Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan... 49 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJASKES MELALUI LATIHAN PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN 1 WONOREJO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: Mohamad Huda SDN 1 Wonorejo, Gandusari, Trenggalek Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar di sekolah terutama pada bidang studi penjaskes materi lompat jauh gaya jongkok untuk siswa kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Dalam belajar lompat jauh, seseorang akan melakukan latihan-latihan dalam menguatkan otot kaki dan otot punggung. Agar dapat melakukan gerakan ini dengan baik diperlukan kemampuan fungsi motorik yang baik pula. Metode yang digunakan penulis untuk penelitian ini yaitu menggunakan metode latihan. Tempat yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitiannya yaitu di SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek di Kelas VI dengan jumlah siswa 27 anak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa, dengan melatih kekuatan otot kaki menggunakan metode latihan dapat meningkatkan prestasi lompat jauh gaya jongkok bidang studi penjaskes pada siswa kelas SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek yang dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa yang meninggkat pada setiap siklusnya yaitu siklus I sebesar sebesar 70,51. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 68,04 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor prestasi siswa sebesar 77,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 100% Kata kunci: latihan, penjaskes, lompat jauh, kelas VI Teknik latihan ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin siswa dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Hal ini menunjang siswa berprestasi dalam bidang tertentu, misalnya juara lari, juara sepak bola, juara bersepeda dan sebagainya. Teknik ini memang banyak digunakan untuk pelajaran olah raga. Dalam hal ini banyak cabang olah raga yang memerlukan latihan khusus dan teratur, serta pengawasan dari trainer yang baik. Dalam penggunaan teknik latihan agar bisa berhasil dan berdaya guna perlu dita- namkan pengertian bagi instruktur maupun siswa ialah: (1) Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda dengan latihan yang sebelumnya. Hal ini disebabkan karena situasi dan pengaruh latihan yang lalu berbeda juga. Kemudian perlu diperhatikan juga adanya perubahan kondisi/ situasi belajar yang menuntut daya tanggap/response yang berbeda pula. Bila situasi latihan berubah, sehingga timbul tantangan yang dihadapi berlainan dengan situasi sebelumnya, maka memerlukan tanggapan/sambutan yang berbeda pula. Perlu pula disadari bahwa dalam segala perbuatan manusia, kadang-kadang ada keterampilan yang sederhana yang bisa dikuasai, tetapi sebaliknya ada keterampilan yang sukar, sehingga memerlukan latihan dengan jangka waktu lama serta latihan yang maksimal; (2) Guru perlu mem- 50 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 perhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelumnya memasuki latihan guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti dan memahami apa tujuan latihan dan bagaimana kaitannya dengan pelajaran-pelajaran lain yang diterimanya. Untuk pelaksanaan teknik ini perlu diperhatikan pula kelemahan-kelemahannya seperti dalam latihan sering terjadi caracara/gerak yang tidak bisa berubah, karena merupakan cara yang telah dibakukan. Maka hal itu akan menghambat bakat dan inisiatif siswa. Mereka tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut pikirannya sendiri. Hal itu sangat terasa bila latihan itu dilakukan bersama. Juga dalam latihan individual, kadang-kadang perlu bakat anak itu dikembangkan dengan penuh inisiatif untuk didorong sejauh tidak menyimpang dari penguasaan keterampilan yang akan dicapai. Hal itu tidak bisa terjadi bila sifat/cara latihan itu kaku/tidak fleksibel. Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan tepat, sehingga tidak boleh diubah, mengakibatkan keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap, yang akan merupakan kebiasaan yang kaku, atau keterampilan yang salah. Sehingga bila situasi berubah siswa itu sukar sekali menyesuaikan diri atau tidak bisa mengubah cara latihan untuk mengatasi keadaan yang lain itu. Kadang-kadang latihan itu langsung dijalankan tanpa penjelasan sebelumnya, sehingga pada siswa tidak terjadi pemahaman. Selanjutnya siswa melakukan saja tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan itu. Hal semacam ini terjadilah verbalisme. Maka diharapkan agar latihan itu berhasil, instruktur perlu memiliki cara/teknik lain yang menunjang teknik latihan ini, sehingga kelemahannya bisa disempurnakan/ dilengkapi oleh teknik lain. Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan itu perlu instruktur/ guru memper- hatikan langkah-langkah/ prosedur yang disusun demikian: (1) Gunakanlah latihan ini ajang untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak refleks saja seperti: lari dan sebagainya; (2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan; (3) Di dalam latihan pendahuluan instruktur harus lebih menekankan pada diagnosa, karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sempurna. Pada latihan berikutnya guru perlu meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul dan dialami siswa, sehingga dapat memilih/ menentukan latihan mana yang perlu diperbaiki. Kemudian instruktur menunjukkan kepada siswa response/tanggapan yang telah benar, dan memperbaiki response-response yang salah. Kalau perlu guru mengadakan variasi latihan dengan mengubah situasi dan kondisi latihan; (4) Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat, kemudian diperhatikan kecepatan, agar siswa dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan, juga perlu diperhatikan pula apakah response siswa telah dilakukan dengan tepat dan cepat; (5) Guru memperhitungkan waktu/ masa latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan pada kesempatan yang lain. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimisme pada siswa dan kemungkinan rasa gembira itu bisa menghasilkan keterampilan yang baik; (6) Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses-proses yang esensial/ yang pokok atau inti, sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah/ tidak perlu kurang diperlukan; (7) Instruktur perlu memperhatikan perbedaan individual Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan... siswa, sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing tersalurkan/ dikembangkan. Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengawasi dan memperhatikan latihan perseorangan. Dengan langkah-langkah itu diharapkan bahwa latihan akan betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu. Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek di sekolah. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang defenisi dan aspek-aspek latihan. Sebagaimana kita tahu bahwa setiap jenis latihan punya fungsi masingmasing dalam meningkatkan komponen kondisi fisik, dengan melakukan latihan berarti kita akan mempertinggi kualitas komponen kondisi fisik. Komponen kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. (M. Sajoto, 1995: 8). Dan masih menurut M. Sajoto, bahwa komponen kondisi fisik tersebut ada 10 macam, yaitu: (a) Kekuatan (Strength), (b) Daya tahan (Endurance) ada 2 macam, yaitu daya tahan umum (General Endurance) dan daya tahan otot (Local Endurance), (c) Daya otot (Muscular Power), (d) Kecepatan (Speed), (e) Daya lentur (Flexibility), (f) Kelincahan (Agility), (g) Koordinasi (Coordination), (h) Keseimbangan (Balance), (i) Ketepatan (Accurate), (j) Reaksi (Reaction), (M. Sajoto, 1995:8). Kesepuluh komponen kondisi fisik tersebut dapat kita kuasai dengan melakukan proses latihan secara teratur dan terus menerus. Dan pada bagian ini kita akan membahas salah satu jenis latihan fisik untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik dan salah satu jenis latihan yang akan dibahas adalah squat jump dan komponen kondisi fisik yang akan ditingkatkan adalah kekuatan otot kaki. 51 Squat jump adalah salah satu dari sekian banyak dari jenis latihan fisik, dimana salah satu fungsi squat jump itu sendiri adalah untuk meningkatkan kekuatan otot kaki. Secara garis besar squat jump dapat didefinisikan sebagai gerakan melompat setinggi-tingginya dengan posisi awal sikap jongkok, dan setelah melakukan lompatan kembali ke sikap semula yaitu jongkok. Gerakan squat jump itu sendiri ada 3 macam, pertama High Squat, Middle Squat, Low Squat (M. Sajoto, 1995:74). High squat adalah gerakan squat jump dengan posisi awal jongkok agak berdiri, jadi lutut hanya ditekuk sedikit. Sedang Middle squat adalah gerakan squat jump dengan posisi awal