PENGARUH RASIO KEUANGAN, EVA DAN MVA

advertisement
PENGARUH RASIO KEUANGAN, EVA DAN MVA
TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Oleh
Retno Tri Wulandari
0310220122-22
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI BIDANG KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan segala Puji dan Syukur kepada Allah Swt. Dengan
segala Rahmat dan Hidayahnya sehingga Skripsi dengan judul “ Pengaruh Rasio
Keuangan, MVA dan EVA terhadap Return Saham Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta” dapat terselesaikan.
Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi dalam mencapai
derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya.
Sehubungan dengan selesainya karya akhir tersebut, disampaikan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof., DR. Bambang Subroto SE., MM., Ak., sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya.
2. Bapak Prof., DR. Idrus Syafeii SE., MEc., sebagai Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
3. Bapak Harlendro SE., MM., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan dan meluangkan waktu dalam penyusunan
Skripsi ini.
4. Ibu Nur Khusniyah I, SE., Msi. Dan Ibu Sumiati SE., Msi., sebagai Dosen
Penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
yang telah berjasa memberikan bekal ilmu pengetahuan selama kuliah.
i
6. Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih sayang yang tidak terhingga dan
memberikan dukungan baik materiil, nasehat, semangat serta doa.
7. Kakak dan Adik tercinta yang telah memberikan kepercayaan dukungan serta
doa selama ini.
8. Teman-teman yang sudah mensuport dan mendoakan dari jauh (@mn, Mbk
A3, Rohmah, Tika, WW dan Merida), teman yang telah setia disampingku
(Bayexx dan Juphe), teman seperjuangan Y@nti.
9. Keluarga besar MT Haryono VII no. 290. yang telah memberikan semangat
serta dukungan.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga karya akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Februari 2008
Retno Tri Wulandari
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR..………………………………..……………………….. i
DAFTAR ISI...………………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL.……………………………………………………………… vi
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… viii
ABSTRAK .….…..……………………………………………………………… ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
……………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 4
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu …………………………………………………….. 6
2.2 Kajian Pustaka …………………………………………………………… 10
2.2.1 Investasi ……………………..………….......……………………. 10
2.2.1.1 Pengertian dan Tujuan Investasi ……..………………..… 10
2.2.1.2 Jenis Investasi ……………………………………..…….. 12
2.2.1.3 Proses Investasi ……………………………………..…….. 12
2.2.2 Pasar Modal ……..……..…………………………………………. 13
2.2.2.1 Pengertian Pasar Modal
……………..…..……………… 14
2.2.2.2 Macam-macam Pasar Modal
……………………..…….. 14
2.2.2.3 Intrumen Pasar Modal …..………………..……………… 16
2.2.3 Return Saham……..……..…………………………………………. 17
2.2.4 Laporan Keuangan .…..……………………………………………. 19
2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan .…………………………… 19
2.2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan ……………………………….. 20
2.2.4.3 Pemakai Laporan Keuangan …………..…………………… 21
2.2.4.4 Jenis Laporan Keuangan ………………………………….. 22
iii
2.2.4.5 Keterbatasan Laporan Keuangan ………………………… 24
2.2.5 Analisis Rasio Keuangan …………………………………………. 26
2.2.5.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan ……...……………… 26
2.2.5.2 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan ………………..…….. 26
2.2.5.3 Klasifikasi Analisis Rasio Keuangan………………………. 28
2.2.5.4 Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan.…… 32
2.3 Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ini ……………………..…….. 34
2.4 Kerangka Pikir ……………………………… ……………………..…….. 39
2.5 Hipotesis
BAB III
…………..……………………… ……………………..…….. 42
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ……………………..…………………………………… 43
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ………………………………… 43
3.3 Lokasi Penelitian ………………………………..…………..…………...
44
3.4 Populasi dan Sampel ……………….……………………………………. 44
3.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ……………………..…….. 45
3.5.1 Identifikasi Variabel ………………… ……………………..…….. 45
3.5.2 Definisi Operasional Variabel …………….………………..…….. 46
3.6 Metode Analisis Data ……………………….. ……………………..…….. 51
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik …………… ……………………..…….. 51
3.6.2 Uji Hipotesis ………………………… ……………………..…….. 53
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
………………………………….. 57
4.2 Penjelasan Variabel Penelitian pada Perusahaan Sampel .……………….. 57
4.2.1. Earning Per Share (EPS)……..……………………………………. 57
4.2.2. Price Earning Ratio(PER)………………………………………….. 58
4.2.3. Debt to Equity Ratio (DER)…………..……………………..……
59
4.2.4. Return on Asset (ROA) ….……………………………………….. 60
4.5.5. Return on Equity (ROE) ………………………………………….…61
4.5.6. Price Book Value (PBV)
………………….…………………….. 63
4.5.7. Economic Value Added (EVA) …………..………………..……… 63
iv
4.5.8. Market Value Added (MVA)……..……………………………….. 65
4.5.9. Return Saham ……………………………………………………… 66
4.3. Uji Asumsi Klasik …………………………………………….………….. 67
4.3.1. Uji Normalitas……………………………………………………. 67
4.3.2. Uji Multikolinieritas …………………………………………….. 68
4.6.3. Uji Heterokedastisitas……………………..……………………… 69
4.6.4. Uji Autokorelasi
……………………………………………….. 70
4.4. Hasil Penelitian ………………………………………………………….. 71
4.4.1. Persamaan Regresi..………………………………………………. 71
4.4.2. Hasil Pengujian Hipotesis ……………………………………….. 75
4.4.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama.……………………… 75
4.4.2.2 Hasil pengujian Hipotesis Kedua………………………… 76
4.4.3. Koefisien Determinasi……………………………………………. 78
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………..…………….. 79
4.6 Implikasi Penelitian ………………………………………..…………….. 87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ………………………………………………………. 96
5.2
Saran
…………………………………………………………….. 96
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………… 98
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1
Rincian Jumlah Sampel ……………………………………. 45
Tabel 4.3.1
Uji Multikolinieritas ………………………………………. 69
Tabel 4.3.3
Uji Heterokedastisitas……………………..……………….
Tabel 4.4.
Persamaan Regresi ………………………………………… 72
Tabel 4.5.1
Uji Simultan (Uji F) …………………………………......... 75
Tabel 4.5.2
Uji Parsial (Uji t)…………………………………………… 77
vi
70
DAFTAR BAGAN
Hal
2.4 Bagan Kerangka Pikir.................................................................................... 41
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran I
Daftar Sampel Penelitian………………………………… .. 101
Lampiran II
Earning Per Share (EPS) ………………………………….. 104
Lampiran III
Price Earning Ratio(PER)………………… ………………. 106
Lampiran IV
Debt to Equity Ratio (DER)………………………………… 108
Lampiran V
Return on Asset (ROA )……………………………..……… 110
Lampiran VI
Return on Equity (ROE)
Lampiran VII
Price Book Value (PBV)………………….………………… 114
Lampiran VIII
Economic Value Added (EVA)…………..………..……..…. 116
Lampiran IX
Market Value Added (MVA)……..………………..……….. 118
Lampiran X
Return Saham ……………………………………………… 120
Lampiran XI
Uji Asumsi Klasik dan Analisis Regresi...............................
viii
…………………………….……. 112
122
PENGARUH RASIO KEUANGAN, EVA DAN MVA TERHADAP
RETURN SAHAM PERUSAHAAN
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Oleh : Retno Tri Wulandari
Dosen Pembimbing : Harlendro, SE.,MM.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan
(earning per share/EPS, price earning ratio/PER, debt to equity rasio/DER,
return on asset/ROA, return on equity /ROE, price book value/PBV),
EconomicValue Added/EVA dan Market Value Added/MVA terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta baik
secara simultan maupun parsial.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori. yang digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesia Capital Market
Directory (ICMD) dan Jakarta Stock Excange (JSX), Annual Report. Metode
pengumpulan data dengan metode dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ dengan periode penelitian 2004-2006. Jumlah perusahaan
manufaktur yang terdaftar sebanyak 146 perusahaan. Pemilihan sampel dilakukan
dengan metode Purposive sampling sehingga diperoleh 69 perusahaan. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara simultan (uji F) variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Pada uji Parsial (uji t)
variabel EPS, ROA, ROE, dan PBV berpengaruh signifikan. Sedangkan pada
variabel PER, DER, EVA dan MVA secara parsial tidak signifikan.
Kata kunci : Rasio Keuangan, EVA, MVA, Return Saham.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak
langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah
keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu,
terjadinya suatu perubahan yang cepat dalam pemilihan investasi. Semula pemilik
modal lebih menyukai menanamkan dana mereka secara tradisional seperti membeli
tanah, emas atau mendepositokan uang mereka di bank. Dengan semakin cepat
perkembangan informasi dan pengetahuan, pemilik modal atau investor mendapatkan
alternatif yaitu pasar modal dan pasar uang.
Intrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain intrumen ekuitas
seperti saham dan intrumen hutang seperti obligasi. Hal yang perlu diketahui bahwa
investasi saham dipasar modal mempunyai risiko sangat besar, karena saham sangat
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya setiap perubahan harga yang
relatif kecil sekalipun dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap posisi keuangan
di pasar modal.
Bagi investor yang khususnya berinvestasi saham, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih saham, yaitu risiko dan return. Motif investor dalam
investasinya adalah memperoleh return yang maksimal dengan risiko yang minimal.
Return pada saham dapat diperoleh dalam bentuk dividen dan capital gain (kenaikan
harga jual saham diatas harga belinya)
2
Investor dikatakan baik dalam melakukan investasi apabila investor tersebut
dapat memperkirakan seberapa besar tingkat pengembalian yang diharapkan dari
investasinya. Selain itu investor harus dapat memprediksi seberapa jauh kemungkinan
penyimpangan hasil (risiko) yang nantinya harus diterima. Berdasarkan hal tersebut,
dalam berinvestasi saham investor memerlukan pertimbangan dan analisis yang
mendalam pada perusahaan. Oleh karena itu investor perlu memiliki sejumlah informasi
yang berkaitan dengan return saham agar dapat membantu dalam pengambilan
keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih.
Para investor dapat mencari informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
dengan menganalisis laporan keuangan yang telah disediakan oleh perusahaan
bersangkutan. Dalam menganalisis laporan keuangan ada tiga cara yaitu analisis
vertikal, analisis horizontal dan analisis rasio. Akan tetapi analisis laporan keuangan
yang merupakan penilaian terhadap prestasi dan kinerja perusahaan yang paling umum
digunakan adalah analisis rasio.
Berdasarkan data PDB yang dipublikasikan BPS menunjukan komposisi industri
manufaktur mengalami pertumbuhan cenderung menurun hingga 3.36 %. Angka ini
paling rendah dibanding sektor-sektor yang lainnya. Tekanan pada industri ini juga
dapat dilihat pada kinerja ekspor impor. Meski, secara keseluruhan nilai ekspor
semester I melonjak hingga 15.14 % namun pangsa industri manufaktur menurun.
Begitu juga impor bahan baku untuk diolah indutri manufaktur dalam negeri menurun.
Kemerosotan industri manufaktur ini juga berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja
turun sebesar 3.59% pada periode 2001-2005 karena tidak secara langsung dapat
menyebabkan laporan kinerja emiten nasional industri manufaktur juga menurun. Hal
3
ini terjadi pada saat pemerintah sedang berupaya menggaet investor asing dan
mengatasi masalah pengangguran. (Wiloejo dan Sunarsip : 2006).
Telah diumumkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang diharapkan untuk
mendongkrak daya saing industri sekaligus merangsang investasi baru terutama pada
industri manufaktur. Kebijakan tersebut misalnya Paket Intensif pajak penghasilan,
membaiknya indikator makro ekonomi (tingkat inflasi, kinerja ekspor, penurunan BI
rate menjadi 10,25%(2006)). Hal ini diikuti penurunan suku bunga kredit untuk
memberi peluang bagi pengusaha melakukan ekspansi (walaupun suku bunga kredit
masih bekisar 16%)(Wiloejo dan Sunarsip: 2006).
Banyak studi yang dilakukan mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan
terhadap return saham seperti yang dilakukan oleh Nuzlia Kurniati (2003), Pradhono
dan Yulius Jogi C (2004), Rostina Dwi Endah (2004), Ida Putu (2005), Krisna (2005),
Michell Suharli (2005), dan Suratman (2006). Tetapi
pada penelitian tersebut
menunjukan hasil yang berbeda. Penelitian ini bermaksud untuk melakukan studi lebih
lanjut tentang hal tersebut. Penelitian ini menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu
EPS, PER, DER, ROA, ROE dan PBV serta ditambah EVA dan MVA. Menurut
beberapa penulisan terdahulu rasio diatas juga berpengaruh terhadap return saham.
Dengan latar belakang diatas maka penelitian dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ, khususnya menganalisis pengaruh kinerja perusahaan
manufaktur tersebut terhadap return saham perusahaan. Maka dari itu penelitian ini
mengambil judul “ Pengaruh Rasio Keuangan, EVA dan MVA terhadap Return Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi Pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah ada pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili
earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER),
return on asset (ROA), return on equity (ROE), price book value (PBV),
economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara simultan
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.
2.
Apakah ada pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili
earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER),
return on asset (ROA), return on equity (ROE), price book value (PBV),
economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara parsial
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang
diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity
rasio (DER), return asset (ROA), return on on equity (ROE), price book value
(PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara
simultan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta.
5
2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang
diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt to equity
rasio (DER), return asset (ROA), return on on equity (ROE), price book value
(PBV), economic value added (EVA) dan market value added (MVA) secara
parsial terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.
Investor
Dapat mengetahui return saham dan kinerja keuangan pada perusahaan di sektor
manufaktur, sehingga dapat membantu pertimbangan investor dalam melakukan
pengambilan keputusan investasi.
2.
Peneliti
Sebagai media implementasi teori-teori manajemen keuangan yang telah diperoleh
selama belajar di Perguruan Tinggi, khususnya sebagai tambahan pengetahuan dan
wawasan mengenai pengaruh EPS, PER, DER, ROE, ROA, PBV, EVA dan MVA
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.
3.
Pihak lain
Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang sebelumnya dan sebagai referensi
bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
sesuai dengan pokok bahasan ini.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu
Nuzlia Kurniawati (2003) melakukan penelitian terhadap 12 perusahaan
yang termasuk kategori indeks LQ 45. Penelitian ini dilakukan pada periode bulan
Maret 2002 - Mei 2003. Variabel yang diuji EVA, MVA, ROE dan ROI sebagai
alat ukur kinerja keuangan dan sekaligus sebagai variabel bebas, sedangkan
variabel terikatnya return saham. Alat analisis yang digunakan regresi linier
berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa EVA, MVA, ROE dan ROI
secara bersama-sama.mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
saham. Namun secara parsial atau individu hanya ROE dan ROI saja (0.001 dan
0.023) yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Pradhono dan Yulius Jogi C. (2004) melakukan penelitian pada perusahaan
manufaktur barang konsumsi (consumer goods) yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Periode penelitian dilakukan selama tiga tahun (2000-2002) dengan
interval 1 tahun. Penelitian ini memiliki tujuan (1) menganalisa pengaruh
economic value added, residual income, earnings, dan arus kas operasi, terhadap
return yang diterima oleh pemegang saham perusahaan dan (2) mengetahui tolok
ukur mana yang mempunyai pengaruh yang paling tinggi terhadap return yang
diterima oleh pemegang saham. Penelitian ini menggunakan regresi linier untuk
melihat besar kontribusi masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi
return saham. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel economic
value added dan residual income tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Sedangkan variabel arus kas operasi, earning berpengaruh signifikan
7
terhadap return saham yang diterima oleh pemegang saham. Variabel arus kas
operasi merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
Rostina Dewi Endah (2004), melakukan penelitian atas mengaruh kinerja
keuangan perusahaan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil dari
perusahaan yang termasuk dalam index LQ-45 selama periode penelitian tahun
2000-2002. Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio keuangan yaitu ROA, Arus
kas operasi dan EVA. Bersama-sama mempengaruhi return saham. Namun secara
parsial hanya variabel ROA yang berpengaruh secara signifikan terhadap return
saham.
