Keyakinan akan Hidup Kekal Elohim telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-N ya VICTOR HALL dengan Peter Hay & David Baker KEYAKINAN AKAN HIDUP KEKAL Elohim telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya Victor Hall dengan Peter Hay and David Baker September 2015 Ayat-ayat Kitab Suci dikutip dari NASB, NKJV, KJV dan LITV. Di mana ada penekanan huruf miring yang digunakan dalam ayat-ayat referensi Kitab Suci, itu telah ditambahkan dan tidak muncul dalam terjemahan asli. Desain sampul: Dan Proud ISBN: 978-0-9587505-8-5 Diterbitkan oleh RFI Publishing © RFI Publishing Inc. 2015 10 Old Goombungee Road Toowoomba QLD 4350 Tlp: 1300 885 048 Email: info @ rfipublishing.org Untuk katalog musik dan terbitan Kristen kami, silakan kunjungi: Daftar Isi KATA PENGANTAR 1 Kebodohan dari hikmat manusia 2 Injil tentang anak (status anak) 4 Menderita sakit bersalin sampai rupa Kristus menjadi nyata 5 BAB 1 SUPAYA KAMU TAHU BAHWA KAMU MEMILIKI HIDUP YANG KEKAL 7 Menerima hidup yang kekal 7 Roh, air, dan darah 8 Kita tahu kita memiliki hidup 9 1. Kita mengenal Bapa, dan hidup kita ada di dalam Kristus 10 2. Kita telah menerima hidup Yesus 11 3. Kita telah dikaruniakan suatu pengertian yang spesifik, memampukan kita untuk percaya 12 4. Kita telah mengerjakan hak yang diberikan kepada kita untuk percaya akan status anak 13 5. Kita bersekutu dalam tubuh Kristus dan mengasihi saudara-saudara kita 14 Disucikan oleh darah 14 Kasih seorang terhadap yang lain 15 Menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang kekal 15 Budak-budak kebenaran 16 Penderitaan Kristus 16 Persembahan sesuai dengan perintah 16 Menderita dengan Kristus 17 Keimamatan 18 Pengudusan kita 19 Bukti dari perubahan 19 BAB 2 MENGENAL DIA YANG BENAR 21 Nama 22 Yahweh adalah Satu 22 Elohim adalah Tiga 23 Satu dan Tiga 23 i Satu persekutuan – tiga identitas 24 Satu hidup – tiga ekspresi 24 Kepenuhan Yahweh 24 Pengudusan dalam komunitas Elohim 25 Dikuduskan oleh nama 25 Perjanjian 26 Kasih Elohim 27 Kasih karunia Elohim 28 Bapa menyerahkan kepenuhan-Nya 29 Menyerahkan dan mengosongkan 29 Anak mengosongkan diri-Nya 29 Mengosongkan ke pangkuan Bapa 31 Milik kepunyaan Bapa 31 Benih Perjanjian 32 Firman sumpah 32 Anak Domba 33 Anak Domba disembelih – perjanjian dipotong 34 Darah adalah hidup yang telah diberikan kepada kita melalui persembahan 34 Lihatlah Anak Domba – rangkuman dari semua persembahan 35 Firman 35 Firman adalah Elohim 36 Firman bersama-sama dengan Elohim 36 Pada mulanya adalah Firman 36 Pada mulanya Dia ada bersama dengan Elohim 36 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia 37 Firman menjadi daging 37 Budak Yahweh 37 Menyatakan Bapa 38 Ciptaan dan penebusan 38 BAB 3 HUKUM DAN PENDERITAAN 41 Ciptaan hidup dalam damai 42 Suatu mandat diserahkan kepada Adam 42 Ketidaktaatan Adam 44 ii Suatu pilihan 44 Ketidakharmonisan karena ketidaktaatan 46 Maut menjalar kepada semua 47 Rasa sakit dan penderitaan 48 Dosa dan kejahatan 48 Pendamaian 49 Baptisan 50 Dua jenis penderitaan 51 Jalan penderitaan 52 Diutus oleh Bapa 53 Yesus tidak menggunakan hukum 55 Menegakkan damai sejahtera 55 Hidup dalam persekutuan persembahan 56 Ciptaan baru 58 Partisipasi dalam penderitaan Kristus 59 Rahasia disingkapkan 60 ‘Tidak’ dan ‘ya’ dari salib 60 Pendisiplinan dari Bapa 62 Ketersandungan akan datang 62 Menderita karena kasih karunia 63 Penderitaan menurut kehendak Elohim 64 Akar yang pahit 65 Menjadi seorang anak Elohim yang didisiplin 65 BAB 4 KARYA SALIB 67 Harga penebusan 68 Darah Kristus 68 Hidup-Nya diberikan kepada kita di atas mezbah 69 Darah-Nya ditumpahkan melalui penderitaan 70 Perjamuan terakhir 71 Taman Getsemani 71 Tiga jenis kuasa di taman Getsemani 72 Sudah selesai 73 Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku 75 Luka terakhir – darah dan air dari lambung-Nya 75 iii Pengharapan dan kuasa kebangkitan-Nya 76 BAB 5 MENJADI SEORANG ANAK ELOHIM 79 Firman tentang salib 80 Roh pengasihan dan permohonan 81 Datang kepada Bapa melalui Kristus 82 Bapa menguatkan manusia batiniah 84 Lahir dari Elohim 84 Dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi 85 Orang-orang yang lahir dari Elohim diiluminasi 86 Lahir dari Elohim dan memerintah dalam hidup 87 BAB 6 89 BAPTISAN KE DALAM KRISTUS 89 Konflik-konflik dan kontroversi-kontroversi 89 Identifikasi 90 Disatukan dengan peristiwa bersejarah 91 Tiga unsur baptisan 92 Tubuh dosa 95 Bersukacita dalam manusia batiniah 96 Hukum yang lain 97 Hukum dosa 97 Manusia celaka 98 Jalan keluar untuk masalah ini 99 Hukum Roh kehidupan 100 Menujukan pikiran kita kepada daging atau Roh 100 Didudukkan di tempat sorgawi sebagai anggota-anggota tubuh-Nya 102 Perjamuan kudus 103 Baptisan Roh Kudus 103 BAB 7 Berkat perjanjian dalam setiap keluarga 105 Perjanjian Kekal 106 Dilahirkan ke dalam dunia yang telah jatuh 107 iv Janji adopsi 107 Sunat 109 Suatu perjanjian baru 110 Anak-anak dilahirkan kudus 110 Pewaris bersama dari kasih karunia kehidupan 111 Penyerahan anak 113 Bertumbuh sebagai seorang anak Elohim 114 Tanah berbatu-batu 115 Belajar ketaatan 115 Membangkitkan amarah 116 Pemeliharaan dan nasehat 116 Menerima ‘roh adopsi’ 118 Baptisan anak-anak 118 v Kata Pengantar Rasul Paulus mengekspresikan kerinduannya bagi semua orang percaya, demikian, ‘Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi, supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Elohim (terj. Bhs. Ing. ‘resulting in a true knowledge of God’s mystery’ artinya ‘menghasilkan suatu pengetahuan yang benar mengenai rahasia Elohim’), yaitu Kristus’.1 Paulus ingin setiap orang Kristen sepenuhnya yakin akan keselamatan mereka, dan memiliki suatu pengetahuan yang mendalam dan sepenuhnya tentang rahasia Elohim. Jelas, dia tidak melihat rahasia Elohim sebagai suatu pengetahuan khusus di mana hanya sedikit orang yang bisa memahaminya. Rahasia Elohim adalah cara yang olehnya seorang percaya menerima kekayaan warisan mereka sebagai seorang anak Elohim, dan bersatu dalam kasih dengan orang-orang Kristen yang lain. Kemudian, dalam suratnya kepada jemaat Kolose, Paulus mendorong mereka dengan salam dari Epafras, sesama budak. Sama seperti Paulus, Epafras selalu berjerih lelah untuk saudara-saudaranya dalam doa dan perbuatan, supaya mereka dapat berdiri sebagai anak-anak Elohim yang dewasa untuk sepenuhnya yakin mengenai kehendak Elohim bagi hidup mereka. 2 Dengan hal ini sebagai fokus pekerjaannya, nyata bahwa Epafras juga ingin orang-orang percaya untuk sepenuhnya yakin akan keselamatan mereka dan ditegakkan dalam pengetahuan tentang rahasia Elohim. Bagaimana kita tahu bahwa kita telah menerima pengetahuan yang benar mengenai keselamatan? Kita menunjukkan bahwa kita memahami dan menerima rahasia Elohim dengan cara di mana kita hidup dan berjalan bersama sebagai anak-anak-Nya. Sebagai contoh, Paulus menjelaskan bahwa pernyataan rahasia tersebut memimpin pada ketaatan iman di dalam diri orang-orang yang menerima berita ini.3 Pengetahuan yang benar mengenai rahasia ini juga mencakup pengalaman pribadi kita untuk memperoleh warisan sebagai anak-anak Elohim dan disatukan dengan administrasi Kristus sendiri. Melalui administrasi Kristus-lah maka tujuan-tujuan Elohim digenapi di sorga dan di bumi.4 Secara signifikan, rasul Yohanes menjelaskan bahwa berita ini diberitakan kepada 1 Kol 2:1‑2 Kol 4:12 3 Rm 16:25‑26 4 Ef 1:10 2 1 kita supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan dengan satu sama lain. Dalam persekutuan inilah kita disatukan bersama-sama dalam kasih Elohim.5 Paulus mendorong orang-orang percaya kepada keyakinan dan pengetahuan ini supaya mereka tidak diperdaya oleh kata-kata yang indah dari orang-orang yang membawakan berita yang berbeda. 6 Ini merupakan suatu pemikiran yang serius bahwa seseorang dapat memberitakan suatu injil yang berbeda dari berita yang Paulus dan para rasul bawakan. Meskipun demikian, bahkan ketika para penulis Perjanjian Baru masih hidup, pengajar-pengajar palsu, yang telah memutarbalikkan injil Kristus, menarik orang-orang dari kebenaran. 7 Paulus mengatakan kepada para pemimpin gereja di Efesus bahwa penyimpangan injil seperti ini hanya akan bertambah pada tahun-tahun setelah kepergiannya.8 Kebodohan dari hikmat manusia Banyak teolog dan sejarawan gereja merujuk kepada para rasul dan pemimpin Perjanjian Baru sebagai ‘bapa-bapa gereja primitif’. Mereka membedakan orang-orang ini dengan ‘bapa-bapa gereja mula-mula’, yang merupakan para teolog dan pengajar Alkitab yang memimpin di abad-abad setelah kematian para rasul. Yang termasuk ‘bapa-bapa gereja mula-mula’ adalah para tokoh terkemuka seperti Augustine, Tertullian, Jerome dan Origen, sebagai contohnya. Orang-orang ini adalah para sarjana Alkitab terkenal yang menulis banyak kumpulan tafsiran mengenai tulisan-tulisan dari ‘bapabapa gereja primitif’. Sayangnya, banyak sarjana dari zaman itu tidak melakukan banyak hal untuk membantu pengertian orang-orang dan aplikasi mereka terhadap rahasia Elohim. Ini karena tafsiran-tafsiran dan tesis-tesis mereka berasal dari kerja keras intelektual, bukan oleh kuasa Roh dalam persekutuan dengan saudara-saudara yang lain. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan dipengaruhi oleh filosofi-filosofi dari orang-orang yang tidak percaya yang hidup pada zamannya. Luar biasanya, tulisan-tulisan ini menjadi kuasa dari Kitab Suci. Lebih jauh lagi, pekerjaan mereka melahirkan suatu perbedaan/kesenjangan antara orang-orang yang memiliki kualifikasi dan hak untuk menafsirkan Kitab Suci, dengan orang-orang yang ditunjuk untuk mempercayai tafsiran-tafsiran mereka. Ini menjadi suatu pemisahan antara golongan orang-orang percaya yang disebut ‘kelompok pendeta’, dengan golongan orang-orang percaya lain yang dikenal sebagai ‘kaum awam’. Pengajaran dan pemberitaan berdasarkan tafsiran Alkitab dan kualifikasi (keahlian) teologi telah mengosongkan firman Elohim dari kuasanya. Orang-orang yang tertanam dalam pendekatan seperti ini tidak pernah mengenal Elohim, dan dengan demikian tidak pernah dapat memperkenalkan orang lain kepada Dia. Pembelajaran ilmiah mengenai Kitab Suci hanya dapat memberikan karakteristik atau atribut kepada Elohim sebagai Pencipta, yang sangat jauh terpisah dari ciptaan yang fana. Dengan cara ini, pewahyuan dan pemahaman rohani mengenai kerinduan perjanjian Elohim untuk bersekutu dengan anak-anak Elohim dirusak oleh hikmat manusia. Ini sangat berbeda dengan cara Paulus yang menjelaskan bahwa dia telah diutus untuk ‘memberitakan Injil; dan itupun bukan 5 Kol 2:2 Kol 2:4 7 Gal 1:7 8 Kis 20:29‑30 6 2 dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia’.9 Kita juga memperhatikan bahwa pemberitaan yang berdasarkan pada tafsiran-tafsiran ini tidak mendorong persekutuan di antara semua orang percaya sebagaimana seharusnya, seperti yang dikatakan rasul Yohanes.10 Sebaliknya, hal itu hanya membentengi perbedaan-perbedaan antara kelompok pendeta dengan kaum awam. Banyak pendengar tetap tidak menyadari akan rahasia Elohim sebagai akibat dari doktrin gereja yang banyak dan bermacam-macam yang telah disebarkan dari tulisan-tulisan ‘bapa-bapa gereja mulamula’. Orang-orang ini tidak diajarkan tentang Perjanjian Kekal Elohim, atau pentingnya untuk disatukan kepada persekutuan persembahan Kristus. Sebagai akibatnya, mereka memiliki sedikit pengertian tentang kerinduan Bapa untuk anak-anak manusia dibawa kepada kemuliaan sebagai anak-anak Elohim. 11 Beberapa pemimpin yang berpengaruh bahkan menggambarkan gagasan bahwa kita dapat dilahirkan dari kodrat ilahi Elohim dan menjadi anak-anak Elohim, sebagai kegilaan! Menyedihkan, karena mereka telah mempercayai injil yang mengosongkan salib dari kuasanya, maka banyak orang percaya telah dirampas dari keyakinan akan keselamatan dan tetap dalam ikatan kepada dosa dan takut akan maut. Pengajaran apapun yang tidak memberitahukan rahasia Elohim tidak memiliki kuasa. Ini terlepas dari betapa antusiasnya atau bagaimanapun kita merasakannya ketika pengajaran itu diproklamirkan. Salib Kristus menyatakan hikmat dan kuasa Elohim. Segala berita yang lain menyampaikan hikmat yang berbeda. Yakobus, saudara Yesus, berkata bahwa hikmat apapun selain daripada hikmat Elohim adalah dari dunia, nafsu manusia, dan setan-setan.12 Pelayanan dari hikmat ini, sebagus-bagusnya, hanyalah mempesona panca indera alamiah seseorang. Hikmat yang lain ini biasanya mencoba untuk membuat orang-orang merasa baik/enak atau meminta mereka mencoba lebih keras untuk menjadi seorang Kristen yang baik. Di sepanjang zaman, pasti ada laki-laki dan perempuan yang tetap setia kepada pengajaran para rasul, dan yang telah memproklamirkan berkat keyakinan akan keselamatan. Pada zaman ini, merupakan tanggung jawab kita untuk memulihkan injil tentang status anak yang telah disampaikan oleh para rasul dan nabi. Lebih lagi, kita perlu terus diperlengkapi untuk membagikan berita ini dengan yang lain dalam konteks di mana Elohim telah menempatkan kita. Dalam hal ini, Paulus berdoa untuk orang-orang Kristen di Kolose supaya mereka dapat ‘menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan [Elohim] dengan sempurna (terj. Bhs. Ing. ‘filled with the knowledge of His [God’s] will in all spiritual wisdom and understanding’ artinya ‘dipenuhi dengan pengetahuan akan kehendak-Nya [Elohim] dalam segala hikmat dan pengertian rohani’)’. 13 Pengetahuan akan kehendak Elohim adalah pengetahuan tentang bagaimana kita menjadi anak-anak Elohim. 9 1Kor 1:17 1Yoh 1:1‑4 11 Ibr 2:10 12 Yak 3:15 13 Kol 1:9 10 3 Injil tentang anak (status anak) Hal paling penting yang harus kita ketahui dan pelajari dari pembelajaran kita mengenai Kitab Suci adalah pelajaran yang pertama-tama kita pelajari ketika kita memutuskan untuk menyerahkan diri kita kepada Kristus dan menjadi seorang Kristen. Apakah pelajaran atau berita yang kita dengarkan pada permulaan kehidupan Kekristenan kita? Elohim adalah kasih. ‘Elohim adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Elohim dan Elohim di dalam dia.’14 Rasul Yohanes menyebut ini ‘kasih yang semula’. Kita diberitahu oleh Yohanes bahwa jika kita membiarkan kasih Elohim tinggal di dalam kita, kita akan tinggal di dalam Bapa dan Anak dan memiliki hidup yang kekal.15 Pekerjaan pendamaian Kristus memberikan kita pengampunan dan ‘hak untuk berdiri’ di hadapan Elohim. Kita menerima pembenaran ini melalui iman yang diberikan kepada kita ketika kita menerima firman Elohim yang diberitakan kepada kita. 16 Sekarang kita mampu berdiri dan berjalan dalam kasih karunia Elohim. 17 Hak akan status anak diberikan kepada kita sebagai suatu pengharapan. 18 Kita mulai menerima pengharapan ini ketika kita meresponi penginsafan dari Roh Kudus, yang memberikan kita suatu kemampuan sehingga kita bisa mulai bertobat. Pada saat yang sama, Dia mencurahkan kasih Elohim ke dalam hati kita. 19 Suatu transaksi yang menakjubkan sedang terjadi. Kita berpindah dari maut kepada hidup dan dari kegelapan kepada terang. Kita sedang dilahirkan kembali. Elohim membuat tempat tinggal-Nya di dalam kita ketika kasih-Nya diberikan kepada kita oleh Roh Kudus. Kita dilahirkan dari Elohim ketika kita menerima kasih Elohim. 20 Ketakutan kita telah dilenyapkan oleh kasih-Nya yang sempurna. 21 Sebelumnya, ketakutan terbesar kita adalah penghukuman maut. Di bawah perbudakannya, kita sepenuhnya berpusat pada diri sendiri dan didorong untuk mengontrol lingkungan kita dalam kesia-siaan yang mencoba untuk menunda kematian kita yang tidak dapat dihindari. Setelah dilahirkan dari Elohim, kita bisa, dan harus, melepaskan ketakutan dan kontrol. Suatu kehidupan yang penuh dengan kontrol bisa terlihat cukup rohani. Seorang Kristen yang mencoba untuk hidup dengan cara ini berusaha untuk diselamatkan dengan melakukan secara memuaskan serangkaian tindakan/perbuatan, yang melaluinya mereka percaya bahwa Elohim berkewajiban untuk menyelamatkan mereka. Inilah artinya hidup oleh hukum. Mereka tidak memanfaatkan kasih karunia, atau berjalan menurut Roh. Dengan tidak adanya kasih karunia, dan sangat sadar akan kelemahan daging mereka, tidaklah mengherankan orang Kristen dapat mulai mendiskualifikasi diri mereka sendiri. 14 1Yoh 4:16 1Yoh 2:24 16 Rm 10:17 17 Rm 5:2 18 Rm 5:3 19 Rm 5:5 20 1Yoh 4:7 21 1Yoh 4:18 15 4 Hasil dari kasih Elohim yang dicurahkan ke dalam hati kita adalah hubungan. Kita menjadi bagian dari tubuh Kristus, gereja, dan masuk dalam keluarga Elohim. Setelah dilepaskan dari ketakutan, ketertarikan kita bukan lagi menghindari maut, tetapi lebih kepada, hidup untuk Elohim. 22 Fokus hidup kita sepenuhnya berubah. Jika kita mengasihi Bapa, kita juga akan mengasihi keluarga-Nya, gereja, dalam perbuatan dan kebenaran. 23 Inilah bagaimana kita tahu bahwa ‘kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan (terj. Bhs. Ing. ‘will assure’ artinya ‘akan menyakinkan’) hati kita di hadapan Elohim, sebab jika kita dituduh olehnya, Elohim adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu’.24 Setelah dilahirkan dari Elohim, sekarang kita bisa bersekutu dengan yang lain tentang jenis kasih yang Elohim Bapa telah berikan kepada kita. Kerinduan-Nya supaya kita menjadi anak-anak-Nya adalah ‘besarnya kasih’ yang Dia miliki bagi kita.25 Pengertian yang baru ini, yang diberikan kepada kita oleh Bapa dan Anak perlu dipahami dan dihargai sepenuhnya dalam kaitannya dengan semua ekspresi dan implikasinya.26 Aspek selanjutnya dari status anak kita adalah tiba pada suatu pengertian tentang bagaimana Elohim memperlakukan kita sebagai anak. Dia adalah Bapa kita dan memperlakukan kita dalam kasih untuk melepaskan kita dari dosa dan membuat kita bertumbuh dan menjadi dewasa sebagai anak-anakNya.27 Kita tidak boleh melupakan nasehat dan instruksi Tuhan yang Dia sampaikan kepada kita pada awal perkenalan (masuknya) kita ke dalam keluarga-Nya. Instruksi-instruksi ini disebut ‘asas-asas pokok dari penyataan Elohim (prinsip-prinsip pertama dari ajaran Kristus)’ dan merupakan hal yang penting sebagai bagian dari permulaan masuknya kita ke dalam budaya rumah-Nya.28 Yesus mengatakan bahwa penderitaan kita di dalam dunia ini harus dipahami sebagai bagian dari tangan pendisiplinan Elohim atas kita. Penderitaan ini memproses dan memurnikan respon-respon kita sehubungan dengan pencobaan-pencobaan dan ketidakadilan yang menimpa kita dalam kehidupan. Untuk menjadi orang Kristen yang disiplin dan bijak merupakan tujuan dari pendisiplinan Elohim atas kita. Paulus mengingatkan orang-orang percaya bahwa ‘Tuhan menghajar (mendisiplin) orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak’.29 Menderita sakit bersalin sampai rupa Kristus menjadi nyata Paulus berbicara kepada orang-orang Kristen di Galatia sebagai, ‘anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu’.30 Paulus tidak menderita sakit bersalin supaya mereka dapat mengenal lebih lagi tentang Yesus, atau tentang persembahan-Nya yang mewakili mereka. Maksud dari hasil pemberitaannya adalah supaya hidup Kristus dapat ditegakkan dengan teguh dalam mereka. Bagi Paulus, ini adalah suatu sakit bersalin, 22 2Kor 5:14‑15 1Yoh 4:20‑21. 1Yoh 3:18 24 1Yoh 3:19‑20 25 1Yoh 3:1 26 Ef 3:17‑19 27 Ibr 12:7‑11 28 Ibr 5:12 29 Ibr 12:6 30 Gal 4:19 23 5 sama seperti penderitaan yang seorang ibu alami ketika identitas seseorang sedang dibentuk dalam kandungannya. Paulus bukanlah sumber dari kehidupan orang Kristen di Galatia. Dalam hal ini, dia tidak melahirkan mereka. Akan tetapi, dia berkomitmen pada persekutuan yang terus-menerus dengan mereka, dan untuk memberi mereka makan firman supaya mereka terus bertumbuh sebagai anak-anak Elohim. Paulus menjadi segala yang Elohim namakan untuk dia jadi, demi kepentingan mereka. Memperhatikan teladan Paulus, kita menyadari bahwa Kristus menjadi nyata di dalam kita melalui sakit bersalin orang lain. Sementara kita bertumbuh dan berkembang dalam status anak kita, kita semua perlu untuk menderita sakit bersalin supaya Kristus menjadi nyata di dalam orang lain. Setiap orang percaya harus menjadi dewasa sebagai seorang anak Elohim. ‘Diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan’ adalah karakteristik dari seseorang yang telah dilahirkan kembali namun tidak terus bertumbuh sebagai seorang anak Elohim. 31 Paulus mengatakan bahwa jawaban untuk ketidakdewasaan ini adalah memperkatakan dan menerima kebenaran dalam kasih seorang akan yang lain. Ketika tiap-tiap orang memberi diri mereka sesuai dengan nama mereka, ini menyebabkan pertumbuhan seluruh tubuh. Tubuh dibangun dalam kasih.32 Lebih lanjut, kita berjerih lelah dan sakit bersalin bagi orang-orang yang Tuhan ingin bawa masuk ke dalam tubuh Kristus sampai Kristus menjadi nyata di dalam mereka. Persekutuan dan persembahan merupakan dasar dari sakit bersalin kita. Penulisan buku ini merupakan bagian dari suatu sakit bersalin untuk melihat Kristus menjadi nyata di dalam setiap kita. Ketika kita menerima isinya dan menyelidiki Kitab Suci untuk memahami lebih dari apa yang sedang disampaikan, kita dapat menjadi yakin bahwa Tuhan akan menegakkan jalan kita di hadapan-Nya. Akan tetapi, lebih dari ini, kita akan disatukan kepada sakit bersalin yang sama supaya Kristus menjadi nyata dalam keluarga-keluarga kita, dalam saudara-saudara kita, dan dalam orangorang yang Tuhan ingin bawa kepada diri-Nya sendiri. 31 32 Ef 4:14 Ef 4:15‑16 6 BAB 1 Supaya kamu tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal Rasul Yohanes menulis suratnya yang pertama kepada orang-orang yang percaya dalam nama Anak Elohim, supaya mereka tahu mereka memiliki hidup yang kekal.1 Jelas, Yohanes menulis kepada orang-orang yang sudah menjadi orang-orang percaya. Dengan menulis surat ini, Yohanes bukan sedang meragukan kemurnian iman mereka. Namun, jelas bahwa mengetahui mereka memiliki hidup yang kekal adalah sesuatu yang lebih daripada hanya sekedar percaya dalam nama Anak Elohim. Fakta bahwa Yohanes menulis seluruh suratnya untuk tujuan ini mengindikasikan bahwa ada lebih banyak hal lagi untuk mengetahui bahwa kita memiliki hidup yang kekal daripada sekedar pengetahuan kita akan janji ini. Para penulis Perjanjian Baru mengajarkan kita bahwa memiliki hidup yang kekal berhubungan dengan mengenal Elohim dan memiliki persekutuan dengan Dia dan umat-Nya. Rasul Paulus menulis bahwa dia telah menderita kehilangan akan segala sesuatu, termasuk kekayaan budayanya sendiri, supaya dia dapat mengenal Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya dan bersekutu dalam penderitaanNya, untuk menjadi serupa dengan kematian-Nya. 2 Ini adalah hal yang mendasar bagi pengalaman Paulus setiap hari. 3 Dia hidup dengan cara ini dengan tujuan menerima pengharapan akan kebangkitan dalam langit dan bumi yang baru. Menerima hidup yang kekal Hidup yang kekal menjadi milik kita ketika kita menerima hidup Yesus sebagai suatu kepunyaan pribadi. Ini karena hidup Elohim ada di dalam Anak, ‘Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup’.4 Jadi bagaimana kita menerima Anak? Paulus mengajarkan bahwa Elohim mengutus orang-orang untuk memberitakan injil Yesus Kristus supaya para pendengar percaya dan berseru memanggil 1 1Yoh 5:13 Flp 3:8‑10 3 1Kor 15:31 4 1Yoh 5:11‑12 2 7 nama Tuhan untuk diselamatkan. 5 Yesus berkata bahwa murid-murid-Nya akan menjadi saksi-saksiNya sampai ke ujung bumi.6 Bahkan dengan pandangan ini, kita dapat membuat poin yang jelas bahwa ketika seseorang membagikan injil kepada orang lain, mereka bukanlah sumber dari berita yang mereka proklamirkan. Demikian juga, mereka tidak memiliki kapasitas apapun dalam diri mereka untuk memberikan hidup Elohim kepada orang lain. Seseorang dapat menerima kesaksian atau firman Bapa, kesaksian Anak, dan kesaksian Roh Kudus ketika mereka mendengar injil diproklamirkan kepada mereka. Ketiga Kesaksian yang berbeda ini sependapat dan bersaksi kepada kita mengenai hidup yang ada di dalam Anak Elohim.7 Yohanes menyebut ini ‘kesaksian Elohim’, dan dia katakan bahwa kesaksian itu lebih besar daripada ‘kesaksian manusia’. 8 Ketika seseorang menerima kesaksian manusia melalui firman yang diberitakan, maka Roh, air, dan darah mulai berdampak dalam hidup mereka. Pendengar firman dapat memahami persembahan Anak. Yesus, Juruselamat mereka, memperkenalkan diri-Nya kepada mereka, dan mereka diberikan hak untuk menjadi anak-anak Elohim.9 Roh, air, dan darah Yohanes menjelaskan bahwa ada ‘tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu’.10 Dia sedang menarik perhatian kita kepada persekutuan Yahweh. Dalam persekutuan ini, Mereka memutuskan untuk membawa kumpulan banyak anak kepada kemuliaan. Tiga yang memberi kesaksian di muka bumi adalah ‘Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu (sependapat)’.11 Tentu saja, bukan ada enam kesaksian! Yohanes menjelaskan bagaimana tujuan dan rencana Elohim, yang ditetapkan dalam musyawarah kehendak Mereka, terselesaikan di muka bumi dalam kita. Untuk dilahirkan dari Elohim, kita harus menerima ke dalam hidup kita, tiga kesaksian keselamatan yang Elohim telah berikan kepada kita. Kesaksian pertama di muka bumi adalah Roh. Ini karena Dia membawakan kesaksian penuh dari ketujuh kali lipat Roh Elohim kepada kita. Ia memberikan kuasa kepada kesaksian air dan kesaksian darah terhadap kita. Inilah yang Yohanes maksudkan ketika ia menjelaskan bahwa Yesus Kristus datang dengan air dan darah. ‘Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran’.12 Berita itu sendiri diberitakan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dari ketujuh kali lipat Roh Elohim, yang datang oleh Roh Kudus. 13 Ketika seseorang menerima berita ini, Roh Kudus menginsafkan mereka akan dosa, kebenaran dan penghakiman. 14 Di bawah penginsafan ini, mereka mulai menangkap penyediaan dari air dan darah. Kesaksian air adalah berita dari Bapa. Dia sepenuhnya berfokus pada pemulihan identitas setiap orang dan kelahiran mereka sebagai seorang anak Elohim. Dia adalah Bapa segala ‘terang’ atau 5 Rm 10:14‑15 Kis 1:8 7 1Yoh 5:7‑9 8 1Yoh 5:9 9 Yoh 1:12 10 1Yoh 5:7 11 1Yoh 5:8 12 1Yoh 5:6 13 1Ptr 1:12 14 Yoh 16:8 6 8 identitas.15 Dalam Kitab Suci, air melambangkan atau menggambarkan firman Elohim. 16 Paulus menjelaskan bahwa Bapa menyelamatkan kita, sesuai dengan kemurahan-Nya, oleh pembasuhan regenerasi dan pembaharuan oleh Roh Kudus. 17 Kesaksian air menghidupkan kembali identitas kita dan membawakan kesembuhan kepada kita. 18 Kesaksian air juga menyucikan tubuh kita dari kecemaran perilaku kejatuhan kita. Pembaharuan oleh Roh Kudus menangani kerusakan identitas kita yang disebabkan oleh dosa. Melalui proses regenerasi dan pembaharuan inilah maka kita menerima hati yang baru dan roh yang baru.19 Kesaksian darah adalah berita dari Anak. Pertama-tama, darah berbicara tentang penebusan kita. Yesus bersaksi bahwa Dia datang untuk memberikan hidup-Nya, atau jiwa-Nya, sebagai tebusan bagi banyak orang.20 Jelas, Dia berbicara tentang darah-Nya, karena jiwa dari semua makhluk ada dalam darahnya. 21 Meskipun harga tebusan telah sepenuhnya dibayar untuk dosa seluruh dunia, kita hanya dapat kembali dari kematian dosa ketika kita bersatu dengan Dia dalam kematian dan penderitaanNya.22 Persekutuan dalam darah dan hidup-Nya ini adalah aspek kedua dari kesaksian darah. Pada akhirnya, sebagai Seorang yang datang dengan air dan darah, Yesus mewujudkan, atau sepenuhnya menyatakan, status anak. Kita menunjukkan bahwa kita sedang dipimpin oleh Roh dan terus menerima kesaksian air dan darah ketika kita menaati firman Elohim, dan menjadi dewasa sebagai anak-anak Elohim melalui penderitaan. Ini merupakan implikasi dari berjalan di jalan status anak yang Kristus rintis, dan kita bersatu dengan jalan tersebut melalui baptisan. Seperti yang kita akan perhatikan selanjutnya dalam buku ini, kita terus menerima kesaksian Roh, air, dan darah, melalui baptisan ke dalam Kristus Yesus. Bapa, Anak dan Roh Kudus mendesak untuk kita harus memiliki kesaksian ini jika kita mau diselamatkan. Jika kita menyatakan bahwa kita diselamatkan atas dasar yang lain, Yohanes mengatakan bahwa kita membuat Elohim menjadi pendusta karena kita ‘tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Elohim tentang Anak-Nya’. 23 Jika kita menolak isi dari ketiga berita yang Bapa, Anak dan Roh Kudus proklamirkan kepada kita, kita tidak bisa dilahirkan kembali, juga tidak bisa mewarisi hidup kekal yang Elohim telah janjikan. Kita tahu kita memiliki hidup Kita adalah anak-anak Elohim sekarang, meskipun status anak kita belum sepenuhnya dinyatakan.24 Demikian juga, kita menerima hidup yang kekal ketika kita pertama-tama percaya, tetapi hidup ini harus terus bertumbuh dan diekpresikan dalam setiap aspek kehidupan kita, secara individu, sebagai rumah tangga-rumah tangga, dan sebagai komunitas orang-orang percaya. Sementara kita 15 Yak 1:17 Ef 5:26 17 Tit 3:5 18 Mzm 107:20 19 Yeh 36:25‑26 20 Mrk 10:45 21 Im 17:14 22 Rm 6:5‑7 23 1Yoh 5:10 24 1Yoh 3:2 16 9 memperhatikan pengajaran Yohanes dan para penulis Perjanjian Baru yang lain mengenai pembahasan ini, kita bisa mengidentifikasi enam aspek di mana kita mengetahui bahwa kita memiliki hidup yang kekal. Aspek-aspek ini termasuk: 1. kita mengenal Bapa, dan hidup kita ada di dalam Kristus 2. kita telah menerima hidup Yesus 3. kita telah dikaruniakan suatu pengertian yang spesifik, memampukan kita untuk percaya 4. kita telah mengerjakan hak yang diberikan kepada kita untuk percaya akan status anak 5. kita bersekutu dalam tubuh Kristus dan mengasihi saudara-saudara kita 6. kita telah menerima pengudusan sebagai suatu manfaat khusus, dan menunjukkan bahwa kita telah menerima hidup yang kekal.25 1. Kita mengenal Bapa, dan hidup kita ada di dalam Kristus Elohim Bapa adalah sumber dari hidup kekal. Kita tahu bahwa kita memiliki hidup kekal karena kita mengenal Dia sebagai Bapa kita. Jadi, bagaimana kita bisa mengenal Dia? Anak Elohim mengaruniakan pengertian kepada kita supaya kita dapat mengenal ‘Yang Benar (terj. Bhs. Ing. ‘Him who is true’ artinya ‘Dia yang adalah benar’)’. 26 Berdoa kepada Bapa, Yesus mengakui bahwa Bapa telah memberikan kepada-Nya otoritas/kuasa atas semua makhluk supaya Dia dapat memberikan hidup yang kekal kepada anak-anak manusia. Kemudian Dia menjelaskan bahwa ‘inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Elohim yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau [Bapa] utus’.27 Rasul Yohanes juga menyebut Anak ‘Yang Benar (terj. Bhs. Ing. ‘Him who is true’ artinya ‘Dia yang adalah benar’)’ dan menjelaskan bahwa jika kita mengenal Bapa, maka kita juga akan berada di dalam Dia yang adalah benar. 28 Yohanes berbicara tentang Anak sebagai suatu tubuh korporat yang terdiri dari anak-anak Elohim. Kita tahu bahwa kita memiliki hidup yang kekal karena kita terus tinggal di dalam Bapa dan Anak. Kita tetap tinggal di dalam Mereka dengan mengizinkan firman Elohim tetap tinggal di dalam kita.29 Yohanes menjelaskan bahwa firman ini ada ‘sejak semula’. Dengan ini, yang ia maksudkan ialah firman itu datang dari persekutuan perjanjian Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan berkaitan dengan status anak kita. Firman ini terus tinggal di dalam kita sementara kita berpegang teguh pada pengharapan untuk menerima kepenuhan dari status anak kita di dalam langit dan bumi yang baru.30 Inilah artinya memiliki roh adopsi.31 Ini adalah sikap iman yang olehnya kita termotivasi untuk menerima janji-janji Elohim, sepenuhnya. Dalam iman ini, kita ‘berlari-lari kepada tujuan untuk 25 Rm 6:22 1Yoh 5:20 27 Yoh 17:2‑3 28 1Yoh 5:20 29 1Yoh 2:24 30 Ibr 10:23 31 Rm 8:15 26 10 memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Elohim dalam Kristus Yesus’.32 Ini adalah hadiah akan suatu warisan kekal sebagai seorang anak Elohim. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita akan diselamatkan jika kita berpegang teguh pada firman yang diberitakan kepada kita.33 Sama halnya, Yohanes menjelaskan bahwa para utusan menulis dan menyampaikan firman, mengundang kita untuk memiliki persekutuan dengan mereka dan untuk diperkenalkan kepada Bapa dan Anak sebagai sumber dari hidup yang kekal.34 Jelas, ketika kita menerima firman ini, dan juga membagikannya kepada yang lain, kita terhubung dalam persekutuan bersama dan persekutuan kita adalah dengan Bapa dan Anak-Nya. Inilah hidup yang kekal.35 2. Kita telah menerima hidup Yesus Yesus mengatakan, ‘Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya kepada Anak agar mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri’. 36 Karena Yesus memiliki hidup yang kekal di dalam diri-Nya sendiri, Dia sanggup memberikan hidup ini kepada kita. Yohanes menulis dalam suratnya yang pertama bahwa ‘inilah kesaksian itu: Elohim telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.’37 Poin untuk kita sadari adalah bahwa kita perlu menerima hidup Yesus. Orang-orang yang memiliki hidup kekal, hidup selamanya karena mereka telah menerima hidup Yesus sebagai suatu kepunyaan pribadi. Kita menerima hidup Yesus dengan memakan makanan yang Dia berikan kepada kita. Yesus berkata mengenai diri-Nya sendiri sebagai roti yang turun dari sorga dan memberikan hidup kepada dunia. Daging-Nya adalah roti ini.38 Dia berkata bahwa ‘barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab dagingKu adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.’39 Yesus memberikan makanan ini kepada murid-murid-Nya pada perjamuan terakhir dan menggambarkannya sebagai penyediaan untuk suatu Perjanjian Baru. Roti ini adalah firman-Nya, dan kita adalah satu tubuh karena kita terus menerima dan hidup oleh satu firman ini. Kita meminum cawan, yang berbicara tentang darah-Nya, dalam iman untuk berpartisipasi dalam penderitaan-Nya. Bersatu dengan persekutuan penderitaan-Nya, kita juga bersatu dengan persekutuan hidup-Nya. Yesus juga berkata bahwa kita tidak berjerih lelah ‘untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu’. 40 Jelas, ada kemungkinan untuk kita berjerih lelah demi suatu firman (perkataan) yang akan binasa. Hidup Yesus tidak ada di dalam firman (perkataan) ini. Salah satu cara 32 Flp 3:14 1Kor 15:2 34 1Yoh 1:1‑3 35 1Yoh 5:20 36 Yoh 5:26 37 1Yoh 5:11‑12 38 Yoh 6:51 39 Yoh 6:54‑56 40 Yoh 6:27 33 11 di mana kita bisa berjerih lelah untuk makanan yang akan binasa adalah berpegang teguh pada ajaran tradisi-tradisi kita, bukannya menerima dan hidup oleh firman Elohim yang diberikan kepada kita di meja perjamuan. Kita bahkan bisa menciptakan ajaran tradisi kita sendiri dan menghakimi firman yang keluar (dari Elohim), dan orang-orang yang membawakan firman itu, yang menentang tradisi-tradisi ini. Kita harus datang kepada Yesus untuk menerima hidup, dan hidup ini ditemukan di dalam darah dan daging-Nya. Dia menasehati orang-orang Yahudi mengenai hal ini, demikian, ‘Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu’.41 3. Kita telah dikaruniakan suatu pengertian yang spesifik, memampukan kita untuk percaya Hidup Anak Elohim juga disebut ‘Terang hidup’. 42 Aspek dari hidup Kristus ini harus diterima jika kita mau memiliki hidup yang kekal. Hidup Yesus, ketika diberikan kepada kita, mengiluminasi hati dan pikiran kita. Hidup ini mengaruniakan pengertian kepada kita. Pengetahuan ini pertama-tama adalah kapasitas untuk mengenal Elohim, dan percaya di dalam Dia ketika kita bertemu dengan-Nya. Ini adalah pengetahuan yang datang dari hidup Yesus ketika hidup-Nya mulai berdampak atas kita. Ketika Yesus datang ke dalam dunia, Dia datang sebagai Terang dunia.43 Hidup Yesus ada di dalam firman Elohim, karena Dia adalah Firman. 44 Ketika firman-Nya diproklamirkan kepada kita, firman itu menerangi pengertian kita, memampukan kita untuk percaya dan menerima hidup yang kekal. Yohanes menarik perhatian kita kepada hubungan antara Firman, hidup dan terang dalam bagian pendahuluan dari Injilnya. Dia menjelaskan, ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Elohim dan Firman itu adalah Elohim. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Elohim. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang manusia.’45 Pekerjaan dari utusan adalah memberi kesaksian, oleh kuasa Roh Kudus, bahwa Yesus adalah Terang dunia. Inilah pekerjaan Yohanes Pembaptis. Rasul Yohanes berkata tentang ‘Pembaptis’, bahwa ‘ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang Terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan Terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang Terang itu.’46 Ini juga merupakan peran kita. Ketika kita memperkenalkan orang-orang kepada Kristus dan mereka menerima apa yang kita katakan, Kristus Sendiri memberikan mereka kapasitas untuk melihat dan percaya di dalam Dia. Ketika Yesus datang kepada kita sebagai individu-individu, pertama-tama Dia datang membawakan hidup. Ini terjadi sebelum kita menerima pengertian. Kita sering mendengar kesaksian dari orang yang baru percaya yang menyadari bahwa firman tersebut benar; dan mereka dipengaruhi oleh itu, tapi tidak sungguh-sungguh mengerti mengenai apa yang sedang disampaikan. Bagi seseorang yang 41 Yoh Yoh 43 Yoh 44 Yoh 45 Yoh 46 Yoh 42 5:39‑40 8:12 9:5 1:14 1:1‑4 1:6‑8 12 telah dijamah oleh hidup-Nya, Yesus mulai memberikan iluminasi melalui Roh-Nya. Orang tersebut sekarang memiliki Terang hidup dan sanggup untuk tetap tinggal di dalam Elohim. Lebih lagi, mereka dapat memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lihat dan ketahui. Untuk merangkumkan poin ini, Yohanes menulis, ‘Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Elohim dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.’47 4. Kita telah mengerjakan hak yang diberikan kepada kita untuk percaya akan status anak Seperti yang telah kita perhatikan, para utusan diutus oleh Elohim untuk mengarahkan perhatian kita kepada Yesus Kristus. Dalam hal ini, pekerjaan mereka adalah memberi kesaksian terhadap fakta bahwa Elohim telah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, dan bahwa barangsiapa menerima Anak dan percaya dalam nama-Nya bisa menjadi seorang anak Elohim. Pernyataan berita ini merupakan suatu pekerjaan yang luar biasa yang memanggil kita untuk bersatu. Ketika seseorang percaya di dalam Yesus dan menghargai apa yang Ia berikan kepada mereka, iman mereka menjadi aktif dan mereka termotivasi untuk meresponi firman Kristus dan menerima janji untuk menjadi seorang anak Elohim. Pada titik ini, penting untuk diperhatikan bahwa percaya di dalam Anak Elohim bukan berarti percaya bahwa Dia ada, atau bahwa Dia adalah Elohim. Ini hanyalah sebuah fakta! Kita tahu bahwa bahkan setan-setan pun percaya akan hal ini.48 Percaya di dalam Anak Elohim meminta kita untuk berada di dalam Dia dan terus mempercayai apa yang Ia katakan. Bukti bahwa kita percaya kepada-Nya adalah kita melakukan apa yang Ia katakan. Hal ini juga menunjukkan bahwa kita telah menerima iman, karena iman adalah bukti dari pekerjaan kita.49 Mari kita perhatikan ini lebih lanjut. Dengan iman, orang yang baru percaya mengerjakan hak untuk menjadi seorang anak Elohim. Kita ingat perkataan Yohanes; ‘Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa (terj. Bhs. Ing. 'right' artinya 'hak') supaya menjadi anak-anak Elohim, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Elohim’.50 Hak ini diberikan kepada mereka ketika Kristus datang dengan hidup-Nya dan menerangi mereka tentang tujuan keberadaan mereka. Mereka diciptakan untuk menjadi anak Elohim.51 Pentingnya seseorang mengerjakan hak untuk menjadi seorang anak Elohim adalah seseorang bisa memiliki suatu pengalaman awal dalam mendengar dan menerima injil, tetapi gagal untuk mengerjakan hak status anak. Mengerjakan hak ini adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan dari status anak kita, yang hanya dapat terjadi ketika kita mempercayai firman yang disampaikan dan berjalan di jalan status anak yang Elohim tegakkan. Ini adalah jalan yang kita jalani bersama. Dan pada jalan ini, kita bersatu dengan persekutuan penderitaan Kristus. 