perbandingan reaksi pasar saham antara saham

advertisement
PERBANDINGAN REAKSI PASAR SAHAM ANTARA SAHAM
BUMN DENGAN SAHAM BUMS SEBELUM DAN SETELAH
PENGUMUMAN PEMBAGIAN DIVIDEN (SEKTOR PIMER,
SEKUNDER, DAN TERSIER) PADA TAHUN 2013
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh:
Aloysius Gonzaga Putra
115020400111023
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
PERBANDINGAN REAKSI PASAR SAHAM ANTARA SAHAM BUMN DENGAN
SAHAM BUMS SEBELUM DAN SETELAH PENGUMUMAN PEMBAGIAN DIVIDEN
(SEKTOR PIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER) PADA TAHUN 2013
Aloysius Gonzaga Putra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Program privatisasi yang telah dilaksanakan pemerintah terhadap BUMN telah menunjukkan beberapa
hasil positif. Hal ini dapat dilihat dari kinerja BUMN yang go public dan dicerminkan dari kenaikkan harga
saham mereka. Bukan hanya BUMN saja yang mengalami kenaikkan harga saham setelah IPO di Bursa Efek
Indonesia, namun demikian juga dengan BUMS.
Penelitian ini akan menganalisis apakah terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap informasi
pengumuman pembagian dividen yang dilakukan oleh BUMN dan BUMS. Dimana dividen sendiri dapat
digunakan oleh manajer perusahaan untuk memberikan sinyal kepada investor tentang prospek perusahaannya
di masa depan sesuai dengan signalling theory.
Penelitian ini mengambil 6 saham sebagai sampel yang terdiri dari 3 saham perusahaan milik pemerintah
yaitu; BBRI, PTBA, dan SMGR, dan 3 saham perusahaan milik swasta yaitu; BBCA, ITMG, dan UNVR. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study dengan alat analisis uji t dan uji paired sample t-test.
Dari kedua uji tersebut diketahui bahwa pasar bereaksi negatif terhadap informasi pengumuman pembagian
dividen baik yang dilakukan oleh perusahaan pemerintah maupun swasta yang tercermin dari adanya abnormal
return negatif yang signifikan selama periode penelitian.
Kata kunci: Pengumuman Dividen BUMN dan BUMS, Reaksi Pasar terhadap Dividen.
A. PENDAHULUAN
Banyaknya perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia
sudah berkembang dengan pesat. Apa lagi perusahaan milik Negara juga sudah go public membuat pasar modal
menjadi salah satu lahan potensial untuk menarik investor dalam rangka pembangunan nasional. Listingnya
perusahaan-perusahaan milik Negara ini juga akan membuat pasar modal Indonesia semakin hidup dan perusahaanperusahaan baik swasta maupun BUMN harus memperbaiki kinerja keuangan mereka dan memkasimalkan
keuntungan mereka guna menarik minat investor. Ini menunjukkan bahwa kebijakan privatisasi BUMN yang
dilakukan oleh pemerintah sudah tepat, selain membuat kinerja keuangan dan efisiensi BUMN semakin membaik
juga membuat pasar modal Indonesia semakin berkembang.
Tabel.1: Beberapa Perubahan Harga Saham BUMN yang Diprivatisasi
No.
1
2
3
4
5
6
Harga
Perdana
PT. PGN, Tbk.
1.500
PT. Bank BRI, Tbk.
875
PT. Bank Mandiri, Tbk.
575
PT. Telkom, Tbk.
2.050
PT. Kimia Farma, Tbk.
200
PT. Batubara Bukit 675
Asam, Tbk.
Nama BUMN
Saham Harga Saham Per
Selisih
19/1/2004
1.980
480
2.750
1.875
1.880
1.305
4.950
2.900
200
1.590
915
7
PT. Adhi Karya, Tbk.
150
870
720
Sumber: masterplan revitalisasi BUMN 2005-2009.
