meningkatkan prestasi belajar penjaskes melalui latihan pada siswa

advertisement
Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan...
49
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJASKES MELALUI
LATIHAN PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN 1 WONOREJO
KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
Mohamad Huda
SDN 1 Wonorejo, Gandusari, Trenggalek
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar
di sekolah terutama pada bidang studi penjaskes materi lompat jauh gaya jongkok untuk siswa
kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Dalam belajar lompat
jauh, seseorang akan melakukan latihan-latihan dalam menguatkan otot kaki dan otot punggung.
Agar dapat melakukan gerakan ini dengan baik diperlukan kemampuan fungsi motorik yang baik
pula. Metode yang digunakan penulis untuk penelitian ini yaitu menggunakan metode latihan.
Tempat yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitiannya yaitu di SDN 1 Wonorejo Kecamatan
Gandusari Kabupaten Trenggalek di Kelas VI dengan jumlah siswa 27 anak. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa, dengan melatih
kekuatan otot kaki menggunakan metode latihan dapat meningkatkan prestasi lompat jauh gaya
jongkok bidang studi penjaskes pada siswa kelas SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari
Kabupaten Trenggalek yang dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa yang meninggkat
pada setiap siklusnya yaitu siklus I sebesar sebesar 70,51. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan
pada nilai sebelumnya yaitu 68,04 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus
II rerata skor prestasi siswa sebesar 77,61 dengan prosentase ketuntasan sebesar 100%
Kata kunci: latihan, penjaskes, lompat jauh, kelas VI
Teknik latihan ialah suatu teknik yang dapat
diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan
latihan, agar siswa memiliki ketangkasan
atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa
yang telah dipelajari. Latihan yang praktis,
mudah dilakukan, serta teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan
penguasaan keterampilan itu, bahkan mungkin siswa dapat memiliki ketangkasan itu
dengan sempurna. Hal ini menunjang siswa
berprestasi dalam bidang tertentu, misalnya
juara lari, juara sepak bola, juara bersepeda
dan sebagainya. Teknik ini memang banyak
digunakan untuk pelajaran olah raga. Dalam
hal ini banyak cabang olah raga yang
memerlukan latihan khusus dan teratur, serta
pengawasan dari trainer yang baik.
Dalam penggunaan teknik latihan agar
bisa berhasil dan berdaya guna perlu dita-
namkan pengertian bagi instruktur maupun
siswa ialah: (1) Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu
berbeda dengan latihan yang sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena situasi dan pengaruh latihan yang lalu berbeda juga.
Kemudian perlu diperhatikan juga adanya
perubahan kondisi/ situasi belajar yang
menuntut daya tanggap/response yang
berbeda pula. Bila situasi latihan berubah,
sehingga timbul tantangan yang dihadapi
berlainan dengan situasi sebelumnya, maka
memerlukan tanggapan/sambutan yang berbeda pula. Perlu pula disadari bahwa dalam
segala perbuatan manusia, kadang-kadang
ada keterampilan yang sederhana yang bisa
dikuasai, tetapi sebaliknya ada keterampilan
yang sukar, sehingga memerlukan latihan
dengan jangka waktu lama serta latihan
yang maksimal; (2) Guru perlu mem-
50
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
perhatikan dan memahami nilai dari latihan
itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Dalam persiapan
sebelumnya memasuki latihan guru harus
memberikan pengertian dan perumusan
tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga
mereka mengerti dan memahami apa tujuan
latihan dan bagaimana kaitannya dengan
pelajaran-pelajaran lain yang diterimanya.
Untuk pelaksanaan teknik ini perlu
diperhatikan pula kelemahan-kelemahannya
seperti dalam latihan sering terjadi caracara/gerak yang tidak bisa berubah, karena
merupakan cara yang telah dibakukan. Maka
hal itu akan menghambat bakat dan inisiatif
siswa. Mereka tidak boleh menggunakan
cara lain atau cara menurut pikirannya
sendiri. Hal itu sangat terasa bila latihan itu
dilakukan bersama. Juga dalam latihan
individual, kadang-kadang perlu bakat anak
itu dikembangkan dengan penuh inisiatif
untuk didorong sejauh tidak menyimpang
dari penguasaan keterampilan yang akan
dicapai. Hal itu tidak bisa terjadi bila
sifat/cara latihan itu kaku/tidak fleksibel.
Suatu latihan yang dijalankan dengan
cara tertentu yang telah dianggap baik dan
tepat, sehingga tidak boleh diubah, mengakibatkan keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap, yang akan merupakan kebiasaan yang kaku, atau keterampilan yang salah. Sehingga bila situasi berubah siswa itu sukar sekali menyesuaikan diri
atau tidak bisa mengubah cara latihan untuk
mengatasi keadaan yang lain itu.
Kadang-kadang latihan itu langsung
dijalankan tanpa penjelasan sebelumnya,
sehingga pada siswa tidak terjadi pemahaman. Selanjutnya siswa melakukan saja
tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan
itu. Hal semacam ini terjadilah verbalisme.