47 1Yoh 4:13‑14 Yak 2:19 49 Yak 2:18 50 Yoh 1:12‑13 51 Yoh 1:4‑13. 1Yoh 1:1‑4 48 13 Yesus tidak pernah memaksakan hidup-Nya atas seseorang. Kita semua memiliki martabat dan pilihan untuk mempercayai dan menerima apa yang sedang ditawarkan kepada kita oleh Anak. Seseorang yang ingin menerima hidup Elohim akan menunjukkan bahwa mereka percaya di dalam Anak dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan iman. Pekerjaan ini sesuai dengan firman dan hidup yang mereka terima. Inilah mengapa ‘setiap orang yang percaya kepada-Nya [Anak] tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal’.52 5. Kita bersekutu dalam tubuh Kristus dan mengasihi saudara-saudara kita Dampak Yesus atas kita sebagai ‘terang kehidupan kita’ harus bergerak melampaui iluminasi yang kita terima mengenai Bapa dan Anak. Hal itu harus terlihat jelas dalam perjalanan kita sebagai anakanak Elohim. Pernyataan pertama dari rasul Yohanes mengenai ‘terang’ adalah bahwa ‘Elohim adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan’.53 Dia menyebut pernyataan ini ‘berita’ dan kemudian berkata bahwa kita harus berjalan dalam terang ini. Perjalanan dan pekerjaanpekerjaan kita sekarang semuanya dilakukan di dalam Elohim. Jika Dia adalah terang, maka semua pekerjaan kita haruslah ‘di dalam terang’. Berjalan di dalam terang menghubungkan perjalanan Kekristenan kita kepada keimamatan kita sebagai anak-anak Elohim. Yohanes menjelaskan bahwa jika kita berjalan dalam terang Elohim Bapa, sebagaimana Dia berhubungan dalam terang dengan Anak dan Roh Kudus, maka kita memiliki persekutuan satu dengan yang lain sebagai anak-anak Elohim, dan darah Yesus, Anak Elohim, menyucikan kita dari segala dosa.54 Ini adalah suatu pernyataan yang mengagumkan. Kita bersatu dengan terang persekutuan Yahweh sendiri. Jika kita memiliki terang dari hidup Elohim, sifat dari persekutuan kita dengan anak laki-laki dan anak perempuan Elohim akan menjadi sama dengan persekutuan yang Bapa, Anak dan Roh Kudus miliki bersama. Untuk bersatu dengan persekutuan ini, kita harus menggunakan darah Yesus yang berharga. Disucikan oleh darah Kita hanya memiliki jalan masuk kepada darah Yesus dengan bersatu pada persembahan-Nya di atas salib, melalui baptisan. Kita memahami bahwa ini menyatukan kita kepada penderitaan Kristus. Akan tetapi, kita juga menyadari bahwa konteks nyata dari persembahan kita adalah di dalam komunitas orang-orang percaya di mana Elohim telah menempatkan kita. Kedua ekspresi persekutuan itu penting untuk memiliki jalan masuk kepada darah Yesus. Yang penting di sini, darah yang kita percikkan adalah darah perjanjian. 55 Paulus mengajarkan bahwa darah ini, yang mempersembahkan kita kepada pelayanan sebagai imam-imam, dalam tipe/gambaran, terdiri dari air, bulu kirmizi dan hisop.56 Dalam menjelaskan hal ini, Paulus menyoroti bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus ditanam dalam, dan berkontribusi untuk, kesanggupan kita bagi pelayanan sebagai imam-imam. 52 Yoh 3:16 1Yoh 1:5 54 1Yoh 1:7 55 Mat 26:28. Ibr 13:20 56 Ibr 9:19 53 14 Dalam terang persekutuan persembahan dengan Yahweh dan satu sama lain, hati kita disucikan dari nurani yang jahat supaya kita dapat melayani Elohim yang hidup sebagai imam-imam. 57 Hal ini berarti bahwa kita sedang dilepaskan dari hidup oleh motivasi-motivasi hukum kita sendiri, dan sedang dimampukan untuk melayani Elohim dengan berkenan. Inilah mengapa Yohanes berkata bahwa darah menyucikan kita dari dosa. Dia bukan sedang berbicara tentang mengatasi kejahatan atau perbuatan-perbuatan jahat, meskipun darah dapat efektif melakukan hal ini. Tetapi, dia berbicara tentang dosa sebagai ‘tidak kena sasaran’, berkaitan dengan status anak kita. Kita tidak mengenai sasaran sehubungan dengan perintah-perintah Elohim ketika kita hidup menurut hukum kita sendiri. Kita akan membahas hal ini lebih lagi dalam bab-bab berikutnya. Kasih seorang terhadap yang lain Rasul Yohanes menasehati kita untuk melakukan perjalanan iman kita dengan cara yang sama seperti yang Kristus lakukan. Kita melakukan ini dengan berjalan (hidup) dalam kasih.58 Kita tahu bahwa kita ada di dalam Kristus ketika kita berjalan (hidup) dengan cara ini. Berjalan dalam terang adalah sama dengan berjalan dalam kasih. Orang yang mengatakan bahwa dia ada di dalam terang dan membenci saudaranya, sebenarnya ia ada di dalam kegelapan sampai sekarang. Orang yang mengasihi saudaranya tetap di dalam terang dan tidak ada yang menyebabkan ia tersandung. Yohanes lebih lanjut menyatakan bahwa berita yang kita terima ketika kita pertama kali menjadi orang Kristen adalah bahwa kita harus mengasihi satu sama lain sebagai anak-anak Elohim, dan bahwa setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh dan tidak memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.59 Kita harus berjalan di dalam, dan menunjukkan, kasih ini. Yohanes menyatakan, ‘Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita’.60 Jika kita menutup hati kita untuk saudara-saudara kita, bagaimana kasih Elohim berdiam di dalam kita? Bukti bahwa kita adalah orang-orang Kristen dan telah berpindah dari maut kepada hidup ditunjukkan melalui kasih kita kepada yang lain. Orang-orang yang tidak mengasihi tetap di dalam maut.61 Menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang kekal Kita menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang kekal ketika kita mengikut Kristus di jalan status anak yang Dia rintis di atas salib. Ini adalah suatu jalan yang atasnya kita akan mengalami penderitaan, mengalahkan dosa, dan bertumbuh dalam hidup Elohim. Kita akan menunjukkan bahwa kita memiliki hidup Elohim karena kita mempersembahkan diri kita oleh kapasitas hidup yang sama di mana Kristus mempersembahkan diri-Nya. Dalam bab-bab berikutnya, kita akan memperhatikan lebih detail sifat dan penyebab penderitaan di dalam dunia, dan penderitaan yang pasti akan kita alami sebagai murid-murid Kristus. Dalam bagian ini, kita akan menyoroti beberapa poin mendasar ini. 57 Ibr 9:14. Ibr 10:22 1Yoh 2:3‑11 59 1Yoh 3:11‑16 60 1Yoh 3:16 61 1Yoh 3:14 58 15 Budak-budak kebenaran Ketika kita dibaptis, kita menyerahkan diri kita untuk menjadi murid-murid Kristus. Elohim memberikan kita kepada pengajaran Kristus, dan kita menjadi budak-budak dari hati kepada firman Kristus.62 Pada titik ini, Paulus menjelaskan bahwa ‘dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah menaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.’ 63 Kita dilepaskan dari perbudakan kita kepada dosa untuk menjadi budak-budak kebenaran. Pertama-tama, komitmen kita kepada firman Kristus bukan karena firman tersebut sesuai atau kita menyetujuinya. Kita tidak bisa percaya berdasarkan hukum kita sendiri. Tetapi, setelah ditawan oleh Kristus, kita berhenti dari hidup oleh hukum kita sendiri dan hak untuk menetapkan diri kita sendiri, dan menggenapi kebenaran dengan menjadi taat kepada firman-Nya. Suatu kehidupan yang dihidupi dalam ketaatan kepada Elohim adalah hidup yang benar. Orang-orang yang menaati perintah-perintah Elohim dari hati adalah budak-budak kebenaran. Mereka sanggup mengalahkan dosa.64 Ketaatan kita menunjukkan bahwa kita sedang dilepaskan dari dosa. Kita tidak lagi menjalani hidup dengan prinsip-prinsip menetapkan diri sendiri. Ini artinya bahwa kita tidak lagi dimotivasi oleh hukum kita sendiri. Melalui ketaatan, kita sanggup mencapai kebenaran Elohim. Akan tetapi, kita harus menyadari dan menerima bahwa kapasitas untuk ketaatan ini tidak melekat di dalam kita. Kita harus menerima ketaatan Kristus yang Dia sempurnakan melalui penderitaan.65 Penderitaan Kristus Berlawanan dengan penderitaan yang setiap orang alami di dalam dunia karena dosa, Kristus menderita karena ketaatan-Nya kepada perintah Elohim untuk menjadi korban penebus dosa. Penderitaan Kristus dimulai ketika Elohim Bapa meletakkan semua dosa kita atas-Nya. Elohim membuat Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa dan kemudian, sebagai pengganti kita, menderita penghakiman Elohim. 66 Kristus adalah benar karena Dia taat kepada perintah Elohim. Elohim dapat membuat Dia menjadi korban yang memperdamaikan kita karena Dia tidak berdosa. Penderitaan yang Kristus tanggung merupakan suatu demonstrasi dari penghakiman Elohim yang benar. Kristus bukan hanya menderita rasa sakit dari murka Elohim terhadap kita, Dia juga menderita rasa sakit akibat perilaku dosa kita. Ini adalah penderitaan dan maut yang telah menjalar kepada setiap orang sebagai akibat dari dosa. Dalam bab tiga, kita akan memperhatikan penyebaran dosa dan maut ke seluruh ciptaan dengan lebih detail. Persembahan sesuai dengan perintah Apakah sifat dari ketaatan Kristus? Hidup Yesus adalah suatu kehidupan yang hidup, mati, dan hidup kembali melalui persembahan. Kristus berkata, ‘Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah 62 Rm 6:17,22 Rm 6:17‑18 64 Rn 6:17‑18 65 Ibr 5:9 66 2Kor 5:21 63 16 tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku.’67 Kristus hidup dan berfungsi oleh perintah Bapa. Inilah yang terjadi, meskipun Dia memiliki hidup-Nya sendiri sebagai bagian dari identitas-Nya sebagai Elohim Anak. Karena hidup-Nya adalah milik kepunyaan-Nya maka Dia sanggup mempersembahkan diri-Nya sendiri sesuai dengan perintah Bapa. Penebusan yang ada di dalam Kristus menunjukkan kapasitas hidup Kristus yang berkuasa. Ini terjadi ketika Dia menggenapi kehendak Elohim dengan menyelesaikan pekerjaan penebusan-Nya di atas salib. Melalui persembahan, Kristus menyerahkan hidup-Nya. Hidup-Nya dicurahkan dan diberikan kepada kita ketika Dia berdarah dari luka-luka yang telah ditimpakan atas-Nya. Kita perhatikan bahwa setiap pencobaan di jalan penderitaan yang Ia alami menjadi suatu titik pengudusan bagi Kristus sementara Dia melahirkan penebusan bagi kita dengan mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim mewakili kita. Dalam doa-Nya kepada Bapa di taman Getsemani, Dia berdoa, ‘Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka’.68 Doa dan motivasi kita haruslah sama dengan doa dan motivasi Anak Elohim. Ketika pekerjaan persembahan-Nya selesai, Anak meminta Bapa untuk memperbaharui hubunganNya dengan Dia dan menerima-Nya sebagai Adam yang terakhir, Kepala dari ciptaan baru. 69 Dia melakukan ini dalam otoritas penuh, oleh perintah Bapa yang Dia telah terima. Ia memperoleh hidup-Nya kembali dan berdiri keluar dari kematian karena dosa. Dia telah membayar hukuman penuh karena dosa kita dan sanggup melangkah masuk ke dalam persekutuan Perjanjian Baru. Dia memberikan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa, dan kembali lagi kepada persekutuan Yahweh sebagai Anak Elohim. Dia juga masuk ke dalam persekutuan Elohim, dibenarkan sepenuhnya sebagai Anak Manusia, dan membawa kita masuk ke dalam persekutuan perjanjian dengan Dia. Menderita dengan Kristus Rasul Petrus mengatakan kepada kita bahwa karena Kristus menderita bagi kita dalam daging, kita seharusnya mempersenjatai diri kita dengan tujuan yang sama. Alasannya mengatakan ini adalah bahwa orang-orang yang telah mengalami penderitaan Kristus dalam daging mereka telah berhenti berbuat dosa dan sanggup untuk menghidupi sisa kehidupan mereka dalam daging dengan melakukan kehendak Elohim. 70 Paulus mengajarkan prinsip yang sama. Dia berkata bahwa ‘siapa yang telah mati’ dengan Kristus ‘bebas dari dosa’.71 Dia mengatakan agar kita memahami bahwa diri kita yang lama telah disalibkan dengan Kristus dan telah disingkirkan, sehingga kita seharusnya tidak lagi menjadi budak-budak dosa. Kita tahu bahwa menderita akibat dosa kita sendiri tidak membuat kita menjadi orang benar. Seluruh dunia menderita dengan cara ini. Penderitaan ini adalah adil, dan menunjukkan bahwa hanya Elohim yang benar. Semua penderitaan yang disebabkan oleh dosa merupakan penghinaan terhadap Elohim. Kerusakan dan rasa sakit yang terjadi karena pemberontakan dan dosa kita tidaklah pernah menjadi maksud Elohim untuk kehidupan kita. 67 Yoh 10:17‑22 Yoh 17:19 69 Luk 23:46 70 1Ptr 4:1‑2 71 Rm 6:6‑7 68 17 Bapa telah meminta kita untuk datang kepada Kristus dan menyatukan diri kita dalam persekutuan persembahan-Nya. Persembahan Kristus adalah cara yang olehnya kita bisa diampuni dan dilepaskan dari dosa-dosa kita. Melalui persekutuan dalam persembahan Kristus, kita ditebus dan disembuhkan. Ketaatan Kristus telah membawa keselamatan dan kesembuhan kepada umat manusia. Ketika kita disatukan kepada persembahan Kristus, kita disatukan kepada persekutuan penderitaan-Nya. Penderitaan kita sekarang adalah menurut kehendak Elohim. Sementara hidup-Nya dicurahkan, Kristus ditopang oleh darah-Nya sendiri, melalui hidup kebangkitan dari Bapa, dan oleh kuasa Roh Elohim. Dalam persembahan, hidup Yesus diberikan kepada kita dari penderitaan-Nya. Ketika hidup itu mengalir kepada kita, kita juga ditopang sementara kita menggenapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus untuk kepentingan tubuhNya. 72 Kita juga menemukan hidup sementara kita menderita. Meskipun hidup-Nya sedang dicurahkan melalui penderitaan, Dia tidak kehilangan hidup-Nya. Dia kembali dari kematian pada perjalanan-Nya menuju kekekalan. Penderitaan tidak membunuh Kristus. Penderitaan adalah cara yang olehnya hidup Yesus diberikan kepada kita. Inilah rahasia dari salib. Keimamatan Ketika rasul Petrus mendorong kita untuk mempersenjatai diri kita dengan tujuan yang sama dengan Kristus yang menderita dalam daging, dia menjelaskan bahwa sementara kita terus mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup dalam melayani Elohim dan satu sama lain, kita akan mengalami kesulitan-kesulitan, permasalahan dan bahkan penderitaan fisik. Kita harus mempersenjatai diri kita di dalam iman untuk menerima bahwa penderitaan fisik akan menjadi bagian dari pelayanan kita, sementara kita berfungsi sebagai imam-imam dalam melayani Elohim. Alasan untuk penderitaan ini adalah supaya kita berhenti dari dosa dan bisa melayani hidup Yesus kepada orang lain. Hidup Yesus selalu tersedia bagi kita ketika kita bersekutu dalam penderitaan-Nya. Setiap tahap penderitaan Kristus disertai dengan pencurahan darah-Nya. Hidup Kristus tersedia bagi kita melalui penderitaan-Nya. Ketika kita dengan taat terus melakukan kehendak Elohim oleh kuasa hidup Kristus, kita menaklukkan dosa di tengah-tengah penderitaan kita. Menaklukkan dosa bukanlah semacam aplikasi mistis dari darah Kristus terhadap hati kita. Tetapi, penaklukan itu dinyatakan di tengah-tengah pengujian dan penderitaan. Kasih karunia-Nya diberikan kepada kita, memampukan kita untuk memimpin diri kita berperilaku dengan roh yang baik di tengah-tengah situasi yang sulit, dan dengan cara ini, kebenaran Elohim sedang dinyatakan dalam kita. Kita perlu menantikan Tuhan di tengah-tengah pengujian, dan doa kita haruslah, ‘Ya Bapa ... bukanlah kehendak-ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi’.73 Ini adalah doa Kristus kepada Bapa ketika Dia berdoa di Getsemani. Kita sanggup melayani sebagai imam dengan menjadi korban yang hidup oleh kuasa dari hidup ketaatan Kristus yang sekarang berdiam di dalam kita. Kita sanggup menanggung beban satu sama lain dalam persekutuan tubuh Kristus. Setiap kita juga harus bertanggung jawab untuk pekerjaan keimamatan kita sendiri. Pengudusan kita sebagai imam-imam adalah beban yang harus kita bawa 72 73 Kol 1:24 Luk 22:42 18 dalam hidup. 74 Penting untuk diingat bahwa penderitaan apapun yang kita tanggung dalam melayani Kristus adalah karena kita berpartisipasi dalam persekutuan persembahan Kristus.75 Pengudusan kita Hidup Kristus ada di dalam firman-Nya. Hidup-Nya memberikan kita kemampuan untuk melakukan kehendak Elohim. Inilah artinya firman Elohim itu hidup dan berkuasa.76 Budaya kehidupan yang mengalir dari ketaatan kepada firman Kristus merupakan demonstrasi dari pengudusan kita. 77 Kita dikuduskan sebagai imam-imam kepada beban yang harus kita bawa dalam hidup sebagai seorang anak Elohim. Ini adalah keuntungan khusus yang kita terima setelah kita dibebaskan dari dosa dan menjadi budak Elohim. Pengudusan adalah hak istimewa untuk menerima keimamatan kita yang digerakkan oleh hidup yang ada di dalam darah Kristus. Hasil dari terus menghidupi suatu kehidupan yang dikuduskan adalah hidup yang kekal.78 Setelah Paulus berbicara tentang keuntungan khusus dari pengudusan kita, dia melanjutkan dengan membahas pergumulan yang mungkin kita hadapi dalam menerima pengudusan kita beserta dengan penderitaan yang menyertai pengudusan itu. Dia berseru, ‘Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?’79 Dia menyoroti keinginan di dalam kita untuk mencari jalan yang lain untuk melayani Elohim, selain melalui hidup Kristus. Akan tetapi, sekarang kita dapat mengetahui kemenangan atas kecenderungan ini. Mengenai penderitaan anak-anak Elohim, Paulus menulis, ‘Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasakuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Elohim, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.’80 Bukti dari perubahan Dalam banyak kasus, budaya agamawi kita harus berubah. Sikap apapun yang memberikan tekanan atas gereja untuk mengakomodasi agama kita sendiri, perlu diidentifikasi dan disingkirkan dari kehidupan kita. Ketika kita hidup menurut daging, kita ingin ciptaan lama dibenarkan melalui pengampunan dan kemudian dilayani dengan kuasa Elohim, supaya kita bisa mencapai hal-hal yang baik untuk Elohim dan untuk umat manusia di dalam dunia ini. Kita menempatkan tekanan atas para pemimpin kita untuk menjadi semacam dermawan yang super-rohani, yang akan membawa beban kita dalam kehidupan ini. Sebaliknya, kita harus menanggung beban satu sama lain dalam persekutuan tubuh Kristus, dan setiap kita harus membawa bebannya sendiri dalam pengudusan. Firman Elohim menentang kebanyakan motivasi kita yang bersifat agamawi ketika firman itu membawa kita kepada realitas sebagai orang Kristen dan menunjukkan kepada kita pengudusan dan keimamatan kita. 74 Gal 6:6 1Ptr 2:20 76 Ibr 4:12 77 Rm 6:19 78 Rm 6:22 79 Rm 7:24 80 Rm 8:37‑39 75 19 20 BAB 2 Mengenal Dia yang benar Dalam bab ini, kita akan memperhatikan model ke-Elohiman. Ketika kita menggunakan istilah ‘model ke-Elohiman’, kita mengacu kepada hidup, persekutuan dan persembahan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Karena itulah, model ke-Elohiman merupakan dasar dari injil. Kita tidak bisa memahami karya salib tanpa memahami persembahan Yahweh. Demikian juga, kita tidak bisa memahami persembahan Yahweh tanpa memahami karya salib. Kedua pembahasan ini perlu dipelajari bersamasama. Rasul Yohanes menyatakan, ‘Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Elohim telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal [Dia] Yang Benar; dan kita ada di dalam [Dia] Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus’.1 Ketika Yohanes berkata bahwa ‘supaya kita mengenal [Dia] Yang Benar’, dia sedang merujuk kepada Elohim Bapa. Ketika dia mengatakan bahwa ‘kita ada di dalam [Dia] Yang Benar’, dia merujuk kepada Anak Elohim, yang juga merupakan Elohim Anak. Kita tahu kita memiliki hidup yang kekal ketika kita mengenal satu-satunya Elohim yang benar; yaitu, kita memiliki suatu hubungan pribadi dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Yohanes memulai suratnya yang pertama dengan mengatakan, ‘Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus’.2 Pekerjaan dari seorang utusan adalah memperkenalkan seseorang kepada Yesus Kristus sehingga mereka dapat mulai mengenal Elohim dan bersatu dengan persekutuan ini. Masuknya kita ke dalam persekutuan ini merupakan hak istimewa dan kehormatan terbesar yang telah diberikan kepada kita sebagai orang-orang Kristen. Nabi Hosea menyatakan, ‘Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN’.3 1 1Yoh 5:20 1Yoh 1:3 3 Hos 6:3 2 21 Nama Kita bisa mengenal Elohim karena Dia telah menyatakan diri-Nya dengan nama. Nama-Nya menyatakan siapa Dia. Ketika Musa meminta Tuhan menyatakan nama-Nya, Dia menjawab, ‘AKU ADALAH AKU’. Dan Dia melanjutkan, ‘Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu’. 4 Ini adalah pernyataan paling mendasar dalam Kitab Suci mengenai eksistensi (keberadaan) diri dan sifat dasar Elohim. ‘AKU ADALAH AKU’ bisa juga diterjemahkan, ‘Aku yang telah ada’ dan ‘Aku yang akan ada’. Kitab Suci melanjutkan, ‘Selanjutnya berfirmanlah Elohim kepada Musa: ‘Beginilah kau katakan kepada orang Israel: TUHAN [Yahweh], Elohim nenek moyangmu, Elohim Abraham, Elohim Ishak dan Elohim Yakub, telah mengutus Aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.’ 5 Dengan cara ini, AKU ADALAH mengungkapkan nama-Nya sebagai Yahweh dan Yahweh Elohim. Musa tahu bahwa ‘Yahweh adalah Elohim kita’. Tapi lebih dari ini, dia memahami nama-Nya baik sebagai Yahweh maupun Yahweh Elohim. Kemudian, di atas gunung Elohim yang sama ini, Musa berdoa kepada Yahweh, ‘Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku’. 6 Tuhan menjawab, ‘Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN [Yahweh] di depanmu’. 7 Ketika Musa memanggil nama-Nya, Tuhan turun dalam awan dan memproklamirkan nama-Nya sebagai Yahweh dan Yahweh Elohim.8 Segala yang dapat kita ketahui tentang AKU ADALAH dinyatakan dalam nama-Nya ‘Yahweh Elohim’. Ini adalah sebutan-Nya turun-temurun (dari generasi ke generasi). Nama-Nya adalah ekspresi penuh dan sempurna dari diri-Nya sebagai satu Tuhan, dan sama halnya, tiga Pribadi dalam satu keElohiman. Yahweh adalah Satu Ketika AKU ADALAH memproklamirkan nama-Nya sebagai ‘Yahweh’, Dia menyatakan diri-Nya sebagai Satu. Dia adalah satu Tuhan, dalam persekutuan satu Roh, satu hidup, dan satu nama. Ini adalah persekutuan Yahweh. Sebagai pengakuan atas fakta ini, orang-orang Yahudi membaca katakata Musa setiap hari, ‘Dengarlah, hai orang Israel! Tuhan [Yahweh] itu adalah Elohim kita, Tuhan itu esa (satu)!’9 Berbicara mengenai penggenapan Hari Raya Pendamaian, nabi Zakharia berkata, ‘Pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya’. 10 Ini tidak menyiratkan bahwa Tuhan menjadi Satu; tetapi, pada waktu itu Ia akan sepenuhnya dinyatakan sebagai Satu kepada semua bangsa. 4 Kel 3:14 Kel 3:15 6 Kel 33:18 7 Kel 33:19 8 Kel 34:6 9 Ul 6:4 10 Za 14:9 5 22 Elohim adalah Tiga Ketika AKU ADALAH memproklamirkan nama-Nya sebagai ‘Yahweh Elohim’, Dia menyatakan diri-Nya sebagai tiga Pribadi individu dan berbeda dalam satu ke-Elohiman. Ini adalah komunitas Elohim. Elohim-lah yang mengatakan pada mulanya, ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar, dan rupa Kita’. 11 ‘Kita’ secara pasti mengacu kepada tiga Pribadi ke-Elohiman; yaitu, Elohim Bapa, Elohim Anak, dan Elohim Roh Kudus. Persekutuan Yahweh tidak dapat dicapai dan diungkapkan sampai Dia menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh Elohim, dan oleh karena itu, sebagai tiga Pribadi yang berbeda. Kita tidak bisa mengenal Yahweh di luar dari persekutuan dengan Elohim Bapa, Elohim Anak, dan Roh Kudus. Dengan memikirkan hal ini, Yohanes menulis, ‘Persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus’. 12 Dan dengan cara yang sama, Paulus berbicara mengenai ‘persekutuan Roh Kudus’.13 Bukti dari tiga Pribadi dalam ke-Elohiman dinyatakan di sepanjang Kitab Suci dan dijelaskan sepenuhnya oleh Yesus Sendiri. Ketika kita memperhatikan perkataan Yesus ketika Dia berdoa kepada Bapa-Nya dan berbicara tentang memberikan kita Roh Kudus, sangat jelas bahwa ada tiga Pribadi yang berbeda dalam ke-Elohiman. Dan Tiga ini telah membuat perjanjian bersama untuk memberikan kita suatu warisan kekal dalam satu hidup dan persekutuan Mereka. Para penulis Perjanjian Baru sepenuhnya konsisten dengan konsep Elohim ini. Mereka berbicara tentang Elohim Bapa, Elohim dan Juruselamat kita, dan Roh Elohim. Ini bukan menyiratkan bahwa ada tiga Elohim, tetapi ada tiga Pribadi individu dan berbeda dalam satu ke-Elohiman. Mereka secara setara mengidentifikasi Bapa sebagai Tuhan, Anak sebagai Tuhan, dan Roh Kudus sebagai Tuhan. Sekali lagi, ini bukan menyiratkan bahwa ada tiga Tuhan, tetapi tiga Pribadi dalam persekutuan satu hidup Yahweh. Paulus berkata ada ‘satu Tuhan, satu iman, satu baptisan’.14 Satu dan Tiga Ketika kita memperhatikan hal-hal ini, kita tidak bisa melampaui fakta bahwa AKU ADALAH berdaulat atas kesatuan-Nya dan keragaman-Nya. Dia sepenuhnya Satu dan sepenuhnya Tiga. AKU ADALAH bukanlah ‘lebih kepada Satu daripada Tiga’, juga tidak ‘lebih kepada Tiga daripada Satu’. Dia adalah sama-sama Satu dan Tiga. Ketika Dia menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh yang adalah Satu, Dia tetaplah suatu komunitas dari Tiga. Dan ketika Dia menyatakan diri-Nya sebagai Elohim yang adalah Tiga, Dia tetap Yahweh yang Satu dalam persekutuan satu Roh, satu hidup dan satu nama. Jangkauan kesatuan dan keragaman dari Yahweh tidak dapat dijelaskan dan tidak dapat diperkirakan. Yahweh merupakan rangkuman dari semua kesatuan, dan Yahweh Elohim merupakan rangkuman dari semua keragaman dalam persekutuan tiga Pribadi. Lebih lanjut dari ini, kesatuan Yahweh-lah yang menyatakan keragaman-Nya sebagai Elohim. Dan keragaman-Nya sebagai Elohim- 11 Kej 1:26 1Yoh 1:3 13 2Kor 13:14 14 Ef 4:5 12 23 lah yang menyatakan kesatuan-Nya sebagai Yahweh. Ini adalah rahasia Elohim yang hanya dapat dipahami dalam pewahyuan nama-Nya. Satu persekutuan – tiga identitas Kitab Suci mengidentifikasi bahwa Roh, hidup, dan nama merupakan substansi dari persekutuan Yahweh dan komunitas Elohim. Sehubungan dengan persekutuan Yahweh, kita tahu bahwa Elohim adalah Roh, dengan cara yang sama di mana Elohim adalah kasih dan Elohim adalah terang. Hal-hal ini menggambarkan hidup dan kodrat ilahi Yahweh yang adalah Satu. Ketika para rasul berbicara tentang disatukan dengan Tuhan dalam ‘satu Roh’, mereka merujuk kepada persekutuan Yahweh. Akan tetapi, masing-masing Pribadi dalam ke-Elohiman memiliki identitas rohani mereka sendiri yang tidak dapat diberikan kepada yang lain. Oleh karena itu, Kitab Suci mengidentifikasi Roh Bapa, Roh Anak, dan tentu saja, Roh Kudus. Satu hidup – tiga ekspresi Yahweh adalah persekutuan dari satu hidup. Merupakan kekeliruan yang serius untuk mengatakan bahwa ada tiga kehidupan yang berbeda dalam persekutuan Yahweh. Tidak ada tiga Elohim atau tiga Tuhan yang dapat hidup secara independen/terpisah satu sama lain. Kodrat ilahi adalah hidup Yahweh. Hidup itu pastinya merupakan milik bersama dari ke-Tiganya. Akan tetapi, dalam komunitas Elohim, masing-masing dari tiga Pribadi mempunyai hidup ini untuk dimiliki dan diekspresikan dalam suatu cara yang unik. Kodrat ilahi diekspresikan oleh Elohim Bapa sebagai hidup kebapaan. Kodrat ilahi diekspresikan oleh Elohim Anak sebagai hidup status anak. Dan kodrat ilahi diekspresikan oleh Roh Kudus sebagai hidup pengudusan. Keragaman ekspresi dari satu hidup ini hanya diketahui ketika mereka berada dalam hubungan satu Roh bersama. Sebagai contoh, kita tidak bisa mengetahui status anak tanpa kebapaan. Kita juga tidak bisa mengetahui kebapaan tanpa status anak. Kepenuhan Yahweh Kita akan memperluas poin ini secara singkat. Ketika Paulus berbicara tentang segala ‘kepenuhan Elohim’, dia merujuk kepada persekutuan Yahweh. 15 Persekutuan Yahweh adalah sumber dari segala kebapaan, status anak, dan pengudusan. Kebapaan dari Yahweh lebih besar daripada identitas rohani Elohim Bapa. Kita tahu hal ini demikian karena salah satu nama baru yang diberikan kepada Elohim Anak adalah ‘Bapa yang kekal’. Akan tetapi, ini tidak membuat Dia menjadi Pribadi yang sama dengan Elohim Bapa. Demikian juga, status anak dalam Yahweh lebih besar daripada identitas rohani Elohim Anak. Dengan cara yang sama, kapasitas pengudusan dalam Yahweh lebih besar daripada identitas rohani Roh Kudus. Ini merupakan suatu pertimbangan yang penting. Jika tidak demikian, itu artinya bahwa setiap Pribadi dalam ke-Elohiman akan menjadi sumbernya dan, oleh karena itu, menjadi batasan dari setiap kualitas kodrat ilahi ini. Persekutuan Yahweh lebih besar daripada rangkuman ketiga Pribadi; jika tidak demikian, tidak ada multiplikasi. Kepenuhan Yahweh hanya bertambah oleh multiplikasi 15 Ef 3:19 24 ciptaan baru melalui persembahan. Pertambahan dan multiplikasi ini tidak tetap dan tidak dapat diukur. Hal ini tidak terikat pada kekekalan atau batasan lain apapun. Pengudusan dalam komunitas Elohim Persekutuan Yahweh adalah sumber dari segala kapasitas kebapaan, status anak, dan pengudusan. Akan tetapi, ketiga ekspresi hidup Yahweh ini tidak diekspresikan di luar dari Elohim Bapa, Elohim Anak, dan Roh Kudus. Bapa telah dikuduskan oleh Anak dan Roh Kudus untuk mengekspresikan segala kebapaan dari Yahweh. Anak telah dikuduskan oleh Bapa dan Roh Kudus untuk mengekspresikan segala status anak Yahweh. Dan Roh Kudus juga, telah dikuduskan untuk mengekspresikan segala kapasitas pengudusan Yahweh. Dia adalah Penolong dari semua pengudusan. Dengan cara ini, kepenuhan Yahweh telah dibawa dan diekspresikan dalam perjanjian dan persembahan Elohim. Inilah arti dari persembahan ‘melalui Roh yang Kekal’. Inilah istilah yang Paulus gunakan dalam suratnya kepada orang Ibrani untuk menjelaskan bagaimana Yesus Kristus mempersembahan diri-Nya kepada Elohim Bapa.16 Roh yang Kekal bukanlah suatu cara alternatif untuk merujuk kepada Roh Kudus. Ini adalah kapasitas Yahweh yang olehnya setiap Pribadi keElohiman membuat persembahan untuk melahirkan Perjanjian Kekal. Kapasitas Roh yang Kekal diberikan kepada Anak melalui Roh Kudus. Roh Kudus disebut ‘Penolong’ karena alasan ini. Dikuduskan oleh nama Pewahyuan pertama dari persekutuan adalah ‘kegiatan pengudusan’ antara Anggota-anggota keElohiman ini. Dalam persekutuan ini, setiap Anggota ke-Elohiman dikuduskan kepada identitas dan ekspresi Mereka sendiri sebagai Elohim Bapa, Elohim Anak, dan Elohim Roh Kudus. Inilah arti pertama dari ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Elohim’. 17 Setiap Pribadi dalam ke-Elohiman dikuduskan sebagai kudus, atau dipisahkan, dalam persekutuan kasih dan komunikasi dari Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kita diingatkan bahwa Yesus berdoa kepada ‘Bapa yang kudus’. Yesus disebut ‘Yang Kudus dari Elohim’.18 Dan tentu saja, Pribadi ketiga dalam ke-Elohiman disebut Roh Kudus. Dalam komunikasi pengudusan antara Bapa, Anak dan Roh Kudus ini, Mereka tidak menyatakan hak ‘Aku’. Dengan ini, maksud kami adalah Elohim Bapa tidak menyatakan hak dari ekspresi-Nya sendiri. Tetapi, seperti yang telah kami nyatakan, Ia dikuduskan oleh Anak dan Roh Kudus untuk menjadi ekspresi dari segala kebapaan Yahweh. Dia dikuduskan untuk menjadi ‘Bapa’ karena Anak dan Roh Kudus menyampaikan kebenaran dalam kasih mengenai nama-Nya. Setiap Anggota ke-Elohiman dinyatakan oleh nama. Akan tetapi, Mereka tidak menyatakan diri Mereka sendiri. Yesus berkata, ‘Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar’. 19 Nama-nama individu Mereka diproklamirkan oleh masing-masing yang lain. Anak berbicara menyatakan nama Bapa, dan Roh Kudus berbicara menyatakan Anak. Yesus berkata 16 Ibr 9:14 Why 4:8 18 Why 4:8. Yoh 17:11. Yoh 6:69 19 Yoh 5:31 17 25 mengenai Roh Kudus, ‘Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri’.20 Dan Dia melanjutkan demikian, ‘Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku’.21 Anak menyatakan kepenuhan dari nama Bapa, dan juga, Roh Kudus menyatakan kepenuhan dari nama Anak. Dengan cara ini, Dia memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran. Nama Roh Kudus tidak akan sepenuhnya dinyatakan sebelum tujuh guruh memproklamirkan kegenapan keputusan rahasia Elohim. Namun, kita tahu bahwa Kristus adalah kepenuhan ke-Elohiman secara jasmaniah. Dengan pandangan ini, Roh Kudus dinyatakan dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang dimuliakan. Perjanjian Perjanjian Yahweh adalah perjanjian dari hidup dan persekutuan Mereka. Ini adalah perjanjian yang secara eksklusif ada di antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kita telah ditentukan sejak semula untuk dimasukkan ke dalam persekutuan Mereka, tetapi kita tidak akan pernah menjadi bagian dari Perjanjian Mereka. Perjanjian yang Elohim telah adakan dengan kita disebut ‘Perjanjian Kekal’. Tuhan menyatakan kepada Abraham, ‘Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Elohimmu dan Elohim keturunanmu’.22 Perjanjian Kekal ditegakkan melalui persembahan Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam Perjanjian Yahweh. Proses persembahan yang menegakkan Perjanjian Kekal ini juga disebut ‘musyawarah Tuhan’ atau ‘musyawarah Elohim’. Musyawarah Tuhan, secara harfiah, adalah sesi atau pertemuan di mana Mereka membahas tujuan Perjanjian Mereka. Nabi Yeremia bertanya, ‘Sebab siapakah yang hadir dalam dewan musyawarah TUHAN, sehingga ia memperhatikan dan mendengar firman-Nya? Siapakah yang memperhatikan firman-Nya dan mendengarnya?’ 23 Demikian juga, Raja Daud berkata ‘TUHAN bergaul karib dengan (terj. Bhs. Ing. ‘The secret counsel of the LORD is for those’ artinya ‘Musyawarah rahasia TUHAN adalah untuk’) orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.’24 Musyawarah di antara tiga Pribadi ke-Elohiman ditetapkan dan disahkan sebagai musyawarah kehendak Mereka yang ditentukan sejak semula. Dari musyawarah ini, Elohim berkehendak untuk melahirkan sesuatu yang benar-benar baru. Menurut kehendak inilah maka perjanjian disahkan oleh sumpah. Firman sumpah tidak dapat diubah dan bersifat kekal. Paulus merujuk kepada tujuan Elohim, diteguhkan oleh sumpah ini, ketika dia berkata kepada para penatua Efesus, ‘Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud (terj. Bhs. Ing. ‘counsel’ artinya ‘musyawarah’) Elohim kepadamu’.25 20 Yoh 16:13 Yoh 16:14 22 Kej 17:7 23 Yer 23:18 24 Mzm 25:14 25 Kis 20:27 21 26 Kasih Elohim Persekutuan Bapa, Anak dan Roh Kudus merupakan persekutuan yang berlangsung dan penuh terhadap diri Mereka sendiri. Masing-masing Pribadi dalam ke-Elohiman sepenuhnya puas dalam persekutuan ini. Mereka tidak memerlukan apapun yang lain. Paulus menyatakan kepada orangorang di hadapan Areopagus, ‘Elohim yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang’.26 Motif dan motivasi dalam musyawarah Elohim yang melahirkan Perjanjian Kekal adalah kasih dan hanya kasih. Dalam Yahweh, kasih itu sempurna dan kasih itu lengkap. Rasul Yohanes menyatakan bahwa ‘Elohim adalah kasih’ dan bahwa kasih ‘berasal dari Elohim’. Ini merupakan esensi mendasar dari Elohim. Karena itu, kasih merupakan ikatan kesempurnaan. 27 Kasih sempurna inilah yang memotivasi Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk melahirkan Perjanjian Kekal melalui persembahan. Kasih diekspresikan melalui persembahan atau pemberian. 28 Kita ingat ayat yang sangat terkenal, ‘Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan (memberikan)’.29 Di dalam komunitas Elohim, Kitab Suci mengidentifikasi kasih Bapa, kasih Anak, dan kasih Roh Kudus. Yohanes berbicara tentang ‘betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita’.30 Sama halnya, rasul Paulus bertanya, ‘Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?’ Dan dia juga mendorong jemaat di Roma, ‘Demi kasih Roh, aku menasehatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa’.31 Kasih Bapa diekspresikan melalui kerinduan-Nya akan banyak anak. Bapa telah menentukan kita sejak semula kepada adopsi sebagai anak melalui Yesus Kristus sesuai dengan ‘kerelaan kehendakNya’.32 Ini juga diterjemahkan ‘perkenanan kehendak-Nya’. Kedua terjemahan ini sedikit lemah. Ini adalah kehendak-Nya yang dimotivasi oleh kasih-Nya. Yohanes berkata bahwa ‘kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Elohim kepada kita’.33 Dia menyatakan, ‘Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Elohim!’34 Kasih Anak diekspresikan melalui kerelaan-Nya untuk mengosongkan diri-Nya sampai titik akhir dan menyerahkan hidup-Nya melalui persembahan. Salah satu pernyataan yang paling luar biasa sehubungan dengan kasih Anak ditemukan dalam Injil Yohanes. Dikatakan bahwa Kristus ‘sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya’. 35 Kasih-Nya ditunjukkan kepada kita melalui kerelaan-Nya untuk mati bagi kita. Paulus berbicara tentang ‘Anak Elohim yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya 26 Kis 17:24‑25 Kol 3:14 28 1Yoh 4:9 29 Yoh 3:16 30 1Yoh 3:1 31 Rm 15:30 32 Ef 1:5 33 1Yoh 4:16 34 1Yoh 3:1 35 Yoh 13:1 27 27 untuk aku’. 36 Dan juga, ‘sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya’.37 Kasih Roh Kudus adalah suatu kasih yang menguduskan dan memelihara, yang menjaga pengudusan dan martabat dari masing-masing dan setiap pribadi. Dengan sangat hati-hati Dia menjaga Perjanjian Kekal dan merindukan penggenapannya. Kita tahu bahwa kasih Elohim dicurahkan melalui Roh Kudus. Kasih karunia Elohim Jika kasih adalah motivasi yang menjadi alasan pemberian Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka kasih karunia adalah kuasa, otoritas, dan kapasitas bagi Mereka untuk membuat persembahan. Dia adalah ‘Elohim, sumber segala kasih karunia’.38 Ketika kita berbicara tentang kasih karunia, kita merujuk kepada hal yang lebih lagi daripada perkenanan Elohim yang tidak pantas kita terima. Kasih karunia adalah kapasitas Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk membuat persembahan dan dengan demikian menggenapi kehendak dan tujuan Perjanjian Mereka. Ada suatu persembahan yang khusus dan unik dari Bapa, Anak dan Roh Kudus yang dimampukan oleh kasih karunia. Kita bisa mengidentifikasi ‘kapasitas hakiki’ dari Elohim Bapa, Elohim Anak dan Roh Kudus. Kitab Suci dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa ada beberapa hal yang hanya dapat dilakukan Bapa; beberapa hal yang hanya dapat dilakukan Anak; dan beberapa hal yang hanya dapat dilakukan Roh Kudus. Bapa adalah sumber dari pasokan hidup yang tidak berkesudahan. Kapasitas unik-Nya adalah memultiplikasi hidup dan identitas. Karena itu, Dia disebut ‘Bapa segala terang’ dan ‘Bapa segala roh’. Bapa-lah yang memberikan identitas rohani kepada anak-anak manusia. Dan lebih lanjut dari ini, Dialah satu-satunya yang memiliki kapasitas untuk memperanakkan anak-anak Elohim. Inilah pekerjaan unik Bapa untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan status anak. Kita bisa mengidentifikasi sejumlah kapasitas yang secara eksklusif merupakan milik Elohim Anak. Yang pertama dan yang paling jelas adalah Anak dapat mengosongkan diri-Nya. Ini adalah suatu hal yang Bapa tidak dapat lakukan karena pasokan hidup-Nya yang tidak berkesudahan. Anak adalah satu-satunya Pribadi dalam ke-Elohiman yang memiliki kapasitas untuk mengosongkan sampai kepada suatu titik akhir dan menyerahkan hidup-Nya sampai mati. Karena itu, pekerjaan unik Anak adalah menjadi Penebus dan Perintis keselamatan kita. Lebih lanjut dari ini, kerajaan dan keimamatan merupakan bagian dari kapasitas hakiki Elohim Anak. Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya, Dia menyerahkan kapasitas hakikinya, tetapi kemudian diberikan kembali kepada-Nya oleh Bapa ketika Dia diperanakkan sebagai Anak Bapa. Kapasitaskapasitas ini diberikan kembali kepada-Nya melalui firman sumpah. Bapa menyatakan, ‘Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek’.39 36 Gal 2:20 Ef 5:25 38 1Ptr 5:10 39 Mzm 110:4. Ibr 5:6. Ibr 7:17,21 37 28 Pekerjaan khusus Roh Kudus adalah menguduskan segala sesuatu kepada urutannya baik sesuai dengan ontologi (hakikat hidup) maupun waktunya. Roh Kudus adalah saksi terhadap pengudusan Perjanjian Kekal. Merujuk kepada Roh Kudus, Paulus mengidentifikasi bahwa ‘Ia berfirman [sebelumnya]: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka.”’40 Dan lebih lanjut dari ini, Roh Kudus merupakan esensi dari Perjanjian Baru. Bapa menyerahkan kepenuhan-Nya Apakah persembahan unik dari Bapa dan Anak yang melahirkan Perjanjian Kekal? Dalam musyawarah Tuhan, Bapa menyampaikan kerinduan-Nya untuk banyak anak, dan Anak menyampaikan kerelaan-Nya untuk mengosongkan diri-Nya supaya kerinduan Bapa dapat digenapi. Dalam persekutuan ini, Bapa melanjutkan dengan menyerahkan kepenuhan hidup Yahweh kepada Anak. Kita baca dalam surat Paulus kepada jemaat Kolose bahwa ‘seluruh kepenuhan Elohim berkenan diam di dalam Dia’.41 Kepenuhan dari hidup kebapaan Yahweh diserahkan kepada Elohim Anak sebagai hidup yang ditentukan sejak semula untuk diberikan kepada sekumpulan anak-anak Elohim. Hidup ciptaan baru ini diberikan kepada Elohim Anak sebagai milik kepunyaan-Nya. Elohim Anak merupakan ekspresi dari semua status anak dan, dengan demikian, Dia adalah ‘yang memenuhi semua dan segala sesuatu’.42 Menyerahkan dan mengosongkan Ketika kita berbicara tentang ‘menyerahkan hidup’, kita tidak hanya berbicara tentang suatu kematian. ‘Menyerahkan hidup’ merupakan inisiatif seseorang untuk memberi, menyerahkan, dan mempersembahkan hidup mereka bagi yang lain. Yesus berkata, ‘Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya’.43 Dan juga Dia berkata, ‘Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan [menyerahkan kepada] kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah’. 