bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Investasi berkaitan dengan penempatan dana ke dalam bentuk aset yang
lain selama periode tertentu dengan harapan tertentu. Aset yang menjadi objek
investasi seseorang secara umum terbagi menjadi dua hal, yaitu aset riil dan aset
keuangan. Aset riil berkaitan dengan infrastruktur yang dapat memberikan
dampak langsung terhadap kapasitas produktif objek investasi. Sedangkan aset
keuangan memiliki kontribusi secara tidak langsung terhadap kapasitas produktif
suatu perekonomian, karena aset ini memisahkan kepemilikan dan manajemen
dalam suatu perusahaan dan memfasilitasi pemindahan dana untuk perusahaan
dengan peluang investasi yang menarik (Zvie Bodie, 2006).
Proses transaksi dalam usaha peningkatan aset keuangan dilakukan oleh
investor pada pasar finansial. Pasar finansial adalah pasar di mana individu dan
entitas dapat memperdagangkan efek-efek, komoditas, dan barang-barang
berharga lainnya. Biaya transaksi mencerminkan besarnya permintaan dan
penawaran atas efek-efek, komoditas, dan barang-barang tersebut. Efek-efek
meliputi saham-saham dan obligasi, sementara komoditas diantaranya mencakup
logam berharga, produk pertanian, dan produk industri lainnya.
Data runtun waktu return saham merupakan salah satu jenis data runtun
waktu dalam bidang keuangan yang memiliki volatilitas tinggi dan varians yang
berbeda di setiap titik waktunya (Cryer, 1986). Varians yang tidak konstan ini
terjadi karena berhubungan dengan resiko yang harus ditanggung seorang
investor. Menurut Enders (2004) data runtun waktu seperti ini dinamakan data
runtun waktu dengan heterokedastisitas bersyarat. Pada data runtun waktu,
khususnya pada bidang keuangan memiliki sifat berfluktuatif, membetuk pola
asimetris, memiliki model yang nonstasioner, dan mempunyai variansi residual
yang tidak konstan (heteroskedastisitas). Mehmet (2008) mengatakan bahwa
return keuangan memiliki tiga karakteristik. Pertama pengelompokan volatilitas,
artinya perubahan sangat besar dapat terjadi pada periode waktu tertentu dan
perubahan kecil di periode yang lain. Kedua adalah fat tailedness (excess
kurtosis), artinya return keuangan sering menampilkan ekor lebih besar dari
distribusi normal standar. Ketiga adalah efek leverage, adalah suatu keadaan
dimana kondisis bad news dan good news memberi pengaruh yang tidak simetris
dalam volatilitasnya.
Volatilitas memiliki banyak peranan dalam sektor finansial termasuk
dalam hal pengamatan perilaku harga suatu aset finansial. Perilaku tersebut dapat
diamati melalui parameter rata-rata dan standar deviasi. Dalam hal ini standar
deviasi yang dimiliki oleh residual dinamakan volatilitas. Volatilitas dapat
didefinisikan sebagai ukuran ketidakpastian dari pergerakan nilai-nilai sampai
pada masa depan.
Pengaruh asimetrik merupakan pengaruh pada perubahan volatilitas ketika
terjadi perubahan
dari return yang diharapkan. Dengan kata lain, perubahan
volatilitas cenderung naik ketika return lebih kecil, dan perubahan volatilitas
cenderung turun ketika return lebih besar dari yang diharapkan.
Model generalized autoregresive conditional heteroskedasticity (GARCH)
menangkap tiga karakteristik utama pada return keuangan. Perkembangan tipe
model GARCH dimulai oleh Engle (1982). Engle memperkenalkan ARCH untuk
model heteroskedastisitas dengan melihat hubungan variansi bersyarat dari
kombinasi
linear kuadrat
memperkenalkan
model
di
masa lalu.
Generalized
Bollersev
(1986)
Autoregresive
selanjutnya
Conditional
Heteroskedasticity (GARCH) sebagai pengembangan model ARCH. Model
GARCH merupakan model yang lebih sederhana dengan banyaknya parameter
yang lebih sedikit dibandingkan model ARCH berderajat tinggi.
