Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN 𝐃𝐚𝐯𝐢𝐭 𝐍𝐮𝐠𝐫𝐚𝐡𝐚𝟏, 𝐀𝐧𝐧𝐚 𝐋𝐞𝐬𝐦𝐚𝐧𝐚𝐬𝐚𝐫𝐢 𝐘𝐮𝐬𝐮𝐟 𝟐 Abstract 1 Program Studi Diploma III Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis 2 Program Studi Diploma III Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis Correspondence Davit Nugraha Program Studi Diploma III Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis [email protected] Tanaman dapat menjadi sumber penting untuk pengembangan obat antihiperglikemik yang lebih baik dan lebih aman. Petai cina (Leucaena glauca, Benth.) telah dilaporkan mempunyai efek antihiperglikemik, penggunaan biji petai cina dalam masyarakat luas sebagai antihiperglikemik sudah banyak digunakan, namun penelitian ilmiah yang mendukung hal tersebut masih sangat sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek anti hiperglikemik dari ekstrak etanol biji petai cina dan ekstrak heksan biji petai cina serta profil histopatologi sel beta pankreas pada tikus jantan diabetes yang diinduksi aloksan. Sejumlah 45 tikus (40 tikus yang diabetes dan 5 tikus yang normal) digunakan dalam penelitian ini. Tikus dibagi menjadi 9 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 5 tikus. Kelompok I- kontrol normal; kelompok II- kontrol diabetes; kelompok III- kontrol glibenklamid (10 mg/kg BB); kelompok IV, V. VI, VII, VIII dan IX adalah kelompok perlakuan dengan dosis ektrak etanol dan ektrak heksan secara berturut-turut 62,5 mg/kg BB, 125 mg/kg BB, dan 250 mg/kg BB. Glibenklamid diberikan secara peroral dalam 0,5% sodium CMC sehari sekali selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ektrak etanol dengan dosis 125 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB mempunyai efektivitas tertinggi dalam menurunkan kadar gula darah puasa pada tikus putih jantan diabetes yang diinduksi aloksan, sedangkan ekstrak heksan semua dosis tidak menunjukkan adanya efek antihiperglikemik pada tikus putih jantan diabetes yang diinduksi aloksan. Uji statistik menunjukan tidak berbeda bermakna antar ekstrak etanol 125 mg/KgBB dengan kontrol positif pada taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok ekstrak etanol 125 mg/KgBB mempunyai khasiat yang sama dengan glibenklamid. Hasil pengamatan histopatologi sel beta pankreas menunjukkan bahwa penggunaan ektrak etanol 125 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB dapat mengurangi tingkat kerusakan sel β pankreas. Keyword : aloksan, kadar gula darah, histopatologi, biji petai cina, ektraksi. Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 1 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN PENDAHULUAN Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah. Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting (Addul Umar, et al., 2010) Hal tersebut diatas menandakan bahwa salah satu penyebab terjadinya hiperglikemik adalah adalah defisiensi insulin sehingga gula dalam darah tidak bisa memasuki sel atau yang kita kenal dengan diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit yang paling umum dari gangguan metabolik endokrin pada abad ke-21 serta ancaman besar bagi kesehatan di seluruh dunia. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang mempunyai ciri dengan adanya abnormalitas metabolisme karbohidrat, lipid, protein dan berkaitan dengan defisiensi insulin, Diantara berbagai penyakit diabetes mellitus, lebih dari 95% penderita diabetes mellitus merupakan penderita diabetes mellitus tipe2 (DMT2) serta tipe ini paling banyak dipermasalahkan. Gejala diabetes melitus tipe 2 antara lain karena disfungsi sel beta pulau langerhans pankreas dan peningkatan kadar lipid, asam lemak serta kolesterol dalam darah (lipemia) (Suryawanshi et al., 2006). Penderita penyakit diabetes mellitus secara keseluruhan cukup tinggi dan mempengaruhi seluruh daerah di dunia. Di Negara-negara meditrania dan timur tengah 9%, Di amerika utara 8% dan eropa 7%, sampai 2025 WDF (World Diabetes Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 Foundation) memperkirakan jumlah penderita diabetes akan meningkat 2,5% per tahun menjadi sekitar 380 juta (Addul Umar, et al., 2010). Indonesia menempati urutan ke4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecendurungan peningkatan angka insiden dan prevalensi diabetes mellitus dari tahun ke tahun. