BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat IPA Ilmu

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hakikat IPA
Ilmu sains merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
gejala-gejala alam. Khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan
sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran. Ilmu sains merupakan produk temuan saintis dan proses (kerja ilmiah).
Oleh sebab itu, dalam penilaian dan pembelajaran IPA harus memperhatikan
karakteristik ilmu sains sebagai produk dan proses (Puskur,2003:5).
IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta
saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods)
yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically),
nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes) (Depdiknas, 2006).
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa, “Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk menerapkan proses inkuiri, sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar. IPA merupakan konsep belajar yang nyata dapat dilihat
dapat dirasa yang ada disekitar kita.
Berdasarkan uraian diatas mendefinisikan IPA sebagai ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan alam. IPA lebih bersifat memberikan pengalaman
5
6
belajar pada siswa.siswa dituntut untuk mencari fakta-fakta di lingkungan sekitar
berdasarkan permasalahan yang ada. Pencarian fakta-fakta dengan cara
eksperimen atau percobaan, ketika siswa telah menemukan fakta, konsep tentang
permasalahan maka siswa akan menemukan jawaban dari permasalahan. IPA
merupakan pembelajaran yang dapat dilihat dan dirasa.
Menurut para ahli pembelajaran IPA kepada siswa harus menggunakan
pendekatan inkuiri sehingga siswa dapatmenemukan pemahamannya sendiri
tentang konsep alam. Sehingga siswadapat lebih berfikir, bersikap, dan bekerja
secara ilmiah.
Dengan demikian IPA dapat diartikan sebagai kumpulan konsep ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam sekitar
secara ilmiah dengan cara eksperimen dan observasi.
2.1.2. Hasil Belajar
2.1.2.1. Pengertian Hasil Belajar
Semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda menurut
Reigeluth sebagaimana dikutip Keller dalam Rusmono (2012,1)
Sedangkan menurut
Bloom
(dalam
Rusmono,2012:8), hasil
belajar
merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuan-tujuan belajar yang
berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengengembangan
kemampuan intelektual dan ketrampilan. Ranah afekitf meliputi tujuan-tujuan
belajar yang menjelaskan perubahan sikap minat, nilai-nilai, dan pengembangan
apresiasi serta penyesuaian. Ranah psikomotorik mencakup perubahan prilaku
yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulatif fisik
tertentu.
Menurut Rusmono (2012: 10) hasil belajar adalah perubahan prilaku individu
yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan prilaku tersebut
diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melalui
interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
7
Menurut kutipan para ahli diatas, hasil belajar merupakan perubahan tingkah
laku. Perubahan tingkah laku tersebut dipengaruhibeberapa faktor, baik faktor
eksternal ataupun faktor internal. Perubahan perilaku tersebut meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri masing-masing siswa. Perubahan
perilaku ini akan didapat siswa setelah menjalani proses belajar. Peribahan prilaku
yang diharapkan adalah dari siswa tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang dipengaruhi beberapa faktor.
Perubahan tingkah meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri seorang.
Perubahan perilaku didapat karena adanya proses belajar dan interaksi dengan
lingkungan sekitar.
2.1.3. Motivasi Belajar
2.1.3.1. Pengertian Motivasi Belajar
Djamarah (2002: 114) mengemukakan, motivasi adalah suatu pendorong
yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur
(2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu
akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik.
Dale H. Schunk dan Judith L Meece (2012:6) mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu proses diinisiasikannya dan dipertahankannya aktivitas
yang diarahkan pada pencapaian tujuan.
Hakikat motivasi belajar menurut Hamza Uno (2003: 23). adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur
yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi dalam belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
8
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
Adanya penghargaan dalam belajar.
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai
sebuah tujuan belajar. Dorongan dalam diri seseorang memicu sebuah tindakan
yang bertujuan mewujudkan keinginan atau tujuan belajarnya. Jika seorang siswa
tidak memiliki motivasi belajar maka siswa tersebut tidak akan melakukan proses
belajar. Motivasi belajar yang tinggi akan menumbuhkan rasa ingin tahu yang
lebih. Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh beberapa indikator.
Jadi motivasi belajar adalah suatu kondisi yang mendorong diri seseorang
untuk belajar dalam mencapai tujuan belajar. Jika seseorang tidak memiliki
motivasi belajar maka orang tersebut tidak akan melakukan aktivitas belajar.