ARCH dan GARCH merupakan model runtun waktu yang dapat
menjelaskan heteroskedastisitas pada data. Akan tetapi, model ARCH-GARCH
tidak selalu dapat menangkap secara penuh adanya heavy-tail property dengan
frekuensi tinggi, sehingga sangat sulit untuk memberikan keputusan kapan suatu
pelaku saham akan memposisikan dirinya sebagai pembeli atau penjual. Selain itu
model ARCH dan GARCH tidak mempertimbangkan leverage effect. Chen dan
Dias (2010) menjelaskan leverage effect yaitu suatu keadaan bad news dan good
news yang memberikan pengaruh asimetris terhadap volatilitas. Data dikatakan
bad news ketika volatilitas mengalami penurunan sedangkan keadaan dikatakan
good news ketika volatilitas mengalami kenaikan secara berkala. Nelson (1991)
memperkenalkan model Exponential Generalized Autoregresive Conditional
Heteroskedascticity (EGARCH) yang dapat menutupi kelemahan model GARCH
dalam menangkap ketidaksimetrisan good news
dan bad news dengan
memperhitungkan leverage effect. Nelson melakukan pemodelan dengan
menggunakan transformasi eksponen untuk varian yang tidak konstan. Karena
pergerakan/fluktuasi dari return naik turun yang bernilai positif atau negatif, maka
digunakan nilai yang positif yaitu dengan mengambil nilai mutlak dari nilai return
tersebut.
Saham sebagai surat berharga yang menjadi instrumen investasi
memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga memiliki potensi resiko
tinggi. Hal ini sering disebut karakteristik high risk-high return. Sehingga dalam
berinvestasi, ada tiga landasan yang menjadi dasar keputusan investor yaitu return
yang diharapkan, tingkat risiko dan hubungan antara return dan risiko.Institusi
keuangan dan juga para investor berusaha agar risiko dapat diukur. Pada metode
pengukuran risiko secara tradisional, pengukuran risiko hanya digunakan pada
aset-aset individual sehingga setiap aset memiliki metode pengukuran risiko yang
berbeda (Sartono, 2006). Masalah kemudian akan timbul jika masing-masing aset
tersebut digabungkan ke dalam suatu portofolio, karena banyaknya metode yang
dipergunakan untuk masing-masing aset tersebut sehingga menyebabkan
pengukuran risiko menjadi sulit.
Berkaitan dengan usaha untuk mengembangkan hal tersebut, maka JP
Morgan (1994) mengembangkan metode Value at Risk (VaR) dalam pengukuran
resiko. Pada masa selanjutnya penggunaan metode ini sangat luas untuk
mengukur berbagai jenis risiko karena selain untuk mengukur risiko atas aset
tunggal juga bisa digunakan untuk mengukur risiko atas aset dalam suatu
portofolio. MenurutBest (1998) metode Value at Risk (VaR) merupakan suatu
metode pengukuran risiko yang secara statistik mengestimasi kerugian maksimum
yang mungkin terjadi atas suatu portofolio pada tingkat kepercayaan (confidence
level) tertentu. Value at Risk (VaR) juga dapat didefinisikan sebagai estimasi
kerugian maksimum yang akan didapat selama periode waktu (time period)
tertentu dalam kondisi pasar normal pada tingkat kepercayaan (confidence level)
tertentu (Jorion, 2002). Selain itu, pengukuran risiko dengan Value at Risk (VaR)
didasarkan pada nilai volatilitas atas aset tunggal ataupun aset dalam suatu
portofolio.
Aspek terpenting dalam pengukuran Value at Risk (VaR) adalah
menentukan pendekatan melalui jenis metode dan asumsi yang sesuai dengan
distribusi dari data return. Hal ini dikarenakan pengukuran Value at Risk (VaR)
berdasarkan pada distribusi dari data return dari suatu aset dimana aset tersebut
misalkan saham, obligasi, wesel, sertifikat dan deposito. Penerapan melalui
pendekatan metode dan asumsi yang sesuai dengan distribusi dari data return akan
menghasilkan pengukuran Value at Risk (VaR) yang akurat untuk digunakan
sebagai ukuran risiko. Dari beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam
pengukuran Value at Risk (VaR) salah satu yang paling banyak digunakan adalah
pendekatan metode parametrik (sering disebut juga dengan metode variansikovariansi/ variance-covariance method).
