PENINGKATAN AKTIVITAS MURID MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MATA PELAJARAN IPA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH RUSMITRIYANI F 1083132098 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015 1 PENINGKATAN AKTIVITAS MURID MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MATA PELAJARAN IPA DI SD ARTIKEL PENELITIAN 2 PENINGKATAN AKTIVITAS MURID MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MATA PELAJARAN IPA DI SD Rusmitriyani, Tahmid Sabri, M Syukri Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Aktivitas belajar dengan menggunakan Cooperatif Learning Tipe STAD. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode diskriptif, jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dan sifat penelitian yaitu bersifat kolaboratif. Teknik pengumpul data yang digunakan yaitu Teknik observasi langsung. Penelitian ini dilaksanakan selama II, siklus dengan hasil yang diperoleh yaitu aktivitas belajar siklus I dengan rata – rata aktivitas fisik 86,66%, aktivitas mental 44,66%, aktifitas emosional 74,44%, dengan kategori kemampuan mengajar baik. Untuk siklus II, aktivitas fisik 91,10%, aktivitas mental 76,66%, aktivitas emosional 89,99%. Hasil belajar yang diperoleh murid mengalami peningkatan dari siklus I yaitu dengan rata-rata sebesar 77, 33, meningkat di siklus ke II menjadi sebesar 85,16. Dari data yang diperoleh dapat di simpulkan terjadi peningkatan Aktivitas belajar pada setiap siklus, pada akhir siklus Aktivitas belajar murid dikategorikan tinggi. Dengan demikian penelitian dengan menggunakan Tipe STAD dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan Aktivitas belajar murid kelas IV Sekolah Dasar Negeri 13 sungai Ambawang dan meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran IPA. Kata kunci : Aktivitas belajar Tipe STAD Pembelajaran IPA. Abstract: This study aims to improve learning activities using cooperative learning STAD type. The method used in this research is descriptive method, the type of research is a classroom action research (Classroom Action Research) and the nature of research that is collaborative. Data collection techniques used are direct observation techniques. The research was conducted during the second cycle with the results obtained by the learning activity with a mean cycle I 86.66% average physical activity, mental activity of 44.66%, 74.44% emotional activity, with good teaching skills category. For the second cycle, physical activity 91.10%, 76.66% mental activity, emotional activity of 89.99%. Student learning outcomes obtained an increase of the first cycle that with an average of 77, 33, increased in the second cycle to be at 85.16. From the data obtained it can be concluded increased learning activities in each cycle, at the end of the cycle of learning activities students categorized as high. Thus research using STAD type in science learning can improve student learning activity Public Elementary School fourth grade 13 Ambawang river and improve the ability of teachers in the process of learning science. Keywords: Learning activities Learning STAD type IPA. embelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan murid yang saling bertukar informasi. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan P 3 kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan berhasil bila terjadi perubahan pada sikap sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, perubahan tersebut dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran aktivitas belajar murid terjadi secara optimal. