gambaran penyakit infeksi yang menyebabkan gizi buruk pada

advertisement
GAMBARAN PENYAKIT INFEKSI YANG MENYEBABKAN GIZI BURUK
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANSARI
KABUPATEN TEMANGGUNG
ARTIKEL
Disusun Oleh :
SITI DIANA WATI
040114A017
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
GAMBARAN PENYAKIT INFEKSI YANG MENYEBABKAN GIZI BURUK
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANSARI
KABUPATEN TEMANGGUNG
Siti Diana Wati )
Heni Hirawati Pranoto, S.Si.T., M.Kes ), Eti Salafas, S.Si.T., M.Kes
)
)
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
)
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Latar belakang : Kasus gizi buruk banyak terjadi pada balita. Penderita gizi buruk
berisiko kematian 5-20 kali lebih besar daripada anak dengan nutrisi baik lita . Masalah
gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit
infeksi. Kejadian gisi buruktertinggi terdapat di Bansari yaitu sebanyak 30 balita yang
tersebar di 13 desa di kecamatan bansari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana gambaran penyakit infeksi yang menyebabkan gizi buruk pada
balita.
Metode : Desain penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah sampel 30 responden,
diambil dengan teknik total sampling. Sampel yang digunakan adalah ibu balita dan
balita gizi buruk di wilayah kerja puskesmas bansari kabupaten temanggung. Alat ukur
penelitian menggunakan kuesioner.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan balita yang mengalami penyakit infeksi diare
sebanyak 22 balita (73,3%), yang menderita ISPA 11 balita (36,7%) dan yang
menderita demam tifoid 18 balita (60,0%).
Saran : Diharapkan bagi tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang penyakit
infeksi yang bisa menyebabkan gizi buruk sehingga orang tua bisa mengetahui cara
untuk mencegah penyakit infeksi tersebut.
Kata kunci
Referensi
: Gizi Buruk, Diare, ISPA, Demam Tifoid, Balita
: 40 Pustaka (2007-2015)
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 1
DESCRIPTIVE STUDY ON INFECTIOUS DISEASES THAT CAUSE
MALNUTRITION ON TODDLERS ON THE WORKING AREA OF BANSARI
PUBLIC HEALTH CENTER OF TEMANGGUNG REGENCY
ABSTRACT
Background : Cases of malnutrition mostly occur in infants. Patients with malnutrition
are at risk of death 5-20 times greater than children with good nutrition. The problem of
malnutrition is less and bad influenced directly by factor of food consumption and
infectious diseases. The highest incident of malnutrition is found in Bansari, they are 30
children spread in 13 villages in Bansari District. The objective of this study is to reveal
the description of infectious diseases that cause malnutrition in todders.
Method
: The design of this study was descriptive study, with the sample was 30
respondents, taken with total sampling technique. The samples used were mother’s of
toddlers and malnutrition children in working area of Bansari Public Health Center of
Temanggung Regency. The instrument used questioner.
Result : The result showed that toddlers suffering from diarrhea are 22 people (73,3%),
who suffer from Acute Respiratory Tract Infection are 11 toddler (36,7%) and who
suffer from typhoid fever are 18 toddler (60,0%).
Suggestions : It is hoped for health workers to give counseling about infectious
diseases that can cause malnutrition so that parents can find out how to prevent the
infectious diseases.
Keywords
:
Malnutrition,
Diarrhea,
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai
bagian dari upaya untuk memebangun
manusia sepenuhnya, dengan melakukan
pembinaan kesehatan anak sejak dini
melalui kegiatan kesehatan ibu dan anak.
Pembinaan kesehatan anak usia dini
yaitu sejak dalam kandungan hingga usia
balita
yang
ditunjukkan
untuk
melindungi anak dari ancaman kematian
dan kesakitan yang bisa membawa cacat
serta membina dan membekali serta
memperbesar potensi anak menjadi
manusia yang tangguh (Depkes RI,
2013).
Kesepakatan
global
berupa
Millenium Development Goals (MDGS)
yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan
48 indikator, menegaskan bahwa pada
tahun 2015 setiap negara menurunkan
kemiskinan dan kelaparan separuh dari
kondisi pada tahun 1990. Untuk
Indonesia, indikator yang digunakan
ARI,
Typhoid
Fever,
Toddler
adalah peresentase anak berusia di bawah
5 tahun (balita) yang mengalami gizi
buruk
(severe
underweight)
dan
persentase anak-anak berusia 5 tahun
(balita) yang mengalami gizi kurang
(moderate underweight) (Ariani, 2007).