Investor dalam melakukan kegiatan investasinya melihat dua faktor yaitu
faktor tingkat pengembalian saham (return) dan faktor risiko (volatilitas). Return
adalah harapan keuntungan di masa akan datang dan merupakan kompensasi atas
waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan. Volatilitas adalah
besarnya return fluktuasi dari sebuat aset relatif terhadap waktu. Semakin besar
volatilitas dari masing-masing suatu aset maka semakin besar kemungkinan
mengalami keuntungan atau kerugian dari masing-masing suatu aset tersebut.
Karena jika nilai volatilitasnya tinggi maka menunjukkan bahwa return dari
masing-masing aset berubah sangat cepat. Dan jika nilai volatilitasnya rendah
maka menunjukkan bahwa return dari masing-masing aset cenderung konstan.
Sehingga untuk mengurangi risiko tersebut maka dibentuklah portofolio investasi.
Berangkat dari asumsi adanya gejolak asimetris terhadap volatilitas yaitu
leverage effect, maka akan dibahas aplikasi EGARCH untuk peramalan VaR
dalam penelitian ini.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan yang
menjadi kajian dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana perbandingan model GARCH dengan EGARCH pada
pergerakan nilai IHSG?
2. Bagaimana nilai VaR menggunakan model GARCH dan EGARCH
pada pergerakan nilai IHSG untuk satu periode ke depan?
1.3.
Batasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah dibatasi peneliti hanya pada:
1. Menggunakan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG)
dengan data yang digunakan adalah data harian dalam periode 30
Juni 2010 sampai dengan 1 Juli 2015
2. Menggunakan bantuan software R untuk pengolahan data
3. Menggunakan model GARCH dan EGARCH untuk menentukan harga
IHSG tersebut
1.4.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui perbandingan model GARCH dengan EGARCH pada
pergerakan nilai IHSG.
2. Mengetahui nilai VaR menggunakan model GARCH dan EGARCH
pada pergerakan nilai IHSG untuk satu periode ke depan.
1.5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui model pergerakan harga IHSG
Indonesia dengan model EGARCH sehingga dapat mengetahui seberapa besar
pengaruh varians dari harga saham di masa lalu terhadap varians dari harga
saham saat ini. Selain itu juga diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan
informasi ilmiah suatu model EGARCH dan penerapannya untuk tujuan
pemodelan dan mendapatkan nilai peramalan di masa depan untuk suatu
permasalahan keuangan.
1.6.
Tinjauan Pustaka
Dalam analisis data time series, ternyata tidak semua data dapat
dimodelkan dengan menggunakan motode ARIMA Box-Jenkins. Beberapa kasus
khususnya dalam data keuangan dengan menggunakan metode ARIMA tidak akan
mendapatkan suatu model yang bisa mewakili keadaan data. Hal ini disebabkan
oleh adanya kondisi heteroskedastisitas (varian tidak konstan). Karena adanya
kondisi ini, maka Engle (1982) mengusulkan suatu metode untuk menyelesaikan
kasus khususnya data-data yang memuat kondisi tersebut. Model yang dimaksud
adalah model Autoregressive Conditional Heteroscedastic (ARCH). Model ini
selanjutnya dikembangkan oleh Bollerslev (1986) yang dikenal dengan istilah
Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedastic (GARCH).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model
ARCH atau GARCH dalam memodelkan data yang mempunyai varian tidak
konstan,
diantaranya:
Laws
dan
Gidman
(2000)
menggunakan
model
GARCH(1,1) dalam memodelkan volatilitas harga saham FTSE 100, Nasstron
(2003) melakukan pemodelan volatilitas pada pasar modal dengan menggunakan
GARCH, Garcia dan Contreras (2005) melakukan peramalan biaya pemakaian
listrik menggunakan model GARCH.
Model ARCH-GARCH tidak selalu dapat menangkap secara penuh
adanya heavy-tail property dengan frekuensi tinggi, sehingga sangat sulit untuk
menentukan kapan suatu pelaku saham akan memposisikan dirinya sebagai
pembeli atau penjual. Untuk mengatasi hal ini, maka dapat digunakan suatu model
yang merupakan perluasan dari model GARCH yaitu model Exponential GARCH
(EGARCH) yang pertama kali diperkenalkan oleh Nelson (1991). Nelson
melakukan pemodelan dengan menggunakan transformasi eksponen untuk varian
yang tidak konstan. Karena pergerakan/fluktuasi dari return naik turun yang
bernilai positif atau negatif, maka digunakan nilai yang positif dengan mengambil
nilai mutlak dari nilai return tersebut.
