ÿþM icrosoft W ord - pengesahan 2

advertisement
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK
PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR.
AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK
PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR.
AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
THE EVALUATION OF THE UTILIZING ANTIBIOTIC AT TYPHOID
FEVER PATIENTS OF CHILDREN IN NURTURING INSTALLAION OF
DR. AGOESDJAM PUBLIC HOSPITAL IN PERIOD JUNE 2008 – JUNE 2009
SKRIPSI
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement
to Obtain Sarjana Farmasi (S. Farm.)
In Faculty of Pharmacy
By:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
iii
Persetujuan Skripsi
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN ANAK
PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR.
AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009
Oleh :
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Mulyono, Apt.
tanggal 18 Mei 2010
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saat itu……….
Masa yang sepertinya berulang namun berbeda
Berada dalam kelas dengan materi kuliah yang aku anggap baru
Tetapi aku merasa inilah saat pemenuhan janji atas kasih-Nya
yang aku rasa tak pernah kunjung datang
Perkataan-Nya bagai serasa nyata, ketika seorang dosen cantik
berdiri di depan kelas dengan semangat menyala
bertutur sebagai penutup akhir kuliah…………
“ Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang” (Ams 17 : 22)
Karena ketika ‘tulang itu terasa kering’ dan semangat itu lenyap
Dia tetap mampu dan sanggup berbuat sesuatu untukku
‘hati yang gembira’ ketika aku tahu
‘Aku mampu melakukan banyak hal’
Kupersembahkan karyaku yang sederhana ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang menjadi kekuatan & harapanku dalam segala hal,
Bunda Maria yang selalu menyertai dan memberkati setiap langkahku,
Bapak dan ibuku tersayang yang tak pernah berhenti memberikan
semangat, dukungan, nasehat, kasih, perhatian dan doanya,
Those who I cherish deeply in my heart,
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang & my future patients,
All my lovely friends & Almamaterku
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni
2008 – Juni 2009” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai terselesaikannya
skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji atas segala arahan, kritik, saran
dan waktunya.
2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
arahan, saran dan bimbingannya selama ini.
3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik dan motivasi kepada
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik,
saran dan waktunya.
vii
5. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberikan bekal kepada penulis untuk praktik kefarmasiannya kelak.
6. Bapak drg. Joko Hartono selaku Direktur RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
yang telah berkenan memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi kepada
penulis selama penelitian.
7. Staff Rekam Medis RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang terutama Pak Iwan, Bu
Jus, Pak Jack dan Bang Berli, yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya
selama penulis melakukan pengambilan data penelitian.
8. Staff Jamkesnas dan Jamkesda RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
9. Bapak Yohanes Djadjah, B.A. dan ibu Chatarina Mudjiati, orang tua penulis
tercinta; atas semua doa, cinta, perhatian, motivasi dan dukungannya selama ini
yang telah mampu memberi suatu kebahagiaan, warna serta inspirasi.
10. Kakak-kakak penulis : dr. Emanuel Budhi Hartoko, M.Sc., Sp.PD, dr. Margaretha
Indah Wijilestari, MPH, Citra Dewi Mariana, S.T. dan Yakobus Agus Wiyono,
S.T. atas doa, cinta, saran, dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan
selama ini.
11. Adek dan keponakkan penulis : Blasius Panut Nusanjaya, Yulius Pandu
Nusanjaya dan Sonia Kartika Budhi Lestari yang telah memberikan doa dan
lelucon kecil yang menjadi motivasi tersendiri.
viii
12. Keluarga Besar Komunitas Sant’ Egidio terutama teman-teman komunitas induk
Roma, Yogyakarta, Padang dan Jakarta atas doa, cinta, pengalaman iman,
kebersamaan pelayanan dan dukungan yang besar kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi.
13. Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat Yogyakarta dan
Bujang Dare Kayong Yogyakarta atas doa, dukungan, kebersamaan dan
pengalaman dalam berorganisasi, seni dan budaya yang menjadi motivasi penulis
selama ini.
14. Keluarga Besar Asrama Mahasiswi Syantikara khususnya Sr. Benedict selaku
kepala asrama, teman-teman Unit 5 (Mbak Lusi, Mbak Deta, † Mbak Ningnong,
Mbak Iin, Bina, Ikke, Trisna, Weny, Maya, Cocon, Yuni dan Nora), dan temanteman Unit Paviliun (Didi, Kak Vina, Weny, Ophy dan Tasya) atas kebersamaan
telah kita alami.
15. Teman-teman Lektor dan Team Persembahan Sendratari Malam Natal 2009
Kapel Maria Bintang Samudra yang telah memberikan doa dan dukungan serta
kisah yang tidak akan pernah terlupakan.
16. Teman-Teman KKN Angkatan XXXVII Kelompok 22, Dukuh Caben (Deta,
Diah, Sophie, Andre, Yaya, Ditya, Datia, Jimmy dan Yoyok) atas dukungan
selama persiapan dan penulisan skripsi ini.
17. Sahabat-sahabat penulis terutama Kaka, Deta dan Hesti untuk kisah yang telah
dilalui bersama.
ix
18. Teman-teman Angkatan 2005 terutama Kelas B dan FKK 2005 Fakultas Farmasi
Sanata Dharma Yogyakarta atas cerita suka duka yang telah kita alami bersama.
19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua kebaikkan yang
telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, Mei 2010
Penulis
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Mei 2010
Penulis
Emilda Putri Pratiwi
xi
INTISARI
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
enterik Gram (-) yaitu Salmonella typhi. Gejala – gejala dari demam tifoid antara lain
seperti demam, nyeri kepala, nyeri perut, muntah dan mual. Penyakit ini termasuk
penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang terutama pada anak
usia sekolah dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di
negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan
antibiotika pada penderita demam tifoid khususnya pasien anak selama rawat inap di
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan
deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Tahap penelitian meliputi perencanaan,
analisis situasi, pengumpulan data dan evaluasi, dengan instrument penelitian berupa
lembar rekam medis pasien. Data diambil dan dianalisis berdasarkan karakteristik
demografi pasien, outcome terapi, golongan dan jenis antibiotika, dan analisis drug
related problems (DRPs) penggunaan antibiotika selama rawat inap.
Hasil yang diperoleh adalah 40 kasus. Persentase berdasarkan
karakteristik demografi pasien yaitu distribusi jenis kelamin laki-laki (55%) dan
perempuan (45%); distribusi umur ≤ 1 tahun (5%), 1-5 tahun (17%), dan > 5-12 tahun
(78%); distribusi diagnosa penyakit demam tifoid tanpa penyakit lain (25%) dan
diagnosa penyakit demam tifoid dengan penyakit lain (75%). Penggunaan antibiotika
selama rawat inap yaitu golongan sefalosporin generasi I (2,9%), golongan
sefalosporin generasi III (31,9%) dan golongan kloramfenikol (65,2%). Outcome
terapi pasien, lama rawat inap terbanyak pada lama perawatan 1-3 hari (52,5%),
keadaan pasien keluar rumah sakit sebanyak 39 kasus (97%) keluar rumah sakit
dengan keadaan membaik dan sebanyak 1 kasus (3%) dengan keadaan sembuh.
Identifikasi DRPs penggunaan antibiotika diperoleh 3 kasus, yang terdiri dari 4 dalam
kasus dosis kurang (10%), 2 dalam kasus dosis berlebih (5%) dan 2 dalam kasus efek
obat yang tidak diinginkan (5%).
Kata kunci : demam tifoid, antibiotika, drug related problems (DRPs)
xii
ABSTRACT
Typhoid fever is a kind of infection disease caused by enteric bacteria
Gram (-) called Salmonella typhi. Typhoid fevers indicate are fever, pain in the head
and stomach, vomiting, and make people feel queasy. It is a kind of endemic
spreading disease that infected a lot of people especially to the children in the school
age. It is a healthy problem that happens in tropical area especially in the developing
nations. The aim of this research is to evaluate the use of antibiotic that is given to the
children who get the fever during nurturing at DR. AGOESDJAM public hospital
period June 2008 to June 2009.
This research is a non-experimental research, and done with the evaluative
descriptive design and the data were obtained by retrospective method. The steps of
this research are planning, analysis of the situation, collecting data and evaluating, the
instrument of this research is medical record of the patients. The data are take and
analysis based on the patients’ demographic characteristic, therapy outcome, the kind
and the classification of antibiotic and the analysis of drug related problems (DRPs)
about the use of antibiotic while being nurturing in the hospital.
The research results 40 cases. Percentage of the patients’ demographic
characteristic that boys distribution (55%) and girls distribution (45%); age
distribution ≤ 1 year (5%), 1 to 5 year (17%) and > 5 to 12 year (78%); distribution of
typhoid fever diagnose without other diseases (25%) and the distribution of typhoid
fever diagnose with other diseases (75%). The use of antibiotic while being nurturing
in the hospital are first generation of cephalosporin (2.9%), third generation of
cephalosporin (31.9%) and chloramphenicol (65.2%). Patients’ therapy outcome, the
most duration nurturing in nurturing period 1 to 3 days (52.5%), there are 39 cases
(97%) where patients leave the hospital in better condition and meanwhile there is 1
case (3%) where patient recover from the disease. There are 3 types case of identified
by DRPs in using antibiotic, 4 cases of dosage too low (10%), 2 cases of dosage too
high (5%) and 2 cases of adverse drug reaction (5%).
Key words : typhoid fever, antibiotic, drug related problems (DRPs)
xiii
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
ii
PAGE TITLE ..................................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vi
PRAKATA ......................................................................................................
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................
xi
INTISARI .......................................................................................................
xii
ABSTRACT ......................................................................................................
xiii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xx
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xxviii
BAB I. PENGANTAR ....................................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
xiv
1. Permasalahan .................................................................................
3
2. Keaslian penelitian ........................................................................
3
3. Manfaat penelitian .........................................................................
4
a. Manfaat teoritis .........................................................................
4
b. Manfaat praktis .........................................................................
5
B. Tujuan Penelitian ...............................................................................
5
1. Tujuan umum .................................................................................
5
2. Tujuan khusus ................................................................................
5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ............................................................
7
A. Demam Tifoid ...................................................................................
7
1. Epidemiologi .................................................................................
7
2. Etiologi ..........................................................................................
7
3. Patogonesis ....................................................................................
8
4. Komplikasi ....................................................................................
8
a. Komplikasi intestinal ................................................................
9
b. Komplikasi ekstra – intestinal ...................................................
9
5. Manifestasi klinik ..........................................................................
10
xv
a. Neonatus ....................................................................................
10
b. Balita .........................................................................................
11
c. Anak usia sekolah .....................................................................
11
6. Pencegahan ....................................................................................
12
7. Prognosis .......................................................................................
12
8. Diagnosis .......................................................................................
13
9. Penatalaksanaan terapi ...................................................................
14
a. Outcome ....................................................................................
14
b. Sasaran dan tujuan terapi ..........................................................
14
c. Strategi terapi ............................................................................
14
B. Pengobatan pada Anak ......................................................................
17
C. Antibiotika ........................................................................................
18
D. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................
19
E. SOAP (Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan) ......
21
1. Subjective Data (data subyektif) ...................................................
21
2. Objective Data (data obyektif) ......................................................
22
3. Assessment .....................................................................................
22
xvi
4. Plan ................................................................................................
23
F. Lama Rawat Inap ...............................................................................
23
G. Keterangan Empiris ...........................................................................
23
BAB III. METODELOGI PENELITIAN .......................................................
24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................
24
B. Definisi Operasional ..........................................................................
24
C. Subyek Uji .........................................................................................
27
D. Bahan Penelitian ...............................................................................
27
E. Lokasi Penelitian ...............................................................................
27
F. Tata Cara Penelitian ...........................................................................
28
1. Persiapan ........................................................................................
28
2. Pengumpulan data .........................................................................
28
a. Penelusuran data ........................................................................
28
b. Pengambilan data ......................................................................
29
3. Penyelesaian data ...........................................................................
29
a. Pengolahan data ........................................................................
29
b. Evaluasi data .............................................................................
30
xvii
4. Analisis hasil data ..........................................................................
30
G. Kesulitan Penelitian ..........................................................................
31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
32
A. Karakteristik Demografi Pasien ........................................................
33
1. Distribusi jenis kelamin .................................................................
33
2. Distribusi umur ..............................................................................
34
3. Distribusi diagnosa penyakit .........................................................
36
B. Profil Penggunaan Obat ....................................................................
37
1. Obat sistem gastrointestinal ...........................................................
38
2. Obat sistem pernafasan ..................................................................
38
3. Obat sistem saraf pusat ..................................................................
38
4. Hormon ..........................................................................................
39
5. Antiinfeksi .....................................................................................
39
6. Vitamin dan mineral ......................................................................
40
7. Nutrisi ............................................................................................
40
8. Larutan intravena dan steril lain ....................................................
40
C. Profil Penggunaan Antibiotika ..........................................................
40
xviii
1. Golongan dan jenis antibiotika ......................................................
40
2. Cara pemberian antibiotika ............................................................
43
D. Outcome Terapi .................................................................................
43
1. Lama Rawat Inap ...........................................................................
43
2. Keadaan pasien keluar ...................................................................
44
E. Drug Related Problems (DRPs) ........................................................
45
1. Dosis kurang ..................................................................................
46
2. Dosis berlebih ................................................................................
47
3. Efek obat yang tidak diinginkan ....................................................
48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
50
A. Kesimpulan .......................................................................................
50
B. Saran ..................................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
53
LAMPIRAN ....................................................................................................
56
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 141
xix
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel I
Gejala – gejala Umum Penyakit Demam Tifoid ………….. 10
Tabel II
Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab
Munculnya Drug Related Problems (DRPs)
Menurut Cipolle, Strand, Morley (2004) ………………...
20
Profil Penggunaan Obat pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr.
Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ………………………………………………………
37
Golongan Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 –
Juni 2009 …………………………………………………
41
Golongan dan Jenis Antibiotika Pengobatan pada Pasien
Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 –
Juni 2009 …………………………………………………
42
Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ………………………………………………………
46
Kasus DRPs Dosis Kurang pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ………………………………………………………
47
Kasus DRPs Dosis Berlebih pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ………………………………………………………
48
Tabel III
Tabel IV
Tabel V
Tabel VI
Tabel VII
Tabel VIII
xx
Tabel IX
Tabel X
Tabel XI
Tabel XII
Tabel XIII
Tabel XIV
Tabel XV
Tabel XVI
Tabel XVII
Tabel XVIII
Kasus DRPs Efek Obat yang Tidak Diinginkan pada
Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
49
Kajian DRPs Kasus 1 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
56
Kajian DRPs Kasus 2 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
58
Kajian DRPs Kasus 3 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
60
Kajian DRPs Kasus 4 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
62
Kajian DRPs Kasus 5 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
64
Kajian DRPs Kasus 6 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
66
Kajian DRPs Kasus 7 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
68
Kajian DRPs Kasus 8 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
70
Kajian DRPs Kasus 9 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxi
Tabel XIX
Tabel XX
Tabel XXI
Tabel XXII
Tabel XXIII
Tabel XXIV
Tabel XXV
Tabel XXVI
Tabel XXVII
Tabel XXVIII
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
72
Kajian DRPs Kasus 10 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
74
Kajian DRPs Kasus 11 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
76
Kajian DRPs Kasus 12 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
78
Kajian DRPs Kasus 13 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
80
Kajian DRPs Kasus 14 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
82
Kajian DRPs Kasus 15 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
84
Kajian DRPs Kasus 16 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
86
Kajian DRPs Kasus 17 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
88
Kajian DRPs Kasus 18 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
90
Kajian DRPs Kasus 19 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxii
Tabel XXIX
Tabel XXX
Tabel XXXI
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
92
Kajian DRPs Kasus 20 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
94
Kajian DRPs Kasus 21 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
96
Kajian DRPs Kasus 22 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……………………………………
98
Tabel XXXII
Kajian DRPs Kasus 23 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 100
Tabel XXXIII
Kajian DRPs Kasus 24 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 102
Tabel XXXIV
Kajian DRPs Kasus 25 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 104
Tabel XXXV
Kajian DRPs Kasus 26 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 106
Tabel XXXVI
Kajian DRPs Kasus 27 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 108
Tabel XXXVII
Kajian DRPs Kasus 28 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 110
Tabel XXXVIII
Kajian DRPs Kasus 29 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxiii
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 112
Tabel XXXIX
Kajian DRPs Kasus 30 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 114
Tabel XL
Kajian DRPs Kasus 31 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 116
Tabel XLI
Kajian DRPs Kasus 32 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 118
Tabel XLII
Kajian DRPs Kasus 33 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 120
Tabel XLIII
Kajian DRPs Kasus 34 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 122
Tabel XLIV
Kajian DRPs Kasus 35 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 124
Tabel XLV
Kajian DRPs Kasus 36 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 126
Tabel XLVI
Kajian DRPs Kasus 37 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 128
Tabel XLVII
Kajian DRPs Kasus 38 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 130
Tabel XLVIII
Kajian DRPs Kasus 39 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
xxiv
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 132
Tabel XLIX
Kajian DRPs Kasus 40 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 …………………………………… 134
xxv
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1
Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ……………………………………….........
Gambar 2
33
Distribusi Umur Kelamin pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ……………………………………….........
Gambar 3
35
Distribusi Diagnosa Penyakit pada Kelamin pada Pasien
Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ……………………………………….........
Gambar 4
Lama Perawatan Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam
xxvi
36
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 ………………
Gambar 5
44
Keadaan Pasien Anak Penderita Demam Tifoid
Keluar di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Berdasarkan
Outcame ………………………………………………..
xxvii
45
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1
Analisis SOAP ………………………………………...
Lampiran 2
Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama
Rawat Inap …………………………………………….
Lampiran 3
137
Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Pihak
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang …………………
xxviii
57
141
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber
air, dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengelohan makanan yang
masih rendah (Widoyono, 2008).
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus
demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Di negara berkembang kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis yang
sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di
Indonesia ditemukan 900.000 kasus demam tifoid dengan lebih dari 20.000 kasus
yang meninggal per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan
antara 3-19 tahun pada 91% kasus dan angka kejadian dengan kultur darah positif
demam tifoid sekitar 1026/100.000 per tahun (Anonim, 2003).
1 2
Penularan penyakit ini terjadi melalui saluran cerna dengan tertelannya
bakteri Salmonella typhi, kemudian bakteri berkolonisasi dan menembus epitel dan
menginfeksi folikel limfoid di usus halus (Peyeri Patches). Patogenitas tergantung
pada faktor jumlah kuman, keasaman lambung, dan virulensi dengan menyebarnya
bakteri melalui duktus torasikus ke sirkulasi sistemik (Chen dan Pohan, 2008).
Bahaya yang ditimbulkan dari penyakit ini dapat berupa perdarahan
akibat luka pada usus yang dapat menimbulkan syok dan kematian pada penderita.
Maka untuk mencegah kejadian yang berbahaya akibat penyakit tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan tepat (Musnelina, Afdhal,
Gani, Andayani, 2004).
Pemilihan obat antibiotika atau obat alternatif lainnya oleh tenaga medis
merupakan basis terakhir dari mata rantai distribusi obat yang legal di masyarakat dan
merupakan pilihan terapi pada sebagian besar penyakit demam tifoid. Adanya
penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi pada pasien
terhadap salah satu atau lebih jenis antibiotika, yang sekarang dikenal dengan multi
drug resistance (MDR) Salmonella typhi. Penyebab terjadinya MDR Salmonella typhi
berkaitan dengan kasus drug related problems (DRPs) seperti pemakaian antibiotika
yang berlebih, penggunaan antibiotika yang salah dan pemberian antibiotika yang
kurang tepat (Hadinegoro, 1999).
Karena pentingnya terapi terutama pada ketepatan pemilihan obat
khususnya antibiotika pada anak–anak, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak
3
penderita demam tifoid. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data dari rekam
medik periode Juni 2008 – Juni 2009 di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang.
1. Permasalahan
a. Bagaimana karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009?
b. Bagaimana pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009?
c. Bagaimana outcome terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009?
d. Jenis kasus drug related problems (DRPs) apa saja yang teridentifikasi pada
penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan
studi
pustaka
penulis,
penelitian
tentang
Evaluasi
Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
belum pernah dilakukan. Penelitian serupa mengenai demam tifoid pada anak yang
pernah dilakukan yaitu :
4
a) Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid Bagi Pasien Anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2000 – Desember
2001 oleh Triana (2003) dengan pendekatan dari segi karakteristik pasien
berdasarkan jenis kelamin dan umur, jumlah obat, golongan dan jenis obat,
bentuk sediaan obat dan cara pemberian obat, efek samping obat, interaksi
obat, ketepatan indikasi dan lama perawatan.
b) Evaluasi DTP pada Pengobatan Kasus Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 – Juni 2008 oleh
Sari (2009). Penelitian kasus demam tifoid ini dilakukan untuk mengevaluasi
pengobatan yang digunakan selama perawatan dengan pendekatan evaluasi
menggunakan DTP.
c) Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002 oleh Musnelina, Afdhal, Gani, dan
Andayani (2004). Pada penelitian ini untuk melihat bagaimana pola
pemberian antibiotika dan alternatif antibiotika yang menjanjikan pada
pengobatan demam tifoid anak digunakan seluruh pasien demam tifoid anak
di instalasi rawat inap dengan periode yang telah ditentukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran evaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni
2009.
5
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dalam penerapan pelayanan kefarmasian
khususnya pada upaya peningkatan kualitas peresepan untuk terapi pengobatan
antibiotika pasien anak penderita demam tifoid.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Intalasi Rawat Inap RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
2. Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid
yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009.
b. Mengetahui pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
c. Mengetahui outcome terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009.
6
d. Mengetahui jenis kasus drug related problems (DRPs) apa saja yang
teridentifikasi pada penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam
tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular
endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah
kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara berkembang (Musnelina,
Afdhal, Gani, Andayani, 2004).
1. Epidemiologi
Demam tifoid tersebar hampir di semua negara. Seperti penyakit menular
lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan
sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari
lokasi, kondisi lingkungan setempat dan perilaku masyarakat (Widoyono, 2008).
2. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi yang merupakan
bakteri Gram (-), tidak berkapsul, mempunyai flagela dan tidak membentuk spora.
Bakteri ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium,
yaitu antigen O (somatik), antigen H (flagela) dan antigen K (selaput) (Widoyono,
2008).
7 8
Salmonella mati dengan pemanasan sampai 54,4ºC selama 1 jam atau
60ºC selama 15 menit. Bakteri ini dapat hidup pada suhu kering atau suhu rendah
selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup berminggu-minggu dalam sampah,
serta bahan makanan kering (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
3. Patogenesis
Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang
tercemar. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang
hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, bakteri
menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial,
dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella typhi lain dapat
mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi ini bersarang di
plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial (Mansjoer,
Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999).
Endotoksin Salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada
jaringan tempat bakteri tersebut berkembang biak. Endotoksin yang dilepaskan oleh
lekosit akan merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen sehingga terjadi demam
(Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan,1999).
4. Komplikasi
Pada demam tifoid, komplikasi dapat dibagi dalam :
9
a. Komplikasi intestinal :
1) perdarahan usus
2) perforasi usus
3) ileus paralitik
b. Komplikasi ekstra-intestinal:
1) Komplikasi kardiovaskuler, meliputi kegagalan perifer (renjatan
sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah, meliputi anemia hemolitik, trombositopenia dan
atau disseminated intravascular coagulation (DIC) dan sindrom
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru, meliputi pneumonia, empiema dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung empedu, meliputi hepatitis dan
kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal, meliputi glomerulonefritis, pielonefritis dan
perinefritis.
6) Komplikasi tulang, meliputi osteomielitis, periostitis, spondilitis dan
arthritis.
7) Komplikasi
neuropsikiatrik,
meliputi
delirium,
meningismus,
meningitis, polyneuritis perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis dan
sindrom katatonia.
(Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996)
10
5. Manifestasi klinik
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-14 hari tetapi dapat pula berkisar
antara 3-30 hari (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
Tabel I. Gejala-gejala Umum Penyakit Demam Tifoid
Dalam minggu pertama
Keluhan
dan
gejala
serupa
Dalam minggu kedua
dengan Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
penyakit infeksi akut pada umumnya, demam, bradikardi relatif, lidah tifoid
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri (kotor ditengah, tepi dan ujung merah,
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
atau diare, perasaan tidak enak di perut, meteorismus, gangguan kesadaran dan
batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan mental berupa somnolen, stupor, koma,
fisik hanya didapatkan peningkatan suhu delirium atau psikosis dan roseolae
badan.
(namun jarang ditemukan pada orang
Indonesia).
(Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999)
Manifestasi klinis demam enterik ini dapat ditinjau dari umur, yaitu
antara lain :
a. Neonatus
Gejala-gejala yang sering terjadi yaitu muntah, diare dan kembung. Suhu
badan dapat mencapai 40,5 C (105 F), selain itu dapat terjadi kejang-kejang,
hepatomegali, anoreksia dan kehilangan berat badan. Di samping itu pula dapat
11
menyebabkan aborsi dan persalinan prematur, demam tifoid dapat juga ditularkan
selama kehamilan (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
b. Balita
Demam tifoid enterik relatif jarang terjadi pada kelompok ini. Pada awal
penyakit dapat terjadi sepsis yang sangat ringan sehingga sukar didiagnosis
(Ashkenazi dan Thomas, 1999).
c. Anak usia sekolah
Gejala awal dimulai dengan demam, malaise, anoreksia, mialgia, nyeri
kepala dan nyeri perut selama 2-3 hari. Pada awal perjalanan penyakit terjadi diare,
konstipasi kemudian menjadi gejala yang lebih mencolok. Jarang terjadi gejala mual
dan muntah serta memberi kesan komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu
kedua dan ketiga. Pada beberapa anak dapat terjadi batuk, epistaksis dan kelesuan
berat. Demam yang terjadi secara bertingkat menjadi menetap dan tinggi dalam 1
minggu, suhu badan sering mencapai 40 C (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
Selama minggu kedua penyakit, demam bertahan tinggi, malaise,
anoreksia, batuk dan gejala-gejala perut bertambah parah. Penderita tampak sangat
sakit, bingung, lesu, kadang mengigau dan pingsan. Tanda-tanda fisik meliputi
bradikardi, hepatomegali, splenomegali dan perut kembung. Apabila tidak terjadi
komplikasi, gejala dan tanda fisik sedikit demi sedikit sembuh dalam 2-4 minggu,
tetapi malaise dan kelesuan dapat menetap selama 1-2 bulan. Penderita mungkin
menjadi kurus pada akhir penyakit (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
12
6. Pencegahan
Untuk dapat mencegah penyakit ini harus tahu terlebih dahulu cara
penularan dan faktor risikonya. Pada negara endemis seperti Indonesia, faktor
resikonya antara lain makan makanan yang tidak terjamin kebersihannya, minum air
yang terkontaminasi, kontak dengan penderita demam tifoid, sanitasi perumahan yang
buruk, higiene perorangan yang tidak baik dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat
(Anonim, 2008).
Salmonella typhi dapat menular melalui jalur oro-fekal, di mana kuman ini
masuk melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses yang
mengandung Salmonella typhi. Maka kebersihan makanan dan minuman sangat
penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan
memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu
dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik
dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono, 2008).
Selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas, saat ini juga tersedia
vaksin untuk tifoid. Ada 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara
oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular
(disuntikan ke dalam otot) (Anonim, 2008).
7. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella typhi, serta cepat dan tepatnya
pengobatan (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996).
13
Di negara maju dengan terapi antibiotika yang tepat, angka mortalitas di bawah 1%
dan di negara yang sedang berkembang angka mortalitas lebih tinggi dari 10%
(Ashkenazi dan Thomas, 1999). Kejadian mortalitas demam tifoid pada anak lebih
rendah apabila dibandingkan dengan dewasa, di mana angka mortalitas pada anakanak hanya 2,6% dan pada orang dewasa 7,4% (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati,
Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996).
8. Diagnosis
Diagnosis demam tifoid ditegakan atas dasar riwayat penyakit, gambaran
klinik dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan leukosit, SGOT dan
SGPT, biakan darah dan Uji Widal. Penegakkan diagnosis demam tifoid secara pasti
dapat dilakukan apabila ditemukan Salmonella typhi dalam darah, sumsum tulang,
tinja atau urin (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996).
Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid.
Peningkatan titer Uji Widal empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan
diagnosis demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O yaitu 1 : 320
atau titer antibodi H yaitu 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien
dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa pasien Uji Widal tetap negatif
pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif (Mansjoer, Triyanti, Savitri,
Wardhani, Setiowulan, 1999).
14
9. Penatalaksanaan terapi
a. Outcome
Outcome terapi kasus penyakit demam tifoid adalah mengurangi gejala
dan komplikasi.
b. Sasaran dan tujuan terapi
1) Menurunkan jumlah bakteri Salmonella typhi yang terdapat di tempat
infeksi dengan tujuan memberikan terapi kausatif.
2) Menurunkan suhu badan ke kondisi normal yaitu 36-37 C dengan tujuan
memberikan terapi simptomatis.
3) Mengurangi gejala klinik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi
sebagai pengobatan simptomatis.
4) Mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula yaitu kondisi tubuh yang
sehat dengan tujuan memberikan terapi suportif.
c. Strategi terapi
Penderita demam tifoid dengan gejala klinik sebaiknya dirawat di rumah
sakit dengan harapan dapat mengoptimalkan terapi termasuk meminimalkan
komplikasi dan mencegah pencemaran atau kontaminasi. Terapi demam tifoid terdiri
dari :
1) Terapi non-farmakologi
a) Istirahat. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah
15
untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi
usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo,
Setiawan, Zahir, 1996).
b) Perawatan profesional. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi
tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia, hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air
kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan
retensi urin (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan,
Zahir, 1996).
c) Nutrisi. Pasien harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral
maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada pasien sakit
berat, ada komplikasi dan penurunan kesadaran serta sulit makan. Cairan
harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Selain itu pasien
diharapkan diet dengan kandungan kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan
usus atau perforasi usus. Diet untuk penderita demam tifoid, biasanya
diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa
(Hadinegoro, 2008).
