KAJIAN IDENTIFIKASI LALAT BUAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN OLEH : Ir. Emmi Rosmaini Ir. Elviansyah Syawaluddin, SP BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN BELAWAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat AllahSWT, karena hanya dengan petunjuk dan ridhoNya, karya tulis yang berjudul ”Kajian Identifikasi lalat Buah di Kabupaten Simalungun” di Balai Besar karantina Pertanian Belawan tahun 2014. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis lalat buah yang ada di Wilayah Kabupaten Simalungun apakah hasil dari pemantauan daerah sebar OPT/OPTK di Kabupaten Simalungun tahun 2014 merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) ataukah Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang sudah ada di Indonesia . Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, maka kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penulisan ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ........................................................................ iv .. I. PENDAHULUAN 1.1. Sasaran ........................................................................ 1.2. Tujuan .......................................................................... 1.3. Hipotesa ....................................................................... 2 2 2 II. MORFOLOGI DAN PENGENDALIAN LALAT BUAH 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. Morfologi lalat buah ...................................................... Daur Hidup lalat Buah .................................................. Gejala Serangan Lalat Buah ...................................... Akibat Serangan Lalat Buah......................................... Peran Sebagai Hama .................................................. Pengendalian .............................................................. 3 3 4 4 4 5 III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1. Tempat dan Waktu ....................................................... 3.2. Bahan dan Alat ............................................................ 3.3. Metode Deteksi,Indentifikasi Lalat buah....................... 13 13 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 14 V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 22 VI. DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 23 3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pembungkusan buah............................................................. 6 Gambar 2. Tabung perangkap lalat buah .................................................10 Gambar 3. Perangkap Lalat Buah ............................................................11 Gambar 4. Bactrocera Umbrosa............................................................... 16 Gambar 5. Bactrocera albistrigata............................................................17 Gambar 6. Bactrocera cucurbitae............................................................. 18 Gambar 7. Bactrocera carambola ............................................................19 Gambat 8. Bactrocera papaye .................................................................20 4 KAJIAN IDENTIFIKASI LALAT BUAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN Oleh : Ir. Emmi Rosmaini *), Ir. Elviansyah**), Syawaluddin, SP***) Abstrak : Lalat Buah merupakan serangga perusak yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran seperti mangga, jambu biji, belimbing, melon, nangka, jambu air, tomat, Cabe dan lainlain. Serangga ini terdapat hampir di seluruh kawasan AsiaPasifik, dan terhitung menyerang lebih dari 26 jenis buahbuahan dan sayur-sayuran. Kerusakan pada buah akibat serangan (larva) lalat buah sebenarnya cukup hebat, karena kerusakan tersebut bersifat permanen (tidak bisa balik), dan fatal dalam waktu yang singkat. Buah yang sudah diteluri oleh lalat buah mula-mula akan rusak ringan akibat aktivitas makan larva. Seiring dengan waktu, kerusakan tersebut diperparah oleh aktivitas organisme pembusuk sehingga benar-benar hancur. Dari sisi estetika, buah yang busuk tentu akan diabaikan oleh konsumen sehingga merugikan secara ekonomis (tidak laku dijual). Berdasarkan Permentan No. 93 tahun 2011 terdapat beberapa lalat buah yang merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A1 yang belum terdapat diwilayah Indonesia. Dan sebagai salah satu UPT yang melaksanakan tugas dan fungsi