IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Jumlah Daun Hasil pengamatan terhadap jumlah daun tanaman nilam (Lampiran 4.a.), setelah dilakukan analisis (sidik) ragam menunjukkan bahwa interaksi antara mineral zeolit dan pupuk hayati memberikan pengaruh tidak nyata. Sedangkan untuk masing-masing faktor tunggal mineral zeolit serta pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap pertambahan Jumlah Daun tanaman nilam. Setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5%, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Pertambahan Jumlah Daun Pupuk Hayati (ml /1) Zeolit (g / polybag) 0(Zo) 12 (Z.) Rerata 24 (Z2) 6 (P.) 59,83 e 123,33 de 249,67 bcde 144,28 c 12 (P2) 245,33 cde 291,33 bcde 343,83 abcde 293,50 b 18 (P3) 522,33 ab 446,33 abc 572,33 a 513,67 a Rerata 275,83 a 287,00 a 388,61 a KK = 30,29 Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menuait uji lanjut (BNJ) pada taraf 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman nilam. Pemberian 18 ml/1 air pupuk hayati meningkatkan pertambahan jumlah daun tanaman nilam secara nyata yakni 513,67 helai jika dibandingkan dengan pemberian 6 ml/1 air pupuk hayati yakni 144,28 helai. Hal ini dikarenakan pemberian EM4 Pada perlakuan ini sudah memenuhi kebutuhan pupuk tehadap tanaman nilam, dimana pemberian pupuk hayati dapat membantu penyediaan hara ditanah sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik. Peningkatan ketersediaan unsur hara tidak hanya memacu pertumbuhan tinggi tanaman tetapi juga cenderung meningkatkan jumlah daun. Harjadi (1996), menyatakan bahwa jumlah daun berkaitan dengan tinggi tanaman dimana semakin 17 tinggi tanaman maka semakin banyak daun yang terbentuk karena daun keluar dari nodus-nodus yakni tempat kedudukan daun yang ada pada batang. Penggunaan Pupuk Hayati (EM4) pada berbagai jenis tanaman tahunan seperti karet, kopi, dan teh menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan serta penampakan tanaman menjadi tegar, sehat, dan tahan terhadap stres lingkungan (Team IKNFS, 1993). Menurut Setiaji dan Basry (1993) EM4 berfungsi untuk membantu penyediaan dan penyerapan unsur hara pada tanaman, mengontrol secara efektif perkembangan populasi parasit dan patogen pada tanah, serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sementara pada faktor tunggal pemberian zeolit hingga taraf 24 g/polybag tidak menunjukkan adanya pertambahan jumlah daun yang berpengaruh nyata jika dibandingkan dengan tanpa pemberian perlakuan. Namun dari rata-rata angka dapat terlihat bahwa pemberian zeolit dengan taraf 24 g/polybag memberikan hasil yang tertinggi yaitu 572,33 helai namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian zeolit. Hal ini diduga karena pemberian zeolit akan menjerap unsur hara khususnya amonium yang berasal dari pupuk, sehingga mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam media tanam. Namun keadaan ini hanya sementara karena secara perlahan hara tersebut akan dilepas kembali oleh zeolit {AsXma dalam Lumbantoruan, 1997) Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian interaksi pupuk hayati dan Zeolit tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman nilam namun demikian dengan pemberian kedua perlakuan cenderung meningkatkan jumlah daun tanaman nilam jika dibandingkan dengan tanpa interaksi perlakuan. Hasil tertinggi diperoleh pada interaksi P3Z2 (18 ml/1 air + 24 gr/polybag) meningkatkan Jumlah daun tanaman nilam yakni 572,33 dibandingkan dengan interaksi PjZo (6 ml/1 air + tanpa zeolit) memberikan jumlah daun terendah yakni 59,83 namun secara statistik belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Harjadi (1980) menyatakan bahwa tanaman akan dapat hidup dengan subur apabila unsur hara dalam keadaan tersedia, karena pertumbuhan tanaman tergantung dari unsur hara yang diperolehnya dari dalam tanah, serta dipengaruhi oleh penambahan unsur hara dari pemberian pupuk organik maupun anorganik. 