Beriman Tanpa Rasa Takut Penulis buku - Pusat Jurnal UIN Ar

advertisement
BOOK REVIEW
Judul buku
: Beriman Tanpa Rasa Takut
Penulis buku
: Irshad Manji
Reviewer
: Maisarah
Jumlah halaman
: 223
A. Isi buku
Buku ini terdiri dari sembilan bab yang membahas tentang permasalahanpermasalahan dalam umat Islam. Dalam surat terbukanya Irshad Manji mengakui
bahwa hubungannya dengan Islam tidak begitu menyenangkan. Hidupnya
tergantung pada fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh orang-orang yang mengklain
diri sebagai wakil Allah. ―Saat kurenungkan semua fatwa yang dilontarkan oleh
para pemikir (Arab Saudi) agama kita, aku merasa sangat malu‖. Dia mengajak
umat Islam untuk melakukan reformasi dan berhenti mengasihani diri sendiri.
Serta melihat realitas yang terjadi dikalangan umat Islam. Menurutnya Islam
adalah cara muslim bersikap—bukan dalam teori tapi dalam kenyataan—itulah
sesungguhnya Islam. Perasaan puas terhadap diri sendiri (qanaah— Peny.) adalah
Islam. Itu juga berarti bahwa kita mesti memperhatikan hak asasi perempuan dan
kelompok minoritas. Untuk melakukan itu, kita harus mentas dari sikap kita yang
terus menolak. Dengan menekankan bahwa tidak ada masalah dengan Islam saat
ini, kita menyembunyikan ―kenyataan agama‖ kita di balik ―ideal agama‖ kita,
yang berarti membebaskan diri kita dari tanggung jawab terhadap umat manusia,
termasuk saudara kita sesama muslim.
Irshad Manji menamakan dirinya sebagai Muslim Refusenik, dia mengambil
istilah itu dari kaum Refusenik permulaan, yaitu kaum Yahudi Uni soviet. Sejak
kecil dia suka bertanya tentang apapun yang ingin diketahuinya, dan hal itu
terpenuhi ketika dia belajar disebuah gereja didekat rumahnya, bahkan dia
memperoleh gelar sebagai orang Kristen yang paling menjanjikan. Namun
kebebasan dia untuk bertanya tidak diperolehnya ketika dia belajar di madrasah
dengan seorang guru dari Pakistan, dia menyebutnya Mr. Khaki.―Di kelas-kelas
hari Sabtuku, aku didoktrin: Kalau kau orang yang beriman, kau jangan berpikir.
1
Kalau kau berpikir, maka kau bukan orang yang beriman.‖ Dia tidak mendapat
jawaban yang memuaskan ketika bertanya kepada gurunya tersebut. Misalnya
kenapa perempuan dilarang menjadi imam shalat? Jawaban yang diperoleh hanya
lihat/baca Al-Qur’an. Hal tersebut membuatnya membandingkan antara ketika dia
belajar di gereja dengan ketika dia belajar di madrasah.
―Seluruh syariat yang menginstruksikan untuk membersihkan bagian- bagian
tubuh yang telah ditetapkan dalam wudhu, mengulang bacaan ayat-ayat tertentu
dan membungkuk dengan sudut yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam shalat,
semuanya pada waktu-waktu yang juga telah ditentukan, dapat membawa kita
pada kepatuhan yang mekanis dan tanpa jiwa. Jika Anda belum melihat
kecenderungan seperti ini pada orangtua atau kakek-nenek Anda, maka Anda
tergolong muslim yang langka. Aku menyadari bahwa apa yang semula
merupakan panduan menuju ketuhanan telah menjadi sesuatu yang otomatis dan
mekanis. Dan itu mendorongku untuk menggantikan rutinitas shalatku dengan
sesuatu yang lebih mengarah pada kesadaran-diri: percakapan- percakapan yang
jujur, langsung, dan tidak terstruktur dengan Sang Pencipta sepanjang hari‖.
