11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang berarti
seni melaksanakan dan mengatur. Menurut para ahli manajemen mempunyai arti
yang berbeda-beda, misalnya:
Menurut Follet dalam Wijayanti (2008:1) mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan menurut
pendapat Stoner dalam Wijayanti (2008:1) manajemen adalah sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya manusia organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Robbins dan Coulter
(2012:36) “management involves coordinating and overseeing the work overseing
the work activities of others so that their activities are completed efficient and
effectively”.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatur, mengontrol,
mengarahkan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
organisasi.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Menurut Robbins and Coulter (2012:37) Manajemen adalah istilah yang
digunakan apabila seseorang melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan, orang yang melakukan fungsi manajemen disebut
manajer, ada empat fungsi manajemen yang harus dilakukan oleh seorang manajer
yaitu:
1.
Planning
Tahapan pertama adalah perencanaan, dalam tahapan ini biasanya seorang
manager akan menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan untuk masa
yang akan datang, mulai menyusun strategi apa yang paling tepat yang bisa
digunakan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana
11
12
untuk mengkoordinasikan kegiatan dengan semua sumber daya yang dimiliki agar
tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
Ada delapan tahap dalam pengambilan keputusan:
a) Mengidentifikasi masalah
b) Mengidentifikasi kriteria keputusan
c) Mengalokasikan bobot kriteria
d) Mengembangkan alternatif
e) Manganalisa alternatif
f) Memilih alternative
g) Mengimplementasikan alternative
h) Mengevaluasi hasil
2.
Organizing
Pada tahapan pengorganisasian ini, manajer mulai membagi tugas dan
tanggung jawab kepada anggota dalam perusahaan dan menentukan hal-hal apa saja
yang perlu dilakukan, bagaimana hal itu akan dilakukan dan siapa yang akan
melakukannya, pastikan semua orang mengetahui tugas yang harus dikerjakan agar
semua tugas yang diperintahkan dapat selesai dengan baik.
3.
Leading
Setelah membagi tugas, pastikan manajer selalu ada untuk mengarahkan apa
yang sebaiknya dilakukan oleh anggota, manajer bisa membantu memberikan
motivasi kepada anggota ketika bekerja agar anggota menjadi semangat untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya, apabila diperlukan manajer juga harus siap
untuk terlibat langsung dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut.
4.
Controling
Setelah
membuat
perencanaan,
pengorganisasian,
dan
memberikan
pengarahan tahapan terakhir yang harus dilakukan oleh manajer adalah mengontrol.
Manajer bisa mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh anggota untuk memastikan
bahwa tugas yang dikerjakan itu benar, apabila ada terjadi kesalahan maka manajer
mengoreksi sebelum kesalahan tersebut menjadi banyak.
13
2.2 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah sebuah proses pengaturan keuangan dengan
berbagai proses rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pemeriksaan, pengelolaan,
pengendalian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
2.2.1 Fungsi Manajemen Keuangan
Ada tiga fungsi manajemen keuangan menurut Horne dan Wachowicz Jr
(2012:3) yaitu:
1. Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting dalam menunjang
pengambilan keputusan untuk berinvestasi karena emnyangkut tentang dana investasi yang
efisien, aset apa yang harus ditambah dan dikurangi.
1.
Keputusan pendanaan (pembayaran deviden)
Keputusan deviden perusahaan juga merupakan hal yang penting dalam pendanaan
perusahaan, dalam hal ini fungsi manajemen keuangan adalah sebagai keputusan
pendanaan. Apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan harus dibagikan kepada para
pemegang saham atau digunakan untuk membiayai investasi di masa yang akan datang.
2.
Keputusan manajemen aset
Fungsi dari keputusan aset adalah bagaimanan majemen keuangan perusahaan mengambil
keputusan menyangkut alokasi dana atau aset, apakah dana yang dimiliki ingin dibelikan
menjadi aset atau dalam bentuk kas perusahaan.
2.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Horne dan Wachowicz (2012:4) Manajemen keuangan mempunyai
tujuan bagaimana caranya agar perusahaan bisa mengelola dana yang dimiliki oleh dengan
efektif dan efisien sehingga bisa memberikan keuntungan yang lebih besar kepada
perusahaan dan pemegang saham.
