EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Emilda Putri Pratiwi NIM : 058114074 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 i EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Emilda Putri Pratiwi NIM : 058114074 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 ii THE EVALUATION OF THE UTILIZING ANTIBIOTIC AT TYPHOID FEVER PATIENTS OF CHILDREN IN NURTURING INSTALLAION OF DR. AGOESDJAM PUBLIC HOSPITAL IN PERIOD JUNE 2008 – JUNE 2009 SKRIPSI Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement to Obtain Sarjana Farmasi (S. Farm.) In Faculty of Pharmacy By: Emilda Putri Pratiwi NIM : 058114074 FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2010 iii Persetujuan Skripsi EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009 Oleh : Emilda Putri Pratiwi NIM : 058114074 Skripsi ini telah disetujui oleh : Pembimbing Utama Drs. Mulyono, Apt. tanggal 18 Mei 2010 iv HALAMAN PERSEMBAHAN Saat itu………. Masa yang sepertinya berulang namun berbeda Berada dalam kelas dengan materi kuliah yang aku anggap baru Tetapi aku merasa inilah saat pemenuhan janji atas kasih-Nya yang aku rasa tak pernah kunjung datang Perkataan-Nya bagai serasa nyata, ketika seorang dosen cantik berdiri di depan kelas dengan semangat menyala bertutur sebagai penutup akhir kuliah………… “ Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Ams 17 : 22) Karena ketika ‘tulang itu terasa kering’ dan semangat itu lenyap Dia tetap mampu dan sanggup berbuat sesuatu untukku ‘hati yang gembira’ ketika aku tahu ‘Aku mampu melakukan banyak hal’ Kupersembahkan karyaku yang sederhana ini untuk : Tuhan Yesus Kristus yang menjadi kekuatan & harapanku dalam segala hal, Bunda Maria yang selalu menyertai dan memberkati setiap langkahku, Bapak dan ibuku tersayang yang tak pernah berhenti memberikan semangat, dukungan, nasehat, kasih, perhatian dan doanya, Those who I cherish deeply in my heart, RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang & my future patients, All my lovely friends & Almamaterku vi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada : 1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji atas segala arahan, kritik, saran dan waktunya. 2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas arahan, saran dan bimbingannya selama ini. 3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik, saran dan waktunya. vii 5. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bekal kepada penulis untuk praktik kefarmasiannya kelak. 6. Bapak drg. Joko Hartono selaku Direktur RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang yang telah berkenan memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi kepada penulis selama penelitian. 7. Staff Rekam Medis RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang terutama Pak Iwan, Bu Jus, Pak Jack dan Bang Berli, yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan pengambilan data penelitian. 8. Staff Jamkesnas dan Jamkesda RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian. 9. Bapak Yohanes Djadjah, B.A. dan ibu Chatarina Mudjiati, orang tua penulis tercinta; atas semua doa, cinta, perhatian, motivasi dan dukungannya selama ini yang telah mampu memberi suatu kebahagiaan, warna serta inspirasi. 10. Kakak-kakak penulis : dr. Emanuel Budhi Hartoko, M.Sc., Sp.PD, dr. Margaretha Indah Wijilestari, MPH, Citra Dewi Mariana, S.T. dan Yakobus Agus Wiyono, S.T. atas doa, cinta, saran, dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan selama ini. 11. Adek dan keponakkan penulis : Blasius Panut Nusanjaya, Yulius Pandu Nusanjaya dan Sonia Kartika Budhi Lestari yang telah memberikan doa dan lelucon kecil yang menjadi motivasi tersendiri. viii 12. Keluarga Besar Komunitas Sant’ Egidio terutama teman-teman komunitas induk Roma, Yogyakarta, Padang dan Jakarta atas doa, cinta, pengalaman iman, kebersamaan pelayanan dan dukungan yang besar kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. 13. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat Yogyakarta dan Bujang Dare Kayong Yogyakarta atas doa, dukungan, kebersamaan dan pengalaman dalam berorganisasi, seni dan budaya yang menjadi motivasi penulis selama ini. 14. Keluarga Besar Asrama Mahasiswi Syantikara khususnya Sr. Benedict selaku kepala asrama, teman-teman Unit 5 (Mbak Lusi, Mbak Deta, † Mbak Ningnong, Mbak Iin, Bina, Ikke, Trisna, Weny, Maya, Cocon, Yuni dan Nora), dan temanteman Unit Paviliun (Didi, Kak Vina, Weny, Ophy dan Tasya) atas kebersamaan telah kita alami. 15. Teman-teman Lektor dan Team Persembahan Sendratari Malam Natal 2009 Kapel Maria Bintang Samudra yang telah memberikan doa dan dukungan serta kisah yang tidak akan pernah terlupakan. 16. Teman-Teman KKN Angkatan XXXVII Kelompok 22, Dukuh Caben (Deta, Diah, Sophie, Andre, Yaya, Ditya, Datia, Jimmy dan Yoyok) atas dukungan selama persiapan dan penulisan skripsi ini. 17. Sahabat-sahabat penulis terutama Kaka, Deta dan Hesti untuk kisah yang telah dilalui bersama. ix 18. Teman-teman Angkatan 2005 terutama Kelas B dan FKK 2005 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta atas cerita suka duka yang telah kita alami bersama. 19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua kebaikkan yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan. Yogyakarta, Mei 2010 Penulis x PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, Mei 2010 Penulis Emilda Putri Pratiwi xi INTISARI Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri enterik Gram (-) yaitu Salmonella typhi. Gejala – gejala dari demam tifoid antara lain seperti demam, nyeri kepala, nyeri perut, muntah dan mual. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang terutama pada anak usia sekolah dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada penderita demam tifoid khususnya pasien anak selama rawat inap di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Tahap penelitian meliputi perencanaan, analisis situasi, pengumpulan data dan evaluasi, dengan instrument penelitian berupa lembar rekam medis pasien. Data diambil dan dianalisis berdasarkan karakteristik demografi pasien, outcome terapi, golongan dan jenis antibiotika, dan analisis drug related problems (DRPs) penggunaan antibiotika selama rawat inap. Hasil yang diperoleh adalah 40 kasus. Persentase berdasarkan karakteristik demografi pasien yaitu distribusi jenis kelamin laki-laki (55%) dan perempuan (45%); distribusi umur ≤ 1 tahun (5%), 1-5 tahun (17%), dan > 5-12 tahun (78%); distribusi diagnosa penyakit demam tifoid tanpa penyakit lain (25%) dan diagnosa penyakit demam tifoid dengan penyakit lain (75%). Penggunaan antibiotika selama rawat inap yaitu golongan sefalosporin generasi I (2,9%), golongan sefalosporin generasi III (31,9%) dan golongan kloramfenikol (65,2%). Outcome terapi pasien, lama rawat inap terbanyak pada lama perawatan 1-3 hari (52,5%), keadaan pasien keluar rumah sakit sebanyak 39 kasus (97%) keluar rumah sakit dengan keadaan membaik dan sebanyak 1 kasus (3%) dengan keadaan sembuh. Identifikasi DRPs penggunaan antibiotika diperoleh 3 kasus, yang terdiri dari 4 dalam kasus dosis kurang (10%), 2 dalam kasus dosis berlebih (5%) dan 2 dalam kasus efek obat yang tidak diinginkan (5%). Kata kunci : demam tifoid, antibiotika, drug related problems (DRPs) xii ABSTRACT Typhoid fever is a kind of infection disease caused by enteric bacteria Gram (-) called Salmonella typhi. Typhoid fevers indicate are fever, pain in the head and stomach, vomiting, and make people feel queasy. It is a kind of endemic spreading disease that infected a lot of people especially to the children in the school age. It is a healthy problem that happens in tropical area especially in the developing nations. The aim of this research is to evaluate the use of antibiotic that is given to the children who get the fever during nurturing at DR. AGOESDJAM public hospital period June 2008 to June 2009. This research is a non-experimental research, and done with the evaluative descriptive design and the data were obtained by retrospective method. The steps of this research are planning, analysis of the situation, collecting data and evaluating, the instrument of this research is medical record of the patients. The data are take and analysis based on the patients’ demographic characteristic, therapy outcome, the kind and the classification of antibiotic and the analysis of drug related problems (DRPs) about the use of antibiotic while being nurturing in the hospital. The research results 40 cases. Percentage of the patients’ demographic characteristic that boys distribution (55%) and girls distribution (45%); age distribution ≤ 1 year (5%), 1 to 5 year (17%) and > 5 to 12 year (78%); distribution of typhoid fever diagnose without other diseases (25%) and the distribution of typhoid fever diagnose with other diseases (75%). The use of antibiotic while being nurturing in the hospital are first generation of cephalosporin (2.9%), third generation of cephalosporin (31.9%) and chloramphenicol (65.2%). Patients’ therapy outcome, the most duration nurturing in nurturing period 1 to 3 days (52.5%), there are 39 cases (97%) where patients leave the hospital in better condition and meanwhile there is 1 case (3%) where patient recover from the disease. There are 3 types case of identified by DRPs in using antibiotic, 4 cases of dosage too low (10%), 2 cases of dosage too high (5%) and 2 cases of adverse drug reaction (5%). Key words : typhoid fever, antibiotic, drug related problems (DRPs) xiii DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii PAGE TITLE .................................................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi PRAKATA ...................................................................................................... vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... xi INTISARI ....................................................................................................... xii ABSTRACT ...................................................................................................... xiii DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................... xx DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxvi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xxviii BAB I. PENGANTAR .................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 xiv 1. Permasalahan ................................................................................. 3 2. Keaslian penelitian ........................................................................ 3 3. Manfaat penelitian ......................................................................... 4 a. Manfaat teoritis ......................................................................... 4 b. Manfaat praktis ......................................................................... 5 B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 1. Tujuan umum ................................................................................. 5 2. Tujuan khusus ................................................................................ 5 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................ 7 A. Demam Tifoid ................................................................................... 7 1. Epidemiologi ................................................................................. 7 2. Etiologi .......................................................................................... 7 3. Patogonesis .................................................................................... 8 4. Komplikasi .................................................................................... 8 a. Komplikasi intestinal ................................................................ 9 b. Komplikasi ekstra – intestinal ................................................... 9 5. Manifestasi klinik .......................................................................... 10 xv a. Neonatus .................................................................................... 10 b. Balita ......................................................................................... 11 c. Anak usia sekolah ..................................................................... 11 6. Pencegahan .................................................................................... 12 7. Prognosis ....................................................................................... 12 8. Diagnosis ....................................................................................... 13 9. Penatalaksanaan terapi ................................................................... 14 a. Outcome .................................................................................... 14 b. Sasaran dan tujuan terapi .......................................................... 14 c. Strategi terapi ............................................................................ 14 B. Pengobatan pada Anak ...................................................................... 17 C. Antibiotika ........................................................................................ 18 D. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................ 19 E. SOAP (Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan) ...... 21 1. Subjective Data (data subyektif) ................................................... 21 2. Objective Data (data obyektif) ...................................................... 22 3. Assessment ..................................................................................... 22 xvi 4. Plan ................................................................................................ 23 F. Lama Rawat Inap ............................................................................... 23 G. Keterangan Empiris ........................................................................... 23 BAB III. METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 24 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 24 B. Definisi Operasional .......................................................................... 24 C. Subyek Uji ......................................................................................... 27 D. Bahan Penelitian ............................................................................... 27 E. Lokasi Penelitian ............................................................................... 27 F. Tata Cara Penelitian ........................................................................... 28 1. Persiapan ........................................................................................ 28 2. Pengumpulan data ......................................................................... 28 a. Penelusuran data ........................................................................ 28 b. Pengambilan data ...................................................................... 29 3. Penyelesaian data ........................................................................... 29 a. Pengolahan data ........................................................................ 29 b. Evaluasi data ............................................................................. 30 xvii 4. Analisis hasil data .......................................................................... 30 G. Kesulitan Penelitian .......................................................................... 31 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32 A. Karakteristik Demografi Pasien ........................................................ 33 1. Distribusi jenis kelamin ................................................................. 33 2. Distribusi umur .............................................................................. 34 3. Distribusi diagnosa penyakit ......................................................... 36 B. Profil Penggunaan Obat .................................................................... 37 1. Obat sistem gastrointestinal ........................................................... 38 2. Obat sistem pernafasan .................................................................. 38 3. Obat sistem saraf pusat .................................................................. 38 4. Hormon .......................................................................................... 39 5. Antiinfeksi ..................................................................................... 39 6. Vitamin dan mineral ...................................................................... 40 7. Nutrisi ............................................................................................ 40 8. Larutan intravena dan steril lain .................................................... 40 C. Profil Penggunaan Antibiotika .......................................................... 40 xviii 1. Golongan dan jenis antibiotika ...................................................... 40 2. Cara pemberian antibiotika ............................................................ 43 D. Outcome Terapi ................................................................................. 43 1. Lama Rawat Inap ........................................................................... 43 2. Keadaan pasien keluar ................................................................... 44 E. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................ 45 1. Dosis kurang .................................................................................. 46 2. Dosis berlebih ................................................................................ 47 3. Efek obat yang tidak diinginkan .................................................... 48 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 50 A. Kesimpulan ....................................................................................... 50 B. Saran .................................................................................................. 51 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53 LAMPIRAN .................................................................................................... 56 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 141 xix DAFTAR TABEL Hal. Tabel I Gejala – gejala Umum Penyakit Demam Tifoid ………….. 10 Tabel II Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab Munculnya Drug Related Problems (DRPs) Menurut Cipolle, Strand, Morley (2004) ………………... 