BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pasar modal memiliki peran yang sangat penting bagi keadaan
ekonomi suatu negara. Peran utama pasar modal adalah menjadi lembaga
yang melakukan pemupukan modal dan mobilisasi dana secara produktif.
Perkembangan aktivitas pasar modal yang pesat membawa perubahan
besar pada tuntutan kualitas informasi. Agar pengambilan keputusan
investor rasional,
dibutuhkan suatu informasi yang relevan sehingga
mampu mengidentifikasi kinerja perusahaan. Dengan kata lain, keputusan
investasi yang dilakukan oleh investor merupakan reaksi atas informasi
yang mereka terima (Aritonang, dkk, 2009). Reaksi investor terhadap
suatu informasi ini akan mengakibatkan reaksi di pasar modal.
Untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu fenomena atau informasi
yang ada di pasar modal, dapat dilakukan dengan melakukan studi
peristiwa.
Studi peristiwa atau event study merupakan studi yang
mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya
dipublikasikan
sebagai
suatu
pengumuman.
Reaksi
pasar
dapat
diakibatkan oleh informasi dari aksi korporasi atau corporate action yang
dilakukan
perusahaan
emiten.
Corporate
action
berkaitan
dengan
Mus l im Nurdin, 2014
ANALISIS TINGKATaBNORMAL RETURN DAN LINGKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAh AKUISIS: studi
pada perusahaan pengakusisi yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2010-2013
Uni v ers ita Pendidikan Indonesia |repository.up.edu | perpustakaan.upi.edu
2
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh perusahaan seperti pembagian
deviden, merger dan akuisisi, reverse stock dan stock split serta right issue.
Berikut adalah corporate action yang dilakukan oleh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
70
60
50
40
Merger/Akuisisi
30
Reverse&stock split
20
right issue
10
0
2010
2011
2012
2013
Sumber: KPPU, Saham Ok, diolah
Gambar 1.1
Grafik Corporate Action periode 2010-2013
Dari gambar diatas terlihat bahwa corporate action yang dipilih
perusahaan dengan cara melakukan reverse stock & stock split dan right
issue
cenderung
mengalami penurunan
setiap
tahunnya.
Berbanding
terbalik dengan merger dan akuisisi yang justru semakin mengalami
peningkatan atau lebih banyak dipilih oleh perusahaan sebagai aksi
korporasinya.
Fenomena
meningkatnya
kegiatan
merger
dan
akuisisi yang
dilakukan perusahaan sebagai aksi korporasinya ini menunjukan bahwa
akuisisi dinilai sebagai cara yang efektif untuk melakukan ekspansi usaha
dan memberikan sinyal positif kepada para investor di pasar modal.
Fenomena ini dapat dijadikan investor sebagai salah satu pertimbangan
3
untuk melakukan keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan
keputusan
akuisisi,
dengan
harapan
akan
mendapatkan
keuntungan
dikemudian hari.
Sebagian besar perusahaan memilih merger dan akuisisi sebagai
bentuk
ekspansi eksternalnya.
Alasan yang paling sering digunakan
perusahaan karena merger dan akuisisi lebih efisien dibanding harus
membangun unit bisnis sendiri, disamping itu merger dan akuisisi dapat
memberikan efek sinergi (foster, 1994). Namun akuisisi dinilai lebih
efektif bagi perusahaan yang mempunyai modal besar, karena akuisisi
memungkinkan
perusahaan
pengambilalihan
secara
penuh
pengakuisisi
dan
untuk
mempunyai
hak
melakukan
kontrol
atas
perusahaan target.
Akuisisi biasanya dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai
modal yang besar, karena untuk melakukan akuisisi pun dibutuhkan biaya
yang
lainnya.
tidak
sedikit dibandingkan dengan jenis penggabungan usaha
Akuisisi
sendiri
diartikan
sebagai
perbuatan
hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil
alih baik seluruh atau sebagian besar saham perusahaan yang dapat
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perusahaan tersebut.
Dimana perusahaan itu sendiri masih tetap ada (Suad Husnan, 2002).
yang
Secara kuantitas,
aktivitas merger/akuisisi mengalami kenaikan
cukup
seiring
merger/akuisisi
signifikan
itu
sendiri
dengan
dikalangan
semakin
pelaku
populernya
usaha.
istilah
Merger/akuisisi
4
merupakan
suatu
langkah
restrukturisasi perusahaan yang dipercaya
mampu mendatangkan keuntungan dalam waktu yang relatif singkat.
