inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah - acch-kpk

advertisement
INOVASI LAYANAN KESEHATAN
DI PEMERINTAH DAERAH
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
Jaminan Asuransi Jembrana, Puskesmas Pahandut, RSUD Dr. Soedono
Komisi Pemberantasan Korupsi
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
2008
Komisi Pemberantasan Korupsi
Deputi Pencegahan
Direktorat penelitian dan Pengembangan
INOVASI LAYANAN KESEHATAN
DI PEMERINTAH DAERAH
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
Jaminan Asuransi Jembrana, Puskesmas Pahandut, RSUD Dr. Soedono
Tim Penyusun :
Doni Muhardiansyah
R. Eric J. Rachman
Aida Ratna Zulaiha
Dian Patria
I Gusti Ayu Nyoman Lia Oktirani
Didik Mulyanto
Roady Robby
Ruth Silvia
Diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
Jakarta, November 2008
ISBN
www. kpk.go.id
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 jakarta Selatan – Indonesia
Telp. (021) 25578300
Fax. (021)52892448
Abstraksi
Kondisi pelayanan publik disektor kesehatan masih dapat dikatakan belum
memuaskan.
Penyediaan
pelayanan
kesehatan
sampai
saat
ini
belum
menjangkau semua lapisan masyarakat. Dengan otonomi daerah sudah
sepatutnya pemerintah pusat dan daerah lebih memperhatikan kualitas
pelayanan kesehatannya.
Meskipun
begitu
melaksanakan
beberapa
praktek
tata
kabupaten,
kelola
kota
maupun
pemerintahan
yang
provinsi
baik
telah
disektor
kesehatan. Praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik ini secara
nyata telah memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan menciptakan masyarakat lebih baik.
Komisi Pemberantasan Korupsi sesuai dengan kewenangannya berperan
sebagai trigger mechanism, turut menularkan praktek-praktek tata kelola
pemerintahan yang baik yang sukses di suatu daerah ke daerah lainnya
sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.
Studi
inovasi
pelaksanaan
layanan
tata
kesehatan
kelola
di
pemerintahan
pemerintah
yang
daerah
baik,
dalam
dilakukan
rangka
Direktorat
Penelitian & Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tiga daerah
,yaitu: Kabupaten Jembrana, Puskemas Pahandut Kota Palangkaraya dan
RSUD Dr.Soedono Provinsi Jawa Timur. Pemilihan daerah dilakukan secara
purposive
dimana
terdapat
keberhasilan
pelaksanaan
tata
kelola
pemerintahan yang baik di bidang kesehatan pada daerah-daerah tersebut.
Studi ini selain memotret keadaan layanan kesehatan yang baik di ke-tiga
daerah
tersebut,
juga
memberikan
gambaran
dampak
dari
adanya
peningkatan kualitas layanan yang ada. Dampak yang timbul terutama
muncul dari masyarakat itu sendiri. Dampak-dampak ini pula yang akan
nantinya akan diharapkan dapat mendorong kemajuan pelayanan publik di
daerahnya masing-masing maupun di Indonesia pada umumnya.
Kata Sambutan
Peraturan perundang-undangan tentang otonomi daerah yang diikuti oleh
pelbagai regulasi telah memberikan harapan kepada pemerintah daerah
untuk
membawa
perubahan
yang
berarti
masyarakat.
bagi
Proses
pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk melaksanakan pembangunan
yang berkeadilan dan mampu meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat
ke tingkat yang lebih baik serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Oleh
karena
itu
pelaksanaan
otonomi
daerah
perlu
disertai
dengan
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik.
Penggalakan
pelaksanaan
tata
kelola
pemerintahan
yang
baik
(good
governance) di segala sektor menjadi topik yang terus didengungkan di
Tanah Air. Setiap tingkat pemerintahan, baik itu pemerintahan pusat maupun
pemerintahan daerah dituntut untuk melakukan perubahan dan perbaikan
mutu pelayanannya. Oleh karena itu segenap jajaran birokrasi dituntut untuk
mewujudkan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel baik dari sisi
waktu, biaya, maupun persyaratannya.
Perubahan dan perbaikan mutu layanan publik sebagai wujud tata kelola
pemerintahan yang baik merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Implementasi tata kelola pemerintahan
yang baik tidak akan terlepas dari upaya kelembagaan menetapkan visi dan
misinya,
memberikan
menciptakan
penghargaan
pertanggungjawaban
dan
sanksi
organisasi
kinerja
organisasi,
pemerintah
terhadap
atas
masyarakat, membuka ruang bagi pegawai untuk menyampaikan pendapat,
serta mendorong perubahan perilaku dan cara berpikir untuk melakukan
inovasi yang berorientasi pada masyarakat.
Pendekatan yang digunakan oleh daerah dalam menerapkan tata kelola
pemerintahan yang baik tidaklah sama, namun demikian diharapkan tetap
berorientasi
pada
peningkatan
kualitas
layanan
dan
perbaikan
sistem
manajemen pemerintahan. Salah satu layanan publik yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat adalah kesehatan. Kebijakan pembangunan
kesehatan sudah sewajarnya menjadi perhatian utama pemerintah pusat
maupun daerah. Mengingat kualitas kesehatan akan sangat mendukung
terciptanya kualitas sumber daya manusia yang unggul untuk membangun
negara.
Beberapa daerah telah mempraktekan tata kelola pemerintahan yang baik di
bidang kesehatan. Praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik ini
secara
nyata
telah memberikan manfaat yang cukup
signifikan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Dengan
penyusunan
Pemerintah
buku
Daerah
Pemerintahan
Yang
Studi
Dalam
Baik
Inovasi
Rangka
ini
Layanan
Pelaksanaan
diharapkan
dapat
Kesehatan
Tata
di
Kelola
menyebarluaskan
pelaksanaan praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik yang telah
berjalan
sukses
di
suatu
daerah
ke
daerah
lainnya
sesuai
dengan
karakteristik masing-masing daerah. Dengan demikian salah satu amanah
dari masyarakat akan dapat diselenggarakan dengan baik oleh Pemerintah
yakni terwujudnya masyarakat yang sehat dan cerdas.
Jakarta,
November 2008
Pimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi
Kata Pengantar
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa
buku Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah Dalam Rangka
Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik telah berhasil diselesaikan oleh Tim
Peneliti di Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Penyusunan studi ini dilakukan melalui observasi lapangan pada daerah terpilih,
yaitu:
Kabupaten Jembrana melalui program Jaminan Kesehatan Jembrana, Kota
Palangka Raya melalui Puskemas Pahandut dan Provinsi Jawa Timur melalui RSUD
Dr. Soedono.
Studi
ini
dilakukan
melalui
pendekatan
deskriptif
komparatif.
Informasi
yang
diperoleh terdiri dari sejarah pendirian, regulasi, jenis layanan, sarana prasarana
pendukung kegiatan dan inovasi pengembangan layanan kesehatan serta manfaat
yang dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah daerah atas keberadaan lembaga
layanan kesehatan.
Hasil studi terhadap kondisi pelayanan kesehatan di tiga daerah ini, diharapkan
dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi pemerintah daerah lainnya. Hal utama
yang ingin dicapai antara lain agar pemerintah daerah dapat mengimplementasikan
inovasi layanannya sebagaimana yang dipraktekkan di daerah terpilih yang cukup
berhasil dalam meningkatkan kualitas
layanan publik di sektor kesehatan. Selain itu,
diharapkan pula pemerintah daerah lainnya dapat mengimplementasikan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) dalam rangka meningkatkan kualitas
layanan publik serta memacu tumbuh kembangnya aktivitas ekonomi di wilayahnya.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan maupun kontribusi data dalam penyusunan studi ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan studi ini masih perlu disempurnakan.
Untuk itu, saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Jakarta, November 2008
Deputi Pencegahan
Komisi Pemberantasan Korupsi
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN PIMPINAN KPK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Tujuan dan Sasaran
1.3.
Metode Pelaksanaan Studi
1.4.
Lokasi dan Waktu Studi
1.5.
Responden dan Sampel
1.6.
Metode Pengumpulan Data
1.7.
Analisa Data
BAB 2 Potret Layanan Kesehatan di Indonesia
2.1.
Permasalahan Layanan Kesehatan di Indonesia
2.2. Kebijakan Layanan Kesehatan
2.3. Desentraliasi Sistem Kesehatan
2.4. Strategi Pembangunan Kesehatan Nasional
BAB 3 Sekilas Praktek Good Governance Bidang Kesehatan di Daerah
3.1.
Jaminan Asuransi Kesehatan di Kabupaten Jembrana.
3.1.1. Gambaran Umum
3.1.2. Latar Belakang Perbaikan Layanan Kesehatan
3.1.3. Regulasi Penyelenggaraan Sistem Asuransi Kesehatan Jembrana
3.1.4. Profil Sistem Asuransi Kesehatan Jembrana
3.1.4.1. Penyelenggara Jaminan Kesehatan Jembrana
3.1.4.2. Jenis Layanan
3.1.4.3. Anggaran Penyelenggaraan JKJ
3.1.5. Mekanisme Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ)
3.1.5.1. Mekanisme
Kerjasama
Antara
PPK
dengan
Badan
Pelaksana JKJ
3.1.5.2
Mekanisme Pelayanan PPK Terhadap Masyarakat Peserta
3.1.5.3. Mekanisme Pengajuan dan Pembayaran Klaim JKJ
3.1.5.4. Mekanisme Evaluasi Badan Pelaksana JKJ Terhadap PPK
3.1.6. Prosedur Pelayanan
3.1.6.1. Pendaftaran Menjadi Peserta JKJ
3.1.6.2. Penggunaan Kartu JKJ
3.1.7. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.1.7.1. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Gratis
3.1.7.2. Kartu J-sidik (Jembrana Satu Identitas kesehatan)
3.1.8
Permasalahan
Dalam
Pelaksanaan Sistem Asuransi
Kesehatan
Jembrana
3.1.9. Pengawasan dan Evaluasi
3.2. Pelayanan Puskesmas Swadana
Pahandut
3.2.1. Gambaran Umum
3.2.2. Latar Belakang Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.2.3. Regulasi Dalam Upaya Peningakatan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Pahandut
3.2.4. Profil Puskesmas Pahandut
3.2.4.1. Infrastruktur
3.2.4.2. Persyaratan Kepesertaan
3.2.4.3. Jenis Layanan Kesehatan yang Disediakan di Puskesmas
Pahandut
3.2.5. Prosedur Pelayanan Kesehatan
3.2.5.1. Proses Pelayanan Rawat Jalan
3.2.5.2. Alur Pelayanan Puskesmas
3.2.5.3. Proses Pelayanan Ibu Melahirkan dan Rawat Inap Ibu
Melahirkan
3.2.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.2.7. Permasalahan Dalam Pelayanan Puskesmas Pahandut
3.2.8. Pengawasan dan Evaluasi
3.3. Rumah Sakit Umum Propinsi Dr. Soedono
3.3.1. Gambaran Umum
3.3.2. Latar Belakang Pendirian RSUD Dr. Soedono
3.3.3. Regulasi Terkait Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Kesehatan
di Jawa Timur
3.3.4. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Soedono Madiun
3.3.4.1. Status Rumah Sakit
3.3.4.2. Sarana dan Prasarana
3.3.5 Pengelolaan Rumah Sakit
3.3.5.1. Pelayanan Rawat Jalan
3.3.5.2. Pengembangan dan Penataan Sistem Pada Pelayanan
Rawat Inap
3.3.5.3. Pelayanan di Instalasi Rawat Darurat Terpadu.
3.3.5.4. Pelayanan Instalasi Bedah Sentral (IBS)
3.3.5.5. Pelayanan Kesehatan di ICU (Intensive Care Unit)
3.3.5.6. Pelayanan Kesehatan di NICU (Neonatal Intensive Care
Unit)
3.3.5.7. Pelayanan di Ruang Anak Melati
3.1.5.8. Pelayanan Penunjang
3.3.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.3.6.1. Penataan Sistem
3.3.6.2. Peningkatan Mutu
3.3.6.3. Kepesertaan Masyarakat
3.3.6.4. Upaya Peningkatan Kesehatan Perorangan
3.3.6.5. Peningkatan Manajemen Pelayanan
3.3.6.6. Prestasi yang Telah Diperoleh RSUD Dr. Soedono
3.3.8. Permasalahan dalam Pelayanan di RSUD Dr. Soedono
3.3.9. Pengawasan dan Evaluasi
BAB 4 DAMPAK PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN KESEHATAN
4.1.
Sistem Jaminan Kesehatan Jembrana
4.2. Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya
4.3. RSUD Dr.Soedono
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
1.
Papan Moto Pelayanan Publik di depan Kantor KPT
2.
Struktur Organisasi Bapel JKJ
3.
Kantor Bapel JKJ
4.
Moto & Janji Pemkab.Jembrana
5.
Visi Kabupaten Jembrana
6.
Kendaraan operasional JKJ
7.
Dokter swasta JKJ
8.
Salah satu fasilitas kesehatan di puskesmas
9.
Suasana rawat inap di RSUD
10.
Peserta JKJ sedang menunggu pengobatan di puskesmas
11.
Masyarakat sedang membuat kartu JKJ
12.
Contoh kartu J-SIDIK
13.
Kotak pengaduan dan formulir saran dan kritik
14.
Puskesmas Pahandut
15.
Klinik di Puskesmas Pahandut
16.
Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut 2007
17.
Fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Pahandut
18.
Perlengkapan pada pelayanan radiomedik
19
Alur Pelayanan Puskesmas Pahandut
20.
Berbagai inovasi pelayanan di Puskesmas Pahandut
21.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedono
22.
Fasilitas Radiologi dan Laboratorium Di RSUD Dr. Soedono
23.
Paviliun Merpati
24.
Rawat Inap Khusus
25.
Ruang Operasi
26.
Tindakan di Unit Gawat Darurat
27.
Kegiatan Diskusi tentang Kesehatan di Radio Wijaya Kusuma FM
28.
Papan Penunjuk Alur Proses
29.
Kegiatan pertemuan dengan masyarakat
30.
Bakti sosial ke masyarakat
31.
Bantuan penanggulangan bencana
32.
Evaluasi pelayanan
33.
Upaya peningkatan pelayanan di Front Office
DAFTAR GRAFIK
4.1.
Kunjungan Pasien Umum di Puskesmas Pahandut Tahun 2006-2007
4.2.
Kunjungan Pasien Bersalin Tahun 2006-2007
4.4.
Kemajuan Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Darurat dan Rawat
tahun 2005 s.d 2007
Inap
DAFTAR Tabel
3.1.1. Penerimaan dan Realisasi Anggaran JKJ
3.1.2. Jumlah Subsidi Pemkab. Jembrana Kepada Masyarakat
3.1.3. Biaya/Tarif yang Ditanggung oleh JKJ
3.1.4. Jumlah Peserta JKJ Di Jembrana
3.2.1. Jumlah Tenaga Medis Puskesmas Pahandut Tahun 2007
3.3.1
Jenis Layanan yang Disediakan RSUD Dr.Soedono
3.3.2. Jumlah Tempat Tidur di RSUD Dr.Soedono
3.3.3. Jumlah Tenaga Kerja di RSUD Dr. Soedono
3.3.4. IKM RSUD Dr. Soedono Dalam 3 Tahun
3.3.5. Penilaian Seluruh Unsur Pelayanan Publik di RSUD Dr.Soedono
4.1.
Data Bed Occupational Rate (BOR)
4.2.
Data Umur Harapan Hidup (UHH)
4.3.
Data Antenantal Care (ANC)/kunjungan ibu hamil
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Desentralisasi atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah telah
membawa
perubahan
dalam
tata
kepemerintahan
di
ini.
negeri
Undang-undang No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun
1999 yang kemudian digantikan oleh Undang-undang No.32 tahun
2004 dan Undang-undang No.33 tahun 2004, yang diikuti oleh
pelbagai
daerah
regulasi
untuk
telah
memberikan
membawa
harapan
perubahan
yang
kepada
cukup
pemerintah
berarti
bagi
masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan agar daerah terdorong untuk
kreatif
dalam
mengelola
sumber
daya
yang
dimilikinya
dalam
melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karekteristik
masing-masing daerah. Proses pelaksanaan otonomi daerah bertujuan
untuk
melakukan
pembangunan
yang
berkeadilan
dan
mampu
mengangkat secara ekonomis kehidupan masyarakat ke arah yang
lebih baik, bebas dan sehat dari korupsi, kolusi serta nepotisme.
Pelaksanaan otonomi daerah harus dibarengi pula dengan penegakkan
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Hal tersebut
sangat penting agar otonomi daerah tidak diterjemahkan oleh para
elite di daerah untuk berlomba korupsi dan memperkaya diri sendiri.
Oleh sebab itu sejak awal pembangunan, tatanan pemerintah daerah
harus dilandaskan pada prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 1
Ada
beberapa
faktor
yang
sangat
menentukan
dalam
upaya
1
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa , yaitu :
1. Pelaku-pelaku
pemerintahan,
dari
dalam
hal
ini
sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya aparatur;
2. Kelembagaan
yang
dipergunakan
pelaku-pelaku
oleh
pemerintahan untuk mengaktualisasikan kinerjanya;
3. Perimbangan kekuasaan yang mencerminkan seberapa jauh
sistem pemerintahan itu harus diberlakukan;
4. Kepemimpinan
dalam
birokrasi
publik
yang
berakhlak
(visionary), demokratis dan responsif.
