Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui

advertisement
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012), pp. 201-215.
KEABSAHAN PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
THE VALIDITY OF INSURANCE AGREEMENT THROUGH TELEMARKETING BASED
ON THE ACT NUMBER 11, 2008
Oleh: Ilyas *)
ABSTRACT
Insurance is an agreement between two or more parties that the payer binds inself to
the paid by receiving premi for compensating the paid because of loss, damage or miss
he benefit or the law responsibility of third party that might burdened the pid because of
something that is not exactly happens or to compensate due to the death or life the paid
as mentioned in Article 1 verse 1 of the Act Number 2, 1992. However, in its
implementation the product is also sold by telemarketing through electronic media
based on the Act Number 11, 2008 regarding Information and Electronic Transaction
that an cause different views on when the validity of the agreement through the media.
Keywords: Agreement, Insurance, Telemarketing.
A. PENDAHULUAN
Pada penawaran asuransi ada beberpa cara penawaran produk yang dilakukan, antara lain:
Pertama dilakukan melalui tatap muka ataupun berhadapan secara langsung dengan calon
tertanggung sendiri, penawaran seperti ini sering kali dijumpai dan ditemui dalam kesehari-harian.
Kedua calon tertanggung yang datang dengan sendirinya menemui pihak asuransi, namun hal ini
jarang terjadi. Ketiga penawaran dilakukan melalui telepon atau sering disebut di dunia bisnis
adalah telemarketing yaitu penawaran atau pemasaran produk lewat telepon.
Penawaran jasa asuransi melalui telepon yang dikenal dengan telemarketing saat ini
berpeluang menimbulkan terjadinya permasalahan hukum di kemudian hari. Hal ini disebabkan
karena pada saat kesepakatan dibuat belum ada
perjanjian yang jelas karena hanya berupa
kesepakatan awal dan terbuka kemungkinan terjadinya penipuan yang dapat merugikan masyarakat
pengguna jasa asuransi.
Praktek telemarketing ini apabila ditinjau dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE), dapat digolongkan sebagai bentuk transaksi
elektronik karena dilakukan melalui sarana telekomunikassi telepon. Hal ini sesuai dengan
ISSN: 0854-5499
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
ketentuan Pasal 1 angka 10 UUITE yang menentukan bahwa “Transaski elektronik, pada dasarnya
adalah perikatan atau hubungan hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan
jaringan dari sistem elektronik berbasiskan komputer dengan sistem kemunikasi, yang selanjutnya
difasilitasioleh keberadaan jaringan komputer global atau internet termasuk melalui sarana telepon.
Transaksi elektronik dipandang sebagai bagian dari perikatan para pihak (Pasal 1233 KUH
Perdata yaitu perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau undang-undang). Transaksi tersebut
akan merujuk kepada semua jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan hukum secara
elektronik itu sendiri yang akan mencakup jual perkembangan mekanisme perdagangan di
masyarakat.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa salah satu prusahan asuaransi yang telah
menerapkan metode telemarketing ini adalah BNI Life yang meruapakan anak perusahaan dari
PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. BNI Life didirikan dengan nama PT. Asuransi Jiwa BNI
Jiwasraya – BNI Life Insurance, merupakan perpaduan antara dua nama besar dan profesional dari
Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dan PT. Asuransi Jiwasraya.
Hasil pengamatan pada pelaksanaan telemarketing sering timbul permasalahan antara
penanggung dan tertanggung. Adapun permasalahan yang terjadi akibat pemasaran telemarketing
ini ditinjau dari syarat-syarat dan perikatannya. Pada BNI Life Banda Aceh dalam periode tahun
2010 terdapat 7 (tujuh) tuntutan ganti kerugian (klaim) yang diajukan oleh tertanggung yang telah
setuju melakukan perjanjian asuransi melalui telemarketing, namun tidak terpenuhi oleh pihak
perusahaan asuaransi karena yang bersangkutan belum memenuhi syarat penandangan kontrak.
