cover teknik fasilitasi.cdr

advertisement
DEPARTEMEN
PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya
MODUL KHUSUS FASILITATOR
Pelatihan Dasar 1
Teknik Fasilitasi
PNPM Mandiri Perkotaan
F03
Intervensi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan merupakan
proses pembelajaran masyarakat yang diimplementasikan lewat Siklus
PNPM Mandiri Perkotaan. Dalam proses pembelajaran sesuai dengan
pendekatan pembangunan partisipatif yang digunakan oleh PNPM Mandiri
Perkotaan, maka metode pembelajaran yang dipakai adalah ‘participatory
andragogy’ yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses dialog antara warga belajar dan Fasilitator. Dalam
pendekatan ini tidak ada istilah guru, semua yang terlibat adalah belajar
bersama – sama dalam prinsip kesetaraan sehingga baik Fasilitator
maupun warga belajar adalah subjek sesuai dengan harkat martabatnya
sebagai manusia, yang menjadi objeknya adalah realitas kehidupan, oleh
karena itu pendekatan ini sering disebut sebagai belajar dari pengalaman.
Untuk memfasilitasi proses belajar tersebut, Fasilitator memerlukan
pengetahuan dan keterampilan tertentu supaya proses pembelajaran
masyarakat menjadi maksimal dan mereka tidak terjebak untuk menggurui
dan merasa lebih ‘pintar’ dari masyarakat. Metode – metode dan teknik
fasilitasi untuk masyarakat sudah banyak berkembang, akan tetapi dasar
dari semua teknik adalah perilaku Fasilitatornya sendiri. Pendekatan
pembelajaran seperti ini tidak akan bisa diterapkan dengan maksimal
apabila sikap dan perilaku Fasilator tidak mencerminkan keadilan dan
kesetaraan bagi semua pihak yang difasilitasi.
Secara umum pendekatan dalam melakukan fasilitasi ada 2 yaitu
pendekatan individu dan pendekatan kelompok, dimana kedua pendekatan
ini akan saling melengkapi. Pendekatan kelompok dalam PNPM Mandiri
Perkotaan dilakukan melalui FGD, Rembug warga (musyawarah) dan
refleksi – refleksi dalam diskusi kelompok. Pendekatan individu dilakukan
melalui kunjungan rumah, obrolan informal dengan berbagai pihak dan
sebagainya.
Metode yang dipakai baik untuk pendekatan individu maupun pendekatan
kelompok, dalam proses belajar masyarakat tetap harus mengacu pada
tujuan pembelajaran : Apakah ranah belajar yang akan diintervensi ada
pada tingkatan pengetahuan, sikap atau perilaku.
Pada dasarnya proses Fasilitasi adalah proses penyampaian pesan atau
proses komunikasi, oleh karena itu untuk mempermudah proses dialog
biasanya digunakan media bantu pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
i
Modul 1
Pendidikan Orang Dewasa
1
Kegiatan 1:
Diskusi Andragogi VS Pedagogi
2
Kegiatan 2:
Diskusi Daur Belajar Orang Dewasa
4
Modul 2
Dasar Dasar Komunikasi
18
Kegiatan 1 :
Permainan Mari Menggambar Komunikasi Multi Arah
19
Kegiatan 2 :
Diskusi Tata Cara Membangun Komunikasi yang Efektif
20
Fasilitasi dan Pembelajaran
30
Kegiatan 1 :
Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi
31
Kegiatan 2 :
Permainan Tiupan Kapas : Membangun Kelompok
32
Kegiatan 3 :
Berlatih Membuat Pertanyaan
33
Kegiatan 4 :
Diskusi Kelas : Media Pembelajaran
34
Kegiatan 5 :
Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran
35
Berlatih Memfasilitasi
71
Mempersiapkan dan Praktek Fasilitasi
72
Modul 3
Modul 4
Modul 1
Topik: Pendidikan Orang Dewasa
Peserta memahami dan menyadari:
1. Semua warga belajar adalah narasumber
2. Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa
3. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
Kegiatan 1: Diskusi Andragogi VS Pedagogi
Kegiatan 2: Diskusi daur belajar orang dewasa
2 Jpl ( 90’)
Bahan Bacaan:
1. Prinsip Belajar Orang Dewasa
2. Visualisasi Pendidikan
• Kertas Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• LCD
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
1
Diskusi Andragogi vs Pedagogi
1) Bukalah pertemuan dengan memberi salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan
membahas Tema : Teknik Fasilitasi dan dimulai dengan Modul Pendidikan Orang Dewasa dan
uraikan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu peserta memahami dan menyadari :
•
Semua warga belajar adalah narasumber
•
Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa
•
Pendidikan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
2) Uraikan kemudian bahwa Modul ini akan dimulai dengan kegiatan belajar 1, yaitu Diskusi
Andragogi vs Pedagogi dan jelaskan apa yang akan dicapai melalui kegiatan ini, yaitu :
ƒ Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan mendasar antara fasilitasi
dengan mengajar ( menggurui)
3) Ajaklah peserta untuk berbagi menjadi 3 kelompok diskusi Masing-masing kelompok akan
mendiskusikan gambar/komik “Tuan Guru dan Tukang Perahu“ yang akan dibagikan pada
kelompok.dengan pertanyaan penggerak sebagai berikut:
ƒ
ƒ
ƒ
Apakah cerita ini mungkin terjadi?.
Apa tanggapan anda tentang kedua tokoh tersebut ?
Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ?.
4) Setelah diskusi kelompok selesai mintalah masing–masing wakil kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya dan ajaklah peserta untuk mengkritisi masing-masing ide/gagasan yang
disampaikan.
Setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang harus dihargai dan mungkin
tidak dimiliki oleh yang lainnya. Karena itu semua orang bisa menjadi sumber belajar bagi
yang lain, dalam proses fasilitasi yang dilakukan adalah proses membelajarkan (membantu
proses belajar) bukan mengajar, dimana semua peserta adalah subjek dari proses belajar
sedangkan objeknya adalah relaitas kehidupan
5) Ajaklah peserta untuk membahas perbedaan mengajar dengan membelajarkan dengan mengisi
tabel seperti yang sudah disediakan dalam LK 1 –
6) Bahas bersama, pakailah media bantu sebagai acuan pembahasan apabila diperlukan.
2
Belajar dari realitas atau pengalaman : yang dipelajari bukan ‘ajaran’ (teori, pendapat,
kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya ) dari seseorang atau sekelompok orang yang
terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang
lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh
pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika
teoritik atau ‘kepintaran’ omongannya.
Tidak menggurui : karena itu , tak ada ‘ guru’ dan tak ada ‘murid yang digurui. Semua orang
yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ‘guru sekaligus murid’ pada saat yang
bersamaan.
Dialogis : karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi
proses ‘ mengajar – belajar’ yang bersifat satu arah, tetapi proses ‘komunikasi’ dalam berbagai
bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga,
grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar
semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan tersebut.
7) Refleksikan bersama hasilnya sehingga ditemukan perbedaan yang hakiki antara andargogi
dan pedagogi , dan beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.
•
Model pendekatan pendidikan menurut Knowles dapat diklasifikasikan menjadi dua
bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antara pedagogi dan andragogi. Perbedaan
antara kedua pendidikan tersebut, sesungguhnya tidak semata perbedaan ‘obyek’nya.
Pedagogi sebagai ‘seni mendidik anak’ mendapat pengertian lebih luas dimana suatu
proses pendidikan yang ‘menempatkan obyek pendidikannya sebagai ‘anak – anak’
walaupun secara biologis mereka sudah termasuk ‘dewasa’. Konsekuensi logis dari
pendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai ‘murid’ yang pasif. Murid
sepenuhnya menjadi obyek suatu proses belajar seperti misalnya : guru menggurui,
murid digurui, guru memilihkan apa yang harus dipelajari, murid tunduk pada pilihan
tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dan seterusnya. Kegiatan belajar
mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting, sementara murid
menjadi bagian pinggiran.
•
Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan ‘orang dewasa’ merupakan
pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Di balik
pengertian ini Knowles ingin menempatkan ‘murid’ sebagai subyek dari sistem
pendidikan. Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk
merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat,
memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu
mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai ‘fasilitator’, dan bukan
menggurui. Oleh karena itu relasi antara guru – murid bersifat ‘multicommunication’
dan seterusnya.
3
Diskusi Daur Belajar Orang Dewasa
1) Buka kegiatan ini dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki kegiatan belajar ke2 dari Modul Pendidikan Orang Dewasa yaitu mendiskusikan mengenai Daur Belajar Orang
Dewasa
2) Bagi peserta dalam beberapa kelompok kemudian mintalah tiap kelompok untuk mendiskusi
hal-hal sebagai berikut :
ƒ Bagaimana proses sang guru dan tukang perahu memperoleh ilmu,
ƒ Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu menyimpulkan pengalaman masing-masing,
dan
ƒ Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu mengambil keputusan dari kesimpulankesimpulan yang diambil.
3) Setelah selesai minta wakil kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok kemudian bahas dan
simpulkan, yang pada intinya; menyatakan bahwa semua orang belajar dengan cara yang
berbeda – beda, ada yang belajar melalui pengalaman, pengamatan dan pengalaman orang
lain. Dalam kasus komik tadi guru mengambil kesimpulan dari kegiatan belajar formal yang
cenderung teoritik sedangkan tukang perahu belajar dari pengalaman/kenyataan yang dialami.
4) Berikanlah penjelasan singkat tentang daur belajar bagi orang dewasa dan bagaimana cara
melakukan daur pembelajaran yang efektif.
Agar tetap pada asas – asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka
panduan proses belajar harus disusun dan pelaksanaannya dalam suatu proses yang
dikenal sebagai ‘daur belajar’ (dari) pengalaman yang distrukturkan (structural experiences
learning cycle). Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang
juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan
prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan
kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung
maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut.
4
LK 1 – Perbedaan Mengajar dan Membelajarkan
Membelajarkan
Mengajar
Pelaku
Pembagian Peran
Pola hubungan antar
warga belajar dan
fasilitator
Prinsip
Konsep belajar
Proses belajar
Metode
Cara Komunikasi
Jalur Pendidikan
5
6
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
7
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
8
Membelajarkan
Mengajar
Pelaku
Fasilitator dan peserta belajar
(warga)
Guru dan murid. Penyuluh dan
masyarakat
Pembagian Peran
Semua menyumbang pengalaman
dan pengetahuannya
Guru, sebagai keran air, murid
sebagai ’gelas kosong’
Fasilitator memperluas peran
peserta
Guru sebagai sumber ilmu,
murid sebagai penerima ilmu
Pola hubungan
Kesetaraan (saling belajar)
Hirarkis (mengajar –diajar)
Prinsip
Partisipatif, dialogis
Searah
Konsep belajar
Konsep pendidikan kritis
Konsep pendidikan “gaya bank’
Proses belajar
Aksi – refeksi – aksi (dialektika)
Input (pengetahuan/informasi)
– process (memori) – output
(tanggapan)
Metode
Andragogi (metode pendidikan
orang dewasa)
Pedagogi (metode mengajar
didaktif)
Cara Komunikasi
Multi – arah (jaringan
pembeajaran)
searah
Jalur Pendidikan
Pendidikan non – formal yang
bersifat ‘alternatif
Pendidikan formal (sekolah),
pendidikan informal (keluarga),
pendiidkan non formal (misal
pesantren)
9
PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD)
(Dari Berbagai Sumber)
Pembangunan adalah upaya – upaya yang dilakukan oleh lembaga/agen pembangunan yang
bekerja bersama masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengembangan
program pembangunan, upaya – upaya peningkatan kemampuan tersebut, diharapkan agar pada
akhirnya, masyarakat mampu menyelenggarakan upaya-upaya mengatasi masalah mereka sendiri
dan kegiatan-kegiatan inovatif untuk memajukan masyarakatnya sendiri.
Begitu pentingnya faktor manusia dalam pembangunan, sehingga upaya peningkatan kemampuan,
perubahan sikap, dan perilaku pelaku – pelakunya (manusia dewasa), perlu diperhatikan sungguh –
sungguh.
Berbicara mengenai Pendidikan Orang Dewasa, masalahnya lebih dari sekedar mengajarkan suatu
pengetahuan baru kepada orang dewasa, karena orang dewasa telah memiliki sikap dan
pengetahuan sehingga informasi baru akan mereka bandingkan dengan pengalaman, pengetahuan
dan konsep –konsep mereka selama ini.
Siapakah Orang Dewasa itu ?
Benar, bahwa orang yang sudah berumur (akil balik), bisa kita sebut orang dewasa, tetapi dalam
membicarakan pendidikan orang dewasa ini tidak semata – mata mengacu pada kedewasaan
biologis, tetapi cenderung mengacu pada kedewasaan sosialnya.
Bagaimana Proses Belajar Bagi Orang Dewasa ?
Ada dua tujuan dari proses belajar bagi orang dewasa, yaitu pada perkembangan individual dan
pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk
pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun wanita sesuai dengan
bidang perhatian dan kemampuannya. Akibat atau hasil dari belajarnya orang dewasa nampak
pada perubahan perilakunya.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam
hal tertentu oleh sarana yang mendukungnya, maka proses belajar manusia dewasa ke arah
perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberinya
pengetahuan baru, melatihkan keterampilan baru dan dalam hal tertentu penyediaan sarana baru.
Perubahan perilaku seseorang akan terjadi jika isi dan cara pembelajarannya sesuai dengan
kebutuhan yang dirasakannya. Sedang perubahan perilaku itu sendiri terjadi proses reflek di dalam
dirinya sendiri
Pada prinsipnya, proses belajar bagi orang dewasa adalah suatu ‘proses belajar dari pengalaman’.
Belajar bagi orang dewasa melalui 4 tahap, yakni pengalaman nyata, analisa, kesimpulan dan
penerapan .
10
DAUR BELAJAR ORANG DEWASA
1. Melakukan atau
Mengalami
5. Menerapkan
4. Menyimpulkan
2. Mengungkapkan
3. Mengolah atau
menganalisis
Pengalaman
Fasilitator mendorong peserta untuk menyampaikan pengalamannya dengan cara menguraikan
kembali rincian fakta, unsur – unsur, urutan kejadian, dll dari kenyataan tersebut. Kemudian
menggali tanggapan dan kesan peserta atas kenyataan tersebut.
Analisa
Fasilitator mendorong peserta untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab – sebab dan kaitan
– kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut – yakni tatanan, aturan – aturan, sistem ,
sikap dan perilaku yang menjadi akar persoalan.
Kesimpulan
Fasilitator mengajak peserta merumuskan makna relaitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan
pemahaman atau pengetahuan baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip atau kesimpulan
umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut.
Penerapan
Fasilitator mengajak peserta merumuskan dan merencanakan tindakan – tindakan baru yang lebih
baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan
untuk menciptakan kenyataan – kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah
lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku
yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ’eksperimental’.
Bagaimana Prinsip – Prinsip Belajar Bagi Orang Dewasa ?
Sesuai dengan kedewasaan sosialnya, orang dewasa sesungguhnya tidaklah seperti gelas kosong
yang dengan mudah dapat kita tuangi sesuatu ke dalamnya. Beberapa prinsip Pendidikan Orang
Dewasa yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penyelenggaraan program, yaitu :
11
1. Orang yang mempunyai konsep diri
Orang dewasa menganggap dirinya mampu untuk membuat keputusan dan mampu menghadapi
segala risiko atas keputusannya, serta mengatur hidupnya agar mandiri. Harga diri sangat penting
bagi orang dewasa. Seorang dewasa menuntut dihargai terutama dalam hal pengambilan
keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya. Sikap yang terkesan menggurui cenderung
ditanggapi negatif. Mereka cenderung menghindar, menolak dan merasa tersinggung apabila
diperlakukan seperti anak – anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang kondisinya
bertentangan dengan konsep dirinya sebagai individu yang mandiri. Sehingga mereka perlu
dilibatkan secara penuh dalam menentukan kebutuhan belajar dan merancang belajar secara
partisipatif. Sumber belajar berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator serta narasumber.
2. Orang Dewasa Kaya Akan Pengalaman
Makin lanjut usia seseorang, makin banyak pengalaman yang ia miliki. Adapun pengalaman orang
dewasa diperoleh dari :
•
•
•
Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini.
Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya.
Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa lampau.
3. Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan Belajar
Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia dan peran sosial yang mereka
tampilkan. Untuk itulah, urutan program belajar berdasarkan tahapan dalam yang relevan dengan
peran mereka menjadi penting untuk diutamakan.
4. Orang Dewasa Berpandangan Untuk Segera Menerapkan Hasil Belajarnya
Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatan belajar bagi
orang dewasa sebaiknya diarahkan pada kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya.
5. Orang Dewasa Itu Dapat Belajar
Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak
menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan faktor fisiologis seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga sehingga
mempengaruhi kecepatan belajarnya. Fasilitator perlu mendorong dan membantu warga belajar
untuk belajar sesuai dengan langkah yang mereka inginkan dan terapkan sendiri.
6. Belajar Merupakan Proses yang Terjadi Pada Diri Orang Dewasa
Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya, termasuk potensi intelektual,
emosi serta fisik. Ia merasa adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya yang
akan tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui
interaksi dirinya dengan lingkungannya, dengan demikian seni pembelajaran orang dewasa
merupakan upaya mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu, digunakan
metode dan teknik dimana warga belajarnya terlibat secara intensif dalam mendiagnosa kebutuhan
belajar serta menilai proses belajar.
Orang dewasa tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali jika mereka diberi
kesempatan untuk bertanya ‘mengapa ?’ dan mengambil keputusannya sendiri.
Suasana Belajar Bagi Orang Dewasa
Setiap bentuk program pendidikan bagi orang dewasa, harus ditunjang interaksi dan kegiatan
program yang mampu mengimbanginya. Untuk membentuk interaksi program yang mampu
12
menunjang pencapaian tujuan program, maka fasilitator harus dapat merancang dan membentuk
suasana belajar yang dapat diikuti oleh warga belajar. Pendidikan orang dewasa dilakukan dengan
pengelompokkan sesuai dengan minat atau kebutuhan , bukan suatu kelas atau jenjang.