Namun, dilihat dari sisi persaingan, merger/akuisisi merupakan aktivitas
yang perlu mendapat perhatian khusus karena berpotensi mengurangi
tingkat persaingan di pasar. Dengan mempertimbangkan kekhawatiran
adanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
diakibatkan oleh aktivitas merger/akuisisi, pada tahun 2009 Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengeluarkan Peraturan Nomor 1
Tahun
2009
tentang
Pra-Notifikasi
Penggabungan,
Peleburan,
dan
Pengambilalihan (Pemkom 1/2009).
Seiring dengan semakin berkembangnya aktivitas merger/akuisisi
yang terjadi di Indonesia, maka KPPU melakukan langkah restrukturisasi
organisasi secara besar-besaran dengan mendirikan Biro Merger yang
khusus
menangani
konsolidasi.
notifikasi
dan
penilaian
waktu
yang
hampir
Dalam
merger,
akuisisi
bersamaan,
dan
pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham
Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (PP 57/2010).
Selama
berlakunya
PP
kurun
waktu
57/2010,
dua
tahun
KPPU
terakhir,
mencatat
terutama
puluhan
setelah
notifikasi
merger/akuisisi. Bahkan, secara kuantitas jumlah aktivitas merger/akuisisi
semakin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional
5
dan internasional. Boleh dikatakan, tahun 2010 dan 2011 merupakan
tahun-tahun
mungkin,
dimana
gelombang
sepanjang
sejarah
akuisisi melanda
merger/akuisisi
di
Indonesia.
KPPU,
Bahkan
gelombang
merger/akuisisi di Indonesia mengalami puncaknya pada masa sekarang
dimana
terdapat
banyak
pelaku
usaha
yang
melakukan
aktivitas
merger/akuisisi. Bahkan dalam trisemester pertama tahun 2012, jumlah
notifikasi yang masuk mengalir sangat deras dan diperkirakan akan terus
meningkat.
Berikut adalah grafik notifikasi Merger dan akuisisi periode 2010 –
2013 yang tercatat di KPPU
70
Notifikasi
60
50
40
30
20
10
0
2010
2011
2012
2013
Tahun
Sumber: KPPU, diolah
Gambar 1.2
Grafik Notifikasi Merger dan Akuisisi
Dari gambar 1.2, menggambarkan bahwa terjadi peningkatan
notifikasi merger dan akuisisi semenjak diberlakukannya peraturan yang
dilakukan oleh KPPU. Terlihat notifikasi pada tahun 2010 yaitu sebanyak
3 notifikasi yang meningkat pada tahun 2011 sebanyak 43 notifikasi, dan
6
sempat menurun pada tahun 2012 menjadi 42 notifikasi, namun kembali
meningkat secara derastis pada tahun 2013 yaitu sebanyak 63 notifikasi
yang tercatat di KPPU.
Dari
sekian
banyak
notifikasi yang
masuk,
terdapat
suatu
karakteristik yang unik dalam aktivitas merger/akuisisi yang tercatat di
KPPU. Krisis yang terjadi di daratan Eropa dan Amerika Serikat dewasa
ini menyebabkan tren peningkatan efisiensi di kalangan pelaku usaha,
yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya gelombang merger/akuisisi
di Indonesia. Uniknya, yang terjadi bukan tren peningkatan gelombang
merger/akuisisi
antar
perusahaan
dalam
negeri,
melainkan
tren
merger/akuisisi yang dilakukan di luar negeri namun berdampak kepada
pasar
nasional
(http://www.kppu.go.id/id/2013/01/gelombang-merger-
melanda-bangga-atau-waspada/).
Keputusan akuisisi sendiri membawa dampak positif dan negatif.
Dampak
negatif
yang
dapat
ditimbulkan
dari
keputusan
akuisisi
diantaranya biaya yang diperlukan untuk melakukan akuisisi sangatlah
mahal dan hasilnya pun belum tentu sesuai dengan harapan. Disamping
itu,
pelaksanaan
akuisisi juga
dapat
memberikan
pengaruh
negatif
terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dari
akuisisi mengunakan cara pembayaran dengan kas atau melalui pinjaman
(Payamta, 2004). Hal negatif ini timbul jika perusahaan tidak sanggup
membayar deviden kepada para pemegang saham.