untuk mencegah masuk dan keluarnya OPTK maka dilakukan pengawasan dan pemantauan terhadap penyebaran lalat buah tersebut. *) POPT Ahli Madya BBKP Belawan **) POPT Ahli Muda BBKP Belawan ***) POPT Ahli Pertama BBKP Belawan 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat buah tephritid hama mempunyai beberapa sifat biologi yang membuatnya mampu berkembang menjadi sosok hama yang hebat. Pertama, kemampuan adaptasi lalat buah yang cukup hebat. Kedua, kemampuan adaptasi lalat buah, ditambah dengan mobilitasnya yang tinggi (karena lalat buah memiliki sayap) tersebut memungkinkannya mengarungi jarak yang cukup jauh untuk menemukan habitat yang sesuai. Ketiga, banyak spesies lalat buah tephritid adalah polifaga. Sifat ini tentu saja memberikan keuntungan spesies-spesies tersebut untuk selalu mendapatkan pakan (inang). Jika satu inang tidak tersedia, maka inang alternatif siap berperan sebagai pakan. Selanjutnya, unsur manusia menjadi penyebab populasi lalat buah cenderung selalu tinggi sehinga sulit dikendalikan. Pengetahuan tentang biologi lalat buah tephritid hama masih cukup sedikit dipahami oleh masyarakat luas. Akibatnya mereka tidak memahami dengan baik kemampuan berkembang biak lalat buah di alam. Misalnya, buah-buah busuk yang jatuh ke tanah adalah merupakan salah satu media (penolong) larva instar terakhir untuk masuk ke dalam tanah, berpupa di kegelapan tanah, dan siap muncul menjadi lalat buah baru pada waktunya (https://lalatbuahhama.wordpress.com/). Penelitian menunjukkan terdapat lebih kurang 4.500 spesies lalat buah diseluruh dunia yang berasal dari famili Tephritidae yang menjadi perusak tanaman. Namun begitu, dari jumlah tersebut, terdapat 20 spesies dari gen Bactrocera adalah merupakan perusak utama pada buah-buahan dan sayuran di Asia.Lalat buah bersimbiosis mutualisme dengan bakteria kerana apa bila lalat buah meletakkan telur pada buah, biasanya akan turut disertai dengan bakteria akan memungkinkan pembentukan kulat pada bagian yang terkena serangan yang akhirnya akan meyebabkan buah menjadi busuk dan daun sayuran rusak. Sebagian buah dan daun sayuran yang terkena serangan lalat buah ini akan menjadi, berulat dan busuk. 6 Seekor lalat betina mampu meletakkan telur pada buah sebanyak 1-10 butir dalam sehari ia mampu meletakkan telur hingga 40 butir. Telur kemudian menetas menjadi ulat dan akan merusakkan buah dan daun pada sayuran. Sepanjang hidupnya seekor lalat betina mampu bertelur sampai 800 butir.Pengendalian Lalat Buah begitu sulit meski dengan penggunaan racun serangga kerana ciri-ciri fisikalnya yang besar. Malahan penggunaan racun insektisida untuk melindungi buah dan sayuran seringkali tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, satu cara memerangi serangan lalat buah ini adalah dengan mengurangi populasinya dan menghapuskan popolusi lalat buah di kawasan kebun atau tanaman. Cara yang terbaik dan efektif adalah dengan menghapus “lalat buah jantan”. Ini akan menyebabkan persenyawaan baru tidak akan terjadi diantara lalat jantan dan lalat betina yang menghasilkan telur, seterusnya larva dan anak lalat buah (http://warasfarm.wordpress.com/2013/06/23/cara-menanggulangi-lalat-buahpada-tanaman-buah/) B. Sasaran Kajian Identifikasi Lalat Buah Di Kabupaten Simalungun dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) khususnya penyakit yang menurut Permentan No. 93 tahun 2011, dilaporkan belum terdapat di wilayah Republik Indonesia. C. Tujuan Adapun tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui lalat buah yang terdapat di kabupaten Simalungun. D. Hipotesa Buah dan sayuran merupakan media pembawa lalat buah yang masuk melalui Pelabuhan Belawan dapat menyebabkan tersebarnya lalat buah dari daerah asal daerah tersebut ke wilayah Indonesia. 7 II. MORFOLOGI DAN PENGENDALIAN LALAT BUAH Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran. Anggota ordo Diptera ini kerap menggagalkan panen yang dinanti petani buah dan sayur. Sayuran seperti kubis dan seledri pun menjadi target serangan. Bahkan saai ini serangan lalat buah meluas ke tanaman hias adenium dan aglaonema. Morfologi Lalat Buah Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil. Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau kombinasinya dan bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercakbercak coklat kekuningan. Pada abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan pada thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Disebut Tephtridae-berarti bor-karena terdapat ovipositor pada lalat betina. Bagian tubuh itu berguna memasukkan telur ke dalam buah. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras. Daur Hidup Lalat Buah Dengan ovipositornya, lalat buah betina menusuk kulit buah atau sayur untuk meletakkan telurnya. Jumlah telur sekitar 50-100 butir. Setelah 2-5 hari, telur akan menetas dan menjadi larva. Larva tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 4-7 hari. Larva yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berubah menjadi pupa. Lama masa pupa 3-5 hari. Lalat dewasa keluar dari dalam pupa, dan kurang dari satu menit langsung bisa terbang. Total daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung cuaca. Dalam waktu satu tahun lalat ini diperkirakan menghasilkan 8-10 generasi. Lalat buah sering menyerang dan menghancurkan tanaman saat musim penghujan karena kelembapan memicu pupa untuk keluar menjadi lalat dewasa. 8 Klasifikasi Lalat Buah Kingdom Phylum Class Order Family Genus Subgenus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Diptera : Tephritidae : Bactrocera : Bactrocera Gejala Serangan Lalat Buah Lalat betina menusuk buah atau sayur mengunakan ovipositornya untuk meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Setelah telur menetas, larva akan menggerek buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian dalam. Bila diamati, pada buah yang terserang akan tampak lubang kecil kehitaman bekas tusukan. Buah menjadi rusak, lembek, busuk dan akhirnya rontok. Lalat buah juga meletakkan telurnya tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang terserang menjadi benjolan seperti bisul sehingga buah yang dihasilkan kecil-kecil dan menguning. Akibat Serangan Lalat Buah Sebagai contoh akan kita bahas serangan lalat buah pada tanaman cabai. Pada buah cabai terserang terdapat luka tusukan dalam ukuran kecil, seperti tertusuk jarum. Buah menjadi busuk lunak dan menghitam. Luka akibat tusukan menimbulkan infeksi sekunder berupa busuk buah, baik yang disebabkan oleh cendawan maupun bakteri. Buah cabai yang terkena tusukan lalat buah ini akan rontok. Jika buah dibelah akan terlihat biji-biji berwarna hitam dan terdapat belatung yang merupakan larva lalat buah. Peran Sebagai Hama LBT dapat mengakibatkan kerusakan kualitatif dan kuantitatif. Jika larva LBT yang disebut singgat meliang dan makan di dalam buah yang Anda beli, maka saya yakin, Anda akan segera membuang buah tersebut ke tong sampah. Itulah yang dinamakan dampak kerusakan kualitatif dari LBT. Artinya, kualitas buah yang terserang akan turun sehingga menjadi tidak disukai oleh konsumen. 9 Sementara itu, yang dinamakan kerusakan kuantitatif oleh LBT adalah ketika volume panen buah per luasan per musim tanam turun akibat rusak atau hancur terserang LBT. Meskipun sering menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar, peran penting LBT sebagai hama masih sering diabaikan. Perilaku masyarakat yang tidak memahami bioekologi LBT dengan baik merupakan penyebab pengabaian ini. Misalnya, masyarakat belum memahami bahwa buah busuk yang jatuh ke atas tanah harus dimusnahkan karena merupakan “jalur” larva lalat buah untuk berubah dan berkembang menjadi pupa yang tinggal di dalam tanah. Jadi, ketika Anda hanya menimbun buah-buah busuk tersebut, maka ibaratnya memberi kesempatan kepada larva-larva tersebut untuk berkembang menjadi individu LBT yang baru. Sebagian orang juga menganggap bahwa lalat buah bisa dibunuh dengan pestisida. Pertanyaannya, jenis pestisida apa yang efektif untuk mengendalikan populasi mereka? Pestisida yang cukup banyak jenisnya tidak semuanya bisa digunakan untuk membunuh LBT mengingat dua alasan, yaitu efektivitas dan efisiensi, serta dampak buruknya terhadap musuh alami LBT. Pengendalian Sejauh ini, lalat buah termasuk hama yang sulit dikendalikan. Beberapa teknik pengendalian. baik secara tradisioanal maupun modern telah banyak diaplikasikan namun hasilnya belumlah optimal. Walaupun demikian, usaha-usaha pengendalian tetap harus kita upayakan sebisa mungkin agar dampak dari serangan tidak terlalu merugikan. Beberapa cara pengendalian hama lalat buah yang bisa diupayakan di antaranya: Hal pertama adalah melalui penetapan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yakni