Maka diharapkan agar latihan itu berhasil,
instruktur perlu memiliki cara/teknik lain
yang menunjang teknik latihan ini, sehingga
kelemahannya bisa disempurnakan/ dilengkapi oleh teknik lain.
Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik
latihan itu perlu instruktur/ guru memper-
hatikan langkah-langkah/ prosedur yang
disusun demikian: (1) Gunakanlah latihan
ini ajang untuk pelajaran atau tindakan yang
dilakukan secara otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi
dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak
refleks saja seperti: lari dan sebagainya; (2)
Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat menanamkan
pengertian pemahaman akan makna dan
tujuan latihan sebelum mereka melakukan;
(3) Di dalam latihan pendahuluan instruktur
harus lebih menekankan pada diagnosa,
karena latihan permulaan itu kita belum bisa
mengharapkan siswa dapat menghasilkan
keterampilan yang sempurna. Pada latihan
berikutnya guru perlu meneliti kesukaran
atau hambatan yang timbul dan dialami
siswa, sehingga dapat memilih/ menentukan
latihan mana yang perlu diperbaiki. Kemudian instruktur menunjukkan kepada siswa
response/tanggapan yang telah benar, dan
memperbaiki response-response yang salah.
Kalau perlu guru mengadakan variasi latihan dengan mengubah situasi dan kondisi
latihan; (4) Perlu mengutamakan ketepatan,
agar siswa melakukan latihan secara tepat,
kemudian diperhatikan kecepatan, agar siswa dapat melakukan kecepatan atau keterampilan menurut waktu yang telah ditentukan, juga perlu diperhatikan pula apakah
response siswa telah dilakukan dengan tepat
dan cepat; (5) Guru memperhitungkan waktu/ masa latihan yang singkat saja agar tidak
meletihkan dan membosankan, tetapi sering
dilakukan pada kesempatan yang lain. Masa
latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan mengubah situasi dan
kondisi sehingga menimbulkan optimisme
pada siswa dan kemungkinan rasa gembira
itu bisa menghasilkan keterampilan yang
baik; (6) Guru dan siswa perlu memikirkan
dan mengutamakan proses-proses yang
esensial/ yang pokok atau inti, sehingga
tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah/
tidak perlu kurang diperlukan; (7) Instruktur
perlu memperhatikan perbedaan individual
Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan...
siswa, sehingga kemampuan dan kebutuhan
siswa masing-masing tersalurkan/ dikembangkan. Maka dalam pelaksanaan latihan
guru perlu mengawasi dan memperhatikan
latihan perseorangan.
Dengan langkah-langkah itu diharapkan bahwa latihan akan betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan
itu. Serta dapat menumbuhkan pemahaman
untuk melengkapi penguasaan pelajaran
yang diterima secara teori dan praktek di
sekolah.
Pada bagian sebelumnya telah
dijelaskan tentang defenisi dan aspek-aspek
latihan. Sebagaimana kita tahu bahwa setiap
jenis latihan punya fungsi masingmasing
dalam meningkatkan komponen kondisi
fisik, dengan melakukan latihan berarti kita
akan mempertinggi kualitas komponen
kondisi fisik.
Komponen kondisi fisik adalah satu
kesatuan utuh dari komponen-komponen
yang tidak dapat dipisahkan begitu saja,
baik peningkatan maupun pemeliharaannya.
(M. Sajoto, 1995: 8).
Dan masih menurut M. Sajoto, bahwa
komponen kondisi fisik tersebut ada 10
macam, yaitu: (a) Kekuatan (Strength), (b)
Daya tahan (Endurance) ada 2 macam, yaitu
daya tahan umum (General Endurance) dan
daya tahan otot (Local Endurance), (c) Daya
otot (Muscular Power), (d) Kecepatan
(Speed), (e) Daya lentur (Flexibility), (f)
Kelincahan (Agility), (g) Koordinasi (Coordination), (h) Keseimbangan (Balance), (i)
Ketepatan (Accurate), (j) Reaksi (Reaction),
(M. Sajoto, 1995:8).
Kesepuluh komponen kondisi fisik
tersebut dapat kita kuasai dengan melakukan
proses latihan secara teratur dan terus
menerus.
Dan pada bagian ini kita akan
membahas salah satu jenis latihan fisik
untuk meningkatkan kemampuan kondisi
fisik dan salah satu jenis latihan yang akan
dibahas adalah squat jump dan komponen
kondisi fisik yang akan ditingkatkan adalah
kekuatan otot kaki.
51
Squat jump adalah salah satu dari
sekian banyak dari jenis latihan fisik,
dimana salah satu fungsi squat jump itu
sendiri adalah untuk meningkatkan kekuatan
otot kaki. Secara garis besar squat jump
dapat didefinisikan sebagai gerakan melompat setinggi-tingginya dengan posisi awal
sikap jongkok, dan setelah melakukan lompatan kembali ke sikap semula yaitu
jongkok. Gerakan squat jump itu sendiri ada
3 macam, pertama High Squat, Middle
Squat, Low Squat (M. Sajoto, 1995:74).