Ida Ayu Putu (2005), melakukan pengujian tentang pengaruh kinerja
keuangan perusahaan terhadap return saham, studi pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ dengan periode penelitian 2000-2003. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kinerja keuangan yang diwakili oleh rasio DER, PER, ROE,
EPS dan EVA tidak signifikan terhadap return saham. Tidak signifikan tersebut
baik secara simultan (dengan uji F) maupun secara parsial (dengan uji t). Kinerja
keuangan yang diwakili oleh rasio keuangan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap return saham karena menurut Ida periode yang diambil ketika
negara sedang mengalami masa recovery setelah krisis ekonomi yang
menghantam. Di masa ini, return tidak hanya dijelaskan oleh kondisi keuangan
perusahaan saja tetapi juga kondisi diluar perusahaan seperti kebijakan
pemerintah, ekonomi global dan lain-lain.
8
Krisna Agung D. (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh rasio kinerja keuangan konvensional, Economic Value
Added (EVA), faktor makro ekonomi dan risiko sistematis terhadap return
perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang
digunakan adalah Earning Per Share, Return on Equity, Price to Book Value,
Loan to deposit Ratio, Credit Risk, Capital risk, Economic Value Added, Inflasi,
Tingkat Bunga, Nilai Tukar dan Risiko Sistematis. Populasi yang digunakan
berjumlah 28 perusahaan perbankan, dengan menggunakan purposive sampling
yang masuk kriteria berjumlah 9 perusahaan. Periode penelitian selama 4 tahun
yaitu tahun 2000-2003.
Dari hasil pengujian klasik, variabel nilai tukar harus dikeluarkan dari
model regresi karena terindikasi gejala multikolinearitas. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari semua variabel secara
simultan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial menunjukan bahwa
price to book value dan tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap return
saham. Sedangkan variabel EPS, ROE, Loans to Deposit Ratio, Credit Risk,
Interest Rate Risk, Capital Risk, EVA, Inflasi dan risiko sistematis tidak
mempunyai pengaruh yang sigifikan terhadap return saham. Dari seluruh variabel
penelitian menunjukan bahwa variabel Price to Book Value yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap return saham.
Michell Suharli (2005), melakukan penelitian empiris terhadap faktor yang
mempengaruhi return (tigkat pengembalian) saham. Obyek penelitian adalah
perusahaan public di bidang industri Food Beverage yang terdaftar di Bursa Efek
9
Jakarta dengan periode laporan keuangan tahun 2001-2004. Faktor yang diduga
mempengaruhi return saham pada penelitian ini adalah rasio hutang (debt to
equity ratio) dan tingkat risiko () berdasarkan teori capital asset princing model
(CAPM). Data analisa dengan menggunakan regresi berganda dengan program
SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio hutang dan tingkat risiko tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap return saham.
Suratman (2006) melakukan penelitian terhadap pengaruh variabel
Economic value Added (EVA) dan Market Value Added terhadap return saham
dengan periode penelitian 2000-2004. Populasi penelitian menggunakan dua
perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode
Analisis yang digunakan analisis dengan jenis log linier models. Berdasarkan
hasil analisis, menunjukan bahwa variabel bebas secara bersama-sama (simultan)
dapat menjelaskan variabel dependen (return saham) berpengaruh signifikan. Hal
ini ditunjukan dengan tingkat signifikansi variabel EVA dan MVA sebesar 0.04
dan 0.041. Hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t menunjukan
bahwa masing-masing variabel bebas (EVA dan MVA) berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengukuran
kinerja keuangan sebagai mekanisme kontrol bagi pihak manajemen perusahaan.
Hal ini juga dapat mencegah terjadinya agency confict, walaupun EVA
berpengaruh dominan terhadap return saham, akan tetapi MVA juga dapat
dijadikan petimbangan oleh investor dalam menginvestasikan dananya.
Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini
memiliki perbedaan dalam hal variabel dan periode penelitian. Variabel yang
10
digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan antara variabel yang
digunakan penelitian yang terdahulu. Pada penelitian dilakukan pada perusahaan
manufaktur, periode pada tahun 2004-2006, variabel terikatnya adalah return
saham, sedangkan variabel bebasnya yaitu: Earning Per Share (EPS), Price
Eaning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), Return
on Equity (ROE) dan Price Book Value (PBV), Economic Value Added (EVA),
Maket Value Added (MVA)..
Disamping perbedaan tersebut, penelitian ini mempunyai persamaan dengan
penelitian-penelitian terdahulu pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian tersebut
adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap return
saham.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Investasi
2.2.1.1 Pengertian dan Tujuan Investasi
Investasi merupakan penundaan konsumsi atau ditanam dalam bidang
tertentu selama suatu periode tertentu, dengan tujuan memperoleh keuntungan
yang akan diterima di masa mendatang.
Menurut Sunariah (1997:2) yang dimaksud dengan investasi adalah
penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama
dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa mendatang. Keputusan
penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu intitusi yang
mempunyai kelebihan dana.
11
Tujuan dari investasi adalah untuk memperoleh pendapatan atau income
sehingga investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam suatu asset
tersebut yang diharapkan dapat memberikan keuntungan yang mencukupi. Salah
satu keuntungan yang didapatkan dari investasi dalam bentuk saham adalah
berupa kenaikan harga saham.
Pentingnya investasi secara tidak langsung dapat memberikan manfaat
bagi dana yang menganggur, dimana terjadi aliran dana dari pihak yang
mempunyai dana atau pemodal kepada pihak lain yang membutuhkan dana.
Perilaku seorang pemodal dalam melakukan investasi mempunyai kecenderungan
untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat risiko tertentu
atau bahkan cenderung menghindari risiko.
Michell Suharli (2005) menyimpulkan bahwa investasi adalah komitmen
pengguna uang untuk obyek tertentu dengan tujuan bahwa nilai obyek tersebut
selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan dan selama
jangka waktu itu pula memberikan hasil pada investor. Melakukan investasi dapat
mengandung risiko, investasi dapat menguntungkan dan dapat merugikan.
Menurut Tendelilin (2001) dalam Michell Suharli (2005) tujuan seseorang
berinvestasi adalah (1) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa
mendatang. (2) mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kebijakan yang
bersifat
mendorong tumbuhnya
investasi
dimasyarakat
melalui
fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang
usaha tertentu.
12
Pada dasarkannya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang, selain itu tujuan investasi yang lebih luas adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan moneter bagi investor.
2.2.1.2 Jenis-jenis Investasi
Pemilihan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah intitusi atau
perusahaan Menurut Sunariyah (1997:5) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Investasi langsung
Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga
secara langsung dalam suatu institusi atau perusahaan yang secara resmi telah
go public dengan harapan mendapatkan keuntungan berupa dividen dan
capital gain.
2. Investasi tidak langsung
Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki
diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang
berfungsi sebagai perantara.
2.2.1.3 Proses Investasi
Proses investasi menunjukan bagaimana pemodal seharusnya melakukan
investasi dalam sekuritas yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak
investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil
keputusan tersebut menurut Suad Husnan (1997:47) diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
13
1. Menentukan kebijakan investasi
Pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa banyak investasi
yang akan dilakukan.
2. Analisis sekuritas
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya
mispriced.
3. Pembentukan portfolio
Mengidentifikasi sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana
yang akan ditanam pada masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan revisi portfolio
Merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya dengan maksud jika
perlu melakukan perubahan terhadap portfolio yang telah dimiliki.
5. Evaluasi kinerja portfolio
Pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portfolio baik
dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun yang tanggung.
2.2.2 Pasar Modal
Untuk melakukan investasi, investor mempunyai berbagai alternatif
pilihan untuk menanamkan dananya. Salah satu media untuk melakukan investasi
adalah pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu sarana untuk mengerahkan
dana yang bersumber dari pemodal baik kalangan investor individual maupun
institusional yang digunakan oleh perusahaan untuk tujuan produktif.
14
2.2.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli untuk melakukan perdagangan modal. Dalam pasar, penjual surat-surat
berharga disebut emiten atau yang menerbitkan surat-surat berharga, sedangkan
pembeli disebut sebagai investor. Emiten dan investor bertemu atau melakukan
transaksi pasar pada suatu tempat tertentu yaitu di bursa efek.
Menurut Suad Husnan (1998:3) menyatakan bahwa “secara formal pasar
modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta”.
Sedangkan menurut Sunariyah (1997:3) dalam arti sempit, pasar modal
adalah
suatu
pasar
(tempat,
berupa
gedung)
yang
disiapkan
guna
memperdagangkan saham, obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan
memakai jasa para perantara pedagang efek.
Menurut Ridwan dan Inge (2003:52), pasar modal terbentuk karena
adanya hubungan keuangan antara beberapa institusi dan peraturan yang
memungkinkan terjadinya transaksi dan jangka panjang. Pasar modal dibentuk
oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik untuk hutang
maupun modal sendiri.
15
2.2.2.2 Macam Pasar Modal
Pada umumnya penjualan sekuritas dilakukan sesuai dengan jenis ataupun
bentuk pasar modal. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (1997:11) ada
beberapa macam, yaitu:
1.
Pasar Perdana
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang
menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Dari
pengertian tersebut bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang
memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama
kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga
saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan akan go
public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2.
Pasar Sekuritas
Pasar sekunder merupakan pasar dimana saham dan sekuritas lain
diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana.
Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara
pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh faktor
yaitu :
1) Faktor Intenal Perusahaan
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kebijakan internal pada
suatu perusahaan, beserta kinerja yang telah dicapai
16
2) Faktor Eksternal Perusahaan
Merupakan hal-hal diluar kemampuan perusahaan atau diluar
kemampuan manajemen untuk pengendalian. Sebagai contoh gejolak
politik, laju inflasi yang tinggi dan sebagainnya.
3.
Pasar Ketiga bursa parallel (third market)
Merupakan tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa.
Bursa parallel ini merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di
luar efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Informasi yang diberikan dalam pasar ini
meliputi : harga saham, jumlah trasaksi dan keterangan lainnya mengenai surat
berharga yang bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat
bertindak sebagai pedagang efek maupun sebagai perantara pedagang.
4.
Pasar Keempat (fourdth market)
Merupakan bentuk perdagangan efek saham ke pemegang lainnya tanpa
melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam
ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).
2.2.2.3 Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal di Indonesia menurut Wilson Bangun (2006)
adalah sebagai berikut :
1. Saham, merupakan surat bukti kepemilikan suatu perusahaan. Semakin besar
nilai saham semakin besar pula kepemilikannya terhadap perusahaan
tersebut.
17
2. Obligasi, merupakan bukti hutang jangka panjang atas dana yang
dipinjamkan kepada peminjam (perusahaan).
3. Right issue, adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham untuk membeli
saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan tertentu.
4. Warrant, merupakan surat hutang yang diterbitkan emiten dan dapat
ditukarkan menjadi saham biasa pada waktu dan harga tertentu.
5. Reksa dana, merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio
oleh manajer investasi.
6. Opsi, merupakan suatu perjanjian atau kontrak antara penjual opsi (seller)
dengan pembeli opsi (buyer), dimana penjual opsi menjamin adanya hak
(bukan suatu kewajiban) dari pembeli opsi, untuk membeli atau menjual
saham pada waktu dan harga yang telah ditetapkan.
7. Future, merupakan kontrak perjanjian untuk melakukan pertukaran asset
tertentu antara pembeli dan penjual pada waktu yang akan datang.
2.2.3 Return Saham
Tujuan investor menginvestasikan modalnya adalah mendapatkan
pengembalian (return) atas dana yang telah mereka investasikan dengan
menanggung risiko. Sehingga dalam memperhitungkan return atas saham juga
memperhitungkan tingkat risiko. Return saham menurut Jogiyanto (2003 :109)
adalah hasil yang diperoleh dari investasi yang dapat berupa return realisasi
(realized Return) atau Return Ekspektasi (Expected Return). Return relisasi
merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.
18
Return realisasi sangat penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan. Sedangkan Expected return merupakan return yang
diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang.
Salah satu pengukuran return yang banyak digunakan adalah return total,
yang merupakan return keseluruhan dari suatu invesatasi dalam suatu perode
tertentu. Return total bisa disebut return saja yang oleh Jogiyanto (2003:110)
dirumuskan sebagai berikut :
Return = Capital Gain (loss) + yield
Menurut Jogiyanto (2003:110), Capital gain (loss) merupakan selisih dari
harga investasi sekarang relatif dengan harga pada periode yang lalu, dan
dirumuskan sebagai berikut:
Capital gain (loss ) 
Pt  pt 1
Pt 1
Jika harga investasi sekarang ( Pt ) lebih tinggi dari harga investasi periode
lalu ( Pt 1 ) berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), jika sebaliknya maka
terjadi kerugian (capital loss).
Berdasarkan Jogiyanto (2003 :110), Yield merupakan prosentase
penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu
investasi. Untuk saham, yield adalah prosentase dividen terhadap harga saham
periode sebelumnya.
Sehingga return total dapat dinyatakan dengan sebagai berikut:
Re turn 
Pt  Pt 1
 Yield
Pt 1
(Jogiyanto, 2003:111)
19
Untuk saham biasa yang membayar dividen sebesar Dt rupiah per
lembarnya, maka yield adalah sebesar
Dt
sehingga return total dapat dinyatakan
Pt 1
dengan :
Re turn 
Pt  Pt 1 Dt

Pt 1
Pt 1
(Jogiyanto, 2003:111)
Dimana :
Rt
 H arg a Saham Pada Periode t
Rt 1  H arg a SahamP Pada Periode t  1
Dt
 DIviden yang dibayar pada periode t
2.2.4 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
dibutuhkan pihak-pihak berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Dari laporan keuangan bisa diperoleh informasi mengenai kinerja perusahaan,
posisi keuangan perusahaan serta perubahan posisi keuangan perusahaan tersebut.
2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan
Terdapat beberapa pengertian atas laporan keuangan, akan tetapi pada
dasarnya pengertian yang ada memiliki makna yang sama yaitu laporan keuangan
merupakan laporan yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan
pada suatu waktu tertetu. Weston dan Copeland (1995:24) menyatakan bahwa :
“Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan
memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk
membuat proyek dan peramalan untuk masa depan. Laporan tahunan
merupakan dokumen yang memberikan informasi kepada pemegang
saham dan diaudit sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum”.
20
Laporan keuangan menurut Myer dalam Munawir (2002) menyatakan
bahwa :
”Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhirakhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi peusahaan untuk menambah
daftar keuangan yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan
(laba yang ditahan)”.
2.2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak.
Tujuan utama laporan keuangan yaitu memberikan informasi atas kondisi
keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu agar dapat digunakan oleh pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Seperti didalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:4) yang menyebutkan
bahwa tujuan dari laporan keuangan sebagai berikut “menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi “
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
sebagian besar pemakai laporan keuangan. Namun demikian laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah
dilakukan manajemen atas sumber daya yang diberdayakan kepadanya.
21
Pemakai
juga
ingin
menilai
apa
yang
telah
dilakukan
atau
pertanggungjawaban manajemen agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.
Keputusan ini misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi atau
keputusan untuk menggunakan kembali atau mengganti manajemen.
2.2.4.3. Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat dijadikan alat untuk menentukan atau menilai
posisi keuangan pada suatu waktu tertentu. Hasil penilaian akan sangat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau pihak yang memiliki
hubungan langsung. Pihak yang memiliki kepentingan tersebut menurut S
Munawir (2002:2) adalah:
1. Pemilik perusahaan
Dengan laporan keuangan pihak perusahaan akan dapat menilai sukses
tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya. Kesuksesan seorang manajer
dinilai dan diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan dijadikan alat untuk
menentukan atau menilai posisi keuangan
2. Manajer
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan periode yang lalu akan
dapat membuat rencana yang lebih baik, memperoleh sistem pengawasannya dan
menentukan kebijaksanaan yang lebih tepat. Bagi manajemen, laporan keuangan
merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan
atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.
22
3. Investor
Investor berkepentingan terhadap prospek keuntungan dari masa
mendatang dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek
perusahan tersebut. Dari analisa laporan keuangan tersebut para investor, akan
dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya.
4. Kreditur dan Banker
Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan
kredit dari suatu perusahaan, perlu diketahui terlebih dahulu posisi keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan keuangan perusahaan peminta
kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan.