44 ‘Menyerahkan’ adalah ekspresi kasih melalui memberi dan mempersembahkan. Ketika kita merujuk pada ‘mengosongkan’, kita juga berbicara tentang mempersembahkan dan memberi, tetapi dengan maksud yang berbeda dengan ‘menyerahkan’. Mengosongkan selalu sampai pada titik akhir dari kematian. Simbolismenya jelas. Ketika sebuah bejana kosong, berarti isi bejana itu telah dicurahkan sampai kepada titik akhir yang mutlak. Kitab Suci menyatakan bahwa segala sesuatu yang Tuhan mulai, Dia melakukannya dengan menyerahkan dan mengosongkan. Menyerahkan merupakan inisiatif utama Bapa dan mengosongkan adalah inisiatif utama Anak. Anak mengosongkan diri-Nya Setelah menerima kepenuhan hidup kebapaan dari Yahweh, rasul Paulus mengatakan kepada kita bahwa Anak mengosongkan diri-Nya. Dia menyatakan ini dengan jelas dalam suratnya kepada 40 Ibr 10:15‑16 Kol 1:19 42 Ef 1:23 43 Yoh 15:13 44 Yoh 15:16 41 29 jemaat Filipi. Meskipun Anak ada dalam rupa Elohim, Dia ‘tidak menganggap kesetaraan dengan Elohim itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri’.45 Dia tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Elohim sebagai suatu hal yang harus diambil untuk diri-Nya sendiri. Ini juga berarti bahwa Dia tidak dirampas dari kesetaraan dengan Elohim ini. Tetapi, Dia mengosongkan diri-Nya untuk membuat ruang bagi kita. Seperti apakah kesetaraan dengan Elohim yang Paulus maksud dalam ayat ini? Kita tahu bahwa Elohim Anak setara dengan Bapa dan Roh Kudus sebagai Anggota ke-Elohiman. Dia mengosongkan diri-Nya dari hak untuk menggunakan kesetaraan ini untuk menjadi budak Bapa. Akan tetapi, ‘kesetaraan dengan Elohim’ yang Paulus maksudkan adalah lebih jauh dari hal ini. Mari kita katakan sekali lagi bahwa Bapa adalah sumber dari semua status anak ciptaan baru. Elohim Bapa-lah yang memiliki kapasitas untuk memperanakkan anak-anak dan, oleh karena itu, ‘memultiplikasi status anak’. Tidak ada kebapaan dalam Elohim di luar dari Elohim Bapa. Akan tetapi, Elohim Anak-lah yang merupakan ekspresi dari semua status anak. Tidak ada status anak dalam Elohim di luar dari Elohim Anak. Dengan memikirkan ini, kita tahu bahwa Elohim Bapa dan Elohim Anak itu setara dalam mengekspresikan kebapaan dan status anak. Bapa diperlukan untuk memultiplikasi status anak, dan Anak diperlukan untuk mengekspresikan status anak. Kesetaraan inilah yang Anak tidak pertahankan atau ambil untuk diri-Nya sendiri. Dia mengosongkan diri-Nya untuk membuat ruang bagi banyak anak dalam persekutuan Yahweh! Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya, kita tahu bahwa Dia tidak mengosongkan identitas-Nya. Dia adalah, dan akan selalu menjadi, Elohim Anak. Dia tidak bisa memberikan identitas-Nya kepada yang lain. Dia mengosongkan kemuliaan-Nya dan hak untuk menggunakan hak istimewa hakiki-Nya sebagai Elohim Anak. Dan lebih dari ini, Dia mengosongkan semua status anak Yahweh yang telah diserahkan kepada-Nya oleh Bapa sebagai kekayaan warisan-Nya. Kekayaan ini adalah kepenuhan hidup Yahweh. Dan itu adalah kekayaan warisan kita sebagai anak-anak Elohim. Seperti yang telah Paulus katakan, ‘Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya’.46 Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya dalam Perjanjian Yahweh, dua hal terjadi secara bersamaan. Pertama, Dia mengosongkan diri-Nya sampai pada suatu titik akhir yang mutlak supaya ruang dibuat untuk ciptaan baru. Kedua, hidup Yahweh yang diserahkan kepada-Nya dimultiplikasi sebagai hidup dari kumpulan banyak anak. Dalam satu persembahan ini, Elohim Anak mengosongkan diri-Nya dan ciptaan baru dibawa kepada kepenuhan. Dapat kita katakan bahwa ketika Elohim Anak berkurang melalui pengosongan, maka ciptaan baru bertambah oleh persembahan yang sama ini, dan sedang ‘dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Elohim’.47 Elohim Anak mengosongkan diri-Nya untuk membuat ruang bagi sekumpulan banyak anak agar dikumpulkan ke dalam persekutuan Yahweh. Dia membuat ruang untuk ‘segala sesuatu yang baru’. 45 Flp 2:7 2Kor 8:10 47 Ef 3:19 46 30 Ini adalah kasih karunia dan kapasitas unik Elohim Anak. Dia dapat mengosongkan diri-Nya kepada suatu titik akhir yang mutlak, untuk menegakkan suatu permulaan yang baru. Mengosongkan ke pangkuan Bapa Ketika Anak mengosongkan diri-Nya dalam Perjanjian Yahweh untuk membuat ruang bagi ciptaan baru dan ‘memotong’ Perjanjian Kekal, ini merupakan tahap pertama dari pengosongan-Nya. Dalam tahap kedua dari pengosongan-Nya, Elohim Anak mengosongkan diri-Nya ke pangkuan Bapa. Dia menyerahkan kemuliaan-Nya sendiri kepada pemeliharaan Bapa, dan merendahkan diri-Nya kepada suatu aturan kekepalaan. Kekepalaan adalah aturan yang olehnya ciptaan baru dihasilkan. Karenanya, rasul Paulus mengatakan, ‘Elohim adalah kepala dari Kristus’. 48 Elohim Anak mengosongkan diri-Nya ke pangkuan Bapa dan diperanakkan oleh Bapa sebagai Anak-Nya. Dia menjadi Anak Sulung Bapa. Pemazmur telah meneguhkan hal ini, dengan berkata, ‘Akupun juga akan mengangkat Dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi’.49 Penting untuk menyadari bahwa Elohim Anak tidak memiliki permulaan. Dia ada ‘sebelum segala sesuatu’, tetapi merendahkan diri-Nya kepada suatu permulaan supaya sekumpulan banyak anak dapat dibawa kepada kemuliaan. Dia bukanlah Anak Elohim sampai Dia diperanakkan ke dalam pangkuan Bapa. Sebagai Anak Elohim, Dia adalah permulaan dari ciptaan Elohim, Benih dari semua ciptaan baru. Ketika Bapa menyatakan, ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini’, ini adalah sesuatu yang benar-benar baru dalam persekutuan ke-Elohiman. Hubungan Bapa dan Anak telah ditetapkan kembali secara kekal oleh Perjanjian Kekal. Identitas Anak tidak berubah, tetapi hubungan-Nya dengan Bapa telah berubah demi kepentingan kita. Bapa telah berkata, ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku’. 50 Penting untuk membuat suatu perbedaan antara Elohim Anak dengan kemuliaan-Nya sebelum, dan Anak Elohim dengan ‘kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa’.51 Milik kepunyaan Bapa Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya sebagai Budak Yahweh, Dia diperanakkan oleh Bapa sebagai Anak Elohim. Sebagai Anak Sulung Bapa, Anak Elohim menjadi milik kepunyaan Bapa untuk diberikan, sebagai seorang Anak, Budak, dan Perintis status anak kita. Yesus Sendiri menyatakan bahwa Dia telah diberikan oleh Bapa ketika Dia menyatakan, ‘Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Elohim mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.’52 48 1Kor 11:3 Mzm 89:27 50 Ibr 1:5 51 Yoh 1:14 52 Yoh 3:16‑17 49 31 Paulus juga menjelaskan bahwa ‘Tetapi setelah genap waktunya, maka Elohim mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima (diadopsi) menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Elohim telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Elohim.’53 Bapa sanggup memberikan Anak demi keselamatan kita dan mengirimkan Roh Anak ke dalam hati kita, karena Roh-Nya merupakan kepunyaan Bapa. Benih Perjanjian Anak Elohim adalah Benih Perjanjian. Persembahan Elohim Anak menyatakan kapasitas-Nya untuk menjadi Anak Domba, Raja, dan Imam menurut peraturan Melkisedek. Semua ini adalah kapasitas unik dari Elohim Anak. Akan tetapi, Elohim Anak tidak memiliki kapasitas untuk menjadi ‘Benih’ hingga Dia menjadi Anak Elohim. Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus berbicara tentang Kristus sebagai ‘satu Benih’ kepada siapa semua janji perjanjian dibuat. Ketika Dia diperanakkan sebagai Anak Elohim, di dalam Dia terkandung semua hidup ciptaan baru dan nama dari setiap anak Elohim yang telah diketahui dan ditentukan sebelumnya. Mujizat dari benih adalah ketika benih itu jatuh ke dalam tanah dan mati, benih itu menghasilkan suatu kumpulan besar menurut jenisnya. Yesus berkata, ‘Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah’. 54 Persembahan Benih-lah yang melahirkan banyak identitas rohani yang baru, dengan hidup dan sebuah nama sebagai suatu kepunyaan yang kekal, suatu warisan yang tidak terkorupsi. Hidup Yahweh dimultiplikasi melalui kebangkitan, sama seperti sebuah benih yang menghasilkan hidup menurut jenisnya. Suatu tanaman baru bukanlah benih; tetapi, itu adalah suatu wujud yang baru dari benih. Dengan cara yang sama, kodrat ilahi diberikan kepada kita dalam Kristus, melalui kematian-Nya dan oleh kebangkitan-Nya. Ini adalah satu hidup Yahweh, tetapi telah diberikan kepada kita melalui persembahan, sebagai hidup ciptaan baru. Firman sumpah Perjanjian Kekal diteguhkan dan disahkan oleh firman sumpah. Kitab Ibrani menguraikan bahwa Elohim bersumpah demi diri-Nya sendiri, dan dengan demikian menunjukkan kepada kita kekekalan dari musyawarah-Nya dan meneguhkannya dengan sumpah. Tidak mungkin bagi Elohim untuk berdusta, oleh karena itu, kita memiliki penghiburan yang kuat.55 Perjanjian disahkan oleh sumpah Bapa ketika Dia berkata, ‘Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.’56 Dan lebih lanjut dari ini, pemazmur menyatakan, ‘TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal, “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”’57 53 Gal 4:4‑7 Yoh 12:24 55 Ibr 6:16‑18 56 Mzm 2:7 57 Mzm 110:4 54 32 Kita ingat bahwa Yesus disebut Melkisedek dalam kitab Ibrani dan dikatakan bahwa ‘Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Elohim’. 58 Kapasitas untuk keimamatan merupakan milik Elohim Anak; tetapi setelah diperanakkan sebagai Anak Elohim, Kristus dinyatakan oleh Bapa untuk menjadi Imam selamanya. Tersirat di dalam keimamatan ini adalah persembahan diri-Nya sebagai Anak Domba. Sekarang Dia adalah Imam Bapa dan Anak Domba Bapa. Dia adalah Anak Domba bagi rumah Bapa. Anak Domba Rasul Petrus menyatakan bahwa kita telah ditebus dengan ‘darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir’. 59 Yesus mati di kayu salib sebagai Anak Domba Elohim, tetapi kita perlu memperhatikan bagaimana Dia menjadi Anak Domba Elohim sebelum dunia dijadikan. Elohim Anak dikuduskan untuk menjadi Anak Domba Yahweh dalam Perjanjian Yahweh. Tentu saja, Elohim Anak tidak memiliki kesamaan secara fisik dengan seekor anak domba. Dia adalah Pribadi kedua dari ke-Elohiman. Dia adalah ‘seperti Anak Domba’ dan darah-Nya adalah ‘seperti darah anak domba’. Pertama-tama, Anak Domba adalah persembahan Yahweh Elohim. Dalam Kitab Suci, seekor anak domba selalu merupakan suatu persembahan; dan lebih dari ini, anak domba adalah simbol yang mewakili semua persembahan. Anak Domba adalah persembahan dari ketiga Pribadi ke-Elohiman, tetapi persembahan ini terwujud dan dinyatakan oleh Elohim Anak. Tidak ada identitas atau substansi lain dalam Anak Domba di luar dari Elohim Anak. Kita ingat perkataan Abraham kepada Ishak, ‘Elohim yang akan menyediakan Anak Domba untuk korban bakaran bagi-Nya’. 60 Persembahan Elohim Anak-lah yang menghasilkan ‘darah Perjanjian Kekal’. Tidak ada anak domba sebelum itu yang disembelih dan darahnya tertumpah sepenuhnya. Pertama-tama, persembahan Elohim Anak sebagai Anak Domba sepenuhnya di dalam persekutuan Yahweh. Sebagai Anak Domba Yahweh, Anak mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim sebagai suatu keharuman. 61 Kita harus memperhatikan bahwa, meskipun persembahan ini ada di dalam keElohiman, persembahan ini adalah demi kepentingan kita. Elohim Anak mengasihi kita dan memberikan diri-Nya untuk kita.62 Dengan mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa, Dia menjadi Anak Elohim dan Anak Domba Bapa. Dia menjadi persembahan Bapa sebagai penyediaan bagi setiap anak dalam rumah Bapa. Penting untuk memahami perbedaan antara Elohim Anak dengan Anak Elohim. Demikian juga, penting untuk membuat suatu perbedaan antara Elohim Anak ‘sebagai Anak Domba’ dan Anak Elohim yang merupakan ‘Anak Domba Bapa’. Pada tahap pertama, ketika Dia mengosongkan di 58 Ibr 7:3 1Ptr 1:19 60 Kej 22:8 61 Ef 5:2 62 Ef 5:2 59 33 dalam Perjanjian Yahweh, Elohim Anak adalah ‘seperti Anak Domba’ dengan darah ‘seperti darah Anak Domba’. Dalam tahap kedua, ketika Dia mengosongkan ke pangkuan Bapa, Dia diperanakkan sebagai Anak Elohim dan menjadi Anak Domba Bapa dengan darah penebusan Anak Sulung. Anak Domba disembelih – perjanjian dipotong Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya sampai pada suatu titik akhir yang mutlak, Anak Domba disembelih dan perjanjian ‘dipotong’. Perjanjian tidak berlaku sebelum perjanjian itu dipotong ‘terbuka’, katakan demikian, untuk membuat ruang bagi ciptaan baru. Penulis kepada orang Ibrani menyampaikan perlunya kematian dari Dia yang membuat perjanjian.63 Bahkan perjanjian pertama tidak ditahbiskan tanpa darah. 64 Oleh karena itu, Kitab Suci secara terus-menerus merujuk kepada darah perjanjian. Anak Domba dan darah-Nya yang mahal menyatakan kapasitas Elohim Anak untuk menjadi Pewaris (yang mewariskan) Perjanjian Kekal dan Perantara dari Perjanjian Baru. Darah adalah hidup yang telah diberikan kepada kita melalui persembahan Kita tidak dapat berbicara tentang Anak Domba Elohim tanpa mengidentifikasi darah Anak Domba, atau darah Perjanjian Kekal. Sama seperti Anak Domba itu sendiri, darah telah dipilih sejak semula sebelum dunia dijadikan. Anak Domba adalah persembahan Yahweh, dan darah adalah hidup persembahan. Poin utama kita adalah: darah adalah persekutuan hidup Yahweh yang telah diberikan kepada kita melalui persembahan. Itu adalah darah Perjanjian Kekal. Demikian juga, Yesus menyebutnya darah Perjanjian Baru. Dia berkata kepada murid-murid-Nya pada perjamuan terakhir, ‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu’.65 Sebagai rangkuman, Anak Domba dipilih sejak semula ketika Elohim Anak dikuduskan untuk menjadi Anak Domba di dalam musyawarah Tuhan. Ini adalah persekutuan Bapa, Anak dan Roh Kudus di mana Mereka menetapkan untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan. Anak Domba disembelih ketika Elohim Anak mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim. Dia mengosongkan diriNya, dan dengan demikian Perjanjian Kekal dipotong. Darah-Nya yang berharga tercurah sebagai darah Perjanjian Kekal. Pengosongan Anak-lah yang melahirkan permulaan dari ciptaan baru dan membuat hidup Yahweh tersedia bagi umat manusia. Kita memandang Anak Domba ketika kita melihat persembahan Yesus Kristus di kayu salib bagi kita. Persembahan Yesus Kristus di atas salib, dalam waktu, menyatakan jalan persembahan di dalam musyawarah Elohim sebelum waktu dan di luar waktu. Sama seperti sebuah jendela ke dalam jalan Elohim yang tak terselami dan tak terkira, hal itu menyatakan hikmat Elohim yang tersembunyi. Jalan persembahan adalah hikmat dan kuasa Elohim.66 Anak Domba disembelih sebelum dunia dijadikan dalam musyawarah Elohim, tetapi satu persembahan ini telah diwujudkan ‘sekali’ pada zaman akhir ini demi kepentingan kita.67 63 Ibr 9:15‑16 Ibr 9:18 65 Luk 22:20 66 1Kor 1:24 67 1Ptr 1:20 64 34 Lihatlah Anak Domba – rangkuman dari semua persembahan Penting untuk diperhatikan bahwa ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus, dia menyatakan, ‘Lihatlah Anak domba Elohim’. Orang-orang Yahudi yang mendengar pemberitaan ini telah begitu terbiasa dengan persembahan dan korban anak domba. Setiap rumah di seluruh bangsa mereka ditebus dari perbudakan di Mesir oleh darah anak domba. Mereka merayakan Hari Raya Paskah setiap tahun untuk memperingati pembebasan yang luar biasa ini. Selain korban anak domba Paskah, orang Yahudi akan mengaitkan anak domba dengan korban bakaran harian. Kitab Suci mencatat persembahan anak domba sebagai korban bakaran sejak permulaan. Ketika Tuhan meminta Kain dan Habel untuk membawa persembahan, dicatat bahwa Habel adalah ‘gembala kambing domba’ dan dia ‘mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya’. 68 Kita ingat iman Abraham: ‘Elohim yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya’.69 Pada zaman Musa, anak domba dipersembahkan sebagai korban bakaran setiap pagi dan petang di atas mezbah tabernakel. Ini adalah korban bakaran yang tetap (terus-menerus) di seluruh generasi.70 Ketika kita memperhatikan dua persembahan anak domba yang berbeda ini, tidaklah mengherankan bahwa Yohanes Pembaptis menyampaikan beritanya mengenai Anak Domba Elohim pada dua peristiwa yang terpisah dan berbeda. Pada peristiwa pertama, dia menyatakan, ‘Lihatlah Anak domba Elohim, yang menghapus dosa dunia!’71 Anak Domba yang menghapus dosa dunia adalah Anak Domba Paskah. Ini adalah cara kerja Elohim untuk menebus kita, mengakhiri dosa, dan membawa masuk kebenaran kekal. Pada hari berikutnya, Yohanes Pembaptis memperhatikan Dia ‘ketika Yesus lewat’ dan hanya menyatakan, ‘Lihatlah Anak domba Elohim!’ 72 Pernyataan kedua ini jauh lebih mendasar, dan tidak ada hubungan atau kaitannya dengan dosa. Ini adalah Anak Domba untuk korban bakaran yang terus-menerus. Anak Domba Elohim tidaklah pertama-tama diberikan karena dosa. Dia adalah Anak Domba yang ‘mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Elohim sebagai persembahan yang tak bercacat’.73 Dia adalah Anak Domba yang merupakan pewahyuan dari semua persembahan dalam persekutuan ke-Elohiman. Firman Pada pasal pertama dari Injilnya, rasul Yohanes menunjukkan urutan dari firman yang datang. Dia menyatakan, ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Elohim dan Firman itu adalah Elohim’. 74 Firman menegakkan permulaan supaya kita dapat mengenal Elohim dan memahami tujuan perjanjian Elohim. Firman pada permulaan-lah yang memampukan kita untuk 68 Kej 4:2,4 Kej 22:8 70 Kel 29:42 71 Yoh 1:29 72 Yoh 1:36 73 Ibr 9:14 74 Yoh 1:1 69 35 mengenal dan memahami. Ini menjelaskan mengapa Yohanes memulai injilnya dengan pernyataan ‘pada mulanya adalah Firman’. Akan tetapi, hal pertama yang Firman pada permulaan nyatakan kepada kita adalah bahwa ada suatu ontologi dari Firman yang melahirkan permulaan. Pada ayat pertama dari Injilnya, Yohanes menjelaskan ke belakang/mundur untuk mengidentifikasi ontologi dari Firman sebelum permulaan. Firman adalah Elohim Pertama-tama, Firman adalah Elohim. Jelasnya Firman itu ‘AKU ADALAH’. Ini adalah firman Yahweh, yang adalah satu. Dan ini sama dengan Firman Elohim, yang adalah tiga. Setiap Pribadi dalam keElohiman memproklamirkan firman mengenai satu hidup Yahweh. Dan setiap Pribadi memproklamirkan firman mengenai hidup dari masing-masing yang lain. Mereka mengatakan kebenaran dalam kasih. Setiap Pribadi memberi kesaksian mengenai Pribadi dan firman akan yang lain. Oleh karena itu, setiap firman yang keluar dari Perjanjian Yahweh merupakan suatu ekspresi dari ketiga Pribadi dalam komunitas Elohim. Ketika Yohanes berkata, ‘Firman itu adalah Elohim’, kita dapat mengaplikasikannya pada masingmasing Anggota ke-Elohiman. Akan tetapi, dalam kaitan ontologi utama dari firman yang menegakkan permulaan, Yohanes sedang merujuk kepada Firman sebagai Elohim Bapa. Bapa dan pewahyuan kehendak dan tujuan-Nya-lah yang menegakkan dasar dari Perjanjian Kekal. Firman Bapa adalah esensi dari siapa Dia dan pewahyuan kehendak dan kerinduan-Nya untuk banyak anak. Firman bersama-sama dengan Elohim Yohanes menyatakan bahwa Firman adalah Elohim dan Firman ada bersama-sama dengan Elohim. Dalam pernyataan ini, Dia membuat suatu perbedaan antara Elohim Bapa dengan Firman. Dalam Perjanjian Yahweh, Bapa menyerahkan firman hidup kepada Elohim Anak. Anak mengosongkan diriNya untuk menjadi perwujudan dari Firman Hidup ini. Sebagai Firman Hidup, Anak menjadi ekspresi penuh dari segala yang diserahkan kepada-Nya. Elohim Anak menjadi Firman yang ada bersamasama dengan Elohim Bapa dalam persekutuan Perjanjian Yahweh. Pada mulanya adalah Firman Ketika Elohim Anak mengosongkan diri-Nya, Perjanjian Kekal dipotong dan permulaan ditegakkan. Kehendak dan tujuan perjanjian Elohim dinyatakan sepenuhnya oleh Elohim Anak sebagai Firman pada permulaan, supaya kita dapat mengenal Elohim dan memahami kehendak-Nya. Ketika Yohanes berbicara mengenai Firman ‘pada mulanya’, dia bukan merujuk kepada permulaan waktu atau permulaan penciptaan. Dia mengidentifikasi permulaan dari segala sesuatu yang baru dalam Perjanjian Kekal. Pada mulanya Dia ada bersama dengan Elohim Lebih lanjut dari ini, Yohanes berkata bahwa Firman pada mulanya bersama dengan Elohim. Kita tahu bahwa Elohim Anak adalah Firman yang bersama-sama dengan Elohim sebelum permulaan dalam Perjanjian Yahweh. Akan tetapi, setelah menegakkan permulaan dalam Perjanjian Kekal, Dia berlanjut ke pangkuan Bapa untuk diperanakkan sebagai Benih. Ketika Elohim Anak diperanakkan sebagai Anak Elohim, Dia menjadi Benih Elohim. Dia menjadi pewahyuan penuh dari hidup dan nama 36 Bapa. Kemudian dalam pasal yang sama, Yohanes berkata, ‘Tidak seorangpun yang pernah melihat Elohim; tetapi Anak Tunggal Elohim, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya’.75 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia Yohanes melanjutkan, ‘Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan’.76 Firman pada mulanya bersama-sama dengan Elohim, kemudian berlanjut untuk menciptakan langit dan bumi. Karena Dia adalah Firman, Dia juga adalah Pencipta. Kita tahu bahwa ‘karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia’.77 Firman menjadi daging Pada akhirnya, Anak Elohim adalah Firman yang menjadi daging dan berdiam di tengah-tengah kita.78 Dia merupakan pewahyuan penuh dari firman dan hidup Bapa dalam rupa daging umat manusia. Oleh karena itu, Dia adalah pewahyuan penuh dari hidup dan penentuan kita sejak semula sebagai anak-anak Elohim Bapa. Yohanes berkata, ‘Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang manusia’.79 Pekerjaan seorang utusan adalah memperkenalkan kita kepada Yesus Kristus sebagai Utusan Elohim. Dia adalah Utusan Elohim yang juga merupakan perwujudan dari berita itu. Ketika Bapa mengirimkan Kristus ke dalam hati kita sebagai Benih Elohim, kita dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi sebagai anak-anak Elohim. Kita tahu kita memiliki hidup yang kekal ketika Bapa, Anak dan Roh Kudus semuanya datang membuat tempat kediaman Mereka di dalam kita. Yesus berkata, ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’.80 Demikian juga, Yesus berkata bahwa Roh Kudus akan tinggal dengan kita selamanya. Dia berkata mengenai Roh Kudus, ‘Kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu’.81 Budak Yahweh Seperti yang telah kita perhatikan, Paulus mengajarkan bahwa Kristus Yesus ‘mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba *budak+’. 82 Terjemahan dari bagian ini memberikan arti bahwa Kristus adalah seorang budak karena Dia mengosongkan diri-Nya. Akan tetapi, teks bahasa Yunani dapat dengan sama, dan biasanya akan, diterjemahkan, ‘Dia mengosongkan diri-Nya, setelah 75 Yoh 1:18 Yoh 1:3 77 Kol 1:16 78 Yoh 1:14 79 Yoh 1:4 80 Yoh 14:23 81 Yoh 14:17 82 Flp 2:7 76 37 mengambil rupa seorang hamba’. Dari perspektif ini, Dia telah mengambil rupa seorang budak dalam Perjanjian Yahweh, dan kemudian mengosongkan diri-Nya. Anak tentu saja bukanlah seorang budak dalam arti telah dikuasai atau ditaklukkan oleh Bapa. Jelas bahwa Anak Sendiri mengambil rupa seorang budak. 83 Kata Yunani untuk ‘rupa’, yang digunakan oleh Paulus dalam bagian ini, berarti bahwa sifat atau esensi dari sesuatu berdiam dalam seseorang selama orang itu ada/hidup. Ini adalah kata yang sama yang Paulus gunakan untuk menggambarkan Kristus Yesus telah ada dalam ‘rupa’ Elohim. 84 Kita memahami bahwa Yesus Kristus adalah Elohim dengan sendirinya, dan dengan demikian, Dia membuat diri-Nya menjadi seorang budak dengan sendirinya. Dalam hal ini, Dia tidak menjadi seorang budak untuk melakukan suatu pekerjaan dan kemudian melepaskan status budak-Nya setelah pekerjaan tersebut selesai. Hal menjadi budak sekarang tetap merupakan salah satu ekspresi dari kemuliaan Anak. Menyatakan Bapa Sebagai budak, Kristus sanggup untuk sepenuhnya menyatakan Bapa. Dengan menjadi budak Dia mengizinkan hidup Yahweh diekspresikan dan mengalir keluar dari kesatuan Mereka yang sempurna. Budak berlanjut dari Perjanjian Yahweh untuk menyatakan kerinduan Bapa akan banyak anak. Dia diurapi untuk tujuan ini. Kita perhatikan perkataan Yesus, ‘Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepadaKu.’85 Penting agar kita tidak kehilangan signifikansi dari status budak yang dimiliki Anak. Hanya seorang budak yang dapat melewati penghakiman. Ini karena penghakiman-Nya bukanlah penghakiman-Nya sendiri. Dia tidak memiliki kontribusi apapun dalam hasil penghakiman. Pada poin ini, kita ingat perkataan Yesus, ‘Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.’86 Budak (yaitu Yesus) sanggup menghakimi tanpa memihak dan tanpa memiliki kepentingan. Ini karena pengosongan-Nya yang sempurna dan pekerjaan-Nya yang proaktif untuk sepenuhnya menyatakan yang lain. Ciptaan dan penebusan Ketaatan Anak yang sempurna kepada Bapa sebagai seorang budak berarti bahwa Dia sanggup menegakkan hukum-hukum ciptaan dalam kerukunan yang sempurna satu dengan yang lain. Dia hanya menyatakan firman Bapa. Tidak ada agenda atau inisiatif yang bersaing dengan firman yang keluar dari Bapa. Mengenai ciptaan, Paulus merangkumkan hubungan ini, demikian, ‘Namun bagi 83 Flp 2:7 Flp 2:6 85 Yoh 12:48‑50 86 Yoh 5:30 84 38 kita hanya ada satu Elohim saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup’.87 Sama seperti status budak dari Anak adalah hal yang mendasar bagi penegakan ciptaan dengan keharmonisan hukum-hukumnya, itu juga merupakan cara yang olehnya hukum-hukum dari setiap makhluk hidup dapat dibawa kembali ke dalam keharmonisan melalui penebusan. Ketika Kristus mati di atas salib, Dia telah sepenuhnya diselaraskan kepada kehendak Bapa, sebagai seorang budak. Dia tidak menjalankan inisiatif apapun di luar dari kehendak Bapa.88 Paulus menjelaskan bahwa ‘oleh ketaatan satu Orang semua orang menjadi orang benar’. 89 Ini karena setiap dimensi dan ekspresi dari hukum telah dipakukan di salib melalui ketaatan-Nya yang sempurna. Dia menegakkan suatu jalan hidup yang baru yang berlawanan dengan penggunaan hukum-hukum kita sendiri, menjadikan ketaatan yang disempurnakan ini tersedia bagi orang-orang yang datang kepada-Nya. Di atas salib, Anak adalah Budak yang menaklukkan yang membawa tawanan-tawanan. 90 Dengan cara ini, setiap orang yang merupakan tawanan dosa, tetapi menerima ke-Tuhanan-Nya, menjadi budak dari ketaatan-Nya. Sekarang, sebagai budak-budak yang taat, kita sanggup mematahkan, ‘setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Elohim. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (ter. Bhs. Ing. ‘into captivity to the obedience of Christ’ artinya ‘menaklukkannya kepada ketaatan Kristus’)’. 91 Bukannya hidup oleh hukum-hukum kita sendiri, yang menghasilkan perdebatan dan kesombongan, sekarang kita sanggup melakukan kehendak Elohim sebagai anakanak-Nya. Ini adalah kesaksian dari seseorang yang sedang ditebus. Yesaya merangkum dua dimensi dari pekerjaan Budak, demikian, ‘Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.”’92 87 1Kor 8:6 Luk 22:42 89 Rm 5:19 90 Ef 4:8 91 2Kor 10:5 92 Yes 43:1 88 39 40 BAB 3 Hukum dan penderitaan Rasa sakit dan penderitaan adalah aspek-aspek kehidupan yang kita semua alami, terlepas apakah kita orang Kristen atau bukan. Dan, meskipun penderitaan adalah hal yang umum bagi semua orang, alasan-alasan untuk penderitaan kita dan dampak-dampaknya atas kita tidaklah dipahami dengan baik, bahkan di antara orang-orang Kristen. Selama berabad-abad, berbagai pernyataan filosofi telah diberikan dalam usaha menjelaskan penderitaan di dalam dunia. Sebagai contoh, seorang filsuf Jerman Friedrich Nietzsche menyatakan, ‘Apa yang tidak membunuh kita, membuat kita lebih kuat’. Tentu saja, jika hal ini benar, semakin seseorang menderita, semakin lama mereka akan hidup. Akan tetapi, pengalaman dan pengamatan kita memberitahukan bahwa rasa sakit dan penderitaan menandakan kematian dari setiap makhluk hidup pada akhirnya. Sama seperti filosofi duniawi, teologi Kristen menyediakan sedikit kejelasan yang sesungguhnya mengenai penyebab dan dampak penderitaan. Banyak orang Kristen memandang iman mereka sebagai suatu sarana yang dapat mereka gunakan untuk menghindari penderitaan. Mereka menganggap bahwa penderitaan Kristus di atas salib sebagai suatu korban yang hidup, adalah sepenuhnya mewakili kita. Yaitu, mereka memandang penderitaan-Nya sebagai pengganti. Dari sudut pandang ini, mereka percaya bahwa Kristus, sebagai korban penebus dosa bagi kita, mengalami semua rasa sakit dari penghukuman karena dosa kita supaya kita dapat menerima berkat kehidupan yang mengalahkan penderitaan. Bagi orang-orang Kristen yang berpegang pada pengertian ini, tentu saja penderitaan merupakan suatu masalah. Terlepas apakah mereka menjadi tersandung ketika mereka menderita, berpikir bahwa persembahan Kristus tidak memberikan apa yang dijanjikan, atau mereka percaya bahwa entah bagaimana, mereka pasti telah gagal dalam iman mereka. Pemikiran ini mendukung keyakinan bahwa rasa sakit mereka adalah suatu penghukuman untuk kegagalan iman mereka. Ini bukanlah yang Kitab Suci ajarkan kepada kita tentang penderitaan. Ketika membahas hal ini, banyak orang berfokus pada bagaimana menghindari, membatasi, atau pulih dari penderitaan. Sebagai contoh, orang tua melakukan yang terbaik untuk melindungi anakanak mereka dari bahaya dengan mengajarkan mereka tentang bahaya-bahaya yang harus mereka hindari dan perilaku-perilaku yang akan menyelamatkan mereka dari rasa sakit dan tekanan yang tidak diperlukan. Hal-hal ini tentu saja merupakan pelajaran-pelajaran yang penting untuk anak-anak pelajari. Namun, bahkan dengan pengajaran terbaik dan strategi-strategi penghindaran yang paling efektif sekalipun, kita tahu bahwa anak-anak kita tetap akan mengalami penderitaan dalam 41 perjalanan hidup mereka. Mengapa demikian? Mengapa penderitaan tidak dapat dihindari? Apakah ada keuntungan-keuntungan dari penderitaan kita? Apa yang Elohim pikirkan tentang penderitaan? Ini hanyalah sedikit dari banyak pertanyaan yang dapat kita pertimbangkan sehubungan dengan pembahasan ini. Ciptaan hidup dalam damai Untuk memahami dengan sebagaimana mestinya mengenai penderitaan dan implikasi -implikasinya bagi kehidupan kita sebagai orang Kristen, akan bermanfaat untuk memulai dengan memperhatikan kehidupan di muka bumi sebelum ada rasa sakit apapun. Ini adalah suatu masa ketika semua makhluk hidup berada dalam keharmonisan yang sempurna satu sama lain dan dengan hukumhukum yang mengatur ciptaan itu sendiri. Tentu saja, kita berbicara tentang kondisi kehidupan di muka bumi sebelum umat manusia jatuh karena ketidaktaatan mereka kepada Elohim. Kitab Suci mengajarkan kita bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi, dan setiap makhluk hidup di dalamnya, oleh firman-Nya. 1 Terkandung di dalam firman-Nya adalah hikmat yang olehnya bumi didirikan, dan pengertian yang olehnya langit ditegakkan. 2 Batasan-batasan dari setiap dimensi ciptaan ditetapkan oleh firman Elohim. Sebagai contoh, ‘Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya’. 3 Batasan-batasan atau hukum-hukum yang ditegakkan oleh firman Elohim ini, mengatur alam semesta secara fisik, termasuk waktu dan musim di muka bumi. 4 Setiap makhluk hidup di dalam ciptaan ini diciptakan unik oleh Elohim. Dia menetapkan prinsipprinsip khusus yang olehnya masing-masing spesies hidup, bergerak dan ada. 5 Prinsip-prinsip ini adalah hukum-hukum yang yang olehnya hidup mereka dihidupi. Hukum, atau firman, Elohim adalah sempurna, dan setiap prinsip hidup yang firman Elohim tegakkan dalam ciptaan ada dalam keharmonisan yang sempurna dengan yang lain.6 Ini artinya bahwa tidak ada konflik di antara hukum-hukum ini. Tidak ada maut, juga tidak ada kompetisi antara spesies-spesies untuk bertahan hidup. Ciptaan ini ada dalam keharmonisan dan hidup dalam damai. Ini karena setiap aspek dan dimensi hidup di dalam dunia dikuduskan. Elohim Sendiri mengakui bahwa ciptaan ini, dan semua yang ada di dalamnya, ‘sangat baik’.7 Suatu mandat diserahkan kepada Adam Elohim membuat taman di wilayah Eden dan menempatkan Adam di dalam taman itu. 8 Artinya, Elohim telah menghubungkan takhta sorgawi-Nya dengan taman ini. Kita memahami hal ini demikian karena Lusifer, sebelum kejatuhannya, ada di dalam Eden sebagai kerub yang diurapi yang menutup atau menjaga takhta.9 Taman Eden adalah sumber hidup bagi seluruh bumi. Sebagai contoh, sungai yang mengairi taman Eden merupakan tipe/gambaran dari ‘sungai kehidupan’ yang mengalir dari 1 Mzm 33:6. Yoh 1:3 Ams 3:19 3 Ams 8:29 4 Mzm 74:17 5 Kis 17:28 6 Mzm 19:7 7 Kej 1:25 8 Kej 2:8 9 Yeh 28:13-14 2 42 takhta Elohim. Dari Eden, sungai itu terbagi dalam empat sungai yang mengairi empat sudut bumi yang dahulu (sebelum air bah).10 Adam dan Hawa memiliki persekutuan dengan Tuhan Elohim di dalam taman Eden ketika Dia berjalan di sana setiap hari pada waktu hari sejuk. 11 Kata ‘sejuk’ dalam bahasa Ibrani adalah ruach, dan dapat diterjemahkan ‘angin, angin sepoi-sepoi, nafas, roh’. Yesus menggunakan gambaran yang sama untuk menjelaskan seseorang yang dilahirkan dari Roh.12 Jelas, persekutuan Adam dan Hawa dengan Yahweh adalah ‘di dalam Roh’. Dalam persekutuan ini, kefanaan mereka ditopang oleh hidup Yahweh. Sebagaimana mereka berjalan dan berbicara dengan Dia setiap hari, firman-Nya memberikan mereka hidup.13 Elohim menyerahkan suatu mandat kepada Adam. Dia memberkati Adam dan berkata kepadanya, ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak (terj. Bhs. Ing. ‘Be fruitful and multiply’ artinya ‘berbuah dan bermultiplikasi’); penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burungburung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’ 14 Dia melanjutkan demikian, ‘Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohonpohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya’. 15 Tuhan Elohim juga berkata kepada Adam, ‘Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati’. 16 Kita sebaiknya mengambil waktu sesaat untuk memperhatikan kebesaran dan implikasi -implikasi dari mandat yang diserahkan kepada Adam. Dia seharusnya menaklukkan setiap makhluk hidup dan memerintah atas mereka. Ini berarti bahwa semua hukum yang mengatur kehidupan dari setiap makhluk hidup tunduk kepada Adam. Dia harus memelihara dan mengelola hidup ini sesuai dengan firman dan tujuan Elohim. Ketika Adam dan Hawa taat kepada perintah ini dan tetap dalam persekutuan dengan Yahweh, maka pengudusan, damai dan keharmonisan dari ciptaan yang telah ditegakkan oleh firman Elohim terpelihara. Karena setiap makhluk hidup telah ditundukkan kepada Adam, hidup dari makhluk-makhluk ini ditopang oleh firman yang Adam telah terima. Dalam firman ini, Adam menerima hikmat dan pengertian sehubungan dengan nama-nama binatang.17 Ketika Tuhan membawa binatang-binatang kepada Adam, dia bukan hanya mengidentifikasi mereka; dia menetapkan hukum-hukum kehidupan mereka sesuai dengan firman Elohim. Semua makhluk hidup, termasuk manusia, juga menerima 10 Kej 2:10-14 Kej 3:8 12 Yoh 3:7-8 13 Mzm 119:50 14 Kej 1:28 15 Kej 1:29-30 16 Kej 2:17 17 Kej 2:19 11 43 suatu perintah dari Elohim untuk berbuah dan bermultiplikasi.18 Hukum kehidupan ini menjadi suatu motivasi mendasar dari setiap makhluk hidup. Ketidaktaatan Adam Adam tidak menaati firman Elohim ketika dia mendengarkan suara istrinya. 19 Hawa telah melihat bahwa buah itu baik untuk dimakan, sedap kelihatannya dan menarik hati karena memberi pengertian. 20 Ini adalah sudut pandang kedagingannya sendiri, dan tidak sesuai dengan perintah yang Elohim telah berikan kepada suaminya, Adam. 21 Dia telah terperdaya oleh ular yang mengatakan bahwa memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat akan membuat mereka seperti Elohim.22 Kita tahu bahwa Elohim menciptakan manusia dalam gambar-Nya dan telah merancangkan bagi umat manusia untuk menjadi sesuai dengan keserupaan-Nya. 23 Akan tetapi, ular berdusta kepada Hawa dan memperdaya dia dengan suatu cara alternatif untuk menjadi seperti Elohim. Dengan mendengarkan firman alternatif ini, baik Adam maupun Hawa terpikat oleh keinginan-keinginan daging mereka sendiri. Keinginan-keinginan ini melahirkan dosa ketika mereka mengambil dan memakan buah itu, yang menghasilkan kematian mereka. 24 Adam dan Hawa telah berupaya menangkap apa yang mereka percaya baik untuk mereka, melupakan bahwa setiap hal baik yang datang kepada mereka berasal dari Bapa, melalui Anak. 25 Suatu pilihan Pada titik ini, penting untuk memperhatikan mengapa Adam dan Hawa jatuh. Ketika Elohim menciptakan manusia dari debu tanah, Dia membedakan manusia dari semua binatang dengan memberikan mereka kepemilikan atas identitasnya sendiri. Binatang-binatang tidak dapat menghidupi cara lain apapun selain oleh prinsip hidup yang Elohim telah tegakkan bagi mereka. Sebagai contoh, seekor anjing, tidak memiliki kapasitas untuk memilih apakah dia akan berperilaku seperti seekor anjing atau tidak. Semua binatang hidup oleh naluri mereka dan membuat responrespon yang khas terhadap lingkungan di mana mereka berada. Berlawanan dengan semua makhluk hidup yang lain, Elohim menciptakan manusia sebagai suatu makhluk yang hidup, dalam gambar-Nya sendiri.26 Adam dan Hawa diberikan kapasitas, martabat dan kebebasan untuk memiliki dan mengekspresikan kehidupan mereka sendiri. Ini artinya bahwa mereka dapat menjadi sadar akan diri mereka sendiri dan yang lain, dan dapat membuat keputusankeputusan tentang bagaimana menghidupi kehidupan mereka. Oleh karena itu, mereka bertanggung jawab untuk keputusan-keputusan mereka dan akibat-akibatnya. Yang paling penting, kemampuan dan kebebasan pilihan berarti bahwa, tidak seperti binatang, Adam dan Hawa dapat membuat 18 Kej 1:14,28 Kej 3:17 20 Kej 3:6 21 Kej 2:17 22 Kej 3:5 23 Kej 1:26-27 24 Yak 1:14-15 25 Yak 1:17 26 Kej 1:27. Kej 2:7 19 44 persembahan. Ini adalah dasar dari persekutuan Elohim sendiri, dan umat manusia telah diciptakan untuk memiliki persekutuan dengan Yahweh. Implikasi dari memiliki identitas-identitas mereka sendiri adalah Adam dan Hawa memiliki suatu pilihan sehubungan dengan bagaimana mempersembahkan diri mereka dalam meresponi mandat yang Elohim telah serahkan kepada mereka. 