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Anonim, 2005). Oleh karena itu, kebutuhan untuk mengembangkan terafi obat baru untuk mencegah komplikasi yang terkait dengan penyakit diabetes mellitus menjadi meningkat. Banyak para ilmuan sekarang ini melakukan penelitian untuk mencari sumber obat baru berasal dari bahan alam, mereka malakukan evaluasi produk alami mentah dan terisolasi dalam suatu studi eksperimental dan hasilnya obat-obatan tradisional banyak terbukti menjadi sumber obat masa depan untuk melawan penyakit apapun termasuk disefisiensi insulin (Addul Umar, et al., 2010). Tanaman dibawah ini bisa menjadi kandidat dalam tujuan tersebut diatas. Petai cina (Leucaenaglauca, Benth) adalah tanaman dari family Mimosaceae. Tanaman obat yang telah digunakan sebagai obat alami untuk pengobatan penyakit diabetes melitus. Bagian dari tanaman ini yang dapat berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah adalah bijinya (Widowati, et al, 1997). Biji petai cina mengandung zatzat metabolit primer seperti karbohidrat, lemak dan protein juga mengandung zat-zat metabolit sekunder seperti flavonoid dan sitosterol yang di 2 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN indikasikan dapat meningkatkan produktivitas insulin (Li, at.al, 2005). Kandungan senyawa-senyawa yang terkandung dalam biji petai cina secara garis besar dibedakan menjadi senyawa-senyawa polar dan senyawasenyawa non polar. Menurut penelitian Li diatas bahwa biji petai cina mengandung flavonoid dan sitosterol, dimana flavonoid larut dalam golongan alkohol sedang sitosterol yang merupakan senyawa hidrofobik. Hal inilah yang menjadi dasar dalam menentukan sampel dengan ekstrak etanol dan ekstrak heksan. Penelitian terhadap efek antihiperglikemik biji petai cina telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Mujianto (1987), Widowati at al (1997) dan Li a.t al (2005), namun penelitian mereka belum memberikan gambaran pengaruh terhadap sel beta pankreas pulau langerhans baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini lah yang mendasari dilakukannya histopatologi sel beta pankreas pulau langerhans. Untuk itu Apakah pemberian ekstrak etanol dan ekstrak heksan dari biji petai cina mempunyai aktivitas antihiperglikemik pada tikus putih jantan diabetes yang diinduksi aloksan?, dan apakah pemberian ekstrak etanol dan ekstrak heksan dari biji petai cina mampu memperbaiki gambaran histopatologi pankreas pada tikus putih jantan diabetes yang diinduksi aloksan?. Bahan dan Cara Penelitian ini adalah penelitian ekperimental in vivo pada hewan uji untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol biji petai cina dan ektrak heksan biji petai cina terhadap diabetes mellitus serta untuk mengetahui pengaruh pemberian ektrak tersebut terhadap Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 histologi pankreas pada tikus (Ratttus norvegicus) Subyek penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang berumur 2 bulan. Variabel bebas penelitian ini adalah dosis ekstrak etanol 62,5 mg/Kg BB, 125 mg/Kg BB, dan 250 mg/Kg BB; serta dosis ekstrak heksan 62,5 mg/Kg BB, 125 mg/Kg BB, dan 250 mg/Kg BB. Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula darah pada tikus setelah perlakuan serta gambaran histopatologi pankreas. Variabel terkendali dalam penelitian ini yaitu tikus putih jantan (Ratus norvegicus) galur wistar, usia 34 bulan, yang di pelihara dengan kondisi dan pakan sama di laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ektrak etanol biji petai cina, ektrak heksan biji petai cina, aloksan, glibenklamid serta bahanbahan untuk histopatologi. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah spuit injeksi, sonde oral tikus, perlengkapan bedah minor dan glukometer. Penelitian dilakukan di laboratorium Penelitian Universitas Ahmad Dahlan dan laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Hewan uji berupa tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 45 ekor dibagi dan ditimbang menjadi sembilan kelompok yaitu tiga kelompok perlakuan ektrak etanol biji petai cina dosis 62,5 mg/kgBB, 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, tiga kelompok perlakuan ektrak heksan biji petai cina dosis 62,5 mg/kgBB, 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB serta tiga kelompok pembanding 3 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN masing-masing kontrol normal yaitu tanpa perlakuan, kelompok kontrol negatif yaitu dengan aloksan dan kontrol positif dengan glibenklamid 0,5 mg/kgBB. Pelaksanaan penelitian diawali dengan proses adaptasi semua kelompok selama 4 hari. Pada hari kelima, kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan pemberian ektrak etanol dan ektrak heksan diinduksi aloksan 150 mg/kgBB setelah itu dibiarkan sampai 48 jam. Pada hari ketujuh, kelompok kontrol positif diberikan glibenklamid 0,5 mg/kg BB selama 14 hari dan kelompok perlakuan diberikan ektrak etanol dan ekstrak heksan sesuai dosis masing-masing kelompok. Pada hari kelima belas dilakukan terminasi kemudian pankreas diambil untuk pembuatan preparat histologi pankreas. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur kadar gula darah pada semua kelompok kemudian mengamati pulau Langerhans. Data kemudian dianalisis secara statistik menggunakan anova dilanjutkan dengan analisis Post Hoc dengan menggunakan uji Tuckey. Hasil Penelitian Pengukuran kadar glukosa darah setelah tikus dipuasakan selama 24 jam dengan menggunakan alat glukometer. Pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan melukai vena ekor tikus, kemudian darah yang keluar dari ekor tikus diteteskan pada stripe yang sudah terpasang pada glukometer. Glukometer akan menunjukan kadar glukosa yang terkandung dalam sampel darah. Tabel I. Rata – rata kadar gula darah puasa setelah pemberian perlakuan Rata – rata gula darah (mg/dL) ̅ SD ± X Normal 99,2 13,84 ± Kontrol negarif (aloksan) 150 226,2 26,82 ± Kontrol Positif (Glibenklamid) 10 100 7,48 ± Ektrak etanol 62,5 160,8 22,11 ± 125* 119 48,64* ± 250 131,4 50,55 ± Ektrak heksan 62,5 235,6 75,17 ± 125 439,8 197,62 ± 250 300,6 102,17 ± Nilai rata – rata kadar gula darah ± standar deviasi, data diuji dengan uji T pada P<0,05 *kelompok yang mempunyai efektivitas sama dengan kontrol positif Kelompok Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 Dosis (mg/KgBB) 4 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN Tabel II. Rata – rata selisish kadar gula darah puasa antara pemberian perlakuan dan sebelum perlakuan Rata – rata selisih kadar gula darah ̅ SD ± X Normal -3,4 12,44 ± Kontrol negarif (aloksan) 150 -25,8 24,47 ± Kontrol Positif (Glibenklamid) 10 109 24,26 ± Ektrak etanol 62,5 74 57,39 ± 125 144,4 94,26 ± 250 156,4 94,89* ± Ektrak heksan 62,5 -7 4,74 ± 125 -14,2 18,67 ± 250 -25 30,42 ± Nilai rata – rata kadar gula darah ± standar deviasi, data diuji dengan uji T pada P<0,05 *Rata – rata penurunan kadar gula darah paling besar. Kelompok No 1 2 3 4 5 6 Dosis (mg/KgBB) Tabel III. Rerata diameter