Implementasi
faktor-faktor
terhadap
di
atas
diharapkan
dapat
mendorong terciptanya kepemerintahan yang baik dan bersih (good
and clean government). Tidaklah mudah menerapkan kondisi tersebut
pada
pemerintahan
kita
ini.
saat
Kondisi
birokrasi
kita
masih
meninggalkan kelemahan-kelemahan masa lalu seperti praktek pungli,
praktek suap, pelayanan yang buruk, adanya ketidakpastian hukum,
masih terjadi tumpang tindih aturan di pusat, masih lemahnya sistem
pengawasan, rendahnya akuntabilitas administrasi publik sampai pada
masalah
keamanan
nasional.
Dengan
kondisi
demikian
maka
pemerintah dituntut melakukan perbaikan dalam sistem yang baik
pada
birokrasi
menciptakan
kita.
birokrasi
Reformasi
yang
Birokrasi
efisien,
adalah
responsif,
upaya
akuntabel
untuk
dan
berintegritas.
Ada beberapa hal penting dalam konsep tata kelola pemerintahan
yang baik. Menurut United Nation Development Programe (UNDP),
tata kelola pemerintahan yang baik antara lain mencakup partisipasi
masyarakat, transparansi, akuntabilitas dan mengutamakan aturan
2
hukum .
1
2
Miftah Thoha (Bappenas, 2004)
Pengantar Pada Modul Decentralization health Service Project
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 2
Pendekatan yang digunakan setiap daerah dalam menerapkan tata
kelola
pemerintahan
yang
baik
sama,
tidaklah
namun
tetap
berorientasi pada peningkatan kualitas layanan dan perbaikan sistem
pemerintahan.
manajemen
bersentuhan
Kebijakan
langsung
Salah
dengan
pembangunan
satu
layanan
masyarakat
kesehatan
sudah
publik
adalah
yang
kesehatan.
sewajarnya
menjadi
concern utama pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kualitas
kesehatan akan sangat mendukung terciptanya kualitas sumber daya
manusia yang baik.
Kondisi pelayanan publik di sektor kesehatan masih dapat dikatakan
belum memuaskan. Penyediaan pelayanan kesehatan sampai saat ini
belum
menjangkau
daerah
sudah
semua
sepatutnya
lapisan
masyarakat.
pemerintah
pusat
Dengan
dan
otonomi
daerah
lebih
memperhatikan kualitas pelayanan kesehatannya.
3
Menurut Kovner (1995) , dalam konteks tata kelola pemerintahan
yang baik, peran pemerintah dalam sektor kesehatan ada tiga, yaitu :
regulator, pemberi dana dan pelaksana kegiatan. Dalam menunjang
ketiga peran pemerintah tersebut diatas diperlukan beberapa hal
4
antara lain :
1. Komitmen politik untuk pengembangan pelayanan kesehatan.
2. Pendekatan yang pro orang miskin.
3. Menyeimbangkan peran pemerintah, lembaga usaha swasta,
dan lembaga swadaya masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
4. Menangani kegagalan pasar, misalnya pemerintah sebaiknya
membiayai masyarakat miskin yang tidak mampu membeli
pelayanan kesehatan.
5. Manajemen lembaga pelayanan kesehatan yang berorientasi
pada pengguna.
3
4
Health Care Delivery in the United States . Springer Publishing- Kovner A.R.(1995)
Desentraslisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan Fungsi Pemerintahan : dkk Trisnanto Laksono
(2005)
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 3
6. Partisipasi luas dari masyarakat dan lembaga usaha dalam
keputusan,
pengambilan
reformasi
bidang
kesehatan,
dan
pengembangan sistem kesehatan.
7. Memberantas praktek-praktek ilegal termasuk korupsi dalam
pelayanan kesehatan.
8. Pembiyaan pelayanan kesehatan yang responsif dan fair.
9. Desentralisasi pelayanan.
Beberapa kabupaten, kota maupun provinsi telah melakukan beberapa
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor kesehatan,
praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik ini secara nyata
telah memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan menciptakan masyarakat lebih baik.
Komisi
Pemberantasan
berperan
sebagai
trigger
Korupsi
sesuai
mechamism
dengan
turut
kewenangannya
menularkan
praktek-
praktek tata kelola pemerintahan yang baik yang sukses di suatu
daerah ke daerah lainnya sesuai dengan karakteristik masing-masing
daerah.
1.2.
Tujuan dan Sasaran
1. Mempelajari praktek-praktek pelaksanaan tata kelola pemerintahan
yang
baik
dibidang
kesehatan
pada
beberapa
pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang telah berhasil melaksanakannya.
2. Memberikan gambaran mengenai tingkat keberhasilan inovasi layanan
kesehatan di daerah.
3. Menularkan informasi keberhasilan praktek tata kelola pemerintahan
yang baik ke daerah lain yang belum melaksanakan.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 4
1.3.
Metode Pelaksanaan Studi
Metode dalam penelitian menggunakan metode deskriptif, yang mana
pelaksanaannya
terbagi
kedalam
beberapa
tahapan
yakni
tahap
penentuan kebutuhan data, tahap pengumpulan data, penentuan
teknik sampel dan tahap analisis.
1.4.
Lokasi dan Waktu Studi
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam rangka
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dilakukan pada tiga
daerah,
yaitu:
Kabupaten
Jembrana,
Puskemas
Pahandut
Kota
Palangkaraya dan RSUD Dr. Soedono Provinsi Jawa Timur. Pemilihan
daerah dilakukan secara purposive, dimana terdapat keberhasilan
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik di bidang kesehatan
pada daerah-daerah tersebut. Pelaksanan studi dilakukan dalam kurun
waktu 10 bulan meliputi survey lapangan di Kabupaten Jembrana
yang dilaksanakan pada bulan November 2007, Puskesmas Pahandut
Bulan November 2007 dan RSUD Dr. Soedono pada bulan April 2008,
penulisan studi serta visualisasi berupa DVD video dan CD Interaktif.
1.5.
Responden dan Sampel
Responden dalam studi meliputi unsur pemerintah daerah dan
masyarakat.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 5
1.6.
Metode Pengumpulan Data
Studi ini dibangun dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara secara langsung dari unsur pemerintah
daerah dan unsur masyarakat sebagai pengguna. Data sekunder
diperoleh
dari
berbagai
sumber
seperti
internet,
buku
literatur,
dokumen penunjang dari instansi terkait dan dokumentasi terkait
lainnya.
1.7.
Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitiatif
dengan tujuan memudahkan penjelasan hasil observasi, wawancara
serta dokumentasi di lapangan.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 6
BAB 2
POTRET LAYANAN KESEHATAN
DI INDONESIA
2.1.
Permasalahan Layanan Kesehatan di Indonesia
Kondisi pelayanan kesehatan yang belum memadai, merupakan salah
satu penyebab menurunnya derajat kesehatan manusia. Mahalnya
biaya
kesehatan
menjadikan
seolah-olah
kesehatan
hanya
dapat
dinikmati oleh orang-orang mampu. Ironisnya biaya kesehatan yang
mahal seringkali tidak diikuti oleh pelayanan yang baik. Penurunan
kualitas layanan kesehatan berakibat pada menurunnya kepercayaan
publik terhadap kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah,
sehingga kecenderungan masyarakat Indonesia memilih fasilitas yang
disediakan oleh swasta, karena relatif menyediakan layanan yang lebih
baik. Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk
dikedepankan.
komitmen
Selayaknya,
utama
masalah
pemerintah
kesehatan
dengan
harus
menjadi
menempatkan
masalah
kesehatan sama pentingnya dengan masalah politik, ekonomi maupun
keamanan.
Buruknya kondisi pembangunan kesehatan nasional akan berakibat
pada lemahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal tersebut
tersirat dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Saat ini
peringkat IPM dari UNDP (United Nation Development Program)
Indonesia di peringkat 107 , masih lebih buruk dari negara tetangga
Vietnam yang berada dua peringkat diatas Indonesia, bahkan kita
masih ketinggalan jauh dengan Malaysia yang berada di urutan 63.
Posisi Indonesia ini naik satu peringkat dibanding tahun 2006/2007
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 1
yang
berada diperingkat 108. Peringkat
tersebut memperlihatkan
bahwa Indonesia masih tergolong dalam negara dengan pembangunan
SDM menengah.
Desentralisasi
1
merupakan
tantangan
dalam
peningkatan
kualitas
pelayanan kesehatan. Saat ini pemerintah daerah mempunyai peran
yang sangat besar dalam penyediaan fasilitas kesehatan. Yang utama
adalah
perhatian
yang
besar
dari
pemerintah
terhadap
kondisi
kesehatan melalui peningkatan kelayakan serta akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sasaran utamanya
antara lain peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas,
rumah sakit, pemenuhan standar mutu pelayanan serta kualitas SDM
yang memadai.
Pelayanan
publik
dibidang
kesehatan
menjadi
isu
yang
cukup
strategis. Perbaikan pelayanan publik di Indonesia sampai saat ini
cenderung berjalan lambat. Banyaknya tuntutan perubahan seringkali
ditujukan kepada aparatur pemerintah dan seringkali menyangkut
masalah pelayanan yang diberikan. Masih rendahnya mutu pelayanan
publik
yang
diberikan
oleh
aparatur
pemerintah
menyebabkan
buruknya citra pemerintah dimata masyarakat, sehingga keluhan dan
kekecewaan terhadap mutu pelayanan yang diberikan kerap menjadi
isu yang berkembang sampai saat ini.
2.2.
Kebijakan Layanan Kesehatan
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan pasal 34
ayat
3,
ditegaskan
adanya
hak
setiap
warga
negara
dalam
memperoleh layanan kesehatan serta adanya kewajiban pemerintah
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. Melihat dari
1 http://hdr.undp.org/statistics/
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 2
amanat undang-undang dasar tersebut, jelas sudah bahwa pemerintah
berkewajiban berperan serta dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
Tujuannya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat Indonesia
yang lebih baik. Otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 1999 telah
membawa
optimisme
peningkatan
perubahan
kinerja
dalam
di
kebijakan
upaya
sektor
telah
reformasi
pelayanan
banyak
dalam
kesehatan.
dilakukan
mencapai
Perubahan-
pemerintah
dalam
penyempurnaan keberhasilan desentralisasi. Optimalisasi peran daerah
diharapkan membantu didalam mewujudkan manusia Indonesia yang
sehat dan berkualitas.
Sesuai dengan amanat Undang-undang pemerintahan daerah baik
Undang-undang No.22 tahun 1999 maupun Undang-Undang No. 32
tahun 2004, dikatakan bahwa bidang kesehatan merupakan salah satu
kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh daerah. Penjelasan
lebih detail mengenai pembagian peran dan fungsi kewenangan pusat
dan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.38 tahun 2007
tentang
Pembagian
Pemerintahan
Urusan
Daerah
Pemerintahan
Provinsi,
dan
Pemerintah,
Antara
Pemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota. Pemerintah pusat berkewajiban meningkatkan peran
Dinas
Kesehatan
di
Provinsi
Kabupaten/Kota
dan
agar
mampu
menjadi regulator yang baik.
Dalam
melakukan
peningkatan
pelayanan
dibidang
kesehatan,
pemerintah pada tanggal 8 Juli 2002 mengeluarkan Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri Nomor 100/756/OTDA tentang Konsep Dasar
Penentuan
kemudian
Kewenangan
diikuti
dengan
Wajib
dan
terbitnya
Standar
Pelayanan
Keputusan
Menteri
Minimal,
Kesehatan
Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, kemudian diperkuat dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah RI No.65 tahun 2005 Tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 3
sebagai
pedoman
pelayanan
dasar
yang
harus
diadopsi
dan
diimplementasikan. Diharapkan dengan standar tersebut, pelayanan
kesehatan yang mendasar dapat dipenuhi pada tingkat yang paling
minimal.
Standar
pelayanan
pelayanan
kesehatan
kepada
minimal
harus
mampu
memberikan
publik
tanpa
mengorbankan
mutu
pelayanan.
Optimalisasi peran pemerintah tersebut tentunya bertujuan untuk
mencapai
sistem kesehatan nasional di Indonesia yang terselenggara
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Untuk melakukan
pencapaian dan kinerja terhadap sistem kesehatan nasional tersebut,
maka
perlu
upaya-upaya
dilakukan
kesehatan
yang
bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Upaya tersebut
perlu didukung oleh komitmen politik dari tiap-tiap pimpinan daerah.
Hal ini harus ditunjang dengan melakukan efektifitas pengelolaan
pengalokasian dana yang bersumber dari pemerintah. Sampai saat ini
pembelanjaan dana pemerintah belum cukup untuk mengedepankan
upaya
kesehatan
masyarakat.
Mobilisasi
sumber
pembiayaan
kesehatan masih terbatas, dan yang tidak kalah penting adalah
peranan
pemerintah
pengawasan
dalam
terhadap
melakukan
praktik-praktik
pemberantasan
illegal
dalam
dan
pelayanan
kesehatan seperti korupsi, kolusi dan persaingan usaha yang tidak
sehat.(unfair competition).
2.3.
Desentraliasi Sistem Kesehatan
Otonomi daerah atau yang lebih dikenal dengan istilah Desentralisasi
merupakan bentuk pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan
sumber-sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Desentralisasi sistem kesehatan merupakan bentuk reformasi pada
sektor pelayanan kesehatan masyarakat. Pada umumnya desentralisasi
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 4
dilaksanakan oleh adanya dorongan politik yang bertujuan untuk: (1)
meningkatkan wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah; (2)
meningkatkan
keikutsertaan
masyarakat
dan
penyelenggaraan
pelayanan masyarakat, yang resposif terhadap kebutuhan masyarakat;
(3) memperkuat kerja sama dan integrasi pelayanan masyarakat di
daerah; (4) restrukturisasi dan efisiensi pelayanan masyarakat, (5)
2
mendukung inovasi dan pengembangan pelayanan masyarakat.
Desentralisasi kesehatan di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya
Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Setelah
beberapa
tahun
berjalan,
timbul
ketidakpuasan
terhadap
proses
desentralisasi, antara lain disebabkan karena dana kesehatan dari DAU
dan APBD ternyata jumlahnya sedikit, sehingga sektor kesehatan
kekurangan dana dan kehilangan koordinasi. Undang-undang No.22
tahun 1999 pada akhirnya diperbaharui oleh Undang-undang No.32
tahun 2004 yang semangatnya tidak ekstrim desentralisasi, namun
mengarah
ke
sentralisasi,
walaupun
sektor
kesehatan
masih
terdesentralisasi. Secara umum sektor kesehatan belum siap untuk
melakukan desentralisasi. Dalam hal struktur kelembagaan di sektor
kesehatan, terdapat perubahan yang cukup radikal di daerah, seperti
digabungnya Kanwil dan Kandep ke Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten. Namun perubahan ini tidak diikuti oleh perubahan yang
signifikan di Pusat. Struktur organisasi Departemen Kesehatan masih
relatif sama.
Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah
Otonom,
pada
awalnya
memberikan
harapan
dalam
peningkatan
status kesehatan masyarakat. Namun kenyataannya adalah sebaliknya,
terjadi
kebingungan
pembagian
peran
antar
level
pemerintah.
Walaupun ada perubahan aturan hukum tetapi tidak terjadi perubahan
2
World Bank Group Decentralization Net
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 5
yang signifikan terhadap status kesehatan masyarakat. Pengalaman
desentralisasi bagi Indonesia selama kurun waktu 7 tahun dirasa
belum cukup jika dibandingkan dengan negara lain yang telah lama
menerapkan desentraliasinya.
3
Terbitnya PP No.38 tahun 2007 menggantikan PP No.25 tahun 2000
dan PP No.41 tahun 2007 menggantikan PP No.8 tahun 2003,
seharusnya dapat merubah sistem kesehatan di daerah dan di pusat.
Beberapa
upaya
telah
dilakukan
oleh
pemerintah
daerah
dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan, antara lain dengan menata ulang
struktur
organisasi
Dinas
Kesehatan
sesuai
dengan
kebutuhan,
menetapkan regulasi kesehatan dalam bentuk Perda, menciptakan
sistem pembiayaan kesehatan yang paling cocok untuk daerahnya,
peningkatan
kualitas
aparat
pemerintah,
pengembangan
teknologi
informasi, melakukan kerjasama dengan intitusi/lembaga pendidikan
dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan, meningkatkan peran
serta masyarakat, dan melakukan inovasi-inovasi lainnya dibidang
kesehatan. Kedepannya masih banyak yang perlu diperbaiki baik dari
sisi regulasi maupun dalam pelaksanaannya.
2.4.
Strategi Pembangunan Kesehatan Nasional
Peningkatan
jumlah
pengangguran
dan
penduduk
miskin
serta
menurunnya derajat kesehatan penduduk Indonesia tidak terlepas dari
munculnya krisis multidimensi yang mendera negeri ini. Hal tersebut
berakibat pada penurunan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Oleh sebab itu dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh
merupakan hal yang krusial dalam meningkatkan kesadaran dan
kemampuan hidup sehat bagi masyarakat agar terwujud derajat
3
Pengantar Seminar Internasional Dengan Tema Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Bali, 7-10
Agustus 2007
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 6
kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam amanat yang tercantum dalam undang-undang dasar negara
bahwa
kesehatan
merupakan
hak
masyarakat,
dan
pemerintah
berkewajiban menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Amanat UUD 1945 tersebut kemudian
dijabarkan
melalui
Kesehatan
yang
Undang-undang
mengatur
berbagai
No.23
hal
1992
tentang
berkaitan
dengan
tahun
yang
masalah kesehatan. Tujuannya adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat ke arah yang lebih baik.
