SERANGGA PENGUNJUNG BUNGA BETINA DAN

advertisement
SERANGGA PENGUNJUNG BUNGA BETINA DAN POLEN
YANG TERBAWA KUMBANG Elaeidobius kamerunicus
PADA KELAPA SAWIT
HANA PUTRI PRATIWI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Serangga Pengunjung
Bunga Betina dan Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada
Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Hana Putri Pratiwi
NIM G34090123
ABSTRAK
HANA PUTRI PRATIWI. Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang
Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit. Dibimbing oleh
TRI ATMOWIDI dan YOHANA C. SULISTYANINGSIH.
Bunga betina kelapa sawit reseptif mengeluarkan senyawa volatil yang
menarik serangga untuk mengunjungi bunga. Penelitian ini bertujuan mempelajari
serangga pengunjung bunga betina dan polen yang terbawa kumbang Elaeidobius
kamerunicus pada kelapa sawit. Pengamatan serangga pengunjung dilakukan
dengan metode sampel tetap (fix sample method) selama 10 menit pada bunga
betina kelapa sawit reseptif. Faktor lingkungan, meliputi suhu udara, kelembapan
udara, intensitas cahaya, dan kecepatan angin diukur bersamaan dengan
pengamatan serangga pengunjung. Selama pengamatan, dilakukan pengambilan
sampel serangga pengunjung untuk keperluan identifikasi dan kumbang E.
kamerunicus untuk penghitungan jumlah polen. Serangga pengunjung yang
ditemukan pada bunga betina kelapa sawit ialah E. kamerunicus (Coleoptera),
Chelisoches sp., Forficula sp. (Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera),
Camponotus sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp.,
Odontoponera sp. (Hymenoptera), dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera).
Serangga pengunjung dominan ialah E. kamerunicus. Keragaman dan kemerataan
serangga pengunjung tergolong rendah (H’=0,85; E=0,35). Polen terbawa
kumbang E. kamerunicus jantan (1604 polen) lebih banyak dibandingkan betina
(719 polen).
Kata kunci: serangga pengunjung bunga, kelapa sawit, polen, Elaeidobius
kamerunicus.
ABSTRACT
HANA PUTRI PRATIWI. Female Flowers Visiting Insect and Pollen Load on
Weevil Elaeidobius kamerunicus of Oil Palm. Supervised by TRI ATMOWIDI
and YOHANA C. SULISTYANINGSIH.
Receptive female flowers of oil palm emit volatile compounds that attract
insect to visit the flowers. This research aimed to study female flowers visiting
insect and pollen loaded by weevil E. kamerunicus of oil palm. Observations of
insects were done by using fix sample method during 10 minutes on receptive
female flowers. The weather condition which were measured during observation
of insects, i.e. temperature, humidity, light intensity, and wind speed. Insect
samples were collected for identification and weevil E. kamerunicus were taken
for pollen load measurement. Result showed that the female flowers visiting
insect of oil palm were E. kamerunicus (Coleoptera), Chelisoches sp., Forficula
sp. (Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera), Camponotus sp., Oecophylla
sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp.
(Hymenoptera), and Thrips hawaiiensis (Thysanoptera). Weevil E. kamerunicus
was dominant visiting insect. The diversity and evenness of visiting insect on oil
palm was considerably low (H ’=0,85; E=0,35). Pollen loaded by male weevil E.
kamerunicus (1604 pollens) was higher than that of the female (719 pollens).
Keywords: visiting insect, oil palm, pollen, Elaeidobius kamerunicus.
SERANGGA PENGUNJUNG BUNGA BETINA DAN POLEN
YANG TERBAWA KUMBANG Elaeidobius kamerunicus
PADA KELAPA SAWIT
HANA PUTRI PRATIWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Serangga Pengunjung Bunga Betina dan Polen yang Terbawa
Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit
Nama
: Hana Putri Pratiwi
NIM
: G34090123
Disetujui oleh
Dr. Tri Atmowidi, M. Si
Pembimbing I
Dr. Yohana C. Sulistyaningsih, M. Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M. Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah
serangga pengunjung, dengan judul Serangga Pengunjung Bunga Betina dan
Polen yang Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus pada Kelapa Sawit.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Tri Atmowidi, M. Si dan Dr.
Yohana C. Sulistyaningsih, M. Si atas bimbingan dan arahan yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku
dosen penguji wakil komisi pendidikan yang telah bersedia menguji dan
memberikan saran saat ujian dan penulisan karya ilmiah. Di samping itu, ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah (Hari Pramono), ibu (Almh.
Dewi Permanasari), serta seluruh keluarga tercinta, atas segala doa, dukungan,
dan kasih sayangnya yang selalu diberikan selama ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dra. Dewi Sartiami, M. Si,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor atas
bantuan mengidentifikasi spesimen. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Tini dan Mbak Ani sebagai laboran Biosistematika dan
Ekologi Hewan, Departemen Biologi yang telah banyak membantu dalam proses
penelitian di laboratorium. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Pupud, Bapak Ari, Bapak Rahmat, dan seluruh staf PTPN VIII Kebun Sukamaju,
Cikidang, Sukabumi yang telah membantu selama penelitian di lapangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Mirah Ayuningsih sebagai rekan
seperjuangan dalam penelitian; Dimas Adjie Prasetyo dan Royhani Laily Aswari
atas semangat dan dukungannya; serta rekan-rekan mahasiswa Departemen
Biologi angkatan 46 atas kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2013
Hana Putri Pratiwi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang .....................................................................................................1
Tujuan Penelitian ..................................................................................................2
METODE .................................................................................................................2
Waktu dan Tempat ...............................................................................................2
Prosedur Penelitian ...............................................................................................2
Analisis Data ........................................................................................................3
HASIL ......................................................................................................................3
Serangga Pengunjung Bunga Betina Kelapa Sawit ..............................................3
Serangga Pengunjung dan Hubungannya dengan Faktor Lingkungan.................6
Polen Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus ............................................6
PEMBAHASAN ......................................................................................................7
SIMPULAN ...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12
LAMPIRAN ...........................................................................................................16
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................18
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Rerata individu, spesies, indeks keragaman, dan kemerataan serangga
pengunjung bunga betina kelapa sawit ............................................................. 4
Kesamaan Sorenson kuantitatif serangga pengunjung bunga betina
kelapa sawit ...................................................................................................... 5
Data faktor lingkungan di lokasi pengamatan pada periode waktu pagi,
siang, sore ......................................................................................................... 6
Hubungan jumlah individu serangga pengunjung dengan faktor
lingkungan ........................................................................................................ 6
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Serangga-serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit: E.
kamerunicus (Coleoptera) (a), Chelisoches sp. (b), Forficula sp.
(Dermaptera) (c), Scaptodrosophila sp. (Diptera) (d), Camponotus sp.
(e), Oecophylla sp. (f), Plagiolepis sp. (g), Polyrhachis sp. (h),
Leptanilla sp. (i), Odontoponera sp. (Hymenoptera) (j), Thrips
hawaiiensis (Thysanoptera) (k).