16
2) Terapi farmakologi
a) Terapi simptomatis
Terapi simptomatis dapat diberikan dengan pertimbangan untuk
perbaikan keadaan umum penderita, yakni vitamin, antipiretik untuk
kenyamanan penderita terutama untuk anak dan antiemetik jika penderita
muntah (Hadinegoro, 2008).
b) Terapi antibiotika
Terapi antibiotika kloramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada
pengobatan penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 50-75
mg/kg BB/hari dapat diberikan setiap 6-8 jam untuk pemberian secara
p.o./i.v. (maksimal 4 g/hari) (Gennrich dan Chan, 2004). Ampisilin
memberikan respon perbaikan klinis yang kurang apabila dibandingkan
dengan kloramfenikol. Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 4 kali pemberian secara intravena. Amoksilin dengan dosis
100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 kali pemberian per oral. Kombinasi
trimethoprim sulfametaksazol (TMP-SMZ) dengan dosis yang dianjurkan
adalah TMP 10 mg/kg/hari atau SMZ 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2
dosis (Soedarmo, Garna, Hadinegoro, Satari, 2008). Pemberian
sefalosporin generasi ketiga seperti seftriakson 50-75 mg/kg BB/hari
dalam 1 atau 2 dosis (2-4 gram/hari untuk dosis dewasa) atau sefotaksim
40-80 mg/kg BB/hari dalam 2-3 dosis untuk pemberian secara i.v.
(Anonim, 2003). Cefadroxil dengan pemberian dosis secara p.o. sebesar
17
30 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis (maksimal 2 g/hari) (Gennrich dan Chan,
2004). Thiamphenicol
dengan dosis 30-100 mg/kg BB/hari (p.o.)
(Anonim, 2009b).
B. Pengobatan pada Anak
Pentingnya perhatian terhadap pengobatan pada anak karena anak
terutama neonatus mempunyai respon yang berbeda terhadap obat dibanding orang
dewasa. Perhatian khusus diberikan pada masa neonatal (umur 0-30 hari) karena
dosis harus selalu dihitung dengan cermat. Pada umur ini resiko toksisitas bertambah
karena filtrasi renal yang belum efisien, defisiensi relatif enzim, sensitifitas organ
sasaran yang berbeda dan belum adekuatnya sistem detoksifikasi yang menyebabkan
lambatnya ekskresi obat (Anonim, 2000b).
Perhitungan dosis untuk anak bisa dihitung dari dosis dewasa berdasarkan
umur, berat badan, luas permukaan badan atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Sedangkan metode yang paling akurat adalah berdasarkan luas permukaan badan
(Anonim, 2000b) untuk dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa
penggolongan untuk membagi masa anak-anak. Berikut ini adalah penggolongan
didasarkan pada saat terjadinya perubahan biologis (Anonim, 2000a) yaitu :
1. Neonatus
: awal kelahiran - umur 1 bulan
2. Bayi
: 1 bulan - 1 tahun
3. Anak
: 1-12 tahun
4. Remaja
: 13-17 tahun
18
5. Dewasa
: > 18 tahun
C. Antibiotika
Antibiotika
merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia dan antimikroba hanya terbatas pada jasad renik tidak
termasuk kelompok parasit (Setiabudy dan Gan, 1995). Antibiotika yang digunakan
untuk terapi infeksi Salmonella invasif (masuknya bakteri ke dalam jaringan tubuh)
adalah ampisilin, trimetoprim, sulfametoksazol, sefalosporin atau kloramfenikol
(Jawetz, Melnick, Adelberg, 1996).
Mekanisme kerja antibiotika dapat bersifat bakterisid bila membunuh
bakteri dan bakteriostatik bila menghambat pertumbuhan bakteri. Cara kerja
antibiotika adalah sebagai berikut menghambat metabolisme sel mikroba (contoh :
sulfonamida, trimetoprim dan sebagainya), menghambat sintesis dinding sel mikroba
(contoh : penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan sikloserin), merusak keutuhan
membran sel mikroba (contoh : polimiksin), menghambat sintesis protein mikroba
(contoh : golongan aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan
kloramfenikol) dan menghambat serta merusak sintesis asam nukleat mikroba (contoh
: rifampisin dan golongan kuinolon) (Setiabudy dan Gan, 1995).
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama
yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000b). Perlu pula beberapa
pertimbangan, yaitu spektrum antibiotik, efektivitas, sifat-sifat farmakokinetik,
19
keamanan, pengalaman klinik sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman,
super infeksi dan harga yang terjangkau (Anonim, 1992).
D. Drug Related Problems (DRPs)
Pengertian drug related problems (DRPs) yaitu kejadian-kejadian yang
tidak diinginkan yang dialami pasien yang diduga atau terlibat dalam terapi obat yang
menginginkan tercapainya tujuan terapi. Drug related problems (DRPs) merupakan
sebuah konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang tidak tercapai (Cipolle, Strand,
Moley, 2004).
Salah satu tugas dan tanggung jawab farmasis dalam melakukan
pelayanan kefarmasian yaitu melakukan identifikasi, mengatasi dan mencegah
terjadinya DRPs. Untuk dapat mengidentifikasi, mengatasi dan mencegah DRPs,
farmasis harus dapat memahami bagaimana pasien dengan DRPs ada dalam
komunitas klinis. DRPs memiliki 3 komponen utama yaitu :
1. Kejadian atau risiko yang tidak diinginkan yang dialami pasien. Masalah
dapat berupa komplain medis, tanda, symptom, diagnosis, penyakit,
ketidakmampuan, nilai laboratorium yang tidak normal atau sindrom.
2. Terapi obat (produk dan atau aturan dosis) yang dilakukan.
3. Hubungan yang terjadi (atau diduga) antara kejadian pada pasien yang tidak
diinginkan dan terapi obat. Hubungannya dapat berupa :
a.
konsekuensi terapi obat, hubungan langsung atau sebab akibat, atau
20
b.
membutuhkan tambahan atau modifikasi terapi obat sebagai pemecahan
maupun pencegahannya.
Pencegahan DRPs dapat diatasi jika penyebabnya dapat diketahui secara pasti. Oleh
karena itu penting untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan DRPs serta penyebab
yang biasanya muncul. Berikut ini tabel I yang merupakan rangkuman dari penyebab
yang umumnya dapat menimbulkan DRPs (Cipolle, Strand, Moley, 2004).
Tabel II. Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab Munculnya Drug
Related Problems (DRPs) (Cipolle, Strand, Moley, 2004)
Drug Related Problems
1. Tidak perlu obat
(Unnecesary drug
Therapy)
a.
b.
c.
d.
2.
Butuh obat
(Need for additional
drug therapy)
3.
Obat tidak efektif
(Ineffective drug)
a.
b.
c.
a.
b.
4.
Dosis kurang
(Dosage too low)
c.
a.
b.
c.
d.
5. Dosis berlebih
(Dosage too high)
a.
b.
c.
d.
Penyebab Umum Terjadinya DRPs
Obat yang diberikan tidak ada indikasi pada saat itu.
Pemberian obat kombinasi yang seharusnya cukup
dengan satu obat saja.
Kondisi pasien yang lebih baik disembuhkan dengan
terapi non farmakologi.
Pasien meminum obat untuk mencegah efek samping
yang seharusnya dapat dihindarkan.
Kondisi baru yang membutuhkan obat.
Kondisi yang memiliki resiko kejadian efek samping
dan membutuhkan obat untuk mencegahnya.
Kondisi yang membutuhkan kombinasi obat.
Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk
mengatasi masalah pasien.
Kondisi pasien susah disembuhkan dengan obat yang
diberikan.
Cara pemberian obat yang tidak sesuai.
Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk
menimbulkan respon.
Interval pemberian kurang untuk menimbulkan respon
yang diinginkan.
Interaksi obat mengurangi kadar obat aktif yang
tersedia.
Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk
menghasilkan respon yang diinginkan.
Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi.
Frekuensi pemberian obat terlalu pendek.
Durasi terapi obat terlalu lama.
Pemberian obat dilakukan terlalu cepat.
21
6.
Efek obat yang tidak
diinginkan
(Adverse Drug
Reaction)
7. Ketidaktaatan Pasien
(Uncompliance)
a. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi yang tidak
diinginkan.
b. Dibutuhkan obat yang lebih aman karena ada faktor
resiko.
c. Interaksi obat menghasilkan reaksi yang tidak
diinginkan.
d. Regimen dosis yang diberikan atau diganti terlalu
cepat.
e. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi alergi.
f. Obat yang diberikan kontraindikasi karena ada faktor
resiko.
a. Pasien tidak mengeri instruksi yang diberikan.
b. Pasien lebih memilih tidak meminum obat.
c. Pasien lupa meminum obat.
d. Obat terlalu mahal bagi pasien.
e. Pasien tidak dapat meminum atau menggunakan
sendiri obat dengan tepat.
f. Obat tidak tersedia bagi pasien.
E. SOAP (Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan)
Dalam proses pengumpulan informasi yang diperoleh dari medical record
(rekam medis) maka untuk mempermudah proses ini dibutuhkan suatu sarana atau
metode yang telah lama digunakan yaitu SOAP (Subjective data, Objective data,
Assessment and Plan). Dengan informasi (rekam medis) yang telah terkumpul
tersebut maka dapat membantu untuk dalam penyelesaian masalah atau situasi yang
kompleks (Kimble dan Young, 2005).
1.
Subjective data (data subyektif)
Data subyektif merupakan informasi yang dapat diketahui dari informasi
yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga pasien, atau tenaga medis yang merawat
pasien. Informasi yang termasuk dalam data subyektif (Jones dan Rospond, 2003)
yaitu :
22
a. keluhan atau gejala yang dirasakan pasien
b. riwayat terkait gejala yang dirasakan
c. riwayat penyakit
d. riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping
e. alergi
f. riwayat sosial atau keluarga
2.
Objective data (data obyektif)
Data obyektif ini berisi berdasarkan informasi hasil observasi atau
pengukuran (Kimble and Young, 2005). Informasi yang termasuk dalam data
obyektif (Jones dan Rospond, 2003) yaitu :
a. data vital
b. pemeriksaan fisik
c. hasil tes laboratorium
d. konsentrasi obat dalam serum
e. hasil tes diagnosa
f. profil pengobatan
3.
Assessment
Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul, untuk langkah selanjutnya
adalah menegakan diagnosis pasien. Selain itu juga diperlukan pengidentifikasian
terhadap DRPs (Kimble dan Young, 2005).
23
4.
Plan
Pada tahap selanjutnya dilakukan suatu perencanaan terhadap terapi yang
akan diberikan atau direkomendasikan terhadap kasus DRPs yang telah diidentifikasi.
Selain itu juga diperlukan pembelajaran kepada pasien mengenai masalah kesehatan
serta pengobatan yang dilakukan untuk dapat mencapai target penyembuhan penyakit
maupun pemeliharaan kondisi pasien (Kimble dan Young, 2005).
F. Lama Rawat Inap
Lama rawat inap didefinisikan sebagai lama satu episode perawatan
pasien di rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit mencatat hari dan tanggal saat
pasien masuk dan keluar, kemudian lama rawat inap tersebut dihitung dengan cara
tanggal kepulangan dikurangi tanggal pada saat pasien masuk ke rumah sakit (Ridge,
Hoffmann, Zimmerman, 1997).
G. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi
penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM ini
merupakan jenis penelitian non-eksperimental (observatif) dengan rancangan
penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini dikatakan termasuk
penelitian noneksperimental karena peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap
subyek uji dan hanya melakukan pengamatan atau observasi. Rancangan penelitian
deskriptif evaluatif karena penelitian ini dilakukan hanya bertujuan melakukan
eksplorasi deskriptif dari fenomena kesehatan yang terjadi dan kemudian
mengevaluasi data dari rekam medis. Penelitian bersifat retrospektif karena perolehan
data berasal dari lembar rekam medis pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
B. Definisi Operasional
1. Lembar rekam medis (medical record) merupakan lembar catatan dokter dan
perawat yang berisi data klinis serta perkembangan kondisi pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
2. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
24 25
3. Pasien anak dalam penelitian ini adalah semua penderita demam tifoid yang
berumur kurang dari atau sama dengan 12 tahun tanpa penyakit penyerta yang
menjalani perawatan dengan pengobatan hingga dinyatakan sembuh oleh
dokter di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009 dan masing-masing anak digolongkan berdasarkan
jenis kelamin. Masing-masing dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Umur ≤ 1 tahun (neonatus)
b. Umur > 1-5 tahun (balita)
c. Umur > 5-12 tahun (anak sekolah)
4. Kelas perawatan pasien yang tercantum pada rekam medis, yaitu kelas I, II
dan III.
5. Lama rawat inap adalah lama waktu perawatan pasien anak penderita demam
tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009 yang tercantum pada rekam medis pasien, dihitung
dari hari saat pasien masuk sampai hari pasien pulang.
6. Jenis obat antibiotika adalah berbagai obat antibiotika dalam golongan yang
diberikan kepada pasien anak penderita demam tifoid selama mendapat
perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009. Obat antibiotika yang dibagi menjadi jenis
antibiotika tunggal dan kombinasi.
7. Drug related problems (DRPs) yaitu masalah-masalah yang timbul
sehubungan dengan pemberian antibiotika pasien anak penderita demam tifoid
26
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009.
8. Fokus penentuan DRPs pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009
meliputi :
a. Terapi obat yang tidak perlu yaitu DRPs yang terjadi jika pasien tidak
memiliki indikasi yang mendukung untuk mendapatkan terapi obat
antibiotika yang diberikan.
b. Membutuhkan obat tambahan yaitu DRPs yang terjadi jika pasien
memerlukan tambahan antibiotika lain atau dikombinasikan dengan
antibiotika yang sudah diterima pasien yang bertujuan untuk
menangani kemungkinan infeksi.
c. Salah obat yaitu DRPs yang terjadi jika pemilihan jenis dan rute
pemberian antibiotika yang digunakan pasien tidak sesuai dengan
disarankan untuk digunakan pada literatur pembanding.
d. Dosis terlalu rendah yaitu DRPs yang terjadi jika pasien menerima
dosis obat antibiotika yang terlalu rendah yaitu kurang dari kisaran
dosis yang normal atau waktu pemberian yang kurang tepat.
e. Adanya efek samping obat yaitu DRPs yang terjadi akibat penggunaan
obat antibiotika atau interaksi antara antibiotika yang digunakan
dengan obat-obat lain yang diterima pasien.
