PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Yogyakarta adalah Kota yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kota Yogyakarta berbatasan dengan Kabupaten Sleman, Bantul dan Kulon Progo yang terletak di satu Provinsi yang sama. Jogja, begitu Kota ini akrab disapa, disebut sebagai Kota wisata, Kota budaya serta Kota pelajar. Predikat Jogja sebagai Kota wisata sekaligus membuat Kota ini menjadi destinasi wisata utama di Indonesia, setelah Bali. Di Kota Jogja terdapat banyak sekali objek wisata, mulai dari objek wisata alam, sejarah, budaya serta wisata religi. Setiap tahun Kota Jogja ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan domestik maupun internasional. Data Badan Pusat Statistik Provinsi DIY pada tahun 2012 mencatat jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY sebanyak 3,536 juta wisatawan, yang terdiri dari 3,398 juta wisatawan lokal dan 148,5 ribu wisatawan asing (BPSDIY, 2012). Jogja memiliki ratusan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Perguruan tinggi yang terkenal antara lain UGM, UNY, UPN, UMY dan ISI. Jumlah Perguruan tinggi di Jogja yang banyak ini menjadikan Kota Jogja ramai didatangi mahasiswa dari seluruh Indonesia dan juga mahasiswa dari luar negeri. Banyaknya pelajar yang merantau ke Jogja ini sekaligus membuat semakin banyak orang yang akan berkunjung ke Jogja. Mulai dari teman – teman yang berwisata hingga orang tua pelajar saat acara wisuda. Hal ini tentu saja membuat Kota Jogja semakin ramai akan wisatawan. Fakta-fakta mengenai pendatang dan wisatawan yang mengunjungi Kota Jogja ini membuat pembangunan hotel di Jogja meningkat. Mulai tahun 2010 sampai Maret tahun 2015, data dari Dinas Perizinan Kota Jogja telah mencatat sebanyak 352 hotel di wilayah Kota Yogyakarta telah diberikan izin, baik hotel yang sudah beroperasi maupun dalam tahap pembangunan. Data dari Dinas Perizinan tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta sedang menjadi buruan para investor dalam menanamkan modalnya untuk bisnis perhotelan. Hotel-hotel yang dibangun di Jogja juga beragam, mulai dari hotel kelas bawah yang sering disebut hotel melati sampai 1 2 hotel berbintang seperti hotel Tentrem dan Indolux hotel yang beroperasi mulai tahun 2014. Jumlah hotel yang semakin banyak dan pilihan tingkat hunian ini tentunya bisa mempermudah para pendatang dalam mencari hunian untuk bersinggah ketika berkunjung ke Jogja. Perkembangan teknologi yang semakin maju memberikan akses yang luas kepada para pencari hotel untuk memilih hotel-hotel yang sesuai dengan keinginanya. Website seperti agoda.com, traveloka.com, trivago.com dan booking.com adalah contoh situs yang menawarkan layanan berupa pencarian hotel sekaligus pemesanan kamar hotel dengan baik dan mudah. Situs-situs reservasi hotel tersebut menawarkan layanan berupa kemudahan memesan kamar hotel yang diikuti dengan penjelasan fasilitas kamar serta harga yang harus dibayarkan. Situs-situs reservasi hotel juga dapat menampilkan lokasi hotel dalam bentuk peta. Dalam kegiatan ini, penulis akan membuat sebuah website yang hampir serupa tetapi lebih menekankan pada penggunaan query spasial. Website yang dibuat dapat menampilkan lokasi hotel dari parameter pencarian lokasi yang pengguna masukkan. Seperti pencarian lokasi hotel dari posisi pengguna membuka website, atau dari posisi pengguna melakukan klik pada peta online. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web dapat menjadi solusi pembuatan situs tersebut. Aplikasi SIG yang diterapkan pada pembuatan website dapat digunakan dalam pembuatan suatu website yang menekankan layanan berupa pencarian lokasi secara spasial. Layanan lokasi spasial ini bisa sangat beragam, dan tergantung pada query spasial yang digunakan. Website yang menekankan pada pencarian lokasi spasial juga dapat menambahkan informasi mengenai harga dan fasilitas kamar sebagai informasi pendukung. I.2. Cakupan Kegiatan Cakupan kegiatan pembuatan sistem informasi lokasi hotel di Kota Yogyakarta berbasis Web adalah sebagai berikut : 1. Lokasi hotel yang termasuk dalam kegiatan adalah hotel yang terdaftar di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sampai bulan Maret tahun 2015 di dalam 3 area jalan lingkar Yogyakarta dan di luar jalan lingkar Yogyakarta sejauh 2 kilometer. 