Dari tabel.1 di atas dapat dilihat bahwa harga saham BUMN yang telah diprivatisasi mengalami
peningkatan. Berdasarkan fakta-fakta di atas, tentunya akan menarik untuk membandingkan bagaimana reaksi pasar
terhadap peristiwa pengumuman pembagian dividen yang dilakukan oleh perusahaan BUMN dengan perusahaan
swasta yang akan tercermin dari terjadinya abnormal return saham sebelum dan setelah pengumuman pembagian
dividen. Informasi pembagian dividen ini bisa dianggap sebagai suatu peristiwa yang mengandung sebuah informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan dan prospek perusahaan tersebut di masa depan. Perbandingan ini
akhirnya nanti akan menggambarkan seberapa besarkah kepercayaan investor terhadap saham BUMN dan
perusahaan swasta di Bursa Efek Indonesia. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang di atas dan juga dari hasil
dari beberapa penelitian serta fakta-fakta yang telah diungkapkan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
perbandingan pola pergerakan harga saham sebelum dan setelah pengumuman pembagian dividen antara saham
BUMN dengan BUMS. Adapun judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Perbandingan Reaksi Pasar
Saham antara Saham BUMN dengan Saham BUMS Sebelum dan Setelah Pengumuman Pembagian Dividen
(Sektor Pimer, Sekunder, dan Tersier) pada Tahun 2013”.
B. KAJIAN TEORI
Teori Efisiensi Pasar
Di dalam pasar yang kompetitif, harga ekuilibrium suatu aktiva ditentukan oleh tawaran yang tersedia dan
permintaan agregat. Harga keseimbangan ini mencerminkan konsensus bersama antara semua partisipan pasar
tentang nilai dari aktiva tersebut berdasarkan informasi yang tersedia. Jika suatu informasi baru yang relevan masuk
kedalam pasar yang berhubungan dengan suatu aktiva, informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan
mengintepretasikan nilai dari aktiva bersangkutan. Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk
mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat
untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi
pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Jogiyanto, 2013:547).
Bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu,
infromasi sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat, sebagai berikut:
1.
2.
3.
Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak Form).
Efisien dalam Bentuk Semi Kuat (semi strong).
Efisiensi Bentuk Kuat (strong form).
Teori Dividen
Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat tiga konsep tentang kebijakan dividen (John E. Junarsin
dalam Anindhita 2010), yaitu:
1.
2.
Irrelevance theory. Teori ini menganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi
nilai perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Bird-in-the-hand theory.Teori ini berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih
bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat
3.
ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, semakin tinggi dividen yang
dibagikan, semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Tax preference theory. Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah
tax deductible.
Teori dividen yang relevan untuk digunakan dengan adanya pengumuman pembayaran dividen adalah
signalling theory. Seperti yang dijelaskan oleh Doddy Setiawan dan Jogianto Hartono (2003:133) dalam Kurniawan
(2010) bahwa manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan investor tidak. Manajer dapat
menggunakan dividen, yang merupakan sinyal yang baik, untuk mengurangi kesenjangan informasi. Inilah salah
satu penyebab kenapa pengumuman pembayaran dividen dapat mempengaruhi harga saham.
Abnormal Return
Secara umum abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
yang diharapkan oleh investor. Menurut Jogiyanto (2013), abnormal return diartikan sebagai kelebihan dari return
yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal, dalam hal ini return normal adalah return yang diharapkan oleh
investor. Perhitungan abnormal return dapat menggunakan formula:
dimana:
ARit
= abnormal return sekuritas i pada periode peristiwa ke-t
Rit
= return sesungguhnya untuk sekuritas i pada period ke-t
E(Rit)
= return ekspektasi sekuritas i pada periode peristiwa ke-t
Kerangka Pikir
Reaksi Pasar Modal
Terdapat abnormal
return
Terdapat
abnormal return
Event Study
Tidak terdapat
abnormal retun
sebelum
sumber: penulis 2015
Tidak terdapat
abnormal retun
setelah
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk kedalam pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di
dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan
penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. Sedangkan
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah event study. Menurut Tandelilin (2010), studi
peristiwa (event study) menyelidiki respon pasar terhadap kandungan informasi dari suatu pengumuman atau
publikasi peristiwa tertentu.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Wijaya (2013:19) dalam
Asshodiqi (2015), data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersiap pakai. Data
yang digunakan dalam penelitian berupa data:
1.
2.
Harga penutupan saham harian selama periode penelitian
Harga penutupan harian Indeks Harga Saham Gabungan
Secara ringkas sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel.2: Sampel Penelitian
Sektor
Pemerintah
PTBA
Primer
SMGR
Sekunder
BBRI
Tersier
Sumber: Penulis 2015
Swasta
ITMG
UNVR
BBCA
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk membandingkan reaksi pasar antara peristiwa pengumuman
pembagian dividen yang dilakukan oleh BUMN dan BUMS, maka perlu dilakukan uji signifikansi terhadap rata-rata
abnormal return untuk melihat apakah terdapat reaksi pasar terhadap peristiwa pengumuman pembagian dividen
yang dilakukan oleh BUMN dan BUMS. Menurut Jogiyanto (2013), pengujian statistik terhadap return tak normal
mempunyai tujuan untuk melihat signifikansi return tak normal yang ada di periode peristiwa. Signifikansi yang
dimaksud adalah bahwa abnormal return tersebut secara statistik signifikan tidak sama dengan nol (positif untuk
kabar baik dan negatif untuk kabar buruk). Pengujian t (t test) dilakukan untuk maksud ini.