jongkok sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Middle squat berfungsi sebagai gerakan lanjutan setelah melakukan gerakan high squat. Dan yang terakhir adalah Low squat yaitu gerakan squat jump dimana posisi awal jongkok dengan kedua lutut ditekuk hampir membentuk sudut 15° sehingga posisi badan menjadi rendah, gerakan Low squat merupakan gerakan squat jump yang paling berat karena dibagian ini kaki harus menahan seluruh beban berat tubuh saat melompat maupun mendarat. Pada dasarnya ketiga gerakan diatas punya fungsi yang sama dan hanya tingkat beban yang membedakan. Fungsi gerakan squat jump adalah untuk melatih otot besar pada kaki dan pergelangan kaki untuk memperoleh volume otot yang maksimal sehingga menghasilkan kekuatan yang maksimal. Gerakan squat jump dapat juga dilakukan dengan variasi lain, yaitu dengan menggunakan beban barbell dan bar. Gerakan yang dilakukan sama hanya saja dikaki atlit terpasang barbell, dan bisa juga dengan menggunakan beban berupa bar (untuk angkat besi) yang diletakkan di bahu lalu lakukan gerakan squat jump. Pada hakekatnya gerakan squat jump dengan menggunakan barbell atau bar itu ada lanjutan dari squat jump tanpa alat atau beban. Jika kita 52 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 sudah mencapai titik maksimal pada gerakan squat jump tanpa beban hendaknya dilanjutkan denga gerakan menggunakan beban berupa barbell atau bar, ini berfungsi agar volume otot kaki semakin maksimal. Tapi perlu diingat, penggunaan barbell dan bar harus dilakukan secara periodik yaitu memulai dengan beban ringan lalu dilakukan penambahan beban, jika beban awal sudah dirasa ringan maka beban perlu ditambah. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya cidera otot karena beban yang berlebihan. Dalam olahraga kelentukan atau fleksibilitas sangat berperan penting pada kelangsungan suatu gerak. Dengan terpenuhinya fleksibilitas yang tinggi seorang atlit bebas dan leluasa dalam segala gerakannya. Dalam buku pembinaan kondisi fisik dalam olahraga Sajoto mengemukakan bahwa “Kelentukan atau fleksibilitas adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktifitas dengan penguluran seluasluasnya terutama otot-otot, ligamen disekitar persendian” (Sajoto, 1988:85). Dengan latihan kelentukan yang tinggi persendian akan mudah ditekuk atau direntangkan. Dengan begitu persendian punggung jarang terjadi cidera yang dikatakan bahwa suatu peningkatan kelentukan dapat meningkatkan suatu performance atlit. Peningkatan kelentukan memungkinkan seorang atlit untuk menggerakkan gaya yang lebih besar. Mengenai hal ini Harsono, mengatakan bahwa “Kelentukan atau fleksibiliti adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot legamen antendem” (Harsono, 1988:165). Dalam menguraikan analisa gerak lompat. jauh gaya jongkok perlu kiranya mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi prestasi lompat jauh dan perkembangannya. Awalan merupakan permulaan atau pembuka dalam melaksanakan lompat jauh, oleh karena itu awalan harus dilakukan dengan baik. Awalan yang baik adalah awalan yang dilakukan oleh pelompat dengan kecepatan yang cukup sebelum melakukan tumpuan kurang lebih empat langkah. Apabila si pelompat melakuan teknik awalan yang baik maka bisa mendukung keberhasilan dalam mencapai prestasi tersebut. Teknik tumpuan, adalah menolak dengan kuatnya pada papan tolakan dengan kaki yang terkuat (ke atas dan ke depan). Tumpuan disini merupakan suatu unsur yang sangatlah penting dalam lompat jauh sudah banyak sekali seorang atlit yang melompat mengalami kesalahan dikarenakan salah dalam melakukan tumpuan. Karena itu menumpu pada balok tumpuan dengan posisi badan yang tepat akan menentukan keberhasilan lompatan kaki yang digunakan untuk menumpu adalah kaki yang paling kuat, sehingga tercapai ketinggian yang cukup tanpa salah dan tanpa kehilangan kecepatan. Hal tersebut diatas sesuai dengan ungkapan Jess Jerver yang berpendapat bahwa: “Tujuan Take-off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan dengan melakukan lompatan yang tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin yang didapat dengan cara memberikan tenaga maksimal pada kaki waktu akan Take - off pusat dari gaya berat si pelompat harus langsung jatuh di atas papan begitu kaki akan take-off menyentuhnya“. (Harsono, 1982). Dan lebih lanjut penulis akan kemukakan analisa gerakan kaki pada saat menumpu kaki yang akan take-off diletakkan tepat di atas pagan tolakan dengan lutut yang agak sedikit ditekuk untuk mendapatkan sedikit kekuatan gerakan kedepan dan keatas dilakukan dengan sekuat tenaga dan dibantu oleh lutut dari kaki yang memimpin dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang digunakan untuk take-off tujuannya adalah kalau sudut take-off berkisar antara 30°, tergantung pada kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan. Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan... Menumpu harus tepat pada balok tumpuan dengan lutut sedikit di tekuk untuk mendapatkan suatu kekuatan gerakan ini harus dilakukan dengan sekuat tenaga tanpa kehilangan keseimbangan. Gambar 1 Saat Menumpu dalam Lompat Jauh Gaya Jongkok Gerakan pada saat melayang perlu mendapat perhatian yang tak kalah penting dengan gerakan lainnya seperti yang diungkapkan oleh Jess Jerver dalam Harsono bahwa: “Yang paling penting pada saat melayang adalah melawan rotasi putaran yang timbul akibat dari take-off, selain itu untuk memperoleh posisi mendarat yang paling efiseien” (Harsono, 1982) Untuk memperoleh hasil pada saat melayang yang sempurna diperlukan lompatan yang tinggi setelah menumpu pada balok tumpuan. Hal ini dikarenakan dengan lompatan yang tinggi akan mengetrapkan teknik melayang yang paling baik dan sempurna. Gambar 2 Saat Melayang dalam Lompat Jauh Gaya Jongkok 53 Gaya jongkok merupakan salah satu gaya yang diterapkan dalam bidang lomba lompat jauh. Adapun ciri – ciri dari lompat jauh gaya jongkok yaitu pada saat terlihat diudara: (1) Pada sesaat setelah menumpu pada balok tumpuan saat di udara kedua tangan ditarik lurus kebelakang, (2) Saat berada diudara kaki ditekuk selayaknya orang yang jongkok dan tangan diputar keatas kemudia kedepan, (3) Pada saat melakukan pendaratan posisi kaki yang tadinya jongkok dilempar kedepan lurus beserta tangan lurus kedepan. Tujuannya untuk menahan pantat supaya tidak tersungkur kebelakang tetapi malah kedepan. Gambar 3 Lompat Jauh Gaya Jongkok Adalah merupakan tehnik yang terakhir dari serangkaian gerakan dalam lompat jauh. Tehnik ini besar sekali pengaruhnya dalam pencapaian suatu prestasi lompat jauh. Karena dengan tehnik pendaratan yang sempurna akan menambah jauhnya lompatan. Tehnik mendarat harus sedemikian rupa, sehingga kaki yang mengacu ke depan tidak menyebabkan pelompat mendarat pantatnya terlebih dahulu dan untuk menghindari hal tersebut maka badan diusahakan dibungkungkan ke depan sewaktu kaki menyentuh pasir. Dan tujuan dari pendaratan itu sendiri adalah untuk mendapatkan posisi yang baik yaitu kedua kaki menyentuh pasir sejauh mungkin di depan pusat gaya berat tubuh si pelompat. Jadi mendarat adalah saat badan akan mulai jatuh, maka kaki segera diluruskan ke depan, setelah kaki menyentuh pasir lutut tidak boleh kaku akan tetapi membantu supaya tidak terjadi pendaratan pada pantat. 54 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 Penguasaan tehnik yang tepat dalam lompat jauh sangat pentingbagi para atlit lompat jauh, baik yang masih pemula maupun bagi atlit yang sudah senior.Dalam penggunaan teknik yang tepat sangat membantu dalam mencapai prestasi. Gambar 4 Lompat Jauh Gaya Jongkok Saat Mendarat Dalam membicarakan proses belajar mengajar ini terlebih dahulu kita akan mengungkapkan dari pada pengertian belajar, karena hal ini sangat rumit sehingga sulit untuk mengetahui secara pasti apakah sebenarnya belajar itu. Menurut Herman Hudoyo, dalam bukunya Interaksi belajar mengajar, mengatakan: “Belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan pengalaman sehingga mampu merubah tingkah laku itu menjadi tetap, tidak dapat berubah lagi dengan modivikasi yang sama (Herman Hudoyo, 1979: 305)”. Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga bentuk kecakapan, penghargaan, minat, kebiasaan, sikap, pengertian dan penyesuaian diri. Pokoknya mengenai segala aspek organisme tubuh. Karena mereka lebih sanggup menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Dengan kata lain seseorang yang telah belajar tidak sama dengan saat sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam belajar faktor perubahan tingkah laku harus ada dan belum dikatakan belajar jika didalamnya tidak ada perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut pokoknya didapatkan pada kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha itu disengaja. Menurut WJS. Poerwodarminto dalam kamus bahasa Indonesia memberikan batasan tentang pengertian dari pada prestasi ini yaitu “Prestasi adalah hasil yang dicapai, dikerjakan atau dilakukan” (Poerwodarminto, 1984). Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan harapan bagi setiap guru agar siswanya dapat memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Apabila hasil belajar atau prestasi yang diperoleh siswanya baik, berarti guru berhasil dalam menyajikan pelajaran yang telah di sajikannya kepada siswanya. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggungjawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. (Depdiknas, 2001). Sedangkan prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran adalah: (a) Berpusat pada siswa, (b) Belajar dengan melakukan, (c) Mengembangkan kemampuan sosial, (d) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, (e) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, (f) Mengembangkan kreatifitas siswa, (g) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi, (h) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, (i) Belajar sepanjang hayat perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas. (Depdiknas, 2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar di sekolah terutama pada bidang studi penjaskes materi lompat jauh gaya jongkok untuk siswa kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan... METODE PENELITIAN Tempat yang dipilih, yaitu di SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek di Kelas VI dengan jumlah siswa 27 anak. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diteliti. Nilai pada semester sebelumnya merupakan prestasi belajar awal, sedangkan observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 1 Wonorejo Kabupaten Trenggalek. Siklus I Perencananaan Tindakan Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkanlah bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 1 Wonorejo Kabupaten Trenggalek adalah dengan menggunakan metode pembelajaran latihan. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan 2 siklus yang dilakukan dalam 2 kali pertemuan, di mana setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan, Observasi, Tindakan, dan Refleksi. Secara skematis kegiatan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Dengan metode Latihan Observasi Siklus II 1 Perencanaan Tindakan 1 BerdasarkanRefleksi Siklus I Refleksi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Dengan metode Latihan Observasi Refleksi Kesimpulan dan Saran 55 56 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 Sumber data penelitian ini adalah siswa dan anggota tim peneliti. Jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif yang terdiri dari: (a) prestasi belajar siswa SDN 1 Wonorejo Kabupaten Trenggalek dalam bidang studi penjaskes, (b) data hasil observasi terhadap pembelajaran penjaskes. Cara pengambilan data: (a) data prestasi belajar diambil dengan memberikan tes, (b) data tentang situasi pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi. Untuk menganalisa data yang diperlukan dalam penelitian digunakan pengumpul data sebagai berikut: (1) Melaksanakan tes serta membuat rerata nilai tes, (2) Membandingkan hasil tes rata-rata siklus I dan II, (3) Menyimpulkan temuantemuan dari anggota tim berupa hasil observasi lapangan berdasarkan instrumen yang telah dipersiapkan. HASIL DAN PENELITIAN Siklus 1 Refleksi Awal Pada tahap ini merupakan haisl refleksi dari kegiatan prea tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator penelitian selaku observer. Peneliti bersama kolaborator penelitian mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas VI yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Penjaskes khusunya pada materi pokok lompat jauh. Hasil observasi awal dan studi dokumentasi dalam pembelajaran Penjaskes di kelas VI dapat direfleksikan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada pembelajaran Pesjaskes disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat. Pembelajaran cenderung monoton dan membosankan sehingga aktivitas belajar siswa tidak berkembang. Hal ini dibuktikan dengan hasil prestasi belajar Penjaskes sebelum siklus dengan nilai rata-rata 68,04 dengan ketuntasan belajar 59,26%, kondisi ini masih berada di bawah standar ketuntasan klasikal. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran baru yang sesuai dengan karakter permasalahan Pen- jaskes di Kelas VI dengan menggunakan metode latihan. Dengan menggunakan metode latihan yang displin diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Penjaskes dan ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. Perencanaan Langkah selanjutnya peneliti bersama kolaborator menyusun rencana tindakan perbaikan yang meliputi: menyusun Satuan Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran Latihan, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika metode tersebut diaplikasikan, membuat/ mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut, mendesain alat evaluasi tes prestasi, mempersiapkan prosedur monitoring, kolaboratif kunjungan kelas, format/bahan wawancara siswa, perangkat tes kuesioner, dan buku catatan lapangan. Pelaksanaan Selanjutnya peneliti melakukan aktivitas pembelajaran Penjaskes dengan pokok bahasan lompat jauh gaya jongkok, sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Pertemuan 1 Kegiatan Pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran, pemanasan secara umum, berlari mengelilingi lapangan sepakbola atau sejenisnya, pemanasan khusus lompat jauh dalam bentuk permainan. Kegiatan Inti: penjelasan cara melakukan teknik dasar lompat jauh (awalan, tumpuan, melayang di udara dan mendarat) dengan koordinasi yang baik, melakukan latihan teknik dasar lompat jauh (awalan, tumpuan, melayang di udara dan mendarat) dengan koordinasi yang baik, perlombaan lompat jauh dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok. Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan... Kegiatan Penutup: pendinginan (colling down), evaluasi, diskusi dan Tanya jawab proses pembelajaran yang telah dipelajari, berbaris dan berdoa. Pertemuan ke 2 Kegiatan Pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan uji kompetensi, pemanasan secara umum, berlari mengelilingi lapangan sepakbola atau sejenisnya. Kegiatan Inti, uji kompetensi lompat jauh. Kegiatan Penutup: pendinginan (colling down), evaluasi, diskusi dan Tanya jawab proses pembelajaran yang telah dipelajari, berbaris dan berdoa. Observasi Berdasarkan observasi di Kelas SDN 1 Wonorejo Kabupaten Trenggalek dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (a) Aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam menerima dan melaksanakan pemberian tindakan perbaikan pembelajaran sudah menunujukkan aktivitas yang cukup berarti, hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian terhadap 6 aspek penilaian yaitu: kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas dengan nilai rata-rata 62,50%. Namun masih ada beberapa siswa dengan kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas perlu ditingkatkan lagi; (b) Sedangkan hasil pengamatan aktifitas guru oleh kolaborator adalah prosentase aktifitas guru dalam pembelajaran Penjaskes dengan menggunakan metode latihan sebesar 62,50%, termasuk dalam kategori “baik”. Aktifitas guru yang diamati antara lain: melakukan kegiatan apersepsi, penguasaan terhadap materi pembelajaran, menumbuhkan partisipasi aktif siswa, penguasaan lapangan dan lain-lain. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dinyatakan dalam tabulasi data sebagai berikut. Tabel. 1 Nilai Hasil belajar siswa siklus I Ketuntasan No Nama Siswa Nilai Tidak Tuntas Tuntas 1 Rinda Agustina 76 T 2 Aditya Nugraha 76 T No 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Nama Siswa Ahmad Muhslihul A Alif Fatma Yunita Andrean Hendra N Annas Tohuri Arjun Maulana Dimas Septiyanto Dimas Yordha P B Dwi Septi Wahyuni Dwu Yulianto Dwi Yuliono Eka Nanda Selma Halla Nurin F Jendi Fuad Sayoko Mazidatun Nafiah Maulina Khusnul K Muhammad Rizki P Neneng Ayu Sri W Nico Randianto Nekn Agus Trivani Nur Awalu Umi S Sam Hero Deorosi Satria Pambudi M Sifa Ainun Nadir Suria Apri Belu P Geniko Arya Jumlah Rata-Rata Nilai 76 76 76 76 78 78 78 74 74 74 74 74 55 51 51 51 55 76 76 76 76 76 76 78 55 1904 70.51 57 Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T T T T T T T T T T T T TT TT TT TT TT T T T T T T T TT 21 6 77.78 22.22 Refleksi Dari hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran dan perolehan hasil belajar siswa dapat direfleksikan bahwa: (a) Dalam aktivitas belajar masih terdapat siswa yang belum mampu menunjukkan kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas yang baik sehingga perlu ditingkatkan; (b) Siswa masih