Kumbang E. kamerunicus betina (a) dan jantan (b): moncong (1),
antena (2), tonjolan pada elytra (3), rambut dorsal (4), rambut pleural
(5), dan tungkai (6)
Polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kamerunicus
Rerata polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kamerunicus
5
7
7
7
DAFTAR LAMPIRAN
1
Deskripsi spesies serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit di
PTPN VIII AFD IV Parabon, kebun Sukamaju, Sukabumi
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guinensis) merupakan tanaman perkebunan yang
berasal dari Afrika dan menjadi salah satu sumber penghasil devisa nonmigas di
Indonesia. Pada tahun 2010 perkebunan kelapa sawit di Indonesia menghasilkan
14.038.148 ton minyak sawit. Pada tahun 2012 produksi minyak kelapa sawit
lebih dari 14.788.270 ton (BPS 2012). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman
berumah satu (monoecious). Dalam satu tandan bunga betina memiliki lebih dari
2.000 bunga. Waktu reseptif bunga betina kelapa sawit adalah 3-5 hari. Pada saat
reseptif, bunga betina mengeluarkan senyawa volatil, yaitu p-metoksialilbenzena
(estragol) yang berfungsi sebagai penarik serangga untuk mengunjungi bunga
(Lajis et al. 1985). Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit memiliki waktu
mekar yang berbeda, sehingga tanaman ini memerlukan penyerbukan silang
(Tandon et al. 2001).
Penelitian tentang serangga pengunjung pada bunga jantan kelapa sawit
telah dilaporkan, Kusumawardhani (2011) melaporkan serangga pengunjung
bunga jantan kelapa sawit di kebun Cikasungka, Bogor, yaitu dua genus lalat, dua
genus cocopet, dan lima genus semut. Bunga jantan kelapa sawit di kebun
Cimulang, Bogor dikunjungi oleh sembilan genus semut, yang termasuk dalam
empat subfamili (Fitria 2013) dan tiga spesies cocopet (Famukti 2013). Penelitian
tentang frekuensi kunjungan kumbang Elaeidobius kamerunicus pada bunga
betina kelapa sawit telah dilaporkan di kebun Cikasungka (Aminah 2011) dan
kebun Cimulang, Bogor (Komal 2011).
Kumbang E. kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae) berasal dari
Kamerun (Afrika) dan diintroduksi ke Sumatra Utara, Indonesia melalui Malaysia
pada tahun 1982 (Susanto et al. 2007). Kumbang ini merupakan penyerbuk yang
efektif pada tanaman kelapa sawit (Syed et al. 1982). Hutahuruk et al. (1982)
melaporkan kumbang E. kamerunicus bersifat monofag dan hanya makan serta
berkembang biak pada bunga kelapa sawit. Serangga lainnya yang berperan
sebagai penyerbuk, yaitu Thrips hawaiiensis dan Pyroderces sp. Kedua serangga
ini tidak efektif dalam penyerbukan kelapa sawit karena sifatnya yang polifag dan
frekuensi kunjungannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Susanto et al.
2007).
Pollen load merupakan jumlah polen yang terbawa oleh serangga ketika
mengunjungi bunga jantan antesis. Rerata pollen load pada kumbang E.
kamerunicus berkisar 610-2620 polen (Dhileepan 1992). Syed et al. (1982)
melaporkan satu kumbang jantan E. kamerunicus dapat membawa 985 polen,
sedangkan kumbang betina membawa 446 butir polen. Dalam penelitian ini
dipelajari serangga pengunjung bunga betina dan polen yang terbawa kumbang E.
kamerunicus pada kelapa sawit di kebun kelapa sawit Sukamaju.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari serangga pengunjung bunga betina dan
polen yang terbawa kumbang E. kamerunicus pada kelapa sawit.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2012 sampai dengan
April 2013 di perkebunan kelapa sawit Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
(PTPN) VIII Afdeling (AFD) IV Parabon, Kebun Sukamaju, Sukabumi.
Identifikasi spesimen serangga dan penghitungan polen dilakukan di
Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas
MIPA, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Taksonomi dan Biosistematika
Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Prosedur Penelitian
Pengamatan Serangga Pengunjung
Pengamatan serangga pengunjung pada bunga betina kelapa sawit dilakukan
dalam tiga periode waktu, yaitu pagi (pukul 09.00-10.00), siang (pukul 13.0014.00), dan sore hari (pukul 16.00-17.00) selama 10 menit dengan metode sampel
tetap (fix sample method) (Dafni 1992). Setiap periode waktu dilakukan
pengamatan sebanyak 4 kali. Pengamatan dilakukan 8 hari setiap bulannya, yang
berlangsung pada bulan November dan Desember 2012. Dalam satu hari,
pengamatan serangga pengunjung dilakukan pada bunga reseptif dalam satu
pohon. Selama pengamatan, dihitung jumlah spesies dan jumlah individu
serangga yang mengunjungi bunga betina. Beberapa individu spesies serangga
dikoleksi untuk identifikasi. Selain itu, dilakukan juga pengukuran faktor
lingkungan, yang meliputi suhu udara dengan termometer, kelembapan udara
dengan higrometer, intensitas cahaya dengan luxmeter, dan kecepatan angin
dengan anemometer.
Pengawetan dan Pembuatan Preparat Serangga
Serangga yang dikoleksi dari bunga betina reseptif diawetkan secara basah
dengan menggunakan etanol 70% (Borror et al. 1996). Pembuatan preparat
awetan serangga dikhususkan pada Thrips yang berukuran kecil. Spesimen Thrips
yang telah diawetkan dengan alkohol 70% diambil, dan dimasukkan ke dalam
cawan berisi akuades, kemudian didiamkan sehingga spesimen terapung di
permukaan. Larutan Hoyers diteteskan pada kaca preparat dan spesimen Thrips
diletakkan di atas larutan. Bagian sayap dan antena Thrips direntangkan,
kemudian ditutup dengan kaca penutup. Kegiatan tersebut dilakukan di bawah
mikroskop stereo. Setelah itu, preparat awetan dipanaskan di atas hot-plate pada
suhu 37 oC selama 1-2 hari (Mound 2006).
Identifikasi Spesimen Serangga
Identifikasi spesimen serangga yang dikoleksi dilakukan di bawah
mikroskop stereo berdasarkan Borror et al. (1996), Burr (1910), Bolton (1994),
3
Wheeler (1982), Oosterbroek (1998), Mound dan Kibby (1998), dan Mound dan
Azidah (2009).
Penglepasan dan Penghitungan Polen Terbawa Kumbang E. kamerunicus
Satu ekor kumbang diambil dari bunga betina kelapa sawit, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang berisi etanol 70% dan gliserol (4:1)
sebanyak 0.5 ml. Tabung yang telah berisi kumbang tersebut diputar dengan
rotator [TAITEC tipe RT-50] selama 24 jam, setelah itu kumbang dikeluarkan
dari tabung. Tabung berisi larutan yang telah tercampur dengan polen
disentrifugasi dengan sentrifuge [HITACHI himac CF 15D2 tipe RT15A8]
dengan kecepatan 787,49 g selama 10 menit. Selanjutnya supernatan dibuang
sampai batas 0,1 ml. Pelet yang mengandung polen diaduk dan diteteskan di atas
hemasitometer tipe Neubauer untuk dihitung jumlah polennya. Polen diamati
dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x. Polen yang
dihitung adalah polen yang berada pada daerah empat kotak besar hemasitometer
(Dafni 1992). Penghitungan ini dilakukan sebanyak 80 kali ulangan untuk
masing-masing kumbang jantan dan betina.