18 4.2. Pertambahan Tinggi Tanaman Hasil pengamatan terhadap pertambahan Tinggi tanaman nilam (Lampiran 4.b.), setelah dilakukan analisis (sidik) ragam menunjukkan bahwa interaksi antara mineral zeolit dan pupuk hayati memberikan pengaruh tidak nyata. Sedangkan untuk masing-masing faktor tunggal mineral zeolit dan pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan Tinggi tanaman nilam. Setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5%, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Pertambahan Tinggi Tanaman Pupuk Hayati (ml/polybag) Zeolit (g / polybag) 0(Zo) 12 ( Z , ) Rerata 24 (Z2) 6 (Pi) 12,28 b 23,30 ab 28,06 ab 21,21b 12 (P2) 29,05 ab 32,13 ab 40,73 a 33,97 a 18 (P3) 35,06 a 38,48 a 42,48 a 38,67 a Rerata 25,46 b 31,30 ab 37,09 a KK = 22,92 Angka-angka yang diikuti oleh humf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut (BNJ) pada taraf 5%. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal pupuk hayati meningkatkan pertambahan tinggi tanaman nilam. Pemberian 18 ml/1 air pupuk hayati dengan rerata tinggi tanaman nilam 38,67 cm memperlihatkan peningkatan yang signifikan dibanding dengan 6 ml/1 air yakni 21,21 cm. Hal ini diduga bahwa, pupuk hayati sudah mampu menyediakan unsur hara dan tanaman dapat memanfaatkannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ardianto (1983) yang menyatakan bahwa bahan organik yang diberikan kedalam tanah akan meningkatkan pertumbuhan tanaman karena mikroorganisme dari pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memberikan medium yang lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga akan baik. Menurut Higa dan Wididana (1991) pupuk hayati mengandung bakteri fotosintetik yang dapat membentuk zat-zat yang bermanfaat dan sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organik, dengan menggunakan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam 19 nukleik, zat-zat bioaktif dan gula, yang semuanya akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian faktor tunggal zeolit meningkatkan pertambahan tanaman nilam. Pemberian tinggi 12 g/polybag zeolit dengan rerata 31,30 cm memperlihatkan peningkatan yang signifikan dibanding dengan tanpa zeolit yakni 25,46 cm namun tidak berbeda nyata dengan pemberian 24 g/polybag zeolit yaitu 37,09 cm. pertambahan Tinggi tanaman nilam seiring pemberian zeolit diasumsikan bahwa pemberian perlakuan telah mampu memenuhi kebutuhan tanaman nilam akan unsur hara baik makro maupun unsur mikro. Hal ini sesuai dengan pendapat Saidi (1990) menyatakan bahwa perlakuan dengan zeolit dapat berpengaruh baik terhadap sifat kimia tanah. Dengan ini pertumbuhan tanaman dengan perlakuan zeolit lebih cepat dan baik dari pada perlakuan dengan tanpa zeolit. Bahan aktif mikroba yang terkandung dalam EM4 yang dibantu dengan pemberian zeolit yang mempunyai sifat sebagai penukar kation dan penyaring molekul membantu dalam pertumbuhan akar dan juga sebagai sumber energi untuk mentransfer hara dari akar ke daun serta fotosintat dari daun ke seluruh bagian tanaman yang membutuhkan. Apabila transfer dan juga fotosintat berjalan lancar maka akan mempengaruhi pertumbuhan organ tanaman seperti tinggi tanaman. Harjadi dalam Manurung (2006) peningkatan fotosintat pada fase vegetatif menyebabkan terjadinya pembelahan sel. Gardner dkk (1991) menyatakan bahwa proses pertambahan tinggi terjadi karena, peningkatan jumlah sel dan pembesaran ukuran sel. 4.3. Pertambahan Lilit batang Hasil pengamatan terhadap Lilit Batang tanaman nilam (Lampiran 4.c.), setelah dilakukan analisis (sidik) ragam menunjukkan bahwa interaksi antara mineral Zeolit dan Pupuk Hayati serta faktor tunggalnya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pertambahan Lilit Batang tanaman nilam. Setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5%, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 20 Tabel 3. Pertambahan Lilit Batang Zeolit (g / polybag) Pupuk Hayati (ml/polybag) 0(Zo) 12 (Z,) Rerata 24 (Z2) 6 (Pi) 1,64 a 1,82 a 2,89 a 2,12 a 12 (P2) 2,76 a 2,34 a 2,54 a 2,54 a 18 (P3) 3,44 a 2,87 a 3,14 a 3,15 a Rerata 2,34 a 2,61 a 2,86 a K K = 34,50 Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut (BNJ) pada taraf 5%. Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa pemberian Faktor tunggal Pupuk Hayati pada perlakuan dengan dosis terendah yakni 6 ml/1 air sampai dengan dosis tertinggi yakni 18 ml/1 air secara angka datanya terus meningkat namun secara statistik belum menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap pertambahan lilit batang. Ini berarti pada pemberian pupuk hayati 18 ml/1 air cukup baik dimanfaatkan tanaman dengan baik, dimana sesuai dengan pendapat Sarief (1986) menyatakan pemberian bahan organik kedalam tanah baik berupa pupuk ataupun sampah-sampah temyata dapat memperbaiki sifat-sifat kimia dan juga organisme tanah. Zat bioaktif yang dihasilkan oleh EM4 sudah mencukupi kebutuhan tanaman sehingga telah dapat diserap tanaman yang dapat digunakan tanaman dalam proses pembelahan sel, apabila proses pembelahan sel meningkat maka akan meningkatkan pertumbuhan terutama lingkar batang. Sementara interaksi antara pupuk hayati dan mineral zeolit menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap lilit batang tanaman nilam. Hasil tertinggi pada interaksi P3Z0 yakni 3,44 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan PiZo yakni 1,64 cm. Hal ini dikarenakan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan yang sama sehingga tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara P3Z0 dengan perlakuan yang lainnya Pemberian perlakuan tanpa zeolit sampai dengan pemberian Zeolit 24 g/polyabg secara angka terus meningkat terhadap pertambahan Lilit Batang, namun secara statistik belum menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap 21 pertambahan hht batang Ini berarti pada pemberian zeoHt 24 gr/polybag telah mampu dimanfaatkan tanaman dengan baik. 4.4. Pertambahan Cabang Sekunder Hasil pengamatan terhadap pertambahan Cabang Sekunder tanaman nilam (Lampiran 4.d.), setelah dilakukan analisis (sidik) ragam menunjukkan bahwa interaksi antara mineral zeolit dan pupuk hayati serta faktor tunggal zeolit tidak berpengaruh nyata, namun faktor tunggal pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan cabang sekunder tanaman nilam. Setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5%, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Pertambahan Cabang Sekunder Pupuk Hayati (ml/polybag) Zeolit (g / polybag) 0(Zo) 12 (Z,) Rerata 24 (Z2) 6 (Pi) 7,33 c 11,83 be 11,83 be 10,33 b 12 (P2) 14,00 abc 13,16 abc 17,00 abc 14,72 b 18 (P3) 24,66 a 22,50 ab 22,66 ab 23,27 a Rerata 15,33 a 15,83 a 17,16 a K K = 26,47 Angka-angka yang diikuti oleh hunif kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut (BNJ) pada taraf 5%. Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal pupuk hayati meningkatkan pertambahan Cabang sekunder. Pemberian 18 ml/1 air Pupuk hayati dengan rerata Cabang sekunder tanaman nilam 23,27 telah memperlihatkan peningkatan yang signifikan dibanding dengan 6 ml/1 air yakni 10,33. Peningkatan pertambahan Cabang sekunder ini dikarenakan Pupuk Hayati yang mengandung bakteri fotosintetik yang dapat membentuk zat-zat yang bermanfaat dari sekresisekresi akar tumbuhan, bahan organik dengan menggunakan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut adalah asam amino, asam nukleat, zat-zat bioaktif dan gula yang semuanya akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Higa dan Parr, 1994). Sementara pemberian Faktor tunggal zeolit hingga taraf 24 g/polybag menunjukkan pengaruh tidak nyata. Namun dari rata-rata angka dapat terlihat 22 bahwa pemberian zeoht dengan taraf 24 g/polybag memberikan hasil yang