27 Mereka tidak ditentukan untuk menjadi tidak taat. Mereka seharusnya mempersembahkan diri mereka kepada Yahweh sebagai budak-budak kebenaran-Nya. Mereka memiliki kapasitas, kesempatan dan kebebasan untuk melakukan ini. Mereka bahkan memiliki suatu teladan untuk diikuti! Elohim Anak adalah teladan mereka. Seperti yang kita perhatikan di awal buku ini, Elohim Anak mengosongkan diri-Nya dalam meresponi kerinduan Bapa untuk banyak anak. Dia diperanakkan oleh Bapa sebagai Anak Elohim, dan membuat diri-Nya menjadi budak Bapa.28 Sebagai Budak Bapa, Anak menciptakan segala sesuatu. Akan tetapi, segala sesuatu, termasuk hidup dan identitas manusia, berasal dari Bapa.29 Melalui ketaatan-Nya, Anak telah menyatakan apa yang Bapa telah serahkan kepada-Nya. Adam dan Hawa memiliki kesempatan untuk belajar dan berlanjut dalam jalan ini sementara mereka berjalan dan berbicara dengan Yahweh setiap hari. Jika Adam telah mempersembahkan dirinya sebagai seorang budak kebenaran, maka kesibukannya adalah menyatakan Yahweh melalui ketaatannya sendiri kepada mandat yang diberikan kepadanya. Seorang budak, secara definisi, hanya melakukan apa yang tuannya perintahkan untuk dia lakukan. Adam seharusnya mempersembahkan dirinya dan pekerjaannya kembali kepada Yahweh. Raja Daud, seorang yang berkenan di hati Elohim, memahami prinsip ini ketika dia mengakui, ‘Sebab dari padaMulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan [kembali] kepada-Mu’.30 Persekutuan Yahweh perlu menjadi titik acuan Adam untuk segala yang dia lakukan dan segala yang terjadi di dalam taman Eden. Persekutuan mereka adalah ‘di dalam Roh’, dan Adam seharusnya menujukan pikirannya kepada hal-hal yang dari Roh. Hasilnya seharusnya adalah hidup dan damai yang terus-menerus dalam ciptaan.31 Jika menjadi budak adalah cara mendasar dari persekutuannya dengan Yahweh, maka Adam tidak akan mendengarkan sudut pandang alternatif yang ditawarkan oleh istrinya. Dia akan membawa perihal ini ke dalam pembahasan dengan Yahweh untuk memastikan bahwa hanya kehendak Elohim yang terjadi. Adam dan Hawa menujukan pikiran mereka kepada hal-hal yang dari daging bukannya hal-hal yang dari Roh. Mereka memberanikan diri untuk mengambil sesuatu yang tidak diberikan Elohim kepada mereka. Buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat tidak ada di dalam cakupa n mandat yang telah mereka terima dari Tuhan. Dan ketika mereka mempertimbangkan keuntungankeuntungan dari mengambil buah itu, mereka menetapkan diri mereka sendiri sebagai titik acuan untuk apa yang baik bagi kehidupan mereka. Bukannya menyatakan kemulia an Elohim melalui 27 Rm 6:16-19 Ibr 1:5. Flp 2:5-7 29 1Kor 8:6 30 1Taw 29:14 31 Rm 8:5-6 28 45 ketaatan kepada perintah-Nya, mereka berusaha untuk menyatakan diri mereka dan kemuliaan mereka sendiri. Ini dilakukan dengan mengerjakan kehendak mereka sendiri dan mengejar keinginan-keinginan daging mereka. Jika mereka mau bertahan dengan sabar, pada waktunya, Elohim Sendiri akan memuliakan mereka sebagai anak-anak Elohim. Sebaliknya, akibat dari tindakan mereka adalah maut.32 Ketidakharmonisan karena ketidaktaatan Rasul Paulus menjelaskan bahwa ‘dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa’.33 Maut dan, dapat kita katakan, penderitaan yang memimpin kepada maut, masuk ke dalam dunia melalui dosa Adam. Paulus juga menjelaskan bahwa karena dosa ini seluruh ciptaan juga menjadi budak korupsi. Ciptaan itu sendiri mengerang dan menderita sakit bersalin sampai sekarang.34 Karena dosa Adam, sekarang setiap makhluk hidup mengalami penderitaan dan maut. Apa itu ketidaktaatan Adam yang mengakibatkan dosa, penderitaan dan maut yang menjalar kepada kita semua? Bagaimana dosa Adam mengakibatkan penderitaan seluruh ciptaan? Sejak saat Adam dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, mereka terpisah dari hidup perjanjian Elohim. 35 Mereka tidak lagi diselaraskan dengan firman Elohim. Lebih lagi, mereka terpisah dari persekutuan Roh di mana sebelumnya kefanaan mereka ditopang oleh hidup-Nya, dan ketelanjangan mereka ditutupi oleh terang-Nya. Sekarang mereka dihukum untuk hidup oleh prinsip hukum mereka sendiri, dalam usaha yang sia-sia untuk menopang kehidupan mereka yang fana. Suatu kehidupan yang dihidupi di luar dari parameter-parameter yang ditegakkan oleh firman Elohim tidak dapat menjadi dan melakukan apa yang Elohim telah rencanakan untuk kehidupan itu. Kehidupan tersebut pasti tidak mengenai sasaran seperti yang ditegakkan oleh firman itu sendiri. ‘Tidak kena sasaran’ sesungguhnya adalah definisi dari dosa. Karena Adam dan Hawa melakukan hukum mereka sendiri dan mengakibatkan mereka kehilangan sasaran sehubungan dengan nama dan pekerjaan mereka, maka tidak dapat dihindari bahwa hal ini berdampak atas tindakan-tindakan dari hukum yang lain. ‘Tidak kena sasaran’ menyebabkan ketidakselarasan dan ketidakharmonisan dalam hukum-hukum ciptaan. Hidup itu sendiri menjadi suatu sumber yang terbatas bagi Adam dan Hawa karena mereka dipotong keluar dari hidup Yahweh. Karena setiap ciptaan telah terhubung dengan hidup itu melalui Adam, maka hidup itu juga merupakan suatu sumber yang terbatas bagi semua binatang, burung dan ikan. Kita bisa melihat bahwa penderitaan dan maut yang dihasilkan dari dosa bukan hanya sekedar pertentangan hukum-hukum yang tidak dapat dihindari. Hukum-hukum bertentangan karena setiap makhluk hidup menggunakan haknya untuk berbuah dan bermultiplikasi dalam keterbatasan dari sumber hidup yang tersedia. Apa yang baik menurut hukum dari satu binatang adalah jahat untuk yang lain karena mereka bersaing untuk hidup. 32 Rm 8:6 Rm 5:12 34 Rm 8:21-22 35 Ef 2:12 33 46 Maut menjalar kepada semua Pertentangan yang diakibatkan oleh ketidaktaatan Adam terhadap firman Elohim ditimpakan atas seluruh ciptaan. Ini karena hukum-hukum atau prinsip-prinsip hidup dari setiap makhluk hidup di bumi telah ditaklukkan kepada Adam, dan dia memerintah atasnya. Terputusnya manusia dari hidup Elohim, dan penyimpangan dari tindakan-tindakan mereka, menyebabkan semua hukum yang lain menjadi tidak selaras. Sama seperti Adam dan Hawa, setiap organisme di bumi sekarang hidup dengan menggunakan hukumnya sendiri. Di luar dari hukum Elohim yang sempurna, hukum-hukum dari setiap makhluk hidup sekarang saling bertentangan dan tidak harmonis satu sama lain. Rasa sakit, penderitaan dan maut adalah akibat dari pelanggaran hukum-hukum yang bertentangan ini. Setiap spesies, sekarang di bawah kondisi-kondisi waktu dan kesempatan, berjuang untuk hidup dan bertahan hidup dari dasar hukum mereka sendiri tentang hidup. 36 Hanya yang ‘paling kuat’ yang akan bertahan hidup. Ketidakharmonisan hukum-hukum dari setiap makhluk hidup yang diakibatkan oleh dosa Adam, menjelaskan mengapa maut telah menjalar kepada setiap orang, meskipun setiap orang tidak berdosa dalam keserupaan Adam. 37 Ini secara khusus berkaitan dengan bayi-bayi yang dilahirkan dalam dunia kejatuhan ini. Meskipun mereka dilahirkan tidak bersalah dalam dosa Adam, anak-anak dilahirkan dengan hukum yang lain dalam anggota-anggota tubuh mereka. Hidup oleh prinsip hukum ini adalah dosa. Ini adalah tidak mengenai sasaran akan status anak yang Elohim telah tentukan sejak semula bagi mereka. Orang-orang yang dilahirkan ke dalam dunia, dan di luar dari Perjanjian Elohim, adalah budak-budak terhadap cara hidup ini. Mereka terputus dari firman mengenai nama mereka, dan tidak dapat memenuhi kebenaran dari status anak. Dalam hal ini, kita perhatika n bahwa kepolosan (dari bayi-bayi yang baru lahir) tidaklah sama dengan kebenaran. Sebagaimana kita akan membahas nanti dalam buku ini, seorang anak yang dilahirkan ke dalam Perjanjian Baru terhubung dengan nama mereka dan menerima kodrat ilahi Elohim dala m kandungan ibu mereka. Mereka ‘berasal dari Elohim’ dan menerima kebenaran sebagai suatu pemberian (karunia). Meskipun anak itu juga dilahirkan dengan hukum yang lain dalam anggota anggota tubuh mereka, mereka bukanlah budak dosa. Melalui ketaatan kepada orang tua mereka, mereka dapat bertumbuh dalam status anak yang dinamai bagi mereka. Mereka akan tetap mengalami penderitaan, tetapi, sifat dan hasil dari penderitaan mereka akan berbeda dari orang orang yang dilahirkan dari roh dunia. Penderitaan seorang anak Elohim adalah pendisiplinan Elohim Bapa dalam kehidupan mereka, mengajarkan mereka ketaatan akan status anak. Elohim menaklukkan seluruh ciptaan kepada kesia-siaan ketika Dia mengusir Adam dan Hawa dari taman Eden dan mengutuk tanah demi mereka. 38 Akan tetapi, hal ini dilakukan dalam harapan agar ciptaan itu sendiri pada akhirnya akan dibebaskan dari perbudakannya kepada korupsi ketika anakanak Elohim akhirnya dibawa kepada kemuliaan sesuai dengan kehendak perjanjian Elohim. 39 Sampai saat ini, kesia-siaan merupakan karakteristik dari suatu dunia yang terkorupsi. Raja Salomo meratapi 36 Pkh 9:11 Rm 5:14 38 Kej 3:17 39 Rm 8:20-21 37 47 kesia-siaan hidup di muka bumi. 40 Dia memperhatikan bahwa hidup yang dihidupi di bawah kondisi ini, terlepas apakah hidup anak-anak manusia ataupun makhluk hidup yang lain, hanyalah menghasilkan maut. Dia bertanya, ‘Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram.’41 Rasa sakit dan penderitaan Kita dapat memahami penderitaan sebagai suatu protes terhadap menurunnya kualitas hidup kita dan ekspresinya. Sebagai contoh, ketika seseorang mengambil palu dan secara tidak sengaja memukul jari mereka dan bukan memukul pakunya, reaksi rasa sakit merupakan suatu protes terhadap serangan ini. Jari orang tersebut menderita karena palunya tidak mengenai sasaran. Dan karena serangan dari palu ini, kelangsungan hidup jari sebagai suatu anggota tubuh yang aktif sedang dilemahkan. Jika serangan ini tidak berhenti, kapasitas jari untuk melakukan pekerjaannya akan sangat berkurang dan pada akhirnya akan mati. Kita dapat melihat bahwa penderitaan adalah bagian dari proses menuju kematian. Pengamatan selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah bahwa penderitaan merupakan suatu perwujudan dari penghakiman. Apakah maksudnya? Rasa sakit dari penderitaan menyatakan bahwa suatu hukum yang mengatur hidup telah dilanggar, dan bahwa maut dapat menjadi akibatnya. Kita telah memahami bahwa seluruh dunia beroperasi oleh hukum-hukum yang bertentangan satu sama lain. Ketika mereka bertentangan, masing-masing hukum sedang dilanggar dan akibatnya untuk yang satu atau yang lain adalah rasa sakit. Karena ketidaktaatan Adam, dunia telah ditinggalkan dalam proses penghakiman yang datang dari pelanggaran hukum yang mengatur keberadaan dan lingkungannya. Pada akhirnya, semuanya mati karena penghakiman hukum ini. Dosa dan kejahatan Seperti yang telah kita perhatikan, secara sederhana dosa adalah ‘tidak kena sasaran’. Akan tetapi, setelah kejatuhan, kita melihat bahwa laki-laki dan perempuan terpisah dari wilayah Eden dan menjadi semakin jahat. Dalam hal ini, kejahatan mereka lebih dari sekedar tidak mengenai sasaran. Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia begitu besar di bumi, dan bahwa setiap maksud pikiran hatinya hanyalah kejahatan semata-mata. Bumi sekarang penuh dengan pelanggaran dan korupsi, ‘sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak (korupsi) di bumi’. 42 Tuhan menyesal bahwa Dia telah menciptakan manusia, dan Dia berduka dalam hati -Nya sehubungan dengan kejahatan dan korupsi mereka. 43 Dia menetapkan untuk memusnahkan setiap makhluk hidup dari muka bumi. Elohim berkata, ‘Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan 40 Pkh 2:17 Pkh 2:22-23 42 Kej 6:12 43 Kej 6:5-6 41 48 memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.’ 44 Ini adalah suatu pernyataan yang mengejutkan. Ketika Adam dan Hawa tidak menaati Elohim, Dia berkata bahwa sebagai akibatnya mereka pasti mati.45 Akan tetapi, Elohim tidak berketetapan untuk memusnahkan semua yang hidup karena dosa mereka. Bahkan, Dia menegakkan persembahan sebagai suatu cara yang olehnya Adam, Hawa dan anak-anak mereka dapat dipulihkan kepada persekutuan dengan Elohim. 46 Sebaliknya, pada zaman Nuh, Elohim menyesali ciptaan dan berketetapan untuk memusnahkannya. Pendamaian Ketika Elohim berketetapan untuk memusnahkan setiap makhluk hidup, hukuman mati dijatuhkan atas seluruh ciptaan. Setiap orang pada saat itu dimusnahkan, dan penentuan-penentuan mereka yang seharusnya menjadi milik mereka, juga hilang. Akan tetapi, ‘Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN’. 47 Karena kasih karunia Elohim, Nuh dan keluarganya diluputkan dari kehancuran air bah. Hanya orang-orang yang dilahirkan dalam garis keturunan Nuh yang mendapatkan hak istimewa untuk ditentukan kepada status anak. Realitas ini diteguhkan oleh Elohim ketika Dia membuat suatu perjanjian dengan Nuh setelah air bah. Dia berkata kepada Nuh dan anak-anaknya untuk ‘Beranakcuculah dan bertambahbanyaklah (terj. Bhs. Ing. ‘fruitful and multiply’ artinya ‘berbuah dan bermultiplikasi’) serta penuhilah bumi’. 48 Lebih lanjut, Dia berkata, ‘Jika busur (pelangi) itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Elohim dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi’. 49 Kitab Suci mencatat bahwa Nuh adalah seorang yang hidup bergaul dengan Elohim. Dia telah menjaga dirinya dari korupsi generasinya dan telah terus mempersembahkan dirinya di pintu gerbang taman Eden untuk membuat persembahan. 50 Di sanalah Elohim berbicara kepada Nuh tentang maksud-Nya untuk menghancurkan bumi, dan juga memberikan Nuh suatu jalan untuk luput dari penghakiman ini. Jelas, Nuh menerima dan mempercayai firman Elohim karena, oleh iman dan dalam takut yang ilahi, dia mempersiapkan suatu bahtera untuk keselamatan seisi rumahnya. 51 Diselamatkannya Nuh dan keluarganya menyatakan baik penghukuman dunia maupun pemberian (karunia) kebenaran Elohim. Nuh menjadi ‘ditentukan untuk menerima (terj. Bhs. Ing. ‘an heir of’ artinya ‘seorang pewaris’) kebenaran, sesuai dengan imannya’.52 Paulus menyatakan dengan tegas bahwa semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Elohim. 53 Kita melihat bahwa Nuh tidaklah berbeda dengan kita. Dia tidak menjadi pewaris kebenaran atas dasar pekerjaan pribadinya. Kebenaran ini adalah suatu pemberian (karunia) dari Elohim yang kita terima oleh kasih karunia-Nya. Kasih karunia ini menjadi tersedia melalui 44 Kej 6:13 Kej 3:3,19 46 Kej 4:3-4 47 Kej 6:8 48 Kej 9:1 49 Kej 9:16 50 Kej 6:9 51 Ibr 11:7 52 Ibr 11:7 53 Rm 3:23 45 49 persembahan dan kematian Anak di atas salib untuk penebusan kita. 54 Ketika Kristus mati di atas salib bagi kita semua, ciptaan lama telah dihukum. Paulus berkata bahwa ‘yang lama sudah berlalu’.55 Ini adalah penghakiman yang sama yang Elohim nyatakan kepada Nuh. Ketika Nuh mendapat kasih karunia di mata Yahweh, itu adalah kasih karunia yang Yahweh sediakan melalui persembahan-Nya di atas salib. Nuh dan keluarganya diperdamaikan dengan Elohim melalui pemberian (karunia)-Nya kepada mereka. Mengenai pendamaian yang sama ini, Paulus menulis, ‘Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Elohim oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!’56 Paulus menarik perhatian kita kepada dua aspek penyediaan Kristus. Pertama, Kristus memperdamaikan kita kepada Elohim ketika Dia menderita dalam tubuh daging-Nya dan mati sekali untuk selamanya di atas salib. 57 Kedua, seseorang yang menerima berita pendamaian ini dapat diselamatkan oleh hidup Anak. Akan tetapi, kita hanya diselamatkan oleh hidup-Nya dengan menjadi serupa dengan kematian-Nya melalui baptisan.58 Lebih lanjut dari penjelasannya mengenai pendamaian, Paulus membandingkan penghukuman atas semua manusia karena kejatuhan, dengan pembenaran untuk hidup yang tersedia bagi semua manusia melalui ketaatan Kristus. Dia menulis, ‘Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.’ 59 Sekarang kita memiliki pendamaian yang tersedia oleh kasih karunia Yesus Kristus. Bagaimana ini berkaitan dengan pengalaman Nuh? Baptisan Setiap orang yang dilahirkan setelah air bah tunduk kepada penghukuman ciptaan lama. Setelah air bah, hanya melalui kasih karunia-lah maka seseorang dapat dilepaskan dari penghakiman yang Elohim telah timpakan atas seluruh dunia dan atas segala yang hidup di atasnya. Ketika kita memahami hal ini, kita dapat mulai melihat pentingnya pengajaran rasul Petrus mengenai baptisan. Sama seperti Paulus, Petrus mengidentifikasi Kristus sebagai penyediaan untuk pendamaian kita. Demi kepentingan kita, Kristus mati dalam daging, tetapi dihidupkan dalam Roh. Persembahan-Nya yang satu untuk semua menghubungkan setiap orang percaya, dari setiap generasi, denga n kasih karunia yang olehnya Nuh dan keluarganya diluputkan dari air penghakiman. 60 Dia menulis, ‘Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan (terj. Bhs. Ing. ‘Corresponding to that, baptism now saves you’ artinya ‘Sesuai dengan itu, baptisan sekarang menyelamatkan kamu’)’. 61 Air baptisan menghubungkan kita kepada kasih karunia dan pendamaian yang Nuh temukan. Ketika kita dibaptis dalam air, kita menerima bahwa Elohim telah menjatuhkan penghakiman sepenuhnya 54 Rm 3:24-25 2Kor 5:17 56 Rm 5:10 57 Kol 1:22 58 Rm 6:4 59 Rm 5:18-19 60 1Ptr 3:19-20 61 1Ptr 3:21 55 50 dan secara mutlak atas seluruh ciptaan lama, termasuk kita. Akan tetapi, kasih karunia tidak memberikan kita kebebasan untuk terus hidup oleh prinsip hukum kita sendiri. Ini akan menjadi dosa. Seperti yang Paulus ingatkan kepada jemaat di Roma, kita tidak boleh bertekun dalam dosa karena ‘kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya’. 62 Dibaptis dalam kematian Kristus adalah menjadi serupa dengan kematian-Nya. Dengan cara ini, kita bersatu dengan persekutuan penderitaan-Nya dan dapat mengenal kuasa kebangkitan-Nya. 63 Setelah menerima pendamaian, kita diselamatkan oleh hidup-Nya sementara kita menderita dengan Kristus di jalan keselamatan yang Dia rintis. Yohanes Pembaptis berkata bahwa Yesus Kristus akan membaptis kita dengan Roh Kudus dan api.64 Ini adalah api pengujian yang merupakan bagian dari penderitaan Kristus. 65 Kita perlu menanggung penderitaan ini supaya kita menjadi siap untuk kembalinya Tuhan kita Yesus Kristus. Api penderitaan yang ke dalamnya kita dibaptis merupakan bagian dari penghakiman Elohi m atas seluruh dunia. Penghakiman ini dimulai dalam rumah Elohim. 66 Melalui api, Dia menguji dan memurnikan umat-Nya supaya mereka dapat diselamatkan. 67 Setelah dibaptis dengan api, kita akan diselamatkan dari penggenapan penghakiman Elohim atas seluruh ciptaan ketika ciptaan itu dibinasakan oleh api. 68 Dua jenis penderitaan Baptisan ke dalam Kristus menyoroti realitas bahwa ada dua jenis penderitaan di muka bumi. Yang pertama adalah penderitaan yang dialami seluruh dunia sebagai akibat dari kejatuhan umat man usia. Penderitaan ini seharusnya memimpin orang-orang untuk bersatu dengan jenis penderitaan yang kedua; penderitaan Kristus. Penderitaan yang orang-orang alami dalam dunia dapat mengajarkan mereka untuk ‘menjadi sadar’ tentang situasi mereka dan kemudian mencari jalan yang memimpin kepada hidup. Sebagai contoh, kita membaca dalam Mazmur, ‘Sebelum aku tertindas *mengalami penderitaan], aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu’. 69 Dalam hal ini, penderitaan dapat menolong seseorang jika mereka berhenti dan memperhatikan apakah ada jalan yang memimpin kepada hidup atau tidak, sebagai alternatif dari kematian mereka yang tidak dapat dihindari. Ketika Adam berdosa, Elohim mengutuk tanah untuk tujuan ini: supaya setiap anak laki -laki dan anak perempuan Adam akan ‘mencari Dia (Elohim) dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia’.70 Partisipasi dalam penderitaan Kristus adalah jalan yang memimpin kepada hidup. Melalui penderitaan inilah kita dibawa kepada kemuliaan sebagai anak-anak Elohim. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menulis, ‘Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Elohim. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang orang yang berhak menerima janji-janji Elohim, yang akan menerimanya bersama-sama dengan 62 Rm 6:3 Flp 3:10 64 Luk 3:16 65 1Ptr 4:12-13 66 1Ptr 4:17 67 1Kor 3:12-15 68 2Ptr 3:7 69 Mzm 119:67 70 Kis 17:27 63 51 Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia’.71 Kita perhatikan bahwa rasul Paulus berfokus pada kata ‘menderita’. Dia menjelaskan bahwa status anak dan adopsi sebagai sesama pewaris dengan Kristus tergantung pada penderitaan bersama Dia. Paulus menjelaskan bahwa pengalaman-pengalaman penderitaan kita dengan Kristus merupakan cara yang olehnya kita akan dipermuliakan, atau dinyatakan, sebagai anak-anak Elohim dalam keserupaan dengan status anak Kristus. Jelas, kita tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain. Jika kita tidak menderita dengan Kristus, kita tidak akan dipermuliakan dengan Dia. Paulus menguatkan orang-orang percaya dengan pemikiran bahwa penderitaan yang kita alami sekarang tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Jalan penderitaan Salib Kristus adalah suatu pembelajaran mengenai penderitaan. Melalui pengalaman salib-Nya, Yesus merintis suatu jalan melalui penderitaan dan maut yang telah menjalar kepada seluruh ciptaan sehubungan dengan dosa Adam.72 Jalan yang Dia rintis memimpin kepada hidup. Akan tetapi, ini adalah suatu jalan yang sempit dan sulit, dan sedikit orang yang menemukannya. 73 Menariknya, gereja/jemaat Perjanjian Baru pertama-tama menyebut dirinya ‘Jalan’.74 Mereka adalah pengikutpengikut Kristus di jalan yang Dia telah tegakkan. Sebagai pengikut-pengikut-Nya, mereka tidak melarikan diri dari penderitaan, melainkan, bersatu dengan suatu proses yang olehnya mereka menerima hidup kekal yang Kristus telah sediakan. Bersaksi tentang diri-Nya sendiri, Yesus berkata, ‘Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan’. 75 Dia juga berkata, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. 76 Setelah memberitahukan alasan kedatangan-Nya ke dalam dunia, Yesus kemudian mulai menyatakannya, melalui persembahan, Dia merintis suatu jalan kepada hidup. Dia pertama-tama melakukan ini dengan mengidentifikasi diri-Nya sebagai Gembala yang baik yang akan menyerahkan hidup-Nya untuk domba-domba dalam ketaatan kepada perintah Bapa. 77 Kita ingat Mazmur Daud, bahwa Tuhan adalah Gembala kita yang memimpin kita dalam jalan kebenaran ini. Ini adalah jalan yang melewati lembah kekelaman (bayang-bayang maut).78 Daud sedang menggambarkan secara puitis mengenai kesulitan-kesulitan yang kita semua alami di jalan status anak. Tuhan sanggup memimpin kita di jalan ini karena jalan tersebut ditegakkan oleh-Nya ketika Dia menyerahkan hidup-Nya bagi domba-domba. 71 Rm 8:16-19 Ibr 2:10 73 Mat 7:14 74 Kis 19:23 75 Yoh 10:10 76 Yoh 14:6 77 Yoh 10:11-18 78 Mzm 23:1-4 72 52 Sebelum perjamuan Paskah terakhir, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa jalan kepada Bapa yang Dia tegakkan adalah suatu jalan penderitaan. 79 Datang kepada Bapa itu berarti menjadi seorang anak Elohim. Kemudian Dia berkata bahwa setelah Dia merintis jalan dan telah menyelesaikan pekerjaan-Nya, kemudian mereka akan mengikuti Dia di jalan itu. 80 Paulus mengatakan kepada kita bahwa kita harus dengan yakin menetapkan perjalanan kita ke sorga di atas jalan yang baru dan yang memberikan hidup ini.81 Jalan itu sendiri memberikan hidup kepada setiap orang yang berjalan di dalamnya. Ini adalah jalan penderitaan, tetapi membawa kita kembali dari kematian yang disebabkan oleh dosa. Yesus datang untuk memberikan kita hidup Elohim di tengah-tengah penderitaan kita. Pada saat kita menerima hidup Yesus, penderitaan kita berubah. Penderitaan itu bukan lagi merupakan perwujudan dari penghakiman karena beberapa hukum alamiah yang mengatur hidup telah dihancurkan dan membuat kualitas hidup kita berkurang. Penderitaan itu sekarang menyatukan kita kepada hidupNya dan mengajarkan kita ketaatan dan disiplin. Diutus oleh Bapa Bagaimana penderitaan Kristus berbeda dari penderitaan dunia? Dalam cara apa penderitaan kita berubah ketika kita menerima hidup Kristus? Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita mulai dengan mengakui bahwa Kristus datang dan menderita demi kita. Anak Elohim diutus oleh Elohim Bapa supaya kita dapat menerima janji akan hidup kekal. Ini adalah ekspresi kasih Elohim kepada kita.82 Kita bisa menerima hidup ini karena Anak Manusia ditinggikan di atas salib, seperti ular di atas tiang yang Musa naikkan di padang gurun. 83 Simbol seekor ular di atas tiang menggambarkan ular yang menderita. Iblis digambarkan dalam Kitab Suci sebagai ular. 84 Selain itu, dia adalah sumber dari segala dosa.85 Dia akan menderita akibat-akibat dari dosa dan tipu dayanya untuk selama-lamanya.86 Dan, jika kita tidak bertobat dari dosa kita, kita akan menderita nasib yang sama seperti Iblis.87 Jadi, pertama-tama, ular di atas tiang menyampaikan bahwa penderitaan adalah penghakiman yang menimpa orang-orang yang berdosa. Jadi mengapa Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai ular di atas tiang? Di taman Getsemani, ketika Yesus meminum cawan yang Bapa-Nya berikan kepada-Nya, Dia menjadi dosa mewakili kita.88 Kristus menyelaraskan diri-Nya dengan kita dalam keadaan kita yang berdosa dan datang di bawah penghakiman hukum dengan segala konflik, pertentangan dan mautnya. Hanya Kristus yang memiliki kuasa untuk mengharmoniskan segala sesuatu. Dia melakukan ini melalui ketaatan-Nya yang sempurna kepada Bapa, sebagai Anak Manusia. Dengan menjadi serupa dengan 79 Luk 22:15 Yoh 13:36 81 Ibr 10:19-20 82 Yoh 3:16 83 Yoh 3:14 84 Why 12:9 85 Yeh 28:15. Yoh 8:44 86 Why 20:10 87 Why 20:15 88 Mrk 14:36. 2Kor 5:21 80 53 daging kita yang berdosa dan mempersembahkan diri-Nya untuk dosa kita, Paulus berkata bahwa Anak ‘menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging’.89 Dia menebus kita, membawa kita keluar dari penghukuman di mana kita telah jatuh di bawahnya, dan dari konflik hukum dalam daging kita sendiri, membawakan damai kepada kita. Kita perlu memandang Yesus dan menyadari bahwa penderitaan dan kematian kita adalah akibat dari dosa kita. Penderitaan Kristus adalah bagian dari pekerjaan penebusan-Nya. Dalam ketaatan kepada Bapa, Yesus Kristus memberikan diri-Nya kepada penderitaan dan kematian demi kita. Ini adalah untuk ‘membebaskan (menebus) kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik’. 90 Perbuatan-perbuatan baik ini adalah pekerjaan dari status anak kita, yang dipersiapkan bagi kita sebelum dunia dijadikan. Jika kita bersatu dengan kematian dan penderitaan-Nya, dan belajar ketaatan yang Dia sempurnakan dalam daging-Nya, maka tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita. Ini berarti bahwa kita dapat berjalan menurut Roh dan melakukan kehendak Elohim sebagai anak-anak-Nya.91 Perbedaan antara dua jenis penderitaan yang telah kita perhatikan, paling jelas digambarkan pada hari kematian Kristus. Kita ingat bahwa pada hari itu ada tiga salib di atas Gunung Kalvari. Kristus mati di satu salib, dan dua pencuri mati di salib lainnya; satu di sebelah kiri-Nya dan yang lain di sebelah kanan-Nya. Ketiganya mengalami rasa sakit yang sama secara fisik. Akan tetapi, alasanalasan untuk penderitaan mereka berbeda. Kedua penjahat menderita karena mereka telah menggunakan hukum mereka sendiri untuk mencuri dari yang lain, dan itu telah melanggar hukum lain yang olehnya mereka dihakimi dan dihukum. Dan sekalipun mereka selayaknya menderita, salah satu dari penjahat ini menghujat Yesus, menuntutNya untuk melepaskan dia dari rasa sakitnya. 92 Akan tetapi, penjahat yang lain menyadari bahwa alasan untuk penderitaan Yesus tidaklah sama seperti mereka. Dia menegur temannya, demikian, ‘Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.’93 Berlawanan dengan kedua penjahat ini, penderitaan dan kematian Kristus adalah karena ketaatan-Nya. Jelas, penjahat yang percaya ini telah diiluminasi sehubungan dengan kemampuan (kekuatan) persembahan Kristus. Pertama, dia melihat Kristus ditinggikan seperti ular di atas tiang, dan mengakui bahwa dosanya-lah yang membuat dia mati.94 Dia juga menyadari bahwa Yesus adalah Yahweh dan menderita karena Dia menggenapi kehendak Bapa. 95 Penjahat ini telah ditarik kepada Yesus oleh Bapa dan menyadari bahwa ada suatu kerajaan untuk dia masuki. 96 Dalam iman ini, dia berkata kepada Yesus, ‘Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.’ 97 89 Rm 8:3 Tit 2:14 91 Rm 8:4 92 Luk 23:39 93 Luk 23:41 94 Yoh 3:14-15 95 Yoh 8:28 96 Yoh 12:32 97 Luk 23:42 90 54 Penting untuk diperhatikan bahwa Yesus menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa sebelum kedua penjahat ini mati. Setelah menemukan pengampunan, penjahat yang percaya ini bersatu dengan penderitaan Kristus. Pada akhirnya, dia mati ketika kakinya dipatahkan oleh prajurit Roma dan dengan demikian persekutuannya dalam penderitaan Kristus berakhir. 98 Penderitaannya adalah suatu sunat yang memimpin kepada hidup dalam Firdaus dengan Yesus. Penjahat yang tidak diselamatkan menderita rasa sakit yang sama, tetapi penderitaannya memimpin kepada suatu pemisahan kekal dari Elohim. Yesus tidak menggunakan hukum Yesus Kristus memberikan diri-Nya bagi kita dan menyerahkan hidup-Nya melawan setiap pencobaan untuk menggunakan hak-Nya sendiri demi bertahan hidup. Di sepanjang siksaan ini, Dia tidak mengaktifkan hukum pembelaan diri. Tentu saja, Dia memiliki segala hak untuk membela diri-Nya, karena Dia sepenuhnya tidak berdosa. Dalam meresponi reaksi Petrus yang marah akan pengkhianatan terhadap Dia, Yesus berkata, ‘Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?’ 99 Sepanjang perjalanan-Nya dari Getsemani sampai Kalvari, Yesus tidak bereaksi terhadap orang-orang yang memfitnah dan menganiaya Dia. Dia juga tidak membenarkan ataupun membela diri-Nya.100 Jika Kristus bereaksi dalam pembelaan diri, Dia akan mengaktifkan hukum-Nya sendiri dan mengabadikan penderitaan dalam dunia ini yang merupakan akibat dari konflik hukum. Dia bukan datang untuk melakukan ini. Dia datang untuk menunjukkan cara atau jalan hidup, berpikir dan berfungsi yang berbeda. Dia telah mengosongkan diri-Nya dan datang sebagai seorang budak, menjadi taat sampai titik kematian di atas salib.101 Paulus mengatakan bahwa kita harus belajar dari hal ini dan memiliki pikiran yang sama. 102 Menegakkan damai sejahtera Kita ingat bahwa melalui ketidaktaatan satu orang, banyak orang menjadi berdosa. Pelaksanaan kehendak alternatif Adam telah membawa ketidakharmonisan, penderitaan dan maut. Akan tetapi, ‘oleh ketaatan Satu orang semua orang menjadi orang benar’. 103 Kristus melakukan ini dengan memakukan setiap dimensi hukum, termasuk hukum-hukum yang atasnya ciptaan dilandaskan, kepada salib.104 Dia menghapus permusuhan dari hukum-hukum yang bersaing, termasuk filosofifilosofi dunia dan perintah-perintah Hukum Taurat, dengan demikian menegakkan damai.105 Di mana sebelumnya ada ketidakharmonisan karena hukum-hukum yang bersaing, sekarang ada keharmonisan dan damai di dalam Dia. Ini karena hidup Elohim sekarang tersedia untuk menopang 98 Yoh 19:32 Mat 26:53-54 100 1Ptr 2:22-23 101 Flp 2:6-8 102 Flp 2:5 103 Rm 5:19 104 Kol 2:14 105 Ef 2:15 99 55 kehidupan orang-orang yang akan menggunakan hidup ini dalam diri mereka. Ini adalah pengerjaan penebusan. Damai sejahtera yang sekarang diwujudkan dalam tubuh Kristus tersedia bagi setiap orang yang datang kepada Kristus dan dibebaskan ‘dari perbudakan kebinasaan (korupsi) dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Elohim’.106 Sekarang kita bebas untuk menjadi anak-anak Elohim dan melakukan pekerjaan yang dipersiapkan bagi kita sejak sebelum dunia dijadikan. Kita tidak menjadi budak hukum kita sendiri, namun kita sanggup mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup sesuai dengan kehendak Elohim. 107 Damai sejahtera menjaga hati dan pikiran kita sehingga kita tidak menyimpang dari kebenaran. 108 Damai sejahtera ini melampaui segala pengertian karena sepenuhnya berbeda dengan prinsip-prinsip hidup dalam dunia. Damai sejahtera di bumi itu lemah karena hanya dapat dicapai melalui pemaksaan atas hukum-hukum yang lain. Ini tidak menghapuskan permusuhan atau ketidakharmonisan apapun. Sebaik-baiknya, konflik-konflik itu ditekan atau tertunda. Kita tahu bahwa pada jam terakhir, damai sejahtera akan diambil sepenuhnya dari bumi.109 Hidup dalam persekutuan persembahan Dalam menjawab pertanyaan dari salah satu ahli taurat mengenai hukum yang paling utama, Yesus berkata, ‘Hukum yang terutama ialah: “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Elohim kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Elohim-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Dan hukum yang kedua ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”’110 ‘Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan Kitab Para Nabi.’111 Perintah ini menyatakan hidup dan persekutuan Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan persembahan salib yang olehnya kita dapat dihubungkan kembali dalam persekutuan dengan Mereka. Ketika Yesus berkata bahwa Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi tergantung pada perintah-perintah ini, Dia menunjuk kepada tubuh-Nya sendiri yang akan segera digantung di salib. Semua Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi tergantung di salib dalam tubuh-Nya. Melalui persembahan ini, Yesus dinyatakan sebagai ‘Aku Adalah’, atau Yahweh.112 Persembahan-Nya menyatakan nama Elohim dan sifat dari persekutuan Mereka dalam satu hidup dan satu Roh. Kasih Anak kepada Bapa ditunjukkan melalui ketaatan-Nya yang sempurna. Yesus berkata, ‘Supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku’. 113 Pada akhirnya, kita adalah ‘sesama’ yang Kristus telah kasihi seperti diri-Nya sendiri. Yesus dijadikan seperti saudara-saudara-Nya dalam segala sesuatu, dan 106 Rm 8:21 Rm 12:1 108 Flp 4:7 109 Why 6:4 110 Mrk 12:29-31 111 Mat 22:40 112 Yoh 8:28 113 Yoh 14:22 107 56 bersaksi bahwa Dia akan menyerahkan hidup-Nya bagi domba-domba. 114 Dalam hal ini, Dia memberikan teladan ‘kasih yang lebih besar’ dengan menyerahkan hidup-Nya bagi sahabat-sahabatNya.115 Persekutuan Yahweh adalah persekutuan persembahan. Persembahan adalah bagaimana Bapa, Anak dan Roh Kudus hidup. Ini adalah ekspresi dari kasih Mereka, dan cara yang olehnya hidup Mereka diberikan. Oleh karena itu, terkandung di dalam persembahan salib adalah hidup Elohim. Perintah untuk mengasihi diproklamirkan dari salib supaya kita dapat disatukan dengan persekutuan ini. Rasul Yohanes mengidentifikasi perintah ini sebagai Firman ‘sejak semula’. 116 Firman Hidup-lah yang diwujudkan di atas salib. Firman ini diproklamirkan oleh pengurus -pengurus rahasia Elohim, seperti Yohanes dan Paulus, supaya kita dapat memiliki persekutuan dengan mereka dan dengan Bapa dan Anak-Nya. 117 Setelah kita mempercayai firman salib ini dan dihubungkan kepada Elohim, maka kita dihubungkan kembali kepada hidup-Nya. Semua penderitaan dan hasilnya yang adalah maut diakhiri oleh damai sejahtera yang Kristus tegakkan melalui ketaatan dan persembahan-Nya. Bagaimana ini tercapai? Salib mengharmoniskan penghakiman hukum supaya hidup dapat menang. Ini artinya bahwa di dalam Dia, hukum dari setiap spesies tidak lagi berkompetisi untuk suatu sumber hidup yang terbatas. Tetapi, hukum-hukum ini diharmoniskan karena terhubung dengan hidup. Hukum-hukum ini tidak lagi memiliki kebutuhan apapun untuk berjuang demi bertahan hidup. Kita, dalam disfungsi dan pemberontakan kita sendiri, sedang dihubungkan kepada ketaatan Kristus yang sempurna yang membawakan keharmonisan dan keteraturan dalam ciptaan. Kita menerima keuntungan-keuntungan dari pekerjaan pendamaian-Nya dan, ketika kita diubahkan, kita menemukan damai sejahtera-Nya. Baptisan adalah yang menghubungkan kita kepada hikmat dan kuasa salib.118 Ini karena kita dibaptis dalam kematian, penguburan dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Kita disatukan dengan persembahan-Nya. Baptisan adalah cara Elohim dalam membereskan dosa kita dan akibat-akibatnya. Kita akan memperhatikan pekerjaan dari baptisan lebih detail nanti dalam buku ini. Cukup dikatakan bahwa ketika kita dibaptis ke dalam kematian-Nya, kita dibangkitkan untuk berjalan dalam hidupNya. Penderitaan kita dengan Kristus adalah tangan Bapa atas kita, membereskan hukum yang lain dalam anggota-anggota tubuh kita dan mengajarkan kita ketaatan dari status anak. Kita sedang dihidupkan dalam tubuh fana kita oleh Bapa supaya kita dapat menanggung penderitaan kita. Ketika kita terhubung dengan hidup Elohim, tidak sehelaipun rambut kita jatuh tanpa diketahui Bapa sorgawi.119 Ketika kita dibaptis dengan Roh Kudus, Dia memberikan kita kapasitas Roh Kekal supaya kita dapat mempersembahkan diri kita sendiri sebagai korban yang hidup yang menggenapi suatu kehendak yang bukan kehendak kita sendiri. Dalam persekutuan dengan Bapa dan Anak dan satu sama lain, kita terus menerima serta hidup oleh firman Elohim yang memberikan hidup kepada kita. Dari firman ini, kita menerima iman. Ini adalah 114 Ibr 2:17. Yoh 10:11 Yoh 15:13 116 1Yoh 1:1 117 1Yoh 1:3-4 118 1Kor 1:18,24 119 Mat 10:29-31 115 57 iman Anak Elohim. Setelah disalibkan dengan Kristus, kita meninggalkan cara-cara hidup kita sebelumnya – terlepas apakah itu mencari tanda-tanda, atau filosofi-filosofi dunia – dan hidup oleh iman Anak Elohim yang mengasihi kita dan memberikan diri-Nya bagi kita.120 Iman mengorientasikan kita dengan tepat kepada Elohim. Ini adalah kapasitas untuk ketaatan dan membuat persembahan. Jelas bahwa kita telah menerima iman karena kita dapat berdiri dan sepenuhnya mengekspresikan nama dan identitas yang Elohim tentukan bagi kita sejak semula. Kita melakukan ini dengan menyerahkan hidup kita untuk saudara-saudara kita dalam suatu persekutuan yang murni dari kasih yang semula. Ciptaan baru Melalui ketaatan persembahan-Nya di atas salib, Kristus telah membuat jalan bagi suatu ciptaan baru dan, pada akhirnya, bagi langit yang baru dan bumi yang baru. Rasul Petrus menulis bahwa ‘sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran’. 121 Dalam ciptaan baru ini, tidak ada hukum yang akan pernah saling bersaing satu sama lain sehubungan dengan kelangsungan hidup dari satu spesies terhadap spesies lainnya. Berbicara secara nubuatan mengenai janji ini, Tuhan berkata, ‘Serigala dan anak domba akan bersama -sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap gunung-Ku yang kudus.’122 Banyak orang telah keliru memahami ayat ini dengan mengartikan bahwa ketika Kristus datang kedua kali, kita semua akan kembali pada kondisi hidup di dalam taman Eden. Ini tidaklah demikian. Taman Eden telah dihancurkan oleh air bah pada zaman Nuh, dan seluruh bumi akan dihabiskan oleh api. 123 Tuhan berbicara mengenai suatu realitas masa depan di mana setiap prinsip hidup diselaraskan dengan kehendak Elohim dan dipuaskan oleh hidup-Nya. Langit yang baru dan bumi yang baru akan diwarisi oleh orang-orang benar yang telah menerima tubuh kebangkitan yang kekal.124 Ciptaan baru ini akan diperintah dengan tongkat besi. 125 Di bawah kondisi-kondisi ini, ‘Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.’126 Sungguh menakjubkan untuk menyadari bahwa Kristus menciptakan suatu jenis kemanusiaan yang sepenuhnya baru dalam diri-Nya di atas salib. Melalui ketaatan yang sempurna, Kristus Yesus menghapus dosa dan maut dan membawa hidup dan kekekalan kepada terang melalui salib.127 Bapa adalah sumber hidup ini dan menguatkan tubuh fana Kristus untuk menanggung salib. Dengan kuasa yang sama ini, Kristus menerima suatu tubuh yang kekal ketika Dia bangkit kembali setelah tubuhNya beristirahat dalam liang kubur selama tiga hari tiga malam. Kita dapat melihat mengapa hal ini 120 Gal 2:20 2Ptr 3:13 122 Yes 65:25 123 2Ptr 3:10-12 124 Yes 60:21 125 Why 12:5 126 Yes 9:7 127 2Tim 1:10 121 58 penting bahwa, di tengah-tengah penderitaan-Nya, Kristus tidak mengaktifkan hukum apapun. Dia hanya berfungsi oleh hidup Elohim yang datang ke dalam-Nya. Ini terjadi agar Dia dapat menghapus segala yang lama, dan menciptakan dalam diri-Nya satu manusia baru.128 Partisipasi dalam penderitaan Kristus Sebagai orang Kristen, kita harus berpartisipasi dalam persekutuan penderitaan Kristus, supaya olehnya kita dibebaskan dari dosa dan mempelajari jenis ketaatan yang Kristus pelajari melalui penderitaan-Nya. 129 Yaitu, kita harus belajar menyerahkan pemeliharaan kehidupan kita kepada Elohim seperti kepada Pencipta yang setia, dan tidak kembali menggunakan mekanisme hukum untuk kelangsungan hidup kita. Ini adalah hikmat Elohim yang tidak dapat diketahui atau diterima oleh dunia. Paulus mencatat bahwa ‘orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang -orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan’. 