2.3 Pasar Modal
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) Pasar modal memiliki peran
yang besar bagi perekonomian dalam suatu negara karena pasar modal bisa menjadi
perantara untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana atau investor dengan
pihak yang kekurangan dana atau issuer, sehingga dengan adanya pasar modal, dapat
membantu para investor untuk dapat menyalurkan dana yang dimiliki dalam bentuk
14
investasi dengan imbalan seperti return yang akan diperoleh dari investasi sedangkan
keuntungan bagi issuer atau perusahaan adalah dapat memperoleh dana dengan
cepat. Dengan adanya pasar modal diharapkan perekonomian suatu negara dapat
meningkat karena dengan tambahan modal dari investasi, perusahaan diharapkan
dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar sehingga berdampak pada
peningkatan pendapatan perusahaan sehingga
secara tidak langsung juga
memberikan kemakmuran bagi masyarakat dalam suatu negara.
Pengertian pasar modal adalah pasar yang menjual dan membeli berbagai
macam instrument keuangan jangka panjang. Menurut Undang-Undang Pasar Modal
No.8 tahun 1995 pengertian Pasar Modal adalah “Kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek”.
Menurut Siahaan (2009:4) pasar modal dibedakan atas pasar utang jangka
pendek (pasar obligasi), pasar sekuritas tanda kepemilikan (pasar saham), dan pasar
hipotek (pasar obligasi yang dijamin oleh hipotek tanah dan bangunan). Pasar
obligasi adalah suatu tempat dimana para pelaku ekonomi melakukan transaksi untuk
memenuhi kebutuhan modal jangka panjang dengan cara memperjualbelikan
obligasi. Pasar saham adalah suatu tempat atau mekanisme dimana perusahaan atau
emiten menjual saham dari sebuah perusahaan, menurut UUPM pasal 1 angka 6
emiten adalah pihak yang menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat melalui
pasar modal. Pasar hipotek adalah suatu tempat atau mekanisme dimana perusahaan
menjual obligasi yang mempunyai jaminan seperti tanah dan bangunan.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) Pasar modal merupakan
tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti
utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen keuangan lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun intuisi lainnya
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan investasi.
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pasar
modal adalah tempat dimana penjual menawarkan berbagai jenis surat-surat berharga
jangka panjang dan saham kepada masyarakat.
15
2.3.1 Fungsi Pasar Modal
Pasar modal berfungsi sebagai pilihan alternatif sumber pendanaan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan tambahan modal untuk menjalankan usahanya
seperti perusahaan, di sisi lain pasar modal juga berperan untuk membantu investor
atau pemilik modal untuk dapat mengalokasikan dan menginvestasikan dana yang
dimilikinya dalam bentuk aset.
Menurut Fakhruddin (2011:2) pasar modal juga mempunyai berbagai fungsi
dan manfaat lainnya bagi dunia usaha serta untuk membantu mengalokasikan sumber
dana dengan cara yang optimal, seperti:
1.
Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memberikan akses untuk mengalokasikan sumber dana secara maksimal.
2.
Memberikan sarana untuk melakukan investasi bagi investor.
3.
Memberikan akses kepada masyarakat untuk bisa menjadi bagian dalam
kepemilikan perusahaan.
4.
Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme serta menciptakan
iklim berusaha yang sehat.
5.
Menciptakan lapangan pekerjaan
6.
Memberikan kesempatan memiliki usaha yang sehat dan mempunyai prospek.
7.
Alternative investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang
bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi.
8.
Membina iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen professional.
9.
Sumber pembiayaan jangka panjang bagi emiten.
2.4 Investasi
2.4.1 Pengertian Investasi
Menurut Sutrisno (2009:6) Investasi adalah suatu keputusan yang diambil
oleh seseorang untuk mengalokasikan sumber daya yang berupa sejumlah dana yang
ia miliki saat sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau
meningkatkan nilai sumber daya tersebut dikemudian hari.
Menurut Subagyo (2010:11) Investasi adalah aktifitas pembelian objek
produktif yang bertujuan untuk memperbesae kekayaan (asset). Aktifitas pembelian
terjadi karena adanya kemampuan, kemauan dan objek yang dapat memuaskan
kebutuhan baik untuk saat ini ataupun masa yang akan datang.
16
Bedasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa investasi adalah suatu
aktivitas pengalokasian sumber daya yang dimiliki oleh seseorang dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan.
2.4.2 Jenis Investasi
Menurut Rangkuti (2012:127) ada empat penggolongan investasi, yaitu:
1.
Investasi Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment).
Investasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syaratsyarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk
melaksanakan tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. Contohnya karena air
limbah yang telah digunakan dalam proses produksi jika dialirkan keluar pabrik
akan mengakibatkan timbulnya pencermaan lingkungan, maka pemerintah
mewajibkan perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah,
sebelum dibuang keluar pabrik.
2.
Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment).
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan
akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung
secara teliti. Contohnya adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka
panjang, biaya penelitian, dan pengembangan, dan biaya program pelatihan dan
pendidikan karyawan. Sulit untuk mengukur tambahan laba yang dapat
diperoleh dengan adanya pengeluaran biaya promosi produk, begitu juga sulit
untuk mengukur penghematan biaya (karena adanya efisiensi) akibat adanya
program pelatihan.
3.
Investasi dalam penggantian peralatan (replacement investment). Investasi jenis
ini meliputi pengeluaran untuk sistem dan peralatan yang ada. Dalam pemakaian
sistem dan peralatan, pada suatu saat yang terjadi biaya operasi sistem dan
peralatan menjadi lebih besar dibandingkan dengan biaya operasi jika sistem
tersebut diganti dengan yang baru, atau produktifitasnya tidak mampu
memenuhi kebutuhan.
4.
Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment). Investasi ini merupakan
pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih
besar dari sebelumnya. Tambahan kapasitas akan memerlukan aktiva diferensial
berupa tambahan investasi dan akan menghasilkan pendapatan diferensial, yang
17
berupa tambahan pendapatan (revenues), serta memerlukan biaya diferensial,
yang berupa tambahan biaya karena tambahan kapasitas.
2.4.3. Prinsip Investasi
Investasi memiliki prinsip-prinsip yang wajib diperlihatkan dalam
berinvestasi, agar yang ditanamkan tidak memiliki resiko yang dapat merugikan para
investor, yaitu :
1.
High risk high return and low risk low return adalah prinsip yang mengatakan
bahwa semakin beresiko investasi seseorang semakin tinggi pendapatan yang
akan diterima di masa yang akan datang dan sebaiknya.
2.
Diversifacion (diverse low risk) adalah prinsip yang akan mengatakan bahwa
penganekaragaman dalam investasi akan membuat resiko investasi berkurang
3.
Long term stability (long term low risk) adalah prinsip yang mengatakan bahwa
investasi yang berjangka waktu panjang beresiko rendah.
4.
Liquidity (liquid high risk) adalah prinsip nyang mengatakan bahwa semakin
liquid investasi tersebut, semakin besar resiko yang melekat.
2.5 Saham
2.5.1 Definisi Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5) saham dapat didefinisikan
sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa
besar pernyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
2.5.2 Jenis Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:5) jenis saham jika ditinjau dari
segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:
1.
Saham biasa (common stocks), yaitu merupakan saham yang menempatkan
pemiliknya paling akhir dalam pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan
saham yang paling popular di pasar modal.
18
2. Saham preferen (preferred Stocks), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas:
1. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak ditulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang
diakui sebagai pemilik dan berhak untuk hadir dalam RUPS.
2. Saham Atas Nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, dan cara peralihannya harus melalui prosedur
tertentu.
Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas:
1. Blue-chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memilik reputasi
tinggi, sebagai leader industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar deviden.
2. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar deviden lebiuh tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan
yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai.
3. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang
mempunyai reputasi tinggi. Selain itu juga tedapat Growth Stocks (lesserknown), yaitu saham dari emiten yang tidak lagi sebagai leader dalam industri
namun memiliki strategi Growth Stocks.
4. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh pendapatan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum
pasti.
5. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
19
2.5.3 Keuntungan Saham
Menururt Darmadji dan Fakhruddin (2011:8) Pada dasarnya, ada dua
keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham:
1.
Deviden, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang
pemegang modal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relative lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai
pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Deviden yang dibagikan
perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada setiap pemegang saham
diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham
atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang
saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
akan bertambah.
2.
Capital gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Misalnya seorang pemodal membeli saham Telkom (TLKM) dengan harga per
saham Rp.3000 kemudian menjualnya dengan harga per saham Rp. 3500 yang
berarti pemodal tersebut mendapatkan Capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap
saham yang dijualnya.
Disamping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga
dimungkinkan untuk mendapatkan:
1.
Saham bonus (jika ada), yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih
antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan
melakukan penawaran umum di pasar perdana. Misalnya setiap saham dengan
nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.800 maka setiap saham akan
memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp.300 setiap sahamnya.