Bentuklah suasana belajar yang penuh keakraban dan tidak menegangkan. Membentuk suasana
belajar yang bersifat non – formal, dalam arti :
• Kumpulan manusia aktif.
• Suasana hormat menghormati.
• Suasana harga menghargai.
• Saling percaya.
• Suasana penemuan diri.
• Suasana keterbukaan.
• Suasana mengakui kekhasan pribadi.
• Suasana membenarkan perbedaan.
• Suasana mengakui hak untuk berbuat salah.
• Suasana membolehkan keraguan.
• Evaluasi bersama dan evalusi diri.
Peran Fasilitator
Sikap pembimbing bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sikap yang perlu
untuk menciptakan proses belajar sebuah kelompok adalah sebagai berikut :
Empati
• Berarti menyetel pada gelombang pemancar yang sama dengan peserta, yakni mencoba
melihat situasi sebagaimana peserta juga melihatnya, berada dan bersatu dengan peserta,
membiarkan diri sendiri menyatu dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalaman
tersebut sambil menekan penilaian sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada
mereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah
peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka.
Wajar
• Berarti jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, terbuka, mencerminkan perasaan yang
sebenarnya, mengatakan apa adanya, secara sadar menghindari peran sebagai pengajar,
mengungkapkan perasaan secara konkret, dan merespon secara tulus.
Respek
• Berpandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian,
pengertian, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka.
Komitmen
• Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan,
mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri
dalam suka duka.
Mengakui kehadiran orang lain
• Mengakui adanya orang lain, tidak menonjolkan diri agar orang lain berkesempatan
mengungkapkan diri, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa ‘saya
sadar akan kehadirannya’, mengakui tiap peserta sebagai makhluk bebas yang berhak ada
di sana dan bertanggungjawab atas kehadirannya.
Membuka diri
•
Dalam hal ini keterbukaan mempunyai dua segi ,
13
Pertama menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan
pengalaman kita sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep
kita sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemingkinan – kemungkinan baru.
Kedua, secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada
kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka
dan duka saya, mau mengambil risiko melakukan kekeliruan.
Tidak menggurui
• Mengingat bahwa peserta adalah orang dewasa yang mempunyai keahlian sendiri,
pengalaman sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap
menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan.
Tidak menjadi ahli
• Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan – akan fasilitator harus
ahli dalam segala bidang.
Tidak memutus bicara
• Pada waktu peserta bertanya atau mengemukakan pendapatnya fasilitator jangan
memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar.
Tidak berdebat
• Bersoal jawab dengan satu orang saja di tengah – tengah sekian banyak peserta dapat
menimbulkan kebisanan.
Tidak diskriminatif
• Merupakan hal yang baik kalau pembimbing berusaha untuk memberi perhatian secara
merata, bukan hanya kepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai secara pribadi.
Metode POD
Metode pendidikan orang dewasa adalah suatu teknik penyampaian materi pembelajaran yang
diatur sedemikian rupa sehingga tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam
penyampaian materi, metodologi yang akan digunakan adalah metode – metode yang
mempermudah dan mempercepat proses pemahaman pengetahuan, sikap dan proses penguasaan
aplikasinya.
Metodologi yang dipilih yang memungkinkan terciptanya partisipasi aktif dari para peserta, saling
bertukar pengalaman di antara peserta dan fasilitator yang memperlakukan peserta sebagai orang
dewasa bukan sebagai murid sekolah. Metode yang paling efektif adalah belajar dengan bekerja.
Sumber
14
•
Tim Pe-PP; Teknik
UNDP;Jakarta 2007
•
Studio Driya Media; Handout Pelatihan; Bandung 1999
•
Mansour Fakih dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesedaran Kritis; INSIST – Pact; 2001
Fasilitasi
Partisipatif
Pendampingan
Masyarakat;
Bappenas
–
VISUALISASI PENDIDIKAN
Seorang fasilitator memiliki peran yang penting pada saat berada di tengah masyarakat. Dengan
proses dialog yang detail sampai saat ditemukan kesepakatan. Tugas fasilitator mengambil bagian
saat masyarakat yang didampinginya, menciptakan situasi belajar daripada mendiktekan istilah dan
kondisi, memudahkan pengawasan riset dan/atau proses perkembangan.
Apa yang telah menjadi sangat jelas dari proses pendidikan langsung di tengah masyarakat,
merupakan kepentingan awal yang segera dimulai dengan metode dasar dengan menggunakan
metode diagram. Jika hal ini tidak dilakukan pada diskusi pertama dengan masyarakat sasaran,
maka pengalaman menunjukkan, kondisinya akan semakin sulit untuk mendorong partisipan
meninggalkan pena dan kertasnya, serta untuk menghilangkan wawancara yang formal dan kaku.
Jika kelompok melakukan visualisasi sejak awal, maka hal tersebut akan memberikan antusiasme
dan ketertarikan, serta membantu setiap orang untuk terus bereksperimen dan belajar.
Ada beberapa langkah yang dapat digunakan agar kerja lapangan dapat berjalan lancar :
•
Diskusikan terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang menghambat dan menciptakan
kekakuan, kebekuan. Gunakan latihan pemecah masalah kelompok dengan menggunakan
umpamanya media role play.
•
Sarankan pada setiap kelompok untuk memutuskan masalah, metode dan para kader
komunitas yang akan mereka ajak untuk memulai. Pikirkan tentang urutan metode yang
mungkin digunakan.
•
Dorong kelompok untuk memulainya dengan aktivitas nyata yang membutuhkan masukkan
kelompok, yang telah dipraktekan sebelumnya dan hampir membawa pada hasil yang jelas.
Latihan pemetaan merupakan awal yang baik. Hal ini biasanya dapat membuat orangorang terlibat di dalamnya, merubah pengawasan dari kelompok kepada perempuan dan
pria yang membuat dan menjelaskan peta serta dapat menjadi hal yang menyenangkan.
•
Mengorganisasikan sesi ‘kerjakanlah sendiri’ untuk memulai kerja lapangan dengan
melibatkan aktivitas partisipan setiap harinya. Hal ini dapat memecahkan ketegangan yang
ada serta membangun peran baru dengan masyarakat lokal sebagai murid dan sekaligus
sebagai guru yang profesional.
•
Ajak kelompok untuk tetap rileks. Katakan kerja langsung merupakan cara terbaik untuk
belajar dan bahwa mereka tidak harus mempelajari segalanya dalam menit – menit
pertama.
Ketika kerja lapangan sudah dimulai, anda mungkin menghadapi masalah dalam menjaga proses
agar tetap berjalan. Antusiasme mungkin menurun, terutama jika kelompok menghadapi masalah
yang tidak terduga, seperti kendaraan yang tiba-tiba rusak, sakit, cuaca yang buruk, dsb. Anggota
kelompok mungkin juga merasa lelah, telah cukup bekerja keras dan mengumpulkan banyak
informasi . Tentu info menggambarkan bagaimana seorang fasilitator mendorong kelompoknya
untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai hasilnya.
15
Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka
menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi
mereka sendiri dan menunjukkannya agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekkan
silang di antara mereka menyangkut informasi. Menggambarkan bagaimana seorang fasilitator
mendorong kelompoknya untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai
hasilnya.
Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka
menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi
mereka sendiri dan menunjukkan agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekan silang di
antara mereka menyangkut informasi. Proses ini merangsang urutan penyesuaian dan peningkatan,
baik oleh individu yang membangun maupun oleh yang melihat. Sebagai hasilnya, hasil akhir
seringkali berbeda dengan percobaan pertama.
Menjaga Agar Proses Tetap Berjalan di Lapangan
Diskusi memfokuskan pada masalah inti, para partisipan juga didorong untuk mempertimbangkan
poin kunci belajar dari manfaat metode yang digunakan.
Fasilitator harus selalu mengingatkan kepada kelompok dengan cara menanyakan kembali kepada
kelompok apakah lebih baik untuk bediskusi di tempat lain untuk menganalisa lebih lanjut atau
tetap di lapangan selama beberapa jam ?. Mengikuti reaksi yang beragam, dengan beberapa
partisipan yang tertarik untuk mengakhiri hari kerjanya, fasilitator mendorongnya untuk kembali ke
lapangan, karena merupakan reaksi yang wajar untuk memilih pulang beristirahat daripada bekerja
kembali. Merupakan waktu yang menyenangkan di lapangan, seperti para petani yang
menghabiskan waktu saat untuk bekerjanya usai. Hari berikutnya, mengikuti tinjauan tengah hari,
kelompok kembali ke lapangan tanpa rasa ragu – ragu. Pelajaran yang diambil : jika merasa ragu –
ragu, pulanglah dulu.
Aspek visualisasi lain yang hendaknya ditegaskan adalah keuntungan untuk masyarakat di
komunitas tersebut. Pertemuan antara fasilitator dan kelompok masyarakat mungkin merupakan
kesempatan yang jarang, ketika baik pria maupun wanita didorong untuk memikirkan mata
pencaharian dan kondisi mereka sendiri dalam cara yang sistematis. Kesempatan yang diharapkan
juga sangat sering bagi kelompok lokal tertentu (wanita/pria, tua/muda, kaya/miskin, dsb) dating
bersama untuk melakukan analisis gabungan.
“ Sekolah Tanpa Dinding ”
Mengapa ;sekolah tanpa dinding’ (school without walls)? Karena ruang kelas, perpustakaan, mata
pelajarannya, adalah dimana masyarakat bekerja dan hidup di situ. Kalau masyarakat tersebut
adalah petani – lahan garapannya adalah laboratorium sekaligus perpustakaannya.
Seperti yang dilakukan oleh petani selama ini, yakni dalam rangka mengcounter adanya banjir
penyuluhan terhadap petani, maka lahir Sekolah Lapangan Petani. Petani berkumpul selama satu
kali seminggu selama satu musim ( 12 minggu ) untuk mengikuti dan menganalisa perkembangan
tanaman mereka, fase demi fase. Sekaligus mereka mendalami beberapa prinsip yang terkait
dengan perkembangan tanaman seperti dinamika populasi serangga, fisiologi dan kompensasi
tanaman, pemeliharaan kesuburan tanah, pengaruh air dan cuaca, pemilihan varietas, dan lain –
lain, melalui eksperimen yang mereka lakukan sendiri. Selain kegiatan pokok, serangkaian kegiatan
(topik khusus) dilakukan sesuai dengan masalah-masalah khusus yang dihadapi di setiap tempat.
Yang selalu nampak pada Sekolah Lapangan adalah peran aktif petani sebagai pelaku, peneliti,
16
pemandu dan manajer lahan yang ahli. Materi pengembangan manusia dan analisis sosial tidak
kalah penting dengan ilmu pertanian dalam penyelenggaraan Sekolah Lapangan, sebagaimana
tercermin dalam kegiatan perencanaan, dinamika kelompok dan sebagainya.
Lahirnya “Sekolah Lapang Petani” didasari oleh tiga tantangan pokok yang saling terkait, yakni :
ƒ
Keanekaragaman ekologi dan hayati.
ƒ
Peranan petani yang harus menjadi ahli di lahannya sendiri.
ƒ
Membangun kesadaran kritis terhadap sistem yang membelenggu dan menghancurkan
petani.
Penerapan “Sekolah Lapang Petani” sebagai suatu langkah maju menuju pertanian yang adil dan
berkelanjutan dituntut untuk ‘meramu’ suatu pola pendekatan yang mampu menampung ketiga
tantangan tersebut dalanm suatu proses pendidikan yang terpadu dan dapat diselenggarakan
secara efektif di tingkat komunitas petani.
Sekolah di mana saja, tidak selalu di gedung, tidak harus di kampus, alam semesta itulah sekolahan
semestinya, sekolahan yang sejati, sekolah yang paling hakiki.
17
Modul 2
Topik: Dasar – Dasar komunikasi
Peserta memahami dan menyadari:
1. Unsur – unsur komunikasi
2. Faktor penghambat komunikasi
3. Tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan
Kegiatan 1: Permainan Mari Menggambar : komunikasi multi arah
Kegiatan 2: Diskusi tata cara membangun komunikasi yang efektif
2 Jpl ( 90’)
Bahan Bacaan:
Dasar – dasar Komunikasi
• Kerta Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• LCD
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
18
Permainan ‘Mari Menggambar’ : Komunikasi Multi Arah
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki Tema Komunikasi
dan Sosialisasi dengan modul pertama Dasar Dasar Komunikasi. Uraikan apa yang akan dicapai
dengan modul ini, yaitu :
ƒ Peseta mengetahui unsur – unsur komunikasi
ƒ Peserta memahami faktor penghambat komunikasi
ƒ Peserta memahami tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan
Uraikan juga bahwa kita akan memulai modul Dasar Dasar Komunikasi dengan kegiatan belajar
pertama; “Permainan Mari Menggambar”
2) Ajak peserta untuk memahami kenapa peserta sebagai fasilitator perlu mengetahui dasar –
dasar komunikasi.
3) Beri pengantar bahwa proses komunikasi adalah proses yang biasa kita lakukan sehari - hari
jadi seharusnya komunikasi bukanlah hal yang sulit . Tanyakan kepada peserta, berdasarkan
pengalaman mereka betulkah ‘ komunikasi itu mudah ?’
4) Ajak peserta untuk membuktikan mudah tidaknya berkomunikasi melalui permainan ‘Mari
Menggambar’. Gunakan Panduan Permainan “Mari Menggambar” yang ada dalam LK – Dasar
dasar komunikasi
5) Setelah selesai permainan , ajak peserta untuk membuat menganalisis dari ketiga permainan
tersebut mana yang paling berhasil ? Tanyakan kenapa ? minta peserta untuk menuliskan
alasannya di kartu metaplan.
6) Kelompokkan kartu – kartu berdasarkan gagasan yang sejenis , kemudian bahas bersama
unsur–unsur komunikasi (sumber, pesan, saluran, penerima, dampak) sampai mendapatkan
pemahaman bahwa ada berbagai faktor penghambat dalam berkomunikasi, dan komunikasi
multi arah lebih efektif dibandingkan dengan komunikasi satu arah.
7) Berikan penegasan apabila diperlukan
19
Unsur-unsur komunikasi pada dasarnya adalah 5, yaitu: sumber atau pemberi pesan, pesan
yang ingin disampaikan, saluran untuk menyalurkan, penerima pesan dan dampak atau apa
yang terjadi setelah pesan diterima.
Seringkali proses komunikasi dianggap mudah, tetapi dengan pengalaman berkomunikasi yang
dilakukan lewat permainan tadi ternyata proses komunikasi tidaklah sesederhana yang kita
bayangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan, seringkali para
fasilitator mengalami berbagai hambatan dalam berkomunikasi, sehingga komunikasi yang
dilakukan rusak atau macet. Misalnya pada saat kita mengajak masyarakat untuk terlibat
dalam kegiatan musyawarah warga, seringkali yang kita terima adalah tatapan mata dingin,
sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita
sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi.
Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam berkomunikasi terjadi karena :
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Terjadi kegagalan proses decoding (pengkodean), yaitu proses menerjemahkan gagasan
ke dalam symbol – symbol yang umum ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ).
Pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik penerima.
Saluran atau media yang digunakan kurang tepat.
Kegagalan penerima pesan dalam menafsirkan pesan – pesan yang diterima ( encoding ).
8) Ajak peserta untuk refleksi dan menganalisis hambatan–hambatan komunikasi yang mereka
alami sehari hari, berdasarkan pengalaman mereka dan bagikan dengan peserta lain.
Diskusi Tata Cara Membangun Komunikasi Yeng Efektif
1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang kemudian mintalah agar
tiap kelompok untuk melakukan analisis, berdasarkan pengalaman permainan tadi yang
ternyata komunikasi tidaklah mudah bagaimana caranya membangun komunikasi yang efektif
dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ? Tuliskan jawaban kelompok pada kertas plano.
2) Untuk pendalaman, lakukan diskusi kelompok dengan cara berputar. Pertanyaan diskusi : Apa
yang harus dipertimbangkan agar komunikasi yang kita bangun efektif ?. Lakukan satu
putaran dan bahas bersama.
3) Kemudian minta tiap kelompok menyajikan hasilnya untuk dibahas dalam diskusi kelas
4) Refleksikan dan simpulkan bersama
20
Hal – hal yang harus diperhatikan agar komunikasi efektif:
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Pesan – pesan harus mudah diterima artinya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan
masyarakat; informasi yang diberikan harus tepat dengan keadaan mereka; dapat
diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran; informasi
yang benar secara teknis/ilmiah; sederhana dan mudah dimengerti; murah atau hanya
perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya
Pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan menekankan hal – hal
yang penting bagi mereka bukan yang penting bagi fasilitator atau KMW.
Kemasan pesan harus dapat menggugah minat kelompok sasaran, walaupun informasi
yang disampaikan berguna bagi masyarakat kalau dikemas dengan cara yang kurang
tepat seringkali tidak diperhatikan oleh mereka.
Memilih saluran atau media yang tepat, kita dapat menggunakan satu atau kombinasi
dari berbagai saluran (media ) tergantung kepada tujuan komunikasinya.
Harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa,
kebiasaan, tingkat pendidikan dan lain – lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau
dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai, pertanyaan pertama
yang harus kita ajukan dlm komunikasi adalah, ‘siapakah khalayak kita ?
21
LK – Dasar Dasar Komunikasi – 1
“Permainan Mari Menggambar”
Mari Menggambar
Komunikasi Satu dan Dua Arah
Permainan ini untuk menggambarkan kepada peserta efektifitas komunikasi dua arah dan
mengawali diskusi agar peserta memahami prinsip – prinsip dasar komunikasi.
Langkah langkah
• Siapkan 3 lembar gambar bentuk–bentuk lingkaran, segitiga, kotak yang saling bertumpuk
( lihat gambar) dan tersimpan dalam amplop besar.
22
•
Mintalah 3 orang peserta sebagai relawan untuk tampil ke depan kelas. Peserta lain
diminta menyiapkan kertas kosong dan pensil. Kumpulkan relawan secara terpisak dan
berikan penjelasan kepada ketiga relawan tersebut mengenai peran masing-masing.