Gizi buruk adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti,
absorpsi,
transportasi,
penyimpanan,
metabolisme
dan
pengeluaran
zat-zat
yang
tidak
dipergunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal
dari
organ-organ
serta
menghasilkan energi. (Proverawati,
2009).
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013),
diperoleh prevalensi gizi kurang pada
balita
(BB/U<-2SD),
memberikan
gambaran yang fluktuatif dari 18,4%
(2007) menurun menjadi 17,9% (2010)
kemudian meningkat lagi menjadi 19,6%
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 2
(tahun 2013) terdiri dari 5,7% gizi buruk
dan 13,9% gizi kurang. Dari data di atas
prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9%
dari 2007 sampai 2013. Prevalensi gizi
buruk juga mengalami perubahan yaitu
dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun
2010, dan 5,7% pada tahun 2013.
Bappenas dalam laporan hasil Riskesdas
(2013), menyatakan bahwa untuk
mencapai sasaran MDG’s tahun 2015
yaitu 15,5% maka prevalensi gizi burukkurang secara nasional harus diturunkan
sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai
2015.
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa
Tengah tahun 2015, perkembangan
keadaan gizi masyarakat dapat dipantau
berdasarkan hasil pencatatan dan
pelaporan program menunjukkan bahwa
keadaan gizi masyarakat Jawa Tengah
yang tercermin dari hasil penimbangan
balita pada tahun 2015 menunjukkan
jumlah balita yang ada 2.525.320 anak,
dari jumlah tersebut yang datang dan
ditimbang di Posyandu sebanyak
2.052.431 atau sekitar 81,3 % dengan
kejadian gizi buruk 922. Cakupan balita
gizi buruk tertinggi tahun 2015 terdapat
di Brebes 82 kasus, Cilacap 76 kasus dan
Tegal 57 kasus. Presentasi kasus gizi
buruk di Temanggung menempati posisi
15 yaitu 27 kasus dan tertinggi dari
Kabupaten Semarang 26 kasus , Kota
Semarang 13 kasus, dan Kota Salatiga 3
kasus (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
2015).
Menurut data pemantauan status gizi
(PSG) presentasi balita yang ditimbang
pada tahun 2014 sebesar 91,4%,
menurun bila dibandingkan tahun 2013
sebesar 95,03%. Jumlah kasus balita
yang ditimbang pada tahun 2014 sebesar
49.094 anak atau sekitar 87,3 %, yang
masuk kedalam bawah garis merah
sebesar 493 atau sekitar 1,0 %. Kasus
gizi buruk yang paling tinggi pertama
kali pada tahun 2015 terdapat di
Puskesmas Bansari yaitu 26 anak, kedua
Puskesmas Tembarak 18 anak, ketiga
Puskesmas Selopampang 16 anak,
keempat Puskesmas Pringsurat 15 anak
dan yang paling terendah di Puskesmas
Kaloran tidak ada yang yang terkena gizi
buruk (Dinas Kesehatan Kabupaten
Temanggung, 2015).
Berdasarkan data Puskesmas Bansari
pada periode 2015 angka kejadian gizi
buruk di Bansari sebanyak 30 balita.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas
Bansari Kabupaten Temanggung dari 10
Orang didapatkan 2 (20%) orang tua dari
balita tersebut mengatakan anaknya tidak
pernah sakit, 3 (30%) orang tua lainnya
mengatakan anaknya pernah menderita
diare, 2 (20%) orang tua lainnya
mengatakan anaknya pernah menderita
typus dan 3 (30%) orang tua lain
mengatakan anaknya sering batuk dan
pilek.
Berdasarkan data dan latar belakang
diatas peneliti tertarik mengambil
penelitian tentang “ Gambaran Penyakit
Infeksi yang Menyebabkan Gizi Buruk
Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bansari Kabupaten Temanggung”.
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana
Gambaran Penyakit Infeksi yang
Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Bansari
Kabupaten Temanggung.”
Tujuan umum penelitian ini untuk
mengetahui Gambaran Penyakit Infeksi
yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bansari Kabupaten Temanggung.