5. Pemerintah
Pemerintah menggunakan laporan keuangan perusahaan disamping untuk
menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat
diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, perdagangan dan tenaga
kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.
2.2.4.4 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang biasa disusun oleh perusahaan menurut Helfert
(1997:14) adalah sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan kategori dan
jumlah aktiva yang digunakan oleh perusahaan dan pemenuhan kewajiban
kepada pemberi pinjaman serta pemilik (yakni dana yang diperoleh).
23
Neraca juga disebut sebagai laporan kondisi keuangan atau laporan posisi
keuangan. Kategori utama aktiva atau penggunaan dana adalah:

Aktiva lancar, yaitu pos-pos yang berputar di dalam kegiatan normal
usaha untuk periode waktu yang relatif singkat seperti kas, surat
berharga, piutang usaha dan persediaan.

Aktiva tetap, seperti tanah, sumber daya mineral, bangunan, peralatan,
mesin dan kendaraan, semuanya digunakan dalam jangka panjang.

Aktiva lain-lain, seperti hak paten dan berbagai aktiva tidak berwujud
seperti goodwill yang timbul dari akuisisi.
Sedangkan sumber dana utama adalah:

Kewajiban lancar, yaitu kewajiban kepada pemasok, instansi pajak,
pekerja, dan pemberi pinjaman untuk hutang yang jatuh tempo dalam
satu tahun.

Kewajiban jangka panjang, yaitu berbagai instrumen hutang yang
harus dibayar setelah satu tahun, seperti hipotik dan obligasi.

Ekuitas pemilik, yang menyajikan dana yang dikontribusikan oleh
berbagai golongan pemilik perusahaan dan juga akumulasi laba
ditahan dalam perusahaan.
2. Laporan operasi
Laporan keuangan yang memuat pendapatan untuk periode tertentu serta
biaya yang diperlukan termasuk penghapusan (yakni penyusutan dan
amortisasi berbagai aktiva) dan pajak. Laporan keuangan operasi
mencerminkan pengaruh keputusan operasi manajemen terhadap kinerja
24
perusahaan dan laba atau rugi operasi bagi pemilik perusahaan selama
suatu periode waktu tertentu. Laba operasi juga disebut sebagai
perhitungan laba-rugi (income statement) atau laporan pendapatan
(earning statement) atau laporan laba dan rugi (profit and loss statement).
3. Laporan arus dana
Laporan arus dana merupakan laporan yang memuat perubahan dalam
pergerakan dana. Laporan ini mencerminkan keputusan tentang sumber
dan penggunaan dana. Laporan arus dana juga disebut sebagai pelaporan
arus kas.
4.
Laporan perubahan ekuitas pemilik (pemegang saham)
Laporan perubahan ekuitas pemilik (pemegang saham) merupakan laporan
yang memuat tentang perubahan utama perkiraan modal pemilik atau
kekayaan bersih selama suatu periode tertentu.
2.2.4.5 Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki banyak manfaat bagi berbagai pihak yang
membutuhkan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Akan tetapi,
laporan keuangan tetap memiliki sejumlah keterbatasan bagi penggunanya.
Beberapa keterbatasan laporan keuangan dinyatakan dalam S Munawir
(2002:9). Keterbatasan tersebut antara lain :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya
sementara) dan bukan laporan yang bersifat final. Karena itu jumlah yang
diungkapkan dalam laporan tidak mencerminkan nilai realisasi yang
25
mengandung pendapat pribadi yang dilakukan oleh Akuntan atau
Manajemen perusahaan yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan konsep going concern
(anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus) sehingga aktiva tetap
dinilai
berdasarkan
nilai
perolehannya
(intrinsic
value)
dan
pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap sebesar akumulasi
depresiasinya. Karena itu nilai bukunya yang belum tentu sama dengan
harga pasar sekarang.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu dimana daya beli uang
tersebut semakin menurun dibanding dengan teori-teori sebelumnya.
Karena itu, analisis laporan keuangan harus dilaksanakan dengan
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan atau menjelaskan berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan
perusahaan.
Keterbatasan ini dapat menghambat penggunaan dalam memanfaatkan
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, pihak-pihak
yang berkepentingan sebaiknya menambahkan informasi dari sumber lainnya
sehingga kepentingan yang akan diambil dapat lebih baik dan bermanfaat.
26
2.2.5 Analisis Rasio Keuangan
2.2.5.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, alat yang paling banyak
digunakan secara umum adalah rasio-rasio keuangan. Melalui analisis rasio
keuangan, para analis dapat menilai prestasi perusahaan khususnya prestasi
keuangan perusahaan dengan lebih baik dan lebih mudah.
Menurut S Munawir (2002:55), rasio menggambarkan suatu hubungan
atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu
dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini
akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Ridwan dan Inge (2003:128) mengemukakan analisa
rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk
menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Input dasar untuk analisa rasio adalah
laporan laba rugi dan neraca pada suatu periode tertentu yang akan dievaluasi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio
keuangan merupakan hasil perhitungan dari informasi yang terdapat pada laporan
keuangan yang nantinya harus mencerminkan tentang nilai kinerja dan keadaan
perusahaan. Tujuan dari analisis yang dilakukan sehingga akan didapatkan
informasi yang akurat.
2.2.5.2 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
S Munawir (2002:2) berpendapat bahwa analisis rasio keuangan dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Pada dasarnya analisis rasio tidak
27
hanya berguna bagi intern perusahaan. Namun banyak individu atau kelompok
tertentu yang berbeda kepentingan atas keberhasilan dan kegagalan suatu
perusahaan antara lain pemilik perusahaan, manajer perusahaan, para kreditur,
serta pihak-pihak lain.
Manajemen organisasi merupakan pihak yang paling bertanggung jawab
atas efisiensi operasi yang tercermin dalam profitabilitas jangka panjang dan
penggunaan modal atau sumber daya yang efektif. Bagi manager keuangan,
menghitung rasio tertentu akan menghasilkan suatu informasi tentang kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki perusahaan di dalam aspek keuangannya, sehingga
dapat membuat keputusan-keputusan yang penting bagi perusahaan di masa yang
akan datang.
Pemilik perusahaan berkepentingan atas profitabilitas jangka pendek dan
jangka panjang perusahaan. Dalam hal ini profitabilitas berarti hasil yang
diperoleh melalui usaha manajemen terhadap dana yang diinvestasikan oleh
pemilik. Pemilik tertarik pada pembayaran laba yang menjadi haknya yaitu
seberapa banyak yang ditanamakan kembali dan seberapa yang dibayarkan
sebagai deviden kepada pemegang saham.
Kreditur tertarik untuk mendanai suatu perusahaan yang berprestasi baik
sehingga berjalan sesuai yang diharapkannya. Mereka berkepentingan atas
kemampuan perusahaan membayar bunga dan membayar kembali pokok
pinjaman yang telah jatuh tempo serta ketersediaan nilai aktiva residual tertentu
yang memberikan perlindungan terhadap risiko yang mereka hadapi.
28
Selain itu, dengan melakukan analisis rasio maka akan membiasakan para
pimpinan untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang perlu
dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang dihadapi di masa
mendatang.
2.2.5.3 Klasifikasi Rasio Keuangan
Menurut Weston dan Copeland (1995:237), rasio-rasio keuangan
berdasarkan hubungan analisis keuangan dapat dikelompokkan menjadi tiga (3)
kelompok ukuran, yaitu:
1. Ukuran Kinerja (Performance Measure)
Ukuran kinerja terdiri dari beberapa rasio keuangan, yaitu:
a. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen yang
didasarkan atas hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan
dan investasi.
b. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan mengukur kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan
posisi
ekonomisnya
dalam
pertumbuhan
perekonomian dan dalam industri atau pasar produk tempatnya
beroperasi.
c. Ukuran Penilaian
Ukuran penilaian mengukur kemampuan manajemen untuk
mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas.
29
2. Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measure)
Ukuran efisiensi operasi terdiri dari beberapa rasio keuangan, yaitu :
a. Manajemen aktiva dan investasi
Manajemen aktiva dan investasi digunakan untuk mengukur efektifitas
keputusan-keputusan investasi perusahaan dan pemanfaatan sumber daya.
b. Manajemen biaya
Manajemen biaya mengukur bagaimana masing-masing elemen biaya
dikendalikan.
3. Ukuran Kebijakan Keuangan
Ukuran kebijakan keuangan terdiri beberapa rasio keuangan, yaitu :
a. Rasio Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengukur tingkat sejauh mana aktiva
perusahan telah dibiayai oleh pengunaan hutang.
b. Rasio Likuiditas
Rasio likuidasi digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban yang masuk jatuh tempo.
Menurut Ridwan dan Inge (2003:131), rasio keuangan dibagi dalam lima
kategori dasar, yaitu :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang masuk jatuh tempo. Tiga
ukuran dasar dari likuiditas yaitu :
30
1. Modal kerja bersih, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan
membagi aktiva lancar dikurangi pasiva lancar.
2. Rasio Lancar, merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan
membagi aktiva lancar dengan pasiva lancar.
3. Rasio
cepat,
adalah
sama
dengan
rasio
lancar
kecuali
tanpa
memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancar yang
kurang likuid.
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan
menjadi penjualan atau kas. Rasio yang dipakai untuk mengukur aktivitas yaitu :
1. Perputaran persediaan, mengukur aktivitas dari persediaan perusahaan.
2. Perputaran piutang, mengukur perbandingan penjualan perusahaan dan
besarnya piutang.
3. Rata-rata periode tagih, adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan
untuk menagih piutang. Rasio ini bermanfaat untuk mengevaluasi
kebijakan pinjaman dan kebijakan penagihan.
4. Rata-rata periode bayar, adalah jumlah rata-rata waktu yang diperoleh
untuk membayar hutang dagang.
5. Perputaran aktiva tetap, merupakan alat ukur efisien dimana perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan.
6. Perputaran total aktiva, menunjukan efisiensi dimana perusahaan
menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan.
31
c. Rasio Hutang
Rasio hutang digunakan untuk mengetahui resiko dari banyaknya jumlah
hutang perusahaan yang digunakan. Ada 2 bentuk umum pengukuran hutang,
yaitu :
1. Tingkat jumlah hutang, mengukur tingkat jumlah hutang terhadap
seluruh kekayaan perusahaan. Dua ukuran yang biasa digunakan yaitu :
a. Rasio hutang, mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh
kreditur perusahaan.
b. Rasio hutang terhadap ekuitas, perbandingan antara hutang jangka
panjang dengan modal pemegang saham perusahaan.
2. Kemampuan melunasi hutang atau rasio mampu bayar bunga, mengukur
berapa kali kemampuan perusahaan untuk memabayar kewajiban berupa
bunga dari hasil laba bebelum bunga dan pajak.
d. Rasio Profitabilitas
Ada tiga rasio profitabilitas yang dapat dibaca langsung dari laporan laba
rugi dalam prosentase yang umum, yaitu :
1. Marjin laba kotor, ukuran prosentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah
perusahaan membayar harga pokok penjualan.
2. Margin laba bersih, ukuran prosentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah semua biaya dan pengeluaran
3. Margin laba operasi, ukuran prosentase dari setiap sisa penjualan sesudah
semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau
laba bersih yang dihasilkan setiap rupiah penjualan.
32
4. Hasil atas total asset, ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aktiva tersedia.
5. Hasil atas ekuitas, ukuran hasil yang diperoleh pemilik (pemegang saham)
atas investasi dipenuhi.
e. Rasio Pasar
Rasio pasar memberikan petunjuk kepada investor seberapa baik
perusahaan mengelola hasil dan resiko,
1. Rasio Harga Pasar/Pendapatan, mengukur jumlah uang dimana investor
bersedia membayar untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan.
2. Rasio Harga Pasar/ Nilai Buku, menghubungkan nilai pasar saham perusahaan
terhadap nilai buku (nilai akuntansi).
2.2.5.4 Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan selain memberikan banyak manfaat bagi para
penggunanya, juga memiliki beberapa keterbatasan. Hal ini mengharuskan para
analisis untuk menginterpretasikan dan menggunakan rasio keuangan secara hatihati dan penuh pertimbangan.
Menurut Harahap (2002:298) keunggulan analisis rasio keuangan
dibandingkan teknik analisis antara lain :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.
33
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam menganalisis model-model
mengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarizir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan satu dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic (time series).
Analisis rasio keuangan memasang banyak memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa analisis ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Warsono (2003) mengidentifikasi beberapa
kelemahan yang dimiliki oleh analisis rasio keuangan, yaitu:
1. Terkadang sulit untuk mengidentifikasi termasuk dalam kategori manakah
perusahaan berada karena mungkin saja terjadi bahwa satu perusahaan
beroperasi dalam beberapa bidang.
2. Angka rata-rata industri yang dijadikan patokan bagi nilai rasio hanyalah
merupakan perkiraan saja dan hanya memberikan panduan umum. Hal ini
karena angka tersebut bukan hanya berasal dari penelitian ilmiah atas
perusahaan yang ada.
3. Perbedaan
praktik
akuntansi
pada
masing-masing perusahaan
dapat
menghasilkan perbedaan angka rasio keuangan. Rasio keuangan dapat menjadi
terlalu tinggi dan dapat menjadi terlalu rendah tergantung pada pratik atau
metode akuntansi yang digunkan oleh perusahaan.
Beberapa kelemahan rasio keuangan diatas menunjukan bahwa pada
dasarnya rarsio keuangan tidak dapat digunakan secara individual untuk
mengukur atau melihat kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
34
perusahaan tidak dapat dinilai hanya berdasarkan rasio keuangan saja. Akan tetapi
perlu dilakukan beberapa pertimbangan lain seperti pertimbangan atas biaya
modal pada pengukuran kinerja melalui EVA dan MVA.
2.3 Variabel-Variabel yang digunakan dalam Penelitian ini
1. Earning Per Share(EPS)
Menurut Helfert (1997:89) Earning Per Share (EPS) secara sederhana
melibatkan pembagian laba bersih untuk saham biasa dengan jumlah saham biasa
yang beredar. Laba per saham merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen
maupun pemegang saham menarik perhatian yang besar. Karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.
Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar karena hal ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan.
2. Price Earning Rasio (PER)
Price Earning Rasio (PER) merupakan salah satu rasio pasar yang
digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dimasa yang akan datang. PER menunjukan hubungan antara
harga pasar biasa dengan Earning Per Share (EPS). Kemudian investor untuk
menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan
yang paling tinggi tingkat pertumbuhan biasanya memiliki PER yang tinggi.
Sebaliknya
perusahaan
dengan
mempunyai PER yang rendah pula.
tingkat
pertumbuhan
rendah
cenderung
35
3. Debt to Earning Ratio (DER)
Debt to Earning Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang
jangka panjang dengan jumlah lembar saham. Rasio ini menunjukan jumlah aktiva
yang didanai oleh hutang. Dengan demikian, Debt to earning ratio yang dapat
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga dapat dilihat tingkat resiko tidak terbayarkan suatu hutang (Michell
Suharli, 2005)
4. Return on Equity (ROE)
Rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur hasil pengembalian
atas investasi pemilik modal (investor) adalah hubungan antar laba bersih dengan
kekayaan bersih (ekuitas atau investasi pemegang saham) (Helfert, 1997:87).
Dalam melakukan perhitungan ini, tidak akan dibuat penyesuaian terhadap laba
bersih karena jumlah tadi sudah secara tepat dikurangi dengan beban bunga yang
dibayarkan pada pemberi pinjaman. Jadi laba bersih untuk perhitungan ini
mencerminkan hasil sisa operasi sepenuhnya dimiliki oleh pemilik modal.
Didalam kelompok pemegang saham hanya yang memegang saham biasa yang
mempunyai klaim terhadap hasil sisa itu sesudah kewajiban terhadap dividen
preferen dibayarkan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau
penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
5. Return on Asset (ROA)
Return on Asset digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya
investor akan melihat dan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Selama ini laba akuntansi selalu menjadi fokus perhatian dalam
36
menilai kinerja sebuah perusahaan. Alat ukur finansial yang lazim digunakan
untuk mengukur tingkat laba adalah ROA. Perusahaan yang memiliki ROA yang
tinggi dianggap menghasilkan kinerja yang baik.
ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran profitabilitas
perusahaan, serta menunjukan efisiensi manajemen dalam menggunakan seluruh
asset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Semakin besar
ROA, maka semakin efektif perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya
untuk menghasilkan laba.
6. Price Book Value (PBV)
Price Book Value (PBV), rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar
Keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan yang terus tumbuh.
Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki
rasio PBV diatas satu yang menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari
nilai bukunya (Suad Husnan, 198:287). Nilai yang lebih besar dari satu
menunjukan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan nilai bagi pemegang
sahamnya. Jika rasio lebih kecil dari satu menunjukan bahwa sesungguhnya harga
atau nilai perusahaan kurang dari biayanya.
7. Economic Value Added (EVA)
Istilah EVA pertama kali dipopularkan oleh Stern Stewart & Company,
sebuah perusahaan konsultan di Amerika Serikat (Pradono dan Yulius, 2004).
Model EVA merupakan salah satu pengukur kinerja yang mengukur kinerja yang
mengukur nilai tambah (added Value) dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah
ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan diatas cost of capital
37
perusahan. Secara sistematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi
dengan Cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukan perusahaan telah
menciptakan kekayaan.
Menurut McDaniel, Gadkari dan Fiksel (2000) dalam Pradono dan Yulius
(2004) ada tiga hal utama yang membedakan EVA denga tolok ukur keuangan
lainnya, yaitu : (1) EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum,
pengguna EVA bisa menyesuaikan dengan kondisi spesifik, (2) EVA dapat
mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi
modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis, (3) struktur yang relatif
sederhana membuat EVA bisa digunakan oleh bagian engineering, enveronmetal
dan personil lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang
berbeda dari kinerja keuangan. Apabila perusahaan mempunyai tujuan untuk
melipatgandakan kekayaan pemegang saham, maka ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan seharusnya mempunyai hubungan langsung dengan
return saham.
8. Maket Value Added (MVA)
Perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham ketika mereka
beraktifitas dalam proyek, produk, teknologi atau strategi yang mereka harapkan
mendapatkan
pengembalian
lebih
besar
dibandingkan
biaya
modalnya.
Masalahnya adalah pengukuran kinerja dan imbalan yang diberikan kepada
manajer. Manajer dinilai dan dibayar atas hasil yang sudah diberikan kepada
perusahaan, bukan untuk hasil yang akan diberikan dimasa yang akan datang.
Intinya, ketika pasar modal menilai perusahaan dan investasi atas dasar harapan
38
yang akan datang, pengukuran kinerja dan kompensasi insentif. Secara alami,
harus didasarkan pada masa lalu. Jika perusahaan tidak memilih pengukuran
kinerja dengan bijaksana mereka menjalankan resiko yang besar sekali karena
membayar manajer untuk melakukan hak yang salah.
Salah satu tolok ukur kinerja adalah nilai tambah pasar (Market Value
Added/MVA). MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk
ekuitas dan hutang) dan modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Investor
menyerahkan modal ke dalam perusahaan dengan harapan manajer akan
menginvestasikan dengan produktif. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar
mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang
sudah dipercayakan kepadanya dan mengubahnya menjadi lebih besar.
Semakin besar MVA, berarti kekayaan pemilik akan bertambah. MVA
yang positif diartikan bahwa pasar menghargai nilai perusahaan melebihi modal
yang diinvestasikan. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan
manajemen jarang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar
modal.
9 Return Saham
Berdasarkan Pradhono dan Yulius (2004), tujuan suatu perusahaan adalah
memaksimumkan nilai perusahaan. Jika perusahaan menikmati laba yang besar,
nilai saham akan meningkat sementara nilai kreditur tidak berpengaruh.
Sebaliknya jika nilai perusahaan mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan,
maka hak kreditur akan didahulukan sementara nilai saham akan menurun drastis.
Jadi dengan demikian nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk mengukur
39
efektivitas perusahaan, sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai
perusahaan berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari tingkat pengembalian (return)
yang diterima oleh pemegang saham perusahaan yang bersangkutan. Return bagi
pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya perubahan
harga saham pada suatu periode (Pradhono dan Yulius, 2004). Harga saham
dipasar modal setiap saat bisa berubah (naik atau turun). Return saham diperoleh
dari perubahan harga saham, yaitu harga jual dan harga beli ditambah dengan
dividen kas yang dibagikan oleh perusahaan (Jogiyanto, 2003:111)
Investor dapat memperoleh dua jenis pendapatan dari investasi, pertama ,
capital gain atau loss yang diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli
saham. Kedua dividen kas, yang diperoleh apabila perusahaan membagikan laba
perusahaan kepada investor. Sehingga faktor yang mempengaruhi harga dan
dividen akan pula mempengaruhi return saham yang akan diperoleh investor.
2.4
Kerangka Pikir
Penelitian ini berkaitan analisis dan pemilihan saham, khususnya saham
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama periode 2004-2006.
Menurut Suad Husnan (1997:315), untuk melakukan analisis dan memilih saham
terdapat dua pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal..
Fokus penelitian ini adalah penilaian saham dengan menggunakan analisis
fundamental, merupakan suatu pendekatan analisis saham yang melihat kinerja
keuangan perusahaan sebagai pertimbangan bagi investor sebelum menanamkan
dananya.
40
Alat pengukur kinerja keuangan ini ada dua macam yaitu alat pengukur
kinerja keuangan konvensional berupa rasio keuangan yang dalam penelitian ini
diwakili oleh EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV. Pengukuran kinerja keuangan
non-konvensional menggunakan EVA dan MVA. Untuk itu, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh EVA, MVA serta rasio
keuangan EPS, PER, DER, ROA, ROE dan PBV terhadap return saham
perusahaan.
41
Gambar 2.4
Bagan Kerangka Pikir
Reaksi investor terhadap return saham perusahaan manufaktur setelah
pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk merangsang investasi baru
Kinerja keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta
Analisis saham
Anilisis Teknikal
Analisis Fundamental
(variabel X) :
Rasio Keuangan
EPS,PER,DER,ROA,ROE,
PBV
(Variabel Y)
Return saham
EVA dan MVA
Perumusan Hipotesis
Regresi Linier Berganda
Uji F
Uji t
Pengaruh Simultan
Pengaruh Parsial
Hasil
42
2.5
Hipotesis
Untuk menjawab permasalahan penelitian diatas maka hipotesis yang
dikembangkan adalah :
Hipotesis 1:. terdapat pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang
diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt
to equity rasio (DER), return on asset (ROA), return on equity
(ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan
market value added (MVA) secara simultan terhadap return saham
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Hipotesis 2: terdapat pengaruh signifikan kinerja keuangan perusahaan yang
diwakili earning per share (EPS), price earning ratio (PER), debt
to equity rasio (DER), return on asset (ROA), return on equity
(ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA) dan
market value added (MVA) secara parsial terhadap return saham
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan mengenai pengaruh variabel
bebas yang terdiri dari rasio keuangan (EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV), EVA
dan MVA terhadap variabel terikat (return saham). Berdasarkan sifat analisisnya,
jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori. Seperti yang dikemukakan oleh
Singarimbun dan Efendi (1995:5) explanatory research merupakan penelitian
yang menyoroti hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang
telah dirumuskan sebelumnya dengan fokus terletak pada penjelasan hubungan
antar variabel.
3.2 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ). Menurut Nur Indriantoro dan
Bambang Supomo (2002:146), data sekunder merupakan jenis data penelitian
yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yang
umumnya merupakan bukti, catatan atau laporan histories yang telah tersusun
dalam arsip.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini
adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data sekunder yang
diperoleh secara langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain) berupa data historis yang kemudian digunakan sebagai bahan
penelitian (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:147). Adapun jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
44
1. Harga penutupan saham bulanan dan deviden yang diperoleh dari fact book.
2. IHSG bulanan selama periode penelitian, diperoleh dari fact book.
3. Tingkat suku bunga SBI, sebagai ukuran tingkat bunga bebas resiko yang
diperoleh dari Bank Indonesia, diperoleh dari www.bi.go.id.
4. Annual report selama periode penelitian, diperoleh dari www.jsx.co.id
5. Rasio-rasio keuangan selama periode penelitian, diperoleh dari ICMD
(Indonesia Capital Market Directory)
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53 Jakarta
12190. Namun dalam pengumpulan data penelitian dilakukan di Bursa Efek
Jakarta (JSX Corner) Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang yang
berlokasi di Jalan MT. Haryono 165 Malang.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEJ dengan periode tahun 2004-2006 sejumlah 146 perusahaan.
Pengambilan sampel melalui teknik Purposive Sampling yang menurut Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:151) yaitu cara menentukan sampel
dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data yang
maksimal. Penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan mempublikasikan Laporan Keuangan secara kontinyu selama
tahun 2004-2006,
45
2. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian, investor
yang rasional tidak akan menginvestasikan dananya pada saham perusahaanperusahaan yang ekuitasnya negatif.
3. Perusahaan tidak menyajikan laporan keuangan dengan satuan selain rupiah,
karena jika menggunakan satuan selain rupiah dapat mengakibatkan
pembiasan dalam analisis.
Dengan menggunakan kriteria diatas didapatkan jumlah dari sampel yang
digunakan dalam penelitian ini, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Rincian Jumlah Sampel
Keterangan
No
1
2
Jumlah populasi
Perusahaan tidak mempublikasikan Laporan Keuangan
secara kontinue selama tahun 2004-2006
Perusahaan mengalami kerugian selama periode penelitian
Perusahaan menyajikan laporan keuangan dengan satuan
selain rupiah
Total
3
4
Jumlah
146
(10)
(64)
(3)
69
Data mengenai sampel yang berjumlah 69 perusahaan disajikan pada
lampiran I.
3.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel diklasifikasikan berdasarkan fungsi variabel dalam hubungan
antar variabel, yaitu: variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas, menurut Nur Indriantoro dan Bambang
Supomo (2002:63) adalah tipe variabel
yang menjelaskan atau
yang
mempengaruhi variabel lainnya. Sedangkan variabel terikat adalah tipe variabel
yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.
46
Dua jenis Variabel yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Variabel terikat (dependent variable), yang dinyatakan dalam notasi Y.
Variabel terikat (Y) diidentifikasi dengan return saham
2. Variabel bebas (independent variable), yang dinyatakan dengan notasi Xi
Variabel bebas (Xi) diidentifikasi sebagai berikut :
a. Earning Per Share (EPS), dinyatakan sebagai X1
b. Price Earning Ratio (PER), dinyatakan sebagai X2
c. Debt to Earning ratio (DER), dinyatakan sebagai X3
d. Return on Asset (ROA), dinyatakan sebagai X4
e. Return on Equity (ROE), dinyatakan sebagai X5
f. Price Book Value (PBV), dinyatakan sebagai X6
g. Economic Value Added (EVA), dinyatakan sebagai X7
h. Market Value Added (MVA), dinyatakan sebagai X8
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Terikat (Y) atau Return Saham
Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham
yang dihitung dari selisih harga saham bulanan. Berdasarkan data harga saham
bulanan tersebut dihitung adanya capital gain atau loss dari saham-saham
bersangkutan. Menurut Jogiyanto (2003:109) Capital gain atau loss merupakan
selisih dari harga investasi sekarang relative terhadap harga sebelumnya. Jika
harga investasi sekarang P(t-1) lebih tinggi dari harga investasi sebelumnya (Pt)
47
berarti terjadi capital gain. Jika harga investasi sekarang P(t-1) lebih rendah dari
(Pt) berarti terjadi capital loss.
Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung return saham menurut
Jogiyanto (2003:111) adalah sebagai berikut :
Rit 
P
 Pi t ! 
it
Pi t 1

D
Pi (t 1)
Keterangan :
Rt
 Re turn Saham
Pt
 H arg a investasi sebelumnya
Pt 1  h arg a investasi Sekarang
D
 dividen
2. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi/variabel penyebab
bagi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
perusahaan manufaktur. Kinerjanya diukur dengan analisis rasio yang berkaitan
langsung dengan saham rasio tersebut yaitu :
a. EPS (X1)
Laba per saham, adalah rasio yang menunjukkan laba bersih yang tersedia
bagi para pemegang saham per lembar sahamnya. Laba per saham menurut
Ridwan dan Inge (1997 : 156) dihitung dengan rumus :
Laba per saham =
Pendapa tan Bagi Pemegang Saham Biasa
Jumlah saham biasa yang beredar
b. PER (X2)
PER merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur harga pasar
tiap lembar saham biasa dengan laba per lembar saham. Prosentase rasio
48
harga/laba ini mencerminkan penilaian pemodal terhadap pendapatan
perusahaan di masa yang akan datang. (Ridwan dan Inge, 1997:155)
PER =
H arg a Pasar per Lembar saham biasa
Pendapa tan per saham
c. DER (X3)
DER adalah rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.
Prosentase dari rasio ini mencerminkan struktur keuangan perusahaan
dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah Ekuitas pemilik.
DER =
Total Hu tan g jangka Panjang
Ekuitas Pemegang saham
(Ridwan dan Inge, 1997:155)
d. ROA (X4)
Hasil pengembalian atas Aktiva, adalah rasio yang mengukur tingkat
keuntungan yang dihasilkan dari total investasi yang dilakukan oleh
perusahaan. Hasil pengembalian atas Aktiva menurut Weston dan
Copeland (1995 : 240) dihitung dengan rumus :
Hasil pengembalian atas Aktiva =
Keuntungan sebelum bunga dan pajak
Total Aktiva
e. ROE (X5)
Hasil pengembalian atas Ekuitas, adalah rasio yang menunjukkan besarnya
laba yang tersedia bagi pemegang saham. Hasil pengembalian atas Ekuitas
menurut Weston dan Copeland (1995 : 241) dihitung dengan rumus :
ROE =
Keuntungan bersih sesudah pajak
Total Ekuitas
49
f. PBV (X6)
Price Book Value merupakan rasio yang menghubungkan nilai pasar
berjalan atas dasar per lembar saham dengan nilai buku ekuitas pemilik
seperti dinyatakan dalam neraca, juga atas dasar per lembar saham.
Menurut Njo Anastasia (2003) sebagai berikut :
PBV 
Ekiutas Saham Biasa
Jumlah Saham yang Beredar
g. EVA (X7)
EVA merupakan suatu pendekatan baru dan juga merupakan ukuran
profitabilitas
dalam
menilai
kinerja
perusahaan
dengan
mempertimbangkan secara adil harapan-harapan penyandang dana,
terutama pemegang saham dan kreditur. Menurut Zaki Baridwan dan Ari
Legowo (2002) rumus EVA sebagai berikut :
1. EVA = NOPAT - (WACC x capital)
2. NOPAT (net profit after taxes) adalah laba bersih ditambah beban
bunga setelah pajak.
3. WACC = (biaya hutang x proporsi hutang) + (biaya modal saham x
proporsi modal saham)
4. Sedangkan
biaya
modal
saham
dapat
dihitung
dengan
menggunakan Capital Asset Princing Model (CAPM), yaitu :
Ri = Rf + (Rm- Rf) βi
Dimana :
Ri = biaya modal saham untuk perusahaan pada tahun ke-i
Rf = tingkat bunga bebas risiko rata-rata per tahun
Rm = tingkat pengembalian pasar rata-rata per tahun
50
βi = beta untuk saham perusahaan i
Perhitungan βi menurut Suad Husnan (2001 :115) sebagai berikut :
i 
n .  XY   X  Y
n
X
2
  X 
2
Dimana :
Β = Beta untuk saham perusahaan
n = jumlah data
X = tingkat bunga bebas risiko rata-rata per tahun(SBI)
Y = tingkat pengembalian pasar rata-rata per tahun (Rm)
Perhitungan tingkat pengembalian pasar bulan yang dihitung sebagai
berikut :
Rm 
IHSGt  IHSGt 1
IHSGt 1
(Zaki Baridwan dan Ary Legowo, 2002)
Dimana :
Rm = Return Saham
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode t-1
h. MVA (X8)
Market Value added adalah perbedaan antara nilai pasar lancar dari
perusahaan dan kontribusi modal investor. Jika MVA positif, perusahaan
mempunyai nilai tambah. Jika negatif perusahaan nilainya menurun.