- Relawan 1 : Sebagai penyiar TV dalam acara “Mari Menggambar” sehingga instruksinya
satu arah, pemirsa tidak dapat bertanya dan contoh gambar juga tidak ditnjukkan.
Hasilnya tentu saja pemirsa membuat gambar yang macam-macam dan tidak sama
dengan contoh.
- Relawan 2 : Sebagai guru yang otoriter dalam acara “Pelajaran Menggambar” yang
memberi instruksi apa yang harus digambar, memberi kesempatan bertanya tetapi
tanpa memberikan contoh-contoh, sehingga tentu saja gambar murid macam-macam
dan tidak sama dengan yang diharapkan
- Relawan 3 : Sebagai agen “pembaruan” (fasilitator) dalam acara “Pelajaran
Menggambar” yang tidak hanya memberikan instruksi tetapi juga mendiskusikan dan
memberikan contoh-contoh sehingga hasilnya akan sama/mirip dengan yang
diharapkan.
•
Contoh informasi dasar yang diberikan kepada peserta oleh Penyiar TV, Guru dan Agen
Pembaruan adalah :
- Buat gambar segi-3 sama kaki di tengah kertas
- Bersinggungan dengan titik sudut kiri segi tiga tersebut buatlah gambar segi-4 dalam
posisi miring ke kiri
- Di atas segi-3 dan bersinggungan dgn titik sudut atas segi-3 tersebut buatlah gambar
lingkaran.
- Bersinggungan dgn gambar lingkaran tersebut dibagian atas buatlah gambar segi-4
- Di bawah segi-4 miring yang di bawah segi-3 buatlah gambar segi-4 dalam posisi
datar dengan ujung segi-4 miring memotong salah satu sisinya
- Buatlah bayangan pada 2 sisi dari segi-4 miring dan datar yang paling bawah.
•
Jelaskan kepada peserta bahwa 3 orang relawan tadi adalah penyiar TV, guru dan ‘agen
pembaruan‘ ,
•
Permainan pertama seorang penyiar TV untuk acara “mari menggambar”, dan para peserta
adalah pirsawan yang belajar menggambar. Mereka harus belajar menggambar sesuai
dengan keterangan penyiar. Karena ini acara TV, maka peserta tentu tidak dapat bertanya
sementara sang penyiar tidak boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang
penyiar mulai melaksanakan acaranya.
•
Permainan kedua seorang guru untuk acara “belajar menggambar”, peserta lain adalah
murid dan diminta menyiapkan kertas kosong baru. Saat ini adalah acara “ pelajaran
menggambar” di kelas dan relawan tadi sebagai gurunya sedangkan peserta lain sebagai
murid. Caranya sama dengan acara TV tadi, hanya kali ini murid boleh bertanya, tetapi
guru tetap tidak memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang “guru” segera
memulai pelajarannya.
•
Permainan ketiga tetap “belajar menggambar” untuk peserta pelatihan dan gurunya adalah
seorang “agen pembaruan”. Jelaskan bahwa relawan baru ini adalah seorang “agen
pembaruan” yang akan mengajar peserta pelatihan menggambar, dan minta peserta
menyiapkan kertas kosong baru. Kali ini caranya bebas sama sekali ( boleh bertanya, boleh
apa saja, boleh juga menunjukkan contoh, terserah sang relawan dan peserta ). Kemudian
minta sang “agen pembaruan” mulai acaranya.
•
Setelah selesai, bandingkan hasil gambar ketiga proses tadi dan mana yang paling sesuai
dengan harapan (gambar yang telah disiapkan sebelumnya)
•
Ajaklah seluruh peserta kemudian mendiskusikan : mengapa hasilnya demikian. Minta
mereka mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan gambar yang dibuat lebih
mendekati harapan atau sama dengan harapan dan apa hambatannya yang menyebabkan
tidak tercapai harapan. Untuk ini dapat digunakan juga metoda Metaplan
•
Simpulkan bersama hasil diskusi sesuai dengan ungkapan dan analisis peserta.
23
Contoh Gambar Yg Diharapkan “Permainan Mari Menggambar”
.
24
Dasar – Dasar Komunikasi
Marnia Nes
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui sebuah
saluran untuk menghasilkan dampak yang diinginkan dengan menggunakan symbol/lambang yang
umum. Symbol yang digunakan bisa berupa bahasa tulisan, gambar, musik dan sebagainya.
Unsur Unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi ada 5 unsur dasar yaitu : sumber informasi (komunikator); pesan ;
saluran komunikasi (media); penerima informasi( komunikan ), dampak atau akibat dan umpan
balik.
Sumber
•
Pesan
•
Adalah orang yang mula – mula memberikan aksi komunikasi atau memberikan pesan
kepada penerima, pengirim pesan biasa juga disebut komunikator. Dalam membuat pesan
kepada penerima terjadi proses encoding (pengkodean) yaitu proses menerjemahkan
gagasan ke dalam symbol – symbol yang umum atau sudah dikenal ( kata, bahasa, gambar
dan sebagainya ) menjadi pesan yang mudah dipahami. Sumber informasi bisa
individu/perorangan atau lembaga yang memulai proses komunikasi.
Pesan adalah informasi yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan
yang disampaikan bisa berupa pesan verbal yaitu semua jenis komunikasi lisan yang
menggunakan kata-kata, bisa juga berupa pesan non verbal seperti bahasa tubuh (ekspresi
wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian dan sebagainya ), musik
tarian atau bahasa isyarat.
Saluran
•
Unsur ini merupakan media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat disampaikan
oleh sumber kepada si penerima. Saluran seringkali disebut dengan metode komunikasi.
Saluran komunikasi bisa saja sederhana, misalnya mengunakan kata-kata/suara, tetapi
juga prosesnya bisa tidak sederhana. Misalnya kita bisa menggunakan radio untuk
kampanye tingkat kota, bisa menggunakan arisan warga untuk kampanye di tingkat RW
dengan menggunakan berbagai media seperti leaflet, kartu bergambar dan sebagainya.
Penerima
•
Adalah orang –orang yang menerima pesan dari komunikator, biasa juga disebut
komunikan. Saat menerima pesan dari pengirim, terjadi proses penafsiran kembali pesan –
pesan yang diterimanya yang disebut encoding. Proses decoding sangat dipengaruhi oleh
persepsi dan latar belakang sosial budaya dari komunikan.
Dampak/akibat
Dampak apa yang kita inginkan dari pesan yang disampaikan
ƒ
Apakah kita ingin meningkatkan kesadaran kelompok sasaran
ƒ
Apakah kita ingin mengubah sikap mereka
ƒ
Apakah ingin meningkatkan keterampilan mereka, atau
25
ƒ
Apakah ingin mengubah perilaku mereka ?
Umpan Balik
Umpan balik mengacu pada segala informasi yang diperoleh kembali si pengirim pesan dari si
penerima. Kegunaan umpan balik :
• Dapat membantu sumber dalam menentukan keberhasilan usaha komunikasinya
• Sumber dapat memperkuat pesan atau mengubah strateginya berdasarkan umpan balik
yang diterima.
• Dapat digunakan untuk merencanakan program komunikasi yang lebih berhasil untuk masa
datang.
• Pada saat memberikan umpan balik komunikan juga akhirnya bertindak sebagai
komunikator yang memberikan pesan kepada komunikator pertama. Sehingga komunikator
dan komunikan sebetulnya keduanya merupakan sumber informasi dan masing – masing
memberi dan menerima pesan secara serentak dan pada saat yang bersamaan terjadi
proses saling mempengaruhi.
Membangun Komunikasi Yang Efektif
Banyak di antara kita menganggap bahwa komunikasi itu mudah, tetapi apakah betul demikian ?.
Hanya bila kita memasuki suatu pengalaman di mana proses komunikasi yang kita lakukan rusak
atau macet, kita baru menyadari bahwa komunikasi itu ternyata tidak mudah. Misalnya pada saat
kita mengajak tetangga kita untuk ikut dalam kegiatan rembug warga, seringkali yang kita terima
hanyalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut
memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi.
Untuk mengurangi kegagalan komunikasi diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif.
Meskipun berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain cukup mudah, tetapi ada
perbedaan yang besar antara pembicaraan yang normal dan komunikasi yang terampil. Komunikasi
yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya dapat kita lakukan setelah
mempelajari proses komunikasi dan kesadaran akan perilaku orang lain dan perilaku kita pada saat
sedang berkomunikasi. Pada dasarnya bila kita menginginkan komunikasi yang efektif kita harus
memahami apa yang menjadi penyebab perilaku orang lain. Semakin besar tanggapan positif
terhadap pesan yang kita sampaikan artinya semakin efektif komunikasi yang kita lakukan.
Cara Berkomunikasi yang Efektif ?
a) Pesan–pesan akan mudah diterima apabila pesan–pesan tersebut memiliki sifat – sifat atau
prasyarat sebagai berikut :
• Sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat
• Informasi yang tepat dengan keadaan mereka
• Dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran
• Informasi yang benar secara teknis/ilmiah
• Sederhana dan mudah dimengerti
• Murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya.
Yang paling penting, pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan
menekankan hal – hal penting bagi mereka., bukan hal penting bagi lembaga penyelenggara
program yang menyampaikan pesan. Setiap hari, masyarakat dibanjiri banyak pesan yang
beranbekaragam. Agar pesan-pesan kita dapat menarik perhatian atau menggugah minat
kelompok sasaran kita harus mengemasnya dengan baik. Informasi yang berguna dan sesuai
26
terkadang tidak diperhatikan oleh masyarakat, karena disampaikan dengan cara yang kurang
tepat (misalnya terlalu menantang situasi yang berlaku ), membosankan, atau terlalu banyak
muatan teknis.
b) Memilih saluran yang tepat, dalam memilih saluran yang akan dipergunakan untuk program
komunikasi, tidaklah sesederhana memilih saluran yang satu atau yang lain. Kita dapat
mempergunakan satu atau kombinasi dari keduanya, tergantung pada tujuan komunikasi
dengan memperhitungkan pula keunggulan dan kelemahan setiap media.
c) Dalam setiap komunikasi, paling baik bila perhatian diawali dari unsur penerima (biasanya
disebut Khalayak atau Kelompok Sasaran). “ Kenali khalayak anda “, merupakan prinsip dasar
dalam komunikasi. Pertanyaan pertama yang harus kita ajukan adalah, “siapakah khalayak kita
?”. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi secara khusus dengan siapa kita akan berkomunikasi
selain dengan “seseorang” atau “masyarakat umum”, kita sebaiknya tidak melanjutkan proses
komunikasi sebelum kita memperjelas hal tersebut.
Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan
yang sesuai, memilih media yang sesuai dan menentukan saluran yang paling mungkin untuk
menjangkau mereka. Sebaiknya, kita menemukan beberapa karakteristik khalayak yang relevan
seperti data kependudukan, termasuk karakteristik mereka yang berhubungan dengan media
serta tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan topik yang ingin kita
komunikasikan.
Tahapan Komunikasi
Bagi kita yang bekerja dalam pengembangan masyarakat, kita berkomunikasi dengan tujuan yang
khusus – yaitu untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perubahan
manusia, serta faktor sosial dan politik yang mempengaruhi sikap mereka. Untuk mencapai tujuan
– tujuan tersebut, komunikasi yang berhasil harus melewati beberapa tahapan. Karenanya, penting
untuk mempelajari apa yang terjadi dalam setiap tahap untuk mencegah kegagalan dalam proses
komunikasi.
Menjangkau khalayak
•
Komunikasi tidak akan efektif kalau khalayak tidak dapat menjangkau atau mendengarnya.
Hal ini nampak sangat jelas dan masuk akal, namun banyak program gagal pada tahap
pertama tersebut. Contoh – contoh pesan yang tidak menjangkau khalayak adalah :
•
•
•
Siaran radio yangmengudara pada waktu yang tidak tepat setiap harinya
Brosur penyuluhan yang hanya dibiarkan berdebu di sudut kantor atau diberikan pada
orang yang tidak tepat.
“ Mengajari orang yang sudah memahami “, misalnya poster yang ditempatkan di kantor
KMW yang dibaca oleh pelaku PNPM Mandiri Perkotaan yang paham isu yang
bersangkutan, namun justru khalayak yang ingin kita jangkau tidak pernah mengunjungi
KMW.
Menarik perhatian khalayak
Setiap komunikasi harus menarik perhatian dahulu sehingga masyarakat akan berusaha untuk
mendengarkan atau membacanya. Banyak contoh kegagalan dalam hal ini :
27
•
•
•
•
Masyarakat hanya melewati poster tanpa membacanya karena sebagian besar terdiri dari
tulisan (tidak ada gambar)
Di dalam kelas, ibu-ibu tidak memperhatikan karena materi yang diberikan oleh fasilitator
membosankan
Kader memindahkan atau mengganti saluran radio ke saluran lain karena materi yang
dibahas hanya berbicara tentang hal – hal teknis saja
Karena penyampaian materi (isu yang kontroversial) kurang tepat, beberapa peserta tidak
mau mendengar lagi, “Daripada kita pusing dengan konflik yang akan terjadi, lebih baik kita
tidak ikut-ikutan”.
Pemahaman pesan
Masyarakat mencoba mengartikan apa yang mereka lihat atau dengar. Dalam hal ini penafsiran
setiap orang dalam komunikasi tergantung pada banyak hal. Kesalahpahaman dapat terjadi bila :
ƒ
Materi merupakan hal yang asing atau sangat baru bagi khalayak
ƒ
Bahasa terlalu rumit dan istilah – istilah yang digunakan tidak biasa didengar
ƒ
Gambar memuat diagram yang rumit dengan detail yang membingungkan
ƒ
Informasi yang disajikan terlalu banyak/berat sehingga sulit untuk diserap
ƒ
Kalimat/gambar
yang
digunakan
mempunyai
memberikan/memungkinkan penafsiran lain.
arti
luas
sehingga
dapat
Penerimaan atau penolakan pesan
Setelah proses “pengolahan” pesan, si penerima mungkin menerima atau menolak informasi
berdasarkan tingkat keuntungan yang disajikan atau ketidaktepatan informasi tersebut dengan
situasi mereka. Biasanya lebih mudah mempromosikan sesuatu karena hasilnya mudah atau cepat
untuk dilihat dampaknya, misalnya penggunaan urea agar padi atau jagung tumbuh lebih cepat.
Namun penerimaan pesan akan lebih sulit bila kita berusaha mengubah suatu kepercayaan atau
kebiasaan yang telah lama mereka anut di dalam kehidupan mereka. Jika suatu kepercayaan telah
dianut oleh seluruh masyarakat atau merupakan bagian dari kepercayaan yang lebih mendasar
seperti agama, kita dapat memperkirakan betapa sulitnya mengubahnya, apalagi kalau kita hanya
mempergunakan metode komunikasi atau pendekatan yang tidak tepat.
Perubahan sikap/perilaku
Jika khalayak menerima informasi, penerimaan mereka dapat menjadi perubahan sikap ( yang
nantinya dapat menuju pada perubahan perilaku) sesuai dengan tujuan komunikasi kita. Namun,
meskipun telah terjadi perubahan kepercayaan atau sikap, tidak selalu otomatis perilaku mereka
berubah. Komunikator perlu mengetahui faktor penghalang yang mungkin ada dalam perubahan
perilaku, dan mencoba mengatasinya dengan baik. Tekanan yang berasal dari orang lain dalam
28
sebuah keluarga, masyarakat atau lingkungan dapat mencegah seseorang untuk mengubah
perilakunya.
Ada banyak contoh penerimaan pesan yang tidak dapat mengubah sikap atau perilaku kelompok
sasaran, misalnya :
• Seorang pedagang setuju bahwa trotoar tidak bisa dipergunakan sebagai tempat berjualan,
karena trotoar tersebut bukan tempatnya berjualan.
• Seorang bapak sadar bahwa pekerjaan di rumah (seperti mengasuh anak, memasak, dll)
memakan banyak waktu dan tenaga, namun dia tidak mau membantu isterinya karena
jenis – jenis pekerjaan tersebut dianggap “pekerjaan perempuan” di daerahnya.
Mempertahankan atau tidak mempertahankan sikap/perilaku baru
Jika perubahan sikap atau perilaku berpengaruh positif, seseorang mungkin akan mempertahankan
sikap atau perilaku baru tersebut. Namun jika pengalamannya negative, mungkin perubahan
sikap/perilaku tersebut tidak akan dipertahankan.
29
Modul 3
Topik: Fasilitasi dan Pembelajaran
Peserta memahami dan menyadari:
1. Berbagai pendekatan dalam fasilitasi
3. Berbagai metode fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan
Kegiatan 1: Ceramah dan tanya jawab pendekatan fasilitasi
Kegiatan 2: Permainan tiupan kapas : membangun kelompokl
Kegiatan 3: Berlatih Membuat Pertanyaan
Kegiatan 4: Diskusi Kelas Media Pembelajaran
Kegiatan 5 : Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran
5 Jpl ( 225 ’)
1. Pendekatan dalam fasilitasi
2. Strategi Pembelajaran
3. Teknik Bertanya
4. Mendengar dan ‘Mendengarkan’
5. Penggunaan Media
6. Beberapa Media Sebagai Alat Bantu Pembelajaran
7. Metode Pembelajaran
• Kerta Plano, metaplan
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
30
Ceramah dan Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi
1) Buka pertemuan dengan salam dan jelaskan bahwa kita memasuki Modul kedua dari Tema
Teknik Fasilitasi yaitu Fasilitasi dan Pembelajaran. Tujuan dari modul ini adalah :
Peserta memahami dan menyadari:
•
Berbagai pendekatan dalam fasilitasi
•
Proses perkembangan kelompok
•
Berbagai metode fasilitasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan
2) Uraikan juga bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan ke-1, yaitu Ceramah dan
Tanya Jawab Pendekatan Fasilitasi
3) Tanyakan kepada peserta bagaimana kira – kira mereka akan melakukan fasilitasi dalam
pelaksanaan PNPM Madiri Perkotaan ? . Tuliskan jawaban peserta pada kertas plano.