20 Profil Penggunaan Obat pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 37 Golongan Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………………………………………… 41 Golongan dan Jenis Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………………………………………… 42 Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 46 Kasus DRPs Dosis Kurang pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 47 Kasus DRPs Dosis Berlebih pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………………………… 48 Tabel III Tabel IV Tabel V Tabel VI Tabel VII Tabel VIII xx Tabel IX Tabel X Tabel XI Tabel XII Tabel XIII Tabel XIV Tabel XV Tabel XVI Tabel XVII Tabel XVIII Kasus DRPs Efek Obat yang Tidak Diinginkan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 49 Kajian DRPs Kasus 1 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 56 Kajian DRPs Kasus 2 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 58 Kajian DRPs Kasus 3 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 60 Kajian DRPs Kasus 4 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 62 Kajian DRPs Kasus 5 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 64 Kajian DRPs Kasus 6 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 66 Kajian DRPs Kasus 7 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 68 Kajian DRPs Kasus 8 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 70 Kajian DRPs Kasus 9 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode xxi Tabel XIX Tabel XX Tabel XXI Tabel XXII Tabel XXIII Tabel XXIV Tabel XXV Tabel XXVI Tabel XXVII Tabel XXVIII Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 72 Kajian DRPs Kasus 10 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 74 Kajian DRPs Kasus 11 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 76 Kajian DRPs Kasus 12 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 78 Kajian DRPs Kasus 13 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 80 Kajian DRPs Kasus 14 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 82 Kajian DRPs Kasus 15 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 84 Kajian DRPs Kasus 16 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 86 Kajian DRPs Kasus 17 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 88 Kajian DRPs Kasus 18 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 90 Kajian DRPs Kasus 19 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode xxii Tabel XXIX Tabel XXX Tabel XXXI Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 92 Kajian DRPs Kasus 20 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 94 Kajian DRPs Kasus 21 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 96 Kajian DRPs Kasus 22 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 98 Tabel XXXII Kajian DRPs Kasus 23 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 100 Tabel XXXIII Kajian DRPs Kasus 24 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 102 Tabel XXXIV Kajian DRPs Kasus 25 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 104 Tabel XXXV Kajian DRPs Kasus 26 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 106 Tabel XXXVI Kajian DRPs Kasus 27 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 108 Tabel XXXVII Kajian DRPs Kasus 28 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 110 Tabel XXXVIII Kajian DRPs Kasus 29 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode xxiii Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 112 Tabel XXXIX Kajian DRPs Kasus 30 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 114 Tabel XL Kajian DRPs Kasus 31 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 116 Tabel XLI Kajian DRPs Kasus 32 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 118 Tabel XLII Kajian DRPs Kasus 33 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 120 Tabel XLIII Kajian DRPs Kasus 34 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 122 Tabel XLIV Kajian DRPs Kasus 35 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 124 Tabel XLV Kajian DRPs Kasus 36 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 126 Tabel XLVI Kajian DRPs Kasus 37 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 128 Tabel XLVII Kajian DRPs Kasus 38 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 130 Tabel XLVIII Kajian DRPs Kasus 39 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode xxiv Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 132 Tabel XLIX Kajian DRPs Kasus 40 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 134 xxv DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1 Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………………………………......... Gambar 2 33 Distribusi Umur Kelamin pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………………………………......... Gambar 3 35 Distribusi Diagnosa Penyakit pada Kelamin pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………………………………......... Gambar 4 Lama Perawatan Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam xxvi 36 Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ……………… Gambar 5 44 Keadaan Pasien Anak Penderita Demam Tifoid Keluar di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Berdasarkan Outcame ……………………………………………….. xxvii 45 DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1 Analisis SOAP ………………………………………... Lampiran 2 Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama Rawat Inap ……………………………………………. Lampiran 3 137 Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Pihak RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang ………………… xxviii 57 141 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air, dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengelohan makanan yang masih rendah (Widoyono, 2008). Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia ditemukan 900.000 kasus demam tifoid dengan lebih dari 20.000 kasus yang meninggal per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus dan angka kejadian dengan kultur darah positif demam tifoid sekitar 1026/100.000 per tahun (Anonim, 2003). 1 2 Penularan penyakit ini terjadi melalui saluran cerna dengan tertelannya bakteri Salmonella typhi, kemudian bakteri berkolonisasi dan menembus epitel dan menginfeksi folikel limfoid di usus halus (Peyeri Patches). Patogenitas tergantung pada faktor jumlah kuman, keasaman lambung, dan virulensi dengan menyebarnya bakteri melalui duktus torasikus ke sirkulasi sistemik (Chen dan Pohan, 2008). Bahaya yang ditimbulkan dari penyakit ini dapat berupa perdarahan akibat luka pada usus yang dapat menimbulkan syok dan kematian pada penderita. Maka untuk mencegah kejadian yang berbahaya akibat penyakit tersebut dapat dilakukan dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan tepat (Musnelina, Afdhal, Gani, Andayani, 2004). Pemilihan obat antibiotika atau obat alternatif lainnya oleh tenaga medis merupakan basis terakhir dari mata rantai distribusi obat yang legal di masyarakat dan merupakan pilihan terapi pada sebagian besar penyakit demam tifoid. Adanya penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi pada pasien terhadap salah satu atau lebih jenis antibiotika, yang sekarang dikenal dengan multi drug resistance (MDR) Salmonella typhi. Penyebab terjadinya MDR Salmonella typhi berkaitan dengan kasus drug related problems (DRPs) seperti pemakaian antibiotika yang berlebih, penggunaan antibiotika yang salah dan pemberian antibiotika yang kurang tepat (Hadinegoro, 1999). Karena pentingnya terapi terutama pada ketepatan pemilihan obat khususnya antibiotika pada anak–anak, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak 3 penderita demam tifoid. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data dari rekam medik periode Juni 2008 – Juni 2009 di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. 1. Permasalahan a. Bagaimana karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009? b. Bagaimana pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009? c. Bagaimana outcome terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009? d. Jenis kasus drug related problems (DRPs) apa saja yang teridentifikasi pada penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009? 2. Keaslian penelitian Berdasarkan studi pustaka penulis, penelitian tentang Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 belum pernah dilakukan. Penelitian serupa mengenai demam tifoid pada anak yang pernah dilakukan yaitu : 4 a) Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid Bagi Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2000 – Desember 2001 oleh Triana (2003) dengan pendekatan dari segi karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur, jumlah obat, golongan dan jenis obat, bentuk sediaan obat dan cara pemberian obat, efek samping obat, interaksi obat, ketepatan indikasi dan lama perawatan. b) Evaluasi DTP pada Pengobatan Kasus Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 – Juni 2008 oleh Sari (2009). Penelitian kasus demam tifoid ini dilakukan untuk mengevaluasi pengobatan yang digunakan selama perawatan dengan pendekatan evaluasi menggunakan DTP. c) Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002 oleh Musnelina, Afdhal, Gani, dan Andayani (2004). Pada penelitian ini untuk melihat bagaimana pola pemberian antibiotika dan alternatif antibiotika yang menjanjikan pada pengobatan demam tifoid anak digunakan seluruh pasien demam tifoid anak di instalasi rawat inap dengan periode yang telah ditentukan. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. 5 b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dalam penerapan pelayanan kefarmasian khususnya pada upaya peningkatan kualitas peresepan untuk terapi pengobatan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Intalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. 2. Tujuan khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. b. Mengetahui pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. c. Mengetahui outcome terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. 6 d. Mengetahui jenis kasus drug related problems (DRPs) apa saja yang teridentifikasi pada penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Demam Tifoid Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara berkembang (Musnelina, Afdhal, Gani, Andayani, 2004). 1. Epidemiologi Demam tifoid tersebar hampir di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi lingkungan setempat dan perilaku masyarakat (Widoyono, 2008). 2. Etiologi Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi yang merupakan bakteri Gram (-), tidak berkapsul, mempunyai flagela dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu antigen O (somatik), antigen H (flagela) dan antigen K (selaput) (Widoyono, 2008). 7 8 Salmonella mati dengan pemanasan sampai 54,4ºC selama 1 jam atau 60ºC selama 15 menit. Bakteri ini dapat hidup pada suhu kering atau suhu rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup berminggu-minggu dalam sampah, serta bahan makanan kering (Ashkenazi dan Thomas, 1999). 3. Patogenesis Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, bakteri menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial, dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi ini bersarang di plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999). Endotoksin Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat bakteri tersebut berkembang biak. Endotoksin yang dilepaskan oleh lekosit akan merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen sehingga terjadi demam (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan,1999). 4. Komplikasi Pada demam tifoid, komplikasi dapat dibagi dalam : 9 a. Komplikasi intestinal : 1) perdarahan usus 2) perforasi usus 3) ileus paralitik b. Komplikasi ekstra-intestinal: 1) Komplikasi kardiovaskuler, meliputi kegagalan perifer (renjatan sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis. 2) Komplikasi darah, meliputi anemia hemolitik, trombositopenia dan atau disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik. 3) Komplikasi paru, meliputi pneumonia, empiema dan pleuritis. 4) Komplikasi hepar dan kandung empedu, meliputi hepatitis dan kolesistitis. 5) Komplikasi ginjal, meliputi glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis. 6) Komplikasi tulang, meliputi osteomielitis, periostitis, spondilitis dan arthritis. 7) Komplikasi neuropsikiatrik, meliputi delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia. (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996) 10 5. Manifestasi klinik Masa inkubasi dapat berlangsung 7-14 hari tetapi dapat pula berkisar antara 3-30 hari (Ashkenazi dan Thomas, 1999). Tabel I. Gejala-gejala Umum Penyakit Demam Tifoid Dalam minggu pertama Keluhan dan gejala serupa Dalam minggu kedua dengan Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa penyakit infeksi akut pada umumnya, demam, bradikardi relatif, lidah tifoid yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri (kotor ditengah, tepi dan ujung merah, otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi dan tremor), hepatomegali, splenomegali, atau diare, perasaan tidak enak di perut, meteorismus, gangguan kesadaran dan batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan mental berupa somnolen, stupor, koma, fisik hanya didapatkan peningkatan suhu delirium atau psikosis dan roseolae badan. (namun jarang ditemukan pada orang Indonesia). (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999) Manifestasi klinis demam enterik ini dapat ditinjau dari umur, yaitu antara lain : a. Neonatus Gejala-gejala yang sering terjadi yaitu muntah, diare dan kembung. Suhu badan dapat mencapai 40,5 C (105 F), selain itu dapat terjadi kejang-kejang, hepatomegali, anoreksia dan kehilangan berat badan. Di samping itu pula dapat 11 menyebabkan aborsi dan persalinan prematur, demam tifoid dapat juga ditularkan selama kehamilan (Ashkenazi dan Thomas, 1999). b. Balita Demam tifoid enterik relatif jarang terjadi pada kelompok ini. Pada awal penyakit dapat terjadi sepsis yang sangat ringan sehingga sukar didiagnosis (Ashkenazi dan Thomas, 1999). c. Anak usia sekolah Gejala awal dimulai dengan demam, malaise, anoreksia, mialgia, nyeri kepala dan nyeri perut selama 2-3 hari. Pada awal perjalanan penyakit terjadi diare, konstipasi kemudian menjadi gejala yang lebih mencolok. Jarang terjadi gejala mual dan muntah serta memberi kesan komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu kedua dan ketiga. Pada beberapa anak dapat terjadi batuk, epistaksis dan kelesuan berat. Demam yang terjadi secara bertingkat menjadi menetap dan tinggi dalam 1 minggu, suhu badan sering mencapai 40 C (Ashkenazi dan Thomas, 1999). Selama minggu kedua penyakit, demam bertahan tinggi, malaise, anoreksia, batuk dan gejala-gejala perut bertambah parah. Penderita tampak sangat sakit, bingung, lesu, kadang mengigau dan pingsan. Tanda-tanda fisik meliputi bradikardi, hepatomegali, splenomegali dan perut kembung. Apabila tidak terjadi komplikasi, gejala dan tanda fisik sedikit demi sedikit sembuh dalam 2-4 minggu, tetapi malaise dan kelesuan dapat menetap selama 1-2 bulan. Penderita mungkin menjadi kurus pada akhir penyakit (Ashkenazi dan Thomas, 1999). 12 6. Pencegahan Untuk dapat mencegah penyakit ini harus tahu terlebih dahulu cara penularan dan faktor risikonya. Pada negara endemis seperti Indonesia, faktor resikonya antara lain makan makanan yang tidak terjamin kebersihannya, minum air yang terkontaminasi, kontak dengan penderita demam tifoid, sanitasi perumahan yang buruk, higiene perorangan yang tidak baik dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat (Anonim, 2008). Salmonella typhi dapat menular melalui jalur oro-fekal, di mana kuman ini masuk melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses yang mengandung Salmonella typhi. Maka kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono, 2008). Selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas, saat ini juga tersedia vaksin untuk tifoid. Ada 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular (disuntikan ke dalam otot) (Anonim, 2008). 7. Prognosis Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella typhi, serta cepat dan tepatnya pengobatan (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996). 13 Di negara maju dengan terapi antibiotika yang tepat, angka mortalitas di bawah 1% dan di negara yang sedang berkembang angka mortalitas lebih tinggi dari 10% (Ashkenazi dan Thomas, 1999). Kejadian mortalitas demam tifoid pada anak lebih rendah apabila dibandingkan dengan dewasa, di mana angka mortalitas pada anakanak hanya 2,6% dan pada orang dewasa 7,4% (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996). 8. Diagnosis Diagnosis demam tifoid ditegakan atas dasar riwayat penyakit, gambaran klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan leukosit, SGOT dan SGPT, biakan darah dan Uji Widal. Penegakkan diagnosis demam tifoid secara pasti dapat dilakukan apabila ditemukan Salmonella typhi dalam darah, sumsum tulang, tinja atau urin (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996). Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid. Peningkatan titer Uji Widal empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O yaitu 1 : 320 atau titer antibodi H yaitu 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa pasien Uji Widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999). 14 9. Penatalaksanaan terapi a. Outcome Outcome terapi kasus penyakit demam tifoid adalah mengurangi gejala dan komplikasi. b. Sasaran dan tujuan terapi 1) Menurunkan jumlah bakteri Salmonella typhi yang terdapat di tempat infeksi dengan tujuan memberikan terapi kausatif. 2) Menurunkan suhu badan ke kondisi normal yaitu 36-37 C dengan tujuan memberikan terapi simptomatis. 3) Mengurangi gejala klinik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi sebagai pengobatan simptomatis. 4) Mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula yaitu kondisi tubuh yang sehat dengan tujuan memberikan terapi suportif. c. Strategi terapi Penderita demam tifoid dengan gejala klinik sebaiknya dirawat di rumah sakit dengan harapan dapat mengoptimalkan terapi termasuk meminimalkan komplikasi dan mencegah pencemaran atau kontaminasi. Terapi demam tifoid terdiri dari : 1) Terapi non-farmakologi a) Istirahat. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah 15 untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996). b) Perawatan profesional. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia, hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996). c) Nutrisi. Pasien harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada pasien sakit berat, ada komplikasi dan penurunan kesadaran serta sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Selain itu pasien diharapkan diet dengan kandungan kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan usus atau perforasi usus. Diet untuk penderita demam tifoid, biasanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa (Hadinegoro, 2008). 