya’.42
Lahir dari Elohim
Setelah seseorang diadopsi sebagai seorang anak Elohim, mereka adalah sesama pewaris dengan
Kristus dan dapat menerima warisan yang merupakan milik dari seorang anak Elohim yang sah.
Warisan ini adalah kodrat ilahi. Petrus menyatakan bahwa warisan kodrat ilahi ini adalah hasil dari
35
Ef 3:16
Ef 3:17
37
Luk 22:43
38
Ef 1:19
39
Ef 1:20
40
Rm 5:2
41
1Ptr 5:12
42
1Ptr 5:10
36
84
janji-janji Elohim yang berharga dan yang sangat besar.43 Karena individu tersebut adalah seorang
anak melalui adopsi, Bapa mengirimkan Roh Anak-Nya ke dalam hati mereka yang berseru, ‘Abba!
Bapa!’44 Ini adalah seruan dari seorang anak Elohim yang baru dilahirkan. Roh Kudus juga memberi
kesaksian bersama-sama dengan roh mereka bahwa mereka adalah anak-anak Elohim.45
Murid-murid dilahirkan dari Roh ketika Yesus menghembuskan hidup-Nya atas mereka setelah
kebangkitan-Nya. Pada hari kebangkitan-Nya, kita ingat bahwa Kristus berbicara dengan perempuanperempuan yang mengunjungi kubur dan menugaskan mereka sebagai para utusan-Nya yang
pertama. Dia berkata, ‘Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa
sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Elohim-Ku dan Elohimmu’. 46 Kristus
naik kepada Bapa dan kemudian diutus oleh-Nya kepada murid-murid, supaya murid-murid dapat
menerima hidup-Nya dan menjadi anak-anak Elohim.
Ketika Yesus berdiri di tengah-tengah para murid di ruang atas, Dia menghembusi mereka dan
berkata, ‘Terimalah Roh Kudus’.47 Ada dua tindakan yang berbeda di sini. Yesus menghembuskan
‘hidup-Nya’ atas murid-murid-Nya. Kemudian Dia memberikan mereka Pribadi Roh Kudus. Muridmurid dilahirkan dari Roh ketika Bapa mengirimkan Kristus untuk memberikan Roh dan hidup-Nya
kepada mereka. Karena inilah maka rasul Paulus menyebut Yesus ‘Roh yang menghidupkan’. 48 Ini
menggenapi janji yang Yesus adakan kepada murid-murid-Nya, ‘Aku tidak akan meninggalkan kamu
sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu … kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan
kamupun akan hidup’.49
Bapa, Anak dan Roh Kudus datang dan berdiam di dalam hati seseorang yang sedang mengalami
proses dilahirkan dari Elohim. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Jika seorang mengasihi Aku,
ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan
diam bersama-sama (terj. Bhs. Ing. ‘make Our home with’ artinya ‘membuat rumah Kami bersamasama) dengan dia’.50 Lebih lanjut dari ini, Yesus berkata, ‘Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya’.51
Bapa mengirimkan Roh Kudus, melalui Anak, untuk berdiam dalam setiap anak Elohim sebagai inti
dari Perjanjian Baru. Roh Kudus adalah jaminan warisan kekal mereka sebagai anak-anak Elohim.52
Dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi
Ketika Yesus Kristus datang untuk berdiam dalam hati seseorang, mereka dilahirkan dari benih yang
tidak terkorupsi dari kodrat ilahi. Hidup kodrat ilahi menjadi milik kepunyaan pribadi mereka ketika
Kristus datang kepada mereka secara pribadi sebagai sebuah Benih dan berdiam di dalam mereka.
Roh Anak masuk ke dalam hati mereka sebagai Benih dari hidup-Nya. Rasul Petrus menyatakan,
43
2Ptr 1:4
Gal 4:6
45
Rm 8:16
46
Yoh 20:17
47
Yoh 20:22
48
1Kor 15:45
49
Yoh 14:18‑19
50
Yoh 14:23
51
Yoh 14:16
52
2Kor 1:22. Ef 1:14
44
85
‘Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana,
oleh firman Elohim, yang hidup dan yang kekal’.53
Yesus Kristus adalah pewahyuan penuh dari firman dan hidup Bapa.54 Dia adalah Utusan Elohim dan
perwujudan dari berita Elohim. Ketika Bapa mengirimkan Anak Elohim, yang adalah Firman, ke dalam
hati manusia, Anak membawakan baik hidup maupun pengertian kepada orang-orang yang
menerima Dia. Kita ingat perkataan Yohanes, ‘Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang
manusia’.55 Dalam hal ini, Kristus jauh lebih dari sekedar seorang utusan yang menyampaikan suatu
berita. Dia mewujudkan berita itu dan Dia memberikan substansi dari berita itu kepada orang-orang
yang menerima Dia sebagai hidup! Hidup inilah yang memampukan orang-orang yang menerima Dia
untuk dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi dan menerima iluminasi sebagai anak-anak Elohim.
Apakah perbedaan antara hidup Kristus di dalam benih, dengan hidup Kristus di dalam darah-Nya?
Benih adalah hidup Kristus yang telah diberikan kepada seorang percaya sebagai milik kepunyaan
pribadi mereka akan kodrat ilahi, sebagai seorang individu anak Elohim. Darah adalah hidup Kristus
yang telah ditumpahkan untuk penebusan mereka dan diberikan kepada mereka ketika mereka
bersatu dengan persekutuan penderitaan-Nya. Seseorang hanya memiliki darah Kristus sebagai
bagian dari suatu persekutuan dengan Dia dan dengan yang lain dalam tubuh Kristus dengan banyak
anggota. Ini adalah persekutuan hidup-Nya.
Orang-orang yang lahir dari Elohim diiluminasi
Bukti pertama dan yang paling jelas bahwa seseorang telah dilahirkan dari Elohim adalah iluminasi.
Seperti yang telah kita bahas, ini bukanlah iluminasi yang sama yang mereka alami ketika firman
tentang salib pertama kali diberitakan kepada mereka dan Roh pengasihan serta permohonan
dicurahkan atas mereka. Iluminasi awal itu membuat mereka memandang kepada Dia yang telah
mereka tikam, meratap, dan datang kepada Bapa mencari pengampunan. Ini memimpin mereka
kepada pertobatan. Akan tetapi, ada suatu iluminasi lebih lanjut yang seseorang terima ketika Bapa
mengirimkan Roh Anak-Nya ke dalam hati mereka supaya mereka dilahirkan sebagai anak Elohim.56
Iluminasi yang datang kepada seorang anak Elohim yang baru dilahirkan adalah pengertian yang
diberikan kepada mereka oleh Anak Elohim ketika Dia memberikan hidup-Nya kepada mereka.
Yohanes menyatakan, ‘Kita tahu, bahwa Anak Elohim telah datang dan telah mengaruniakan
pengertian kepada kita, supaya kita mengenal [Dia] Yang Benar’. 57 Dia adalah Terang yang
sesungguhnya yang telah datang ke dalam dunia untuk menerangi setiap manusia.58 Ketika Anak
Elohim memberikan hidup-Nya kepada seorang percaya baru, hidup itu memberikan mereka
kemampuan untuk melihat, memahami dan menangkap realitas yang luar biasa dari menjadi seorang
anak Elohim. Ini membuat sudut pandang mereka mengenai hidup berubah sepenuhnya. Mereka
53
1Ptr 1:23
Yoh 1:1‑2
55
Yoh 1:4
56
Gal 4:6
57
1Yoh 5:20
58
Yoh 1:9
54
86
mulai melihat hal-hal dengan cara di mana seorang anak Elohim melihat, dan meresponi masalahmasalah hidup dengan cara di mana seorang anak Elohim meresponi.
Sukacita dan antusiasme yang besar merupakan hasil dari benih kodrat ilahi Elohim bersemai di
dalam seseorang.59 Terang hidup mulai menyingsing dalam hati mereka dan mereka ‘bermegah
dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Elohim’. 60 Mereka telah dilahirkan dari Elohim dan
menjadi orang yang mengambil bagian dalam kodrat ilahi.61 Mereka telah menerima benih hidup
ciptaan baru sebagai milik kepunyaan pribadi, dan hidup baru mulai menjadi nyata dalam kehidupan
mereka.
Lahir dari Elohim dan memerintah dalam hidup
Seorang percaya yang telah menerima firman tentang salib dan mengerjakan hak untuk menjadi
seorang anak Elohim adalah orang yang menerima suatu karunia dan penyediaan yang luar biasa.
Darah yang telah ditumpahkan oleh persembahan Kristus di atas salib telah memampukan mereka
untuk dibenarkan oleh iman. Darah itu telah memperdamaikan mereka kepada Bapa sehingga
mereka diampuni oleh Elohim dan diperdamaikan dengan Elohim. 62 Hati mereka telah diregenerasi
oleh pembasuhan firman, dan roh mereka telah diperbaharui. 63 Mereka telah memperoleh suatu
perkenalan, oleh iman, ke dalam kasih karunia Elohim yang memampukan mereka untuk berdiri dan
berjalan dengan keyakinan sebagai seorang anak Elohim.64
Dalam posisi yang diberkati ini, mereka telah menerima suatu kelimpahan kasih karunia dan
anugerah kebenaran dengan cuma-cuma yang memampukan mereka untuk memerintah dalam
hidup. 65 Mereka telah dilahirkan sebagai anak Elohim. Ini adalah hasil dan keuntungan bagi setiap
orang percaya oleh karena persembahan Yesus Kristus di atas salib bagi kita. Paulus menggambarkan
persembahan Kristus di atas salib, demi kita dan mewakili kita, sebagai ‘perbuatan kebenaran satu
Orang’ dan demonstrasi dari ‘ketaatan satu Orang’.66 Kasih karunia Elohim telah berlimpah terhadap
banyak anak karena satu persembahan Kristus ini.
Seorang anak Elohim yang baru dilahirkan telah menerima Roh Bapa yang menguatkan mereka
dalam manusia batiniah, Roh Anak yang telah diberikan kepada mereka sebagai Benih kodrat ilahi,
dan Roh Kudus yang mencurahkan kasih Elohim ke dalam hati mereka. 67 Ketika kita memperhatikan
semua unsur yang beragam mengenai bagaimana seseorang dilahirkan sebagai seorang anak Elohim,
itu tentu saja merupakan suatu anugerah luar biasa yang telah diberikan kepada kita melalui
pekerjaan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Apa lagi yang dapat ada?
Paulus juga menyadari realitas luar biasa dari diselamatkan oleh kasih karunia dan dilahirkan dari
Elohim ini. Dia juga bertanya, ‘Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita
59
Mat 13:20
Rm 5:2,11
61
2Ptr 1:4
62
Rm 5:1
63
Tit 3:5
64
Rm 5:2
65
Rm 5:17
66
Rm 5:18‑19
67
Ef 3:16. Gal 4:6. Rm 5:5
60
87
bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?’ 68 Tentu saja, jawabannya
adalah, ‘Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup
di dalamnya?’69 Tanpa dibaptis ke dalam kematian Kristus supaya kecenderungan alamiah dan
kecondongan manusia kepada dosa dihapuskan dari kehidupan mereka, maka benih kodrat ilahi akan
mati dan tidak akan menghasilkan buah status anak.
Ini adalah pelajaran dari perumpamaan tentang penabur. Benih kodrat ilahi akan mati di dalam diri
seseorang jika mereka tidak bersatu dengan persekutuan kematian Kristus, melalui baptisan, supaya
mereka dapat dibangkitkan oleh Bapa untuk berjalan dalam hidup yang baru. 70 Yesus menyamakan
orang-orang yang telah menerima keuntungan dari persembahan Kristus tetapi tidak mau
berpartisipasi dalam persekutuan kematian Kristus, sebagai orang-orang yang telah menerima firman
pada tanah yang berbatu-batu. Mereka bersukacita seketika lamanya dalam hidup Elohim yang telah
mereka terima, tetapi mereka tersandung pada perlunya untuk bersatu dengan persekutuan salib.71
68
Rm 6:1
Rm 6:2
70
Rm 6:3‑4
71
Mat 13:20‑21
69
88
BAB 6
Baptisan ke dalam Kristus
Ketika seorang percaya baru, telah dilahirkan sebagai seorang anak Elohim, mereka akan termotivasi
untuk dibaptis oleh iman dalam hati mereka sendiri yang telah diregenerasi, oleh hidup Kristus di
dalam mereka, dan oleh kasih Elohim yang telah dicurahkan ke dalam hati mereka melalui Roh
Kudus. Oleh karena itu, ada banyak contoh dalam Alkitab di mana orang-orang percaya dilahirkan
dari Elohim dan kemudian segera dibaptis. Kita membaca dalam kitab Kisah Para Rasul bahwa tiga
ribu orang mendengar injil dan dibaptis pada Hari Pentakosta.1 Salah satu contoh yang paling jelas
mengenai seseorang yang ingin segera dibaptis adalah orang Etiopia yang berkata kepada Filipus,
‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’2
Konflik-konflik dan kontroversi-kontroversi
Baptisan merupakan suatu hal mendasar dari iman Kristen. 3 Kebanyakan orang Kristen menyadari
bahwa mereka perlu untuk dibaptis. Akan tetapi, tujuan dan arti baptisan telah menjadi pembahasan
dari banyak perdebatan agamawi selama berabad-abad. Pembahasan itu telah disederhanakan
menjadi suatu perbedaan pendapat mengenai metode baptisan, seperti pemercikan air yang
berlawanan dengan dicelupkan ke dalam air, atau tentang rumusan-rumusan baptisan yang
berbeda. 4 Sebagai contoh, dalam aliran gereja-gereja kita, pokok persoalan utama mengenai
baptisan adalah perkataan yang diucapkan atas seseorang ketika mereka dicelupkan ke dalam air.