belum mampu menerima secara maksimal pemberian tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru, siswa masih tampak takut, dan kurang percaya diri dalam melakukan teknik dasar lompat jauh gaya jongkok, yang meliputi: awalan, tumpuan, melayang di udara dan mendarat. Dengan adanya kendala yang muncul dalam pembelajaran Penjaskes pada siklus I, maka prestasi belajar yang dicapai tidak maksimal. Ketuntasan belajar siswa yang dicapai hanya 77,78% masih berada di bawah 58 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 ketuntasan yang telah ditentukan sebesar 85%. Untuk itu masih diperlukan rencana perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Siklus 2 Perencanaan Perencanaan pembelajaran pada siklus II secara umum hampir sama dengan perencanaan pada siklus I. Akan tetapi dengan adanya kendala yang muncul dalam pembajaran siklus I, maka pada siklus II terdapat beberapa perubahan tindakan sebagai berikut: (a) Guru harus mampu menumbuhkan kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas siswa, sehingga semua siswa aktif dalam kegiatan latihan; (b) Guru lebih meningkatkan peran sebagai motivator sehingga siswa dapat beraktivitas secara maksimal dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada rasa takut atau bersalah dalam melakukan teknik dasar lompat jauh. Pelaksanaan Pertemuan 1 Kegiatan pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran, pemanasan secara umum, berlari mengelilingi lapangan sepakbola atau sejenisnya, pemanasan khusus lompat jauh dalam bentuk permainan Kegiatan inti: penjelasan cara melakukan teknik dasar lompat jauh (awalan, tumpuan, melayang di udara dan mendarat) dengan koordinasi yang baik, melakukan latihan teknik dasar lompat jauh (awalan, tumpuan, melayang di udara dan mendarat) dengan koordinasi yang baik, perlombaan lompat jauh dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi secara berkelompok. Kegiatan penutup: pendinginan (colling down), evaluasi, diskusi dan Tanya jawab proses pembelajaran yang telah dipelajari, berbaris dan berdoa Pertemuan ke 2 Kegiatan pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan uji kompetensi, pemanasan secara umum, berlari mengelilingi lapangan sepakbola atau sejenisnya. Kegiatan inti: uji kompetensi lompat jauh. Kegiatan penutup: pendinginan (colling down), evaluasi, diskusi dan Tanya jawab proses pembelajaran yang telah dipelajari, berbaris dan berdoa. Observasi Dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer menunjukkan bahwa: (1) Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa menunjukkan bahwa guru mampu menumbuhkan kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas siswa. Hal ini ditunjukkan oleh lembar observasi siswa dengan peningkatan nilai ratarata sebesar 75,00%?; (2) Sedangkan hasil pengamatan aktifitas guru oleh kolaborator adalah prosentase aktifitas guru dalam pembelajaran Penjaskes dengan menggunakan metode latihan sebesar 75,00%, termasuk dalam kategori “sangat baik”. Aktifitas guru yang diamati antara lain: melakukan kegiatan apersepsi, penguasaan terhadap materi pembelajaran, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dan lain-lain. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dinyatakan dalam tabulasi data sebagai berikut. Tabel. 2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada siklus II Ketuntasan No Nama Siswa Nilai Tidak Tuntas Tuntas 1 Rinda Agustina 76 76 T 2 Aditya Nugraha 76 76 T 3 Ahmad Muhslihul A 76 76 T 4 Alif Fatma Yunita 76 76 T 5 Andrean Hendra N 76 76 T 6 Annas Tohuri 76 76 T 7 Arjun Maulana 81 78 T 8 Dimas Septiyanto 81 78 T 9 Dimas Yordha P B 81 78 T 10 Dwi Septi Wahyuni 100 83 T 11 Dwu Yulianto 100 83 T 12 Dwi Yuliono 100 83 T 13 Eka Nanda Selma 100 83 T 14 Halla Nurin F 100 83 T 15 Jendi Fuad Sayoko 100 83 T 16 Mazidatun Nafiah 81 74 T 17 Maulina Khusnul K 81 74 T 18 Muhammad Rizki P 81 74 T Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan... No Nama Siswa Nilai 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Neneng Ayu Sri W Nico Randianto Nekn Agus Trivani Nur Awalu Umi S Sam Hero Deorosi Satria Pambudi M Sifa Ainun Nadir Suria Apri Belu P Geniko Arya Jumlah Rata-Rata 81 76 76 76 76 76 76 81 81 2096 77.61 Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas 78 T 76 T 76 T 76 T 76 T 76 T 76 T 78 T 78 T 27 0 100.00 0.00 Refleksi Dari hasil observasi terhadap aktivitas pembelajaran dan perolehan hasil belajar siswa dapat direfleksikan bahwa pembelajaran Penjaskes dengan pokok bahasan lompat jauh gaya jongkok dapat berjalan secara optimal setelah diterapkannya metode latihan secara disiplin. Kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I dapat teratasi dengan baik pada siklus II. Ketuntasan belajar secara klasikal dapat tercapai pada akhir siklus II sebesar 100,0%. Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diperoleh hasil dengan nilai rata-rata sebesar 1,91, termasuk kategori sangat positif. Hal ini menunjukkan respon siswa terhadap pembelajaran Penjaskes menggunakan metode latihan mendapat respon yang sangat baik dari siswa kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Dari hasil penelitian tentang situasi pembelajaran dengan metode Latihan tampaknya pengajaran dengan menggunakan metode ini membuat siklus yang lebih bergairah daripada jika diajar dengan teknik ceramah yang biasa dilakukan sebelumnya. Di dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa aktif dalam mempraktikkan intruksi guru. Latihan sangat memudahkan karena guru lebih mudah mengarahkan jalannya proses belajar mengajar. Profil (data) hasil penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Profil (data) hasil penelitian Tahapan Indikator Tindakan No PraSiklus Siklus (hasil observasi) siklus I II A Hasil Belajar - Nilai rata-rata 68,04 70,51 77,61 - Ketuntasan 59,26 77,78 100 klasikal B Aktivitas siswa 74.24% 80.93% C Aktifitas guru 58% 85% Untuk lebih jelasnya gambaran tentang peningkatan prestasi hasil belajar siswa yang dicapai dari sebelum siklus sampai siklus II, penulis ekspresikan dalam bentuk grafik peningkatan prestasi hasil belajar seperti pada Gambar 1. 100,00 100,00 80,00 68,04 59,26 77,78 70,51 77,61 60,00 NILAI RATA-RATA 40,00 KETUNTASAN 20,00 0,00 SEB. SIKLUS SIKLUS I 59 SIKLUS II Gambar 1 Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa 60 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015 Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rerata skor tes lompat jauh gaya jongkok untuk siklus I sebesar 70,51. hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 68,04 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor prestasi siswa sebesar 77,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 100%. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran penjaskes, terdorong untuk berlatih dengan lebih baik. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Latihan dikatakan sangat positif, karena sebagian besar siswa menyatakan lebih suka dan lebih tertarik. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa, dengan melatih kekuatan otot kaki menggunakan metode latihan dapat meningkatkan prestasi lompat jauh gaya jongkok bidang studi penjaskes pada siswa kelas SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek yang dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa yang meninggkat pada setiap siklusnya DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2001. Pedoman Penciptaan Suasana Sekolah yang Kondusif dalam Rangka Pembudayaan Budi Pekerti Luhur bagi Warga Sekolah. Buku 2. Jakarta: Depdiknas, DitJen. Dikdasmen. Harsono. 1982. Olahraga dan Kesehatan, Jakarta Herman, Hudoyo. 1979. Pengembangan yaitu siklus I sebesar sebesar 70,51. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 68,04 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor prestasi siswa sebesar 77,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 100%. Saran Pembelajaran yang menggunakan metode Latihan perlu dikembangkan untuk mata pelajaran Penjaskes untuk dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi siswa. Perlu dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan metode Latihan dengan model belajar yang lain. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang studi penjaskes siswa diberi macammacam tes. Penggunaan model Pembelajaran yang menggunakan metode Latihan perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar disiplin dan tertip. Untuk meningkatan kemampuan guru dalam mengembangkan model Pembelajaran yang menggunakan metode Latihan, pelatihan perlu diberikan agar guru dapat mengembangkan kemampuannya. Kurikulum FISIKA dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. M. Sajoto. 1985. Peningkatan Kekuatan Kondisi Fisik. Semarang Poerwodarminto, WJS. Bahasa Indonesia. Pustaka. 1984. Kamus Jakarta: Balai