Jumlah. Rumus bagi MVA menurut Zaki Baridwan dan Ary Legowo,
(2002) adalah :
MVA = Equity Market Value ( EMV )  Equity Book Value (EBV)
51
Dimana :
EMV = Number Share x Price/ Share
EBV = Number Share x Nominal Value/ Share
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model analisis yang tidak bias dan efisien atau model
analisis dapat memberikan hasil yang representatif, maka model tersebut harus
memenuhi beberapa asumsi dasar klasik, yaitu memenuhi asumsi kenormalan
residual (Uji Normalitas), tidak terjadi gejala Multikolinearitas, Autokorelasi dan
Heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal. Metode yang
digunakan dalam uji ini dengan melihat Normal Probability Plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
Menurut Imam Ghozali (2005:112), pada prinsipnya normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak megikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
52
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas bermaksud untuk menguji model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Menurut Arif dalam Michell
Suharli (2005:108) menyatakan multikolinearitas adalah situasi dimana adanya
korelasi variabel bebas antara satu dengan yang lainnya. Menurut C Ambar dan
Sherli (2006), untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas satu dengan yang lainnya digunakan nilai Tolerance Value atau
Variance Inflation Factor (VIF). VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak
kurang dari 0.1 maka model dapat dikatakan terbebas dari Multikolinearitas.
Semakin tinggi VIF maka semakin rendah nilai Tolerance. Pada nilai VIF tinggi
berarti adanya Koliniearitas yang tinggi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah varians dalam model
terjadi ketidaksamaan varian dari pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari
satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas (Michell
Suharli, 2005). Untuk menguji Homoskedastisitas dilakukan dengan Uji Koefisien
Rank Spearman yaitu mengkorelasikan antara semua variabel bebas dengan
residual jika signifikansi (sig) yang diperoleh lebih besar dari α = 0.05, maka
persamaan
regresi
tersebut
homokedastisitas
(tidak
mengandung
heterokedastisitas) (Pradhono dan Yulius, 2004).
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelai merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana
variabel terikat tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Model regresi linier
berganda dikatakan BLUE jika tidak terjadi Autokorelasi. Untuk mendeteksi ada
53
tidaknya Autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin Watson (dw) dengan
ketentuan sebagai berikut (Gujarati, 1997 : 217-218)
a. Terjadi Autokorelasi positif jika nilai dw terletak antara 0 < dw < dl.
b. Terjadi Autokorelasi positif maupun negatif jika nilai dw terletak antara du
< dw < 4-du.
c. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi positif (tidak ada kesimpulan) jika dl <
dw < du.
d. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi negatif (tidak ada kesimpulan) jika 4-du
< dw < 4dl
3.6.2 Uji Hipotesis
Pengujian terhadap seluruh hipotesis penelitian dilakukan dengan regresi
linier berganda. Menurut Michell Suharli (2005) analisis regresi berganda
menyangkut hubungan antara sebuah variabel dependen (tidak bebas) dengan dua
atau lebih variabel indepanden (bebas).
Menurut Gujarati (1997:250) bentuk umum dari perumusan model regresi
linier berganda adalah :
Yi = ß1 + ß2X2 +ß3X3 +.................+ ßkXk + Ut
Dimana :
ß1
= Intersep (konstanta)
ß2- ßk = Koefisien Korelasi
Ut
= Standar Error
Y
= Variabel Dependen
X
= Variebel Independen
54
Berdasarkan
perumusan
tersebut,
penelitian
ini
berusaha
mengoperasikannya didalam variabel yang digunakan sehingga bentuk persamaan
menjadi sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e
Keterangan :
Y = Return Saham
a = Konstanta
X5 = ROE
X1 = EPS
X6 = PBV
X2 = PER
X7 = EVA
X3 = DER
X8 = MVA
X4 = ROA
e = Standar Error
Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Ho : b1, b2, b3..….= 0, berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
Ha : b1, b2, b3….  0, berarti variabel bebas berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan uji-uji sebagai berikut :
1. Uji F
Uji F dengan signifikansi (   0,05 ) digunakan untuk menguji apakah
semua variabel bebas (EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV, EVA dan MVA)
secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel terikat (return saham).
55
Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : b1, b2, b3, …………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan seluruh
variabel bebas secara simultan terhadap variabel
terikat,
Ha : b1, b2, b3, ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan seluruh variabel
bebas secara simultan terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikan   0,05 adalah,
1. Jika F hitung > F tabel berarti Ho ditolak.
2. Jika F hitung < F tabel berarti Ho diterima.
2. Uji t
Uji t dengan signifikan (   0,05 ) digunakan untuk menguji apakah
semua variabel bebas (EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV, EVA dan MVA)
secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (return
saham).
Hipotesis yang digunakan adalah
Ho : b1/ b2/ b3/…………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat,
Ha : b1,/ b2/ b3/ ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikan   0,05 adalah,
1. Jika thitung>ttabel berarti Ho ditolak.
2. Jika thitung<ttabel berarti Ho diterima.
56
3. Koefisien Determinan
Menurut Imam Ghozali (2005:83) koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendeteksi satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan periode penelitian
yang digunakan tahun 2004-2006. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar
adalah 146 perusahaan. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan dengan
metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria yang telah dijelaskan pada bab
III. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian sebanyak
69 perusahaan sebagaimana yang tercantum pada lampiran I.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan Jakarta Stock
Excange (JSX), annual report. Data-data tersebut adalah rasio keuangan (EPS,
PER, DER, ROA, ROE, PBV), laporan keuangan, IHSG, dividen dan harga
saham penutupan bulanan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Rasio
keuangan, laporan keuangan digunakan untuk menghitung nilai variabel bebas
sedangkan harga saham penutupan bulanan perusahaan selama 1 tahun beserta
dividen digunakan untuk menghitung variabel terikat yaitu return.
4.2 Penjelasan Variabel Penelitian pada Perusahaan Sampel
4.2.1 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share dalam penelitian merupakan pengembalian per tahunan.
PER diukur dengan cara menghitung rasio laba bersih dengan jumlah lembar
saham yang beredar. Umumnya para pemegang saham seringkali memusatkan
perhatiannya pada earning per share, karena earning per share mencerminkan
58
jumlah rupiah yang akan diperoleh untuk setiap lembar saham. Calon investor dan
investor sangat suka dengan EPS yang tinggi, karena dengan EPS merupakan
salah satu tolok ukur keberhasilan perusahaan. Dengan demikian EPS mempunyai
pengaruh nyata terhadap return yang diterima oleh investor.
Berdasarkan data EPS yang tampak di lampiran II. Selama tiga tahun
penelitian yaitu tahun 2004-2006 perusahaan sampel mempunyai rata-rata sampel
sebesar Rp 469,91. Pada tahun 2006, terdapat 5 perusahaan sampel yang
mempunyai EPS negatif, hal ini terjadi karena pada PT Tirta Mahakam Resource
Tbk. dan PT Prima Alloy Stell Tbk. telah menerbitkan saham baru tanpa
diimbangi dengan kenaikan laba perusahaan. Sedangkan pada perusahaan lain
yang EPS-nya negatif yaitu pada PT Intikeramik Alamasri industri Tbk, PT Argha
Karya Prima Industri Tbk., dan PT indofarma Tbk. karena adanya penurunan laba
bersih dan dimungkinkan adanya laba ditahan.
Berdasarkan rata-rata selama periode tahun 2004-2006 EPS tertinggi
diperoleh PT. Aqua Golden M Tbk. sebesar Rp 5693.33 dan terendah pada PT.
Indofarma Tbk sebesar -0.67. Sementara berdasarkan rata-rata tahunan, rata-rata
tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 541.17 dan terendah terjadi pada
tahun 2004 yakni sebesar Rp 436.75.
4.2.2 Price Earning Ratio (PER)
Price Earning ratio dalam penelitian merupakan per tahunan yang
diperoleh dari perbandingan harga pasar perlembar saham biasa (closing price per
akhir desember) dibagi dengan earning per share pada tahun bersangkutan.
Adapun data price earning ratio (PER) dari perusahaan sampel selama
59
periode 2004-2006 dapat dilihat pada lampiran III. Berdasarkan data tersebut
didapat suatu kesimpulan bahwa price earning ratio selama tiga tahun pada
perusahaan sampel mempunyai rata-rata sebesar 77.18 kali. Perusahaan sampel
yang memiliki rata-rata PER lebih tinggi dari pada rata-rata PER sampel yaitu
perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. sebesar 3.111,44 kali, PT Delta Dunia
Petrotindo Tbk. sebesar 329,75 kali, PT Fajar Surya Wasesa Tbk. sebesar 314,11
kali, PT Hexindo Adiprakarsa Tbk. sebesar 462,48 kali.
Berdasarkan rata-rata tahun periode penelitian, rata-rata PER tertinggi
terjadi pada tahun 2005 sebesar 118.24 dan terendah pada tahun 2006 sebesar
45.47. Tingginya nilai PER pada perusahaan sampel tersebut dapat diartikan
bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan yang tinggi atau prospek yang baik
dimasa mendatang, sehingga investor memberikan harga relatif tinggi.
Sedangkan untuk perusahaan selain keempat perusahaan diatas memiliki
nilai rata-rata PER lebih rendah dari rata-rata sampel. Rendahnya nilai PER dapat
diartikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan yang rendah atau prospek
yang kurang baik dimasa mendatang dan sebagai akibatnya investor akan
memberikan harga yang relatif rendah
4.2.3 Debt to Earning Ratio (DER)
Debt to Earning Ratio pada penelitian ini merupakan DER tahunan yang
diperoleh dari perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan per
desember dengan jumlah lembar saham yang beredar. Data yang diambil dari
tahun 2004, 2005, dan 2006 hal ini tampak pada lampiran IV.
60
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa DER selama tiga
tahun pada perusahaan sampel mempunyai rata-rata sebesar 3.78 %. Perusahaan
yang memiliki nilai rata-rata DER lebih tinggi dari pada rata-rata DER sampel
yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. sebesar 179.82%, PT Inti keramik Alamasri
Tbk. sebesar 6.14%. Semakin tinggi nilai DER mencerminkan bahwa proporsi
aktiva yang didanai oleh kreditur lebih besar daripada pemilik perusahaan.
Dapat dikatakan bahwa rasio ini menggambarkan berapa besar perusahaan
menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Semakin besar rasio hutang suatu
perusahaan maka akan memperbesar pula beban bunga yang harus ditanggung
perusahaan sehingga akan memaksa perusahaan untuk memperbesar EBIT agar
lebih besar. Disamping itu nilai jaminan hutang atas kekayaan semakin meningkat
dapat menimbulkan ancaman kebangkrutan.
Tinggi rendahnya DER akan berpengaruh pada besarnya keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai DER yang tinggi berarti
hutang perusahaan besar maka laba yang diperoleh perusahaan akan menjadi lebih
kecil karena akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Sedangkan
perusahaan dengan nilai DER yang rendah akan mengurangi beban membayar
bunga pinjaman sehingga laba yang didapat akan lebih besar. Selain itu disisi lain,
semakin besar hutang maka akan semakin kecil jumlah ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan.
4.2.4 Return on Asset(ROA)
Return on Asset yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ROA per
tahun. ROA diukur dengan cara membandingkan keuntungan sebelum bunga dan
61
pajak dengan total aktiva. Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Hal
ini tampak lampiran VI.
Berdasarkan data, terlihat bahwa ROA rata-rata selama 3 tahun penelitian
yang dimulai tahun 2004 sampai tahun 2006 adalah 7.75%. Perusahaan yang
mempunyai rata-rata ROA diatas rata-rata sampel berarti perusahaan tersebut
mampu memanfaatkan asset yang di miliki secara lebih efisien untuk
menghasilkan laba. Berapa perusahaan yang memiliki rata-rata ROA diatas ratarata sampel yaitu PT Multi Bintang Indonesia Tbk. sebesar 14.64%, PT Sari
Husada Tbk. sebesar 23.19%, PT Ricky Putra Globalindo Tbk. sebesar 8.72%.
Rata-rata selama periode penelitian yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun
2006 ROA tertinggi pada PT Unilever Tbk. sebesar 38.55, sedangkan ROA
terendah pada PT Indofarma Tbk. sebesar -0.26. Sedangkan dilihat dari rata-rata
pada masing-masing tahun penelitian ROA tidak mengalami perbedaan yang jauh
yaitu pada tahun 2004 sebesar 7.85 dan tahun 2005 sebesar 7.79 dan tahun 2006
sebesar 7.60.
ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan seluruh aktiva yang dimiliki. ROA memiliki hubungan positif
dengan harga saham yang berarti semakin efisien perputaran asset pada
perusahaan tersebut dan semakin tinggi pula laba yang dihasilkan.
4.2.5 Return on Equity (ROE)
Pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang telah go public
ekuitas atau modal yang ditanamkan oleh pemegang saham atau investor
merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan perusahaan. Sebagai
62
investor tentunya memiliki harapan hasil atau return terhadap dana yang telah
diinvestasikan.
Return on Equity dalam penelitian merupakan ROE per tahun, ROE diukur
dengan cara menghitung rasio laba bersih dengan jumlah modal sendiri.
Berdasarkan data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006 yang tampak di
lampiran V. Diketahui bahwa ROE rata-rata selama 3 tahun mulai dari 2004
sampai tahun 2006 adalah 13,52 %.
Beberapa perusahaan selama periode penelitian mempunyai rata-rata ROE
yang lebih tinggi dari rata-rata ROE sampel, yaitu PT Unilever Indonesia sebesar
67.03 %, PT Sari Husada Tbk. sebesar 28.82% dan seterusnya. Perusahaan ini
berarti perusahaan tersebut relatif lebih mampu menghasilkan pendapatan dengan
memanfaatkan ekuitas yang mereka miliki. Semakin tinggi ROE atau penghasilan
yang diperoleh, maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Dimana hal
ini menggambarkan semakin meningkatnya penghasilan yang tersedia bagi
pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan.
Berdasaran rata-rata selama periode tahun 2004-2006 ROE tertinggi
diperoleh PT.Unilever Tbk, sebesar 67.03% dan Terendah diperoleh PT. Prasidna
Aneka Niaga Tbk. sebesar -40.88%. Sementara berdasarkan rata-rata tahunan,
rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 14.30%, terendah terjadi pada
tahun 2005 yakni sebesar 12.49%.
.
Pada data ROE pada perusahaan sampel mengalami fluktuasi, ada yang
mengalami kenaikan dan juga penurunan. Penurunan ROE karena perusahaan
sampel mengalami penurunan laba atau penurunan penggunaan hutang dalam
63
struktur modal. Dan kenaikan ROE karena pada tahun itu perusahaan sampel
mengalami kenaikan laba atau kenaikan jumlah hutang atau terjadi penurunan
aktiva.
4.2.6 Price Book Value (PBV)
Price Book Value dalam penelitian ini merupakan PBV per tahun. PBV
diukur dengan cara membagi harga pasar per saham dengan nilai buku
perusahaan. Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Nilai Price Book
Value perusahaan dapat dilihat pada lampiran VII.
Berdasarkan data PBV, terlihat bahwa PBV rata-rata pada tahun penelitian
adalah 1.63 kali. Perusahaan yang memiliki rata-rata PBV tertinggi pada PT
Unilever Tbk. sebesar 15.10 kali dan tertinggi ke dua pada PT Sari Husada Tbk.
sebesar 6.62 kali. Sedangkan PBV terendah pada PT Alumindo Light Metal Tbk
sebesar 0.43. Sedangkan dilihat dari rata-rata pada masing-masing tahun
penelitian PBV tertinggi pada tahun 2004 sebesar 1.71 dan terendah pada tahun
2005 sebesar 1.67 sedangkan pada tahun 2006 sebesar 1.51.
Rasio
PBV
menunjukan
tingkat
kemampuan
perusahaan
dalam
menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Sehingga
semakin tinggi rasio ini, maka semakin berhasil dan mampu perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham.
4.2.7 Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added dalam penelitian ini merupakan EVA per tahun.
EVA merupakan selisih antara Nopat selama 1 tahun buku dan capital yang
64
dikalikan WACC. Data yang diambil dari tahun 2004, 2005, dan 2006. Hal ini
tampak pada lampiran VIII.