High squat adalah gerakan squat jump
dengan posisi awal jongkok agak berdiri,
jadi lutut hanya ditekuk sedikit. Sedang
Middle squat adalah gerakan squat jump
dengan posisi awal jongkok sedang, tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Middle squat berfungsi sebagai gerakan
lanjutan setelah melakukan gerakan high
squat. Dan yang terakhir adalah Low squat
yaitu gerakan squat jump dimana posisi
awal jongkok dengan kedua lutut ditekuk
hampir membentuk sudut 15° sehingga
posisi badan menjadi rendah, gerakan Low
squat merupakan gerakan squat jump yang
paling berat karena dibagian ini kaki harus
menahan seluruh beban berat tubuh saat
melompat maupun mendarat.
Pada dasarnya ketiga gerakan diatas
punya fungsi yang sama dan hanya tingkat
beban yang membedakan. Fungsi gerakan
squat jump adalah untuk melatih otot besar
pada kaki dan pergelangan kaki untuk
memperoleh volume otot yang maksimal
sehingga menghasilkan kekuatan yang maksimal.
Gerakan squat jump dapat juga
dilakukan dengan variasi lain, yaitu dengan
menggunakan beban barbell dan bar. Gerakan yang dilakukan sama hanya saja dikaki
atlit terpasang barbell, dan bisa juga dengan
menggunakan beban berupa bar (untuk
angkat besi) yang diletakkan di bahu lalu
lakukan gerakan squat jump. Pada hakekatnya gerakan squat jump dengan menggunakan barbell atau bar itu ada lanjutan dari
squat jump tanpa alat atau beban. Jika kita
52
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
sudah mencapai titik maksimal pada gerakan squat jump tanpa beban hendaknya
dilanjutkan denga gerakan menggunakan
beban berupa barbell atau bar, ini berfungsi
agar volume otot kaki semakin maksimal.
Tapi perlu diingat, penggunaan barbell dan
bar harus dilakukan secara periodik yaitu
memulai dengan beban ringan lalu dilakukan penambahan beban, jika beban awal sudah dirasa ringan maka beban perlu ditambah. Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya cidera otot karena beban yang berlebihan.
Dalam olahraga kelentukan atau fleksibilitas sangat berperan penting pada kelangsungan suatu gerak. Dengan terpenuhinya fleksibilitas yang tinggi seorang atlit
bebas dan leluasa dalam segala gerakannya.
Dalam buku pembinaan kondisi fisik dalam
olahraga Sajoto mengemukakan bahwa “Kelentukan atau fleksibilitas adalah keefektifan
seseorang dalam penyesuaian diri untuk
segala aktifitas dengan penguluran seluasluasnya terutama otot-otot, ligamen disekitar
persendian” (Sajoto, 1988:85).
Dengan latihan kelentukan yang tinggi
persendian akan mudah ditekuk atau direntangkan. Dengan begitu persendian punggung jarang terjadi cidera yang dikatakan
bahwa suatu peningkatan kelentukan dapat
meningkatkan suatu performance atlit. Peningkatan kelentukan memungkinkan seorang atlit untuk menggerakkan gaya yang
lebih besar. Mengenai hal ini Harsono, mengatakan bahwa “Kelentukan atau fleksibiliti adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan dalam ruang gerak sendi kelentukan
juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya
otot-otot legamen antendem” (Harsono,
1988:165).
Dalam menguraikan analisa gerak
lompat. jauh gaya jongkok perlu kiranya
mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi prestasi lompat jauh dan perkembangannya. Awalan merupakan permulaan
atau pembuka dalam melaksanakan lompat
jauh, oleh karena itu awalan harus dilakukan
dengan baik. Awalan yang baik adalah
awalan yang dilakukan oleh pelompat
dengan kecepatan yang cukup sebelum
melakukan tumpuan kurang lebih empat
langkah. Apabila si pelompat melakuan
teknik awalan yang baik maka bisa
mendukung keberhasilan dalam mencapai
prestasi tersebut.
Teknik tumpuan, adalah menolak dengan kuatnya pada papan tolakan dengan
kaki yang terkuat (ke atas dan ke depan).
Tumpuan disini merupakan suatu unsur
yang sangatlah penting dalam lompat jauh
sudah banyak sekali seorang atlit yang melompat mengalami kesalahan dikarenakan
salah dalam melakukan tumpuan.
Karena itu menumpu pada balok tumpuan dengan posisi badan yang tepat akan
menentukan keberhasilan lompatan kaki
yang digunakan untuk menumpu adalah
kaki yang paling kuat, sehingga tercapai
ketinggian yang cukup tanpa salah dan tanpa
kehilangan kecepatan. Hal tersebut diatas
sesuai dengan ungkapan Jess Jerver yang
berpendapat bahwa: “Tujuan Take-off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu
lompatan dengan melakukan lompatan yang
tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin yang
didapat dengan cara memberikan tenaga
maksimal pada kaki waktu akan Take - off
pusat dari gaya berat si pelompat harus
langsung jatuh di atas papan begitu kaki
akan take-off menyentuhnya“. (Harsono,
1982).
