indikasi belum siapnya pemerintah kabupaten / kota

advertisement
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
INDIKASI BELUM SIAPNYA PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA
DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN PENGELOLAAN
AIR TANAH
(STUDI KASUS DI KABUPATEN GOWA, SULAWESI SELATAN)
Puji Pratiknyo.
Jurusan Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
ABSTRACT
Since implementation of territory autonomy law 1999, on role in
decentralization foundation have been formed and composed province territory,
regency territory and town teritorry which have an authority to arrange locally
citizens needed based on citizens aspirations.
To groundwater management should be based on a groundwater basin
region and subsurface water management in an region handled by
bupati/walikota. Management of groundwater basin which its spread crossing
provinces or districts/towns is handled by governor or bupati/walikota base on
agreement bupati/walikota with coordination supported and facilitated of
governor.
Kabupaten/kota must prepare
human resources to groundwater
management appropriate with field will be handled. Unpreparation in human
resources to groundwater management will be affected in decreases of
groundwater quality.
In Gowa regency, the preparation in human resources to groundwater
management is not yet ready, its indicated by no person which master in
groundwater science and uncorrected the technically content of groundwater
drilling permit letter.
Sari
Sejak diimplementasikannya Undang Undang otonomi daerah Tahun 1999
dalam rangka pelaksanaan azas desentralisai, maka dibentuk dan disusunlah
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pengelolaan air tanah harus berlandaskan pada satuan wilayah cekungan
air bawah tanah dan pengelolaan air bawah tanah yang berada dalam satu
wilayah kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota. Pengelolaan cekungan
air bawah tanah yang melintasi wilayah provinsi atau kabupaten/kota ditetapkan
oleh masing-masing gubernur atau bupati/walikota berdasarkan kesepakatan
bupati/walikota yang bersangkutan dengan dukungan koordinasi dan fasilitasi
dari gubernur.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
Semestinya daerah kabupaten/kota mempersiapkan sumber daya
manusia dalam upaya pengelolaan air tanah sesuai dengan bidang keahlian
yang ditanganinya. Ketidaksiapan sumber daya manusia dalam pengelolaan air
bawah tanah akan berdampak pada penurunan mutu air tanah.
Di kabupaten Gowa, belum siapnya sumber daya manusia dalam
pengelolaan air bawah tanah diindikasikan dengan tidak adanya tenaga ahli di
bidang air tanah dan isi Surat Izin Melakukan Pengeboran Air Tanah yang
secara teknis tidak tepat.
Pendahuluan
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah Tahun 1999,
pemerintah daerah pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota mulai berbenah
menyesuaikan diri dengan apa yang tersirat dalam undang-undang tersebut
demi tercapainya maksud dan tujuan pemerintah dalam menyelenggarakan
pemerintahan.
Selain diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah Tahun 1999,
pemerintah juga menerbitkan undang-undang atau peraturan sebagai
kelanjutannya untuk memberikan kesamaan persepsi dan langkah yang lebih
rinci mengenai apa yang ada pada Undang-Undang Otonomi Daerah Tahun
1999. Akibatnya, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh pemerintah daerah
baik daerah provinsi maupun daerah kabupaten/kota dalam rangka
mengimplementasikan undang-undang maupun peraturan tersebut.
Salah satu peraturan pemerintah yang merupakan kelanjutan dari
Undang- Undang Otonomi Daerah Tahun 1999 adalah Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang air tanah. Dalam peraturan
pemerintah tersebut, pada pasal 6 ayat (5) disebutkan bahwa bupati/walikota
menyusun dan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan air tanah
kabupaten/kota dengan mengacu pada kebijakan teknis pengelolaan air tanah
provinsi dan berpedoman pada kebijakan pengelolaan sumber daya air pada
tingkat kabupaten/kota.
Dalam rangka melaksankan undang-undang dan peraturan pemerintah
tersebut, pemerintah daerah kabupaten/kota tentunya melakukan langkah
persiapan. Persiapan tersebut membutuhkan berbagai upaya untuk melengkapi
sarana dan prasarana yang bertujuan melancarkan jalannya proses pengelolaan
air tanah yang sesuai dengan undang-undang ataupun peraturan pemerintah
yang telah diberlakukan.
Oleh karena keterbasan waktu, tentunya banyak hal yang belum bisa
dipersiapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk mewujudkan
pengelolaan air tanah yang sesuai dengan undang-undang ataupun peraturan
pemerintah yang berlaku. Melakukan penelitian tentang kesiapan pemerintah
daerah kabupaten/kota dinilai perlu dalam melaksanakan undang-undang dan
peraturan pemerintah pusat dalam pengelolaan air tanah.
