BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut para ahli manajemen mempunyai arti yang berbeda-beda, misalnya: Menurut Follet dalam Wijayanti (2008:1) mengatakan bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan menurut pendapat Stoner dalam Wijayanti (2008:1) manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Robbins dan Coulter (2012:36) “management involves coordinating and overseeing the work overseing the work activities of others so that their activities are completed efficient and effectively”. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatur, mengontrol, mengarahkan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. 2.1.2 Fungsi Manajemen Menurut Robbins and Coulter (2012:37) Manajemen adalah istilah yang digunakan apabila seseorang melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, orang yang melakukan fungsi manajemen disebut manajer, ada empat fungsi manajemen yang harus dilakukan oleh seorang manajer yaitu: 1. Planning Tahapan pertama adalah perencanaan, dalam tahapan ini biasanya seorang manager akan menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan untuk masa yang akan datang, mulai menyusun strategi apa yang paling tepat yang bisa digunakan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana 11 12 untuk mengkoordinasikan kegiatan dengan semua sumber daya yang dimiliki agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik. Ada delapan tahap dalam pengambilan keputusan: a) Mengidentifikasi masalah b) Mengidentifikasi kriteria keputusan c) Mengalokasikan bobot kriteria d) Mengembangkan alternatif e) Manganalisa alternatif f) Memilih alternative g) Mengimplementasikan alternative h) Mengevaluasi hasil 2. Organizing Pada tahapan pengorganisasian ini, manajer mulai membagi tugas dan tanggung jawab kepada anggota dalam perusahaan dan menentukan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan, bagaimana hal itu akan dilakukan dan siapa yang akan melakukannya, pastikan semua orang mengetahui tugas yang harus dikerjakan agar semua tugas yang diperintahkan dapat selesai dengan baik. 3. Leading Setelah membagi tugas, pastikan manajer selalu ada untuk mengarahkan apa yang sebaiknya dilakukan oleh anggota, manajer bisa membantu memberikan motivasi kepada anggota ketika bekerja agar anggota menjadi semangat untuk menjalankan tugas dan kewajibannya, apabila diperlukan manajer juga harus siap untuk terlibat langsung dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut. 4. Controling Setelah membuat perencanaan, pengorganisasian, dan memberikan pengarahan tahapan terakhir yang harus dilakukan oleh manajer adalah mengontrol. Manajer bisa mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh anggota untuk memastikan bahwa tugas yang dikerjakan itu benar, apabila ada terjadi kesalahan maka manajer mengoreksi sebelum kesalahan tersebut menjadi banyak. 13 2.2 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah sebuah proses pengaturan keuangan dengan berbagai proses rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan. 2.2.1 Fungsi Manajemen Keuangan Ada tiga fungsi manajemen keuangan menurut Horne dan Wachowicz Jr (2012:3) yaitu: 1. Keputusan investasi Keputusan investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting dalam menunjang pengambilan keputusan untuk berinvestasi karena emnyangkut tentang dana investasi yang efisien, aset apa yang harus ditambah dan dikurangi. 1. Keputusan pendanaan (pembayaran deviden) Keputusan deviden perusahaan juga merupakan hal yang penting dalam pendanaan perusahaan, dalam hal ini fungsi manajemen keuangan adalah sebagai keputusan pendanaan. Apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan harus dibagikan kepada para pemegang saham atau digunakan untuk membiayai investasi di masa yang akan datang. 2. Keputusan manajemen aset Fungsi dari keputusan aset adalah bagaimanan majemen keuangan perusahaan mengambil keputusan menyangkut alokasi dana atau aset, apakah dana yang dimiliki ingin dibelikan menjadi aset atau dalam bentuk kas perusahaan. 2.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Horne dan Wachowicz (2012:4) Manajemen keuangan mempunyai tujuan bagaimana caranya agar perusahaan bisa mengelola dana yang dimiliki oleh dengan efektif dan efisien sehingga bisa memberikan keuntungan yang lebih besar kepada perusahaan dan pemegang saham. 2.3 Pasar Modal Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) Pasar modal memiliki peran yang besar bagi perekonomian dalam suatu negara karena pasar modal bisa menjadi perantara untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana atau investor dengan pihak yang kekurangan dana atau issuer, sehingga dengan adanya pasar modal, dapat membantu para investor untuk dapat menyalurkan dana yang dimiliki dalam bentuk 14 investasi dengan imbalan seperti return yang akan diperoleh dari investasi sedangkan keuntungan bagi issuer atau perusahaan adalah dapat memperoleh dana dengan cepat. Dengan adanya pasar modal diharapkan perekonomian suatu negara dapat meningkat karena dengan tambahan modal dari investasi, perusahaan diharapkan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan sehingga secara tidak langsung juga memberikan kemakmuran bagi masyarakat dalam suatu negara. Pengertian pasar modal adalah pasar yang menjual dan membeli berbagai macam instrument keuangan jangka panjang. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 pengertian Pasar Modal adalah “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Menurut Siahaan (2009:4) pasar modal dibedakan atas pasar utang jangka pendek (pasar obligasi), pasar sekuritas tanda kepemilikan (pasar saham), dan pasar hipotek (pasar obligasi yang dijamin oleh hipotek tanah dan bangunan). Pasar obligasi adalah suatu tempat dimana para pelaku ekonomi melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan modal jangka panjang dengan cara memperjualbelikan obligasi. Pasar saham adalah suatu tempat atau mekanisme dimana perusahaan atau emiten menjual saham dari sebuah perusahaan, menurut UUPM pasal 1 angka 6 emiten adalah pihak yang menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat melalui pasar modal. Pasar hipotek adalah suatu tempat atau mekanisme dimana perusahaan menjual obligasi yang mempunyai jaminan seperti tanah dan bangunan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) Pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen keuangan lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun intuisi lainnya (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan investasi. Jadi, berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah tempat dimana penjual menawarkan berbagai jenis surat-surat berharga jangka panjang dan saham kepada masyarakat. 15 2.3.1 Fungsi Pasar Modal Pasar modal berfungsi sebagai pilihan alternatif sumber pendanaan bagi pihak-pihak yang membutuhkan tambahan modal untuk menjalankan usahanya seperti perusahaan, di sisi lain pasar modal juga berperan untuk membantu investor atau pemilik modal untuk dapat mengalokasikan dan menginvestasikan dana yang dimilikinya dalam bentuk aset. Menurut Fakhruddin (2011:2) pasar modal juga mempunyai berbagai fungsi dan manfaat lainnya bagi dunia usaha serta untuk membantu mengalokasikan sumber dana dengan cara yang optimal, seperti: 1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memberikan akses untuk mengalokasikan sumber dana secara maksimal. 2. Memberikan sarana untuk melakukan investasi bagi investor. 3. Memberikan akses kepada masyarakat untuk bisa menjadi bagian dalam kepemilikan perusahaan. 4. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme serta menciptakan iklim berusaha yang sehat. 5. Menciptakan lapangan pekerjaan 6. Memberikan kesempatan memiliki usaha yang sehat dan mempunyai prospek. 7. Alternative investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi. 8. Membina iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen professional. 9. Sumber pembiayaan jangka panjang bagi emiten. 2.4 Investasi 2.4.1 Pengertian Investasi Menurut Sutrisno (2009:6) Investasi adalah suatu keputusan yang diambil oleh seseorang untuk mengalokasikan sumber daya yang berupa sejumlah dana yang ia miliki saat sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau meningkatkan nilai sumber daya tersebut dikemudian hari. Menurut Subagyo (2010:11) Investasi adalah aktifitas pembelian objek produktif yang bertujuan untuk memperbesae kekayaan (asset). Aktifitas pembelian terjadi karena adanya kemampuan, kemauan dan objek yang dapat memuaskan kebutuhan baik untuk saat ini ataupun masa yang akan datang. 16 Bedasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa investasi adalah suatu aktivitas pengalokasian sumber daya yang dimiliki oleh seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. 2.4.2 Jenis Investasi Menurut Rangkuti (2012:127) ada empat penggolongan investasi, yaitu: 1. Investasi Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment). Investasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syaratsyarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. Contohnya karena air limbah yang telah digunakan dalam proses produksi jika dialirkan keluar pabrik akan mengakibatkan timbulnya pencermaan lingkungan, maka pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah, sebelum dibuang keluar pabrik. 2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment). Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. Contohnya adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya penelitian, dan pengembangan, dan biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan. Sulit untuk mengukur tambahan laba yang dapat diperoleh dengan adanya pengeluaran biaya promosi produk, begitu juga sulit untuk mengukur penghematan biaya (karena adanya efisiensi) akibat adanya program pelatihan. 3. Investasi dalam penggantian peralatan (replacement investment). Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk sistem dan peralatan yang ada. Dalam pemakaian sistem dan peralatan, pada suatu saat yang terjadi biaya operasi sistem dan peralatan menjadi lebih besar dibandingkan dengan biaya operasi jika sistem tersebut diganti dengan yang baru, atau produktifitasnya tidak mampu memenuhi kebutuhan. 