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah
perlu
menyelenggarakan
Pembangunan
kesehatan
pembangunan
yang
kesehatan
dijalankan
optimal.
yang
seharusnya
merupakan
sebuah sistem saling terkait dan saling mendukung antara satu
dengan
lain,
baik
dibidang
kesehatan
maupun
diluar
bidang
kesehatan. Sistem tersebut dikenal sebagai sistem kesehatan. Sistem
kesehatan yang ada saat ini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang No.40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk mengakomodasikan
sistem
sosial.
jaminan
Undang-undang
tersebut
dibuat
untuk
memenuhi amanat UUD 1945 pasal 34 khususnya ayat 2 yang
mengatakan adanya kewajiban negara dalam mengembangkan sistem
jaminan
sosial
bagi
seluruh
rakyat
sesuai
dengan
martabat
kemanusiaan. Di era otonomi daerah, sistem jaminan sosial bagi
daerah sebenarnya telah diamanatkan juga didalam Undang-undang
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, tetapi pada awalnya
terbentur pada UU SJSN itu sendiri. Peran serta pemerintah daerah
sebetulnya
sangat
diperlukan
untuk
menjamin
penyelenggaraan
program jaminan sosial bagi masyarakat di daerah. Kini daerah
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 7
memiliki kesempatan dalam mengembangkan sistem jaminan sosial
setelah mengajukan judicial review terhadap UU SJSN. Melalui hasil
putusan Mahkamah Agung terhadap judicial review Undang-undang
No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka
diputuskan bahwa Undang-undang No.40 tahun 2004 dinyatakan
berpotensi
menutup
peluang
bagi
pemerintah
daerah
untuk
membentuk dan mengambangkan badan penyelenggara jaminan sosial
tingkat daerah.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ditetapkan lewat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional yang merupakan perubahan terhadap SKN sebelumnya yang
ditetapkan pada tahun 1982. SKN tersebut cukup berperan sebagai
acuan dalam proses penyusunan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) bidang kesehatan serta penyusunan Undang-undang Nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan, dan juga sebagai acuan dalam
penyusunan
berbagai
kebijakan,
pedoman
dan
arah
pelaksanaan
pembangunan kesehatan. SKN tersebut juga menjadi acuan bagi
daerah untuk
menyusun dan mengambangkan Sistem Kesehatan
4
Daerah (SKD) .
Penyusunan Sistem Kesehatan di daerah harus memperhatikan sistem
kesehatan tingkat nasional, renstrada dan visi daerah yang merujuk
kepada kebijakan-kebijakan, baik kebijakan pembangunan kesehatan
daerah maupun kebijakan nasional seperti Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Tahun 2005-2009, hal tersebut merupakan langkah
5
kunci dalam penataan sistem kesehatan daerah.
Selain SKN, secara implementatif periode pemerintahan sekarang
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
4
5
Departemen kesehatan 2004
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 8
(RPJMN) 2004-2009 yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden No.7
2005
tahun
tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional. Adapun implementasi dari RPJPM di bidang kesehatan ini
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Kep Menkes No.
1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indonesia Sehat Pada Tahun
2010.
Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Departemen
Kesehatan
menyatakan
bahwa
gambaran
masyarakat
Indonesia
dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
masyarakat,
adalah
bangsa
dan
negara
yang
ditandai
oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan, dan dengan perilaku yang
sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang
bermutu
kesehatan
yang
secara
adil
dan
setinggi-tingginya
merata,
di
serta
seluruh
memiliki
wilayah
derajat
Republik
Indonesia. Dengan strategi pembangunan kesehatan yang terencana,
diharapkan perencanaan strategis sektor kesehatan dimasa depan
akan lebih baik. Kondisi saat ini menggambarkan semakin tingginya
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
baik, ditambah masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang,
adanya praktik KKN, serta masih lemahnya pengawasan terhadap
kinerja
aparatur
negara.
Kesemuanya
merupakan
cerminan
dari
kondisi kinerja birokrasi aparatur negara yang masih belum seperti
harapan masyarakat.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 9
BAB 3
SEKILAS PRAKTEK TATA KELOLA
PEMERINTAHAN YANG BAIK DI BIDANG
KESEHATAN DI DAERAH
3.1.
Jaminan Asuransi Kesehatan di Kabupaten Jembrana.
3.1.1.
Gambaran Umum
Jembrana merupakan kabupaten di ujung barat Pulau Bali dan
merupakan pintu gerbang antara Pulau Bali dan Pulau Jawa. Uniknya
perekonomian Jembrana tidak mengandalkan pariwisata seperti halnya
kebanyakan
kota/kabupaten
di
Bali,
tetapi
sektor
pertanian,
peternakan dan perikananlah yang menjadi andalannya.
Luas wilayah Kabupaten Jembrana kurang lebih 84.180 Km², atau
sekitar 14,96 % dari luas wilayah Pulau Bali. Dengan luas tersebut,
sekitar 8.250 Ha digunakan sebagai lahan persawahan, sedangkan
sisanya berupa non sawah dengan luas 12.629 Ha, hutan negara
dengan luas 41.809 Ha dan sisanya digunakan untuk perkebunan dan
lainnya. Secara Administratif, Kabupaten Jembrana terbagi atas 5
Kecamatan, dimulai dari sisi barat ke sisi timur yaitu, Kecamatan
Melaya,
Kecamatan
Negara,
Kecamatan
Jembrana,
Kecamatan
Mendoyo, dan Kecamatan Pekutatan.
Pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Jembrana relatif tidak besar,
bahkan bisa dikategorikan sebagai kabupaten yang miskin. PAD
Kabupaten Jembrana tergolong kecil jika dibandingkan dengan daerah
lain di Bali. Sumber penghasilan utama Kabupaten Jembrana berasal
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-1
dari retribusi dan pajak. Dengan kondisi seperti itu, maka Pemerintah
Kabupaten Jembrana berusaha melakukan pembenahan diberbagai
sektor, terutama yang berkaitan dengan perhatian kepada masyarakat
kecil, antara lain program-program inovasi khususnya di bidang
pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.
3.1.2. Latar Belakang Perbaikan Layanan Kesehatan
Reformasi
perbaikan
layanan
kesehatan
di
Jembrana,
Kabupaten
diawali adanya inisiatif yang diprakarsai oleh Pemerintah Kabupaten
Jembrana dalam mengevaluasi program kesehatan puskesmas dan
rumah sakit pemerintah daerah (RSUD) pada saat itu. Kajian yang
difokuskan
pada
mutu
dan
biaya
pelayanan
kesehatan
bagi
masyarakat Jembrana tersebut terevaluasi beberapa hal, antara lain :
1. Tingkat
pemanfaatan
pemanfaatan
RSUD
puskesmas
hanya
masih
60%
dibawah
sekitar
30
s.d
40
dan
orang
perharinya. Seperti diketahui Sarana kesehatan di Kabupaten
Jembrana pada saat itu terdiri dari 1 RSUD (Pemerintah), 1 RS
Swasta (RS Dharma Sentana), 1 RS Khusus Bersalin Kertayasa,
6 Puskesmas, 1 RS Bersalin (RB Bunda), 48 Puskesmas
Pembantu, 6 Puskesmas Keliling, 326 Posyandu dan 7 klinik
swasta serta 7 apotik. Sedangkan tenaga Kesehatan terdiri dari
dokter umum 69 orang (38 pemerintah, 28 swasta), 9 dokter
ahli
(8
pemerintah,
1
swasta),
bidan
118
orang
(96
pemerintah, 22 swasta), perawat 266 orang (238 pemerintah,
28 swasta), apoteker 3 orang, dokter gigi 10 orang, dan
paramedis non perawatan serta tenaga administrasi berjumlah
129 orang.
1
2. Kualitas serta biaya pelayanan kesehatan di puskesmas dan
RSUD
masih
dianggap
mengecewakan.
Evaluasi
terhadap
1 Data tahun 2007 (Bapel JKJ)
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-2
kualitas
serta
biaya
pelayanan
di
RSUD
dan
puskesmas,
dilakukan berdasarkan tindak lanjut terhadap keluhan dari
masyarakat
yang
menyatakan
bahwa
kualitas
pelayanan
kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah
Negara masih mengecewakan.
3. Masyarakat Jembrana menilai bahwa pelayanan yang diberikan
oleh swasta dirasakan lebih baik dibandingkan pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah kabupaten, baik itu dari segi
kualitas pelayanan maupun dari sisi obat-obatan, ditambah
prilaku
petugas
rumah
sakit/puskesmas
yang
ramah
dan
tingkat kenyamanan dan kebersihan lingkungan.
4. Subsidi
obat
pendapatan
untuk
dari
rumah
sektor
sakit
cukup
kesehatan
besar,
jauh
sementara
lebih
rendah
dibandingkan subsidi yang diberikan.
5. Hasil
evaluasi
memperlihatkan
adanya
pemborosan
pada
operasional pelayananan kesehatan, sehingga dirasakan tidak
efisien.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Pemerintah Kabupaten Jembrana
mengalihkan subsidi, dari subsidi obat-obatan di RSUD dan Puskesmas
menjadi subsidi yang diberikan langsung ke masyarakat melalui
program asuransi. Program asuransi tersebut dikelola oleh suatu
lembaga
asuransi
yang
dibentuk
oleh
Pemerintah
Kabupaten
Jembrana.
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-3
Pada
awalnya
Jembrana
Pemkab
membentuk
tim
persiapan Jaminan Kesehatan
Jembrana
yang
dituangkan
kedalam SK Bupati No.572
tahun 2002 jo. SK Bupati
No.552
2003.
tahun
Kemudian membentuk Badan
Penyelenggara
kesehatan
JKJ)
Jaminan
Jembrana
dan
(Bapel
mengatur
pengalihan subsidi pelayanan
Gambar 1 : Papan Moto Pelayanan Publik di Depan Kantor KPT
kesehatan kepada Bapel JKJ
berdasarkan SK Bupati No.31 tahun 2003. Di tahun 2004 Pemkab
Jembrana
menerbitkan
SK
Bupati
No.1927
tahun
2004
untuk
membentuk tim pengelola Jaminan Kesehatan Jembrana. Akhirnya
pada tahun 2006 keluarlah Peraturan Daerah No.7 tahun 2006
tentang Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Daerah
Kabupaten Jembrana. Sebagai bentuk asuransi kesehatan, Premi JKJ
disubsidi oleh pemerintah kabupaten melalui APBD. Jenis pelayanan
yang disediakan meliputi pelayanan kesehatan dasar atau primer.
Disamping membuka akses masyarakat kepada pelayanan dasar, JKJ
juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
dasar itu sendiri. Dalam program JKJ ini, masyarakat tidak perlu
menyediakan uang untuk membayar premi karena sudah ditanggung
sepenuhnya oleh pemerintah daerah (kecuali untuk JKJ tahap II).
Pelayanan yang diberikan adalah perawatan primer atau rawat jalan
tingkat pertama, baik pada unit pelayanan pemerintah maupun swasta
untuk JKJ tahap I dan rawat inap untuk JKJ Tahap II.
Layanan kesehatan primer yang disediakan oleh JKJ termasuk juga
perawatan gigi yang disediakan oleh penyedia layanan pemerintah
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-4
maupun swasta yang ikut berpartisipasi dalam program ini. Untuk
masyarakat
yang
dikategorikan
ditanggung
termasuk
pelayanan
golongan
miskin,
kesehatan
sekunder
layanan
dan
yang
tersier.
Semua dokter umum, bidan, dokter gigi yang berasal dari pemerintah
ataupun dari swasta bisa menandatangani kontrak layanan dengan
Bapel JKJ dan mendapatkan pergantian sesuai dengan standar yang
ditetapkan dalam kontrak. Pada dasarnya program JKJ bertujuan
untuk
memastikan
bahwa
seluruh
warga
Kabupaten
Jembrana
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
3.1.3.
Regulasi
Penyelenggaraan
Sistem
Asuransi
Kesehatan
Jembrana
1. SK Bupati No. 572 tahun 2002 jo SK Bupati No. 552 tahun
2003 tentang Tim Persiapan Jaminan Kesehatan Jembrana.
2. SK Bupati No.31 tahun 2003 tentang
Pengalihan Subsidi
Pelayanan Kesehatan Kepada Bapel JKJ dan Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan Jembrana (Bapel JKJ).
3. SK Bupati No. 1927 tahun 2004 tentang Pembentukan Tim
Pengelola Jaminan Kesehatan Jembrana (Pengelola JKJ).
4. Peraturan daerah Kabupaten Jembrana Nomor 7 tahun 2006
tentang Pembentukan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Daerah Kabupaten Jembrana.
5. Peraturan Bupati Jembrana Nomor: 19 tahun 2006 tentang
Iuran
Rawat
Inap
Program
Jaminan
Kesehatan
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Daerah Kabupaten Jembrana.
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-5
3.1.4. Profil Sistem Asuransi Kesehatan Jembrana
3.1.4.1. Penyelenggara Jaminan Kesehatan Jembrana
a) Badan Pelaksana JKJ
Lembaga JKJ adalah lembaga asuransi yang dibentuk
oleh Pemkab. Jembrana. Terdiri dari Badan Pelaksana
(Bapel) JKJ dan Tim Pengelola JKJ. Bapel JKJ dipimpin
oleh Direktur yang membawahi 4 bidang. Tim Pengelola
JKJ dipimpin oleh seorang Koordinator dan membawahi
2 bidang, yaitu (1) Administrasi dan Keuangan, (2)
Pelayanan dan Pemasaran. Biaya operasional Pengelola
JKJ dibebankan kepada Bapel JKJ.
Gambar 2. Struktur Organisasi Bapel JKJ
Sumber: Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 1927 tahun 2004 dan mulai tahun 2005
diganti menjadi Surat Keputusan Bupati Jembrana tentang Tim Pelaksana Kegiatan Jaminan
Sosial Daerah Kab. Jembrana Nomor 746/Diskesos/2007.
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-6
b) Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
i.
Tingkatan pemberi pelayanan kesehatan (PPK)
adalah sebagai berikut :

PPK 1 (rawat jalan 1) terdiri dari dokter
umum,
gigi,
dokter
bidan
praktik
swasta
(tanpa tindakan), puskesmas/pustu, BP/BKIA
swasta.
Gambar 3. Kantor Bapel JKJ

PPK 2 (rawat jalan 2) terdiri dari dokter ahli
(dengan/tanpa
penunjang
medik),
baik
di
poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah maupun
praktek swasta.

PPK 3 (rawat inap) terdiri dari rumah sakit
pemerintah, puskesmas perawatan, RS swasta
dan rumah sakit bersalin.
ii. Persyaratan PPK (PPK 1, PPK 2 dan PPK 3)
dalam keikutsertaan program JKJ adalah sebagai
berikut :

Gambar 4. Moto & Janji Pemkab.
Jembrana
Memiliki ijin praktek/ ijin operasional yang
sesuai.

Lokasi
pelayanan
berada
di
kawasan
Kabupaten Jembrana.

Mengadakan kontrak kerjasama dengan badan
penyelenggara JKJ.
c) Peserta JKJ
Peserta
terutama
JKJ
adalah
keluarga
seluruh
miskin
masyarakat
(Gakin)
dan
Jembrana
masyarakat
umum yang belum terbiayai oleh sistem pelayanan
asuransi kesehatan (Askes untuk PNS, Jamsostek untuk
Gambar 5. Visi Kabupaten Jembrana
Direktorat Litbang
karyawan
swasta,
dan
asuransi
swadana
lainnya).
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-7
Sosialisasi JKJ kepada masyarakat dilakukan oleh Tim
Pengelola JKJ antara lain melalui pendaftaran 'jemput
bola' ke banjar (komunitas masyarakat) atau calon
peserta mendaftar langsung di Sekretariat JKJ.
3.1.4.2. Jenis Layanan
a) Pelayanan Kesehatan PPK 1
Program jaminan pelayanan kesehatan pada masyarakat
berupa jaminan kesehatan rawat jalan tingkat 1. Rawat
jalan di PPK 1 yaitu puskesmas, UGD rumah sakit
umum, dokter gigi, bidan, rumah sakit/klinik swasta.
b) Pelayanan Kesehatan JKJ Tahap II (JKJ Paripurna)
JKJ Paripurna merupakan program jaminan pelayanan
kesehatan
pada
masyarakat,
dengan
memberikan
pelayanan rawat jalan (PPK 1), rawat jalan spesialis
(PPK 2) dan rawat inap (PPK 3) di rumah sakit umum.
Layanan ini diberikan secara sukarela dengan preminya
yang dibayar langsung oleh masyarakat.
3.1.4.3. Anggaran Penyelenggaraan JKJ
a) Dana penyelenggaraan JKJ berasal dari APBD Kab.
Jembrana, sebagian besar dari PAD yang dihimpun oleh
Dinas Kesehatan dan Kesos Kab. Jembrana. Sumbersumber dana penyelenggaraan JKJ yang dihimpun oleh
Pemkab.