Kita membaptis orang-orang ke dalam nama Tuhan Yesus Kristus. 5 Berlawanan dengan ini,
denominasi-denominasi lain membaptis orang-orang ke dalam nama Bapa, nama Anak dan nama
Roh Kudus.6
Kata-kata yang digunakan sebagai rumusan-rumusan baptisan yang berbeda didasarkan pada
pengertian-pengertian ajaran yang berlawanan. Namun, ini bukanlah alasan utama untuk
ketegangan-ketegangan yang telah muncul. Tetapi lebih dikarenakan, bagi banyak orang, baptisan
telah menjadi suatu demonstrasi dari asosiasi mereka dengan suatu ajaran/doktrin, kelompok gereja,
1
Kis 2:41
Kis 8:36
3
Ibr 6:2
4
1Tim 6:4
5
Kis 2:38. Kis 8:12. Kis 10:48
6
Mat 28:19
2
89
atau bahkan pribadi tertentu. Sebagai contoh, kita ingat Paulus berbicara mengenai perpecahan
dalam jemaat Korintus dengan menanyakan kepada mereka, ‘Adakah kamu dibaptis dalam nama
Paulus?’7 Kelompok-kelompok gereja telah menggunakan baptisan sebagai suatu titik penghubung
antara seseorang dengan suatu kelompok tertentu. Kadang kala, para pemimpin menjadi marah
ketika seseorang telah meneguhkan diri mereka melalui baptisan di gereja atau ajaran/doktrin yang
lain. Yang lain menjadi kuatir ketika pendatang-pendatang baru belum dibaptis sesuai dengan ajaran
gereja di mana mereka bergabung.
Gagasan keanggotaan melalui baptisan adalah berdasarkan pandangan yang pada umumnya diyakini
bahwa hal itu membuat seseorang menjadi anggota tubuh Kristus dan, sebenarnya, menjadi seorang
anggota dari kelompok gereja tertentu. Dari sudut pandang ini, baptisan memberikan seseorang
posisi keanggotaan di dalam komunitas-komunitas ini. Seperti yang akan kita lihat, Kitab Suci tidak
mendukung gagasan bahwa seseorang menjadi anggota tubuh Kristus, atau suatu gereja, dengan
dicelupkan ke dalam air. Selain itu, satu rumusan baptisan tidak memiliki keuntungan lebih daripada
rumusan yang lain jika implikasi-implikasi dari baptisan yang Paulus ajarkan bukan merupakan suatu
realitas dalam kehidupan seorang Kristen.
Satu-satunya alasan bahwa baptisan itu efektif dalam kehidupan seorang percaya adalah oleh karena
salib Kristus. Salib, dan implikasi-implikasi hariannya bagi kita, dihilangkan dari baptisan ketika
baptisan itu menjadi suatu rumusan dan dipandang sebagai suatu ritual keanggotaan dalam suatu
gereja, atau bahkan dalam tubuh Kristus. Ketika hal ini terjadi, baptisan menjadi ‘hukum yang lain’.
Baptisan itu dikosongkan dari kuasa dan dampaknya dalam kehidupan kita. 8 Baptisan tidak lagi
menghubungkan kita kepada sunat Kristus dalam hubungannya dengan penderitaan, yang
melaluinya kita mengalahkan dosa oleh hidup dan kuasa Elohim. Lebih jauh lagi, baptisan tidak lagi
menjadi jawaban akan suatu nurani yang baik. Hal ini dikarenakan, ketika kita menganggap telah
mendapatkan suatu posisi dalam tubuh Kristus, maka pemberesan dosa supaya dosa dihapuskan dan
disingkirkan dari kehidupan kita, menjadi kurang penting.9
Identifikasi
Paulus menulis kepada jemaat Korintus, ‘Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara,
bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua
telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (terj. Bhs. Ing. ‘and
all were baptised into Moses’ artinya ‘dan semua dibaptis ke dalam Musa’) dalam awan dan dalam
laut’.10 Apa artinya bagi orang Israel ‘dibaptis ke dalam Musa’? Penggunaan ungkapan bahasa Yunani
untuk ‘dibaptis ke dalam’, yang Paulus gunakan dalam bagian ini, artinya ‘diidentifikasi dengan’.
Paulus sedang mengatakan bahwa kaum Israel diidentifikasi dengan pekerjaan dan tujuan Musa.
Secara khusus, penggunaan ungkapan yang sama ini digunakan dalam Injil Matius, tertulis bahwa
7
1Kor 1:13
1Kor 1:17
9
Kis 2:38. 1Ptr 3:21
10
1Kor 10:1‑2
8
90
Yesus berkata kepada para murid, ‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’.11
Yesus sedang mengatakan bahwa ketika seseorang dibaptis ke dalam nama Bapa, nama Anak dan
nama Roh Kudus, mereka sedang diidentifikasi dengan setiap Pribadi dan pekerjaan unik Mereka.
Bagaimana kita mengetahui apa pekerjaan Mereka? Seperti yang kita perhatikan sebelumnya dalam
buku ini, rasul Yohanes menjelaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus masing-masing memiliki
suatu kesaksian, atau berita unik, mengenai keselamatan kita. Dia menulis, ‘Dan ada tiga yang
memberi kesaksian di bumi: Roh [Kudus] dan air [Bapa] dan darah [Anak] dan ketiganya adalah satu
(sepakat sebagai satu)’. 12 Meskipun kesaksian Mereka unik, Mereka semua memberi kesaksian
mengenai persembahan Anak. Secara spesifik, Mereka memberi kesaksian mengenai kontribusi unik
Mereka kepada persembahan ini supaya tujuan Mereka tercapai. Tujuannya adalah membawa
banyak anak kepada kemuliaan.
Persembahan Anak adalah penderitaan dan kematian-Nya di atas salib. Poin paling penting
sehubungan dengan baptisan adalah bahwa baptisan menyatukan kita kepada kematian Kristus.
Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus memulai pembahasannya mengenai baptisan dengan
mengatakan, ‘Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya?’13 Jelas bahwa Paulus berharap setiap orang Kristen mengetahui hal
ini. Ini adalah arti mendasar dari baptisan. Baptisan menyatukan kita dengan peristiwa kematian
Kristus yang bersejarah.
Ketika kita dibaptis ke dalam Kristus, kita menyatukan diri kita dengan persembahan Kristus dan
mengidentifikasi diri kita dengan pekerjaan unik dari Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk membawa
kita kepada kemuliaan sebagai anak-anak Elohim. Paulus menyatakan dengan jelas; hanya ada satu
Tuhan, satu iman dan satu baptisan.14 Akan tetapi, tanpa kita mengidentifikasi diri kita dengan tiga
Saksi yang sepakat dalam satu persembahan ini, baptisan kita tidak lebih dari sekedar membuat diri
kita menjadi basah. Oleh karena itu, kita harus memahami implikasi-implikasi dari dibaptis ke dalam
kematian, penguburan dan kebangkitan Tuhan Yesus, dan secara pribadi diidentifikasi dengan nama
Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus. Ini adalah inisiatif dan kontribusi unik Mereka agar kehendak
Elohim terselesaikan di muka bumi.
Disatukan dengan peristiwa bersejarah
Kita perlu disatukan kepada peristiwa salib yang bersejarah supaya karya penebusan darah Kristus
efektif dalam kehidupan kita. Darah Kristus hanya ditumpahkan satu kali dalam sejarah dunia. Darah
itu mulai tertumpah di taman Getsemani ketika keringat-Nya menjadi seperti tetesan darah.15 Darah
itu terus ditumpahkan sepanjang jalan sampai ke salib. Setelah kematian fisik-Nya, darah Kristus yang
terakhir tertumpah ketika prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak. 16 Ketika tubuh-Nya
11
Mat 28:19
1Yoh 5:8
13
Rm 6:3
14
Ef 4:5
15
Luk 22:44
16
Yoh 19:34
12
91
diturunkan dari salib, aliran darah Kristus telah berhenti. Darah-Nya tidak lagi tercurah. Ini adalah
poin yang penting. Kita ingat perkataan Tuhan kepada Musa, ‘Karena nyawa (hidup) makhluk ada di
dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah’. 17 Darah Kristus
telah diberikan kepada kita di atas mezbah tabernakel sejati. Satu-satunya cara darah ini dapat
diaplikasikan pada kehidupan kita hari ini adalah jika kita secara pribadi bersatu dengan kematian
Kristus dalam sejarah.
Dalam suratnya kepada orang Ibrani, Paulus menekankan perlunya dan pentingnya peristiwa salib
yang bersejarah ini. Dia mengatakan bahwa semua korban di bawah Perjanjian Lama yang
dipersembahkan hari demi hari dan tahun demi tahun, tidak memiliki kapasitas untuk menyucikan
hati nurani atau menghapus dosa.18 Berlawanan dengan ini, Kristus mempersembahkan satu kali
untuk menanggung dosa banyak orang.19 Dia mempersembahkan ‘satu korban saja karena dosa …
untuk selama-lamanya’. 20 Sesuai dengan kehendak Elohim, kita telah dikuduskan melalui
persembahan tubuh Yesus Kristus ‘satu kali untuk selama-lamanya’.21 Inilah mengapa baptisan
begitu penting bagi setiap orang Kristen. Secara pribadi baptisan menyatukan kita kepada ‘satu
persembahan’ Kristus yang terjadi ‘satu kali’ untuk selama-lamanya.
Peristiwa kematian Tuhan diproklamirkan dari minggu ke minggu ketika kita mengambil bagian
dalam roti dan anggur perjamuan kudus. Yesus berkata bahwa kita harus makan dan minum unsurunsur Perjanjian Baru ini dalam peringatan akan Dia.22 Menjelaskan perintah Yesus, Paulus berkata
bahwa ‘setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan
sampai Ia datang’.23 Mengambil bagian dalam perjamuan kudus adalah suatu ekspresi terus-menerus
dari hubungan kita kepada peristiwa kematian Kristus yang bersejarah. Ini adalah suatu partisipasi
oleh iman dalam pekerjaan Kristus yang Dia telah selesaikan bagi kita di atas salib. Pekerjaan ini
ditunjukkan dalam persekutuan kita bersama pada ibadah perjamuan kudus dan dalam kehidupan
kita dari minggu ke minggu sementara kita terus menderita dengan Kristus.
Tiga unsur baptisan
Rasul Paulus menganggap segala sesuatu rugi karena pengenalan akan Yesus Kristus lebih mulia
daripada semuanya. 24 Ini akan menjadi kesaksian dari setiap orang Kristen ketika mereka secara
pribadi bertemu Yesus Kristus dan dilahirkan dari Elohim. Akan tetapi, lebih lanjut dari ini, Paulus
ingin ditemukan di dalam Dia dan mengenal kuasa kebangkitan-Nya serta persekutuan penderitaanNya supaya dia dapat menjadi serupa dengan kematian-Nya.25 Dengan cara ini, dia mengidentifikasi
tiga unsur utama dari baptisan. Setiap unsur baptisan terhubung dengan suatu pekerjaan unik dari
Bapa, Anak dan Roh Kudus.
17
Im 17:11
Ibr 9:9. Ibr 10:11
19
Ibr 9:28
20
Ibr 10:12
21
Ibr 10:10
22
1Kor 11:24‑25
23
1Kor 11:26
24
Flp 3:8
25
Flp 3:10
18
92
1. Pertama, baptisan menyatukan kita dengan kematian Kristus dan persekutuan penderitaan-Nya.
Ini artinya bahwa kita disatukan dengan darah Kristus yang tertumpah untuk penebusan kita. Setiap
luka Kristus adalah suatu titik penderitaan tertentu, tetapi juga merupakan cara yang olehnya darahNya tertumpah. Darah Kristus yang mengalir dari luka-luka-Nyalah yang memberikan kita hidup dan
menebus kita dari kematian karena dosa.
Penderitaan Kristus sebagai suatu korban yang hidup juga disebut ‘sunat Kristus’. Ini adalah sunat
yang bukan dilakukan oleh tangan manusia. Sunat dengan tangan manusia adalah sunat fisik dari
seorang Israel Perjanjian Lama yang memberikan dia jalan masuk kepada berkat Perjanjian Lama.
Sunat bukan dengan tangan manusia adalah persekutuan penderitaan Kristus di atas salib, yang
memberikan seorang percaya, terlepas apakah orang Yahudi ataupun orang bukan Yahudi, jalan
masuk kepada berkat Perjanjian Baru. Perjanjian Baru diaktifkan ketika darah Kristus tertumpah
untuk semua manusia.
Paulus menulis kepada jemaat Kolose, ‘Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang
dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang
berdosa’.26 Partisipasi kita dalam sunat Kristus, yang merupakan penderitaan Kristus, menyingkirkan
tubuh dosa dalam daging kita. Tubuh dosa adalah kecenderungan alamiah dan kecondongan kita
terhadap dosa. Ini artinya bahwa tubuh kita dikontrol oleh dosa. Oleh karena itu, rasul Petrus
menyatakan, ‘Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga
mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita
penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa’.27
2. Kedua, baptisan menyatukan kita kepada kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus. Kita
menerima kuasa kebangkitan dari Bapa yang menguatkan kita dalam tubuh fana kita supaya kita
dapat berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Ini adalah kuasa kebangkitan yang sama yang
menguatkan Kristus dalam tubuh fana-Nya di taman Getsemani. Ini adalah kuasa yang sama yang
secara fisik membangkitkan Kristus dari kematian.28 Paulus menyatakan, ‘Dan jika Roh Dia, yang telah
membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah
membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana
itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’.29
Penting bagi kita untuk memahami apa artinya Roh menghidupkan tubuh fana kita. Karena hal ini
menjelaskan bagaimana kita terhubung dengan peristiwa salib yang bersejarah. Ketika Anak
menderita di dalam daging fana-Nya, Dia dibawa kembali dari kematian karena dosa oleh Roh
Bapa.30 Ketika kita disatukan kepada kematian Kristus melalui baptisan, kita dikuatkan oleh Roh yang
sama. Penderitaan yang sekarang kita alami dalam kefanaan kita sedang dibawakan kepada kita oleh
Bapa sebagai suatu bagian dalam penderitaan Kristus. Penderitaan ini sedang diberikan kepada kita
menurut kehendak Elohim.31
26
Kol 2:11
1Ptr 4:1
28
Ef 1:19‑20. Kol 2:12
29
Rm 8:12
30
Rm 8:12
31
1Ptr 4:19
27
93
Kristus membawakan terang (iluminasi) akan hidup dan kekekalan di atas salib.32 Ini adalah hidup
dan daging dari suatu kemanusiaan baru yang Kristus ciptakan dalam diri-Nya, oleh Roh Bapa.