Analisis Data
Serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit dihitung rerata individu
pada periode waktu pengamatan. Keragaman serangga pengunjung dihitung
dengan indeks Shannon dan nilai kemerataan (evenness/ E) (Krebs 1999).
Kesamaan serangga pengunjung antar periode waktu pengamatan (pagi, siang,
sore hari) dihitung dengan indeks kesamaan Sorenson kuantitatif (Magurran 1987).
Rumus yang digunakan adalah:
Pi = ni/N
E = H’/ln S
CN = 2 jN/(aN+bN)
H’= -Ʃ Pi ln Pi
Keterangan :
H’
: indeks keragaman Shannon
: proporsi genus ke-i terhadap total individu seluruh spesies
Pi
: jumlah individu dalam spesies ke – i
ni
N
: jumlah total individu seluruh spesies
CN
: indeks kesamaan Sorenson
jN
: total individu spesies terendah yang ditemukan pada waktu a dan b
aN
: jumlah individu spesies yang ditemukan pada waktu a
bN
: jumlah individu spesies yang ditemukan pada waktu b
E
: indeks kemerataan
S
: jumlah spesies atau genus
Hubungan antara jumlah individu serangga pengunjung dengan faktor
lingkungan dianalisis dengan korelasi Pearson menggunakan program SPSS versi
16.0. Jumlah polen yang terbawa kumbang jantan dibandingkan dengan kumbang
betina.
HASIL
Serangga Pengunjung Bunga Betina Kelapa Sawit
Serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit yang ditemukan termasuk
ke dalam 11 spesies dalam 5 ordo, yaitu Coleoptera, Dermaptera, Diptera,
4
Hymenoptera, dan Thysanoptera. Spesies yang ditemukan mengunjungi bunga
betina ialah Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera), Chelisoches sp., Forficula sp.
(Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera), Camponotus sp., Oecophylla sp.,
Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp. (Hymenoptera),
dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera) (Gambar 1).
Rerata serangga pengunjung yang ditemukan pada bunga betina kelapa
sawit selama 10 menit ialah 81 ekor, terdiri dari 145 ekor di pagi hari, 65 ekor di
siang hari, dan 33 ekor di sore hari. Spesies serangga pengunjung yang dominan
pada bunga betina kelapa sawit ialah E. kamerunicus (52 ekor) diikuti oleh
Camponotus sp. (11 ekor). Spesies serangga pengunjung lainnya, yaitu
Chelisoches sp., Forficula sp., Scaptodrosophila sp., Oecophylla sp., Plagiolepis
sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp., dan Thrips hawaiiensis
dengan jumlah kurang dari 4 ekor (Tabel 1).
Keragaman dan kemerataan serangga pengunjung sore (H’ = 1,50, E = 0,65)
dan siang hari (H’ = 1,45, E = 0,61) lebih tinggi dibandingkan pagi hari (H’ = 0,47,
E = 0,20) (Tabel 1). Kesamaan spesies serangga pengunjung pada siang-sore hari
(CN = 0,62) lebih tinggi dibandingkan dengan pagi-siang (CN = 0,43) dan pagisore hari (CN = 0,26) (Tabel 2).
Tabel 1 Jumlah individu, spesies, indeks keragaman, dan kemerataan serangga
pengunjung bunga betina kelapa sawit
Ordo
Famili
Spesies
Coleoptera
Curculionidae
Elaeidobius kamerunicus
Dermaptera
Chelisochidae
Chelisoches sp.
Forficulidae
Forficula sp.
Diptera
Drosophilidae
Scaptodrosophila sp.
Hymenoptera
Formicidae
Camponotus sp.
Oecophylla sp.
Plagiolepis sp.
Polyrhachis sp.
Leptanilla sp.
Odontoponera sp.
Tysanoptera
Thripidae
Thrips hawaiiensis
Jumlah individu (N)
Jumlah spesies (S)
Indeks keragaman Shannon (H’)
Nilai kemerataan (E)
Jumlah individu/10 menit
Pagi
Siang
Sore
Rerata
118
26
11
52
1
2
2
2
1
1
1
1
3
5
2
3
11
1
1
2
2
1
14
3
4
2
3
2
9
1
2
1
2
1
11
2
2
1
2
2
4
145
11
0,47
0,20
3
65
11
1,45
0,61
0
33
10
1,50
0,65
2
81
11
0,85
0,35
5
(a)
(d)
Gambar 1
(b)
(c)
(e)
(f)
(g)
(h)
(j)
(k)
(i)
Serangga-serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit: E. kamerunicus
(Coleoptera) (a), Chelisoches sp. (b), Forficula sp. (Dermaptera) (c),
Scaptodrosophila sp. (Diptera) (d), Camponotus sp. (e), Oecophylla sp. (f),
Plagiolepis sp. (g), Polyrhachis sp. (h), Leptanilla sp. (i), Odontoponera sp.
(Hymenoptera) (j), Thrips hawaiiensis (Thysanoptera) (k).
Tabel 2 Kesamaan Sorenson kuantitatif serangga pengunjung bunga betina kelapa
sawit
Waktu
Pagi
(09.00-10.00)
Siang
(13.00-14.00)
Sore
(16.00-17.00)
Pagi
(09.00-10.00)
Siang
(13.00-14.00)
Sore
(16.00-17.00)
1
0,43
1
0,26
0,62
1
6
Serangga Pengunjung dan Hubungannya dengan Faktor Lingkungan
Berdasarkan hasil pengukuran, suhu udara di lokasi penelitian berkisar
antara 20-34,6 oC, kelembapan udara berkisar antara 39-85%, intensitas cahaya
berkisar antara 1.020-18.800 lux, dan kecepatan angin berkisar antara 0-1,4 m/s
(Tabel 3). Kelimpahan serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit paling
tinggi terjadi pada kisaran suhu udara 26-29 oC, kelembapan udara 65-77%,
intensitas cahaya 1.020-9.000 lux, dan kecepatan angin 0-0,5 m/s.
Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa suhu udara (r = 0,18,
R2 = 0,33), kelembapan udara (r = -0,11, R2 = 0,12), intensitas cahaya (r = 0,13, R2
= 0,16), dan kecepatan angin (r = -0,21, R2 = 0,45) tidak berkorelasi dengan
jumlah serangga yang berkunjung pada bunga betina kelapa sawit (Tabel 4).
Tabel 3 Data faktor lingkungan di lokasi pengamatan pada periode waktu pagi,
siang, sore hari
Faktor lingkungan
Suhu udara (oC)
Kelembapan udara (%)
Intensitas cahaya (Lux)
Kecepatan angin (m/s)
Pagi*
(09.00-10.00)
28 (25-31,5)
64 (48-73)
8.009
(1.570-16.660)
0,10 (0-1,3)
Siang*
(13.00-14.00)
30 (24-34,6)
58 (39-77)
9.968
(1.180-18.800)
0,12 (0-0,9)
Sore*
(16.00-17.00)
22 (20-26)
77 (56-85)
2.006
(1.020-5.190)
0,24 (0-1,4)
* Nilai di dalam tabel merupakan nilai rerata setiap faktor lingkungan dan angka di dalam kurung
merupakan nilai minimum dan maksimum.