130 Orang-orang Yahudi tidak ingin mengenal Kristus dan Dia yang disalibkan. Mereka mencari tanda. Ini karena mereka percaya bahwa suatu tanda menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang berasal dari Elohim. Contohnya, ketika Yesus mengusir para penukar uang dari bait s uci, mereka bertanya kepada-Nya, ‘Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?’ 131 Sama halnya, Nikodemus berkata kepada Yesus, ‘Kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Elohim; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Elohim tidak menyertainya’. 132 Dari sudut pandang ini, suatu tanda adalah hasil dari peremukan setiap hukum yang lain oleh Elohim untuk membawakan suatu hasil tertentu, seperti kesembuhan, untuk terjadi. Kebenaran Elohim tidak ditunjukkan melalui aplikasi dari suatu hukum yang lebih besar menentang hukum yang lain. Tetapi, kebenaran ditunjukkan melalui persembahan, yang olehnya kehendak Elohim digenapi. Orang-orang Yunani melambangkan kerja keras manusia melalui investasi mereka dalam filosofi. Filosofi berusaha memahami dan mengontrol ketidakteraturan ciptaan dengan menggunakan intelektual. Bidang kedokteran dan ilmu pengetahuan, sebagai contoh, berakar dari filosofi. Praktek kedokteran sepenuhnya berfokus pada mengobati dan mencegah rasa sakit serta penderitaan yang diakibatkan oleh hukum-hukum yang bersaing. Ilmu pengetahuan berusaha memahami struktur dan perilaku dunia fisik dan alam melalui teori, pengamatan dan percobaan. Ilmu pengetahua n menyangkal keberadaan Elohim dan, sebaliknya, mempromosikan teori-teori seperti evolusi untuk menjelaskan interaksi dari hukum-hukum kehidupan. Ilmu pengetahuan ingin memahami hukumhukum dalam dunia fisik dan alam supaya mereka dapat mengontrol dan mema nipulasinya. Ini ditujukan pada akhirnya untuk memperpanjang kehidupan mereka. 128 Ef 2:15 Ibr 5:8 130 1Kor 1:22-23 131 Yoh 2:18 132 Yoh 3:2 129 59 Rahasia disingkapkan Paulus menjelaskan bahwa salib Kristus adalah suatu cara hidup yang sepenuhnya berbeda dengan cara agama dan filosofi dunia. Salib adalah hikmat dan kuasa Elohim. 133 Melalui sudut pandang kejatuhan dari berbagai keyakinan agama dan filosofi duniawi, seseorang bahkan tidak dapat memahami salib Kristus. Ini karena hikmat dan kuasa Elohim merupakan suatu rahasia yang tersembunyi bagi mereka.134 Menyimpulkan suratnya kepada orang-orang Kristen di Roma, Paulus menjelaskan bahwa pewahyuan dari rahasia Elohim melalui pemberitaan Yesus Kristus sekarang diberitahukan kepada segala bangsa. Yang penting, dia berkata bahwa ini memimpin kepada ketaatan iman.135 Pewahyuan dari rahasia salib adalah demi ketaatan seluruh bangsa. Kerinduan perjanjian Elohim adalah memberkati segala bangsa di bumi. Namun, karena pemerintahan dosa dan maut, konflik di antara individu-individu, keluarga-keluarga, dan seluruh bangsa telah menandai sejarah umat manusia. Salib adalah cara yang olehnya keharmonisan dipulihkan dan tujuan perjanjian Elohim tercapai. Sehubungan dengan hasil ini, Mikha bernubuat, ‘Banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Elohim Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya (dalam jalan-Nya); sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem. Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, dan akan menjadi wasit bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat yang jauh; mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang .”’136 Pengakuan dari kumpulan orang banyak ini adalah, ‘Biarpun segala bangsa berjalan masing -masing demi nama ilahnya, tetapi kita akan berjalan demi nama TUHAN Elohim kita untuk selamanya dan seterusnya’.137 Paulus meminta gereja-gereja bukan Yahudi untuk berdoa bagi dia dan bagi orang-orang yang diberikan tugas untuk memberitahukan rahasia ini. Secara spesifik, dia meminta supaya mereka berdoa agar ada pintu terbuka bagi firman, dan agar mereka memiliki kapasitas untuk menjelaskan rahasia ini.138 Sebagai gereja-gereja, kita tetap dapat berdoa dengan cara ini supaya pembebasan dari kekacauan hukum-hukum yang bersaing dapat tercapai melalui hikmat dan kuasa Elohim. Tentu saja, kita semua dipanggil untuk menjadi bagian dari proklamasi ini. Akan tetapi, kita perlu menyadari dan meninggalkan pengertian-pengertian yang kita pegang sebelumnya mengenai penderitaan dan keselamatan, dan mulai berpikir sesuai dengan hikmat dan kuasa Elohim. ‘Tidak’ dan ‘ya’ dari salib Mari kita memperhatikan partisipasi kita dalam penderitaan Kristus lebih lanjut. Ketika seseorang mendengar firman tentang salib dan membuat dia memandang kepada persembahan Kristus, 133 1Kor 1:24 1Kor 2:7 135 Rm 16:25-26 136 Mik 4:2-3 137 Mik 4:5 138 Kol 4:3-4 134 60 pertama-tama mereka menyadari akan ‘tidak’-nya Elohim. Elohim Bapa menarik perhatian mereka kepada akibat dari ketidaktaatan mereka terhadap firman-Nya. Mereka sadar bahwa dosa mereka adalah penyebab penderitaan dan kematian mereka, dan bahwa mereka akan tetap terpisah dari Elohim jika mereka terus hidup dengan cara ini. Ketika mereka meratap karena dosa mereka dan akibatnya, serta berseru kepada Bapa untuk memohon pengampunan, Dia mengampuni mereka karena darah Kristus tercurah bagi mereka.139 ‘Ya’-nya Elohim adalah jalan kepada hidup. Ketika kita menerima dan bertekun dalam pendisiplinan Bapa, kita dapat berjalan sebagai murid-murid Anak dalam jalan yang Dia telah rintis. Kita mempelajari ketaatan-Nya dan menerima hidup-Nya pada jalan ini. ‘Ya’ dan ‘tidak’ dari salib haruslah menjadi cara yang terus kita hidupi sebagai murid-murid Kristus. Yesus berkata bahwa kita tidak boleh bersumpa h demi sorga, atau demi bumi, atau demi Yerusalem, atau demi kepala kita sendiri. 140 Dalam kehidupan kita, pada umumnya kita tidak bersumpah. Jadi apa artinya ini bagi kita? Yesus menarik perhatian kita kepada pendekatan yang sama terhadap hidup yang Paulus lakukan ketika dia menulis tentang orang-orang Yahudi yang mencari tanda dan orangorang Yunani yang mencari hikmat duniawi. Bersumpah demi sorga, atau demi Yerusalem, adalah mencari beberapa bentuk intervensi ilahi dalam keadaan-keadaan kita supaya kehendak kita sendiri dapat terjadi. Sama halnya, bersumpah demi bumi, atau demi kepala kita sendiri, adalah suatu usaha untuk mengatur dan meringankan keadaan-keadaan kita melalui filosofi duniawi supaya kehendak kita sendiri dapat menang. Yesus berkata bahwa kita tidak boleh hidup dengan cara ini. Sebaliknya, kita harus mengizinkan pernyataan kita menjadi ‘Ya, ya’, atau ‘Tidak, tidak’. Ini adalah hikmat dan kuasa salib, dan merupakan jalan ketaatan. Setiap cara lain yang menegosiasikan kehidupan dan penderitaannya adalah berasal dari yang jahat. 141 Itu adalah jalan yang lebar yang memimpin kepada kebinasaan.142 Yakobus, saudara Yesus, juga menasehati orang-orang percaya supaya ‘ya’ mereka adalah ‘ya’, dan ‘tidak’ mereka adalah ‘tidak, supaya kita tidak jatuh di bawah penghakiman.143 Ini bukan berarti bahwa kita berhenti berdoa untuk kesembuhan ketika kita sakit, atau kita tidak pergi ke dokter. Tetapi, ini artinya bahwa kita berfokus pada melakukan kehendak Elohim. Kita percaya bahwa kasih karunia dan hidup-Nya cukup untuk ketaatan kita dalam setiap keadaan hidup. Kasih karunia-Nya juga dapat tersedia bagi kita melalui kesembuhan, atau melalui obat-obatan. Akan tetapi, kita mengaplikasikan kasih karunia-Nya dalam kehidupan kita karena ketaatan kita kepada kehendak-Nya bagi kita. Buah dari hidup dengan cara ini adalah kita sanggup menanggalkan kekuatiran kita di tengah-tengah penderitaan kita, dan memelihara komitmen kita kepada persekutuan dan ketaatan. Kita tahu bahwa kasih karunia Elohim, bagaimanapun kasih karunia itu datang, adalah cukup bagi kita.144 139 Ef 1:7. Ibr 9:22 Mat 5:34-35 141 Mat 5:37 142 Mat 7:13 143 Yak 5:12 144 2Kor 12:9-10 140 61 Pendisiplinan dari Bapa Paulus mengajarkan bahwa ketika kita menanggung keadaan-keadaan sulit, atau bahkan permusuhan dari orang-orang berdosa terhadap kita, kita harus melihat keadaan-keadaan ini, bukan sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang salah, tetapi sebagai tangan Elohim yang mendisiplin kehidupan kita. Pendisiplinan-Nya membuat kita menjadi taat kepada perintah untuk hidup oleh iman, dan bukan dengan mekanisme bertahan hidup yang merupakan bagian dari kedaginga n kita. Hidup oleh iman adalah melangkah keluar dari mekanisme hukum untuk bertahan hidup, dan mempercayai Elohim untuk membangkitkan kita dengan kuasa kebangkitan. Mengenal persekutuan penderitaan-Nya, dan kuasa kebangkitan-Nya yang memampukan status anak kita, merupakan pernyataan-pernyataan mendasar dari baptisan kita. 145 Ketika kita menanggung permusuhan terhadap kita, dan bentuk-bentuk lain dari penderitaan, kita tidak melupakan nasehat yang berbicara kepada kita sebagai anak, ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar [mendisiplin] orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak’.146 Penting untuk kita tidak membiarkan ketersandungan mengontrol kehidupan kita ketika kita dicerca oleh orang-orang berdosa, atau ketika kita tertekan oleh penderitaan kita yang terus menerus. Jika kita tidak dapat mengatasi ketersandungan, hal ini akan berdampak atas perjalanan Kekristenan kita dan bahkan bisa membuat kasih kita menjadi dingin. Ketersandungan akan datang Setiap orang Kristen akan mengalami ketersandungan. Yesus mengatakan, ‘Celakalah dunia dengan segala penyesatannya (terj. Bhs. Ing. ‘because of offences’ artinya ‘karena ketersandungan’): memang penyesatan (ketersandungan) harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.’147 Bahkan, Kitab Suci mengajarkan bahwa pada hari-hari terakhir, kekacauan yang menyebabkan ketersandungan dan dukacita akan bertambah di seluruh bumi. 148 Melalui Nabi Yesaya, Tuhan berkata, ‘Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. “Tiada damai bagi orang-orang fasik itu”, firman Elohim-ku.’ 149 Sampah dan lumpur menggambarkan pergolakan orang-orang di dalam dunia dan pembicaraan mereka yang terus saling menyinggung. Mereka tidak memiliki damai sejahtera dan dukacita yang mengikuti mereka hanya memimpin kepada maut. Ini seharusnya tidak menjadi pengalaman dari anak-anak Elohim. Ada banyak pengalaman dalam kehidupan kita yang dapat membuat kita tersandung. Ini mungkin termasuk, sebagai contoh, celaan, fitnahan, pengkhianatan, kesalahpahaman, penderitaan, dll. Ketersandungan yang kita rasakan ketika kita menghadapi hal-hal ini adalah karena ‘hukum lain’ yang ada dalam anggota-anggota tubuh kita. Dari dasar hukum inilah kita menganggap berbagai situasi yang kita alami itu tidak masuk akal dan tidak adil, dan kita termotivasi untuk menggunakan 145 Flp 3:10 Ibr 12:5-6 147 Mat 18:7 148 Mat 24:8 149 Yes 57:20-21 146 62 hak membela diri kita sendiri. Akan tetapi, Paulus mengatakan bahwa hukum yang lain ini adalah bagian dari kemanusiaan kita yang telah jatuh. Ketika kita menggunakan hukum ini, hukum tersebut membawa kita kembali ke dalam ikatan kepada hukum dosa di mana kita telah dibebaskan darinya melalui persembahan Kristus di atas salib.150 Respon-respon reaktif kita terhadap penderitaan kita adalah tindakan-tindakan dosa. Itu bukanlah respon-respon ketaatan yang Kristus tunjukkan dalam penderitaan-Nya. Menderita karena kasih karunia Sebagai anak-anak Elohim yang telah dibaptis dalam kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus, kita memiliki jalan masuk kepada kasih karunia Elohim. Celaan yang kita alami, ketika diseimbangkan dengan kasih karunia yang datang dari tangan Elohim, menjadi suatu pendisiplinan atas kita. Ketika kita merendahkan diri kita dan menderita dengan Kristus, celaan-celaan yang berusaha menghancurkan roh kita menjadi alat yang olehnya kita dilepaskan dari prinsip hidup daging kita sendiri. Teladan dari kehidupan Paulus akan membantu di sini. Kita ingat bahwa Paulus dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan hingga tiga kali agar duri dalam dagingnya disingkirkan. Dia menggambarkan duri ini sebagai utusan Iblis. 151 Banyak komentator berpendapat bahwa duri ini adalah hasutan dan penganiayaan yang di gerakkan untuk menentang Paulus di kota-kota di mana dia memberitakan injil Yesus Kristus. Respon Tuhan terhadap permohonan Paulus adalah, ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna’. 152 Kasih karunia datang dari Bapa, melalui Kristus, ketika Paulus menderita permusuhan dari orang-orang berdosa terhadapnya. Akan tetapi, penderitaan ini menjaga dia untuk tidak menjadi sombong melalui penggunaan hukumnya sendiri. Sementara dia terus menderita dengan kasih karunia, kekuatan Kristus disempurnakan di dalam dia. Dia dapat melakukan pekerjaan status anaknya dan dilepaskan dari kecenderungannya untuk menjadi sombong. Inilah bagaimana hikmat dan kuasa Elohim ditunjukkan dalam hidupnya. Kadang kala, kita akan dimusuhi oleh orang-orang berdosa, yang memfitnah kita dengan tujuan untuk mengubahkan kita. Sekali lagi, kita harus melihat peristiwa ini sebagai tangan Bapa sorgawi atas kehidupan kita, menghajar kita untuk menyunat hukum kebenaran diri kita dari kehidupan kita. Tentu saja, yang terbaik adalah kita tidak bersalah dalam hal-hal yang dinyatakan untuk menentang kita. Jika kita tidak bersalah, pengalaman ini sepenuhnya melawan hukum kita sendiri. Pada titik ini, jika kita membuat respon yang membenarkan diri sendiri, ini menunjukkan bahwa kita masih beroperasi dengan hukum kita sendiri. Kita perlu bertobat dan kembali kepada Yesus, Perintis kita, dan mempelajari sifat ketaatan-Nya. Inilah bagaimana kita menemukan damai sejahtera di tengahtengah fitnahan dan gejolak yang kita alami. Kita bisa berhenti bertanya, ‘Mengapa saya menderita seperti ini?’, dan sebaliknya bertanya, ‘Tuhan, apa yang Engkau ajarkan kepadaku melalui pengalaman ini?’ Lebih lanjut, pada saat-saat ini kita dapat membawa diri kita lebih dekat kepada 150 Rm 7:23 2Kor 12:7-8 152 2Kor 12:9 151 63 Bapa dalam pengetahuan bahwa tangan-Nya tertuju kepada kita untuk menegakkan kita sebagai anak-anak-Nya.153 Penderitaan menurut kehendak Elohim Paulus menjelaskan bahwa kita bersatu dengan persekutuan penderitaan Kristus ketika kita menetapkan perhatian kita kepada Yesus Kristus dan mengatasi situasi-situasi ini dengan cara yang sama seperti yang Kristus lakukan. 154 Ketika kita dicaci maki, kita tidak seharusnya membalas dengan caci maki. 155 Ketika kita dicela dan dikutuk, kita harus tetap diam, atau membalas dengan memberkati. Kita harus mengasihi orang-orang yang melihat kita sebagai musuh-musuh mereka, dan tidak bereaksi melawan mereka. 156 Kita tidak sanggup menunjukkan kebajikan-kebajikan ini karena kita adalah raksasa-raksasa rohani atau karena kita menggunakan pe nyelesaian yang tidak emosional. Tetapi, kita mengaplikasikan kasih karunia Elohim kepada diri kita sendiri sementara kita merenungkan Kristus dan menggunakan peristiwa permusuhan ini sebagai suatu persekutuan dalam penderitaan-Nya. Kita sanggup mengasihi lawan kita dan menunjukkan kemurahan kepada mereka, karena kita memahami bahwa permusuhan mereka melakukan hal yang baik bagi kita; tetapi mereka sedang dihukum oleh tindakan-tindakan mereka. Dalam hal ini, kita ingat sikap Stefanus, di mana pernyataan terakhirnya sebelum dia mati di tangan orang Yahudi adalah, ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ 157 Penting untuk memahami bahwa sekedar menolak untuk meresponi situasi yang berlawanan atau sulit melalui penyelesaian yang tidak emosional, bukanlah suatu partisipasi dalam persekutuan penderitaan Kristus. Itu hanyalah bentuk lain dari menggunakan hukum kita sendiri. Kasih karunia Elohim diberikan kepada kita supaya kita dapat memenuhi kehendak-Nya. Rasul Petrus menuliskan bahwa ‘juga mereka yang harus menderita karena kehendak Elohim, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia’.158 Kita akan menderita menurut kehendak Elohim, dan respon-respon kita terhadap penderitaan juga harus menurut kehendak Elohim. Rasul Paulus, di berbagai waktu, meresponi dakwaan-dakwaan yang menentang dia. Akan tetapi, respon-respon ini tidak dimotivasi oleh ‘hukum yang lain’ untuk menyelamatkan diri sendiri. Melainkan, ini adalah respon-respon yang sesuai dengan kehendak Elohim sementara dia dipimpin oleh Roh Kudus. Sebagai contoh, kita ingat bahwa Paulus menyatakan kewarganegaraannya sebagai orang Roma untuk menghindari disesah dengan hukum cambuk. 159 Hasilnya adalah Paulus diberikan kesempatan untuk berbicara dengan Mahkamah Agama. 160 Setelah peristiwa ini, Tuhan berkata, ‘Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma’. 161 Dengan mengingat perintah ini, Paulus naik banding kepada Kaisar ketika gubernur Yudea ingin mengirim Paulus kembali 153 Ibr 12:5-6 Ibr 12:2 155 1Ptr 2:23 156 Mrk 14:61. Luk 6:27-28 157 Kis 7:60 158 1Ptr 4:19 159 Kis 22:24-29 160 Kis 22:30 161 Kis 23:11 154 64 ke Yerusalem untuk dihakimi.162 Dengan cara ini, Paulus dapat memenuhi pekerjaan yang sesuai dengan namanya. Tuhan Sendiri telah berkata, ‘Orang ini adalah alat pilihan bagi -Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel’.163 Akar yang pahit Pada saat kita mengalami penderitaan dan celaan, kita harus melepaskan hukum kita sendiri dan menemukan damai sejahtera di dalam komunitas Kristus. Dampak dari keengganan kita untuk memproses ketersandungan dapat disampaikan secara khusus dalam gereja. Ini karena suatu akar yang pahit, yang menghasilkan permusuhan dan pengkhianatan dalam kita, dapat berakar jika kita tidak memahami dan memproses ketersandungan dengan sebagaimana mestinya.164 Suatu akar yang pahit dapat berkembang menjadi suatu ‘roh antikristus’. Roh ini adalah suatu sikap permusuhan atau kebencian, yang memotivasi seseorang untuk meninggalkan gereja dan menghancurkan hubungan dengan saudara-saudara mereka. Ketika seorang Kristen keluar dari antara saudara-saudara karena ketersandungan, mereka dapat menjadi sumber permusuhan terhadap tubuh Kristus. Mengenai hal hal ini, Yesus berkata, ‘memang penyesatan (ketersandungan) harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.’165 Berpegang pada ketersandungan kita merupakan suatu kesalahan. Ketika kita melakukan ini, kita menunjukkan bahwa kita tidak saling mengasihi satu sama lain. Akhir dari perintah Elohim adalah mengasihi dari hati yang murni, hasilnya adalah disatukan bersama dengan sempurna dalam kasih yang semula, sehati, dan sepikir.166 Kita tidak bisa menyatakan memiliki kasih Elohim sementara masih berpegang pada ketersandungan kita. Menjadi seorang anak Elohim yang didisiplin Ketika kita tidak taat, kita menderita supaya kita belajar taat. Akan tetapi, ketika kita berbicara tentang pendisiplinan, tangan Elohim yang mendisiplin tidaklah selalu dikarenakan ketidaktaatan kita. Menjadi seorang murid, atau orang yang didisiplin, membuat kita merasa sakit karena hidup Yesus sedang diberikan kepada kita. Dampak dari menerima hidup Kristus adalah hal itu menyatukan kita kepada persekutuan penderitaan-Nya. Penderitaan ini hanya untuk mendewasakan dan menyempurnakan kita. Dalam hal ini, kita tidak akan selalu memahami mengapa kita menderita, tetapi kita dapat terus berkomitmen untuk mempersembahkan diri kita sebagai budak-budak ketaatan. Inilah ‘jalan’ yang Kristus rintis, dan kita menerima hidup-Nya ketika kita menjalaninya. Kita melepaskan pembenaran diri untuk bertahan hidup. Kita tidak bertanya kepada Elohim mengapa kita menderita, tetapi, apa yang Dia sedang ajarkan kepada kita melalui penderitaan. Dengan cara ini, kita membuka rahasia tentang bagaimana kita menerima damai sejahtera. Rasa sakit dari salib adalah rasa sakit dari suatu korban yang hidup. Ini bukanlah penghukuman hukum atas seorang penjahat sebelum kematian mereka. Elohim tidak menghukum kita ketika kita 162 Kis 25:9-12 Kis 9:15 164 Ibr 12:15 165 Mat 18:7 166 1Tim 1:5. Kol 2:2. 1Kor 1:10 163 65 menderita sebagai orang-orang Kristen, bersama Kristus. Penderitaan salib adalah suatu proses yang menemukan sumbernya dalam ketaatan Kristus. Hasil dari jenis penderitaan ini adalah pembebasan dari dosa, dan suatu sikap yang disiplin dan dewasa sebagai seorang anak Elohim. Jenis penderitaan ini melepaskan kita dari rasa sakit akan maut yang disebabkan oleh ketidaktaatan terhadap hukum. 66 BAB 4 Karya salib Bapa menetapkan kita sejak semula untuk diadopsi sebagai anak melalui Yesus Kristus, sebelum dunia dijadikan.1 Sesuai dengan kehendak Bapa, janji adopsi ini diberikan kepada Abraham. Janji ini memberikan pengharapan akan status anak kepada Abraham, dan dia percaya dalam pengharapan itu. Ini berlaku bagi semua orang kudus Perjanjian Lama. Roh adopsi berdiam atas mereka dan mereka hidup oleh iman sebagai substansi dari hal-hal yang diharapkan.2 Akan tetapi, mereka belum memiliki adopsi itu. Rasul Paulus menjelaskan bahwa adopsi tidak tersedia bagi umat manusia sebelum karya penebusan di atas salib selesai. Dia menulis kepada jemaat Galatia, ‘Setelah genap waktunya, maka Elohim mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak (terj. Bhs. Ing. ‘might receive adoption as sons’ artinya ‘dapat menerima adopsi sebagai anak’)’.3 Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa setelah kita menerima adopsi sebagai anak, Bapa mengirimkan Roh Anak-Nya ke dalam hati kita yang berseru, ‘Abba Bapa’.4 Kita menerima kodrat ilahi dan dilahirkan dari Elohim. Kita akan memperhatikan bagaimana kita diadopsi sebagai anak, dan kemudian dilahirkan dari Elohim, dalam bagian berikutnya. Dalam bagian ini, kita akan fokus pada pekerjaan darah Kristus untuk menebus kita supaya kita dapat menerima adopsi. Yesus Kristus dilahirkan di bawah hukum supaya Dia dapat menebus orang-orang yang berada di bawah hukum. 5 Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus menyatakan bahwa kebenaran hukum telah membuat seluruh dunia bersalah di hadapan Elohim.6 Tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Elohim dengan melakukan pekerjaan hukum. Kemudian dia melanjutkan, ‘Tetapi sekarang, 1 Ef 1:4 Ibr 11:1 3 Gal 4:5 4 Gal 4:6 5 Gal 4:4‑5 6 Rm 3:20 2 67 tanpa hukum Taurat kebenaran Elohim telah dinyatakan’. 7 Kebenaran Elohim, tanpa hukum, dinyatakan melalui persembahan Yesus Kristus di atas salib. Persembahan Yesus Kristus di atas salib merupakan pekerjaan Elohim yang berdaulat untuk menebus umat manusia. Paulus mengatakan, ‘Akan tetapi Elohim menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa’.8 Dan lebih lanjut dari ini, ‘Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Elohim oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya’. 9 Persembahan Yesus Kristus di atas salib telah membuat sebuah jalan bagi setiap orang untuk dibebaskan, atau ditebus, dari perbudakan mereka kepada dosa dan maut. Yesus Kristus adalah utusan pertama Elohim, memproklamirkan dari salib bahwa anak-anak manusia dapat ditebus, diadopsi, dan dilahirkan dari Elohim. Ini adalah kesaksian dan berita dari darah-Nya yang ditumpahkan bagi kita. Dia telah memberitakan damai sejahtera kepada semua yang jauh dan yang dekat.10 Dia telah memberikan kepada semua manusia jalan masuk melalui satu Roh kepada Bapa untuk menerima adopsi sebagai anak dan kemudian dilahirkan dari Elohim. Dalam darah-Nya, Yesus Kristus telah menegakkan Perjanjian Baru bagi suatu kemanusiaan baru. Harga penebusan Yesus Kristus memproklamirkan bahwa Dia datang untuk memberikan hidup-Nya, atau jiwa-Nya, sebagai suatu tebusan bagi banyak orang.11 Pekerjaan penebusan-Nya untuk umat manusia dimulai di taman Getsemani, ketika darah-Nya mulai ditumpahkan bagi kita, dan selesai ketika Dia menyatakan dari salib, ‘Sudah selesai!’12 Penting untuk menyadari bahwa penebusan umat manusia merupakan suatu karya yang mahal (berharga). Ada suatu harga bagi Bapa dalam mempersembahkan Anak satu-satu-Nya bagi kita. Dan ada sebuah harga bagi Anak dalam menanggung penderitaan dan penghakiman salib. Darah Kristus adalah harta yang melepaskan atau menebus kita dari kuasa dosa dan maut. Itu adalah kekayaan yang memberikan hidup kepada kita ketika kita mati dalam pelanggaran dan dosa.13 Darah Kristus yang mahal menebus kita kembali dari kematian karena dosa dan dari penghukuman serta kutuk hukum. Rasul Petrus menyatakan bahwa kita telah ditebus dengan ‘darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat’.14 Darah Kristus Sebagai Anak Manusia, di dalam darah Kristus terdapat hidup biologis-Nya. Dari sudut pandang biologis, darah-Nya sama dengan darah setiap umat manusia. Kita membaca dalam kitab Ibrani, ‘Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan 7 Rm 3:21 Rm 5:8 9 Rm 5:10 10 Ef 2:17‑18 11 Mrk 10:45. Mat 20:28 12 Yoh 19:30 13 Ef 2:1 14 1Ptr 1:19 8 68 mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka’. 15 Akan tetapi, jauh lebih dari ini, di dalam darah Kristus terdapat jiwa-Nya. Hidup Kristus, atau identitas hakiki-Nya sendiri sebagai Elohim Anak, ada di dalam darah-Nya sebagai Anak Manusia. Oleh karena itu, darah yang mahal itulah yang dapat menebus umat manusia. Nabi Yesaya menyatakan bahwa Yesus Kristus ‘menyerahkan nyawa-Nya (jiwa-Nya) ke dalam maut’ ketika darah-Nya ditumpahkan sebagai persembahan di atas kayu salib.16 Ini bukan hanya darah Kristus sebagai sumber hidup biologis-Nya yang mengadakan pendamaian bagi kita ketika darah itu tercurah. Ini adalah darah dengan perantaraan jiwa yang terdapat di dalam darah tersebut, yang mengadakan pendamaian bagi kita. Tuhan menjelaskan prinsip ini kepada bangsa Israel ketika Dia berkata, ‘Karena nyawa/hidup [jiwa] makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu [jiwamu], karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa *jiwa+’.17 Darah Kristus adalah kepunyaan-Nya, baik sebagai Anak Manusia maupun Anak Elohim. Darah itu adalah penghubung antara keberadaan fisik dan rohani-Nya. Dua realitas ini berinteraksi bersama sementara Kristus berdoa kepada Bapa di taman Getsemani memohon akan kekuatan untuk mencurahkan jiwa-Nya demi penebusan kita. Pencurahan jiwa Kristus untuk mengadakan pendamaian bagi kita adalah secara fisik dan rohani. Jiwa-Nya dicurahkan ketika darah-Nya tertumpah. Akan tetapi, pada akhirnya, jiwa-Nya dicurahkan ke dalam tangan Bapa sebelum hidup biologis-Nya, yang terdapat di dalam darah-Nya, telah melewati titik kritis untuk dapat menopang Dia secara fisik. Hidup-Nya diberikan kepada kita di atas mezbah Kita tahu bahwa mezbah dalam bait zaman dulu adalah tempat persembahan. Akan tetapi, Yesus tidak mati di atas mezbah itu. Dia mati di atas mezbah tabernakel sejati ketika Dia dipaku di kayu salib di atas Gunung Kalvari di luar kota Yerusalem. Kita membaca dalam kitab Ibrani bahwa Yesus menderita di luar pintu gerbang untuk ‘menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri’.18 Hidup Yesus yang ada di dalam tubuh fisik-Nya menjadi tersedia bagi kita ketika Bapa membuat jiwa-Nya menjadi suatu persembahan bagi dosa. Hidup itu diberikan kepada kita melalui persembahan Kristus di atas salib. Hidup itu telah diberikan kepada kita melalui persembahan, supaya hidup Kristus dapat menjadi hidup kita dan menjadi milik kepunyaan pribadi kita sebagai anak-anak manusia dan anakanak Elohim. Baik Bapa maupun Anak terlibat dalam persembahan ini. Yesaya berkata, ‘Apabila Ia [Bapa] menyerahkan diri-Nya/jiwa-Nya [Anak] sebagai korban penebus salah, Ia akan melihat keturunannya (terj. Bhs. Ing. ‘seed’ artinya ‘benih’)’.19 Akan tetapi, ayat ini dapat juga diterjemahkan ‘Dia [Anak] akan mempersembahkan jiwa-Nya sendiri sebagai suatu persembahan bagi dosa’. Anak dengan rela mempersembahkan diri-Nya untuk menjadi persembahan Bapa. Menurut nabi Yesaya, hasil dari 15 Ibr 2:14 Yes 53:12 17 Im 17:11. Rm 3:24‑26 18 Ibr 13:12 19 Yes 53:10 16 69 persembahan Kristus melahirkan ‘benih’; yaitu, suatu kumpulan banyak anak bagi Elohim Bapa. Kita diingatkan dengan perkataan Yesus, ‘Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah’.20 Darah-Nya ditumpahkan melalui penderitaan Penumpahan darah Kristus di atas salib merupakan unsur penting dari persembahan Kristus. Lebih lanjut dari ini, penumpahan darah Kristus melibatkan dan membutuhkan penderitaan. Tidak seperti persembahan-persembahan yang ditempatkan di atas mezbah di bawah Perjanjian Lama, Yesus Kristus menderita dan darah-Nya tertumpah sebagai korban yang hidup. Oleh karena itu, kita tidak dapat memisahkan darah Kristus dari penderitaan-Nya. Setiap luka yang menimpa Kristus merupakan suatu titik spesifik dari penderitaan dan membuat darah-Nya ditumpahkan untuk penebusan kita. Ketika darah-Nya tertumpah, hidup menjadi tersedia di atas mezbah untuk menebus kita kembali dari kematian karena dosa. Kita tahu bahwa penderitaan dan maut masuk ke dalam dunia karena ketidaktaatan manusia kepada Elohim. 21 Hal ini telah mengakibatkan kehancuran dan kerusakan atas seluruh umat manusia sejak kejatuhan Adam pada mulanya. Berlawanan dengan ini, Kristus menderita karena Dia taat kepada Elohim. Dia taat kepada perintah Elohim untuk menjadi korban penghapus dosa kita. Penderitaan yang Kristus tanggung merupakan suatu demonstrasi dari penghakiman Elohim yang adil. Penderitaan Kristus dimulai ketika Elohim Bapa meletakkan semua dosa kita atas-Nya. Dia menjadi perwujudan dari dosa kita ketika Dia mengambil dan meminum cawan kejahatan dan penghakiman kita yang Bapa berikan kepada-Nya. Hal ini menjelaskan mengapa Dia berdoa di taman Getsemani, ‘Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki’.22 Kristus tidak hanya menderita rasa sakit akibat perilaku dosa kita di dalam daging, tetapi Dia juga menderita rasa sakit dari murka Elohim terhadap kita. Dia mati dalam kematian kita dan terpisah dari Elohim. Dia menderita kematian dan penghakiman ini sebagai pengganti bagi kita. Yesaya menyatakan, ‘Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Elohim’.23 Elohim dapat membuat Dia menjadi korban pendamaian bagi kita karena Dia tidak berdosa, benar dan taat kepada perintah-Nya.24 Penderitaan dan kematian-Nya sebagai korban yang hidup adalah pembayaran penuh yang memenuhi tuntutan keadilan, memampukan pengampunan dan menjadikan kita benar di hadapan Elohim. Kebenaran Elohim sepenuhnya diteguhkan, dan penghakiman Elohim benar-benar dipenuhi, melalui penderitaan Kristus yang menggantikan. Kristus ditopang oleh kuasa darah-Nya sendiri bahkan ketika hidup-Nya dicurahkan. Meskipun hidupNya dicurahkan melalui penderitaan, Dia tidak kehilangan hidup-Nya. Tidak seorangpun mengambil 20 Yoh 12:24 Rm 5:12 22 Mat 26:39 23 Yes 53:4 24 Ibr 2:17. 1Kor 1:30 21 70 hidup-Nya dari Dia.25 Dia dengan rela menyerahkan hidup-Nya sesuai dengan perintah Bapa, dan oleh karena itu, maut tidak dapat menahan-Nya. Dengan setiap tetesan darah-Nya yang berharga, Dia kembali dari kematian karena dosa pada perjalanan-Nya menuju kekekalan. Poin pentingnya adalah bahwa setiap tahapan penderitaan Kristus disertai dengan pencurahan darah-Nya. Hidup Yesus menjadi tersedia bagi kita melalui penderitaan-Nya. Ini adalah cara yang olehnya hidup Yesus dipindahkan kepada kita. Hidup ini diberikan kepada kita ketika kita bersatu dengan persekutuan penderitaan-Nya. Ini adalah rahasia salib. Rasul Paulus menyebut keseluruhan pengalaman ini, ‘sunat Kristus’.26 Perjamuan terakhir Kristus menjelaskan kepada murid-murid-Nya, ketika mereka makan perjamuan Paskah terakhir mereka bersama, bahwa anggur yang mereka minum bersama adalah persekutuan dalam darah-Nya. Dengan ini, maksud-Nya adalah Dia akan memberikan hidup-Nya kepada umat manusia ketika darahNya dicurahkan. Ketika mereka meminum cawan, Yesus meminta murid-murid untuk berpartisipasi dalam persekutuan persembahan-Nya. Dia ingin mereka bersatu baik dalam persekutuan hidup-Nya maupun persekutuan kematian-Nya. Persekutuan kematian-Nya adalah persekutuan penderitaanNya. Lebih dari ini, persekutuan cawan adalah dasar di mana Elohim mengadakan suatu Perjanjian Baru dengan umat manusia untuk memberikan mereka penebusan dan hidup yang kekal. Yesus menyatakan, ‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu’. 27 Yesus memberikan kepada murid-murid-Nya daging dan darah-Nya sebagai unsur-unsur Perjanjian Baru. Yesus Kristus adalah Perantara dari Perjanjian Baru ini sebagai Imam Besar agung kita.28 Dia bukanlah seorang imam menurut peraturan keimamatan Lewi. Dia adalah Imam Besar agung kita menurut peraturan Melkisedek.29 Peraturan Melkisedek adalah keimamatan baru yang merupakan bagian dari Perjanjian Baru. Ini adalah keimamatan yang berfungsi menurut kuasa dari suatu hidup yang tidak berkesudahan atau tidak dapat binasa.30 Taman Getsemani Di perjalanan menuju taman Getsemani, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: “Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.”’31 Dia mengutip perkataan nabi Zakharia. Penting untuk diperhatikan bahwa Yesus berkata, ‘Malam ini’. Dia jelas merujuk kepada taman Getsemani, bukan peristiwa-peristiwa salib yang terjadi pada hari berikutnya. Yesus ‘dipukul oleh Elohim’ dan mati dalam kematian karena dosa kita di Getsemani.32 Kita tahu nubuatan ini digenapi di taman 25 Yoh 10:18 Kol 2:11 27 Luk 22:20 28 Ibr 8:6. Ibr 9:15 29 Ibr 7:17 30 Ibr 7:16 31 Mat 26:31. Za 13:7 32 Yes 53:4 26 71 Getsemani karena ketika Dia ditangkap oleh para prajurit dari imam-imam kepala, semua murid-Nya tercerai-berai.33 Dia tidak mengumpulkan mereka kembali hingga sesudah kebangkitan-Nya. Ketika Kristus telah menerima perintah dari Bapa dan dikuatkan oleh Roh Kekal, melalui Roh Kudus, Dia mulai menyerahkan hidup-Nya sebagai suatu korban yang hidup. 34 Dosa seluruh dunia diletakkan atas Kristus oleh Bapa. Sebagai akibat dari meminum cawan dosa ini, Dia terpisah dari Elohim dan menjadi mati bagi Elohim. Darah pertama tertumpah di taman Getsemani ketika Kristus dipukul oleh Elohim Sendiri. 35 Kristus mulai mengeluarkan keringat tetesan darah dari setiap pori-pori tubuhNya.36 Kemudian Dia berlanjut dari taman Getsemani untuk menderita di tangan orang-orang fasik. Dia menderita di tangan imam besar dan Majelis Agama Yahudi, di tangan Pilatus, di tangan Herodes, di tangan para prajurit di dalam gedung pengadilan, dan pada akhirnya, di tangan orang-orang yang memakukan Dia di salib.37 Darah Kristus terus tercurah sementara Dia menderita pada setiap langkah, dari Getsemani sampai Dia tergantung di atas salib dan menyatakan pekerjaan-Nya selesai.38 Setiap tetesan darah yang Dia tumpahkan menebus kita dari kematian karena dosa dan pemisahan dari Elohim. Ketika darah Yesus ditumpahkan untuk penebusan umat manusia, Bapa membawa Gembala agung segala domba kembali dari kematian.39 Dia memberikan kuasa dari hidup kekal kepada Anak di sepanjang perjalanan ini.40 Tiga jenis kuasa di taman Getsemani Kita mengamati interaksi antara tiga jenis kuasa yang berbeda mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim Bapa di taman Getsemani. 1. ketika Yesus mulai Pertama, ada kuasa yang berdiam di dalam darah Kristus. Darah Kristus memiliki kuasa untuk menebus dari maut, mengadakan pendamaian, dan memberikan hidup ketika darah itu tertumpah melalui persembahan. Ini adalah kapasitas unik yang merupakan milik darah Kristus. Paulus menyatakan bahwa, dalam tubuh daging Kristus, kita beroleh ‘penebusan oleh darahNya’.41 Darah Kristus menopang Dia ketika Ia mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim sebagai Anak Domba yang tak bercacat. Akan tetapi, lebih dari ini, kuasa penebusan dalam darah-Nyalah yang membawa Dia kembali dari kematian sebagai Gembala agung segala domba. 42 Kita dibawa kembali dari kematian karena dosa dengan Dia. Ketika darah-Nya tertumpah dalam setiap tahapan persembahan-Nya, pendamaian itu secara progresif terselesaikan bagi kita. 33 Mat 26:56 Luk 22:43 35 Yes 53:4 36 Luk 22:44 37 Kis 2:23 38 Yoh 19:30 39 Ibr 13:20 40 Rm 8:11 41 Ef 1:7 42 Ibr 13:20 34 72 Darah Kristus-lah yang menyelamatkan kita dari kematian karena dosa dan memberikan kita hidup-Nya. Paulus berkata, ‘Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Elohim oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!’ 43 Darah Yesus-lah yang memampukan kita untuk berpartisipasi dalam kematian dan kehidupan-Nya. Sementara kita bersekutu dalam penderitaan Kristus, kita mengalahkan pencobaan, berhenti dari dosa, dan menyatakan hidup-Nya sebagai anak-anak Elohim.44 2. Kedua, ada kuasa kebangkitan yang datang kepada Kristus sesuai dengan perintah Bapa. Perintah ini memberikan Kristus kapasitas untuk menyerahkan hidup-Nya dan mengambilnya kembali.45 Kuasa ini menguatkan Kristus dalam kefanaan-Nya untuk menanggung salib dan membangkitkan Dia dari kematian menuju kekekalan. Penting untuk kita pahami bahwa perjalanan Kristus menuju kekekalan dimulai di taman Getsemani. Kita tahu bahwa Kristus sekarang hidup oleh kuasa dari hidup yang tidak berkesudahan. 46 Akan tetapi, Dia mulai menerima hidup dan kuasa itu dari Bapa, dalam tubuh fana-Nya, di taman Getsemani. Hidup dan kuasa yang sama ini tersedia bagi kita sebagai anakanak adopsi Bapa ketika kita bersatu dengan persekutuan penderitaan Kristus. Paulus menyatakan, ‘Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, [Bapa] akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’.47 3. Ketiga, ada kuasa dari Roh yang Kekal yang diberikan kepada Kristus, melalui Roh Kudus. Ini adalah kuasa yang memampukan Dia untuk mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim sebagai Anak Domba yang tak bercacat.48 Kuasa ini memampukan pelayanan keimamatan-Nya kepada Elohim sehingga hidup-Nya dapat diberikan kepada kita. Ketika kita menerima hidup Yesus, kuasa Roh Elohim, melalui Roh Kudus-lah, yang memampukan kita untuk menjadi diaken-diaken dari Perjanjian Baru dan melayani hidup-Nya kepada yang lain.49 Sudah selesai Kita tahu bahwa tidak ada alasan yang adil untuk kematian Kristus menurut hukum. Kristus tidak bersalah dan benar.50 Kutuk hukum hanya ditimpakan atas-Nya karena Dia digantung di atas salib. Rasul Paulus menyoroti hal ini dalam suratnya kepada jemaat Galatia. Dia mencatat bahwa tertulis dalam hukum [Taurat], ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib’.51 Ini adalah satu-satunya 43 Rm 5:10 1Ptr 4:1 45 Yoh 10:18 46 Ibr 7:16 47 Rm 8:11 48 Ibr 9:14 49 2Kor 3:6 50 Ibr 7:26 51 Gal 3:13. Ul 21:23 44 73 alasan sehingga Yesus ‘terhitung di antara pemberontak-pemberontak’. 52 Dia mati dengan cara ini supaya Dia dapat menebus kita dari kutuk hukum di bawah Perjanjian Lama. Ketika darah yang telah tertumpah cukup untuk penebusan seluruh umat manusia, Yesus berseru kepada Bapa, ‘Elohim-Ku, Elohim-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ 53 Ini bukanlah seruan putus asa atau kehilangan harapan. Ini adalah seruan keberhasilan dari Juruselamat yang menang yang telah kembali dari kematian karena dosa dan telah siap untuk diterima kembali ke pelukan Elohim dan Bapa-Nya. Hal itu segera dilanjutkan dengan pernyataan, ‘Sudah selesai’, yang menandakan pekerjaan penebusan telah selesai untuk selama-lamanya.54 Yesus Kristus adalah korban yang hidup dan pekerjaan pendamaian-Nya terselesaikan tepat sebelum Dia mati. Karya salib telah selesai ketika Dia menyatakan, ‘Sudah selesai’. Kristus telah mengalahkan dan menghancurkan kuasa dosa dan maut. Dia tidak lagi berada di bawah penghakiman Elohim dan tidak lagi menderita penghukuman sebagai korban penghapus dosa kita. Gembala agung segala domba telah dibawa kembali dari kematian karena dosa. Lebih lanjut dari ini, Yesus telah mengakhiri dua pendekatan hidup umat manusia yang mendasar. Pendekatan-pendekatan ini adalah hukum perintah duniawi bagi orang Yahudi, dan prinsip-prinsip dasar atau filosofi dunia bagi orang-orang bukan Yahudi.55 Hukum dan filosofi dunia ini merupakan pendekatan-pendekatan hidup dari ciptaan lama. Pendekatan-pendekatan ini menyebabkan manusia menjadi seteru Elohim dan seteru satu sama lain.56 Sebagai ganti pendekatan-pendekatan ini, Yesus menegakkan suatu Perjanjian Baru di dalam darah dan daging-Nya. Perjanjian ini menegakkan suatu jalan hidup baru yang menggantikan ciptaan lama dari umat manusia. Sama seperti Anak menciptakan manusia pertama, Adam, dari debu tanah, Kristus menciptakan suatu kemanusiaan baru dari daging fana umat manusia.57 Dia menegakkan sesuatu yang baru dalam tubuh daging-Nya. Melalui karya penciptaan Kristus di atas salib, umat manusia pertama-tama diberikan jalan masuk kepada Roh dan kuasa Elohim, dan kepada kodrat ilahi, supaya mereka dapat menjadi anak-anak ciptaan baru Elohim. 