2.1.3.2. Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2014:84-86), bahwa motivasi bertalian dengan suatu
tujuan dan mempengaruhi adanya suatu kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motifasi:
1. Motivasi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Motifasi memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuan.
3. Menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
9
2.1.4. Problem Based Learning
2.1.4.1. Pengertian PBL
Pendapat Dewey, Problem Based Learning adalah interaksi antara stimulus
dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah,
sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif
sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari
pemecahannya dengan baik ( Trianto 2011: 67).
Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010:241) mengemukakan bahwa
Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang
berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana
belajar.
Sedangkan menurut Moffit (dalam Depdiknas, 2002:12) (dalam Rusman,
2010:241) Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Model pembelajaran Problem Based Learning ini lebih mendekatkan siswa
untuk menggali kemampuan berfikir secara ilmiah. Siswa dituntut berfikir tingkat
tinggi. Dengan siswa memecahkan masalah siswa sudah memulai belajar berfikir
tingkat tinggi. Dengan guru memberikan stimulus agar siswa dapat berpikir
tingkat tinggi, siswa akan mendapatkan pengetahuan beserta konsep materi
pelajaran.
Problem Based Learning merupakan proses pembelajaran berdasarkan
masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang mendorong peserta didik
untuk lebih berfikir secara kritis dan analisis dalam belajar, sehingga siswa dapat
memecahkan suatu masalah sendiri maupun berkelompok. Model pembelajaran
ini dapat mendorong siswa mendapatkan pengalaman belajarnya sedniri.
10
2.1.4.2. Karateristik, Tujuan, dan Ciri-Ciri Problem Based Learning
Karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut (dalam
Rusman, 2010:232-233):
a.
b.
permasalahan menjadi starting point dalam belajar;
permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia
nyata yang tidak terstruktur;
c. permasalahan membutuhkan prespektif ganda (multi prespective);
d. permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar;
e. belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
f. pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informsi merupakan proses yang esensil dalam PBL;
g. belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h. pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan;
i. keterbukaan masalah dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar; dan
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
Ibrahim dan Nur mengemukakan tujuan Problem Based Learning secara
rinci, yaitu (dalam Rusman, 2010:242):
a.
membantu
siswa
mengembangkan
kemampuan
berpikir
dan
memecahkan masalah,
b.
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata,
c.
menjadi para siswa yang otonom.
Ciri-ciri strategi PBL, menurut Baron (dalam Rusmno 2012: 4), adalah:
a.
menggunakan masalah dalam dunia nyata,
b.
pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah,
c.
tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan
d.
guru berperan sebagai fasilitator.
11
2.1.4.3. Tahap Problem Based Learning
Mohamad Nur (dalam Rusmono, 2012: 61) memberikan lima tahap Problem
Based Learning sebagai berikut:
Tahap Pembelajaran Model Problem Based Learning
Tabel 2.1
Prilaku Guru
Tahap
Tahap 1:
Mengorganisasikan
masalah
siswa
Guru menginformasikan tujuan-tujuan
pembelajaran,
mendeskripsikan
kepada kebutuhan-kebutuhan logistik penting,
dan memotivasi siswa agar terlibat dalam
kegiatan pemecahan masalah yang
mereka pilih sendiri
Tahap 2:
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan
mengatur tugas-tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang ada
Tahap 3:
Guru mendorong siswa mengumpulkan
Membantu penyelidikan mandiri dan informasi yang sesuai, melaksanakan
kelompok
eksperimen, mencari penjelasan, dan
solusi
Tahap 4:
Guru
membantu
siswa
dalam
Mengembangkan dan mempresentasikan merencanakan dan menyiapkan hasil
hasil karya serta pameran
karya yang sesuai seperti laporan,
rekaman video, dan model, serta
membantu mereka
Tahap 5:
Guru membantu mereka melakukan
Menganalisis dan mengevaluasi proses refleksi atas penyelidikan dan prosespemecahan masalah
proses yang mereka gunakan
Forgarty (dalam Rusman, 2010: 243) mengemukakan tahapan yang akan
dilalui siswa dalam sebuah proses Problem Based Learning adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
menemukan masalah,
mendefinisikan masalah,
menggunakan fakta dengan menggunakan KND,
pembuatan hipotesis,
penelitian,
rephrasing masalah,
menyuguhkan alternatif, dan
12
8.
mengusulkan solusi.