16 2) Terapi farmakologi a) Terapi simptomatis Terapi simptomatis dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita, yakni vitamin, antipiretik untuk kenyamanan penderita terutama untuk anak dan antiemetik jika penderita muntah (Hadinegoro, 2008). b) Terapi antibiotika Terapi antibiotika kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 50-75 mg/kg BB/hari dapat diberikan setiap 6-8 jam untuk pemberian secara p.o./i.v. (maksimal 4 g/hari) (Gennrich dan Chan, 2004). Ampisilin memberikan respon perbaikan klinis yang kurang apabila dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian secara intravena. Amoksilin dengan dosis 100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian per oral. Kombinasi trimethoprim sulfametaksazol (TMP-SMZ) dengan dosis yang dianjurkan adalah TMP 10 mg/kg/hari atau SMZ 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, Satari, 2008). Pemberian sefalosporin generasi ketiga seperti seftriakson 50-75 mg/kg BB/hari dalam 1 atau 2 dosis (2-4 gram/hari untuk dosis dewasa) atau sefotaksim 40-80 mg/kg BB/hari dalam 2-3 dosis untuk pemberian secara i.v. (Anonim, 2003). Cefadroxil dengan pemberian dosis secara p.o. sebesar 17 30 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis (maksimal 2 g/hari) (Gennrich dan Chan, 2004). Thiamphenicol dengan dosis 30-100 mg/kg BB/hari (p.o.) (Anonim, 2009b). B. Pengobatan pada Anak Pentingnya perhatian terhadap pengobatan pada anak karena anak terutama neonatus mempunyai respon yang berbeda terhadap obat dibanding orang dewasa. Perhatian khusus diberikan pada masa neonatal (umur 0-30 hari) karena dosis harus selalu dihitung dengan cermat. Pada umur ini resiko toksisitas bertambah karena filtrasi renal yang belum efisien, defisiensi relatif enzim, sensitifitas organ sasaran yang berbeda dan belum adekuatnya sistem detoksifikasi yang menyebabkan lambatnya ekskresi obat (Anonim, 2000b). Perhitungan dosis untuk anak bisa dihitung dari dosis dewasa berdasarkan umur, berat badan, luas permukaan badan atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Sedangkan metode yang paling akurat adalah berdasarkan luas permukaan badan (Anonim, 2000b) untuk dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa penggolongan untuk membagi masa anak-anak. Berikut ini adalah penggolongan didasarkan pada saat terjadinya perubahan biologis (Anonim, 2000a) yaitu : 1. Neonatus : awal kelahiran - umur 1 bulan 2. Bayi : 1 bulan - 1 tahun 3. Anak : 1-12 tahun 4. Remaja : 13-17 tahun 18 5. Dewasa : > 18 tahun C. Antibiotika Antibiotika merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia dan antimikroba hanya terbatas pada jasad renik tidak termasuk kelompok parasit (Setiabudy dan Gan, 1995). Antibiotika yang digunakan untuk terapi infeksi Salmonella invasif (masuknya bakteri ke dalam jaringan tubuh) adalah ampisilin, trimetoprim, sulfametoksazol, sefalosporin atau kloramfenikol (Jawetz, Melnick, Adelberg, 1996). Mekanisme kerja antibiotika dapat bersifat bakterisid bila membunuh bakteri dan bakteriostatik bila menghambat pertumbuhan bakteri. Cara kerja antibiotika adalah sebagai berikut menghambat metabolisme sel mikroba (contoh : sulfonamida, trimetoprim dan sebagainya), menghambat sintesis dinding sel mikroba (contoh : penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan sikloserin), merusak keutuhan membran sel mikroba (contoh : polimiksin), menghambat sintesis protein mikroba (contoh : golongan aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol) dan menghambat serta merusak sintesis asam nukleat mikroba (contoh : rifampisin dan golongan kuinolon) (Setiabudy dan Gan, 1995). Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000b). Perlu pula beberapa pertimbangan, yaitu spektrum antibiotik, efektivitas, sifat-sifat farmakokinetik, 19 keamanan, pengalaman klinik sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman, super infeksi dan harga yang terjangkau (Anonim, 1992). D. Drug Related Problems (DRPs) Pengertian drug related problems (DRPs) yaitu kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang diduga atau terlibat dalam terapi obat yang menginginkan tercapainya tujuan terapi. Drug related problems (DRPs) merupakan sebuah konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang tidak tercapai (Cipolle, Strand, Moley, 2004). Salah satu tugas dan tanggung jawab farmasis dalam melakukan pelayanan kefarmasian yaitu melakukan identifikasi, mengatasi dan mencegah terjadinya DRPs. Untuk dapat mengidentifikasi, mengatasi dan mencegah DRPs, farmasis harus dapat memahami bagaimana pasien dengan DRPs ada dalam komunitas klinis. DRPs memiliki 3 komponen utama yaitu : 1. Kejadian atau risiko yang tidak diinginkan yang dialami pasien. Masalah dapat berupa komplain medis, tanda, symptom, diagnosis, penyakit, ketidakmampuan, nilai laboratorium yang tidak normal atau sindrom. 2. Terapi obat (produk dan atau aturan dosis) yang dilakukan. 3. Hubungan yang terjadi (atau diduga) antara kejadian pada pasien yang tidak diinginkan dan terapi obat. Hubungannya dapat berupa : a. konsekuensi terapi obat, hubungan langsung atau sebab akibat, atau 20 b. membutuhkan tambahan atau modifikasi terapi obat sebagai pemecahan maupun pencegahannya. Pencegahan DRPs dapat diatasi jika penyebabnya dapat diketahui secara pasti. Oleh karena itu penting untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan DRPs serta penyebab yang biasanya muncul. Berikut ini tabel I yang merupakan rangkuman dari penyebab yang umumnya dapat menimbulkan DRPs (Cipolle, Strand, Moley, 2004). Tabel II. Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab Munculnya Drug Related Problems (DRPs) (Cipolle, Strand, Moley, 2004) Drug Related Problems 1. Tidak perlu obat (Unnecesary drug Therapy) a. b. c. d. 2. Butuh obat (Need for additional drug therapy) 3. Obat tidak efektif (Ineffective drug) a. b. c. a. b. 4. Dosis kurang (Dosage too low) c. a. b. c. d. 5. Dosis berlebih (Dosage too high) a. b. c. d. Penyebab Umum Terjadinya DRPs Obat yang diberikan tidak ada indikasi pada saat itu. Pemberian obat kombinasi yang seharusnya cukup dengan satu obat saja. Kondisi pasien yang lebih baik disembuhkan dengan terapi non farmakologi. Pasien meminum obat untuk mencegah efek samping yang seharusnya dapat dihindarkan. Kondisi baru yang membutuhkan obat. Kondisi yang memiliki resiko kejadian efek samping dan membutuhkan obat untuk mencegahnya. Kondisi yang membutuhkan kombinasi obat. Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk mengatasi masalah pasien. Kondisi pasien susah disembuhkan dengan obat yang diberikan. Cara pemberian obat yang tidak sesuai. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menimbulkan respon. Interval pemberian kurang untuk menimbulkan respon yang diinginkan. Interaksi obat mengurangi kadar obat aktif yang tersedia. Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon yang diinginkan. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi. Frekuensi pemberian obat terlalu pendek. Durasi terapi obat terlalu lama. Pemberian obat dilakukan terlalu cepat. 21 6. Efek obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction) 7. Ketidaktaatan Pasien (Uncompliance) a. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. b. Dibutuhkan obat yang lebih aman karena ada faktor resiko. c. Interaksi obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan. d. Regimen dosis yang diberikan atau diganti terlalu cepat. e. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi alergi. f. Obat yang diberikan kontraindikasi karena ada faktor resiko. a. Pasien tidak mengeri instruksi yang diberikan. b. Pasien lebih memilih tidak meminum obat. c. Pasien lupa meminum obat. d. Obat terlalu mahal bagi pasien. e. Pasien tidak dapat meminum atau menggunakan sendiri obat dengan tepat. f. Obat tidak tersedia bagi pasien. E. SOAP (Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan) Dalam proses pengumpulan informasi yang diperoleh dari medical record (rekam medis) maka untuk mempermudah proses ini dibutuhkan suatu sarana atau metode yang telah lama digunakan yaitu SOAP (Subjective data, Objective data, Assessment and Plan). Dengan informasi (rekam medis) yang telah terkumpul tersebut maka dapat membantu untuk dalam penyelesaian masalah atau situasi yang kompleks (Kimble dan Young, 2005). 1. Subjective data (data subyektif) Data subyektif merupakan informasi yang dapat diketahui dari informasi yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang merawat pasien. Informasi yang termasuk dalam data subyektif (Jones dan Rospond, 2003) yaitu : 22 a. keluhan atau gejala yang dirasakan pasien b. riwayat terkait gejala yang dirasakan c. riwayat penyakit d. riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping e. alergi f. riwayat sosial atau keluarga 2. Objective data (data obyektif) Data obyektif ini berisi berdasarkan informasi hasil observasi atau pengukuran (Kimble and Young, 2005). Informasi yang termasuk dalam data obyektif (Jones dan Rospond, 2003) yaitu : a. data vital b. pemeriksaan fisik c. hasil tes laboratorium d. konsentrasi obat dalam serum e. hasil tes diagnosa f. profil pengobatan 3. Assessment Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, untuk langkah selanjutnya adalah menegakan diagnosis pasien. Selain itu juga diperlukan pengidentifikasian terhadap DRPs (Kimble dan Young, 2005). 23 4. Plan Pada tahap selanjutnya dilakukan suatu perencanaan terhadap terapi yang akan diberikan atau direkomendasikan terhadap kasus DRPs yang telah diidentifikasi. Selain itu juga diperlukan pembelajaran kepada pasien mengenai masalah kesehatan serta pengobatan yang dilakukan untuk dapat mencapai target penyembuhan penyakit maupun pemeliharaan kondisi pasien (Kimble dan Young, 2005). F. Lama Rawat Inap Lama rawat inap didefinisikan sebagai lama satu episode perawatan pasien di rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit mencatat hari dan tanggal saat pasien masuk dan keluar, kemudian lama rawat inap tersebut dihitung dengan cara tanggal kepulangan dikurangi tanggal pada saat pasien masuk ke rumah sakit (Ridge, Hoffmann, Zimmerman, 1997). G. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental (observatif) dengan rancangan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini dikatakan termasuk penelitian noneksperimental karena peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap subyek uji dan hanya melakukan pengamatan atau observasi. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena penelitian ini dilakukan hanya bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif dari fenomena kesehatan yang terjadi dan kemudian mengevaluasi data dari rekam medis. Penelitian bersifat retrospektif karena perolehan data berasal dari lembar rekam medis pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. B. Definisi Operasional 1. Lembar rekam medis (medical record) merupakan lembar catatan dokter dan perawat yang berisi data klinis serta perkembangan kondisi pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. 2. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi. 24 25 3. Pasien anak dalam penelitian ini adalah semua penderita demam tifoid yang berumur kurang dari atau sama dengan 12 tahun tanpa penyakit penyerta yang menjalani perawatan dengan pengobatan hingga dinyatakan sembuh oleh dokter di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 dan masing-masing anak digolongkan berdasarkan jenis kelamin. Masing-masing dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : a. Umur ≤ 1 tahun (neonatus) b. Umur > 1-5 tahun (balita) c. Umur > 5-12 tahun (anak sekolah) 4. Kelas perawatan pasien yang tercantum pada rekam medis, yaitu kelas I, II dan III. 5. Lama rawat inap adalah lama waktu perawatan pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 yang tercantum pada rekam medis pasien, dihitung dari hari saat pasien masuk sampai hari pasien pulang. 6. Jenis obat antibiotika adalah berbagai obat antibiotika dalam golongan yang diberikan kepada pasien anak penderita demam tifoid selama mendapat perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Obat antibiotika yang dibagi menjadi jenis antibiotika tunggal dan kombinasi. 7. Drug related problems (DRPs) yaitu masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan pemberian antibiotika pasien anak penderita demam tifoid 26 di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. 8. Fokus penentuan DRPs pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 meliputi : a. Terapi obat yang tidak perlu yaitu DRPs yang terjadi jika pasien tidak memiliki indikasi yang mendukung untuk mendapatkan terapi obat antibiotika yang diberikan. b. Membutuhkan obat tambahan yaitu DRPs yang terjadi jika pasien memerlukan tambahan antibiotika lain atau dikombinasikan dengan antibiotika yang sudah diterima pasien yang bertujuan untuk menangani kemungkinan infeksi. c. Salah obat yaitu DRPs yang terjadi jika pemilihan jenis dan rute pemberian antibiotika yang digunakan pasien tidak sesuai dengan disarankan untuk digunakan pada literatur pembanding. d. Dosis terlalu rendah yaitu DRPs yang terjadi jika pasien menerima dosis obat antibiotika yang terlalu rendah yaitu kurang dari kisaran dosis yang normal atau waktu pemberian yang kurang tepat. e. Adanya efek samping obat yaitu DRPs yang terjadi akibat penggunaan obat antibiotika atau interaksi antara antibiotika yang digunakan dengan obat-obat lain yang diterima pasien. 27 f. Dosis terlalu tinggi yaitu DRPs yang terjadi jika dosis antibiotika yang diberikan ke pasien dosisnya terlalu tinggi atau melewati kisaran dosis yang normal. C. Subyek Uji Subyek dalam penelitian ini adalah pasien umur ≤ 1-12 tahun dengan diagnosis demam tifoid yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Jumlah kasus dalam penelitian ini sebanyak 47 kasus. D. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medis pasien anak penderita demam tifoid yang di rawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. E. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid dilakukan di instalasi catatan medik RSUD DR. AGOESDJAM Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. 28 F. Tata Cara Penelitian Proses penyelesaian penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : 1. Persiapan Pada tahap ini dilakukan dengan penentuan dan penganalisisan masalah yang akan dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya survei terhadap jumlah pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Kemudian dilakukan pembuatan proposal dan surat perijinan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. 2. Pengumpulan data Proses pengambilan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut : a. Penelusuran data Dilakukan dengan cara melihat daftar data pasien dari instalasi catatan medis RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. Dari daftar data tersebut diketahui jumlah kasus dan nomor rekam medis, selanjutnya data nomor rekam medis tersebut digunakan untuk menelusuri lembar status pasien (lembar catatan medis). Dari keseluruhan daftar data pasien yang mengalami demam tifoid selama 1 tahun terakhir (periode Juni 2008 – Juni 2009) yang diperoleh, dipilih hanya 47 kasus demam tifoid pada anak umur ≤ 1-12 tahun untuk pengambilan data. 29 b. Pengambilan data Lembar status pasien yang didapatkan dari hasil penelusuran seluruh data pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 47 kasus, selanjutnya data masing-masing kasus ditulis kembali ke dalam lembar pencatatan. Data yang dikumpulkan meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, berat badan, keluhan utama, diagnosa utama, utcome terapi yang terdiri dari lama perwatan dan keadaan pasien keluar, data laboratorium, data tanda vital, terapi yang diberikan dan perkembangan pasien selama menjalani perawatan. 3. Penyelesaian data a. Pengolahan data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel atau gambar kemudian dideskripsikan. Gambar berisi mengenai karakteristik demografi pasien yang meliputi distribusi jenis kelamin, umur dan diagnosa penyakit; serta outcome terapi yang meliputi lama rawat inap dan keadaan pasien keluar. Sedangkan tabel data berisi profil penggunaan obat pasien selama rawat inap, pola pemberian antibiotika selama rawat inap, dan kajian mengenai DRPs yang dijabarkan menggunakan metode SOAP. Pada analisis kerasionalan dalam penelitian ini parameter DRPs yang digunakan hanya 6 parameter tanpa mengikutsertakan kepatuhan pasien, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam penelitian. 30 b. Evaluasi data Evaluasi yang dilakukan berdasarkan kasus per kasus. Kerasionalan terapi (DRPs) pemberian antibiotika selama rawat inap yang digunakan pada analisis kasus berdasarkan pustaka acuan Background document: The Diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever, Communicable Disease Surveillance and Response Vaccines and Biologicals (WHO), Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Drug Information Handbook with International Trade Names Index Edisi 17, PIO Indonesia, Pediatric Drug Reference 2004 Edition, MIMS Indonesia Online. 4. Analisis hasil data Untuk analaisis hasil dilakukan sebagai berikut : a. Karakteristik demografi pasien digambarkan dalam persentase mengenai distribusi jenis kelamin, umur, diagnosa penyakit dan outcome yang dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%. b. Pola penggunaan antibiotika yang meliputi golongan dan jenis antibiotika yang digunakan, waktu dan cara pemberian antibiotika. c. Kajian DRPs dijabarkan dengan metode SOAP. Pada bagian subjective dijabarkan mengenai jenis kelamin, umur, berat badan, keluhan utama, diagnosa utama dan keadaan pasien keluar. Bagian objective mengenai data laboratorium, data tanda vital dan terapi yang diberikan selama perawatan. 31 Sedangkan pembahasan DRPs akan dijabarkan dalam assessment yang akan diselesaikan atau dipecahkan melalui plan. d. Semua kajian DRPs kemudian dirangkum dan dikelompokkan berdasarkan kasus yang terjadi pada keenam parameter DRPs beserta jenis obat dan zat aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap adanya DRPs. G. Kesulitan Penelitian Kesulitan yang ditemui dalam penelitian ini, antara lain : 1. Waktu pengambilan data cukup singkat. Selain itu, pengambilan data tidak dapat dilakukan setiap hari. Hal tersebut dapat sedikit teratasi dengan mempersiapkan lembar pengumpul data yang berisi tabel-tabel mengenai data yang akan diambil sehingga mempermudah dan mempercepat proses pencatatan ulang rekam medis. 