Tabel 4
Hubungan jumlah individu serangga pengunjung dengan faktor
lingkungan
Faktor lingkungan
Suhu udara (oC)
Kelembapan udara (%)
Intensitas cahaya (lux)
Kecepatan angin (m/s)
Korelai Pearson (r)
0,18
-0,11
0,13
-0,21
Koefisien Determinasi (R2)
0,33
0,12
0,16
0,45
Polen Terbawa Kumbang Elaeidobius kamerunicus
Kumbang E. kamerunicus memiliki tubuh berwarna cokelat kehitaman dan
bentuk tubuh elips memanjang. Pada bagian mulut terdapat moncong, tiga pasang
tungkai, pada bagian toraks terdapat satu pasang sayap depan yang tebal (elytra)
dan sayap belakang yang tipis (membraneus). Kumbang betina berukuran lebih
kecil (2-3 mm) dibandingkan dengan kumbang jantan, ukuran moncong lebih
panjang, dan tidak memiliki tonjolan pada bagian pangkal elytra (Gambar 2a).
Kumbang jantan berukuran lebih besar (3-4 mm) dibandingkan dengan kumbang
betina, ukuran moncong lebih pendek, terdapat tonjolan pada bagian pangkal
elytra, dan memiliki rambut-rambut halus (Gambar 2b).
Polen kelapa sawit berbentuk segitiga dengan guratan yang mengelilingi
ketiga sisinya, tanpa lubang pada permukaan polen (trikolpata), dan diameter
polen berukuran < 75 µm (Gambar 3). Rerata polen terbawa kumbang jantan E.
kamerunicus yang dikoleksi dari bunga betina kelapa sawit ialah 1.604 polen,
sedangkan pada kumbang betina ialah 719 polen (Gambar 4).
7
(b)
(a)
Gambar 2
Kumbang E. kamerunicus betina (a) dan jantan (b): moncong (1), antena (2),
tonjolan pada elytra (3), rambut dorsal (4), rambut pleural (5), dan tungkai
(6)
Gambar 3 Polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kamerunicus
Gambar 4 Rerata polen kelapa sawit yang terbawa kumbang E. kamerunicus
PEMBAHASAN
Serangga pengunjung yang ditemukan pada bunga betina kelapa sawit
terdiri dari 11 spesies, yaitu Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera), Chelisoches
sp., Forficula sp. (Dermaptera), Scaptodrosophila sp. (Diptera), Camponotus sp.,
Oecophylla sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp.
(Hymenoptera), dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera). Deskripsi spesies yang
ditemukan tertera pada Lampiran 1. Serangga pengunjung tersebut mencari serbuk
sari dan nektar yang terdapat pada bunga sebagai sumber protein dan gula yang
dibutuhkan oleh serangga (Kearns dan Inouye 1993). Bunga betina kelapa sawit
8
reseptif mengeluarkan senyawa volatil yaitu 1-metoksi-4- (2-propenil) benzena
(estragol) yang menarik serangga. Pada umumnya, senyawa volatil merupakan
turunan asam lemak yang disintesis di bagian pistil, stigma, dan petal (Lajis et al.
1985).
Berdasarkan hasil penelitian, kumbang E. kamerunicus merupakan serangga
yang dominan pada bunga betina kelapa sawit (52 ekor). Puncak kunjungan
serangga ini terjadi pada pagi hari (pukul 09.00-10.00) (117,61 ekor/10 menit).
Banyaknya kumbang yang berkunjung di pagi hari kemungkinan berkaitan dengan
tingginya konsentrasi estragol. Misztal et al. (2010) melaporkan bunga betina
kelapa sawit reseptif memiliki konsentrasi estragol yang tinggi pada pagi hari (77
µg l--1). Labarca et al. (2007) melaporkan kumbang E. kamerunicus aktif pukul
08.30-14.00. Tingginya keragaman serangga penyerbuk juga dilaporkan oleh
Atmowidi et al. (2007) pada tanaman caisin (Brassica rapa). Puncak kunjungan
serangga penyerbuk dominan, yaitu Apis cerana, Apis dorsata, dan Ceratina sp.
terjadi pada pagi hari (pukul 08.30-09.30). Kumbang E. kamerunicus merupakan
serangga bersifat monofag dan hanya berkembang biak pada bunga kelapa sawit.
Selain itu, kumbang ini memiliki tingkat adaptasi yang baik pada semua musim,
sehingga populasinya tetap tinggi pada perkebunan kelapa sawit. Kumbang ini
mampu meningkatkan produksi kelapa sawit dari 44% menjadi 75% (Hutahuruk
et al. 1982).
Thrips yang ditemukan sebagai pengunjung bunga betina kelapa sawit
dalam penelitian ini ialah Thrips hawaiiensis (Sub-ordo Terebrantia, famili
Thripidae). Thripidae merupakan famili terbesar dalam subordo Terebrantia.
Serangga ini dikenal sebagai serangga dengan sayap berduri (Mound 2006)
dengan ukuran tubuh berkisar 0,5-5,0 mm (Borror et al. 1996). Spesies ini
tersebar luas dari Pakistan hingga Pasifik, termasuk Tahiti, Hawai, Australia Utara,
Jamaika, dan Amerika bagian Selatan (Lewis 1973). Berdasarkan periode waktu
pengamatan, spesies Thrips ini banyak ditemukan di pagi hari (4 ekor/10menit)
dan tidak ditemukan pada sore hari. Besarnya populasi Thrips dipengaruhi oleh
kesesuaian tanaman inang, keadaan cuaca, peran predator, parasit, penyakit, dan
musim dingin yang panjang. Suhu dan curah hujan sangat mempengaruhi
banyaknya populasi Thrips. Suhu optimum bagi Thrips berkisar antara 24-29 oC
dan curah hujan yang rendah (114 mm) (Lewis 1973). Curah hujan di lokasi
penelitian pada bulan November sebesar 513 mm, sedangkan Desember sebesar
479 mm. Serangga T. hawaiiensis dilaporkan sebagai serangga utama yang
membantu penyerbukan bunga kelapa sawit di Indonesia, sebelum E. kamerunicus
diintroduksikan. Namun, T. hawaiiensis tidak efektif sebagai polinator bunga
kelapa sawit jika dibandingkan dengan E. kamerunicus. Kumbang E. kamerunicus
mampu meningkatkan produksi kelapa sawit dari 44% menjadi 75% (Hutahuruk
et al. 1982), sedangkan produksi buah yang dibantu oleh T. hawaiiensis hanya
43,4% (Susanto et al. 2007). Faktor yang menyebabkan T. hawaiiensis tidak
efektif sebagai polinator bunga kelapa sawit karena bersifat polifag dan tidak
memiliki adaptasi yang baik (Susanto et al. 2007).