Berdasarkan data EVA terlihat bahwa EVA rata-rata selama 3 tahun
penelitian
yang dimulai
tahun
2004
sampai
tahun
2006
adalah
Rp
148.038.974.459,-. Perusahaan yang mempunyai rata-rata EVA diatas rata-rata
sampel berjumlah 6 perusahaan yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT HM
Sampoerna Tbk, PT Semen Gresik, PT Astra International Tbk, PT Kalbe Farma
Tbk dan PT United Traktor Tbk.
Suatu perusahaan mempunyai EVA negatif pada tahun sekarang bisa jadi
akan mempunyai nilai EVA positif pada tahun berikutnya. Seperti pada PT
Davomas Abadi Tbk yang pada tahun 2004 dan 2005 mempunyai nilai EVA
negatif tetapi pada tahun 2006 bernilai positif. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada tahun tertentu.
EVA positif menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan
perusahaan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat biaya yang diharapkan
investor atas investasinya. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa perusahaan telah
berhasil menciptakan nilai bagi penyedia dana karena telah memaksimumkan nilai
perusahaan. Sedangkan EVA negatif menunjukan bahwa nilai perusahaan
berkurang sebagi akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah
daripada tingkat pegembalian yang diharapkan penyedia dana atau dengan kata
lain tidak ada nilai tambah yang diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
65
4.2.8 Market Value Added (MVA)
Market Value Added dalam penelitian ini merupakan MVA tahunan yang
diperoleh dari selisih antara nilai pasar ekuitas (market value of equity) dengan
nilai buku ekuitas (book value of equity). Data yang diambil dari tahun 2004,
2005, dan 2006. Hal ini tampak pada lampiran IX.
Berdasarkan data MVA dari perusahaan sampel dapat diketahui bahwa
dari ke-69 perusahaan sampel memiliki nilai market value added yang cenderung
bervariasi. Nilai MVA yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan mampu
menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Sebaliknya nilai MVA yang negatif
menandakan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan nilai bagi para
pemegang saham. Secara umum dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 lebih
banyak perusahaan sampel yang memiliki nilai MVA negatif daripada tahun
sebelumnya.
Bilamana kita lihat dari rata-rata nilai MVA perusahaan sampel selama
periode 2004-2006 sebesar Rp 1.408.994.551.965,-. Dan perusahaan yang
memiliki MVA rata-rata lebih besar daripada rata-rata MVA sampel yaitu PT
Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Gudang Garam Tbk, PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT Semen Gresik Tbk, PT United Traktor
Tbk, PT Astra Internasional Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Tempo Scan Pasifik
Tbk.
Tingginya nilai MVA pada kesembilan perusahaan sampel diatas
disebabkan oleh closing price selama periode
2004-2006
yang
cenderung
meningkat. Sedangkan bila dilihat dari jumlah saham yang beredar cenderung
66
tetap dari tahun ke tahun dan walaupun ada perusahaan yang menerbitkan saham
baru yang berarti akan menambah jumlah saham yang beredar. Kodisi ini
mengakibatkan nilai MVA perusahaan tersebut relatif tinggi sehingga mampu
berada diatas rata-rata sampel.
Sebaliknya rendahnya nilai MVA pada perusahaan sampel sampai berada
dibawah rata-rata diakibatkan oleh closing price selama periode 2004-2006 yang
cenderung menurun. Bahkan penurunan closing price ini ada yang melebihi book
value dari saham perusahaan sehingga menyebabkan nilai MVA negatif.
4.2.9 Return Saham
Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham
bulanan, kemudian return saham bulanan selama dua belas bulan dirata-rata untuk
mendapatkan return saham tahunan.
Return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Jogiyanto, 2003:111):
Rit 
P
it
 Pi t ! 
Pi t 1

D
Pi (t 1)
Adapun data return dari perusahaan sampel yang tercatat selama periode
2004-2006 dapat dilihat pada lampiran X. sebagai penerapan rumus diatas dapat
dicontohkan pada pemberian return pada PT Aqua Golden Misissipi Tbk tahun
2004 sebesar 0.108 atau 10.8 %. Angka 0.108 atau 10.8% ini merupakan hasil
rata-rata selama 12 bulan return bulanan, yaitu return bulan januari 2004 sampai
return bulanan per desember 2004. Sementara return bulanan per januari 2004
67
diperoleh dari (closing price bulan desember 2003 - closing price bulan januari
2004): closing price bulan januari 2004.
Return saham selama tiga tahun pada perusahaan sampel mempunyai ratarata sebesar 2.26 atau 226%. Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata return
lebih tinggi daripada nilai rata-rata return sampel yaitu PT Indofood sukses
makmur Tbk dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Kedua perusahaan tersebut
memiliki rata-rata return yang tinggi karena pada tahun 2005, kedua perusahaan
mempunyai return yang sangat tinggi.
4.3
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dengan penelitian ini dilakukan empat uji asumsi klasik
yang harus dipenuhi supaya persamaan regresi yang dihasilkan dapat dihandalkan
untuk peramalan. Keempat uji asumsi tersebut sebagai berikut: pengujian
normalitas menggunakan uji Scatter Plot, pengujian multikolonieritas dengan
menggunakan besarnya Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance, pengujian
Heterokedasitas dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman dan
Uji Autokorelasi mengunakan metode Durbin Waston(dw-test).
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan bebas mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Metode
yang digunakan dalam uji ini adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal menurut Imam Ghozali (2005:112) pada prinsipnya normalitas
68
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik dengan pengambilan keputusan. Jika data menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan pola ditribusi normal. Maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas berdasarkan hasil pengolahan data (lihat
lampiran XI) grafik yang menunjukan bahwa distribusi data penelitian ini berada
disekitar sumbu diagonal sehingga distribusi data penelitian ini dapat dikatakan
normal
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi
variabel bebas antara satu dengan yang lainnya. Multikolinearitas dapat dideteksi
dengan besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika VIF
mempunyai nilai dibawah 10 dan batas dari Tolerance Value sebesar 0.10 maka
tidak terjadi multikolineritas. Berikut disajikan hasil Uji Multikolinearitas :
69
Table 4.3.2
Uji Multikolineritas
Collinerity
Variabel Statistic
Keterangan
Tolerance
VIF
EPS
0,896
1,117 Tidak terjadi Multikolinearitas
PER
0,467
2.119 Tidak terjadi Multikolinearitas
DER
0,469
2,113 Tidak terjadi Multikolinearitas
ROA
0,538
1,860 Tidak terjadi Multikolinearitas
ROE
0,412
2,429 Tidak terjadi Multikolinearitas
PBV
0,519
1,926 Tidak terjadi Multikolinearitas
EVA
0,252
3,965 Tidak terjadi Multikolinearitas
MVA
0,162
6,176 Tidak terjadi Multikolineritas
Sumber: data diolah
4.3.3 Uji Heterokedatisitas
Pengujian Heterokedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain berbeda disebut heterokedatisitas (Michell Suharli, 2005:112). Untuk
mendeteksi ada tidaknya heterokedatisitas digunakan Spearman Rank collection.
Uji Spearman Rank Collection dapat diaplikasikan pada sampel besar dan kecil (C
Ambar dan Sherli, 2006), merupakan pengkorelasian antara semua variabel bebas
dengan obsolut residual. Jika signifikan lebih besar dari 0.05 menunjukan
hubungan yang tidak signifikan antara residual dengan variabel terikat sehinga
heterokedasitas tidak terjadi.
70
Berikut disajikan hasil uji heteroskedatisitas :
Tabel 4.3.3
Uji Heterokedasitas
Variabel Residual(Sig) Keterangan
EPS
0,462
Homokedatisitas
PER
0,541
Homokedatisitas
DER
0,448
Homokedatisitas
ROA
0,644
Homokedatisitas
ROE
0,092
Homokedatisitas
PBV
0,131
Homokedatisitas
EVA
0,700
Homokedatisitas
MVA
0,559
Homokedatisitas
Sumber: data diolah
4.3.4 Uji Autokorelasi
Pengujian Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam sebuah
model regresi linier terjadi korelasi antara variabel dependen dengan dirinya
sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai sesudahnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yag terbebas dari autokorelasi. Ada tidaknya Autokorelasi
dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson. Apabila
nilai nilai Durbn-Watson terletak didaerah “tidak ada Autokorelasi” dibantu
dengan tabel Dw.
Untuk mendeteksi ada tidaknya Autokorelasi, maka dilakukan pengujian
Durbin Watson (dw) dengan ketentuan sebagai berikut (Gujarati, 1997: 217)
a. Terjadi Autokorelasi positif jika nilai dw terletak antara 0 < dw < dl.
71
b. Terjadi Autokorelasi positif maupun negatif jika nilai dw terletak antara du
< dw < 4-du.
c. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi positif (tidak ada kesimpulan) jika dl <
dw < du.
d. Ragu-ragu tidak ada Autokorelasi negatif (tidak ada kesimpulan) jika 4-du
< dw < 4dl
Nilai du dan dl penelitian tidak dapat di temukan pada tabel Dw maka
penelitian ini menggunakan pernyataan Makridakis et.al (1983) dalam Krisna
(2005) mengunakan ketentuan sebagai berikut :

1.65 < Dw < 2.35 tidak ada Autokorelasi

1.21 < Dw < 1.65 atau 2.35 < Dw < 2.79 ragu-ragu

Dw < 1.21 atau Dw > 2.79 terjadi Autokorelasi
Dari hasil uji Autokorelasi, dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson
adalah 1.929. Nilai ini berarti berada pada posisi 1.65 < Dw < 2.35, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat gejala
Autokorelasi.
4.4
Hasil Penelitian
4.4.1 Persamaan Regresi
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu earning per share (EPS),
price earning ratio (PER), debt to equity rasio (DER), return on asset (ROA),
return on equity (ROE), price book value (PBV), economic value added (EVA)
dan market value added (MVA) terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Alat
72
pengujian yang digunakan adalah regresi berganda. Berikut merupakan persamaan
yang disajikan pada tabel.
Tabel 4.4
Persamaan Regresi
Unstadardized
Variabel
coefisien (ß)
konstanta
6,331
EPS (X1)
2,715.E-03
PER(X2)
6.052.E-04
DER(X3)
-2.716.E-03
ROA(X4)
0,208
ROE(X5)
9,718.E-02
PBV(X6)
1,430
EVA(X7)
6,546.E-13
MVA(X8)
1,474.E-13
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil penghitungan regresi berganda pada tabel 4.4 diperoleh
persamaan regresi berganda sebagai berikut.
Y = 6,332 + 2,715.E-03X1 + 6,052.E-04X2 – 2,716.E-03X3 + 0,208X4 +
9,718.E-02X5 + 1,430X6 + 6,546.E-13X7 + 1.482.E-13X8 + e
Keterangan : Y = Return Saham
X1 = earning per share (EPS)
X2 = price earning ratio (PER)
X3 = debt to equity rasio (DER)
X4 = return on equity (ROE)
X5 = return on asset (ROA)
X6 = price book value (PBV)
X7 = economic value added (EVA)
X8 = market value added (MVA)
e = Error
73
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa koefisien pada variabel X1
(EPS), X2 (PER), X4 (ROA), X5 (ROE), X6 (PBV), X7 (EVA), dan X8 (MVA)
mempunyai arah yang positif atau berbanding lurus dengan variabel terikat.
Sedangkan koefisien pada X3 (DER) mempunyai arah negatif atau berbanding
terbalik dengan variabel terikat, return saham. Adapun interpretasi dari persamaan
regresinya adalah sebagai berikut:
1.
Konstanta
Nilai konstansta dari persamaan regresi ini sebesar 6.331, menyatakan bahwa
jika tidak ada variabel EPS, PER, DER, ROE, ROA, PBV, EVA dan MVA,
maka return saham sebesar 6.331.
2.
Koefisien Variabel X1 (EPS)
Nilai dari koefisien regresi X1 sebesar 2.715.E-03, menyatakan bahwa
penambahan sebesar Rp 1,- earning per share (EPS) akan meningkatkan
return saham sebesar 2.715.E-03, dengan asumsi variabel lain tetap.
3.
Koefisien Variabel X2 (PER)
Nilai dari koefisien regresi X2 sebesar 6.052.E-04, menyatakan bahwa
penambahan sebesar 1X,- price earning ratio (PER) akan meningkatkan
return saham sebesar 6.052.E-04, dengan asumsi variabel lain tetap.
4.
Koefisien Variabel X3(DER)
Nilai dari koefisien regresi X3 sebesar -2.716.E-03, menyatakan bahwa
penurunan sebesar 1% Debt to equity rasio (DER) akan meningkatkan return
saham sebesar -2.716.E-03, dengan asumsi variabel lain tetap.
74
5.
Koefisien Variabel X4 (ROA)
Nilai dari koefisien regresi X4 sebesar 0.208, menyatakan bahwa
penambahan sebesar 1% Rertun on asset (ROA) akan meningkatkan return
saham sebesar 0.208, dengan asumsi variabel lain tetap.
6.
Koefisien Variabel X5 (ROE)
Nilai dari koefisien regresi X5 sebesar 9.718.E-02, menyatakan bahwa
penambahan sebesar 1% return on equity (ROE) akan meningkatkan return
saham sebesar 9.718.E-02, dengan asumsi variabel lain tetap.
7.
Koefisien Variabel X6 (PBV)
Nilai dari koefisien regresi X6 sebesar 1.43, menyatakan bahwa penambahan
sebesar 1 kali Price book value (PBV) akan meningkatkan return saham
sebesar 1.43, dengan asumsi variabel lain tetap.
8.
Koefisien Variabel X7 (EVA)
Nilai dari koefisien regresi X7 sebesar 6.546.E-13, menyatakan bahwa
penambahan sebesar Rp 1,- economic value added (EVA) akan
meningkatkan return saham sebesar 6.546.E-13, dengan asumsi variabel lain
tetap.
9.
Koefisien Variabel X8 (MVA)
Nilai dari koefisien regresi X8 sebesar 1.474.E-13, menyatakan bahwa
penambahan sebesar Rp 1,- market value added (MVA) akan meningkatkan
return saham sebesar 1.474.E-13, dengan asumsi variabel lain tetap.
75
4.4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Uji F (simultan) digunakan untuk menunjukan seberapa besar pengaruh
variabel bebas yang dimasukan kedalam model terhadap variabel terikat.
Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Ho : b1, b2, b3, …………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh seluruh variabel
bebas secara simultan terhadap variabel terikat,
Ha : b1, b2, b3, ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh seluruh variabel bebas
secara simultan terhadap variabel terikat.
Dikatakan berpengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara
simultan apabila Fhitung > dari Ftabel, dan Ho ditolak, sebaliknya, jika Fhitung
<Ftabel dan Ho diterima, maka tidak terdapat pengaruh secara simultan. Hasil
pengujian hipotesis dapat dilihat sebagai berikut :
Table 4.5.1
Uji Simultan (Uji F)
Model
Fhitung
Ftabel
Sig
regresi
171.990
1,98
0,000
Sumber: data diolah
Dari perhitungan tabel 4.51, dapat dilihat bahwa nilai dari Fhit adalah
171.990 sedangkan nilai dari Ftab adalah sebesar 1.98. dapat diambil keputusan
bahwa nilai Fhit > F tab, maka menolak Ho. Sehingga dengan demikian dapat
dikatakan secara simultan semua variabel bebas berpengaruh sinifikan terhadap
return saham.
Selain cara diatas uji F dapat diketahui dengan membandingkan
signifikansi dari hasil perhitungan dengan angka 0.05 (). Apabila nilai
76
signifikansi yang ada pada tabel Anova lebih kecil dari 0.05 maka secara simultan
variabel bebas mampu berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya, apabila
nilai signifikansi pada tabel Anova lebih besar dari 0.05 maka secara serempak
variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai signifikansi pada
tabel Anova menunjukan nilai 0.000. Hal ini berarti nilai signifikansi lebih kecil
dari angka 0.05, sehingga dapat dikemukakan bahwa secara simultan variabel
bebas berpengaruh terhadap return saham.