Kondisi ini disebabkan karena, pemasaran melalui telemarketing ini pada dasarnya hanya
merupakan suatu perjanjian prakontrak yang dilakukan melalui sarana telekomunikasi, sedangkan
kepastian terikatnya perjanjian antara nasabah atau tertanggung dengan perusahaan asuransi tetap
dilakukan melalui penandangan polis.
*)
202
Ilyas, S.H., M.Hum., Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh.
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Bertolak dari kerangka teoritik yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang hendak
diteliti dalam tulisan ini adalah tentang keabsahan perjanjian asuransi yang dipasarkan melalui
telemarketing ditinjau dari Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun
2008.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Praktek telemarketing ini apabila ditinjau melalui Undang-undang 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), selanjutnya disebut UUITE, dapat digolongkan sebagai
bentuk transaksi elektronik karena dilakukan melalui sarana telekomunikasi telepon. Hal ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 1 angka 10 UUITE yang disebutkan bahwa “transaksi elektronik adalah
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, atau media
elektronik lainnya”. Transaksi secara elektronik, pada dasarnya adalah periakatan atau hubungan
hukum yang dilakukan secara elektronik dengan memadukan jaringan dari sistem elektronik
berbasiskan komputer global atau internet termasuk melalui sarana telepon.1
Transaksi elektronik sebagai bagian dari bisnis yang dilakukan dengan mempergunakan
elektronik transmission, oleh para ahli dan pelaku bisnis dirumuskan defenisinya dari terminologi
transaksi elektronik. Secara umum transaksi elektronik didefenisikan adalah sebagai berikut:
Segala bentuk trnasaksi perdagangan atau perniagaan barang dan jasa (trade of goods and
service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain yang telah disebut di atas, bahwa
kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis (E-Commerce is a part of
E-Business).2
Julian Ding yang dikutip Sutan Reny Syahdeini dalam Mariam Darus Badrulzaman
memberikan defenisi yaitu:
Transaksi dagang antara penjual dengan pembeli untuk menyeiakan barang, jasa dan
mengambil hak. Kontrak ini dilakukan dengan media elektronik (digital medium) dimana para
pihak tidak hadir secara fisik. Medium ini terdapat dalam jaringan umum dengan sistem
terbuka yaitu internet atau word wide web. Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan
syarat nasional.3
1
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008, Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE).
Ryeke Ustadiyanto, Frame Work E-Commerce, Andy, Yokyakarta.
3
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001, hlm. 284.
2
203
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Jadi, transaksi elektronik merupakan suatu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses yang
menghubungkan perusahaan dan konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan
perdagangan barang, pelayanan, informasi yang dialakukan secara elektronik.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat dijelaskan bahwa perjanjian dalam transaksi
elektronik adalah hubungan hukum yang timbul antara dua orang atau lebih dimana kedua belah
pihak saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu yang dijanjikan itu dan timbulnya
perjanjian karena adanya kata sepakat dari para pihak untuk saling mengikatkan diri.
Dalam konsideran UUITE Nomor 8 Tahun 2008, dijelaskan bahwa pemanfaatan teknologi
informasi, media dan komunikasi telah mengubah baik prilaku masyarakat maupun peradaban
manusia secara global, hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah
hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula,
hukum telematika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum
media, dan hukum informatika.
Dalam Pasal 9 UUITE juga menentukan bahwa “Pelaku usaha yang menawarkan produk
melalui Sistem Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan
kontrak, produksen dan produk yang ditawarkan”. Informasi yang lengkap dan benar meliputi:
a.
Informasi yang memuat identitas serta status subjek hukum dan kompetensinya, baik sebagai
produsen, pemasok, penyelenggara maupun perantara.
b.
Informasi lain yang menjelaskan hal tertentu yang menjadi syarat sahnya perjanjian serta
menjelaskannya barang dan/atau jasa yang ditawarkan, seperti nama, alamat, dan deskripsi.