Serangga lain yang ditemukan sebagai pengunjung bunga betina kelapa
sawit termasuk dalam ordo Dermaptera (cocopet), yaitu Chelisoches sp. (famili
Chelisochidae) dan Forficula sp. (famili Forficulidae). Rerata jumlah kunjungan
Chelisoches sp. dan Forficula sp. tidak jauh berbeda, yaitu masing-masing 2 ekor
dan 1 ekor. Cocopet Chelisoches sp. ditemukan pada setiap periode waktu
9
pengamatan. Spesies ini merupakan serangga yang aktif pada sore-malam hari
(nokturnal) dan juga sering ditemukan aktif pada siang hari (diurnal) (Haas dan
Gorb 2004). Cocopet hitam (C. morio) merupakan spesies tunggal dari famili
Chelisochedae dan berasal dari daerah tropik (Borror et al. 1996). Spesies ini
tersebar di wilayah Asia tropis dan Australia (Burr 1910). Forficulidae disebut
cocopet berekor duri atau cocopet Eropa (Borror et al. 1996). Berdasarkan hasil
penelitian, Forficula sp. banyak ditemukan pada pagi dan sore hari. Berbeda
dengan Famukti (2013) pada bunga jantan kelapa sawit di perkebunan kelapa
sawit Cimulang, Forficula sp. ditemukan melimpah pada sore hari. Cocopet
Forficula sp. merupakan serangga yang aktif pada sore-malam hari. Spesies ini
tersebar di Eropa, Afrika, dan Asia (Burr 1910). Cocopet F. auricularia
dilaporkan berpotensi sebagai pengendali hayati yang sangat efisien terhadap
hama tanaman apel (Dasineura mali) (He et al. 2008). Pada umumnya, ordo
Dermaptera hidup pada kulit pohon yang lapuk, pada bunga jantan kelapa sawit
yang telah membusuk, dan pada buah kelapa sawit yang padat (Kalshoven 1981).
Dermaptera bersifat predator, sehingga dapat berperan dalam pengendalian hayati.
Pada tanaman kelapa sawit, Dermaptera memangsa larva E. kamerunicus,
sehingga menurunkan populasi kumbang tersebut (Tjahjadi 1989).
Spesies lain ditemukan adalah famili Drosophilidae, yaitu
Scaptodrosophila sp.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata jumlah individu
Scaptodrosophila paling banyak ditemukan pada siang hari (5 ekor) dibanding
dengan pagi (3 ekor) dan sore hari (2 ekor). Yuromiyati (2012) melaporkan bahwa
populasi Scaptodrosophila pada bunga jantan banyak ditemukan pada kisaran
suhu 30-34 oC dan intensitas cahaya 10.000-14.000 lux. Kusumawardani (2011)
melaporkan bahwa selain E. kamerunicus, genus Scaptodrosophila merupakan
serangga yang banyak ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di kebun
Cikasungka, Bogor. Lalat Scaptodrosophila tersebar luas di Asia tropik dan genus
ini makan atau berkembang biak pada buah, bunga, dan daun (Bock 1978).
Serangga lain yang ditemukan pada bunga kelapa sawit adalah semut.
Semut merupakan serangga sosial yang dapat berperan baik sebagai predator,
herbivor, maupun detrivor (Holldobler dan Wilson 1990). Semut termasuk ke
dalam famili Formicidae dengan 16 subfamili yang tersebar diberbagai habitat
(Bolton 1994). Keenam spesies semut yang ditemukan berkunjung pada bunga
betina kelapa sawit termasuk dalam tiga subfamili, yaitu Leptanillinae (Leptanilla
sp.), Formicinae (Camponotus sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp., Polyrhachis
sp.), dan Ponerinae (Odontoponera sp.). Leptanillinae merupakan subfamili yang
dikenal sebagai semut yang memiliki prajurit berukuran kecil. Subfamili
Leptanillinae dapat ditemukan di wilayah Indo-Australian, Palaeartic, dan
Oriental (Bolton 1994). Semut Leptanilla sp. juga ditemukan di Kebun Raya
Bogor, Jawa Barat dengan jumlah pekerja mencapai 300 individu (Billen et al.
1998). Formicinae merupakan subfamili terbesar kedua setelah subfamili
Myrmicinae (Borror et al. 1996). Spesies yang ditemukan dari subfamili ini
adalah Camponutos sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp., dan Polyrhachis sp..
Pada penelitian ini, Camponotus sp. terdapat dalam jumlah banyak (11 ekor, 55%)
jika dibandingkan dengan spesies semut lain yang ditemukan berkunjung pada
bunga betina kelapa sawit. Semut Camponotus juga banyak ditemukan pada
bunga jantan kelapa sawit di perkebunan Cikasungka, Bogor (Kusumawardhani
2011). Pada pohon Sonneratia alba di kawasan bakau, Camponotus memiliki
10
sarang yang berukuran kecil dan tersebar di batang pohon dan semut ini
merupakan serangga yang paling dominan (Nielsen 2000). Semut Camponotus
merupakan semut yang umum dan selalu ditemukan di setiap habitat diseluruh
wilayah penyebaran (Agosti et al. 2000). Kusumawardhani (2011) melaporkan
bahwa Camponotus berpotensi sebagai predator kumbang E. kamerunicus di
kebun Cikasungka, Bogor.
Semut lain yang ditemukan di bunga betina kelapa sawit ialah Oecophylla
sp.. Pfeiffer et al. (2008) melaporkan bahwa O. smaragdina termasuk spesies
yang dominan di perkebunan kelapa sawit di Semenanjung Melayu, Malaysia.
Spesies ini merupakan salah satu semut arboreal yang bersarang di bagian tajuk
pohon (Kalshoven 1981). Semut Oecophylla bersifat predator dan agresif,
sehingga sering digunakan sebagai agen pengendali hayati (Mele dan Cuc 2000).
Semut O. smaragdina dapat menurunkan serangan hama bagworm (Pteroma
pendula) pada tanaman kelapa sawit di perkebunan Teluk Intan, Malaysia (Pierre
dan Idris 2012). Berdasarkan hasil penelitian, Oecophylla sp. ditemukan pada
setiap periode waktu pengamatan. Puncak aktivitas Oechophylla terjadi pada
siang hari, yaitu pukul 13.00-14.00. Harlan (2006) melaporkan bahwa O.
smaragdina memiliki puncak aktivitas pada kisaran waktu antara pukul 09.0011.00 dan pukul 13.00-15.00. Semut O. smaragdina tersebar di India, Asia
Tenggara, dan Australia (Holldobler dan Wilson 1990).
Semut Plagiolepis termasuk genus polygynous (dalam koloni terdapat
banyak ratu) yang menyebabkan genus ini mempunyai banyak sarang (Thurin dan
Aron 2007). Fitria (2013) melaporkan bahwa genus Plagiolepis (subfamili
Formicinae) merupakan genus dengan jumlah individu paling banyak yang
ditemukan mengunjungi bunga jantan kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit
Cimulang, Bogor. Berbeda dengan hasil penelitian ini, Plagiolepis sp. yang
ditemukan pada bunga betina kelapa sawit dalam jumlah individu yang sedikit.