Berikan penjelasan bahwa pendekatan dalam memfasilitasi ada dua yaitu pendekatan individu
dan pendekatan kelompok. Pendekatan individu dilakukan dengan kunjungan rumah, ‘dialog
dengan orang perorang’, dll ; pendekatan kelompok dilakukan dalam pertemuan – pertemuan
kelompok baik yang sengaja dibentuk maupun dalam kelompok yang sudah ada sebelumnya.
4) Bagikan lembar kerja ( matriks ) kepada setiap peserta , mintalah mereka menganalisis
kekuatan dan kelemahan dari masing – masing pendekatan tersebut.
5) Lakukan pembahasan dari hasil pengisian lembar kerja tersebut di atas. Berikan penekanan
pendekatan kelompok jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan lain.
PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan pendampingan dengan penenkanan pada pendekatan
kelompok melalui Komunitas Belajar Kelurahan, diskusi – diskusi dan musyawarah dengan
masyarakat, BKM/LKM, KSM, Forum BKM/LKM dan sebagainya.
31
Permainan dan Diskusi Membangun dan Memfasilitasi
Kelompok
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan ke 2 dari Modul yang sama
yaitu : Permainan Membangun dan Memfasilitasi Kelompok. dan apa yang akan dicapai melalui
kegiatan belajar ini;
2) Jelaskan kepada peserta, bahwa mereka
permainan ‘Meniup Bola Kapas’.
dibagi ke dalam 2 kelompok untuk melakukan
3) Jelaskan kepada peserta aturan main dalam permainan ini (lihat LK - Petunjuk Permainan
‘Meniup Bola Kapas’ ).
4) Setelah permainan selesai ajak peserta untuk merefleksikan pengalamannya dalam melakukan
permainan tadi . hubungkan hasil refleksi dengan proses pembentukan kelompok dan
dinamika kelompok .
5) Berikan penegasan
Proses pembentukan kelompok :
ƒ Identifikasi kebutuhan , penekanan bahwa kepentingan dan kebutuhan yang sama
dapat menjadi pengikat dan menjadi sebab terbentuknya kelompok.
ƒ Musyawarah pembentukan kelompok.
ƒ Dalam pertemuan ini harus dihadirkan pihak – pihak yang berkepentingan . Dalam
pertemuan ini diharapkan dihasilkan kesepakatan untuk membentuk kelompok.
ƒ Menentukan tujuan dan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan.
ƒ Pelaksanaan kegiatan.
ƒ Pemantauan dan evaluasi
ƒ
.
32
Dinamika kelompok
Jelaskan kepada peserta dengan mengulas proses permainan tadi mengenai :
Faktor yang dapat menyatukan kelompok, yaitu :
o Kerjasama, biasanya akan terjadi apabila angota kelompok memiliki kesamaan
pandangan, kesamaan kepenting, kesamaan kebutuhan dan masalah, dan
kesamaan tujuan.
o Apabila para anggota kelompok berusaha menghilangkan batas – batas yang
membedakan di antara mereka.
Faktor yang bisa memecah belah kelompok :
o Peraingan yang tidak sehat, biasanya kalau ada anggota kelompok ingin
bersaing, maka dia akan berupaya agar dirinya mempunyai kesempatan lebih
dulu dan dia akan mendominasi.
o Konflik yang meruncing, yaitu pertentangan dua pihak atau lebih yang
mengarah kepada pertikaian.
Jadi di dalam kelompok yang kita fasilitasi bisa terjadi kerjasama atau konflik, fasilitasi yang
dilakukan oleh fasilitator adalah fasilitasi untuk membangun kerjasama dalam kelompok.
Membangun kerjasama artinya membangun komunikasi dialogis di antara anggota kelompok
(warga masyarakat) sehingga tumbuh saling pemahaman, berbagi informasi dan nilai – nilai di
anatara mereka. Oleh karenanya teknik fasilitasi yang dikembangkan memakai pendekatan
pembelajaran partisipatif dengan komunikasi yang partisipatif pula.
6) Jelaskan kepada peserta, dalam memfasilitasi proses pembelajaran di masyarakat kita harus
mempertimbangkan karakteristik peserta (warga belajar) baik dari tingkat pendidikan,
kemampuan baca tulis, latar belakang sosial ekonomi, mata pencaharian, usia, jenis kelamin
dan sebagainya.
7) Mintalah peserta untuk membaca ”Strategi Pembelajaran” yang ada dalam Bahan Bacaan
Modul, kemudian mintalah sukarelawan untuk menjelaskan tahapan (strategi) pembelajaran
secara umum.
8) Bahas dan refleksikan bersama.
Berlatih Membuat Pertanyaan
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas kegiatan 3 dalam modul ini yaitu berlatih
membuat pertanyaan dalam memfasilitasi.
2) Ingatkan kepada peserta bahwa sesuai fungsinya orang yang memfasilitasi akan lebih banyak
memberikan ’pertanyaan’ kepada peserta bukan ’pernyataan’. Pertanyaan – pertanyaan yang
dilontarkan haruslah merangsang daya pikir peserta.
3) Jelaskan bahwa sekarang kita akan mencoba berlatih untuk membuat daftar pertanyaan
berdasarkan kepada daur belajar dari pengalaman (pengalaman berstruktur). Ingatkan
kembali kepada tahapan daur belajar dari pengalaman. Kasus yang akan dibahas adalah
memfasilitasi kelompok perempuan untuk mendiskusikan permasalahan kemiskinan yang
dialami oleh warga. Bagilah peserta menjadi 3 kelompok, kemudian mintalah kepada :
•
Masing – masing anggota kelompok 1 untuk menuliskan daftar pertanyaan –
pertanyaan
untuk
membantu
warga
(kelompok
perempuan)
untuk
MENGUNGKAPKAN pengalaman – pengalaman kemiskinan yang dihadapi mereka.
Dalam kartu metaplan, satu kartu untuk satu pertanyaan.
•
Masing – masing anggota kelompok 2 menuliskan daftar pertanyaan untuk
membantu warga (komunitas perempuan) MENGANALISA apa yang menjadi
faktor penyebab kemiskinan yang terjadi pada mereka.
33
•
Masing – masing anggota kelompok 3 menuliskan daftar pertanyaan untuk
membantu warga (komunitas perempuan) untuk MENYIMPULKAN hasil dari
pembahasan yang dilakukan mengenai kemiskinan yang dialami mereka.
4) Tempelkan kartu – kartu metaplan tersebut berdasarkan kelompok kemudian bahas bersama
5) Refleksikan bersama, pakailah bahan bacaan ”Teknik Bertanya” dan ’Mendengar dan
Mendengarkan’ sebagai acuan
Kegiatan 4
Diskusi Kelas : Media Pembelajaran
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 4 dalam modul ini, yaitu
membahas media pembelajaran yang biasa digunakan untuk mempermudah proses fasilitasi.
2) Ingatkan kepada peserta bahwa pada dasarnya proses fasilitasi adalah proses komunikasi,
pada pembahasan dasar – dasar komunikasi sudah dibahas bahwa media memegang peranan
penting untuk mempermudah proses komunikasi. Tanyakan kepada peserta media – media
pembelajaran apa saja yang selama ini dikenal oleh mereka ?. Tuliskan jawaban peserta dalam
kertas plano.
3) Ajaklah peserta untuk menganalisa fungsi setiap media (gunakan tabel di bawah ini sebagai
alat bantu)
• Membantu memudahkan penjelasan?
• Dapat mendorong/merangsang diskusi?
• Membuat kegiatan belajar jadi lebih menarik?
• Mengurangi terlalu banyak tulisan/teks yang membosankan?
• Menyajikan gambar – gambar yang menggugah perasaan?
• Memperlihatkan hal – hal yang sulit dibaw atau diperhatikan?
• Pesan menjadi lebih mudah diingat?
• Merangsang partisipasi peserta?
Jenis Media
Fungsi
4) Perkaya jenis – jenis media dengan pengetahuan yang dipunyai oleh pemandu dan analisa juga
fungsinya.
5) Refleksikan hasil pembahasan bersama, beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.
34
Media yang dipilih untuk kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.
Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media
secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan meskipun dirancang
dengan baik, tanpa difasilitasi dengan baik proses diskusinya , media tersebut tidak akan
menghasilkan dampak seperti yang diharapkan. Untuk itu keterampilan memfasilitasi diskusi
dengan menggunakan media merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media.
Kegiatan 5
Diskusi Kelompok Berbagai Metode Pembelajaran
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasuki kegiatan ke 5 dari Modul Fasilitasi dan
Pembelajaran yaitu membahas metode pembelajaran.
2) Ajak peserta untuk curah pendapat merumuskan daftar jenis – jenis metode pembelajaran
yang biasa dipakai dalam pembelajaran masyarakat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
mereka. Tulis tiap jawaban peserta pada kertas plano .
Metode pembelajaran : Brainstorming ( curah pendapat ), ceramah, tanya jawab, diskusi
kelompok, diskusi pleno, penugasan/praktek, permainan, bermain peran, analisis situasional dan
simulasi, dll (lihat Bahan Bacaan 1).
3) Bagi peserta menjadi 3 kelompok, beri tugas tiap kelompok untuk membahas tujuan,
kelebihan dan kekurangan dari 3 jenis metode pembelajaran yang telah dirumuskan bersama.
4) Setelah selesai diskusi kelompok, minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
5) Bahas dan refleksikan bersama peserta hasil pleno kelas dan berikan penegasan dari pemandu
apabila diperlukan.
•
Dalam pemilihan metode pambelajaran , fasilitator perlu memilih metode yang
memungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses belajar ( pengalaman
nyata, pengamatan dan refleksi, konseptualisasi, penerapan/ujicoba), dan
mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar yang menyenangkan.
•
Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik
dan ranah belajar dari setiap metode.
35
Metode
Ranah belajar
Wawancara/tanya
jawab
Curah pendapat
Ceramah
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok
terfokus (FGD)
Penugasan/praktek
Permainan
Bermain peran
Analisis situasional
Kunjungan silang
Simulasi
Pengetahuan
9
9
9
9
9
Sikap
Keterampilan
9
9
9
9
9
9
9
Setiap metode balajar tidak bisa berdiri sendiri, kombinasi antar metode akan membuat proses
belajar semkin menarik dan tidak membosankan.
Pemilihan metode juga harus berdasarkan beberapa pertimbangan :
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
36
Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.
Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut.
Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebu.t
Murah, artinya tidak terlalu memakan alat bantu yang banyak.
Besarnya kelompok yang difasilitasi.
Ketersediaan waktu
LK 1– Fasilitasi dan Pembelajaran
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Ceramah dan Tanya Jawab
Pendekatan Fasilitasi”
Pendekatan
Fasiltiasi
Kekuatan
Kelemahan
Pendekatan
Individu
Pendekatan
Kelompok
37
.
LK 2 – Fasilitasi dan Pembelajaran
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Permainan Membangun
Kelompok”
“ Permainan Meniup Bola Kapas “
Permainan ini untuk menciptakan sebuah tim kerja, untuk mendorong perencanaan dan untuk
menyemangati peserta untuk berpikir analitis.
Langkah – langkah :
1) Peserta dibagi menjadi empat kelompok (sekitar lima anggota dalam setiap kelompok)
2) Setiap tim diberi sebuah bola kecil terbuat dari kapas. Bola kapas tersebut ukuran dan beratnya
lebih kurang sama.
3) Setiap tim harus menunjuk seorang pengamat yang akan mengawasi dan mencatat tentang
bagaimana kelompok ini bermain. Si pengamat ini tidak ikut bermain dalam permainan. Dia
harus mencatat hal – hal yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan mereka dalam
permainan ini. Contohnya, peran yang jelas dari setiap anggota.
4) Tugas kelompok : (1) Menjaga bola kapas tetap melayang.; (2) setiap tim diberi waktu 5 menit
untuk berdiskusi di antara mereka tentang bagaimana agar bola kapas tetap terapung di
udara.; (3) Semua akan memulai permainan pada waktu yang sama. Waktu permainan 5
menit; (4) Siapa saja yang berhasil paling lama menjaga bola kapas tetap melayang di udara
dialah pemenangnya; (5) Permainan ini bisa dimainkan sampai beberapa putaran.
5) Setelah permainan selesai tiap pengamat dari masing-masing kelompok tadi menyampaikan
hasil pengamatan mereka
6) Peserta kemudian harus menjawab pertanyaan tersebut di bawah ini :
ƒ Bagaimanakah perasaan peserta melakukan permainan ini ?
ƒ Bagaimanakah Kelompok dapat membuat bola kapas melayang di udara ?
ƒ Apakah ada anggapan yang mengira kalau tidak mampu membuat bola kapas terus
melayang di udara ? Mengapa ?
38
LK 3 Fasilitasi dan Pembelajaran
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Diskusi Kelompok Berbagai
Metode Pembelajaran
1) Peserta mengikuti curah pendapat untuk merumuskan daftar jenis – jenis metode
pembelajaran yang biasa dipakai dalam pembelajaran masyarakat berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman mereka. Jawaban peserta ditulis pada kertas plano .
2) Bagi peserta menjadi hanya 3 kelompok, tiap kelompok membahas tujuan, kelebihan dan
kelemahan dari 3 jenis metode pembelajaran yang telah dirumuskan bersama.
3) Setelah selesai diskusi kelompok, tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
39
BEBERAPA JENIS MEDIA SERTA KEKUATAN DAN
KELEMAHANNYA
Jenis Media
Kaset Rekaman
Film Slide
Kelebihan
Kurang efektif untuk
digunakan peserta yang
jumlahnya lebih dari 15
orang;
¾ Pesan yang
disampaikan terbatas,
karena masa tayang dan
konsentrasi pendengar
juga terbatas.
¾ Bisa merangsang minat
dan menarik perhatian warga
belajar;
¾ Efektif untuk kelompok
sedang (20-25 orang);
¾ Pesan yang disampaikan
dapat lebih terperinci
¾ Memerlukan peralatan
khusus untuk
menggunakannya;
¾ Penayangan terbatas
karena konsentrasi
penonton juga terbatas.
Poster
Slide 3
40
¾Kurang efektif untuk
khalayak yang jumlahnya
lebih dari 10 orang.
Alat Peraga
¾
Bisa dipercaya, karena
barangnya terlihat nyata;
¾ Bisa dikenali dan mudah
diingat, karena bisa dilihat,
dipegang, dan dirasakan;
¾ Alat peraga yang
mengguna-kan bahan
setempat, akan lebih murah
dan mudah diperoleh;
¾Tidak memerlukan
keterampilan baca-tulis.
¾
Untuk alat peraga yang
ukurannya besar
atauterlalu kecil menjadi
tidak praktis;
¾ Mudah hilang.
Slide 2
Jenis Media
Komik-Strip/
Totonovela
Kelemahan
Pesan yang disampaikan
dapat lebih terperinci;
¾ Dapat menarik perhatian
khalayak;
¾ Tidak membutuhkan
keterampilan baca-tulis.2
¾
Slide 1
Kelebihan
¾
Kelemahan
Pesan yang disampaikan
dapat dibuat lebih menarik
karena dapat dibuat secara
percakapan sesungguhnya;
¾ Dapat merangsang minat
dan perhatian warga belajar;
¾ Komunikasi bisa dua arah;
¾ Mudah dibawa dan
dipindah-tempatkan
¾
Jenis Media
Lembar Balik
Kelebihan
Kelemahan
Lebih menarik dan mudah
dicerna dibandingkan
dengan media cetak lainnya;
¾ Mudah dibawa dan
disebarluaskan;
¾ Dapat digunakan untuk
perseorangan sampai
kelompok cukup besar.
Membutuhkan alat
dalam pengembangannya
(kamera);
¾ Membutuhkan
keterampilan baca tulis.
¾ Dapat menarik perhatian
warga belajar;
¾ Dapat dibuat dalam waktu
relatif singkat.
¾ Pesan yang
disampaikan terbatas;
¾ Perlu keahlian untuk
menafsirkan;
¾ Beberapa poster perlu
keterampilan baca-tulis.
¾
¾
Jenis Media
Kelebihan
Kelemahan
Poster Seri
¾
Mudah dibawa dan
disebarluaskan;
¾ Tidak memerlukan
keterampilan baca-tulis;
¾ Dapat merangsang
diskusi.
Perlu keterampilan
untuk menafsirkan
gambar.
Cerita Boneka
¾ Tidak memerlukan
keterampilan baca tulis;
¾ Dapat merangsang minat
khalayak.
¾ Perlu keterampilan
khusus bagi pembawa
cerita;
¾ Membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk
pembuatannya.
Buklet
¾ Pesan yang disajikan lebih
lengkap;
¾ Mudah dibawa dan
disebarluaskan.
¾ Membutuhkan
keterampilan baca-tulis;
¾ Proses pengembangan
cukup lama.
Slide 4
¾
Jenis Media
Kelebihan
Kelemahan
Foto
¾
Tidak memerlukan
keterampilan baca-tulis;
¾ Dapat merangsang minat
karena memperlihatkan hal
sesungguhnya;
¾ Mudah dibawa dan
disebarluaskan.
Membutuhkan alat
dalam pengembangannya
(kamera);
¾ Hanya efektif untuk
kelompok kecil atau
sedang.
Leaflet
¾ Proses pengembangan
relatif cepat;
¾ Efektif untuk pesan yang
singkat dan padat;
¾ Mudah dibawa dan
disebarluaskan.
¾ Memerlukan
keterampilan baca-tulis;
¾ Mudah hilang dan
rusak;
¾ Pesan yang
disampaikan terbatas.
¾
Slide 5
41
PENDEKATAN DALAM FASILITASI
Marnia Nes
Dalam melaksanakan fasilitasi untuk program pemberdayaan masyarakat, ada 2 pendekatan yang
biasanya dilakukan, yaitu pendekatan individu/perorangan dan pendekatan kelompok.
Pendekatan Individu
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengunjungi orang perorang dalam memberikan fasilitasi.
Walaupun pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan, tetapi juga memilki beberapa
kelemahan, seperti :
• Membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang tidak sedikit
• Membutuhkan lebih banyak tenaga fasilitator di lapangan.