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh murid sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Murid dituntut untuk mampu melakukan aktivitas karena aktivitas tersebut akan menjadi pengalaman belajar yang didapat murid melalui kegiatan pembelajaran, jadi hasil belajar yang didapat merupakan hasil dari aktivitas atau pengalaman nyata yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Permasalahan saat pembelajaran, dapat dilihat dari murid kurang menyimak penjelasan guru, banyak murid tidak mencatat materi pembelajaran, hanya beberapa murid saja yang menjawab pertanyaan guru dan oleh murid yang itu-itu saja, sedikit murid yang berani mengerjakan soal di papan tulis, sedikit murid yang berani bertanya mengenai materi yang belum dimengerti, dan tidak semua murid bersungguh-sungguh mencari jawaban sendiri, serta murid tidak ikut serta aktif dalam menggunakan media pembelajaran. Selain itu, pemanfaatan media pelajaran masih kurang optimal, sehingga murid kurang tertarik dengan pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dikarenakan guru kurang bervariasinya model dan metode pembelajaran yang digunakan, media pembelajaran yang digunakan kurang menarik, materi pembelajaran yang sulit, sehingga kurang memunculkan aktivitas belajar murid. Kondisi ini jika dibiarkan terlalu lama, dan tidak ditangani atau diatasi akan mengakibatkan pembelajaran yang tidak baik, proses pembelajaran akan terganggu, mutu pembelajaran semakin menurun, kualitas dan kuantitas proses pembelajaran dapat menurun dan dapat berdampak tidak adanya kemajuan dalam hasil belajar murid. Oleh karena itu aktivitas belajar sangat penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan karena aktivitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi maka digunakan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dengan menerapkan model belajar kooperatif, guru dapat menggali pengetahuan dan kemampuan murid, menjadikan murid aktif, meningkatkan keterampilan berkomunikasi serta guru dapat mengetahui apakah murid sudah mengerti dan dapat memahami konsep dari materi yang diajarkan melalui pertanyaan dan penjelasan yang diberikan oleh murid. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Aktivitas berarti kesibukan, kegiatan, keaktifan, kerja atau suatu kegiatan kerja yang dilaksanakan pada tiap bagian dalam suatu peristiwa atau kejadian” (Tim redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (2010: 30). Sedangkan Noor Latifah, (http://latifah04.wordpress.com,2008) menyatakan bahwa “Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut”. Soli Abimanyu (2008:4-6) menyatakan bahwa keterlibatan pebelajar dalam proses pembelajaran itu dapat berbentuk keterlibatan siswa yang dijelaskan sebagai berikut: (1) Keterlibatan fisik; (2) Keterlibatan mental yang meliputi: Keterlibatan intelektual, Keterlibatan intelektual dalam bentuk latihan keterampilan intelektual seperti menyusun suatu rencana/program, menyatakan gagasan dan sebagainya, Keterlibatan emosional dapat berbentuk penghayatan terhadap perasaan, nilai, sikap dan sebagainya. 4 Menurut Noor Latifah (http://latifah-04.wordpress.com,2008) menyatakan bahwa “Aktivitas dalam kegiatan pembelajaran berguna menunjang keberhasilan pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut”. Oemar Hamalik (2009:175) berpendapat bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena; (1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; (2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral; (3) Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa; (4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri; (5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis; (6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru; (7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis; (8) Pengajaran di sekolah meenjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. Menurut Iskandar (1997: 1), pada dasarnya hakikat ilmu pengetahuan Alam terdiri dari dua keterampilan yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut: (1) Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad; (2) Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses. Menurut Ferry (2010: 48), Model pembelajaran tipe STAD (Students Teams Achievement Division) adalah pembelajaran di mana peserta didik belajar bekerja sama dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen. Anggota kelompok dibagi secara merata dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Slavin (dalam Trianto, 2007: 52) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi verbal atau teks. Komponen-komponen pelaksanaan Cooperative Learning Tipe STAD menurut Sharan dalam Tukiran Tanredja, dkk (2011:66), yaitu : (1) Presentasi Kelas; (2) Tim/Tahap Kerja Kelompok; (3) Kuis/Tahap Tes Individu; (4) Skor kemajuan indivual; (5) Tahap Pemberian Penghargaan/Rekognisi Tim. Langkahlangkah Penggunaan Tipe STAD: (1) Persiapan; (2) Mengajar; (3) Kegiatan kelompok; (4) Kuis atau tes; (5) Penghargaan kelompok. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (2005: 3), “Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan 5 masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain – lain )”. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti akan mengungkapkan semua gejala – gejala yang dihadapi pada saat penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 13 Sungai Ambawang. Subjek dalam penelitian ini adalah murid di kelas 4 SDN 13 Sungai Ambawang yang berjumlah 30 orang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Sifat penelitian pada penelitian ini adalah bersifat kolaboratif. Adapun model siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Iskandar (2011: 114) dapat digambarkan sebagai berikut. Bagan/Skema Identifikasi Masalah Perencanaan I refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Permasalahan Baru Hasil Refleksi Perbaikan Perencanaan I Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Dilanjutkan ke siklus berikut ? Gambar 1 Model siklus penelitian tindakan kelas 6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan dan Hasil Siklus I 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3) Observasi; Hasil observasi siklus 1 untuk kemampuan guru mengajar adalah sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Observasi Indikator Kinerja Aktivitas Belajar Murid Siklus I No A. B. C. Indikator Aktivitas Fisik 1. Murid yang aktif mencatat. 2. Murid yang mendengarkan penjelasan guru. 3. Murid yang membaca materi pembelajaran. Rata-rata Aktivitas Mental 1. Murid yang mengajukan pertanyaan. 2. Murid yang dapat menjawab pertanyaan dari temannya. 3. Murid yang mengklarifikasi pertanyaan dari guru. 4. Murid yang berdiskusi dengan teman sekelompok nya. 5. Murid yang dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Rata-rata Aktivitas Emosional 1. Murid yang merasa senang mengikuti pembelajaran. 2. Murid yang bersungguhsungguh mengikuti pembelajaran. 3. Murid yang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Rata-rata Muncul Jmlh % ssw 26 Siklus 1 Tdk muncul Jmlh % ssw 86.66% 80% 4 6 13.33% 20% 93.33% 2 6.66% 24 28 86.66% 13.33% 26.66% 22 73.33% 23.33% 23 76.66% 50% 15 50% 76.66% 7 23.33% 46.66% 16 53.33% 8 7 15 23 14 44.66% 23 55.33% 76.66% 7 23.33% 73.33% 8 26.66% 73.33% 8 26.66% 22 22 74.44% 25.55% 7 Berikut ini akan dijelaskan hasil observasi setiap jenis aktivitas belajar dan hasil belajar murid. Pada indikator aktivitas fisik, hasil penelitian yang telah diperoleh sudah tercapai, yaitu dari rata-rata persentase base line dari 40% meningkat menjadi 86.66% pada siklus I. Pada indikator aktivitas mental, hasil penelitian yang telah diperoleh tercapai, yaitu dari base line 28.88% menjadi 44.66% pada siklus I. Pada Indikator aktivitas emosional, Hasil penelitian yang diperoleh telah tercapai, yaitu dari base line 51.11% menjadi 74.44% pada siklus I. Pelaksanaan dan hasil Siklus II Hasil observasi siklus II untuk kemampuan guru mengajar dapat dilihat pada Tabel Observasi Kemampuan Guru Mengajar Siklus 2 No Muncul Indikator Jmlh ssw A. Murid yang aktif mencatat. 2. Murid yang mendengarkan penjelasan guru. 3. Murid yang membaca materi pembelajaran. Rata-rata % 28 93.33% 2 6.66% 26 86.66% 4 13.3% 28 93.33% 2 6.66% 91.10% 8.8% Aktivitas Mental 1. Murid yang mengajukan pertanyaan. 2. Murid yang dapat menjawab pertanyaan dari temannya. 3. Murid yang mengklarifikasi pertanyaan dari guru. 4. Murid yang berdiskusi dengan teman sekelompoknya. 