Hasil dari uji signifikansi menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan reaksi yang ditunjukkan oleh pasar
terhadap pengumuman pembagian dividen yang dilakukan oleh perusahaan milik pemerintah dengan pengumuman
pembagian dividen yang dilakukan oleh perusahaan milik swasta yaitu pasar bereaksi negatif terhadap informasi
pembagian dividen tersebut. Dari hasil tersebut dapat diketahui nampaknya perilaku investor terhadap pengumuman
dividen cenderung menganut Tax preference theory, dimana nampaknya investor justru tidak menyukai pembagian
dividen yang besar. Hal ini dikarenakan adanya beban pajak yang cukup besar dari dividen yang dibayarkan
sehingga investor lebih menyukai capital gain dari pada dividen karena bisa menunda pembayaran pajak. Selain itu,
ada anggapan bahwa kebijakan dividen dapat merugikan pertumbuhan perusahaan karena pendanaan perusahaan
untuk operasional akan berkurang karena sebagian besar kas perusahaan diberikan dalam arus kas pendanaan. Hal
ini dapat mengurangi aktivitas perusahaan dalam memperoleh laba di tahun berikutnya.
Hasil Uji Paired Sample t-Test
Sektor Primer
Tabel.3: Hasil Paired t-Test Sektor Primer
Perusahaan
Periode
Sig. (2-tailed)
Keterangan
PTBA (BUMN)
Sebelum-setelah
0.805
Tidak signifikan
ITMG (BUMS)
Sebelum-setelah
0.259
Tidak signifikan
Tabel.3 menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan secara signifikan rata-rata abnormal return pada periode
sebelum dan setelah peristiwa pengumuman pembagian dividen yang ditunjukkan dengan nilai Sig. (2-tailed) lebih
besar dari tingkat signifikan yang ditentukan. Nilai sig. (2-tailed) dari PTBA sebesar 0.805 (0.805 > 0.05) dan nilai
sig. (2-tailed) dari ITMG sebesar 0.259 (0.259 > 0.05).
Sektor Sekunder
Tabel.4: Hasil Paired t-Test Sektor Sekunder
Perusahaan
Periode
Sig. (2-tailed)
Keterangan
SMGR (BUMN)
Sebelum-setelah
0.830
Tidak signifikan
UNVR (BUMS)
Sebelum-setelah
0.656
Tidak signifikan
Tabel.4 menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan secara signifikan rata-rata abnormal return pada periode
sebelum dan setelah peristiwa pengumuman pembagian dividen yang ditunjukkan dengan nilai Sig. (2-tailed) lebih
besar dari tingkat signifikan yang ditentukan. Nilai sig. (2-tailed) dari SMGR sebesar 0.830 (0.830 > 0.05) dan nilai
sig. (2-tailed) dari UNVR sebesar 0.656 (0.656 > 0.05).
Sektor Tersier
Tabel.5: Hasil Paired t-Test Sektor Tersier
Perusahaan
Periode
Sig. (2-tailed)
Keterangan
BBRI (BUMN)
Sebelum-setelah
0.955
Tidak signifikan
BBCA (BUMS)
Sebelum-setelah
0.656
Tidak signifikan
Tabel.5 menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan secara signifikan rata-rata abnormal return pada periode
sebelum dan setelah peristiwa pengumuman pembagian dividen yang ditunjukkan dengan nilai Sig.(2-tailed) lebih
besar dari tingkat signifikan yang ditentukan. Nilai sig.(2-tailed) dari BBRI sebesar 0.955 (0.955 > 0.05) dan nilai
sig. (2-tailed) dari BBCA sebesar 0.656 (0.656 > 0.05).
Secara umum, hasil dari uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
periode sebelum dan setelah pengumuman pembagian dividen yang dilakukan oleh perusahaan milik pemerintah dan
perusahaan milik swasta pada masing-masing sektor. Hasil ini bisa disebabkan karena investor lebih suka terhadap
capital gain yaitu selisih antara harga beli saham dengan harga jual saham dan tidak terlalu memperdulikan dividen
yang dibagikan oleh suatu perusahaan.