27
f. Dosis terlalu tinggi yaitu DRPs yang terjadi jika dosis antibiotika yang
diberikan ke pasien dosisnya terlalu tinggi atau melewati kisaran dosis
yang normal.
C. Subyek Uji
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien umur ≤ 1-12 tahun dengan
diagnosis demam tifoid yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Jumlah kasus dalam
penelitian ini sebanyak 47 kasus.
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medis pasien
anak penderita demam tifoid yang di rawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
E. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak
penderita demam tifoid dilakukan di instalasi catatan medik RSUD DR.
AGOESDJAM Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.
28
F. Tata Cara Penelitian
Proses penyelesaian penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan,
yaitu :
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan dengan penentuan dan penganalisisan masalah
yang akan dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya survei terhadap jumlah pasien
demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009. Kemudian dilakukan pembuatan proposal dan surat perijinan
untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang.
2. Pengumpulan data
Proses pengambilan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Penelusuran data
Dilakukan dengan cara melihat daftar data pasien dari instalasi catatan medis
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. Dari daftar data tersebut diketahui
jumlah kasus dan nomor rekam medis, selanjutnya data nomor rekam medis
tersebut digunakan untuk menelusuri lembar status pasien (lembar catatan
medis). Dari keseluruhan daftar data pasien yang mengalami demam tifoid
selama 1 tahun terakhir (periode Juni 2008 – Juni 2009) yang diperoleh, dipilih
hanya 47 kasus demam tifoid pada anak umur ≤ 1-12 tahun untuk pengambilan
data.
29
b. Pengambilan data
Lembar status pasien yang didapatkan dari hasil penelusuran seluruh data
pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 47 kasus, selanjutnya data
masing-masing kasus ditulis kembali ke dalam lembar pencatatan. Data yang
dikumpulkan meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, berat badan,
keluhan utama, diagnosa utama, utcome terapi yang terdiri dari lama perwatan
dan keadaan pasien keluar, data laboratorium, data tanda vital, terapi yang
diberikan dan perkembangan pasien selama menjalani perawatan.
3. Penyelesaian data
a. Pengolahan data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel atau gambar kemudian
dideskripsikan. Gambar berisi mengenai karakteristik demografi pasien yang
meliputi distribusi jenis kelamin, umur dan diagnosa penyakit; serta outcome
terapi yang meliputi lama rawat inap dan keadaan pasien keluar. Sedangkan
tabel data berisi profil penggunaan obat pasien selama rawat inap, pola
pemberian antibiotika selama rawat inap, dan kajian mengenai DRPs yang
dijabarkan menggunakan metode SOAP. Pada analisis kerasionalan dalam
penelitian ini parameter DRPs yang digunakan hanya 6 parameter tanpa
mengikutsertakan kepatuhan pasien, hal ini disebabkan karena adanya
keterbatasan dalam penelitian.
30
b. Evaluasi data
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan kasus per kasus. Kerasionalan terapi
(DRPs) pemberian antibiotika selama rawat inap yang digunakan pada analisis
kasus berdasarkan pustaka acuan Background document: The Diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever, Communicable Disease
Surveillance and Response Vaccines and Biologicals (WHO), Informatorium
Obat Nasional Indonesia 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000,
Drug Information Handbook with International Trade Names Index Edisi 17,
PIO Indonesia, Pediatric Drug Reference 2004 Edition, MIMS Indonesia
Online.
4. Analisis hasil data
Untuk analaisis hasil dilakukan sebagai berikut :
a. Karakteristik demografi pasien digambarkan dalam persentase mengenai
distribusi jenis kelamin, umur, diagnosa penyakit dan outcome yang dihitung
dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah
keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.
b. Pola penggunaan antibiotika yang meliputi golongan dan jenis antibiotika yang
digunakan, waktu dan cara pemberian antibiotika.
c. Kajian DRPs dijabarkan dengan metode SOAP. Pada bagian subjective
dijabarkan mengenai jenis kelamin, umur, berat badan, keluhan utama,
diagnosa utama dan keadaan pasien keluar. Bagian objective mengenai data
laboratorium, data tanda vital dan terapi yang diberikan selama perawatan.
31
Sedangkan pembahasan DRPs akan dijabarkan dalam assessment yang akan
diselesaikan atau dipecahkan melalui plan.
d. Semua kajian DRPs kemudian dirangkum dan dikelompokkan berdasarkan
kasus yang terjadi pada keenam parameter DRPs beserta jenis obat dan zat
aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap adanya DRPs.
G. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang ditemui dalam penelitian ini, antara lain :
1. Waktu pengambilan data cukup singkat. Selain itu, pengambilan data tidak dapat
dilakukan setiap hari. Hal tersebut dapat sedikit teratasi dengan mempersiapkan
lembar pengumpul data yang berisi tabel-tabel mengenai data yang akan diambil
sehingga mempermudah dan mempercepat proses pencatatan ulang rekam medis. 2. Kesulitan pada saat melakukan pencatatan ulang setiap lembar status pasien
karena terdapat tulisan yang yang tidak jelas pada lembar status pasien, seperti
diagnosa pasien, jenis dan dosis obat serta waktu pemberian obat yang tidak
selalu ditulis lengkap dalam lembar status pasien. Kesulitan ini dapat teratasi
dengan bertanya pada staf di Instalasi Rekam Medis dan apoteker di bagian
Instalasi Farmasi RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dilakukan dengan penelusuran terhadap
kasus pasien anak (pediatri) yang dinyatakan terdiagnosis demam tifoid. Berdasarkan
data pasien anak yang telah dikelompokkan, diperoleh 47 kasus, akan tetapi dalam
proses analisis hanya digunakan data lembar status pasien sebanyak 40 kasus dengan
menghitung banyaknya kasus rawat inap yang terjadi selama periode Juni 2008 – Juni
2009 dan data yang dapat dianalisis. Adanya pengurangan jumlah kasus yang diteliti
dalam penelitian ini disebabkan karena umur pasien yang tidak termasuk dalam range
(≤ 1-12 tahun) yaitu 6 kasus dan 1 kasus dengan data yang tidak lengkap.
Hasil penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dibagi menjadi karakteristik demografi
pasien, profil penggunaan obat secara kseluruhan selama pasien dirawat inap, profil
penggunaan antibiotika, outcome terapi dan kajian DRPs.
Karakteristik demografi pasien anak penderita demam tifoid meliputi
distribusi jenis kelamin, umur dan berat badan. Profil penggunaan obat selama pasien
dirawat inap meliputi semua golongan obat yang diberikan kepada pasien selama
rawat inap. Profil penggunaan antibiotika terbagi menjadi golongan dan jenis 32 33
antibiotika, indikasi dann pilihan terrapi antibiotiika, dan wakktu pemberiian
a
antibiotika.
Untuk outccome terapi meliputi laama rawat inap dan keeadaan pasiien
k
keluar.
Sedaangkan kajiaan DRPs dijaabarkan denggan mengguunakan metodde SOAP paada
l
lampiran,
keemudian pem
masalahan yaang diperoleeh dibahas berdasarkan
b
k
kategori
DRPs
y
yang
terjadi pada masingg-masing kaasus.
A. Karakteeristik Dem
mografi Pasieen
1 Distribu
1.
usi jenis kelaamin
Pengelompookan kasus demam tifoiid pada anaak di Instalaasi Rawat Innap
R
RSUD
DR. AGOESDJJAM Ketappang berdasaarkan distribbusi jenis kelamin
k
dappat
d
dilihat
pada gambar 1 beerikut ini.
45%
55%
1 Laki‐laki
2 Perempuan
Gamb
bar 1. Distribusi Jenis Kelamin
K
pad
da Pasien Anak
A
Penderrita Demam
m
Tiffoid di Instaalasi Rawat Inap RSUD
D DR. AGOE
ESDJAM Ketapang
K
Period
de Juni 20088 – Juni 2009
34
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki pada
pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 22 pasien (55%) dan sisanya berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 pasien (45%). Dari distribusi jenis kelamin ini
dapat diketahui yakni secara statistik angka kejadian kasus demam tifoid antara
pasien anak laki-laki tidak berbeda jauh dibandingkan pada anak perempuan.
Meskipun jumlah persentase pasien anak berjenis kelamin laki-laki pada kasus
demam tifoid lebih banyak daripada anak perempuan, persentase ini tidak dapat
dijadikan ukuran bahwa prevalensi demam tifoid lebih banyak terjadi pada laki-laki.
Sebab demam tifoid dapat menyerang pada setiap orang tanpa melihat jenis kelamin.
Adanya persentase pasien anak laki-laki lebih banyak menderita demam
tifoid dibandingkan anak perempuan, karena anak laki-laki lebih sering melakukan
aktivitas di luar rumah. Hal ini memungkinkan anak laki-laki mendapatkan resiko
lebih besar terkena penyakit demam tifoid dibandingkan dengan anak perempuan.
2. Distribusi umur
Gambaran mengenai distribusi umur pasien anak penderita demam tifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dapat dilihat pada
gambar 2 di bawah ini.
35
5%
17%
≤ 1 th
> 1 ‐ 5 th
78%
> 5 ‐ 12 th
Gamba
ar 2. Distrib
busi Umur pada
p
Pasien
n Anak Pend
derita Demaam Tifoid di
d
Instalasi Rawat
R
Inap
p RSUD DR. AGOESDJJAM Ketap
pang
Period
de Juni 20088 – Juni 2009
Pengelompookan umur pasien
p
dibaggi menjadi 3 bagian yaaitu kelomppok
u
umur
≤ 1 tah
hun, > 1-5 taahun dan > 5-12
5
tahun. Pada
P
gambarr 2 tersebut tampak bahw
wa
a
angka
kejad
dian demam tifoid banyyak diderita oleh anak pada
p
rentangg umur > 5--12
t
tahun
yaitu sebanyak 31 pasien (788%), diikuti anak pada rentang
r
umuur > 1-5 tahhun
s
sebanyak
7 pasien (17%
%) dan anak umur ≤ 1 taahun sebanyyak 2 pasienn (5%). Hal ini
m
menunjukan
n bahwa padda umur > 5--12 tahun merupakan
m
um
mur yang raawan terjangkit
d
demam
tifoiid, karena paada umur terrsebut adalahh usia sekolaah dan merekka mempunyyai
k
kebiasaan
membeli
m
makkanan dan minuman
m
di lingkungan sekolah
s
mauupun di pingggir
j
jalan
yang higienenya
h
t
tidak
dapat dijamin. Olleh karena itu
i lingkunggan yang tiddak
t
terjamin
keb
bersihannya berperan bessar dalam peenyebaran Saalmonella typ
yphi.
36
3 Distribu
3.
usi diagnosaa penyakit
Diagnosa peenyakit dem
mam tifoid daapat dilakukkan dengan melihat
m
gejalag
gejala
klinik
k yang ada dan
d disertai hasil pemerriksaan penuunjang laborratorium. Paada
k
kasus
demaam tifoid pada
p
pasienn anak di Instalasi Rawat
R
Inap RSUD DR.
D
A
AGOESDJA
AM Ketapanng dilakukann diagnosa penyakit dinyatakan daalam diagnoosa
u
utama.
Adap
pun diagnossa utama padda kasus ini dibagi menj
njadi 2 yaitu demam tifooid
d demam tifoid dengaan penyakit lain.
dan
l
25%
Demam
m tifoid
75
5%
Demam
m tifoid dengan penyakiit lain
Gam
mbar 3. Disttribusi Diaggnosa Penyaakit pada Paasien Anak Penderita
Demam
m Tifoid di Instalasi
I
Raawat Inap RSUD
R
DR. AGOESDJA
A
AM Ketapan
ng
Period
de Juni 20088 – Juni 2009
Pada gambar 3 dapat dilihat bahhwa diagnosa demam tifoid denggan
p
penyakit
laain memilikki persentasse yang lebbih tinggi yaitu 75%
% (30 pasieen)
d
dibandingka
an diagnosa yang hanyaa demam tiffoid yaitu 255% (10 pasiien). Diagnoosa
d
demam
tifoiid menyatakkan bahwa pasien
p
hanya menderitaa demam tifo
foid saja tannpa
37
disertai penyakit lain. Sedangkan demam tifoid dengan penyakit lain yaitu pasien
tidak hanya menderita demam tifoid tetapi juga penyakit lain. Hal ini dapat
disebabkan karena pasien sebelumnya sudah terinfeksi mikroba, misalnya dalam
kasus ini adalah malaria yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium.
B. Profil Penggunaan Obat
Terapi pengobatan pada pasien anak penderita demam tifoid tanpa
penyakit lain maupun demam tifoid dengan penyakit lain ini terdiri dari 8 kelas
terapi.
Tabel III. Profil Penggunaan Obat pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
NO
Penggolongan obat
Jumlah kasus
(n=40)
37
Persentase (%)
1
Sistem Gastrointestinal
92,5
2
Sistem Pernafasan
3
7,5
3
Sistem Saraf Pusat
38
95
4
Hormon
1
2,5
5
Antiinfeksi
40
100
6
Vitamin dan mineral
1
2,5
7
Nutrisi
38
95
8
Larutan intravena dan steril lain
8
20
Penggunaan obat terbanyak terdapat pada kelas terapi obat antiinfeksi.
Posisi kedua penggunaan obat terbanyak ditempati oleh kelas terapi nutrisi dengan
jumlah dalam kasus sebanyak 59 kasus dibandingkan dengan obat pada sistem saraf
38
pusat yang hanya 55 kasus. Hal tersebut sesuai dengan terapi pilihan untuk mencapai
tujuan pengobatan yang dilakukan pada subyek penelitian.
1. Obat sistem gastrointestinal
Gangguan saluran cerna yang dialami pasien yang menjalani perawatan
di rumah sakit dapat berupa penyakit yang sudah diderita pasien sebelumnya atau
karena gangguan pada saat perawatan di rumah sakit. Golongan obat yang bekerja di
sistem gastrointestinal digunakan untuk menurunkan atau mengurangi keasaman
lambung, mengurangi rasa mual dan muntah, mengatasi diare, serta perut kembung
(antiflatulen) yang diderita oleh pasien. Gejala gastrointestinal timbul karena bakteri
Salmonella typhi di dalam tubuh menempel pada usus sehingga menyebabkan
terjadinya luka pada usus (ulkus).
2. Obat sistem pernafasan
Obat saluran nafas digunakan untuk mengurangi gejala batuk yang
mungkin disebabkan karena adanya Salmonella typhi yang masuk ke paru atau
bronkhi. Pengobatan yang diberikan bersifat pengobatan simptomatis untuk
mengurangi gejala batuk, pada kasus ini diatasi dengan pemberian ekspektoran dan
mukolitik.