2. Kesulitan pada saat melakukan pencatatan ulang setiap lembar status pasien karena terdapat tulisan yang yang tidak jelas pada lembar status pasien, seperti diagnosa pasien, jenis dan dosis obat serta waktu pemberian obat yang tidak selalu ditulis lengkap dalam lembar status pasien. Kesulitan ini dapat teratasi dengan bertanya pada staf di Instalasi Rekam Medis dan apoteker di bagian Instalasi Farmasi RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dilakukan dengan penelusuran terhadap kasus pasien anak (pediatri) yang dinyatakan terdiagnosis demam tifoid. Berdasarkan data pasien anak yang telah dikelompokkan, diperoleh 47 kasus, akan tetapi dalam proses analisis hanya digunakan data lembar status pasien sebanyak 40 kasus dengan menghitung banyaknya kasus rawat inap yang terjadi selama periode Juni 2008 – Juni 2009 dan data yang dapat dianalisis. Adanya pengurangan jumlah kasus yang diteliti dalam penelitian ini disebabkan karena umur pasien yang tidak termasuk dalam range (≤ 1-12 tahun) yaitu 6 kasus dan 1 kasus dengan data yang tidak lengkap. Hasil penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dibagi menjadi karakteristik demografi pasien, profil penggunaan obat secara kseluruhan selama pasien dirawat inap, profil penggunaan antibiotika, outcome terapi dan kajian DRPs. Karakteristik demografi pasien anak penderita demam tifoid meliputi distribusi jenis kelamin, umur dan berat badan. Profil penggunaan obat selama pasien dirawat inap meliputi semua golongan obat yang diberikan kepada pasien selama rawat inap. Profil penggunaan antibiotika terbagi menjadi golongan dan jenis 32 33 antibiotika, indikasi dann pilihan terrapi antibiotiika, dan wakktu pemberiian a antibiotika. Untuk outccome terapi meliputi laama rawat inap dan keeadaan pasiien k keluar. Sedaangkan kajiaan DRPs dijaabarkan denggan mengguunakan metodde SOAP paada l lampiran, keemudian pem masalahan yaang diperoleeh dibahas berdasarkan b k kategori DRPs y yang terjadi pada masingg-masing kaasus. A. Karakteeristik Dem mografi Pasieen 1 Distribu 1. usi jenis kelaamin Pengelompookan kasus demam tifoiid pada anaak di Instalaasi Rawat Innap R RSUD DR. AGOESDJJAM Ketappang berdasaarkan distribbusi jenis kelamin k dappat d dilihat pada gambar 1 beerikut ini. 45% 55% 1 Laki‐laki 2 Perempuan Gamb bar 1. Distribusi Jenis Kelamin K pad da Pasien Anak A Penderrita Demam m Tiffoid di Instaalasi Rawat Inap RSUD D DR. AGOE ESDJAM Ketapang K Period de Juni 20088 – Juni 2009 34 Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki pada pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 22 pasien (55%) dan sisanya berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 pasien (45%). Dari distribusi jenis kelamin ini dapat diketahui yakni secara statistik angka kejadian kasus demam tifoid antara pasien anak laki-laki tidak berbeda jauh dibandingkan pada anak perempuan. Meskipun jumlah persentase pasien anak berjenis kelamin laki-laki pada kasus demam tifoid lebih banyak daripada anak perempuan, persentase ini tidak dapat dijadikan ukuran bahwa prevalensi demam tifoid lebih banyak terjadi pada laki-laki. Sebab demam tifoid dapat menyerang pada setiap orang tanpa melihat jenis kelamin. Adanya persentase pasien anak laki-laki lebih banyak menderita demam tifoid dibandingkan anak perempuan, karena anak laki-laki lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini memungkinkan anak laki-laki mendapatkan resiko lebih besar terkena penyakit demam tifoid dibandingkan dengan anak perempuan. 2. Distribusi umur Gambaran mengenai distribusi umur pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini. 35 5% 17% ≤ 1 th > 1 ‐ 5 th 78% > 5 ‐ 12 th Gamba ar 2. Distrib busi Umur pada p Pasien n Anak Pend derita Demaam Tifoid di d Instalasi Rawat R Inap p RSUD DR. AGOESDJJAM Ketap pang Period de Juni 20088 – Juni 2009 Pengelompookan umur pasien p dibaggi menjadi 3 bagian yaaitu kelomppok u umur ≤ 1 tah hun, > 1-5 taahun dan > 5-12 5 tahun. Pada P gambarr 2 tersebut tampak bahw wa a angka kejad dian demam tifoid banyyak diderita oleh anak pada p rentangg umur > 5--12 t tahun yaitu sebanyak 31 pasien (788%), diikuti anak pada rentang r umuur > 1-5 tahhun s sebanyak 7 pasien (17% %) dan anak umur ≤ 1 taahun sebanyyak 2 pasienn (5%). Hal ini m menunjukan n bahwa padda umur > 5--12 tahun merupakan m um mur yang raawan terjangkit d demam tifoiid, karena paada umur terrsebut adalahh usia sekolaah dan merekka mempunyyai k kebiasaan membeli m makkanan dan minuman m di lingkungan sekolah s mauupun di pingggir j jalan yang higienenya h t tidak dapat dijamin. Olleh karena itu i lingkunggan yang tiddak t terjamin keb bersihannya berperan bessar dalam peenyebaran Saalmonella typ yphi. 36 3 Distribu 3. usi diagnosaa penyakit Diagnosa peenyakit dem mam tifoid daapat dilakukkan dengan melihat m gejalag gejala klinik k yang ada dan d disertai hasil pemerriksaan penuunjang laborratorium. Paada k kasus demaam tifoid pada p pasienn anak di Instalasi Rawat R Inap RSUD DR. D A AGOESDJA AM Ketapanng dilakukann diagnosa penyakit dinyatakan daalam diagnoosa u utama. Adap pun diagnossa utama padda kasus ini dibagi menj njadi 2 yaitu demam tifooid d demam tifoid dengaan penyakit lain. dan l 25% Demam m tifoid 75 5% Demam m tifoid dengan penyakiit lain Gam mbar 3. Disttribusi Diaggnosa Penyaakit pada Paasien Anak Penderita Demam m Tifoid di Instalasi I Raawat Inap RSUD R DR. AGOESDJA A AM Ketapan ng Period de Juni 20088 – Juni 2009 Pada gambar 3 dapat dilihat bahhwa diagnosa demam tifoid denggan p penyakit laain memilikki persentasse yang lebbih tinggi yaitu 75% % (30 pasieen) d dibandingka an diagnosa yang hanyaa demam tiffoid yaitu 255% (10 pasiien). Diagnoosa d demam tifoiid menyatakkan bahwa pasien p hanya menderitaa demam tifo foid saja tannpa 37 disertai penyakit lain. Sedangkan demam tifoid dengan penyakit lain yaitu pasien tidak hanya menderita demam tifoid tetapi juga penyakit lain. Hal ini dapat disebabkan karena pasien sebelumnya sudah terinfeksi mikroba, misalnya dalam kasus ini adalah malaria yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium. B. Profil Penggunaan Obat Terapi pengobatan pada pasien anak penderita demam tifoid tanpa penyakit lain maupun demam tifoid dengan penyakit lain ini terdiri dari 8 kelas terapi. Tabel III. Profil Penggunaan Obat pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 NO Penggolongan obat Jumlah kasus (n=40) 37 Persentase (%) 1 Sistem Gastrointestinal 92,5 2 Sistem Pernafasan 3 7,5 3 Sistem Saraf Pusat 38 95 4 Hormon 1 2,5 5 Antiinfeksi 40 100 6 Vitamin dan mineral 1 2,5 7 Nutrisi 38 95 8 Larutan intravena dan steril lain 8 20 Penggunaan obat terbanyak terdapat pada kelas terapi obat antiinfeksi. Posisi kedua penggunaan obat terbanyak ditempati oleh kelas terapi nutrisi dengan jumlah dalam kasus sebanyak 59 kasus dibandingkan dengan obat pada sistem saraf 38 pusat yang hanya 55 kasus. Hal tersebut sesuai dengan terapi pilihan untuk mencapai tujuan pengobatan yang dilakukan pada subyek penelitian. 1. Obat sistem gastrointestinal Gangguan saluran cerna yang dialami pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dapat berupa penyakit yang sudah diderita pasien sebelumnya atau karena gangguan pada saat perawatan di rumah sakit. Golongan obat yang bekerja di sistem gastrointestinal digunakan untuk menurunkan atau mengurangi keasaman lambung, mengurangi rasa mual dan muntah, mengatasi diare, serta perut kembung (antiflatulen) yang diderita oleh pasien. Gejala gastrointestinal timbul karena bakteri Salmonella typhi di dalam tubuh menempel pada usus sehingga menyebabkan terjadinya luka pada usus (ulkus). 2. Obat sistem pernafasan Obat saluran nafas digunakan untuk mengurangi gejala batuk yang mungkin disebabkan karena adanya Salmonella typhi yang masuk ke paru atau bronkhi. Pengobatan yang diberikan bersifat pengobatan simptomatis untuk mengurangi gejala batuk, pada kasus ini diatasi dengan pemberian ekspektoran dan mukolitik. 3. Obat sistem saraf pusat Penggunaan obat sistem saraf pusat yang paling banyak digunakan adalah golongan analgesik (non opiat) dan antipiretik. Golongan obat analgesik-antipiretik digunakan dengan tujuan mengurangi gejala klinis yang muncul seperti sakit kepala (pusing), panas maupun demam tinggi. Selain itu dapat juga digunakan golongan obat 39 OAINS untuk mengatasi rasa nyeri, sakit kepala dan demam, pada kasus ini OINS yang digunakan yaitu diclofenac Na dan ibuprofen. Sebaiknya ibuprofen tidak digunakan dalam jangka panjang terutama untuk anak-anak karena dapat menyebabkan Reyes Syndrome. Gejala klinis demam tifoid pada anak juga timbul gejala kejang oleh karena itu dalam kasus ini terdapat penggunaan diazepam selama perawatan di rumah sakit. 4. Hormon Obat hormonal yang digunakan adalah obat golongan kortikosteroid terutama antiinflamasi sistemik. Jenis obat yang digunakan adalah dexamethasone. Golongan kortikosteroid digunakan sebagai anti-inflamasi. Obat ini digunakan sebagai anti radang atau anti alergi bila pasien mengalami peradangan atau alergi. 5. Antiinfeksi Terapi dengan antiinfeksi terutama antibiotika merupakan strategi utama dalam pengobatan penyakit demam tifoid. Penyakit demam tifoid disebabkan karena bakteri Salmonella typhi yang berada dalam tubuh oleh karena itu pemberian antibiotika bertujuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Pada penelitian ini dari 40 kasus demam tifoid terdapat 30 kasus pasien mengalami demam tifoid yang disertai malaria. Dalam pengatasan kasus ini maka pemberian antimalaria akan sangat efektif untuk mengatasi penyakit malaria. 40 6. Vitamin dan mineral Pemberian vitamin dan mineral sangat penting untuk pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit untuk menjaga kondisi tubuh pasien. Terutama karena pasien yang lebih rentan terkena penyakit. 7. Nutrisi Ketersediaan nutrisi diperlukan pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit. Pemberian nutrisi harus dapat diperhatikan untuk mencegah terjadinya malnutrisi dan dehidrasi. Hampir semua pasien mendapatkan tambahan elektrolit (natrium, kalium, klorida) untuk mengatasi dan mencegah terjadinya dehidrasi. Suplemen dan penambah nafsu makan akan lebih memberikan manfaat ketahanan sistem imun tubuh pasien dengan asupan makanan yang cukup. 8. Larutan intravena dan steril lain Cairan intravena yang mengandung dekstrosa diberikan untuk menjaga keseimbangan kondisi pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dan tidak cukup memenuhi asupan secara per oral. C. Profil Penggunaan Antibiotika Profil penggunaan antibiotika dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan dan jenis antibiotika, cara pemberian, dan waktu pemberian antibiotika. 1. Golongan dan jenis antibiotika Golongan antibiotika dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan kloramfenikol, sefalosporin generasi I dan sefalosporin generasi III. Jumlah 41 penggunaan antibiotika golongan kloramfenikol terdapat 45 dalam kasus dengan presentase 65,2%. Banyaknya jumlah penggunaan antibiotika golongan kloramfenikol dibandingkan dengan antibiotika golongan sefalosporin generasi I (2,9%) dan sefalosporin generasi III (31,9%) pada tabel IV menunjukkan bahwa kloramfenikol merupakan antibiotika pilihan utama untuk demam tifoid pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 karena keampuhan kloramfenikol yang masih diakui berdasarkan efektivitasnya terhadap Salmonella typhi disamping obat tersebut relatif murah. Tabel IV. Golongan Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 NO Golongan obat Jumlah obat dalam kasus (n=69) Persentase (%) 1 Kloramfenikol 45 65,2 2 Sefalosporin generasi I 2 2,9 3 Sefalosporin generasi III 22 31,9 Antibiotika golongan kloramfenikol merupakan antibiotika yang bersifat bakteriostatik terutama terhadap bakteri Gram (-). Kloramfenikol mengikat 50S secara reversibel dan menghambat kerja dari peptidil transferase sehingga pengikat asam amino ke peptida baru menjadi terhambat. Akibatnya sintesis protein menjadi terhambat. Menurut WHO, angka relaps pada pengobatan demam tifoid dengan menggunakan kloramfenikol berkisar 5-7% untuk penggunaan jangka panjang (14 hari). Jenis antibiotika golongan kloramfenikol yang banyak digunakan dalam 42 penelitian ini adalah Colsancetine® yang diberikan secara i.v. dengan jumlah dalam kasus sebanyak 26 (37,7%). Tabel V. Golongan dan Jenis Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Golongan obat Zat aktif Kloramfenikol Chloramphenicol Na succinate Chloramphenicol palmitate Thiamphenicol Jumlah obat dalam kasus (n=69) Persentase (%) larutan i.v sirup 26 37,7 1 1,4 Biothicol® kapsul 3 4 4,4 5,8 Thiamycin® sirup kering sirup 2 3 2,9 4,4 3 2 1 4,4 2,9 1,4 2 2,9 17 24,6 5 7,2 Jenis obat Colsancetine® Bentuk sediaan sirup forte kaplet kapsul Sefalosporin generasi I Sefalosporin generasi III Chloramphenicol Chloramex® Cefadroxil monhydrate Cefotaxime Na Cefat® Taxegram® Ceftriaxone Terfacef® serbuk i.v. sirup kering serbuk i.v. serbuk i.v. Sedangkan golongan sefalosporin merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid (pada fase pertumbuhan bakteri) terutama bakteri Gram negatif, dengan menghambat sintesis peptidoglikan yang merupakan komponen penyusun dinding sel bakteri. Jenis obat golongan sefalosporin yang digunakan untuk pengobatan demam tifoid dalam penelitian ini terdiri atas 2 golongan dengan masing- 43 masing jenis obat, golongan sefalosporin generasi I yaitu Cefat® dengan presentase 2,9%, dan sefalosporin generasi III yaitu Taxegram® (24%) dan Terfacef® (7,2%). 2. Cara pemberian antibiotika Cara pemberian obat antibiotika pada penelitian ini ada 2 macam yaitu peroral dan parenteral. Kedua macam cara pemberian tersebut disesuaikan dengan kondisi pasien. Pemberian secara parenteral paling banyak digunakan pada 49 dalam kasus. Perkembangan kondisi pasien yang pada umumnya mengalami mual dan muntah merupakan faktor pendukung yang menyebabkan antibiotika diberikan secara parenteral. Pemberian secara parenteral juga memiliki keuntungan seperti dapat mencapai efek yang cepat, kadar obat di dalam darah tetap sehingga efek obat yang diharapkan lebih maksimal. Pemberian antibiotika secara parenteral dapat dihentikan dan digantikan dengan pemberian secara peroral pada saat kondisi pasien sudah tidak mengalami mual dan muntah. Pada penelitian ini terdapat 20 dalam kasus untuk pemberian antibiotika secara peroral. D. Outcome Terapi Outcome terapi dapat diketahui dari lama rawat inap dan keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit. 1. Lama Rawat Inap Pasien demam tifoid pada anak yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 mempunyai lama 44 r rawat inap antara a 1-3 hari h sebanyaak 21 kasuus (52,5%) dan d 4-6 harii sebanyak 18 k kasus (45%)). Hal ini dissebabkan oleh karena keeputusan tennaga medis di d rumah sakkit t tersebut agaar pasien teerbebas darii demam seehingga terjadinya relapps yang tiddak d diinginkan dapat d dihindaari. 3 3% 45% % 52% 1 ‐ 3 hari 4 ‐ 6 hari 7 ‐ 9 hari Gam mbar 4. Lam ma Perawataan Pasien Anak A Penderrita Demam m Tifoid di Instalasi Rawat R Inap p RSUD DR. AGOESDJJAM Ketap pang Period de Juni 20088 – Juni 2009 Selain itu terdapat puula pasien yang y dirawaat antara 7-9 hari, yaang k kemungkina an disebabkaan oleh faktoor derajat pennyakit yang berbeda-bedda pada pasiien d ada atau dan u tidaknya penyakit p lainn seperti halnnya dalam penelitian p inii yaitu malarria s selain demam m tifoid. 2 Keadaan 2. n pasien kelluar Keadaan paasien keluarr rumah sakkit merupakkan keadaann pasien yaang d dapat berupaa keadaan membaik/sem m mbuh, keluarr atas permintaan sendirri, rawat jalaan, 45 k keadaan sem makin parahh, atau meniinggal. Gam mbar berikutt ini menyaj ajikan keadaaan p pasien keluaar dari rumahh sakit yangg menjalani perawatan p deemam tifoidd. Sebanyak 39 k kasus (97%)) keluar rum mah sakit denngan keadaaan membaik dan 1 kasuss (3%) denggan k keadaan sem mbuh. 3 3% Membaikk 97% Sembuh Gam mbar 5. Keaadaan Pasien Anak Pen nderita Dem mam Tifoid Keluar K di Instalasi Rawat R Inap p RSUD DR. AGOESDJJAM Ketap pang Periodee Juni 2008 – Juni 20099 Berdasark kan Outcom me Sedangkan keadaan laiin seperti paasien pulangg atas permiintaan sendiiri, r rawat jalan, keadaan meemburuk dann pasien meeninggal dunnia tidak diteemukan dalaam p penelitian in ni. E. Drug Related R Probblems (DRPss) Identifikasi DRPs dilakkukan dengan mengevaaluasi permaasalahan yaang berkaitan dengan d pengggunaan anttibiotika sellama rawat inap padaa pasien annak 46 penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Dari 40 kasus demam tifoid pada pasien anak di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 diperoleh 3 kasus DRPs yaitu kasus dosis kurang, dosis berlebih dan efek obat yang tidak diinginkan. DRPs yang diperoleh yaitu 4 dalam kasus dosis kurang, 2 dalam kasus berlebih dan 2 dalam kasus efek obat yang tidak diinginkan. Tabel VI. Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 NO 1 2 3 Jenis DRPs DRP dosis kurang DRP dosis berlebih DRP efek obat yang tidak diinginkan Jumlah dalam kasus (n=40) 4 2 2 Nomor kasus 10, 21, 27, 29 20, 25 3, 27 Persentase (%) 10 5 5 1. Dosis kurang Evaluasi DRP dosis kurang pada penggunaan antibiotika dalam penelitian ini perlu melihat antara antibiotika yang digunakan, bentuk sediaan antibiotika tersebut, dan waktu penggunaan antibiotika. Pada pengobatan kurangnya dosis yang diberikan akan mempengaruhi efek terapi yang akan dicapai serta lamanya masa perawatan. Pada kasus nomor 10 dan 21 terjadi DRP dosis terlalu rendah, pasien menerima thiamphenicol (Biothicol®) hanya 125 mg sebanyak 3 kali/hari dalam bentuk sediaan sirup kering. Sedangkan pada penggunaan Thiamycin®, terjadi DRP dosis terlalu rendah pada kasus nomor 27 dan 29 pasien menerima thiamphenicol 47 sebesar 125 mg sebanyak 3 kali/hari dalam bentuk sirup. Berdasarkan MIMS, antibiotika golongan thiamphenicol dosis untuk pasien anak sebesar 30-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Tabel VII. Kasus DRPs Dosis Kurang pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Jenis Antibiotika Thiamphenicol Nomor Kasus Penilaian 10, 21 Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol®) diberikan 125 mg x 3/hari. 27 Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 125 mg x 3/hari. 29 Rekomendasi Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b). Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b). Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 4 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b). 