Dan lebih lanjut penulis akan
kemukakan analisa gerakan kaki pada saat
menumpu kaki yang akan take-off
diletakkan tepat di atas pagan tolakan
dengan lutut yang agak sedikit ditekuk
untuk mendapatkan sedikit kekuatan
gerakan kedepan dan keatas dilakukan
dengan sekuat tenaga dan dibantu oleh lutut
dari kaki yang memimpin dan tangan yang
berlawanan dengan kaki yang digunakan
untuk take-off tujuannya adalah kalau sudut
take-off berkisar antara 30°, tergantung pada
kemampuan si pelompat mengkombinasikan
kecepatan.
Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan...
Menumpu harus tepat pada balok
tumpuan dengan lutut sedikit di tekuk untuk
mendapatkan suatu kekuatan gerakan ini
harus dilakukan dengan sekuat tenaga tanpa
kehilangan keseimbangan.
Gambar 1 Saat Menumpu dalam Lompat Jauh
Gaya Jongkok
Gerakan pada saat melayang perlu
mendapat perhatian yang tak kalah penting
dengan gerakan lainnya seperti yang
diungkapkan oleh Jess Jerver dalam
Harsono bahwa:
“Yang paling penting pada saat
melayang adalah melawan rotasi putaran
yang timbul akibat dari take-off, selain itu
untuk memperoleh posisi mendarat yang
paling efiseien” (Harsono, 1982)
Untuk memperoleh hasil pada saat
melayang yang sempurna diperlukan
lompatan yang tinggi setelah menumpu pada
balok tumpuan. Hal ini dikarenakan dengan
lompatan yang tinggi akan mengetrapkan
teknik melayang yang paling baik dan
sempurna.
Gambar 2 Saat Melayang dalam Lompat Jauh
Gaya Jongkok
53
Gaya jongkok merupakan salah satu
gaya yang diterapkan dalam bidang lomba
lompat jauh. Adapun ciri – ciri dari lompat
jauh gaya jongkok yaitu pada saat terlihat
diudara: (1) Pada sesaat setelah menumpu
pada balok tumpuan saat di udara kedua
tangan ditarik lurus kebelakang, (2) Saat
berada diudara kaki ditekuk selayaknya
orang yang jongkok dan tangan diputar
keatas kemudia kedepan, (3) Pada saat
melakukan pendaratan posisi kaki yang
tadinya jongkok dilempar kedepan lurus
beserta tangan lurus kedepan. Tujuannya
untuk menahan pantat supaya tidak
tersungkur kebelakang tetapi malah
kedepan.
Gambar 3 Lompat Jauh Gaya Jongkok
Adalah merupakan tehnik yang terakhir dari serangkaian gerakan dalam lompat jauh. Tehnik ini besar sekali pengaruhnya dalam pencapaian suatu prestasi lompat
jauh. Karena dengan tehnik pendaratan yang
sempurna akan menambah jauhnya lompatan. Tehnik mendarat harus sedemikian
rupa, sehingga kaki yang mengacu ke depan
tidak menyebabkan pelompat mendarat
pantatnya terlebih dahulu dan untuk menghindari hal tersebut maka badan diusahakan
dibungkungkan ke depan sewaktu kaki
menyentuh pasir. Dan tujuan dari pendaratan itu sendiri adalah untuk mendapatkan
posisi yang baik yaitu kedua kaki
menyentuh pasir sejauh mungkin di depan
pusat gaya berat tubuh si pelompat.
Jadi mendarat adalah saat badan akan
mulai jatuh, maka kaki segera diluruskan ke
depan, setelah kaki menyentuh pasir lutut
tidak boleh kaku akan tetapi membantu
supaya tidak terjadi pendaratan pada pantat.
54
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Penguasaan tehnik yang tepat dalam
lompat jauh sangat pentingbagi para atlit
lompat jauh, baik yang masih pemula
maupun bagi atlit yang sudah senior.Dalam
penggunaan teknik yang tepat sangat
membantu dalam mencapai prestasi.
Gambar 4 Lompat Jauh Gaya Jongkok Saat
Mendarat
Dalam membicarakan proses belajar
mengajar ini terlebih dahulu kita akan
mengungkapkan dari pada pengertian belajar, karena hal ini sangat rumit sehingga
sulit untuk mengetahui secara pasti apakah
sebenarnya belajar itu. Menurut Herman
Hudoyo, dalam bukunya Interaksi belajar
mengajar, mengatakan: “Belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan
pengalaman sehingga mampu merubah
tingkah laku itu menjadi tetap, tidak dapat
berubah lagi dengan modivikasi yang sama
(Herman Hudoyo, 1979: 305)”.
Dari pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga bentuk kecakapan, penghargaan, minat, kebiasaan, sikap,
pengertian dan penyesuaian diri. Pokoknya
mengenai segala aspek organisme tubuh.
Karena mereka lebih sanggup menghadapi
kesulitan dalam memecahkan masalah atau
menyesuaikan diri dengan keadaan. Dengan
kata lain seseorang yang telah belajar tidak
sama dengan saat sebelumnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
belajar faktor perubahan tingkah laku harus
ada dan belum dikatakan belajar jika
didalamnya tidak ada perubahan tingkah
laku. Perubahan tersebut pokoknya didapatkan pada kecakapan baru dan perubahan itu
terjadi karena usaha itu disengaja. Menurut
WJS. Poerwodarminto dalam kamus bahasa
Indonesia memberikan batasan tentang pengertian dari pada prestasi ini yaitu “Prestasi
adalah hasil yang dicapai, dikerjakan atau
dilakukan” (Poerwodarminto, 1984).
