1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian
Airtanah merupakan salah satu sumber air alamiah yang penggunaannya
mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Airtanah merupakan
bagian dari siklus hidrologi yang terbentuk akibat infiltasi air hujan atau air
permukaan melalui pori-pori batuan hingga mencapai zona saturasi. Airtanah pada
zona saturasi terus bergerak dalam suatu sistem akuifer hingga akhirnya muncul
di permukaan baik secara alamiah maupun artifisial. Selama perjalanannya,
airtanah mengalami
interaksi dengan batuan yang dilaluinya
sehingga
menyebabkan perubahan komposisi airtanah. Perubahan ini tentunya berpengaruh
pada kondisi geokimia airtanah dan kualitas airtanah.
Variasi litologi yang dilalui oleh airtanah berpengaruh pada kondisi
geokimia airtanah. Misalnya saja airtanah pada batuan beku dan metamorf
cenderung memiliki kualitas yang baik sedangkan pada batuan sedimen memiliki
kualitas yang beragam (Davis dan DeWiest, 1966). Hal ini disebabkan perbedaan
komposisi mineral penyusun batuan dan kemampuan dari masing-masing mineral
untuk larut pada saat berinteraksi dengan airtanah untuk membentuk
kesetimbangan yang baru.
Cekungan
Airtanah Palangkaraya-Banjarmasin
merupakan
cekungan
airtanah antar propinsi dengan luas total 95.980 km² dengan potensi airtanah
mencapai 31865 juta m³/tahun (Danaryanto, 2005). Cekungan airtanah ini pada
bagian timur tersusun oleh batuan pengisi Cekungan Sedimen Barito yang berasal
1
dari beberapa formasi, meliputi Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi
Warukin, dan Formasi Dahor. Keberagaman litologi pada daerah tersebut
tentunya akan berpengaruh pada kondisi geokimia airtanah sehingga menarik
untuk diangkat sebagai sebuah penelitian.
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui kondisi geokimia airtanah pada
Formasi Warukin dan Formasi Dahor pada Cekungan Airtanah PalangkarayaBanjarmasin bagian timur. Formasi Warukin dan Formasi Dahor merupakan
formasi batuan sedimen yang berpotensi menjadi akuifer airtanah. Hal ini dilihat
persebaran kedua formasi tersebut di permukaan yang bersesuaian dengan
persebaran Daerah Potensi Airtanah Rendah hingga Tinggi (ESDM, 2013). Kedua
formasi tersebut tersusun oleh litologi yang beragam yang berpotensi
mempengaruhi kondisi geokimia airtanah di dalamnya.
Penelitian mengenai geokimia airtanah khususnya pada Formasi Warukin
dan Formasi Dahor di Cekungan Airtanah Palangkaraya-Banjarmasin bagian
timur belum pernah dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya informasi
mengenai kondisi hidrogeologi dan geokimia airtanah pada Formasi Warukin dan
Formasi Dahor sehingga mendorong penyusun untuk melakukan penelitian pada
daerah tersebut. Selain itu, pada Formasi Warukin di daerah penelitian sedang
dilakukan kegiatan eksplorasi gas metan batubara (coal bed methane/CBM).
Apabila potensi gas metan batubara tersebut cukup ekonomis tentunya akan
dilanjutkan dengan kegiatan eksploitasi yang berpotensi untuk mempengaruhi
sistem airtanah dan kondisi geokimia airtanah pada daerah tersebut. Untuk itu
penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai rona
2
lingkungan awal yang menunjukkan kondisi sebelum dilaksanakan eksploitasi
CBM dan dapat digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui perubahan
kondisi hidrogeokimia airtanah yang akan terjadi setelah dilaksanakan eksploitasi
sumber daya CBM.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai karakteristik
geokimia airtanah pada Cekungan Airtanah Palangkaraya-Banjarmasin bagian
timur khususnya pada Formasi Warukin dan Formasi Dahor. Penelitian ini
diharapkan dapat mendukung perkembangan keilmuan khususnya di bidang
geokimia airtanah dan dapat dijadikan acuan rona lingkungan awal pada daerah
penelitian.
I.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi hidrogeologi daerah penelitian.
2. Untuk mengevaluasi sifat fisika-kimia dan tipe kimia airtanah di daerah
penelitian.
3. Untuk menentukan hubungan litologi akuifer dengan komposisi kimia
airtanah.
4. Untuk memahami keterkaitan hidraulika antara airtanah dangkal,
airtanah dalam dan mata air pada Formasi Warukin dan Formasi Dahor
di daerah penelitian.