peraturan karantina antar area/wilayah/negara untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis. Sebagai contoh, pemerintah melarang impor buah-buahan dan sayuran dari negara di mana merupakan daerah endemis lalat buah. 10 Secara Kultur Teknis Pemeliharaan Tanah Memelihara tanaman dengan baik di antaranya melakukan mengolah dan merawat tanah secara berkala. Pencacahan tanah di bawah tajuk pohon dapat menyebabkan pupa lalat buah yang terdapat di dalam tanah terkena sinar matahari dan akhirnya mati. Sanitasi yang Baik Kebersihan kebun menentukan tingkat serangan lalat buah. Tujuan dari sanitasi (memberishkan) kebun adalah memutus siklus perkembangan lalat buah. Lantai kebun harus terbebas dari buah-buah yang terserang lalat buah yang jatuh atau yang masih di pohon. Buah yang berisi telur dan larva lalat buah dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah. Buah-buah yang gugur di bawah pohon berpeluang dijadikan tempat bertelur lalat buah. Semak-semak dan gulma juga dapat digunakan lalat buah sebagai inang alternatif ketika tidak musim buah. Sanitasi kebun akan efektif jika dilakukan oleh seluruh petani secara serempak. Gambar 1. Pembungkusan Buah Sumber: http:warasfarm.files.wordpress.com.2013/06/jambu-chincallo.png Membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah cukup efektif untuk melindungi komoditas buah yang lebih besar 11 Pembungkusan buah saat masih muda dapat membantu menangkal serangan hama lalat buah. Petani bisa menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau kain untuk membungkus buah yang tidak terlalu besar seperti belimbing dan jambu. Untuk buah yang berukuran besar, seperti nangka, petani biasa menggunakan anyaman daun kelapa, karung plastik, atau kertas semen. Setiap jenis pembungkus tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kapan buah harus dibungkus bergantung dari jenis buahnya. Misalnya, buah belimbing harus sedini mungkin dibungkus. Buah mangga dibungkus sebelum buah memasuki stadium pemasakan. Lalat buah tertarik pada warna kuning dan aroma buah yang masak atau aroma amonia yang dikeluarkan oleh beberapa jenis bunga dan buah, jadi membungkus buah sedini mungkin bisa efektif mengurangi serangan lalat buah. Upaya membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah akan semakin efektif jika dibarengi dengan pengasapan (dijelaskan di bawah). Di antara keuntungan menggunakan pembungkus untuk menghindari serangan lalat buah adalah buah tetap mulus dan tidak terkontaminasi pestisida. Sayangnya pembungkusan buah kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan pohon buah tinggi. Cukup praktis dan efisien jika di lokasi kebun tersedia tenaga kerja yang cukup dan murah. Metode pembukusan juga menjadi hal yang sulit diterapkan pada tanaman buah hortikultura dan sayuran seperti tomat dan cabai. Kesulitan terutama karena terlalu banyak bungkus plastik dan tenaga kerja yang diperlukan untuk membungkus. Jadi, petani mungkin harus mencari solusi lain daripada solusi pembungkusan. Pengendalian Secara Mekanis Pengasapan Pengasapan di sekitar pohon dengan membakar serasah/jerami sampai menjadi bara yang cukup besar bisa pula mengusir lalat. Pengasapan dilakukan 3 – 4 hari sekali dimulai pada saat pembentukan buah dan diakhiri 1 –2 minggu sebelum panen Tujuan pengasapan adalah mengusir lalat buah dari kebun. Pengasapan dilakukan dengan membakar serasah atau jerami sampai 12 menjadi bara yang cukup besar. Kemudian bara dimatikan dan di atas bara ditaruh dahan kayu yang masih lembab. Pengasapan di sekitar pohon dapat mengusir lalat buah dan efektif selama tiga hari. Pengasapan selama 13 jam bisa membunuh lalat buah yang tidak sempat menghindar. Namun, cara ini juga menjadi kurang efisien jika diterapkan di kebun yang luas. Cara ini hanya efisien jika diterapkan di pohon-pohon milik perseorangan yang jumlahnya terbatas atau tidak terlampau banyak. Kelemahan lain pada pengendalian pengasapan adalah sulitnya diterapkan pada komoditas sayuran. Penggunaan Tanaman Perangkap Penelitian mengenai preferensi lalat buah terhadap tanaman buah dan sayuran, ternyata yang paling disukai oleh lalat buah berturut-turut sebagai berikut: jambu air, belimbing, mangga, dan jambu biji. Tanaman yang lebih rendah dapat digunakan sebagai tanaman perangkap, misalnya bila Anda mengutamakan budidaya tanaman mangga maka disekeliling kebun