Dengan demikian prestasi belajar
dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh
siswa melalui kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar di
sekolah merupakan harapan bagi setiap guru
agar siswanya dapat memperoleh hasil yang
sebaik-baiknya.
Apabila hasil belajar atau prestasi
yang diperoleh siswanya baik, berarti guru
berhasil dalam menyajikan pelajaran yang
telah di sajikannya kepada siswanya.
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada
diri siswa, tetapi guru bertanggungjawab
untuk menciptakan situasi yang mendorong
prakarsa, motivasi, dan tanggungjawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. (Depdiknas, 2001). Sedangkan prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran adalah: (a) Berpusat pada
siswa, (b) Belajar dengan melakukan, (c)
Mengembangkan kemampuan sosial, (d)
Mengembangkan keingintahuan, imajinasi,
(e) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, (f) Mengembangkan kreatifitas
siswa, (g) Mengembangkan kemampuan
menggunakan ilmu dan teknologi, (h)
Menumbuhkan kesadaran sebagai warga
negara yang baik, (i) Belajar sepanjang
hayat perpaduan kompetisi, kerjasama dan
solidaritas. (Depdiknas, 2001).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan
belajar di sekolah terutama pada bidang
studi penjaskes materi lompat jauh gaya
jongkok untuk siswa kelas VI SDN 1
Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten
Trenggalek.
Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan...
METODE PENELITIAN
Tempat yang dipilih, yaitu di SDN 1
Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten
Trenggalek di Kelas VI dengan jumlah
siswa 27 anak. Prosedur penelitian tindakan
kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
ingin dicapai, seperti apa yang telah
didesain dalam faktor yang diteliti. Nilai
pada semester sebelumnya merupakan
prestasi belajar awal, sedangkan observasi
awal dilakukan untuk dapat mengetahui
tindakan yang tepat yang diberikan dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar siswa
SDN 1 Wonorejo Kabupaten Trenggalek.
Siklus I
Perencananaan
Tindakan
Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkanlah bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 1 Wonorejo
Kabupaten Trenggalek adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran latihan.
Dengan berpatokan pada refleksi awal
tersebut, maka dilaksanakan penelitian
tindakan kelas ini dengan 2 siklus yang
dilakukan dalam 2 kali pertemuan, di mana
setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan,
Observasi, Tindakan, dan Refleksi. Secara
skematis kegiatan penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran Dengan metode
Latihan
Observasi
Siklus II
1
Perencanaan Tindakan
1
BerdasarkanRefleksi
Siklus I
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran Dengan metode
Latihan
Observasi
Refleksi
Kesimpulan dan Saran
55
56
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Sumber data penelitian ini adalah
siswa dan anggota tim peneliti. Jenis data
yang didapatkan adalah data kualitatif yang
terdiri dari: (a) prestasi belajar siswa SDN 1
Wonorejo Kabupaten Trenggalek dalam
bidang studi penjaskes, (b) data hasil
observasi terhadap pembelajaran penjaskes.
Cara pengambilan data: (a) data prestasi
belajar diambil dengan memberikan tes, (b)
data tentang situasi pembelajaran diambil
dengan menggunakan lembar observasi.
Untuk menganalisa data
yang
diperlukan dalam penelitian digunakan
pengumpul data sebagai berikut: (1)
Melaksanakan tes serta membuat rerata nilai
tes, (2) Membandingkan hasil tes rata-rata
siklus I dan II, (3) Menyimpulkan temuantemuan dari anggota tim berupa hasil
observasi lapangan berdasarkan instrumen
yang telah dipersiapkan.
HASIL DAN PENELITIAN
Siklus 1
Refleksi Awal
Pada tahap ini merupakan haisl refleksi dari kegiatan prea tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator penelitian selaku observer. Peneliti bersama kolaborator penelitian mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas VI yaitu tentang
rendahnya prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Penjaskes khusunya pada materi
pokok lompat jauh. Hasil observasi awal
dan studi dokumentasi dalam pembelajaran
Penjaskes di kelas VI dapat direfleksikan
bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada
pembelajaran Pesjaskes disebabkan oleh
penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat. Pembelajaran cenderung monoton dan membosankan sehingga aktivitas
belajar siswa tidak berkembang.
Hal ini dibuktikan dengan hasil prestasi belajar Penjaskes sebelum siklus dengan
nilai rata-rata 68,04 dengan ketuntasan
belajar 59,26%, kondisi ini masih berada di
bawah standar ketuntasan klasikal. Untuk itu
diperlukan metode pembelajaran baru yang
sesuai dengan karakter permasalahan Pen-
jaskes di Kelas VI dengan menggunakan
metode latihan. Dengan menggunakan metode latihan yang displin diharapkan mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran Penjaskes dan ketuntasan
belajar siswa dapat tercapai.