3. Obat sistem saraf pusat
Penggunaan obat sistem saraf pusat yang paling banyak digunakan adalah
golongan analgesik (non opiat) dan antipiretik. Golongan obat analgesik-antipiretik
digunakan dengan tujuan mengurangi gejala klinis yang muncul seperti sakit kepala
(pusing), panas maupun demam tinggi. Selain itu dapat juga digunakan golongan obat
39
OAINS untuk mengatasi rasa nyeri, sakit kepala dan demam, pada kasus ini OINS
yang digunakan yaitu diclofenac Na dan ibuprofen. Sebaiknya ibuprofen tidak
digunakan dalam jangka panjang terutama untuk anak-anak karena dapat
menyebabkan Reyes Syndrome. Gejala klinis demam tifoid pada anak juga timbul
gejala kejang oleh karena itu dalam kasus ini terdapat penggunaan diazepam selama
perawatan di rumah sakit.
4. Hormon
Obat hormonal yang digunakan adalah obat golongan kortikosteroid
terutama antiinflamasi sistemik. Jenis obat yang digunakan adalah dexamethasone.
Golongan kortikosteroid digunakan sebagai anti-inflamasi. Obat ini digunakan
sebagai anti radang atau anti alergi bila pasien mengalami peradangan atau alergi.
5. Antiinfeksi
Terapi dengan antiinfeksi terutama antibiotika merupakan strategi utama
dalam pengobatan penyakit demam tifoid. Penyakit demam tifoid disebabkan karena
bakteri Salmonella typhi yang berada dalam tubuh oleh karena itu pemberian
antibiotika bertujuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
tersebut. Pada penelitian ini dari 40 kasus demam tifoid terdapat 30 kasus pasien
mengalami demam tifoid yang disertai malaria. Dalam pengatasan kasus ini maka
pemberian antimalaria akan sangat efektif untuk mengatasi penyakit malaria.
40
6. Vitamin dan mineral
Pemberian vitamin dan mineral sangat penting untuk pasien yang
menjalani perawatan di rumah sakit untuk menjaga kondisi tubuh pasien. Terutama
karena pasien yang lebih rentan terkena penyakit.
7. Nutrisi
Ketersediaan nutrisi diperlukan pada pasien yang menjalani perawatan di
rumah sakit. Pemberian nutrisi harus dapat diperhatikan untuk mencegah terjadinya
malnutrisi dan dehidrasi. Hampir semua pasien mendapatkan tambahan elektrolit
(natrium, kalium, klorida) untuk mengatasi dan mencegah terjadinya dehidrasi.
Suplemen dan penambah nafsu makan akan lebih memberikan manfaat ketahanan
sistem imun tubuh pasien dengan asupan makanan yang cukup.
8. Larutan intravena dan steril lain
Cairan intravena yang mengandung dekstrosa diberikan untuk menjaga
keseimbangan kondisi pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dan tidak
cukup memenuhi asupan secara per oral.
C. Profil Penggunaan Antibiotika
Profil penggunaan antibiotika dalam penelitian ini dibagi menjadi
golongan dan jenis antibiotika, cara pemberian, dan waktu pemberian antibiotika.
1. Golongan dan jenis antibiotika
Golongan antibiotika dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan
kloramfenikol, sefalosporin generasi I dan sefalosporin generasi III. Jumlah
41
penggunaan antibiotika golongan kloramfenikol terdapat 45 dalam kasus dengan
presentase
65,2%.
Banyaknya
jumlah
penggunaan
antibiotika
golongan
kloramfenikol dibandingkan dengan antibiotika golongan sefalosporin generasi I
(2,9%) dan sefalosporin generasi III (31,9%) pada tabel IV menunjukkan bahwa
kloramfenikol merupakan antibiotika pilihan utama untuk demam tifoid pada pasien
anak di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009 karena keampuhan kloramfenikol yang masih diakui berdasarkan
efektivitasnya terhadap Salmonella typhi disamping obat tersebut relatif murah.
Tabel IV. Golongan Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
NO
Golongan obat
Jumlah obat dalam kasus (n=69)
Persentase (%)
1
Kloramfenikol
45
65,2
2
Sefalosporin generasi I
2
2,9
3
Sefalosporin generasi III
22
31,9
Antibiotika golongan kloramfenikol merupakan antibiotika yang bersifat
bakteriostatik terutama terhadap bakteri Gram (-). Kloramfenikol mengikat 50S
secara reversibel dan menghambat kerja dari peptidil transferase sehingga pengikat
asam amino ke peptida baru menjadi terhambat. Akibatnya sintesis protein menjadi
terhambat. Menurut WHO, angka relaps pada pengobatan demam tifoid dengan
menggunakan kloramfenikol berkisar 5-7% untuk penggunaan jangka panjang (14
hari). Jenis antibiotika golongan kloramfenikol yang banyak digunakan dalam
42
penelitian ini adalah Colsancetine® yang diberikan secara i.v. dengan jumlah dalam
kasus sebanyak 26 (37,7%).
Tabel V. Golongan dan Jenis Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
Golongan obat
Zat aktif
Kloramfenikol
Chloramphenicol
Na succinate
Chloramphenicol
palmitate
Thiamphenicol
Jumlah obat
dalam kasus
(n=69)
Persentase
(%)
larutan
i.v
sirup
26
37,7
1
1,4
Biothicol®
kapsul
3
4
4,4
5,8
Thiamycin®
sirup
kering
sirup
2
3
2,9
4,4
3
2
1
4,4
2,9
1,4
2
2,9
17
24,6
5
7,2
Jenis obat
Colsancetine®
Bentuk
sediaan
sirup
forte
kaplet
kapsul
Sefalosporin
generasi I
Sefalosporin
generasi III
Chloramphenicol
Chloramex®
Cefadroxil
monhydrate
Cefotaxime Na
Cefat®
Taxegram®
Ceftriaxone
Terfacef®
serbuk
i.v.
sirup
kering
serbuk
i.v.
serbuk
i.v.
Sedangkan golongan sefalosporin merupakan golongan antibiotika yang
bersifat bakterisid (pada fase pertumbuhan bakteri) terutama bakteri Gram negatif,
dengan menghambat sintesis peptidoglikan yang merupakan komponen penyusun
dinding sel bakteri. Jenis obat golongan sefalosporin yang digunakan untuk
pengobatan demam tifoid dalam penelitian ini terdiri atas 2 golongan dengan masing-
43
masing jenis obat, golongan sefalosporin generasi I yaitu Cefat® dengan presentase
2,9%, dan sefalosporin generasi III yaitu Taxegram® (24%) dan Terfacef® (7,2%).
2. Cara pemberian antibiotika
Cara pemberian obat antibiotika pada penelitian ini ada 2 macam yaitu
peroral dan parenteral. Kedua macam cara pemberian tersebut disesuaikan dengan
kondisi pasien. Pemberian secara parenteral paling banyak digunakan pada 49 dalam
kasus. Perkembangan kondisi pasien yang pada umumnya mengalami mual dan
muntah merupakan faktor pendukung yang menyebabkan antibiotika diberikan secara
parenteral. Pemberian secara parenteral juga memiliki keuntungan seperti dapat
mencapai efek yang cepat, kadar obat di dalam darah tetap sehingga efek obat yang
diharapkan lebih maksimal.
Pemberian antibiotika secara parenteral dapat dihentikan dan digantikan
dengan pemberian secara peroral pada saat kondisi pasien sudah tidak mengalami
mual dan muntah. Pada penelitian ini terdapat 20 dalam kasus untuk pemberian
antibiotika secara peroral.
D. Outcome Terapi
Outcome terapi dapat diketahui dari lama rawat inap dan keadaan pasien
saat keluar dari rumah sakit.
1. Lama Rawat Inap
Pasien demam tifoid pada anak yang dirawat di Instalasi Rawat Inap
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009 mempunyai lama
44
r
rawat
inap antara
a
1-3 hari
h sebanyaak 21 kasuus (52,5%) dan
d 4-6 harii sebanyak 18
k
kasus
(45%)). Hal ini dissebabkan oleh karena keeputusan tennaga medis di
d rumah sakkit
t
tersebut
agaar pasien teerbebas darii demam seehingga terjadinya relapps yang tiddak
d
diinginkan
dapat
d
dihindaari.
3
3%
45%
%
52%
1 ‐ 3 hari
4 ‐ 6 hari
7 ‐ 9 hari
Gam
mbar 4. Lam
ma Perawataan Pasien Anak
A
Penderrita Demam
m Tifoid di
Instalasi Rawat
R
Inap
p RSUD DR. AGOESDJJAM Ketap
pang
Period
de Juni 20088 – Juni 2009
Selain itu terdapat puula pasien yang
y
dirawaat antara 7-9 hari, yaang
k
kemungkina
an disebabkaan oleh faktoor derajat pennyakit yang berbeda-bedda pada pasiien
d ada atau
dan
u tidaknya penyakit
p
lainn seperti halnnya dalam penelitian
p
inii yaitu malarria
s
selain
demam
m tifoid.
2 Keadaan
2.
n pasien kelluar
Keadaan paasien keluarr rumah sakkit merupakkan keadaann pasien yaang
d
dapat
berupaa keadaan membaik/sem
m
mbuh, keluarr atas permintaan sendirri, rawat jalaan,
45
k
keadaan
sem
makin parahh, atau meniinggal. Gam
mbar berikutt ini menyaj
ajikan keadaaan
p
pasien
keluaar dari rumahh sakit yangg menjalani perawatan
p
deemam tifoidd. Sebanyak 39
k
kasus
(97%)) keluar rum
mah sakit denngan keadaaan membaik dan 1 kasuss (3%) denggan
k
keadaan
sem
mbuh.
3
3%
Membaikk
97%
Sembuh
Gam
mbar 5. Keaadaan Pasien Anak Pen
nderita Dem
mam Tifoid Keluar
K
di
Instalasi Rawat
R
Inap
p RSUD DR. AGOESDJJAM Ketap
pang
Periodee Juni 2008 – Juni 20099 Berdasark
kan Outcom
me
Sedangkan keadaan laiin seperti paasien pulangg atas permiintaan sendiiri,
r
rawat
jalan, keadaan meemburuk dann pasien meeninggal dunnia tidak diteemukan dalaam
p
penelitian
in
ni.
E. Drug Related
R
Probblems (DRPss)
Identifikasi DRPs dilakkukan dengan mengevaaluasi permaasalahan yaang
berkaitan dengan
d
pengggunaan anttibiotika sellama rawat inap padaa pasien annak
46
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009. Dari 40 kasus demam tifoid pada pasien anak di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni
2009 diperoleh 3 kasus DRPs yaitu kasus dosis kurang, dosis berlebih dan efek obat
yang tidak diinginkan. DRPs yang diperoleh yaitu 4 dalam kasus dosis kurang, 2
dalam kasus berlebih dan 2 dalam kasus efek obat yang tidak diinginkan.
Tabel VI. Jenis DRPs Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
NO
1
2
3
Jenis DRPs
DRP dosis kurang
DRP dosis berlebih
DRP efek obat yang tidak
diinginkan
Jumlah dalam
kasus (n=40)
4
2
2
Nomor kasus
10, 21, 27, 29
20, 25
3, 27
Persentase
(%)
10
5
5
1. Dosis kurang
Evaluasi DRP dosis kurang pada penggunaan antibiotika dalam
penelitian ini perlu melihat antara antibiotika yang digunakan, bentuk sediaan
antibiotika tersebut, dan waktu penggunaan antibiotika. Pada pengobatan kurangnya
dosis yang diberikan akan mempengaruhi efek terapi yang akan dicapai serta lamanya
masa perawatan.
Pada kasus nomor 10 dan 21 terjadi DRP dosis terlalu rendah, pasien
menerima thiamphenicol (Biothicol®) hanya 125 mg sebanyak 3 kali/hari dalam
bentuk sediaan sirup kering. Sedangkan pada penggunaan Thiamycin®, terjadi DRP
dosis terlalu rendah pada kasus nomor 27 dan 29 pasien menerima thiamphenicol
47
sebesar 125 mg sebanyak 3 kali/hari dalam bentuk sirup. Berdasarkan MIMS,
antibiotika golongan thiamphenicol dosis untuk pasien anak sebesar 30-100
mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Tabel VII. Kasus DRPs Dosis Kurang pada Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
Jenis Antibiotika
Thiamphenicol
Nomor Kasus
Penilaian
10, 21
Pada kasus dosis yang
diberikan terlalu rendah,
thiamphenicol (Biothicol®)
diberikan 125 mg x 3/hari.
27
Pada kasus dosis yang
diberikan terlalu rendah,
thiamphenicol
(Thiamycin®) diberikan
125 mg x 3/hari.
29
Rekomendasi
Dosis antibiotika
thiamphenicol
(Biothicol®) dinaikan
menjadi 2 sdt (250 mg)
setiap 3 kali
pemberian/hari untuk
mencapai efek terapi
(Anonim, 2009b).
Dosis antibiotika
thiamphenicol
(Thiamycin®) dinaikan
menjadi 2 sdt (250 mg)
setiap 3 kali
pemberian/hari untuk
mencapai efek terapi
(Anonim, 2009b).
Dosis antibiotika
thiamphenicol
(Thiamycin®) dinaikan
menjadi 2 sdt (250 mg)
setiap 4 kali
pemberian/hari untuk
mencapai efek terapi
(Anonim, 2009b).
2. Dosis berlebih
DRP dosis terlalu tinggi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu pada
pemberian antibiotika chloramphenicol, thiamphenicol dan ceftriaxone. Pemberian
dosis antibiotika pada pasien anak perlu pertimbangan secara khusus karena pada usia
anak fungsi absorbsi, distribusi dan eliminasi belum dapat bekerja sempurna. Hal ini
48
dapat berpengaruh pada kadar obat dalam darah dan risiko terjadinya resistan
terhadap antibiotika yang digunakan.
Pada tabel VIII menunjukkan bahwa pada kasus nomor 20 dan 25 terjadi
DRP dosis terlalu tinggi, pasien menerima thiamphenicol (Thiamycin®) secara p.o.
dalam bentuk sediaan kaplet dengan dosis yaitu 1000 mg setiap 8 jam/hari.
Berdasarkan MIMS, antibiotika golongan thiamphenicol dosis untuk pasien anak
sebesar 30-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.
Tabel VIII. Kasus DRPs Dosis Berlebih pada Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
Periode Juni 2008 – Juni 2009
Jenis Antibiotika
Thiamphenicol
Nomor Kasus
Penilaian
Rekomendasi
20, 25
Pada kasus dosis yang
diberikan terlalu tinggi,
thiamphenicol
(Thiamycin®) diberikan 1 g
x 3/hari.
Dosis antibiotika
thiamphenicol
(Thiamycin®) diturunkan
menjadi 250 mg setiap 3
kali pemberian/hari
untuk mencapai efek
terapi (Anonim, 2009b).
3. Efek obat yang tidak diinginkan
Interaksi obat yang menyebabkan reaksi merugikan tetapi tidak ada
hubungannya dengan dosis obat merupakan salah satu bentuk efek obat yang tidak
diinginkan. Pemilihan antibiotika selain melihat efektivitas terapi dan dosisnya juga
perlu melihat adanya potensi interaksi antara anibiotika dengan obat selain antibiotika
yang diberikan pasien pada saat itu. Sehingga dalam terapi pasien anak perlu
diperhatikan obat-obat yang diberikan kepada pasien yang memungkinkan terjadinya
interaksi dengan antibiotika.