mangga dapat ditanami jambu air atau belimbing. Tanaman aromatik atau tanaman yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih/kemangi (Ocimum) yaitu O.minimum, O.tenuiflorum, O.sanctum dan lainnya. Selain tanaman selasih ada juga tanaman kayu putih (Melaleuca bracteata) dan tanaman yang bersifat sinergis (meningkatkan efektifitas atraktan), seperti pala (Myristica fragans). Semua tanaman ini mengandung bahan aktif yang disukai lalat buah, yaitu Methyl eugenol, dengan kadar yang berbeda. Dengan menanam salah satu tanaman tersebut disekitar lahan, maka diharapkan dapat mengurangi serangan lalat buah secara signifikan. Minyak kayu putih dan minyak selasih berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sesuai dengan fungsinya sebagai atraktan, minyak tersebut hanya bersifat menarik lalat buah tetapi tidak membunuhnya. Jadi tujuan sebenarnya hanya untuk mengalihkan perhatian lalat buah dari tanaman budidaya utama. Oleh karena itu, penggunaan minyak tersebut akan lebih optimal bila dilengkapi dengan alat yang dapat menjebak atau menangkap lalat buah. 13 Pemanfaatan Musuh Alami dan Agens Hayati Selanjutnya kita juga bisa memanfaatkan musuh alami (natural enemy) untuk menekan populasi lalat buah, baik berupa prasitoid maupun predator. Yang termasuk parasitoid untuk lalat buah di antaranya Biosteres sp dan Opius sp, dari famili Braconidae. Adapun predator yang bisa memangsa lalat buah antara lain semut/lebah (hymenoptera), laba-laba (arachnida), kumbang tanah carabid dan staphylinid (coleoptera), cocopet (dermaptera), sayap jala chrysopid (ordo neuroptera) dan kepik penratomid (hemiptera). Secara Biologi Pengendalian lalat buah secara biologi bisa dilakukan dengan cara menghasilkan lalat buah jantan yang mandul. Teknik ini memang masih dalam penelitian oleh para ilmuwan, tetapi dianggap kurang praktis karena untuk membuat lalat jantan mandul diperlukan alat dan teknologi khusus.Untuk menghasilkan serangga jantan mandul biasanya diperlukan sejumlah jenis lalat buah jantan yang disinari dengan sinar gamma (biasanya cobalt 60 atau phosphor 132). Secara teori, cara ini memang cukup ampuh karena populasi lalat di alam secara perlahan-lahan dapat ditekan. Dengan melepaskan lalat jantan yang sudah dibuat mandul, telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril alias tidak bisa menghasilkan keturunan. Jika sudah mencapai umur maksimal (1-2 bulan), lalat betina akan mati dengan sendirinya, begitu pula dengan lalat jantan mandul yang dilepas. Meskipun demikian, masih perlu diperhitungkan populasi lalat jantan fertil yang berada di alam sehingga lalat jantan mandul dapat berkompetisi untuk memperoleh betina. Menurut beberapa penelitian, gerakan lalat jantan yang telah dimandulkan menjadi lebih lamban dibandingkan dengan lalat jantan yang ada di alam sehingga sering kalah bersaing dalam memperebutkan lalat betina. Sekali lalat betina dikawini oleh lalat jantan, sperma yang diperoleh akan disimpan di dalam spermateka atau kantung sperma, selanjutnya lalat betina tidak memerlukan sperma lagi. Karena itu, jika lalat jantan mandul yang dilepas berhasil mengawini lalat betina terlebih dahulu, hasil yang diharapkan akan tercapai. Namun, kenyataan yang terjadi 14 di lapangan, lalat jantan mandul lebih banyak kalah bersaing dengan lalat jantan fertil untuk menjadi pejantan pertama yang dapat mengawini lalat betina. Aplikasi Umpan Protein Metode lainnya untuk mengendalikan lalat buah adalah penerapan umpan protein, yang mana dapat menarik lalat buah baik jantan maupun betina. Metode ini aman bagi manusia, namun mungkin diperlukan pengetahuan tentang bahan-bahan yang harus digunakan. Aplikasi umpan protein dapat dilakukan dengan cara memasang tabung/botol umpan protein. 