58 Kita diingatkan dengan perkataan Yesus, ‘Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’.59 Kemanusiaan yang baru, diciptakan dalam Kristus dari orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi, memiliki jalan masuk kepada hidup dan kuasa kebangkitan yang datang dari Bapa. Ini adalah hidup dan kuasa yang kita terima sebagai anak-anak manusia yang telah diadopsi sebagai anak-anak Elohim. Ini adalah kuasa kemanusiaan kita untuk kekekalan. 52 Yes 53:12. Mrk 15:28 Mat 27:46 54 Yoh 19:30 55 Ef 2:15. Kol 2:8 56 Rm 8:7 57 Ef 2:15. 2Kor 5:17 58 Ef 2:18. Rm 5:2. 2Ptr 1:3‑4 59 Yoh 14:6 53 74 Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku Setelah pekerjaan Kristus selesai di atas salib, Dia keluar dari tubuh jasmani-Nya dan pergi ke tangan Bapa. Kebanyakan darah-Nya tercurah sebelum pekerjaan pendamaian-Nya selesai. Akan tetapi, Yesus tidak secara fisik mati karena kehabisan darah. Sebelum Dia tiba pada titik kritis kematian karena kehabisan darah, Dia menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa. 60 Yesus berkata mengenai diri-Nya, ‘Tidak seorangpun mengambilnya (mengambil hidup) dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.’61 Ketika Kristus meninggalkan tubuh-Nya, Roh-Nya keluar dari darah-Nya, dan tidak pernah kembali ke pembuluh darah-Nya setelah kebangkitan-Nya. Identitas rohani-Nya, yaitu, jiwa-Nya, sekalipun terdapat di dalam darah-Nya, dapat hidup secara mandiri dari hidup biologis-Nya. Identitas-Nya tidak terikat oleh, atau dibatasi oleh, hidup biologis fisik-Nya. Di dalam darah dari seorang individu-lah di mana identitas mereka berdiam. Akan tetapi, identitas mereka tidak diukur sehubungan dengan banyaknya darah yang mengalir dalam pembuluh darah mereka. Luka terakhir – darah dan air dari lambung-Nya Rasul Yohanes mencatat bahwa dia adalah seorang saksi mata di kaki salib. Dia menyaksikan ketika prajurit menikamkan sebuah tombak ke lambung Kristus, dan menyaksikan darah dan air mengalir dari jantung-Nya yang terluka. 62 Ini adalah luka terakhir Kristus. Itu terjadi setelah persembahan Kristus selesai dan Dia telah menyerahkan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa. Yohanes mengidentifikasi bahwa inilah penggenapan dari nubuatan Zakharia. Zakharia bernubuat bahwa Elohim akan mencurahkan atas keluarga Daud dan penduduk Yerusalem, ‘Roh pengasihan dan permohonan … dan mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi Dia seperti orang meratapi anak tunggal’.63 Lebih lanjut dari ini, Zakharia bernubuat bahwa pada hari itu suatu sumber air akan dibukakan untuk dosa dan kenajisan.64 Roh Elohim, bekerja di dalam pengasihan (kasih karunia) dan permohonan, menginsafkan prajurit yang menikam lambung Kristus. Hal itu menyebabkan dia menyatakan, ‘Sungguh, Orang ini adalah Anak Elohim’. 65 Terdapat juga sekumpulan orang banyak yang telah berkumpul untuk menyaksikan kematian Kristus. Ketika mereka melihat tombak menikam lambung-Nya, mereka kembali ke Yerusalem ‘sambil memukul-mukul diri’. 66 Mereka pulang ke rumah sambil meratap dan menangis ketika Roh pengasihan dan permohonan mulai dicurahkan atas mereka. Elohim mempersiapkan mereka untuk pemberitaan Petrus pada Hari Pentakosta ketika dia menyatakan bahwa Yesus adalah 60 Luk 23:46 Yoh 10:18 62 Yoh 19:34‑37 63 Za 12:10 64 Za 13:1 65 Mrk 15:39 66 Luk 23:47‑48 61 75 Tuhan dan Juruselamat mereka. 67 Ini adalah permulaan dari penggenapan nubuatan, ‘Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam’.68 Hanya ketika lambung Kristus ditikam maka manusia mulai ditarik untuk datang kepada-Nya sebagai Juruselamat dunia. 69 Sejak saat itu, Dia dinyatakan sepenuhnya sebagai Anak Domba Elohim yang telah mempersembahkan diri-Nya tanpa cela kepada Elohim. Darah yang mengalir dari lambung Kristus memberikan hidup dan iluminasi kepada orang-orang yang memandang atas tubuh fisik-Nya sementara tubuh itu tetap ditinggikan dari bumi oleh paku-paku yang menahan tubuh tersebut di salib. Darah yang mengalir dari jantung-Nya yang terluka sanggup membasuh dosa dan kenajisan dari kehidupan orang-orang yang memandang kepada Dia dan percaya.70 Yohanes memberi kesaksian terhadap peristiwa-peristiwa ini dan menyatakan bahwa kesaksiannya adalah benar. 71 Dia memberi kesaksian bahwa Yesus benar-benar adalah Anak Elohim dan Juruselamat dunia. Ini adalah dasar pengajarannya dalam suratnya yang pertama, di mana dia berbicara tentang Yesus yang datang sebagai Penebus kita oleh air dan darah dengan Roh yang memberikan kesaksian.72 Unsur-unsur darah dan air adalah aplikasi akhir dari persembahan Kristus. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa darah fisik Kristus tidak lagi sedang dicurahkan. Tetesan darah terakhir jatuh dari lambung-Nya ketika mereka menurunkan tubuh-Nya dari salib. Unsur lahiriah akan air yang mengalir dari lambung Kristus sekarang dinyatakan melalui firman sebagai air hidup.73 Darah yang tertumpah sekarang dinyatakan melalui pelayanan hidup Kristus. Air meregenerasi dan menguduskan kita. 74 Dan darah menebus kita dari kematian karena dosa, menyucikan hati nurani kita dari pekerjaan sia-sia (yang mati), dan memperlengkapi kita untuk pelayanan keimamatan kita. 75 Unsur-unsur air dan darah yang mengalir dari lambung Kristus merupakan unsur-unsur untuk pemurnian dan pengudusan kita sebagai anak-anak Elohim. Kita menerima unsur-unsur ini ketika kita berpartisipasi dalam persekutuan tubuh Kristus.76 Pengharapan dan kuasa kebangkitan-Nya Pengurapan dari ketujuh kali lipat Roh Elohim tetap tinggal atas tubuh fisik Kristus setelah Roh-Nya pergi kepada Bapa. Daging Kristus, sementara masih tergantung di atas salib, tidak mengenal kebusukan (korupsi) karena kuasa dari Roh Kekal yang tetap ada atasnya. Tubuh fisik-Nya beristirahat dalam pengharapan akan kebangkitan. Ketika tubuh Yesus diturunkan dari salib dan ditempatkan dalam liang kubur, tubuh itu terus beristirahat dalam pengharapan. Tubuh itu tidak terkorupsi dalam liang kubur atau mengalami pembusukan apapun. Hal ini menggenapi perkataan pemazmur, ‘Engkau 67 Kis 2:36 Za 12:10 69 Yoh 12:32. Why 1:7 70 Why 1:5 71 Yoh 19:35 72 1Yoh 5:6 73 Ef 5:26 74 Tit 3:5 75 Ibr 9:14 76 1Yoh 1:7 68 76 tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan (terj. Bhs. Ing. ‘undergo decay’ artinya ‘menjadi busuk’)’.77 Setelah tiga hari, Roh Yesus kembali pada tubuh-Nya dan Dia dibangkitkan kepada kekekalan. Ketika Yesus bangkit dari kematian, Dia tidak memiliki darah apapun dalam pembuluh darah-Nya. Tubuh fisik-Nya terdiri dari daging dan tulang, tetapi tidak lagi hidup oleh suatu prinsip biologis.78 Sekarang Dia hidup oleh kuasa dari hidup yang tidak dapat dibinasakan atau hidup yang tidak berkesudahan. Ini adalah hidup yang tidak fana (hidup yang kekal).79 Yesus Kristus dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang Sulung dari ciptaan baru, kemanusiaan baru yang Dia tegakkan di atas salib.80 Tubuh-Nya yang tidak terkorupsi dan kekal adalah gambaran dari tubuh yang akan kita warisi dalam kebangkitan pada hari terakhir. Tubuh kebangkitan kita akan terdiri dari substansi tubuh kebangkitan-Nya. 81 Kita akan menerima tubuh yang tidak fana yang hidup oleh kuasa dari hidup yang tidak berkesudahan. Merujuk kepada hal ini, Paulus berkata, ‘Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati’.82 Ketika kita bersatu dengan persekutuan penderitaan-Nya melalui baptisan, kita juga bersatu dengan persekutuan kebangkitan-Nya. 83 Roh yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati mulai memberikan kekuatan kepada daging fana kita.84 Ini adalah pemulihan kepada hidup, atau, hidup yang sama, yang Anak terima dalam daging-Nya dari Bapa di taman Getsemani. Ini adalah kuasa kebangkitan-Nya. 85 Kita dikuatkan oleh kuasa yang sama ini untuk menanggung penderitaan, menemukan kesembuhan, dan mengalahkan dosa, sementara kita tetap lemah dan fana (berada dalam tubuh daging ini). 77 Kis 13:35. Mzm 16:10 Luk 24:39 79 Ibr 7:16 80 Kol 1:18. Ibr 12:23 81 Flp 3:21 82 1Kor 15:53 83 Rm 6:5 84 Rm 8:11 85 Flp 3:10 78 77 78 BAB 5 Menjadi seorang anak Elohim Rasul Yohanes menyatakan bahwa Anak Elohim telah datang dan ‘mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal [Dia] Yang Benar; dan kita ada di dalam [Dia] Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Elohim yang benar dan hidup yang kekal’.1 Ayat ini merupakan suatu rangkuman yang bermanfaat mengenai injil. Dalam bagian ini, kita akan memperhatikan bagian pertama dari ayat tersebut. Seorang percaya baru, dilahirkan dari Elohim ketika mereka memiliki suatu interaksi pribadi dengan Yesus Kristus sebagai Anak Elohim. Secara pribadi Dia mengaruniakan pengertian supaya mereka mengenal Bapa; yaitu, Dia yang adalah benar. Dalam Injilnya, Yohanes mengatakan bahwa Anak Elohim adalah ‘Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia’.2 Pewahyuan Kristus secara pribadi ini lebih daripada iluminasi yang seseorang terima ketika seorang Kristen pertama kali membagikan berita injil kepadanya. Kita ingat Yohanes Pembaptis diutus oleh Elohim untuk memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus adalah Terang dunia yang sesungguhnya.3 Yesus menggambarkan Yohanes sebagai sebuah pelita yang menyala dan bercahaya. Dia memberi kesaksian kepada kebenaran, dan banyak orang bersukacita dalam terang beritanya untuk seketika lamanya.4 Akan tetapi, perkataannya tidak dapat membebaskan orang-orang dari dosa mereka dan tidak memberikan mereka hak untuk menjadi anak-anak Elohim. Pekerjaan Yohanes Pembaptis adalah memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus ialah Utusan Elohim dan Juruselamat dunia. Yesus berkata bahwa kesaksian-Nya lebih besar daripada kesaksian Yohanes.5 Dia tidak menerima kesaksian-Nya dari manusia, dan Dia juga tidak memerlukan Yohanes Pembaptis untuk meneguhkan kebenaran dari kesaksian-Nya sendiri sebagai Anak Elohim. Yesus telah menerima kesaksian-Nya dari Elohim Bapa. Pekerjaan yang Dia lakukan juga memberi kesaksian bahwa Dia adalah Anak Elohim. Merujuk kepada perkataan Yesus ini, rasul Yohanes menulis dalam suratnya yang pertama, ‘Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Elohim lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang 1 1Yoh 5:20 Yoh 1:9 3 Yoh 1:8‑9 4 Yoh 5:33‑35 5 Yoh 5:36 2 79 diberikan Elohim tentang Anak-Nya’. 6 Anak Elohim adalah Satu-satunya yang dapat menyatakan Bapa. Dia adalah Satu-satunya Juruselamat manusia dan Benih yang masuk ke dalam hati manusia, memampukan mereka untuk dilahirkan sebagai anak-anak Elohim. Setiap orang Kristen harus memiliki suatu interaksi pribadi dengan Yesus Kristus sebagai Anak Elohim. Tidak cukup bagi seseorang untuk menerima kesaksian dari manusia atau hanya percaya akan suatu ajaran/doktrin. Rasul Paulus secara terus-menerus menolak kecenderungan orang-orang untuk mengikuti dia, atau membuat perkataannya menjadi suatu ajaran/doktrin yang dapat dipercaya tanpa mereka secara pribadi bertemu dengan Yesus Kristus. Masalah ini nyata dalam jemaat Korintus ketika mereka berkata, ‘Aku golongan Paulus’ atau ‘Aku golongan Apolos’.7 Paulus mengatakan bahwa baik dia maupun Apolos hanyalah pelayan-pelayan yang melaluinya orang-orang Korintus percaya, ketika Yesus, Tuhan Sendiri, mengaruniakan pengertian kepada masing-masing orang.8 Seorang percaya baru, menerima kesaksian Elohim ketika Bapa mengirimkan Anak-Nya untuk secara pribadi memberikan hidup-Nya kepada mereka. Ketika seseorang menerima hidup Anak Elohim ke dalam hati mereka, mereka juga menerima iluminasi atau pengertian mengenai hidup-Nya. Yohanes menyatakan, ‘Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang manusia’.9 Hidup Anak Elohim mengiluminasi seseorang supaya mereka secara pribadi mengenal Bapa, dan dapat berhubungan dengan Dia sebagai Bapa mereka. Iluminasi dan pengertian ini akan sepenuhnya mengubah sudut pandang mereka mengenai hidup. Setelah menjadi seorang anak Elohim, mereka akan mulai melihat masalah-masalah, meresponi situasi-situasi, dan berhubungan dengan yang lain sebagai seorang anak Elohim. Firman tentang salib Dengan pemikiran ini, apa pekerjaan seorang Kristen yang membagikan injil kepada keluarga, sahabat-sahabat, tetangga, atau teman-teman kerja mereka? Pekerjaan pertama dan utama mereka hanyalah memperkenalkan seseorang kepada Yesus Kristus yang merupakan Utusan Elohim. Dia adalah Anak Elohim dan Dia adalah Juruselamat dunia. Yesus bersaksi, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’. 10 Seorang Kristen membagikan injil dengan memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dan persembahan-Nya di atas salib bagi semua manusia. Kesaksian dari seorang Kristen tentang Yesus Kristus dan persembahan-Nya disebut ‘firman tentang salib’. Paulus menyatakan kepada jemaat Korintus, ‘Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan’.11 Paulus tidak menyampaikan berita ini dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dalam demonstrasi Roh dan kuasa. Paulus memberi kesaksian bahwa dia telah diutus oleh Kristus untuk ‘memberitakan Injil; 6 1Yoh 5:9 1Kor 3:4 8 1Kor 3:5 9 Yoh 1:4 10 Yoh 14:6 11 1Kor 2:2 7 80 dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia’.12 Firman tentang salib itu hidup, aktif, dan berkuasa. Firman tentang salib merupakan kebodohan bagi orangorang yang akan binasa, tetapi bagi orang-orang yang sedang diselamatkan, ini adalah kuasa Elohim.13 Ketika firman tentang salib disampaikan oleh seorang Kristen, Yesus Kristus digambarkan sebagai yang ‘ditinggikan’ atau disalibkan. Pengurapan Roh Elohim atas firman itu memampukan siapa saja yang menerimanya untuk melihat, melalui iluminasi rohani, hal yang sama seperti yang rasul Yohanes lihat ketika dia menyaksikan prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak. 14 Dengan cara ini, Paulus mengidentifikasi bahwa Yesus Kristus telah dilukiskan dengan terang, yaitu Dia yang disalibkan di hadapan mata jemaat Galatia, meskipun mereka tidak berada di Yerusalem untuk menyaksikan peristiwa kematian Kristus yang bersejarah.15 Ketika seseorang mendengar firman tentang salib, mereka akan memilih apakah mereka akan menolak firman tersebut atau menerimanya. Elohim telah memberikan martabat dari pilihan ini kepada setiap orang. Ketika firman diberitakan, Roh Kudus akan mulai menginsafkan para pendengar akan dosa, kebenaran, dan penghakiman. 16 Akan tetapi, pekerjaan Roh Kudus ini dapat ditolak, dan firman dapat ditolak. Inilah mengapa Roh Kudus mengatakan, ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu’.17 Roh pengasihan dan permohonan Jika seseorang tidak ‘mengeraskan hati mereka’ terhadap berita tentang salib, maka ‘roh pengasihan dan permohonan’ dari Bapa mulai dicurahkan atas mereka oleh Roh Kudus. 18 Ini adalah roh pengasihan dan permohonan yang sama yang dicurahkan atas semua orang yang berdiri di kaki salib untuk menyaksikan kematian Kristus. Roh pengasihan-lah yang memampukan seseorang untuk menerima firman, dan diiluminasi oleh firman, sekalipun mereka mati dalam pelanggaran dan dosa. Ketika seseorang menerima firman, mereka juga menerima iman untuk mempercayai firman tersebut. Paulus menyatakan, ‘Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus’.19 Iman untuk mempercayai firman bukan berasal dari individu yang menerimanya. Iman adalah suatu karunia yang datang dari Elohim dalam firman itu sendiri.20 Ini adalah kualitas iman yang sama yang diberikan kepada Abraham, yang disebut ‘bapa semua orang percaya’.21 Iman inilah yang memampukan seseorang untuk mempercayai firman dan memotivasi mereka untuk menerima substansi dari apa yang telah dijanjikan kepada mereka. 12 1Kor 1:17 1Kor 1:18 14 Yoh 19:34‑35 15 Gal 3:1 16 Yoh 16:8 17 Mzm 95:8. Ibr 3:8,15. Ibr 5:7 18 Za 12:10 19 Rm 10:17 20 Ef 2:8 21 Rm 4:11 13 81 Roh pengasihan memampukan seseorang untuk melihat kepada darah dan air yang mengalir dari lambung Kristus dan percaya; sementara pada saat yang sama, roh permohonan membuat mereka memandang kepada Dia yang telah mereka tikam dan meratap. Ini adalah penggenapan yang terusmenerus dari nubuatan Zakharia. Kita tahu bahwa nubuatan Zakharia akan memiliki penggenapan khusus bagi orang Yahudi pada akhir zaman. Akan tetapi, kita membaca dalam kitab Wahyu bahwa nubuatan ini relevan untuk semua bangsa. Yohanes menyatakan, ‘Setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia’.22 Seseorang yang menyadari bahwa Kristus menderita dan mati bagi dosa mereka, akan meratapi Dia seperti orang yang meratapi kematian anak sulung. Hal ini perlu menjadi pengalaman pribadi dari setiap orang percaya. Zakharia menyatakan bahwa setiap keluarga, setiap laki-laki, dan setiap perempuan akan meratap sendiri. 23 Setiap orang yang memandang Kristus yang telah mereka tikam akan mengalami dukacita ilahi. Ini adalah suatu jenis ratapan yang unik karena di dalamnya terkandung suatu pengharapan. 24 Dukacita ilahi ini mendorong orang untuk berlari mencari perlindungan, mencari pengampunan, dan menangkap pengharapan untuk menjadi seorang anak Elohim.25 Roh pengasihan dan permohonan dari Bapa-lah yang menarik orang-orang yang mendengar firman tentang salib kepada Kristus.26 Yesus berkata, ‘Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman’.27 Paulus menyebut pengaruh atas seseorang ini, ‘roh adopsi’.28 Roh adopsi adalah motivasi dan dorongan yang kuat yang datang dari Bapa, melalui Roh Kudus, yang memimpin seseorang kepada Kristus dalam iman untuk menjadi seorang anak Elohim. Proses Bapa menarik seseorang kepada Kristus dapat terjadi dengan cukup cepat bagi beberapa orang, sementara yang lain akan ditarik kepada Kristus melalui suatu musim interaksi dan hubungan yang lebih lama dengan seorang utusan. Datang kepada Bapa melalui Kristus Ketika seorang percaya baru, datang kepada Bapa melalui Yesus Kristus, hal pertama yang mereka minta adalah pengampunan. Bapa mengampuni mereka karena darah Kristus tertumpah bagi mereka.29 Akan tetapi, Dia mengampuni mereka dengan syarat mereka mengampuni orang-orang yang berdosa terhadap mereka. Ini adalah syarat penting untuk menerima pengampunan Elohim. Yesus menyatakan dengan jelas bahwa jika seseorang tidak mau mengampuni yang lain, maka Bapa sorgawi tidak akan mengampuni mereka.30 22 Why 1:7 Za 12:10‑14 24 1Tes 4:13 25 Ibr 6:18 26 Yoh 12:32 27 Yoh 6:44 28 Rm 8:15 29 Ef 1:7. Ibr 9:22 30 Mat 6:14‑15. Mat 18:32‑35 23 82 Seorang percaya baru, menunjukkan pertobatan mereka melalui kerelaan mereka untuk mengampuni yang lain dan kesungguhan mereka untuk berbalik dari aktivitas-aktivitas dosa mereka. Mereka juga akan berusaha untuk menebus kesalahan mereka, jika mungkin, atas dampak dari dosa mereka atas yang lain. Yesus berkata bahwa kita harus ‘menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan’. 31 Pertobatan adalah langkah pertama dalam perjalanan mereka menuju kebebasan dan keselamatan yang sesungguhnya dari dosa. Paulus berkata bahwa dukacita ilahi menghasilkan pertobatan yang memimpin kepada keselamatan.32 Kemurahan Elohim-lah yang memampukan seseorang untuk bertobat dan menunjukkan buah pertobatan. Kemurahan Bapa terhadap seseorang yang mati dalam pelanggaran dan dosa adalah jauh melebihi kerelaan-Nya untuk mengampuni mereka. Kemurahan bukanlah hanya suatu tindakan pasif di mana seseorang tidak menerima hukuman dari penghakiman yang layak mereka terima. Kemurahan adalah inisiatif aktif Elohim terhadap seseorang untuk melepaskan mereka dari belenggu dosa dan maut. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mengidentifikasi bahwa kemurahan Elohim ditunjukkan terhadap seseorang melalui pembasuhan regenerasi dan pembaharuan Roh Kudus. 33 Pembasuhan regenerasi adalah pekerjaan Bapa, melalui air firman, untuk meregenerasi hati manusia mereka. Hati menggambarkan keseluruhan batiniah seseorang, termasuk pikiran, kehendak dan emosi-emosi mereka. Pembaharuan oleh Roh Kudus adalah pekerjaan Bapa, melalui Roh Kudus, untuk memperbaharui dan menguatkan roh mereka. Roh mereka adalah identitas unik mereka sebagai individu, yang telah diberikan kepada mereka oleh Elohim. Banyak orang Kristen dapat memberi kesaksian tentang kesembuhan dan kelepasan yang ajaib ketika kemurahan Elohim pertama kali diekspresikan kepada mereka dengan cara ini. Hasil dari pembasuhan regenerasi dan pembaharuan Roh Kudus adalah seorang percaya menerima hati yang baru dan roh yang baru. Tuhan menyatakan melalui nabi Yehezkiel, ‘Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.’34 Seseorang perlu menerima hati yang baru dan roh yang baru sebelum mereka dapat menerima hidup Yesus Kristus ke dalam hati mereka dan menerima Roh Kudus sebagai suatu milik kepunyaan pribadi. Bukti bahwa seseorang telah menerima hati yang baru adalah kerelaan dan kesungguhan mereka untuk mempercayai firman dan menaati firman status anak mereka. Bukti bahwa seseorang telah menerima roh yang baru adalah kemampuan mereka untuk secara tulus bertanggung jawab untuk firman yang telah mereka terima. 31 Mat 3:8 2Kor 7:10 33 Tit 3:5 34 Yeh 36:25‑26 32 83 Bapa menguatkan manusia batiniah Pembasuhan regenerasi dan pembaharuan oleh Roh Kudus adalah bagian dari pekerjaan Bapa untuk menguatkan seorang percaya baru dalam manusia batiniah mereka. 35 Di bawah Perjanjian Baru, pekerjaan Bapa yang menguatkan ini melakukan lebih daripada memulihkan apa yang telah hilang oleh umat manusia karena dosa Adam, dan apa yang telah hilang oleh masing-masing orang sebagai akibat dosa dan pemberontakan mereka sendiri. Bapa mulai menguatkan setiap orang percaya baru dalam manusia batiniah mereka, oleh Roh dan kuasa-Nya sendiri, supaya Kristus dapat berdiam dalam hati mereka oleh iman.36 Bapa secara pribadi menguatkan setiap orang percaya baru dengan kuasa kebangkitan dalam kefanaan mereka, ketika Dia menerima mereka sebagai anak-anak yang diadopsi. Ini adalah kuasa kebangkitan yang sama yang menguatkan Yesus Kristus dalam kefanaan-Nya, di taman Getsemani.37 Rasul Paulus berdoa supaya jemaat Efesus diiluminasi untuk mengetahui kebesaran kuasa Bapa bagi mereka yang percaya.38 Dia menyatakan bahwa ini adalah kekuatan kuasa yang sama yang Bapa gunakan untuk membangkitkan Kristus dari antara orang mati.39 Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus berkata bahwa ketika seorang percaya baru, diperkenalkan kepada Bapa melalui Yesus Kristus, mereka memperoleh suatu perkenalan oleh iman ‘di dalam kasih karunia ini kita berdiri’. 40 Ini lebih daripada kasih karunia yang memampukan seseorang untuk menerima firman dan mempercayai Elohim ketika firman tentang salib pertama kali diproklamirkan kepada mereka. Kasih karunia khusus dari Bapa inilah yang menguatkan seorang percaya dalam kemanusiaan mereka, untuk berdiri pada tempatnya sebagai seorang anak yang diadopsi. Ini adalah kasih karunia yang sama yang terus menguatkan kemanusiaan dari setiap orang percaya untuk keseluruhan kehidupan mereka, supaya mereka dapat berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Rasul Petrus menyebut ini ‘kasih karunia yang benar-benar dari Elohim’ dan mendorong kita untuk berdiri teguh di dalamnya. 41 Dia mendorong kita dengan mengatakan, ‘Dan Elohim, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya’.42 Lahir dari Elohim Setelah seseorang diadopsi sebagai seorang anak Elohim, mereka adalah sesama pewaris dengan Kristus dan dapat menerima warisan yang merupakan milik dari seorang anak Elohim yang sah. Warisan ini adalah kodrat ilahi. Petrus menyatakan bahwa warisan kodrat ilahi ini adalah hasil dari 35 Ef 3:16 Ef 3:17 37 Luk 22:43 38 Ef 1:19 39 Ef 1:20 40 Rm 5:2 41 1Ptr 5:12 42 1Ptr 5:10 36 84 janji-janji Elohim yang berharga dan yang sangat besar.43 Karena individu tersebut adalah seorang anak melalui adopsi, Bapa mengirimkan Roh Anak-Nya ke dalam hati mereka yang berseru, ‘Abba! Bapa!’44 Ini adalah seruan dari seorang anak Elohim yang baru dilahirkan. Roh Kudus juga memberi kesaksian bersama-sama dengan roh mereka bahwa mereka adalah anak-anak Elohim.45 Murid-murid dilahirkan dari Roh ketika Yesus menghembuskan hidup-Nya atas mereka setelah kebangkitan-Nya. Pada hari kebangkitan-Nya, kita ingat bahwa Kristus berbicara dengan perempuanperempuan yang mengunjungi kubur dan menugaskan mereka sebagai para utusan-Nya yang pertama. Dia berkata, ‘Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Elohim-Ku dan Elohimmu’. 46 Kristus naik kepada Bapa dan kemudian diutus oleh-Nya kepada murid-murid, supaya murid-murid dapat menerima hidup-Nya dan menjadi anak-anak Elohim. Ketika Yesus berdiri di tengah-tengah para murid di ruang atas, Dia menghembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus’.47 Ada dua tindakan yang berbeda di sini. Yesus menghembuskan ‘hidup-Nya’ atas murid-murid-Nya. Kemudian Dia memberikan mereka Pribadi Roh Kudus. Muridmurid dilahirkan dari Roh ketika Bapa mengirimkan Kristus untuk memberikan Roh dan hidup-Nya kepada mereka. Karena inilah maka rasul Paulus menyebut Yesus ‘Roh yang menghidupkan’. 48 Ini menggenapi janji yang Yesus adakan kepada murid-murid-Nya, ‘Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu … kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup’.49 Bapa, Anak dan Roh Kudus datang dan berdiam di dalam hati seseorang yang sedang mengalami proses dilahirkan dari Elohim. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama (terj. Bhs. Ing. ‘make Our home with’ artinya ‘membuat rumah Kami bersamasama) dengan dia’.50 Lebih lanjut dari ini, Yesus berkata, ‘Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya’.51 Bapa mengirimkan Roh Kudus, melalui Anak, untuk berdiam dalam setiap anak Elohim sebagai inti dari Perjanjian Baru. Roh Kudus adalah jaminan warisan kekal mereka sebagai anak-anak Elohim.52 Dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi Ketika Yesus Kristus datang untuk berdiam dalam hati seseorang, mereka dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi dari kodrat ilahi. Hidup kodrat ilahi menjadi milik kepunyaan pribadi mereka ketika Kristus datang kepada mereka secara pribadi sebagai sebuah Benih dan berdiam di dalam mereka. Roh Anak masuk ke dalam hati mereka sebagai Benih dari hidup-Nya. Rasul Petrus menyatakan, 43 2Ptr 1:4 Gal 4:6 45 Rm 8:16 46 Yoh 20:17 47 Yoh 20:22 48 1Kor 15:45 49 Yoh 14:18‑19 50 Yoh 14:23 51 Yoh 14:16 52 2Kor 1:22. Ef 1:14 44 85 ‘Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Elohim, yang hidup dan yang kekal’.53 Yesus Kristus adalah pewahyuan penuh dari firman dan hidup Bapa.54 Dia adalah Utusan Elohim dan perwujudan dari berita Elohim. Ketika Bapa mengirimkan Anak Elohim, yang adalah Firman, ke dalam hati manusia, Anak membawakan baik hidup maupun pengertian kepada orang-orang yang menerima Dia. Kita ingat perkataan Yohanes, ‘Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang manusia’.55 Dalam hal ini, Kristus jauh lebih dari sekedar seorang utusan yang menyampaikan suatu berita. Dia mewujudkan berita itu dan Dia memberikan substansi dari berita itu kepada orang-orang yang menerima Dia sebagai hidup! Hidup inilah yang memampukan orang-orang yang menerima Dia untuk dilahirkan dari benih yang tidak terkorupsi dan menerima iluminasi sebagai anak-anak Elohim. Apakah perbedaan antara hidup Kristus di dalam benih, dengan hidup Kristus di dalam darah-Nya? Benih adalah hidup Kristus yang telah diberikan kepada seorang percaya sebagai milik kepunyaan pribadi mereka akan kodrat ilahi, sebagai seorang individu anak Elohim. Darah adalah hidup Kristus yang telah ditumpahkan untuk penebusan mereka dan diberikan kepada mereka ketika mereka bersatu dengan persekutuan penderitaan-Nya. Seseorang hanya memiliki darah Kristus sebagai bagian dari suatu persekutuan dengan Dia dan dengan yang lain dalam tubuh Kristus dengan banyak anggota. Ini adalah persekutuan hidup-Nya. Orang-orang yang lahir dari Elohim diiluminasi Bukti pertama dan yang paling jelas bahwa seseorang telah dilahirkan dari Elohim adalah iluminasi. Seperti yang telah kita bahas, ini bukanlah iluminasi yang sama yang mereka alami ketika firman tentang salib pertama kali diberitakan kepada mereka dan Roh pengasihan serta permohonan dicurahkan atas mereka. Iluminasi awal itu membuat mereka memandang kepada Dia yang telah mereka tikam, meratap, dan datang kepada Bapa mencari pengampunan. Ini memimpin mereka kepada pertobatan. Akan tetapi, ada suatu iluminasi lebih lanjut yang seseorang terima ketika Bapa mengirimkan Roh Anak-Nya ke dalam hati mereka supaya mereka dilahirkan sebagai anak Elohim.56 Iluminasi yang datang kepada seorang anak Elohim yang baru dilahirkan adalah pengertian yang diberikan kepada mereka oleh Anak Elohim ketika Dia memberikan hidup-Nya kepada mereka. Yohanes menyatakan, ‘Kita tahu, bahwa Anak Elohim telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal [Dia] Yang Benar’. 57 Dia adalah Terang yang sesungguhnya yang telah datang ke dalam dunia untuk menerangi setiap manusia.58 Ketika Anak Elohim memberikan hidup-Nya kepada seorang percaya baru, hidup itu memberikan mereka kemampuan untuk melihat, memahami dan menangkap realitas yang luar biasa dari menjadi seorang anak Elohim. Ini membuat sudut pandang mereka mengenai hidup berubah sepenuhnya. Mereka 53 1Ptr 1:23 Yoh 1:1‑2 55 Yoh 1:4 56 Gal 4:6 57 1Yoh 5:20 58 Yoh 1:9 54 86 mulai melihat hal-hal dengan cara di mana seorang anak Elohim melihat, dan meresponi masalahmasalah hidup dengan cara di mana seorang anak Elohim meresponi. Sukacita dan antusiasme yang besar merupakan hasil dari benih kodrat ilahi Elohim bersemai di dalam seseorang.59 Terang hidup mulai menyingsing dalam hati mereka dan mereka ‘bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Elohim’. 60 Mereka telah dilahirkan dari Elohim dan menjadi orang yang mengambil bagian dalam kodrat ilahi.61 Mereka telah menerima benih hidup ciptaan baru sebagai milik kepunyaan pribadi, dan hidup baru mulai menjadi nyata dalam kehidupan mereka. Lahir dari Elohim dan memerintah dalam hidup Seorang percaya yang telah menerima firman tentang salib dan mengerjakan hak untuk menjadi seorang anak Elohim adalah orang yang menerima suatu karunia dan penyediaan yang luar biasa. Darah yang telah ditumpahkan oleh persembahan Kristus di atas salib telah memampukan mereka untuk dibenarkan oleh iman. Darah itu telah memperdamaikan mereka kepada Bapa sehingga mereka diampuni oleh Elohim dan diperdamaikan dengan Elohim. 62 Hati mereka telah diregenerasi oleh pembasuhan firman, dan roh mereka telah diperbaharui. 63 Mereka telah memperoleh suatu perkenalan, oleh iman, ke dalam kasih karunia Elohim yang memampukan mereka untuk berdiri dan berjalan dengan keyakinan sebagai seorang anak Elohim.64 Dalam posisi yang diberkati ini, mereka telah menerima suatu kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran dengan cuma-cuma yang memampukan mereka untuk memerintah dalam hidup. 65 Mereka telah dilahirkan sebagai anak Elohim. Ini adalah hasil dan keuntungan bagi setiap orang percaya oleh karena persembahan Yesus Kristus di atas salib bagi kita. Paulus menggambarkan persembahan Kristus di atas salib, demi kita dan mewakili kita, sebagai ‘perbuatan kebenaran satu Orang’ dan demonstrasi dari ‘ketaatan satu Orang’.66 Kasih karunia Elohim telah berlimpah terhadap banyak anak karena satu persembahan Kristus ini. Seorang anak Elohim yang baru dilahirkan telah menerima Roh Bapa yang menguatkan mereka dalam manusia batiniah, Roh Anak yang telah diberikan kepada mereka sebagai Benih kodrat ilahi, dan Roh Kudus yang mencurahkan kasih Elohim ke dalam hati mereka. 67 Ketika kita memperhatikan semua unsur yang beragam mengenai bagaimana seseorang dilahirkan sebagai seorang anak Elohim, itu tentu saja merupakan suatu anugerah luar biasa yang telah diberikan kepada kita melalui pekerjaan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Apa lagi yang dapat ada? Paulus juga menyadari realitas luar biasa dari diselamatkan oleh kasih karunia dan dilahirkan dari Elohim ini. Dia juga bertanya, ‘Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita 59 Mat 13:20 Rm 5:2,11 61 2Ptr 1:4 62 Rm 5:1 63 Tit 3:5 64 Rm 5:2 65 Rm 5:17 66 Rm 5:18‑19 67 Ef 3:16. Gal 4:6. Rm 5:5 60 87 bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?’ 68 Tentu saja, jawabannya adalah, ‘Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?’69 Tanpa dibaptis ke dalam kematian Kristus supaya kecenderungan alamiah dan kecondongan manusia kepada dosa dihapuskan dari kehidupan mereka, maka benih kodrat ilahi akan mati dan tidak akan menghasilkan buah status anak. Ini adalah pelajaran dari perumpamaan tentang penabur. Benih kodrat ilahi akan mati di dalam diri seseorang jika mereka tidak bersatu dengan persekutuan kematian Kristus, melalui baptisan, supaya mereka dapat dibangkitkan oleh Bapa untuk berjalan dalam hidup yang baru. 70 Yesus menyamakan orang-orang yang telah menerima keuntungan dari persembahan Kristus tetapi tidak mau berpartisipasi dalam persekutuan kematian Kristus, sebagai orang-orang yang telah menerima firman pada tanah yang berbatu-batu. Mereka bersukacita seketika lamanya dalam hidup Elohim yang telah mereka terima, tetapi mereka tersandung pada perlunya untuk bersatu dengan persekutuan salib.71 68 Rm 6:1 Rm 6:2 70 Rm 6:3‑4 71 Mat 13:20‑21 69 88 BAB 6 Baptisan ke dalam Kristus Ketika seorang percaya baru, telah dilahirkan sebagai seorang anak Elohim, mereka akan termotivasi untuk dibaptis oleh iman dalam hati mereka sendiri yang telah diregenerasi, oleh hidup Kristus di dalam mereka, dan oleh kasih Elohim yang telah dicurahkan ke dalam hati mereka melalui Roh Kudus. Oleh karena itu, ada banyak contoh dalam Alkitab di mana orang-orang percaya dilahirkan dari Elohim dan kemudian segera dibaptis. Kita membaca dalam kitab Kisah Para Rasul bahwa tiga ribu orang mendengar injil dan dibaptis pada Hari Pentakosta.1 Salah satu contoh yang paling jelas mengenai seseorang yang ingin segera dibaptis adalah orang Etiopia yang berkata kepada Filipus, ‘Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?’2 Konflik-konflik dan kontroversi-kontroversi Baptisan merupakan suatu hal mendasar dari iman Kristen. 3 Kebanyakan orang Kristen menyadari bahwa mereka perlu untuk dibaptis. Akan tetapi, tujuan dan arti baptisan telah menjadi pembahasan dari banyak perdebatan agamawi selama berabad-abad. Pembahasan itu telah disederhanakan menjadi suatu perbedaan pendapat mengenai metode baptisan, seperti pemercikan air yang berlawanan dengan dicelupkan ke dalam air, atau tentang rumusan-rumusan baptisan yang berbeda. 4 Sebagai contoh, dalam aliran gereja-gereja kita, pokok persoalan utama mengenai baptisan adalah perkataan yang diucapkan atas seseorang ketika mereka dicelupkan ke dalam air. Kita membaptis orang-orang ke dalam nama Tuhan Yesus Kristus. 5 Berlawanan dengan ini, denominasi-denominasi lain membaptis orang-orang ke dalam nama Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus.6 Kata-kata yang digunakan sebagai rumusan-rumusan baptisan yang berbeda didasarkan pada pengertian-pengertian ajaran yang berlawanan. Namun, ini bukanlah alasan utama untuk ketegangan-ketegangan yang telah muncul. Tetapi lebih dikarenakan, bagi banyak orang, baptisan telah menjadi suatu demonstrasi dari asosiasi mereka dengan suatu ajaran/doktrin, kelompok gereja, 1 Kis 2:41 Kis 8:36 3 Ibr 6:2 4 1Tim 6:4 5 Kis 2:38. Kis 8:12. Kis 10:48 6 Mat 28:19 2 89 atau bahkan pribadi tertentu. Sebagai contoh, kita ingat Paulus berbicara mengenai perpecahan dalam jemaat Korintus dengan menanyakan kepada mereka, ‘Adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?’7 Kelompok-kelompok gereja telah menggunakan baptisan sebagai suatu titik penghubung antara seseorang dengan suatu kelompok tertentu. Kadang kala, para pemimpin menjadi marah ketika seseorang telah meneguhkan diri mereka melalui baptisan di gereja atau ajaran/doktrin yang lain. Yang lain menjadi kuatir ketika pendatang-pendatang baru belum dibaptis sesuai dengan ajaran gereja di mana mereka bergabung. Gagasan keanggotaan melalui baptisan adalah berdasarkan pandangan yang pada umumnya diyakini bahwa hal itu membuat seseorang menjadi anggota tubuh Kristus dan, sebenarnya, menjadi seorang anggota dari kelompok gereja tertentu. Dari sudut pandang ini, baptisan memberikan seseorang posisi keanggotaan di dalam komunitas-komunitas ini. Seperti yang akan kita lihat, Kitab Suci tidak mendukung gagasan bahwa seseorang menjadi anggota tubuh Kristus, atau suatu gereja, dengan dicelupkan ke dalam air. Selain itu, satu rumusan baptisan tidak memiliki keuntungan lebih daripada rumusan yang lain jika implikasi-implikasi dari baptisan yang Paulus ajarkan bukan merupakan suatu realitas dalam kehidupan seorang Kristen. Satu-satunya alasan bahwa baptisan itu efektif dalam kehidupan seorang percaya adalah oleh karena salib Kristus. Salib, dan implikasi-implikasi hariannya bagi kita, dihilangkan dari baptisan ketika baptisan itu menjadi suatu rumusan dan dipandang sebagai suatu ritual keanggotaan dalam suatu gereja, atau bahkan dalam tubuh Kristus. Ketika hal ini terjadi, baptisan menjadi ‘hukum yang lain’. Baptisan itu dikosongkan dari kuasa dan dampaknya dalam kehidupan kita. 8 Baptisan tidak lagi menghubungkan kita kepada sunat Kristus dalam hubungannya dengan penderitaan, yang melaluinya kita mengalahkan dosa oleh hidup dan kuasa Elohim. Lebih jauh lagi, baptisan tidak lagi menjadi jawaban akan suatu nurani yang baik. Hal ini dikarenakan, ketika kita menganggap telah mendapatkan suatu posisi dalam tubuh Kristus, maka pemberesan dosa supaya dosa dihapuskan dan disingkirkan dari kehidupan kita, menjadi kurang penting.9 Identifikasi Paulus menulis kepada jemaat Korintus, ‘Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (terj. Bhs. Ing. ‘and all were baptised into Moses’ artinya ‘dan semua dibaptis ke dalam Musa’) dalam awan dan dalam laut’.10 Apa artinya bagi orang Israel ‘dibaptis ke dalam Musa’? Penggunaan ungkapan bahasa Yunani untuk ‘dibaptis ke dalam’, yang Paulus gunakan dalam bagian ini, artinya ‘diidentifikasi dengan’. Paulus sedang mengatakan bahwa kaum Israel diidentifikasi dengan pekerjaan dan tujuan Musa. Secara khusus, penggunaan ungkapan yang sama ini digunakan dalam Injil Matius, tertulis bahwa 7 1Kor 1:13 1Kor 1:17 9 Kis 2:38. 1Ptr 3:21 10 1Kor 10:1‑2 8 90 Yesus berkata kepada para murid, ‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’.11 Yesus sedang mengatakan bahwa ketika seseorang dibaptis ke dalam nama Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus, mereka sedang diidentifikasi dengan setiap Pribadi dan pekerjaan unik Mereka. Bagaimana kita mengetahui apa pekerjaan Mereka? Seperti yang kita perhatikan sebelumnya dalam buku ini, rasul Yohanes menjelaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus masing-masing memiliki suatu kesaksian, atau berita unik, mengenai keselamatan kita. Dia menulis, ‘Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi: Roh [Kudus] dan air [Bapa] dan darah [Anak] dan ketiganya adalah satu (sepakat sebagai satu)’. 12 Meskipun kesaksian Mereka unik, Mereka semua memberi kesaksian mengenai persembahan Anak. Secara spesifik, Mereka memberi kesaksian mengenai kontribusi unik Mereka kepada persembahan ini supaya tujuan Mereka tercapai. Tujuannya adalah membawa banyak anak kepada kemuliaan. Persembahan Anak adalah penderitaan dan kematian-Nya di atas salib. Poin paling penting sehubungan dengan baptisan adalah bahwa baptisan menyatukan kita kepada kematian Kristus. Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus memulai pembahasannya mengenai baptisan dengan mengatakan, ‘Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?’13 Jelas bahwa Paulus berharap setiap orang Kristen mengetahui hal ini. Ini adalah arti mendasar dari baptisan. Baptisan menyatukan kita dengan peristiwa kematian Kristus yang bersejarah. Ketika kita dibaptis ke dalam Kristus, kita menyatukan diri kita dengan persembahan Kristus dan mengidentifikasi diri kita dengan pekerjaan unik dari Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk membawa kita kepada kemuliaan sebagai anak-anak Elohim. Paulus menyatakan dengan jelas; hanya ada satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan.14 Akan tetapi, tanpa kita mengidentifikasi diri kita dengan tiga Saksi yang sepakat dalam satu persembahan ini, baptisan kita tidak lebih dari sekedar membuat diri kita menjadi basah. Oleh karena itu, kita harus memahami implikasi-implikasi dari dibaptis ke dalam kematian, penguburan dan kebangkitan Tuhan Yesus, dan secara pribadi diidentifikasi dengan nama Bapa, nama Anak dan nama Roh Kudus. Ini adalah inisiatif dan kontribusi unik Mereka agar kehendak Elohim terselesaikan di muka bumi. Disatukan dengan peristiwa bersejarah Kita perlu disatukan kepada peristiwa salib yang bersejarah supaya karya penebusan darah Kristus efektif dalam kehidupan kita. Darah Kristus hanya ditumpahkan satu kali dalam sejarah dunia. Darah itu mulai tertumpah di taman Getsemani ketika keringat-Nya menjadi seperti tetesan darah.15 Darah itu terus ditumpahkan sepanjang jalan sampai ke salib. Setelah kematian fisik-Nya, darah Kristus yang terakhir tertumpah ketika prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak. 16 Ketika tubuh-Nya 11 Mat 28:19 1Yoh 5:8 13 Rm 6:3 14 Ef 4:5 15 Luk 22:44 16 Yoh 19:34 12 91 diturunkan dari salib, aliran darah Kristus telah berhenti. Darah-Nya tidak lagi tercurah. Ini adalah poin yang penting. Kita ingat perkataan Tuhan kepada Musa, ‘Karena nyawa (hidup) makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah’. 17 Darah Kristus telah diberikan kepada kita di atas mezbah tabernakel sejati. Satu-satunya cara darah ini dapat diaplikasikan pada kehidupan kita hari ini adalah jika kita secara pribadi bersatu dengan kematian Kristus dalam sejarah. Dalam suratnya kepada orang Ibrani, Paulus menekankan perlunya dan pentingnya peristiwa salib yang bersejarah ini. Dia mengatakan bahwa semua korban di bawah Perjanjian Lama yang dipersembahkan hari demi hari dan tahun demi tahun, tidak memiliki kapasitas untuk menyucikan hati nurani atau menghapus dosa.18 Berlawanan dengan ini, Kristus mempersembahkan satu kali untuk menanggung dosa banyak orang.19 Dia mempersembahkan ‘satu korban saja karena dosa … untuk selama-lamanya’. 20 Sesuai dengan kehendak Elohim, kita telah dikuduskan melalui persembahan tubuh Yesus Kristus ‘satu kali untuk selama-lamanya’.21 Inilah mengapa baptisan begitu penting bagi setiap orang Kristen. Secara pribadi baptisan menyatukan kita kepada ‘satu persembahan’ Kristus yang terjadi ‘satu kali’ untuk selama-lamanya. Peristiwa kematian Tuhan diproklamirkan dari minggu ke minggu ketika kita mengambil bagian dalam roti dan anggur perjamuan kudus. Yesus berkata bahwa kita harus makan dan minum unsurunsur Perjanjian Baru ini dalam peringatan akan Dia.22 Menjelaskan perintah Yesus, Paulus berkata bahwa ‘setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang’.23 Mengambil bagian dalam perjamuan kudus adalah suatu ekspresi terus-menerus dari hubungan kita kepada peristiwa kematian Kristus yang bersejarah. Ini adalah suatu partisipasi oleh iman dalam pekerjaan Kristus yang Dia telah selesaikan bagi kita di atas salib. Pekerjaan ini ditunjukkan dalam persekutuan kita bersama pada ibadah perjamuan kudus dan dalam kehidupan kita dari minggu ke minggu sementara kita terus menderita dengan Kristus. Tiga unsur baptisan Rasul Paulus menganggap segala sesuatu rugi karena pengenalan akan Yesus Kristus lebih mulia daripada semuanya. 24 Ini akan menjadi kesaksian dari setiap orang Kristen ketika mereka secara pribadi bertemu Yesus Kristus dan dilahirkan dari Elohim. Akan tetapi, lebih lanjut dari ini, Paulus ingin ditemukan di dalam Dia dan mengenal kuasa kebangkitan-Nya serta persekutuan penderitaanNya supaya dia dapat menjadi serupa dengan kematian-Nya.25 Dengan cara ini, dia mengidentifikasi tiga unsur utama dari baptisan. Setiap unsur baptisan terhubung dengan suatu pekerjaan unik dari Bapa, Anak dan Roh Kudus. 17 Im 17:11 Ibr 9:9. Ibr 10:11 19 Ibr 9:28 20 Ibr 10:12 21 Ibr 10:10 22 1Kor 11:24‑25 23 1Kor 11:26 24 Flp 3:8 25 Flp 3:10 18 92 1. Pertama, baptisan menyatukan kita dengan kematian Kristus dan persekutuan penderitaan-Nya. Ini artinya bahwa kita disatukan dengan darah Kristus yang tertumpah untuk penebusan kita. Setiap luka Kristus adalah suatu titik penderitaan tertentu, tetapi juga merupakan cara yang olehnya darahNya tertumpah. Darah Kristus yang mengalir dari luka-luka-Nyalah yang memberikan kita hidup dan menebus kita dari kematian karena dosa. Penderitaan Kristus sebagai suatu korban yang hidup juga disebut ‘sunat Kristus’. Ini adalah sunat yang bukan dilakukan oleh tangan manusia. Sunat dengan tangan manusia adalah sunat fisik dari seorang Israel Perjanjian Lama yang memberikan dia jalan masuk kepada berkat Perjanjian Lama. Sunat bukan dengan tangan manusia adalah persekutuan penderitaan Kristus di atas salib, yang memberikan seorang percaya, terlepas apakah orang Yahudi ataupun orang bukan Yahudi, jalan masuk kepada berkat Perjanjian Baru. Perjanjian Baru diaktifkan ketika darah Kristus tertumpah untuk semua manusia. Paulus menulis kepada jemaat Kolose, ‘Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa’.26 Partisipasi kita dalam sunat Kristus, yang merupakan penderitaan Kristus, menyingkirkan tubuh dosa dalam daging kita. Tubuh dosa adalah kecenderungan alamiah dan kecondongan kita terhadap dosa. Ini artinya bahwa tubuh kita dikontrol oleh dosa. Oleh karena itu, rasul Petrus menyatakan, ‘Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa’.27 2. Kedua, baptisan menyatukan kita kepada kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus. Kita menerima kuasa kebangkitan dari Bapa yang menguatkan kita dalam tubuh fana kita supaya kita dapat berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Ini adalah kuasa kebangkitan yang sama yang menguatkan Kristus dalam tubuh fana-Nya di taman Getsemani. Ini adalah kuasa yang sama yang secara fisik membangkitkan Kristus dari kematian.28 Paulus menyatakan, ‘Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’.29 Penting bagi kita untuk memahami apa artinya Roh menghidupkan tubuh fana kita. Karena hal ini menjelaskan bagaimana kita terhubung dengan peristiwa salib yang bersejarah. Ketika Anak menderita di dalam daging fana-Nya, Dia dibawa kembali dari kematian karena dosa oleh Roh Bapa.30 Ketika kita disatukan kepada kematian Kristus melalui baptisan, kita dikuatkan oleh Roh yang sama. Penderitaan yang sekarang kita alami dalam kefanaan kita sedang dibawakan kepada kita oleh Bapa sebagai suatu bagian dalam penderitaan Kristus. Penderitaan ini sedang diberikan kepada kita menurut kehendak Elohim.31 26 Kol 2:11 1Ptr 4:1 28 Ef 1:19‑20. Kol 2:12 29 Rm 8:12 30 Rm 8:12 31 1Ptr 4:19 27 93 Kristus membawakan terang (iluminasi) akan hidup dan kekekalan di atas salib.32 Ini adalah hidup dan daging dari suatu kemanusiaan baru yang Kristus ciptakan dalam diri-Nya, oleh Roh Bapa. Sementara kita menanggung penderitaan yang diberikan kepada kita menurut kehendak Elohim, kita disatukan dengan ‘manusia baru’ yang Kristus ciptakan di atas salib dalam tubuh daging-Nya.33 Inilah mengapa partisipasi kita dalam penderitaan Kristus adalah untuk tubuh-Nya. 34 Ketika orang-orang di seluruh zaman gereja disatukan kepada persekutuan penderitaan Kristus oleh Roh Bapa, ciptaan baru sedang dinyatakan sepenuhnya di muka bumi dalam setiap generasi. Paulus memberi kesaksian, ‘Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat’.35 Paulus mengidentifikasi dua hasil dari penderitaan dengan Kristus. Pertama, dia menderita demi saudara-saudaranya supaya pemberitaannya menjadi suatu demonstrasi Roh dan kuasa Elohim, bukan hikmat manusia.36 Implikasi kedua adalah penderitaannya menggenapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus. Paulus bukan mengatakan bahwa penderitaan Kristus tidaklah cukup. Tetapi, dia mengakui bahwa penderitaannya adalah penderitaan Kristus, dan sedang diberikan secara spesifik kepadanya pada waktu tertentu itu dalam zaman gereja. Dengan cara ini, penderitaan Kristus yang Paulus alami, menyatakan hidup dan substansi dari ciptaan baru pada titik waktu itu. Pada periode zaman gereja di mana kita hidup, kita juga menggenapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus. Ketika orang-orang mengamati kehidupan kita sementara kita menderita dengan Kristus, mereka sedang memandang ciptaan baru yang Kristus bentuk di atas salib.37 Lebih lanjut lagi, setelah diperdamaikan dengan Elohim melalui Kristus, sekarang kita hidup oleh hidup ciptaan baru. Berarti, kita dapat membagikan hidup ini kepada yang lain. Paulus menjelaskan bahwa firman pendamaian diserahkan kepada kita.38 Ketika kita memberitakan firman ini kepada sahabatsahabat dan tetangga-tetangga kita, mereka juga dapat diperdamaikan dengan Elohim dan dimasukkan sebagai bagian dari ciptaan baru. Akan bermanfaat untuk menyadari bahwa jika kita bukan orang Kristen, maka kita tidak akan mengalami penderitaan Kristus yang dibawakan kepada kita menurut kehendak Elohim. Kita dapat melihat bahwa penderitaan Kristus ini berbeda dengan penderitaan-penderitaan yang setiap orang di dalam dunia alami sebagai akibat dari dosa. Tentu saja, ketika kita mengakui ke-Tuhanan Kristus dalam kehidupan kita, penderitaan yang merupakan akibat dari dosa dapat menjadi sebuah partisipasi dalam penderitaan Kristus. Akan tetapi, setelah dilepaskan dari perbudakan kita kepada dosa, kita seharusnya tidak terus menderita karena perbuatan kita yang salah. Inilah mengapa rasul Petrus berkata, ‘Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat 32 2Tim 1:10 Ef 2:15 34 Kol 1:24 35 Kol 1:24 36 1Kor 2:4‑5. 2Kor 12:9‑10 37 2Kor 5:17 38 2Kor 5:18‑19 33 94 dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Elohim.’39 Kita dikuburkan dengan Kristus melalui baptisan supaya Bapa membangkitkan kita bersama Kristus untuk berjalan dalam hidup yang baru. 40 Kita tahu bahwa jika kita telah disatukan dengan Kristus dalam keserupaan kematian-Nya, kita juga akan disatukan dengan Dia dalam keserupaan kebangkitan-Nya. 41 Kita dapat mengenal kuasa kebangkitan-Nya sementara masih dalam kefanaan kita. Kita dikuatkan untuk menanggung penderitaan, menemukan kesembuhan, dan mengalahkan dosa, sementara kita masih lemah dan fana (dalam tubuh daging ini). Kemudian, dalam kebangkitan pada hari terakhir, kuasa yang sama ini akan membangkitkan kita dan memberikan kita tubuh yang kekal dan tidak terkorupsi untuk langit yang baru dan bumi yang baru. 3. Ketiga, kita dibaptis ke dalam nama-Nya supaya kita mengenakan Kristus dan keimamatan-Nya. Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus menjelaskan, ‘Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus’.42 Ketika kita mengenakan Kristus, ini memberikan kita kapasitas untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup dan masuk ke dalam pelayanan keimamatan kerajaan. Ini adalah kuasa yang telah diberikan kepada Kristus dan merupakan milik dari nama-Nya yang memberikan kita kapasitas untuk pelayanan keimamatan. Yesus Kristus, Imam Besar agung kita, mempersembahkan diri-Nya melalui Roh yang Kekal.43 Dia diurapi oleh Roh Kudus dengan ketujuh kali lipat Roh Elohim, yang Kitab Suci samakan dengan minyak urapan atas imam besar, menahbiskan dia untuk pelayanan keimamatannya. PengurapanNya secara puitis digambarkan oleh pemazmur sebagai minyak yang turun atas kepala, ke janggut dan ke leher jubahnya.44 Ketika kita mengenakan Kristus, kita juga dapat menerima pengurapan dari Roh yang Kekal, oleh Roh Kudus. Kita dapat berpartisipasi dalam ekspresi korporat dari keimamatan Kristus, dan mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup oleh kapasitas Roh yang Kekal yang kita terima dari Roh Kudus. Tubuh dosa Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus memulai pembahasannya mengenai baptisan dengan mengatakan, ‘Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?’45 Dia dengan tegas menjawab pertanyaannya sendiri, ‘Sekali-kali tidak!’46 Ketika kita pertama kali datang kepada Bapa, melalui Yesus Kristus, kita diampuni dan dibenarkan karena manfaat darah Kristus yang tertumpah bagi kita. Akan tetapi, pengampunan dosa hanyalah permulaan dari injil. Baptisan menyatukan kita dengan kematian Kristus sehingga dosa dihapuskan dan diampuni, atau disingkirkan. Pada Hari Pentakosta, Petrus menyatakan, ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk 39 1Ptr 2:20 Rm 6:4 41 Rm 6:5 42 Gal 3:27 43 Ibr 9:11,14 44 Mzm 133:1‑3 45 Rm 6:1 46 Rm 6:2 40 95 pengampunan (terj. Bhs. Ing. ‘remitted’ artinya ‘penghapusan’) dosamu’. 47 Ini adalah aspek kedua dari pembebasan kita dari dosa. Pada akhirnya, baptisan menyatukan kita kepada suatu proses yang melaluinya kecenderungan kita terhadap dosa dapat dihapuskan dari kita. Paulus menjelaskan bagaimana baptisan menangani kelemahan daging kita dan kecenderungan kita terhadap dosa, dalam pasal enam, tujuh, dan delapan dari kitab Roma. Akan bermanfaat untuk melihat ketiga pasal ini sebagai bagian dari satu pembahasan yang terintegrasi. Dalam pasal enam, dia menggambarkan kecenderungan kita terhadap dosa sebagai ‘tubuh dosa’.48 Tubuh dosa adalah tubuh yang dikontrol oleh dosa. Dalam pasal tujuh, dia merujuk kepada ‘tubuh maut ini’ karena tubuh yang dikontrol oleh dosa adalah mati.49 Dalam pasal delapan, dia mengatakan bahwa ‘tubuh memang mati karena dosa’.50 Ini adalah tiga cara berbeda untuk menyatakan dilema atau masalah yang sama. Masalah yang menghalangi setiap orang Kristen adalah kecenderungan terhadap dosa yang berdiam dalam daging mereka. Dalam pasal tujuh dari kitab Roma, Paulus menggunakan dirinya sebagai suatu contoh yang mewakili untuk mengilustrasikan permasalahan yang harus diatasi oleh setiap orang Kristen. Dia berkata, ‘Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik’.51 Tidak seorangpun memiliki kapasitas untuk memenuhi kehendak Elohim dengan kekuatan daging mereka sendiri. Akan tetapi, lebih dari ini, ada suatu prinsip (hukum) yang hadir dalam daging setiap orang yang secara aktif berperang melawan kapasitas mereka untuk melakukan kehendak Elohim, tidak peduli seberapa besar keinginan mereka untuk melayani Dia. Paulus melanjutkan, ‘Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku’.52 Yang jahat yang ada dalam daging setiap manusia disebut ‘hukum yang lain’. Bersukacita dalam manusia batiniah Paulus merangkumkan permasalahannya dengan mengatakan, ‘Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Elohim, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku’. 53 Seseorang yang senang (suka) dengan hukum Elohim dalam batin mereka tentu saja telah dilahirkan sebagai seorang anak Elohim. Mereka telah mengalami suatu pertemuan pribadi dengan Yesus Kristus dan menerima hidup-Nya dalam hati mereka. Yesus menyamakan orang seperti ini dengan tanah berbatu-batu. 54 Mereka telah menerima firman dengan sukacita, tetapi mereka belum merangkul kebutuhan untuk dibaptis dan secara pribadi diidentifikasi dengan kematian Kristus. Ketika seseorang dilahirkan dari Elohim, roh mereka dihidupkan karena mereka telah menerima hidup Kristus. Akan tetapi, sebelum mereka secara pribadi diidentifikasi dengan kematian Kristus, 47 Kis 2:38 Rm 6:6 49 Rm 7:24 50 Rm 8:10 51 Rm 7:18 52 Rm 7:21 53 Rm 7:22‑23 54 Mat 13:20‑21 48 96 tubuh fana mereka masih mati karena dosa.55 Jika tubuh seseorang mati karena dosa, ini berarti mereka tidak memiliki kapasitas untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai korban yang hidup. 56 Mereka tidak memiliki kapasitas untuk pelayanan keimamatan dalam kerajaan Elohim. Permasalahannya bukanlah kapasitas dari hidup yang mereka telah terima dalam manusia batiniah mereka dan juga bukan kerinduan atau motivasi mereka untuk melayani Elohim. Permasalahannya adalah hukum lain yang masih bekerja dalam anggota-anggota tubuh fana mereka. Hukum yang lain Hukum yang lain menggambarkan pemusatan diri seseorang dan hak mereka untuk menetapkan diri sendiri dan berjalan dalam jalan/cara hidup mereka sendiri. Sebagai akibat dari kejatuhan, hukum ini aktif dalam daging setiap pribadi yang hidup. Hukum ini mewujudkan dirinya dalam keinginan batiniah seseorang untuk menyelamatkan hidup mereka sendiri, hidup secara independen, hidup bebas dan menggunakan hak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan dan bagaimana mereka akan hidup. Hukum yang lain akan mewujudkan dirinya dalam hidup seorang percaya dalam keinginan mereka untuk melayani Elohim dengan cara mereka sendiri. Terlepas dari komitmen seseorang untuk melayani Elohim, Paulus menjelaskan bahwa hukum yang lain akan membuat mereka menjadi tawanan hukum dosa yang juga bekerja dalam anggota-anggota tubuh mereka. Hukum dosa Hukum dosa menggambarkan tipu daya dan akibat dari dosa yang telah nyata di dalam dunia sejak kejatuhan manusia. Ketika Elohim memberikan Adam dan Hawa suatu perintah di taman Eden, Iblis mengambil kesempatan untuk membawakan suatu firman alternatif. Iblis tahu bahwa ketidaktaatan kepada Elohim akan memimpin kepada maut. Akan tetapi, dia menipu Hawa ke dalam pemikiran bahwa dia dapat tidak taat kepada Elohim dan menemukan hidup. 57 Oleh karena itu, Yesus menyebut dia bapa segala pendusta dan pembunuh sejak semula.58 Ketika Adam berdosa karena tidak menaati Elohim, seluruh umat manusia terpisah dari hidup Elohim. 59 Hasilnya adalah maut. Ini adalah akibat alamiah karena diasingkan dari hidup Elohim. Ini juga merupakan akibat dari penghakiman hukum Elohim yang telah ditimpakan atas kita karena ketidaktaatan kita. Operasi (cara kerja) hukum dosa yang memimpin kepada maut, telah berlanjut dalam setiap generasi. Ketika perjanjian hukum diberikan kepada bangsa Israel di Gunung Sinai, itu tidak menyelesaikan permasalahan. Hukum itu kudus dan perintah-perintah tersebut kudus, benar, dan baik.60 Hukum menyatakan sifat alamiah dari dosa dan akibatnya yang membahayakan/merusak.61 Akan tetapi, karena hukum itu tidak memiliki kapasitas untuk menangani kecenderungan manusia terhadap dosa, hukum itu hanya membuat permasalahan tersebut terus ada. Hukum itu mengikat orang-orang, melalui perjanjian, kepada akibat dari dosa dan ketidaktaatan mereka. Berbicara sebagai bagian dari bangsa Yahudi yang telah diikat, atau disatukan oleh perjanjian kepada hukum, 55 Rm 8:10 Rm 12:1 57 Kej 3:4‑5 58 Yoh 8:44 59 Rm 5:12 60 Rm 7:12 61 Rm 7:7 56 97 Paulus berkata, ‘Sebab kita tahu, bahwa hukum [Taurat] adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa’.62 Dari sudut pandang Perjanjian Baru, kita tahu kuasa hukum dosa telah dihancurkan oleh persembahan Yesus Kristus di atas salib. Kita membaca dalam Roma pasal delapan, ‘Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Elohim. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa (terj. Bhs. Ing. ‘sinful flesh and as an offering for sin’ artinya ‘daging yang berdosa dan sebagai suatu persembahan bagi dosa’). Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging’.63 Di Getsemani, dosa seluruh dunia diletakkan atas Anak oleh Bapa. Sebagai akibat dari meminum cawan dosa ini, Dia mati bagi Elohim dengan seluruh umat manusia.64 Dengan cara ini, Dia menyatukan diri-Nya kepada kematian kita sebagai akibat dari dosa kita. Ketika Dia berjalan dari Getsemani sampai Kalvari, Dia kembali dari kematian ini. Ketika Dia menyatakan, ‘Sudah selesai’, Dia telah datang kembali dari kematian karena dosa. Kuasa dosa telah dihancurkan dan kutuk hukum telah dihapuskan. 65 Dalam Kristus, hukum berada dalam damai karena segala sesuatu telah diperdamaikan dalam tubuh daging-Nya melalui karya pendamaian-Nya. Dia telah mematikan permusuhan dari hukum-hukum yang berkompetisi.66 Kristus sanggup melakukan ini oleh karena kapasitas pendamaian dari ketaatan-Nya. Dalam Kristus, kutuk hukum [Taurat], yaitu kapasitasnya untuk menghakimi, tidak lagi beroperasi. Kristus telah menebus kita oleh darah-Nya supaya kita tidak lagi terjual di bawah ikatan dosa.67 Sekarang kita memiliki kesempatan untuk memilih siapa yang akan kita layani.68 Manusia celaka Ketika kita memilih untuk melayani Kristus, dosa tidak lagi menjadi tuan kita. Akan tetapi, jika kita tidak melepaskan kontrol atas hidup kita sendiri dengan secara pribadi bersatu dengan kematian Kristus, maka hukum lain dalam anggota-anggota tubuh kita akan memimpin kita kembali ke dalam penawanan hukum dosa dan maut. Ini adalah suatu posisi celaka karena kita akan terjebak dalam melayani dua tuan. Kita akan mencoba untuk melayani hukum Elohim dengan pikiran kita, tetapi kita akan melayani hukum dosa dalam daging kita.69 Ini berarti bahwa kita tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi kehendak Elohim dalam daging kita. Dan lebih dari ini, hati nurani kita akan menghukum kita karena kegagalan kita untuk melakukan kehendak Elohim. Dilema inilah yang mendorong Paulus untuk berseru, ‘Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?’70 62 Rm 7:14 Rm 8:3 64 Mat 26:26‑31 65 Gal 3:13 66 Ef 2:16 67 Rm 6:14 68 Rm 6:16 69 Rm 7:25 70 Rm 7:24 63 98 Jalan keluar untuk masalah ini Jalan keluar untuk masalah ini adalah baptisan karena arti baptisan adalah kita secara pribadi bersatu dengan Yesus Kristus yang telah dibangkitkan dari kematian.71 Baptisan adalah jalan keluarnya karena baptisan menyatukan kita kepada kuasa kebangkitan Kristus dan persekutuan penderitaanNya.72 Seperti yang telah kita bahas, ini adalah dua unsur baptisan yang berbeda, dan keduanya penting untuk membereskan dosa. Kuasa kebangkitan Kristus-lah yang memberikan kekuatan kepada tubuh fana kita sehingga kita dapat berpartisipasi dalam persekutuan penderitaan-Nya. Dua unsur baptisan yang bekerja sama inilah, yang memampukan kita untuk mengalahkan dosa, mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup, dan mulai menghasilkan buah bagi Elohim.73 Pertama-tama, Paulus berkata bahwa sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus karena kita telah ditebus oleh darah-Nya dari kutuk hukum. 74 Penghakiman hukum yang menghukum kita untuk tinggal dalam kekekalan lautan api telah dihapuskan. Hukum itu telah diubahkan menjadi suatu persekutuan dalam penderitaan Kristus sebagai pendisiplinan Elohim atas kita untuk keselamatan kita. Akan tetapi, lebih dari ini, ketika kita berpartisipasi dalam persekutuan penderitaan Kristus, darah menyucikan hati nurani kita dari pekerjaan sia-sia (yang mati).75 Darah-Nya menebus kita dari kematian yang diakibatkan oleh dosa. Darah-Nya memberikan kita kapasitas untuk taat, dengan demikian membawa kita ke dalam damai sejahtera sehingga kita tidak lagi harus hidup dengan kesenjangan celaka antara aspirasi kita untuk melayani Elohim, dan menghasilkan penghukuman karena ketidakmampuan kita untuk melakukannya. Penderitaan Kristus yang menyucikan hati nurani kita dari pekerjaan sia-sia (yang mati) dan perseteruan yang diakibatkan oleh pekerjaan sia-sia (yang mati) ini, adalah partisipasi pribadi kita dalam sunat Kristus dari hari ke hari. Sunat Kristus yang dilakukan bukan dengan tangan manusia-lah yang menghapuskan tubuh dosa dari daging kita.76 Tubuh dosa bukan hanya sunat akan sebagian kecil dari daging kita yang perlu disingkirkan supaya sisa daging kita yang lain bebas untuk melayani Elohim. Kita diingatkan dengan perkataan Paulus, ‘Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia (daging), tidak ada sesuatu yang baik’. 77 Tubuh dosa adalah kecondongan kita terhadap dosa yang berdiam di dalam keseluruhan daging kita. Sunat Kristus perlu menjamah setiap bagian daging kita. Kita mengalami penderitaan dalam seluruh daging kita supaya kita dapat berhenti dari dosa dan menghidupi sisa waktu kita dalam daging untuk melakukan kehendak Elohim.78 71 Rm 7:4 Flp 3:10 73 Rm 7:4 74 Rm 8:1 75 Ibr 9:14 76 Kol 2:11 77 Rm 7:18 78 1Ptr 4:1 72 99 Hukum Roh kehidupan Adalah mungkin bagi kita untuk berpartisipasi dalam penderitaan Kristus dan melayani Elohim sementara kita masih dalam daging, karena Roh Elohim berdiam dalam kita. Roh Elohim Bapa-lah yang memberikan kekuatan kepada tubuh fana kita, dengan cara yang sama di mana Dia menguatkan Kristus di taman Getsemani dan membangkitkan Dia dari antara orang mati. Seperti yang kita perhatikan sebelumnya, ‘Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’.79 Hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus memampukan Dia untuk menyerahkan hidup-Nya dan menanggung penderitaan salib.80 Roh dan kuasa yang sama ini sekarang bekerja dalam daging kita. Roh dan kuasa ini membebaskan kita dari hukum dosa dan maut, karena Roh ini menyatukan kita kepada sunat Kristus. Roh ini memampukan ketaatan kita, memberikan kita kapasitas untuk bersatu dengan penderitaan Kristus supaya tubuh dosa dihapuskan. Ini artinya bahwa kita tidak lagi dikontrol oleh hukum yang lain.81 Kita tidak lagi berada di bawah kewajiban apapun untuk berjalan menurut daging.82 Hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus membangkitkan kita untuk berjalan dalam hidup yang baru, memberikan kuasa kepada daging kita supaya tuntutan kebenaran dari hukum digenapi dalam kita sementara kita berjalan menurut Roh.83 Menujukan pikiran kita kepada daging atau Roh Berjalan dalam hidup yang baru akan menjadi kesaksian kita sebagai orang-orang Kristen, selama kita terus menujukan pikiran kita kepada hal-hal yang dari Roh dan berjalan menurut Roh. Jika kita menujukan pikiran kita kepada hal-hal daging, maka kita akan mundur kembali pada jalan hidup duniawi. Ini akan memimpin kita kembali ke dalam penawanan hukum dosa dan maut. Paulus berkata, ‘Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Elohim, karena ia tidak takluk kepada hukum Elohim; hal ini memang tidak mungkin baginya’.84 Kita perhatikan bahwa ini adalah suatu situasi yang berbeda dengan orang percaya yang senang akan hukum Elohim dalam manusia batiniah mereka, tetapi tidak memiliki kapasitas untuk melakukan kehendak Elohim dalam daging mereka.85 Mereka ‘tidak kena sasaran’ untuk mencapai kehendak Elohim, karena mereka mencoba untuk memenuhinya dengan menggunakan hukum mereka sendiri. Ini adalah dosa. Ini belum menjadi kejahatan daging yang merupakan perseteruan terhadap Elohim, dan menggerakkan Elohim untuk membinasakan seluruh ciptaan. Jika kita telah dibaptis ke dalam Kristus, kita memiliki kapasitas untuk menghidupi sisa hidup kita dalam daging untuk melakukan kehendak Elohim. 86 Elohim telah memberikan kita segala sesuatu 79 Rm 8:11 Rm 8:2 81 Rm 7:23 82 Rm 8:12 83 Rm 8:4 84 Rm 8:6‑7 85 Rm 7:22 86 1Ptr 4:2 80 100 yang kita perlukan untuk menghidupi suatu kehidupan Kristen yang berhasil. Jika orang tersebut menolak penyediaan dari Roh kehidupan dalam Kristus Yesus, mereka akan berakhir dalam suatu posisi yang lebih celaka daripada orang percaya yang ingin melakukan kehendak Elohim tetapi tidak sanggup melakukannya karena hukum yang lain dalam anggota-anggota tubuh mereka. Hal ini dikarenakan, setelah menerima suatu pengetahuan akan kebenaran dan jalan masuk kepada Roh kehidupan, mereka malah memilih untuk hidup menurut daging. Paulus menyebut ini, sengaja berbuat dosa. 87 Dia mengatakan bahwa seseorang yang dengan sengaja melakukan dosa menginjakinjak anak Elohim, menganggap darah perjanjian sebagai suatu hal yang biasa, dan menghina Roh kasih karunia.88 Jika kita menujukan pikiran kita kepada hal-hal daging, kita akan mengembangkan suatu pikiran duniawi yang merupakan perseteruan terhadap Elohim. 89 Paulus berbicara kepada jemaat Galatia tentang masalah ini ketika dia berkata, ‘Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!’90 Paulus menulis kepada jemaat Kolose, ‘Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Elohim. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.’91 Ini adalah suatu poin yang paling penting! Pencobaan terbesar yang kita hadapi sebagai orang Kristen adalah pencobaan untuk menujukan pikiran kita kepada halhal daging di tengah-tengah ujian, penganiayaan, dan penderitaan. Yesus Kristus telah mengalahkan dunia dan setiap pencobaan. 92 Pada setiap tahapan perjalanan-Nya dari taman Getsemani sampai kepada salib, Dia dihadapkan dengan pencobaan-pencobaan spesifik dan Dia mengalahkan semuanya itu dengan memelihara ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa.93 Di taman Getsemani-lah Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah’. 94 Ketika kita sedang dicobai untuk menggunakan hukum kita sendiri oleh karena penderitaan kita, respon pertama kita seharusnya merendahkan diri kita dan pergi berdoa. Kita bersatu dengan Kristus dalam konteks doa-Nya di taman Getsemani. Inilah di mana darah-Nya mulai ditumpahkan untuk penebusan kita. Ini juga di mana takhta kasih karunia berada. Ketika kita berdoa dengan Kristus, kita menerima kasih karunia untuk menanggung penderitaan dan mengizinkan penderitaan itu membereskan hukum di dalam kita yang menunjukkan ketersandungan. Dengan cara ini, kita sedang dilepaskan dari kecondongan kita terhadap dosa dan dimampukan untuk melakukan kehendak Elohim dalam keadaan-keadaan yang kita hadapi. Petrus menguatkan kita bahwa Tuhan tahu bagaimana menyelamatkan orang saleh dari pencobaan. 95 Ini bukan berarti bahwa Dia memindahkan kita dari setiap situasi sulit. Ini artinya 87 Ibr 10:26 Ibr 10:29 89 Rm 8:7 90 Gal 3:3‑4 91 Kol 3:1 92 Yoh 16:33 93 Ibr 5:8 94 Mat 26:41 95 2Ptr 2:9 88 101 bahwa Dia menguatkan kita oleh kuasa-Nya supaya kita dapat menanggung ujian dan kesesakan, tanpa menundukkan diri kepada pencobaan untuk menujukan pikiran kita kepada daging. Ini termasuk menanggung permusuhan dari orang-orang berdosa terhadap kita, tanpa bereaksi atau menjadi tersandung.96 Elohim setia dan menyediakan kita jalan keluar di tengah-tengah setiap pencobaan. 97 Jalan keluar ini adalah jalan salib. Bapa menguatkan kita untuk berpartisipasi dalam penderitaan Kristus supaya pikiran kita diperbaharui. 98 Ini artinya kita dapat menjaga pikiran kita kepada hal-hal yang dari Roh dalam setiap situasi spesifik yang kita hadapi. Didudukkan di tempat sorgawi sebagai anggota-anggota tubuh-Nya Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, Paulus menyatakan bahwa Bapa membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan kemudian mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga.99 Ini adalah dua inisiatif dan tindakan berbeda dari Bapa. Yesus Kristus secara fisik dibangkitkan dari antara orang mati oleh kuasa Bapa, dengan suatu tubuh yang tidak terkorupsi dan kekal. Setelah Dia menghabiskan empat puluh hari bersama murid-murid-Nya, menjelaskan kerajaan Elohim kepada mereka, Dia naik ke sorga.100 Bapa mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dan memberikan Dia nama di atas segala nama.101 Dia menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus dan membuat Dia menjadi Kepala gereja, yang adalah tubuh-Nya.102 Ini menyoroti suatu perbedaan penting sehubungan dengan baptisan. Kita bukan dibaptis ke dalam tubuh Kristus dengan banyak anggota. Baptisan menyatukan kita kepada tubuh daging pribadi Kristus supaya kita mengenal persekutuan penderitaan-Nya dan kuasa kebangkitan-Nya. Bapa membangkitkan kita bersama dengan Kristus untuk berjalan dalam hidup yang baru. Kemudian, sebagai langkah selanjutnya, Bapa mendudukkan kita dengan diri-Nya sendiri, dan dengan Kristus, dalam tempat sorgawi sebagai anggota-anggota tubuh Kristus.103 Paulus menjelaskan bahwa Elohim Bapa ‘telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya’. 104 Ini adalah tubuh Elohim Anak. Dia adalah Kepala yang kekal di sorga dan kita adalah anggota-anggota tubuh-Nya meskipun kita masih dalam kefanaan kita di bumi. Kasih Elohim dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus, ketika kita dilahirkan dari Elohim. Akan tetapi, setelah Bapa menempatkan kita ke dalam tubuh Kristus dengan banyak anggota, kita berakar dan berdasar dalam kasih Elohim.105 Kita telah disatukan kepada anggota-anggota spesifik dari tubuh Kristus supaya kita dapat hidup bersama dalam kasih yang semula. Kita adalah anggota-anggota tubuh-Nya dan ‘masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain’.106 Ini artinya bahwa kita dapat memahami, atau menangkap, ‘bersama-sama dengan segala orang kudus…betapa 96 Ibr 12:3 1Kor 10:13 98 Rm 12:2 99 Ef 1:20 100 Kis 1:3,9 101 Ef 1:21 102 Ef 1:22 103 Ef 2:6 104 1Kor 12:18 105 Ef 3:17 106 Rm 12:5 97 102 lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus (Elohim)’.107 Sebagai anggotaanggota tubuh Kristus, kita dapat secara bersama mewujudkan kasih-Nya seorang terhadap yang lain dan dipenuhi dengan seluruh kepenuhan Elohim.108 Perjamuan kudus Sebagai anggota-anggota tubuh Kristus, kita datang bersama-sama setiap minggu untuk makan dan minum unsur-unsur Perjanjian Baru. Kita melakukan ini untuk memperingati kematian Kristus, di mana kita telah disatukan secara pribadi kepada kematian-Nya, melalui baptisan.109 Kita makan dan minum roti dan anggur perjamuan kudus, dalam iman untuk partisipasi dalam persembahan dan penderitaan-Nya. Paulus berkata, ‘Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan [partisipasi] dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecahpecahkan adalah persekutuan [partisipasi] dengan tubuh Kristus?’110 Kita mengambil bagian dalam unsur-unsur ini bersama-sama karena kita adalah satu tubuh dan merupakan orang-orang yang mengambil bagian dalam satu hidup Elohim.111 Perjamuan kudus seharusnya menjadi suatu persekutuan memberi dan menerima dalam setiap jemaat. Ketika kita berkumpul bersama sebagai anggota-anggota tubuh Kristus untuk melayani satu sama lain, kita dikuatkan seorang akan yang lain dengan Roh dan hidup Elohim. Ini adalah pelayanan Roh yang olehnya tubuh Kristus membangun dirinya dalam kasih.112 Karunia-karunia Roh beroperasi di tengah-tengah kita untuk tujuan ini. 113 Karunia-karunia Roh memberikan kita iluminasi dan arahan, juga kekuatan untuk menanggung penderitaan yang telah dipersiapkan untuk kita pada minggu yang akan datang. Kita meninggalkan perjamuan kudus dalam iman bahwa kita akan mengenal kuasa kebangkitan Kristus dan persekutuan penderitaan-Nya. Iman kita adalah bahwa kita akan berpartisipasi baik dalam kehidupan maupun kematian Yesus. Dengan cara ini, kita berhenti dari dosa dan melakukan kehendak-Nya dalam setiap keadaan yang kita hadapi.114 Baptisan Roh Kudus Bapa menempatkan kita dalam tubuh, tapi baptisan Roh Kudus-lah yang membuat kita menjadi anggota-anggota tubuh Kristus yang aktif. Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa Yesus akan membaptis kita dengan Roh Kudus dan dengan api.115 Menjelang kenaikan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke 107 Ef 3:18 Ef 3:19 109 1Kor 11:26 110 1Kor 10:15‑16 111 1Kor 10:17 112 Ef 4:16 113 1Kor 12:7‑11 114 2Kor 4:10 115 Mat 3:11 108 103 ujung bumi’. 116 Hal ini digenapi pada Hari Pentakosta ketika Yesus Kristus, setelah naik ke tempat tinggi, mencurahkan Roh Kudus atas orang-orang yang Bapa satukan kepada tubuh-Nya, gereja.117 Kuasa yang diberikan kepada kita ketika kita dibaptis dalam Roh Kudus tidaklah sama dengan Roh dan kuasa Bapa yang menguatkan kita dalam kefanaan kita, atau kuasa dari darah Kristus yang menebus kita dari dosa. Ini juga bukan kuasa dari Roh Kudus sendiri. Ini adalah kuasa dari ke-Tiga Pribadi dalam ke-Elohiman yang dinyatakan dalam persekutuan kasih dan persembahan Mereka. Alkitab menyebut ini kuasa Roh yang Kekal, atau ketujuh kali lipat Roh Elohim. 118 Dalam hal ini, angka tujuh adalah angka simbolis yang berarti ‘kepenuhan’ atau ‘kelengkapan’. Pengurapan inilah yang memberi kuasa kepada Kristus untuk menjadi Imam Besar agung kita. Kitab Ibrani mengatakan bahwa oleh Roh yang Kekal-lah Dia mempersembahkan diri-Nya kepada Elohim.119 Kita tahu bahwa Yesus Kristus telah melepaskan dan menebus kita dari dosa-dosa kita dan membuat kita menjadi suatu kerajaan imam bagi Elohim dan Bapa-Nya.120 Roh dan kuasa Bapa menguatkan kefanaan kita supaya kita dapat mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup dan menanggung penderitaan Kristus dalam pelayanan keimamatan kita. Akan tetapi, kita masih memerlukan baptisan Roh Kudus yang memberikan kita pengurapan atau kuasa dari ketujuh kali lipat Roh Elohim, supaya kita dapat berfungsi sebagai imam-imam dan melayani (memberikan) hidup Kristus kepada satu sama lain sebagai anggota-anggota tubuh-Nya. Kuasa inilah yang memampukan kita untuk menjadi pelayan-pelayan yang efektif dari Perjanjian Baru di dalam gereja dan menjadi saksi-saksi Kristus di dalam dunia.121 Dari sudut pandang pribadi kita, Roh Kudus telah diberikan kepada kita untuk memimpin dan menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran. 122 Dia memimpin dan menuntun kita ke dalam kebenaran akan siapa kita yang telah ditentukan sejak semula untuk menjadi anak-anak Elohim. Inilah arti dari pengudusan kita. Pengudusan kita menetapkan siapa kita sebagai anak-anak Elohim, beserta dengan tempat dan fungsi yang telah diberikan kepada kita sebagai anggota-anggota tubuh Kristus. Kita hidup dalam pengudusan dengan melakukan pekerjaan yang telah diberikan kepada kita oleh Elohim, dan menyerahkan kehidupan kita seorang akan yang lain dalam kasih.123 Ketika kita menaati perintah-perintah-Nya dan mengasihi satu sama lain, kita menunjukkan bahwa kita memiliki hidup yang kekal. Perintah untuk mengasihi satu sama lain adalah perintah yang telah diberikan kepada kita oleh Elohim dari mulanya.124 Kita ingat perkataan Yohanes, ‘Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Elohim; dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Elohim dan mengenal Elohim’.125 116 Kis 1:8 Kis 2:1‑4,38 118 Why 4:5. Yes 11:2 119 Ibr 9:14 120 Why 1:7 121 2Kor 3:5 122 Yoh 16:13 123 Yoh 15:13 124 2Yoh 1:5 125 1Yoh 4:7 117 104 BAB 7 Berkat perjanjian dalam setiap keluarga Dalam bab-bab sebelumnya, kita telah memperhatikan berbagai unsur dari rencana dan penyediaan Elohim untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan. Rasul Petrus menggambarkan ini sebagai ‘segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh’.1 Dia mengatakan bahwa melalui penyediaan inilah Elohim ‘telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar’.2 Janji yang Elohim adakan dengan kita adalah hidup yang kekal.3 Nyata bahwa kita telah menerima dan terus-menerus di dalam janji Elohim, karena hidup Elohim yang tersedia dalam Anak-Nya, ada di dalam kita, dan kita sedang dilepaskan dari korupsi akan hidup oleh keinginan daging kita. Janji Elohim, yang disampaikan oleh para penulis Perjanjian Baru, diadakan dengan Abraham dan Benihnya (Keturunannya), Yesus Kristus.4 Ketika Elohim berjanji kepada Abraham, Dia berkata bahwa dalam Abraham ‘semua kaum (keluarga) di muka bumi akan mendapat berkat’. 