I.3 Manfaat Penelitian
Manfaat
dari
penelitian
ini
berupa
informasi
mengenai
kondisi
hidrogeokimia airtanah pada daerah penelitian meliputi kondisi hidrogeologi
3
daerah penelitian, sifat fisika-kimia dan tipe airtanah, hubungan antara litologi
akuifer dengan komposisi kimia airtanah, dan keterkaitan hidraulika antara sistem
airtanah pada Formasi Warukin dan Formasi Dahor di Cekungan Airtanah
Palangkaraya-Banjarmasin bagian timur. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan dalam studi geokimia airtanah baik yang dilakukan pada lokasi yang sama
ataupun yang menggunakan metode yang sama untuk memecahkan permasalahan
geokimia airtanah pada lokasi yang akan diteliti. Lebih lanjut, penelitian ini juga
dapat dijadikan acuan rona lingkungan awal dan sebagai perbandingan kondisi
awal sebelum dan sesudah kegiatan eksploitasi CBM pada daerah penelitian.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
I.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bagian tenggara Pulau Kalimantan yang meliputi
beberapa daerah administrasi, yaitu Kab. Tabalong, Kab. Hulu Sungai Utara, Kab.
Hulu Sungai Tengah, dan Kab. Balangan yang merupakan bagian dari Propinsi
Kalimantan Selatan dan Kab. Barito Timur yang merupakan bagian dari Propinsi
Kalimantan Tengah. Lokasi penelitian berada pada zona 50S, 302534,956 342534,956 mT dan 9717273,268 - 9767273,268 mS. Area penelitian memiliki
panjang 50 km dan lebar 40 km dengan luas area sekitar 2000 km². Lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.
4
Kab. Tabalong
Kab. Barito Timur
Kab. Balangan
Kab. Hulu Sungai Utara
Kab. Hulu Sungai Selatan
Kab. Hulu Sungai Tengah
Selatan
Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian
1.4.2 Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada identifikasi kondisi geokimia airtanah pada
Formasi Warukin dan Formasi Dahor di Cekungan Airtanah PalangkarayaBanjarmasin bagian timur. Penelitian ini menggunakan data primer berupa data
ketinggian dan kedalaman muka airtanah serta data kondisi fisika-kimia airtanah
5
yang disertai pengambilan sampel airtanah dan batuan pada 16-26 Juni 2014
dibantu data sekunder berupa Peta Geologi Regional dan Citra Digital.
Data fisika-kimia airtanah diolah dan divisualisasikan dalam bentuk peta,
meliputi Peta Ketinggian Muka Airtanah, Peta Kedalaman Airtanah, dan Peta
Daya Hantar Listrik (DHL). Sampel airtanah dan batuan dianalisis di laboratorium
untuk mengetahui komposisi kimia penyusunnya. Sampel airtanah dianalisis
kandungan ion mayor pada Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BBTKLPP),
Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sampel batuan dianalisis dengan metode X-Ray Diffraction (XRD)
dan pengamatan petrografi. Peta Geologi Regional digunakan untuk membantu
menjelaskan kondisi geologi daerah penelitian dan Citra Digital digunakan untuk
membuat peta dasar.
Data tersebut kemudian digunakan untuk penentuan sifat fisika-kimia
airtanah, tipe airtanah, keterkaitan hidraulika sistem airtanah, dan prediksi litologi
yang dilalui airtanah dengan menggunakan pendekatan interpretatif kualitatif.
I.5 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai kondisi geokimia airtanah pada Formasi Warukin dan
Formasi Dahor di Cekungan Airtanah Palangkaraya-Banjarmasin belum pernah
dilakukan sebelumnya. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dan
membantu dalam penelitian mengenai geokimia airtanah, khusus pada daerah
penelitian.
6
I.6 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini ditemui keterbatasan, terutama yang berhubungan
dengan sampel airtanah. Keterbatasan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Singkapan pada lokasi penelitian cukup sulit ditemukan sehingga
pengambilan conto batuan hanya di beberapa tempat dan kurang
mewakili litologi yang menyusun Formasi Warukin dan Formasi Dahor
pada daerah penelitian.
2. Sampel airtanah yang dibawa dari lokasi pengambilan mengalami
guncangan selama di perjalanan sehingga memungkinkan terjadi
perubahan konsentrasi kimia terlarut pada airtanah meskipun hal ini
sudah diminimalisir dengan penggunaan cool box dan stereoform.
3. Pengangkutan sampel airtanah dari daerah penelitian ke Yogyakarta
menggunakan
pesawat
terbang
sehingga
dapat
mempengaruhi
konsentrasi ion yang terkandung dalam airtanah baik oleh guncangan
maupun kenaikan suhu.
I.7 Peneliti Terdahulu
Daerah penelitian merupakan bagian dari Cekungan Sedimen Barito.