2. Dosis berlebih DRP dosis terlalu tinggi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu pada pemberian antibiotika chloramphenicol, thiamphenicol dan ceftriaxone. Pemberian dosis antibiotika pada pasien anak perlu pertimbangan secara khusus karena pada usia anak fungsi absorbsi, distribusi dan eliminasi belum dapat bekerja sempurna. Hal ini 48 dapat berpengaruh pada kadar obat dalam darah dan risiko terjadinya resistan terhadap antibiotika yang digunakan. Pada tabel VIII menunjukkan bahwa pada kasus nomor 20 dan 25 terjadi DRP dosis terlalu tinggi, pasien menerima thiamphenicol (Thiamycin®) secara p.o. dalam bentuk sediaan kaplet dengan dosis yaitu 1000 mg setiap 8 jam/hari. Berdasarkan MIMS, antibiotika golongan thiamphenicol dosis untuk pasien anak sebesar 30-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Tabel VIII. Kasus DRPs Dosis Berlebih pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Jenis Antibiotika Thiamphenicol Nomor Kasus Penilaian Rekomendasi 20, 25 Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari. Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi (Anonim, 2009b). 3. Efek obat yang tidak diinginkan Interaksi obat yang menyebabkan reaksi merugikan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis obat merupakan salah satu bentuk efek obat yang tidak diinginkan. Pemilihan antibiotika selain melihat efektivitas terapi dan dosisnya juga perlu melihat adanya potensi interaksi antara anibiotika dengan obat selain antibiotika yang diberikan pasien pada saat itu. Sehingga dalam terapi pasien anak perlu diperhatikan obat-obat yang diberikan kepada pasien yang memungkinkan terjadinya interaksi dengan antibiotika. 49 Tabel IX. Kasus DRPs Efek Obat yang Tidak Diinginkan pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Jenis Antibiotika Biothicol® (Thiamphenicol) dan Taxegram® (Cefotaxime Na) Nomor kasus 3 Thiamycin® (Thiamphenicol) dan Colsancetine® (Chloramphenicol Na succinate) 27 Penilaian Kombinasi (penggunaan yang bersamaan dengan penyesuaian dosis) antibiotik bakterisid (cefotaxime) dan bakteriostatik (tiamphenicol) akan merugikan karena jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisid. Colsancetine® dan Thiamycin® memiliki indikasi yang sama yaitu demam tifoid. Pada kasus, Colsancetine® dan Thiamycin® diberikan bersamaan. Rekomendasi Pada kasus penggunaan antara Taxegram® dan Biothicol® sebaiknya dipilih salah satu yaitu : Taxegram®, karena mengingat kondisi pasien yang lemah maka lebih baik dipilih antibiotika yang bersifat bakterisid (Hidayat, 2009). Penggunaan Colsancetine® dan Thiamycin® sebaiknya dipilih salah satu (Anonim, 2009) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Karakteristik demografi pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu : a. distribusi jenis kelamin : angka kejadian kasus demam tifoid antara pasien anak laki-laki tidak berbeda jauh dibandingkan pada anak perempuan dengan presentase pasien anak berjenis kelamin laki – laki sebesar 55% dan pasien anak berjenis kelamin perempuan sebesar 45%. b. distribusi umur : pada umur > 5-12 tahun merupakan umur yang rawan terjangkit demam tifoid dengan presentase paling tinggi yaitu 78%, diikuti pasien umur 1-5 tahun yaitu 17% dan umur ≤ 1 tahun yaitu 5%. c. distribusi diagnosa penyakit : 75% kasus pasien terdiagnosa demam tifoid dengan penyakit lain dan 25% kasus pasien dengan diagnosa demam tifoid tanpa penyakit lain. 2. Pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu : golongan kloramfenikol adalah golongan antibiotika 50 51 yang paling banyak digunakan dengan presentase 65,2%, kemudian sefalosporin generasi III sebesar 31,9% dan sefalosporin generasi I sebesar 2,9%. 3. Outcome terapi pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu : a. lama rawat inap, kasus terbanyak pada lama perawatan 1-3 hari (52,5%). b. keadaan pasien keluar rumah sakit, sebanyak 39 kasus (97%) dengan keadaan membaik dan 1 kasus (3%) dengan keadaan sembuh. 4. DRPs penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu : a. sebanyak 4 dalam kasus (10%) dosis kurang b. sebanyak 2 dalam kasus (5%) dosis berlebih c. sebanyak 2 dalam kasus (5%) efek obat yang tidak diinginkan B. Saran Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang : a. perlu disusun standar operasional pelayanan kesehatan terkait penyakit demam tifoid yang berhubungan dengan penggunaan antibiotika khususnya pada pasien anak dan dilengkapi dengan jenis, golongan dan dosis antibiotika yang sesuai untuk kasus tersebut di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. 52 b. diharapkan agar penulisan rekam medis dilakukan secara lengkap dan jelas sesuai tindakan medis dan pemberian terapi pada penderita demam tifoid c. perlunya peran farmasis agar semakin berperan aktif dalam pelaksanaan dan monitoring terapi penderita sehingga dapat menghindari masalah terkait obat (Drug Related Problems) 2. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan : Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif agar dapat dilakukan pengamatan DRPs lebih seksama. 53 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000a, Handbook of Pediartic Drug Therapy, 2, Springhouse Corporation, USA Anonim, 2000b, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, 12, 17-19, 199, 213, 214, 379, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2003, Background document: The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever, www.who.int/vaccines-documents/, diakses tanggal 1 Juni 2009 Anonim, 2008, Demam Tifoid, http://www.sehatgroup.web.id/?p=144, diakses tanggal 1 Juni 2009 Anonim, 2009a, Ranitidine, http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=InteractionSearch&DrugList=ranitidine& SearchTerm=ranitidine, diakses tanggal 4 Juni 2010 Anonim, 2009b, Thiamphenicol, http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=mng&name=thiamphenicol&CTR Y=ID&brief=false#Dosage, diakses tanggal 11 Agustus 2010 Ashkenazi, S. dan Thomas, G., 1999, Infeksi Salmonella, dalam Waldo E. Nelson, Nelson Textbook of Pediatrics, diterjemahkan oleh Samik Wahab, edisi 15, 2, 970-973, Arvin Nelson EGC, Jakarta Chen, K. dan Pohan, H.T., 2008, Penatalaksanaan Terkini Demam Tifoid, http://medicineforthesoul.multiply.com/journal/item/8, diakses tanggal 1 Juni 2009 Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice, First (1st) Ed, 178-179, Mc Graw-Hill Company, New York Gennrich, J.L, Chan, P.D, 2004, Pediatric Drug Reference, www.ccspublishing.com/ccs/peddrug.htm., diakses pada tanggal 17 Juni 2010 Hadinegoro, S.R., 1999, Masalah Multi Drug Resistance Pada Demam Tifoid Anak, Cermin Dunia Kedokteran, No. 124, 5-10 Hidayat, R., dkk, 2009, Kombinasi Antibiotik, http://www.pioindonesia.com/index.php?option=com_content&view=article& 54 id=55:tentang-antibiotik&catid=25:obat-dan-kesehatan&Itemid=69, tanggal 15 Juni 2009 diakses Jawetz, E., Melnick, J., dan Adelberg, E., 1996, Medical Microbiology, edisi 20, diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R.F. Maulany, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Jones, R.M. and Rospond, R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practice, 16, Lippincott Williams and Wilkins Company, USA Kimble, M.A.K. and Young, L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 8th edition, 1-1 s/d 111, A Wolter Kluwer Company, USA Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2008, Drug Information Handbook with Trade Names Index, 17th Ed, 491, Lexy-Comp, Ohio Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, I.W., dan Setiowulan, W., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I, 421-425, Penerbit Media Aesculapius FKUI, Jakarta Musnelina, L., Afdhal, A.F., Gani, A., Andayani, P., 2004, Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002, Makara, Kesehatan, Vol. 8, No. 1, 27-31 Noer, H.M.S, Waspadji, S., Nelwan, R.H.H., Setiawati, A., Darmojo, B., Setiawan, B., Zahir, S.S., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 3, jilid I, 435-441, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Ridge, T., Hoffmann, F.D., and Zimmerman, D. L., 1997, Delivery Information by Hospital in Cesarean Section Deliveries in Pennsylvania 1995, 8-30, Pennsylvania Health Care Cost Containment Council Sari, M.L., 2009, Evaluasi DTP pada Pengobatan Kasus Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 – Juni 2008, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Setiabudy, R., dan Gan, V.H.S., 1995, Pengantar Antibiotika, dalam S.G. Ganiswara, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 571-573, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I., 2008, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, edisi II, 344, Badan Penerbit IDAI, Jakarta 55 Triana, M., 2003, Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid bagi Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2000-Desember 2001, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Widoyono, 2008, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, dan Pemberantasan, 34-36, Penerbit Erlangga, Jakarta 56 Lampiran 1. Analisis SOAP Tabel X. Kajian DRPs Kasus 1 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 015533 Dirawat pada tanggal 01/06/2008 – 07/06/2008 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : PN, perempuan, 8 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, muntah, perut kembung, nafsu makan berkurang dan BAB cair (5x). Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Juni 2008) Parameter Nilai Normal 1 5 Hematologi Hemoglobin 12,4 10,09 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 20.300 ↑ 3.600 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 222.000 233.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36,3 ↓ 30,1 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 9↑ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 36 ↓ 50-70 % • Neutrofil segmen 55 ↑ 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/400 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH 57 Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 1 2 90/70 ↓ 39,4 ↑ 36 ↑ 140 ↑ 90/60 ↓ 37,2 25 ↑ 106 ↑ Tanggal Pemeriksaan (Juni 2008) 3 4 5 110/70 ↓ 36,9 19 ↓ 111 ↑ 100/60 ↓ 37,5 ↑ 22 ↑ 120 ↑ 90/65 ↓ 38,6 ↑ 36 ↑ 114 ↑ Nilai Normal 6 7 117/80 ↓ 36,5 22 ↑ 89 100/70 ↓ 36,8 32 ↑ 84 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus RL 60 tts/mnt 1, 2, 3, 4 Infus KAEN 3B + Chloroquine (NaCl 0,9%) 1 amp 20 tts/mnt 5, 6 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 3 x 500 mg 1 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 1 vial 2, 3, 4, 5, 6 Injeksi Antrain® (Metamizole) 2 x 300 mg 1, 4 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 1, 2, 3, 4, 5, 6 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x ½ amp 2, 3, 4, 5, 6 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 1 Elkana® 2 x 1 sdm / hari p.o. 1 Dexanta® 3 x ½ sdt / hari p.o. 1 Sanmag® 2 x 1 sdt / hari p.o. 2, 3, 4, 5, 6 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 5 Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan - 58 Tabel XI. Kajian DRPs Kasus 2 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 015751 Dirawat pada tanggal 17/06/2008 – 19/06/2008 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : SE, laki-laki, 10 tahun. BB : 19,5 kg. Keluhan utama : demam, muntah, pusing dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Juni 2008) Parameter Nilai Normal 17 Hematologi Hemoglobin 11,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 15.500 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 328.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 38,2 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 10 ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 50 50-70 % • Neutrofil segmen 50 ↑ 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/320 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Juni 2008) 17 90/60 ↓ 37,3 27 ↑ 65 Nilai Normal 18 110/60 ↓ 37 24 ↑ 80 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 59 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Piralen® (Metoclopramide) Assessment Plan - Dosis 40 tts/mnt 3 x 500 mg ½ amp / 8 jam 3 x ½ amp Tanggal Pemberian 17, 18 17, 18 17, 18 17, 18 60 Tabel XII. Kajian DRPs Kasus 3 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 016155 a Dirawat pada tanggal 18/08/2008 – 22/08/2008 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : RI, laki-laki, 7 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, lemah, menggigil, muntah, nyeri pada ulu hati, BAB cair dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Agustus 2008) Parameter Nilai Normal 18 Hematologi Hemoglobin 13,3 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 8.200 5.000-10.000 /µl Trombosit 197.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 42,3 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 77 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 23 20-40 % • Limfosit 0 ↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/400 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital 18 Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Agustus 2008) 19 20 21 Nilai Normal 22 109/84 ↓ 98/47 ↓ 111/77 ↓ 110/74 ↓ 113/69 ↓ 120/80 mmHg 37.7 ↑ 38 ↑ 37.5 ↑ 37.5 ↑ 37,2 36-37,4 0C 28 ↑ 22 ↑ 24 ↑ 28 ↑ 25 ↑ 20X/ menit 126 ↑ 88 84 86 99 50-100X / menit 61 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus Ds 5% 20 tts/mnt 18, 19, 20, 21 Injeksi Piralen® (Metoclopramide) 3 x 1 amp 18, 19, 20 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2x1g 18, 19, 20 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 1 amp 18, 19, 20 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 1 amp / 8 jam 18, 19 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 250 mg / hari p.o 18, 19, 20 Suldox® (Fansidar) 3 x 1 tab / hari p.o. 18, 19, 20 Curvit® 2 x 1 sdt / hari p.o. 21 Sanmag® 3 x 1 sdt / hari p.o. 21 Assessment Cefotaxime (Taxegram®) termasuk dalam golongan sefalosporin bersifat bakterisid sedangkan thiamphenicol (Biothicol®) termasuk dalam golongan chloramphenicol bersifat bakteriostatik. Berdasarkan PIO Indonesia, kombinasi (penggunaan yang bersamaan dengan penyesuaian dosis) antibiotik bakterisid dan bakteriostatik akan merugikan karena jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisid. (DRPs : efek obat yang tidak diinginkan) Plan Pada kasus penggunaan antara cefotaxime (Taxegram®) dan thiamphenicol (Biothicol®) sebaiknya dipilih salah satu yaitu : cefotaxime (Taxegram®), karena mengingat kondisi pasien yang lemah maka lebih baik dipilih antibiotika yang bersifat bakterisid. 62 Tabel XIII. Kajian DRPs Kasus 4 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 017299 Dirawat pada tanggal 10/10/2008 – 14/10/2008 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : RZ, laki-laki, 9 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Oktober 2008) Parameter Nilai Normal 10 11 Hematologi Hemoglobin 11,8 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.100 5.000-10.000 /µl Trombosit 201.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 32,3 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 10 110/60 ↓ 37,8 ↑ 26 ↑ 110 ↑ Tanggal Pemeriksaan (Oktober 2008) 11 12 107/60 ↓ 112/72 ↓ 37,5 ↑ 36,7 36 ↑ 36 ↑ 130 ↑ 100 Nilai Normal 14 100/60 ↓ 36,2 24 ↑ 110 ↑ 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 63 Terapi Nama Obat Infus RL Infus RL + Antrain® (Metamizole) Infus Ds 5% + Chloroquine Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Dosis 40 tts/mnt 2 amp 60 tts/mnt 1 amp 40 tts/mnt 2 x 500 mg 3 x 500 mg 1 cc / 8 jam 3 x ½ cc 0,5 cc / 8 jam 3 x 500 mg 1 x 2 tab / hari p.o. 2 x 1 tab / hari p.o. Tanggal Pemberian 10 11, 12 13 11, 12 10 10 10, 11, 12, 13 13 13 10 11, 12 Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Suldox® (Fansidar) Malarex® (Chloroquine) Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan - waktu 64 Tabel XIV. Kajian DRPs Kasus 5 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 017393 Dirawat pada tanggal 18/10/2008 – 21/10/2008 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : YD, laki-laki, 8 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, mual, muntah, pusing dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Oktober 2008) Parameter Nilai Normal 18 Hematologi Hemoglobin 13,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 230.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 38,1 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 70 50-70 % • Neutrofil segmen 30 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 18 97/80 ↓ 37,8 ↑ 44 ↑ 164 ↑ Tanggal Pemeriksaan (Oktober 2008) 19 20 109/77 ↓ 112/80 ↓ 37,6 ↑ 37,2 36 ↑ 34 ↑ 120 ↑ 103 ↑ Nilai Normal 21 100/70 ↓ 36,5 28 ↑ 86 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 65 Terapi Nama Obat Infus RL Infus RL + Antrain® (Metamizole) Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Piralen® (Metoclopramide) Dosis 30 tts/mnt ½ amp 80 tts/mnt 3 x 500 mg 3 x 250 mg ½ amp / 8 jam 2 x 400 mg 3 x 0,5 cc 3 x 2 ml 2 x 1 ml 1 x 1½ tab / hari p.o. 2 x 1 tab / hari p.o. 3 x 250 mg / hari p.o. Tanggal Pemberian 18, 19, 21 20 18, 20 19 18 19 18 19, 20 18 18 20 21 Injeksi Ratan® (Ranitidine) Suldox® (Fansidar) Malarex® (Chloroquine) Biothicol ® (Thiamphenicol) Assessment 1. Berdasarkan Obat-obat penting, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak penderita demam tifoid 20-30 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 21 kg, D = 420-630 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Biothicol®) diberikan 250 mg x 3/hari (D = 750 mg/hari). (DRPs : dosis berlebih) 2. Penggunaan sulfadoxine (Suldox®) dan chloroquine (Malarex®) pada kasus tidak tepat karena pasien tidak mengalami malaria. (DRPs : tidak perlu obat) Plan 1. Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) diturunkan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 2 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 2. Penggunaan sulfadoxine (Suldox®) dan chloroquine (Malarex®) sebaiknya tidak diberikan. 66 Tabel XV. Kajian DRPs Kasus 6 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 017661 Dirawat pada tanggal 06/11/2008 – 10/11/2008 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : DI, laki-laki, 7 tahun. BB : 16,5 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, pusing, lemah, mual, muntah, batuk berdahak, BAB tidak lancar dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (November 2008) Parameter Nilai Normal 6 Hematologi Hemoglobin 12 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 24.000 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 290.