sel beta Pulau Langerhans (µm) Kelompok Rerata ± SD Kontrol Normal 82,04 ± 0,614 Kontrol Negatif 33,50 ± 0,380 Kontrol Positif 65,32 ± 0,228 Ektrak etanol 62,5 mg/kgBB 48,22 ± 0,383 Ektrak etanol 125 mg/kgBB 50,22 ± 0,455 Ektrak etanol 250 mg/kgBB* 64,10 ± 0,916 Nilai rata – rata diameter sel beta pulai langerhans ± standar deviasi, data diuji dengan uji T pada P<0,05 *Rata – rata diameter yang mendekati kontrol positif. No 1 2 3 4 5 6 Tabel IV. Rerata jumlsh sel beta Pulau Langerhans Kelompok Rerata ± SD Kontrol Normal 68,80 ± 3,701 Kontrol Negatif 15,20 ± 3,249 Kontrol Positif 46,00 ± 2,757 Ektrak etanol 62,5 mg/kgBB 17,40 ± 1,673 Ektrak etanol 125 mg/kgBB 20,40 ± 1,673 Ektrak etanol 250 mg/kgBB* 35,20 ± 0,836 Nilai rata – rata jumlah sel beta pulai langerhans ± standar deviasi, data diuji dengan uji T pada P<0,05 *Rata – rata jumlah yang mendekati kontrol positif. Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 5 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN Gambar 1 : (A) Profil histopatologi sel β pankreas kontrol normal; (B) Profil histopatologi sel β pankreas kontrol negatif; (C) Profil histopatologi sel β pankreas kontrol positif; (D) Profil histopatologi sel β pankreas perlakuan ekstrak etanol 62,5 mg/KgBB; (E) Profil histopatologi sel β pankreas perlakuan ekstrak etanol 125 mg/KgBB; (F) Profil histopatologi sel β pankreas perlakuan ekstrak etanol 250 mg/KgBB Tabel I menunjukan adanya penurunan kadar gula darah pada kelompok III, IV, V, VI, dimana kelompok III merupakan kelompok kontrol positif (glibenclamid) dan kelompok IV, V dan VI merupakan kelompok perlakuan ekstrak etanol dengan dosis 62,5 mg/KgBB, 125 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB. Kelompok II tidak mengalami penurunan kadar gula darah, dikarenakan kelompok II hanya mendapatkan perlakuan induksi aloksan. Kelompok VII, VIII, IX yang diberikan perlakuan ekstrak hexsan per oral dengan dosis 62,5 mg/KgBB, 125 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB tidak menunjukan adanya penurunan kadar gula darah. Kelompok I relatif tidak mengalami perubahan, kelompok ini Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 tidak mendapatkan perlakuan apapun (kontrol normal). Hasil uji statistik dengan uji T dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 0,05, maka antara kelompok perlakuan ekstrak etanol 125 mg/KgBB dan kelompok ekstrak etanol 250 mg/KgBB tidak berbeda atau sama dengan kelompok kontrol positif karena nilai t hitung (0,435, 0,239) lebih besar dari nilai signifikansi (≥ 0,05). Berdasarkan kontrol negatif (aloksan), maka kelompok ektrak etanol 125 mg/KgBB (0,050 ≤ 0,05) dan kelompok ektrak etanol 250 mg/KgBB (0,01 ≤ 0,05) keduanya berbeda. Dari hasil uji t tersebut, maka ektrak etanol 125 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB merupakan kelompok yang paling 6 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN efektif dalam menurunkan kadar gula darah. Data tersebut kemudian diuji dengan one way anova dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 0,05. Dari pengujian di peroleh F hitung sebesar 9,374 dan F tabel 2,22, sehingga F hitung ≥ F tabel yang berarti ada perbedaan rata – rata antara kadar gula darah kelompok I sampai dengan kelompok IX. Selain kadar glukosa darah yang menjadi parameter efektivitas dari antihiperglikemik juga kekuatan dalam menurunkan kadar glukosa menjadi hal yang tidak boleh diabaikan. Hasil perhitungan selisih kadar glukosa darah terlihat pada tabel II. Tabel II menunjukan hasil perhitungan selisih kadar glukosa darah sebelum perlakuan dengan kadar glukosa darah sesudah perlakuan. Besarnya jumlah penurunan menunjukan kekuatan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Hasil selisih tersebut kemudian