4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment). Investasi ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Tambahan kapasitas akan memerlukan aktiva diferensial berupa tambahan investasi dan akan menghasilkan pendapatan diferensial, yang 17 berupa tambahan pendapatan (revenues), serta memerlukan biaya diferensial, yang berupa tambahan biaya karena tambahan kapasitas. 2.4.3. Prinsip Investasi Investasi memiliki prinsip-prinsip yang wajib diperlihatkan dalam berinvestasi, agar yang ditanamkan tidak memiliki resiko yang dapat merugikan para investor, yaitu : 1. High risk high return and low risk low return adalah prinsip yang mengatakan bahwa semakin beresiko investasi seseorang semakin tinggi pendapatan yang akan diterima di masa yang akan datang dan sebaiknya. 2. Diversifacion (diverse low risk) adalah prinsip yang akan mengatakan bahwa penganekaragaman dalam investasi akan membuat resiko investasi berkurang 3. Long term stability (long term low risk) adalah prinsip yang mengatakan bahwa investasi yang berjangka waktu panjang beresiko rendah. 4. Liquidity (liquid high risk) adalah prinsip nyang mengatakan bahwa semakin liquid investasi tersebut, semakin besar resiko yang melekat. 2.5 Saham 2.5.1 Definisi Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar pernyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. 2.5.2 Jenis Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5) jenis saham jika ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas: 1. Saham biasa (common stocks), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir dalam pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan saham yang paling popular di pasar modal. 18 2. Saham preferen (preferred Stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas: 1. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemilik dan berhak untuk hadir dalam RUPS. 2. Saham Atas Nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas: 1. Blue-chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memilik reputasi tinggi, sebagai leader industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. 2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebiuh tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. 3. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu juga tedapat Growth Stocks (lesserknown), yaitu saham dari emiten yang tidak lagi sebagai leader dalam industri namun memiliki strategi Growth Stocks. 4. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh pendapatan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 19 2.5.3 Keuntungan Saham Menururt Darmadji dan Fakhruddin (2011:8) Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham: 1. Deviden, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemegang modal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relative lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki akan bertambah. 2. Capital gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham Telkom (TLKM) dengan harga per saham Rp.3000 kemudian menjualnya dengan harga per saham Rp. 3500 yang berarti pemodal tersebut mendapatkan Capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Disamping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan: 1. Saham bonus (jika ada), yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana. Misalnya setiap saham dengan nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.800 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp.300 setiap sahamnya. 2.5.4 Risiko Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:10) saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang mempunyai resiko yang tinggi tetapi juga memberikan keuntungan yang tinggi. 20 Saham memungkinkan para pemiliknya untuk mendapatkan keuntungan dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat, namun dengan seringnya fluktuasi harga saham, juga dapat membuat pemiliknya mengalami resiko kerugian dalam jumlah yang besar. Risiko yang mungkin dialami oleh pemodal dengan kepemilikan saham: 1. Tidak mendapat deviden, hal ini bisa saja terjadi jika operasi perusahaan tidak mengalami keuntungan atau dalam keadaan rugi. 2. Capital Loss, dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. Disamping resiko diatas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi resiko lainnya, yaitu: 1. Perusahaan bangkrut atau Dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa. 2. Saham Di-delist dari bursa listing Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek atau dikenal dengan istilah di-delist. Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan Efek di bursa. 3. Saham Di-Suspend Disamping dua risiko diatas maka risiko lain yang juga “mengganggu” para pemodal untuk melakukan aktivitasya, yaitu jika suatu saham di-suspend alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan hingga beberapa hari perdagangan. Hal ini dilakukan oleh otoritas jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau alasan lainnya. 