2.5.4 Risiko Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:10) saham dikenal dengan
karakteristik high risk-high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang
mempunyai resiko yang tinggi tetapi juga memberikan keuntungan yang tinggi.
20
Saham memungkinkan para pemiliknya untuk mendapatkan keuntungan dalam
jumlah yang besar dalam waktu singkat, namun dengan seringnya fluktuasi harga
saham, juga dapat membuat pemiliknya mengalami resiko kerugian dalam jumlah
yang besar.
Risiko yang mungkin dialami oleh pemodal dengan kepemilikan saham:
1.
Tidak mendapat deviden, hal ini bisa saja terjadi jika operasi perusahaan tidak
mengalami keuntungan atau dalam keadaan rugi.
2.
Capital Loss, dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal
mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada
kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss.
Disamping resiko diatas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan
dengan potensi resiko lainnya, yaitu:
1.
Perusahaan bangkrut atau Dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan
saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka
secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa.
2.
Saham Di-delist dari bursa listing
Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek atau dikenal dengan istilah di-delist. Suatu
saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya
dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian
beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan Peraturan Pencatatan
Efek di bursa.
3.
Saham Di-Suspend
Disamping dua risiko diatas maka risiko lain yang juga “mengganggu” para
pemodal untuk melakukan aktivitasya, yaitu jika suatu saham di-suspend alias
dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek. Dengan demikian pemodal
tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya
berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan hingga beberapa
hari perdagangan. Hal ini dilakukan oleh otoritas jika misalnya suatu saham
mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh
kreditornya, atau alasan lainnya.
21
2.6 Volatilitas
Menurut Widarjono (2013:287) Data ekonomi time series sering sekali
menunjukkan volatilitas yang sangat tinggi, Volatilitas adalah besarnya jarak antara
fluktuasi antara naik dan turun atau dalam hal ini adalah harga tertinggi dan harga
terendah saham.
Adanya volatilitas yang tinggi ini akan menyulitkan untuk
membuat estimasi pergerakan variabel tersebut. Oleh karena itu, dalam menganalisi
perilaku time series sektor finansial misalnya harga saham, nilai tukar rupiah, inflasi
dan suku bunga akan lebih sulit untuk diramalkan karena volatilitas menyebabkan
peramalan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini terjadi karena volatilitas
dalam pasar finansial sangat sensitiv terhadap perubahan variabel ekonomi, seperti
kebijakan moneter dan fiscal maupun variable non-ekonomi seperti kestabilan politik
bahkan yang sifatnya sekedar rumor.
2.6.1 Jenis-Jenis Volatilitas
Menurut Schwert dan W. Smith, Jr. (1992) terdapat lima jenis volatilitas
dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical volatility, forecast volatility,
implied volatility, dan seasonal volatility.
a. Future Volatility
Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam
pasar keuangan (trader). Volatilitas yang paling baik adalah yang mampu
menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang untuk suatu underlying
contract. Secara teori angka tersebut merupakan yang kita maksud ketika kita
membicarakan input volatilitas ke dalam model teori pricing. Trader jarang
membicarakan future volatility karena masa depan tidak mungkin diketahui.
b. Historical Volatility
Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu. Hal
ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing berdasarkan
data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas pada masa yang akan datang.
Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung historical volatility, namun
sebagian besar metode bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode
historis dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga.
Periode historis dapat berupa jadi empat belas hari, enam bulan, lima tahun, atau
lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan, bulanan, atau lainnya. Future
volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized volatility.
22
c. Forecast Volatility
Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah masa
depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha meramalkan
volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan bisa jadi untuk suatu periode, tetapi
biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa masa option dari underlying
contract.
d. Implied Volatility
Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan dengan
underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita
masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai teoritis yang
identik dengan harga option di pasar.
e. Seasonal Volatility
Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum
sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca
musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor tersebut seseorang harus
menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut.
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham
a. Volume perdagangan
Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya. Semakin
sering saham tersebut diperdagangkan menandakan bahwa saham tersebut aktif dan
diminati oleh para investor. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran
saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat
harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan
ini seringkali dijadikan tolak ukur untuk mempelajari informasi dan dampak dari
berbagai kejadian. Efek volatilitas aktivitas perdagangan terhadap expected stock
return didorong oleh adanya elemen risiko dan variabilitas dalam likuiditas sehingga
saham dengan variabilitas yang tinggi memiliki expected return yang tinggi pula
Chordia (2001).
Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu info
oleh investor individual dalam arti info tersebut membuat suatu keputusan
perdagangan ataukah tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor
dalam melakukan transaksi jual beli saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan
capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit
23
atau kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume
yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk melakukan
transaksi jual dan beli saham. Kenaikan volume perdagangan akan semakin tinggi
dengan semakin tingginya ketidakpastian di antara investor mengenai interpretasi
mereka atas pengumuman tersebut. Namun demikian, perdagangan tidaklah secara
otomatis mengimplikasikan adanya perbedaan interpretasi di antara investor,
kenaikan volume perdagangan tetap bisa saja terjadi apabila investor mempunyai
informasi yang berbeda-beda.
b. Inflasi
Samuelson dan Nordhaus (2001) menyatakan bahwa tingkat inflasi adalah
meningkatnya arah harga secara umum yang berlaku dalam suatu perekonomian.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga harga umum untuk naik secara terus
menerus, akan tetapi kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (mengakibatkan kenaikan)
sebagian besar dari harga barang barang lainnya. Tingkat inflasi berbeda dari suatu
periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya.
Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa
indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya
hidup/Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), indeks harga perdagangan
besar (Wholesale Price Index), GNP deflator. Inflasi merupakan suatu variabel
makroekonomi yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu
perusahaan. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001) pada dasarnya inflasi yang
tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya
produksi. Kenaikan biaya produksi perusahaan menyebabkan kenaikan harga barangbarang dalam negeri sehingga berdampak pada kinerja perusahaan dan hal ini dapat
terlihat dari harga sahamnya.
c. Nilai Tukar
Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum. Persoalannya
lebih rumit jika menyangkut urusan di luar batas negara. Karena pada umumnya
perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang
suatu negara menjadi mata uang negara lain. Menurut Wiyani (2005) nilai tukar
rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar atau kurs satu
24
mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Istilah valuta
asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti
deposito bank atau surat sanggup bayar yang diperdagangkan. Kenaikan harga valuta
asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih
mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga
valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi
lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan
nilai tukar valuta asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau
penawaran dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan).
Kurs rupiah dengan kurs mata uang asing akan mempengaruhi harga saham
emiten. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut: kurs rupiah akan mempengaruhi
penjualan perusahaan (terutama untuk emiten yang berorientasi bisnis ekspor), Cost
Of Good Sold (mempengaruhi pembelian bahan baku apabila diperoleh dari impor),
dan rugi kurs. Khusus untuk rugi kurs, terutama bagi perusahaan yang memiliki
kewajiban dalam mata uang asing, akan sangat terpengaruh oleh depresiasi maupun
apresiasi rupiah. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dolar
amerika) berdampak terhadap meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan
yang dibutuhkan perusahaan sehingga mengakibatkan meningkatnya biaya produksi,
atau dengan kata lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar memiliki
pengaruh negatif terhadap ekonomi nasional yang pada akhirnya menurunkan kinerja
saham di pasar saham.
d. Tingkat Suku Bunga
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995), suku bunga adalah biaya untuk
meminjam uang dan diukur dalam dollar per tahun untuk setiap satu dollar yang
dipinjamnya. Menurut Keynes (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran akan uang (yang akan ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat
suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan seseorang/institusi untuk
melakukan suatu investasi. Contohnya ada pada surat-surat berharga dimana harga
dari surat-surat berharga tersebut dapat naik ataupun turun, yang kenaikan ataupun
penurunannya sangat tergantung pada level berapa tingkat bunga yang terjadi pada
saat itu (bila tingkat bunga naik, maka harga dari surat surat berharga tersebut akan
turun dan begitu juga sebaliknya), sehinggga kemungkinan besar para pemegang
25
surat-surat berharga akan mendapat kerugian (capital loss) ataupun mendapat
keuntungan (capital gain).