49
Tabel IX. Kasus DRPs Efek Obat yang Tidak Diinginkan pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
Jenis Antibiotika
Biothicol®
(Thiamphenicol) dan
Taxegram®
(Cefotaxime Na)
Nomor kasus
3
Thiamycin®
(Thiamphenicol) dan
Colsancetine®
(Chloramphenicol Na
succinate)
27
Penilaian
Kombinasi (penggunaan
yang bersamaan dengan
penyesuaian dosis)
antibiotik bakterisid
(cefotaxime) dan
bakteriostatik
(tiamphenicol) akan
merugikan karena jenis
bakteriostatik akan
memperlemah efek
bakterisid.
Colsancetine® dan
Thiamycin® memiliki
indikasi yang sama yaitu
demam tifoid. Pada kasus,
Colsancetine® dan
Thiamycin® diberikan
bersamaan.
Rekomendasi
Pada kasus penggunaan
antara Taxegram® dan
Biothicol® sebaiknya
dipilih salah satu yaitu :
Taxegram®, karena
mengingat kondisi pasien
yang lemah maka lebih
baik dipilih antibiotika
yang bersifat bakterisid
(Hidayat, 2009).
Penggunaan
Colsancetine® dan
Thiamycin® sebaiknya
dipilih salah satu
(Anonim, 2009)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien
Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik demografi pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu :
a. distribusi jenis kelamin : angka kejadian kasus demam tifoid antara pasien anak
laki-laki tidak berbeda jauh dibandingkan pada anak perempuan dengan
presentase pasien anak berjenis kelamin laki – laki sebesar 55% dan pasien anak
berjenis kelamin perempuan sebesar 45%.
b. distribusi umur : pada umur > 5-12 tahun merupakan umur yang rawan
terjangkit demam tifoid dengan presentase paling tinggi yaitu 78%, diikuti
pasien umur 1-5 tahun yaitu 17% dan umur ≤ 1 tahun yaitu 5%.
c. distribusi diagnosa penyakit : 75% kasus pasien terdiagnosa demam tifoid
dengan penyakit lain dan 25% kasus pasien dengan diagnosa demam tifoid
tanpa penyakit lain.
2. Pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak penderita
demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009, yaitu : golongan kloramfenikol adalah golongan antibiotika 50 51
yang paling banyak digunakan dengan presentase 65,2%, kemudian sefalosporin
generasi III sebesar 31,9% dan sefalosporin generasi I sebesar 2,9%.
3. Outcome terapi pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009, yaitu :
a. lama rawat inap, kasus terbanyak pada lama perawatan 1-3 hari (52,5%).
b. keadaan pasien keluar rumah sakit, sebanyak 39 kasus (97%) dengan keadaan
membaik dan 1 kasus (3%) dengan keadaan sembuh.
4. DRPs penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid yang
dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009, yaitu :
a. sebanyak 4 dalam kasus (10%) dosis kurang
b. sebanyak 2 dalam kasus (5%) dosis berlebih
c. sebanyak 2 dalam kasus (5%) efek obat yang tidak diinginkan
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang :
a. perlu disusun standar operasional pelayanan kesehatan terkait penyakit demam
tifoid yang berhubungan dengan penggunaan antibiotika khususnya pada pasien
anak dan dilengkapi dengan jenis, golongan dan dosis antibiotika yang sesuai
untuk kasus tersebut di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang.
52
b. diharapkan agar penulisan rekam medis dilakukan secara lengkap dan jelas
sesuai tindakan medis dan pemberian terapi pada penderita demam tifoid
c. perlunya peran farmasis agar semakin berperan aktif dalam pelaksanaan dan
monitoring terapi penderita sehingga dapat menghindari masalah terkait obat
(Drug Related Problems)
2. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan :
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif agar dapat dilakukan
pengamatan DRPs lebih seksama.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000a, Handbook of Pediartic Drug Therapy, 2, Springhouse Corporation,
USA
Anonim, 2000b, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, 12, 17-19, 199, 213, 214,
379, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2003, Background document: The diagnosis, treatment and prevention of
typhoid fever, www.who.int/vaccines-documents/, diakses tanggal 1 Juni
2009
Anonim, 2008, Demam Tifoid, http://www.sehatgroup.web.id/?p=144, diakses
tanggal 1 Juni 2009
Anonim,
2009a,
Ranitidine,
http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=InteractionSearch&DrugList=ranitidine&
SearchTerm=ranitidine, diakses tanggal 4 Juni 2010
Anonim,
2009b,
Thiamphenicol,
http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=mng&name=thiamphenicol&CTR
Y=ID&brief=false#Dosage, diakses tanggal 11 Agustus 2010 Ashkenazi, S. dan Thomas, G., 1999, Infeksi Salmonella, dalam Waldo E. Nelson,
Nelson Textbook of Pediatrics, diterjemahkan oleh Samik Wahab, edisi 15, 2,
970-973, Arvin Nelson EGC, Jakarta
Chen, K. dan Pohan, H.T., 2008, Penatalaksanaan Terkini Demam Tifoid,
http://medicineforthesoul.multiply.com/journal/item/8, diakses tanggal 1 Juni
2009
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice,
First (1st) Ed, 178-179, Mc Graw-Hill Company, New York
Gennrich,
J.L,
Chan,
P.D,
2004,
Pediatric
Drug
Reference,
www.ccspublishing.com/ccs/peddrug.htm., diakses pada tanggal 17 Juni 2010
Hadinegoro, S.R., 1999, Masalah Multi Drug Resistance Pada Demam Tifoid Anak,
Cermin Dunia Kedokteran, No. 124, 5-10
Hidayat,
R.,
dkk,
2009,
Kombinasi
Antibiotik,
http://www.pioindonesia.com/index.php?option=com_content&view=article&
54
id=55:tentang-antibiotik&catid=25:obat-dan-kesehatan&Itemid=69,
tanggal 15 Juni 2009
diakses
Jawetz, E., Melnick, J., dan Adelberg, E., 1996, Medical Microbiology, edisi 20,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R.F. Maulany, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Jones, R.M. and Rospond, R.M., 2003, Patient Assessment in Pharmacy Practice, 16, Lippincott Williams and Wilkins Company, USA
Kimble, M.A.K. and Young, L.Y., 2005, Applied Therapeutics, 8th edition, 1-1 s/d 111, A Wolter Kluwer Company, USA
Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2008, Drug Information
Handbook with Trade Names Index, 17th Ed, 491, Lexy-Comp, Ohio
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, I.W., dan Setiowulan, W., 1999,
Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I, 421-425, Penerbit Media
Aesculapius FKUI, Jakarta
Musnelina, L., Afdhal, A.F., Gani, A., Andayani, P., 2004, Pola Pemberian
Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta Tahun 2001-2002, Makara, Kesehatan, Vol. 8, No. 1, 27-31
Noer, H.M.S, Waspadji, S., Nelwan, R.H.H., Setiawati, A., Darmojo, B., Setiawan,
B., Zahir, S.S., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 3, jilid I, 435-441,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Ridge, T., Hoffmann, F.D., and Zimmerman, D. L., 1997, Delivery Information by
Hospital in Cesarean Section Deliveries in Pennsylvania 1995, 8-30,
Pennsylvania Health Care Cost Containment Council
Sari, M.L., 2009, Evaluasi DTP pada Pengobatan Kasus Tifoid di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 – Juni 2008,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Setiabudy, R., dan Gan, V.H.S., 1995, Pengantar Antibiotika, dalam S.G. Ganiswara,
Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 571-573, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I., 2008, Buku Ajar
Infeksi dan Pediatri Tropis, edisi II, 344, Badan Penerbit IDAI, Jakarta
55
Triana, M., 2003, Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid bagi Pasien Anak di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari
2000-Desember 2001, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, dan Pemberantasan,
34-36, Penerbit Erlangga, Jakarta
56
Lampiran 1. Analisis SOAP
Tabel X. Kajian DRPs Kasus 1 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 015533
Dirawat pada tanggal 01/06/2008 – 07/06/2008 (LRI 6 hari)
Subjective
Pasien : PN, perempuan, 8 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, muntah, perut kembung, nafsu
makan berkurang dan BAB cair (5x). Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien
keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2008)
Parameter
Nilai Normal
1
5
Hematologi
Hemoglobin
12,4
10,09 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
20.300 ↑
3.600 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
222.000
233.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
36,3 ↓
30,1 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
9↑
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
36 ↓
50-70 %
• Neutrofil segmen
55 ↑
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/200
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/400
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
57
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
1
2
90/70 ↓
39,4 ↑
36 ↑
140 ↑
90/60 ↓
37,2
25 ↑
106 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2008)
3
4
5
110/70 ↓
36,9
19 ↓
111 ↑
100/60 ↓
37,5 ↑
22 ↑
120 ↑
90/65 ↓
38,6 ↑
36 ↑
114 ↑
Nilai Normal
6
7
117/80 ↓
36,5
22 ↑
89
100/70 ↓
36,8
32 ↑
84
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus RL
60 tts/mnt
1, 2, 3, 4
Infus KAEN 3B + Chloroquine (NaCl 0,9%)
1 amp 20 tts/mnt
5, 6
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
3 x 500 mg
1
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
3 x 1 vial
2, 3, 4, 5, 6
Injeksi Antrain® (Metamizole)
2 x 300 mg
1, 4
Injeksi Acran® (Ranitidine)
2 x ½ amp
1, 2, 3, 4, 5, 6
Injeksi Piralen® (Metoclopramide)
3 x ½ amp
2, 3, 4, 5, 6
Suldox® (Fansidar)
1 x 1½ tab / hari p.o.
1
Elkana®
2 x 1 sdm / hari p.o.
1
Dexanta®
3 x ½ sdt / hari p.o.
1
Sanmag®
2 x 1 sdt / hari p.o.
2, 3, 4, 5, 6
Pamol® (Paracetamol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
5
Assessment
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
-
58
Tabel XI. Kajian DRPs Kasus 2 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 015751
Dirawat pada tanggal 17/06/2008 – 19/06/2008 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : SE, laki-laki, 10 tahun. BB : 19,5 kg. Keluhan utama : demam, muntah, pusing dan nafsu
makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2008)
Parameter
Nilai Normal
17
Hematologi
Hemoglobin
11,9 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
15.500 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
328.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
38,2 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
10
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
50
50-70 %
• Neutrofil segmen
50 ↑
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/320
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2008)
17
90/60 ↓
37,3
27 ↑
65
Nilai Normal
18
110/60 ↓
37
24 ↑
80
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
59
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Piralen® (Metoclopramide)
Assessment
Plan
-
Dosis
40 tts/mnt
3 x 500 mg
½ amp / 8 jam
3 x ½ amp
Tanggal Pemberian
17, 18
17, 18
17, 18
17, 18
60
Tabel XII. Kajian DRPs Kasus 3 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 016155 a
Dirawat pada tanggal 18/08/2008 – 22/08/2008 (LRI 4 hari)
Subjective
Pasien : RI, laki-laki, 7 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, lemah, menggigil, muntah, nyeri
pada ulu hati, BAB cair dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria.
Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Agustus 2008)
Parameter
Nilai Normal
18
Hematologi
Hemoglobin
13,3
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
8.200
5.000-10.000 /µl
Trombosit
197.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
42,3
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
77 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
23
20-40 %
• Limfosit
0
↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
1/400
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
18
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Agustus 2008)
19
20
21
Nilai Normal
22
109/84 ↓
98/47 ↓
111/77 ↓
110/74 ↓
113/69 ↓
120/80 mmHg
37.7 ↑
38 ↑
37.5 ↑
37.5 ↑
37,2
36-37,4 0C
28 ↑
22 ↑
24 ↑
28 ↑
25 ↑
20X/ menit
126 ↑
88
84
86
99
50-100X / menit
61
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus Ds 5%
20 tts/mnt
18, 19, 20, 21
Injeksi Piralen® (Metoclopramide)
3 x 1 amp
18, 19, 20
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
2x1g
18, 19, 20
Injeksi Acran® (Ranitidine)
2 x 1 amp
18, 19, 20
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
1 amp / 8 jam
18, 19
Biothicol® (Thiamphenicol)
3 x 250 mg / hari p.o
18, 19, 20
Suldox® (Fansidar)
3 x 1 tab / hari p.o.
18, 19, 20
Curvit®
2 x 1 sdt / hari p.o.
21
Sanmag®
3 x 1 sdt / hari p.o.
21
Assessment
Cefotaxime (Taxegram®) termasuk dalam golongan sefalosporin bersifat bakterisid
sedangkan thiamphenicol (Biothicol®) termasuk dalam golongan chloramphenicol bersifat
bakteriostatik. Berdasarkan PIO Indonesia, kombinasi (penggunaan yang bersamaan dengan
penyesuaian dosis) antibiotik bakterisid dan bakteriostatik akan merugikan karena jenis
bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisid. (DRPs : efek obat yang tidak diinginkan)
Plan
Pada kasus penggunaan antara cefotaxime (Taxegram®) dan thiamphenicol (Biothicol®)
sebaiknya dipilih salah satu yaitu : cefotaxime (Taxegram®), karena mengingat kondisi pasien
yang lemah maka lebih baik dipilih antibiotika yang bersifat bakterisid.
62
Tabel XIII. Kajian DRPs Kasus 4 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017299
Dirawat pada tanggal 10/10/2008 – 14/10/2008 (LRI 4 hari)
Subjective
Pasien : RZ, laki-laki, 9 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, mual, muntah dan nafsu makan
berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008)
Parameter
Nilai Normal
10
11
Hematologi
Hemoglobin
11,8 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
5.100
5.000-10.000 /µl
Trombosit
201.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
32,3 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
10
110/60 ↓
37,8 ↑
26 ↑
110 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008)
11
12
107/60 ↓
112/72 ↓
37,5 ↑
36,7
36 ↑
36 ↑
130 ↑
100
Nilai Normal
14
100/60 ↓
36,2
24 ↑
110 ↑
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
63
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Infus RL + Antrain® (Metamizole)
Infus Ds 5% + Chloroquine
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Dosis
40 tts/mnt
2 amp 60 tts/mnt
1 amp 40 tts/mnt
2 x 500 mg
3 x 500 mg
1 cc / 8 jam
3 x ½ cc
0,5 cc / 8 jam
3 x 500 mg
1 x 2 tab / hari p.o.
2 x 1 tab / hari p.o.