Sementara kita menanggung penderitaan yang diberikan kepada kita menurut kehendak Elohim, kita
disatukan dengan ‘manusia baru’ yang Kristus ciptakan di atas salib dalam tubuh daging-Nya.33 Inilah
mengapa partisipasi kita dalam penderitaan Kristus adalah untuk tubuh-Nya. 34 Ketika orang-orang di
seluruh zaman gereja disatukan kepada persekutuan penderitaan Kristus oleh Roh Bapa, ciptaan
baru sedang dinyatakan sepenuhnya di muka bumi dalam setiap generasi.
Paulus memberi kesaksian, ‘Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan
menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu
jemaat’.35 Paulus mengidentifikasi dua hasil dari penderitaan dengan Kristus. Pertama, dia menderita
demi saudara-saudaranya supaya pemberitaannya menjadi suatu demonstrasi Roh dan kuasa
Elohim, bukan hikmat manusia.36 Implikasi kedua adalah penderitaannya menggenapi apa yang
kurang dalam penderitaan Kristus. Paulus bukan mengatakan bahwa penderitaan Kristus tidaklah
cukup. Tetapi, dia mengakui bahwa penderitaannya adalah penderitaan Kristus, dan sedang
diberikan secara spesifik kepadanya pada waktu tertentu itu dalam zaman gereja. Dengan cara ini,
penderitaan Kristus yang Paulus alami, menyatakan hidup dan substansi dari ciptaan baru pada titik
waktu itu.
Pada periode zaman gereja di mana kita hidup, kita juga menggenapi apa yang kurang dalam
penderitaan Kristus. Ketika orang-orang mengamati kehidupan kita sementara kita menderita
dengan Kristus, mereka sedang memandang ciptaan baru yang Kristus bentuk di atas salib.37 Lebih
lanjut lagi, setelah diperdamaikan dengan Elohim melalui Kristus, sekarang kita hidup oleh hidup
ciptaan baru. Berarti, kita dapat membagikan hidup ini kepada yang lain. Paulus menjelaskan bahwa
firman pendamaian diserahkan kepada kita.38 Ketika kita memberitakan firman ini kepada sahabatsahabat dan tetangga-tetangga kita, mereka juga dapat diperdamaikan dengan Elohim dan
dimasukkan sebagai bagian dari ciptaan baru.
Akan bermanfaat untuk menyadari bahwa jika kita bukan orang Kristen, maka kita tidak akan
mengalami penderitaan Kristus yang dibawakan kepada kita menurut kehendak Elohim. Kita dapat
melihat bahwa penderitaan Kristus ini berbeda dengan penderitaan-penderitaan yang setiap orang di
dalam dunia alami sebagai akibat dari dosa. Tentu saja, ketika kita mengakui ke-Tuhanan Kristus
dalam kehidupan kita, penderitaan yang merupakan akibat dari dosa dapat menjadi sebuah
partisipasi dalam penderitaan Kristus. Akan tetapi, setelah dilepaskan dari perbudakan kita kepada
dosa, kita seharusnya tidak terus menderita karena perbuatan kita yang salah. Inilah mengapa rasul
Petrus berkata, ‘Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat
32
2Tim 1:10
Ef 2:15
34
Kol 1:24
35
Kol 1:24
36
1Kor 2:4‑5. 2Kor 12:9‑10
37
2Kor 5:17
38
2Kor 5:18‑19
33
94
dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih
karunia pada Elohim.’39
Kita dikuburkan dengan Kristus melalui baptisan supaya Bapa membangkitkan kita bersama Kristus
untuk berjalan dalam hidup yang baru. 40 Kita tahu bahwa jika kita telah disatukan dengan Kristus
dalam keserupaan kematian-Nya, kita juga akan disatukan dengan Dia dalam keserupaan
kebangkitan-Nya. 41 Kita dapat mengenal kuasa kebangkitan-Nya sementara masih dalam kefanaan
kita. Kita dikuatkan untuk menanggung penderitaan, menemukan kesembuhan, dan mengalahkan
dosa, sementara kita masih lemah dan fana (dalam tubuh daging ini). Kemudian, dalam kebangkitan
pada hari terakhir, kuasa yang sama ini akan membangkitkan kita dan memberikan kita tubuh yang
kekal dan tidak terkorupsi untuk langit yang baru dan bumi yang baru.
3. Ketiga, kita dibaptis ke dalam nama-Nya supaya kita mengenakan Kristus dan keimamatan-Nya.
Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus menjelaskan, ‘Karena kamu semua, yang dibaptis
dalam Kristus, telah mengenakan Kristus’.42 Ketika kita mengenakan Kristus, ini memberikan kita
kapasitas untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup dan masuk ke dalam
pelayanan keimamatan kerajaan. Ini adalah kuasa yang telah diberikan kepada Kristus dan
merupakan milik dari nama-Nya yang memberikan kita kapasitas untuk pelayanan keimamatan.
Yesus Kristus, Imam Besar agung kita, mempersembahkan diri-Nya melalui Roh yang Kekal.43 Dia
diurapi oleh Roh Kudus dengan ketujuh kali lipat Roh Elohim, yang Kitab Suci samakan dengan
minyak urapan atas imam besar, menahbiskan dia untuk pelayanan keimamatannya. PengurapanNya secara puitis digambarkan oleh pemazmur sebagai minyak yang turun atas kepala, ke janggut
dan ke leher jubahnya.44 Ketika kita mengenakan Kristus, kita juga dapat menerima pengurapan dari
Roh yang Kekal, oleh Roh Kudus. Kita dapat berpartisipasi dalam ekspresi korporat dari keimamatan
Kristus, dan mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup oleh kapasitas Roh yang Kekal
yang kita terima dari Roh Kudus.
Tubuh dosa
Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus memulai pembahasannya mengenai baptisan dengan
mengatakan, ‘Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa,
supaya semakin bertambah kasih karunia itu?’45 Dia dengan tegas menjawab pertanyaannya sendiri,
‘Sekali-kali tidak!’46 Ketika kita pertama kali datang kepada Bapa, melalui Yesus Kristus, kita diampuni
dan dibenarkan karena manfaat darah Kristus yang tertumpah bagi kita. Akan tetapi, pengampunan
dosa hanyalah permulaan dari injil. Baptisan menyatukan kita dengan kematian Kristus sehingga dosa
dihapuskan dan diampuni, atau disingkirkan. Pada Hari Pentakosta, Petrus menyatakan, ‘Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
39
1Ptr 2:20
Rm 6:4
41
Rm 6:5
42
Gal 3:27
43
Ibr 9:11,14
44
Mzm 133:1‑3
45
Rm 6:1
46
Rm 6:2
40
95
pengampunan (terj. Bhs. Ing. ‘remitted’ artinya ‘penghapusan’) dosamu’. 47 Ini adalah aspek kedua
dari pembebasan kita dari dosa. Pada akhirnya, baptisan menyatukan kita kepada suatu proses yang
melaluinya kecenderungan kita terhadap dosa dapat dihapuskan dari kita.
Paulus menjelaskan bagaimana baptisan menangani kelemahan daging kita dan kecenderungan kita
terhadap dosa, dalam pasal enam, tujuh, dan delapan dari kitab Roma. Akan bermanfaat untuk
melihat ketiga pasal ini sebagai bagian dari satu pembahasan yang terintegrasi. Dalam pasal enam,
dia menggambarkan kecenderungan kita terhadap dosa sebagai ‘tubuh dosa’.48 Tubuh dosa adalah
tubuh yang dikontrol oleh dosa. Dalam pasal tujuh, dia merujuk kepada ‘tubuh maut ini’ karena
tubuh yang dikontrol oleh dosa adalah mati.49 Dalam pasal delapan, dia mengatakan bahwa ‘tubuh
memang mati karena dosa’.50 Ini adalah tiga cara berbeda untuk menyatakan dilema atau masalah
yang sama. Masalah yang menghalangi setiap orang Kristen adalah kecenderungan terhadap dosa
yang berdiam dalam daging mereka.
Dalam pasal tujuh dari kitab Roma, Paulus menggunakan dirinya sebagai suatu contoh yang mewakili
untuk mengilustrasikan permasalahan yang harus diatasi oleh setiap orang Kristen. Dia berkata,
‘Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang
baik’.51 Tidak seorangpun memiliki kapasitas untuk memenuhi kehendak Elohim dengan kekuatan
daging mereka sendiri. Akan tetapi, lebih dari ini, ada suatu prinsip (hukum) yang hadir dalam daging
setiap orang yang secara aktif berperang melawan kapasitas mereka untuk melakukan kehendak
Elohim, tidak peduli seberapa besar keinginan mereka untuk melayani Dia. Paulus melanjutkan,
‘Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada
padaku’.52 Yang jahat yang ada dalam daging setiap manusia disebut ‘hukum yang lain’.
Bersukacita dalam manusia batiniah
Paulus merangkumkan permasalahannya dengan mengatakan, ‘Sebab di dalam batinku aku suka
akan hukum Elohim, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang
melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam
anggota-anggota tubuhku’. 53 Seseorang yang senang (suka) dengan hukum Elohim dalam batin
mereka tentu saja telah dilahirkan sebagai seorang anak Elohim. Mereka telah mengalami suatu
pertemuan pribadi dengan Yesus Kristus dan menerima hidup-Nya dalam hati mereka. Yesus
menyamakan orang seperti ini dengan tanah berbatu-batu. 54 Mereka telah menerima firman dengan
sukacita, tetapi mereka belum merangkul kebutuhan untuk dibaptis dan secara pribadi diidentifikasi
dengan kematian Kristus.
Ketika seseorang dilahirkan dari Elohim, roh mereka dihidupkan karena mereka telah menerima
hidup Kristus. Akan tetapi, sebelum mereka secara pribadi diidentifikasi dengan kematian Kristus,
47
Kis 2:38
Rm 6:6
49
Rm 7:24
50
Rm 8:10
51
Rm 7:18
52
Rm 7:21
53
Rm 7:22‑23
54
Mat 13:20‑21
48
96
tubuh fana mereka masih mati karena dosa.55 Jika tubuh seseorang mati karena dosa, ini berarti
mereka tidak memiliki kapasitas untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai korban yang
hidup. 56 Mereka tidak memiliki kapasitas untuk pelayanan keimamatan dalam kerajaan Elohim.
Permasalahannya bukanlah kapasitas dari hidup yang mereka telah terima dalam manusia batiniah
mereka dan juga bukan kerinduan atau motivasi mereka untuk melayani Elohim. Permasalahannya
adalah hukum lain yang masih bekerja dalam anggota-anggota tubuh fana mereka.
Hukum yang lain
Hukum yang lain menggambarkan pemusatan diri seseorang dan hak mereka untuk menetapkan diri
sendiri dan berjalan dalam jalan/cara hidup mereka sendiri. Sebagai akibat dari kejatuhan, hukum ini
aktif dalam daging setiap pribadi yang hidup. Hukum ini mewujudkan dirinya dalam keinginan
batiniah seseorang untuk menyelamatkan hidup mereka sendiri, hidup secara independen, hidup
bebas dan menggunakan hak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan dan bagaimana mereka
akan hidup. Hukum yang lain akan mewujudkan dirinya dalam hidup seorang percaya dalam
keinginan mereka untuk melayani Elohim dengan cara mereka sendiri. Terlepas dari komitmen
seseorang untuk melayani Elohim, Paulus menjelaskan bahwa hukum yang lain akan membuat
mereka menjadi tawanan hukum dosa yang juga bekerja dalam anggota-anggota tubuh mereka.
Hukum dosa
Hukum dosa menggambarkan tipu daya dan akibat dari dosa yang telah nyata di dalam dunia sejak
kejatuhan manusia. Ketika Elohim memberikan Adam dan Hawa suatu perintah di taman Eden, Iblis
mengambil kesempatan untuk membawakan suatu firman alternatif. Iblis tahu bahwa ketidaktaatan
kepada Elohim akan memimpin kepada maut. Akan tetapi, dia menipu Hawa ke dalam pemikiran
bahwa dia dapat tidak taat kepada Elohim dan menemukan hidup. 57 Oleh karena itu, Yesus
menyebut dia bapa segala pendusta dan pembunuh sejak semula.58 Ketika Adam berdosa karena
tidak menaati Elohim, seluruh umat manusia terpisah dari hidup Elohim. 59 Hasilnya adalah maut. Ini
adalah akibat alamiah karena diasingkan dari hidup Elohim. Ini juga merupakan akibat dari
penghakiman hukum Elohim yang telah ditimpakan atas kita karena ketidaktaatan kita.
Operasi (cara kerja) hukum dosa yang memimpin kepada maut, telah berlanjut dalam setiap
generasi. Ketika perjanjian hukum diberikan kepada bangsa Israel di Gunung Sinai, itu tidak
menyelesaikan permasalahan. Hukum itu kudus dan perintah-perintah tersebut kudus, benar, dan
baik.60 Hukum menyatakan sifat alamiah dari dosa dan akibatnya yang membahayakan/merusak.61
Akan tetapi, karena hukum itu tidak memiliki kapasitas untuk menangani kecenderungan manusia
terhadap dosa, hukum itu hanya membuat permasalahan tersebut terus ada. Hukum itu mengikat
orang-orang, melalui perjanjian, kepada akibat dari dosa dan ketidaktaatan mereka. Berbicara
sebagai bagian dari bangsa Yahudi yang telah diikat, atau disatukan oleh perjanjian kepada hukum,
55
Rm 8:10
Rm 12:1
57
Kej 3:4‑5
58
Yoh 8:44
59
Rm 5:12
60
Rm 7:12
61
Rm 7:7
56
97
Paulus berkata, ‘Sebab kita tahu, bahwa hukum [Taurat] adalah rohani, tetapi aku bersifat daging,
terjual di bawah kuasa dosa’.62
Dari sudut pandang Perjanjian Baru, kita tahu kuasa hukum dosa telah dihancurkan oleh
persembahan Yesus Kristus di atas salib. Kita membaca dalam Roma pasal delapan, ‘Sebab apa yang
tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Elohim.
Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai
dosa karena dosa (terj. Bhs. Ing. ‘sinful flesh and as an offering for sin’ artinya ‘daging yang berdosa
dan sebagai suatu persembahan bagi dosa’). Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam
daging’.63 Di Getsemani, dosa seluruh dunia diletakkan atas Anak oleh Bapa. Sebagai akibat dari
meminum cawan dosa ini, Dia mati bagi Elohim dengan seluruh umat manusia.64 Dengan cara ini, Dia
menyatukan diri-Nya kepada kematian kita sebagai akibat dari dosa kita. Ketika Dia berjalan dari
Getsemani sampai Kalvari, Dia kembali dari kematian ini. Ketika Dia menyatakan, ‘Sudah selesai’, Dia
telah datang kembali dari kematian karena dosa.
Kuasa dosa telah dihancurkan dan kutuk hukum telah dihapuskan. 65 Dalam Kristus, hukum berada
dalam damai karena segala sesuatu telah diperdamaikan dalam tubuh daging-Nya melalui karya
pendamaian-Nya. Dia telah mematikan permusuhan dari hukum-hukum yang berkompetisi.66 Kristus
sanggup melakukan ini oleh karena kapasitas pendamaian dari ketaatan-Nya. Dalam Kristus, kutuk
hukum [Taurat], yaitu kapasitasnya untuk menghakimi, tidak lagi beroperasi. Kristus telah menebus
kita oleh darah-Nya supaya kita tidak lagi terjual di bawah ikatan dosa.67 Sekarang kita memiliki
kesempatan untuk memilih siapa yang akan kita layani.68
Manusia celaka
Ketika kita memilih untuk melayani Kristus, dosa tidak lagi menjadi tuan kita. Akan tetapi, jika kita
tidak melepaskan kontrol atas hidup kita sendiri dengan secara pribadi bersatu dengan kematian
Kristus, maka hukum lain dalam anggota-anggota tubuh kita akan memimpin kita kembali ke dalam
penawanan hukum dosa dan maut. Ini adalah suatu posisi celaka karena kita akan terjebak dalam
melayani dua tuan. Kita akan mencoba untuk melayani hukum Elohim dengan pikiran kita, tetapi kita
akan melayani hukum dosa dalam daging kita.69 Ini berarti bahwa kita tidak memiliki kapasitas untuk
memenuhi kehendak Elohim dalam daging kita. Dan lebih dari ini, hati nurani kita akan menghukum
kita karena kegagalan kita untuk melakukan kehendak Elohim. Dilema inilah yang mendorong Paulus
untuk berseru, ‘Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?’70
62
Rm 7:14
Rm 8:3
64
Mat 26:26‑31
65
Gal 3:13
66
Ef 2:16
67
Rm 6:14
68
Rm 6:16
69
Rm 7:25
70
Rm 7:24
63
98
Jalan keluar untuk masalah ini
Jalan keluar untuk masalah ini adalah baptisan karena arti baptisan adalah kita secara pribadi bersatu
dengan Yesus Kristus yang telah dibangkitkan dari kematian.71 Baptisan adalah jalan keluarnya
karena baptisan menyatukan kita kepada kuasa kebangkitan Kristus dan persekutuan penderitaanNya.72 Seperti yang telah kita bahas, ini adalah dua unsur baptisan yang berbeda, dan keduanya
penting untuk membereskan dosa. Kuasa kebangkitan Kristus-lah yang memberikan kekuatan kepada
tubuh fana kita sehingga kita dapat berpartisipasi dalam persekutuan penderitaan-Nya. Dua unsur
baptisan yang bekerja sama inilah, yang memampukan kita untuk mengalahkan dosa,
mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup, dan mulai menghasilkan buah bagi
Elohim.73
Pertama-tama, Paulus berkata bahwa sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di
dalam Kristus Yesus karena kita telah ditebus oleh darah-Nya dari kutuk hukum. 74 Penghakiman
hukum yang menghukum kita untuk tinggal dalam kekekalan lautan api telah dihapuskan. Hukum itu
telah diubahkan menjadi suatu persekutuan dalam penderitaan Kristus sebagai pendisiplinan Elohim
atas kita untuk keselamatan kita. Akan tetapi, lebih dari ini, ketika kita berpartisipasi dalam
persekutuan penderitaan Kristus, darah menyucikan hati nurani kita dari pekerjaan sia-sia (yang
mati).75 Darah-Nya menebus kita dari kematian yang diakibatkan oleh dosa. Darah-Nya memberikan
kita kapasitas untuk taat, dengan demikian membawa kita ke dalam damai sejahtera sehingga kita
tidak lagi harus hidup dengan kesenjangan celaka antara aspirasi kita untuk melayani Elohim, dan
menghasilkan penghukuman karena ketidakmampuan kita untuk melakukannya.
Penderitaan Kristus yang menyucikan hati nurani kita dari pekerjaan sia-sia (yang mati) dan
perseteruan yang diakibatkan oleh pekerjaan sia-sia (yang mati) ini, adalah partisipasi pribadi kita
dalam sunat Kristus dari hari ke hari. Sunat Kristus yang dilakukan bukan dengan tangan manusia-lah
yang menghapuskan tubuh dosa dari daging kita.76 Tubuh dosa bukan hanya sunat akan sebagian
kecil dari daging kita yang perlu disingkirkan supaya sisa daging kita yang lain bebas untuk melayani
Elohim. Kita diingatkan dengan perkataan Paulus, ‘Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di
dalam aku sebagai manusia (daging), tidak ada sesuatu yang baik’. 77 Tubuh dosa adalah
kecondongan kita terhadap dosa yang berdiam di dalam keseluruhan daging kita. Sunat Kristus perlu
menjamah setiap bagian daging kita. Kita mengalami penderitaan dalam seluruh daging kita supaya
kita dapat berhenti dari dosa dan menghidupi sisa waktu kita dalam daging untuk melakukan
kehendak Elohim.78
71
Rm 7:4
Flp 3:10
73
Rm 7:4
74
Rm 8:1
75
Ibr 9:14
76
Kol 2:11
77
Rm 7:18
78
1Ptr 4:1
72
99
Hukum Roh kehidupan
Adalah mungkin bagi kita untuk berpartisipasi dalam penderitaan Kristus dan melayani Elohim
sementara kita masih dalam daging, karena Roh Elohim berdiam dalam kita. Roh Elohim Bapa-lah
yang memberikan kekuatan kepada tubuh fana kita, dengan cara yang sama di mana Dia
menguatkan Kristus di taman Getsemani dan membangkitkan Dia dari antara orang mati. Seperti
yang kita perhatikan sebelumnya, ‘Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara
orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang
mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’.79
Hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus memampukan Dia untuk menyerahkan hidup-Nya dan
menanggung penderitaan salib.80 Roh dan kuasa yang sama ini sekarang bekerja dalam daging kita.
Roh dan kuasa ini membebaskan kita dari hukum dosa dan maut, karena Roh ini menyatukan kita
kepada sunat Kristus. Roh ini memampukan ketaatan kita, memberikan kita kapasitas untuk bersatu
dengan penderitaan Kristus supaya tubuh dosa dihapuskan. Ini artinya bahwa kita tidak lagi dikontrol
oleh hukum yang lain.81 Kita tidak lagi berada di bawah kewajiban apapun untuk berjalan menurut
daging.82 Hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus membangkitkan kita untuk berjalan dalam
hidup yang baru, memberikan kuasa kepada daging kita supaya tuntutan kebenaran dari hukum
digenapi dalam kita sementara kita berjalan menurut Roh.83
Menujukan pikiran kita kepada daging atau Roh
Berjalan dalam hidup yang baru akan menjadi kesaksian kita sebagai orang-orang Kristen, selama kita
terus menujukan pikiran kita kepada hal-hal yang dari Roh dan berjalan menurut Roh. Jika kita
menujukan pikiran kita kepada hal-hal daging, maka kita akan mundur kembali pada jalan hidup
duniawi. Ini akan memimpin kita kembali ke dalam penawanan hukum dosa dan maut. Paulus
berkata, ‘Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai
sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Elohim, karena ia tidak takluk
kepada hukum Elohim; hal ini memang tidak mungkin baginya’.84 Kita perhatikan bahwa ini adalah
suatu situasi yang berbeda dengan orang percaya yang senang akan hukum Elohim dalam manusia
batiniah mereka, tetapi tidak memiliki kapasitas untuk melakukan kehendak Elohim dalam daging
mereka.85 Mereka ‘tidak kena sasaran’ untuk mencapai kehendak Elohim, karena mereka mencoba
untuk memenuhinya dengan menggunakan hukum mereka sendiri. Ini adalah dosa. Ini belum
menjadi kejahatan daging yang merupakan perseteruan terhadap Elohim, dan menggerakkan Elohim
untuk membinasakan seluruh ciptaan.
Jika kita telah dibaptis ke dalam Kristus, kita memiliki kapasitas untuk menghidupi sisa hidup kita
dalam daging untuk melakukan kehendak Elohim. 86 Elohim telah memberikan kita segala sesuatu
79
Rm 8:11
Rm 8:2
81
Rm 7:23
82
Rm 8:12
83
Rm 8:4
84
Rm 8:6‑7
85
Rm 7:22
86
1Ptr 4:2
80
100
yang kita perlukan untuk menghidupi suatu kehidupan Kristen yang berhasil. Jika orang tersebut
menolak penyediaan dari Roh kehidupan dalam Kristus Yesus, mereka akan berakhir dalam suatu
posisi yang lebih celaka daripada orang percaya yang ingin melakukan kehendak Elohim tetapi tidak
sanggup melakukannya karena hukum yang lain dalam anggota-anggota tubuh mereka. Hal ini
dikarenakan, setelah menerima suatu pengetahuan akan kebenaran dan jalan masuk kepada Roh
kehidupan, mereka malah memilih untuk hidup menurut daging. Paulus menyebut ini, sengaja
berbuat dosa. 87 Dia mengatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja melakukan dosa menginjakinjak anak Elohim, menganggap darah perjanjian sebagai suatu hal yang biasa, dan menghina Roh
kasih karunia.88 Jika kita menujukan pikiran kita kepada hal-hal daging, kita akan mengembangkan
suatu pikiran duniawi yang merupakan perseteruan terhadap Elohim. 89 Paulus berbicara kepada
jemaat Galatia tentang masalah ini ketika dia berkata, ‘Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai
dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah
kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!’90
Paulus menulis kepada jemaat Kolose, ‘Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus,
carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Elohim. Pikirkanlah perkara
yang di atas, bukan yang di bumi.’91 Ini adalah suatu poin yang paling penting! Pencobaan terbesar
yang kita hadapi sebagai orang Kristen adalah pencobaan untuk menujukan pikiran kita kepada halhal daging di tengah-tengah ujian, penganiayaan, dan penderitaan. Yesus Kristus telah mengalahkan
dunia dan setiap pencobaan. 92 Pada setiap tahapan perjalanan-Nya dari taman Getsemani sampai
kepada salib, Dia dihadapkan dengan pencobaan-pencobaan spesifik dan Dia mengalahkan
semuanya itu dengan memelihara ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa.93
Di taman Getsemani-lah Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Berjaga-jagalah dan berdoalah,
supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah’. 94 Ketika
kita sedang dicobai untuk menggunakan hukum kita sendiri oleh karena penderitaan kita, respon
pertama kita seharusnya merendahkan diri kita dan pergi berdoa. Kita bersatu dengan Kristus dalam
konteks doa-Nya di taman Getsemani. Inilah di mana darah-Nya mulai ditumpahkan untuk
penebusan kita. Ini juga di mana takhta kasih karunia berada. Ketika kita berdoa dengan Kristus, kita
menerima kasih karunia untuk menanggung penderitaan dan mengizinkan penderitaan itu
membereskan hukum di dalam kita yang menunjukkan ketersandungan. Dengan cara ini, kita sedang
dilepaskan dari kecondongan kita terhadap dosa dan dimampukan untuk melakukan kehendak
Elohim dalam keadaan-keadaan yang kita hadapi.
Petrus menguatkan kita bahwa Tuhan tahu bagaimana menyelamatkan orang saleh dari
pencobaan. 95 Ini bukan berarti bahwa Dia memindahkan kita dari setiap situasi sulit. Ini artinya
87
Ibr 10:26
Ibr 10:29
89
Rm 8:7
90
Gal 3:3‑4
91
Kol 3:1
92
Yoh 16:33
93
Ibr 5:8
94
Mat 26:41
95
2Ptr 2:9
88
101
bahwa Dia menguatkan kita oleh kuasa-Nya supaya kita dapat menanggung ujian dan kesesakan,
tanpa menundukkan diri kepada pencobaan untuk menujukan pikiran kita kepada daging. Ini
termasuk menanggung permusuhan dari orang-orang berdosa terhadap kita, tanpa bereaksi atau
menjadi tersandung.96 Elohim setia dan menyediakan kita jalan keluar di tengah-tengah setiap
pencobaan. 97 Jalan keluar ini adalah jalan salib. Bapa menguatkan kita untuk berpartisipasi dalam
penderitaan Kristus supaya pikiran kita diperbaharui. 98 Ini artinya kita dapat menjaga pikiran kita
kepada hal-hal yang dari Roh dalam setiap situasi spesifik yang kita hadapi.
Didudukkan di tempat sorgawi sebagai anggota-anggota tubuh-Nya
Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, Paulus menyatakan bahwa Bapa membangkitkan Kristus dari
antara orang mati dan kemudian mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga.99 Ini adalah dua
inisiatif dan tindakan berbeda dari Bapa. Yesus Kristus secara fisik dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kuasa Bapa, dengan suatu tubuh yang tidak terkorupsi dan kekal. Setelah Dia
menghabiskan empat puluh hari bersama murid-murid-Nya, menjelaskan kerajaan Elohim kepada
mereka, Dia naik ke sorga.100 Bapa mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dan memberikan Dia
nama di atas segala nama.101 Dia menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus dan membuat
Dia menjadi Kepala gereja, yang adalah tubuh-Nya.102
Ini menyoroti suatu perbedaan penting sehubungan dengan baptisan. Kita bukan dibaptis ke dalam
tubuh Kristus dengan banyak anggota. Baptisan menyatukan kita kepada tubuh daging pribadi Kristus
supaya kita mengenal persekutuan penderitaan-Nya dan kuasa kebangkitan-Nya. Bapa
membangkitkan kita bersama dengan Kristus untuk berjalan dalam hidup yang baru. Kemudian,
sebagai langkah selanjutnya, Bapa mendudukkan kita dengan diri-Nya sendiri, dan dengan Kristus,
dalam tempat sorgawi sebagai anggota-anggota tubuh Kristus.103 Paulus menjelaskan bahwa Elohim
Bapa ‘telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh,
seperti yang dikehendaki-Nya’. 104 Ini adalah tubuh Elohim Anak. Dia adalah Kepala yang kekal di
sorga dan kita adalah anggota-anggota tubuh-Nya meskipun kita masih dalam kefanaan kita di bumi.