Jembrana,
berasal
dari
pendaftaran
JKJ,
penjualan obat, penjualan blanko, APBD, Gakin PKBSBBM (hanya sampai tahun 2004), Gakin Bali (hanya
sampai
tahun
2004),
Askes
(hanya
sampai
tahun
2004). Dengan tidak masuknya dana dari Gakin PKBSDirektorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-8
BBM, Gakin Bali dan Askes, saat ini ada tambahan
sumber dana, untuk premi JKJ otomatis hanya berasal
dari pendaftaran JKJ, penjualan obat, penjualan blanko
dan APBD. Dan pada tahun 2006 mendapat tambahan
dana baru yang bersumber dari ASKES.
b) Besar anggaran JKJ yang disediakan Pemkab. Jembrana
dan realisasi penggunaan dari tahun 2003 sampai 2007
ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.1.1
Penerimaan dan Realisasi Anggaran JKJ
Tahun
Penerimaan (Rp)
Realisasi (Rp)
Saldo Kas (Rp)
Catatan
2002
100.000.000,00
100.000.000
-
Mulai bulan : Desember 2002 s.d Februari
2003 Anggaran Persiapan JKJ ,
Bantuan Bupati jembrana
2003
3.381.161.345,70
1.645.034.847,00
1.736.126.498,70
Bulan Maret 2003 s.d Desember 2003
Penerimaan : pendaftran, obat, blanko, APBD,
ASKES dan Gakin
pengeluaran : terdapat saldo kas
2004
6.734.131.251,97
8.518.403.920,00
(48.504.615,67)
Bulan Januari 2004 s.d Desember 2004
penerimaan : pendaftaran obat, blanko, APBD.
ASKES dan Gakin
2005
8.673.499.272,70
7.123.037.215,00
902.760.488,37
Bulan Januari 2005 s.d Desember 2005
Penerimaan : Pendaftaran obat, blanko, APBD
2006
8.589.505.314,18
8.157.393.332,5
1.269.607.470,05
Bulan Januari 2006 s.d Desember 2006
Penerimaan : Pendaftaran obat, blanko, APBD
dan ASKES
2007
8.314.603.425,06
7.604.120.233,00
1.980.090.662,11
Bulan Januari 2007 s.d Desember 2007
penerimaan : obat, APBD, ASKES dan Gakin
Oktober
2008
9.080.036.730,18
7.662.134.980,22
3.397.992.412,07
Bulan Januari 2008 s.d Oktober 2008
Penerimaan : Obat, APBD dan Gakin
JUMLAH
44.872.937.339,79
41.474.944.909,72
3.397.992.412,07
Sumber : Bapel JKJ 2007
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-9
c) Subsidi
diberikan
seluruh
masyarakat
Jembrana
premi
kepada
dalam
untuk
bentuk
biaya
rawat
jalan tingkat pertama di unit
pelayanan
kesehatan
(PPK
pemerintah
1)
swasta
yang
dasar
dan
mengikat
kontrak kerja dengan Bapel
Gambar 6. Kendaraan operasional JKJ
JKJ. Untuk pelayanan rawat
jalan tingkat 2 dan rawat
inap,
masyarakat
membayar
premi
harus
kepada
lembaga JKJ sesuai program
yang diikuti.
d) Subsidi
premi
Pemerintah
dibayarkan
Kabupaten
Jembrana kepada Bapel JKJ,
kemudian
Bapel
membayarkannya
JKJ
Gambar 7. Dokter swasta JKJ
kepada
PPK 1 sesuai dengan klaim
yang disampaikan oleh PPK
1.
e) Apabila dihitung per orang,
besar
subsidi
Jembrana
Pemkab.
kepada
masyarakat untuk pelayanan
kesehatan
dasar
dijelaskan
pada tabel di bawah ini :
Gambar 8. Salah satu fasilitas kesehatan di
puskesmas
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-10
Tabel 3.1.2. Jumlah Subsidi Pemkab. Jembrana Kepada
Masyarakat
Tahun
Target
Penduduk
Subsidi/Premi
Nilai Total Subsidi
(Rp)
Keterangan
2003
100,000
Rp. 2.500,-/orang/bulan
3.000.000.000
2004
150,000
Rp. 2.500,-/orang/bulan
4.500.000.000
2005
252,065
Rp. 2.527,-/orang/bulan
7.642.500.000
2006
253,403
Rp. 2.596,-/orang/bulan
7.900.700.000
Subsidi premi
pembayaran
klaim Ppk-1
(dokter, Bidan,
Puskesmas dan
RSU)
2007
260,791
Rp. 2.406,-/orang/bulan
7.529.899.470
Sumber : Bapel JKJ
3.1.5.
Mekanisme Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Jembrana
(JKJ)
3.1.5.1. Mekanisme Kerjasama Antara PPK Dengan Bapel JKJ
a) PPK
JKJ
dengan
Bapel
JKJ
mempunyai
hubungan
kontrak dimana kedua belah pihak memiliki hak dan
kewajiban.
b) Bapel JKJ mengadakan ikatan kerja dengan PPK 1 untuk
memberikan
pelayanan
kesehatan
dasar
kepada
pemegang kartu JKJ.

Ikatan
kerja
dengan
PPK
1
Pemerintah
dilakukan antara Direktur Bapel JKJ dengan
Dinkessos yang membawahi UPT Pelayanan
Kesehatan Daerah.

Ikatan kerja dengan PPK 1 Swasta yaitu
dokter, dokter gigi, dan bidan, kontrak kerja
dilakukan antara Direktur Bapel JKJ dengan
tenaga kesehatan yang bersangkutan.
c) Kontrak kerja berlaku 1 tahun dan dapat diperpanjang
kembali.
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-11
3.1.5.2. Mekanisme Pelayanan PPK Terhadap Masyarakat
Peserta
a) Pelayanan PPK 1 terhadap masyarakat peserta JKJ,
yaitu:
i.
Petugas administrasi menerima kartu JKJ dari
peserta
JKJ
mencatat
yang
akan
peserta,
nomor
berobat,
nama
kemudian
peserta
dan
masa berlaku kartu serta keluhan penyakit.
ii. Rumahsakit/
memeriksa
puskesmas/
pasien
dan
dokter/
mendiagnosa
bidan
penyakit
pasien peserta JKJ dan mencatat resep obat.
iii. Dibuat catatan diagnosa pada lembar diagnosa
dan catatan resep.
iv. Catatan resep diserahkan kepada pasien dan
pasien mengambil obat ke apotik dengan gratis.
v. PPK
1
akan
menerima
kembali
pengobatan
berulang pasien bila penyakitnya belum sembuh,
minimal
dalam
jangka
waktu
5 hari
setelah
kedatangan pasien yang pertama. Bila pasien
datang kembali sebelum 5 hari dengan jenis
penyakit yang sama, maka biaya pengobatan dan
obat harus ditanggung oleh pasien sendiri.
Gambar 9. Suasana rawat inap di RSUD
Direktorat Litbang
Gambar 10. Peserta JKJ sedang menunggu
pengobatan di puskesmas
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-12
b) Pelayanan rumah sakit rawat inap (JKJ Tahap II)
terhadap masyarakat peserta JKJ, yaitu :
i.
Petugas administrasi rumah sakit menerima kartu
JKJ dari peserta yang akan menjalani rawat inap
di rumah sakit tersebut, dan mencatat nomor
peserta, nama peserta, masa berlaku kartu serta
diagnosa penyakit.
ii. Rumah sakit menyediakan kamar untuk rawat
inap pasien.
iii. Pada
saat
pelayanan
kunjungan
rawat
inap,
pengobatan
dokter
dan
pasien
standar,
mendapatkan
yaitu
perawatan
obat,
sampai
dinyatakan sembuh. Perawatan pada JKJ tahap II
termasuk
operasi
kebidanan
sampai
pada
kehamilan anak ke-2 dan tindakan pembedahan,
dengan catatan bahwa tindakan operasi tersebut
dilakukan sesuai dengan adanya indikasi medis.
iv. Waktu maksimal rawat inap gratis adalah 4 hari
per sekali rawat inap. Bila pasien memerlukan
waktu lebih dari 4 hari, maka biaya rawat inap
kelebihan hari ditanggung oleh pasien sendiri.
Jumlah rawat inap maksimal untuk pasien yang
sama dalam waktu satu tahun adalah empat kali
dengan masa rawat inap masing-masing 4 hari.
3.1.5.3. Mekanisme Pengajuan dan Pembayaran Klaim JKJ
a) Pengajuan klaim PPK 1 kepada Bapel JKJ:
i. PPK 1 dan rumah sakit memberikan tanda bukti
untuk klaim ke Bapel JKJ. (secara elektronik
berupa online yaitu hasil pelayanan dari PPK
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-13
ditransfer ke modem server di Bapel JKJ).
ii. Setelah dilakukan pengajuan klaim, PPK 1 JKJ
akan menerima transfer uang dari Bapel JKJ
sesuai dengan jumlah uang klaim yang diajukan.
iii. Pada umumnya PPK 1 dan rumah sakit secara
rutin mengajukan klaim setiap bulan sekali.
b) Mekanisme pembayaran klaim oleh Bapel JKJ kepada
PPK 1 pemerintah dan swasta serta rumah sakit rawat
inap :
i.
Bapel JKJ
bidang
pelayanan bagian verifikasi
klaim PPK, menerima bukti klaim dari PPK 1
pemerintah
(pelayanan
puskesmas
serta
pelayanan gigi dan kegawatdaruratan di RSUD
Negara) dan PPK 1 swasta (dokter, dokter gigi,
bidan).
ii. Semua
pembayaran
kepada
PPK
1
adalah
retrospektif, yaitu menggunakan dasar hitungan
pelayanan (service-based remuneration) dengan
model
fee-for-service
membayarkan
klaim
(FFS).
Bapel
berdasarkan
JKJ
akan
jumlah
pelayanan yang telah diberikan oleh PPK kepada
peserta JKJ, sesuai dengan kontrak kerjasama
dan standar yang dikeluarkan oleh Bapel JKJ.
iii. Rincian biaya/tarif yang ditanggung oleh JKJ dan
dibayarkan kepada PPK 1 ditampilkan dalam tabel
berikut
Direktorat Litbang
:
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-14
Tabel 3.1.5. Biaya/Tarif yang Ditanggung oleh JKJ
Pemberi Layanan
Klaim Maksimal (Rp)
Perincian
Dokter Umum
27.000
Biaya Jasa Media
Obat suntik
Obat-obat lainnya
10.000
2.000
15.000
Kunjungan Ulang
27.000
Biaya Jasa Media
Obat suntik
Obat-obat lainnya
10.000 Tenggang waktu kunjungan pertama dengan
2.000 berikutnya minimal 5 hari. Bila datang sebelum 5
15.000 hari dengan kasus sama, maka biaya menjadi
beban pasien. Bila pasien tidak puas, menjadi
tanggung jawab PPK atau dokter yang
bersangkutan
Pelayanan tanpa tindakan
Cabut gigi susu
Cabut gigi permanen
Tambal sementara
Tambal permanen
Penyakit lain :
- jasa
- obat-obatan
27.000
15.000
30.000
20.000
30.000
Pelayanan kesehatan Gigi bervariasi
Pelayanan Bidan
15.000
Rp
Biaya jasa medis
Obat-obatan
pertolongan persalinan
Catatan
8.000
19.000
4.000 Bidan JKJ hanya boleh menangani pelayanan ANC
11.000 dan pelayanan KB sederhana, tidak dibenarkan
250.000 melayani kesehatan diluar kebidanan
Sumber : Bapel JKJ 2007
iv. Tarif untuk pelayanan dokter swasta dan dokter
puskesmas
tersebut
sama.
adalah
ditentukan
dari
Rincian
rata-rata
biaya/tarif
tarif
yang
selama ini berlaku di masing-masing profesi yang
memiliki ijin praktik. Besarnya tarif ditentukan
bersama-sama antara Dinas Kesehatan dengan
organisasi
profesi
dan
penetapan
obat-obatan
dokter
yang
ahli,
termasuk
dianggap
cukup
untuk rawat jalan tingkat pertama maupun rawat
inap di RSUD Negara.
v. Bapel JKJ membayarkan klaim dalam jangka
waktu 15 hari setelah pengajuan klaim PPK.
Kemudian setelah diverifikasi, pembayaran klaim
PPK dibayarkan secara cash (langsung) kepada
PPK bersangkutan (tidak melalui rekening dari
PPK).
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-15
vi. Bukti
transfer
dipegang
oleh
Bapel
JKJ
dan
salinannya diberikan kepada PPK 1 dan Rumah
sakit pengaju klaim.
3.1.5.4. Mekanisme Evaluasi Badan Pelaksana JKJ terhadap
PPK
Bapel JKJ dapat memberikan sanksi kepada PPK JKJ apabila
mereka
tidak
memberikan
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat sesuai dengan kontrak yang tertuang. Sanksi dapat
berupa
skorsing
selama
beberapa
bulan
dan
pemutusan
hubungan kontrak diberikan apabila masih tetap dilanggar.
3.1.6. Prosedur Pelayanan
3.1.6.1. Pendaftaran Menjadi Peserta JKJ
a) Proses pendaftaran pada pelayanan kesehatan PPK 1
adalah sebagai berikut :
i.
Masyarakat mendaftar menjadi peserta JKJ ke
Sekretariat JKJ dengan membayar Rp 10.000
atau
Tim
Pengelola
(komunitas
JKJ
masyarakat)
mendatangi
dan
banjar
masyarakat
mendaftar dengan membayar Rp 10.000 untuk
biaya pembuatan kartu.
ii. Setelah menyerahkan kartu keluarga, dilakukan
pemotretan.
Setelah
itu
dilakukan
pendataan
diikuti dengan pencetakan kartu. Dalam waktu
kurang
lebih
5
menit
masyarakat
sudah
mendapatkan kartu peserta JKJ.
iii. Masa berlaku kartu JKJ Tahap I adalah 1 tahun
dan
Direktorat Litbang
setelah
itu
dapat
diperpanjang
kembali
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-16
dengan kartu yang baru.
iv. Perpanjangan
masa
berlaku
kartu
JKJ,
masyarakat cukup membayar Rp 10.000 untuk
biaya cetak kartu.
v. Berikut
Tabel
Jumlah
peserta
JKJ
Kabupaten
Jembrana dalam 3 tahun terakhir.
Tabel 3.1.6. Jumlah Peserta JKJ Di Jembrana
Jenis Peserta
Tahun
Uraian
Umum
Gakin
Askes
Jumlah
2005
Jumlah peserta
86,296
4,717
1,542
92,55
target
111,867
21,031
17,102
150
%
40,32
22,43
9,02
61,7
108,61
2006
2007
Jumlah peserta
99,136
5,349
4,131
target
121,867
21,031
17,102
160
%
78,56
28,58
27,102
67,89
Jumlah peserta
110,914
9,012
5,003
124,929
target
131,668
21,210
17,102
170
%
84,22
42,49
29,25
73,49
Sumber : Bapel JKJ
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-17
b) Proses pendaftaran pada pelayanan kesehatan JKJ tahap II
(JKJ Paripurna) adalah sebagai berikut :
i. Untuk
mendapatkan
paripurna
yang
secara
JKJ
ditawarkan
sukarela
kepada
masyarakat
setempat, peserta
diwajibkan
membayar
premi
Rp.
sebesar
iuran
60.000,-
perorang pertahun yang bisa
pembayarannya.
dicicil
Ditambah
dengan
pembuatan
kartu
biaya
Rp.10.000
pertahun.
perorang
Khusus
untuk masyarakat miskin tidak
perlu membayar premi karena
sudah
ditanggung
oleh
Askeskin.
ii. Pendaftaran bisa dilakukan di
Desa/LPD,
kantor
membawa
fotocopi
dengan
kartu
keluarga.
iii. Hak peserta adalah bebas dari
biaya pelayanan di seluruh PPK
1
dan
PPK
2
JKJ
selama
setahun dan bebas dari segala
biaya pelayanan kesehatan di
rumah sakit umum dengan hak
rawat inap/opname di kelas II.
Peserta
ditangani
Direktorat Litbang
yang
di
tidak
RSU
mampu
yang
Gambar 11. Masyarakat sedang
membuat kartu JKJ
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-18
dikontrak,
akan dirujuk ke
RSU
rujukan dan biaya
perawatan ditanggung separuhnya oleh pasien.
iv. Dalam satu Keluarga yang tercantum di Kartu Keluarga
(KK), minimal 2 orang anggota wajib mengikuti program
ini, dengan sistem pembayaran diatur sebagai berikut:

Kepala keluarga sebagai tanda jadi peserta, wajib
membayar uang muka sebesar Rp.30.000
dan
sisanya
dapat
diangsur
setiap
bulannya
minimal Rp. 5000 sampai dengan lunas.

Sedangkan untuk anggota keluarga lain, dapat
membayar uang muka sebesar Rp.30.000 atau
Rp.10.000 di bulan pertama dan sisanya dicicil
setiap bulannya minimal sebesar Rp.5000 sampai
dengan lunas.
v. Pemanfaatan fasilitas pada PPK 1 bisa digunakan
segera setelah pembayaran premi pertama.
vi. Pemanfaatan fasilitas rawat inap diberikan setelah
anggota membayar 50% dari total premi.
3.1.6.2. Penggunaan Kartu JKJ
a) Penggunaan kartu JKJ pada pelayanan kesehatan di PPK
1 adalah sebagai berikut :
i.