2. Pembuatan sistem informasi hotel berbasis web menggunakan perangkat lunak opensource OpenGeo Suite dan platform opensource OpenLayers3 3. Informasi hotel yang ditampilkan adalah sebagai berikut i. Nama hotel ii. Alamat hotel iii. Nomor telepon iv. Kelas hotel v. Harga minimal pemesanan kamar hotel vi. Foto hotel vii. Link ke website resmi hotel (jika hotel memiliki situs resmi) viii. Link ke situs reservasi hotel (jika hotel masuk ke dalam situs situs reservasi online) 4. Bentuk query dari basisdata hotel yang akan dijadikan fitur – fitur dalam peta adalah sebagai berikut : a. Query spasial untuk mencari hotel dari lokasi penting di Kota Jogja yang telah diidentifikasi ke dalam basisdata b. Query spasial untuk mencari lokasi suatu hotel dari posisi pengguna pada saat membuka website. c. Query spasial dimana pengguna dapat mencari lokasi hotel dari lokasi klik pada peta online. 5. Dalam proses pencarian hotel, pengguna difasilitasi untuk mencari hotel yang terdekat atau hotel dengan radius jarak yang mereka masukkan sendiri. I.3. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sebuah sistem informasi berbasis web yang dilengkapi layanan pencarian lokasi hotel berdasarkan query spasial. Informasi spasial disajikan dalam bentuk peta online ditambah informasi dari data atribut hotel sebagai pelengkap. 4 I.4. Manfaat 1. Sistem informasi lokasi hotel berbasis web ini dapat mempermudah pengguna untuk melakukan pencarian hotel berdasarkan lokasi. 2. Sistem informasi ini dapat melakukan pencarian lokasi hotel oleh pengguna dari manapun lokasi pengguna berada. 3. Sistem informasi ini dapat memudahkan wisatawan di Kota Jogja untuk melakukan pencarian hotel sesuai kriteria lokasi yang diinginkan. 4. Website yang dihasilkan dapat memeperkenalkan aplikasi penggunaan query spasial pada sebuah website yang selama ini belum banyak digunakan. I.5. Landasan Teori I.5.1. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis merupakan sebuah sistem yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya (Prahasta, 2009). Secara sederhana Sistem Informasi Geografis diartikan sebagai suatu sistem komputer yang mampu menyimpan dan menggunakan data yang menggambarkan lokasi di permukaan bumi. Dari definisi tersebut dengan jelas SIG berhubungan erat dengan komputer, baik hardware maupun software. Definisi SIG selalu berkembang, bertambah dan bervariasi. Hal ini telihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu, SIG juga digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Fungsi Sistem informasi Geografis juga berkembang dari waktu ke waktu. Menurut Davis (2001) fungsi SIG adalah sebagai berikut: 1. Koleksi data atau pengumpulan data. SIG mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dapat berupa data vektor maupun raster. 2. Penyimpanan dan manajemen data. Data digital dalam SIG disimpan dengan efisien ke dalam sebuah basisdata. 3. Pemanggilan data kembali. SIG dapat dengan menyeleksi dan menampilkan data. 5 4. Konversi data. SIG dapat melakukan konversi data dari suatu bentuk menjadi bentuk lain atau dari suatu format peta menjadi format peta lainnya. 5. Analisis. Analisis data dalam SIG bertujuan untuk menghasilkan informasi baru dalam peta. 6. Pemodelan data. SIG menyederhanakan data agar informasi di dalamnya dapat dimengerti atau dapat menjelaskan dunia nyata secara sederhana. 