1 liter umpan protein dicampur dengan 9 liter air kemudian ditambah 100 gram sodium benzoate ditambah dengan ME atau Cue lure (bergantung jenis tanamannya) dan 16 ml fipronil atau 10 ml luvinuron. Bahan-bahan umpan protein ini bisa Anda beli di toko-toko bahan kimia atau toko obat pertanian skala menengah-besar. Setiap 2 minggu sekali tabung diisi ulang dengan 250 ml campuran tersebut. Untuk hamparan tanaman yang luas cukup dipasang 4 buah tabung umpan protein per hektarnya. Gambar 2. Tabung perangkap lalat buah dokumen BBKP-Belawan Salah satu cara yang dianggap paling efektif, mudah dan ramah lingkungan untuk mengendalikan lalat buah adalah penggunaan perangkap atraktan (pemikat) lalat buah. Cara ini dianggap aman karena tidak meninggalkan residu pada komoditas yang ditanam. Bahan pemikat ini biasanya ditempatkan di dalam perangkap berupa botol plastik atau tabung silinder sehingga lalat buah akan masuk dan terperangkap di dalam. Atraktan dapat digunakan untuk tiga fungsi utama, yakni: 1. mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah di sekitar lahan budidaya; 2. menarik lalat buah kemudian membunuhnya dengan menggunakan perangkap; 15 3. mengacaukan perilaku kawin, berkumpul, dan perilaku makan lalat buah. Mekanisme kerja perangkap adalah memancing lalat buah masuk ke dalam perangkap dengan menggunakan methyl eugenol yang ditempatkan di dalam botol perangkap. Di dasar botol perangkap bisa diisi air sehingga sayap lalat buah akan lengket jika menyentuh air tersebut dan akhirnya lalat buah akan mati tenggelam. Gambar 3. Perangkap lalat buah Sumber: http://warasfarm.files.wordpress.com.2013/06.perangkap.lalat- Pemasangan perangkap petroganol lalat buah dengan menggunakan bekas botol air minum kemasan. Perangkap lalat buah itu sendiri bisa dibuat dari bahan sederhana, pada umumnya adalah bekas botol plastik minuman. Botol ini dimodifikasi sedemikian rupa dan diisi dengan zat pemikat lalat buah yaitu methyl eugenol. Zat pemikat atau atraktan ini bisa kita beli di toko-toko obat pertanian. Walaupun begitu, kita pun bisa menggunakan bahan alami lainnya yang mudah diperoleh dan murah seperti ekstrak daun selasih/kemangi dan daun melaleuca. Bisa pula berupa cue lure atau umpan protein seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika mau, atraktan dapat dicampur dengan insektisida dan diteteskan pada kapas, namun hal ini tidak disarankan. Perangkap dipasang pada tiang atau ranting pohon setinggi 2-3 meter dari permukaan tanah. Untuk area lahan 1 hektar, dibutuhkan kurang lebih 16 buah perangkap. Dipasangkan terus menerus selama tanaman berbuah dan zat pemikat harus diisi ulang jika menunjukkan tidak lagi berfungsi. 16 Pengelolaan populasi Populasi LBT sebenarnya dapat dikendalikan secara optimal dengan memadukan beberapa teknik dan strategi pengendalian. Pada skala kebun buah yang sempit, pembungkusan buah dapat menjadi alternatif pengendalian yang cukup efektif dan murah. Pada skala kebun yang lebih luas, penggunaan kombinasi perangkap dengan senyawa pemikat (atraktan) merupakan teknik pengendalian yang cukup banyak dipilih. Sementara itu, jika lalat buah menjadi hama yang bersifat endemik, maka teknik serangga mandul (TSM) menjadi pilihan yang realistik untuk menurunkan populasi lalat buah di lapangan, meskipun teknik ini membutuhkan dana dan persiapan yang cukup mahal dan rumit. Mengandalkan musuh alami Pemanfaatan musuh alami merupakan salah satu pilihan yang paling murah. Sejatinya, LBT mempunyai banyak jenis musuh alami. Parasitoid (tawon kecil) dan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) adalah contoh musuh alami LBT yang cukup efektif. Kunci keberhasilan pemanfaatan pasukan musuh alami terletak pada konservasi, yaitu menyediakan tempat hidup dan berkembang biak yang nyaman untuk mereka sekaligus meminimalkan pemakaian bahan-bahan kimia beracun, termasuk pestisida, yang berbahaya untuk mereka. Penanaman tumbuhan berbunga di sekitar tanaman buah merupakan salah satu upaya untuk membuat musuh alami LBT betah tinggal dan mungkin berkembang biak. Jadi, ketika LBT mulai mengancam, pasukan musuh alami tersebut akan secara alamiah membunuh dan mengendalikannya. Mudah dan murah. 17 III. A. PELAKSANAAN KEGIATAN Tempat dan Waktu Pelaksanaan kajian identifikasi lalat buah di kabupaten Simalungun ini merupakan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap hasil pemantauan daerah sebar di Kabupaten Simalungun yang dilaksanakan di Laboratorium Balai Karantina Pertanian Belawan dari bulan Mei 2014 sampai September 2014. B. Bahan dan Alat Adapun bahan dan alat yang digunakan untuk kajian ini adalah : Mikroskop Stereo, Trinokuler Leica M80, Cawan Petri, Dissection set, Gabus, Kunci identifikasi, dan Alkohol C. Metode Deteksi, Identifikasi Lalat Buah - Siapkan cawan petri yang telah diletakkan gabus - Letakkan spesimen contoh uji lalat buah satu persatu di atas gabus pada cawan petri dan diposisikan bagian yang akan diamati dibawah mikroskop. - Fokuskan mikroskop dan diatur penyinaran sehingga bagian-bagian atau ciri-ciri spesifik morfologi dari lalat buah (Caput, Toraks, Sayap, Tungkai, dan Abdomen) yang diamati tampak jelas. - Identifikasi lalat buah dengan menggunakan kunci identifikasi atau CD) atau membandingkannya dengan koleksi baku. - Contoh specimen lalat buah yang telah diidentifikasi difoto dan dilengkapi dengan deskripsi atau disertai keterangan. - Contoh specimen contoh uji lalat buah yang telah selesai diidentifikasi ditata kembali pada kotak semula. 