Irshad Manji sangat senang dengan kenyataan bahwa dia tinggal di Canada/
dunia Barat. ―Yang membuatku senang adalah kenyataan bahwa aku hidup di
sebuah belahan dunia yang membolehkan aku melakukan eksplorasi. Terima
kasih atas kebebasan Barat
yang diberikan kepadaku—untuk berpikir,
menyelidiki, berbicara, bertukar pikiran, berdiskusi, menantang pikiran orang lain,
ditantang oleh orang lain, dan berpikir ulang. Sehingga, aku bisa menilai agamaku
secara seimbang dengan semangat yang tidak akan pernah kumiliki dalam
mikrokosmos muslim yang sempit di madrasahku. Tak perlu memilih Islam atau
Barat. Sebaliknya, Barat memungkinkan aku untuk memilih Islam, meskipun
secara tentatif. Sehingga, sekarang terserah kepada Islam untuk mempertahankan
diriku‖.
Menurut Irshad Manji, Islam merupakan hadiah dari kaum Yahudi dan kita
harus berterima kasih kepada mereka.―Berapa banyak dari kita yang tahu sampai
sejauh mana fakta bahwa Islam adalah ―hadiah dari kaum Yahudi‖? Kesatuan
penciptaan Tuhan, keadilan Tuhan yang inheren dan yang sering kali misterius,
2
kapasitas bawaan dalam diri kita sebagai mahluk Tuhan, untuk memilih hal-hal
yang baik, tujuan akhir kehidupan duniawi kita, tidak terbatasnya hidup sesudah
mati—hal-hal tersebut dan hal-hal besar lain menyangkut monoteisme datang
kepada kaum muslim melalui Yudaisme. Penemuan ini menyentak kesadaranku
karena mendorong agar kaum muslim tidak perlu terlena dalam slogan antiSemitisme. Kalaupun ada hal yang mengaitkan kaum muslim dengan kaum
Yahudi, maka hal itu adalah: alasan untuk berterima kasih kepada mereka lebih
besar ketimbang membenci mereka‖.
Irshad Manji mengatakan bahwa Yahudi melingkari kitab mereka dengan
berbagai tafsir dan memasukkan perdebatan-perdebatan internal ke dalam Talmud
itu sendiri. Sebaliknya, sebagian besar kaum muslim memperlakukan Al-Quran
sebagai dokumen yang harus ditiru (diimitasi) ketimbang harus diinterpretasikan.
Dan hal itu membunuh kemampuan kita untuk berpikir bagi diri kita
sendiri.Bahkan di Barat, kaum muslim secara rutin diajari bahwa Al-Quran adalah
manifesto final dari kehendak Tuhan, yang menggantikan Injil dan Taurat.
Sebagai manifesto final, Al-Quran adalah kitab yang ―sempurna‖—bukan untuk
dipertanyakan, dianalisis, atau bahkan diinterpretasikan, tapi hanya untuk diyakini
begitu saja.Hal yang sama terjadi pada sumber kedua hukum Islam: hadis. Hadis
adalah laporan- laporan ―otoritatif‖ tentang apa saja yang telah diucapkan dan
dilakukan oleh Nabi Muhammad sepanjang hidupnya. Pertanyaan apa pun yang
tidak ada jawaban langsung di dalam Al-Quran—garis bawahi kata ―langsung‖—
maka hadislah yang selayaknya menjawab. Selama berabad-abad, hadis telah
dikumpulkan dan dibukukan oleh para ulama terkenal untuk konsumsi kita. Yang
harus kita lakukan hanyalah pasrah kepada hadis-hadis tersebut (atau, lebih
tepatnya, kepada hadis-hadis yang telah dipilihkan oleh para pemimpin agama
kita). Oh ya, bagaimana dengan pernyataan bahwa Nabi Muhammad adalah
manusia terpilih yang bisa saja mengalami kesalahan?
Itu merupakan sebagian dari kritik Irshad Manji terhadap Al-Qur’an dan
hadits bahkan Nabi Muhammad, belum lagi dia mengatakan bahwa Al-Qur’an
merupakan kitab yang penuh kontradiksi, tidak memihak perempuan, tidak
memihak homoseksual, dan sebagainya.