Tujuan Khusus penelitian ini untuk
mengetahui penyakit diare pada balita
dengan gizi buruk di Wilayah kerja
Puskesmas
Bansari
Kabupaten
Temanggung, untuk mengetahui penyakit
ISPA pada balita dengan gizi buruk di
Wilayah kerja Puskesmas Bansari
Kabupaten
Temanggung
untuk
mengetahui penyakit demam tifoid pada
balita dengan gizi buruk di Wilayah kerja
Puskesmas
Bansari
Kabupaten
Temanggung.
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 3
Manfaat penelitian bagi institusi
pendidikan dapat dijadikan kajian untuk
kegiatan penelitaian selanjutnya dan
sebagai bahan bacaan di perpustakaan,
bagi ibu balita menambah dan
memberikan informasi kepada ibu balita
atau orangtua balita tentang gambaran
penyakit infeksi yang menyebabkan gizi
buruk pada balita, bagi Puskesmas
memberikan informasi kepada pihak
Puskesmas tentang penyakit infeksi yang
menyebabkan gizi buruk pada balita
sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan
dalam
perencanaan
program gizi yang terdapat di Wilayah
Puskesmas.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif dilaksanakan di
Wilayah Kerja Puskesmas Bansari
Kabupaten Temanggung pada tanggal 28
Juli sampai 30 Juli 2017. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu balita dan balita
gizi buruk di Wilayah Kerja Puskesmas
Bansari Kabupaten Temanggung pada
bulan April 2016-April 2017 sebanyak
30 responden dengan sampel sebanyak
30 orang. Metode pengambilan sampel
dengan total sampling. Data yang
digunakan adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dengan
kuesioner, data sekunder diperoleh dari
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Temanggung,
Puskesmas Bansari.
Penelitian
ini
menggunakan
alat
pengumpulan data yaitu kuesioner.
Analisa yang digunakan adalah analisis
univariat.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan penyakit diare pada balita
dengan gizi buruk di ketahui bahwa dari
30 responden balita dengan gizi buruk di
wilayah kerja Puskesmas Bansari
Kabupaten Temanggung, sebagian besar
menderita penyakit diare, yaitu sejumlah
22 orang (73,3%), untuk penyakit ISPA
diketahui bahwa dari 30 responden balita
yang mengalami gizi buruk di wilayah
kerja Puskesmas Bansari Kabupaten
Temanggung, sebagian besar tidak
menderita penyakit ISPA, yaitu sejumlah
11 orang (36,7%), untuk demam tifoid
diketahui bahwa dari 30 responden balita
yang mengalami gizi buruk di wilayah
kerja Puskesmas Bansari Kabupaten
Temanggung, sebagian besar menderita
penyakit demam tifoid, yaitu sejumlah 18
orang (60,0%).
PEMBAHASAN
Penyakit
infeksi
diare
yang
menyebabkan gizi buruk pada balita
berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada ibu balita dan balita
yang menderita gizi buruk di wilayah
kerja Puskesmas Bansari Kabupaten
Temanggung sebanyak 30 responden
menunjukkan bahwa dari 30 balita
gizi buruk sebagian besar menderita
diare yaitu sejumlah 22 balita
(73,3%) dan yang tidak menderita
diare sejumlah 8 balita (26,7%). Dari
hasil analisis penelitian menunjukan
bahwa balita yang menderita diare
berpeluang besar berstatus gizi buruk
dibandingkan dengan anak yang tidak
diare. Hal ini disebabkan oleh adanya
anoreksia pada penderita diare,
sehingga anak lebih makan sedikit
daripada biasanya dan kemampuan
menyerap sari makanan juga
berkurang. Padahal kebutuhan tubuh
akan makanan meningkat akibat dari
adanya infeksi.
Selama diare maka terjadi
malabsorbsi zat gizi, dehidrasi parah,
dan gagal tumbuh. Malnutrisi dan
infeksi
sering
terjadi
secara
bersamaan. Malnutrisi meningkatkan
resiko infeksi sedangkan infeksi akan
menyebabkan malnutrsisi dimana
kana mengarah ke arah lingkaran
setan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Astannudiansyah
(2003)
di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang
menunjukkan bahwa memang ada
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 4
hubungan yang sangat bermakna
antara
infeksi
diare
dengan
perubahan status gizi pada balita.