4.4.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresi secara parsial
dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis pada penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
Ho : b1/ b2/ b3/…………b8 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat,
Ha : b1,/ b2/ b3/ ………b8 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat
Ho ditolak, apabila thitung>ttabel, artinya terdapat pengaruh signifikan dari
variabel bebas secara pasial terhadap variabel terikat, dan sebaliknya apabila
thitung<ttabel, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel bebas secara
parsial terhadap variabel terikat. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat sebagai
berikut :
77
Tabel 4.5.2
Uji Parsial (Uji t)
Variabel
t hitung
EPS (X1)
5,833
PER (X2)
0,382
DER (X3)
-0.012
ROA (X4)
2,422
ROE (X5)
2,183
PBV (X6)
24,331
EVA (X7)
0,688
MVA (X8)
0,643
R
0,935
Rsquare
0,874
Adj Rsquare 0,869
t tabel
1,960
Sumber: Data diolah
Sig
0,000
0,703
0,991
0,016
0,030
0,000
0,492
0,521
Standardize
Coefficients
0,155
0,014
0,000
0,083
0,086
0,851
0,035
0,040
keterangan
Berpengaruh Signifikan
Berpengaruh Tidak Signifikan
Berpengaruh Tidak Signifikan
Berpengaruh Signifikan
Berpengaruh Signifikan
Berpengaruh Signifikan
Berpengaruh Tidak Signifikan
Berpengaruh Tidak Signifikan
Dari hasil perhitungan statistik pada tabel 4.5.2 nilai thitung < ttabel (1.96)
yaitu Price Earning Ratio (PER) sebesar 0.382, Debt to Equity Ratio (DER)
sebesar -0.012, Economic Value Added (EVA) sebesar 0.688 dan Market Value
Added (MVA) sebesar 0.643. Sehingga dapat dikemukakan bahwa PER, DER,
EVA dan MVA secara parsial tidak signifikan.
Sementara nilai hitung variabel Earning Per Share (EPS) sebesar 5.833,
Return on Asset (ROA) sebesar 2.422, Return on Equity (ROE) sebesar 2.183 dan
Price Book Value (PBV) sebesar 24.331 lebih besar dari nilai tabel (1.96).
Sehingga dapat dikemukakan bahwa EPS, ROA, ROE, dan PBV secara parsial
berpengaruh secara signifikan.
Untuk mengetahui variabel bebas yang secara dominan mempengaruhi
variabel terikat, dapat dilihat nilai pada standardized coefficient. Semakin besar
nilai standardized coefficient, maka menunjukan variabel yang dominan terhadap
variabel terikat.
78
Nilai beta standardized coefficient harus diberi nilai mutlak. Hal ini
diperlukan untuk menghindari keracunan akibat nilai dari beta standardized
coefficient yang bernilai negatif. Karena nilai negatif atau positif pada beta
menunjukan arah dari koefisien (berbanding lurus atau terbalik) dan tidak
menunjukan besaran. Dari tabel 4.5.2 dapat dilihat bahwa nilai beta standardized
coefficient dari variabel Price Book Value (PBV) sebesar 0.851 merupakan nilai
tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Hal ini berarti bahwa diantara variabel
bebas PBV mempunyai pengaruh yang paling dominan.
4.4.3 Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas menjelaskan variabel
terikat, menurut Imam Ghozali (2005:83) perlu diketahui nilai koefisien
determinasi (R2) karena nilai variabel bebas yang diukur terdiri dari nilai rasio
obsulut dan nilai perbandingan. R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1
(0≤R2≤1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model
regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel bebas secara keseluruhan
tidak dapat menjelaskan variabel terikat.
Menurut Imam Ghozali (2005:83) kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinan adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan
kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R2 pasti meningkat
tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted RSquare pada saat mengevaluasi mana model regresi
79
terbaik. Karena Adjusted Rsquare dapat naik atau turun apabila satu variabel
bebas ditambahkan ke dalam model.
Nilai Adj R2 menunjukan nilai sebesar 0.869. Hal ini diartikan bahwa
kontribusi variabel bebas yakni EPS, PER, DER, ROE, ROA, PBV, EVA, dan
MVA mempengaruhi variabel terikat (Return saham) sebesar 86.9%. Dan sisanya
13.1% dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain tersebut seperti faktor makro
ekonomi (Inflasi, tingkat bunga dan lainnya) dan rasio lainnya seperti rasio
Devident Payout Ratio (DPR), Net Profit Margin (NPM) diduga juga berpengaruh
terhadap return saham.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil uji simultan (F test) mempunyai nilai signifikansi pada tabel
Anova menunjukan nilai 0.000. Nilai signifikansi lebih kecil dari angka 0.005,
sehingga dapat dikemukakan bahwa secara simultan variabel bebas berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham. Dengan demikian variabel yang
digunakan pada penelitian yaitu: EPS, PER, DER, ROA, ROE, PBV, EVA dan
MVA berpengaruh signifikan terhadap return saham pada sektor manufaktur. Dari
hasil penelitian tersebut dapat dikemukkan bahwa return saham dipengaruhi oleh
faktor internal perusahan yaitu indikator kinerja keuangan seperti yang digunakan
dalam penelitian.
Semakin tinggi EPS berarti semakin besar laba yang dihasilkan
perusahaan dalam operasionalnya, berarti semakin besar pula perusahaan
memberikan pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan oleh investor.
Dan sebaliknya semakin kecil EPS berarti semakin kecil laba yang dihasilkan
perusahaan dalam operasionalnya.
80
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X1 (EPS) memiliki
koefisien regresi bertanda positif sebesar 2.715.E-03, hal ini mengandung arti
bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar Rp 1,- earning per share (EPS) akan meningkatkan return
saham sebesar 2.715.E-03. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
 t
tabel
(5.833 
1,960) dengan tingkat signifikansi untuk EPS sebesar 0,000 dengan  = 0,005
(0,000  0,005) dengan demikian berarti EPS berpengaruh signifikan terhadap
return saham dengan arah hubungan positif.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan hasil penelitian Ida Ayu (2005). Hasil
penelitian yang menunjukan bahwa EPS signifikan mempengaruhi return saham
sektor manufaktur mengindikasi bahwa banyak investor menggunakannya dalam
pengambilan keputusan. EPS juga mempunyai arah yang positif terhadap return
saham yang berarti semakin tinggi EPS, maka semakin meningkat pula return
saham. Investor sangat menyukai EPS karena EPS mencerminkan jumlah rupiah
yang akan diperoleh untuk setiap lembar saham. Selain itu, EPS juga disajikan
pada laporan keuangan sehingga investor sangat mudah untuk mendapatkan
informasinya. Dengan demikian EPS perlu digunakan oleh investor sebagai
pertimbangan pemilihan investasi.
Semakin besar PER maka semakin besar harga saham yang diberikan. Dan
sebaliknya semakin kecil PER berarti semakin kecil harga saham perusahaan
tersebut. Hal ini karena nilai PER dapat diartikan sebagai tingkat pertumbuhan
dan prospek perusahaan dimasa mendatang dan sebagai patokan investor dalam
memberikan harga saham.
81
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X2 (PER) memiliki
koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 6.052.E-04, hal ini mengandung
arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar 1X,- price earning ratio (PER) akan meningkatkan return saham
sebesar 6.052.E-04. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
< t
tabel
(0.382 < 1,960)
dengan tingkat signifikansi untuk PER sebesar 0,703 dengan  = 0,005 (0,703 >
0,005) dengan demikian berarti PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham dengan arah hubungan positif.
Dilihat dari tingkat signifikansi terhadap return saham, hasil ini
mendukung hasil penelitian Ida Ayu (2005) bahwa PER tidak signifikan terhadap
return saham. PER yang tidak berpengaruh signifikan menandakan bahwa PER
tidak dipandang lagi sebagai rasio yang banyak digunakan dalam pengambilan
keputusan investasi khususnya pada perusahaan manufaktur. Seperti yang kita
ketahui bahwa PER merupakan rasio harga saham terhadap laba bersih per
sahamnya. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai ukuran kemampuan
menghasilkan laba masa depan dari suatu perusahaan.
Semakin besar nilai DER berarti hutang perusahaan besar maka laba yang
diperoleh perusahaan akan menjadi lebih kecil. Dan sebaliknya, semakin kecil
nilai DER berarti semakin kecil hutang perusahaan maka laba perusahaan yang
diperoleh lebih besar. Semakin besar rasio hutang suatu perusahaan maka akan
memperbesar pula beban bunga yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu
nilai jaminan hutang atas kekayaan semakin meningkat dapat menimbulkan
ancaman kebangkrutan.
82
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X3 (DER) memiliki
koefisien regresi bertanda negatif sebesar -2.716.E-03; hal ini mengandung arti
bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar 1% Debt to equity rasio (DER) akan menurunkan return saham
sebesar -2.716.E-03. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
<t
tabel
(-0,012 < 1.960)
dengan tingkat signifikansi untuk pertumbuhan penjualan sebesar 0,991 dengan 
= 0,005 (0,991  0,005), dengan demikian berarti variabel DER tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham dengan arah hubungan negatif..
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Ida Ayu (2005) dan Michell
Suharli (2005). Rasio DER yang tidak signifikan menandakan bahwa DER tidak
banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi khususya pada
perusahaan manufaktur dan dikarenakan kondisi perekonomian dan politik
Indonesia tidak stabil sehingga menyebabkan nilai saham pasar modal Indonesia
berfluktuasi tidak menentu. Standardized coefisients DER paling rendah
dibandingkan variabel lainnya. Hal ini berarti bahwa variabel DER paling tidak
dominan terhadap return saham sebesar 0.7% saja.
DER berpengaruh negatif karena semakin tinggi DER, maka semakin
rendah nilai return saham. Investor dan calon investor harus berhati-hati dalam
memilih investasinya sehubungan dengan risiko finansial yang kemungkinan akan
terjadi, walaupun pada prosporsi tertentu DER dapat mengurangi besarnya pajak
perusahaan.
Semakin besar ROA maka semakin efisien perputaran asset pada
perusahaan tersebut sehingga semakin tinggi pula laba yang dihasilkan. Dan
83
Sebaliknya semakin kecil ROA maka semakin tidak efesien perputaran asset
perusahaan sehingga semakin rendah pula laba yang dihasilkan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X4 (ROA) memiliki
koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 0.208, hal ini mengandung arti
bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar 1% return on asset (ROA) akan meningkatkan return saham
sebesar 0.208. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
>t
tabel
(2.422 >1,960) dengan
tingkat signifikansi untuk ROA sebesar 0,016 dengan  = 0,005 (0,016 > 0,005)
dengan demikian berarti ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham
dengan arah hubungan positif.
Hasil ini mendukung hasil penelitian Rostina (2004) yang menunjukan
bahwa ROA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham dari
perusahaan yang termasuk LQ 45 di BEJ. ROA berpengaruh positif dapat
diartikan bahwa semakin besar ROA, maka akan semakin besar pula return
saham. Rasio ROA berpengaruh signifikan menandakan bahwa ROA banyak
digunakan dalam pengambilan keputusan.
Semakin besar ROE maka semakin besar penghasilan perusahaan dengan
memanfaatkan ekuitas yang mereka miliki. Hal ini berarti bahwa semakin
meningkatnya penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang
mereka investasikan dalam perusahaan. Dan sebaliknya semakin kecil ROE, maka
semakin kecil penghasilan perusahaan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X5 (ROE) memiliki
koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 9.718.E-02, hal ini mengandung
84
arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar 1% return on equity (ROE) akan meningkatkan return saham
sebesar 9.718.E-02. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
> t
tabel
(2.183 >1,960)
dengan tingkat signifikansi untuk ROE sebesar 0,030 dengan  = 0,005 (0,030 >
0,005) dengan demikian berarti ROE berpengaruh signifikan terhadap return
saham dengan arah hubungan positif.
Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Njo Anastasia (2003)
dan Krisna (2005). Tapi penelitian ini memperkuat hasil penelitian Ida Ayu
(2005) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa ROE berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham maupun dengan demikian ROE perlu
diperhatikan dalam berinvestasi saham. Hasil penelitian ini berpengaruh positif
menunjukan bahwa peningkatan ROE berpengaruh nyata terhadap peningkatan
return saham. Dan ROE berpengaruh signifikan menandakan bahwa ROE banyak
digunakan dalam pengambilan keputusan investasi oleh investor maupun calon
investor. Rasio ini digunakan untuk mengukur hasil pengembalian atas investasi
saham, baik saham preferen maupun saham biasa.
Semakin besar PBV maka semakin berhasil dan mampu perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham. Dan semakin kecil PBV maka semakin
gagal perusahaan dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham, sehingga
menunjukan bahwa sesungguhnya harga atau nilai perusahaan kurang dari
biayanya
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X6 (PBV) memiliki
koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 1.43, hal ini mengandung arti
85
bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar 1 kali Price book value (PBV) akan meningkatkan return saham
sebesar 1.43. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
>t
tabel
(24.331 >1,960) dengan
tingkat signifikansi untuk PBV sebesar 0,000 dengan  = 0,005 (0,000 < 0,005)
dengan demikian berarti PBV berpengaruh signifikan terhadap return saham
dengan arah hubungan positif
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa PBV mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham. Dengan kata lain dapat dikemukanan
bahwa peningkatan atau penurunan PBV mampu mempengaruhi return saham
secara signifikan dengan arah yang sama. Hal ini mendukung hasil penelitian dari
Krisna (2005) yang menyatakan bahwa PBV berpengaruh signifikan dan positif
terhadap return saham. Dengan demikian hasil penelitian menunjukan bahwa
investor perlu menggunakan rasio ini untuk pertimbangan investasi. Selain itu
PBV mempunyai nilai standardized coeffisient paling tinggi dari pada variabel
bebas lainnya. Hal ini berarti bahwa PBV memiliki nilai yang paling dominan
terhadap return saham.
Semakin besar EVA maka semakin besar perusahaan mampu menciptakan
nilai bagi penyedia dana karena telah mampu memaksimumkan nilai perusahaan
dengan menunjukkan tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan melebihi
tingkat biaya modal atau tingkat biaya yang diharapkan investor atas
investasinya.. Dan sebaliknya semakin kecil EVA maka semakin rendah nilai
tambah yang diberikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
86
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X7 (EVA) memiliki
koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 6.546.E-13, hal ini mengandung
arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar sebesar Rp 1,- economic value added (EVA) akan meningkatkan
return saham sebesar 6.546.E-13. Berdasarkan uji t diperoleh t hitung < t tabel (0.688
<1,960) dengan tingkat signifikansi untuk EVA sebesar 0,492 dengan  = 0,005
(0,492 > 0,005) dengan demikian berarti EVA tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham dengan arah hubungan positif
Dari hasil penelitian EVA berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hasil
ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Suratman (2006) yang menyatakan bahwa
EVA berpengaruh signifikan terhadap return saham. Tapi hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian Pradhono dan Yulius (2004) dan Nuzlia (2003) yang menunjukan
bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham
yang diterima pemegang saham. Begitu juga hasil penelitian dari Zaki Baridwan
dan Ari Legowo, variabel EVA berpengaruh tidak signifikan terhadap return
saham. Menurut Zaki Baridwan dan Ari Legowo, hal ini mengindikasi bahwa
investor dipasar modal Indonesia kurang memperhatikan konsep economic value
added dalam pengambilan keputusan investasi mereka.
Semakin besar MVA, berarti kekayaan pemilik akan bertambah. Dan
semakin kecil MVA, berarti semakin berkurangnya kekayaan pemilik perusahaan.
MVA yang positif diartikan bahwa pasar menghargai nilai perusahaan melebihi
modal yang diinvestasikan. MVA yang negatif berarti nilai dari investasi yang
87
dijalankan manajemen jarang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh
pasar modal.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Variabel X8 (MVA) memiliki
koefisien regresi bertanda positif sebesar sebesar 1.474.E-13, hal ini mengandung
arti bahwa apabila koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka
kenaikan sebesar sebesar Rp 1,- market value added (MVA) akan meningkatkan
return saham sebesar 1.474.E-13. Berdasarkan uji t diperoleh t
hitung
< t
tabel
(0.643<1,960) dengan tingkat signifikansi untuk EVA sebesar 0,521 dengan  =
0,005 (0,521 > 0,005) dengan demikian berarti EVA tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham dengan arah hubungan positif
Dari hasil penelitian ini MVA menunjukan pengaruh positif yang tidak
signifikan. Jadi penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Suratman
(2006), Nuzlia (2003), Zaki Baridwan dan Ari Legowo (2002) yang menyatakan
bahwa MVA menunjukan pengaruh positif yang signifikan. Hasil penelitian yang
menyatakan bahwa MVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
perusahaan manufaktur mengindikasikan bahwa investor dan calon investor lebih
memilih faktor lain yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan investasi.