Tanggal Pemberian
10
11, 12
13
11, 12
10
10
10, 11, 12, 13
13
13
10
11, 12
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Suldox® (Fansidar)
Malarex® (Chloroquine)
Assessment
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
-
waktu
64
Tabel XIV. Kajian DRPs Kasus 5 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017393
Dirawat pada tanggal 18/10/2008 – 21/10/2008 (LRI 3 hari)
Subjective
Pasien : YD, laki-laki, 8 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, mual, muntah, pusing
dan BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008)
Parameter
Nilai Normal
18
Hematologi
Hemoglobin
13,6
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
6.500
5.000-10.000 /µl
Trombosit
230.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
38,1 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
70
50-70 %
• Neutrofil segmen
30
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
18
97/80 ↓
37,8 ↑
44 ↑
164 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(Oktober 2008)
19
20
109/77 ↓
112/80 ↓
37,6 ↑
37,2
36 ↑
34 ↑
120 ↑
103 ↑
Nilai Normal
21
100/70 ↓
36,5
28 ↑
86
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
65
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Infus RL + Antrain® (Metamizole)
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Piralen® (Metoclopramide)
Dosis
30 tts/mnt
½ amp 80 tts/mnt
3 x 500 mg
3 x 250 mg
½ amp / 8 jam
2 x 400 mg
3 x 0,5 cc
3 x 2 ml
2 x 1 ml
1 x 1½ tab / hari p.o.
2 x 1 tab / hari p.o.
3 x 250 mg / hari p.o.
Tanggal Pemberian
18, 19, 21
20
18, 20
19
18
19
18
19, 20
18
18
20
21
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Suldox® (Fansidar)
Malarex® (Chloroquine)
Biothicol ® (Thiamphenicol)
Assessment
1. Berdasarkan Obat-obat penting, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak penderita
demam tifoid 20-30 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi (BB = 21 kg, D = 420-630 mg/hari).
Pada kasus dosis yang diberikan terlalu tinggi, thiamphenicol (Biothicol®) diberikan 250 mg x
3/hari (D = 750 mg/hari). (DRPs : dosis berlebih)
2. Penggunaan sulfadoxine (Suldox®) dan chloroquine (Malarex®) pada kasus tidak tepat karena
pasien tidak mengalami malaria. (DRPs : tidak perlu obat)
Plan
1. Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) diturunkan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 2 kali
pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
2. Penggunaan sulfadoxine (Suldox®) dan chloroquine (Malarex®) sebaiknya tidak diberikan.
66
Tabel XV. Kajian DRPs Kasus 6 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017661
Dirawat pada tanggal 06/11/2008 – 10/11/2008 (LRI 4 hari)
Subjective
Pasien : DI, laki-laki, 7 tahun. BB : 16,5 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, pusing, lemah, mual,
muntah, batuk berdahak, BAB tidak lancar dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam
tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(November 2008)
Parameter
Nilai Normal
6
Hematologi
Hemoglobin
12 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
24.000 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
290.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
6
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
100/60 ↓
Tanggal Pemeriksaan
(November 2008)
7
8
9
115/66 ↓
111/54 ↓
100/60 ↓
Nilai Normal
10
110/70 ↓
37
120/80 mmHg
36-37,4 0C
37,8 ↑
37,5 ↑
36,8
37,2
26 ↑
28 ↑
20
28 ↑
20
20X/ menit
80
94
76
100
108 ↑
50-100X / menit
67
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus Ds 5%
30 tts/mnt
6
Infus Ds 5% + Chloroquine
1 amp 60 tts/mnt
7, 8, 9
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
2 x 500 mg
6
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
3 x 500 mg
7, 8, 9
Injeksi Antrain® (Metamizole)
0,4 cc / 6 jam
6
Suldox® (Fansidar)
1 x 1 tab / hari p.o.
6
Epexol® (Ambroxol)
3 x 1 sdt / hari p.o
6
Assessment
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
-
68
Tabel XVI. Kajian DRPs Kasus 7 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 017971
Dirawat pada tanggal 26/11/2008 – 01/12/2008 (LRI 5 hari)
Subjective
Pasien : MU, laki-laki, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, perut
kembung dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien
keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(November 2008)
Parameter
Nilai Normal
26
Hematologi
Hemoglobin
13,6
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
3.700 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
348.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
41,4
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
26
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(November-Desember 2008)
27
28
29
30
Nilai Normal
1
80/60 ↓
90/60 ↓
102/70 ↓
100/80 ↓
110/70 ↓
105/70 ↓
120/80 mmHg
38,2 ↑
37,4
37
37
36,5
37
36-37,4 0C
26 ↑
36 ↑
37 ↑
36 ↑
26 ↑
24 ↑
20X/ menit
100
130 ↑
100
110 ↑
110 ↑
98
50-100X / menit
69
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B
70 tts/mnt
28, 29, 30
Infus KAEN 3B + Chloroquine
1 amp 70 tts/mnt
26, 27
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
3 x 500 mg
26, 27, 28, 29, 30
Injeksi Antrain® (Metamizole)
250 mg / 8 jam
26, 27, 28
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
3 x 0,5 cc
26, 27, 28, 29, 30
Sanmag®
3 x 1 sdt / hari p.o.
26, 27, 28, 29, 30
Assessment
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
-
70
Tabel XVII. Kajian DRPs Kasus 8 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 018264
Dirawat pada tanggal 18/12/2008 – 23/12/2008 (LRI 5 hari)
Subjective
Pasien : RD, laki-laki, 10 tahun, BB : 31 kg. Keluhan utama : demam, pusing, muntah, batuk berdahak
dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008)
Parameter
Nilai Normal
18
Hematologi
Hemoglobin
13,8
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
20.600 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
365.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
42,4
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
55 ↑
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
(-)
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/400
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008)
20
21
18
19
110/71 ↓
106/54 ↓
117/80 ↓
38 ↑
37,6 ↑
37,5 ↑
Nilai Normal
22
23
114/72 ↓
110/70 ↓
112/60 ↓
120/80 mmHg
37,2
37
36,8
36-37,4 0C
36 ↑
32 ↑
39 ↑
30 ↑
24 ↑
18 ↓
20X/ menit
88
108 ↑
112 ↑
97
68
89
50-100X / menit
71
Terapi
Nama Obat
Infus RL + Piralen® (Metoclopramide)
Infus D5 + ¼NS + Antrain® (Metamizole)
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Dexanta®
Assessment
Plan
-
Dosis
1 amp 30 tts/mnt
½ amp 30 tts/mnt
2 amp 30 tts/mnt
3 x 500 mg
3x1g
1 amp / 8 jam
3 x 1 cc
1 x 1 cc
2 x 1 amp
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
18
22
19, 20, 21
19, 20, 21
18
18
19, 20, 21, 22
19, 20, 21, 22
18
19, 20, 21, 22
72
Tabel XVIII. Kajian DRPs Kasus 9 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 018265
Dirawat pada tanggal 18/12/2008 – 23/12/2008 (LRI 5 hari)
Subjective
Pasien : ZH, perempuan, 9 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan muntah.
Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008)
Parameter
Nilai Normal
18
Hematologi
Hemoglobin
13,4
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
6.900
5.000-10.000 /µl
Trombosit
235.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
40,3
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
56 ↑
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
(-)
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
18
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
100/60 ↓
19
Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008)
20
21
110/70 ↓
23
115/66 ↓
111/54 ↓
37,6 ↑
37,5 ↑
37
37
38 ↑
54 ↑
52 ↑
26 ↑
28 ↑
20
20X/ menit
110 ↑
114 ↑
80
94
76
100
50-100X / menit
38,4 ↑
100/60 ↓
Nilai Normal
22
100/70 ↓
120/80 mmHg
36,5
36-37,4 0C
73
Terapi
Nama Obat
Infus D5 + ¼NS
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Dexanta®
Assessment
Plan
-
Dosis
30 tts/mnt
3 x 500 mg
0,8 cc / 8 jam
2 x 1 cc
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
18, 19, 20, 21, 22
18, 19, 20, 21, 22
18, 19, 20, 21, 22
18, 19, 20
21, 22
74
Tabel XIX. Kajian DRPs Kasus 10 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 018346
Dirawat pada tanggal 23/12/2008 – 28/12/2008 (LRI 5 hari)
Subjective
Pasien : AM, perempuan, 8 tahun. BB : 22,5 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah,
perut terasa sakit dan nyeri pada tangan serta kaki. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien
keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008)
Parameter
Nilai Normal
23
Hematologi
Hemoglobin
11,3 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
4,94
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
9.400
5.000-10.000 /µl
Trombosit
186.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
33,5 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
65
50-70 %
• Neutrofil segmen
35
20-40 %
• Limfosit
0
↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Desember 2008)
25
26
23
24
97/53 ↓
96/43 ↓
120/60 ↓
39,4 ↑
38,2 ↑
37,8 ↑
20
22 ↑
28 ↑
110 ↑
92
83
Nilai Normal
27
28
109/67 ↓
100/70 ↓
110/80 ↓
120/80 mmHg
37,5 ↑
37,6 ↑
37
36-37,4 0C
18 ↓
20
22 ↑
20X/ menit
83
67
78
50-100X / menit
75
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus Ds 5% + Chloroquine
1 amp 20 tts/mnt
23, 24, 25, 26, 27
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
3 x 500 mg
23, 24, 25, 26
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
500 mg / 8 jam
23, 24, 25
Injeksi Acran® (Ranitidine)
2 x 1 cc
23, 24, 25, 26
Injeksi Piralen® (Metoclopramde)
3 x 1 cc
25, 26, 27
Biothicol® (Thiamphenicol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
27
Sanmag®
3 x 1 sdt / hari p.o.
28
Dexanta®
3 x 1 sdt / hari p.o.
23, 24, 25, 26, 27
Curvit®
2 x 1 sdt / hari p.o.
27, 28
Flamar® (Diclofenac Na)
3 x oles / hari
26
Assessment
Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi (BB = 22,5 kg, D = 675-2250 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan
terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari).
(DRPs : dosis kurang)
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali
pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
76
Tabel XX. Kajian DRPs Kasus 11 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 000268
Dirawat pada tanggal 22/01/2009 – 26/01/2009 (LRI 4 hari)
Subjective
Pasien : SU, laki-laki, 12 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, pusing, batuk
berdahak dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Januari 2009)
Parameter
Nilai Normal
22
Hematologi
Hemoglobin
11,5 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
10.000
5.000-10.000 /µl
Trombosit
243.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
37 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
81 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
15 ↓
20-40 %
• Limfosit
4
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanggal Pemeriksaan
(Januari 2009)
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Nilai Normal
22
108/60 ↓
23
110/60 ↓
24
110/70 ↓
25
102/70 ↓
26
100/70 ↓
120/80 mmHg
37,5 ↑
37,7 ↑
36,5
37,2
37
36-37,4 0C
33 ↑
32 ↑
43 ↑
30 ↑
28 ↑
20X/ menit
90
92
78
88
83
50-100X / menit
77
Terapi
Nama Obat
Infus RL + Antrain® (Metamizole)
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Piralen® (Metoclopramide)
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Suldox® (Fansidar)
Malarex® (Chloroquine)
Dexanta®
Mucohexin® (Bromhexine)
Assessment
Plan
-
Dosis
1 amp 16 tts/mnt
2x1g
¾ amp / 8 jam
3 x ½ amp
2 x ¾ amp
2 x 1 amp
1 x 1 tab / hari p.o.
2-1-1 tab/hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
22, 23, 24, 25
22, 23, 24, 25
22
22
22
23, 24, 25
23
24, 25
22
22
78
Tabel XXI. Kajian DRPs Kasus 12 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 000466
Dirawat pada tanggal 01/02/2009 – 06/02/2009 (LRI 5 hari)
Subjective
Pasien : LU, perempuan, 11 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, mual, BAB cair,
nyeri pada abdomen dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria.
Keadaan pasien keluar : sembuh.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Februari 2009)
Parameter
Nilai Normal
1
Hematologi
Hemoglobin
11,9 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
5.700
5.000-10.000 /µl
Trombosit
180.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
31,7 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
40 ↑
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
70
50-70 %
• Neutrofil segmen
30
20-40 %
• Limfosit
0
↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
1
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
100/60 ↓
2
Nilai Normal
5
110/70 ↓
6
111/54 ↓
100/60 ↓
38 ↑
37,5 ↑
37,6 ↑
37
20
20
22 ↑
20
28 ↑
20
20X/ menit
64
109 ↑
80
94
78
100
50-100X / menit
39 ↑
115/66 ↓
Tanggal Pemeriksaan
(Februari 2009)
3
4
100/70 ↓
120/80 mmHg
36,5
36-37,4 0C
79
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus RL
10 tts/mnt
1, 2, 3, 4, 5
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
2 x 500 mg
1, 2, 3, 4
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
4 x 500 mg
5
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
500 mg / 8 jam
1
Injeksi Antrain® (Metamizole)
½ amp / 8 jam
2, 4
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
2 x 1 ml
1, 2, 3, 4
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
2 x ½ amp
2, 3, 4, 5
Biothicol® (Thiamphenicol)
3 x 250 mg / hari p.o.
6
Lapraz® (Lansoprazole)
3 x 1 kaps / hari p.o.
6
Bufect Forte® (Ibuprofen)
3 x 1 sdt / hari p.o.
6
Suldox® (Fansidar)
1 x 1 tab / hari p.o.
1
Malarex® (Chloramphenicol)
1½-1-1-1 tab/hari p.o.
3, 4
Assessment
1. Berdasarkan BNF, penggunaan lansoprazole (Lapraz®) tidak direkomendasikan untuk anak.
(DRPs : obat tidak efektif)
2. Pada kasus tanggal 6/02/2009, pasien tidak memerlukan ibuprofen (Bufect Forte®) karena
suhu tubuh pasien berada pada kondisi normal. (DRPs : tidak perlu obat)
Plan
1. Penggunaan lansoprazole (Lapraz®) sebaiknya tidak diberikan.
2. Penggunaan ibuprofen (Bufect Forte®) pada kasus tanggal 6/02/2009 sebaiknya tidak
diberikan.
80
Tabel XXII. Kajian DRPs Kasus 13 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001390
Dirawat pada tanggal 28/03/2009 – 01/04/2009 (LRI 4 hari)
Subjective
Pasien : SR, perempuan, 10 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah dan
nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar :
membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Maret 2009)
Parameter
Nilai Normal
28
Hematologi
Hemoglobin
13,1
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
6.100
5.000-10.000 /µl
Trombosit
135.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
40,5
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
70
50-70 %
• Neutrofil segmen
30
20-40 %
• Limfosit
0
↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
28
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Maret-April 2009)
29
30
31
Nilai Normal
1
110/71 ↓
106/54 ↓
105/80 ↓
117/80 ↓
114/72 ↓
120/80 mmHg
38 ↑
37,6 ↑
37
37,3
37
36-37,4 0C
26 ↑
23 ↑
21 ↑
19 ↓
20
20X/ menit
106 ↑
96
86
64
98
50-100X / menit
81
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus RL
20 tts/mnt
30, 31
Infus Ds 5% + Chloroquine
1 amp 10 tts/mnt
28, 29
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
3 x ½ amp
29, 30, 31
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
2 x 500 mg
28, 29, 30, 31
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
½ amp / 8 jam
28
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
2 x ½ amp
29, 30, 31
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
3 x ½ amp
28
Malarex® (Chloroquine)
2-1-1 tab / hari p.o.