5 Janji Elohim tersedia bagi setiap orang ketika Kristus datang dalam daging (rupa manusia) dan mempersembahkan diriNya untuk kita di atas salib. Yesus berkata bahwa persembahan-Nya menegakkan suatu Perjanjian Baru, dan bahwa orang-orang percaya sekarang dapat mengambil bagian, dan berpartisipasi di dalam, substansi dari perjanjian ini.6 Kita perhatikan bahwa ketika Petrus memproklamirkan injil Kristus kepada orang banyak di serambi Salomo, dia mengingatkan mereka tentang perjanjian yang Elohim telah adakan dengan Abraham. Petrus secara spesifik menyatakan bahwa berkat yang dijanjikan sekarang tersedia bagi semua bangsa (keluarga) di muka bumi.7 Rasul Paulus, yang mengatakan bahwa dia hanya memberitakan Kristus dan Dia yang disalibkan, menulis beberapa instruksi penting bagi keluarga-keluarga mengenai budaya dan perilaku mereka.8 Ini karena, sama seperti Petrus, dia memahami bahwa janji-janji akan hidup kekal tersedia bagi setiap keluarga di dalam Perjanjian Baru. Dia menjelaskan bahwa agar suatu rumah tangga tetap diberkati, mereka harus hidup bersama dalam suatu sikap tertentu. Jika keluarga-keluarga dipulihkan 1 2Ptr 1:3 2Ptr 1:4 3 1Yoh 2:25 4 Gal 3:16 5 Kej 12:3 6 Luk 22:19‑20 7 Kis 3:11,25 8 1Kor 2:2 2 105 kepada aturan dan budaya Perjanjian Elohim, janji-janji akan hidup kekal tersedia bagi setiap anggota rumah tangga itu. Ketika kita memperhatikan implikasi-implikasi dari aturan dan budaya ilahi dalam rumah kita, banyak hal dari pemikiran tradisional kita mengenai keselamatan anak-anak akan ditantang. Tradisi-tradisi teologi terdahulu telah menyatakan bahwa jalan keselamatan bagi anak-anak yang dilahirkan dalam rumah-rumah Kristen adalah sama seperti setiap pribadi yang telah dilahirkan ke dalam dunia yang telah jatuh ini. Akan tetapi, dalam terang pertumbuhan pengertian kita akan rahasia Perjanjian Elohim dan implikasi-implikasi praktisnya untuk hidup sebagai suatu rumah tangga Kristen, sudah jelas bahwa hal ini tidaklah demikian. Meskipun benar bahwa unsur-unsur keselamatan itu sama bagi setiap orang, tetapi tidaklah benar bahwa jalan keselamatan bagi anak-anak yang dilahirkan ke dalam rumah-rumah Kristen itu sama seperti orang-orang yang dilahirkan di dalam dunia. Sesungguhnya, seperti yang akan kita lihat, para penulis Perjanjian Baru memahami bahwa anak-anak yang dilahirkan ke dalam rumah-rumah Kristen adalah para penerima janji-janji Perjanjian Baru sejak dalam kandungan. Perjanjian Kekal Kita hanya bisa memahami bagaimana berkat Elohim datang kepada setiap keluarga dari sudut pandang Pejanjian Kekal Elohim. Perjanjian Kekal adalah kerinduan dan rencana Elohim untuk membawa banyak anak kepada kemuliaan. Semua unsur dari Perjanjian Elohim disingkapkan, atau terjadi, melalui firman-Nya. Sebagai contoh, kita membaca dalam pasal pertama dari Alkitab bahwa Elohim berfirman ciptaan menjadi ada. Dia mengatakan, ‘Jadilah terang’; lalu terang itu jadi.9 Bahkan, rasul Yohanes menggambarkan Anak Elohim sebagai Firman. Dia menjelaskan bahwa ‘segala sesuatu dijadikan oleh Dia [Firman] dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan’.10 Sebelum permulaan penciptaan, Bapa, Anak dan Roh Kudus mendiskusikan dan mencatat namanama dari semua identitas yang akan diciptakan, dalam kitab kehidupan. 11 Setiap nama adalah firman yang menetapkan identitas seseorang. Firman ini juga menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang Elohim ingin mereka lakukan sebagai anak-Nya, dan konteks di mana pekerjaan-pekerjaan ini akan digenapi. Firman mengenai status anak mereka merupakan bagian dari Perjanjian Kekal Elohim yang Dia adakan dengan ciptaan-Nya. Agar firman ini digenapi, seseorang perlu disatukan kepada Perjanjian-Nya. Ketika umat manusia jatuh karena ketidaktaatan, mereka menolak firman perjanjian Elohim untuk kehidupan mereka. Mereka sekarang mati bagi Elohim dan tidak dapat mengetahui dan menggenapi nama yang Dia telah tuliskan bagi mereka. Sebaliknya, mereka memilih untuk membuat suatu nama bagi diri mereka sendiri.12 9 Kej 1:3 Yoh 1:2‑3 11 Why 13:8 12 Kej 11:4 10 106 Dilahirkan ke dalam dunia yang telah jatuh Pada titik pembuahan dalam kandungan seorang ibu, setiap pribadi menjadi makhluk jasmani, dan identitas, atau roh mereka, dibentuk di dalam mereka. Inilah yang membuat mereka menjadi seorang pribadi. Meskipun anak-anak dari orang yang tidak diselamatkan memiliki identitas, mereka tidak mengetahui nama yang Elohim rancangkan bagi mereka. Ini karena, sama seperti orang tua mereka, mereka terpisah dari Elohim dan firman Perjanjian-Nya. Ketika mereka dilahirkan, mereka adalah ‘dari dunia’. Rasul Paulus menggambarkan mereka sebagai cemar (najis).13 Apa artinya ini? Ini artinya mereka berasal dari suatu roh tertentu; yaitu, roh dunia. Mereka juga adalah budak-budak dosa.14 Kehidupan mereka sepenuhnya dimotivasi oleh pemenuhan keinginan-keinginan mereka sendiri dan membuat nama bagi diri mereka sendiri. Paulus menjelaskan bahwa orang-orang yang dilahirkan dalam dunia adalah ‘pada dasarnya … orangorang yang harus dimurkai (terj. Bhs. Ing. ‘by nature children of wrath’ artinya ‘secara alami adalah anak-anak yang dimurkai’)’.15 Ini artinya bahwa mereka dikandung sebagai anak-anak yang dimurkai, dan bahwa perilaku yang mereka hasilkan bukan hanya karena lingkungan di mana mereka dibesarkan. Ini adalah sifat alami mereka sejak dari pembuahan. Ketika mereka bertumbuh dan menjadi dewasa, mereka berjalan ‘mengikuti jalan dunia ini, menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka (tidak taat)’. 16 Karena mereka tidak tahu tujuan-tujuan perjanjian Elohim, mereka bahkan tidak sadar bahwa mereka terhilang dan dikutuk. Penghukuman adalah akibat yang adil dari dosa. Akan tetapi, kita ingat dari tulisan-tulisan Paulus bahwa, ketika kita masih seteru, Kristus mati untuk orang-orang berdosa dan telah memperdamaikan kita semua kepada Elohim. 17 Setiap orang mempunyai kesempatan untuk mendengar firman perjanjian dan menggunakan penyediaan yang luar biasa ini untuk keselamatan mereka. Selain itu, Elohim telah menetapkan waktu dan batasan dari tempat setiap orang supaya ‘mereka mencari Dia (Elohim) dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing’. 18 Ini karena Elohim merindukan supaya semua orang diselamatkan, dan bertobat serta memperoleh pengetahuan akan kebenaran. 19 Namun, kita juga ingat bahwa Elohim Bapa mengetahui titik akhir dari titik permulaan/awalnya sehubungan dengan setiap detail dari tujuan perjanjian-Nya.20 Janji adopsi Kita pertama kali membaca Perjanjian Kekal dalam peristiwa dimana Tuhan berkata kepada Abraham, ‘Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun- 13 1Kor 7:14 Rm 6:16 15 Ef 2:3 16 Ef 2:2 17 Rm 5:10 18 Kis 17:27 19 1Tim 2:4. 2Ptr 3:9 20 Yes 46:10 14 107 temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Elohim-mu dan Elohim keturunanmu’.21 Setelah kesetiaan Abraham di Gunung Moria, Tuhan meneguhkan kembali perjanjian tersebut kepada Abraham, dan bersumpah demi diri-Nya bahwa dalam benih (keturunan) Abraham semua bangsa atau keluarga di bumi akan diberkati.22 Dengan melakukan ini, Elohim memberikan Abraham dan keturunannya, termasuk orang Israel di bawah kepemimpinan Musa, janji status anak yang dimaksudkan dalam perjanjian tersebut. Janji status anak, bagi orang-orang yang menerimanya, adalah pengharapan untuk menjadi seorang anak Elohim dalam kebangkitan. Paulus mengatakan bahwa ini adalah janji adopsi.23 Abraham, dan orang-orang yang berjalan dalam iman yang sama dengannya, menerima janji adopsi, tetapi tidak memiliki adopsi itu sendiri. Adopsi hanya tersedia ketika Benih (Keturunan) Abraham, Yesus Kristus, mati di atas salib.24 Dalam kitab Roma, Paulus mengatakan kepada kita bahwa orangorang kudus Perjanjian Lama percaya dalam pengharapan akan status anak. 25 Meskipun mereka belum memiliki adopsi, mereka dimotivasi oleh ‘roh adopsi’ untuk menerima apa yang Elohim telah janjikan. Ketika Paulus berbicara mengenai ‘roh’ adopsi, dia bukan merujuk kepada identitas rohani. Tetapi, dia berbicara mengenai suatu sikap iman yang seseorang terima melalui firman Elohim. Orang-orang kudus Perjanjian Lama yang memperlihatkan sikap iman ini menjaga perjanjian yang Elohim adakan dengan mereka. Di sini kita tidak sedang merujuk kepada Perjanjian Hukum. Tetapi, motivasi mereka adalah memelihara perjanjian yang Elohim adakan dengan Abraham dan keturunannya. Kita ingat bahwa, Elohim tidak tertarik, pertama-tama, dengan pengamatan mereka mengenai ritual-ritual dan ketetapan hukum Taurat. Daud, seseorang yang berdasarkan pada iman menemukan pengampunan di luar dari hukum, memahami hal ini.26 Kesaksiannya, yang merupakan kesaksian nubuatan dari Firman Sendiri, adalah ‘Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Elohimku; Taurat-Mu ada dalam dadaku (hatiku).”’27 Laki-laki dan perempuan yang beriman memelihara hukum Taurat karena keinginan mereka adalah menjadi seorang anak Elohim, dan supaya Dia menjadi Elohim mereka. Mereka tidak melihat perjanjian sebagai suatu kontrak, tetapi memahami bahwa perjanjian itu menetapkan sifat dari hubungan mereka dengan Elohim. Kita ingat perkataan Yesus demikian, ‘Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Elohim kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Elohim-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang 21 Kej 17:7 Kej 22:18 23 Rm 8:23 24 Gal 4:4‑5 25 Rm 4:18 26 Rm 4:6‑8 27 Mzm 40:6‑8 22 108 lebih utama daripada kedua hukum ini.’28 Ini mendefinisikan persekutuan yang atasnya tergantung hukum dan kitab para nabi.29 Keyakinan dari orang-orang kudus Perjanjian Lama dalam firman perjanjian, mempengaruhi apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka hidup. Dalam hal ini, pekerjaan-pekerjaan mereka menyatakan sifat dari iman mereka. Paulus menjelaskan bahwa iman mereka adalah substansi dari segala sesuatu yang diharapkan, bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat.30 Ini artinya bahwa mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Elohim telah persiapkan bagi mereka sesuai dengan nama mereka, meskipun mereka belum dapat menangkap substansi dari status anak mereka.31 Sunat Para orang tua Israel menyunat anak-anak mereka pada hari kedelapan dalam iman untuk menerima dan memelihara Perjanjian Kekal yang Elohim adakan dengan Abraham. Meskipun hal itu diabadikan dalam Hukum Musa, sunat pertama-tama diberikan kepada Abraham sebagai tanda Perjanjian Kekal. 32 Sunat seharusnya mengidentifikasi anak dengan Perjanjian Elohim dan menunjukkan komitmen orang tua mereka untuk membesarkan anak itu dalam iman Abraham. Dengan cara ini, anak tersebut terhubung dengan firman dari nama mereka yang tercatat dalam kitab kehidupan. Kesaksian rasul Paulus adalah Elohim Bapa ‘telah memilih aku (terj. Bhs. Ing. ‘set me apart’ artinya ‘memisahkan aku’) sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya’.33 Ketika kita memperhatikan bahwa seseorang dipanggil dengan nama mereka, kita menyadari bahwa Paulus terhubung kepada firman tentang namanya sejak dalam kandungan ibunya. Kita perhatikan banyak contoh anak-anak Perjanjian Lama yang lain, sama seperti Paulus, memahami bahwa mereka telah dikenal dan dipanggil sejak dalam kandungan. Raja Daud memberi kesaksian bahwa ‘dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya’.34 Tuhan Sendiri berkata kepada nabi Yeremia, ‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’35 Yohanes Pembaptis dipenuhi dengan Roh Kudus ketika di dalam kandungan ibunya.36 Sekalipun, sebagai seorang anak perjanjian, Paulus dipanggil sejak dari kandungan dan disunat pada hari kedelapan, dia dibesarkan sebagai seorang Farisi.37 Menariknya, sekte Farisi percaya dalam pengharapan akan kebangkitan dari kematian. 38 Akan tetapi, pengasuhan (didikan) yang diterima Paulus meletakkan Hukum Musa di atas pengenalan akan Elohim dan pemeliharaan perjanjian-Nya. Sebagai akibatnya, hukum Taurat tidak memimpin dia kepada Kristus, tetapi malah membuat dia 28 Mrk 12:29‑32 Mat 22:40 30 Ibr 11:1 31 Ef 2:10 32 Kej 17:11‑12 33 Gal 1:15 34 Mzm 139:16 35 Yer 1:5 36 Luk 1:15 37 Flp 3:5 38 Kis 23:6‑8 29 109 menjadi keras hati, buta, dan penuh amarah terhadap orang-orang Kristen. Ketika Yesus menyatakan diri-Nya kepada Paulus, dia menerima iluminasi sehubungan dengan siapakah Tuhan, dan terhubung kembali dengan nama dan pekerjaan di mana dia telah dipisahkan sejak dalam kandungan. Suatu perjanjian baru Ketika Yesus datang dan mati di atas salib, suatu perjanjian baru menjadi tersedia. Persembahan-Nya ‘sekali untuk selamanya’ adalah persembahan yang penuh dan sempurna. 39 Sekarang, setiap orang yang menerima dan mempercayai firman salib, dan mengerjakan hak mereka untuk menjadi seorang anak Elohim, menerima suatu penyediaan yang luar biasa. Mereka ditebus dari perbudakan mereka terhadap dosa, menerima pengampunan untuk dosa-dosa mereka, dibenarkan di hadapan Elohim, diberikan jalan masuk kepada kasih karunia dan hidup, menerima adopsi, dan juga menerima benih kodrat ilahi serta Roh Kudus sebagai inti dari Perjanjian Baru. Mereka bebas untuk mengambil bagian dalam roti dan anggur Perjanjian Baru. Melalui baptisan, mereka disatukan kepada kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus serta dapat hidup dalam substansi unsur-unsur Perjanjian Baru. Dengan demikian, mereka disatukan kepada persekutuan penderitaan Kristus dan menerima kuasa kebangkitan-Nya, dan mereka diperlengkapi untuk mempersembahkan diri mereka sebagai korban yang hidup di dalam persekutuan tubuh Kristus. Seperti yang telah kita perhatikan, penyediaan Perjanjian Baru ini merupakan realisasi dari janji yang telah diadakan dengan Abraham. Yang paling penting, kita ingat bahwa berkat yang dijanjikan ini sekarang tersedia untuk semua keluarga di bumi.40 Ini artinya bahwa setiap orang dalam suatu rumah tangga yang percaya adalah penerima berkat ini. Ini artinya bahwa anak-anak yang dilahirkan ke dalam rumah-rumah Perjanjian Baru memiliki berkat ini sejak dalam kandungan. Anak-anak dilahirkan kudus Pengajaran Paulus mengenai keselamatan anak-anak Kristen itu jelas. Dia menulis, ‘Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh istrinya dan istri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus’. 41 Dari pengajaran Paulus, kita melihat bahwa kualifikasi mendasar untuk pengudusan suatu rumah tangga adalah salah satu orang tua ‘yang percaya’. Tentu saja, iman ini akan ditunjukkan dalam perilaku kehidupan mereka. 42 Mengenai percaya dan berjalan dalam iman Perjanjian Baru, Paulus berkata bahwa anak-anak adalah kudus. Penting untuk diperhatikan bahwa dia bukan sedang mengatakan bahwa mereka akan ‘dibuat’ menjadi kudus, atau bahwa mereka memiliki suatu ‘kesempatan lebih baik’ untuk keselamatan daripada orang-orang yang dilahirkan ke dalam dunia. Paulus berkata bahwa mereka adalah kudus. Anak-anak kita tidak dilahirkan kudus karena apapun yang mereka telah percayai atau katakan. Sebaliknya, mereka adalah para penerima berkat yang telah datang kepada suatu rumah tangga perjanjian. Pada titik pembuahan, anak-anak kita dilahirkan ke dalam adopsi dan dengan benih 39 Rm 6:10 Kis 3:25 41 1Kor 7:14 42 Yak 2:18 40 110 kodrat ilahi. Mereka dilahirkan dari atas dan memiliki Roh Bapa, Roh Anak dan Roh Kudus di dalam mereka. Mereka adalah identitas-identitas yang lahir dalam kepemilikan atas nama mereka, dan mereka bukanlah budak-budak dosa. Inilah artinya kudus; mereka dilahirkan dari Elohim. Sama seperti mereka tidak bisa memutuskan atas kelahiran alamiah mereka, mereka tidak bisa memutuskan dalam kelahiran rohani mereka. Jelas bahwa kodrat ilahi dalam setiap keluarga selalu merupakan maksud Elohim. Kita ingat bahwa Tuhan, melalui nabi Maleakhi, menegur umat perjanjian Israel, karena pengkhianatan mereka terhadap perjanjian pernikahan. Tuhan menjelaskan bahwa pernikahan seharusnya menjadi suatu bagian dari Perjanjian Elohim dan melayani tujuan-Nya untuk melahirkan banyak anak. Maleakhi mencatat, ‘Bukankah Elohim yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? ( terj. Bhs. Ing. ‘Did He not make them one, having the remnant of the Spirit?’ artinya ‘Bukankah Dia membuat mereka satu, memiliki yang tertinggal dari Roh?’) Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan [benih] ilahi!’43 Kita tahu bahwa Elohim tidak mencari keturunan ‘yang patuh pada hukum’. Dia mencari umat yang merupakan milik-Nya. 44 Dari ayat-ayat ini, kita menyimpulkan bahwa Elohim memperhatikan keadaan pernikahan kita dan budaya rumah kita. Sifat dari hubungan-hubungan ini akan memiliki suatu dampak atas berkat kehidupan-Nya dalam keluarga kita. Pewaris bersama dari kasih karunia kehidupan Menuliskan kepada gereja (jemaat) Korintus, Paulus mengatakan, ‘Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui (memahami) hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Elohim’. 45 Mengapa Paulus ingin kita memahami hal ini? Ia sedang menarik perhatian kita kepada apa? Berdasarkan pembelajaran kita mengenai model ke-Elohiman, kita ingat bahwa Elohim Anak mengosongkan diri-Nya supaya hidup ciptaan baru dapat dimultiplikasi kepada kita. Dia menyerahkan kemuliaan-Nya sendiri kepada Bapa dan merendahkan diri-Nya kepada suatu aturan kekepalaan. Inilah cara yang melaluinya kehendak perjanjian Elohim dapat tercapai. Ketika Paulus mengidentifikasi Elohim Bapa sebagai Kepala dari Kristus, dia bukan menarik perhatian kita kepada suatu hirarki. Sebaliknya, dia menunjukkan suatu model persembahan yang melaluinya kasih karunia kehidupan mengalir kepada setiap anggota gereja. Kerinduan Perjanjian Kekal Elohim adalah supaya berkat kehidupan ini ada dalam setiap keluarga. Kita menggunakan hidup Elohim ini ketika kita mempersembahkan diri kita dalam aturan kekepalaan dengan cara yang sama seperti yang Kristus lakukan. Hasil dari pengosongan Anak adalah Dia ditetapkan kembali sebagai Anak Elohim dan menyatakan kemuliaan Bapa.46 Sebagaimana Dia taat kepada Bapa, hidup dari Bapa menjadi tersedia bagi kita. Demikian juga, hidup dan kemuliaan Kristus dinyatakan dalam suatu rumah melalui penundukan lakilaki kepada Kristus. Seorang suami menunjukkan kekepalaan dengan tunduk kepada Kristus, dan kemudian, melalui ketaatannya kepada Kristus, ia mempersembahkan dirinya dalam pengudusan 43 Mal 2:15 Mal 3:17 45 1Kor 11:3 46 Yoh 13:31‑32 44 111 sebagai seorang suami bagi istrinya dan ayah bagi anak-anaknya. Cara hidupnya terhadap keluarganya adalah sama seperti cara hidup Kristus terhadap gereja. 47 Kodrat ilahi yang datang dari Elohim Bapa ditegakkan olehnya dalam rumahnya oleh karena penundukannya kepada Kristus sebagai Kepala. Tindakan iman ini menegakkan rumahnya dalam tubuh Kristus, menundukkan setiap anggota rumah tangganya kepada kekepalaan Kristus dalam gereja. Ketika seorang suami mempersembahkan terhadap istri dan keluarganya, dia tidak menuntut penundukan atau ketaatan mereka. Penundukan atau ketaatan ini diberikan oleh seorang istri melalui persembahan. Penundukan seorang istri kepada suaminya menyatakan kemuliaan suaminya. Istrinya adalah penolongnya dalam pekerjaan untuk menegakkan kodrat ilahi di dalam rumah. Sebagai contoh, jelas dapat kita lihat bahwa seorang laki-laki tidak dapat melahirkan sendiri anakanak Elohim. Seorang istri juga merupakan penolong suaminya dalam pekerjaan pelayanannya di dalam tubuh Kristus. Dalam hal ini, Paulus menulis, ‘Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu.’48 Pada saat yang sama, suami harus menghormati istri mereka karena mereka adalah sesama pewaris kasih karunia kehidupan. 49 Ini artinya bahwa suami mendorong dan mendukung istri kepada ekspresi dari nama dan pekerjaannya dalam keluarga dan dalam tubuh Kristus. Ketika seorang perempuan menguduskan dirinya untuk menjadi seorang istri melalui penundukannya kepada suaminya, dia dapat mengekspresikan dan memultiplikasi kodrat ilahi kepada anak-anak. Ibu-ibu Kristen bahkan menerima hikmat dari Elohim untuk memelihara ‘benih ilahi’ yang ada dalam kandungan mereka. Dalam hal ini, kita perhatikan bahwa banyak perempuan saleh memberikan waktu dan perhatian untuk doa syafaat bagi anak laki-laki dan anak perempuan Elohim yang bertumbuh dan berkembang di dalam diri mereka (ketika anak-anak masih berada dalam kandungan). Dan Elohim memberikan perempuan-perempuan Kristen kapasitas untuk melahirkan anak tersebut sesuai dengan penentuan-Nya. Menyatakan kembali poin ini: aturan kekepalaan tidak berhubungan dengan suatu hirarki, juga bukan hak istimewa bagi laki-laki untuk menentukan bagaimana semua praktek kehidupan dalam suatu rumah tangga harus dijalankan. Ini adalah cara yang olehnya Yahweh dapat memberikan hidup-Nya kepada kita. Suami dan istri adalah ‘pewaris bersama’ dari kasih karunia kehidupan.50 Melalui aturan kasih karunia dan kehidupan inilah maka anak-anak memiliki hak istimewa untuk dikandung, dilahirkan dan dilatih sebagai anak laki-laki dan anak perempuan Elohim. Keluarga buah sulung adalah suatu rumah tangga yang dikuduskan di mana di dalamnya setiap orang telah dipisahkan kepada nama, peran dan pekerjaan mereka dalam keluarga dan gereja. Setiap pribadi hidup dalam aturan kehidupan ini, memahami prioritas-prioritas pekerjaan mereka dan 47 Ef 5:25‑26 Ef 5:22‑24 49 1Ptr 3:7 50 1Ptr 3:7 48 112 menerima kasih karunia untuk setiap keadaan hidup. Khususnya, rumah-rumah yang hidup dalam aturan hidup ini dapat membagikan hidup Elohim kepada yang lain. Rumah-rumah ini dapat menjadi pusat penginjilan, karena hidup Elohim berlimpah bagi mereka dan mengalir dalam ekspresi dari rumah mereka kepada komunitas. Penyerahan anak Ketika orang tua Kristen menyerahkan (mendedikasikan) bayi mereka, mereka memperkenalkan seorang anak Elohim yang baru kepada jemaat gereja. Orang tua memberi kesaksian akan komitmen mereka untuk hidup dalam aturan kekepalaan dalam tubuh Kristus. Juga, mereka memberi kesaksian bahwa mereka telah menemukan hidup Elohim dalam rumah mereka, dan bahwa hidup ini telah diberikan kepada anak tersebut dalam kandungan ibunya. Dalam hal ini, orang tua berkomitmen terhadap pengudusan mereka yang terus-menerus sebagai seorang kepala dan seorang penolong dalam perjanjian keluarga mereka. Mereka memahami bahwa hal ini memiliki implikasi-implikasi bagi hubungan mereka dengan anaknya dan sebagai suatu keluarga dalam tubuh Kristus. Seperti yang kita perhatikan di atas, kekepalaan adalah suatu aturan kehidupan melalui persembahan. Dengan menyerahkan diri kepada aturan kehidupan ini, dan menyadari bahwa anakanak mereka sudah ‘berasal dari Elohim’, orang tua mempersembahkan anak mereka kembali kepada Elohim ketika mereka menyerahkan (mendedikasikan) anak tersebut. Hal ini hanya dapat dilakukan dalam konteks tubuh Kristus, karena Kristus adalah Kepala dari tubuh-Nya, dan Bapa adalah Kepala dari Kristus. Penyerahan (dedikasi) anak oleh orang tua, kemudian, ada dalam iman yang sama seperti Raja Daud, yang mengakui kepada Tuhan bahwa ‘dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu’.51 Unsur selanjutnya dari penyerahan (dedikasi) adalah komitmen orang tua untuk ‘memuridkan’ anak mereka dalam jalan Tuhan. Ini artinya bahwa orang tua berkomitmen untuk memelihara dan melatih baik identitas maupun kodrat ilahi dalam anak Elohim yang baru dilahirkan, dengan kapasitas kasih karunia dan hidup yang mereka terima melalui kekepalaan. Pemeliharaan dan pelatihan anak ini akan dilakukan melalui pengasuhan dan nasehat dari Tuhan. Meskipun anak ini telah menjadi seorang anak Elohim, orang tua akan membesarkan anak ini supaya mereka bertumbuh untuk mengenal Kristus secara pribadi. Untuk tujuan inilah maka mereka membawa anak-anak kecil kepada Yesus. Ketika orang tua menyerahkan (mendedikasikan) anak mereka dalam tubuh-Nya, Kristus merangkul anak kecil ini dan memberkatinya kepada nama dan identitas yang ditentukan bagi mereka.52 Iman orang tua Kristen adalah bahwa anak ini akan terus bertumbuh dan menjadi dewasa sebagai seorang anak Elohim. Seperti nabi Samuel, mereka akan mengenal suara Bapa, Anak dan Roh Kudus pada masa kanak-kanak mereka.53 Mereka akan bertumbuh untuk mengenal Elohim dalam suatu cara yang pribadi dan mendalam. Pada waktunya, setelah menerima berkat Kristus dan terus bertumbuh dalam Tuhan, Kristus akan memberikan Roh Kudus kepada mereka, memberikan mereka karunia-karunia kuasa untuk hidup dan berfungsi sebagai anggota-anggota tubuh Kristus. Sementara 51 1Taw 29:14 Mrk 10:14‑16 53 1Sam 3:10 52 113 kesadaran mereka akan hal-hal yang berasal dari Roh muncul, anak-anak itu sendiri akan meresponi inisiatif Bapa, Anak dan Roh Kudus terhadap mereka. Ini artinya bahwa mereka akan rindu untuk dibaptis sebagai suatu partisipasi pribadi dalam kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus dan segala sesuatu yang berarti untuk mereka bisa menangkap janji-janji Elohim. Bertumbuh sebagai seorang anak Elohim Ketika anak-anak kita dewasa secara fisik, benih hidup Elohim seharusnya bertumbuh di dalam mereka. Kesadaran dan pengertian mereka akan hal-hal yang berasal dari Roh, dan ekspresi dari kodrat ilahi, harus menjadi setara dengan kedewasaan alamiah mereka. Sebagaimana Paulus memberi kesaksian mengenai hidupnya sendiri, mereka tidak akan sempurna, tetapi harus mencapai suatu tingkat kedewasaan status anak yang ‘sempurna’ untuk usia dan tahapan kehidupan mereka.54 Budaya rumah tangga kita pasti memiliki suatu dampak atas kekuatan kodrat ilahi yang bertumbuh di dalam mereka. Dalam hal ini, kita menyadari bahwa bekerjanya hukum dalam rumah kita dan berkembangnya budaya alternatif duniawi, akan memiliki suatu dampak atas pertumbuhan dan berbuahnya status anak dari anak-anak kita. Kristus menggambarkan hidup-Nya sebagai ‘Terang dunia’.55 Ketika hidup-Nya bertumbuh di dalam anak-anak kita, terang iluminasi mengenai status anak mereka juga akan bertumbuh di dalam mereka. Oleh karena itu, sebagaimana fakta bahwa mereka dilahirkan ke dalam Perjanjian Baru, anak-anak kita tidak mengalami suatu ‘masa pertobatan’. Sebaliknya, mereka harus bertumbuh dalam keyakinan akan keselamatan mereka. Ketika status anak mereka dipelihara, mereka akan bertumbuh dalam pengetahuan akan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ini bukanlah suatu pengetahuan konseptual mengenai Elohim, tetapi lebih kepada suatu hubungan yang mendalam dengan setiap Pribadi ke-Elohiman. Banyak ide teologi yang telah kita pelihara sehubungan dengan keselamatan anak-anak dan pentingnya suatu pertobatan (perubahan) berdasarkan hukum telah ditimpakan atas mereka. Pada kenyataannya, harapan-harapan ini tidak berbeda dengan harapan-harapan para murid yang menjauhkan anak-anak dari Kristus. Yesus sangat tidak senang dengan murid-murid karena hal ini. Dia berkata kepada mereka, ‘Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Elohim. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Elohim seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.’56 Pada berbagai masa di sepanjang kehidupan mereka, anak-anak kita akan memiliki pertemuanpertemuan khusus dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tidak diragukan, pertemuan-pertemuan ini akan menjadi pengalaman khusus yang ditandai dengan sukacita dan antusiasme yang besar. Anakanak kita akan bertumbuh untuk mengenal suara Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan inisiatif spesifik dari setiap Pribadi terhadap mereka sebagai anak-anak Elohim. Selain itu, Roh Kudus akan memberi kesaksian bersama dengan roh mereka bahwa mereka telah dilahirkan dari Elohim. 57 Sebagai orang 54 Flp 3:12,15 Yoh 8:12 56 Mrk 10:14‑15 57 Rm 8:16‑17 55 114 tua, kita bisa mengajarkan anak kita tentang Elohim dan mendorong mereka untuk merindukan hubungan ini. Dalam hal ini, kita ingat kesaksian Paulus yang mengatakan bahwa dia menganggap segala sesuatu rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhannya, lebih mulia daripada semuanya.58 Tanah berbatu-batu Orang tua Kristen akan menjadi orang pertama yang menyadari bahwa anak-anak mereka tidak sempurna sama sekali. Mengapa anak-anak kita berdosa, meskipun mereka telah dilahirkan merdeka dari perbudakan dosa? Seorang budak dosa adalah seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apapun selain dari dosa. Setiap tindakan dan pemikiran mereka dimotivasi oleh keinginan mereka sendiri dan tidak terhubung dengan apa yang tertulis tentang mereka dalam kitab kehidupan. Akan tetapi, anak-anak yang dilahirkan ke dalam perjanjian tidak terputus dengan firman mengenai nama mereka. Sebaliknya, mereka dilahirkan dengan pilihan-pilihan dan kemampuan untuk menujukan pikiran mereka kepada hal-hal yang dari atas atau hal-hal yang dari bumi.59 Namun, sama seperti Paulus, mereka memiliki ‘hukum yang lain’ dalam diri mereka.60 Hukum dalam anggota-anggota tubuh mereka ini adalah kecenderungan di dalam mereka untuk dosa. Paulus mengatakan bahwa jika hukum ini tidak ditangani dalam kehidupan seseorang, maka hukum itu berperang menentang hukum akal budi (pikiran) mereka, dan membuat mereka menjadi tawanan hukum dosa. Perumpamaan tentang penabur dan benih akan membantu pengertian kita. Hukum yang lain dalam anggota-anggota tubuh kita dapat disamakan dengan hati yang berbatu-batu. Anak-anak kita dilahirkan dengan benih kodrat ilahi yang telah bertunas. Akan tetapi, mereka dilahirkan seperti tanah yang berbatu-batu; artinya, mereka masih memiliki ‘hukum yang lain’ dalam anggota-anggota tubuh mereka. Tanpa batu-batu hukum ini disingkirkan dari kehidupan mereka, benih hidup ilahi yang telah bertunas ini dapat mati. Demikian juga, benih-benih lain dapat ditanamkan dalam tanah kehidupan mereka dan menghimpit benih kodrat ilahi. Yesus menyebut benih-benih lain ini ‘kekuatiran dunia’ dan ‘tipu daya kekayaan’.61 Belajar ketaatan Rasul Paulus menuliskan secara spesifik kepada anak-anak Kristen, menginstruksikan mereka untuk menaati orang tua mereka ‘dalam Tuhan’. Dia menjelaskan bahwa ketika mereka taat kepada orang tua mereka dan menghormati mereka, janji akan status anak tetap menjadi milik mereka.62 Akan tetapi, ini artinya bahwa ketidaktaatan mereka yang terus-menerus pasti akan berdampak atas status anak mereka. Seperti yang kita perhatikan sebelumnya, anak kita dilahirkan dengan pilihan untuk menujukan pikiran mereka pada hal-hal yang berasal dari Roh atau pada hal-hal yang berasal dari daging.63 58 Flp 3:8 Kol 3:2 60 Rm 7:23 61 Mat 13:22 62 Ef 6:1‑3 63 Rm 8:5 59 115 Dengan membiarkan mereka pada pikirannya sendiri, anak-anak kita yang dimotivasi oleh hukum yang lain dalam anggota-anggota tubuh mereka, akan memilih untuk mengejar keinginan daging mereka. Bukannya bertumbuh kuat sebagai anak-anak Elohim yang rohani, mereka malah akan bertumbuh menjadi duniawi. Inilah mengapa, setelah menasehati anak-anak supaya mereka taat, instruksi Paulus berikutnya adalah kepada orang tua untuk membesarkan anak-anak mereka dalam pemeliharaan dan nasehat Tuhan. Paulus berbicara kepada kepala-kepala dari rumah dengan nasehat, ‘Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran [pemeliharaan] dan nasehat Tuhan’. 64 Dalam ayat ini, Paulus membandingkan dua pendekatan untuk membesarkan anak-anak. Pendekatan yang satu akan membangkitkan amarah (murka), sedangkan pendekatan yang lain adalah ‘dari Tuhan’. Membangkitkan amarah Membangkitkan anak-anak kita kepada amarah (murka) bukanlah pertama-tama merujuk kepada contoh-contoh spesifik dari keterlibatan orang tua yang membuat anak-anak bereaksi terhadap orang tua atau menjadi frustrasi. Tetapi, ini berbicara tentang pendekatan dalam membesarkan anak-anak yang membuat mereka bertumbuh menjadi tidak berbeda dari orang-orang yang, secara alami, merupakan orang-orang (anak-anak) yang dimurkai.65 Implikasinya adalah anak-anak yang tidak dilahirkan ‘dari murka’ dapat menjadi seperti anak-anak yang dimurkai, sebagai suatu akibat dari pendekatan pola asuh tertentu. Ada banyak contoh dari model-model pola asuh ini yang dapat membangkitkan anak-anak kepada amarah (murka). Sebagai contoh: menahan disiplin dari anak-anak karena rasa takut akan harapan-harapan dan reaksi-reaksi duniawi. Beberapa orang bahkan memilih untuk mengadopsi pendekatan duniawi untuk membesarkan anak-anak, yang pada dasarnya menghindari ajaran ‘tidak’ dan ‘ya’ dari salib. bereaksi terhadap perilaku anak-anak ketika mereka melanggar hukum-hukum kita sendiri. Ini tidak akan melepaskan anak-anak kita dari hukum sebagai dasar untuk hidup. Malahan, hukum akan ditegakkan sebagai dasar hidup dalam rumah kita. investasi yang berlebihan dan dikendalikan oleh rasa takut dalam budaya dan kesejahteraan anak-anak di masa depan. kebingungan terhadap budaya-budaya duniawi yang memperoleh daya tarik dalam rumah kita melalui berbagai bentuk media dan kegiatan rumah tangga. Pemeliharaan dan nasehat Berlawanan dengan hal itu, ketika orang tua Kristen terhubung kepada aturan kekepalaan, mereka dapat menerima kapasitas dari Elohim untuk membesarkan anak-anak mereka dalam pemeliharaan dan nasehat Tuhan. 66 Terjemahan lain dari Alkitab menggambarkan model pola asuh ini sebagai ‘disiplin dan instruksi Tuhan’. Hal pertama untuk diperhatikan tentang pemeliharaan dan nasehat 64 Ef 6:4 Ef 2:3 66 Ef 6:4 65 116 adalah bahwa hal itu ‘dari Tuhan’. Ini merupakan inisiatif dari Elohim Sendiri terhadap ‘benih ilahi’ untuk membawa mereka kepada kepenuhan penentuan mereka sejak semula sebagai anak-anak Elohim. Elohim telah memberikan orang tua hak istimewa dan tanggung jawab akan pekerjaan ini. Akan tetapi, hanya oleh kasih karunia dan kapasitas yang datang dari Dia-lah maka mereka dapat membesarkan anak-anak dengan cara ini. Kata yang Paulus gunakan untuk ‘membesarkan’ dalam bagian ini dapat diterjemahkan sama dengan ‘memelihara’. Memelihara anak-anak kita adalah memberi makan dan mengusahakan pertumbuhan status anak mereka melalui pemeliharaan dan nasehat. Kita akan memberi mereka makan dengan firman perjanjian yang kita terima. Akan tetapi, kita juga akan mengizinkan firman Elohim untuk menetapkan budaya rumah kita supaya kondisi-kondisi di mana anak kita hidup dan bertumbuh sesuai dengan apa yang kita ajarkan dan ‘beri makanan’ kepada mereka. Kata Yunani untuk ‘memelihara’ menyatakan gagasan ‘pelatihan seumur hidup’ dari seorang anak. Orang tua harus menyadari bahwa anak mereka memiliki suatu identitas dan sebuah nama, dan telah menerima benih kodrat ilahi. Dengan pengertian ini, pelatihan orang tua adalah suatu investasi dalam realisasi penuh dari status anak seorang individu. Orang tua akan mengajarkan anak-anak tentang Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan bagaimana mereka harus hidup sebagai anak-anak Elohim. Anak-anak harus bertumbuh, seperti Yesus, mengenal rumah Elohim Bapa, dan bahwa Dia memiliki pekerjaan yang harus mereka genapi sebagai anak laki-laki dan anak perempuan-Nya. 67 Sehubungan dengan memelihara anak-anak, Raja Salomo menulis, ‘Didiklah orang muda (anak kecil) menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu’.68 ‘Nasehat’ juga memiliki aplikasi yang luas. Kata yang Paulus gunakan untuk ‘nasehat’ mengandung arti ‘menempatkan pikiran secara tepat’. Sudut pandang anak-anak kita seharusnya pada hal-hal yang berasal dari Roh, bukan pada hal-hal daging. Ini memerlukan pelatihan. Dimensi pemeliharaan anak-anak kita ini mencakup aplikasi dari disiplin dalam kehidupan mereka supaya mereka diarahkan menjauh dari ketidaktaatan yang dimotivasi oleh hukum yang lain dalam mereka. Disiplin merupakan aplikasi dari ‘tidak’ dan ‘ya’ salib Kristus dalam hidup seorang anak, dengan kapasitas kasih karunia yang datang dari Elohim Bapa. Disiplin ini adalah contoh hubungan pertama seorang anak kecil dengan ‘sunat yang bukan dilakukan oleh manusia’.69 Seperti yang kita perhatikan sebelumnya dalam buku ini, sunat Kristus adalah proses yang melaluinya kecenderungan terhadap dosa dihapuskan dari kehidupan kita. Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus menulis, ‘Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup’. 70 Prinsip ini dapat diaplikasikan pada budaya-budaya keluarga kita dan kehidupan anak-anak kita. Jika kita hidup secara duniawi sebagai keluarga Kristen, anak-anak kita akan mati secara rohani. Akan tetapi, jika kita berdiri sebagai pewaris bersama dari kasih karunia kehidupan, dan 67 Luk 2:49 Ams 22:6 69 Kol 2:11 70 Rm 8:13 68 117 membesarkan anak-anak kita dalam pemeliharaan dan nasehat Tuhan, mereka tidak akan menyimpang darinya ketika mereka tua. Menerima ‘roh adopsi’ Apa yang seharusnya menjadi dampak dari pemeliharaan dan nasehat atas anak-anak kita? Karena kapasitas untuk pemeliharaan ini berasal dari Elohim, mereka seharusnya menerima kasih karunia untuk kehidupan mereka dari Elohim. Kasih karunia ini dari Bapa, dan akan memiliki dampak yang sama atas anak kita seperti dampak pengasihan dan permohonan atas seorang percaya baru. Anakanak kita akan mulai menunjukkan ‘roh adopsi’. Ini adalah sikap dan motivasi yang bertumbuh di dalam mereka untuk berbalik dari jalan mereka sendiri dan memiliki keseluruhan penentuan mereka sejak semula. Roh adopsi memotivasi mereka kepada pencapaian progresif dari status anak mereka, memimpin kepada kepemilikan akan suatu tubuh yang kekal untuk langit dan bumi yang baru.71 Roh adopsi datang kepada seorang anak dari Bapa. Dengan roh itu mereka mulai berseru kepada Elohim untuk mengenal Dia dalam cara yang mendalam dan lebih pribadi.72 Mereka telah menerima benih kodrat ilahi dan akan mengekspresikan kasih dan penyerahan diri mereka kepada Bapa dalam suatu sikap yang sesuai dengan usia mereka. Ini adalah seruan ‘Abba! Bapa!’ yang dimotivasi oleh Roh Anak di dalam mereka. Seruan ‘Abba! Bapa!’ yang dimotivasi oleh roh adopsi, adalah keinginan untuk terus bertumbuh dan berjalan dalam jalan status anak yang Dia miliki bagi mereka. Dalam meresponi kerinduan anak-anak kita untuk bertumbuh dalam status anak mereka, Bapa dan Anak akan mengirimkan Roh Kudus kepada mereka. Anak kita, meskipun masih berusia empat dan lima tahun, dapat menerima baptisan Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa lidah (bahasa roh). Mereka sedang diperlengkapi dengan kuasa dan karunia-karunia untuk berfungsi sebagai anggotaanggota tubuh Kristus. Kita harus mendorong anak kita untuk mencari baptisan dalam Roh Kudus. Dan ketika mereka bertumbuh dalam Roh, kita dapat mengajar dan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam pelayanan Roh pada pertemuan perjamuan kudus kita. Baptisan anak-anak Ketika anak-anak Kristen bertumbuh dalam pengetahuan mereka akan Tuhan dan terus dimotivasi oleh roh adopsi, mereka akan rindu untuk dibaptis ke dalam Kristus. Ini pasti terjadi untuk anak-anak yang telah dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini karena Dia menuntun mereka ke dalam kepenuhan dari status anak mereka, yang hanya dapat diekspresikan ketika mereka adalah anggota-anggota tertentu dari tubuh Kristus.73 Meskipun anak-anak kita dilahirkan dalam kepemilikan akan kodrat ilahi, penting untuk menyadari bahwa mereka dilahirkan fana dan bersifat daging. Kita telah mengakui bahwa mereka memiliki kecenderungan terhadap dosa. Baptisan itu penting karena ini merupakan cara yang olehnya setiap orang disatukan kepada kematian Yesus Kristus.74 Hanya ketika kita disatukan kepada kematian dan penderitaan salib Kristus maka kita dapat dilepaskan dari hukum yang lain dan kecenderungannya 71 Rm 8:23. 1Kor 15:53‑58 Rm 8:15 73 1Kor 12:27 74 Rm 6:3‑6 72 118 terhadap dosa; untuk berjalan dalam kuasa hidup kebangkitan di tengah-tengah penderitaan; dan mengenakan keimamatan Kristus pada diri kita sendiri sebagai suatu korban yang hidup. Anak-anak kita harus memahami, dan akan menyadari, kecenderungan mereka terhadap dosa dan kebutuhan mereka untuk mempelajari ketaatan. Tentu saja, orang tua Kristen akan mengajarkan ketaatan kepada mereka melalui pemeliharaan dan nasehat Tuhan. Tetapi kerinduan seorang anak untuk dibaptis akan menunjukkan iman mereka sendiri untuk berpartisipasi dalam kematian Kristus dan pertumbuhan kesadaran dan pengertian mereka akan implikasi-implikasinya bagi kehidupan mereka. Orang tua perlu untuk terus membesarkan anak-anak mereka dalam pemeliharaan dan nasehat Tuhan, tetapi mereka dapat memanggil anak-anak mereka kepada iman baptisan mereka dalam meresponi disiplin dan instruksi ini, dan penderitaan yang akan mereka alami hari demi hari. 119