Balita yang menderita diare
mengalami demam dan penurunan
nafsu makan. Demam timbul sebagai
respon tubuh saat terjadinya proses
inflamasi
akibat
infeksi
dan
penurunan nafsu makan atau asupan
makanan terjadi sejalan dengan
tingkat keparahan infeksi. Semakin
parah infeksi yang terjadi maka
penurunan asupan makanan akan
semakin besar. Apabila anak balita
sering sakit maka akan berpengaruh
pada tumbuh kembangnya. Infeksi
dalam tubuh balita akan berpengaruh
terhadap keadaan gizi balita tersebut,
dimana reaksi pertama dari infeksi
adalah menurunya nafsu makan balita
sehingga balita akan menolak
makanan yang diberikan oleh ibunya.
Hal
tersebut
berarti
akan
menyebabkan berkurangnya asupan
zat gizi kedalam tubuh anak yang
akan menimbulkan gangguan gizi.
Hasil analisis menunjukkan
bahwa infeksi diare memiliki peluang
besar untuk menjadi penyebab dari
malnutrisi.
Diare
yang
bisa
menyebbakna gizi buruk sendiri
adalah diare perssisten dimana diare
yang awalnya bersifat akut, tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari.
Kehilangan berat badan yang nyata
sering terjadi dan volume tinja dalam
jumlah yang banyak sehingga resiko
terjadi dehidrasi Sesuai dengan teori
WHO bahwa malnutrisi secara
langsung tidak hanya disebabkan
oleh asupan makanan yang kurang
tetapi juga karena adanya penyakit
infeksi. Suyitno (2002) menjelaskan
apabila anak menderita gizi kurang
maka daya tahan tubuhnya lemah,
sehingga penyakit mudah menyerang.
Penyakit infeksi diare memerlukan
tindakan
yang
cepat
dengan
membawa berobat ke tempat
pelayanan kesehatan seperti bidan
atau dokter dan memberikan oralit.
Tindakan tersebut akan memperkecil
terjadinya gangguan keseimbangan
elektrolit pada anak karena prinsip
utama dalam pengobatan diare akut
adalah rehidrasi. Frekuensi diare
yang jarang, durasi diare singkat,
serta
pemberian
tindakan
penanggulangan
yang
tepat
menyebabkan diare yang terjadi tidak
mempengaruhi status gizi balita.
Penyakit diare adalah penyebab
utama kematian pada anak-anak.
Meskipun bukan kejadian luar biasa
namun diare masih menjadi penyebab
morbiditas dan mortalitas. Selain itu
beban yang ditimbulkan secara
langsung dari penyakit diare ini yaitu
malnutrisi, pertumbuhan terhambat,
serta perkembangan balita yang tidak
seimbang. Hal ini di dukung oleh
penelitian Bethony Brooker (2006)
yang menunjukkan bahwa anak yang
terkena
infeksi
diare
pertumbuhannnya akan lebih pendek
dan rendahnya kemampuan disekolah
dibandingkan anak yang normal.
Penyakit infeksi ISPA yang
menyebabkan gizi buruk pada balita
berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada ibu balita dan balita
yang menderita gizi buruk di wilayah
kerja Puskesmas Bansari Kabupaten
Temanggung sebanyak 30 responden
menunjukkan bahwa dari 30 balita
gizi buruk sebagian besar tidak
menderita ISPA yaitu sejumlah 11
balita (36,7%) dan yang tidak
menderita ISPA sejumlah 19 balita
(63,3%). Hasil analisis penelitian
yang dilakukan di Bansari didapatkan
bahwa penyakit infeksi ISPA di
Wilayah Kerja Puskesmas Bansari
hanya sebagian kecil saja karena dari
30 balita yang menderita ISPA hanya
11 balita, jadi untuk penyakit infeksi
ISPA
sendiri
tidaklah
terlalu
berpengaruh dalam menyebabkan
malnutrisi pada balita karena
presentasi penderita ISPA kurang
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 5
dari 50 %. Sebagian besar dari
infeksi saluran pernafasan hanya
bersifat ringan seperti batuk pilek dan
tidak memerlukan antibiotik.
ISPA merupakan salah satu
penyakit infeksi yang berhubungan
dengan masalah gizi. virulensi
patogen lebih kuat, sehingga akan
menyebabkan
keseimbangan
terganggu dan akan terjadi infeksi.