Beberapa penelitian yang menerapkan model EGARCH diantaranya: Hans
Malmsten (2004) mengevaluasi model EGARCH dan mengaplikasikannya pada
29 saham paling aktif pada Stockholm Stock Exchange.
Untari, Ansori, dan
Saefuddin (2009) menganalisis deret waktu dengan ragam galat heterogen dan
asimetris pada pergerakan IHSG. Berument, Ozcan, dan Neyapti (2001) dengan
memodelkan inflasi yang terjadi di Turki dan hasilnya menunjukkan bahwa inflasi
yang memiliki goncangan positif (positive shock Inflation) mempunyai pengaruh
lebih besar dibandingkan dengan goncangan yang negatif (negative shock
inflation).
Jogiyanto Hartono (2008) menjelaskan tentang pengertian investasi dan
model-model matematis yang membantu dalam menyelesaikan permasalahan
investasi. Penundaan konsumsi sekarang yang dimasukkan ke dalam aktiva atau
proses produksi produktif yang hasilnya untuk konsumsi mendatang dapat
dikatakan sebagai suatu investasi. Setiap kegiatan investasi akan berhubungan
dengan tingkat pengembalian dan risiko. Return dan risiko memiliki hubungan
yang linier yakni semakin besar ekspektasi pengembalian akan semakin besar pula
risiko yang dikompensasikan untuk ditanggung. Risiko sering berkaitan dengan
simpangan atau deviasi dari harapan pengembalian dengan yang diterima. Van
Horne dan Wachowics, Jr. (1992) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return
perolehan terhadap return yang diharapkan.
Value at Risk (VaR) adalah sebuah konsep pengukuran dalam suatu
manajemen risiko. VaR didefinisikan sebagai nilai estimasi besarnya kerugian
maksimal yang mungkin terjadi pada periode tertentu dengan tingkat keyakinan
tertentu dan dalam kondisi pasar yang normal (Dowd, 2005). Tagliafichi (2003)
melakukan estimasi VaR menggunakan model GARCH. Dari pengertian ini
terdapat tiga variabel yang penting, yakni besarnya kerugian, periode investasi,
dan tingkat keyakinan.
1.7.
Metodologi Penelitian
Penelitian tentang peramalan VaR menggunakan GARCH dan EGARCH
menggunakan studi literatur, yaitu mempelajari jurnal-jurnal, buku-buku yang
terkait dengan VaR, GARCH, dan EGARCH. Langkah pertama yaitu
menganalisis bentuk terbaik dari beberapa model yang digunakan. Setelah
menganalisis model tersebut, diperoleh model terbaik dari beberapa model yang
digunakan. Setelah didapat model terbaik dilanjutkan dengan mengkontruksi
pengukuran risiko dan mengetahui besarnya risiko yang dihasilkan dengan Value
at Risk (VaR) yang secara umum sering digunakan yakni difokuskan pada
pendekatan metode variansi-kovariansi (variance-covariance method). Urutan
langkah pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Mulai
Plot Data IHSG
Hitung Log Return IHSG
Tidak
Transformasi
Uji Normalitas
Ya
Tidak
Transformasi
Uji Stasioneritas
Ya
Identifikasi Model ARMA
Estimasi Parameter
Tidak
Uji Heterokedastisitas
Homokedastisitas
Ya
Model ARCH/GARCH
Tidak
Uji Efek Asimetris
Hitung Standar Deviasi
Ya
Model EGARCH
Hitung VaR
Selesai
Gambar 1.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
1.8.
Sistematika Penulisan
Tesis ini diberikan dalam enam bab. BAB I memberikan penjelasan
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan. BAB II akan menyajikan teori-teori dasar mengenai ruang probabilas,
sifat-sifat variabel random, dan martingale. Disamping itu dalam bab ini juga akan
dibahas teori-teori dasar tentang model harga saham beserta returnnya. BAB III
akan berisi pembahasan analisa teori tentang Exponential Generalized
Autoregressive Conditional Heterocedastic (EGARCH) dan Value at Risk (VaR).
Bab ini akan dilanjutkan dengan BAB IV yang akan menganalisa contoh kasus
implementasi menentukan nilai VaR dengan model EGARCH terhadap
pergerakan harga IHSG. Tesis ini ditutup dengan BAB V yang berisi kesimpulan
dan saran.
Download