Sedangkan keuntungannya adalah :
• Umpan balik dari masyarakat bisa langsung diterima
• Lebih mudah memperbaiki kesalahan – kesalahan yang terjadi pada tingkat
lapangan/praktis
• Tindak lanjut dari perilaku masyarakat dapat dipantau dan dimotivasi dengan lebih efisien.
Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini penyampaian informasi dan proses fasilitasi dilakukan melalui kelompok –
kelompok yang sengaja dibentuk untuk tujuan tertentu. Dipandang dari segi komunikasi,
pendekatan kelompok ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan lain.
Keuntungan pendekatan kelompok :
•
•
•
•
Anggota kelompok yang satu dan yang lain dapat saling memberi dan menerima informasi.
Lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu.
Masalah yang dihadapi terasa lebih ringan karena dipikul bersama oleh kelompok.
Apabila kegiatan yang ada memerlukan biaya/modal akan lebih ringan dibanding dengan
dipikul oleh masing-masing orang.
Dengan kata lain pembentukan kelompok akan lebih mampu mengoptimalkan kegiatan fasilitasi
yang dilakukan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :
•
•
Keberhasilan penyadaran kritis masyarakat dapat sangat tergantung kepada berhasil
tidaknya kelompok terbentuk.
Pembentukan kelompok di masyarakat, juga membutuhkan keterampilan dan kesabaran.
Proses pembelajaran dalam PNPM Mandiri Perkotaan lebih menekankan fasilitasi melalui kelompok
seperti Komunitas Belajar Kelurahan, kelompok relawan , BKM/LKM , KSM dan kelompok lainnya.
42
Proses Pembentukan dan Perkembangan Kelompok
Identifikasi kebutuhan
ƒ Masyarakat akan tertarik untuk mengembangkan suatu kelompok apabila dirasakan ada
kepentingan dan kebutuhan yang sama. Kelompok sasaran harus diyakinkan bahwa untuk
memenuhi kebutuhan tersebut lebih mudah dicapai dengan cara berkelompok daripada
dilakukan sendiri. Jadi kepentingan dan kebutuhan yang sama dapat menjadi pengikat dan
menjadi sebab terbentuknya kelompok. Untuk itulah mengapa identifikasi kebutuhan
merupakan langkah pertama yang sangat penting kalau kita mau mengembangkan
kelompok.
Identifikasi kebutuhan sebaiknya dilakukan secara partisipatif, artinya kelompok sasaran
diajak serta untuk merumuskan dan menilai kebutuhannya, supaya mereka mengetahui
alasan pembentukan kelompok dan mereka sendiri yang mengambil keputusan dibentuk
tidaknya kelompok.
Musyawarah Pembentukan Kelompok
ƒ Hasil identifikasi kebutuhan dibahas dalam pertemuan yang diadakan khusus untuk
membahas pembentukan kelompok. Dalam pertemuan ini dihadirkan pihak-pihak yang
berkepentingan dimana sebaiknya setiap pihak harus terwakili. Dalam pertemuan ini
diharapkan dihasilkan suatu kesepakatan untuk membentuk kelompok. Apabila
kesepakatan telah dicapai, biasanya pembahasan dilanjutkan untuk merumuskan tujuan
kelompok secara lebih mendalam.
Perencanaan Kegiatan
ƒ Tahap selanjutnya adalah perancanaan kegiatan yang didasarkan pada tujuan yang ingin
dicapai. Dalam perencanaan kegiatan bisa dikembangkan kegiatan – kegiatan yang akan
dilaksanakan, siapa yang akan melaksanakan, cara/metode pelaksanaan, sumberdaya yang
dapat dipergunakan serta waktu pelaksanaannya. Pada tahap ini akan berkembang suatu
sistem di dalam kelompok yang berdasarkan kepada tugas dan fungsi masing – masing
anggota. Biasanya pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan kecakapan dan
keterampilan masing-masing anggota.
Pelaksanaan Kegiatan
ƒ Kegiatan yang dilakukan berpatokan pada hasil perencanaan sebelumnya. Masing-masing
anggota melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang telah
disepakati bersama. Berkas perencanaan yang telah dikembangkan, dijadikan alat
monitoring bersama, dimana anggota kelompok dapat mengetahui langkah – langkah
kegiatan yang harus dilakukan pada suatu waktu.
Pemantauan dan Evaluasi
ƒ Dalam pelaksanaan kegiatan tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Kebutuhan masing – masing anggota juga akan semakin berkembang. Untuk itu perlu
diadakan pematauan secara berkala untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan sesuai
dengan yang direncanakan atau tidak; serta untuk mengetahui masalah-masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan. Hasil pemantauan dibahas dalam evaluasi yang waktunya
disepakati oleh semua anggota kelompok. Dari hasil pemantauan dan evaluasi ini bisa
dipakai sebagai acuan untuk perencanaan selanjutnya. Biasanya lambat laun akan
berkembang tujuan-tujuan tambahan. Apabila tujuan ini tidak menyimpang dari tujuan
utama kelompok maka biasanya tujuan tersebut dapat memperkokoh kehidupen kelompok.
43
Dinamika Kelompok
Di dalam kelompok para anggota akan berhubungan/berinteraksi antara anggota yang satu dengan
yang lainnya. Dinamika kelompok yang dapat menyebabkan persatuan atau perpecahan kelompok,
tergantung bagaimana bentuk interaksinya.
Faktor yang Bisa Menyatukan Kelompok
ƒ Kerjasama. Biasanya kerjasama akan terjadi apabila para anggota kelompok memiliki
kesamaan pandangan, kesamaan kepentingan, kesamaan kebutihan dan masalah, dan
kesamaan tujuan. Kerjasama juga bisa terjadi akibat tekanan dari luar kelompok, misalnya
: merasa terancam oleh seseorang atau kelompok lainnya, menghadapi perlombaan dan
sebagainya.
ƒ
Apabila para anggota kelompok berusaha menghilangkan batas – batas yang membedakan
di antara mereka dan berusaha untuk menyamakan sikap – sikap untuk mencapai suatu
kesatuan.
Faktor yang Bisa Memecahbelah Kelompok :
ƒ Persaingan yang tidak sehat. Biasanya jika anggota kelompok ingin memenangkan
persaingan dengan cara yang tidak sehat, meskipun tidak menggunakan kekerasan
maupun ancaman, maka anggota kelompok tersebut berupaya agar dirinya selalu
memperoleh kesempatan lebih dulu. Kecenderungan anggota kelompok ini biasanya
mengarah pada hal – hal dominasi. Misal anggota kelompok berusaha untuk menarik
perhatian Ketua RW, supaya lebih dianggap penting dan diperhatikan dibandingkan dengan
anggota lainnya.
ƒ
Konflik yang meruncing, yaitu pertentangan antar dua pihak atau lebih, yang telah
mengarah pada pertikaian. Seseorang atau sebagian orang bisa saja ingin mencapai
keinginan demi kepentingannya sendiri dengan cara mengancam pihak lain melalui
kekerasan atau ancaman usaha untuk memaksakan kehendak anggota kepada anggota
lainnya merupakan sumber konflik yang meruncing dalam kelompok.
ƒ
Kontravensi yaitu merupakan transisi/peralihan dari persaingan yang tidak sehat menuju
konflik yang meruncing. Misal : penolakan berupa protes, menyangkal pernyataan anggota
lain, mencerca, menghasut, memfitnah.
Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok
Kelompok yang dinamis adalah kelompok dimana hubungan di antara anggotanya menumbuhkan
persatuan dan kerjasama. Faktor yang mempengaruhi kedinamisan kelompok meliputi tujuan
kelompok, struktur kelompok, fungsi dan tugas, pembinaan, suasana, tekanan, kesatuan dan
efektivitas kelompok.
Tujuan Kelompok
Apakah tujuan kelompok searah, netral atau bertentangan dengan tujuan masing – masing
anggotanya?. Tujuan yang bertentangan sangat tidak diharapkan dan dapat menimbulkan masalah
dalam kelompok. Kejelasan tujuan juga berpengaruh terhadap kedinamisan suatu kelompok.
Tujuan yang tidak jelas sering menimbulkan tidak dinamisnya suatu kelompok.
44
Struktur Kelompok
Yakni bagaimana kelompok mengatur dirinya sendiri berdasarkan peran dan tugasnya dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
ƒ
ƒ
ƒ
Apakah pengambilan keputusan berpusat di satu atau beberapa orang ataukah keputusan
diambil secara musyawarah dengan melibatkan semua anggota kelompok
Bagaimana pembagian tugas dan tanggungjawab di antara anggota kelompok.
Bersamaan dengan terjadinya struktur dalam kelompok maka akan terjadi norma – norma
kelompok.
Norma kelompok yaitu cara – cara tingkah laku yang diharapkan dari semua anggota kelompok.
Norma kelompok memberi pedoman mengenai tingkah laku mana yang dapat diterima oleh
kelompok dan mana yang tidak .
.
Fungsi Tugas
Yakni apa yang seharusnya dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan.
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Anggota kelompok sebaliknya selalu mendapatkan informasi baru agar bisa meningkatkan
metode dan keterampilan baru untuk mencapai tujuannya.
Adanya koordinasi yang baik sehingga dapat dicegah adanya kesimpangsiuran.
Komunikasi yang baik harus selalu dijaga.
Kelompok, terutama pengurus dapat menjelaskan hal-hal tertentu kepada anggotanya, jika
anggota mengahdapi situasi yang membingungkan.
Pembinaan Kelompok
Yaitu suatu usaha untuk menjaga kehidupan kelompok
ƒ Mengusahakan adanya kegiatan yang melibatkan seluruh anggota kelompok.
ƒ Menyediakan fasilitas yang diperlukan
ƒ Melakukan koordinasi, pemantauan dan menjaga lancarnya suasana komunikasi
ƒ Diusahakan agar para anggota merasa betah dan merasa memiliki agar mereka tidak
meninggalkan kehidupan kelompok.
Kesatuan Kelompok
Yakni adanya rasa keterikatan yang kuat di antara para anggota terhadap kelompok. Tingkat rasa
keterikatan yang berbeda – beda menyebabkan adanya tingkat kesatuan kelompok yang berbeda
pula.
Kesatuan kelompok ditentukan oleh :
ƒ Perasaan memiliki. Masing – masing anggota kelompok harus saling menghargai sehingga
akan terlihat bahwa kelompok itu adalah milik bersama, bukan orang tertentu saja.
ƒ Jika tujuan kelompok sangat berarti bagi anggota, maka anggota kelompok akan
memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan kelompok
Perasaan memiliki tumbuh apabila anggota sadar bahwa ia berharga sebagai anggota kelompok
dan ia diterima dan didukung anggota kelompokm lainnya.
Perasaan berharga dan perasaan memiliki akan membuat ia menyumbangkan pikiran, tenaga
maupun materi untuk kemajuan kelompoknya.
45
Suasana Kelompok
Yakni keadaan, sikap dan perasaan – perasaan yang umum terdapat dalam kehidupan kelompok.
Keadaan ini dapat dilihat dari sikap setiap anggota kelompok , apakah mereka bersemangat atau
acuh tak acuh terhadap kondisi dan perkembangan kelompok.
Suasana kelompok dipengaruhi oleh :
ƒ Hubungan antar para anggotanya, apakah rukun bersahabat atau sebaliknya.
ƒ Kebebasan anggota untuk berpartisipasi. Kebebasan sampai batas – batas tertentu sangat
diperlukan dalam mendinamiskan kelompok.
ƒ Lingkungan fisik yang menunjang kehidupan kelompok
Tekanan Kelompok
Yakni segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan dalam kelompok. Adanya ketegangan
perlu menumbuhkan kedinamisan kelompok, tetapi harus diingat tegangan yang terlampau tinggi
akan dapat mematikan kedinamisan kelompok. Tekanan dapat berasal dari dalam maupun dari luar
kelompok.
Faktor
ƒ
ƒ
ƒ
yang mempengaruhi ketegangan :
Tuntutan atau keinginan anggota
Sistem penghargaan dan hukuman dalam kelompok
Tuntutan dan harapan dari pihak luar yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan dan
kebanggaan kelompok.
Effektivitas Kelompok
Kelompok yang efektif akan meningkatan atau mempertahankan kedinamisan kelompok, sebaliknya
kelompok yang dinamis akan meningkatkan efektivitas kelompok. Efektivitas kelompok dapat dilihat
dari keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuannya, semangat dan sikap para anggotanya
(misal merasa bangga dan bahagia apabila bersatu dengan kelompok), dan kepuasan anggota
karena tujuan pribadinya berhasil dicapai dalam kelompok.
46
ƒ
Kelompok yang mempunyai ikatan yang kokoh akan menumbuhkan perasaan saling
menghargai dan sikap tolong menolong di antara anggotanya. Dengan tumbuhnya
keadaan tersebut akan menimbulkan kesetiakawanan (solidaritas) antara anggota
kelompok.
ƒ
Solidaritas yang tinggi di kelompok tergantung pada tingkat kepercayaan anggota –
anggotanya terhadap kemampuan teman – temannya dalam melaksanakan tugasnya
dengan baik. Keperrcayaan tersebut biasanya didasarkan pada pengalaman –
pengalaman kelompok dalam mengahdapi dan memecahkan masalah.
Strategi Pembelajaran/Fasilitasi Partisipasi
( Dari Buku “ Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat”, Pe-PP Bappenas –UNDP)
Strategi pembelajaran adalah pendekatan yang digunakan agar tujuan dan materi belajar bisa
tercapai. Setiap fasilitator dapat merancang proses pembelajarannya masing – masing, sesuai
dengan profil dan karakteristik dari peserta belajarnya. Profil belajar peserta mencakup antara lain :
tingkat pendidikan, kemampuan baca – tulis, latar belakang sosial ekonomi, mata pencaharian,
tingkat usia, jenis kelamin dan sebagainya.
Tetapi, secara umum, strategi pembelajaran itu biasanya sebagai berikut :
Dari materi yang sederhana menuju ke yang kompleks (rumit). Misalnya menceritakan
tentang cara – cara produksi keripik baru mendiskusikan alur produksi dan pemasaran hasilnya,
membicarakan satu jenis penyakit, baru membicarakan penyebabnya, dan akhirnya sistem
pelayanan kesehatan dan keterlibatan warga dalam kebijakan pelayanan kesehatan.
Dari materi yang cukup dikenal ke materi yang baru. Misalnya mengajak masyarakat
mendiskusikan kegiatan yang dilakukan pemerintah desa sehari – hari, baru menyampaikan dan
mengajak diskusi peraturan pemerintah desa yang baru terbit, mulai mendiskusikan tugas dan
peran ibu dan bapak sehari – hari sampai memperkenalkan wacana gender dan kesetaraan hak.
Dari materi yang mudah menuju ke yang sulit. Misalnya mengajak masyarakat belajar
keterampilan praktis untuk kebutuhan keluarga, kemudian mendiskusikan pengembangannya
sebagai usaha alternatif dengan melakukan analisis biaya usaha dan peluang pemasaran. Mulai dari
diskusi kasus – kasus kesehatan umum, sampai ke pembahasan kesehatan reproduktif dan
pembahasan kebijakan yang belum mendukung hak perempuan mengenai kesehatan reproduktif.
Dari materi yang operasional, pengalaman praktis, realita sehari – hari, menuju ke
yang abstrak, konsep, teori. Misalnya mengajak masyarakat mendiskusikan suatu sengketa
yang terjadi di kelurahannya, kemudian ditarik ke konsep mekanisme penyelesaian sengketa,
bahkan dikaitkan dengan adanya kebijakan mengenai penyelesaian sengketa. Mengajak
masyarakat mendiskusikan proses pemilihan kepala desa yang akan/sudah dilaksanakan sampai
kepada wacana demokrasi desa.
47
Teknik Bertanya
Marnia Nes
Agar proses fasilitasi berhasil, fasilitator harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
Sebagai acuan dalam diskusi penting dilakukan untuk membuat daftar pertanyaan kunci supaya
proses diskusi tidak melebar kemana – mana. Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan
karakteristik peserta supaya kita dapat mengatasi peserta – peserta yang ‘sulit’ (dominan, diam
saja, ngobrol sendiri dan sebagainya).
Anggapan banyak pihak, keterampilan yang paling dibutuhkan untuk memfasilitasi adalah “pandai
berbicara” padahal keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh seorang fasilitator adalah
mendengarkan dan bertanya. Bertanya, adalah keterampilan yang mutlak harus dikuasai oleh
fasilitator, karena hakekat dari fasilitasi dan komunikasi partisipatif adalah menggali – dengan
pertanyaan – pengalaman peserta dan membantu proses agar peserta bisa menganalisa sendiri
masalah – masalah yang dihadapi dan menemukan jalan pemecahannya. Tidak jarang ditemui –
biasanya terjadi pada fasilitator pemula – fasilitator panik dan bukannya menggali pemahaman
peserta akan tetapi malah menyimpulkan dan berceramah berdasarkan pengetahuannya dengan
mengatasnamakan pengalaman belajar para peserta. Di lain pihak fasilitator juga seiringkali tidak
sabar untuk “menunggu ” peserta berpikir dan mendengarkan peserta dalam mengungkapkan isi
pikirannya.
Agar peserta bisa mengungkapkan isi pikirannya, dan fasilitator konsentrasi mendengarkan yang
diungkapkan peserta maka kita perlu dibantu oleh beberapa pertanyaan. Pertanyaan itu akan
membuat peserta lain dan kita lebih mengerti makna yang ingin diungkapkan oelh si pembicara.
Teknik bertanya
Teknik bertanya dalam proses fasilitasi sebenarnya sederhana, yang paling penting harus tetap
mencerminkan komunikasi yang dialogis dan multi arah sehingga proses diskusi bukan hanya milik
fasilitator akan tetapi milik para peserta diskusi. Artinya fasilitator harus memberikan ruang kepada
peserta untuk megungkapkan pendapat dan pengalamannya.
Secara teknis sebaiknya diperhatikan agar : 1) setiap pertanyaan yang diajukan tidak panjang
lebar – singkat dan jelas, jika perlu ulangi sampai peserta merasa jelas, terutama jika pertanyaan
tersebut hanya ditujukan pada peserta tertentu. 2) Usahakan jangan sampai peserta “gelagapan”
atau malah gugup menjawabnya, maka hindari pertanyaan – pertanyaan yang bersifat tendensius
apalagi dengan gaya bertanya yang menghakimi. 3) Tidak terjadi debat kusir apabila ada
pertanyaan dari peserta dilempar kepada peserta lainnya.