Konsentrasi senyawa volatil yang dihasilkan oleh bunga jantan kelapa sawit
antesis lebih tinggi dibandingkan dengan bunga betina reseptif, sehingga semut
akan lebih tertarik mengunjungi bunga jantan kelapa sawit (Susanto et al. 2007).
Spesies semut lain yang ditemukan adalah Polyrhachis sp.. Polyrhachis terdiri
dari 639 spesies dan dapat ditemukan di daerah tropis, seperti Afrika, Asia dan
Australia. Semut Polyrhachis termasuk semut arboreal (Agosti et al. 2000) dan
terrestrial (Yamane 2009). Pada umumnya, Polyrhachis memakan nektar dan
serangga lain (Morley 1953). Hasil penelitian menunjukkan Polyrhachis sp.
merupakan spesies dengan rerata jumlah individu paling sedikit (1 ekor, 5%)
ditemukan dibandingkan dengan spesies semut yang lain.
Spesies semut yang ditemukan dari subfamili Ponerinae dalam penelitian ini
adalah Odontoponera sp.. Spesies ini tersebar di wilayah Indomalayan (Agosti et
al. 2000). Anggota subfamili Ponerinae bersarang di tanah (Borror et al. 1996).
Bruhl dan Eltz (2010) melaporkan bahwa Odontoponera merupakan salah satu
genus yang mendominasi perkebunan kelapa sawit di Sabah, Malaysia. Pada
pengamatan ini, semut Odontoponera sp. sering mengganggu kumbang E.
kamerunicus. Genus Odontoponera juga dilaporkan sebagai predator rayap dan
semut kecil lainnya (Agosti et al. 2000).
Keragaman spesies serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit di
siang dan sore hari lebih tinggi dibandingkan dengan pagi hari. Pada umumnya
nilai keragaman serangga pengunjung tinggi pada pagi hari, seperti pada bunga
11
tomat (Lycopersicon esculentum Mill) (Fajarwati et al. 2009) dan caisin (Brassica
rapa) (Atmowidi et al. 2007). Tingginya keragaman serangga pengunjung pada
pagi hari berkaitan dengan kelimpahan bunga (Atmowidi et al. 2007), senyawa
volatil yang dihasilkan (Misztal 2010), dan faktor lingkungan (Dafni 1992). Nilai
indeks keragaman yang rendah pada pagi hari dalam penelitian ini disebabkan
karena sangat dominannya kumbang E. kamerunicus. Rerata kunjungan kumbang
E. kamerunicus mencapai 118 ekor/10 menit pada pagi hari, sedangkan rerata
jumlah individu serangga lain kurang dari 12 ekor/10 menit. Komal (2011) juga
melaporkan frekuensi rerata kunjungan kumbang E. kamerunicus pada pagi hari
mencapai 130 ekor/10 menit. Berdasarkan kriteria Krebs (1999), indeks
keragaman serangga pengunjung yang diamati pada siang dan sore hari tergolong
kategori sedang (1< H’< 3), sedangkan pada pagi hari tergolong kategori rendah
(H’<1). Penyebaran spesies pada siang dan sore hari lebih tinggi (E = 0,61-0,80)
dibandingkan pagi hari (E = 0-0,20).
Kesamaan spesies serangga pengunjung antara siang-sore hari lebih tinggi
(CN=62%) dibandingkan pagi-sore hari (CN=26%). Hal ini dipengaruhi oleh
jumlah individu masing-masing serangga yang terdapat pada setiap periode
pengamatan dan adanya serangga yang dominan, yaitu E. kamerunicus. Hasil
analisis menunjukkan bahwa keempat faktor lingkungan yang diukur tidak
berpengaruh terhadap jumlah serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit.
Kecepatan angin memiliki nilai korelasi yang paling besar (r = -0,21)
dibandingkan dengan ketiga faktor lingkungan yang lainnya. Semakin tinggi
kecepatan angin maka jumlah kunjungan serangga akan semakin rendah.
Aktivitas terbang kumbang E. kamerunicus dapat terganggu pada kecepatan angin
yang tinggi (Aminah 2011).
Suhu udara mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitas
serangga (Speight et al. 1999). Umumnya lebah dapat terbang dengan baik pada
saat suhu toraknya sekitar 35-45 oC (Heinrich 1979). Serangga pengunjung yang
ditemukan pada bunga betina kelapa sawit umumnya pada kisaran suhu 26-29 oC.
Intensitas cahaya berpengaruh terhadap termoregulasi suhu tubuh serangga.
Populasi Scaptodrosophila melimpah pada kisaran intensitas cahaya 10.00014.000 lux (Yuromiyati 2012). Setiap serangga membutuhkan intensitas cahaya
yang berbeda untuk aktivitasnya, seperti mencari pakan dan menentukan tempat
tinggalnya (Borror et al. 1996). Kelembapan udara dapat menghambat aktivitas
serangga, sehingga spesies tersebut tidak mampu berkembang dan memperluas
wilayah pencarian pakan (Torres 1984).
Berdasarkan hasil penghitungan polen, satu ekor kumbang jantan E.
kamerunicus dapat membawa polen lebih banyak (1604 polen) dibandingkan
dengan kumbang betina (719 polen). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
Dhileepan (1992), bahwa kumbang jantan E.kamerunicus dapat membawa polen
lebih banyak (570-2650 polen) dibandingkan dengan kumbang betina (270-1710
polen). Kumbang jantan E. kamerunicus mampu membawa lebih banyak polen,
karena umumnya ukuran tubuhnya (3-4 mm) lebih besar dibandingkan ukuran
tubuh kumbang betina (2-3 mm), selain itu rambut-rambut halus pada kumbang
jantan lebih banyak (Susanto et al. 2007). Kumbang jantan memiliki rambut pada
bagian sternal dan dorsal yang lebih panjang (57,40 µm dan 26,51 µm)
dibandingkan dengan kumbang betina (36,50 µm dan 4,80 µm) dan hanya
kumbang jantan yang memiliki rambut pleural sebagai lokasi penempelan polen
12
terbanyak (Gambar 2) (Dhileepan 1992). Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa polen yang menempel pada tubuh kumbang di bunga betina kelapa sawit
lebih sedikit dibandingkan dengan polen yang menempel pada tubuh kumbang
yang berada di bunga jantan. Dhileepan (1992) melaporkan bahwa polen yang
menempel pada bagian dorsal tubuh kumbang akan berkurang pada saat terbang,
sehingga hanya 54-83% dari total polen yang menempel pada tubuh kumbang
dapat ditransfer oleh kumbang ke bunga betina kelapa sawit.
SIMPULAN
Serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit yang ditemukan di PTPN
VIII, AFD IV Parabon, Kebun Sukamaju Sukabumi terdiri dari 11 spesies, yaitu E.
kamerunicus (Coleoptera), Chelisoches sp., Forficula sp. (Dermaptera),
Scaptodrosophila sp. (Diptera), Camponotus sp., Oecophylla sp., Plagiolepis sp.,
Polyrhachis sp., Leptanilla sp., Odontoponera sp. (Hymenoptera), dan Thrips
hawaiiensis (Thysanoptera). Serangga pengunjung yang dominan dominan ialah E.
kamerunicus, diikuti oleh Camponotus sp.. Kesamaan spesies serangga
pengunjung pada siang-sore hari lebih tinggi dibandingkan dengan pagi-siang dan
pagi-sore hari. Keempat faktor lingkungan yang diukur tidak berpengaruh
terhadap jumlah individu serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit. Rerata
polen yang dibawa kumbang E. kamerunicus jantan ialah 1604 polen dan
kumbang betina ialah 719 polen.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah.