Selanjutnya di dalam Pasal 15 UUITE juga ditentukan bahwa:
(1) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara
andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik
sebagaimana mestinya.
(2) Penyelenggaraan Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap Penyelenggaraan Sistem
Elektroniknya.
(3) Ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan
terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.
204
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Sistem elektronik memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan
penggunaanya. Aman
artinya sistem elektronik terlindungi secara fisik dan nonfisik. Beroperasi sebgaimana mestinya
artinya sistem elektronik memiliki kemampuan yang sesuai dengan spesifikasinya. Sedangkan
bertanggung jawab secara hukum terhadap penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2) UUITE, juga dtentukan bahwa “Para pihak yang
melakukan Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib beretikat baik dalam
melakukan Interaksi dan/atau pertukaran informasi elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama
teransaksi berlangsung.
Berdasarkan ketentuan tersebut jelaslah bahwa UUITE memberikan peluang terhadap
pemanfaatan teknologi informasi oleh penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau
masyarakat. Pemanfaatan teknoogi informasi harus dilakukan secara baik, bijaksana, bertanggung
jawab, efektif, dan efesien agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Demikian juga dalam penyelesaian sengketa dalam transaksi elektronik Pasal 18 UUITE
menentukan bahwa:
(1) Teransaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik mengikat para pihak.
(2) Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang berlaku bagi Transaksi
Elektronik internasional yang dibuatnya.
(3) Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi Elektronik internasional,
hukum yang berlaku di dasarkan pada Asas hukum Perdata internasional.
(4) Para pihak memiliki kewenanngan untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau
lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berenang menangani sengketa yang
mungkin timbul dari Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya.
(5) Jika para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase, dan lembaga penyelesaian alternatif lainnya
yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari taransaksi tersebut,
didasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional.
Lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) UUITE juga
menentukan
bahwa
menyelenggarakan
“Setiap
sistem
orang
elektronik
dapat
mengajukan
dan/atau
gugatan
menggunakan
terhadap
teknologi
pihak
yang
informasi
yang
menimbulkan kerugian. Selain itu, masyarakat dapat mengajukan gugatan secara perwakilan
205
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
terhadap pihak yang menyelenggarakan sistem elektronik dan/atau menggunakan teknologi
informasi yang berakibat merugikan masyarakat, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa luasnya ruang lingkup bidang keperdataan juga
melingkupi transaksi elektronik untuk kegiatan perdagangan dan telah menjadi bagian dari
perniagaan nasional dan internasional. Kenyataan ini konvergensi di bidang teknologi informasi,
media, dan informatika (telematika) berkembang terus tanpa dapat dibendung, seiring dengan
ditemukannya perkembangan baru di bidang teknologi informasi, media, dan komunikasi.
Dengan demikian, transaksi elektronik dipandang sebagai bagian dari perikatan para pihak
(Pasal 1233 KUH Perdata yaitu perikatan, lahir karena persetujuan dan karena undang-undang).
transaksi tersebut akan merujuk pada semua jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan
hukum secara elektronik itu sendiri yang akan mencakup jual beli, lisensi, asuransi, lelang, dan
perikatan-perikatan lainyang lahir sesuai dengan perkembangan mekanisme perdagangan di
masyarakat.