Kasih Elohim dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus, ketika kita dilahirkan dari Elohim. Akan
tetapi, setelah Bapa menempatkan kita ke dalam tubuh Kristus dengan banyak anggota, kita berakar
dan berdasar dalam kasih Elohim.105 Kita telah disatukan kepada anggota-anggota spesifik dari tubuh
Kristus supaya kita dapat hidup bersama dalam kasih yang semula. Kita adalah anggota-anggota
tubuh-Nya dan ‘masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain’.106 Ini artinya
bahwa kita dapat memahami, atau menangkap, ‘bersama-sama dengan segala orang kudus…betapa
96
Ibr 12:3
1Kor 10:13
98
Rm 12:2
99
Ef 1:20
100
Kis 1:3,9
101
Ef 1:21
102
Ef 1:22
103
Ef 2:6
104
1Kor 12:18
105
Ef 3:17
106
Rm 12:5
97
102
lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus (Elohim)’.107 Sebagai anggotaanggota tubuh Kristus, kita dapat secara bersama mewujudkan kasih-Nya seorang terhadap yang lain
dan dipenuhi dengan seluruh kepenuhan Elohim.108
Perjamuan kudus
Sebagai anggota-anggota tubuh Kristus, kita datang bersama-sama setiap minggu untuk makan dan
minum unsur-unsur Perjanjian Baru. Kita melakukan ini untuk memperingati kematian Kristus, di
mana kita telah disatukan secara pribadi kepada kematian-Nya, melalui baptisan.109 Kita makan dan
minum roti dan anggur perjamuan kudus, dalam iman untuk partisipasi dalam persembahan dan
penderitaan-Nya. Paulus berkata, ‘Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan
syukur, adalah persekutuan [partisipasi] dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecahpecahkan adalah persekutuan [partisipasi] dengan tubuh Kristus?’110 Kita mengambil bagian dalam
unsur-unsur ini bersama-sama karena kita adalah satu tubuh dan merupakan orang-orang yang
mengambil bagian dalam satu hidup Elohim.111
Perjamuan kudus seharusnya menjadi suatu persekutuan memberi dan menerima dalam setiap
jemaat. Ketika kita berkumpul bersama sebagai anggota-anggota tubuh Kristus untuk melayani satu
sama lain, kita dikuatkan seorang akan yang lain dengan Roh dan hidup Elohim. Ini adalah pelayanan
Roh yang olehnya tubuh Kristus membangun dirinya dalam kasih.112 Karunia-karunia Roh beroperasi
di tengah-tengah kita untuk tujuan ini. 113 Karunia-karunia Roh memberikan kita iluminasi dan arahan,
juga kekuatan untuk menanggung penderitaan yang telah dipersiapkan untuk kita pada minggu yang
akan datang. Kita meninggalkan perjamuan kudus dalam iman bahwa kita akan mengenal kuasa
kebangkitan Kristus dan persekutuan penderitaan-Nya. Iman kita adalah bahwa kita akan
berpartisipasi baik dalam kehidupan maupun kematian Yesus. Dengan cara ini, kita berhenti dari
dosa dan melakukan kehendak-Nya dalam setiap keadaan yang kita hadapi.114
Baptisan Roh Kudus
Bapa menempatkan kita dalam tubuh, tapi baptisan Roh Kudus-lah yang membuat kita menjadi
anggota-anggota tubuh Kristus yang aktif. Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa Yesus akan
membaptis kita dengan Roh Kudus dan dengan api.115 Menjelang kenaikan-Nya, Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya, ‘Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
107
Ef 3:18
Ef 3:19
109
1Kor 11:26
110
1Kor 10:15‑16
111
1Kor 10:17
112
Ef 4:16
113
1Kor 12:7‑11
114
2Kor 4:10
115
Mat 3:11
108
103
ujung bumi’. 116 Hal ini digenapi pada Hari Pentakosta ketika Yesus Kristus, setelah naik ke tempat
tinggi, mencurahkan Roh Kudus atas orang-orang yang Bapa satukan kepada tubuh-Nya, gereja.117
Kuasa yang diberikan kepada kita ketika kita dibaptis dalam Roh Kudus tidaklah sama dengan Roh
dan kuasa Bapa yang menguatkan kita dalam kefanaan kita, atau kuasa dari darah Kristus yang
menebus kita dari dosa. Ini juga bukan kuasa dari Roh Kudus sendiri. Ini adalah kuasa dari ke-Tiga
Pribadi dalam ke-Elohiman yang dinyatakan dalam persekutuan kasih dan persembahan Mereka.
Alkitab menyebut ini kuasa Roh yang Kekal, atau ketujuh kali lipat Roh Elohim. 118 Dalam hal ini, angka
tujuh adalah angka simbolis yang berarti ‘kepenuhan’ atau ‘kelengkapan’. Pengurapan inilah yang
memberi kuasa kepada Kristus untuk menjadi Imam Besar agung kita. Kitab Ibrani mengatakan
bahwa oleh Roh yang Kekal-lah Dia mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim.119
Kita tahu bahwa Yesus Kristus telah melepaskan dan menebus kita dari dosa-dosa kita dan membuat
kita menjadi suatu kerajaan imam bagi Elohim dan Bapa-Nya.120 Roh dan kuasa Bapa menguatkan
kefanaan kita supaya kita dapat mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup dan
menanggung penderitaan Kristus dalam pelayanan keimamatan kita. Akan tetapi, kita masih
memerlukan baptisan Roh Kudus yang memberikan kita pengurapan atau kuasa dari ketujuh kali lipat
Roh Elohim, supaya kita dapat berfungsi sebagai imam-imam dan melayani (memberikan) hidup
Kristus kepada satu sama lain sebagai anggota-anggota tubuh-Nya. Kuasa inilah yang memampukan
kita untuk menjadi pelayan-pelayan yang efektif dari Perjanjian Baru di dalam gereja dan menjadi
saksi-saksi Kristus di dalam dunia.121
Dari sudut pandang pribadi kita, Roh Kudus telah diberikan kepada kita untuk memimpin dan
menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran. 122 Dia memimpin dan menuntun kita ke dalam
kebenaran akan siapa kita yang telah ditentukan sejak semula untuk menjadi anak-anak Elohim.
Inilah arti dari pengudusan kita. Pengudusan kita menetapkan siapa kita sebagai anak-anak Elohim,
beserta dengan tempat dan fungsi yang telah diberikan kepada kita sebagai anggota-anggota tubuh
Kristus. Kita hidup dalam pengudusan dengan melakukan pekerjaan yang telah diberikan kepada kita
oleh Elohim, dan menyerahkan kehidupan kita seorang akan yang lain dalam kasih.123 Ketika kita
menaati perintah-perintah-Nya dan mengasihi satu sama lain, kita menunjukkan bahwa kita memiliki
hidup yang kekal. Perintah untuk mengasihi satu sama lain adalah perintah yang telah diberikan
kepada kita oleh Elohim dari mulanya.124 Kita ingat perkataan Yohanes, ‘Saudara-saudaraku yang
kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Elohim; dan setiap orang yang
mengasihi lahir dari Elohim dan mengenal Elohim’.125
116
Kis 1:8
Kis 2:1‑4,38
118
Why 4:5. Yes 11:2
119
Ibr 9:14
120
Why 1:7
121
2Kor 3:5
122
Yoh 16:13
123
Yoh 15:13
124
2Yoh 1:5
125
1Yoh 4:7
117
104
BAB 7
Berkat perjanjian dalam setiap keluarga
Dalam bab-bab sebelumnya, kita telah memperhatikan berbagai unsur dari rencana dan penyediaan
Elohim untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan. Rasul Petrus menggambarkan ini sebagai
‘segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh’.1 Dia mengatakan bahwa melalui penyediaan
inilah Elohim ‘telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar’.2
Janji yang Elohim adakan dengan kita adalah hidup yang kekal.3 Nyata bahwa kita telah menerima
dan terus-menerus di dalam janji Elohim, karena hidup Elohim yang tersedia dalam Anak-Nya, ada di
dalam kita, dan kita sedang dilepaskan dari korupsi akan hidup oleh keinginan daging kita.
Janji Elohim, yang disampaikan oleh para penulis Perjanjian Baru, diadakan dengan Abraham dan
Benihnya (Keturunannya), Yesus Kristus.4 Ketika Elohim berjanji kepada Abraham, Dia berkata bahwa
dalam Abraham ‘semua kaum (keluarga) di muka bumi akan mendapat berkat’. 5 Janji Elohim tersedia
bagi setiap orang ketika Kristus datang dalam daging (rupa manusia) dan mempersembahkan diriNya untuk kita di atas salib. Yesus berkata bahwa persembahan-Nya menegakkan suatu Perjanjian
Baru, dan bahwa orang-orang percaya sekarang dapat mengambil bagian, dan berpartisipasi di
dalam, substansi dari perjanjian ini.6 Kita perhatikan bahwa ketika Petrus memproklamirkan injil
Kristus kepada orang banyak di serambi Salomo, dia mengingatkan mereka tentang perjanjian yang
Elohim telah adakan dengan Abraham. Petrus secara spesifik menyatakan bahwa berkat yang
dijanjikan sekarang tersedia bagi semua bangsa (keluarga) di muka bumi.7
Rasul Paulus, yang mengatakan bahwa dia hanya memberitakan Kristus dan Dia yang disalibkan,
menulis beberapa instruksi penting bagi keluarga-keluarga mengenai budaya dan perilaku mereka.8
Ini karena, sama seperti Petrus, dia memahami bahwa janji-janji akan hidup kekal tersedia bagi
setiap keluarga di dalam Perjanjian Baru. Dia menjelaskan bahwa agar suatu rumah tangga tetap
diberkati, mereka harus hidup bersama dalam suatu sikap tertentu. Jika keluarga-keluarga dipulihkan
1
2Ptr 1:3
2Ptr 1:4
3
1Yoh 2:25
4
Gal 3:16
5
Kej 12:3
6
Luk 22:19‑20
7
Kis 3:11,25
8
1Kor 2:2
2
105
kepada aturan dan budaya Perjanjian Elohim, janji-janji akan hidup kekal tersedia bagi setiap anggota
rumah tangga itu.
Ketika kita memperhatikan implikasi-implikasi dari aturan dan budaya ilahi dalam rumah kita, banyak
hal dari pemikiran tradisional kita mengenai keselamatan anak-anak akan ditantang. Tradisi-tradisi
teologi terdahulu telah menyatakan bahwa jalan keselamatan bagi anak-anak yang dilahirkan dalam
rumah-rumah Kristen adalah sama seperti setiap pribadi yang telah dilahirkan ke dalam dunia yang
telah jatuh ini. Akan tetapi, dalam terang pertumbuhan pengertian kita akan rahasia Perjanjian
Elohim dan implikasi-implikasi praktisnya untuk hidup sebagai suatu rumah tangga Kristen, sudah
jelas bahwa hal ini tidaklah demikian. Meskipun benar bahwa unsur-unsur keselamatan itu sama bagi
setiap orang, tetapi tidaklah benar bahwa jalan keselamatan bagi anak-anak yang dilahirkan ke dalam
rumah-rumah Kristen itu sama seperti orang-orang yang dilahirkan di dalam dunia. Sesungguhnya,
seperti yang akan kita lihat, para penulis Perjanjian Baru memahami bahwa anak-anak yang
dilahirkan ke dalam rumah-rumah Kristen adalah para penerima janji-janji Perjanjian Baru sejak
dalam kandungan.
Perjanjian Kekal
Kita hanya bisa memahami bagaimana berkat Elohim datang kepada setiap keluarga dari sudut
pandang Pejanjian Kekal Elohim. Perjanjian Kekal adalah kerinduan dan rencana Elohim untuk
membawa banyak anak kepada kemuliaan. Semua unsur dari Perjanjian Elohim disingkapkan, atau
terjadi, melalui firman-Nya. Sebagai contoh, kita membaca dalam pasal pertama dari Alkitab bahwa
Elohim berfirman ciptaan menjadi ada. Dia mengatakan, ‘Jadilah terang’; lalu terang itu jadi.9 Bahkan,
rasul Yohanes menggambarkan Anak Elohim sebagai Firman. Dia menjelaskan bahwa ‘segala sesuatu
dijadikan oleh Dia [Firman] dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah
dijadikan’.10
Sebelum permulaan penciptaan, Bapa, Anak dan Roh Kudus mendiskusikan dan mencatat namanama dari semua identitas yang akan diciptakan, dalam kitab kehidupan. 11 Setiap nama adalah
firman yang menetapkan identitas seseorang. Firman ini juga menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang
Elohim ingin mereka lakukan sebagai anak-Nya, dan konteks di mana pekerjaan-pekerjaan ini akan
digenapi. Firman mengenai status anak mereka merupakan bagian dari Perjanjian Kekal Elohim yang
Dia adakan dengan ciptaan-Nya. Agar firman ini digenapi, seseorang perlu disatukan kepada
Perjanjian-Nya. Ketika umat manusia jatuh karena ketidaktaatan, mereka menolak firman perjanjian
Elohim untuk kehidupan mereka. Mereka sekarang mati bagi Elohim dan tidak dapat mengetahui dan
menggenapi nama yang Dia telah tuliskan bagi mereka. Sebaliknya, mereka memilih untuk membuat
suatu nama bagi diri mereka sendiri.12
9
Kej 1:3
Yoh 1:2‑3
11
Why 13:8
12
Kej 11:4
10
106
Dilahirkan ke dalam dunia yang telah jatuh
Pada titik pembuahan dalam kandungan seorang ibu, setiap pribadi menjadi makhluk jasmani, dan
identitas, atau roh mereka, dibentuk di dalam mereka. Inilah yang membuat mereka menjadi
seorang pribadi. Meskipun anak-anak dari orang yang tidak diselamatkan memiliki identitas, mereka
tidak mengetahui nama yang Elohim rancangkan bagi mereka. Ini karena, sama seperti orang tua
mereka, mereka terpisah dari Elohim dan firman Perjanjian-Nya. Ketika mereka dilahirkan, mereka
adalah ‘dari dunia’. Rasul Paulus menggambarkan mereka sebagai cemar (najis).13 Apa artinya ini? Ini
artinya mereka berasal dari suatu roh tertentu; yaitu, roh dunia. Mereka juga adalah budak-budak
dosa.14 Kehidupan mereka sepenuhnya dimotivasi oleh pemenuhan keinginan-keinginan mereka
sendiri dan membuat nama bagi diri mereka sendiri.