Pada suku bunga terdapat dua jenis suku bunga yaitu; Pertama adalah suku
bunga nominal - suku bunga dalam nilai uang tertentu. Suku bunga ini merupakan
nilai yang dapat dibaca secara umum dan menunjukan sejumlah rupiah yang akan
diterima untuk setiap satu satuan rupiah yang diinvestasikan. Kedua adalah suku
bunga riil - suku bunga yang telah terkoreksi akibat adanya inflasi. Dimana suku
bunga ini adalah suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi. Tingkat suku bunga
atau interest rate merupakan rasio pengembalian sejumlah investasi sebagai bentuk
imbalan yang diberikan kepada investor. Besarnya tingkat suku bunga bervariatif
sesuai dengan kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian kepada
kreditur. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor
dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal. Sebagai wahana alternatif
investasi, pasar modal menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat
resiko tertentu. Dengan membandingkan tingkat keuntungan dan resiko pada pasar
modal dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor keuangan, investor dapat
memutuskan bentuk investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.
Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai panduan investor
disebut juga tingkat suku bunga bebas resiko (risk free), yaitu meliputi tingkat suku
bunga bank sentral dan tingkat suku bunga deposito. Di Indonesia tingkat suku bunga
Bank sentral di proxykan pada tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia atau
SBI (Husnan, 2000).
2.7 ARIMA
Menurut Ghozali dan Ratmono (2013:433) ARIMA adalah suatu model
peramalan atau forecasting time series yang digunakan dalam satu perhitungan atau
variabel yang digunakan hanya satu saja. Model ARIMA menggunakan informasi
data yang lalu untuk meramal nilai data untuk periode yang akan datang. Syarat yang
diperlukan untuk menggunakan model ARIMA adalah data yang ingin diolah harus
bersifat stasioner agar tidak menghasilkan model yang yang memiliki nilai error
yang besar. Selain itu masih ada uji yang bisa digunakan yaitu uji unit root
Augmented Dickey Fuller. Sehingga akan didapat beberapa model ARIMA. Setelah
model didapat biasanya yang dipilih adalah model yang signifikan, error terkecil,
bias proportion terkecil, korelasinya tinggi serta memenuhi asumsi normalitas dan
26
homokedastisitas barulah model tersebut dapat digunakan untuk melakukan
peramalan untuk nilai data periode berikutnya.
Berikut ini adalah contoh penulisan model ARIMA secara umum yaitu:
ARIMA (p,q,r), p adalah AR, q adalah difference, dan r adalah MA
Contoh model ARIMA dengan angka adalah sebagai berikut:
ARIMA (1,0,0) artinya menggunak an AR(1) pada data level
ARIMA (0,0,1) artinya menggunakan MA(1) pada level
ARIMA (1,0,1) artinya menggunakan AR(1) dan MA(1) pada data level
ARIMA (1,1,0) artinya menggunakan AR(1) pada data difference I
ARIMA (1,1,1) artinya menggunakan AR(1) dan MA(1) pada data difference I
Model AR memanfaatkan informasi data periode sebelumnya sedangkan model MA
memanfaatkan data error sebelumnya.
2.8 Model ARCH dan GARCH
ARCH dan GARCH adalah suatu model peramalan time series yang
digunakan dalam single equation artinya hanya menggunakan satu variabel saja.
Dengan menggunakan informasi periode data yang lalu dapat meramal nilai data
untuk periode yang akan datang
ARCH/GARCH biasanya digunakan untuk mencari volitalitas suatu data.
Yang dilihat adalah pengaruh varian dan error kuadrat dari series datanya.
ARCH/GARCH adalah kelanjutan dari peramalam model ARIMA, dimana syarat
yang digunakan apabila model ARIMA yang dipilih tidak memenuhi asumsi
homokedastisitas artinya modelnya masih mengandung heterokedastistas.
Sehingga akan didapat beberapa model ARCH/GARCH. Setelah model
didapat biasanya yang dipilih adalah model yang signifikan, error terkecil, bias
proportion terkecil, korelasinya tinggi serta memenuhi asumsi normalitas dan
homokedastisitas barulah model tersebut dapat digunakan untuk melakukan
forecast/peramalan untuk nilai data periode berikutnya.
Adapun model umum ARCH/GARCH (p,q,r), p adalah arch, q adalah difference, dan
r adalah garch.
Contoh model GARCH dalam persamaan angka adalah:
GARCH (1,0,0) artinya menggunakan ARCH(1,0) pada data level
GARCH (0,0,1) artinya menggunakan GARCH(1,0) pada level
GARCH (1,0,1) artinya menggunakan ARCH(1,0) dan GARCH(1,0) pada data level
27
GARCH (1,1,1) artinya menggunakan ARCH(1,1) dan GARCH(1,1) pada data
difference I.