7. Penyajian data. SIG dapat menampilkan data melalui berbagai cara, seperti peta, diagram dan laporan, agar dapat dimengerti. I.5.2. Sistem Informasi Geografis berbasis web 1.5.2.1 Pengertian Web. Teknologi komputer semakin berkembang dari waktu ke waktu. Pada era sekarang sebuah komputer sudah dapat terkoneksi dengan komputer lain di seluruh dunia dengan jaringan khusus. Jaringan khusus ini yang disebut jaringan internet. Jaringan internet memerlukan suatu standar protocol tertentu sehingga komputer-komputer di seluruh dunia yang memiliki standar yang berbeda-beda saling terhubung. Standar protocol ini disebut TCP/IP (Transmision Control Protocol/ Internet protocol). TCP/IP ini merupakan suatu standar untuk mempaketkan dan mengalamatkan data komputer sehingga data tersebut dapat dikirim ke komputer lainnya dan tiba dalam waktu yang cepat tanpa adanya kerusakan atau kehilangan data. TCP berfungsi untuk penyampai data yang dikirim sedangkan IP berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang tepat. Salah satu layanan TCP/IP yang paling popular adalah web. Web merupakan layanan pada sisi client atau client side yang berarti fungsi web adalah melakukan permintaan pada data dan layanan yang diminta pengguna web kepada webserver. Komunikasi antara webserver dengan webclient ini melalui suatu protocol yang disebut HTTP. Informasi pada web ini sendiri dapat diakses dengan suatu kumpulan kode alfanumerik pada internet yang disebut URL. 1.5.2.2 WebGIS. Menurut Prahasta (2007), Sistem Informasi Geografis berbasis web adalah aplikasi SIG atau pemetaan digital yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan dan menyediakan informasi dalam bentuk 6 teks, peta digital serta menjalankan fungsi–fungsi analisis dan query yang terkait dengan SIG melalui jaringan internet. Aplikasi Sistem Informasi Geografis berbasis web sering juga disebut WebGIS. Peng dan Tsou (2003) menyebutkan bahwa WebGIS memiliki tiga komponen utama seperti Gambar I.1. Gambar I.1 Komponen WebGIS (Sumber: Peng dan Tsou, 2003) 1. Pengguna (web client) adalah sisi dimana pengguna melakukan interaksi dengan suatu aplikasi SIG berbasis web melalui tampilan antarmuka yang menyajikan informasi geospasial. 2. Server (web server) adalah sisi dilakukannya proses untuk merespon request dari pengguna. 3. Spatial database adalah tempat menyimpanan data spasial dan atribut yang pengelolaannya dilakukan dengan bantuan SMBD. Data GIS yang ditampilkan pada sebuah browser pada sisi client dapat berbentuk tampilan peta. Peta yang ditampilkan dalam WebGIS ini bermacam – macam dan tergantung pada klasifikasi peta. Menurut Kraak (2000) Terdapat dua jenis peta berbasis web yaitu : 1. Static Map : peta yang digunakan hanya untuk memvisualisasikan saja, biasanya dalam bentuk raster JPG, PNG, TIFF. 2. Dinamic Map : peta dinamis yang tidak hanya digunakan untuk memvisualisasikan saja akan tetapi memiliki menu interaktif sehingga mampu menampilkan perubahan komponen spasial dari obyek yang ditampilkan. Klasifikasi peta berbasis web dapat dilihat seperti pada Gambar I.2. 7 Gambar I.2 Klasifikasi peta berbasis web (Sumber : Kraak, 2003) Peta statis atau static map ini adalah produk kartografi seperti pada umumnya. Kebanyakan adalah bentuk peta hasil pemindaian yang kemudian dimasukkan ke halaman web. Peta jenis ini akan berubah jika data peta tersebut di perbaharui lagi dengan cara dipindai atau diunggah sebagai gambar melalui server. Peta ini akan menjadi interaktif apabila kemudian pengguna dapat melakukan perintah-perintah tertentu, misalnya: zooming, panning, dan hyperlink ke informasi tertentu, atau pengaturan pada layer tertentu yang ingin ditampilkan pengguna. Peta dinamis adalah peta yang memungkinkan pengguna melihat perubahanperubahan pada peta. Perubahan ini adalah hasil dari olah data dari server yang kemudian disajikan ke dalam peta. Pada peta dinamis interaktif, terdapat fungsi seperti geocoding, geotagging, dan pencarian lokasi dengan menggunakan query yang dapat dilakukan oleh pengguna situs, misalnya mencari lokasi rumah sakit dari suatu lokasi. Peta dinamis yang sering ditemui di halaman web misalnya: peta dinamis perubahan lalu lintas Kota seperti website lalu lintas Kota Surabaya. I.5.3. Sistem Basisdata Basisdata dapat dipahami sebagai suatu kumpulan informasi yang terorganisir sehingga dapat digunakan secara efisien. Informasi yang dikumpulkan dapat terdiri dari berbagai format data seperti format elektronik, suara, cetak dan sebagainya. Data adalah suatu fakta yang mewakili suatu objek yang dicatat dan mempunyai arti implisit. Data diorganisasikan dalam bentuk sebagai berikut (Waljiyanto 2003). 