Salah satu determinan dalam
mempertahankan
keseimbangan
tersebut adalah status gizi yang baik.
Akibat lain adalah terjadinya
penurunan produktifitas, menurunnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit
yang akan meningkatkan resiko
kesakitan salah satunya adalah
infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) (Marimbi, 2010).
Keadaan gizi yang buruk muncul
sebagai faktor resiko yang penting
untuk terjadinya ISPA. Balita dengan
gizi yang buruk akan lebih mudah
terserang ISPA dibandingkan balita
dengan gizi normal karena faktor
daya tahan tubuh yang kurang.
Penyakit infeksi sendiri akan
menyebabkan
balita
tidak
mempunyai nafsu makan dan
mengakibatkan kekurangan gizi.
Pada keadaan gizi kurang, balita
lebih mudah terserang ISPA berat
bahkan serangannya lebih lama
(Prabu, 2009). Status gizi pada anak
sangat penting, karena status gizi
yang baik akan meningkatkan daya
tahan tubuh dan kekebalan tubuh
anak, sehingga anak tidak mudah
terkena penyakit infeksi.. Semakin
rendah status gizi balita maka
semakin rendah pula daya tahan
tubuh balita, maka semakin rentan
balita untuk terinfeksi. Dan pada
balita dengan status gizi baik
cenderung menderita penyakit infeksi
ringan. Sehingga dalam keadaan gizi
yang baik, tubuh mempunyai cukup
kemampuan untuk mempertahankan
diri terhadap infeksi. Namun jika
keadaan gizi menjadi buruk maka
reaksi kekebalan tubuh akan menurun
yang berarti kemampuan tubuh
mempertahankan
diri
terhadap
serangan infeksi menjadi turun. Oleh
karena itu, setiap bentuk gangguan
gizi
sekalipun
dengan
gejala
defisiensi yang ringan merupakan
pertanda awal dari terganggunya
kekebalan tubuh terhadap penyakit
infeksi.
Berdasarkan teori Almatsier
(2007), kurangnya asupan makanan
di
dalam
tubuh
berdampak
mengakibatkan kurang gizi yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga
dapat
mempermudah
masuknya kuman kedalam tubuh.
Anak yang keadaan gizinya kurang
akan mudah mengalami penyakit
infeksi, karena disebabkan kurangnya
asupan energi dan protein yang tidak
mencukupi
kebutuhan,
maka
pembuatan zat antibody terganggu
yang dapat beresiko tinggi menderita
penyakit infeksi terutama ISPA. Hal
ini sejalan dengan pendapat Marmi
(2012) yang mengatakan bahwa anak
yang makan tidak cukup baik, maka
daya tahan tubuhnya dapat melemah
sehingga mudah terserang penyakit
infeksi.
Penyakit ISPA sendiri timbul
karena menurunnya sistem imunitas
atau daya tahan tubuh balita sehingga
virus dan bakteri mudah masuk dan
menempel pada saluran pernafasan
bagian atas dan semakin lama kan
menyerang bagian tubuh lain
misalnya paru-paru dan sebagainya
sehingga kelamaan akan menjadi
infeksi berat (Assegaf dkk, 2012).
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Peter Katona (2008)
menunjukkan bahwa penurunan
sistem imunitas tubuh seseorang
mempengaruhi seseorang mudah
terserang
penyakit
infeksi.
Seseorang yang memiliki sistem
imunitas atau daya tahan tubuh yang
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 6
rendah maka akan rentan terkena
penyakit.
Penyakit infeksi ISPA sendiri
merupakan salah satu penyebab
mortalitas dan morbiditas bayi dan
balita di Indonesia. Anak balita yang
menderita ISPA dalam waktu yang
cukup lama dan sering maka berat
badannya akan turun dan ini akan
berpengaruh pada status gizi balita
tersebut. Sejalan dengan penelitian
Bloss E, Wainaina F, Bailey RC di
Western Kenya tahun 2004 bahwa
anak balita yang mengalami ISPA
lebih beresiko untuk mengalami gizi
buruk.
