Berita Pers_Saratoga Bagikan Dividen Pertama Sejak IPO

advertisement
BERITA PERS
Dapat Diterbitkan Segera
Saratoga Bagikan Dividen Pertama Sejak IPO
Jakarta, 15 Juni 2016 – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Saratoga
Investama Sedaya Tbk. (kode saham IDX: SRTG) hari ini memutuskan untuk membagikan
dividen sebesar Rp32 per lembar saham atau 9,4% dari laba yang diatribusikan kepada
pemilik perusahaan tahun buku 2015. Pembagian dividen ini merupakan yang pertama kali
sejak IPO Saratoga dilaksanakan pada tahun 2013.
Presiden Direktur Saratoga, Michael W.P.Soeryadjaya menjelaskan bahwa keputusan
RUPS untuk membagikan dividen – di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan
- merefleksikan komitmen Perusahaan dalam memberikan nilai optimal kepada pemegang
saham. “Dukungan pemegang saham merupakan sumber kekuatan utama bagi
pertumbuhan bisnis Perusahaan secara jangka panjang dan berkelanjutan.”
Salah satu transaksi yang membuktikan kemampuan solid Saratoga dalam menciptakan
nilai (value creation) adalah divestasi kepemilikan saham Saratoga di PT Pulau Seroja Jaya
senilai Rp98 miliar yang menghasilkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 48% dalam
periode 8 tahun.
“Aktivitas investasi dan divestasi kami dilakukan untuk menciptakan nilai dan mendorong
pertumbuhan perusahaan investasi kami, sehingga dapat meningkatkan nilai strategis dan
keuntungan finansial bagi para pemegang saham,” kata Michael usai Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (15/06).
Selama delapan tahun terakhir, Saratoga telah sukses mengelola investasinya (recycled
capital) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang tumbuh dari Rp1,3 triliun di 2008 menjadi
Rp13,3 triliun pada 2015, menghasilkan 33,5% Compound Annual Growth Rate (CAGR).
Hingga Kuartal I 2016, Saratoga mencatatkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp14,8
triliun dari 22 perusahaan investasi dengan total karyawan sebanyak 40 ribu orang. Nilai
Aktiva Bersih tersebut dihitung secara konservatif berdasarkan nilai pasar (market value)
dari perusahaan investasi yang sahamnya tercatat di bursa dan nilai buku (book value) dari
perusahaan investasi non-publik.
Pada tahun 2015, total investasi perusahaan mencapai Rp649 miliar, dimana sebesar
Rp304 miliar merupakan investasi pada peluang baru, sementara sisanya digunakan untuk
investasi pada portofolio perusahaan yang sudah ada.
Strategi investasi yang disiplin dan penuh kehati-hatian ini juga tercermin dalam proses
seleksi peluang investasi. Sebagai contoh, di tahun 2015 Saratoga berhasil mengidentifikasi
sekitar 101 peluang investasi. Dari total peluang investasi tersebut, hanya 2 yang lolos dari
proses seleksi ketat manajemen Saratoga.
Investasi baru yang lolos seleksi tersebut adalah PT Agra Energi Indonesia dan akuisisi
saham PT Batu Hitam Perkasa, pemegang saham Paiton Energy, salah satu IPP terbesar di
Indonesia dengan kapasitas pembangkit listrik 2 GW.
Direktur Keuangan Saratoga, Jerry Ngo menjelaskan di kuartal I 2016, Saratoga
berinvestasi di sektor rantai pasokan logistik dengan temperatur tertentu (cold-chain
logistics) dengan mengakuisisi saham PT Mulia Bosco Logistik (MGM Bosco). “Transaksi
tersebut memberikan peluang yang sangat baik bagi Saratoga dalam membangun platform
pertumbuhan yang lebih kuat di sektor cold-chain logistics,” kata Jerry.
Di bulan Mei 2016 ini, Saratoga mengambil kesempatan untuk mengurangi utang dengan
cara melakukan pembelian kembali Exchangeable Bonds yang dikeluarkan oleh salah satu
perusahaan investasi Perseroan, yaitu Delta Investment Horizon Ltd. (“Delta”), sebesar
USD17,3 juta. Pembelian kembali ini diikuti dengan pembatalan surat utang dari seluruh EB
yang telah dibeli kembali tersebut. Sehingga, jumlah pokok Guaranteed Exchangeable
Bonds yang masih terhutang telah berkurang dari total USD100 juta menjadi USD82,7 juta.
Keputusan manajemen membeli kembali EB ini memberikan dampak positif kepada arus
kas Perseroan sebesar USD2,7 juta serta juga mengurangi jumlah utang Perseroan.
“Inisiatif tersebut mengafirmasi bahwa model bisnis investasi aktif Saratoga terbukti efektif
dalam memonetisasi dari dan berinvestasi untuk perusahaan-perusahaan investasinya,”
jelas Jerry.
Selain itu, RUPST Saratoga juga memutuskan bahwa pada pertengahan tahun 2016,
Saratoga akan mulai menerapkan laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 65 – Pengecualian Konsolidasian, yang mulai berlaku efektif 1
Januari 2015. Perubahan pelaporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan gambaran
yang lebih baik akan kinerja keuangan Perseroan untuk para pemegang saham, kreditur
dan para pelaku pasar modal dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.
“Penerapan PSAK 65 diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan akurat
akan kinerja Perseroan yang merefleksikan model bisnis Saratoga yang efektif dalam
melakukan investasi, mendorong pertumbuhan serta memonetisasi peluang dari dan bagi
perusahaan-perusahaan investasinya,” ujar Jerry.