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari Hasil Pengujian terhadap lalat Buah hasil dari trapping dengan menggunakan media Metrhyl eugenol, Cu lure, dan tri medcule diperoleh hasil temuan lalat buah yang paling banyak diperangkap adalah Bactrocera carambola sebanyak 10 species dan diikuti oleh Bactrocera cucurbitae sebanyak 7 species di Kabupaten Simalungun dan sejauh ini masih sangat sulit dikendalikan. Oleh karena itu, satu cara memerangi serangan lalat buah ini adalah dengan mengurangi populasinya dan menghapuskan popolusi lalat buah di kawasan kebun atau tanaman terutama tanaman jeruk unggulan untuk wilayah Kabupaten Simalungun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 dan lampiran 1. Tabel 1. Hasil Identifikasi lalat Buah di Kabupaten Simalungun N0 Hasil Identifikasi Jumlah Ciri Spesifik/Deskripsi/Ket. 1. Bactrocera umbrosa 3 - Sayap dengan variasi spesifik yaitu terdapat 3 garis melintang pada sayap - Scutum hitam, terdapat pita kuning pada sisi lateral. 2. Bactrocera albistrigata 2 - Sayap dengan pita hitammencapai r-m dandm-cu. Padasayapterdapat pita hitampadagarisanal . - Skutumdengan pita kuningdisisi lateral. Pospronotal lobe berwarnakuning. Padaskutumterdapatgaris longitudinal berwarnaabu-abu. Terdapatrambut anterior supra alar danscutelum. - Abdomen terga III-IV coklat orange dengan medial longitudinal yang hitam dan pola hitam yang lebar disisi lateral. 3. Bactrocera cucurbitae 7 - Sayap transparan dengan pita coklat pada garis kosta hingga ujung apeks dan pada cubitus streak. Ujung pola costa sayap posterior membulat. - Scutum cokelat kemerahan, terdapat pita kuning pada sisi lateral dan medial longitudinal kecil. Panjang pita kuning disisi lateral mencapai seta intra-alar danterdapat 4 seta padaskutellum. - Abdomen pada umumnya berwarna coklat kemerahan, terdapat garis medial longitudinal padaterga III-V. 19 4. Bactrocera carambolae 10 5. Bactrocera papaye 1 - Sayap dengan pita hitam pada garis anal, pola sayap bagian ujung (apex) ada seperti pancing dan melebar melewati R2+3 - Skutum kebanyakan berwarna hitam suramdengan pita berwarna kuning disisi lateral (Lateral post sutural vittae) berukuran sedang dan paralel, panjangnya melewati intra alar bristle. Postpronotal berwarna kuning atau orange. Tidak terdapat pita kuning dibagian medial. - Abdomen terga III-V berwarna coklat (pola T). Antero lateral corner pada abdomen terga IV berbentuk rectangular. Antero lateral corner pada abdomen terga V dengan sepasang ceromata (spot) berwarnacoklat terang. - Torax : warna hitam dominan pada skutum dan mempunyai rambut supraalar di sisi anterior. - Skutum dengan pita/band berwarna kuning/oranye di sisi lateral (lateral postsuturalvittae. - Scutellum kuning dengan 2 scutellar bristl - Sayap membran, pita hitam pada garis costa dan garis anal. - Sel bc sangat jelas - Pita hitam pada costa confluent dengan R2 + 3 sedangkan pola sayap bagian ujung (apeks) tidak melebar - Abdomen berwarna coklat kemerahan - Terdapat pola berbentuk “T” pada tergum III-V dan pola segitiga pada sisisisi tergum IV. 20 Gambar 4. Bactrocera umbrosa (Fabricius) Bactrocera umbrosa (Fabricius) (ORDO : DIPTERA ; FAMILI : TEPHRITIDAE) (foto dokumentasi BBKP-Belawan) Sayap dengan variasi spesifik yaitu terdapat 3 garis melintang pada sayap Scutum hitam, terdapat pita kuning pada sisi lateral. Abdomen bervariasi kadang-kadang Berwarna hitam melebar pada sisi lateral. 