Perencanaan
Langkah selanjutnya peneliti bersama
kolaborator menyusun rencana tindakan
perbaikan yang meliputi: menyusun Satuan
Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran
yang mengacu pada metode pembelajaran
Latihan, membuat lembar observasi untuk
melihat bagaimana kondisi belajar mengajar
di kelas ketika metode tersebut diaplikasikan, membuat/ mempersiapkan alat bantu
mengajar yang diperlukan dalam rangka
memperlancar proses pembelajaran tersebut,
mendesain alat evaluasi tes prestasi, mempersiapkan prosedur monitoring, kolaboratif
kunjungan kelas, format/bahan wawancara
siswa, perangkat tes kuesioner, dan buku
catatan lapangan.
Pelaksanaan
Selanjutnya
peneliti
melakukan
aktivitas pembelajaran Penjaskes dengan
pokok bahasan lompat jauh gaya jongkok,
sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah dirancang dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut:
Pertemuan 1
Kegiatan Pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran, pemanasan secara umum, berlari mengelilingi lapangan sepakbola atau sejenisnya, pemanasan khusus
lompat jauh dalam bentuk permainan.
Kegiatan Inti: penjelasan cara melakukan teknik dasar lompat jauh (awalan,
tumpuan, melayang di udara dan mendarat)
dengan koordinasi yang baik, melakukan
latihan teknik dasar lompat jauh (awalan,
tumpuan, melayang di udara dan mendarat)
dengan koordinasi yang baik, perlombaan
lompat jauh dengan menggunakan peraturan
yang dimodifikasi secara berkelompok.
Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan...
Kegiatan
Penutup:
pendinginan
(colling down), evaluasi, diskusi dan Tanya
jawab proses pembelajaran yang telah
dipelajari, berbaris dan berdoa.
Pertemuan ke 2
Kegiatan Pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan uji kompetensi, pemanasan
secara umum, berlari mengelilingi lapangan
sepakbola atau sejenisnya. Kegiatan Inti, uji
kompetensi lompat jauh. Kegiatan Penutup:
pendinginan (colling down), evaluasi, diskusi dan Tanya jawab proses pembelajaran
yang telah dipelajari, berbaris dan berdoa.
Observasi
Berdasarkan observasi di Kelas SDN 1
Wonorejo Kabupaten Trenggalek dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (a) Aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dalam menerima dan melaksanakan pemberian tindakan perbaikan pembelajaran sudah
menunujukkan aktivitas yang cukup berarti,
hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian
terhadap 6 aspek penilaian yaitu: kerjasama,
kejujuran, menghargai, semangat, percaya
diri, dan sportivitas dengan nilai rata-rata
62,50%. Namun masih ada beberapa siswa
dengan kerjasama, kejujuran, menghargai,
semangat, percaya diri, dan sportivitas perlu
ditingkatkan lagi; (b) Sedangkan hasil pengamatan aktifitas guru oleh kolaborator
adalah prosentase aktifitas guru dalam pembelajaran Penjaskes dengan menggunakan
metode latihan sebesar 62,50%, termasuk
dalam kategori “baik”. Aktifitas guru yang
diamati antara lain: melakukan kegiatan
apersepsi, penguasaan terhadap materi pembelajaran, menumbuhkan partisipasi aktif
siswa, penguasaan lapangan dan lain-lain.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dinyatakan dalam tabulasi data sebagai
berikut.
Tabel. 1 Nilai Hasil belajar siswa siklus I
Ketuntasan
No
Nama Siswa
Nilai
Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Rinda Agustina
76
T
2 Aditya Nugraha
76
T
No
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Nama Siswa
Ahmad Muhslihul A
Alif Fatma Yunita
Andrean Hendra N
Annas Tohuri
Arjun Maulana
Dimas Septiyanto
Dimas Yordha P B
Dwi Septi Wahyuni
Dwu Yulianto
Dwi Yuliono
Eka Nanda Selma
Halla Nurin F
Jendi Fuad Sayoko
Mazidatun Nafiah
Maulina Khusnul K
Muhammad Rizki P
Neneng Ayu Sri W
Nico Randianto
Nekn Agus Trivani
Nur Awalu Umi S
Sam Hero Deorosi
Satria Pambudi M
Sifa Ainun Nadir
Suria Apri Belu P
Geniko Arya
Jumlah
Rata-Rata
Nilai
76
76
76
76
78
78
78
74
74
74
74
74
55
51
51
51
55
76
76
76
76
76
76
78
55
1904
70.51
57
Ketuntasan
Tidak
Tuntas
Tuntas
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
TT
TT
TT
TT
T
T
T
T
T
T
T
TT
21
6
77.78
22.22
Refleksi
Dari hasil observasi terhadap aktivitas
pembelajaran dan perolehan hasil belajar
siswa dapat direfleksikan bahwa: (a) Dalam
aktivitas belajar masih terdapat siswa yang
belum mampu menunjukkan kerjasama,
kejujuran, menghargai, semangat, percaya
diri, dan sportivitas yang baik sehingga
perlu ditingkatkan; (b) Siswa masih belum
mampu
menerima
secara
maksimal
pemberian tindakan perbaikan pembelajaran
yang diberikan oleh guru, siswa masih
tampak takut, dan kurang percaya diri dalam
melakukan teknik dasar lompat jauh gaya
jongkok, yang meliputi: awalan, tumpuan,
melayang di udara dan mendarat.