Model ARCH memanfaatkan data error kuadrat periode sebelumnya
sedangkan GARCH memanfaatkan data varian periode sebelumnya untuk meramal
data periode berikutnya.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang volatilitas saham telah banyak dilakukan sebelumnya, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang
telah dilakukan mengenai pemodelan volatilitas saham:
1. Dalam jurnal yang berjudul Modeling Stock Market Volatility Using GARCH
Approach on the Ghana Stock Exchange, dilakukan penelitian untuk menguji
model volatilitas saham. Data yang digunakan adalah data saham di Ghana
Stock Exchange (GSE) dari tanggal 25 Juni 2007 hingga tanggal 31 Oktober
2014. dengan menggunakan uji stasioner, dan GARCH dan hasil nya adalah
terdapat volatilitas di tiga ekuitas perusahaan dari model GARCH dalam
estimasi volatilitas.
2. Modeling Volatility in the Gambian Exchange Rates: An ARMA- GARCH
Approach adalah penelitian yang meneliti model volatilitas nilai tukar pada
data nilai tukar di Gambian dengan cara menggabungkan model ARMA dan
GARCH dengan menggunakan data nilai tukar euro dan dolar di Gambian
dari tahun 2003 - 2013 dan hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa
distribusi pengembalian nilai tukar dan volatilitas yang sangat konstan di
Gambian.
3. Inflation and Inflation Volatility in Australia adalah jurnal yang membahas
masalah volatilitas inflasi di Australia dengan menggunakan data inflasi CPI
dari tahun 1949-2013 untuk menyelidiki proporsi dari hubungan timbal balik
antara inflasi dan inflasi volatilitas, dengan menggunakan model GARCH
dan hasil yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara
inflasi dan volatilitas inflasi.
4. Analisis Volatilitas Saham Perusahaan Go Public dengan Metode ARCHGARCH adalah jurnal yang menganalisis return dan volatilitas saham.
Tujuannya adalah mencegah terjadinya risiko dan membantu dalam
pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan metode ARCH dan
28
GARCH menggunakan data perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT Astra International
Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Semen Gresik (Persero)
Tbk (SMGR) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dari tanggal 1 Februari
2011 - 31 Januari 2012, Hasil yang diperoleh adalah return saham ANTM,
BBCA dan SMGR memiliki sifat heteroskedasticity sedangkan saham ASII
dan UNTR telah homoskedasticity. Model volatilitas yang diperoleh yaitu
saham ANTM memiliki model GARCH (1.1) dan saham SMGR memiliki
model ARCH (1). Berdasarkan plot conditional variance (volatilitas)
diketahui bahwa saham SMGR memiliki potensi resiko leboh tinggi daripada
saham ANTM.
5. Jurnal Penerapan Model GARCH (Generalized Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity) Untuk Menguji Pasar Modal Efisien di Indonesia (Studi
pada Harga Penutupan (Closing Price) Indeks Saham LQ 45 Periode 20092011) meneliti saham Indeks Saham LQ 45 melalui penerapan model
GARCH. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada data harga penutupan
harian saham indeks LQ 45 terdapat unsur heteroskedastisitas. Penerapan
model GARCH(1,1) menunjukkan bahwa pada data harga penutupan harian
saham pada indeks LQ 45 periode 2009-2011, harga pada periode 3 hari dan
4 hari sebelumnya adalah yang paling berpengaruh. Efisiensi pasar modal di
Indonesia termasuk lemah ditunjukkan oleh return harga saham yang
mengalami volatilitas. Dengan mengetahui pergerakan harga sekuritas di
masa lalu tidak dapat diterjemahkan ke dalam prediksi yang akurat tentang
harga saham di masa yang akan datang
2.10 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan konsep-konsep dasar teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah harga penutupan saham
dari TLKM, IDST, dan XL. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui
volatilitas masing-masing variabel yaitu saham 3 perusahaan telekomunikasi yang
secara keseluruhan mewakili saham telekomunikasi yang ada di Indonesia.
Apabila saham TLKM, IDST, dan XL adalah saham yang volatil maka saham
telekomunikasi di Indonesia juga merupakan saham yang volatile karena ketiga
saham tersebut adalah saham yang dominan di saham telekomunikasi Indonesia.
29
Berikut ini adalah gambaran yang memperlihatkan bagaimana hubungan antara
variabel TLKM, IDST, dan XL terhadap saham telekomunikasi di Indonesia.
Volatilitas
saham Telkom
Volatilitas
saham Indosat
Volatilitas
saham Xl
Saham
Telekomunikasi
30
Download