BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian
Setiap Kantor Akuntan Publik menginginkan untuk memiliki auditor
yang dapat bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang
merupakan pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya
terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan
dalam suatu entitas yang diperiksa membandingkan hasil dengan kriteria
yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan
rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan (Nungky, 2011).
Dari pernyataan diatas muncul sebuah pertanyaan seberapa tinggi
sikap independensi, kompetensi, pengalaman kerja dan due profesional
care berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik.
Kualitas dari hasil kerja auditor dapat dipengaruhi oleh rasa tanggung
jawab (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan tugas
audit. Alim dalam Baiq (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa
kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Para
pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa laporan keuangan yang
telah diaudit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat
dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu jasa profesional yang
1
2
independen dan obyektif (yaitu akuntan publik) untuk menilai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Disisi lain yang
menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor kompetensi, pengalaman
kerja auditor dan due profesesional care.
Untuk kasus yang pernah terjadi di indonesia adalah kasus pada PT.
Kimia Farma, dimana PT Kimia Farma merupakan salah satu dari
produsen obat-obatan milik pemerintah yang ada di Indonesia. Pada audit
tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya
laba bersih yaitu sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh
Hans Tuanakotta & Mustofa(HTM).
Namun, Kementrian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba
bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah
dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia
Farma 2001 disajikan kembali dan hasilnya telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar.
Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau
24,7% dari laba awal yang telah dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada
unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan
sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Perdagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated
penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Diduga upaya penggelembungan dana
3
yang dilakukan oleh pihak direksi Kimia Farma, dilakukan untuk menarik
para investor untuk menanamkan modalnya kepada PT. Kimia Farma.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena
nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia
Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga
persediaan pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3
Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian
persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Kasus lainnya terjadi pada PT KAI menurut beberapa sumber yang
saya dapat, berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai
prinsip akuntansi berterima umum sebagai salah satu penerapan etika
profesi. Kesalahan karena tidak menguasai prinsip akuntansi berterima
umum bisa menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.
Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah
dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Banyak terdapat kejanggalan
dalam laporan keuangannya. Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan
masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak
auditor
menyatakan
Laporan
Keuangan
itu
wajar.
Tidak
ada
penyimpangan dari standar akuntansi keuangan. Hal ini lah yang patut
dipertanyakan.
4
Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai auditor perusahaan kereta api
tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan Publik yang
mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan. Hal tersebut
dapat mengurangi kepercayaan pihak luar terhadap kualitas laporan
keuangan.
Sehingga membuktikan bahwa kualitas audit sangat penting dalam hal
pemeriksaan laporan keuangan. Banyak faktor yang mempengaruhi terkait
kualitas audit misal dari struktur audit, tenggang waktu pemeriksaan,
tingkat kerumitan pemeriksaan dan kemampuan dari auditor itu sendiri.
Kualitas audit akan berdampak pada hasil opini yang akan auditor berikan
pada laporan keuangan yang diperiksa. De Angelo (1981) dalam Watkins
et al (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa
auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem
akuntansi klien. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan
dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan pelaporan
pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan
pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi
yang dimiliki auditor tersebut.
Sedangkan menurut Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP,
2009) menyebutkan bahwa “dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
5
auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap
independen
(tidak
mudah dipengaruhi),
karena
ia
melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor harus melaksanakan
kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang
meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan audit (Elfarini, 2007).
Faktor lain yang menjadi penentu kualitas audit adalah kompetensi
yang dimiliki seorang auditor. Kompetensi berkaitan erat dengan seberapa
jauh kemampuan auditor dalam memeriksa laporan keuangan. Mulai dari
cara dalam pemeriksaan sampai efisiensi waktu yang dapat digunakan
dalam pemeriksaan. Menurut Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004:23)
mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang
dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat,
intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Senada
dengan pendapat Trotter, selanjutnya Bedard (1986) dalam Sri Lastanti
(2005:88) mengartikan kompetensi sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan
dalam pengalaman audit (Elfarini, 2007).
Selain independensi dan kompetensi terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kualitas audit yaitu Pengalaman kerja. Pengalaman kerja
seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang telah dilakukan
seseorang dan memberikan peluang besar bagi seseorang untuk melakukan
pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang,
6
semakin trampil seseorang dalam
melakukan pekerjaan dan semakin
sempurna pula pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Abriyani, 2004). Knoers dan Haditono
(1999)
dalam Asih
(2006 : 12)
mengatakan bahwa pengalaman
merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan
potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal
atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian mengenai
independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh
Januar Dwi Widya (2013) dapat dihasilkan bahwa variabel independensi
dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan dari
penelitian Fransiska Kovinna (2014) menjelaskan bahwa variabel
independensi, kompetensi dan pengalaman kerja tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Dengan
ditemukannya
beberapa
perbedaan
hasil
penelitian
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali 3 variabel
Independen, yaitu Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Kerja yang
memiliki hasil yang berbeda. Serta penulis menambahkan variabel
Independen lainnya yaitu Due Profesional care. Maka dari perbedaan
penelitian sebelumnya dan menambahkan variabel baru, penulis akan
meneliti di KAP Jakarta Selatan. Berdasarkan uraian atas, maka penulis
memilih judul:
7
“ PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMPETENSI,
PENGALAMAN
KERJA
DAN
DUE
PROFESIONAL
CARE
TERHADAP KUALITAS AUDIT (KAP JAKARTA SELATAN)”.
B. Perumusan masalah
Berdasarakan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
maka penelitian dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
2. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
3. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit?
4. Apakah due profesional care berpengeruh terhadap kualitas audit?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan secara umum mengenai tujuan dan
kontribusi penelitian. Pada kontribusi penelitian akan menunjukkan
manfaat yang dihasilkan dalam penelitian ini.
1.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan atas
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor terhadap
kualitas audit.
b)
Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap
kualitas audit.
8
c)
Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja auditor
terhadap kualitas audit.
d)
Untuk mengetahui Due profesional care terhadap kualitas
audit.
2.
Kontribusi Penelitian
a) Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada KAP khususnya auditor, baik auditor senior maupun
auditor junior agar menjalankan pemeriksaan akuntansi harus
berdasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
selalu menegakkan Kode Etik Akuntan sebagai profesi
akuntan publik. Harapan peneliti, hasil peneliti ini bermanfaat
dan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya.
b) Kontribusi Kebijakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
dalam mengevaluasi kebijakan yang terdapat di KAP
mengenai Independensi, Kompetensi, Pengalaman Kerja dan
Due profesional care terhadap Kualitas Audit. Dan menjadi
masukan bagi auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.
9
c) Kontribusi Pembaca
Bagi Pembaca, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
dalam
memahami
Independensi,
bidang
kompetensi,
auditing
pengalaman
tentang
kerja
pengaruh
dan
profesional care berpengaruh terhadap kualitas Audit.
due
Download