Alasan kenapa Kabupaten Gowa dijadikan sebagai daerah penelitian
adalah bahwa Kabupaten Gowa merupakan salah satu daerah kabupaten yang
ada di Provinsi Selawesi Selatan, yang merupakan salah satu provinsi andalan di
bidang pertanian. Di mana kebutuhan akan air di wilayah tersebut sangat tinggi
untuk keperluan air minum dan irigasi. Oleh karena itu, pengelolaan air tanah
semestinya sedini mungkin dilaksanakan di kabupaten ini demi terjaminnya
kelangsungan kehidupan manusia dan peningkatan produksi di bidang pertanian.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
Untuk dapat turut membantu pelakasanaan undang-undang dan peraturan
pemerintah, perlu diketahui kendala apa saja yang ada di lapangan yang
menunjukkan bahwa Kabupaten Gowa telah atau belum siap melaksanakan
undang-undang dan peraturan pemerintah tentang pengelolaan air tanah
sehingga dapat dilakukan langkah konkrit dalam penyelesaiannya.
Tinjauan Pustaka
Undang-Undang Otonomi Daerah Tahun 1999 telah diterbikan dan
disebarluaskan untuk diimplementasikan di semua wilayah Negara Republik
Indonesia pada tingkat
Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah
kabupaten/kota. Undang-undang Otonomi Daerah Tahun 1999 berisikan 3
undang-undang yaitu:
a. UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
b. UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
c. UU Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih dan Bebas Dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme.
Dalam UU Nomor 22 tahun 1999 bab IV pasal 7 ayat (2) tersirat bahwa
kewenangan daerah antara lain menyangkut tentang pembinaan dan
pemberdayaan sumber daya manusia, pemberdayaan sumber daya alam, dan
konservasi.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451
K/10/MEM/2000 adalah tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Dalam keputusan
menteri antara lain dibahas tentang Asas dan Landasan Pengelolaan Air Tanah,
Pengelolaan Air Tanah serta Pedoman Teknisnya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 adalah
tentang Air Tanah. Dalam peraturan ini, dibahas antara lain tentang Landasan
Pengelolaan Air Tanah, Pengelolaan Air Tanah, Perizinan, dan Sistem Informasi
Air Tanah.
Geologi Lembar Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, dibuat oleh Rab
Sukamto (1990), diterbitkan oleh Departemen Pertambangan dan Energi
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi. Pada peta tersebut, digambarkan kondisi geologi
daerah Sulawesi Selatan, antara lain batuan penyusun, nama formasinya,
stratigrafi serta struktur geologinya.
Peta Cekungan Air Tanah Indonesia, Lembar VIII-Makassar dan Sebagian
Lembar IV Manado berskala 1:1.000.000, dibuat oleh Haryadi Tirtomihardjo dan
Hendri Setiadi, di terbitkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
Direktorat Jenederal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Tata
Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan. Pada peta tersebut
digambarkan cekungan air tanah yang ada di Pulau Sulawesi, baik wilayahnya
serta potensi air tanahnya.
Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan harapan maka
metode yang penulis anggap tepat diterapkan adalah dengan melakukan tahap
penelitian sebagai berikut:
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
a. Studi pustaka untuk mengetahui kondisi secara umum Kabupaten Gowa,
baik kondisi administrasi, geologi dan hidrogeologinya, khususnya
cekungan air tanahnya.
b. Penelitian lapangan dengan melakukan kunjungan ke instansi yang terkait
dengan bidang pengelolaan air tanah untuk melakukan wawancara
dengan aparat yang membidangi pengelolaan air tanah dan masyarakat
pengguna air tanah serta mengambil data yang terkait dengan
pengelolaan air tanah,
c. Melakukan analisa terhadap hasil studi pustaka dan penelitian di lapangan
serta menarik kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Kabupaten Gowa terletak di sebelah tenggara Kodya Ujung Pandang.
Kabupaten ini termasuk dalam wilayah bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan
yang berdasarkann topografinya, di wilayah ini membentang pegunungan
vulkanik dan perbukitan denudasional. Lereng yang mendominasi di daerah ini
adalah 25-40% dengan ketinggian di atas 300 m dpal dan lereng 15-25% dengan
ketinggian di atas 100 m dpal. (Gambar 1: Peta Administrasi Provinsi Sulawesi
Selatan).