Dengan adanya kendala yang muncul
dalam pembelajaran Penjaskes pada siklus I,
maka prestasi belajar yang dicapai tidak
maksimal. Ketuntasan belajar siswa yang dicapai hanya 77,78% masih berada di bawah
58
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
ketuntasan yang telah ditentukan sebesar
85%. Untuk itu masih diperlukan rencana
perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya.
Siklus 2
Perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada siklus
II secara umum hampir sama dengan perencanaan pada siklus I. Akan tetapi dengan
adanya kendala yang muncul dalam pembajaran siklus I, maka pada siklus II terdapat
beberapa perubahan tindakan sebagai berikut: (a) Guru harus mampu menumbuhkan
kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri, dan sportivitas siswa,
sehingga semua siswa aktif dalam kegiatan
latihan; (b) Guru lebih meningkatkan peran
sebagai motivator sehingga siswa dapat
beraktivitas secara maksimal dalam suasana
pembelajaran yang menyenangkan tanpa ada
rasa takut atau bersalah dalam melakukan
teknik dasar lompat jauh.
Pelaksanaan
Pertemuan 1
Kegiatan pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran, pemanasan
secara umum, berlari mengelilingi lapangan
sepakbola atau sejenisnya, pemanasan khusus lompat jauh dalam bentuk permainan
Kegiatan inti: penjelasan cara melakukan teknik dasar lompat jauh (awalan,
tumpuan, melayang di udara dan mendarat)
dengan koordinasi yang baik, melakukan
latihan teknik dasar lompat jauh (awalan,
tumpuan, melayang di udara dan mendarat)
dengan koordinasi yang baik, perlombaan
lompat jauh dengan menggunakan peraturan
yang dimodifikasi secara berkelompok.
Kegiatan
penutup:
pendinginan
(colling down), evaluasi, diskusi dan Tanya
jawab proses pembelajaran yang telah
dipelajari, berbaris dan berdoa
Pertemuan ke 2
Kegiatan pendahuluan: berbaris, berdoa, presensi, apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan uji kompetensi, pemanasan
secara umum, berlari mengelilingi lapangan
sepakbola atau sejenisnya. Kegiatan inti: uji
kompetensi lompat jauh. Kegiatan penutup:
pendinginan (colling down), evaluasi,
diskusi dan Tanya jawab proses pembelajaran yang telah dipelajari, berbaris dan
berdoa.
Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan
oleh observer menunjukkan bahwa: (1)
Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa
menunjukkan bahwa guru mampu menumbuhkan kerjasama, kejujuran, menghargai,
semangat, percaya diri, dan sportivitas siswa. Hal ini ditunjukkan oleh lembar observasi siswa dengan peningkatan nilai ratarata sebesar 75,00%?; (2) Sedangkan hasil
pengamatan aktifitas guru oleh kolaborator
adalah prosentase aktifitas guru dalam pembelajaran Penjaskes dengan menggunakan
metode latihan sebesar 75,00%, termasuk
dalam kategori “sangat baik”. Aktifitas guru
yang diamati antara lain: melakukan kegiatan apersepsi, penguasaan terhadap materi
pembelajaran, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dan lain-lain. Hasil belajar siswa
pada siklus II dapat dinyatakan dalam
tabulasi data sebagai berikut.
Tabel. 2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada siklus II
Ketuntasan
No
Nama Siswa
Nilai
Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Rinda Agustina
76
76
T
2 Aditya Nugraha
76
76
T
3 Ahmad Muhslihul A
76
76
T
4 Alif Fatma Yunita
76
76
T
5 Andrean Hendra N
76
76
T
6 Annas Tohuri
76
76
T
7 Arjun Maulana
81
78
T
8 Dimas Septiyanto
81
78
T
9 Dimas Yordha P B
81
78
T
10 Dwi Septi Wahyuni
100
83
T
11 Dwu Yulianto
100
83
T
12 Dwi Yuliono
100
83
T
13 Eka Nanda Selma
100
83
T
14 Halla Nurin F
100
83
T
15 Jendi Fuad Sayoko
100
83
T
16 Mazidatun Nafiah
81
74
T
17 Maulina Khusnul K
81
74
T
18 Muhammad Rizki P
81
74
T
Mohamad Huda, Meningkatkan Prestasi Belajar Penjaskes Melalui Latihan...
No
Nama Siswa
Nilai
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Neneng Ayu Sri W
Nico Randianto
Nekn Agus Trivani
Nur Awalu Umi S
Sam Hero Deorosi
Satria Pambudi M
Sifa Ainun Nadir
Suria Apri Belu P
Geniko Arya
Jumlah
Rata-Rata
81
76
76
76
76
76
76
81
81
2096
77.61
Ketuntasan
Tidak
Tuntas
Tuntas
78
T
76
T
76
T
76
T
76
T
76
T
76
T
78
T
78
T
27
0
100.00
0.00
Refleksi
Dari hasil observasi terhadap aktivitas
pembelajaran dan perolehan hasil belajar
siswa dapat direfleksikan bahwa pembelajaran Penjaskes dengan pokok bahasan
lompat jauh gaya jongkok dapat berjalan
secara optimal setelah diterapkannya metode
latihan secara disiplin. Kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I dapat
teratasi dengan baik pada siklus II. Ketuntasan belajar secara klasikal dapat tercapai
pada akhir siklus II sebesar 100,0%.