48
Contoh jenis – jenis pertanyaan yang paling sering digunakan
Pertanyaan Ingatan
Di mana anda mengalami?
∗ Kapan hal itu terjadi
∗ Apakah kejadian seperti itu pernah terjadi pada diri anda?
Dengan pengalaman ini, apakah bisa diakitkan dengan pengalaman anda sebelumnya?
∗
∗
Pertanyaan Pengamatan
∗ Apa yang sedang terjadi?
∗ Apakah anda melihatnya?
∗
Pertanyaan Analitis
∗ Mengapa perbedaan itu terjadi?
Bagaimana akibat kegiatan ini terhadap perilaku kelompok?
Pertanyaan Hipotetik (memancing praduga)
∗ Apa yang akan terjadi jika .... ?
∗ Kemungkinan apa akibatnya seandainya ...... ?
∗
∗
Pertanyaan Pembanding
∗ Siapakah dalam hal ini yang benar?
Mana yang anda anggap paling tepat antara .... dan ..... ?
Pertanyaan Proyektif (Mengungkap ke depan)
Coba bayangkan seandainya anda menghadapi situasi seperti itu, apa yang akan anda
lakukan?”
Sumber : Mansour Fakih,dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis
Apapun bentuk dan jenis pertanyaannya, semuanya mengacu pada pertanyaan pokok, APA,
SIAPA,DIMANA,MENGAPA,KAPAN dan BAGAIMANA. Bila dihubungkan dengan tahapan dalam daur
belajar pengalaman berstruktur (daur belaja POD), maka kunci – kunci pertanyaan yang biasa
dipakai adalah :
Mengungkapan ; 1) mengungkapkan fakta biasanya memakai kata tanya : APA, SIAPA, DIMANA
dan KAPAN ; 2) Mengungkapkan fakta atau pendapat (opini) bisanya memakai kata kunci
BAGAIMANA; 3)mengungkapkan apa yang nyata – nyata terjadi dan dialami peserta memakai kata
kunci APA, SIAPA, DIMANA dan KAPAN selin itu juga jenis – jenis ’pertanyaan ingatan’ dan
’pengamatan’ banyak digunakan dalam tahap ini.
Menganalisa
dan kesimpulan menggunakan kata kunci BAGAIMANA dan MENGAPA. Jenis
pertanyaan ’analitik’ , hipotetik’ dan ’pembanding’ juga lebih banyak digunakan. Jenis pertanyaan
’proyektif lebih tepat digunakan pada tahap kesimpulan.
Acuan Pustaka
∗ Tim Pe-PP; Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat; Bappenas – UNDP,
Jakarta 2007
∗ Mansour Fakih dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis; INSIST – Pact 2001
49
Mendengar dan “Mendengarkan”
(Dari Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat, Tim Pe-PP)
Apakah bedanya mendengar dan ”mendengarkan”?. Apakah bedanya menggambar dan
”menggambarkan”?. Mendengar yang pertama adalah memasukkan suara ke telinga, sedangkan
mendengar yang kedua (mendengarkan) adalah mengolah suara yang masuk ke telingan menjadi
lebih bermakna. Menggambar yang pertama adalah kerja teknis tangan kita dengan pinsil atau alat
tulis di atas kertas, sedangkan menggambar yang kedua adalah menggambarkan bentuk yang
bermakna.
Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah pertanyaan. Pertanyaan itu
membuat kita lebih mengerti makna dari pernyataan atau ucapan dari si pembicara. Ketika si
pembicara mengatakan ” Saya setuju bahwa ..... ”. Maka kita ajukan pertanyaan: ”Apa yang anda
setuju tadi ...... ?”. Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau mendorong orang lain
untuk mendengar secara lebih baik.
Apabila terdapat peserta yang berbicara berputar – putar dan nampak tidak yakin apakah
penjelasannya ditangkap oleh audiens sehingga mengulang – ngulang dan menjadi bingung sendiri,
triks paraphrasing diperlukan untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN POKOK yang
ingin disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara secara lebih baik dan
membantu audiens untuk mendengarkan secara lebih baik.
Untuk peserta atau pembicara yang ’pelit’ bicara, atau peserta yang kesulitan menyampaikan
gagasannya secara lengkap, triks ”drawing people out” diperlukan. Triksi ini dimaksudkan untuk
meminta pembicara menjelaskan lagi pernyataannya dan atau mengklarifikasi, serta merumuskan
kembali gagasan pokoknya.
Triks ”mirroring” serupa tapi tidak sama dengan paraphrasing, karena menyampaikan kembali
pembicaraan peserta tetapi dengan mengutip kembali kalimatnya secara lengkap. Jadi, fasilitator
tidak menggunakan kalimatnya sendiri melainkan kalimat si peserta (si pembicara) seperti apa
adanya.
Trik – Trik Mendengarkan
Berikut adalah 11 macam teknik mendengarkan yang sebaiknya dimiliki fasilitator.:
Triks 1 : Membahasakan Kembali (Paraphrasing)
ƒ
ƒ
ƒ
50
Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting untuk dipelajari. Teknik ini
merupakan dasar dari teknik lainnya.
Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham bahwa ucapannya dimengerti
orang lain.
Terutama digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit dan membingungkan.
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Bagaimana caranya ?
Gunakan kalimat sendiri untuk membahasakan kembali jawaban warga.
Kalau jawabannya pendek, bahasakan kembali secara pendek pula, jika panjang,
bahasakan kembali dengan meringkasnya.
Awali dengan kalimat seperti, ”Tadi ibu mengatakan ..... ”
Sesudahnya perhatikan reaksi orang itu.Sertai dengan kata, misalnya : ”Apa itu yang
ibu maksud ...... ”
Trik – 2 : Menarik Keluar (Drawing People Out)
ƒ
ƒ
Karena jawaban warga kurang lengkap, fasilitator perlu menarik keluar gagasan yang
belum dikatakan.
Gunakan teknik ini bila warga mengalami kesulitan menjelaskan gagasan
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
Dahului dengan teknik membahasakan kembali. ”Tadi bapak mengatakan ...”
Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka, seperti ”Bisa lebih diperjelas?.”
Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata sambung
seperti, ”karena ....” atau ”jadi .....”.
Trik – 3 : Memantulkan (Mirroring)
ƒ
ƒ
Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata – kata warga. Tujuannya,
meyakinkan warga bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya.
Biasanya digunakan mempercepat diskusi yang lamban. Sesuai untuk memfasiltiasi proses
curah pendapat.
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Kalau warga mengatakan satu kalimat, pantulkan kata demi kata setepattepatnya.Tidak kurang tidak lebih. Jika lebih dari satu kalimat, pantulkan kata – kata
yang penting.
Gunakan kata – kata warga, bukan kata – kata fasilitator.
Kalau dia berkata – kata dengan menggebu – gebu, pantulkan dengan nada bicara
tenang.
Tujuan utamanya adalah membangun kepercayaan peserta.
Trik- 4 : Mengumpulkan Gagasan (Gathering Ideas)
ƒ
ƒ
Adalah teknik mendaftar gagasan secara cepat. Hanya untuk mengumpulkan dan bukan
hendak mendiskusikannya.
Kumpulkan gagasan dengan memadukan teknik membahsakan kembali. Agar lebih cepat,
gunakan terutama teknik memantulkan. Dengan memantulkan ucapan, warga merasa
didengarkan dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara singkat. Biasanya dalam
3 sampai 5 kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.
51
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
Awali dengan penjelasan tugas secara singkat. Lakukan curah pendapat. Kumpulkan
gagasan sebanyak – banyaknya.
Tuliskan gagsaan para peserta, apapun yang nereka katakan, dengan memakai teknik
memantulkan atau teknik membahasakan kembali.
Jika peserta telah merasa cukup, sudahi proses ini. Berikan penghargaan terhadap
semua pandangan peserta.
Triks – 5 : Mengurutkan (stacking)
ƒ
ƒ
ƒ
Adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika beberapa orang bermaksud
berbicara pada waktu bersamaan.
Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang
berebut kesempatan bicara.
Karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan.
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Fasilitator meminta mereka yang hendak bicara untuk mengacungkan tangan.
Fasilitator mengurutkan giliran yang akan bicara.
Fasilitator mempersilahkan peserta untuk bicara ketika tiba gilirannya.
Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain yang
hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan teknik mengurutkan.
Triks-6 : Mengembalikan ke Jalurnya (Tracking)
ƒ
ƒ
ƒ
Bayangkan bila ada liam orang yang ingin membicarakan berbagai akibat dari penumpukan
sampah. Empat orang ingin menghitung biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga
orang tertarik membahas pamanfaatan sampah menjadi pupuk organik.
Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia anggap penting seharusnya terpilih
menjadi topik diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke
jalurnya
Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya tidak mendapatkan
sambutan dari orang lain.
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
Mengajak warga untuk kembali pada tema awal
Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi
Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya.
Berikut adalah contohnya :”Baiklah, nampaknya ada tiga pembahasan yang sedang berlangsung
saat ini. Pembahasana pertama menyangkut akibat – akibat penumpukkan sampah.Yang kedua
52
mengenai peralatan dan kebutuhan biaya.Yang ketiga membahas tentang pemanfaatan sampah.
Benarkah demikian?.
Biasanya teknik ini membuat orang lebih memahami situasi diskusi. Jika ada yang mencoba
menjelaskan bahwa saran dia pentng, tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih kasih.
Tanyakan juga pendapat orang yang lain.
Triks-7 : Menguatkan (Encouraging)
ƒ
ƒ
ƒ
Adalah teknik mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa membuat mereka tersiksa
karena terpaksa menjadi pusat perhatian.
Dalam diskusi biasanya ada peserta yang hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti malas
atau tidak mau tahu. Mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan
sesuatu yang menarik perhatian mereka.
Teknik menguatkan terutama membantu selama tahap awal diskusi, pada saat para
peserta masih menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat, mereka tidak
membutuhkan begitu banyak penguatan untuk berpartisipasi.
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
”Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?”.
”sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari kita dengar pendapat
dari laki – laki”.
”Kita sudah mendengar pendapat ibu Tini tentang prinsip – prinsip umum memilih
kepala desa. Adakah yang ingin memberikan contoh tentang pelaksanaan prinsip
tersebut?”.
”Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?”.
”Mari kita dengar pendapat dari teman-teman yang sementara ini belum berbicara”.
Triks – 8 : Menyeimbangkan (Balancing)
ƒ
ƒ
ƒ
Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi seringkali datang dari orang yang mengusulkan
topik diskusi. Mungkin ada sebagian peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum
mau bicara.
Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa ”diam berarti setuju”.Teknik
menyeimbangkan gunanya untuk membantu orang yang tidak bicara karena merasa
pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang.
Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator sebenarnya menunjukkan bahwa dalam diskusi
orang boleh menyatakan pendapat apapun.
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
”Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang. Adakah yang lain atau
memiliki pendiriran yang berbeda”?
”Ada yang mempunyai pendangan lain?”
”Apakah klita semua setuju dengan ini?”.
53
Triks – 9 : Membuka Ruang (Making Space)
Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan kepada peserta yang pendiam
untuk terlibat dalam diskusi.
Dalam setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang bicara. Pada saat
diskusi berlangsung cepat, orang pendiam dan yang berpikir lambat mungkin mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan diri.
ƒ
ƒ
Bagaimana caranya ?
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau mimik mukanya,
apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk bicara?
Persilakan mereka untuk bicara.”Apakah ada yang hendak ibu kemukakan?”. ”Apakah
bapak ingin menambhakan sesuatu?”. ”Kelihatannya anda mau mengatakan sesuatu?”.
Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan segeralah beralih. Tak
seorangpun suka dipermainkan. Setiap orang berhak memilih kapan ia berpartisipasi.
Jika si pendiam tampaknya ingin bicara,jika perlu tahan orang lain, untuk bicara.
Ada orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin dianggap ingin menang
sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi sambil meraba raba apakah ia dapat diterima atau
tidak. Banyak juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka, fasilitator
perlu membuka ruang partisipasi.
ƒ
Triks – 10 : Diam Sejenak (Intentional Silence)
Adalah berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu sejenak agar si pembicara
menemukan apa yang ingin ia katakan.
Banyak orang membutuhkan keadaan tenang untuk untuk mengenali pemikiran atau
perasaannya. Kadang – kadang berhenti bicara beberapa detik sebelum mengatakan
sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk menyusun pikirannya.
Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terlalu mudah berbicara. Teknik ini akan mengajak
mereka untuk berpikir lebih mendalam.
ƒ
ƒ
ƒ
Bagaimana caranya?
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
54
Hening selama lima detik tampaknya begitu lama, Banyak orang tak sabar dengan
”keheningan” tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya, orang lain pun akan
mampu.
Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara.
Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk – batuk kecil atau
menggaruk dan menggeleng – gelengkan kepala. Tetaplah tenang dan berikan
perhatian.
Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang – orang agar tidak
memecahkan keheningan.
Triks – 11 : Menemukan Kesamaan Pemikiran Dasar
ƒ
ƒ
Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika peserta diskusi
terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas letak persamaan dan
pertentangan pendapat yang terjadi dalam diskusi.
Teknik ini dapat membangkitkan harapan. Membuat warga tersdar bahwa mereka saling
bertentangan, mereka memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki
banyak kesamaan.
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Bagaimana Caranya?
Katakan bahwa kita akan merangkum hal – hal yang menjadi perbedaan dan
persamaan di dalam kelompok diskusi.
Ringkaskan perbedaan – perbedaan
Catat aspek – aspek dasar yang sama
Periksa catatan tersebut bersama peserta
55
Penggunaan Media
(Dari Bahan Pelatihan Studio Driya Media)
Apa ‘Kegiatan Belajar ‘ ?
•
Kegiatan belajar merupakan kegiatan sehari – hari yang dilaksanakan oleh fasilitator atau bersama
masyarakat sasaran untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat meningkatkan
kesadaran dan memperbaiki kehidupan masyarakat.
•
Kegiatan belajar seperti ini tidak sama dengan kegiatan belajar di sekolah, karena bahan belajarnya
ditetapkan berdasarkan kebutuhan kelompok yang benar – benar bermanfaat dalam kehidupan
praktis sehari – hari.
•
Begitu juga dengan cara belajarnya, dilaksanakan lebih informal, santai dan bebas, sesuai dengan
kreativitas kelompok itu sendiri. Tidak ada yang bertindak sebagai guru dalam kegiatan belajar ini
karena pengetahuan dan pengalaman setiap peserta bisa disumbangkan.
•
Sebagai fasilitator, pendamping atau kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan baru karena
seringkali mereka diharapkan juga untuk menjadi narasumber oleh kelompok belajar.
Mengapa Menggunakan Media dalam Kegiatan Belajar
Berkomunikasi dengan masyarakat ( kelompok dampingan) merupakan pekerjaan terpenting pendamping atau
kader. Proses komunikasi terutama terjadi dalam kegiatan – kegiatan belajar, baik berupa pertemuan
perencanaan program, diskusi mengenai suatu materi atau permasalahan, praktek maupun pelatihan.
Untuk membantu kegiatan belajar yang diselenggarakan oleh pendamping atau kader bersama masyarakat,
seringkali dipergunakan media belajar. Umumnya, manfaat menggunakan media dalam kegiatan belajar
antara lain adalah :
•
•
•
•
•
•
•
Membantu/memudahkan penjelasan
Dapat mendorong/ merangsang diskusi
Membuat kegiatan belajar lebih menarik
Mengurangi terlalu banyak tulisan/teks yang membosankan
Dapat menyajikan gambar-gambar yang menggugah perasaan
Dapat memperlihatkan hal-hal yang sulit dibawa atau diperlihatkan
Pesan menjadi lebih mudah diingat.
Media yang dipilih untuk suatu kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin
dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media
secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan, meskipun dirancang dengan
baik, tanpa difasilitasi dengan baik proses diskusinya, media – media tidak akan mengsilkan
dampak seperti yang diharapkan. Untuk itu, keterampilan memfasilitasi diskusi dengan
menggunakan media merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media.
Langkah – Langkah Menggunakan Media
Berikut ini pedoman umum yang dapat dijadikan acuan dalam menggunakan media secara tepat :
56
Persiapan
Langkah – langkah persiapan :
•
Mempelajari dan menguasai materi dan tujuan belajarnya sendiri, karena media hanyalah alat bantu
dari kegiatan belajar. Tidak ada salahnya fasilitator mempersiapkan catatan-catatan singkat mengenai
isu – isu kunci yang akan diajukan sebagai penggerak diskusi.
•
Mempelajari fungsi media berdasarkan tujuan belajar yang bersangkutan, apakah media yang akan
disajikan itu untuk motivasi, penyadaran atau instruksi teknis.
•
Memperhatikan bentuk media yang akan digunakan, apakah akan menggunakan poster, poster seri,
atau brosur. Ini akan berhubungan dengan kemampuan kelompok diskusi dalam menyimak kajian
diskusi. Misalnya, media brosur atau buklet kurang tepat digunakan untuk kelompok yang terbatas
kemampuan membacanya. Untuk kelompok ini, poster tunggal atau postr seri akan lebih tepat.
•
Memperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam menggunakan
media tersebut. Misalnya tayangan video/slide dapat disajikan untuk semua peserta dalam sebuah
kelas belajar 20 orang, tetapi fotonovela berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam
kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal.
•
Mempelajari cara menggunakan media tersebut. Sebaiknya media itu dicoba terlebih dahulu sebelum
dipergunakan dalam kelompok belajar, terutama media yang memerlukan alat Bantu seperti
tayangan slide/video misalnya.
Catatan :
• Persiapan akan lebih mudah apabila media yang akan digunakan memiliki pedoman
penggunaannya. Pedoman ini biasanya menjelaskan mengenai fungsi media, jumlah
pesera maksimal yang dianjurkan, langkah – langkah dan cara menggunakannya serta
tata ruang yang dianjurkan.