Penyakit
infeksi
akan
memberikan dampak negatif terhadap
status gizi anak dalam hal
mengurangi nafsu makan dan
penyerapan zat gizi dalam usus,
terjadi peningkatan katabolisme
sehingga cadangan untuk zat gizi
yang tersedia tidak cukup untuk
pembentukan jaringan tubuh dan
pertumbuhan. Oleh karena itu, anak
yang mengalami gizi buruk maka
akan
mengalami
keterlambatan
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangannya.
Penyakit infeksi demam tifoid
yang menyebabkan gizi buruk pada
balita berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan pada ibu balita dan
balita yang menderita gizi buruk di
wilayah kerja Puskesmas Bansari
Kabupaten Temanggung sebanyak 30
responden menunjukkan bahwa dari
30 balita gizi buruk sebagian besar
menderita demam tifoid yaitu
sejumlah 18 balita (60,0%) dan yang
tidak menderita demam tifoid
sejumlah 12 balita (40,0%). Demam
tifoid yang bisa menyeabkan gizi
buruk adalah demam tifoid yang
berlangsung lebih dari 14 hari dan
juga balita mengalami penurunan
berta badan yang drastis. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa balita
yang menderita demam tifoid
berpeluang besar berstatus gizi buruk
dibandingkan dengan anak yang tidak
demam tifoid. Balita yang mengalami
kurang gizi maka daya tahan
tubuhnya pun juga menurun sehingga
bisa mudah terserang penyakit
infeksi.
Penyakit infeksi dan gangguan
gizi saling mempengaruhi satu sama
lain ini diperkuat oleh teori Moehji
(2009) yang menyebutkan bahwa
terjadinya penyakit infeksi
akan
memepengaruhi status gizi dan
mempercepat
malnutrisi
karena
penyakit
infeksi
sendiri
menyebabkan penyerapan gizi dari
makanan yang di konsumsi sehingga
nafsu makan akan hilang dan
mendorong terjadinya gizi kurang
yang akhirnya sampai ke gizi buruk.
Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Achmad Gozali (2010) menyebutkan
bahwa balita yang berstatus gizi
rendah maka akan lebih mudah
terserang infeksi karena kekurangan
asupan gizi dapat menurunkan sistem
imunitas tubuh balita, oleh karena itu
balita yang status gizinya rendah
memiliki resiko terkena penyakit
infeksi dibandingkan yang balita
yang status gizinya baik.
Menurut Adiningsih (2010)
menyebutkan bahwa penurunan nafsu
makan akan disebabkan oleh
keaktifan anak . Pada saat anak
sangat aktif makan anak sering
menolak pemebrian makanan ini
dikarenakan anak yang terlalu lelah,
apabila dalam kondisi ini anak
disuruh
makan
maka
akan
menimbulkan
emosi
yang
berpengaruh langsung pada status
gizi anak tersebut. Menurut Nurvina
(2012) status gizi yang kurang dapat
menurunkan daya tahan tubuh anak,
sehingga anak mudah terserang
penyakit, bahkan status gizi buruk
dapat menyebabkan angka mortilitas
demam tifoid semakin tinggi . Status
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 7
gizi yang kurang dapat menurunkan
daya tahan tubuh anak, sehingga anak
mudah terserang penyakit, bahkan
status gizi buruk dapat menyebabkan
angka mortilitas demam tifoid
semakin tinggi.
Penurunan status gizi pada
penderita demam tifoid akibat
kurangnya nafsu makan (anoreksia),
menurunnya absorbsi zat-zat gizi
karena terjadi luka pada saluran
pencernaan dan kebiasaan penderita
mengurangi makan pada saat sakit.
Peningkatan kekurangan cairan atau
zat gizi pada penderita demam tifoid
akibat adanya diare, mual atau
muntah dan perdarahan terus
menerus yang diakibatkan kurangnya
trombosit dalam darah sehingga
pembekuan luka menjadi menurun.
Selain itu meningkatkan kebutuhan
baik dari peningkatan kebutuhan
akibat sakit dan bakteri salmonella
typhi dalam tubuh. (Anggarani H.