7
Sedangkan hal positif yang mendorong perusahaan melakukan
akuisisi adalah untuk menciptakan suatu sinergi. Sinergi itu dapat berupa
sinergi operasi, financial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui
sinergi ini diharapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya
(Moin, 2007:55). Dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu
bentuk investasi jangka panjang yang harus diinvestigasi dan dianalisis
dari aspek kelayakan bisnisnya. Maka tidak lain tujuan akuisisi adalah
untuk
membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang
yang
pada
gilirannya
dapat
meningkatkan
nilai
perusahaan
atau
memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan.
Keputusan akuisisi sendiri dapat berpengaruh terhadap keadaan di
pasar modal. Reaksi yang timbul di pasar modal terhadap keputusan
akuisisi ini dapat ditangkap positif dan negatif oleh para investor. Reaksi
positif dan negatif terhadap kejadian merger dan akuisisi tergantung dari
ketersediaan informasi bagi investor pada waktu pengumuman merger dan
akusisi serta perspektif pasar terhadap keputusan akuisisi. Pengumuman
akuisisi dapat mempengaruhi harga saham dalam jangka pendek karena
adanya efek psikologis terhadap para investor.
Sebagai contoh rencana yang akan akan dilakukan oleh PT
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) untuk mengakuisisi Pertamina Gas
(Pertagas) mendapat sambutan positif dari para pelaku pasar modal.
Langkah tersebut dianggap akan memberikan nilai tambah yang optimal
bagi pengembangan infrastruktur gas dan pemanfaatan gas bumi daripada
8
PGN oleh Pertamina. Hal ini berbanding terbalik dengan keinginan
BUMN agar Pertamina mengakuisisi PGN yang dinilai sebagai langkah
yang tidak tepat. terbukti akibat isu tersebut saham PGN di Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
terus
mengalami tekanan
(TribunNews.com,2013
:
http://id.berita.yahoo.com/pelaku-pasar-dukung-pgn-akuisisi-pertagas060107703--finance.html).
Bunga Rampai, (2002) dalam Sri Dwi A Ambarwati, (2010: 285)
Pengumuman merger dan akuisisi adalah informasi yang penting bagi
suatu industri, artinya informasi tersebut tidak hanya berpengaruh bagi
perusahaan
pengakuisisi
(akuisitor)
dan
perusahaan
yang
diakuisisi
(target) tetapi juga bagi perusahaan lain dalam industri yang sama dengan
akuisitor dan perusahaan target. Sesuai dengan signalling theory yang
menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan (Agnes Sawir, 2004: 118).
Prinsip dari signalling theory adalah bahwa setiap tindakan
mengandung informasi. Maka pengumuman akuisisi yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan salah satu contoh penyampaian informasi melalui
signalling. Berdasarkan signalling theory, perusahaan melakukan akuisisi
untuk memberikan sinyal yang positif atau ekspektasi optimis kepada
publik. Sinyal positif ini menginterpretasikan bahwa perusahaan akan
memberikan prospek yang baik bagi para investor.
9
Riset-riset empiris tentang pengaruh akuisisi yang sudah dilakukan
cenderung melihat kinerja saham perusahaan dengan hasil yang beragam.
Loughran and
Vijh (1997) dalam Sri Dwi A Ambarwati (2010)
menemukan hasil bahwa perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
akan mendatangkan abnormal return bagi pemegang saham. Hal senada
juga ditemukan oleh riset Marwan Asri (1998) dalam Sri Dwi A
Ambarwati (2010: 285-286) yang menemukan bukti empiris adanya
abnormal return signifikan setelah pengumuman akuisisi.
Slamat H Aritonang, dkk, (2009) dalam jurnal penelitiannya
menyatakan bahwa pengumuman akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan
dapat menjadi informasi yang dijadikan oleh investor untuk dijadikan
bahan pertimbangan atau referensi dalam melakukan keputusan investasi.
Maka keputusan akuisisi yang di ambil oleh suatu perusahaan dapat
menjadi informasi yang digunakan untuk melihat reaksi pasar modal.