8 1. Elemen data adalah satuan data terkecil yang tidak dapat dipecah lagi menjadi unit lain yang bermakna. Misalnya data hotel terdiri dari Nama, Alamat, Telepon atau kelas hotel. 2. Rekaman merupakan gabungan sejumlah elemen data yang saling terkait. Istilah lain dari rekaman adalah baris atau tupel. 3. Berkas adalah himpunan seluruh rekaman yang bertipe sama. Sistem basis data adalah gabungan antara basis data dan perangkat lunak sistem manajemen basis data (SMBD) termasuk di dalamnya program aplikasi yang dibuat dan bekerja dalam satu sistem (Elmasri dan Navathe, 1994). Konsep sistem basis data menurut Elmasri dan Navathe seperti pada Gambar I.3 berikut: Gambar I.3 Konsep sistem basis data. (Sumber : Elmasri dan Avanthe 1994) SMBD memiliki tiga kemampuan, yaitu pendefinisian basis data, penyusunan basis dan manipulasi data. Gabungan antara basis data dengan perangkat lunak (SMBD) yang mengelolanya disebut dengan sistem basis data seperti yang dijelaskan pada Gambar I.4 tersebut. 1.5.3.1 Sistem Manajemen Basisdata Spasial. Sistem Manajemen Basis Data Spasial (SMBDS) adalah perangkat lunak yang digunakan untuk menyimpan dan mengelola data spasial dengan pendekatan sistem basis data (Gandhi dkk, 2009). SMBDS harus 9 mampu mendukung berbagai macam pemodelan data spasial, spatial abstract data types (ADTs), dan bahasa query untuk memanggil ADTs ini. Disamping itu, SMBDS juga harus mendukung pengindeksan spasial dan mempunyai algoritma yang efisien untuk pemrosesan operasi yang akan dilakukan. Data spasial memiliki suatu standar pemodelan dari OGC yang disebut spatial data model. Spatial data model menjelaskan model simple feature geometry yang menjadi standar dari OGC. Diagram standar dari model data spasial seperti pada Gambar 1.4, yang digambarkan dalam bentuk hirarki kelas geometri (Herring, 2011). Gambar I.4 Hirarki kelas geometri. (Sumber: Herring, 2011) Hirarki kelas geometri sesuai OGC pada Gambar 1.5 juga menjelaskan model geometri untuk perluasan dimensi satu, dimensi dua dan dimensi tiga yang disebut MultiPoint, MultiLineString and MultiPolygon untuk memodelkan hubungan antar bentuk titik, garis dan luasan yang sama. Spesifikasi OGC juga mensyaratkan adanya penanda untuk sistem referensi spasial yang digunakan oleh suatu objek geometri. Penanda ini biasa disebut SRID (Spatial Referencing Sistem Identifier) yang digunakan untuk mendefinisikan sistem proyeksi dan ellipsoid referensi yang digunakan oleh objek tersebut. 10 I.5.4. Pengelolaan data pada perangkat lunak OpenGeo Suite Sistem manajemen basisdata spasial menggunakan perangkat lunak OpenGeo Suite. Perangkat lunak yang digunakan merupakan paket perangkat lunak open source yang terdiri dari beberapa perangkat lunak geospasial berbasis kode terbuka yang digunakan untuk mempublikasikan data spasial secara online. OpenGeo Suite ini membantu dalam manajemen basisdata, pembuatan service dan menampilkan data di dalam WebGIS. Secara umum tahapan pengelolaan basisdata dibagi menjadi beberapa bagian. 1.5.4.1 Pengelolaan basisdata. Data spasial dan data atribut yang digunakan dalam kegiatan ini disimpan dalam sebuah perangkat lunak pengelola basisdata yang memungkinkan untuk dilakukan proses pengambilan dan penambahan data secara cepat. Pada suatu program basisdata, basisdata spasial disimpan dalam kolom geometri. Data geometri tersebut disimpan dalam bentuk Well known binary (WKB). Data dalam bentuk WKB ini adalah bentuk data yang sesuai standar OGC dan bentuk data ini hanya dapat dibaca oleh komputer. Data WKB tersebut dapat diubah menjadi bentuk data yang dapat dipahami manusia yaitu Well known text (WKT). 1.5.4.2 Sinkronisasi data spasial dengan server geospasial. Data spasial dan data atribut yang disimpan dalam suatu basisdata spasial harus dilakukan sinkronisasi ke dalam suatu server geospasial. Sinkronisasi ini ditujukan agar data yang digunakan dapat dilakukan proses saling berbagi data geospasial. Server data spasial ini mendukung interoberability, yaitu memasukkan, mengolah dan menerbitkan dari semua sumber data yang sama sesuai dengan standar OGC. Implementasi jenis data yang dimaksud adalah Web Feature Service (WFS) dan Web Coverage Service (WCS) standar, serta high performance Web Map Service (WMS). 