di cari rerrata nya sehingga dapat diperoleh nilai mana yang mempunyai tingkat penurunan yang paling kuat. Data dari tabel II menunjukan efektivitas semua kelompok ektrak etanol dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus, sedangkan semua kelompok ekstrak heksan tidak mempunyai efektivitas dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus. Kelompok perlakuan ektrak etanol dosis 250 mg/KgBB paling efektif, dilihat dengan nilai penurunan yang paling banyak. Uji T data tersebut diatas (tabel II) menunjukan bahwa semua kelompok ektrak etanol tidak sama dengan kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol negatif, sedangkan dengan kelompok kontrol positif menunjukan Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 bahwa semua kelompok ektrak etanol sama. Hasil uji T pada selisis penurunan kadar gula darah senada dengan analisi kualitatif yaitu menunjukan efektivitas penurunan kadar gula darah untuk semua kelompok ekstrak etanol. Data tersebut kemudian diuji dengan one way anova dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 0,05. Dari pengujian di peroleh F hitung sebesar 10,788 dan F tabel 2,22, sehingga F hitung ≥ F tabel yang berarti ada perbedaan rata – rata antara kadar gula darah kelompok I sampai dengan kelompok IX. Hasil dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (analisis statistika), maka ektrak etanol 250 mg/KgBB paling efektif dalam menurunkan kadar gula darah. Gambar tersebut diatas merupakan hasil dari histopatologi sel β pankreas pulau langerhans pada tikus percobaan berdasarkan kelompok percobaan. Gambar Atidak terjadi perubahan patologi pada sel β pankreas. Gambar B terjadi kerusakan pada sel – sel β pankreas (nekrosis/vakuolisasi inti piknotik), demikian pula pada kelompok C, D, E dan F. Tingkat kerusakan pada gambar B lebih besar dibandingkan kelompok C, D, E dan F, namun demikian profil histopatologi kelompok C tidak terlalu besar mengalami kerusakannya, sedangkan kelompok D, E dan F kerusakannya lebih besar dibandingkan kelompok C tetapi tidak lebih parah dari kelompok B. Pada tabel III. tampak bahwa rata – rata diameter pulau langerhans pada kelompok ektrak etanol dosis 250 mg/KgBB mengalami perbaikan yang lebih baik dibanding dengan kelompok perlakuan lainnya yaitu dengan rerata diameter pulau langerhans 64,1 µm. 7 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN Pada tabel IV. tampak bahwa jumlah sel beta dalam pulau langerhans pada kelompok ekstrak etanol dosis 250 mg/KgBB mengalami peningkatan lebih banyak dibandingka dengan kelompok perlakuan lainnya yaitu dengan jumlah sel beta 35,2 buah. Hasil analisis statistik pada kedua tabel diatas menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara kelompok ekstrak etanol dosis 250 mg/KgBB dengan kelompok kontrol positif. Tabel III. menunjukan bahwa diameter pulau langerhans pada kelompok ekstrak etanol dosis 250 mg/KgBB mengalami peningkatan lebih tinggi dibanding dengan kelompok perlakuan yang lain dan kelompok kontrol negatif, tetapi tidak lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Begitu pula dengan tabel IV. menunjukan bahwa jumlah sel beta dalam pulau langerhans pada kelompok ektrak etanol dosis 250 mg/KgBB mengalami kenaikan lebih tinggi dibanding dengan kelompok perlakuan yang lain dan kelompok kontrol negatif, tetapi tidak lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Hal ini membuktikan bahwa efek kelompok kontrol positif lebih kuat dari pada efek kelompok ekstrak dosis 250 mg/KgBB. Namun secara statistik tidak terdapat perbedaan nyata antara kelompok ekstrak dosis 250 mg/KgBB dengan kelompok kontrol positif. Hal tersebut menunjukan bahwa ekstrak etanol dosis 250 mg/KgBB telah membantu proses perbaikan keruksakan pada pankreas akibat induksi aloksan terbukti dengan adanya peningkatan pada diameter pulau langerhans dan jumlah sel beta. Ekstrak etanol mengandung flavonoid yang memppunyai aktivitas Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 antioksidan. Termasuk menyaring radikal oksigen dan menghambat xantine oxidase dan peroksidase lipid. Pada penelitian ini, secara histologi, terjadi peningkatan diameter pulau langerhans dan jumlah sel beta pada kelompok perlakuan yang diberi ektrak etanol biji petai cina yang mengandung flavonoid. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa flavonoid terutama isoliquiritigenin, protocatechualdehyde dan butein dapat melindungi integritas dari sel beta pankreas. Uji statistik yang digunakan adalah uji oneway anova dilanjutkan dengan uji Post Hoc dengan menggunakan uji Turkey. Hasil analisis varian dengan data diameter pulau langerhans (tabel III) menunjukan adanya perbedaan bermakna (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (turkey). Terlihat kelompok kontrol positif dengan nilai rerata diameter pulau langerhans tertinggi yaitu 65,32 ± 0,228 sedangkan kelompok kontrol negatif dengan nilai rerata diameter terendah yaitu 33,50 ± 0,380. Berdasarkan hasil pada tabel III. diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan ukuran pulau langerhans pada tikus kelompok perlakuan. Tikus pada kelompok kontrol positif dapat meningkatkan ukuran pulau langerhans, tampak adanya perbedaan nyata dengan kelompok kontrol negatif. Kelompok dengan perlakuan ekstrak etanol dosis 62,5 mg/KgBB, 125 mg/KgBB, 250 mg/KgBB memberikan hasil berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif, artinya ketiga kelompok perlakuan dapat meningkatkan ukuran pulau langerhans, yang berarti ketiga perlakuan tersebut dapat membantu proses perbaikan organ pankreas yang 8 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN mengalami keruksakan akibat induksi alloksan. Kemampuan kelompok perlakuan ekstrak etanol dosis 250 mg/KgBB dan kelompok glibenklamid dalam membantu proses perbaikan kerusakan organ pankreas adalah sama, terlihat dari hasil uji yang menunjukan tidak berbeda nyata. Begitu pula dengan kemampuan kelompok perlakuan ekstrak etanol dosis 62,5 mg/KgBB dan dosis 125 mg/KgBB. Hasil analisis varian untuk data jumlah sel beta dalam pulau langerhans (tabel IV) menunjukan bahwa ada perbedaan bermakna (p ≤ 0,05), maka analisis dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (turkey). Terlihat bahwa kelompok kontrol positif kelompok dengan jumlah sel beta tertinggi yaitu 46,00 ± 2,757 sedangkan kelompok kontrol negatif dengan jumlah sel beta terendah yaitu 15,20 ± 3,249. Antara kontrol normal dengan kelompok perlakuan terdapat perbedaan nyata berarti pada tikus yang di induksi aloksan mengalami kerusakan pankreas yang ditandai dengan berkurangnya sel beta dalam pulau langerhans. Antara kontrol negatif dengan pemberian glibenklamid terdapat perbedaan yang nyata. Hal ini membuktikan bahwa pemberian glibenklamid dapat membantu proses perbaikan kerusakan pankreas akibat induksi aloksan. Antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan ekstrak etanol dosis 62,5 mg/KgBB dan 125 mg/KgBB tidak terdapat perbedaan yang nyata sedangkan dengan kelompok ekstrak etanol 250 mg/KgBB terdapat perbedaan yang nyata, berarti kelompok perlakuan ekstrak etanol 250 mg/KgBB dapat membantu proses perbaikan dan peningkatan sel beta pulau langerhans. Pembahasan diatas menyimpulkan bahwa pada kontrol Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 normal tidak terjadi kerusakan sel β pankreas, sedangkan pada semua kelompok yang lainnya terjadi kerusakan sel β pankreas. Kerusakan paling besar terjadi pada kontrol negatif, sedangkan kontrol positif kerusakannya tidak