Reaksi yang ditunjukkan oleh pasar terhadap informasi pembagian dividen ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Iwan Kurniawan (2009), Dedi Prananda (2006), Galih Anindhita (2010), dan Iwan Fadli
Rohayadi (2010). Hal ini semakin memperkuat bahwa pengumuman pembagian dividen mengandung informasi bagi
investor yang ditunjukkan dengan adanya reaksi pasar.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan interpretasi hasil yang peneliti lakukan
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat di ambil adalah:
Pertama: secara umum selama 61 hari perdagangan saham reaksi pasar terhadap peristiwa pengumuman pembagian
dividen yang dilakukan oleh saham BUMN dan BUMS adalah sama. Reaksi yang ditunjukan oleh pasar adalah
negatif dimana reaksi ini hanya terjadi sesaat saja.
Kedua: Tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return saham antara saham BUMN dan saham BUMS sebelum
dan setelah pengumuman pembagian dividen pada sektor primer, sekunder, dan tersier.
Ketiga: perilaku investor terhadap pengumuman dividen cenderung menganut tax preference theory, dimana
nampaknya investor justru tidak menyukai pembagian dividen tunai yang besar. Hal ini disebabkan karena adanya
beban pajak yang cukup besar dari dividen yang dibayarkan tersebut. Selain itu, hal ini juga disebabkan karena
adanya anggapan bahwa pembayaran dividen tunai yang besar akan mengurangi pertumbuhan perusahaan karena
pendanaan untuk peluang investasi perusahaan yang menguntungkan di masa depan akan berkurang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
Pertama: dengan adanya reaksi negatif investor terhadap pembayaran dividen tunai yang besar, hal ini bisa dijadikan
acuan bagi manajer perusahaan untuk lebih fokus menggunakan kelebihan dana dari sisa laba untuk kegiatan
investasi yang lebih menguntungkan di masa depan agar tingkat laba perusahaan semakin tinggi.
Kedua: bagi investor di pasar modal, diharapkan dapat lebih cepat dan efisien dalam memanfaatkan setiap informasi
yang dipublikasikan perusahaan agar dapat mendapatkan profit yang maksimal.
Ketiga: penelitian hanya menggunakan abnormal return untuk mengukur reaksi pasar yang terjadi, diharapkan
kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan tambahan indikator lain agar dapat menggambarkan reaksi pasar
yang terjadi lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Amellia, Rizky. 2007. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Dividen. Skripsi. Malang: Universitas
Brawijaya
Anindhita, Galih. 2010. Analisis Reaksi Pasar Atas Pengumuman Dividen Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date.
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro
Apriani, Lisia. 2005. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kenaikan/Penurunan Dividen. Solo: SNA VIII
Basyori, Kurnia. 2008. Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Return Saham. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia
Dewi, Suryani. Evaluasi Dampak Good Corporate Governance Badan Usaha Milik Negara Real Estate Bagi
Masyarakat Kelurahan Benoa Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung (Studi Kasus Pt Bali Tourism
Development Corporation Nusa Dua Bali). Bali: Universitas Udayana
Handoko, Dodi. 2013. Analisis Pemikiran Syekh Taqiyuddin An-Nabhani tentang Privatisasi Aset-aset Publik. Tesis.
Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Haryanto, Dedi. 2012. Pengaruh Faktor-faktor Keuangan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Palembang:
STIE Musi
Istanti, Sri. 2013. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham pada Perusahan LQ45. Potensio, Vol. 19
No. 1
Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 8. Yogyakarta: BPFE
Kurniawan, Iwan. 2009. Reaksi Bursa Efek Indonesia sebagai Dampak Adanya Pengumuman Dividen. Skripsi.
Malang: Universitas Brawijaya
Nurmala. 2006. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan-perusahaan Otomotif Bursa Efek
Jakarta (BEJ)/ Mandiri, Vol. 9 No. 1
Prananda, Dedi. 2006. Analisis Reaksi Pengaruh Dividen Terhadap Return Saham dan Volume Perdagangan
Saham. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya
Primadianti, Etika. 2010/ Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Pengumuman Dividen Kas. Skripsi. Malang:
Universitas Brawijaya
Putra, Lanisia dan Adwin Atmadja. 2006 Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham
Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta. Vol. 8 No. 1
Rohayadi, Iwan. 2010. Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah ExDividend Date. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya
Sularso, Andi. 2003. Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan
Sesudan Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keluangan, Vol. 5 No. 1
Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Protofolio. Yogyakarta: BPFE
Ulah, Marisatul. 2011. Perbandingan Kinerja Keuangan BUMN dan BUMS yang Masuk Jakarta Islamic Index.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
Wibawanto, Edhi. 2007. Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan
Saham, Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya
Download