1. Web Map Service (WMS) Web Map Service (WMS) adalah suatu standar dari OGC yang digunakan untuk pengiriman dan penerimaan data gambar geospasial melalui protokol HTTP. Gambar ini dapat bersumber dari data vektor dan data raster. WMS menyediakan sebuah standar interface untuk melakukan permintaan gambar geospasial 11 (Beaujardiere, 2006). WMS memiliki manfaat utama yaitu client dapat meminta gambar dari beberapa server, dan kemudian menggabungkannya dalam satu tampilan. Keunggulan dari WMS yang utama adalah WMS dapat memungkinkan untuk melakukan penumpukan gambar atau overlay data. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat untuk dapat menggambarkan keadaan lapangan yang sebenarnya. 2. Web Feature Service ( WFS ) Web Feature Service (WFS) merupakan suatu perubahan dalam pembuatan, pertukaran dan modifikasi data informasi geografis dalam internet. Perbedanya dengan WMS terletak pada kemampuan WFS melakukan publikasi data spasial hingga pada tingkatan unsur. Client WFS dapat memperoleh informasi unsur spasial dalam bentuk vektor, baik pada tingkatan geometri maupun atributnya (Vretanos, 2010). Salah satu format data WFS yang paling sering digunakan adalah GeoJSON. GeoJSON menurut situs resminya geojson.org adalah suatu format encoding dari berbagai struktur data spasial. GeoJSON mencakup format-format data geometry berikut: Point, LineString, Polygon, MultiPoint, MultiLineString, dan MultiPolygon. I.5.5. Kartografi Kartografi adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan visualisasi dari informasi geografis, atau dalam pengertian popular dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin yang melibatkan ilmu, teknik, serta seni dalam pembuatan desain peta dan produksi peta (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Asosiasi kartografi internasional mendefinisikan lingkup pekerjaan kartografi yang dimulai dari pembuatan desain peta, pengolahan data dan proses penyajian hasil akhir (ICA, 2002). Ilmu kartografi sendiri terus berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ilmu kartografi ini seiring dengan berkembangnya teknologi internet. 1.5.5.1 Kartografi digital. Seiring pesatnya pekembangan teknologi khusunya teknologi digital seperti sekarang ini, membuat ilmu kartografi juga berkembang kearah digital. Kartografi digital ini adalah perkembangan dari kartografi analog yang sudah ada sebelumnya. Kartografi digital memungkinkan seorang kartografer untuk membuat sebuah peta menjadi lebih mudah. Tahapan pekerjaan kartografi yang dulunya cukup panjang menjadi lebih singkat, alternatif desain peta dapat dihasilkan 12 dalam waktu yang relatif singkat disebabkan beberapa bagian dari proses seperti pembuatan model warna dan cetak peta sudah dilakukan secara otomatis menggunakan komputer dan printer (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Kartografi digital menghasilkan dua produk yang satu sama lain memenuhi fungsi masing – masing, yaitu: 1. Basis data digital, merupakan media penyimapanan informasi geografis sebagai pengganti pencetakan peta. 2. Visualisasi kartografis pada sejumlah media yang berbeda merupakan fungsi pelayanan selain pencetakan peta. Dari perkembangan teknologi Komputer ini memungkinkan setiap orang memiliki proses kreatifnya sendiri dalam pemanfaatan basis data spasial untuk membuat suatu visualisasi kartografis dalam pembuatan peta. Namun disisi lain, jika pembuat yang tidak mendalamai atau menghayati ilmu kartografi, peta yang dihasilkan dapat kehilangan kaidah – kaidah kartografi yang berlaku selama ini. 1.5.52 Simbolisasi kartografi. Menurut Kraak dan Ormeling (2011) simbolisasi dalam kartografi dibedakan menjadi tiga, yaitu simbolisasi berdasarkan bentuk, simbolisasi berdasarkan jenis dan simbolisasi berdasarkan artinya. 