Adapun market penjulan jarak jauh ini tidak mengacaukan dengan pengertian majament jarak
jauh (telemanagement) walaupun sangat erat kaitannya. Pemasaran jarak jauh sering digunakan
sebagai pendukung saluran enjualan dan adkalanya untuk menangani tugas yang tidak
dapat
ditangani melalui saluran utama dengan biaya yang efektif.4
Telemarketing ini merupakan konsep penjualan dengan memakai sarana telepon dan
dilakukan dalam volume tinggi tetapi tetap menggunakan arahan dan prosedur penjualan dengan
aturan manajemen pelanggan sehingga pelanggan akan merasa diperhatikan dengan kebutuhankebutuhan yang terpenuhi. Telemarketing adalah metode pemasaran yang langsung dilakukan oleh
telemarker dengan calon nasabah (tertanggung), telemarketing menggunakan telepon dengan tidak
bertemu muka dengan agen asuransi dengan calon tertanggung merupakan hal yang
di luar
kebiasaan permasalahan asuransi jiwa pada umumnya. Hal ini kemudian membawa permasalahan
mengenai dimana dasar hukum perikatannya dan risiko-risiko sengketa yang mungkin terjadi
206
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
dengan diterapkannya konsep atau metode telemarketing dalam pengikatan asuransi jiwa antara
pihak penanggung dengan nasabah atau tertanggung.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PT Asuransi Jiwa BNI Life Banda Aceh. Pemilihan lokasi
penelitian didasaran atas kondisi obyektif bahwa di lokasi ini terdapat permasalahan dalam
pelaksanaan perjanjian asuransi dengan menggunakan telemarketing.
Populasi penelitian adalah seluruh penanggung dan tertanggung pada PT Asuransi Jiwa BNI
Life Banda Aceh. Untuk melengkapi data atau informasi yang dibutuhkan maka perlu dilakukan
interview informan yang dinilai layak untuk itu, mereka adalah Ketua Dewan Asuransi Indonesia
(DAI) Provinsi Aceh.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini diperlukan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian lapangan dengan menggunakan instrumen
kuesioner dan wawawancara yang mendalam untuk mendapatkan data dari responden dan informan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dengan studi dokumen dengan mempelajari buku-buku teks dan
peraturan perundang-undangan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan dianalisis dengan menggunakan
pendekatan kualitatif untuk kemudian dideskripsikan. Jawaban atas permasalahan didasarkan atas
analisis data primer didukung dengan data sekunder.
D. KEABSAHAN PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DAN
PERLINDUNGAN BAGI TERTANGGUNG
4
Rukiyah, Pemasaran Melalui Web dan Telemarketing Berbasis SIMRS, Senior Business Consultant, PT. Dinamika Cipta Widya,
Jakarta, hal. 1.
207
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Dalam dunia bisnis termasuk bisnis asuransi, pemasaran merupakan salah satu aspek penting
dalam kesuksesan suatu perusahaan. Kelemahan utama yang biasanya terjadi pada perusahaan
Indonesia adalah dalam bidang pemasaran yang merupakan aspek penting di dunia bisnis.
Penerapan strategi pemasaran yang tepat harus dilakukan oleh perusahaan agar mendapat
hasil yang optimal. Dalam strategi pemasaran terdapat 4 metode yang dapat menjadi salah satu
pedoman dalam melaksanakan pemasaran (4P). Keempat metode pemasaran tersebut (4P) tersebut
adalah : product, price, promotion, place. Masing-masing bauran mempunyai tujuan tersendiri
dalam pemasaran. Untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal dan untuk
bertahan perusahaan menggunakan kegiatan pemasarannya sebagai ujung tombak keberhasilan
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengorganisasi tiap-tiap bauran pemasaran
tersebut agar teratur dengan baik sehingga nantinya perusahaan mendapatkan hasil yang optimal.
Kepuasan pelanggan selalu diutamakan untuk memberikan rasa aman dan terlindungi, secara
terus-menerus dan sungguh-sungguh berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan
atau tertanggung BNI Life. Dari tahun ke tahun perusahaan asuransi BNI Life ini melakukan
kegiatan pemasaran (4P) dalam menginformasikan produknya kepada konsumen yang bertujuan
agar konsumen mengetahui dengan jelas produk yang ditawarkan dan mampu bersaing dengan
perusahaan asuransi lainnya. Untuk memperoleh hasil optimal BNI Life melakukan beberapa
tindakan yang berbeda dalam penawaran produknya dengan perusahaan asuransi lainnya dan
melakukan penetapan harga yang berbeda dengan perusahaan asuransi lainnya, karena dalam
menyampaikan informasi produk atau harga kepada konsumen BNI Life menjelaskan semua tanpa
ada yang ditutup-tutupi. Komitmen yang tinggi untuk membangun SDM berkualitas, inovasi dan
direfensiasi produk, pelayanan yang optimal dengan dukungan teknologi informasi yang andal,
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap perusahaan.