Reaksi pasar tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat keuntungan yang
diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau
menggunakan abnormal return dan tingkat likuiditas saham.
Abnormal return dapat digunakan untuk menguji kandungan
informasi dari suatu pengumuman. Jika suatu pengumuman mengandung
informasi maka pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut
diterima
oleh
pasar,
begitu
juga
sebaliknya
apabila
suatu
suatu
pengumuman tidak mengandung informasi maka pasar tidak akan bereaksi
terhadap pengumuman tersebut (Hartono, dalam Aritonang S H, dkk,
10
2009). Abnormal return
adalah Selisih antara tingkat keuntungan yang
sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return
sering digunakan untuk
menghitung efisiensi pasar. Pasar dikatakan
efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return
dalam jangka waktu yang cukup lama. Abnormal return dapat pula
digunakan sebagai menghitung kinerja surat berharga.
Sedangkan efek lain yang dilihat dari pelaksanaan akuisisi adalah
dari aktivitas likuiditas saham. Likuiditas menurut Bursa efek Indonesia
(informasi umum pasar modal, stock exchenge) adalah kelancaran yang
menunjukan tingkat kemudahan dalam mencairkan modal investasi. Yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah likuiditas saham. Menurut E.A.
Koentin, (1994:106) likuiditas saham adalah mudahnya saham yang
dimiliki seseorang dapat diubah menjadi uang tunai melalui mekanisme
pasar modal.
Ukuran utama likuiditas menurut Fabozzi (1999) adalah besarnya
selisih hasil antara harga penawaran (harga yang diinginkan) dengan harga
yang diminta (harga yang disetujui pembeli) atau yang disebut bid-ask
spread. Semakin kecil spread suatu saham berarti semakin likuid saham
tersebut dan semakin besar spread maka semakin rendah likuiditasnya.
Spread antara harga bid dan harga ask ini mencerminkan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengubah saham menjadi kas atau sebaliknya. Saham
yang likuiditasnya rendah memiliki spread yang besar, yang berarti
11
semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengubah saham
menjadi kas atau sebaliknya.
Beberapa peneliti yang meneliti tentang melihat reaksi pasar telah
banyak dilakukan. Wibowo dan Pakereng (2001) pengaruh pengumuman
merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor dan
nonakuisitor
dalam
industri yang
sama
di Bursa
Efek
Indonesia
membuktikan adanya abnormal return saham perusahaan akuisitor dan
nonakuisitor.
Sedangkan dalam penelitian Payamta & Setiawan (2004), hasilnya
menunjukan pengujian secara serentak terhadap semua rasio keuangan
perusahaan manufaktur setelah melakukan merger dan akuisisi ternyata
tidak
mengalami perbaikan dibandingkan dengan sebelum melakukan
merger dan akuisisi. Abnormal return sesudah merger dan akuisisi adalah
negatif dengan periode jendela 45 hari ( 22 hari sebelum dan 22 setelah
keputusan merger dan akuisisi).
Begitu pula dengan penelitian Aritonang S H, dkk, (wacana Vol.12
No. 4, 2009), menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara
return
saham
pada
periode
sebelum-saat,
saat-sesudah
pengumuman merger dan akuisisi. Pegujian abnormal return menghasilkan
kesimpulan tidak ada perbedaan pada nilai rata-rata abnormal return
sebelum-saat pengumuman dan saat-sesudah pengumuman. Sedangkan
untuk pengujian pasangan periode sebelum sesudah pengumuman merger
dan akuisisi memperoleh hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara
12
rata-rata abnormal return saham sebelum – sesudah pengumuman merger
dan akuisisi. Pengujian aktivitas volume perdagangan untuk periode lima
hari di seputar pengumuman, menghasilkan kesimpulan yang sama yaitu
tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada pasangan pengujian
sebelum-saat, saat-sesudah, dan sebelum sesudah pengumuman merger
dan akuisisi.
Berdasarkan uraian dan data di atas, ternyata ditemukan perbedaan
antara hsil penelitian satu dengan yang lainnya. Hal ini menarik bagi
penulis untuk meneliti kembali sejauh mana pengaruh akuisisi terhadap
reaksi pasar. Untuk itu penelitian ini mengambil judul “Analisis Tingkat
Abnormal Return dan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah
Akuisisi ( Studi Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)”.