Dari hasil angket yang diberikan
kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh
respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah
dilakukan verifikasi terhadap hasil angket,
diperoleh hasil dengan nilai rata-rata sebesar
1,91, termasuk kategori sangat positif. Hal
ini menunjukkan respon siswa terhadap
pembelajaran Penjaskes menggunakan metode latihan mendapat respon yang sangat
baik dari siswa kelas VI SDN 1 Wonorejo
Kecamatan
Gandusari
Kabupaten
Trenggalek.
Dari hasil penelitian tentang situasi
pembelajaran dengan metode Latihan tampaknya pengajaran dengan menggunakan
metode ini membuat siklus yang lebih bergairah daripada jika diajar dengan teknik
ceramah yang biasa dilakukan sebelumnya.
Di dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa aktif dalam mempraktikkan intruksi guru. Latihan sangat memudahkan karena guru lebih mudah mengarahkan
jalannya proses belajar mengajar. Profil
(data) hasil penelitian dapat dilihat dalam
Tabel 3.
Tabel 3 Profil (data) hasil penelitian
Tahapan
Indikator Tindakan
No
PraSiklus
Siklus
(hasil observasi)
siklus
I
II
A Hasil Belajar
- Nilai rata-rata
68,04
70,51
77,61
- Ketuntasan
59,26
77,78
100
klasikal
B Aktivitas siswa
74.24% 80.93%
C Aktifitas guru
58%
85%
Untuk lebih jelasnya gambaran tentang peningkatan prestasi hasil belajar siswa
yang dicapai dari sebelum siklus sampai
siklus II, penulis ekspresikan dalam bentuk
grafik peningkatan prestasi hasil belajar
seperti pada Gambar 1.
100,00
100,00
80,00
68,04
59,26
77,78
70,51
77,61
60,00
NILAI RATA-RATA
40,00
KETUNTASAN
20,00
0,00
SEB. SIKLUS
SIKLUS I
59
SIKLUS II
Gambar 1 Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Siswa
60
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Hasil belajar siswa yang dinyatakan
dengan rerata skor tes lompat jauh gaya
jongkok untuk siklus I sebesar 70,51. hasil
ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai
sebelumnya yaitu 68,04 karena siswa lebih
siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus
II rerata skor prestasi siswa sebesar 77,61
dengan prosentase ketuntasan sebesar 100%.
Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus
I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran
penjaskes, terdorong untuk berlatih dengan
lebih baik. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode Latihan dikatakan
sangat positif, karena sebagian besar siswa
menyatakan lebih suka dan lebih tertarik.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan selama dua siklus dapat
disimpulkan bahwa, dengan melatih kekuatan otot kaki menggunakan metode latihan
dapat meningkatkan prestasi lompat jauh
gaya jongkok bidang studi penjaskes pada
siswa kelas SDN 1 Wonorejo Kecamatan
Gandusari Kabupaten Trenggalek yang dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa yang meninggkat pada setiap siklusnya
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2001. Pedoman Penciptaan
Suasana Sekolah yang Kondusif
dalam Rangka Pembudayaan Budi
Pekerti Luhur bagi Warga Sekolah.
Buku 2. Jakarta: Depdiknas, DitJen.
Dikdasmen.
Harsono. 1982. Olahraga dan Kesehatan,
Jakarta
Herman,
Hudoyo. 1979. Pengembangan
yaitu siklus I sebesar sebesar 70,51. Hasil
ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai
sebelumnya yaitu 68,04 karena siswa lebih
siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus
II rerata skor prestasi siswa sebesar 77,61
dengan prosentase ketuntasan sebesar 100%.
Saran
Pembelajaran yang menggunakan metode Latihan perlu dikembangkan untuk mata pelajaran Penjaskes untuk dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi siswa. Perlu
dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan metode Latihan
dengan model belajar yang lain. Untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang studi penjaskes siswa diberi macammacam tes.
Penggunaan model Pembelajaran yang
menggunakan metode Latihan perlu terus
dilakukan karena pembelajaran ini lebih
menyenangkan bagi siswa, mendorong dan
membiasakan siswa untuk belajar disiplin
dan tertip. Untuk meningkatan kemampuan
guru dalam mengembangkan model Pembelajaran yang menggunakan metode
Latihan, pelatihan perlu diberikan agar guru
dapat mengembangkan kemampuannya.
Kurikulum FISIKA dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha
Nasional.
M. Sajoto. 1985. Peningkatan Kekuatan
Kondisi Fisik. Semarang
Poerwodarminto, WJS.
Bahasa Indonesia.
Pustaka.
1984. Kamus
Jakarta: Balai
Download