Masyarakat (pasien) datang berobat ke PPK1
pemerintah atau swasta yang terikat kontrak
dengan Bapel JKJ.
ii. Kartu tanda peserta JKJ ditunjukkan kepada PPK1
iii. Pasien diperiksa sesuai dengan prosedur, dan
diberi
obat
sesuai
penyakitnya
tanpa
harus
membayar.
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-19
iv. Apabila
penyakit
sembuh,
belum
pasien
bisa
mengulang datang kembali ke PPK 1 tersebut
dengan
jarak
paling
cepat
5
hari
setelah
pemeriksaan yang pertama. Bila pasien datang
kembali sebelum 5 hari, maka biaya pengobatan
ditanggung oleh pasien sendiri. Ketidakpuasan
pasien
dalam
pengobatan
di
tingkat
PPK
1
menjadi tanggung jawab PPK 1.
b) Penggunaan kartu JKJ pada pelayanan kesehatan di JKJ
tahap II (JKJ Paripurna) adalah sebagai berikut :
i.
Pasien datang ke RSUD Negara
ii. Kartu tanda peserta JKJ ditunjukkan kepada
petugas administrasi rumah sakit
iii. Pasien diperiksa dan mendapatkan fasilitas rawat
inap untuk sekali rawat inap maksimal 4 hari di
kelas II
iv. Biaya pengobatan dan rawat inap maksimal 4
hari gratis
v. Pasien bisa kembali rawat inap di RSUD Negara
maksimal empat kali dalam satu tahun dengan
waktu maksimal 4 hari per sekali rawat inap.
3.1.7. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.1.7.1. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Gratis
Pelayanan kesehatan rawat inap gratis melalui program
JKJ
tahap
II
(JKJ
Paripurna).
Merupakan
Program
Jaminan pelayanan kesehatan pada masyarakat, dengan
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-20
memberikan pelayanan Rawat jalan, rawat jalan dokter
spesialis dan rawat inap di rumah sakit umum, baik itu
rumah sakit umum daerah maupun swasta. Dalam
layanan ini masyarakat
diwajibkan membayar
premi
yang pembayarannya dilakukan secara mencicil.
3. Kartu J-sidik (Jembrana Satu Identitas kesehatan)
Saat
ini
ingin
masyarakat
mendapat
yang
pelayanan
kesehataan diberikan identitas
dalam bentuk kartu. Selama
ini
terdapat
identitas
beberapa
kartu
kesehatan
yang
beredar di masyarakat, antara
lain kartu JKJ, kartu berobat
RSUD
Negara,
Askeskin.
dan
Berkaitan
kartu
dengan
banyaknya identitas tersebut,
maka
Pemerintah
Jembrana
melakukan
dengan
ketiga
Kabupaten
inovasi
menggabungkan
kartu
tersebut
kedalam
Gambar 12. Contoh kartu J-SIDIK
sebuah
kartu
yang
dinamakan J-Sidik. Tujuan dengan dikeluarkannya J-Sidik
adalah sebagai bentuk kemudahan serta efesiensi bagi
pengguna JKJ serta penghematan pengeluaran dana
untuk
pembuatan
kartu.
Selain
itu
J-Sidik
mengintegrasikan sistem informasi di Bapel JKJ dan
Rumah
sakit,
sehingga
database
pasien
khususnya
rekam medik dapat diakses di seluruh PPK melalui
Jimbarwana Network (J-Net). Diharapkan PPK dapat
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-21
memberikan diagnosa kesehatan dengan lebih tepat.
Sistem informasi J-sidik terintegrasi dengan JKJ online
dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIRMS)
RSUD Negara.
Sistem informasi J-Sidik juga terhubung dengan Sistem
Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) sebagai bahan
informasi untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Proses
transaksi online bertujuan agar Pemerintah Kabupaten
Jembrana, Bupati, direktur JKJ, direktur RSUD, Kepala
Dinas Kesehatan dan Sosial dapat mengakses Sistem
Informasi
Daerah
(SIMDA)
yang
berkaitan
dengan
laporan di bidang kesehatan, seperti jumlah kunjungan
pasien, jumlah pendapatan, 10 besar penyakit dan lain
sebagainya.
3.1.8. Permasalahan Dalam Pelaksanaan Sistem Asuransi Kesehatan
Jembrana
Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan JKJ antara lain :
1. Adanya penggunaan kartu JKJ oleh orang yang tidak berhak.
Hal
tersebut
terkait
dengan
adanya
toleransi
pemerintah
daerah terhadap sejumlah persyaratan yang seharusnya wajib
dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapat kartu JKJ.
2. Moral hazard yang buruk dari PPK. Permasalahan moral hazard
oleh PPK seperti tindakan mark up yang dilakukan sejumlah
oknum dokter dan bidan terhadap kunjungan pasien dan
jumlah obat yang diberikan.
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-22
3. Pesyaratan
keanggotaan
bagi
peserta
JKJ
menghalangi
keikutsertaan warga miskin yg belum memiliki jaminan (banyak
warga miskin yang tidak mampu mendaftarkan seluruh anggota
keluarganya).
3.1.9. Pengawasan dan Evaluasi
Mekanisme Pengawasan antara lain dilakukan dengan :
1. Pengawasan terhadap PPK 1 JKJ dilakukan oleh sebuah tim
yang dibentuk oleh Bapel dan Tim Pengelola JKJ.
2. Tim Pengawas bekerja secara insidental dan menindaklanjuti
laporan masyarakat
3. Bapel JKJ secara sepihak akan memutuskan kontrak kerja
dengan PPK 1, jika tim pengawas menemukan penyimpangan
yang dilakukan oleh PPK 1 (sudah dinyatakan dalam dokumen
kontrak)
4. Pengawasan penyelenggaraan JKJ dilakukan Bawasda dan BPKP
sebagai pengawas penggunaan dana publik.
Gbr 13. Kotak pengaduan dan formulir saran dan kritik
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-23
3.3.
Rumah Sakit Umum Propinsi Dr. Soedono Madiun
3.3.1. Gambaran Umum
Secara Geografis, Propinsi Jawa Timur terletak antara 111° Bujur
Timur s.d 114,4° Bujur Timur dan 7,12° Lintang Selatan s.d 8,48°
Lintang Selatan. Wilayah administrasi pemerintahan, terbagi dalam 29
Kabupaten, 9 Kota, 657
kecamatan dan 8.484 desa/kelurahan.
Jumlah penduduk Jawa Timur Tahun 2006 sebanyak 37.478.737 jiwa
dengan
laju
pertumbuhan
penduduk
2.1
1,06
%,
dengan
tingkat
kepadatan penduduk 807/km . Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
atas dasar harga konstan Tahun 2000, selama 3 tahun terakhir
adalah 4,48 % di tahun 2003, 5,83% pada tahun 2004 dan 5,84%
pada tahun 2005. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Tahun 2005,
terutama didukung oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang tumbuh sebesar 9,15%, sektor industri yang
tumbuh 4,61% sedangkan sektor pertanian tumbuh 3,16 %.
2
Gambaran sarana kesehatan yang terdapat di Propinsi Jawa Timur di
tahun 2006 antara lain RS Umum Pemerintah sebanyak 45, RS
Umum Swasta sebanyak 58, RS BUMN sebanyak 11, RS TNI Polri
sebanyak 20, RS Khusus Pemerintah sebanyak 8, RS Khusus Swasta
sebanyak 2 dan Puskesmas sebanyak 927 serta sarana kesehatan
3
yang lainnya.
RSUD Dr. Soedono Madiun merupakan salah satu rumah sakit milik
Pemerintah Propinsi Jawa Timur. RSUD Dr. Soedono Madiun terletak
di sebelah barat dari ibu kota Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur
dan berada di tengah Kotamadya Madiun yang merupakan dataran
1
2
3
Jawa Timur dalam Angka 2007
Ibid
Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 2001-2005)
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-1
rendah. RSUD Dr. Soedono Madiun juga terletak di daerah perbatasan
antara Jawa Timur dan Jawa Tengah yang merupakan arus lalu lintas
ramai penghubung kedua propinsi tersebut. Jarak dengan ibu kota
propinsi khususnya dengan RSUD Dr.Soetomo Surabaya kurang lebih
169 km yang ditempuh dalam waktu 4 jam perjalanan, sedangkan
dengan kota terdekat di Jawa Tengah yaitu Solo adalah 110 km yang
ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam perjalanan.
3.3.2. Latar Belakang Pendirian RSUD Dr. Soedono Madiun
Pada awalnya RSUD Dr.
Soedono Madiun Dikelola
oleh
Pemerintah
Kotamadya Madiun. Pada
1953
tahun
Pemerintah
Kota
Madiun
menyerahkan rumah sakit
ini
kepada
Propinsi
dengan
Pemerintah
mampu
Kini
Pemerintah
Kota
alasan
tidak
mengelolanya.
RSUD Dr. Soedono
Madiun
menjadi
rumah
Gambar 21. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedono
sakit yang cukup lengkap baik sarana infrastruktur, sarana tenaga
medis umum dan spesialis maupun prasarana seperti peralatan dan
persediaan obat. Dengan alasan tersebut, RSUD Dr. Soedono Madiun
dijadikan sebagai pusat rujukan wilayah barat dari Propinsi Jawa timur
yang
dapat
menyangga
pelayanan
kesehatan
dari
rumah
sakit
sekitarnya seperti, RSU daerah dan rumah sakit swasta yang berasal
dari wilayah sekitar yaitu Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan,
Kabupaten Nganjuk serta sebagian dari wilayah Propinsi Jawa Tengah
sebelah timur yaitu Kabupaten Sragen.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-2
Perbaikan pelayanan di RSUD Dr. Soedono Madiun tidak terlepas dari
adanya
upaya
Propinsi
Jawa
Timur
dalam
memperbaiki
kualitas
pelayanan publiknya. Upaya ke arah tersebut diwujudkan melalui
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 11 tahun 2005 tentang
Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur. Dalam Perda tersebut, selain
standar pelayanan publik dan aturan kewajiban bagi penyelenggara
pelayanan publik dalam upaya mewujudkan tatakelola pemerintahan
yang baik, juga menjelaskan tentang hak dan kewajiban penerima
layanan publik serta peningkatan peran serta masyarakat. Dalam bab
V Perda Pelayanan Publik dijelaskan mengenai pembentukan Komisi
Pelayanan Publik. Komisi ini ditetapkan melalui Keputusan Gubernur
dan berkedudukan nonstruktural serta bersifat independen, sehingga
laporan
kinerja
komisi
ini
langsung
disampaikan
kepada
DPRD.
Pembentukan komisi ini berfungsi menerima pengaduan dan bertugas
mengadakan
verifikasi,
memeriksa
dan
menyelesaikan
sengketa
pelayanan publik, kemudian memberikan saran atau masukan kepada
Kepala Daerah dan penyelenggara pelayanan publik melalui DPRD.
3.3.3. Regulasi Terkait Peningkatan Pelayanan Publik Bidang
Kesehatan di Jawa Timur
1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 11 tahun 2005
Tentang Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur.
2. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 14 tahun 2008 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur
No.11 tahun 2005 Tentang Pelayanan Publik Di Propinsi Jawa
Timur.
3. Surat Gubernur Jawa Timur tanggal 26 Desember 2005 No.
065/13032/041/2005 Perihal Laporan Pengaduan Pelayanan
Publik.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-3
3.3.4. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedono Madiun
3.3.4.1. Status Rumah Sakit
RSUD
Dr.
Soedono
Madiun
semula
pemerintah kelas C, kemudian
adalah
dengan
rumah
Keputusan
sakit
Menteri
Kesehatan RI nomor 1164/Kepmenkes/XII/SK/1993, RSUD Dr.
Soedono Madiun meningkatkan statusnya menjadi rumah sakit
kelas B non pendidikan, yang susunan organisasi dan tata
kerjanya juga disesuaikan dengan kelasnya sebagaimana diatur
dalam Peraturan Daerah (Perda) Jawa Timur No. 22 tahun
1995, kemudian diperbaharui oleh Perda Provinsi Jawa Timur
Nomor
23
tahun
2002
seiring
dengan
perkembangan
pelayanan rumah sakit.
Usaha pembangunan untuk mengembangkan rumah sakit ini
telah membuahkan hasil, yaitu dengan diakuinya RSUD Dr.
Soedono Madiun sebagai rumah sakit yang berakreditasi penuh
untuk 16 jenis standar pelayanan. Pada tahun 2004 rumah
sakit
ini
dinyatakan
telah
memenuhi
persyaratan
yang
ditetapkan dan berhak menerima sertifikat ISO-9001:2000/SNI
19 9001-2001.
3.3.4.2. Sarana dan Prasarana
Bangunan RSUD Dr. Soedono Madiun terletak diatas tanah
2
seluas 28.973 m dengan luas bangunan seluruhnya 17.281,5
m2. Sarana prasarana yang disediakan RSUD Dr. Soedono
Madiun meliputi :
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-4
a) Jenis Pelayanan Kesehatan :
Tabel 3.3.1 Jenis Layanan yang Disediakan RSUD Dr.
Soedono Madiun
Jenis Pelayanan Kesehatan di RSUD. Dr. Soedono Madiun
Rawat Jalan
IPL
Rawat Inap
IPMS
Farmasi
Lab. Patologi Anatomi
Bedah Sentral
Radiologi
Obgyn
Rawat Darurat terpadu
ICU & ICCU
Rehabilitasi Medik
NICU
Kedokteran Forensik
Lab. Patologi Klinik
General Check Up
Gizi
IPHI
Sterilisasi Sentral
Sumber: profil RSUD. Dr. Soedono Madiun dalam angka tahun 2007
b) Keberadaan tempat tidur perawatan berdasarkan kelas
perawatan :
Tabel 3.3.2. Jumlah Tempat Tidur di RSUD Dr.
Soedono Madiun
No
Kelas Perawatan Instalasi
Rawat Inap (IRNA)
Jumlah Tempat
Tidur (TT)
Persentase (%)
1.
Kelas Utama
77
23,7
2.
Kelas I
18
6,1
3.
Kelas II
48
16,3
4.
Kelas III
158
53,9
301
100,0
Total
Sumber: Laporan kegiatan tahunan RSUD Dr. Soedono Madiun
tahun 2007
c) Pengelolaan Limbah.
Pengelolaan limbah rumah sakit dengan tujuan agar
ramah
lingkungan.
Sistem
yang
digunakan
dalam
pengelolaan daur limbah adalah anaerobic. Untuk limbah
padat medis dilakukan pembakaran dengan incenerator.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-5
d) Perlengkapan Medis.
Peralatan medis yang dimiliki RSUD Dr. Soedono Madiun
dilengkapi
dengan
berbagai
peralatan
penunjang.
Penambahan alat-alat medis seperti ECG 3 canel, USG
bersalin, transcanical doppler system, X ray, ambulance
118 dan lainnya yang diharapkan mampu mendukung
pelayanan di rumah sakit.
e) Fasilitas Obat-obatan.
Penerapan obat dengan sistem satu pintu dilaksanakan
mulai di instalasi bedah sentral dengan tujuan :
i.
Efesiensi
bagi
petugas
maupun
penderita
sesuai
dengan ketentuan akreditasi.
ii. Pengendalian dan perlindungan bahaya penggunaan
dan pemakaian obat-obatan narkotika.
Gambar 22. Fasilitas Radiologi dan Laboratorium Di RSUD Dr. Soedono
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-6
f) Ketenagaan dan sumber daya manusia di RSUD Dr.
Soedono Madiun
Tabel 3.3.3. Jumlah Tenaga Kerja di RSUD Dr.
Soedono Madiun
No
Jenis Ketenagaan
1
2
3
4
5
6
7
8
Tenaga Medis
Paramedis
keperawatan
Farmasi
Kesehatan
Masyarakat
Gizi
Ketarapian fisik
Keteknisan medis
Non medis
PNS/Tahun
2005
42
261
19
17
15
6
27
136
Jumlah
523
2006
Pegawai Kontrak/tahun
2007
42
252
17
17
15
5
29
130
2005
43
244
17
18
18
5
32
118
508
495
2006
18
113
5
7
1
21
98
263
15
110
0
5
7
1
20
98
256
2007
7
100
3
4
1
18
96
229
Sumber: Laporan kegiatan tahunan RSUD Dr. Soedono Madiun
tahun 2007
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
karyawan
maupun
RSUD
Dr.
paramedis
Soedono
dilaksanakan
Madiun
baik
kegiatan
medis
pendidikan
dan pelatihan secara berencana, antara lain :
i.
Pendidikan DIII, S1 dan S2
ii. Penambahan tenaga medis, S1 Psikologi, DIII
Tuna Wicara, Orthopedi Protese, DIII Orthopedi
Terapi.
iii. Seminar Berkelanjutan Kegawatdaruratan.
iv. Pelatihan Penanganan Gawat Darurat (PPGD),
pelatihan
Fungsional
Medis,
Paramedic
dan
tenaga administrasi dll.
v. In Job Training.
vi. Penyegaran kasus-kasus penyakit.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-7
3.3.5. Pengelolaan Rumah Sakit
3.3.5.1. Pelayanan Rawat Jalan
Pengembangan dan penataan sistem pelayanan rawat jalan,
diantaranya adalah :
a) Menghilangkan loket, sehingga pasien langsung menuju
ke klinik.
b) Proses pelayanan setiap pasien maksimum 5 menit.
c) Waktu tunggu di klinik kurang dari 15 menit.
d) Poliklinik spesialis dibuka pukul 07.30.
e) Adanya
ruang
menampung
bantuan
keluhan
dan
pelayanan
membuat
umum
untuk
solusi
untuk
menangani komplain dari pasien.
f) Mekanisme jemput bola bagi pasien di pintu masuk.
g) Adanya instalasi peduli masyarakat dan security.
h) Ditempatkannya Manager of Duty.
i) Penyediaan ruang darurat pada pelayanan rawat jalan
yang ditujukan untuk pasien dengan kondisi khusus di
poliklinik
j) Menggunakan CBS “Computerised Biling System” dalam
sistem administrasi dan keuangan.