•
Bahan/materi belajar harus disusun oleh fasilitator karena biasanya media-media diskusi
memuat hanya informasi-informasi secara tebatas (yang penting-penting saja). Banyak
media mencantumkan materi, karena media dipergunakan untuk membahas satu kasus
setelah materi dari fasilitator didiskusikan.
.
Pelaksanaan
•
Sebelum memulai pertemuan/diskusi, ciptakan suasana yang santai, sehingga peserta tidak merasa
berada dalam sebuah kelas belajar, melainkan dalam kelompok diskusi informal. Bisa juga dimulai
dengan permainan atau crita lucu.
•
Kemudian sampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegatan belajar serta topik yang akan
dibahas.
•
Sampaikan dan sepakati bersama dengan peserta mengenai perkiraan waktu yang diperlukan untuk
kegiaatan ini.
•
Mulailah kegiatan belajar sesuai dengan langkah – langkah yang dipersiapkan. Pergunakan media
yang telah dipersiapkan untuk menyampaikan informasi belajar. Media akan lebih baik bila
dipergunakan sebagai bahan diskusi sehingga kegiatan belajar lebih interaktif ( timbal balik)
•
Fsilitator harus selalu menjaga agar media dapat dilihat secara jelas oleh seluruh peserta. Fasilitator
yang menyajikan media agar selalu dalam posisi berhadapan dengan peserta diskusi dan tidak
menghalangi pandangan peserta kepada media.
•
Fasilitator memancing diskusi dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berkisar pada
tanggapan mengenai isi/pesan yang terkandung dalam media. Misalnya : apa yang dapat kita lihat
57
dari poster ini ? Mengapa hal itu terjadi ? Apa akibat dari hal tersebut ? Bagaimana cara mencegah
agar tidak terjadi ? Apakah hal seperti itu terjadi di kampung ini ?
Tips praktis
• Jangan sampai media dipergunakan alat ceramah atau penyuluhan sebab fungsi utama
media adalah untuk membantu peserta terlibat dalam kegiatan belajar yang interaktif.
•
Fasilitor sebaiknya berusaha agar setiap peserta dapat turut aktif dalam diskusi.
Usahakan agar fasilitator tidak memonopoli pembicaraan, sehingga
dapat
mengemukakan tanggapan atau pendapatnya.
•
Tanggapan atau jawaban dari peserta sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada kertas
plano ( ditempel di tembok ), karena peserta akan bisa mengingat dengan lebih baik
apabila mereka melihat dan membaca daripada hanya mendengarkan saja. Selain itu
hasil tersebut akan memancing peserta untuk lebih berpartisipasi dalam diskusi, karena
usulan atau tanggapan mereka dianggap penting/diperhatikan .
Setelah diskusi
58
•
Apabila kita menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis, akan lebih mudah memahaminya langsung
dengan praktek daripada hanya membahas teori saja. Namun perlu diingat pula bahwa praktik yang
dilakukan tanpa dasar – dasar atau teori yang kuat, bisa menjadi kacau. Untuk itu diskusikan terlebih
dahulu teori dengan alat Bantu media, baru kemudian mempraktekan di lapangan. Sepakati waktu
yang tepat untuk melakukan praktek ini.
•
Lakukan evaluasi kegiatan setelah diskusi dan praktek di lapangan. Cobalah untuk mengkaji apakah
peserta mempraktikan seperti yang telah didiskusikan dan yang disarankan dalam media ? mengapa
demikian ?
•
Hasil evaluasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi rencana belajar/kerja selanjutnya. Bisa jadi
pada pertemuan berikutnya masih diperlukan media dalam bentuk dan jenis yang berbeda. Jika
demikian, maka kita perlu membuat rencana lagi dan mengembangkan alat Bantu yang sesuai
dengan kebutuhan.
Beberapa Media sebagai Alat Bantu Pembelajaran
(Dari Bahan Pelatihan Studio Driya Media)
Pengertian dan Manfaat Media Belajar
Media belajar adalah alat bantu untuk memperlancar proses komunikasi dalam kegiatan
pembelajaran. Media belajar terdiri atas berbagai jenis dan bentuk, media audio ( didengar),
misalnya radio dan kaset cerita; media visual (dilihat ), misalnya koran, lembar balik, dan poster;
media audio – visual ( dlihat dan didengar ) misalnya televisi, drama dan sebagainya.
Karena orang dewasa lebih banyak belajar dari pengalaman, maka penggunaan media ini bukan
dimaksudkan untuk membantu kita ‘mengajar’ atau memberi ceramah kepada warga belajar.
Tujuan menggunakan media lebih dititikberatkan kepada upaya :
ƒ
Meningkatkan dan mendorong partisipasi dan keaktifan peserta untuk belajar. Media belajar
yang sederhana dan mudah dipergunakan oleh peserta ( tidak rumit ) akan memudahkan
peserta untuk terlibat dalam proses belajar.
ƒ
Menimbulkan daya tarik peserta untuk belajar. Media belajar yang menarik dengan
menggunakan gambar – gambar, dan bervariasi akan menimbulkan minat peserta untuk
memahami materi lebih mendalam.
ƒ
Meningkatkan pemahaman peserta. Media belajar yang dapat membantu memperjelas materi,
khusunya materi abstrak yang sulit dijelaskan dengan kata – kata akan mempermudah peserta
untuk memahami materi yang dibahas.
Jenis Media Belajar
Meskipun terdapat beragam bentuk dan jenis media belajar, tidak ada satu media pun yang tepat
untuk semua tujuan. Setiap media memiliki kekuatan dan kelemahannya masing – masing. Karena
itu pemahaman atas kekuatan dan kelemahan setiap jenis media dapat memeprmudah kita
menentukan media yang tepat.
Memilih media belajar
Setelah kita memahami kekuatan dan kelemahan media hal lain yang harus diperhatikan adalah :
ƒ
ƒ
ƒ
Siapa warga belajar kita ?
Apa tujuan belajarnya ?
Apa media belajar yang akan kita gunakan ?
59
Siapa warga belajar kita ?
Karakteristik warga belajar mesti dipahami dengan seksama . Dalam kaitan ini, hal – hal yang perlu
kita ketahui dari warga belajar antara lain :
ƒ Bentuk dan ragam media yang biasa mereka gunakan
ƒ Bahasa yang biasa mereka gunakan
ƒ Kemampuan baca tulis
ƒ Rata – rata umur mereka
ƒ Jenis kelamin
Apa tujuan belajarnya ?
Apakah tujuan belajar itu pada wilayah pengetahuan, sikap atau keterampilan ?. Kalau tujuan
belajar berada pada wilayah pengetahuan, media yang kita pilih sebaiknya jenis media yang
bersifat memberikan informasi (misalnya lembar balik, leaflet, dan lain – lain).
Kalau tujuan belajar berada pada wilayah sikap, media yang kita pilih sebaiknya jenis media yang
bersifat memberikan motivasi dan refleksi ( misalnya : poster, bermain peran, kaset rekaman dan
lain – lain ).
Media yang bersifat memberikan pengajaran (misalnya : buklet, alat peraga, simulasi, dan lain-lain)
cocok digunakan jika tujuan belajar berada dalam wilayah keterampilan.
Apa metode belajar yang akan kita gunakan ?
Agar warga belajar bisa belajar dengan baik, media yang kita pilih harus disesuaikan dengan
metode belajar yang akan kita gunakan. Misalnya, jika metode belajar yang digunakan adalah
bermain peran, maka kita harus menyiapkan media berupa lembar alur cerita bermain peran.
Demikian pula jika metode yang dipilih diskusi kelompok, maka media yang digunakan dapat
berupa poster seri, dan alat peraga lainnya.
Mempersiapkan dan Menggunakan Media Belajar
Selain memanfaatkan media – media yang sudah ada, fasilitator juga disarankan untuk memiliki
kreativitas dan kemampuan membuat media belajar sendiri. Beberapa media yang bisa kita buat
sendiri, misalnya adalah :
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Lembar penugasan (kelompok/perorangan)
Lembar kasus/cerita
Lembar praktek/panduan praktek
Skenario bermain peran (role play)/drama/fragmen
Bahan permainan/teka – teki
Gambar sederhana
Alat peraga
Kartu metaplan (yang sudah diisi)
Gambar – gambar sederhana
Dan sebagainya
Ada juga media yang tidak bisa kita buat sendiri, karena memang memerlukan keahlian tertentu
dalam pembuatannya. Gambar sederhana misalnya bisa kita buat sendiri. Tetapi kalau ada media
yang membutuhkan gambar lebih banyak dan pembuatannya memerlukan keterampilan teknis
yang tidak kita miliki, kita bisa mencari, mengumpulkan atau memanfaatkan media –media yang
sudah tersedia.
60
Beberapa media yang termasuk jenis ini, antara lain :
ƒ Komik/cerita bergambar/fotonovela (pendek)
ƒ Gambar/foto/poster
ƒ Tayangan video
ƒ Kaset cerita
ƒ Boneka/wayang (puppet – show)
ƒ Lembar balik ( flip chart)
Catatan :
Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku , komik, fotonovela yang isinya lebih panjang (
banyak ), bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk warga belajar, apabila diperlukan.
Keberhasilan proses dan hasil belajar belum bisa dijamin meskipun kita sudah memilih dengan
tepat media yang kit pilih bisa digunakan secara efektif. Kiat tersebut antara lain :
ƒ
Media visual. Untuk media berbentuk gambar, jika digunakan dalam diskusi umum (pleno),
sebaiknya ukurannya cukup besar (ukuran poster atau plano), supaya bisa dilihat dengan
jelas oleh seluruh warga belajar. Gambar berukuran kecil (ukuran kartu atau kertas HVS),
sebaiknya hanya digunakan dalam diskusi kelompok atau tugas perorangan.
ƒ
Untuk media berbentuk tulisan, jika digunakan dalam diskusi umum (pleno), sebaiknya
ditulis dengan huruf besar (balok) dan ukuran besar, supaya bisa dibaca oleh seluruh
peserta. Tulisan bisa dibuat di atas papan tulis atau kertas lebar (plano).
ƒ
Media audio. Penggunaan media ini perlu memperhatikan kualitas dan volume suara,
apakah suara bisa didengar cukup jelas oleh sejumlah warga belajar. Kalau kita akan
meggunakan kaset cerita misalnya,
ƒ
berfungsi atau tdaknya alat bantu pengeras suara, adalah sesuatu yang harus diperhatikan.
ƒ
Media audio visual. Media seperti ini perlu kita coba sebelum digunakan. Kalau kita
menggunakan media ini, yang perlu kita perhatikan adalah jarak pandang warga belajar
terhadap gambar dan volume suara, agar seluruh peserta bisa melihat dan mendengar
secara jelas. Semakin canggih media yang kita gunakan, bisasanya membutuhkan fasilitas
pendukung yang semakin banyak pula, misalnya alira listrik, layar, proyektor, kabel, dan
sebagainya.
Tentang Bahan dan Alat Pembelajaran
Ada beberapa alat dan bahan yang biasanya digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain :
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Papan tulis biasa, white board.
Kertas plano (bisa disebut juga flip chart atau kertas helaian lebar ).
Proyektor ( slide, film, video).
Kartu – kartu metaplan (dibuat dari karton manila bermacam warna dan ukuran ).
Bahan – bahan praktek/peragaan.
Ruangan yang cukup luas untuk 25 – 30 orang (bisa bergerak leluasa, melakukan diskusi
kelompok, permainan yang dinamis, dsb)
Kursi dan meja yang tidak mengganggu ruang gerak warga belajar. Dalam pelatihan
partisipatif, sebaiknya digunakan kursi yang memiliki meja lengan, sehingga tidak perlu
pakai meja lagi, dan warga belajar leluasa berpindah atau bergerak. Kalaupun tidak ada
61
kursi bermeja lengan, jangan pakai meja besar/panjang yang menghabiskan tempat dan
menghalangi.
ƒ
62
Buku tulis, bolpoint, penghapus, spidol,selotip, gunting, paper – clip (penjepit kertas),
stapler, dan sebagainya.
Metode Pembelajaran
(Membangun Masyarakat Pembelajar, Panduan Metodologi Pendidikan Non Formal; UNESCO
APPEAL – SPPM)
Fasilitator perlu memiliki metode yang memungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses
daur belajar dari pengalaman , dan mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar
yang menyenangkan.
Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik dan ranah belajar
dari setiap metode.
Metode
Ranah belajar
Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Wawancara/Tanya jawab
Curah pendapat
Ceramah
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok terfokus
Penugasan/praktek
Permainan
Bermain peran
Analisis situasional
Kunjungan silang
Simulasi
Bagaimana Memilih Metode dan Alat Bantu ?
Suatu metode dipilih biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain :
• Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai
• Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut
• Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebut
• Murah, artinya tidak terlalu memakan alat Bantu yang banyak
• Besarnya kelompok yang difasilitasi
• Ketersediaan waktu
Metode – metode tersebut tidak boleh berdiri sendiri. Kombinasi antar metode akan membuat
proses belajar semakin menarik dan tidak membosankan.
ƒ
ƒ
Metode – metode yang disebut di atas, memiliki karakter dasar yang cenderung
merangsang partisipasi. Tetapi memilih metode dan media tersebut belum tentu menjamin
proses fasilitasi berlangsung secara partisipatif. Yang paling penting adalah fasilitatornya
sendiri.
Kita bisa memodifikasi atau mengembangkan metode – metode yang ada di dalam tulisan
ini disesuaikan dengan masalah atau kebutuhan yang kita hadapi di lapangan.
63
Penggunaan Metode dalam Proses Pembelajaran Bersama Masyarakat
Metode Brainstorming (Curah Pendapat)
Metode asah otak adalah suatu cara yang cocok untuk menghasilkan ide-ide baru. Asah otak
memungkinkan warga belajar saling bekerjasama mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan
masalah mereka.
Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemecahan masalah
tertentu, atau kegiatan – kegiatan lain yang membutuhkan munculnya gagasan-gagasan baru.
Ada dua tahap pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak :
• Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide tersebut bisa ditulis
di atas lembaran kertas dan memperkenalkannya di atas papan atau menuliskannya secara
langsung dalam sebuah bagan – bagan. Warga dilarang berkomentar selama tahap ini.
•
Tahap kedua adalah mengevaluasi ide – ide yang dihasilkan selama tahap pertama.
Kemudian, warga belajar diminta mengelompokan ide – ide yang sama, lalu memberikan
tanda pada setiap kelompok dalam sebuah prioritas ( ada kelompok ide dengan prioritas
paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya)
Langkah Umum Penggunaan Metode
• Identifikasi dan tulis masalah – masalah yang dihadapi oleh warga belajar di papan
tulis atau lembaran kertas
• Mintalah warga belajar untuk memikirkan masalah – masalah tersebut selama
beberapa menit
• Mintalah ide – ide/gagasan seketika warga belajar (tanpa perlu dipikirkan terlebih
dahulu) terhadap pemecahan masalah tersebut.
• Mintalah warga belajar untuk memberi tanggapan atau mendebat ide – ide yang
dilontarkan tersebut.
• Tunjuklah seseorang untuk menulis ide – ide tersebut di papan tulis
• Hentikan kegiatan brainstorming pada beberapa titik permasalahan dan mintalah
warga belajar untuk menjelaskan setiap ide tersebut.
• Kelompokkan ide – ide tersebut, lalu tentukan tingkat prioritasnya
• Diskusikan dan garis bawahi ide – ide yang telah disetujui bersama
64
Metode Ceramah
Metode ini biasa kita lakukan untuk menyampaikan suatu pesan atau materi secara lisan, dengan
maupun tanpa menggunakan alat Bantu/media. Biasanya penggunaan metode ini harus dibarengi
dengan penggunaan metode lainnya.
Langkah Umum Penggunaan Metode
Persiapan
•
•
Susun materi yang akan kita sampaikan dengan sistematika yang berurutan. Biasanya,
materi ini akan menjadi bahan serahan untuk warga belajar.
Tulislah beberapa pokok pikiran penting dari bahan serahan di atas lembar kertas
Pelaksanaan
•
•
•
•
Sampaikan pokok bahasan materi secara berurutan di hadapan warga belajar
Setelah semua materi selesai disampaikan, atau pada tengah – tenagh sesi, persilakan
warga belajar untuk mengajuka pertanyaan
Setelah Tanya jawab/diskusi selesai, simpulkan materinya
Bagikan bahan serahan kepada seluruh warga belajar
Metode Tanya Jawab
Metode ini kita terapkan untuk melakukan pendalaman materi. Sesuai dengan prinsip, bahwa orang
dewasa adalah orang yang telah memiliki berbagai pengalaman, proses Tanya jawab tidak berari
pertanyaan dari warga belajar harus kita jawab. Kita bisa memberikan kesempatan kepada warga
belajar yang bersangkutan untuk menggali pengalamannya sendiri, atau memberikan kesemoatan
kepada warga belajar lain untuk memberikan jawaban.
Biasanya metode ini digunakan setelah kita menyampaikan materi ( seperti ceramah, demonstrasi,
atau penugasan ).
Langkah umum penggunaan metode
Jika proses diawali dengan pertanyaan dari warga belajar :
• Persilakan warga belajar untuk bertanya tentang topik yang disampaikan
• Ketika sebuah pertanyaan diajukan, persilakan warga belajar yang lain untuk memberikan
jawaban terhadap pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman mereka.
• Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan
yang sedang dipertanyakan, tidak melebar ke mana – mana
• Simpulkan jawaban-jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukan.
Jika proses diawali dengan pertanyaan dari fasilitator :
• Persiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memperdalam pemahaman materi yang akan
disampaikan
• Ajukan pertanyaan kunci tersebut dan minta warga belajar untuk menanggapinya
• Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan
yang sedang dipertanyakan, tidak melebar kemana – mana
• Simpulkan jawaban – jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukkan.
65
Metode Diskusi Kelompok dan Pleno
Metode ini bermanfaat agar warga belajar dapat : saling mendengarkan pandangan orang lain;
menghormati ide – ide orang lain; tidak melukai atau mempermalukan satu sama lain; belajar
berkomunikasi secara ringkas, jelas dan tepat.