Kepercayaan dan loyalitas stakeholder terhadap perusahaan akan menghasilkan manfaat yang
saling menguntungkan, bukan hanya dinikmati oleh stakeholder, tetapi juga oleh pemegang polis,
karyawan dan semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Hal ini juga dilakukan oleh
208
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
perusahaan asuransi jiwa BNI Life dalam memasarkan produk asuransinya yaitu asuransi jiwa.
Sebagaimana layaknya sebuah produk dipasarkan melalui berbagai jalur pemasaran demikian pula
halnya dengan asuransi. Asuransi adalah suatu produk yang berbentuk jasa saat ini tidak hanya
ditawarkan melalui direct selling lewat agen asuransi tetapi juga mulai ditawarkan melalui
kerjasama bank (bancaassurance) sebagai jalur distribusinya.
Dari uraian di atas diketahui bahwa sistem pemasaran yang menggunakan metode 4P tersebut
merupakan metode pemasaran konvensional yang sampai saat ini masih digunakan oleh perusahaan
asuransi BNI Life saat ini dalam memasarkan produk asuransi tertentu juga telah menggunakan 2
cara yaitu:
1. Sales Representatif, yang siap sedia di tempat. Biasanya mereka menempatkan sales
representatif ini di dalam bank dimana bisa berinteraksi langsung dengan calon nasabah
secara konvensional.
2. Telemarketing. Marketing menawarkan produk lewat telepon dengan data calon nasabah
dari bank tersebut atau dari si marketingnya sendiri.
Untuk meningkatkan layanan kepada nasabah dengan penyediaan keragaman produk, BNI
luncurkan Telemarketing Bancassurance, yaitu channeling pemasaran Bancassurance dalam
memasarkan portofolio asuransi kepada nasabah BNI. Layanan ini merupakan komitmen BNI untuk
mempermudah nasabah mendapatkan perlindungan asuransi dengan mudah, harga premi terjangkau
dan dapat memanfaatkan layanan BNI dalam berasuransi, seperti pembayaran melalui electronic
banking. Untuk layanan telemarketing bancaasurance ini, BNI menjalin kerjasama dengan 3
perusahaan asuransi, yaitu PT Asuransi CIGNA, PT Sun Life Financial Indonesia, dan PT AIG
LIFE.
Melalui pemasaran produk asuransi jiwa melalui telemarketing ini akan mendapatkan hasil
yang baik mengingat BNI memiliki customer based sebanyak 9 juta nasabah. Ditambah dengan
proses aplikasi dan persyaratannya yang cukup ringan.
209
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Telemarketing yang dimaksud di atas adalah metode pemasaran yang langsung dilakukan oleh
telemarker dengan calon nasabah (tertanggung), telemarketing menggunakan telepon dengan tidak
bertemu muka dengan agen asuransi dengan calon tertanggung merupakan hal yang diluar
kebiasaan permasalahan asuransi jiwa pada umumnya.
Dalam perjanjian asuransi pada umumnya merupakan perjanjian yang mengikat tertanggung
dan penanggung yang dinyatakan dalam polis. Ketentuan yang terdapat di dalam polis merupakan
ketentuan dalam perjanjian asuransi termasuk dalam perjanjian asuransi BNI Life. Namun demikian
ada perusahaann asuransi yang melakukan perubahan atas syarat-syarat umum polis yang
disesuaikan dengan kepentingan perusahaan masing-masing.