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan atau hampir sama dengan variabel
model Problem Based Learning dan hasil belajar yang akan dilakukan ini,
diantaranya:
Penelitian yang dilakukan Frizta Wahyu Pety (2013) “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alammelalui model Problem Based
Learning Siswa Kelas 4 SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan
Semester II tahun2012/2013”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
peneleti menunjukan bahwa setelah dilaksanakan perbikan hasil belajar IPA
tentang materi Sumber Daya Alam melalui siklus Idan siklus II dengan model
Problem Based Learning telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa. Hal tersebut terlihat dari peningkatan ketuntasan hasi belajar IPA sebelum
diadakan tindakan sebesar 29,17%, kemudian meningkat pada siklus I sebesar
66,7% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,7%. Simpulan dari penelitian ini
adalah hipotesis tindakan terbukti yaitu apabila pembelajaran menerapkan model
Problem Based Learning maka hasil belajar IPA bagi siswa kelas 4 SDN 6 Depok
pada semester II tahun ajaran 2012/2013 akan meningkatka.
Penelitian yang hampir sama dengan variabel hasil belajar dan motivasi
belajar adalah penelitian ynag dilakukan oleh Angga Adi Wicaksono dengan judul
penelitian “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
terhadap motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Kandangan 03
Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012”. Peneliti menyimpulkan sebagai
berikut: (1) Terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol ditinjau dari perbedaan penerapan metode pembelajaran dengan
nilai signifikansi 0,015 < 0,05. Ini berarti metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih baik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan
tokoh-tokoh penting peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan hasil
rata-rata skor angket motivasi akhir untuk kelas eksperimen sebesar 70,32 dan
hasil rata-rata skor angket motivasi akhir untuk kelas kontrol sebesar 66,25, (2)
13
Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol ditinjau dari penerapan metode pembelajaran dengan nilai signifikansi
0,006 < 0,05. Dengan demikian metode pembelajaran pembelajaran kooperatif
lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan
tokoh-tokoh penting peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan hasil
rata-rata nilai hasil belajar posttest untuk kelas eksperimen sebesar 79,8 dan hasil
rata rata nilai hasil belajar posttest untuk kelas kontrol sebesar 70,125.
Peneliti juga menyimpulkan indikator kinerja yang peneliti yang dilakukan
oleh peneliti, hasil dari penelitian yang peneliti dapatkan, sebagai berikut: (a) 75%
siswa di kelas eksperimen mendapatkan skor angket motivasi ≥ 70 setelah
mendapatkan perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Indikator ini
telah tercapai dengan hasil 76% siswa telah mendapat skor angket motivasi
belajar ≥ 70, (b) 75% siswa di kelas eksperimen mendapatkan nilai hasil belajar ≥
65 setelah mendapatkan perlakuan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Indikator ini telah tercapai dengan hasil 84% siswa telah mendapat nilai hasil
belajar posttest ≥ 65.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa model Problrm Based Learning
berpengaruh pada peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar terhadap siswa.
2.3. Kerangka Pikir
Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau
sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, di dalam proses
pembelajaran terdapat beberapa komponen penting, yakni guru, media belajar,
metode belajar, kurikulum/standar kompetensi dan lingkungan belajar, dimana ini
akan mempengaruhi cara guru dalam menyampaikan pelajaran yakni dengan
menggunakan
metode
yang
cocok.
Menciptakan
pembelajaran
yang
menyenangkan merupakan tugas guru untuk memecahkan faktor penghambat
tercapainya hasil belajar sebagai pendidik dari faktor eksternal siswa.
14
Selain itu juga IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap
membosankan. Dengan adanya model pembelajaran problem based learning
ditujukan untuk menggairahkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar
mengajar siswa kelas V SD Negeri Harjosari 2 Bawen, sehinga motivasi belajar
dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
2.4. Hipotesis Tindakan
Dari teori – teori yang dikemukakan di atas, maka sebelum dilakukan
pengambilan data, dalam penelitian dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan
sebagai dugaan awal peneliti yaitu :
a) Model Problem Based Learning dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa
kelas V SD Negeri Harjosari 2 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
b) Model Problem Based Learning dapat mempengaruhi hasil belajar siswa SD
Negeri Harjosari 2 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
Download