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital 6 Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 100/60 ↓ Tanggal Pemeriksaan (November 2008) 7 8 9 115/66 ↓ 111/54 ↓ 100/60 ↓ Nilai Normal 10 110/70 ↓ 37 120/80 mmHg 36-37,4 0C 37,8 ↑ 37,5 ↑ 36,8 37,2 26 ↑ 28 ↑ 20 28 ↑ 20 20X/ menit 80 94 76 100 108 ↑ 50-100X / menit 67 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus Ds 5% 30 tts/mnt 6 Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 60 tts/mnt 7, 8, 9 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 6 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 7, 8, 9 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,4 cc / 6 jam 6 Suldox® (Fansidar) 1 x 1 tab / hari p.o. 6 Epexol® (Ambroxol) 3 x 1 sdt / hari p.o 6 Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan - 68 Tabel XVI. Kajian DRPs Kasus 7 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 017971 Dirawat pada tanggal 26/11/2008 – 01/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : MU, laki-laki, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, perut kembung dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (November 2008) Parameter Nilai Normal 26 Hematologi Hemoglobin 13,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.700 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 348.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 41,4 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital 26 Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (November-Desember 2008) 27 28 29 30 Nilai Normal 1 80/60 ↓ 90/60 ↓ 102/70 ↓ 100/80 ↓ 110/70 ↓ 105/70 ↓ 120/80 mmHg 38,2 ↑ 37,4 37 37 36,5 37 36-37,4 0C 26 ↑ 36 ↑ 37 ↑ 36 ↑ 26 ↑ 24 ↑ 20X/ menit 100 130 ↑ 100 110 ↑ 110 ↑ 98 50-100X / menit 69 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus KAEN 3B 70 tts/mnt 28, 29, 30 Infus KAEN 3B + Chloroquine 1 amp 70 tts/mnt 26, 27 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 26, 27, 28, 29, 30 Injeksi Antrain® (Metamizole) 250 mg / 8 jam 26, 27, 28 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 0,5 cc 26, 27, 28, 29, 30 Sanmag® 3 x 1 sdt / hari p.o. 26, 27, 28, 29, 30 Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan - 70 Tabel XVII. Kajian DRPs Kasus 8 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 018264 Dirawat pada tanggal 18/12/2008 – 23/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : RD, laki-laki, 10 tahun, BB : 31 kg. Keluhan utama : demam, pusing, muntah, batuk berdahak dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Desember 2008) Parameter Nilai Normal 18 Hematologi Hemoglobin 13,8 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 20.600 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 365.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 42,4 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 55 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/400 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Desember 2008) 20 21 18 19 110/71 ↓ 106/54 ↓ 117/80 ↓ 38 ↑ 37,6 ↑ 37,5 ↑ Nilai Normal 22 23 114/72 ↓ 110/70 ↓ 112/60 ↓ 120/80 mmHg 37,2 37 36,8 36-37,4 0C 36 ↑ 32 ↑ 39 ↑ 30 ↑ 24 ↑ 18 ↓ 20X/ menit 88 108 ↑ 112 ↑ 97 68 89 50-100X / menit 71 Terapi Nama Obat Infus RL + Piralen® (Metoclopramide) Infus D5 + ¼NS + Antrain® (Metamizole) Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Dexanta® Assessment Plan - Dosis 1 amp 30 tts/mnt ½ amp 30 tts/mnt 2 amp 30 tts/mnt 3 x 500 mg 3x1g 1 amp / 8 jam 3 x 1 cc 1 x 1 cc 2 x 1 amp 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 18 22 19, 20, 21 19, 20, 21 18 18 19, 20, 21, 22 19, 20, 21, 22 18 19, 20, 21, 22 72 Tabel XVIII. Kajian DRPs Kasus 9 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 018265 Dirawat pada tanggal 18/12/2008 – 23/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : ZH, perempuan, 9 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Desember 2008) Parameter Nilai Normal 18 Hematologi Hemoglobin 13,4 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.900 5.000-10.000 /µl Trombosit 235.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,3 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 56 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital 18 Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 100/60 ↓ 19 Tanggal Pemeriksaan (Desember 2008) 20 21 110/70 ↓ 23 115/66 ↓ 111/54 ↓ 37,6 ↑ 37,5 ↑ 37 37 38 ↑ 54 ↑ 52 ↑ 26 ↑ 28 ↑ 20 20X/ menit 110 ↑ 114 ↑ 80 94 76 100 50-100X / menit 38,4 ↑ 100/60 ↓ Nilai Normal 22 100/70 ↓ 120/80 mmHg 36,5 36-37,4 0C 73 Terapi Nama Obat Infus D5 + ¼NS Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Dexanta® Assessment Plan - Dosis 30 tts/mnt 3 x 500 mg 0,8 cc / 8 jam 2 x 1 cc 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 18, 19, 20, 21, 22 18, 19, 20, 21, 22 18, 19, 20, 21, 22 18, 19, 20 21, 22 74 Tabel XIX. Kajian DRPs Kasus 10 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 018346 Dirawat pada tanggal 23/12/2008 – 28/12/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : AM, perempuan, 8 tahun. BB : 22,5 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah, perut terasa sakit dan nyeri pada tangan serta kaki. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Desember 2008) Parameter Nilai Normal 23 Hematologi Hemoglobin 11,3 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 4,94 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 9.400 5.000-10.000 /µl Trombosit 186.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 33,5 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 65 50-70 % • Neutrofil segmen 35 20-40 % • Limfosit 0 ↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Desember 2008) 25 26 23 24 97/53 ↓ 96/43 ↓ 120/60 ↓ 39,4 ↑ 38,2 ↑ 37,8 ↑ 20 22 ↑ 28 ↑ 110 ↑ 92 83 Nilai Normal 27 28 109/67 ↓ 100/70 ↓ 110/80 ↓ 120/80 mmHg 37,5 ↑ 37,6 ↑ 37 36-37,4 0C 18 ↓ 20 22 ↑ 20X/ menit 83 67 78 50-100X / menit 75 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 20 tts/mnt 23, 24, 25, 26, 27 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3 x 500 mg 23, 24, 25, 26 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 23, 24, 25 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x 1 cc 23, 24, 25, 26 Injeksi Piralen® (Metoclopramde) 3 x 1 cc 25, 26, 27 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 27 Sanmag® 3 x 1 sdt / hari p.o. 28 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 23, 24, 25, 26, 27 Curvit® 2 x 1 sdt / hari p.o. 27, 28 Flamar® (Diclofenac Na) 3 x oles / hari 26 Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 22,5 kg, D = 675-2250 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang) Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 76 Tabel XX. Kajian DRPs Kasus 11 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 000268 Dirawat pada tanggal 22/01/2009 – 26/01/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : SU, laki-laki, 12 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, pusing, batuk berdahak dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Januari 2009) Parameter Nilai Normal 22 Hematologi Hemoglobin 11,5 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 10.000 5.000-10.000 /µl Trombosit 243.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 81 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 15 ↓ 20-40 % • Limfosit 4 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanggal Pemeriksaan (Januari 2009) Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Nilai Normal 22 108/60 ↓ 23 110/60 ↓ 24 110/70 ↓ 25 102/70 ↓ 26 100/70 ↓ 120/80 mmHg 37,5 ↑ 37,7 ↑ 36,5 37,2 37 36-37,4 0C 33 ↑ 32 ↑ 43 ↑ 30 ↑ 28 ↑ 20X/ menit 90 92 78 88 83 50-100X / menit 77 Terapi Nama Obat Infus RL + Antrain® (Metamizole) Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Piralen® (Metoclopramide) Injeksi Hexer® (Ranitidine) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Suldox® (Fansidar) Malarex® (Chloroquine) Dexanta® Mucohexin® (Bromhexine) Assessment Plan - Dosis 1 amp 16 tts/mnt 2x1g ¾ amp / 8 jam 3 x ½ amp 2 x ¾ amp 2 x 1 amp 1 x 1 tab / hari p.o. 2-1-1 tab/hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 22, 23, 24, 25 22, 23, 24, 25 22 22 22 23, 24, 25 23 24, 25 22 22 78 Tabel XXI. Kajian DRPs Kasus 12 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 000466 Dirawat pada tanggal 01/02/2009 – 06/02/2009 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : LU, perempuan, 11 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, mual, BAB cair, nyeri pada abdomen dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : sembuh. Objective Tanggal Pemeriksaan (Februari 2009) Parameter Nilai Normal 1 Hematologi Hemoglobin 11,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.700 5.000-10.000 /µl Trombosit 180.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 31,7 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 40 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 70 50-70 % • Neutrofil segmen 30 20-40 % • Limfosit 0 ↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital 1 Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 100/60 ↓ 2 Nilai Normal 5 110/70 ↓ 6 111/54 ↓ 100/60 ↓ 38 ↑ 37,5 ↑ 37,6 ↑ 37 20 20 22 ↑ 20 28 ↑ 20 20X/ menit 64 109 ↑ 80 94 78 100 50-100X / menit 39 ↑ 115/66 ↓ Tanggal Pemeriksaan (Februari 2009) 3 4 100/70 ↓ 120/80 mmHg 36,5 36-37,4 0C 79 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus RL 10 tts/mnt 1, 2, 3, 4, 5 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 1, 2, 3, 4 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 5 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 1 Injeksi Antrain® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 2, 4 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x 1 ml 1, 2, 3, 4 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 2 x ½ amp 2, 3, 4, 5 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 250 mg / hari p.o. 6 Lapraz® (Lansoprazole) 3 x 1 kaps / hari p.o. 6 Bufect Forte® (Ibuprofen) 3 x 1 sdt / hari p.o. 6 Suldox® (Fansidar) 1 x 1 tab / hari p.o. 1 Malarex® (Chloramphenicol) 1½-1-1-1 tab/hari p.o. 3, 4 Assessment 1. Berdasarkan BNF, penggunaan lansoprazole (Lapraz®) tidak direkomendasikan untuk anak. (DRPs : obat tidak efektif) 2. Pada kasus tanggal 6/02/2009, pasien tidak memerlukan ibuprofen (Bufect Forte®) karena suhu tubuh pasien berada pada kondisi normal. (DRPs : tidak perlu obat) Plan 1. Penggunaan lansoprazole (Lapraz®) sebaiknya tidak diberikan. 2. Penggunaan ibuprofen (Bufect Forte®) pada kasus tanggal 6/02/2009 sebaiknya tidak diberikan. 80 Tabel XXII. Kajian DRPs Kasus 13 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001390 Dirawat pada tanggal 28/03/2009 – 01/04/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : SR, perempuan, 10 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Maret 2009) Parameter Nilai Normal 28 Hematologi Hemoglobin 13,1 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.100 5.000-10.000 /µl Trombosit 135.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,5 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 70 50-70 % • Neutrofil segmen 30 20-40 % • Limfosit 0 ↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital 28 Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Maret-April 2009) 29 30 31 Nilai Normal 1 110/71 ↓ 106/54 ↓ 105/80 ↓ 117/80 ↓ 114/72 ↓ 120/80 mmHg 38 ↑ 37,6 ↑ 37 37,3 37 36-37,4 0C 26 ↑ 23 ↑ 21 ↑ 19 ↓ 20 20X/ menit 106 ↑ 96 86 64 98 50-100X / menit 81 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus RL 20 tts/mnt 30, 31 Infus Ds 5% + Chloroquine 1 amp 10 tts/mnt 28, 29 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ½ amp 29, 30, 31 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 28, 29, 30, 31 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 28 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 29, 30, 31 Injeksi Ratan® (Ranitidine) 3 x ½ amp 28 Malarex® (Chloroquine) 2-1-1 tab / hari p.o. 30, 31 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 29 Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan - 82 Tabel XXIII. Kajian DRPs Kasus 14 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001509 Dirawat pada tanggal 03/04/2009 – 04/04/2009 (LRI 1 hari) Subjective Pasien : FR, laki-laki, 7 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah dan batuk berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 3 Hematologi Hemoglobin 12,3 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.000 5.000-10.000 /µl Trombosit 198.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36,8 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 70 50-70 % • Neutrofil segmen 30 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO (-) (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 3 90/60 ↓ 38 ↑ 28 ↑ 60 4 105/80 ↓ 37,8 ↑ 27 ↑ 70 Nilai Normal 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 83 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Acran® (Ranitidine) Biothicol® (Thiamphenicol) Bufect® (Ibuprofen) Assessment Plan - Dosis 24 tts/mnt 3 x ½ amp 500 mg / 8 jam 2 x 1/3 amp 3 x 1 sdt / hari p.o. 2 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 3, 4 3 3 3 4 4 84 Tabel XXIV. Kajian DRPs Kasus 15 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001520 Dirawat pada tanggal 04/04/2009 – 06/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : TI, perempuan, 7 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, lemah, muntah, BAB cair (5x) dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 4 Hematologi Hemoglobin 12,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.300 5.000-10.000 /µl Trombosit 361.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 46,3 ↑ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 70 50-70 % • Neutrofil segmen 30 20-40 % • Limfosit 0 ↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/400 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 4 100/60 ↓ 37,8 ↑ 37 ↑ 110 ↑ Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 5 90/60 ↓ 35,1 ↓ 30 ↑ 112 ↑ Nilai Normal 6 112/70 ↓ 36,2 26 ↑ 98 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 85 Terapi Nama Obat Infus KAEN 3B Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Acran® (Ranitidine) Suldox® (Fansidar) Thiamycin® (Thiamphenicol) Assessment Plan - Dosis 16 tts/mnt 2 x 500 mg 2 x 1/3 amp 1 x 1½ tab / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. (forte) Tanggal Pemberian 4, 5 4,5 4,5 5 6 86 Tabel XXV. Kajian DRPs Kasus 16 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001526 Dirawat pada tanggal 04/04/2009 – 11/04/2009 (LRI 7 hari) Subjective Pasien : DE, perempuan, 2 tahun. BB : 9 kg. Keluhan utama : demam, lemah, perut kembung, BAB cair dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 4 8 Hematologi Hemoglobin 9,4 ↓ 9,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 14.400 ↑ 5.400 5.000-10.000 /µl Trombosit 229.000 197.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 30 ↓ 31,5 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 30 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0 0-1 % • Basofil 6↑ 3 1-3 % • Eosinofil 0↓ 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 74 ↑ 81 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 18 ↓ 15 ↓ 20-40 % • Limfosit 2 0 ↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/100 (-) • Titer O (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 4 5 105/78 ↓ 39,5 ↑ 35 ↑ 122 ↑ 115/80 ↓ 38 ↑ 32 ↑ 116 ↑ Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 6 7 8 9 110/70 ↓ 37,5 ↑ 30 ↑ 108 ↑ 106/64 ↓ 37,2 34 ↑ 95 106/41 ↓ 37,4 22 ↑ 87 97/60 ↓ 37 26 ↑ 66 Nilai Normal 10 11 100/70 ↓ 36,8 22 ↑ 73 105/70 ↓ 37,8 ↑ 21 ↑ 79 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 87 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus KAEN 3B 20 tts/mnt 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 250 mg 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Antrain® (Metamizole) 0,3 cc / 6 jam 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Cortidex® (Dexamethasone) 3 x ½ amp 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ¼ amp 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Injeksi Dexa-M® (Dexamethasone) 2 x ½ amp 9 Suldox® (Fansidar) 1 x ½ tab / hari p.o. 5, 6 Dexanta® 3 x ½ sdt / hari p.o. 10 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 11 Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 1 sdt / hari p.o. 11 Assessment Pada kasus tanggal 7, 8, 9, 10/04/2009, pasien tidak membutuhkan metamizole (Antrain®) karena suhu tubuh pasien dalam kondisi normal. (DRPs : tidak perlu obat) Plan Pada kasus tanggal 7, 8, 9, 10/04/2009, metamizole (Antrain®) tidak diberikan. 88 Tabel XXVI. Kajian DRPs Kasus 17 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001682 Dirawat pada tanggal 14/04/2009 – 16/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : IN, laki-laki, 8 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, linu pada sendi, tulang terasa sakit, mual dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 14 15 Hematologi Hemoglobin 7,3 ↓ 10,2 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 3,44 ↓ 4,63 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 10.300 ↑ 9.400 5.000-10.000 /µl Trombosit 487.000 ↑ 525.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 24,9 ↓ 34,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 80 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 4↑ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 27 ↓ 50-70 % • Neutrofil segmen 27 20-40 % • Limfosit 2 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 14 110/74 ↓ 37,5 ↑ 32 ↑ 74 Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 15 102/60 ↓ 37,2 33 ↑ 68 Nilai Normal 16 110/70 ↓ 36,5 28 ↑ 88 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 89 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Acran® (Ranitidine) Assessment Plan - Dosis 20 tts/mnt 2 x 500 mg 3 x 250 mg ½ amp / 12 jam Tanggal Pemberian 14, 15, 16 14, 15, 16 14 15 90 Tabel XXVII. Kajian DRPs Kasus 18 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001707 Dirawat pada tanggal 16/04/2009 – 20/04/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : SA, perempuan, 2 tahun. BB : 28 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, batuk berdahak, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 16 Hematologi Hemoglobin 11,7 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 216.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 44,1 ↑ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 79 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 20 20-40 % • Limfosit 1 ↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 16 110/60 ↓ 37,7 ↑ 43 ↑ 83 Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 17 18 19 108/60 ↓ 110/70 ↓ 100/70 ↓ 37,5 ↑ 37,2 36,5 30 ↑ 33 ↑ 32 ↑ 78 88 90 Nilai Normal 20 102/70 ↓ 37 28 ↑ 92 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 91 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Piralen® (Metoclopramide) Injeksi Hexer® (Ranitidine) Suldox® (Fansidar) Dexanta® Colsancetine® (Chloramphenicol) OBH Berlico® Assessment Plan - Dosis 16 tts/mnt 2 x 750 mg ½ amp / 8 jam 3 x ½ amp 2 x ½ amp 1 x 1½ tab / hari p.o. 3 x ½ sdt / hari p.o. 4 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 16, 17, 18, 19, 20 16, 17, 18, 19 16, 17 16, 17, 18, 19 16, 17 16, 17, 18, 19 16, 17, 18, 19 20 16, 17, 18, 19 92 Tabel XXVIII. Kajian DRPs Kasus 19 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001766 Dirawat pada tanggal 20/04/2009 – 21/04/2009 (LRI 1 hari) Subjective Pasien : RE, perempuan, 3 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 20 Hematologi Hemoglobin 12,2 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.000 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 280.