Paulus menjelaskan bahwa orang-orang yang dilahirkan dalam dunia adalah ‘pada dasarnya … orangorang yang harus dimurkai (terj. Bhs. Ing. ‘by nature children of wrath’ artinya ‘secara alami adalah
anak-anak yang dimurkai’)’.15 Ini artinya bahwa mereka dikandung sebagai anak-anak yang dimurkai,
dan bahwa perilaku yang mereka hasilkan bukan hanya karena lingkungan di mana mereka
dibesarkan. Ini adalah sifat alami mereka sejak dari pembuahan. Ketika mereka bertumbuh dan
menjadi dewasa, mereka berjalan ‘mengikuti jalan dunia ini, menaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka (tidak taat)’. 16 Karena mereka
tidak tahu tujuan-tujuan perjanjian Elohim, mereka bahkan tidak sadar bahwa mereka terhilang dan
dikutuk.
Penghukuman adalah akibat yang adil dari dosa. Akan tetapi, kita ingat dari tulisan-tulisan Paulus
bahwa, ketika kita masih seteru, Kristus mati untuk orang-orang berdosa dan telah
memperdamaikan kita semua kepada Elohim. 17 Setiap orang mempunyai kesempatan untuk
mendengar firman perjanjian dan menggunakan penyediaan yang luar biasa ini untuk keselamatan
mereka. Selain itu, Elohim telah menetapkan waktu dan batasan dari tempat setiap orang supaya
‘mereka mencari Dia (Elohim) dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia
tidak jauh dari kita masing-masing’. 18 Ini karena Elohim merindukan supaya semua orang
diselamatkan, dan bertobat serta memperoleh pengetahuan akan kebenaran. 19 Namun, kita juga
ingat bahwa Elohim Bapa mengetahui titik akhir dari titik permulaan/awalnya sehubungan dengan
setiap detail dari tujuan perjanjian-Nya.20
Janji adopsi
Kita pertama kali membaca Perjanjian Kekal dalam peristiwa dimana Tuhan berkata kepada
Abraham, ‘Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-
13
1Kor 7:14
Rm 6:16
15
Ef 2:3
16
Ef 2:2
17
Rm 5:10
18
Kis 17:27
19
1Tim 2:4. 2Ptr 3:9
20
Yes 46:10
14
107
temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Elohim-mu dan Elohim keturunanmu’.21
Setelah kesetiaan Abraham di Gunung Moria, Tuhan meneguhkan kembali perjanjian tersebut
kepada Abraham, dan bersumpah demi diri-Nya bahwa dalam benih (keturunan) Abraham semua
bangsa atau keluarga di bumi akan diberkati.22 Dengan melakukan ini, Elohim memberikan Abraham
dan keturunannya, termasuk orang Israel di bawah kepemimpinan Musa, janji status anak yang
dimaksudkan dalam perjanjian tersebut. Janji status anak, bagi orang-orang yang menerimanya,
adalah pengharapan untuk menjadi seorang anak Elohim dalam kebangkitan. Paulus mengatakan
bahwa ini adalah janji adopsi.23
Abraham, dan orang-orang yang berjalan dalam iman yang sama dengannya, menerima janji adopsi,
tetapi tidak memiliki adopsi itu sendiri. Adopsi hanya tersedia ketika Benih (Keturunan) Abraham,
Yesus Kristus, mati di atas salib.24 Dalam kitab Roma, Paulus mengatakan kepada kita bahwa orangorang kudus Perjanjian Lama percaya dalam pengharapan akan status anak. 25 Meskipun mereka
belum memiliki adopsi, mereka dimotivasi oleh ‘roh adopsi’ untuk menerima apa yang Elohim telah
janjikan. Ketika Paulus berbicara mengenai ‘roh’ adopsi, dia bukan merujuk kepada identitas rohani.
Tetapi, dia berbicara mengenai suatu sikap iman yang seseorang terima melalui firman Elohim.
Orang-orang kudus Perjanjian Lama yang memperlihatkan sikap iman ini menjaga perjanjian yang
Elohim adakan dengan mereka. Di sini kita tidak sedang merujuk kepada Perjanjian Hukum. Tetapi,
motivasi mereka adalah memelihara perjanjian yang Elohim adakan dengan Abraham dan
keturunannya. Kita ingat bahwa, Elohim tidak tertarik, pertama-tama, dengan pengamatan mereka
mengenai ritual-ritual dan ketetapan hukum Taurat. Daud, seseorang yang berdasarkan pada iman
menemukan pengampunan di luar dari hukum, memahami hal ini.26 Kesaksiannya, yang merupakan
kesaksian nubuatan dari Firman Sendiri, adalah ‘Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan
dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus
dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis
tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Elohimku; Taurat-Mu ada dalam dadaku
(hatiku).”’27
Laki-laki dan perempuan yang beriman memelihara hukum Taurat karena keinginan mereka adalah
menjadi seorang anak Elohim, dan supaya Dia menjadi Elohim mereka. Mereka tidak melihat
perjanjian sebagai suatu kontrak, tetapi memahami bahwa perjanjian itu menetapkan sifat dari
hubungan mereka dengan Elohim. Kita ingat perkataan Yesus demikian, ‘Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Elohim kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Elohim-mu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum
yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang
21
Kej 17:7
Kej 22:18
23
Rm 8:23
24
Gal 4:4‑5
25
Rm 4:18
26
Rm 4:6‑8
27
Mzm 40:6‑8
22
108
lebih utama daripada kedua hukum ini.’28 Ini mendefinisikan persekutuan yang atasnya tergantung
hukum dan kitab para nabi.29
Keyakinan dari orang-orang kudus Perjanjian Lama dalam firman perjanjian, mempengaruhi apa yang
mereka lakukan dan bagaimana mereka hidup. Dalam hal ini, pekerjaan-pekerjaan mereka
menyatakan sifat dari iman mereka. Paulus menjelaskan bahwa iman mereka adalah substansi dari
segala sesuatu yang diharapkan, bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat.30 Ini artinya bahwa
mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Elohim telah persiapkan bagi mereka sesuai dengan
nama mereka, meskipun mereka belum dapat menangkap substansi dari status anak mereka.31
Sunat
Para orang tua Israel menyunat anak-anak mereka pada hari kedelapan dalam iman untuk menerima
dan memelihara Perjanjian Kekal yang Elohim adakan dengan Abraham. Meskipun hal itu diabadikan
dalam Hukum Musa, sunat pertama-tama diberikan kepada Abraham sebagai tanda Perjanjian
Kekal. 32 Sunat seharusnya mengidentifikasi anak dengan Perjanjian Elohim dan menunjukkan
komitmen orang tua mereka untuk membesarkan anak itu dalam iman Abraham. Dengan cara ini,
anak tersebut terhubung dengan firman dari nama mereka yang tercatat dalam kitab kehidupan.
Kesaksian rasul Paulus adalah Elohim Bapa ‘telah memilih aku (terj. Bhs. Ing. ‘set me apart’ artinya
‘memisahkan aku’) sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya’.33 Ketika kita
memperhatikan bahwa seseorang dipanggil dengan nama mereka, kita menyadari bahwa Paulus
terhubung kepada firman tentang namanya sejak dalam kandungan ibunya. Kita perhatikan banyak
contoh anak-anak Perjanjian Lama yang lain, sama seperti Paulus, memahami bahwa mereka telah
dikenal dan dipanggil sejak dalam kandungan. Raja Daud memberi kesaksian bahwa ‘dalam kitab-Mu
semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya’.34 Tuhan Sendiri
berkata kepada nabi Yeremia, ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku
telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’35 Yohanes Pembaptis dipenuhi dengan
Roh Kudus ketika di dalam kandungan ibunya.36
Sekalipun, sebagai seorang anak perjanjian, Paulus dipanggil sejak dari kandungan dan disunat pada
hari kedelapan, dia dibesarkan sebagai seorang Farisi.37 Menariknya, sekte Farisi percaya dalam
pengharapan akan kebangkitan dari kematian. 38 Akan tetapi, pengasuhan (didikan) yang diterima
Paulus meletakkan Hukum Musa di atas pengenalan akan Elohim dan pemeliharaan perjanjian-Nya.
Sebagai akibatnya, hukum Taurat tidak memimpin dia kepada Kristus, tetapi malah membuat dia
28
Mrk 12:29‑32
Mat 22:40
30
Ibr 11:1
31
Ef 2:10
32
Kej 17:11‑12
33
Gal 1:15
34
Mzm 139:16
35
Yer 1:5
36
Luk 1:15
37
Flp 3:5
38
Kis 23:6‑8
29
109
menjadi keras hati, buta, dan penuh amarah terhadap orang-orang Kristen. Ketika Yesus menyatakan
diri-Nya kepada Paulus, dia menerima iluminasi sehubungan dengan siapakah Tuhan, dan terhubung
kembali dengan nama dan pekerjaan di mana dia telah dipisahkan sejak dalam kandungan.
Suatu perjanjian baru
Ketika Yesus datang dan mati di atas salib, suatu perjanjian baru menjadi tersedia. Persembahan-Nya
‘sekali untuk selamanya’ adalah persembahan yang penuh dan sempurna. 39 Sekarang, setiap orang
yang menerima dan mempercayai firman salib, dan mengerjakan hak mereka untuk menjadi seorang
anak Elohim, menerima suatu penyediaan yang luar biasa. Mereka ditebus dari perbudakan mereka
terhadap dosa, menerima pengampunan untuk dosa-dosa mereka, dibenarkan di hadapan Elohim,
diberikan jalan masuk kepada kasih karunia dan hidup, menerima adopsi, dan juga menerima benih
kodrat ilahi serta Roh Kudus sebagai inti dari Perjanjian Baru. Mereka bebas untuk mengambil bagian
dalam roti dan anggur Perjanjian Baru. Melalui baptisan, mereka disatukan kepada kematian,
penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus serta dapat hidup dalam substansi unsur-unsur
Perjanjian Baru. Dengan demikian, mereka disatukan kepada persekutuan penderitaan Kristus dan
menerima kuasa kebangkitan-Nya, dan mereka diperlengkapi untuk mempersembahkan diri mereka
sebagai korban yang hidup di dalam persekutuan tubuh Kristus.
Seperti yang telah kita perhatikan, penyediaan Perjanjian Baru ini merupakan realisasi dari janji yang
telah diadakan dengan Abraham. Yang paling penting, kita ingat bahwa berkat yang dijanjikan ini
sekarang tersedia untuk semua keluarga di bumi.40 Ini artinya bahwa setiap orang dalam suatu
rumah tangga yang percaya adalah penerima berkat ini. Ini artinya bahwa anak-anak yang dilahirkan
ke dalam rumah-rumah Perjanjian Baru memiliki berkat ini sejak dalam kandungan.
Anak-anak dilahirkan kudus
Pengajaran Paulus mengenai keselamatan anak-anak Kristen itu jelas. Dia menulis, ‘Karena suami
yang tidak beriman itu dikuduskan oleh istrinya dan istri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh
suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang
mereka adalah anak-anak kudus’. 41 Dari pengajaran Paulus, kita melihat bahwa kualifikasi mendasar
untuk pengudusan suatu rumah tangga adalah salah satu orang tua ‘yang percaya’. Tentu saja, iman
ini akan ditunjukkan dalam perilaku kehidupan mereka. 42 Mengenai percaya dan berjalan dalam
iman Perjanjian Baru, Paulus berkata bahwa anak-anak adalah kudus. Penting untuk diperhatikan
bahwa dia bukan sedang mengatakan bahwa mereka akan ‘dibuat’ menjadi kudus, atau bahwa
mereka memiliki suatu ‘kesempatan lebih baik’ untuk keselamatan daripada orang-orang yang
dilahirkan ke dalam dunia. Paulus berkata bahwa mereka adalah kudus.
Anak-anak kita tidak dilahirkan kudus karena apapun yang mereka telah percayai atau katakan.
Sebaliknya, mereka adalah para penerima berkat yang telah datang kepada suatu rumah tangga
perjanjian. Pada titik pembuahan, anak-anak kita dilahirkan ke dalam adopsi dan dengan benih
39
Rm 6:10
Kis 3:25
41
1Kor 7:14
42
Yak 2:18
40
110
kodrat ilahi. Mereka dilahirkan dari atas dan memiliki Roh Bapa, Roh Anak dan Roh Kudus di dalam
mereka. Mereka adalah identitas-identitas yang lahir dalam kepemilikan atas nama mereka, dan
mereka bukanlah budak-budak dosa. Inilah artinya kudus; mereka dilahirkan dari Elohim. Sama
seperti mereka tidak bisa memutuskan atas kelahiran alamiah mereka, mereka tidak bisa
memutuskan dalam kelahiran rohani mereka.
Jelas bahwa kodrat ilahi dalam setiap keluarga selalu merupakan maksud Elohim. Kita ingat bahwa
Tuhan, melalui nabi Maleakhi, menegur umat perjanjian Israel, karena pengkhianatan mereka
terhadap perjanjian pernikahan. Tuhan menjelaskan bahwa pernikahan seharusnya menjadi suatu
bagian dari Perjanjian Elohim dan melayani tujuan-Nya untuk melahirkan banyak anak. Maleakhi
mencatat, ‘Bukankah Elohim yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? ( terj. Bhs. Ing. ‘Did He
not make them one, having the remnant of the Spirit?’ artinya ‘Bukankah Dia membuat mereka satu,
memiliki yang tertinggal dari Roh?’) Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan [benih]
ilahi!’43 Kita tahu bahwa Elohim tidak mencari keturunan ‘yang patuh pada hukum’. Dia mencari
umat yang merupakan milik-Nya. 44 Dari ayat-ayat ini, kita menyimpulkan bahwa Elohim
memperhatikan keadaan pernikahan kita dan budaya rumah kita. Sifat dari hubungan-hubungan ini
akan memiliki suatu dampak atas berkat kehidupan-Nya dalam keluarga kita.