Kinerja Perusahaan Investasi
Saratoga secara aktif memperkuat portofolio investasinya untuk memastikan pertumbuhan
bisnis yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
Sektor Sumber Daya Alam
PT Adaro Energy Tbk. (kode saham IDX: ADRO), melalui anak usahanya PT Bhimasena
Power Indonesia (BPI), pada 6 Juni 2016 lau telah mencapai kesepakatan pembiayaan
(financial close) untuk proyek pembangkit listrik 2x1000 MW di Kabupaten Batang, Jawa
Tengah. Setelah mendapatkan kesepakatan pembiayaan ini, pembangunan pembangkit
listrik akan dimulai dengan target operasional dapat dilakukan secara komersil di 2020. Total
investasi untuk proyek ini adalah USD4,2 miliar.
Pada awal bulan Juni 2016 ini, PT Adaro Energy Tbk. melalui anak perusahaannya juga
telah melakukan penandatanganan Share Sale Agreement (SSA) dengan BHP Minerals
Holdings Pty. Ltd. dan BHP Minerals Asia Pasific Pty. Ltd. untuk pembelian dan
pengambilalihan atas seluruh saham proyek Indomet Coal, yang terdiri dari 7 Pemegang
perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) di Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur dengan nilai transaksi keseluruhan USD120 juta.
PT Merdeka Copper Gold Tbk (kode saham IDX: MDKA) menargetkan untuk dapat mulai
produksi emas dari tambang Tujuh Bukit di Banyuwangi di akhir Kuartal IV-2016. Produksi
emas dan perak di lokasi tambang ini masing-masing sekitar 90.000 oz dan 300.000 oz per
tahun selama 9 (sembilan) tahun awal umur tambang. Untuk mendukung pembangunan
fasilitas produksi proyek tambang emas Tujuh Bukit, Merdeka telah berhasil mengamankan
kebutuhan belanja modal dari berbagai sumber pendanaan.
Sumatra Copper & Gold (kode saham ASX: SUM), telah memulai produksi emasnya di
proyek Tembang pada 2015 lalu. SUM adalah produsen emas yang terdaftar di ASX dengan
proyek-proyek yang tersebar di beberapa lokasi di Sumatera.
Sektor Infrastruktur
PT Lintas Marga Sedaya (LMS) berhasil menyelesaikan dan secara komersil memulai
operasi jalan tol Cikopo – Palimanan (Cipali) sepanjang 116,75 KM yang merupakan bagian
dari jaringan ruas tol Trans Jawa. Jalan tol yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo
pada Juni 2015 lalu, melintasi lima kabupaten di Jawa Barat diantaranya Purwakarta,
Subang, Majalengka, Indramayu, dan Cirebon. Jalan tol Cipali mampu memangkas waktu
tempuh selama 1,5–2 jam dengan jarak 40 km lebih pendek dibandingkan melewati jalur
Pantura. Keberadaan tol Cipali diharapkan dapat mendorong mobilitas orang dan logistik
yang akan menciptakan multiplier effect dari sisi pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah
terutama yang dilintasi dan dihubungkan oleh jalan tol tersebut.
Bisnis Saratoga di sektor infrastruktur yang saat ini sedang menghadapi tantangan adalah
PT Tri Wahana Universal (TWU). Kilang mini di wilayah Bojonegoro, Jawa Timur ini sedang
berhenti berproduksi walaupun masih tetap menjalankan kegiatan operasional termasuk
penjualan, distribusi dan penagihan. Penyebab berhentinya produksi kilang mini TWU
tersebut karena belum adanya regulasi yang mengatur formula harga pasokan minyak
mentah di mulut sumur. Regulasi tersebut teramat penting bagi keberlangsungan kontrak
pasokan minyak mentah ke TWU.
Sebagai kilang minyak nasional swasta pertama di Indonesia yang telah berproduksi selama
lebih dari lima tahun, kilang mini TWU telah memberikan kontribusi positif dan multiplier
effect bagi perekonomian lokal dan pertumbuhan sosial, termasuk kesempatan kerja dan
peningkatan pendapatan masyarakat Bojonegoro dan Jawa Timur.
Sektor Konsumer
PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (kode saham IDX: MPMX), perusahaan konsumer
otomotif nasional, dalam RUPS-nya telah menetapkan peningkatan pembagian dividen
sebesar 2,5 kali lipat, yaitu dari Rp30,5 miliar di tahun sebelumnya menjadi Rp75,9 miliar
atau sebesar Rp17,- per lembar saham. Jumlah ini merupakan 26,6% dari laba yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2015.
****
Tentang PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk.
Didirikan pada 1998, PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk. (Saratoga) merupakan perusahaan
investasi aktif terdepan di Indonesia. Saratoga aktif dalam mengelola perusahaan – perusahaan
investasinya serta menjajaki peluang-peluang investasi di Indonesia.
Saratoga fokus pada peluang investasi di tahap awal dan tahap pertumbuhan, serta di kondisi khusus
dengan menitikberatkan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia
seperti konsumer, infrastruktur dan sumber daya alam.Visi Saratoga adalah untuk terus menjadi
perusahaan investasi yang aktif terdepan dan menjadi partner of choice bagi investor lokal dan asing,
yang ingin turut berpartisipasi dalam dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk., silahkan
kunjungi: www.saratoga-investama.com.
Atau hubungi:
Umum
Ira Dompas
Corporate Secretary
E: [email protected]
Finansial
Leona Karnali
Investor Relations
E: [email protected]
Download