tertinggi yaitu 17,16 helai namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian zeolit. Zeolit yang mempunyai fungsi antara lain : mengembalikan zat hara tanah yang hilang, menyimpan dan mengikat unsur-unsur yang dibutuhkan baik makro maupun mikro nutrisi sehingga tetap tersedia, serta menggemburkan tanah, karena zeolit mempunyai pori-pori yang besar sehingga sirkulasi oksigen baik untuk akar tanaman (Usman, 2009) 4.5. Rasio Tajuk Akar Hasil pengamatan terhadap rasio tajuk akar tanaman nilam (Lampiran 4.e.), setelah dilakukan analisis (sidik) ragam menunjukkan bahwa interaksi antara mineral zeolit dan pupuk hayati serta faktor tunggal zeolit tidak berpengaruh nyata, namun faktor tunggal pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar tanaman nilam. Setelah dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf 5%, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Rasio Tajuk Akar Pupuk Hayati Zeolit (g / polybag) (ml/polybag) 0(Z0) 12 ( Z l ) Rerata 24 (Z2) 6 (PI) 1,97 c 2,39 be 2,89 abc 2,41b 12(P2) 3,38 ab 3,82 a 3,75 ab 3,65 a 18 (P3) 3,61 ab 3,80 a 3,65 ab 3,70 a Rerata 2,99 a 3,34 a 3,43 a KK = 9,91 Angka-angka yang diikuti oleh humf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji lanjut (BNJ) pada taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan bahwa rasio tajuk akar tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P2Z1 yakni 3,82 yang berbeda nyata dengan PiZo, PiZi, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena adanya kontribusi unsur hara kedalam tanah dari pemberian Pupuk Hayati 12 ml/1 air sehingga memacu proses fotosintesis yang hasilnya ditranslokasikan ke 23 organ-organ lain. Nyakpa (1988) menyatakan bahwa dengan tersedianya hara yang cukup didalam tanah menyebabkan penyebaran akar tidak meluas. Tersedianya zat-zat bermanfaat di dalam tanah mengakibatkan pertumbuhan vegetatif tanaman berpengaruh terutama tajuk tanaman menjadi lebih baik, sehingga terhadap rasio tajuk akar. Semakin tinggi rasio tajuk/akar menandakan bahwa pertumbuhan tanaman semakin baik. Sitompul dan Bambang (1995) menambahkan bahwa tanaman yang memiliki rasio tajuk/akar yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada kondisi lingkungan yang sesuai secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit dan cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam penyediaan hara dan air. 4.6. Analisis Kandungan Minyak Nilam Tabel 6. Hasil Analisis Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) Bogor Perlakuan Kadar minyak (%) PIZO 1,45 PlZl 1,40 P1Z2 1,64 P2Z0 1,34 P2Z1 1,95 P2Z2 1,48 P3Z0 1,26 P3Z1 1,44 P3Z2 1,32 Secara Komposit Dapat Di Lihat Pada Tabel 6 Di Bawah Ini. Dari tabel 6 dapat terlihat bahwa kadar minyak tertinggi pada perlakuan P2Z1 (12 ml/1 air + 12 g/polybag) yakni 1,95 sedangkan kadar minyak terendah pada perlakuan P3Z0 (18 ml/1 air + tanpa Zeolit). Hal ini diasumsikan bahwa pemberian perlakuan zeolit 3 ton/ha telah mampu memenuhi kebutuhan tanaman nilam akan unsur hara baik makro maupun unsur mikro dibandingkan dengan tanpa perlakuan zeolit. Kandungan minyak atsiri terbanyak terdapat pada daun 24 terutama pada ketiga daun dari ujung (daun muda) dan kadar minyak pada daun ini akan tetap meskipun berat daun tersebut bertambah (De Yong dalam Gunther,1952) Rendemen minyak yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh mutu daim (kandungan minyak dalam daun) juga dipengaruhi oleh perlakuan sebelum penyulingan. Hemani dan risfaheri (1989) melaporkan bahwa proses pengeringan dan pelayuan akan mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Pengeringan dan pelayuan menyebabkan kadar air berkurang dengan penguapan air sehingga sel minyak pecah. Pecahnya sel minyak mengakibatkan adanya celah yang memudahkan air masuk dan menarik minyak keluar sehingga proses difusi dengan demikian proses penyulingan lebih singkat dan rendemen lebih tinggi.