Metode ini biasa digunakan dalam berbagai kegiatan. Pada saat menerapkan metode ini, kita atau
orang yang berperan sebagai pemimpin diskusi tidak boleh berbicara terlalu panjang, tetapi harus
lebih banyak mendengarkan dan memandu proses diksusi di antara warga belajar.
Langkah Umum penggunaan metode
Diskusi Kelompok
Metode ini digunakan kalau jumlah warga belajar cukup banyak, misalnya lebih dari 10 orang. Jadi,
agar semua orang bisa terlibat aktif dalam proses diskusi, bagi warga belajar dalam kelompokkelompok kecil.
Langkah umum metode ini adalah sebagai berikut :
• Agar proses diskusi dapat berlangsung lancr, sepakati dahulu aturan main
• Bagilah warga belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil
• Tuliskan topik yang akan didiskusikan dalam kelompok
• Mintalah kepada setiap kelompok untuk memilih fasilitator yang akan memimpin diskusi
dalam kelompok.
• Sepakati waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok
• Minta setiap kelompok untuk menuliskan hasil kerja mereka
• Doronglah setiap anggota kelompok menyampaikan pendapat mereka. Setiap orang
harus punya kesempatan untuk berbicara dan membagi idenya.
• Kumpulkan hasil kerja dari setiap kelompok, lalu lanjutkan pembahasan dalam diskusi
pleno.
Diskusi Pleno
Metode ini umumnya dipergunakan setelah selesai melakukan diskusi kelompok
•
•
•
•
•
66
Minta setiap kelompok memilih satu orang untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran
hasil diskusi kelompoknya.
Sepakati lamanya waktu bagi setiap kelompok dalam menyampaikan hasil kelompoknya,
jangan lebih dari 10 menit. Ingatkan warga belajar, bahwa pembahasan hasil diskusi
akan dilakukan setelah presentasi.
Setalah seluruh kelompok selesai menyampaikan hasil diskuisnya, persilakan warga
belajar untuk mengajukan pertanyaan atau penjelasan terhadap hasil kelompok yang
sudah disampaikan sebelumnya
Setelah semua hasil kerja kelompok dibahas, ajak warga belajar menyimpulkan hasilhasil diskusi, dengan cara membandingkan hasil setiap kelompok dan menarik benag
merah dari hasil diskusi.
Simpulkan hasil diskusi pleno, atau minta salah seorang warga belajar untuk
menyimpulkannya sendiri
Metode Penugasan/Praktek
Metode penugasan adalah cara belajar dengan jalan menugaskan kepada warga belajar untuk
melakukan sesuatu. Tugas yang diberikan harus khusus atau jelas obyek dan waktunya. Metode ini
lebih bertujuan untuk membawa warga belajar ke dunia nyata dalam mempraktekan pengetahuan
yang diperoleh. Oleh karena itu, metode ini akan sangat mempengaruhi wilayah keterampilan
warga belajar.
Langkah umum penggunaan metode
• Persiapkan pedoman tugas yang akan diberikan ( bisa berupa topik yang berhubungan
dengan materi, dan lain-lain)
• Jelaskan kepada warga belajar tentang tugas yang akan dilakukan
• Persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas tersebut
Buat kesepakatan tentang lamanya waktu penugasan tersbut (kapan mulai dan kapan selesai)
dan bentuk laporannya serta cara mempresentasikannya
Metode Permainan
Metode ini digunakan dalam kegiatan belajar. Dari pengalaman, metode ini terbukti sangat efektif
untuk melibatkan warga belajar, membuat warga belajar merasa nyaman dan segar mengikuti
kegiatan.
Metode permainan dapat dilakukan dengan bermacam cara, seperti nyanyian, cerita, gambar atau
permainan lainnya. Tema – tema permainan bisa berhubungan dengan kepemimpinan, sikap,
kerjasama, koordinasi, pemecahan masalah, komunikasi, pemantauan, evaluasi, isu gender, teknik
fasilitasi, dan sebagainya yang relevan dengan materi belajar.
Dalam proses belajar, metode permainan bertujuan untuk :
•
•
•
Mengubah suasana belajar yang kaku atau tegang menjadi lebih santai dan nyaman, dan
megubah warga belajar yang pasif dan jenuh menjadi lebih aktif dan semangat.
Menumbuhkan sikap dan pandangan pribadi, dalam hal penalaran, wawasan, perbaikan
sikap, dan introspeksi
Mengantarkan atau memulai pokok bahasan dengan suasana aktif, gairah, riang, luwes
atau akrab.
Untuk mencapai tujuan /manfaat tersebut perlu dipertimbangkan karakteristik warga belajar, yaitu
(1) latar belakang budaya atau kebiasaan, agama, pekerjaan dan status sosial warga belajar; (2)
Pengalaman, pendidikan, atau wawasan warga belajar pada umumnya; (3) kecenderungan perilaku
atau sikap tertentu dari warga belajar ayng berkembang dalam proses belajar, baik yang positif
maupun negatif.
Metode Bermain Peran
Selain digunakan dalam kegiatan belajar , metode bermain peran dapat juga dipakai untuk menilai
proses dan hasil belajar.
67
Biasanya bermain peran menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi warga belajar. Dengan
bermain peran dalam situasi tertentu, warga belajar dapat mengungkapkan gagasan mereka dan
memperdalam pemahaman warga belajar terhadap apa yang dipelajari. Metode ini juga dapat
dijadikan sebagai alat untuk memotivasi dalam memecahkan masalah melalui diskusi.
Untuk bermain peran ini, tidak perlu latihan terlebih dahulu, tidak perlu ada naskah atau kata-kata
kunci yang harus diucapkan warga belajar. Yang penting diberikan adalah gambaran tentang situasi
apa yang mereka perankan.
Penilaian bermain peran, dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti
berikut :
•
•
•
•
•
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
Bagaimana
warga belajar memahami perannya dengan jelas ?
warga belajar mengungkapkan gagasannya dengan jelas ?
keaktifan warga belajar ?
warga belajar bertutur dan menggunakan bahasa tubuh dengan baik ?
warga belajar dapat membaca dan menggunakan naskah tertulis ?
Langkah umum penggunaan metode
Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, misalnya untuk menilai kemampuan
membangun hubungan sosial yang baik, maka langkah-langkah penerapannya adalah sebagai
berikut :
• Kelompokkan warga belajar menjadi 2 kelompok. Minta mereka untuk mendiskusikan
situasi yang menggambarkan : kelompok 1 tentang menjalin hubungan yang baik
antar pribadi, kelompok 2 tentang merusak hubungan antar pribadi.
• Setiap kelompok bermain selama 5 menit, diawali dengan kelompok 1 yang dilanjutkan
oleh kelompok 2
• Setelah selesai, minta seluruh warga belajar untuk memberi komentar
• Setelah kelompok 1 tampil, tanyakan pada kelompok 2 hal – hal apa saja yang dapat
menjalin hubungan baik itu
• Kemudian setelah kelompok 2 tampil, tanyakan hal-hal yang dapat merusak hubungan
antar pribadi
• Analisalah jawaban-jawabannya dan catat pengamatan anda
• Catatlah pengamatan mengenai (1) apakah warga belajar memahami pentingnya
membangun hubungan baik dengan orang lain ? (2) bagaimana caranya ? (3) apakah
mereka dapat menyebutkan ciri-ciri hubungan baik?
Metode Analisis Situasional
Metode ini memungkinkan warga belajar mengidentifikasi atau membandingkan perbedaan –
perbedaan berdasarkan keyakinan, pengetahuan dan pengalaman masing-masing warga belajar.
Situasi seperti ini dapat diperoleh melalui TV, radio, atau cerita – cerita rakyat yang dikenal oleh
warga belajar sehingga memberikan mereka kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya.
Sehingga warga belajar dapat mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilki.
Oleh karena itu, kita sebagai fasilitator dapat menggunakan hasil pengamatan, juga umpan balik
dari kelompok dan setiap warga belajar sebagai upaya penilaian.
68
Langkah umum penggunaan metode
Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, maka langkah – langkah penerapannya
adalah sebagai berikut :
•
•
•
•
•
•
•
•
Kelompokkan warga belajar ke dalam kelompok – kelompok kecil
Minta mereka membaca atau menggambarkan cerita tentang masalah sosial atau masalah
lain yang melibatkan masyarakat. Misalnya saja masalah banyaknya keluarga – keluarga
yang memiliki lebih dari 5 anak ( keluarga besar )
Berikan gambaran situasi serta permasalahannya kepada setiap kelompok untuk
menganalisa cerita tersebut.
Minta warga belajar membandingkan gagasan dari suatu keluarga berdasar pada situasi
yang digambarkan dengan gagasan mereka tentang keluarga
Warga belajar menganalisis situasi keluarga besar kemudian menuliskan keuntungan dan
kerugiannya.
Warga belajar mengidentifikasi situasi yang sama dengan pengalaman mereka tentang
pengaruh keluarga besar terhadap kebutuhan pokok utamanya kesehatan dan gizi
Berikan waktu yang cukup untuk menganalisa, kemudian minta warga belajar melaporkan
kegiatan di depan kelas
Analisislah jawaban-jawabannya, dan catat hasil pengamatan anda : (1) apakah warga
belajar dapat menggunakan konsep keluarga secara jelas ? (2) apakah warga belajar
dapat menyebutkan manfaat keluarga kecil, manfaat keluarga besar, kemudian minta
untuk memberikan alasannya.
69
Metode Simulasi
Metode simulasi adalah cara belajar melalui pengandaian atau pemisalan. Seperti metode tanya
jawab dan penugasan, metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah
disampaikan dengan cara lain (misalnya : ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih
banyak mempengarunahi ranah sikap dari warga belajar. Sehingga pokok pembahasan lebih
ditekankan kepada sikap – sikap yang perlu dikembangkan untuk menerapkan pengetahuan yang
diperoleh.
Metode ini bisa dijadikan semacam ujian terhadap warga belajar, untuk melihat sampai sejauh
mana mereka mampu menerapkan materi yang telah diberikan.
Langkah umum penggunaan metode
•
•
•
•
•
•
•
Minta salah seorang atau beberapa orang warg belajar untuk berperan sebagai
fasilitator. Sedangkan warga belajar lainnya diminta untuk berperan sebagai warga
belajar.
Berilah kesempatan kepada orang yang berperan sebagai fasilitator untuk
mempersiapkan proses.
Minta fasilitaor untuk merancang proses seakan – akan berhadapan dengan warga
belajar
Warga belajar diminta untuk berekasi, memberikan pertanyaan maupun tanggapan
selama proses berlangsung.
Setelah proses dianggap selesai, ajak seluruh warga belajar untuk mendiskusikan
pengalamannya.
Bagi yang berperan sebagai fasilitator. Bagaimana kesannya mengenai simulasi tadi?
Apakah kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam memfasilitasi proses tadi ? bagaimana
caranya agar proses tersebut dapat diterapkan dengan lebih baik ?
Bagi warga belajar : bagaimana kesan – kesannya terhadap proses yang dibawakan oleh
fasilitator tadi? Mudah atau sulitkah bagi warga belajar untuk belajar dengan proses
tersebut? Bagaimana cara untuk memperbaiki proses tadi?
Garis bawahi gagasan – gagasan warga belajar, sebagai bahan refleksi atas materi yang telah
diberikan. Jika perlu, berikan masukan tentang tips-tips atau cara – cara untuk menjadi fasilitator
yang baik
70
Modul 4
Topik: Berlatih Memfasilitasi
Peserta memahami dan menyadari:
1. Mampu memfasilitasi proses diskusi warga
2. Mengidentifikasi Kekurangan dalam memfasiltasi
Mempersiapkan dan Praktek Fasilitasi
6
Jpl ( 270 ’)
Bahan Bacaan:
1. Pendidikan Orang Dewasa
2. Strategi Pemebelajaran
3. Teknik Bertanya
4. Mendengar dan ‘Mendengarkan’
5. Penggunaan Media
6. Beberapa Media Sebagai Alat Bantu Pembelajaran
7. Dasar – dasar Komunikasi
• Kerta Plano
• Kuda-kuda untuk Flip-chart
• LCD
• Metaplan
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
71
Mempersiapkan dan Praktek Fasilitasi
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul 4 yaitu Berlatih Memfasilitasi dengan
tujuan :
ƒ
Peserta mampu memfasilitasi proses diksusi warga
ƒ
Peserta mampu mengidentifikasi kekurangan dalam memfasilitasi
2) Bagilah peserta ke dalam 8 kelompok, uraikan kepada mereka bahwa setiap kelompok harus
mempersiapkan bahan untuk praktek fasilitasi dengan topik – topik yang sudah ditentukan.
Topik – topik yang harus dibawakan oleh setiap kelompok adalah :
ƒ
Kelompok 1 memfasilitasi komunitas perempuan dengan topik ”kerelawanan”. Karakteristik
peserta : tingkat pendidikan bervariasi (tidak tamat SD s/d PT); beberapa ada yang tidak
begitu memahami bahasa Indonesia; kebanyakan bekerja di sektor informal.
ƒ
Kelompok 2 memfasilitasi komunitas miskin dengan topik ’siklus PNPM Mandiir Perkotaan’.
Karkteristik peserta : tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD s/d SMP); kurang lancar
berbahasa Indonesia; kebanyakan kerja serabutan.
ƒ
Kelompok 3 memfasilitasi komunitas campuran (L/P, miskin dan non miskin) dengan topik
”Penyebab Kemiskinan”. Karakteristik peserta : penididikan bervariasi; pemahaman bahasa
Indonesia baik; mata pencaharian bervariasi.
ƒ
Kelompok 4 memfasilitasi komunitas pemuda dengan topik ’keterlibatan pemuda dalam
nangkis’; Karakteristik peserta : tingkat pendidikan bervariasi, bahasa Indonesia baik,
kebanyakan penangguran.
ƒ
Kelompok 5 memfasilitasi komunitas campuran (L/P) dengan topik ’partisipasi perempuan
dalam nangkis’. Karakteristik peserta : tingkat pendidikan antara SD/SMA; bahasa
Indonesia baik; mata pencaharian bervariasi pada umumnya buruh dan pegawai negri sipil.
ƒ
Kelompok 6 memfasilitasi komunitas Kelompok campuran (L/P, miskin/non miskin) dengan
topik ’Konsep PNPM Mandiri Perkotaan’. Karakteristik peserta : pendidikan bervariasi,
beberapa ada yang kurang lancar berbahasa Indonesia, mata pencaharian bervariasi
kebanyakan kerja di sektor infromal.
ƒ
Kelompok 7 memfasilitasi komunitas Laki – laki dengan topik ”Refleksi terhadap program –
program pembangunan’. Karakteristik peserta : pendidikan cukup tinggi (SMP s/d PT),
bahasa Indonesia lancar; mata pencaharian pada umumnya pegawai negri sipil dan
pegawai swasta.
ƒ
Kelompok 8 memfasilitasi komunitas campuran (L/P) dengan topik ”Kemiskinan tanggung
jawab siapa?”. Karakteristik peserta : pendidikan tinggi (SMA/PT), bahasa Indonesia lancar,
pada umumnya karyawan, mempunyai usaha kecil, pegawai negri sipil.
3) Mintalah kepada setiap kelompok untuk mempersiapkan diri sebelum praktek (waktu 30 menit),
jelaskan bahwa setiap kelompok akan praktek sesuai dengan topik yang sudah ditentukan
72
selama 20 menit. Peserta lain di luar kelompok yang praktek sebagian akan menjadi warga
masyarakat dan sebagian menjadi pengamat proses.
Persiapan untuk praktek yang harus dilakukan oleh peserta :
ƒ
Menentukan tujuan diskusi (proses belajar)
ƒ
Membuat daftar sub – sub topik yang akan dibahas
ƒ
Membuat daftar pertanyaan kunci
ƒ
Menentukan metode/teknik fasilitasi yang akan digunakan
ƒ
Menentukan media bantu yang akan digunakan
ƒ
Pembagian tugas kelompok : siapa yang akam menjadi pemandu utama, co – pemandu
dan pencatat proses
4) Mulailah praktek dengan kelompok pertama, mintalah 4 orang peserta sebagai pengamat
proses dan sisanya sebagai warga masyarakat. Bagikan lembar pengamatan yang ada dalam
LK – Lembar Pengamatan Praktek Fasilitasi kepada pengamat proses. Mintalah mereka untuk
mencermati jalannya praktek dan mencatat hasil pengamatan.
5) Setelah selesai bahas dan refleksikan bersama apa yang sudah baik dan apa yang kurang dan
harus diperbaiki. Mintalah pengamat proses untuk mengemukakan hasil pengamatannya.
6) Selanjutnya lakukan hal yang sama untuk kelompok 2 s/d kelompok 8.
73
.
LK – Lembar Pengamatan Praktek Fasilitasi
Lembar Pertanyaan untuk Pengamat :
Pertanyaan Pemandu
1) Secara umum apakah ada yang kurang
dlm simulasi tersebut ?
2) Apakah fasilitator mengenalkan diri,
mengemukakan tujuan diskusi ?
3) Sebagai apa dan dimana fasilitator
memposisikan dirinya
4) Apakah bahasa yang digunakan oleh
fasilitator sesuai dengan karakteristik
peserta ?
5) Apakah media bantu yang digunakan
sesuai dengan karakteristik peserta?
6) Bagaimana keterampilan fasilitator
dalam menggunakan media bantu?
7) Apakah semua peserta terlibat ? Siapa
yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ?
8) Apakah ada peseta yang mendominasi ?
Bagaimana fasilitator mengatasi orang
yang mendominasi ?
9) Apakah peserta bisa menghargai dan
menerima perbedaan pendapat ?
Bagaimana fasilitator mengatasi hal
tersebut ?
10) Apakah fasilitator masih dominan
dibandingkan dengan peserta ?
11) Apakah fasilitator cukup ramah, bisa
mengembangkan suasana yang akrab
dan akomodatif ? Apakah ada hal-hal yg
tdk boleh dilakukan tapi tetap dilakukan
oleh fasiitator
12) Apa saja yg dicatat oleh perekam proses
?
74
Komentar Pengamat
Perkotaan
DEPARTEMEN
PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Download