Pewaris bersama dari kasih karunia kehidupan
Menuliskan kepada gereja (jemaat) Korintus, Paulus mengatakan, ‘Tetapi aku mau, supaya kamu
mengetahui (memahami) hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari
perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Elohim’. 45 Mengapa Paulus ingin kita
memahami hal ini? Ia sedang menarik perhatian kita kepada apa? Berdasarkan pembelajaran kita
mengenai model ke-Elohiman, kita ingat bahwa Elohim Anak mengosongkan diri-Nya supaya hidup
ciptaan baru dapat dimultiplikasi kepada kita. Dia menyerahkan kemuliaan-Nya sendiri kepada Bapa
dan merendahkan diri-Nya kepada suatu aturan kekepalaan. Inilah cara yang melaluinya kehendak
perjanjian Elohim dapat tercapai.
Ketika Paulus mengidentifikasi Elohim Bapa sebagai Kepala dari Kristus, dia bukan menarik perhatian
kita kepada suatu hirarki. Sebaliknya, dia menunjukkan suatu model persembahan yang melaluinya
kasih karunia kehidupan mengalir kepada setiap anggota gereja. Kerinduan Perjanjian Kekal Elohim
adalah supaya berkat kehidupan ini ada dalam setiap keluarga. Kita menggunakan hidup Elohim ini
ketika kita mempersembahkan diri kita dalam aturan kekepalaan dengan cara yang sama seperti
yang Kristus lakukan.
Hasil dari pengosongan Anak adalah Dia ditetapkan kembali sebagai Anak Elohim dan menyatakan
kemuliaan Bapa.46 Sebagaimana Dia taat kepada Bapa, hidup dari Bapa menjadi tersedia bagi kita.
Demikian juga, hidup dan kemuliaan Kristus dinyatakan dalam suatu rumah melalui penundukan lakilaki kepada Kristus. Seorang suami menunjukkan kekepalaan dengan tunduk kepada Kristus, dan
kemudian, melalui ketaatannya kepada Kristus, ia mempersembahkan dirinya dalam pengudusan
43
Mal 2:15
Mal 3:17
45
1Kor 11:3
46
Yoh 13:31‑32
44
111
sebagai seorang suami bagi istrinya dan ayah bagi anak-anaknya. Cara hidupnya terhadap
keluarganya adalah sama seperti cara hidup Kristus terhadap gereja. 47 Kodrat ilahi yang datang dari
Elohim Bapa ditegakkan olehnya dalam rumahnya oleh karena penundukannya kepada Kristus
sebagai Kepala. Tindakan iman ini menegakkan rumahnya dalam tubuh Kristus, menundukkan setiap
anggota rumah tangganya kepada kekepalaan Kristus dalam gereja.
Ketika seorang suami mempersembahkan terhadap istri dan keluarganya, dia tidak menuntut
penundukan atau ketaatan mereka. Penundukan atau ketaatan ini diberikan oleh seorang istri
melalui persembahan. Penundukan seorang istri kepada suaminya menyatakan kemuliaan suaminya.
Istrinya adalah penolongnya dalam pekerjaan untuk menegakkan kodrat ilahi di dalam rumah.
Sebagai contoh, jelas dapat kita lihat bahwa seorang laki-laki tidak dapat melahirkan sendiri anakanak Elohim.
Seorang istri juga merupakan penolong suaminya dalam pekerjaan pelayanannya di dalam tubuh
Kristus. Dalam hal ini, Paulus menulis, ‘Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri
kepada suami dalam segala sesuatu.’48 Pada saat yang sama, suami harus menghormati istri mereka
karena mereka adalah sesama pewaris kasih karunia kehidupan. 49 Ini artinya bahwa suami
mendorong dan mendukung istri kepada ekspresi dari nama dan pekerjaannya dalam keluarga dan
dalam tubuh Kristus.
Ketika seorang perempuan menguduskan dirinya untuk menjadi seorang istri melalui
penundukannya kepada suaminya, dia dapat mengekspresikan dan memultiplikasi kodrat ilahi
kepada anak-anak. Ibu-ibu Kristen bahkan menerima hikmat dari Elohim untuk memelihara ‘benih
ilahi’ yang ada dalam kandungan mereka. Dalam hal ini, kita perhatikan bahwa banyak perempuan
saleh memberikan waktu dan perhatian untuk doa syafaat bagi anak laki-laki dan anak perempuan
Elohim yang bertumbuh dan berkembang di dalam diri mereka (ketika anak-anak masih berada
dalam kandungan). Dan Elohim memberikan perempuan-perempuan Kristen kapasitas untuk
melahirkan anak tersebut sesuai dengan penentuan-Nya.
Menyatakan kembali poin ini: aturan kekepalaan tidak berhubungan dengan suatu hirarki, juga
bukan hak istimewa bagi laki-laki untuk menentukan bagaimana semua praktek kehidupan dalam
suatu rumah tangga harus dijalankan. Ini adalah cara yang olehnya Yahweh dapat memberikan
hidup-Nya kepada kita. Suami dan istri adalah ‘pewaris bersama’ dari kasih karunia kehidupan.50
Melalui aturan kasih karunia dan kehidupan inilah maka anak-anak memiliki hak istimewa untuk
dikandung, dilahirkan dan dilatih sebagai anak laki-laki dan anak perempuan Elohim.
Keluarga buah sulung adalah suatu rumah tangga yang dikuduskan di mana di dalamnya setiap orang
telah dipisahkan kepada nama, peran dan pekerjaan mereka dalam keluarga dan gereja. Setiap
pribadi hidup dalam aturan kehidupan ini, memahami prioritas-prioritas pekerjaan mereka dan
47
Ef 5:25‑26
Ef 5:22‑24
49
1Ptr 3:7
50
1Ptr 3:7
48
112
menerima kasih karunia untuk setiap keadaan hidup. Khususnya, rumah-rumah yang hidup dalam
aturan hidup ini dapat membagikan hidup Elohim kepada yang lain. Rumah-rumah ini dapat menjadi
pusat penginjilan, karena hidup Elohim berlimpah bagi mereka dan mengalir dalam ekspresi dari
rumah mereka kepada komunitas.
Penyerahan anak
Ketika orang tua Kristen menyerahkan (mendedikasikan) bayi mereka, mereka memperkenalkan
seorang anak Elohim yang baru kepada jemaat gereja. Orang tua memberi kesaksian akan komitmen
mereka untuk hidup dalam aturan kekepalaan dalam tubuh Kristus. Juga, mereka memberi kesaksian
bahwa mereka telah menemukan hidup Elohim dalam rumah mereka, dan bahwa hidup ini telah
diberikan kepada anak tersebut dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini, orang tua berkomitmen
terhadap pengudusan mereka yang terus-menerus sebagai seorang kepala dan seorang penolong
dalam perjanjian keluarga mereka. Mereka memahami bahwa hal ini memiliki implikasi-implikasi
bagi hubungan mereka dengan anaknya dan sebagai suatu keluarga dalam tubuh Kristus.
Seperti yang kita perhatikan di atas, kekepalaan adalah suatu aturan kehidupan melalui
persembahan. Dengan menyerahkan diri kepada aturan kehidupan ini, dan menyadari bahwa anakanak mereka sudah ‘berasal dari Elohim’, orang tua mempersembahkan anak mereka kembali
kepada Elohim ketika mereka menyerahkan (mendedikasikan) anak tersebut. Hal ini hanya dapat
dilakukan dalam konteks tubuh Kristus, karena Kristus adalah Kepala dari tubuh-Nya, dan Bapa
adalah Kepala dari Kristus. Penyerahan (dedikasi) anak oleh orang tua, kemudian, ada dalam iman
yang sama seperti Raja Daud, yang mengakui kepada Tuhan bahwa ‘dari pada-Mulah segala-galanya
dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu’.51
Unsur selanjutnya dari penyerahan (dedikasi) adalah komitmen orang tua untuk ‘memuridkan’ anak
mereka dalam jalan Tuhan. Ini artinya bahwa orang tua berkomitmen untuk memelihara dan melatih
baik identitas maupun kodrat ilahi dalam anak Elohim yang baru dilahirkan, dengan kapasitas kasih
karunia dan hidup yang mereka terima melalui kekepalaan. Pemeliharaan dan pelatihan anak ini
akan dilakukan melalui pengasuhan dan nasehat dari Tuhan. Meskipun anak ini telah menjadi
seorang anak Elohim, orang tua akan membesarkan anak ini supaya mereka bertumbuh untuk
mengenal Kristus secara pribadi. Untuk tujuan inilah maka mereka membawa anak-anak kecil kepada
Yesus. Ketika orang tua menyerahkan (mendedikasikan) anak mereka dalam tubuh-Nya, Kristus
merangkul anak kecil ini dan memberkatinya kepada nama dan identitas yang ditentukan bagi
mereka.52
Iman orang tua Kristen adalah bahwa anak ini akan terus bertumbuh dan menjadi dewasa sebagai
seorang anak Elohim. Seperti nabi Samuel, mereka akan mengenal suara Bapa, Anak dan Roh Kudus
pada masa kanak-kanak mereka.53 Mereka akan bertumbuh untuk mengenal Elohim dalam suatu
cara yang pribadi dan mendalam. Pada waktunya, setelah menerima berkat Kristus dan terus
bertumbuh dalam Tuhan, Kristus akan memberikan Roh Kudus kepada mereka, memberikan mereka
karunia-karunia kuasa untuk hidup dan berfungsi sebagai anggota-anggota tubuh Kristus. Sementara
51
1Taw 29:14
Mrk 10:14‑16
53
1Sam 3:10
52
113
kesadaran mereka akan hal-hal yang berasal dari Roh muncul, anak-anak itu sendiri akan meresponi
inisiatif Bapa, Anak dan Roh Kudus terhadap mereka. Ini artinya bahwa mereka akan rindu untuk
dibaptis sebagai suatu partisipasi pribadi dalam kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus dan
segala sesuatu yang berarti untuk mereka bisa menangkap janji-janji Elohim.
Bertumbuh sebagai seorang anak Elohim
Ketika anak-anak kita dewasa secara fisik, benih hidup Elohim seharusnya bertumbuh di dalam
mereka. Kesadaran dan pengertian mereka akan hal-hal yang berasal dari Roh, dan ekspresi dari
kodrat ilahi, harus menjadi setara dengan kedewasaan alamiah mereka. Sebagaimana Paulus
memberi kesaksian mengenai hidupnya sendiri, mereka tidak akan sempurna, tetapi harus mencapai
suatu tingkat kedewasaan status anak yang ‘sempurna’ untuk usia dan tahapan kehidupan mereka.54
Budaya rumah tangga kita pasti memiliki suatu dampak atas kekuatan kodrat ilahi yang bertumbuh di
dalam mereka. Dalam hal ini, kita menyadari bahwa bekerjanya hukum dalam rumah kita dan
berkembangnya budaya alternatif duniawi, akan memiliki suatu dampak atas pertumbuhan dan
berbuahnya status anak dari anak-anak kita.
Kristus menggambarkan hidup-Nya sebagai ‘Terang dunia’.55 Ketika hidup-Nya bertumbuh di dalam
anak-anak kita, terang iluminasi mengenai status anak mereka juga akan bertumbuh di dalam
mereka. Oleh karena itu, sebagaimana fakta bahwa mereka dilahirkan ke dalam Perjanjian Baru,
anak-anak kita tidak mengalami suatu ‘masa pertobatan’. Sebaliknya, mereka harus bertumbuh
dalam keyakinan akan keselamatan mereka. Ketika status anak mereka dipelihara, mereka akan
bertumbuh dalam pengetahuan akan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ini bukanlah suatu pengetahuan
konseptual mengenai Elohim, tetapi lebih kepada suatu hubungan yang mendalam dengan setiap
Pribadi ke-Elohiman.
Banyak ide teologi yang telah kita pelihara sehubungan dengan keselamatan anak-anak dan
pentingnya suatu pertobatan (perubahan) berdasarkan hukum telah ditimpakan atas mereka. Pada
kenyataannya, harapan-harapan ini tidak berbeda dengan harapan-harapan para murid yang
menjauhkan anak-anak dari Kristus. Yesus sangat tidak senang dengan murid-murid karena hal ini.
Dia berkata kepada mereka, ‘Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi
mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Elohim. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Elohim seperti seorang anak kecil,
ia tidak akan masuk ke dalamnya.’56
Pada berbagai masa di sepanjang kehidupan mereka, anak-anak kita akan memiliki pertemuanpertemuan khusus dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tidak diragukan, pertemuan-pertemuan ini
akan menjadi pengalaman khusus yang ditandai dengan sukacita dan antusiasme yang besar. Anakanak kita akan bertumbuh untuk mengenal suara Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan inisiatif spesifik
dari setiap Pribadi terhadap mereka sebagai anak-anak Elohim. Selain itu, Roh Kudus akan memberi
kesaksian bersama dengan roh mereka bahwa mereka telah dilahirkan dari Elohim. 57 Sebagai orang
54
Flp 3:12,15
Yoh 8:12
56
Mrk 10:14‑15
57
Rm 8:16‑17
55
114
tua, kita bisa mengajarkan anak kita tentang Elohim dan mendorong mereka untuk merindukan
hubungan ini. Dalam hal ini, kita ingat kesaksian Paulus yang mengatakan bahwa dia menganggap
segala sesuatu rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhannya, lebih mulia daripada
semuanya.58
Tanah berbatu-batu
Orang tua Kristen akan menjadi orang pertama yang menyadari bahwa anak-anak mereka tidak
sempurna sama sekali. Mengapa anak-anak kita berdosa, meskipun mereka telah dilahirkan merdeka
dari perbudakan dosa? Seorang budak dosa adalah seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan apapun selain dari dosa. Setiap tindakan dan pemikiran mereka dimotivasi oleh keinginan
mereka sendiri dan tidak terhubung dengan apa yang tertulis tentang mereka dalam kitab
kehidupan. Akan tetapi, anak-anak yang dilahirkan ke dalam perjanjian tidak terputus dengan firman
mengenai nama mereka. Sebaliknya, mereka dilahirkan dengan pilihan-pilihan dan kemampuan
untuk menujukan pikiran mereka kepada hal-hal yang dari atas atau hal-hal yang dari bumi.59
Namun, sama seperti Paulus, mereka memiliki ‘hukum yang lain’ dalam diri mereka.60 Hukum dalam
anggota-anggota tubuh mereka ini adalah kecenderungan di dalam mereka untuk dosa. Paulus
mengatakan bahwa jika hukum ini tidak ditangani dalam kehidupan seseorang, maka hukum itu
berperang menentang hukum akal budi (pikiran) mereka, dan membuat mereka menjadi tawanan
hukum dosa.