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 2 2-5 % • Netrofil batang 48 ↓ 50-70 % • Neutrofil segmen 50 ↑ 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/400 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 20 114/60 ↓ 38 ↑ 26 ↑ 106 ↑ Nilai Normal 21 100/70 ↓ 37,5 ↑ 22 ↑ 100 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 93 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Malarex® (Chloroquine) Sanmol® (Paracetamol) Biothicol® (Thiamphenicol) Sanmag® Dexanta® Assessment Plan - Dosis 20 tts/mnt 3x1g 500 mg / 8 jam 2 x 1 amp 2-2-1 tab / hari p.o. 1-1-1 tab / hari p.o. 3 x 1 tab / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 2 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 20, 21 20 20 20 20 21 21 21 21 20 94 Tabel XXIX. Kajian DRPs Kasus 20 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001800 Dirawat pada tanggal 21/04/2009 – 23/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : YU, laki-laki, 9 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, lemah, muntah dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 21 Hematologi Hemoglobin 12,1 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.200 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 137.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 1 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 67 50-70 % • Neutrofil segmen 30 20-40 % • Limfosit 2 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p.vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 21 100/60 ↓ 38 ↑ 32 ↑ 120 ↑ Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 22 100/80 ↓ 37,5 ↑ 28 ↑ 46 Nilai Normal 23 110/70 ↓ 37 23 ↑ 96 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 95 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus RL 20 tts/mnt 21, 22, 23 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 21, 22 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 1 amp / 8 jam 21, 22 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 21, 22 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 21, 22 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 21, 22 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 kapl / hari p.o. 23 Bufect® (Ibuprofen) 3 x 1 sdt / hari p.o. 23 Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 25 kg, D = 750-2500 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari (D = 3000 mg/hari). (DRPs : dosis berlebih) Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 96 Tabel XXX. Kajian DRPs Kasus 21 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001816 Dirawat pada tanggal 24/04/2009 – 26/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : IA, perempuan, 12 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, lemah, kejang dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 22 23 Hematologi Hemoglobin 10,8 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.100 5.000-10.000 /µl Trombosit 112.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 33,4 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 1 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 74 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 21 20-40 % • Limfosit 4 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 22 65/40 ↓ 37.8 ↑ 20 103 ↑ Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 23 24 25 95/50 ↓ 100/80 ↓ 100/70 ↓ 38 ↑ 37.6 ↑ 37 32 ↑ 28 ↑ 24 ↑ 86 94 100 Nilai Normal 26 100/70 ↓ 37.2 20 100 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 97 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus RL 20 tts/mnt 22, 23, 24, 25, 26 Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) 2 x 500 mg 22 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 23, 24 Injeksi Novalgin® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 22, 23, 24 Injeksi Acran® (Ranitidine) 2 x ½ amp 23, 24 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 22 Biothicol® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 25, 26 Stesolid® (Diazepam) 10 mg / 24 jam suppo 22 Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 21 kg, D = 630-2100 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang) Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 98 Tabel XXXI. Kajian DRPs Kasus 22 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001835 Dirawat pada tanggal 23/04/2009 – 25/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : DK, laki-laki, 3 tahun. BB : 26 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan pusing. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 23 Hematologi Hemoglobin 12,3 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 10.200 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 237.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 41,8 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 23 110/74 ↓ 37,8 ↑ 24 ↑ 98 Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 24 109/84 ↓ 37,2 34 ↑ 98 Nilai Normal 25 110/69 ↓ 37 20 65 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 99 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Injeksi Acran® (Ranitidine) Suldox® (Fansidar) Thiamycin® (Thiamphenicol) Sanmag® Assessment Plan - Dosis 20 tts/mnt 4 x 500 mg ½ amp / 8 jam 3 x ½ amp 2 x ½ amp 1 x 1¾ tab / hari p.o. 3 x 250 mg (kaps) / hari p.o. 2 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 23, 24 23, 34, 25 23, 24 23, 24 23 23 25 24, 25 100 Tabel XXXII. Kajian DRPs Kasus 23 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001838 Dirawat pada tanggal 23/04/2009 – 24/04/2008 (LRI 1 hari) Subjective Pasien : AZ, perempuan, 3 tahun, BB : 11 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 23 Hematologi Hemoglobin 14,2 ↑ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.200 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 60.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 41,8 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 17 ↓ 50-70 % • Neutrofil segmen 82 ↑ 20-40 % • Limfosit 1↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan 23 24 110/70 ↓ 114/70 ↓ 37,8 ↑ 37 26 ↑ 24 ↑ 116 ↑ 98 Nilai Normal 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 101 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Acran® (Ranitidine) Assessment Plan - Dosis 20 tts/mnt 3 x ½ vial (500 mg) ½ amp / 8 jam 2 x ½ amp Tanggal Pemberian 23,24 23, 24 23, 24 23 102 Tabel XXXIII. Kajian DRPs Kasus 24 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001859 Dirawat pada tanggal 24/04/2009 – 26/04/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : RO, perempuan, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan pusing. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 24 Hematologi Hemoglobin 12 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.900 5.000-10.000 /µl Trombosit 268.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37,3 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 3 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 85 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 12 ↓ 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 24 105/80 ↓ 39,8 ↑ 18 ↓ 60 Tanggal Pemeriksaan (April 2009) 25 110/60 ↓ 37 25 ↑ 72 Nilai Normal 26 112/70 ↓ 36,5 20 98 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 103 Terapi Nama Obat Infus KAEN 3B Injeksi Invomit® (Ondansetron) Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Acran® (Ranitidine) Assessment Plan - Dosis 16 tts/mnt 3 x ½ amp 3 x 500 mg 0,5 cc /6 jam 2 x ½ amp Tanggal Pemberian 24,25,26 24,25 24,25,26 24,25 24,25,26 104 Tabel XXXIV. Kajian DRPs Kasus 25 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 001969 Dirawat pada tanggal 29/04/2009 – 04/05/2008 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : EK, perempuan, 11 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah dan nyeri pada ulu hati. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (April 2009) Parameter Nilai Normal 29 Hematologi Hemoglobin 12,8 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 24.300 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 438.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 39,5 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 3 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 65 50-70 % • Neutrofil segmen 25 20-40 % • Limfosit 7 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/400 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (April-Mei) 1 2 29 30 90/60 ↓ 100/60 ↓ 90/60 ↓ 37,8 ↑ 38 ↑ 37,5 ↑ 29 ↑ 28 ↑ 90 85 Nilai Normal 3 4 95/70 ↓ 110/70 ↓ 110/70 ↓ 120/80 mmHg 37 37,6 ↑ 36,7 36-37,4 0C 28 ↑ 22 ↑ 24 ↑ 24 ↑ 20X/ menit 88 80 80 84 50-100X / menit 105 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus RL 10 tts/mnt 29, 30, 1, 2, 3 Injeksi Chloramex® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 29, 30, 1, 2, 3 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 29, 30, 1 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 3 x 250 mg 29, 30, 1, 2 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x ¼ amp 29, 30, 1, 2, 3 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 29, 30, 1, 2, 3 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 kapl / hari p.o. 4 Imboost® 2 x 1 sdt / hari p.o. 4 Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 20 kg, D = 600-2000 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari (D = 3000 mg/hari). (DRPs : dosis berlebih) Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 106 Tabel XXXV. Kajian DRPs Kasus 26 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002029 Dirawat pada tanggal 02/05/2009 – 05/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : RA, perempuan, 8 tahun. BB : 14 kg. Keluhan utama : demam, pusing, batuk berdahak dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2008) Parameter Nilai Normal 2 Hematologi Hemoglobin 11,5 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 13.700 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 433.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 2 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 73 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 20 20-40 % • Limfosit 5 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 2 100/60 ↓ 37,6 ↑ 32 ↑ 110 ↑ Tanggal Pemeriksaan (Mei 2008) 3 4 115/66 ↓ 111/54 ↓ 37.4 37.6 ↑ 32 ↑ 20 90 71 Nilai Normal 5 100/60 ↓ 37,2 18 ↓ 65 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 107 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Hexer® (Ranitidine) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Thiamycin ® (Thiamphenicol) Imboost® Assessment Plan - Dosis 10 tts/mnt 3 x 500 mg 2 x ½ amp 200 mg / 8 jam ½ amp / 12 jam ½ amp / 8 jam ¼ amp / 8 jam 3 x ½ sdt / hari p.o.(forte) 2 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 2, 3, 4 2, 3, 4 4 2, 3 2, 3 4 2, 3 5 5 108 Tabel XXXVI. Kajian DRPs Kasus 27 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002040 Dirawat pada tanggal 02/05/2009 – 05/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : AU, perempuan, 8 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan mual. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 2 Hematologi Hemoglobin 11,6 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.700 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 123.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 37,9 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 2 115/65 ↓ 37,6 ↑ 22 ↑ 112 ↑ Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 3 4 110/50 ↓ 90/50 ↓ 37 37,2 20 24 ↑ 120 ↑ 112 ↑ Nilai Normal 5 101/61 ↓ 37,8 ↑ 24 ↑ 100 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 109 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus Ds 5% 10 tts/mnt 2, 3 Infus KAEN 3B 15 tts/mnt 4 Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) 2 x 500 mg 2, 3 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 4 x 500 mg 4 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x ½ amp 2, 3, 4 Injeksi Antrain® (Metamizole) ½ amp / 8 jam 2, 3, 4 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 0,4 cc 2, 3, 4 Suldox® (Fansidar) 1 x 1½ tab / hari p.o. 2, 3 Pamol® (Paracetamol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 5 Dexanta® 3 x 1 sdt / hari p.o. 2, 3 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 4 Curvit® 2 x 1 sdt / hari p.o. 4 Assessment 1. Berdasarkan MIMS, chloramphenicol (Colsancetine®) dan thiampenicol (Thiamycin®) memiliki indikasi yang sama yaitu demam tifoid. Pada kasus, chloramphenicol (Colsancetine®) dan thiampenicol (Thiamycin®) diberikan bersamaan. (DRPs : obat tidak efektif) 2. Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 22 kg, D = 660-2200 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang) Plan 1. Penggunaan Colsancetine® dan Thiamycin® sebaiknya dipilih salah satu. 2. Dosis antibiotika thiamphenicol dalam Thiamycin® dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 110 Tabel XXXVII. Kajian DRPs Kasus 28 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002129 Dirawat pada tanggal 06/05/2009 – 11/05/2009 (LRI 5 hari) Subjective Pasien : RK, laki-laki, 11 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah, pusing dan keluar darah dari hidung. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 5 6 11 Hematologi Hemoglobin 13,2 12,6 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 5,39 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 2.600 ↓ 5.600 5.000-10.000 /µl Trombosit 142.000 ↓ 175.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,4 41,2 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 1 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 69 50-70 % • Neutrofil segmen 26 20-40 % • Limfosit 4 2-8 % • Monosit Mikrobiologi (+) p. vivax Malaria (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/200 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 8 9 6 7 100/60 ↓ 90/60 ↓ 110/70 ↓ 37,5 ↑ 37 36,8 Nilai Normal 10 11 100/80 ↓ 112/80 ↓ 110/80 ↓ 120/80 mmHg 37,2 37 36,5 36-37,4 0C 23 ↑ 26 ↑ 26 ↑ 25 ↑ 18 ↓ 21 ↑ 20X/ menit 100 130 ↑ 110 ↑ 100 110 ↑ 110 ↑ 50-100X / menit 111 Terapi Nama Obat Infus Ds 5% + Chloroquine Infus RL Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) Dosis 1 amp 20 tts/mnt 20 tts/mnt 3 x 500 mg 2 x 600 mg ¾ amp / 8 jam 2 x ¾ amp 3 x ½ amp 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 6 7, 8, 9, 10 7, 8, 9, 10 6 6, 7, 8, 9, 10 6, 7, 8, 9 6 10 7, 8, 9, 10, 11 Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Acran® (Ranitidine) Injeksi Piralen® (Metoclopramide) Dexanta® Imboost Force® Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan - waktu 112 Tabel XXXVIII. Kajian DRPs Kasus 29 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002133 Dirawat pada tanggal 07/05/2009 – 09/05/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : HA, laki-laki, 10 tahun. BB : 30 kg. Keluhan utama : demam, mual, muntah, dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 7 Hematologi Hemoglobin 14,9 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.000 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 197.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 45,9 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 74 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 23 20-40 % • Limfosit 6 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 7 100/40 ↓ 37,8 ↑ 36 ↑ 67 Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 8 114/60 ↓ 36,8 26 ↑ 88 Nilai Normal 9 100/70 ↓ 36,5 22 ↑ 100 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 113 Terapi Nama Obat Dosis Tanggal Pemberian Infus KAEN 3B 20 tts/mnt 7, 8 Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) 3x1g 7, 8 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) 3 x 1 amp 7, 8 Injeksi Novalgin® (Metamizole) 500 mg / 8 jam 7, 8 Injeksi Hexer® (Ranitidine) 2 x 1 amp 7, 8 Malarex® (Chloroquine) 3-2-2 tab / hari p.o. 7 Thiamycin® (Thiamphenicol) 3 x 1 sdt / hari p.o. 9 Assessment Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 30 kg, D = 900-3000 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari). (DRPs : dosis kurang) Plan Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 4 kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi. 114 Tabel XXXIX. Kajian DRPs Kasus 30 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002400 Dirawat pada tanggal 21/05/2009 – 25/05/2009 (LRI 4 hari) Subjective Pasien : MQ, laki-laki, 12 tahun. BB : 32 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 21 Hematologi Hemoglobin 12,9 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 3.900 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 178.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 40,7 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 2 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 79 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 16 ↓ 20-40 % • Limfosit 3 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/100 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 21 97/70 ↓ 39 ↑ 52 ↑ 132 ↑ Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 22 23 24 110/59 ↓ 110/60 ↓ 100/60 ↓ 38 ↑ 37,6 ↑ 37,4 20 24 ↑ 24 ↑ 131 ↑ 100 100 Nilai Normal 25 100/70 ↓ 37 22 ↑ 94 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 115 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Malarex® (Chloroquine) Dexanta® Thiamycin® (Thiamphenicol) Imboost® Assessment Plan - Dosis 12 tts/mnt 3 x 500 mg 3x1g ½ amp / 8 jam 500 mg / 8 jam 2 x ½ amp 3 x ½ amp 2-1-1 tab / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. (forte) 2 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 21, 22, 23, 24 21 22, 23, 24 22, 23 21 21, 22, 23, 24 21, 22, 23, 24 22, 23, 24 25 25 25 116 Tabel XL. Kajian DRPs Kasus 31 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002407 Dirawat pada tanggal 22/05/2009 – 25/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : SP, laki-laki, 12 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, lemah dan nyeri di ulu hati. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 22 Hematologi Hemoglobin 11,1 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 11.900 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 367.