Penelitian ini mengukur seberapa besar pengaruh akuisisi terhadap
reaksi pasar, seperti abnormal return dan likuiditas saham. Penelitian ini
akan dilakukan dengan periode jendela 20 hari, yaitu 10 hari sebelum dan
10 hari setelah akuisisi. Periode jendela dipilih 20 hari karena diharapkan
pergerakan harga saham peristiwa yang terjadi tidak dipengaruhi peristiwa
lain, sehingga dapat menghindari terjadinya bias.
1.2
Identifikasi Masalah
13
Moin
2007,
menyatakan
akuisisi
adalah
pengambilalihan
kepemilikan atau pengendalian (control) atas asset atau saham suatu
perusahaan oleh perusahaan lainnya, namun perusahaan pengambilalih dan
yang diambil alih masih ada sebagai badan hukum yang terpisah.
Dalam penelitian kali ini penulis mencoba untuk membahas
mengenai perusahaan go publik, yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia (BEI) yang melakukan keputusan akuisisi. Hal ini
bertujuan untuk
mengetahui apakah keputusan yang dilakukan oleh
perusahaan dapat berpengaruh secara langsung kepada keputusan investor
untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan
dengan cara melihat tingkat abnormal return dan likuiditas saham selama
jendela
pengumuman
akuisisi.
Adapun
jendela
pengamatan
yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah 20 hari, yaitu 10 hari sebelum
pengumuman akuisisi dan 10 hari setelah pengumuman.
Abnormal return dan likuiditas saham dapat dijadikan sebagai
indikator untuk melihat reaksi pasar terhadap informasi yang diberikan
oleh perusahaan atau informasi yang terjadi di pasar. Abnormal return
adalah
selisih
antara
tingkat
keuntungan
yang
sebenarnya
dengan
keuntungan yang diharapkan. Sedangkan Ukuran utama likuiditas menurut
Fabozzi (1999) adalah besarnya selisih hasil antara harga penawaran
(harga yang diinginkan) dengan harga yang diminta (harga yang disetujui
pembeli) atau yang disebut bid-ask spread.
14
Dalam penelitian sebelumnya sudah banyak
mengenai
analisis
abnormal
return
dan
likuiditas
yang membahas
saham
terhadap
pengumuman merger dan akuisisi, namun hasil penelitian masih berbeda
beda. Oleh karena itu penulis tertarik untuk kembali mengangkat topik ini
sebagai bahan penelitian.
keputusan
yang
dilakukan
Dengan tujuan dapat mengetahui apakah
oleh
perusahaan
dapat
mempengaruhi
keputusan investasi bagi para investor.
1.3
Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran abnormal return sebelum dan sesudah akuisisi?
2. Bagaimana gambaran likuiditas saham sebelum dan sesudah akuisisi?
3. Apakah terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan setelah
akuisisi?
4. Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham sebelum dan sesudah
akuisisi?
1.4
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran dari abnormal return sebelum dan sesudah
akuisisi.
2. Mengetahui
bagaimana
sesudah akuisisi.
gambaran
likuiditas
saham sebelum dan
15
3. Mengetahui bagaimana perbedaan abnormal return sebelum dan
setelah akuisisi.
4. Mengetahui bagaimana
perbedaan likuiditas saham sebelum dan
setelah akuisisi.
1.5
Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor
Adapun manfaat bagi investor dengan adanya penelitian ini yaitu
diharapkan penelitian ini bisa di jadikan acuan atau sumber informasi
yang
digunakan
oleh
investor
untuk
pengambilan
keputusan
investasinya, sehingga sesuai dengan harapannya yaitu mendapatkan
keuntungan.
2. Bagi Perusahaan
Adapun manfaat bagi perusahaan adalah sebagai acuan untuk membuat
keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perubahan keuntungan
yang disebabkan oleh akuisisi di bursa efek.
3. Bagi Akademisi dan Peneliti
Manfaat
dilakukannya
penelitian
ini bagi penulis
adalah
untuk
menambah pengalaman dalam menulis karya ilmiah, dan menambah
wawasan mengenai akuisisi dan pengaruhnya terhadap perusahaan.
Dam memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu manajemen
16
keuangan, terutama kaitannya dengan masalah abnormal return dan
likuiditas saham disekitar pengumuman akuisisi.
Download