3.3.5.2. Pengembangan dan Penataan Sistem Pada Pelayanan
Rawat Inap
a) Rawat Inap Wijaya Kusuma
i.
Fasilitas jumlah tempat tidur yang disediakan di
instalasi rawat inap Wijaya Kusuma sebanyak 145
tempat tidur (TT), dibagi ke dalam 3 kelas, yaitu
kelas 1 sejumlah 17 TT, kelas II sejumlah 21 TT
dan
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-8
kelas III sejumlah 107 TT.
ii. Menyediakan Nurse Station di tengah ruang
perawatan,
sehingga
dapat
memudahkan
observasi terhadap pasien.
Gambar 23. Paviliun Merpati
iii. Adanya Manager of Duty di ruang rawat inap.
iv. Tersedianya Ruang Bantuan Pelayanan Umum.
v. Menggunakan CBS “Computerised Biling system”
dalam sistem administrasi dan keuangan.
a) Rawat Inap Khusus/Paviliun Merpati
i.
Jumlah tempat tidur (TT) yang disediakan adalah
sebanyak 70 TT, terdiri dari VVIP dan VIP.
Gambar 24. Rawat Inap Khusus
ii. Rawat inap di Paviliun Merpati menyediakan
kamar operasi sebanyak 3 ruangan, dilengkapi
dengan labolatorium, ICU (yang terdiri dari 3 TT
untuk recovery room dan 6 TT untuk kasus
bedah dan non bedah)
iii. Satu perawat untuk melayani 1 pasien
iv. Pelayanan
operasi
dengan
sistem
one
way
surgery.
v. Proses penerimaan pasien minimal 15 menit.
vi. Proses pelayanan pasien rawat inap minimal 15
Gambar 25. Ruang Operasi
menit.
vii. Proses pemulangan pasien 20 menit,
viii. Menggunakan sistem satu jam, artinya pasien
pulang, maka 1 jam kamar sudah siap pakai.
ix. Menggunakan
sistem
all
out,
artinya
ketika
pasien pulang maka kamar sudah bersih secara
keseluruhan dari lantai hingga dinding kamar
x. Menggunakan sistem kunjungan artinya setiap
pasien pulang akan mendapatkan kunjungan
Gambar 26. Tindakan di Unit Gawat
Darurat
Direktorat Litbang
xi. Menggunakan sistem proaktif diamana setiap hari
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-9
dilakukan check terhadap fasilitas kamar agar
senantiasa siap untuk digunakan.
xii. Menggunakan CBS “Computerised Biling System”
dalam sistem administrasi dan keuangan.
xiii. Menyediakan
kemudahan
dalam
mengurus
jaminan askes.
xiv. Menyediakan
obat,
kemudahan
karena
Paviliun
dalam
Merpati
pengambilan
mempermudah
pelayanan obat.
xv. Tersedianya fasilitas umum seperti wartel, kafe
dan apotik.
b) Rawat Inap Bersalin
i.
Tersedianya dokter jaga yang siap 24 jam.
ii. Proses pelayanan oleh dokter dan bidan kurang
dari 30 menit.
iii. Adanya manajemen inlet dan outlet..
3.3.5.3
Pelayanan di Instalasi Rawat Darurat Terpadu.
a) Pelayanan
terpadu
meliputi
pelayanan
kegawat
daruratan umum, bedah penyakit dalam, perawatan
bayi, kebidanan kandungan dan anak.
b) Pelayanan selama 24 jam.
c) Tersedia
ruang
observasi
darurat,
ruang
operasi
emergency, radiologi, labolatorium, apotik.
d) Waktu tunggu 5 menit.
e) Tersedianya dokter jaga 24 jam
f) Tersedianya dokter on call konsultasi 24 jam.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-10
3.3.5.4. Pelayanan Instalasi Bedah Sentral (IBS)
a) Waktu tunggu untuk pasien adalah 2 hari
b) Bedah emergency
dilakukan setiap saat dengan waktu
sela maksimum 30 menit.
c) Lama waktu operasi rata-rata 1-3 jam.
3.3.5.5. Pelayanan Kesehatan di ICU (Intensive Care Unit)
a) Penggabungan ICU, ICCU (Intensive Cardiac Care Unit)
dan recovery room.
b) Ditunjang dengan peralatan canggih, seperti CT Scan.
3.3.5.6. Pelayanan Kesehatan di NICU (Neonatal Intensive
Care Unit)
a) Pembagian ruangan menurut jenis kegiatan pelayanan.
Dilakukan pemisahan antara ruang rawat inborn dan
outborn.
b) Tersedia dokter jaga yang siap 24 jam.
c) Tersedianya ruangan khusus untuk ibu menyusui dan
ruangan intensif semi steril.
3.3.5.7. Pelayanan di Ruang Anak Melati
a) Menyediakan fasilitas tempat tidur sebanyak 31 yang
terbagi atas kelas I sebanyak 4 TT dan kelas II
sebanyak 6 TT.
b) Menyediakan Nurse Station.
c) Tersedia ruang bermain.
d) Adanya ruang observasi.
3.1.5.8. Pelayanan Penunjang
a) Pelayanan Labolatorium Terpadu.
i.
Meliputi labolatorium pathologi klinik, pathologi
anatomi, labolatorium kesling dan radiologi.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-11
ii. Waktu tunggu pelayanan klinik 5 s.d 15 menit.
iii. Proses pelayanan 15 menit s.d 1 jam.
b) Pengembangan informasi melalui wadah Radio Wijaya
Kusuma FM.
i.
Menyediakan informasi mengenai rumah sakit,
informasi kesehatan, pendidikan dan KAMTIBMAS.
ii. Program-program
yang
disediakan
antara
lain
Halo Dokter, Konsultasi Dokter, Lintas Kesehatan,
Kasih Ibu, Media Nutrisi dan Seputar RSUD Dr.
Soedono Madiun. Dalam program tersebut selain
narasumber
memberikan
penjelasan
juga
diadakan tanya jawab bagi masyarakat sekitar
seputar kesehatan.
Gambar 27. Kegiatan Diskusi tentang Kesehatan di Radio Wijaya Kusuma FM
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-12
3.3.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan
3.3.6.1. Penataan Sistem
a) Alur Proses Yang Jelas
Dengan Dengan cara memperpendek alur pelayanan. RS
menyediakan alur proses pelayanan yang jelas seperti
informasi
mengenai
rawat
jalan,
rawat
inap,
alur
penanganan keluhan pelanggan, alur pasien, hak-hak
pasien, daftar tarif, denah, daftar dokter dan petunjuk
arah.
Gambar 28. Papan Penunjuk Alur Proses
b) Kepastian Waktu
Klinik buka setiap jam 8 pagi. Dimulai dengan apel pagi
bagi seluruh pegawai rumah sakit.
c) Akurasi Biaya
Biling sistem sesuai dengan tarif dan sesuai dengan hak
pasien. Tertera jelas papan daftar tarif.
d) Keamanan
i. Untuk keamanan pasien, dilakukan upaya jemput
bola, dimana petugas menjemput pasien yang baru
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-13
datang di depan rumah sakit. Kemudian disediakan
instalasi peduli masyarakat dan security.
ii. Untuk keamanan lingkungan, dilakukan penanganan
limbah medis secara benar.
e) Pelaksanaan Tanggung Jawab
Tersedianya Duty Manager di instalasi rawat jalan, serta
dokter jaga 24 jam di semua unit pelayanan.
f) Kelengkapan Sarana dan Prasarana
RSUD
Dr.
Soedono
Madiun
menyediakan
sarana
pelayanan canggih seperti CT scan.
3.3.6.2.Peningkatan Mutu
a) Melakukan audit mutu eksternal ISO 9001:2000 dan
audit mutu internal ISO 9001:2000.
b) Melakukan survey akreditasi.
c) Pelatihan problem solver.
d) Pengukuran
IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) dalam
bentuk penyebaran kuisioner yang dilakukan 2 kali
setahun. Tertuang dalam Prosedur Mutu Pemantauan
Kepuasan
Pelanggan
RSSM/PMRS/010/016.
Hasilnya
dapat dilihat dalam tabel di bawah :
Tabel 3.3.4. IKM RSUD Dr. Soedono Madiun
Tahun
Hasil IKM
2005
74,16% dan 77,43%
2006
90,62%; 90,75% dan 90,18%
2007
80,16% dan 80,10%
Sumber : Laporan kegiatan dan Penghitungan APBD RSUD Dr.
Soedono Madiun tahun anggaran 2007
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-14
e) Manajemen Keluhan Pelanggan
i.
Menyediakan sarana seperti alur komplain, kotak
saran.
ii. Terdapat
prosedur
dituangkan
ke
penanganan
dalam
keluhan
yang
rumah
sakit
peraturan
(RSSM/PMRS010/015).
iii. Dilakukan pembahasan komplain setiap minggu.
Gambar 29. Kegiatan pertemuan dengan
masyarakat
iv. SMS langsung kepada direksi dan IPHI (Instalasi
Pemasaran Humas dan Informasi).
v. Lewat media radio, antara lain program siaran
pojok rumah sakit yang berisi penjelasan dan
diskusi.
f) Upaya peminimalisiran terjadinya penyimpangan adalah
dengan
Gambar 30. Bakti sosial ke masyarakat
penggunaan
Sistem
Informasi
Manajemen
Rumah Sakit/CBS (SIM RS/CBS) yang dapat dipantau
secara langsung oleh Direktur selaku pimpinan dan SPI.
Pemberian pelayanan kesehatan sesuai SOP/ Protap/
Prosedur
Mutu. Survey Internal Akreditasi dilakukan
setiap 6 bulan sekali. Evaluasi kegiatan juga dilakukan
dengan adanya laporan triwulan/ semester/ tahunan
serta pemantauan oleh tim monitoring dan evaluasi
Gambar 31. Bantuan penanggulangan
bencana
setiap 6 bulan sekali.
3.3.6.3. Kepesertaan Masyarakat
a) Citizen Charter
Program ini Ditandatangani oleh LSM tokoh masyarakat
dan tokoh agama. Program ini mendapatkan respon
yang positif dari masyarakat. Dalam melakukan porgram
ini,
Gambar 32. Evaluasi pelayanan
Direktorat Litbang
pihak
pelayanan
RSUD
dan
Dr.
Soedono
pengobatan
gratis
Madiun
melakukan
masyarakat
yang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-15
tinggal di sekeliling rumah sakit.
b) Diskusi Dalam Program Radio Wijayakusuma FM.
Program ini merupakan sarana komunikasi RS dengan
masyarakat. Program ini juga merupakan sarana untuk
lebih mengakrabkan rumah sakit dengan masyarakat.
3.3.6.4. Upaya Peningkatan Kesehatan Perorangan
a) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan.
Peningkatan pelayanan untuk JPK-MM bagi keluarga
miskin/tak mampu dilakukan melalui perbaikan dari
sistem yang sudah ada, yaitu dengan membentuk tim
kordinasi
pelaksanaan
program
JPK-MM
yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur. Jumlah
pasien miskin yang terlayani tahun 2007 adalah sebesar
39.934 pasien meliputi 32.814 pasien IRJA dan 7.120
pasien IRNA, jumlah ini meningkat 29,25% dari tahun
sebelumnya. Adapun pelayanan yang diberikan meliputi
tindakan operasi, rawat darurat, rawat jalan, rawat inap,
pelayanan penunjang medis, obat-obatan/bahan habis
pakai, bantuan transport rujukan dan pelayanan darah.
b) Pemantauan Kotak Saran.
Pemantauan kotak saran dilakukan setiap hari dan
dievaluasi setiap hari baik melalui radio FM Wijaya
Kusuma
maupun
dibahas
secara
struktural
setiap
minggu untuk memperoleh masukan, saran dan kritik
dari masyarakat.
c) Peningkatan
pelayanan
di
instalasi
farmasi
dengan
pemakaian obat rasional di semua jenis layanan.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-16
3.3.6.5. Peningkatan Manajemen Pelayanan
a) Penyempurnaan Standar Operasional Prosedur.
b) Pengembangan
pelayanan
kesehatan dilaksanakan dengan
berbagai pelatihan bagi tenaga
medis dan paramedis maupun
non paramedis yang bertujuan
memberikan
peningkatan
pengetahuan,
keahlian/
keterampilan,
serta
dalam
mengoptimalkan
pemberian
wawasan
pelayanan
kesehatan kepada masyarakat
pelanggan.
Selain
diterapkan
di
penggunaan CBS
masing-masing
dengan
itu
bertujuan
poli
rawat
mencegah
terjadinya antrian panjang di
pembayaran.
loket
Yang
berikutnya adalah penggunaan
sistem jemput bola terhadap
pasien
dengan
yang
datang
adanya
berobat
perawat
sebagai petugas front line di
pintu masuk IRJA. Selain itu,
adanya
duty
manager
serta
Gambar 33. Pelayanan jemput bola pasien
pelayanan tingkat VIP.
c) Peningkatan profesionalisme petugas di rawat jalan dan
meningkatkan budaya senyum dalam melayani pasien.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-17
3.3.8. Permasalahan Dalam Pelayanan di RSUD Dr. Soedono Madiun
Hal-hal yang masih menjadi masalah dalam melakukan pelayanan
kesehatan antara lain :
a) Aspek SDM
Kualitas dan kuantitas SDM yang masih kurang, terutama
untuk menunjang pelayanan kesehatan yang prima dan sebagai
pengganti tenaga-tenaga purna tugas.
b) Aspek Sarana dan Prasarana.
1. Kurangnya peralatan medis maupun non medis untuk
menunjang pelayanan kesehatan yang prima.
2. Penataan dan pengembangan sarana penunjang yang
menyeluruh,
belum
pengembangan
antara
pelayanan
lain
penataan
sterilisasi
sentral,
dan
belum
maksimalnya pembangunan dll.
c) Aspek Sistem
Computerized billing system dan computerized rekam medik
belum menyeluruh dan sistem informasi dan pemasaran masih
belum optimal.
3.3.9. Pengawasan dan Evaluasi
Mekanisme pengawasan yang dilakukan antara lain dengan melakukan
mekanisme
pelaporan
pengaduan
masyarakat
dengan
melakukan
kordinasi antara Dinas Kesehatan Propinsi dan rumah sakit. Kemudian
dievaluasi
secara
berkala
di
tingkat
Propinsi.
Selain
mekanisme
pengaduan, RSUD Dr. Soedono Madiun juga melakukan evaluasi
kinerja dan kualitas pelayanan dengan cara melakukan survei evaluasi
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-18
pelanggan yang dilakukan tiap tahun melalui penyebaran kusioner
untuk memperoleh indeks kepuasan masyarakat (IKM). Pada tahun
2007 RSUD Dr. Soedono Madiun memperoleh IKM sebesar 80,16.
Tabel 3.3.5. Penilaian Seluruh Unsur Pelayanan Publik di RSU
Dr. Soedono Madiun
No
Unsur pelayanan
Nilai rata-rata/persentase
U1
Prosedur pelayanan
3.289
82.22
U2
Persyaratan pelayanan
3.305
82.63
U3
Kejelasan petugas pelayanan
3.332
83.30
U4
Kedisiplinan petugas layanan
3.380
84.50
U5
Tanggung jawab petugas layanan
3.374
84.35
U6
Kemampuan petugas layanan
3.262
81.55
U7
Kecepatan layanan
3.294
82.32
U8
Keadilan mendapatkan pelayanan
3.294
82.32
U9
Kesopanan dan keramahan
3.348
83.70
U10
Kewajaran biaya pelayanan
3.278
81.95
U11
Kepastian biaya pelayanan
3.283
92.08
U12
Kepastian jadwal pelayanan
3.310
82.75
U13
Kenyamanan lingkungan
3.203
80.08
U14
Keamanan pelayanan
3.299
82.48
Sumber : Laporan kegiatan dan perhitungan APBD RSU Dr. Soedono Madiun
Pemantauan
kepuasan
pelanggan
dilaksanakan
oleh
Tim
Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) yang dibentuk berdasarkan surat tugas
pimpinan RSUD Dr. Soedono Madiun. Penanganan saran/ keluhan
pelanggan
diatur
dalam
prosedur
tetap.
Pengelolaan
keluhan
pelanggan ini dilakukan secara sistematis dengan tujuan meningkatkan
kepuasan pelanggan. saran/keluhan yang ditangani adalah segala
saran atau keluhan yang terjadi di RSUD Dr. Soedono Madiun yang
terkait
dengan
pelayanan
medis,
keperawatan,
penunjang
serta
lingkungannya baik secara tertulis maupun lisan. Adapun alur proses
penanganan
pengaduan
masyarakat
adalah
meliputi
penerimaan,
pencatatan, penelahaan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi, penelitian,
pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut dan pengarsipan.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-19
Penanganan saran/keluhan pelanggan dikordinasikan oleh sekretariat
RSUD
Dr.