Perumpamaan tentang penabur dan benih akan membantu pengertian kita. Hukum yang lain dalam
anggota-anggota tubuh kita dapat disamakan dengan hati yang berbatu-batu. Anak-anak kita
dilahirkan dengan benih kodrat ilahi yang telah bertunas. Akan tetapi, mereka dilahirkan seperti
tanah yang berbatu-batu; artinya, mereka masih memiliki ‘hukum yang lain’ dalam anggota-anggota
tubuh mereka. Tanpa batu-batu hukum ini disingkirkan dari kehidupan mereka, benih hidup ilahi
yang telah bertunas ini dapat mati. Demikian juga, benih-benih lain dapat ditanamkan dalam tanah
kehidupan mereka dan menghimpit benih kodrat ilahi. Yesus menyebut benih-benih lain ini
‘kekuatiran dunia’ dan ‘tipu daya kekayaan’.61
Belajar ketaatan
Rasul Paulus menuliskan secara spesifik kepada anak-anak Kristen, menginstruksikan mereka untuk
menaati orang tua mereka ‘dalam Tuhan’. Dia menjelaskan bahwa ketika mereka taat kepada orang
tua mereka dan menghormati mereka, janji akan status anak tetap menjadi milik mereka.62 Akan
tetapi, ini artinya bahwa ketidaktaatan mereka yang terus-menerus pasti akan berdampak atas
status anak mereka.
Seperti yang kita perhatikan sebelumnya, anak kita dilahirkan dengan pilihan untuk menujukan
pikiran mereka pada hal-hal yang berasal dari Roh atau pada hal-hal yang berasal dari daging.63
58
Flp 3:8
Kol 3:2
60
Rm 7:23
61
Mat 13:22
62
Ef 6:1‑3
63
Rm 8:5
59
115
Dengan membiarkan mereka pada pikirannya sendiri, anak-anak kita yang dimotivasi oleh hukum
yang lain dalam anggota-anggota tubuh mereka, akan memilih untuk mengejar keinginan daging
mereka. Bukannya bertumbuh kuat sebagai anak-anak Elohim yang rohani, mereka malah akan
bertumbuh menjadi duniawi. Inilah mengapa, setelah menasehati anak-anak supaya mereka taat,
instruksi Paulus berikutnya adalah kepada orang tua untuk membesarkan anak-anak mereka dalam
pemeliharaan dan nasehat Tuhan.
Paulus berbicara kepada kepala-kepala dari rumah dengan nasehat, ‘Dan kamu, bapa-bapa,
janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran
[pemeliharaan] dan nasehat Tuhan’. 64 Dalam ayat ini, Paulus membandingkan dua pendekatan untuk
membesarkan anak-anak. Pendekatan yang satu akan membangkitkan amarah (murka), sedangkan
pendekatan yang lain adalah ‘dari Tuhan’.
Membangkitkan amarah
Membangkitkan anak-anak kita kepada amarah (murka) bukanlah pertama-tama merujuk kepada
contoh-contoh spesifik dari keterlibatan orang tua yang membuat anak-anak bereaksi terhadap
orang tua atau menjadi frustrasi. Tetapi, ini berbicara tentang pendekatan dalam membesarkan
anak-anak yang membuat mereka bertumbuh menjadi tidak berbeda dari orang-orang yang, secara
alami, merupakan orang-orang (anak-anak) yang dimurkai.65 Implikasinya adalah anak-anak yang
tidak dilahirkan ‘dari murka’ dapat menjadi seperti anak-anak yang dimurkai, sebagai suatu akibat
dari pendekatan pola asuh tertentu. Ada banyak contoh dari model-model pola asuh ini yang dapat
membangkitkan anak-anak kepada amarah (murka). Sebagai contoh:

menahan disiplin dari anak-anak karena rasa takut akan harapan-harapan dan reaksi-reaksi
duniawi. Beberapa orang bahkan memilih untuk mengadopsi pendekatan duniawi untuk
membesarkan anak-anak, yang pada dasarnya menghindari ajaran ‘tidak’ dan ‘ya’ dari salib.

bereaksi terhadap perilaku anak-anak ketika mereka melanggar hukum-hukum kita sendiri. Ini
tidak akan melepaskan anak-anak kita dari hukum sebagai dasar untuk hidup. Malahan,
hukum akan ditegakkan sebagai dasar hidup dalam rumah kita.

investasi yang berlebihan dan dikendalikan oleh rasa takut dalam budaya dan kesejahteraan
anak-anak di masa depan.

kebingungan terhadap budaya-budaya duniawi yang memperoleh daya tarik dalam rumah
kita melalui berbagai bentuk media dan kegiatan rumah tangga.
Pemeliharaan dan nasehat
Berlawanan dengan hal itu, ketika orang tua Kristen terhubung kepada aturan kekepalaan, mereka
dapat menerima kapasitas dari Elohim untuk membesarkan anak-anak mereka dalam pemeliharaan
dan nasehat Tuhan. 66 Terjemahan lain dari Alkitab menggambarkan model pola asuh ini sebagai
‘disiplin dan instruksi Tuhan’. Hal pertama untuk diperhatikan tentang pemeliharaan dan nasehat
64
Ef 6:4
Ef 2:3
66
Ef 6:4
65
116
adalah bahwa hal itu ‘dari Tuhan’. Ini merupakan inisiatif dari Elohim Sendiri terhadap ‘benih ilahi’
untuk membawa mereka kepada kepenuhan penentuan mereka sejak semula sebagai anak-anak
Elohim. Elohim telah memberikan orang tua hak istimewa dan tanggung jawab akan pekerjaan ini.
Akan tetapi, hanya oleh kasih karunia dan kapasitas yang datang dari Dia-lah maka mereka dapat
membesarkan anak-anak dengan cara ini.
Kata yang Paulus gunakan untuk ‘membesarkan’ dalam bagian ini dapat diterjemahkan sama dengan
‘memelihara’. Memelihara anak-anak kita adalah memberi makan dan mengusahakan pertumbuhan
status anak mereka melalui pemeliharaan dan nasehat. Kita akan memberi mereka makan dengan
firman perjanjian yang kita terima. Akan tetapi, kita juga akan mengizinkan firman Elohim untuk
menetapkan budaya rumah kita supaya kondisi-kondisi di mana anak kita hidup dan bertumbuh
sesuai dengan apa yang kita ajarkan dan ‘beri makanan’ kepada mereka.
Kata Yunani untuk ‘memelihara’ menyatakan gagasan ‘pelatihan seumur hidup’ dari seorang anak.
Orang tua harus menyadari bahwa anak mereka memiliki suatu identitas dan sebuah nama, dan
telah menerima benih kodrat ilahi. Dengan pengertian ini, pelatihan orang tua adalah suatu investasi
dalam realisasi penuh dari status anak seorang individu. Orang tua akan mengajarkan anak-anak
tentang Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan bagaimana mereka harus hidup sebagai anak-anak Elohim.
Anak-anak harus bertumbuh, seperti Yesus, mengenal rumah Elohim Bapa, dan bahwa Dia memiliki
pekerjaan yang harus mereka genapi sebagai anak laki-laki dan anak perempuan-Nya. 67 Sehubungan
dengan memelihara anak-anak, Raja Salomo menulis, ‘Didiklah orang muda (anak kecil) menurut
jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan
itu’.68
‘Nasehat’ juga memiliki aplikasi yang luas. Kata yang Paulus gunakan untuk ‘nasehat’ mengandung
arti ‘menempatkan pikiran secara tepat’. Sudut pandang anak-anak kita seharusnya pada hal-hal
yang berasal dari Roh, bukan pada hal-hal daging. Ini memerlukan pelatihan. Dimensi pemeliharaan
anak-anak kita ini mencakup aplikasi dari disiplin dalam kehidupan mereka supaya mereka diarahkan
menjauh dari ketidaktaatan yang dimotivasi oleh hukum yang lain dalam mereka. Disiplin merupakan
aplikasi dari ‘tidak’ dan ‘ya’ salib Kristus dalam hidup seorang anak, dengan kapasitas kasih karunia
yang datang dari Elohim Bapa. Disiplin ini adalah contoh hubungan pertama seorang anak kecil
dengan ‘sunat yang bukan dilakukan oleh manusia’.69 Seperti yang kita perhatikan sebelumnya dalam
buku ini, sunat Kristus adalah proses yang melaluinya kecenderungan terhadap dosa dihapuskan dari
kehidupan kita.
Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus menulis, ‘Sebab, jika kamu hidup menurut daging,
kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan
hidup’. 70 Prinsip ini dapat diaplikasikan pada budaya-budaya keluarga kita dan kehidupan anak-anak
kita. Jika kita hidup secara duniawi sebagai keluarga Kristen, anak-anak kita akan mati secara rohani.
Akan tetapi, jika kita berdiri sebagai pewaris bersama dari kasih karunia kehidupan, dan
67
Luk 2:49
Ams 22:6
69
Kol 2:11
70
Rm 8:13
68
117
membesarkan anak-anak kita dalam pemeliharaan dan nasehat Tuhan, mereka tidak akan
menyimpang darinya ketika mereka tua.
Menerima ‘roh adopsi’
Apa yang seharusnya menjadi dampak dari pemeliharaan dan nasehat atas anak-anak kita? Karena
kapasitas untuk pemeliharaan ini berasal dari Elohim, mereka seharusnya menerima kasih karunia
untuk kehidupan mereka dari Elohim. Kasih karunia ini dari Bapa, dan akan memiliki dampak yang
sama atas anak kita seperti dampak pengasihan dan permohonan atas seorang percaya baru. Anakanak kita akan mulai menunjukkan ‘roh adopsi’. Ini adalah sikap dan motivasi yang bertumbuh di
dalam mereka untuk berbalik dari jalan mereka sendiri dan memiliki keseluruhan penentuan mereka
sejak semula. Roh adopsi memotivasi mereka kepada pencapaian progresif dari status anak mereka,
memimpin kepada kepemilikan akan suatu tubuh yang kekal untuk langit dan bumi yang baru.71
Roh adopsi datang kepada seorang anak dari Bapa. Dengan roh itu mereka mulai berseru kepada
Elohim untuk mengenal Dia dalam cara yang mendalam dan lebih pribadi.72 Mereka telah menerima
benih kodrat ilahi dan akan mengekspresikan kasih dan penyerahan diri mereka kepada Bapa dalam
suatu sikap yang sesuai dengan usia mereka. Ini adalah seruan ‘Abba! Bapa!’ yang dimotivasi oleh
Roh Anak di dalam mereka. Seruan ‘Abba! Bapa!’ yang dimotivasi oleh roh adopsi, adalah keinginan
untuk terus bertumbuh dan berjalan dalam jalan status anak yang Dia miliki bagi mereka.
Dalam meresponi kerinduan anak-anak kita untuk bertumbuh dalam status anak mereka, Bapa dan
Anak akan mengirimkan Roh Kudus kepada mereka. Anak kita, meskipun masih berusia empat dan
lima tahun, dapat menerima baptisan Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa lidah (bahasa roh).
Mereka sedang diperlengkapi dengan kuasa dan karunia-karunia untuk berfungsi sebagai anggotaanggota tubuh Kristus. Kita harus mendorong anak kita untuk mencari baptisan dalam Roh Kudus.
Dan ketika mereka bertumbuh dalam Roh, kita dapat mengajar dan mendorong mereka untuk
berpartisipasi dalam pelayanan Roh pada pertemuan perjamuan kudus kita.
Baptisan anak-anak
Ketika anak-anak Kristen bertumbuh dalam pengetahuan mereka akan Tuhan dan terus dimotivasi
oleh roh adopsi, mereka akan rindu untuk dibaptis ke dalam Kristus. Ini pasti terjadi untuk anak-anak
yang telah dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini karena Dia menuntun mereka ke dalam kepenuhan dari
status anak mereka, yang hanya dapat diekspresikan ketika mereka adalah anggota-anggota tertentu
dari tubuh Kristus.73
Meskipun anak-anak kita dilahirkan dalam kepemilikan akan kodrat ilahi, penting untuk menyadari
bahwa mereka dilahirkan fana dan bersifat daging. Kita telah mengakui bahwa mereka memiliki
kecenderungan terhadap dosa. Baptisan itu penting karena ini merupakan cara yang olehnya setiap
orang disatukan kepada kematian Yesus Kristus.74 Hanya ketika kita disatukan kepada kematian dan
penderitaan salib Kristus maka kita dapat dilepaskan dari hukum yang lain dan kecenderungannya
71
Rm 8:23. 1Kor 15:53‑58
Rm 8:15
73
1Kor 12:27
74
Rm 6:3‑6
72
118
terhadap dosa; untuk berjalan dalam kuasa hidup kebangkitan di tengah-tengah penderitaan; dan
mengenakan keimamatan Kristus pada diri kita sendiri sebagai suatu korban yang hidup.
Anak-anak kita harus memahami, dan akan menyadari, kecenderungan mereka terhadap dosa dan
kebutuhan mereka untuk mempelajari ketaatan. Tentu saja, orang tua Kristen akan mengajarkan
ketaatan kepada mereka melalui pemeliharaan dan nasehat Tuhan. Tetapi kerinduan seorang anak
untuk dibaptis akan menunjukkan iman mereka sendiri untuk berpartisipasi dalam kematian Kristus
dan pertumbuhan kesadaran dan pengertian mereka akan implikasi-implikasinya bagi kehidupan
mereka. Orang tua perlu untuk terus membesarkan anak-anak mereka dalam pemeliharaan dan
nasehat Tuhan, tetapi mereka dapat memanggil anak-anak mereka kepada iman baptisan mereka
dalam meresponi disiplin dan instruksi ini, dan penderitaan yang akan mereka alami hari demi hari.
119
Download