Penelitian pada cekungan ini sudah dilakukan sejak sebelum kemerdekaan yang
berfokus untuk kepentingan eksplorasi minyak dan gas bumi.
Penelitian mengenai fisiografi Pulau Kalimantan dilakukan oleh Van
Bemmelen (1949) yang membagi Pulau Kalimantan menjadi dua bagian, yaitu
bagian barat dan bagian timur. Bagian barat berupa Pegunungan Kapuas Atas
yang berada di antara Lembah Rejang ke utara dan Cekungan Kapuas Atas serta
7
Lembah Batang Lupar ke selatan, kemudian Dataran Tinggi Madi yang berada
diantara Cekungan Kapuas Atas dan Sungai Melawi. Bagian timur berupa
rangkaian pegunungan pada bagian utara Kalimantan yang menerus hingga
Semenanjung Teluk Davel dan rangkaian pengunungan lainnya yang berakhir di
Semenanjung Mangkalihat.
Heryanto dan Sanyoto (1994) melakukan pemetaan geologi berskala 1 :
250.000 pada daerah Amuntai dan sekitarnya menghasilkan Peta Geologi Lembar
Amuntai, Kalimantan Selatan. Pada peta tersebut terdapat 11 unit stratigrafi yang
secara garis besar dapat dibagi menjadi batuan alas yang terbentuk pada Pra
Tersier, Tersier dan endapan Kuarter. Batuan alas berupa Batuan Malihan yang
terdiri dari amfibolit dan sekis epidot, Granit Belawayan yang terdiri dari
gabungan granit dan granodiorit, Batugamping Batununggal yang terdiri dari
batugamping Orbitolina dan breksi batugamping, Kelompok Haruyan yang
berupa breksi gunungapi dan basalt, dan Kelompok Pitap yang terdiri dari
batulanau terkersikan, batupasir terkersikan, dan konglomerat polimiks. Stratigrafi
batuan Tersier terdiri dari Formasi Tanjung yang tersusun oleh batupasir kuarsa
dan batulempung dengan sisipan batubara, Formasi Berai yang terdiri dari
batugamping berfosil, Formasi Warukin yang tersusun oleh batupasir kuarsa dan
batulempung dengan sisipan batubara, dan Formasi Dahor yang tersusun oleh
batupasir kuarsa lepas dan terpilah buruk. Endapan Kuarter berupa mineral kaolin,
lanau dengan sisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkah.
Satyana dan Silitonga (1994) menggambarkan struktur yang berkembang di
Cekungan Barito yang umumnya berupa lipatan yang berasosiasi dengan patahan
8
yang berarah barat laut – tenggara. Patahan dan lipatan tersebut menunjukkan pola
yang sejajar dan relatif berdekatan sehingga membentuk morfologi bergelombang.
Senthilkumar dan Elango (2013) melakukan studi mengenai proses
geokimia yang mengontrol kualitas airtanah pada bagian bawah dari Cekungan
Sungai Palar di India Selatan. Pada penelitian tersebut mereka melakukan analisis
pada 39 sampel airtanah dan data geokimia lapangan sperti pH, Eh, EC, Ca, Mg,
Na, K HCO3, CO3, Cl, dan SO4 dengan menggunakan metode diagram trilinear
dan model reaksi kesetimbangan massa NETPATH untuk mengetahui pertukaran
ion. Mereka menemukan bahwa airtanah pada lokasi tersebut memiliki
konsentrasi Ca yang tinggi akibat pelepasan Ca oleh material akuifer dan
penyerapan Na akibat terjadinya pertukaran ion. Kualitas airtanah pada daerah
tersebut baik dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum dan irigasi.
Singh dkk. (2014) melakukan studi hidrogeokimia dan kualitas airtanah
pada distrik 24-Parganas, Bengal Barat, India. Pada penelitian tersebut dilakukan
analisis terhadap 39 sampel airtanah dan data hidrogeokimia airtanah dengan
menggunakan diagram fingerprint dan durov. Kondisi hidrogeokimia airtanah
menunjukkan nilai pH yang relatif netral hingga basa (6,8-8,1) dan nilai EC yang
tinggi (540-1.300 𝜇S/cm). Ion utama yang dominan pada airtanah berupa ion
kalsium dan bikarbonat dimana ion natrium, kalium, klorida dan sulfat memiliki
konsentrasi yang bervariasi. Penelitian tersebut menunjukkan tingkat pelapukan
silikat dan pertukaran ion yang dominan dalam mengontrol komposisi kimia
airtanah dimana terjadi pergantian kalsium dan magnesium yang terdapat pada air
dengan natrium dan potasium yang terdapat pada batuan.
9
Download