Soedono
Madiun.
Kemudian
dalam
operasionalnya
dilaksanakan oleh instalasi pemasaran, humas dan informasi (IPHI).
Sarana penyampaian saran dan keluhan pelanggan dilakukan dengan
memasang kotak saran dan menyiapkan kertas/angket pada kotak
tersebut di setiap unit pelayanan dan Radio Wijayakusuma FM RSUD
Dr. Soedono Madiun. Secara berkala (seminggu sekali) kotak saran
dibuka dan semua saran/keluhan yang masuk dicatat dalam buku
saran/keluhan. Saran dan keluhan tersebut dapat bersumber dari
media
masa
dan
laporan
lisan,
kemudian
ditulis
pada
buku
saran/keluhan. Saran/keluhan ditindaklanjuti sampai selesai melalui
pemantauan lembar penanganan/tindak lanjut saran/keluhan.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-20
3.2.
Pelayanan Puskesmas Swadana
Pahandut
3.2.1. Gambaran Umum
Kota Palangka Raya adalah salah satu Kota dari 14 kabupaten/Kota
di Propinsi Kalimantan Tengah, dengan luas wilayah mencapai 2.400
km2 yang terdiri dari 5 kecamatan dan 30 kelurahan. Kota Palangka
Raya mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari 2 dimensi yaitu wilayah
perKotaan dengan 6 kelurahan dan wilayah pedesaan dengan 24
kelurahan. Sarana pelayanan kesehatan di Kota Palangka Raya terdiri
dari 9 Puskesmas dan 43 Puskesmas Pembantu (Pustu), 3 buah RS
(RS Prov, RS POLRI, RS TNI).
Pandangan masyarakat yang buruk terhadap pelayanan di puskesmas
mendorong
Pemerintah
pembenahan
terhadap
Kota
Palangka
kualitas
Raya
pelayanan
untuk
pada
melakukan
puskesmas.
Pembenahan tersebut dimaksudkan agar puskesmas yang merupakan
sarana kesehatan terdekat dengan masyarakat, mendapat pengakuan
yang positif ditengah masyarakat, yaitu dapat memberikan pelayanan
kesehatan
yang
bermutu
dan
memberikan
kepuasan
bagi
penggunanya.
3.2.2.Latar Belakang Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2006 WaliKota Palangka
Raya menginstruksikan kepada Dinas
Kesehatan Kota untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam
mendukung kesehatan ibu dan anak.
Pemerintah
Gambar 14. Puskesmas Pahandut
Direktorat Litbang
kesehatan
Kota
ibu
meyakini
dan
anak
bahwa
akan
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-1
berdampak
pada
Peningkatan
merealisasikan
peningkatan
pelayanan
derajat
kesehatan
pelayanan
rawat
kesehatan
tersebut
inap
masyarakat.
diwujudkan
persalinan
di
dengan
Puskesmas
Swadana Pahandut. Selain itu, upaya-upaya lain dilakukan untuk
mewujudkan peningkatan pelayanan dibidang kesehatan. Pelayanan
kesehatan dasar gratis di puskesmas merupakan salah satu upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dasar. Layanan ini berbasis asuransi
dan diperuntukkan secara menyeluruh bagi penduduk Kota Palangka
Raya. Penduduk Kota Palangka Raya yang bukan pegawai negeri sipil
(PNS) dan bukan termasuk GAKIN, yang dulunya harus membayar
bila ke puskesmas, dengan program ini menjadi tidak bayar karena
pembayarannya ditanggung oleh pemerintah melalui sistem asuransi.
Berikut berbagai kondisi yang melatarbelakangi perlunya peningkatan
kesehatan khususnya bagi masyarakat Kota Palangka Raya :
1. Masih buruknya pandangan masyarakat mengenai pelayanan
puskesmas.
2. Masih minimnya upaya terhadap pelayanan dibidang kesehatan
ibu dan anak yang berdampak pada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
3. Tingginya tingkat kemiskinan di Kota Palangka Raya.
4. Belum adanya sarana pelayanan kesehatan yang memadai.
5. Belum tersedianya pelayanan radiomedik dan sarana ambulans
pasien bagi warga Kota Palangka Raya
6. Rendahnya akses dan jenis pelayanan kesehatan bagi warga
Kota Palangka Raya.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-2
3.2.3. Regulasi Dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Pahandut
Berikut adalah peraturan-peraturan yang melatarbelakangi upaya
peningkatan kesehatan di lingkungan Kota Palangka Raya :
1. Keputusan WaliKota nomor 12 tahun 2006 tentang Pelayanan
Kesehatan Dasar Gratis
2. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 07 tahun 2008
tentang Kesehatan Dasar Gratis di Puskesmas
3. Keputusan WaliKota Palangka Raya Nomor: 252 tahun 2007
tentang Pembentukan Unit Pelayanan Konsultasi Medis Melalui
Media Telekomunikasi dan Pelayanan Evakuasi Gawat Darurat
Kesehatan.
4. Keputusan WaliKota Palangka Raya Nomor: 253 tahun 2007
tentang Standar Pemberian Insentif Bagi Tenaga Pelayanan
Konsultasi
Melalui
Media
Telekomunikasi
dan
Pelayanan
Evakuasi Gawat Darurat Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya
Tahun 2007.
5. Nota Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya tanggal 20
September 2007 Kepada WaliKota Palangka Raya.
3.2.4. Profil Puskesmas Pahandut
3.2.4.1. Infrastruktur
a) Fasilitas di Puskesmas Pahandut :
Lokasi rumah sakit berada
cukup
strategis
masyarakat
Raya.
Kota
Terletak
bagi
Palangka
di
tengah
Kota dengan luas 5500 m2.
Direktorat Litbang
Gambar 15. Klinik di Puskesmas Pahandut
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-3
Fasilitas yang terdapat di Puskesmas Pahandut antara lain
ruang periksa (poliklinik) yang terdiri dari poli umum,
poli
gigi, poli anak, poli gizi, kemudian ruang persalinan, ruang
tindakan/operasi, ruang UGD, inkubator, ruang rawat inap
untuk ibu melahirkan, apotik, loket pendaftaran, dan ruang
Radiomedik ambulance 118, serta mobil ambulan dan motor
penunjang. Untuk mekanisme evaluasi pelayanan disediakan
Kotak saran dan pengaduan. Waktu pelayanan pada hari biasa
(Senin s.d Jumat) adalah 07.30 – 11.00 sedangkan pada hari
Jumat s.d Sabtu pukul 07.30 – 10.00. Untuk layanan UGD,
layanan radiomedik dan ambulance 118 dilayani selama 24
jam.
b) Komposisi tenaga medis Di Puskesmas Pahandut tahun 2007,
disampaikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2.1. Jumlah Tenaga Medis Puskesmas Pahandut Tahun
2007
Tenaga Medis
Jumlah
Dokter Umum
6 Orang
Dokter Gigi
1 Orang
Dokter Spesialis
-
Perawat
15 Orang
Bidan
3 Orang
Lain-lain
17 Orang
Sumber : diolah dari data pegawai Puskesmas Pahandut tahun 2007
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-4
c) Struktur Organisasi
Gambar 16. Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut 2007
Sumber : Puskesmas Pahandut tahun 2007
3.2.4.2. Persyaratan Kepesertaan
Syarat utama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis
di Puskesmas Pahandut adalah masyarakat yang memiliki KTP
Kota Palangka Raya yang tidak ditanggung oleh asuransi.
Premi
peserta
ditanggung
oleh
pemerintah
yang
dananya
bersumber dari APBD Kota Palangka Raya. Identitas peserta
adalah Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga yang masih
berlaku. Mekanismenya adalah dengan menunjukkan identitas
berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) aktif dan Kartu Keluarga
(KK) wilayah Kota Palangka Raya yang masih berlaku. Jika
penduduk yang berasal dari luar Kota Palangka Raya akan
dikenakan biaya sesuai tarif yang berlaku.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-5
3.2.4.3.
Jenis Layanan Kesehatan yang Disediakan di
Puskesmas
Pahandut
a) Poliklinik.
Terdiri dari Poli Anak, Poli Umum/dewasa, Poli Gigi, Poli Gizi,
dan Poli Pemeriksaan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
b) Pelayanan Imunisasi/Suntik.
Melayani pemberian imunisasi seperti vaksin BCG dan campak.
c) Pelayanan Operasi.
Untuk saat ini Puskesmas Pahandut telah memiliki kamar
operasi dan pada tahun 2008 masih dalam tahap persiapan
(persiapan peralatan dan SDM/tenaga ahli). Pelayanan operasi
direncanakan akan menyediakan operasi bedah sectio caesaria.
d) Laboratorium
laboratorium
menyediakan
pemeriksaan
urine
rutin,
pemeriksaan darah rutin, tes kehamilan dan BTA.
e) Apotik/Ruang Obat
Menyediakan obat-obat yang diperuntukkan bagi pasien.
Gambar 17. Fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Pahandut
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-6
f) Klinik Bersalin
Klinik
bersalin
dilengkapi
dengan
peralatan
yang
cukup
memadai. Terdiri dari 2 buah tempat tidur dan alat penunjang
bersalin lainnya. Disediakan pula inkubator bagi bayi jika sang
bayi membutuhkan perawatan lebih lanjut.
g) Ruang Rawat Inap untuk Ibu Melahirkan
Fasilitas rawat inap ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang baru
melaksanakan persalinan. Terdapat perlengkapan tempat tidur
bagi ibu dan anak.
h) Unit Gawat Darurat (UGD)
Melayani pasien gawat darurat. Dilengkapi dengen peralatan
medik untuk menunjang pelayanan di UGD. UGD melayani
masyarakat 24 jam. Untuk UGD Puskesmas Pahandut yang
berada di lingkungan perkotaan, prioritas pelayanan adalah
untuk kondisi gawat darurat universal. UGD ini
diharapkan
mampu memberikan pertolongan gawat darurat termasuk life
saving sebagai pendamping UGD RSUD Doris Sylvanus. Selain
itu
dengan
adanya
UGD
di
Puskesmas
Pahandut,
maka
pelayanan kesehatan 24 jam yang terintegrasi telah mulai
dirintis karena lokasi pelayanan yang berada satu gedung
dengan Radiomedik/Ambulance 118 dan Kamar Bersalin Rawat
Inap Persalinan.
i) Layanan Lansia (lanjut usia) Prioritas
Merupakan layanan prioritas bagi penduduk lanjut usia di Kota
Palangka Raya. Layanan untuk para lansia ini masih bersifat
kewajiban moral, sehingga tidak ada kewajiban bagi penyedia
layanan kesehatan untuk memprioritaskan layanan untuk lansia.
Lansia
merupakan
golongan
masyarakat
yang
biasanya
mempunyai masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-7
Layanan ini merupakan wujud penghargaan
bagi para lansia yang sepanjang hidupnya
telah berjasa membangun Palangka Raya
dan
Kalimantan
Tengah.
Kini
Prioritas
menjadi
layanan
Lansia
merupakan
kewajiban
bagi
Layanan
yang
institusi
penyedia layanan di Kota Palangka Raya.
Program
layanan
dilaksanakan
Lansia
5
di
Prioritas
puskesmas
di
ini
Kota
Palangka Raya yaitu Puskesmas Pahandut,
Puskesmas Kayon, Puskesmas Bukit Hindu,
Puskesmas
Menteng
dan
Puskesmas
Panarung. Dengan layanan ini para pasien
yang berusia diatas 56 tahun mendapat
prioritas
pelayanan.
Prioritas
layanannya
mencakup penyediaan antrian khusus yang
cepat ketika melakukan antrian pada loket
pendaftaran,
tindakan
pelayanan
medis
pemeriksaan
prioritas,
dan
dan
pelayanan
apotik puskesmas prioritas, dimana petugas
memberikan keterangan yang lebih lengkap
dan
terinci
mengenai
dosis
dan
cara
pemakaian obat.
j) Pelayanan Radiomedik dan Ambulance 118
Pelayanan
dikenal
Radiomedik
dengan
konsultasi
sebelumnya
sebutan
pelayanan
medis
telekomunikasi.
diharapkan
ini
melalui
Dengan
warga
Kota
media
program
Palangka
dapat meminta informasi dengan cepat
Direktorat Litbang
ini
Raya
Gambar 18. Perlengkapan pada pelayanan
radiomedik
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-8
melalui telepon kepada petugas Kesehatan mengenai tindakan
yang harus diambil terhadap permasalahan kesehatan yang
sedang dialami. Petugas kemudian memberikan instruksi yang
bersifat medis baik untuk melakukan pertolongan pertama
maupun memberikan solusi bagaimana cara mengirim pasien
ke
sakit.
rumah
penyelamatan
Diharapkan
nyawa
si
cara
pasien.
ini
dapat
Program
membantu
ini
dalam
pelaksanaannya dipadukan dengan pelayanan evakuasi gawat
darurat yang dikenal dengan sebutan Ambulance 118. Program
ambulance 118 ini akan dilaksanakan bertahap. Sampai dengan
saat
ini
baru
tersedia
2
buah
mobil
ambulans
dengan
spesifikasi internasional dan 2 sepeda motor khusus. Pada awal
berdirinya
program
ini,
dibentuk
tim
atau
sejenis
panitia
persiapan untuk unit ini. Tim tersebut berasal dari gabungan
lintas
subdinas
dan
lintas
puskesmas.
Tim
ini
bertugas
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan SDM,
sarana prasarana, penjadwalan tugas, simulasi, uji coba dan
sosialisasi. Pendanaan persiapan berasal dari lintas program.
Pelayanan Radiomedik melayani 24 jam setiap hari. Warga
masyarakat dapat bertanya melalui telepon tentang kasus
medik, P3K, tindakan mandiri gawat darurat dan programprogram
kesehatan.
Warga
masyarakat
dapat
meminta
pelayanan gawat darurat di rumah sekaligus ambulasi ke
rumah sakit. Kegiatan ini dibagi kedalam 3 shift dimana
masing-masing shift akan terdiri dari dokter, paramedis dan
penanggung jawab ambulance. Wilayah kerja ambulasi 118
adalah berjarak radius 5 km dari PKM Pahandut. Sesuai
protap, yang dilayani ambulasi adalah dalam wilayah kerja dan
merupakan kasus rujukan (kriteria kasus rujukan diatur dalam
protap).
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-9
Fasilitas Penunjang program ini antara lain terdapat ruangan
call
center
yang
terdapat
di
dalam
gedung
Puskesmas
Pahandut, sarana penerima telepon, peralatan penunjang IT
seperti komputer, HT, ruang istirahat bagi pegawai serta mobil
ambulans dan motor. Mitra kerja dari unit ini adalah UGD
rumah
sakit,
Palang
Merah
Indonesia,
Polisi,
Pemadam
Kebakaran, Dinas Perhubungan, Unit Tanggap Darurat Bencana,
Telkom, Orari, dll.
Struktur Petugas terdiri dari dokter, perawat dan penunjang
(layanan ruangan sekaligus pengemudi ambulans). Perawat dan
petugas
penunjang
dipilih
dan
ditugaskan
berdasarkan
kompetensi, kinerja dan tingkat kesibukan yang dimilikinya.
Semua
dokter
umum
yang
bekerja
di
Pemerintah
Kota
Palangka Raya termasuk PTT dilibatkan dalam kegiatan ini.
Untuk
ketertiban
terhadap
pelayanan
Radiomedik
dan
ambulance 118 maka diterbitkan peraturan tata tertib bagi
pegawainya. Peraturan tata tertibnya antara lain mencakup
penegasan dalam waktu hadir, waktu bertugas, pelarangan
menerima imbalan dari klien dll. Tata tertib ini dilengkapi
dengan ketentuan hukuman bagi pegawai yang telat atau
mangkir dari tugasnya.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-10
3.2.5. Prosedur Pelayanan Kesehatan
3.2.5.1. Proses Pelayanan Rawat Jalan
Proses pelayanan rawat jalan adalah sebagai berikut :
a) Pasien mendaftar di loket pendaftaran. Bila pasien belum
pernah berobat di puskesmas ini, pasien didaftar dulu
sebagai anggota yang baru, dan diberi kartu anggota;
b) Petugas administrasi di loket pendaftaran mencatat no.
anggota dan nama pasien, dan memberikan nomor urut
pasien;
c) Pasien menunggu namanya dipanggil oleh petugas untuk
mendapatkan giliran diperiksa. Disediakan tempat duduk di
depan masing-masing tempat praktek;
d) Pasien
masuk
ke
ruang
periksa
untuk
diperiksa
oleh
dokter/perawat;
e) Resep dari dokter digunakan untuk mengambil obat di
apotik
yang
lokasinya
jadi
satu
dengan
Puskesmas
Pahandut.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-11
3.2.5.2. Alur Pelayanan Puskesmas
Gambar 19. Alur Pelayanan Puskesmas Pahandut
Sumber : Puskesmas Pahandut
3.2.5.3. Proses Pelayanan Ibu Melahirkan dan Rawat Inap Ibu
Melahirkan
Proses pelayanan ibu melahirkan dan rawat inap ibu melahirkan
adalah sebagai berikut :
a) Pada umumnya pasien yang akan melahirkan di Puskesmas
Pahandut sudah terdaftar sebagai pasien yang secara rutin
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Pahandut;
b) Pasien
mendaftar
di
loket
pendaftaran,
bila
tidak
memungkinkan maka pendaftaran bisa diwakilkan kepada
keluarganya;
c) Bagi pasien sudah siap melahirkan, langsung dibawa ke
ruang bersalin untuk proses melahirkan. Apabila belum,
pasien dibawa ke ruang rawat inap khusus untuk ibu
melahirkan.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-12
d) Setelah proses melahirkan selesai, pasien bisa istirahat di
ruang rawat inap khusus untuk ibu melahirkan.
e) Pasien menjalani rawat inap dalam rangka memulihkan
kondisi pasca melahirkan dengan waktu rata-rata 2 hari
untuk melahirkan normal, dan
6 hari untuk operasi caesar.
f) Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk proses melahirkan
normal adalah Rp. 200.000 termasuk rawat inap.