1. Berdasarkan bentuknya simbol dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu simbol titik, garis dan luasan. i. Simbol titik mencerminkan kenampakan atau data yang mempunyai sifat non dimensi (data posisional). Data ini biasanya digunakan untuk menggambarkan lokasi bangunan, mercusuar dan lain lain ii. Simbol garis adalah simbol yang mencerminkan kenampakan atau data yang mempunyai satu dimensi yaitu panjang atau jarak. Misalnya, rel kereta api, jalan, sungai dan lain lain. iii. Simbol luasan adalah simbol yang mencerminkan kenampakan yang mempunyai sifat dua dimensi yaitu luas. Contoh dari simbol area adalah penggambaran bidang tanah. 13 2. Berdasarkan jenisnya penyajian simbol dalam peta dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: simbol piktorial, simbol geometrik atau abstrak, dan simbol huruf atau angka. i. Simbol piktorial merupakan simbol yang dalam kenampakannya mirip atau sama dengan wujud objek yang diwakilinya. ii. Simbol geometrik atau abstrak merupakan simbol yang tidak ada kemiripan dengan wujud aslinya. iii. Simbol huruf atau angka merupakan simbol yang menggunakan huruf pertama atau kedua dari nama objek yang diwakilinya. 3. Simbol Menurut Artinya. Pada penggunaan simbol ini erat kaitannya dengan skala data (ukuran data) yang dalam penyajiannya dapat dibedakan menjadi simbol: Kualitatif (nominal), ordinal, kuantitatif interval, kuantitaif rasio. i. Skala Nominal: nilai-nilai antara attribute objek berbeda secara alami, aspek yang satu dengan yang lain tidak ada yang lebih penting. Misalnya penggunaan lahan, jenis tanah dan data geologi. ii. Skala Ordinal: Nilai-nilai attribut yang berbeda satu sama lain, tapi masih ada hubungannya sama pentingnya dengan yang lain. Misalnya hangat, dingin, sejuk dan lain lain. iii. Skala Interval: Nilai-nilai atributenya berbeda, dapat ditata dan jarak antar objek dapat ditentukan. Contoh suhu karena titik nolnya berbeda atau tidak mutlak. iv. Skala Ratio: nilai-nilai atributnya berbeda, dan dapat ditata. Jarak antara ukuran objek dapat ditentukan dan ukuran objek tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Sifat angka nol pada skala ratio ini mutlak jadi tidak memiliki nol yang lainnya 1.5.5.3 Visualisasi peta di internet. Peta adalah sesuatu komoditas informasi dalam bentuk visual yang secara cepat harus mampu dikirim dari suatu tempat ke tempat lainya. Adanya teknologi internet yang saat ini mendunia membuat permintaan komoditas peta tersebut menjadi sangat tinggi karena informasi permukaan bumi dalam bentuk digital tersebut dapat dengan cepat diperoleh. Tingginya permintaan terhadap peta dalam bentuk digital ini membuat para penyedia peta harus selalu 14 memutakhirkan tampilan peta yang disajikan. Konsekuensinya adalah penyedia peta harus dapat menyajikan peta yang baik dan mudah dimengerti tetapi juga tetap memenuhi kaidah kartografi yang berlaku. Kaidah kartografi terutama pada pembentukan legenda dan simbolisasi unsur geografis pada peta di internet. I.5.6. HTML dan CSS. HTML adalah sebuah bahasa markup yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web. HTML adalah singkatan dari Hyper Text Markup Language. Sebuah bahasa markup didalam tag markup. Dokumen HTML dijelaskan oleh tag HTML. Setiap tag HTML menjelaskan isi dokumen yang berbeda. Sampai saat ini bahasa HTML yang digunakan adalah versi HTML 5. Dalam versi terbarunya ini bahasa HTML dibuat untuk lebih mempermudah author dalam membuat halaman web dan lebih mendukung interoperability (Berjon dkk, 2014). Beberapa contoh fungsi HTML sebagai berikut 1. Membuat tulisan atau text. 2. Memasukkan gambar. 3. Memasukkan link website lain. 4. Menambahkan multimedia pada halaman website. 5. Dan lain sebagainya. Sruktur dari bahasa HTML terdiri dari dua unsur, yaitu head dan body, 1. Head Bgian head atau kepala dokumen ditandai dengan tag <head> dan </head>. Pada bagian kepala berisi judul dokumen yang ditulis di dalam tag <title> dan </title>. Selain itu, terdapat link halaman sumber fungsi dan fungsi-fungsi yang akan dipanggil pada badan dokumen. Fungsi ini mendukung komponen jika terdapat fungsi fungsi tertentu yang akan ditampilkan pada halaman website. Fungsi ini dapat disimpan secara offline atau mengambil fungsi secara online. 