sebesar kontrol negatif. Semua kelompok perlakuan pun mengalami kerusakan sel β pankreas, namun tidak lebih parah dari kontrol negatif, tetapi juga tidak lebih bagus dari kontrol positif. Diskusi Parameter efektivitas antihiperglikemik yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah kadar glukosa darah setelah perlakuan sampel, selisih kadar glukosa darah setelah perlakuan sampel yang merupakan indikator kekuatan dalam menurunkan kadar glukosa darah, serta pembandinganya dengan kelompok kontrol. Histopatologi merupakan hal yang akan dilihat dalam menentukan pengaruh pemberian terhadap sel β pankreas. Kadar glukosa darah setelah perlakuan menunjukan penurunan pada semua kelompok ekstrak etanol. Kelompok ekstrak etanol 125 mg/KgBB mempunyai rerata yang paling kecil, tetapi kadar nya masih belum bisa menyamai kelompok kontrol positif, namun demikian berdasarkan uji statistik perbedaan dengan kelompok kontrol positif tersebut tidaklah mempunyai arti, hal ini di buktikan dengan tidak berbeda bermakna antara kelompok kontrol positif dengan kelompok ektrak etanol 125 mg/KgBB dan ekstrak etanol 250 mg/KgBB, sedangkan ekstrak etanol 62,5 mg/KgBB menunjukan perbedaan dengan kelompok kontrol positif 9 Davit Nugraha : EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK EKTSRAK ETANOL DAN EKSTRAK HEKSAN BIJI PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN sehingga kelompok ini bisa dikatakan tidak efektif. Selisih kadar glukosa darah setelah perlakuan merupaka sebuah nilai yang dapat menjelaskan seberapa kuat efek dari ekstrak tersebut dalam menurunkan kadar glukosa darah. Semua kelompok ekstrak etanol dan kontrol positif menunjukan nilai positif yang berarti menunjukan efektifitasnya. Kelompok ekstrak etanol 250 mg/KgBB merupakan kelompok yang mempunyai tingkat penurunan yang paling tinggi, meskipun kelompok ekstrak etanol lainnya juga mampu menurunkan kadar glukosa darah. Hasil uji statistik semua kelompok ekstrak etanol mempunyai aktivitas sama dengan kontrol positif. Hasil histopatologi sel β pankreas menunjuka adanya kerusakan pada semua kelompok, namun demikian kerusakan terkecil berada pada kelompok kontrol positif dan terbesar pada kelompok kontrol negatif. Simpulan Penggunaan ektrak etanol dengan dosis 125 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB mempunyai efektivitas tertinggi dalam menurunkan kadar gula darah puasa pada tikus hiperglikemik dan menunjukan tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif pada taraf signifikansi 0,05 Penggunaan ektrak etanol 125 mg/KgBB dan 250 mg/KgBB dapat mengurangi tingkat kerusakan sel β pankreas. Pemberian ekstrak etanol biji petai cina dapat meminimalkan gambaran kerusakan pankreas terinduksi aloksan ditandai dengan perubahan ukuran diameter pulau langerhans dan jumlah sel beta di dalamnya. Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015 Daftar Pustaka Abdulrashid Umar, Qamar U. Ahmed, Bala Y. Muhammad, Bashar Bello S. Dogarai, Siti Zaiton Bt. Mat Soad, 2010, Antihyperglycemic activity of the leaves of Tetracera scandens Linn. Merr. (Dilleniaceae) in alloxan induced diabetic rats, Journal of Ethnopharmacology. Anonim, 2005, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik., Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Jakarta: Depkes Republik Indonesia. Li, XJ., Deng JG., Qin ZL., Huang HB., 2005, Experimental Study on Antidiabetic Effect of The Total Flavonoids In Leucaena Seeds, Chinese Materia Medica. J.11 : 842-844. Suryawanshi, N.P., Buthey, A.K., Nagdote, A.A., Manookar, G.S., 2006, Study of Lipid Peroxide and Lipid profile in Diabetes mellitus. Indian J. Biochem, 21 (1), 126-130. Widowati Lucie, B. Zulkarnaen, Sa’roni, 1997, Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 10