21 2.6 Volatilitas Menurut Widarjono (2013:287) Data ekonomi time series sering sekali menunjukkan volatilitas yang sangat tinggi, Volatilitas adalah besarnya jarak antara fluktuasi antara naik dan turun atau dalam hal ini adalah harga tertinggi dan harga terendah saham. Adanya volatilitas yang tinggi ini akan menyulitkan untuk membuat estimasi pergerakan variabel tersebut. Oleh karena itu, dalam menganalisi perilaku time series sektor finansial misalnya harga saham, nilai tukar rupiah, inflasi dan suku bunga akan lebih sulit untuk diramalkan karena volatilitas menyebabkan peramalan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini terjadi karena volatilitas dalam pasar finansial sangat sensitiv terhadap perubahan variabel ekonomi, seperti kebijakan moneter dan fiscal maupun variable non-ekonomi seperti kestabilan politik bahkan yang sifatnya sekedar rumor. 2.6.1 Jenis-Jenis Volatilitas Menurut Schwert dan W. Smith, Jr. (1992) terdapat lima jenis volatilitas dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical volatility, forecast volatility, implied volatility, dan seasonal volatility. a. Future Volatility Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam pasar keuangan (trader). Volatilitas yang paling baik adalah yang mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang untuk suatu underlying contract. Secara teori angka tersebut merupakan yang kita maksud ketika kita membicarakan input volatilitas ke dalam model teori pricing. Trader jarang membicarakan future volatility karena masa depan tidak mungkin diketahui. b. Historical Volatility Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu. Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas pada masa yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung historical volatility, namun sebagian besar metode bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga. Periode historis dapat berupa jadi empat belas hari, enam bulan, lima tahun, atau lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan, bulanan, atau lainnya. Future volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized volatility. 22 c. Forecast Volatility Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa masa option dari underlying contract. d. Implied Volatility Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan dengan underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai teoritis yang identik dengan harga option di pasar. e. Seasonal Volatility Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut. 2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham a. Volume perdagangan Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya. Semakin sering saham tersebut diperdagangkan menandakan bahwa saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolak ukur untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian. Efek volatilitas aktivitas perdagangan terhadap expected stock return didorong oleh adanya elemen risiko dan variabilitas dalam likuiditas sehingga saham dengan variabilitas yang tinggi memiliki expected return yang tinggi pula Chordia (2001). Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu info oleh investor individual dalam arti info tersebut membuat suatu keputusan perdagangan ataukah tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit 23 atau kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk melakukan transaksi jual dan beli saham. Kenaikan volume perdagangan akan semakin tinggi dengan semakin tingginya ketidakpastian di antara investor mengenai interpretasi mereka atas pengumuman tersebut. Namun demikian, perdagangan tidaklah secara otomatis mengimplikasikan adanya perbedaan interpretasi di antara investor, kenaikan volume perdagangan tetap bisa saja terjadi apabila investor mempunyai informasi yang berbeda-beda. b. Inflasi Samuelson dan Nordhaus (2001) menyatakan bahwa tingkat inflasi adalah meningkatnya arah harga secara umum yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi adalah kecenderungan dari harga harga umum untuk naik secara terus menerus, akan tetapi kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang barang lainnya. Tingkat inflasi berbeda dari suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya. Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup/Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), indeks harga perdagangan besar (Wholesale Price Index), GNP deflator. Inflasi merupakan suatu variabel makroekonomi yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001) pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi perusahaan menyebabkan kenaikan harga barangbarang dalam negeri sehingga berdampak pada kinerja perusahaan dan hal ini dapat terlihat dari harga sahamnya. c. Nilai Tukar Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum. Persoalannya lebih rumit jika menyangkut urusan di luar batas negara. Karena pada umumnya perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Menurut Wiyani (2005) nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar atau kurs satu 24 mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Istilah valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank atau surat sanggup bayar yang diperdagangkan. Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Kurs rupiah dengan kurs mata uang asing akan mempengaruhi harga saham emiten. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut: kurs rupiah akan mempengaruhi penjualan perusahaan (terutama untuk emiten yang berorientasi bisnis ekspor), Cost Of Good Sold (mempengaruhi pembelian bahan baku apabila diperoleh dari impor), dan rugi kurs. Khusus untuk rugi kurs, terutama bagi perusahaan yang memiliki kewajiban dalam mata uang asing, akan sangat terpengaruh oleh depresiasi maupun apresiasi rupiah. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dolar amerika) berdampak terhadap meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan perusahaan sehingga mengakibatkan meningkatnya biaya produksi, atau dengan kata lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi nasional yang pada akhirnya menurunkan kinerja saham di pasar saham. d. Tingkat Suku Bunga Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995), suku bunga adalah biaya untuk meminjam uang dan diukur dalam dollar per tahun untuk setiap satu dollar yang dipinjamnya. Menurut Keynes (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (yang akan ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan seseorang/institusi untuk melakukan suatu investasi. Contohnya ada pada surat-surat berharga dimana harga dari surat-surat berharga tersebut dapat naik ataupun turun, yang kenaikan ataupun penurunannya sangat tergantung pada level berapa tingkat bunga yang terjadi pada saat itu (bila tingkat bunga naik, maka harga dari surat surat berharga tersebut akan turun dan begitu juga sebaliknya), sehinggga kemungkinan besar para pemegang 25 surat-surat berharga akan mendapat kerugian (capital loss) ataupun mendapat keuntungan (capital gain). Pada suku bunga terdapat dua jenis suku bunga yaitu; Pertama adalah suku bunga nominal - suku bunga dalam nilai uang tertentu. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum dan menunjukan sejumlah rupiah yang akan diterima untuk setiap satu satuan rupiah yang diinvestasikan. Kedua adalah suku bunga riil - suku bunga yang telah terkoreksi akibat adanya inflasi. Dimana suku bunga ini adalah suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi. Tingkat suku bunga atau interest rate merupakan rasio pengembalian sejumlah investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada investor. Besarnya tingkat suku bunga bervariatif sesuai dengan kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian kepada kreditur. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal. Sebagai wahana alternatif investasi, pasar modal menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu. Dengan membandingkan tingkat keuntungan dan resiko pada pasar modal dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang optimal. Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga bebas resiko (risk free), yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat suku bunga deposito. Di Indonesia tingkat suku bunga Bank sentral di proxykan pada tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia atau SBI (Husnan, 2000). 2.7 ARIMA Menurut Ghozali dan Ratmono (2013:433) ARIMA adalah suatu model peramalan atau forecasting time series yang digunakan dalam satu perhitungan atau variabel yang digunakan hanya satu saja. Model ARIMA menggunakan informasi data yang lalu untuk meramal nilai data untuk periode yang akan datang. Syarat yang diperlukan untuk menggunakan model ARIMA adalah data yang ingin diolah harus bersifat stasioner agar tidak menghasilkan model yang yang memiliki nilai error yang besar. Selain itu masih ada uji yang bisa digunakan yaitu uji unit root Augmented Dickey Fuller. Sehingga akan didapat beberapa model ARIMA. Setelah model didapat biasanya yang dipilih adalah model yang signifikan, error terkecil, bias proportion terkecil, korelasinya tinggi serta memenuhi asumsi normalitas dan 26 homokedastisitas barulah model tersebut dapat digunakan untuk melakukan peramalan untuk nilai data periode berikutnya. Berikut ini adalah contoh penulisan model ARIMA secara umum yaitu: ARIMA (p,q,r), p adalah AR, q adalah difference, dan r adalah MA Contoh model ARIMA dengan angka adalah sebagai berikut: ARIMA (1,0,0) artinya menggunak an AR(1) pada data level ARIMA (0,0,1) artinya menggunakan MA(1) pada level ARIMA (1,0,1) artinya menggunakan AR(1) dan MA(1) pada data level ARIMA (1,1,0) artinya menggunakan AR(1) pada data difference I ARIMA (1,1,1) artinya menggunakan AR(1) dan MA(1) pada data difference I Model AR memanfaatkan informasi data periode sebelumnya sedangkan model MA memanfaatkan data error sebelumnya. 