2. Body Bagian body atau badan dokumen ditandai dengan tag <body> dan </body>. Semua yang tertulis pada bagian badan akan ditampilkan pada halaman web. Pada bagian badan dapat dituliskan perintah untuk memanggil fungsi pada 15 kepala dokumen, memanggil file gambar, membuat tombol link ke halaman web lainnya dan sebagainya. Untuk membuat style dalam suatu tampilan ini diperlukan bahasa CSS. Menurut konsorsium world wide web, CSS adalah suatu mekanisme sederhana untuk menambahkan style pada sebuah halaman HTML (W3C, 2015). CSS menurut Kadir (2003) adalah suatu bahasa stylesheets yang mengatur tampilan suatu dokumen. CSS memungkinkan untuk menampilkan halaman yang sama dengan format yang berbeda. CSS dapat membuat tampilan web menjadi lebih menarik dan konsisten. Gambar I.5 Contoh script CSS. Script CSS dituliskan pada script HTML seperti pada Gambar I.5. Script CSS ini sebagai penyusun halaman HTML dari sebuah website. Terlebih dahulu penulisan script pada bagian head HTML. Pada bagian head ini, CSS melakukan inisialisasi mengenai format dari bentuk yang akan dihasilkan. Pada perkembanganya terdapat banyak sekali platform CSS yang dapat digunakan untuk membuat tampilan halaman web secara cepat. Platform CSS ini banyak digunakan untuk membuat tampilan halaman web menjadi menarik dan interaktif dengan scripting yang lebih ringkas. Salah satu platform yang terkemuka adalah Bootstrap. Bootstrap menurut situs resminya getbootstrap.com adalah kerangka HTML, CSS dan JavaScript yang paling popular untuk membuat tampilan website menjadi responsive dan easy looking. Bootstrap membantu pembangunan halaman web dengan lebih cepat dan mudah. File JavaScript Bootstrap dapat dicantumkan di setiap halaman 16 HTML. File JavaScript disimpan dalam server Bootstrap secara online dan dapat diunduh sehingga pemanggilan file secara offline pada media penyimpanan pada komputer. Gambar I.6 Contoh penulisan untuk pemanggilan Bootstrap pada HTML Untuk memanggil file JavaScript dari Bootstrap, dilakukan pemanggilan dengan menambahkan link pada bagian head dari sebuah script HTML. Script Bootstrap kemudian dituliskan pada bagian body dari sebuah script HTML. Gambar I.7 Contoh penulisan Bootstrap pada bagian body. Gambar I.7 menunjukkan contoh penulisan Bootstrap yang akan memunculkan tombol pada halaman HTML. Tombol yang dibuat tidak perlu dibuat class CSS secara manual akan tetapi sudah mengacu kepada class yang disimpan pada file JavaScript yang dilampirkan. Sehingga dengan mudah pembuat web dapat membangun halaman webnya dengan efisien dan cepat tetapi juga menghasilkan tampilan yang menarik I.5.7. Pemrograman web pada pembuatan aplikasi WebGIS Suatu aplikasi WebGIS dibuat menggunakan proses scripting menggunakan beberapa bahasa pemrograman web. Proses scripting pada pembuatan aplikasi webgis 17 ini dilakukan untuk membangun sebuah aplikasi yang interaktif dan user dapat menggunakannya dengan mudah. Bahasa pemrograman yang terkemuka untuk membuat sebuah website menjadi interaktif adalah bahasa pemrograman JavaScript. Sintax yang digunakan dalam penulisan scripting JavaScript meniru bahasa C. Bahasa C ini menjadi dasar dalam penulisan sintax JavaScript sehingga dengan sederhana dapat dibuat sintax yang mirip atau menyerupai bahasa C yang sudah umum digunakan. Bahasa JavaScript bersifat client side sehingga langsung bisa dieksekusi pada halaman website pengguna. Dengan penggunaan JavaScript membuat interaksi antara pengguna dengan situs web menjadi lebih cepat tanpa harus menunggu pemrosesan di web server. Menurut (Sunyoto, 2007) JavaScript dapat ditulis dalam dokumen HTML atau di luar dokumen HTML (eksternal). JavaScript yang berada di luar dokumen HTML ini merupakan file JavaScript (.js) yang akan dipanggil pada bagian kepala dokumen HTML (head). Secara lengkap penjelasan JavaScript ada pada website resmi W3C http://www.w3.org/standards/techs/js#w3c_all. Proses scripting JavaScript untuk pembuatan halaman website ini dapat dipermudah dengan library JavaScript yang sudah banyak tersedia. Salah satunya adalah jQuery. jQuery adalah library JavaScript untuk memanipulasi tampilan web lebih menarik secara cepat,mudah dan efisien. jQuery memiliki tagline “write less, do more”, hal ini karena kemudahan yang dimiliki. Dengan menggunakan jQuery akan mempermudah transfer data antara HTML dan JavaScript pada sisi client. Menurut Chaffer dan Swedberg (2011) kelebihan penggunaan script jQuery pada web, adalah sebagai berikut : 1. Mengakses bagian halaman tertentu. 