3
Dalam buku ini, Irshad Manji juga mengajak umat Islam untuk melihat sebab
permasalahan yang muncul di kalangan umat Islam pada diri umat Islam sendiri,
jangan menyalahkan pihak lain. Umat Islam diminta jangan hanya terpaku pada
permasalahan rakyat Palestina tetapi fokus pada permasalahan yang lebih penting
yang sedang terjadi. Dia juga mempertanyakan siapa sebenarnya yang bersalah
dalam konflik Palestina-Israel? Dan siapa yang sebenarnya pengkhianat yang
telah meninggalkan rakyat Palestina?
Di sini juga menceritakan tentang pengalaman dia mengunjungi Israel, yang
mana dia mendatangi tepi barat dan juga mesjid Aqsa. Dia mendapat perlakuan
yang tidak menyenangkan oleh petugas waqf ketika dia hendak memasuki
kawasan Dome of The Rock yang memaksanya memakai korset, menurutnya itu
merupakan pakta Umar yang melecehkan kaum zimmi. Kemudian dia juga
mendapatkan kenyataan bahwa banyak kamp pengungsi di Palestina, jadi,
menurutnya, kemana semua bantuan dari Dunia kepada rakyat Palestina? Di sini,
dia ingin mengatakan bahwa para pemimpin Muslim sendiri tidak bisa dipercaya,
penuh bobrok, sehingga semua bantuan dunia untuk rakyat Palestina tidak sampai
ketangan yang membutuhkan. Sebaliknya, Irshad Manji mempunyai pandangan
yang cukup positif terhadap Israel.
B. Pembahasan/Analisis
Menurut saya, penilaian awal Irshad Manji terhadap Islam berdasarkan
pengalaman pribadi semata. Dia melihat Islam dan mengambil kesimpulan
tentang apa itu Islam lebih kepada apa yang keluarga dan lingkungannya
praktikkan. Misalnya, sikap ayahnya yang kasar terhadap keluarga dan
memperlakukan pembantunya (Tomasi) sebagai budak. Begitupun dengan
kerabatnya yang rata-rata dari mereka mempunyai seorang budak berkulit hitam.
Hal itu membuatnya berpendapat bahwa Islam merendahkan martabat manusia.
Baginya bukan Islam yang membuatnya yakin tentang semua orang memiliki
martabat, Lingkungan demokratis tempat keluarganya bermigrasilah yang
membuatnya meyakini hal itu. Kemudian dia juga tidak mau memberi sumbangan
kepada lembaga amal di mesjid tempat tinggalnya karena curiga bahwa uang
4
tersebut akan digelapkan oleh pengurus lembaga tersebut, dia lebih memilih
menyumbang ke lembaga non-relegius yang kesahihannya bisa dia selidiki. Dia
juga melihat Islam melalui guru madrasahnya Mr. Khaki yang bersikap kaku dan
tidak memperbolehkannya bertanya sesuatu.
Tentu salah satu cara melihat Islam adalah dengan cara melihat pemeluknya,
namun anda tidak dapat memahami Islam hanya dengan melihat pemeluknya saja,
tetapi anda harus mempelajari sumber ajarannya juga. karenabanyak diantara
mereka yang beragama Islam tidak menjalankan agamanya dengan benar.Untuk
kasus Irshad Manji, sungguh tidak adil menilai Islam hanya berdasarkan apa yang
dipraktikkan lingkungan keluarganya, umat Islam bukan hanya keluarga dan
lingkungan dia saja tapi umat Islam ada hampir disetiap belahan dunia. Sifat kasar
ayahnya, perlakuan keluarganya terhadap orang kulit hitam, ketidakpercayaannya
kepada badan amal mesjid, dan gurunya yang kaku, itu semua sifat mereka
sebagai manusia yang tidak ada hubungannya dengan agama, kebetulan saja
mereka beragama Islam. Islam menyuruh kita berbuat baik baik dan berakhlak
mulia (dari ‘abdillah bin Amrin, bahwa sesungguhnya Rasulullah bersabda:
“sesungguhnya orang-orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling
baik akhlaknya.‖)1, Islam juga menyuruh umatnya untuk memerdekakan budak
(salah satu kafarat Zihar adalah memerdekakan budak)2, bersikap jujur (Abdullah
Ibn Mas’ud berkata bahwa Nabi Saw bersabda: ―sesungguhnya benar (jujur) itu
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga, dan seseorang
itu berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang siddiq (orang
yang sangat jujur dan benar),... dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab
tatakrama),3 serta saling menolong dalam kebaikan (Q.S Al-Maidah: 2). Jadi,
jangan salahkan Islam atas perilaku orang-orang yang tidak menjalankan
agamanya dengan baik, karena perilaku mereka tidak mencerminkan Islam sama
sekali.