2007). Riwayat demam tifoid dapat
terjadi dan berlangsung dalam waktu
yang pendek pada mereka yang
mendapat infeksi ringan dengan
demikian juga hanya menghasilkan
kekebalan yang lemah. Riwayat
demam tifoid akan terjadi bila
pengobatan
sebelumnya
tidak
adekuat, sepuluh persen dari demam
tifoid yang tidak diobati akan
mengakibatkan timbulnya riwayat
demam tifoid.
wilayah kerja Puskesmas Bansari
Kabupaten Temanggung sebagian kecil
menderita penyakit infeksi ISPA yaitu
36,7 % (11 balita), balita dengan gizi
buruk di wilayah kerja Puskesmas
Bansari
Kabupaten
Temanggung
sebagian besar menderita penyakit
infeksi demam tifoid yaitu 60,0 % (18
balita).
Saran bagi tenaga kesehatan
diharapkan kepada tenaga kesehatan
untuk lebih memperhatikan keadaan
PHBS rumah tangga balita gizi buruk
dan memberikan informasi kepada
keluarga balita gizi buruk supaya lenih
memeperhatikan PHBS rumah tangganya
terutama dalam hal kebiasaan mencuci
tangan, supaya balita tidak mudah
terserang penyakit infeksi, untuk
responden diharapkan responden yang
memiliki balita dengan gizi buruk bisa
menjaga dan memperhatikan PHBS
rumah
tangganya
serta
lebih
memperhatikan
asupan
makanan
balitanya agar balitanya tidak terkena
penyakit
infeksi,
untuk
peneliti
selanjutnya sebaiknya, untuk peneliti
selanjutnya diharapkan untuk meneliti
tentang pengetahuan ibu balita tentang
penyakit infeksi yang bisa menyebabkan
gizi buruk pada balita. Supaya ibu balita
mengetahui apa saja penyakit infeksi
yang bisa menyebabkan gizi buruk dan
bagaimana cara mencegah supaya
balitanya tidak terkena penyakit infeksi
tersebut.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Bansari Kabupaten Temanggung tentang
Gambaran Penyakit Infeksi Yang
Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
pada tanggal 28-30 Juli 2017 maka
peneliti mengambil kesimpulan : balita
dengan gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas
Bansari
Kabupaten
Temanggung sebagian besar menderita
penyakit infeksi diare yaitu 73,3 % (22
balita), balita dengan gizi buruk di
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier.2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedika Pustaka.
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Gramedika
Pustaka.
Astannudiansyah.
2003.
Pengaruh
Penyakit
Infeksi
Terhadap
Perubahan Status Gizi Pada
Anak Umur Bawah Dua Tahun
Di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan [Tesis]. Yogyakarta
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 8
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional. 2007. Rencana Aksi
Nasional Pangan Dan Gizi
2006-2010.
Bloss, Emily dkk.2004. Prevalence and
Predictors
of
Underweight,
Stunting,
and
Wasting among Children Aged 5
and
Under
in
Western
Kenya. Vol. 50 No. 5. Diunduh
tanggal 28 juli 2017.
Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2
Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: PT
Bhratara
Niaga Media.
Mondal, Dinesh dkk.2009. Attribution of
Malnutrition to Cause-Specific
Diarrheal Illness Evidence from a
Prospective Study of Preschool
Children in Mirpur, Dhaka,
Bangladesh. Diunduh tanggal 1
agustus 2017.
Checkley, William dkk. 2003. Effects of
Acute Diarrhea on Linear
Growth in Peruvian Children.
Vol. 157, No. 2. Diunduh tanggal
28 juli 2017.
Newman, Dorland. 2012. Kamus Saku
Kedokteran
DORLAND.
Jakarta: Kedokteran EGC.
Prasetyawati,
Arsita
Eka.
2012.
Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati.
2009.
Gizi
untuk
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Depkes
RI. 2010. Profil Dinas
Kesehatan
Provinsi
Jawa
Tengah tahun 2010.
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Temanggung.
2015.
Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten
Temanggung Tahun 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2015. Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun
2015.
Hosoglu, Salih dkk. 2004. Risk Factors
for Enteric Perforation in
Patients with Typhoid Fever.
Vol. 160, No. 1. Diunduh
tanggal 1 agustus 2017
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008.
Buku Ajar Infeksi dan Pediatrik
Tropis. Jakarta: FKUI.
Katona, Peter dkk. 2008. The Interaction
between Nutrition and Infection.
Diunduh tanggal 1 agustus 2017.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar 2013.
Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang,
Status Gizi, dan Imunisasi
Dasar pada Balita. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gambaran Penyakit Infeksi Yang Menyebabkan Gizi Buruk Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bansari Kabupaten Temanggung
| 9
Download