2. Mengubah tampilan bagian halaman tertentu. 3. Mengubah isi dari halaman. 4. Menanggapi interaksi client dalam halaman. 5. Menambahkan animasi ke halaman. 6. Mengambil informasi dari server tanpa merefresh seluruh halaman. 7. Menyederhanakan penulisan JavaScript biasa. Secara lengkap penjelasan jQuery terdapat pada situs resminya jquery.com. 18 1.5.7.1 Aplikasi pemetaan berbasis web. Aplikasi pemetaan berbasis web atau lebih dikenal dengan istilah Web based mapping adalah suatu library untuk menampilkan peta dan aplikasi pemetaan dalam suatu halaman website dengan cepat. Sebagian besar web based mapping menggunakan bahasa pemrograman JavaScript API. API adalah Application Programming Interface, API merupakan suatu mekanisme yang memungkinkan programmer menggunakan data dari aplikasi lain (Rudrakshi, 2014). Salah satu web based mapping adalah library OpenLayers. OpenLayers dibangun dengan metode opensource. OpenLayers mengimplementasikan JavaScript API untuk membangun rich web-based geographic apllications yang mirip dengan Google maps dan MSN Virtual Earth APIs dan tanpa server side dependencies. Kelebihan penggunaan OpenLayers salah satunya adalah dapat menampilkan peta dasar dari berbagai sumber, termasuk peta dasar yang tidak dibangun dengan metode opensource seperti peta dasar dari Google. OpenLayers sendiri memiliki peta dasar OpenStreetMap yang merupakan peta dasar yang juga dibangun oleh pengembang OpenLayers, artinya OpenLayers tidak akan mati jika suatu saat library Google dan sejenisnya tidak lagi gratis karena memiliki peta OpenStreetMap. I.5.8. Hotel Secara umum hotel dapat diartikan sebagai sebuah gedung yang memiliki tempat tidur dan disewakan kepada para pengunjung dengan jangka waktu yang pendek. Hotel dibedakan atas lima tingkatan kelas sesuai dengan fasilitas dan kenyamanan bagi para pengunjung. Tingkatan ini disebut dengan istilah ”bintang” dimana bintang hotel dibedakan dari bintang satu untuk hotel dengan kualitas minimum sampai dengan bintang lima dengan kualitas maksimum. Setiap negara memiliki standar masing-masing untuk mengatur tingkatan bintang hotel. Tingkatan bintang hotel pada setiap negara diatur sendiri oleh asosiasi hotel di negara masingmasing. Organisasi international hotel & restaurant (ih&ra) membuat penggolongan kelas bintang hotel sebagai berikut : 1. Hotel bintang 1 : hotel bintang 1 di Indonesia sering juga disebut hotel kelas melati. Hotel yang masuk dalam kategori bintang 1 ini adalah hotel dengan tingkat fasilitas dan layanan yang minimum. Tidak ada batasan jumlah kamar 19 yang mengatur kategori bintang 1. Walaupun memiliki keterbatasan dalam hal layanan dan fasilitas yang minimal hotel bintang 1 harus memenuhi standar kebersihan yang bagus. 2. Hotel bintang 2 : hotel bintang 2 harus memiliki standar kelengkapan kamar yang baik. kamar harus memiliki tempat tidur yang sehat dan aman atau kokoh, memiliki fasilitas telepon dan kamar mandi di setiap kamarnya. 3. Hotel bintang 3 : fasilitas kamar untuk hotel bintang 3 tentunya diatas hotel bintang 2. Hotel bintang 3 selain harus memiliki standar kamar yang lengkap dengan telepon dan kamar mandi, kamar harus memiliki furniture dan televisi. Kamar pada hotel bintang 3 juga harus menyisakan sedikit ruang yang lebar. Hotel bintang 3 juga harus dilengkapi dengan bar atau lounge room untuk menjamu pelanggan. 4. Hotel bintang 4 : fasilitas kamar yang terdapat pada bintang 4 harus lebih nyaman dan lebar. Kamar hotel bintang 4 harus memiliki furniture yang lengkap serta ditambah fasilitas layanan kamar. 5. Hotel bintang 5 : kelas bintang 5 adalah kelas tertinggi dari klasifikasi hotel. Hotel bintang 5 sudah harus mencukupi semua fasilitas yang terdapat pada bintang 4 dan ditambah dengan kolam renang dan fasilitas olahraga.