4.6 Implikasi Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian F test dapat dikemukakan bahwa EPS, PER, DER,
ROE, ROA, PBV, EVA, dan MVA secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur.
88
Dari hasil penelitian ini diketahui EPS mempunyai pengaruh positif dan
signifikan
terhadap
return
saham
perusahaan
manufaktur.
Hasil
ini
mengindikasikan bahwa EPS merupakan informasi yang sangat dibutuhkan oleh
investor dan calon investor. EPS menggambarkan jumlah keuntungan yang
diperoleh dari setiap lembar saham. EPS yang tinggi menandakan bahwa
perusahaan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik terhadap
pemegang saham, sehingga mendorong investor untuk memperbanyak investasi
pada perusahaan manufaktur tersebut. Hal ini tentu saja dapat menambah
permintaan saham sehingga mendorong naiknya harga saham perusahaan. Ketika
harga saham naik maka return saham perusahaan juga naik. Weston dan Copeland
(1995: 243) menjelaskan bahwa pertumbuhan laba mempunyai pengaruh positif
terhadap perkembangan harga saham. EPS juga digunakan sebagai tolok ukur
profitabilitas perusahaan, yang pada umumnya dijadikan alasan utama para
investor untuk berinvestasi, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Helfert
(1997:89) bahwa laba per saham merupakan suatu ukuran menarik perhatian baik
manajemen maupun pemegang saham.
Dengan adanya pengaruh positif dari EPS terhadap return saham,
perusahaan manufaktur dapat menerapkan kebijaksanaan untuk mengutamakan
perbaikan terhadap profitabilitas, khususnya EPS dimasa yang akan datang. Selain
itu EPS merupakan komponen penting yang diperhatikan dalam menganalisis
keuangan perusahaan karena banyak investor yang menjadikan besarnya EPS
sebagai alasan dalam pengambilan keputusan.
89
Sedangkan PER pada hasil penelitian diketahui berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hasil ini
mengindikasikan
bahwa
PER
tidak
banyak
digunakan
investor
dalam
pengambilan keputusan investasi diperusahaan manufaktur. PER merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba masa depan perusahaan.
Dengan demikian semakin tinggi PER suatu perusahaan maka semakin tinggi
pertumbuhan perusahaan tersebut, sehingga prospek perusahaan semakin baik.
Dengan tidak berpengaruhnya PER terhadap return saham menunjukan bahwa
investor cenderung kurang optimis terhadap perolehan laba yang dihasilkan
perusahaan mengingat kondisi perekonomian di negeri ini yang tidak menentu,
sehingga investor cenderung tidak mengharapkan perolehan laba dalam bentuk
dividen melainkan lebih memilih keuntungan jangka pendek yang berupa capital
gain sebagai strategi investasi yang lebih aman
Dengan adanya pengaruh positif dari PER terhadap return saham
sebaiknya perusahaan tetap mempertahankan nilai baik dari PER. Karena hal ini
dapat menggambarkan prospek dari perusahaan manufaktur di masa depan.
DER juga tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap return saham
perusahaan manufaktur. Hasil ini mengindikasikan bahwa DER bukan merupakan
informasi yang dibutuhkan oleh investor maupun calon investor dalam
berinvestasi, sehingga investor kurang memperhatikan risiko tidak terbayarnya
hutang yang digunakan perusahaan. Juga dapat diartikan bahwa investor tidak
melihat adanya potensi keuntungan dibalik penggunaan hutang, yaitu apabila
90
keuntungan perusahaan meningkat melebihi biaya yang ditimbulkan oleh hutang
(bunga) maka return yang diperoleh investor akan meningkat.
Walaupun DER tidak dibutuhkan dalam pengambilan keputusan investasi,
sebaiknya perusahaan manufaktur menekan nilai DER, karena perusahaan yang
memiliki nilai DER yang tinggi berarti hutang perusahaan besar maka laba yang
diperoleh perusahaan akan menjadi lebih kecil karena akan digunakan untuk
membayar bunga pinjaman yang besar juga. Disamping itu nilai jaminan hutang
atas kekayaan semakin meningkat dapat menimbulkan ancaman kebangkrutan.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa ROA berpengaruh Positif dan
signifikan
terhadap
return
saham
perusahaan
manufaktur.
Hasil
ini
mengindikasikan bahwa investor banyak menggunakan ROA dalam pengambilan
keputusan investasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Joeng-Bonkim
(1993) dalam Sugeng (2004) bahwa bagi pihak luar perusahaan, kinerja berupa
ROA dapat memberi bukti tentang efektivitas manajemen. Hal tersebut
merupakan pertimbangan yang sangat vital bagi para investor dalam kasus sebuah
perusahaan. Karena profitabilitas yang tinggi dapat mengurangi kekuatiran
investor mengenai efektivitas manajemen yang sedang berjalan. Ini juga sesuai
dengan teori Modligiani dan Miller sebagaimana yang dipaparkan oleh Njo
Anastasia (2003) bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset
yang dimiliki perusahaan tersebut, semakin tinggi earning power semakin tinggi
profit margin yang diperoleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
91
ROA berpengaruh positif terhadap return saham, kondisi ini dapat
diartikan bahwa perusahaan sangat dituntut untuk meningkatkan besarnya ROA
karena hal ini akan meningkatkan return saham perusahaan. Selain itu besarnya
ROA juga merupakan tolok ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dengan memanfaatkan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan.
ROE juga menunjukan pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham perusahaan manufaktur. Hasil ini mengindikasikan bahwa investor dalam
investasinya banyak mempertimbangkan pengelolaan ekuitas perusahaan untuk
menghasilkan laba perusahaan. Informasi laba perusahaan secara langsung akan
mempengaruhi besarnya dividen yang akan diterima investor. Selain itu dengan
besarnya laba perusahaan tentu akan banyak investor yang akan menginvestasikan
modalnya pada perusahaan tersebut. Sehingga akan meningkatkan pula
permintaan akan saham yang tentu saja akan berpengaruh pada kenaikan harga
saham terjadilah capital gain.
Dengan ROE yang berpengaruh positif, perusahan sebaiknya sangat
memperhatikan besarnya pengelolaan ekuitas perusahaan atau dengan kata lain
perusahaan lebih mempertahankan tingkat ROE. Karena ROE merupakan tolok
ukur besarnya pengembalian atas modal yang tealh diinvestasikan oleh investor.
Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa PBV berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hal ini dapat diartikan
bahwa investor sangat menyukai PBV untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan investasinya. PBV memberikan indikasi kepada investor bahwa
perusahaan tersebut mempunyai jaminan keamanan berinvestasi atau dalam
92
perusahaan tersebut investor mempunyai klaim atas asset bersih perusahaan yang
tinggi (Njo Anastasia, 2003). PBV yang tinggi menunjukan investor dan calon
investor percaya bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai bukan hanya untuk
periode tertentu saja tapi pada periode selanjutnya di masa depan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sugeng (2004) yang menyatakan bahwa variabel Price book
value merupakan variabel yang sangat penting, yaitu sebagai salah satu indikasi
perusahaan dalam upaya komitmen yang tinggi terhadap pasar. Investor akan
bersedia membayar harga saham yang lebih tinggi bila ada jaminan investasi yang
tinggi. Dari itu akan mempengaruhi harga saham perusahaan yang berimbas pada
besarnya return saham.
Dengan pengaruh PBV yang positif terhadap return saham, diharapkan
perusahaan memperhatikan besarnya PBV. Apalagi dalam penelitian ini variabel
PBV paling dominan digunakan investor dalam memprediksi return saham.
EVA pada hasil penelitian berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hal ini mengindikasikan bahwa
walaupun secara teoritis konsep EVA telah banyak memiliki keunggulan investor
pada indonesia ternyata kurang memperhatikan konsep EVA tersebut dalam
kaitanya dengan pengambilan keputusan investasinya. Hal ini diindikasikan
konsep EVA yang belum dikenal luas oleh para investor. Metode perhitungan
EVA juga melibatkan proses perhitungan yang cukup rumit dan panjang, sehingga
kemungkinan investor menganggap kurang praktis dalam penggunaanya. Dan
menurut Pradhono dan Yulius (2004) dengan angka EVA tidak langsung
disediakan di laporan keuangan perusahaan dan perhitungan EVA diperlukan
93
banyak data. Sebagai akibat dari keruwetan ini, para pelaku
pasar modal
menghadapi kendala waktu untuk mengambil keputusan investasi berdasarkan
EVA.
Walupun Variabel EVA tidak signifikan terhadap return saham perusahaan
manufaktur, tetapi perusahaan juga harus tetap memperhatikan nilai EVA. Karena
nilai EVA menggambarkan nilai tambah dari kekayaan perusahaan dimasa depan.
Selain itu perusahan juga dapat menggunakan EVA sebagai acuan penilaian
dalam kinerja dan reputasinya.
Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa MVA berpengaruh tidak
signifikan dan positif terhadap return saham perusahaan manufaktur. Tidak
signifikannya pengaruh MVA terhadap return saham diartikan bahwa walaupun
MVA menggambarkan berapa kekayaan yang bisa diciptakan perusahaan samapi
saat ini tapi investor dan calon investor lebih memilih faktor lain sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Tidak signifikannya
MVA juga bisa disebabkan sulitnya mendapatkan informasi mengenai perubahan
MVA. Kesulitan ini dikarenakan keterkaitan dengan publikasi laporan keuangan
yang membutuhkan waktu yang relatif lama dan tidak disajikannya MVA secara
langsung pada laporan keuangan.
Walaupun variabel MVA tidak signifikan sebaiknya perusahaan
menggunakan MVA sebagai acuan pengelola perusahan dalam menjalankan
perusahaan, agar dimasa yang akan datang dapat menciptakan kekayaan sesuai
dengan harapan investor. Dengan memenuhi harapan investor, nilai perusahaan
94
akan terus naik sehingga return saham perusahaan manufaktur diharapkan dapat
meningkat pula.
Selain variabel tersebut investor maupun calon investor harus tetap
mempelajari faktor makro yang juga mempengaruhi besarya return. Faktor makro
tersebut seperti peristiwa politik, inflasi, suku bunga dan sebagainya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Secara simultan variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham.
2. Secara Parsial dapat dikemukakan bahwa EPS, ROA, ROE, dan PBV
berpengaruh signifikan. Sedangkan pada variabel PER, DER, EVA dan
MVA secara parsial tidak signifikan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diajukan saran
sebagai berikut :
1. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bahwa variabel EPS, ROA, ROE, dan PBV dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Mengingat
pada penelitian ini keempat variabel terbukti berpengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur. Namun tentu saja tanpa
meninggalkan variabel-variabel lain diluar faktor fundamental perusahaan,
seperti inflasi, kondisi perekonomian, stabilitas politik dan sebagainya.
2. Bagi penelitian yang lain, penelitian ini diharapkan sebagai pembuktian
dari penelitian terdahulu sehingga dapat dikembangkan untuk penelitian
berikutnya. Dalam lingkungan yang kompetitif, perusahaan diharapkan
96
dapat melipatgandakan kekayaan. Hendaknya pada penelitian yang akan
datang ukuran kinerja keuangan tidak hanya mendasar pada laba akuntansi
saja, karena dianggap tidak memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi perusahaan. Untuk itu disarankan menggunakan variabel seperti
EVA, MVA, return on capital, cost of capital dan FGV(future Growth
Value) yang memberikan gambaran nilai pasar saat ini yang bersumber
pada ekspektasi pertumbuhan nilai perusahaan dimasa mendatang.
Menurut kusnan M.Djawahir dengan melihat variabel MVA, EVA dan
FGV, investor bisa menilai harga saham sekarang wajar ataukah tidak,
sekaligus mengukur apakah perusahaan sudah unggul dibandingkan
perusahaan lain..
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2005, Indonesia Capital Market Directory, Jakarta, Bursa Efek
Jakarta.
Anonimous, 2005, Jakarta Stock Exchange, Jakarta, Bursa Efek Jakarta.
Gujarati, Damodar, 1997, Ekonometrika Dasar, Edisi Bahasa Indonesia cetakan
ke Enam, Erlangga, Jakarta.
Harahap S., 2002, Teori Akuntansi: Analisis Kritis Terhadap Laporan Keuangan,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Helfert, Erich A, 1997, Tenik Analisis Keuangan, Edisi kedelapan, Erlangga,
Jakarta.
Ida Ayu Putu, 2005, Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Return
Saham Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ,
Skripsi, Fakultas Ekonomi, Brawijaya, Malang.
Imam Ghozali, 2005, Aplikasi Analisis Multivariante Dengan Program SPSS,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Jogianto H.M., 2003, Teori Portfolio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga, BPFE,
Yogyakarta.
Krisna Agung Dewantoro, 2005, Analisis Rasio Keuangan Konvensional
Economic Value Added (EVA), Faktor Makro Ekonomi dan Risiko
Sistematis terhadap Retrun Saham Perusahaan Sektor Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Skripsi, Brawijaya, Malang.
Michell Suharli, 2005, Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi
Return Saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta,
Jurnal Akuntansi & Keuangan, No.2, Vol VII, November, Hal 99-116.
Njo Anastasia, Yanny W dan Imelda, 2003, Analisis Faktor Fundamental dan
Risiko Sistematik Terhadap harga Saham Properti di BEJ, Jurnal
Akuntansi & Keuangan, No.2, Vol. 5, November.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
98
Nuzlia Kurniawati, 2003, EVA, MVA, ROE dan ROI sebagai Alat Ukur Kinerja
Keuangan dan Pengaruhnya terhadap return Saham, Studi Kasus pada
Perusahaan-perusahaan yang Termasuk dalam Indeks LQ45 Bursa Efek
Jakarta selama periode 1999-2001, Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Brawijaya, Malang.
Pradhono dan Yulius Jogi C, 2004, Pengaruh Economic Value Added, Residual
Income, Earning dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang diterima
oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar
di ursa Efek Jakarta), Jurnal Akuntansi & Keuangan, No. 2, Vol 6,
November.
C Ambar Pujiharjanto dan Sherli Novitasari KA, 2006, Relevans Dividend Per
Share, Retained Earning, Book Value dan Total Debt Dalam Valuation
Model Pada Perusahaan-perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta,
Buletin Ekonomi, No.1, Vol 4, April, Hal 49-61.
Ridwan S, Sundjana dan Inge Barlian, 2003, Manajemen Keuangan, Edisi Empat,
PT. Prenhallindo, Jakarta.
Rostina Dewi Indah, 2004, Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap
Return Saham, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang.
S. Munawir, 2002, Analsis Laporan Keuangan, Liberty Offset, Yogyakarta.
Suad Husnan, 1998, Dasar-dasar Teori Portfolio, Edisi ketiga, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Sugeng Wahyudi, 2004, Sinyal Rasio Harga Nilai Buku dan Return Saham,
diakses dari www.suaramerdeka.com tanggal 20 Mei 2007.
Sunariyah,1997, Pengetahuan Pengantar Dasar Pasar Modal, Cetakan Pertama,
UPP AM YKPN, Yogyakarta.
Suratman, 2006, Analisis Pengaruh Economic Value Added dan Market Value
Added terhadap Return Saham, Skripsi, Fakultas Ilmu dan Administrasi,
Universitas Brawijaya, Malang.
Warsono, 2003, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid I, Edisi Ketiga, Bayu
Media Publising, Malang.
Weston, J Fred dan Thomas E. Copeland, 1995, Manajemen Keuangan, Alih
Bahasa: A.J. Wasana dan Kibrandoko, Jilid I, Edisi Kesembilan, Erlangga,
Jakarta.
99
Wilson Bangun, 2006, Mengenal Intrumen Pasar Modal di Indonesia, Jurnal
Ekonomi, No.3, Vol. XVI, Desember.
Wiloejo W.W., dan Sunarsip, 2006, Potret Industri Manufaktur dan Sektor Riil,
Republika Online:http//www.republika.co.id, tanggal akses 21 Mei 2007.
Zaki Baridwan dan Ari Legowo, 2002, Asosiasi Antara Economic Value Added
(EVA), Market Value Added (MVA) dan Rasio Profitabilitas terhadap
harga saham, Tema, No.2, Vol III, September.
http://www.bi.go.id
http://www.jsx.co.id
Download