Pada Asuransi Jiwa BNI Life, nasabah/tertanggung merupakan pihak yang mengikatkan
dirinya dalam perjanjian asuransi. Nasabah/tertanggung baru dinyatakan sah menjadi peserta
asuransi atau terikat dengan perjanjian tersebut apabila pihak telah mengajukan permohonan
menjadi peserta melalui Surat Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ) kepada pihak Asuransi Jiwa BNI
Life sebagai penanggung. Setelah permohonan diajukan dan nasabah atau tertanggung setuju untuk
melaksanakan pembayaran premi walaupun penanggung belum menerbitkan polis. Polis biasanya
baru diterbitkan dan diserahkan pada tertanggung setelah jangka waktu tiga bulan karena harus
terlebih dahulu mendapat pengesahan dari kantor pusat.
Apabila kedua belah pihak telah sepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian asuransi,
pihak tertanggung berkewajiban membayar premi kepada pihak penanggung. Hal ini secara tegas
dinyatakan dalam Polis, dimana perjanjian asuransi mulai berlaku pada tanggal yang dinyatakan di
dalam polis dan jika premi pertama sudah dibayar.
Dengan demikian, jelas bahwa keterikatan hubungan tertanggung/pemegang polis dengan
pihak perusahaan asuransi jiwa sebagai penanggung muncul sejak adanya kata sepakat dari kedua
pihak dengan polis sebagai bukti autentiknya. Secara umum inilah yang disebut sebagai perjanjian
konsensual. Keterikatan itu dibuktikan dengan diterbitkannya polis asuransi jiwa. Substansi polis
tunduk pada ketentuan-ketentuan tentang pertanggungan (asuransi) yang diatur dalam Kitab
210
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), dalam hal ini Pasal 302-308 KUHD, serta ketentuanketentuan instansi pembina peransuransian (instrumen hukum administrasi negara), yaitu Menteri
Keuangan RI.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya metode telemarketing yang dipraktekkan oleh BNI
Life ini berdasarkan keterangan Finansial Consultant BNI Life, kesepakatan antara nasabah dengan
wiraniaga atau tele marker yang bertugas melakukan pemasaran produk asuransi dengan jalan
telemarketing belum merupakan suatu bentuk perjanjian yang berlaku sah. Persetujuan yang
diberikan oleh calon tertanggung hanya merupakan kesepakatan awal dan tidak mengikat kedua
pihak.
Hal ini dikatakan tidak mengikat karena untuk terlaksananya suatu perjanjian asuransi pada
Asuransi BNI Life didahului dengan adanya Surat Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ). SPAJ adalah
surat bukti tentang identitas diri dan bukti pengungkapan fakta-fakta material menggunakan objek
pertanggungan tentang diri tertanggung dan ahli waris yang nantinya akan memperoleh manfaat
asuransi. Sedangkan pengikatan melalui telemarketing tidak dibuat suatu permohonan tetapi hanya
data awal dari tertanggung. Selanjutnya setelah ada kesepakatan baru calon tertanggung diundang
ke kantor atau agen asuransi mengunjungi calon tertanggung.
Berdasarkan keterangan tersebut, jelaslah bahwa pengikatan asuransi yang dilakukan melalui
telemarketing bukanlah pengikatan asuransi pada umumnya, tetapi hanya merupakan suatu
kesepakatan prakontrak. Kesepakatan prakontrak tersebut merupakan persetujuan dari calon
tertanggung asuransi untuk menjadi peserta asuransi yang diselenggarakan oleh Asuransi BNI Life.
Setelah adanya kesepakatan tersebut, maka pihak perusahaan asuransi akan mengundang calon
tertanggung atau mengunjungi calon tertanggung untuk selanjutnya dibuat kesepakatan untuk
melanjutkan dengan pengajuan Surat Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ) oleh tertanggung dan
penandatanganan perjanjian serta penerbitan polis asuransi atas nama tertanggung.