2011. Frekuensi kunjungan kumbang penyerbuk Elaeidobius
kamerunicus pada bunga betina tanaman kelapa sawit di perkebunan
PTPN VIII Cikasungka, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Agosti D, Majer DJ, Alonso LE, Schultz TR. 2000. ANTS. Standard Methods For
Measuring and Monitoring Biodiversity. Washington (US): Smithsonian
Institution Pr.
Atmowidi T, Buchori D, Manuworoto S, Suryobroto B, Hidayat P. 2007.
Diversity of insect pollinators and seed set of mustard (Brassica rapa:
Brassicaceae). Hayati 14:155-161.
Billen J, Ito F, Maile R, Morgan ED. 1998. The mandibular gland, probably the
source of the alarm substance in Leptanilla sp. (Hymenoptera,
Formicidae) Naturwissenschafte 85:596-597.
Bock IR, Parsons PA. 1978. The subgenus Scaptodrosophila (Diptera:
Drosophilidae). Syst Entomol 3: 91-102.
Bolton B. 1994. The Identification Guide to the Ant Genera of The World.
Cambridge Massachusetts (US): Harvard Univ.Pr.
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga
Ed. ke-6. Yoyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
13
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2012. Produksi perkebunan besar menurut jenis
tanaman, Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Feb 17]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php.
Bruhl CA, Eltz T. 2010. Fuelling the biodiversity crisis: species loss of grounddwelling forest ants in oil palm plantations in Sabah, Malaysia (Borneo).
Biodivers Conserv 19:519-529.
Burr M. 1910. The Fauna of British India: Dermaptera. London (GB): Fleet
Street.
Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A Pratical Approach. Oxford (US): Univ Pr.
Dejean A. 1990. Circadian rhythm of Oecophylla longinoda in relation to
territoriality and predatory behavior. J Physiol Entomol 15(4): 393-400.
Dhileepan K. 1992. Pollen carrying capacity, pollen load and pollen transferring
ability of the oil palm pollinating weevil Elaeidobius kamerunicus Faust
in India. Oleagineux 47: 55-61.
Famukti DA. 2013. Keanekaragaman cocopet (ordo Dermaptera) pada bunga
jantan kelapa sawit di kebun Cimulang PTPN VIII Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fitria N. 2013. Komunitas semut pada bunga jantan kelapa sawit di kebun
Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Fajarwati MR, Atmowidi T, Dorly. 2009. Keanekaragaman serangga pada bunga
tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di lahan pertanian organik. J
Entomol Indones 6:77-85.
Haas F, Gorb S. 2004. Evolution of locomory attachment peds in the Dermaptera
(insect). Arthropod Struc Dev 33: 45-66.
Harlan I. 2006. Aktivitas pencarian makan dan pemindahan larva semut rangrang
Oecophylla smaragdina (Formicidae: Hymenoptera) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
He XZ, Wang Q, Xu J. 2008. European earwig as a potential biological control
agent of apple leaf-curling midge. New Zealand Plant Protection 61:343349.
Heinrich B. 1979. Bumblebee Economics. Cambridge Massachusetts (US):
Harvard Univ.Pr.
Holldobler B, Wilson EO. 1990. The Ants. Cambridge Massachusetts (US): The
Belknap Pr of Harvard Univ Pr.
Hutahuruk CH, Sipayung A, Soedharto PS. 1982. Elaeidobius amerunicus hasil
uji kekhususan inang dan peranannya sebagai penyerbuk kelapa sawit.
Bull PPM 3: 7-21.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Kearns CA, Inouye DW. 1993. Techniques for Pollination Biologist. Colorado:
Univ Pr of Colorado.
14
Komal. 2011. Frekuensi kunjungan kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus
pada bunga betina tanaman kelapa sawit di perkebunan PTPN VIII
Cimulang, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Krebs. 1999. Pollinator as bioindicators of the state the environment: species,
activity and diversity. Agric Ecosyt Environ 74:373-393.
Kusumawardhani G. 2011. Keragaman serangga pengunjung bunga jantan kelapa
sawit (Elaeis guineesis Jacq.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Labarca MV, Portillo E, Narvaez YZ. 2007. Relationship between inflorescences,
climate and the pollinating in oil palm (Elaeis guineensis Jacquin)
plantations located in south lake of Maracaiba, Zulia state. Rev Fac
Agron 24: 303-320.
Lajis NH, Hussein MY, Toia RF. 1985. Extraction and identification of the main
compound present in Elaeis guineensis flower volatiles. Pertanika 8:
105-108.
Lewis T. 1973. Thrips, Their Biology, Ecology and Economic Importance.
London (GB): Academic Pr. Inc. Ltd.
Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey:
Princeton Univ Pr.
Mele PV, Cuc NTT. 2000. Evolution and status of Oecophylla smaragdina
(Fabricius) as a pest control agent in citrus in the Mekong Delta, Vietnam.
Int J Pest Management 46: 295–301.
Misztal PK, Owen SM, Guenther AB, Rasmussen R, Geron C, Harley P, Phillips
GJ, Ryan A, Edwards DP, Hewitt CN et al. 2010. Large estragole fluxes
from oil palm in Borneo. J Atmos Chem Phys 10: 1517-1557.
Morley DW. 1953. The Ant World. London (GB): Riverside Books Pty Ltd.
Mound LA, Kibby G. 1998. Thysanoptera an Identification Guide, 2nd Ed.
London (GB): CAB International.
Mound LA. 2006. Taxonomy of The Insect Order Thysanoptera. Taxonomy
Workshop No. 1 (Thrips); Malaysia, 3-7 Juli 2006. Malaysia: Institute of
Biological Science, University Malaya, Kuala Lumpur.
Mound LA, Azidah AA. 2009. Species of the genus Thrips (Thysanoptera) from
Penisular Malaysia, with a checklist of recorded Thripidae. Zootaxa
2023: 55-68.
Nielsen MG. 2000. Distribution of the ant (Hymenoptera: Formicidae) fauna in
canopy of the mangrove tree Sonneratia alba J. Smith in Northern
Australia. Aus J Entomol 39: 275-279.
Oosterbroek P. 1998. The Families of Diptera of The Malay Archipelago. Boston:
Brill.
Pfeiffer M, Tuck CH, Lay TC. 2008. Exploring arboreal ant community
composition and co-occurrence patterns in plantation of oil palm Elaeis
guinensis in Borneo and Peninsular Malaysia. Ecography 31: 21-32
Pierre EM, Idris AH. 2012. Studies on the predatory activities of Oecophylla
smaragdina (Hymenoptera: Formicidae) on Pteroma pendula
(Lepidoptera: Psychidae) in oil palm plantations in Teluk Intan, Perak
(Malaysia). Asian Myrmecology 5: 161-174.
15
Speight MR, Hunter MD, Watt AD. 1999. Ecology of Insect. UK: Blackwell
Science.