3.2.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Pahandut memiliki beberapa keunggulan dan inovasi dalam
pelayanan kesehatannya, antara lain :
1. Pemberian layanan puskesmas gratis setiap hari Senin sampai
Sabtu dengan waktu operasional hari Senin s.d Kamis dibuka
pukul 07.30 dan tutup 11.00. Sedangkan untuk hari Jumat dan
Sabtu tutup pada pukul 10.00 kecuali untuk UGD buka 24
jam.
2. Tersedia kotak pengaduan.
3. Proses pelayanan diinformasikan secara transparan dengan
menempelkannya dalam bentuk alur proses di setiap pintu Poli.
4. Memberikan layanan persalinan dan rawat inap untuk ibu
pasca melahirkan.
5. Petugas layanan yang sangat profesional dan ramah.
6. Sistem komputerisasi antar ruangan (Local Area Network)
sudah diterapkan di Puskesmas Pahandut. Untuk sementara
baru Poliklinik Anak/Balita yang memakai sistem LAN. Sistem
ini nantinya akan diterapkan di seluruh unit pelayanan di
puskesmas sehingga pelayanan akan lebih cepat dan data
pasien akan tersimpan dengan baik didalam harddisk. Sistem
ini
tentunya
akan
mengurangi
pengeluaran
operasional
puskesmas untuk mencetak kartu rekam medis.
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-13
7. Kondisi puskesmas yang bersih, rapi dan indah.
8. Memberikan layanan prioritas kepada lansia.
9. Menyediakan
pelayanan
dalam
Bahasa
Inggris jika
pasien
membutuhkannya.
10. Tersedia ponsel layanan keluhan (melalui sms) terhadap
pelayanan kesehatan yang kemudian ditindaklanjuti sebagai
masukan dalam evaluasi quality assurance dan dikelola oleh
Dinas Kesehatan.
11. Pelayanan gizi untuk bayi dan balita, pelayanan pemeriksaan
ANC serta pelayanan imunisasi dalam waktu 5 menit.
3.2.7. Permasalahan Dalam Pelayanan Puskesmas Pahandut
Beberapa permasalahan yang menjadi hambatan serta alternatif solusi
yang dilakukan manajemen puskesmas dalam melakukan pelayanan
kesehatan pada masyarakat, yaitu :
1. Kunjungan
pasien
petugas
meningkat.
yang
meningkat
Saat
ini
menyebabkan
petugas
telah
beban
diberikan
insentif/tunjangan daerah sehingga diharapkan insentif ini bisa
memacu semangat kerja petugas. Selain itu jumlah petugas
kesehatan di Puskesmas Pahandut semakin bertambah sehingga
beban kerja semakin merata.
2. Kadang terjadi pasien yang sudah memiliki kartu asuransi
(Askes dan
Sampai
Askeskin)
saat
pengertian
ini
memanfaatkan
dilakukan
kepada
upaya
pelayanan gratis
sosialisasi,
pemegang
kartu
rekapan
lembar
asuransi
ini.
memberikan
Askes
dan
Askeskin.
3. Ketidaksamaan
Direktorat Litbang
hasil
pengklaiman
dengan
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-14
verifikasi yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara (BAPEL).
Sampai saat ini diupayakan dilakukan perekapan dengan lebih
teliti (tertib administrasi).
3.2.8. Pengawasan dan Evaluasi
Evaluasi terhadap kualitas pelayanan Puskesmas Pahandut dilakukan
dengan menyediakan Kotak saran kemudian melakukan pengukuran
kepuasan
masyarakat
melalui
survey
kepuasan
pelanggan
yang
dilakukan kepada internal (karyawan) serta eksternal (masyarakat)
yang dilakukan 1 kali setahun.
Gambar 20. Berbagai inovasi pelayanan di Puskesmas Pahandut
Direktorat Litbang
Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-15
BAB 4
DAMPAK PENINGKATAN KUALITAS
LAYANAN KESEHATAN
Dengan
adanya
inovasi
layanan
publik
di
bidang
kesehatan
di
Kabupaten Jembrana, Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya dan
RSUD Dr. Soedono Provinsi Jatim, memberikan dampak peningkatan
kualitas layanan kesehatan.
4.1.
Sistem Jaminan Kesehatan Jembrana
Dengan
adanya
program
Jaminan
Kesehatan
Jembrana
(JKJ),
masyarakat dengan mudah mendapatkan pelayanan dasar kesehatan/
kuratif dan preventif. Khususnya masyarakat miskin yang tidak lagi
khawatir dengan biaya dalam melakukan pengobatan. Secara umum
sistem asuransi JKJ di Kabupaten Jembrana berdampak pada tingkat
Bed Occupational Rate (BOR) yang menurun, tingkat umur harapan
hidup (UHH) di Kabupaten Jembrana meningkat dan adanya kenaikan
kunjungan
ibu
hamil
tiap
tahunnya.
Hal
tersebut
secara
tidak
langsung berdampak kepada peningkatan produktifitas masyarakat
sehingga menumbuhkan roda perekonomian. Berikut ditampilkan data
kenaikan BOR, data peningkatan UHH dan data kunjungan ibu hamil
di Kabupaten Jembrana :
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-1
Tabel 4.1. Data Bed Occupational Rate (BOR)
Tahun
BOR
2003
50,69%
2004
47,44%
2005
46,17%
2006
40,47%
2007
37,13%
Sumber : Bapel JKJ 2008
Tabel 4.2. Data Umur Harapan Hidup (UHH)
Tahun
UHH
2003
71,30
2004
71,34
2005
71,40
2006
71,48
2007
71,51
Sumber : Bapel JKJ 2008
Tabel 4.3. Data Antenantal Care (ANC)/kunjungan ibu hamil
Tahun
K1
K2
2004
90,57%
83,21%
2005
92,84%
83,79%
2006
94,04%
84,02%
2007
95,00%
84,22%
Sumber : Bapel JKJ 2008
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-2
4.2.
Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya
Dampak
secara
peningkatan
langsung
maupun
tidak
langsung
terhadap
layanan kesehatan di Puskesmas Pahandut, antara lain
sebagai berikut :
1. Masyarakat
semakin
menyembuhkan
berani
penyakitnya.
untuk
Pada
berobat
tahun
dalam
2006
upaya
kunjungan
pasien umum (gratis) di Puskesmas Pahandut berjumlah 27.118
kunjungan,
sementara
di
tahun
2007
kunjungan
menjadi
43.502 kunjungan. Demikian juga dengan data kunjungan
pasien Rawat Inap Persalinan tahun 2006 sebanyak 56 orang
dan tahun 2007 meningkat menjadi 119 orang. Hal tersebut
dapat dilihat dari grafik di bawah ini :
Grafik 4.1. Kunjungan Pasien Umum di Puskesmas Pahandut
Tahun 2006-2007
45000
40000
35000
30000
25000
43502
20000
15000
27118
2006
2007
10000
5000
0
2006
2007
Sumber : Puskesmas Pahandut 2007
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-3
Grafik 4.2. Kunjungan Pasien Bersalin Tahun 2006-2007
120
100
80
40
2006
2007
119
60
56
20
0
2006
2007
Sumber : Puskesmas Pahandut 2007
2. Pada saat peralihan kartu Askeskin menjadi kartu Jamkesmas
seperti sekarang ini, puskesmas gratis menjadi solusi bagi
masyarakat miskin yang akan berobat, karena ketika kartu
Askeskin mereka sudah tidak berlaku dan kartu Jamkesmas
belum
mereka
terima,
mereka
masih
dapat
berobat
di
puskesmas secara gratis.
3. Dalam pelayanan radiomedik dan ambulans, warga masyarakat
dapat meminta pelayanan gawat darurat di rumah sekaligus
ambulasi ke rumah sakit. Selain itu masyarakat tidak dipungut
biaya
karena
seluruhnya
dibiayai
oleh
Pemerintah
Kota
Palangka Raya.
4.3.
RSUD Dr. Soedono
Efektifitas adanya layanan kesehatan yang diberikan di RSUD Dr.
Soedono terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-4
lain, dijadikannya RSUD Dr. Soedono sebagai pusat rujukan rumah
sakit di wilayah barat Propinsi Jawa Timur, sehingga penanganan
gawat darurat yang ada di wilayah sekitar dapat tertangani dengan
baik. Hal ini dapat terlihat dari kenaikan angka Gross Death Rate
(GDR) sebesar 57,82% ditahun 2006 menjadi 59,38% di tahun 2007,
kemudian terjadi penurunan angka Death Rate (NDR) dari 22,23% di
tahun 2006 menjadi 21,99% di tahun 2007.
Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap rumah sakit pemerintah
semakin lama semakin besar. Peningkatan mutu dan kualitas layanan
kesehatan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah menyebabkan
semakin banyaknya masyarakat untuk memilih rumah sakit daerah.
Adanya
pergeseran segmen
pasar
tersebut
menunjukkan
adanya
perubahan pola pencarian layanan kesehatan dari dokter pribadi /RS
Swasta ke rumah sakit pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke RSUD Dr. Soedono.
Peningkatan manfaat rumah sakit oleh masyarakat dapat dilihat dari
beberapa indikator sebagai berikut
:
a) Jumlah kunjungan pasien rawat jalan di RSUD Dr. Soedono
meningkat sebanyak 148.203 orang di tahun 2005 menjadi
186.572 orang di tahun 2006 sedangkan di tahun 2007 ada
penurunan
menjadi
186.553
orang.
Selain
itu
terjadi
peningkatan kunjungan rawat inap di tahun 2006 sebanyak
17.937 orang menjadi 18.478 orang di tahun 2007.
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-5
Tabel 4.4. Kemajuan Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Darurat
dan Rawat Inap tahun 2005 s.d 2007
No
Tahun
Uraian
2005
2006
2007
148.203
187.572
186.553
I
Rawat jalan
1.
Kunjungan
2.
Jumlah Hari Buka
294
294
290
Rata-rata Kunjungan/Hari Buka
504
638
643
20.069
23.332
22.392
55
64
61
II
Rawat Darurat
1.
Kunjungan
Rata-rata Kunjungan/Hari Buka
III
Rawat Inap
1.
Jumlah Penderita Dirawat
2.
BOR
14.091
17.937
18.478
57,31 %
77,72 %
77,41 %
Sumber : Profil RSUD Dr. Soedono Dalam Angka Tahun 2007.
b) Survey Indeks Kepuasan Konsumen menunjukkan hasil yang
cukup baik yaitu sebesar 74,16% pada tahap 1 dan 77,43%
pada tahap 2 ditahun 2005, dan pada tahun 2006 sebesar
90,62% tahap 1 dan 90,75% tahap 2, sedangkan ditahun 2007
sebesar 80,16% pada tahap 1 dan 82,10 % pada tahap 2.
c) Upaya yang dilakukan RSUD Dr. Soedono dalam membantu
menuntaskan
kemiskinan
di
daerah,
yaitu
mengeluarkan
kebijakan untuk pasien yang betul-betul tidak mampu dan
ternyata belum terdaftar sebagai pserta Askeskin/Jamkesmas
untuk
memberikan
pelayanan
sesuai
standar
RS
dan
memberikan kesempatan pada pasien tersebut untuk mengurus
surat keterangan miskin sebagai kelengkapan administrasinya
Direktorat Litbang
Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-6
DAFTAR PUSTAKA
BUKU, MAKALAH , ARTIKEL, LAPORAN PENELITIAN
__________ 2006. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Publik, Kiat dan Terobosan
Kabupaten/Kota. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Sinambela, Dr. Lijan Poltak, M.M., M.Pd, 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
----------Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : Bumi Aksara
Dwiyanto, Agus, 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Gajah Mada
----------University Press
Sumarto, Hetifah Sj, 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakarsa
----------Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Haris, Syamsuddin, 2005. Desentralisasi dan
Otonomi Daerah, Desentralisasi,
----------Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta : LIPI Press
Osborne, David, 2005. Reinventing Government : How The entrepreneurial Spirit is
----------Transforming the Public Sector. Jakarta : PPM
__________
2006.
Inovasi
Pelayanan
pro-Miskin,
sembilan
studi
kasus
di
Indonesia. WORLD BANK, INDOPOV (Program Analisa Kemiskinan Indoneisa.
Poverty Reduction and Economic Management Unit East Asia and Pasific Region),
Siagian, Albiner, 2002. PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN KESEHATAN (Suatu
----------Kajian
Kesiapan
Daerah
Menghadapi
Desentralisasi
Pembangunan
----------Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010).
Utarini, Adi dan Jasri, Hanevi. 2005. Desentralisasi dan Sistem Regulasi Pelayanan
----------Kesehatan: Sebuah Tinjauan Pustaka. Jakarta.
Ferdiana, Astri dan Trisnantoro, Laksono 2005. Desentralisasi Kesehatan : Definisi
----------dan Tinjauan Sejarah di Indonesia. Jakarta
Trisnanto, Laksono, 2005. Desentraslisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan
----------Fungsi Pemerintah : 2001 – 2003. Gajah Mada University Press.
Kovner A.R. 1995. Health Care Delivery in the United States. Springer Publishing
__________2006. Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Pengalaman
Empirik di Beberapa Daerah). Direktorat Litbang KPK, Jakarta
__________2007. Pengantar Seminar Internasional Dengan Tema Pelaksanaan
Desentralisasi Kesehatan di Bali, 7-10 Agustus 2007.
__________2004. Jurnal Kesehatan, VOLUME II/02/2004. Desentralisasi Kesehatan
dan Perubahan Fungsi Pemerintah dalam Regulasi
PRODUK HUKUM
__________Undang-Undang Dasar 1945
__________Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
__________Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
__________Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
__________Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
__________Undang-Undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
__________Peraturan
Pemerintah
RI
No.
65
tahun
2005
tentang
Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
__________Peraturan
Perangkat Daerah.
Pemerintah
RI
No.
41
tahun
2007
tentang
Organisasi
__________Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.
__________Peraturan
Presiden
7
Nomor
Tahun
2005
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
__________Instruksi
Presiden
RI
No.
5
tahun
2004
tentang
Percepatan
Pemberantasan Korupsi.
__________Keputusan No. 25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
__________Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
__________Keputusan Menteri Kesehatan RI No.131/MENKES/SK/II/2004 tentang
Sistem Kesehatan Nasional
__________Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.1202/Menkes/SK/VIII/2003
tentang Indonesia Sehat pada Tahun 2010.
__________SK Bupati No. 572 Tahun 2002 jo SK Bupati No. 552 Tahun 2003
tentang
Tim Persiapan Jaminan Kesehatan Jembrana.
__________SK Bupati No.31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Subsidi Pelayanan
Kesehatan Kepada Bapel JKJ dan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Jembrana
(Bapel JKJ).
__________SK Bupati No. 1927 Tahun 2004 tentang pembentukan Tim Pengelola
Jaminan Kesehatan Jembrana (Pengelola JKJ).
__________Peraturan daerah Kabupaten Jembrana Nomor 7 tahun 2006 tentang
Pembentukan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Daerah Kabupaten Jembrana.
__________Peraturan Bupati Jembrana Nomor: 19 Tahun 2006 tentang Iuran Rawat
Inap Program Jaminan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Daerah
Kabupaten Jembrana.
__________Peraturan Daerah Kota Palangka Raya No. 07 Tahun 2008 tentang
Kesehatan Dasar gratis di Puskesmas.
__________Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor : 252 tahun 2007 tentang
pembentukan Unit pelayanan Konsultasi Medis melalui Media telekomunikasi dan
Pelayanan Evakuasi Gawat darurat Kesehatan.
__________Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor : 253 tahun 2007 tentang
standar
pemberian
Insentif
bagi
tenaga
telekomunikasi dan Pelayanan evakuasi
Pelayanan
Konsultasi
melalui
Media
gawat darurat dinas Kesehatan
Kota
palangka Raya tahun 2007.
__________Nota
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kota
Palangka
Raya
tanggal
20
September 2007 kepada Walikota Palangka Raya.
__________Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur no. 11 Tahun 2005 Tentang
Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur.
__________Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 14 Tahun 2008 Tentang petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No.11 Tahun 2005 Tentang
Pelayanan Publik Di Propinsi Jawa Timur.
__________Surat
Gubernur
Jawa
Timur
tanggal
26
Desember
065/13032/041/2005 Perihal Laporan Pengaduan Pelayanan Publik.
SUMBER DATA ELEKTRONIK
www.undp.org
www.worldbank.org
www.desentralisasi-kesehatan.net
www.depkes.go.id
www.menpan.go.id
LAIN-LAIN
Jawa Timur dalam Angka 2007
Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2001-2005
2005
No.
Download