211
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Walaupun pengikatan asuransi jiwa melalui telemarketing ini bukan merupakan perjanjian
asuransi pada umumnya, namun keberadaannya merupakan jalan bagi terciptanya atau terjadinya
suatu kesepakatan awal antara tertanggung dengan penanggung atau perusahaan asuransi.
Adapun keunggulan dan kelemahan dari telemarketing ini merupakan hal yang sudah biasa di
dalam suatu bisnis telemarketing itu sendiri dan suatu hal yang wajar dan setiap penjualan pasti ada
titik kelemahannya dan keunggulannya berbicara tentang keunggulannya telemarketing itu sendiri
ataupun penjualan jarak jauh tidak perlu diutarakan, karena pasti ada dan banyak sebab berdasarkan
pertimbangan itulah adanya keunggulan-keunggulan penjualan model ini dipraktekan ataupun
dilakukan dan yang perlu diungkap adalah kelemahan-kelemahan penjualan dari telemarketing ini
antara lain:
a. Ketiadaan Surat Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ). SPAJ adalah surat bukti tentang
identitas diri dan bukti pengungkapan fakta-fakta material menggunakan objek
pertanggungan tentang diri tertanggung tersebut, jika SPAJ tidak ada maka bukti tertulis
mengenai pengungkapan materialpun tidak ada dan akibatnya jika klaim ditolak
berdasarkan pernyataan lisan (melalui telepon) dan tertanggung tidak mengakuinya maka
timbullah sengketa yang berakibat pada rasa dan ketidakpuasan dan kecewaan
tertanggung.
b. Tertanggung tidak dapat memahami luas jaminan dan pengajuan syarat-syarat polis secara
utuh karena waktu berbicara melalui telepon relatif singkat dan tanya jawab antara
telemarketing dengan calon tertanggung tidak bisa sepenuhnya dilakukan, sedangkan
tanya jawab bertatap muka saja masih mempunyai banyak kelemahan-kelemahan apa lagi
interaksi antara dua orang yang tidak saling berpandangan (jarak jauh) dan kadang kala
nasabah sering bertanya identitas mereka di dapat dari mana, sehingga ini merupakan hal
yang sangat dirahasiakan sebenarnya tentang identitas mereka.
c. Akibat waktu komunikasi terbatas, sehingga melalui telemarketing tidak mengetahui latar
belakang nasaba itu, aktivitasnya prestasinya dan tidak mengetahui kegiatan sehari-hari
212
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
nasabah tersebut sibuk apakah tidak sehingga sulit untuk menebak banyaknya pulsa dan
waktu untuk menghubungi konsumen sehingga jarang terjadi pembelian secara langsung
dan sulitnya menterjemahkan produk-produk asuransi lewat telepon sehingga keputusan
yang diambil para nasabah sering tergesa-gesa tanpa tanpa muka oleh agen asuransi
tersebut.
Hasil analisis penulis terhadap pelaksanaan atau penggunaan telemarketing dalam pengikatan
asuransi jiwa ini menyebabkan timbul permasalahan antara penanggung dan tertanggung. Adapun
permasalahan yang terjadi akibat pemasaran telemarketing ini ditinjau dari syarat-syarat dari
perikatannya yang belum terpenuhi. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (4) huruf a
bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tidak berlaku untuk surat yang menurut
undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis. Dengan kata lain, terhadap pengikatan asuransi
melalui telemarketing ini belum ada tanda bukti secara hukum atau belum adanya pembuktian
layaknya polis asuransi pada umumnya.
Konflik yang memungkinkan terjadi antara lain “apabila ada anggapan dari calon tertanggung
yang namanya telah didaftarkan, namun belum mendapatkan polis tetapi evenement kondisi yang
diasuransikan terjadi akan berupaya untuk memperoleh ganti rugi klaim kepada perusahaan
asuransi. Klaim ini tentunya akan ditolak oleh perusahaan asuransi karena perjanjian asuransi yang
sebenarnya belum dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena, pemasaran melalui telemarketing ini
pada dasarnya hanya merupakan suatu perjanjian prakontrak yang dilakukan melalui sarana
telekomunikasi, sedangkan kepastian terikatnya perjanjian antara nasabah atau tertanggung dengan
perusahaan asuransi tetap dilakukan melalui penandatanganan polis.