2.8 Model ARCH dan GARCH ARCH dan GARCH adalah suatu model peramalan time series yang digunakan dalam single equation artinya hanya menggunakan satu variabel saja. Dengan menggunakan informasi periode data yang lalu dapat meramal nilai data untuk periode yang akan datang ARCH/GARCH biasanya digunakan untuk mencari volitalitas suatu data. Yang dilihat adalah pengaruh varian dan error kuadrat dari series datanya. ARCH/GARCH adalah kelanjutan dari peramalam model ARIMA, dimana syarat yang digunakan apabila model ARIMA yang dipilih tidak memenuhi asumsi homokedastisitas artinya modelnya masih mengandung heterokedastistas. Sehingga akan didapat beberapa model ARCH/GARCH. Setelah model didapat biasanya yang dipilih adalah model yang signifikan, error terkecil, bias proportion terkecil, korelasinya tinggi serta memenuhi asumsi normalitas dan homokedastisitas barulah model tersebut dapat digunakan untuk melakukan forecast/peramalan untuk nilai data periode berikutnya. Adapun model umum ARCH/GARCH (p,q,r), p adalah arch, q adalah difference, dan r adalah garch. Contoh model GARCH dalam persamaan angka adalah: GARCH (1,0,0) artinya menggunakan ARCH(1,0) pada data level GARCH (0,0,1) artinya menggunakan GARCH(1,0) pada level GARCH (1,0,1) artinya menggunakan ARCH(1,0) dan GARCH(1,0) pada data level 27 GARCH (1,1,1) artinya menggunakan ARCH(1,1) dan GARCH(1,1) pada data difference I. Model ARCH memanfaatkan data error kuadrat periode sebelumnya sedangkan GARCH memanfaatkan data varian periode sebelumnya untuk meramal data periode berikutnya. 2.9 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang volatilitas saham telah banyak dilakukan sebelumnya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pemodelan volatilitas saham: 1. Dalam jurnal yang berjudul Modeling Stock Market Volatility Using GARCH Approach on the Ghana Stock Exchange, dilakukan penelitian untuk menguji model volatilitas saham. Data yang digunakan adalah data saham di Ghana Stock Exchange (GSE) dari tanggal 25 Juni 2007 hingga tanggal 31 Oktober 2014. dengan menggunakan uji stasioner, dan GARCH dan hasil nya adalah terdapat volatilitas di tiga ekuitas perusahaan dari model GARCH dalam estimasi volatilitas. 2. Modeling Volatility in the Gambian Exchange Rates: An ARMA- GARCH Approach adalah penelitian yang meneliti model volatilitas nilai tukar pada data nilai tukar di Gambian dengan cara menggabungkan model ARMA dan GARCH dengan menggunakan data nilai tukar euro dan dolar di Gambian dari tahun 2003 - 2013 dan hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa distribusi pengembalian nilai tukar dan volatilitas yang sangat konstan di Gambian. 3. Inflation and Inflation Volatility in Australia adalah jurnal yang membahas masalah volatilitas inflasi di Australia dengan menggunakan data inflasi CPI dari tahun 1949-2013 untuk menyelidiki proporsi dari hubungan timbal balik antara inflasi dan inflasi volatilitas, dengan menggunakan model GARCH dan hasil yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara inflasi dan volatilitas inflasi. 4. Analisis Volatilitas Saham Perusahaan Go Public dengan Metode ARCHGARCH adalah jurnal yang menganalisis return dan volatilitas saham. Tujuannya adalah mencegah terjadinya risiko dan membantu dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan metode ARCH dan 28 GARCH menggunakan data perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dari tanggal 1 Februari 2011 - 31 Januari 2012, Hasil yang diperoleh adalah return saham ANTM, BBCA dan SMGR memiliki sifat heteroskedasticity sedangkan saham ASII dan UNTR telah homoskedasticity. Model volatilitas yang diperoleh yaitu saham ANTM memiliki model GARCH (1.1) dan saham SMGR memiliki model ARCH (1). Berdasarkan plot conditional variance (volatilitas) diketahui bahwa saham SMGR memiliki potensi resiko leboh tinggi daripada saham ANTM. 5. Jurnal Penerapan Model GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) Untuk Menguji Pasar Modal Efisien di Indonesia (Studi pada Harga Penutupan (Closing Price) Indeks Saham LQ 45 Periode 20092011) meneliti saham Indeks Saham LQ 45 melalui penerapan model GARCH. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada data harga penutupan harian saham indeks LQ 45 terdapat unsur heteroskedastisitas. Penerapan model GARCH(1,1) menunjukkan bahwa pada data harga penutupan harian saham pada indeks LQ 45 periode 2009-2011, harga pada periode 3 hari dan 4 hari sebelumnya adalah yang paling berpengaruh. Efisiensi pasar modal di Indonesia termasuk lemah ditunjukkan oleh return harga saham yang mengalami volatilitas. Dengan mengetahui pergerakan harga sekuritas di masa lalu tidak dapat diterjemahkan ke dalam prediksi yang akurat tentang harga saham di masa yang akan datang 2.10 Kerangka Pemikiran Berdasarkan konsep-konsep dasar teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah harga penutupan saham dari TLKM, IDST, dan XL. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui volatilitas masing-masing variabel yaitu saham 3 perusahaan telekomunikasi yang secara keseluruhan mewakili saham telekomunikasi yang ada di Indonesia. Apabila saham TLKM, IDST, dan XL adalah saham yang volatil maka saham telekomunikasi di Indonesia juga merupakan saham yang volatile karena ketiga saham tersebut adalah saham yang dominan di saham telekomunikasi Indonesia. 29 Berikut ini adalah gambaran yang memperlihatkan bagaimana hubungan antara variabel TLKM, IDST, dan XL terhadap saham telekomunikasi di Indonesia. Volatilitas saham Telkom Volatilitas saham Indosat Volatilitas saham Xl Saham Telekomunikasi 30