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 3 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 70 50-70 % • Neutrofil segmen 26 20-40 % • Limfosit 1↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 22 114/72 ↓ 37,6 ↑ 24 ↑ 83 Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 23 24 117/80 ↓ 110/70 ↓ 36 36 36 ↑ 28 ↑ 78 88 Nilai Normal 25 107/60 ↓ 36.7 22 ↑ 90 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 117 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Suldox® (Fansidar) Dexanta® Assessment Plan - Dosis 20 tts/mnt 3 x 500 mg 500 mg / 8 jam 2 x ½ amp 2 x ½ amp 1 x 2 tab / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 22, 23, 24 22, 23, 24 22, 23 22, 23, 24 22, 23, 24 22 22, 23, 24 118 Tabel XLI. Kajian DRPs Kasus 32 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002477 Dirawat pada tanggal 25/05/2009 – 28/05/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : NI, perempuan, 1 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam, muntah dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 25 Hematologi Hemoglobin 12,6 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.500 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 125.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 23,6 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 2 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 60 50-70 % • Neutrofil segmen 35 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/100 (-) • Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 25 90/50 ↓ 38 ↑ 28 ↑ 86 Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 26 27 110/60 ↓ 100/70 ↓ 37,8 ↑ 37,6 ↑ 34 ↑ 36 ↑ 92 97 Nilai Normal 28 114/70 ↓ 37 22 ↑ 100 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 119 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Thiamycin® (Thiamphenicol) Dexanta® Assessment Plan - Dosis 10 tts/mnt 3 x 500 mg 2 x 125 mg / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 25, 26, 27, 28 25, 26, 27 28 25 120 Tabel XLII. Kajian DRPs Kasus 33 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002492 Dirawat pada tanggal 25/05/2009 – 27/05/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : EA, laki-laki, 9 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam dan pusing. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 25 Hematologi Hemoglobin 11,2 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 7.300 5.000-10.000 /µl Trombosit 144.000 ↓ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 34,3 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 25 98/47 ↓ 38 ↑ 32 ↑ 88 Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 26 110/74 ↓ 37,5 ↑ 28 ↑ 90 Nilai Normal 27 109/84 ↓ 36 20 92 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 121 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Ratan® (Ranitidine) Thiamycin® (Thiamphenicol) Malarex® (Chloroquine) Dexanta® Imboost® Assessment Plan - Dosis 10 tts/mnt 4 x 500 mg 2 x 400 mg 400 mg / 8 jam 2 x 1 cc 2 x 250 mg (kaps) / hari p.o. 2-1-1 tab / hari 3 x 1 sdt / hari p.o. 2 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 25, 26, 27 26 25 25, 26 25, 26, 27 27 25, 26 25 27 122 Tabel XLIII. Kajian DRPs Kasus 34 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002512 Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 01/06/2009 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : PU, laki-laki, 11 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, lemah dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 26 Hematologi Hemoglobin 11,4 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 8.000 5.000-10.000 /µl Trombosit 451.000 ↑ 150.000-400.000 / µl Hematokrit 38,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 60 50-70 % • Neutrofil segmen 40 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 28 29 26 27 100/70 ↓ 90/60 ↓ 100/70 ↓ 37.7 ↑ 38 ↑ 37.5 ↑ 28 ↑ 21 ↑ 88 96 Nilai Normal 30 1 110/70 ↓ 110/80 ↓ 100/60 ↓ 120/80 mmHg 37.5 ↑ 37.5 ↑ 36,8 36-37,4 0C 19 ↓ 18 ↓ 22 ↑ 24 ↑ 20X/ menit 65 92 100 86 50-100X / menit 123 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Suldox® (Fansidar) Assessment Plan - Dosis 15 tts/mnt 3 x 250 mg 2 x 500 mg 3 x 500 mg 1 x 2 tab / hari p.o. Tanggal Pemberian 26, 27, 28, 29, 30 26, 27, 28 26, 27 28, 29, 30 26, 27, 28 124 Tabel XLIV. Kajian DRPs Kasus 35 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002514 Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 28/05/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : SI, laki-laki, 1 tahun. BB : 12,5 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah, kejang dan batuk berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 26 Hematologi Hemoglobin 11,8 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 8.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 277.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 36,6 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 70 50-70 % • Neutrofil segmen 30 20-40 % • Limfosit 0↓ 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/200 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/100 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 26 110/70 ↓ 38,2 ↑ 23 ↑ 74 Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) 27 100/60 ↓ 37,8 ↑ 28 ↑ 88 Nilai Normal 28 106/80 ↓ 37 24 ↑ 96 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 125 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Neo Kaolana® (Koalin) Mucopect® (Ambroxol) Imboost® Vomerin® (Domperidone) Thiamycin® (Thiamphenicol) Stesolid® (Diazepam) Suldox® (Fansidar) Assessment Plan - Dosis 40 tts/mnt 3 x 150 mg 2 x 300 mg 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. 2 x 1 sdt / hari p.o. 2 x 1 sdt / hari p.o. 2 x 1 sdt / hari p.o. 5 mg / 24 jam rektal 1 x 2 tab / hari p.o. Tanggal Pemberian 26, 27, 28 26 26 26, 28 26 27 27 27, 28 26 26, 27 126 Tabel XLV. Kajian DRPs Kasus 36 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002532 Dirawat pada tanggal 27/05/2009 – 02/06/2009 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : WA, laki-laki, 5 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, batuk rejan, pusing, muntah, BAB cair, dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 27 Hematologi Hemoglobin 11,5 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 4,76 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 5.200 5.000-10.000 /µl Trombosit 168.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 34,3 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/200 (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Mei-Juni 2009) 29 30 27 28 100/80 ↓ 100/60 ↓ 110/70 ↓ 38,5 ↑ 37,6 ↑ 37,5 ↑ 28 ↑ 32 ↑ 110 ↑ 120 ↑ Nilai Normal 31 1 112/60 ↓ 100/70 ↓ 100/60 ↓ 120/80 mmHg 37,3 36 36,5 36-37,4 0C 32 ↑ 28 ↑ 28 ↑ 26 ↑ 20X/ menit 46 96 92 100 50-100X / menit 127 Terapi Nama Obat Infus Ds 5% + Chloroquine Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Acran® (Ranitidine) Dosis 1 amp 10 tts/mnt 4 x 400 mg 3 x 500 mg 3 x 200 mg 2 x 300 mg 2 x 0,5 cc 2 x 1/3 amp 3 x 1/3 amp 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. 3 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 27, 28, 29, 30, 31, 1 27 28, 29, 30, 31, 1 28, 29 27 27 28, 29, 30 31 27 27, 28 31, 1 28, 29, 30, 31, 1 Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Mucopect® (Ambroxol) Neo Kaolana® (Koalin) Dexanta® Prome® Assessment Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut. Plan - waktu 128 Tabel XLVI. Kajian DRPs Kasus 37 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002535 Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 01/06/2009 (LRI 6 hari) Subjective Pasien : DA, laki-laki, 2 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam dan batuk berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Mei 2009) Parameter Nilai Normal 27 Hematologi Hemoglobin 12,6 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 13.300 ↑ 5.000-10.000 /µl Trombosit 232.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 38,9 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 1 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 66 50-70 % • Neutrofil segmen 29 20-40 % • Limfosit 4 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (-) (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi Tanggal Pemeriksaan (Mei-Juni 2009) 28 29 26 27 90/60 ↓ 97/60 ↓ 105/70 ↓ 39,5 ↑ 38,2 ↑ 37,8 ↑ 36 ↑ 32 ↑ 28 ↑ 108 ↑ 116 ↑ 99 Nilai Normal 30 1 110/70↓ 112/80 ↓ 100/70 ↓ 120/80 mmHg 37,6 ↑ 37 36,5 36-37,4 0C 27 ↑ 20 24 ↑ 20X/ menit 97 84 88 50-100X / menit 129 Terapi Nama Obat Infus KAEN 3B Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Antrain® (Metamizole) Imboost® Assessment Plan - Dosis 40 tts/mnt 3 x 250 mg 0,4 cc / 8 jam 2 x 1 sdt / hari p.o. Tanggal Pemberian 26, 27, 28, 29, 30 26, 27, 28, 29, 30 26, 27, 28 29, 30, 1 130 Tabel XLVII. Kajian DRPs Kasus 38 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002634 Dirawat pada tanggal 01/06/2009 – 04/06/2009 (LRI 3 hari) Subjective Pasien : MI, perempuan, 10 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, susah BAB, lemah, kesadaran menurun, perut terasa sakit dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Juni 2009) Parameter Nilai Normal 1 Hematologi Hemoglobin 11,8 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit 4,44 ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.000 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 157.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 48 ↑ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0-1 % • Basofil 1-3 % • Eosinofil 2-5 % • Netrofil batang 50-70 % • Neutrofil segmen 20-40 % • Limfosit 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/400 (-) • Titer O (-) (-) • Titer AO (-) (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/400 (-) • Titer H (-) (-) • Titer AH (-) (-) • Titer BH (-) (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 1 110/80 ↓ 38,4 ↓ 28 ↑ 94 Tanggal Pemeriksaan (Juni 2009) 2 3 105/70 ↓ 100/70 ↓ 37,5 ↓ 37,6 ↓ 34 ↑ 27 ↑ 68 89 Nilai Normal 4 100/80 ↓ 37 24 ↑ 100 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 131 Terapi Nama Obat Infus RL Injeksi Taxegram® (Cefotaxime) Injeksi Acran® (Ranitidine) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Vomceran® (Ondansetron) Dexanta® Cefat® (Cefadroxil) Suldox® (Fansidar) Assessment Plan - Dosis 10 tts/mnt 2 x 500 mg 3 x 500 mg 2 x 1 cc 1 cc / 8 jam 500 mg / 8 jam 3 x ½ amp 3 x 1 sdt / hari p.o. 2 x 1,5 sdt / hari p.o. 1 x 1½ tab / hari p.o. Tanggal Pemberian 1, 2, 3, 4 1 2, 3 1 1 2, 3 2, 3 2 4 2, 3, 4 132 Tabel XLVIII. Kajian DRPs Kasus 39 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002641 Dirawat pada tanggal 02/06/2009 – 04/06/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : WH, perempuan, 6 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, perut terasa sakit dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Juni 2009) Parameter Nilai Normal 2 Hematologi Hemoglobin 12,2 ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 4.100 ↓ 5.000-10.000 /µl Trombosit 147.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 39,5 ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 0↓ 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 57 50-70 % • Neutrofil segmen 40 20-40 % • Limfosit 3 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/400 (-) • Titer BO 1/100 (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/200 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 2 100/80 ↓ 37,6 ↑ 32 ↑ 68 Tanggal Pemeriksaan (Juni 2009) 3 110/70 ↓ 37 27 ↑ 70 Nilai Normal 4 105/70 ↓ 36,5 23 ↑ 87 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 133 Terapi Nama Obat Infus KAEN 3B Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) Injeksi Antrain® (Metamizole) Injeksi Invomit® (Ondansetron) Injeksi Acran® (Ranitidine) Cefat® (Cefadroxil) Imboost® Suldox® (Fansidar) Assessment Plan - Dosis 16 tts/mnt 2 x 750 mg 1x1g 3 x 0,5 cc 2 x ½ amp 2 x ½ amp 2 x 1,5 sdt / hari p.o. 2 x 1 sdt / hari p.o. 1 x 1½ tab / hari p.o. Tanggal Pemberian 2, 3 2 3 2, 3 2, 3 2, 3 4 4 2, 3 134 Tabel XLIX. Kajian DRPs Kasus 40 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 No. RM 002976 Dirawat pada tanggal 23/06/2009 – 25/06/2009 (LRI 2 hari) Subjective Pasien : HI, laki-laki, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, lemah, muntah dan nyeri perut. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik. Objective Tanggal Pemeriksaan (Juni 2009) Parameter Nilai Normal 23 Hematologi Hemoglobin 11,7 ↓ ♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl Eritrosit ♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl Leukosit 6.500 5.000-10.000 /µl Trombosit 173.000 150.000-400.000 / µl Hematokrit 35,7 ↓ ♂ 40-48 %; ♀37-43 % LED 22 ↑ ♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm Hitung jenis leukosit 0 0-1 % • Basofil 1 1-3 % • Eosinofil 0↓ 2-5 % • Netrofil batang 74 ↑ 50-70 % • Neutrofil segmen 23 20-40 % • Limfosit 2 2-8 % • Monosit Mikrobiologi Malaria (+) p. vivax (-) Imunologi/serologi Tes Widal 1/200 (-) • Titer O 1/100 (-) • Titer AO 1/100 (-) • Titer BO (-) (-) • Titer CO 1/200 (-) • Titer H 1/100 (-) • Titer AH 1/100 (-) • Titer BH 1/100 (-) • Titer CH Tanda Vital Tekanan Darah Suhu Respirasi Nadi 23 110/90 ↓ 39 ↑ 26 ↑ 90 Tanggal Pemeriksaan (Juni 2009) 24 110/80 ↓ 37,5 ↑ 24 ↑ 77 Nilai Normal 25 100/70 ↓ 36,7 24 ↑ 88 120/80 mmHg 36-37,4 0C 20X/ menit 50-100X / menit 135 Terapi Nama Obat Infus KAEN 3B Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone) Injeksi Novalgin® (Metamizole) Injeksi Invomit® (Ondansetron) Injeksi Acran® (Ranitidine) Imboost Force® Suldox® (Fansidar) Assessment Plan - Dosis 20 tts/mnt 2 x 750 mg 3 x 0,5 cc 3 x ½ amp ½ amp / 12 jam 2 x 1 sdt / hari p.o. 1x1½ tab / hari p.o. Tanggal Pemberian 23, 24 23, 24 23 23 23, 24 23, 24 23, 24 136 Lampiran 2. Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama Rawat Inap 1. Sistem Gastrointestinal Golongan obat Antasid, antirefluks, dan antiulserasi Regulator GIT, antiflatulen, dan antiinflamasi Antidiare Antiemetik Zat aktif Bentuk sediaan Jenis obat Acran® Ranitidine Ratan® Koloidal Al(OH)3, Mg(OH)2, Simethicone Lansoprazole Dexanta® larutan IV larutan IV larutan IV suspensi Lapraz® kapsul Ranitidine HCl Hexer® Metoclopramide HCl Mg trisilicate, Koloidal Al(OH)3, Simethicone Domperidone Kaolin, Pectin Piralen ® larutan IV suspensi Sanmag® Vomerin® suspensi ® Neo Kaolana Ondansetron Vomceran Ondansetron HCl dihydrate Invomit® suspensi ® larutan IV larutan IV Jumlah obat dalam kasus (n=87) Persentase (%) 15 17,2 9 10,3 11 12,6 16 18,4 1 9 1,2 10,3 6 6,9 1 2 14 1,2 2,3 16,1 3 3,4 Jumlah obat dalam kasus (n=6) Persentase (%) 1 2 1 1 16,7 33,3 16,7 16,7 2. Sistem Pernafasan Golongan obat Batuk dan pilek Zat aktif Ambroxol HCl Jenis obat Epexol® sirup ® Ambroxol HCl Mucopect Bromhexine HCl Mucohexin® Succus liquiritiae, Ammon Cl, Anise oil, Peppermint oil, Lemon lime flavor, Bentuk sediaan OBH Berlico eliksir eliksir ® sirup 137 Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan Jumlah obat dalam kasus (n=6) Persentase (%) 1 16,7 Jumlah obat dalam kasus (n=55) Persentase (%) 2 3,6 19 34,5 25 45,4 4 1 1 2 1 7,3 1,8 1,8 3,6 1,8 Jumlah obat dalam kasus (n=2) Persentase (%) 1 50 1 50 Jumlah obat dalam kasus (n=102) Persentase (%) 26 25,5 Ethanol 96% Promethazine HCl, Ekatripecac, Sulfoguaiacolate, Na citrate, Menthol Prome® sirup 3. Sistem Saraf Pusat Golongan obat Zat aktif Jenis obat Ansiolitik Diazepam Stesolid® Analgesik (non opiat) dan antipiretik Metamizole Na Antrain® Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Pamol® supposito ria larutan IV larutan IV sirup Sanmol® tablet Flamar® emulgel Novalgin® Paracetamol Diclofenac Na Ibuprofen Bentuk sediaan ® Bufect suspensi ® Bufect Forte 4. Hormon Golongan obat Kortikosteroid Zat aktif Jenis obat Dexamethasone Cortidex® Dexamethasone Na phosphate Dexa-M® Bentuk sediaan larutan IV larutan IV 5. Antiinfeksi (sistemik) Golongan obat Zat aktif Kloramfenikol Chloramphenicol Jenis obat Colsancetine® Bentuk sediaan serbuk 138 Golongan obat Zat aktif Jenis obat Bentuk sediaan i.v. Chloramphenicol palmitate Chloramphenicol sirup 1 1 Chloramex® 1 1 Thiamphenicol Biothicol® serbuk i.v. kapsul 2,9 3,9 Thiamycin® sirup kering sirup 3 4 2 3 2 2,9 3 2 17 2,9 2 16,7 5 4,9 2 2 1 1 kapsul Antibiotika lain Antimalaria Persentase (%) Na succinate sirup forte kaplet Sefalosporin Jumlah obat dalam kasus (n=102) ® Cefotaxime Na Taxegram Ceftriaxone Terfacef® Cefadroxil monhydrate Metronidazole Cefat® Chloroquine disulphate Pyrimethamine, Sulfadoxine Chloroquine diphosphate Chloroquine Nidazole® serbuk i.v. serbuk i.v. sirup kering tablet 8 7,8 Suldox® larutan i.v. tablet 15 14,7 Malarex® tablet 9 8,8 Jumlah obat dalam kasus (n=1) Persentase (%) 1 100 6. Vitamin dan mineral Golongan obat Zat aktif Vitamin dan / atau mineral Vit A, Vit B1, Vit B2, Vit B6, Vit B12, Vit C, Vit D, Nicotinamide, Ca pantothenate, Choline, Inositol, Ca gluconate, Ca hypophosphite, Na hypophosphite, Ilysine Jenis obat Elkana® Bentuk sediaan sirup 139 7. Nutrisi Golongan obat Elektrolit Perangsang nafsu makan Suplemen dan terapi penunjang Zat aktif NaCl, KCl, CaCl2, Na lactate, water for injection NaCl, water for injection Na, K, Cl, Lactate, Glucose Vit B1, Vit B2, Vit B6, Vit B12, βcarotene, Dexpanthenol, Curcuminoid, Ca gluconate Echinacea, Zn picolinate Echinacea purpurea, Black elderberry extr, Zn picolinate Jenis obat Bentuk sediaan Jumlah obat dalam kasus (n=50) Persentase (%) Infus RL larutan infus 26 52 Infus D5+¼NS 2 4 9 18 Curvit® larutan infus larutan infus sirup 3 6 Imboost® sirup 8 16 2 4 Jumlah obat dalam kasus (n=8) Persentase (%) 8 100 Infus KA-EN 3B Imboost Force® 8. Larutan Intravena dan steril lain Golongan obat - Zat aktif Dextrose monohydrate Jenis obat Infus Ds 5% Bentuk sediaan larutan infus 140 Lampiran 3. Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Pihak RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang 141 BIOGRAFI PENULIS Emilda Putri Pratiwi, lahir di Ketapang pada tanggal 18 Januari 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Yohanes Djadjah, B.A. dan Chatarina Mudjiati. Penulis telah menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Persit Candra Kirana Ketapang pada tahun 1992-1993. Kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Pangudi Luhur Santo Yosef Ketapang pada tahun 19931999. Pada tahun 1999-2002, penulis menempuh Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pangudi Luhur Santo Albertus Ketapang. Penulis kemudian melanjutkan studi di Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang pada tahun 20022005 dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2005.