Oleh karena itu, guna mengatasi adanya konflik dalam pengikatan asuransi melalui
telemarketing, maka tertanggung atau masyarakat calon tertanggung harus cermat dalam menerima
tawaran via telemarketing dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
213
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
1. Jika terjadi klaim siapa yang harus dihubungi bank atau asuransi, bila anda bisa
mendapatkan nama orang yang akan mengurus klaim akan lebih baik, tapi biasanya ini
agak sulit.
2. Adakah garansi pengembalian polis dan bila apa yang ditawarkan tidak sesuai dengan
kontrak. Waktu yang terbatas di telephone membuat calon nasabah tidak mendapatkan
informasi yang penuh.
3. Tidak mudah percaya jika dikatakan tidak memerlukan pernyataan kesehatan, terlebih jika
polis yang ditawarkan adalah asuransi kesehtan atau penyakit kritis.
4. Prosedur penghentian pembayaran premi, biasanya premi dibayarkan dengan konfirmasi
kartu kredit.
5. Jangan terburu-buru, mengambil waktu untuk mempertimbangkan produk yang
ditawarkan. Jangan tergiur oleh tawaran hadiah.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa walaupun pemasaran telemarketing merupakan
suatu perbuatan hukum yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 UU ITE termasuk dalam perjanjian
asuransi. Namun, dalam hal ini belum terjadi suatu perjanjian secara utuh karena perjanjian asuransi
disyaratkan dibuat secara tertulis dalam bentuk polis sedangkann kesepakatan melalui telemarketing
hanya kesepakatan secara lisan (Pasal 5 ayat (4) sub a UU ITE.
E. PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keabsahan
perjanjian asuransi melalui telemarketing dan perlindungan bagi tertanggung Asuransi Jiwa BNI
Life Banda Aceh dalam pelaksanaannya tidak menjadi alat bukti karena hanya merupakan
kesepakatan lisan. Hal ini disebabkan karena pembuktian keabsahan pengikatan asuransi melalui
telemarketing Asuransi Jiwa BNI Life ditinjau dari aspek hukum perjanjian belum dilakukan
penandatangan perjanjian. Pengisian data dari calon tertanggung hanya merupakan data sementara
dan tidak mengikat, sehingga dalam hal pelaksanaan lanjutan dari kesepakatan yang diperoleh
214
Keabsahan Perjanjian Asuransi melalui Telemarketing
Ilyas
Kanun Jurnal Ilmu Hukum
No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012).
melalui telemarketing tersebut sangat tergantung pada itikat baik dari kedua pihak untuk
melanjutkan kesepakatan pra kontrak tersebut menjadi perjanjian asuransi yang utuh melalui
penandatangan perjanjian dan penerbitan polis asuarnsi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad, 1999. Hukum Asuransi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Mariam Darus Badrulzaman, 2001. Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung.
PT. BNI Life Insurance, BNI Life Bekerjasama dengan 3 Provider Asuransi, BNI Luncurkan
Telemarketing Bancasurance, http://www.sunlife.co.id/slfglobal/ Diakses Nopember 2010.
Radiks Purba, 1995, Memahami Asuransi di Indonesia, PT. Pustaka Binaan Presindo, Jakarta.
Ridwan Khairandy, Itikat Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Cet. Pertama, Program Pasca Sarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
Rukiyah, 2005, Pemasaran Melalui Web dan Telemarketing Berbasis SIMRS, Senior Business
Consultant, PT. Dinamika Cipta Widya, Jakarta.
Ryeke Ustadiyanto, Frame Work E-Commerce, Andy, Yogyakarta.
215
Download