1
Zaini Ali Akbar, Metode Menggapai Kasih Sayang Allah, (Jakarta: Cv Tri Bina Insani,
tt), Hlm. 265
2
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Bandung, 2007) ,Hlm.
412
3
Rachmat Syafe’i, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, (Bandung: Pustaka
Setia, 2000), Hlm. 82
5
Mengenai klaim Irshad Manji bahwa umat Islam tidak menafsir dan
menginterpretasikan Al-Qur’an seperti halnya Yahudi melakukan tafsir terhadap
kitab mereka hal itu tidak benar, karena sangat banyak karya Mufassir tentang AlQur’an yang beredar dikalangan umat Islam. Misalnya Tafsir Jalalain, Tafsir AlQur’an Al-Azhim li An-Nisa’, Tafsir Al-Aisar, Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur,
Tafsirul Wajiz, Tafsir Al-Misbah, dan masih banyak lainnya. Irshad Manji
sepertinya tidak memperoleh informasi tentang hal ini atau dia tidak mau
mengakuinya karena sebagian besar kitab tafsir itu ditulis oleh orang-orang
―berjenggot‖ yang tidak disukainya.4
―Ibrahim, nabi pertama yang menerima wahyu bahwa hanya ada satu Tuhan
Yang Mahakuasa‖. Apa maksudnya ini? Bagaimana dengan Nabi Adam, Idris,
Nuh, Hud, dan Shalih? Apa mereka tidak menerima wahyu dari Allah? Mereka
tidak meng-Esa-kan Allah?(QS. An-Naml: 45 ―Dan sungguh, kami telah
mengutus kepada kaum Samud saudara mereka yaitu Shalih (yang menyeru,
“sembahlah Allah!‖...)).Irshad Manji tidak mengetahui tentang hal ini? Entahlah,
namun, sepertinya maksud dia disini adalah umat Islam mempunyai hubungan
yang erat dengan Yahudi, pengetahuan ini tidak dia dapati di madrasahnya, jadi
menurut dia umat Islam tidak menghargai Yahudi (kenyataannya, madrasahnya
itu bukan satu-satunya sekolah Islam di dunia yang mengajarkan sejarah ).
Pendapat Irshad tentang Al-Qur’an yang penuh kontradiksi sehingga tak
punya pilihan lain kecuali harus memilih bagian mana yang harus dipilih dan
bagian mana yang diabaikan. Sepertinya hal ini disebabkan Al-Qur’an dengan
tegas melarang aktivitas homoseksual (QS.An-Naml: 54-55) yang merupakan
bencana bagi dia yang seorang lesbian, jadi dia hanya mau mengambil dari AlQur’an yang sesuai dengan kehendaknya saja.
Irshad Manji juga menyorot tentang tokoh politik kaum muslim yang penuh
bobrok memalukan, hampir semua yang dibicarakannya dalam buku ini
merupakan keburukan semata. Pertanyaannya, benarkah semua yang di
4
Firdaus M Yunus, “Agama Dan Pluralisme,” Jurnal Ilmiah Islam Futura 13, no. 2 (2014):
213–29; Nurdin Fauziah, “KEBENARAN MENURUT PRAGMATISME DAN TANGGAPANNYA
TERHADAP ISLAM,” Jurnal Ilmiah Islam Futura 13, no. 2 (2014): 184–200.
6
bicarakannya tersebut? Apakah tidak ada sisi positif dari pemimpin muslim
tersebut?
Dia juga mengatakan seharusnya umat Islam berterima kasih kepada Barat
yang telah menyelamatkan mereka dari ―senjata kimia‖ Saddam Husain.