21 Gambar 5. Bactrocera albistrigata (de Meijere) Bactrocera albistrigata (de Meijere) (ORDO : DIPTERA ; FAMILI:TEPHRITIDAE) (foto dokumentasi BBKP-Belawan) Sayap dengan pita hitam mencapai r-m dan dm-cu. Pada sayap terdapat pita hitam pada garis anal. Pospronotal lobe berwarnakuning. Pada skutum terdapat garis longitudinal berwarna abu-abu. Skutum dengan pita kuning disisi lateral dan berakhir sebelum intra alar Terdapat rambut anterior supra alar dan scutelum. Abdomen terga III-IV coklat orange dengan medial longitudinal yang hitam. Pola hitam yang lebar di sisi lateral. Gbr :6 Dokumentasi BBKP-Belawan 22 Gambar 6. Bactrocera cucurbitae (Coquilett) Bactrocera cucurbitae (Coquilett) (ORDO : DIPTERA ; FAMILI : TEPHRITIDAE) Sayap transparan dengan pita coklat pada garis kosta hingga ujung apeks dan pada cubitus streak. ujung pola costa sayap posterior membulat. kecil. Scutum cokelat kemerahan, Terdapat pita kuning pada sisi lateral dan medial longitudinal Panjang pita kuning disisi lateral mencapai seta intra-alar dan terdapat 4 seta pada skutellum. Abdomen pada umumnya berwarna coklat kemerahan, terdapat garis medial longitudinal pada terga III-V. 23 Gambar 7. Bactrocera carambolae Drew & Hancock Bactrocera carambolae Drew & Hancock (ORDO : DIPTERA ; FAMILI : TEPHRITIDAE) (foto dokumentasi BBKP-Belawan) Sayap dengan pita hitam pada garis anal, pola sayap bagian ujung (apex) ada seperti Pancing dan melebar melewati R2+3. Postpronotal berwarna kuning atau orange. Skutum kebanyakan berwarna hitam suram dengan pita berwarna kuning disisi lateral (Lateral postsutural vittae) berukuran sedang dan paralel, panjangnya melewati intra alar bristle. Tidak terdapat pita kuning dibagian medial. Abdomen terga III-V berwarna coklat (pola T). Antero lateral corner pada abdomen terga IV berbentuk rectangular. Antero lateral corner pada abdomen terga V dengan Sepasang ceromata (spot) berwarna coklat terang. 24 Gambar 8. Bactrocera papaye Bactrocera papaye (ORDO : DIPTERA ; FAMILI : TEPHRITIDAE) (foto dokumentasi BBKP-Belawan) Sayap dengan pita hitam pada garis costa dan garis anal Pita hitam pada costa confluent dengan R2+3 sedangkan sayap bagian ujung (apeks) tidak melebar Skutum berwarna hitam dominan, mempunyai rambut supra alar disisi anterior Terdapat pita kuning pada sisi lateral parallel, dan lebar berhenti tepat dibelakang rambut intra alar Abdomen Terga III-V berwarna coklat orange dengan pola ‘T” Sepasang ceromata oval berwarna kuning coklat pada terga V 25 Berbeda dengan lalat betina, lalat jantan tidak secara langsung menimbulkan kerugian,tetapi perananya sebagai pejantan yang membuahi lalat betina sangat berpengaruh terhadap populasi lalat buah di alam (Kardinan, 2003). Yaitu telur, larva (belatung), pupa dan akhirnyamenjadi seranga dewasa dalam waktu kurang lebih 1 bulan (Kardinan, 2003). Hal pertama adalah melalui penetapan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yakni Peraturan Karantina 93 Tahun 2011 antar area/wilayah/negara untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis. Sebagai contoh, pemerintah melarang impor buah-buahan dan sayuran dari negara di mana merupakan daerah endemis. 26 V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil pemeriksaan di laboratorium serangga di Balai Besar Karantina Pertanian Belawan ditemukan lima jenis lalat buah yang di dapat dari hasil pemeriksaan wilayah Simalungun yaiu jenis lalat buah Bactrocera umbrosa, Bactrocera albistrigata, Bactrocera cucurbitae, Bactrocera carambolae dan Bactrocera papaye yaitu jenis lalat buah kosmopolit, dimana jenis lalat buah yang ada di Kabupaten Simalungun ini memang sudah ada di Indonesia dan tidak ditemukan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang merupakan target Pest dari Permentan No. 93/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme PenggangguTumbuhan Karantina. SARAN Harus tetap dilakukan pemantauan secara intensive secara berkala di wilayah Simalungun di Balai Besar Karantina Pertanian Belawan walaupun tidak ditemukan Organisme Pengganggu Tumbuhan Kiarantina. 27 VI. DAFTAR PUSTAKA (http://warasfarm.wordpress.com/2013/06/23/cara-menanggulangi-lalatbuah-pada- tanaman-buah [CABI] Centre in Agricultural and Biological Institute. 2007. Crop Protection Compendium [cd-rom]. London: CABI Publish. Boror, Donald.J.d kk.1996.pengendalian Pelajaran Serangga, Terjemahan Soetiyono,partosoejono,yokyakarta.Gajah Mada University Press. Hamdani, A.2006. Jenis lalat Buah yang Berperan Sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Laporan PKL.PS. Biologi. Universitas Mataram. Mataram Nugroho,SP.1997.HamaLalat Buah dan Pengendaliannya. Yogjakarta, Kanisius. http:// agustinaajeng.wordpress.com/.(23 februari 2011) Kalie.MB.1992. Mengatasi Buah Rontok,Busuk dan Berulat Penebar Swadaya Jakarta 28