Susanto A, Purba RY, Prasetyo AE. 2007. Elaeidobius kamerunicus: Serangga
Penyerbuk Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Syed RA, Law IH, Corley RHV. 1982. Insect pollination of oil palm introduction,
establishment, and pollinating efficiency of Elaeidobius kamerunicus in
Malaysia. Planter 58: 547-561.
Tandon R, Manohara TN, Nijalingappa BHM, Shivana KR. 2001. Pollination and
pollen-pistil interaction in oil palm, Elaeis guineensis. Ann Bot 87: 831838.
Thurin N, Aron S. 2007. Seasonal nestmate recognition in the polydomous ant
Plagiolepis pygmaea. Anim Behav 75:1023-1030.
Tjahjadi N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius
Torres JA. 1984. Diversity and distribution of ant communities in Puerto Rico.
Biotropica 16: 296-303.
Wheeler MR. 1982. The Genetic and Biology of Drosophila. London (GB):
Academic Pr.
Yamane S. 2009. Odontoponera denticulata (F. Smith) (Formicidae: Ponerinae), a
distinct species inhabiting disturbed areas. ARI 32: 1-8.
Yuromiyati AE. 2012. Populasi Scaptodrosophila Duda (Diptera: Drosophilidae)
pada bunga jantan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di kebun
Cimulang PTPN VIII Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
16
Lampiran 1 Deskripsi spesies serangga pengunjung bunga betina kelapa sawit di
PTPN VIII AFD IV Parabon, kebun Sukamaju, Sukabumi
Ordo Coleoptera
Elaeidobius kamerunicus
Spesies ini memiliki panjang tubuh 2-4 mm, bentuk tubuh seperti elips
memanjang dan berwarna cokelat kehitaman, terdapat sepasang sayap depan yang
tebal (elytra) dan sepasang sayap belakang yang tipis (membraneus). Spesies
jantan memiliki moncong lebih pendek dan memiliki bulu-bulu halus yang lebih
banyak dibandingkan dengan spesies betina. Ciri spesifik spesies jantan yaitu
memiliki tonjolan pada pangkal elytra.
Ordo Dermaptera
Chelisoches sp.
Memiliki antenna terdiri dari 15-21 segmen, ukuran tubuh medium, tubuh
berwarna hitam kecokelatan, pronotum sama lebarnya dengan kepala, bagian
posterior pronotum membulat, elytra halus, sayap berkembang dengan baik, tarsus
berwarna kecokelatan.
Forficula sp.
Antena terdiri atas 10-15 ruas, tubuh cembung dan berwarna kekuningkuningan atau kecokelat-cokelatan, pronotum berbentuk kotak, elytra halus dan
berkembang dengan baik, sayap jelas terlihat atau absen, tungkai ramping,
pigidium jelas terlihat.
Ordo Diptera
Scaptodrosophila sp.
Spesies ini memiliki panjang tubuh sekitar 1,5 mm, warna tubuh kehitaman,
sayap hyaline tanpa ada daerah yang berwarna gelap, antena pendek, arista
dengan beberapa garis dorsal, terdapat bulu prescutellar acrostichal, scutum
dengan garis-garis memanjang berselang-seling.
Ordo Hymenoptera
Camponotus sp.
Spesies ini memiliki ciri antena terdiri 12 segmen mandibula terdapat lebih
dari 5-7 gigi, lubang kelenjar metapleural terlihat dari sisi metepleuron diatas
koksa kaki belakang dan dibawah spirakel propodeum, petiol tanpa duri atau gigi,
segmen pertama dari gaster pendek yaitu kurang dari total panjang gaster.
Oecophylla sp.
Oecophylla memiliki ciri antena terdiri dari 12 segmen, mandibula terdiri
dari 10 gigi, dan tungkai belakang terdapat lubang tetapi tidak terbuka
Plagiolepis sp.
Plagiolepis memiliki ciri antena terdiri 9-11, scape pada antena melebihi
batas belakang kepala, propedium tanpa gigi atau duri, permukaan atas dari petiol
membulat dan tidak memiliki gigi atau duri.
17
Polyrhachis sp.
Antena terdiri 12 segmen, ujung segmen dari antena tidak membentuk club,
mandibula biasanya terdiri dari 5-7 gigi, tidak terdapat lubang kelenjar
metapleural, terdapat duri atau gigi pada petiol, segmen pertama dari gaster sangat
panjang yaitu kurang lebih setengah dari total panjang gaster jika dilihat dari
bagian dorsal.
Leptanilla sp.
Spesies ini memiliki ciri-ciri panjang tubuh kurang dari 2,5 mm, mandibula
berbentuk segitiga dengan 3-5 gigi.
Odontoponera sp.
Odontoponera meiliki mandibula terdiri dari 5 gigi, mandibula tidak
berbentuk lurus, bagian basal dari mandibula tanpa lubang dorsolaterally rongga
antena dibelakang garis clypeus, lubang frontal jauh dibelakang garis clypeus.
Ordo Thysanoptera
Thrips hawaiiensis
Spesies ini memiliki tubuh berwarna cokelat dengan bagian toraks lebih
pucat dibandingkan dengan abdomennya, ukuran tubuh 1 mm, antena memiliki
tujuh segmen, pronotum meiliki dua pasang seta posteroangular panjang, posterior
margin dengan tiga pasang seta, metanotum dengan garis pola retikulasi
longitudinal di bagian tengah, terdapat campaniform sensilia, venasi pertama
sayap depan memiliki barisan seta yang tidak lengkap, panjang seta subapikal
pada
sayap
lebih
pendek
dibandingkan
seta
apikal.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 07 Januari 1991 dari pasangan
Hari Pramono dan Almh. Dewi Permanasari. Penulis merupakan anak pertama
dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di MTs Yasti
1 Cisaat, Sukabumi pada tahun 2002, dan SMAN 4 Sukabumi pada tahun 2008.
Setahun setelah itu penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
melalui ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah
Biologi Dasar pada tahun 2013 dan Fungsi Hayati Hewan pada tahun 2013.
Penulis juga aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA sebagai Bendahara
Departemen Sains dan Teknologi tahun 2010 dan Himpunan Mahasiswa Biologi
sebagai Anggota Pengembangan Sumber Daya Manusia tahun 2011.
Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan
penelitian dalam studi lapang mengenai Komunitas Serangga Kamuflase di Hutan
Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2011 dan praktik lapang di Balai
Inseminasi Buatan Lembang, Bandung mengenai Evaluasi Kualitas Semen Segar
Pejantan Sapi Simental pada tahun 2012. Karya tulis yang pernah dibuat oleh
penulis, yaitu Potensi Bakteri Filosfer pada Berbagai Tanaman Lalaban sebagai
Penghasil Senyawa Antibiotik pada tahun 2011, Inovasi Recovery Technology
Eco-Friendly Limbah Emas dengan Chitosan Terkoagulasi, Uji Efektivitas
Ekstrak Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum) sebagai Bahan Alternatif
Pengawet Tahu, dan Pengembangan Pertanian Organik melalui Introduksi
Dekomposer Sampah Dapur di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor pada tahun 2012.
Download