Pertanyaanya, kenapa umat Islam harus berterima kasih terhadap sesuatu yang
bahkan tidak pernah terbukti ada? (Mantan PM Inggris Akui Tak Ada Senjata
Kimia di Irak, Tempo, London- Mantan PM Inggris Tony Blair akhirnya meminta
maaf atas keikutsertaan Inggris dalam invansi Irak pada 2003).5 Berapa banyak
nyawa umat Islam yang meninggal karena serangan Barat di Irak demi
melengserkan Saddam Husain yang ―katanya‖ punya senjata kimia? Berapa
kerugian ekonomi yang diderita Iraq karena hal tersebut? Bagaimana kehidupan
rakyat Iraq setelah serangan tersebut?
Irshad Manji menyoroti muslim Prancis yang melaporkan seorang yang telah
menghina Islam ke pengadilan, menurutnya itu merupakan sikap yang
memalukan. Namun dia tidak membahas sedikitpun bagaimana pemerintah
prancis memperlakukan umat Islam.(Perempuan Islam Berhijab Didenda Di
Pantai Prancis).6
Ajakan Irshad Manji kepada umat Islam untuk melihat sebab permasalahan
yang muncul di kalangan umat Islam pada diri umat Islam sendiri, dan jangan
menyalahkan pihak lain merupakan hal yang positif. Umat Islam memang harus
berbenah dan memperbaiki semua struktur kehidupannya mulai dari pendidikan,
kesehatan, kemakmuran masyarakat dan hal lain sebagainya untuk bisa bersaing
dengan kemajuan yang telah dicapai Barat sekarang ini. Sehingga kita tidak
menjadi umat yang lemah yang bisa ditindas oleh Barat, tetapi juga bisa
memberikan kontribusi yang sama besarnya dengan mereka.
C. Simpulan
Buku Beriman Tanpa Rasa Takut merupakan buku yang ditulis oleh seorang
Muslim Refusenik yang menyorot permasalahan-permasalahan yang terjadi
5
https://m.tempo.co/read/news/2015/10/26/115713122/mantan-pm-inggris-akui-tak-adasenjata-kimia-di-irak
6
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_prancis_muslimah
7
dikalangan umat Islam sekarang ini. Hal-hal yang diungkap misalnya tentang
bagaimana umat Islam memandang homoseksual, bagaimana umat Islam
menjalankan agamanya (Timur Tengah), bagaimana sikap politik umat Islam,
konflik Palestina-Israel, serta pandangan umat Islam tentang Israel dan Yahudi.
Dari pembahasan di atas saya berkesimpulan bahwa Irshad Manji merupakan
seorang Muslim Refusenik yang sangat mengagumi Yahudi, hal ini terbukti dari
cara dia menamakan dirinya, cara dia membandingkan Talmud dengan Al-Qur’an,
cara dia mengagumi kata-kata seorang Rabi dan sikapnya yang cukup positif
terhadap Israel.
Tidak semua yang dikatakannya dalam buku ini saya setujui, ada juga yang
tidak saya setujui. Menurut saya buku ini mengandung sisi positif dan negatif,
tergantung kepada
pembaca
mau
menyikapinya
bagaimana.
Kebebasan
berpendapat merupakan hal yang harus dihargai, jadi tidak ada salahnya jika
menjadikan buku ini sebagai salah satu bacaan untuk memperkaya khazanah
pengetahuan kita.
D. Referensi
Rachmat Syafe’i, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, Bandung: Pustaka
Setia, 2000.
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo Bandung, 2007.
Zaini Ali Akbar, Metode Menggapai Kasih Sayang Allah, Jakarta: Cv Tri Bina
Insani, t.t.
https://m.tempo.co/read/news/2015/10/26/115713122/mantan-pm-inggris-akuitak-ada-senjata-kimia-di-irak
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_prancis_muslimah
Fauziah, Nurdin. ―KEBENARAN MENURUT PRAGMATISME DAN
TANGGAPANNYA TERHADAP ISLAM.‖ Jurnal Ilmiah Islam Futura 13,
no. 2 (2014): 184–200.
8
Yunus, Firdaus M. ―Agama Dan Pluralisme.‖ Jurnal Ilmiah Islam Futura 13, no.
2 (2014): 213–29.
9
Download