5. Murid yang dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Rata-rata C. Jmlh ssw Aktivitas Fisik 1. B. % Tdk muncul 23 17 24 25 26 76.66% 7 23.3% 56.66% 13 43.3% 80% 6 20% 83.33% 5 16.6% 86.66% 4 13.3% 76.66% 23.3% Aktivitas Emosional 8 1. Murid yang merasa senang mengikuti pembelajaran. 2. Murid yang bersungguhsungguh mengikuti pembelajaran. 3. Murid yang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Rata-rata 28 27 26 93.33% 2 6.66% 90% 3 10% 86.66% 4 13.33% 89.99% 9.99% Tabel 2 Tabel 2 Hasil Observasi Indikator Kinerja Aktivitas Belajar Murid Siklus 2 Berikut ini akan dijelaskan hasil observasi setiap jenis aktivitas belajar dan hasil belajar murid. Pada indikator aktivitas fisik, hasil penelitian yang telah diperoleh meningkat, yaitu dari rata-rata persentase siklus 1 dari 86.66% meningkat menjadi 91.10% pada siklus 2. Pada indikator aktivitas mental, Hasil penelitian yang telah diperoleh tercapai, yaitu dari siklus pertama 44.66% menjadi 76.66% pada siklus ke-2. Pada Indikator aktivitas emosional, Hasil penelitian yang telah diperoleh meningkat sesuai yang diharapkan yaitu dari rata-rata persentase siklus 1 dari 74,44% meningkat menjadi 89.99% pada siklus 2. Setelah melakukan siklus II ternyata terjadi peningkatan yang signifikan, walaupun peningkatannya tidak 100 % tetapi sudah dianggap sampai titik jenuh, yaitu tidak terjadi peningkatan lagi. Sehingga penelitian hanya sampai pada siklus II. Pembahasan Rekapitulasi kemampuan guru mengajar dapat dilihat tabel 3 Tabel 3. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Murid Base No Indikator Siklus 1 Siklus 2 Line Munc ul Tdk muncul Muncul Tdk muncul 1. Murid yang aktif mencatat. 46.66 % 86.66 % 13.33% 93.33% 6.66% 2. Murid yang mendengarkan penjelasan guru. 53.33 % 80% 20% 86.66% 13.33% 6.66% 93.33% 6.66% 20% 93.33 % 86.66 % 13.33 % 91.10 % 8.88% 40% A. Aktivitas Fisik 3. Murid yang membaca materi pembelajaran. Rata-rata 9 B. Aktivitas Mental 1. Murid yang mengajukan pertanyaan. 2. Murid yang dapat menjawab pertanyaan dari temannya. 3. Murid yang mengklarifikasi pertanyaan dari guru. 4. Murid yang berdiskusi dengan teman sekelompoknya. 5. Murid yang dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Rata-rata 73.33% 76.66% 23.33% 20% 26.66 % 10% 23.33 % 76.66% 56.66% 43.33% 50% 50% 80% 20% 70% 76.66 % 23.33% 83.33% 16.66% 30% 46.66 % 53.33% 86.66% 13.33% 28.88 % 44.66 % 55.33 % 76.66 % 23.33 % 56.66 % 76.66 % 23.33% 93.33% 6.66% 73.33 % 26.66% 90% 10% 53.33 % 73.33 % 26.66% 86.66% 13.33% 51.11 % 74.44 % 25.55 % 89.99 % 9.99% 13.33 % C. Aktivitas Emosional 1. Murid yang merasa senang mengikuti pembelajaran. 2. Murid yang bersungguh-sungguh mengikuti pembelajaran. 3. Murid yang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Rata-rata 43.33 % Hasil observasi siklus I dan II untuk kemampuan guru mengajar dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 4 Rekapitulasi Kemampuan Guru Mengajar No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang diamat Persiapan Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir Skor Total Skor rata – rata Skor Siklus I 2 2,8 2,9 2,7 10,4 2,6 Siklus II 4 3,8 4 4 15,8 3,9 10 Dari rekapitulasi kemampuan mengajar di atas kemudian disajikan dalam bentuk Grafik sebagai berikut. 3,9 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 2,6 Siklus 1 Siklus II Grafik Siklus 1dan 2 Berdasarkan peningkatan yang terjadi terhadap aktivitas belajar murid dengan menggunkan Tipe STAD. Dalam penelitian ini tindak lanjut tehadap pembelajaran selanjutnya sebagai berikut: (1) Untuk menggunakan Tipe STAD. Dalam pembelajaran IPA, guru diharapkan dapat menguasai penggunaan media aktivitas belajar. Agar dapat mencapai hasil yang maksimal sehingga benar – benar dapat meningkatkan aktivitas belajar murid; (2) Dalam penerapan pembelajaran menggunakan Tipe STAD kemampauan guru saat mengelola kelas sangat penting. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran dapat berlangsung secara tertib, teratur dan efektif; (3) Dalam penerapan pembelajaran menggunakan aktivitas, guru harus memberi bimbingan, ajakan dan suruhan, sehingga murid termotivasi untuk melakukan pembelajaran; (4) Guru harus kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan aktivitas serta menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat mendorong aktiviatas belajar murid dan pada akhirnya berdmpak pada pencapaian hasil belajar yang baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil temuan Penelitian Tindakan Kelas yang diuraikan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 13 Sungai Ambawang, Secara rinci diuraikan sebagai berikut: (1) Rencana Pembelajaran IPA menggunakan Tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas murid di kelas IV SDN 13 Sungai Ambawang dari siklus ke siklus yaitu siklus I, tampilan pertama, siklus 1 tampilan ke 2, siklus II tampilan pertama dan siklus II tampilan ke 2 dapat dilakukan oleh guru dengan baik, terlihat dari hasil pengamatan dari siklus I rata-ratanya: 2,6, dengan kategori cukup; dan pada siklus II rata-ratanya: 3,9 dengan kategori baik, dengan kata lain bahwa rancangan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dapat terrealisasi sebagaimana mestinya; (2) Pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan Tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas murid di kelas IV SDN 13 Sungai Ambawang dapat dilakukan oleh guru dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan siklus I dan siklus II, tampilan I dan tampilan II pada masing-masing siklus mengalami peningkatan, siklus I: 2,97 dengan kategori cukup, dan siklus II rata-ratanya 3,6 11 dengan kategori baik; (3) Penggunaan tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 13 Sungai Ambawang, terlihat dari siklus I, 86,66% meningkat di siklus ke II menjadi 91,10%. Terjadi peningkatan 4,44%; (4) Penggunaan tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas mental siswa dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 13 Sungai Ambawang, terlihat dari siklus I, 44,66% meningkat di siklus ke II menjadi 76,66%. Terjadi peningkatan 32%; (5) Penggunaan tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 13 Sungai Ambawang, terlihat dari siklus I, 74,44% meningkat di siklus ke II menjadi 89,99%. Terjadi peningkatan 15,55%. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan dalam penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan aktivitas murid dalam belajar, perlu menggunakan strategi yang tepat, diantaranya melalui penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di kelas IV Sekolah Dasar. Khususnya di SDN 13 Sungai Ambawang; (2) Untuk tercapainya sasaran yang tepat dalam peningkatan aktivitas murid dalam belajar, diperlukan keterampilan merancang pembelajaran dalam bentuk RPP, demikian juga dalam pelaksanaan pembelajarannya kearah tercapainya perolehan hasil belajar yag optimal bagi murid di SD. DAFTAR RUJUKAN Arfiyadiahsan.(2012)ModelPembelajaran.http://modelpembelajarankooperatif.blog spot.com. Diakses februari 2015) Arizna. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif metode Student Teams Achievement Division (STAD) Jember). (Online). (http://www. 76550751-Pembelajaran-Kooperatif-Metode-Stad). BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Depdiknas. Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Tim. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak. FKIP Untan. Hadari Nawawi. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Mada University Press. Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Iskandar. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada. Maridjo Abdul Hasjmy, (2010). Rambu-Rambu Penulisan Penelitian Tindakan Kelas. Pontianak: Universitas Tanjungpura. 12 Sardiman.(2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suharsimi Arikunto. (2010).Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Aditya Media. Tanredja, Tukiran.( 2011). Model-model Pembelajaran Inovatif. Alfabeta : Bandung. Tim (2010). Kamus Besar Bahasa indonesia. Jakarta Penerbit Thursan Hakim. (2000). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Udin S. Winataputra, dkk. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1909). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 13