Gunung yang ada di Kabupaten ini adalah Gunung Lompobattang dengan
ketinggian 2871 meter dpal. Sungai yang mengalir antara lain Sungai Tangka,
Sungai Tamanroya, Sungai Allo, Sungai Pappo, Sungai Jeneberang, dan Sungai
Biringkapang. Sungai-sungai tersebut sebagian besar mengalir ke Selat
Makasar.
Batuan penyusun yang dominan di Kabupaten Gowa berupa batuan
gunung api yang bersifat menengah dan basa. Batuan ini terdiri dari breksi
volkanik, lava, lava bantal, tuf, konglomerat berselingan dengan sedimen laut
dan batugamping.
Air tanah Kabupaten Gowa ada dalam cekungan air tanah Gowa dengan
jumlah imbuhan air tanah bebas sebanyak 332 juta meter kubik per tahun dan
jumlah air tanah tertekan sebanyak 2 juta meter kubik per tahun (Gambar 2: Peta
Cekungan Air Tanah Provinsi Sulawesi Selatan).
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
Gambar 1. Peta Adminstrasi Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 2. Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasil penelitian di lapangan melalui wawancara terhadap aparat instansi
pengelola air tanah di daerah pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota serta dengan melihat dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh
pemerintah kabupaten / kota menunjukkan adanya data sebagai berikut:
1. Masih ada kontroversi pembagian kewenangan dalam pengelolaan air
tanah antara Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan kewenangan
Pemerintah Daerah Provinsi. Hal ini dikarenakan aturan yang ada secara
substansial masih lemah, sehingga seakan-akan terjadi perebutan
kewenangan pengelolaan air tanah antara Pemerintah Daerah Kabupaten
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2. Belum ada sumber daya manusia yang menangani bidang pengelolaan air
tanah yang dinilai mempunyai latar belakang ilmu kebumian khususnya
ilmu air tanah. Sumber daya manusia yang menangani pengelolaan air
tanah dilakukan oleh tenaga dengan latar belakang pendidikan sosial yang
relatif tidak mengetahui ilmu air tanah.
3. Belum tepatnya substansi teknis isi Surat Izin Pengeboran Air Tanah yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Gowa (Gambar 3, 4, 5,
dan 6: foto Surat Izin Pengeboran Air Tanah). Dalam Surat Izin
Pengeboran Air Tanah tertulis bahwa total kedalaman konstruksi sumur
lebih besar dari kedalaman rencana sumurnya. Hal tersebut menunjukkan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
bahwa pemberi izin belum memahami masalah air tanah dan konstruksi
sumur pemboran air tanah. Seharusnya total rencana kedalaman sumur
harus sama dengan total rencana kedalaman konstruksinya.
Gambar 3. Foto surat izin pengeboran air tanah. Kedalaman konstruksi
(150 meter) lebih besar dari pada rencana kedalaman sumur (100 meter)
Gambar 4 : Foto surat izin pengeboran air tanah. Kedalaman konstruksi
(150 meter) lebih besar dari pada rencana kedalaman sumur (100 meter)
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
Gambar 5. Foto surat izin pengeboran air tanah. Kedalaman konstruksi
(240 meter) lebih besar dari pada rencana kedalaman sumur (160 meter)
Gambar 6. Foto surat izin pengeboran air tanah. Kedalaman konstruksi
(150 meter) lebih besar dari pada rencana kedalaman sumur (100 meter)
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan adanya indikasi
bahwa Pemerintah Kabupaten Gowa belum siap melaksanakan undang-undang
dan peraturan pemerintah tentang pengelolaan air tanah secara menyeluruh,
indikasi tersebut antara lain diketahui dengan kenyataan di lapangan bahwa:

Pemerintah daerah belum melakukan pengadaan sumber daya manusia
yang mempunyai latar belekang pendidikan yang sesuai untuk menangani
pengelolaan air tanah di daerahnya.

Materi Surat Izin Pengeboran Air Tanah yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah kabupaten secara substansi teknis salah dan tidak mungkin dapat
dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Anonim. 1999. Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Jakarta: Sejahtera
Mandiri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2000. Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Pengelolaan Air
Bawah Tanah.
Presiden Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 3, No. 2, Juli 2010
Sukamto, Rab. 1990. Geologi Lembar Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.
Departemen Pertambangan dan Energi Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumberdaya Mineral,Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Tirtomihardjo, Haryadi dan Setiadi, Hendri. Peta Cekungan Air Tanah Indonesia,
Lembar VIII-Makassar dan Sebagian Lembar IV Manado, Skala 1:1.000.000.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenederal Geologi dan
Sumber Daya Mineral, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan.
Download