30, 31
Pamol® (Paracetamol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
29
Assessment
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
-
82
Tabel XXIII. Kajian DRPs Kasus 14 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001509
Dirawat pada tanggal 03/04/2009 – 04/04/2009 (LRI 1 hari)
Subjective
Pasien : FR, laki-laki, 7 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah dan batuk
berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
3
Hematologi
Hemoglobin
12,3 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
7.000
5.000-10.000 /µl
Trombosit
198.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
36,8 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
70
50-70 %
• Neutrofil segmen
30
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
(-)
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
3
90/60 ↓
38 ↑
28 ↑
60
4
105/80 ↓
37,8 ↑
27 ↑
70
Nilai Normal
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
83
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Biothicol® (Thiamphenicol)
Bufect® (Ibuprofen)
Assessment
Plan
-
Dosis
24 tts/mnt
3 x ½ amp
500 mg / 8 jam
2 x 1/3 amp
3 x 1 sdt / hari p.o.
2 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
3, 4
3
3
3
4
4
84
Tabel XXIV. Kajian DRPs Kasus 15 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001520
Dirawat pada tanggal 04/04/2009 – 06/04/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : TI, perempuan, 7 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, lemah, muntah, BAB cair (5x)
dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar :
membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
4
Hematologi
Hemoglobin
12,6
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
6.300
5.000-10.000 /µl
Trombosit
361.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
46,3 ↑
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
70
50-70 %
• Neutrofil segmen
30
20-40 %
• Limfosit
0
↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/400
(-)
• Titer AH
1/400
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
4
100/60 ↓
37,8 ↑
37 ↑
110 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
5
90/60 ↓
35,1 ↓
30 ↑
112 ↑
Nilai Normal
6
112/70 ↓
36,2
26 ↑
98
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
85
Terapi
Nama Obat
Infus KAEN 3B
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Suldox® (Fansidar)
Thiamycin® (Thiamphenicol)
Assessment
Plan
-
Dosis
16 tts/mnt
2 x 500 mg
2 x 1/3 amp
1 x 1½ tab / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o. (forte)
Tanggal Pemberian
4, 5
4,5
4,5
5
6
86
Tabel XXV. Kajian DRPs Kasus 16 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001526
Dirawat pada tanggal 04/04/2009 – 11/04/2009 (LRI 7 hari)
Subjective
Pasien : DE, perempuan, 2 tahun. BB : 9 kg. Keluhan utama : demam, lemah, perut kembung, BAB
cair dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar :
membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
4
8
Hematologi
Hemoglobin
9,4 ↓
9,9 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
14.400 ↑
5.400
5.000-10.000 /µl
Trombosit
229.000
197.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
30 ↓
31,5 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
30 ↑
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0
0-1 %
• Basofil
6↑
3
1-3 %
• Eosinofil
0↓
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
74 ↑
81 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
18 ↓
15 ↓
20-40 %
• Limfosit
2
0
↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/100
(-)
• Titer O
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
4
5
105/78
↓
39,5 ↑
35 ↑
122 ↑
115/80
↓
38 ↑
32 ↑
116 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
6
7
8
9
110/70
↓
37,5 ↑
30 ↑
108 ↑
106/64
↓
37,2
34 ↑
95
106/41
↓
37,4
22 ↑
87
97/60
↓
37
26 ↑
66
Nilai Normal
10
11
100/70
↓
36,8
22 ↑
73
105/70
↓
37,8 ↑
21 ↑
79
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
87
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B
20 tts/mnt
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
4 x 250 mg
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Injeksi Antrain® (Metamizole)
0,3 cc / 6 jam
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Injeksi Cortidex® (Dexamethasone)
3 x ½ amp
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Injeksi Acran® (Ranitidine)
2 x ¼ amp
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Injeksi Dexa-M® (Dexamethasone)
2 x ½ amp
9
Suldox® (Fansidar)
1 x ½ tab / hari p.o.
5, 6
Dexanta®
3 x ½ sdt / hari p.o.
10
Pamol® (Paracetamol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
11
Colsancetine® (Chloramphenicol)
4 x 1 sdt / hari p.o.
11
Assessment
Pada kasus tanggal 7, 8, 9, 10/04/2009, pasien tidak membutuhkan metamizole (Antrain®)
karena suhu tubuh pasien dalam kondisi normal. (DRPs : tidak perlu obat)
Plan
Pada kasus tanggal 7, 8, 9, 10/04/2009, metamizole (Antrain®) tidak diberikan.
88
Tabel XXVI. Kajian DRPs Kasus 17 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001682
Dirawat pada tanggal 14/04/2009 – 16/04/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : IN, laki-laki, 8 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, linu pada sendi, tulang
terasa sakit, mual dan muntah. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar :
membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
14
15
Hematologi
Hemoglobin
7,3 ↓
10,2 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
3,44 ↓
4,63
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
10.300 ↑
9.400
5.000-10.000 /µl
Trombosit
487.000 ↑
525.000 ↑
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
24,9 ↓
34,9 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
80 ↑
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
4↑
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
27 ↓
50-70 %
• Neutrofil segmen
27
20-40 %
• Limfosit
2
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
14
110/74 ↓
37,5 ↑
32 ↑
74
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
15
102/60 ↓
37,2
33 ↑
68
Nilai Normal
16
110/70 ↓
36,5
28 ↑
88
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
89
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Assessment
Plan
-
Dosis
20 tts/mnt
2 x 500 mg
3 x 250 mg
½ amp / 12 jam
Tanggal Pemberian
14, 15, 16
14, 15, 16
14
15
90
Tabel XXVII. Kajian DRPs Kasus 18 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001707
Dirawat pada tanggal 16/04/2009 – 20/04/2009 (LRI 4 hari)
Subjective
Pasien : SA, perempuan, 2 tahun. BB : 28 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, batuk berdahak,
mual, muntah dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan
pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
16
Hematologi
Hemoglobin
11,7 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
7.500
5.000-10.000 /µl
Trombosit
216.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
44,1 ↑
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
79 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
20
20-40 %
• Limfosit
1
↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
16
110/60 ↓
37,7 ↑
43 ↑
83
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
17
18
19
108/60 ↓ 110/70 ↓ 100/70 ↓
37,5 ↑
37,2
36,5
30 ↑
33 ↑
32 ↑
78
88
90
Nilai Normal
20
102/70 ↓
37
28 ↑
92
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
91
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Piralen® (Metoclopramide)
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
Suldox® (Fansidar)
Dexanta®
Colsancetine® (Chloramphenicol)
OBH Berlico®
Assessment
Plan
-
Dosis
16 tts/mnt
2 x 750 mg
½ amp / 8 jam
3 x ½ amp
2 x ½ amp
1 x 1½ tab / hari p.o.
3 x ½ sdt / hari p.o.
4 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
16, 17, 18, 19, 20
16, 17, 18, 19
16, 17
16, 17, 18, 19
16, 17
16, 17, 18, 19
16, 17, 18, 19
20
16, 17, 18, 19
92
Tabel XXVIII. Kajian DRPs Kasus 19 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001766
Dirawat pada tanggal 20/04/2009 – 21/04/2009 (LRI 1 hari)
Subjective
Pasien : RE, perempuan, 3 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan BAB cair.
Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
20
Hematologi
Hemoglobin
12,2
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
3.000 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
280.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
2
2-5 %
• Netrofil batang
48 ↓
50-70 %
• Neutrofil segmen
50
↑
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
1/400
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
20
114/60 ↓
38 ↑
26 ↑
106 ↑
Nilai Normal
21
100/70 ↓
37,5 ↑
22 ↑
100
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
93
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Malarex® (Chloroquine)
Sanmol® (Paracetamol)
Biothicol® (Thiamphenicol)
Sanmag®
Dexanta®
Assessment
Plan
-
Dosis
20 tts/mnt
3x1g
500 mg / 8 jam
2 x 1 amp
2-2-1 tab / hari p.o.
1-1-1 tab / hari p.o.
3 x 1 tab / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 2 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
20, 21
20
20
20
20
21
21
21
21
20
94
Tabel XXIX. Kajian DRPs Kasus 20 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001800
Dirawat pada tanggal 21/04/2009 – 23/04/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : YU, laki-laki, 9 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, menggigil, lemah, muntah dan
BAB cair. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
21
Hematologi
Hemoglobin
12,1 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
3.200 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
137.000 ↓
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
37,9 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
1
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
67
50-70 %
• Neutrofil segmen
30
20-40 %
• Limfosit
2
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p.vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
21
100/60 ↓
38 ↑
32 ↑
120 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
22
100/80 ↓
37,5 ↑
28 ↑
46
Nilai Normal
23
110/70 ↓
37
23 ↑
96
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
95
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus RL
20 tts/mnt
21, 22, 23
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
4 x 500 mg
21, 22
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
1 amp / 8 jam
21, 22
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
2 x ½ amp
21, 22
Imboost®
2 x 1 sdt / hari p.o.
21, 22
Suldox® (Fansidar)
1 x 1½ tab / hari p.o.
21, 22
Thiamycin® (Thiamphenicol)
3 x 1 kapl / hari p.o.
23
Bufect® (Ibuprofen)
3 x 1 sdt / hari p.o.
23
Assessment
Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi (BB = 25 kg, D = 750-2500 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan
terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari (D = 3000 mg/hari). (DRPs
: dosis berlebih)
Plan
Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali
pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
96
Tabel XXX. Kajian DRPs Kasus 21 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001816
Dirawat pada tanggal 24/04/2009 – 26/04/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : IA, perempuan, 12 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, lemah, kejang dan nafsu
makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
22
23
Hematologi
Hemoglobin
10,8 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
5.100
5.000-10.000 /µl
Trombosit
112.000 ↓
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
33,4 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
1
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
74 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
21
20-40 %
• Limfosit
4
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
22
65/40 ↓
37.8 ↑
20
103 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
23
24
25
95/50 ↓
100/80 ↓ 100/70 ↓
38 ↑
37.6 ↑
37
32 ↑
28 ↑
24 ↑
86
94
100
Nilai Normal
26
100/70 ↓
37.2
20
100
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
97
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus RL
20 tts/mnt
22, 23, 24, 25, 26
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
2 x 500 mg
22
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
4 x 500 mg
23, 24
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
½ amp / 8 jam
22, 23, 24
Injeksi Acran® (Ranitidine)
2 x ½ amp
23, 24
Suldox® (Fansidar)
1 x 1½ tab / hari p.o.
22
Biothicol® (Thiamphenicol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
25, 26
Stesolid® (Diazepam)
10 mg / 24 jam suppo
22
Assessment
Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi (BB = 21 kg, D = 630-2100 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan
terlalu rendah, thiamphenicol (Biothicol ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari).
(DRPs : dosis kurang)
Plan
Dosis antibiotika thiamphenicol (Biothicol®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3 kali
pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
98
Tabel XXXI. Kajian DRPs Kasus 22 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001835
Dirawat pada tanggal 23/04/2009 – 25/04/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : DK, laki-laki, 3 tahun. BB : 26 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan pusing.
Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
23
Hematologi
Hemoglobin
12,3 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
10.200 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
237.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
41,8
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
23
110/74 ↓
37,8 ↑
24 ↑
98
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
24
109/84 ↓
37,2
34 ↑
98
Nilai Normal
25
110/69 ↓
37
20
65
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
99
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Suldox® (Fansidar)
Thiamycin® (Thiamphenicol)
Sanmag®
Assessment
Plan
-
Dosis
20 tts/mnt
4 x 500 mg
½ amp / 8 jam
3 x ½ amp
2 x ½ amp
1 x 1¾ tab / hari p.o.
3 x 250 mg (kaps) / hari p.o.
2 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
23, 24
23, 34, 25
23, 24
23, 24
23
23
25
24, 25
100
Tabel XXXII. Kajian DRPs Kasus 23 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001838
Dirawat pada tanggal 23/04/2009 – 24/04/2008 (LRI 1 hari)
Subjective
Pasien : AZ, perempuan, 3 tahun, BB : 11 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan
nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
23
Hematologi
Hemoglobin
14,2 ↑
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
3.200 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
60.000 ↓
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
41,8
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
17 ↓
50-70 %
• Neutrofil segmen
82 ↑
20-40 %
• Limfosit
1↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
23
24
110/70 ↓
114/70 ↓
37,8 ↑
37
26 ↑
24 ↑
116 ↑
98
Nilai Normal
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
101
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Assessment
Plan
-
Dosis
20 tts/mnt
3 x ½ vial (500 mg)
½ amp / 8 jam
2 x ½ amp
Tanggal Pemberian
23,24
23, 24
23, 24
23
102
Tabel XXXIII. Kajian DRPs Kasus 24 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001859
Dirawat pada tanggal 24/04/2009 – 26/04/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : RO, perempuan, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah dan
pusing. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
24
Hematologi
Hemoglobin
12
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
7.900
5.000-10.000 /µl
Trombosit
268.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
37,3
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
3
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
85 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
12
↓
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
24
105/80 ↓
39,8 ↑
18 ↓
60
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
25
110/60 ↓
37
25 ↑
72
Nilai Normal
26
112/70 ↓
36,5
20
98
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
103
Terapi
Nama Obat
Infus KAEN 3B
Injeksi Invomit® (Ondansetron)
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Assessment
Plan
-
Dosis
16 tts/mnt
3 x ½ amp
3 x 500 mg
0,5 cc /6 jam
2 x ½ amp
Tanggal Pemberian
24,25,26
24,25
24,25,26
24,25
24,25,26
104
Tabel XXXIV. Kajian DRPs Kasus 25 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 001969
Dirawat pada tanggal 29/04/2009 – 04/05/2008 (LRI 5 hari)
Subjective
Pasien : EK, perempuan, 11 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, muntah dan
nyeri pada ulu hati. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(April 2009)
Parameter
Nilai Normal
29
Hematologi
Hemoglobin
12,8
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
24.300 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
438.000 ↑
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
39,5
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
3
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
65
50-70 %
• Neutrofil segmen
25
20-40 %
• Limfosit
7
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/400
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(April-Mei)
1
2
29
30
90/60 ↓
100/60 ↓
90/60 ↓
37,8 ↑
38 ↑
37,5 ↑
29 ↑
28 ↑
90
85
Nilai Normal
3
4
95/70 ↓
110/70 ↓
110/70 ↓
120/80 mmHg
37
37,6 ↑
36,7
36-37,4 0C
28 ↑
22 ↑
24 ↑
24 ↑
20X/ menit
88
80
80
84
50-100X / menit
105
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus RL
10 tts/mnt
29, 30, 1, 2, 3
Injeksi Chloramex® (Chloramphenicol)
4 x 500 mg
29, 30, 1, 2, 3
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
2 x ½ amp
29, 30, 1
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
3 x 250 mg
29, 30, 1, 2
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
3 x ¼ amp
29, 30, 1, 2, 3
Suldox® (Fansidar)
1 x 1½ tab / hari p.o.
29, 30, 1, 2, 3
Thiamycin® (Thiamphenicol)
3 x 1 kapl / hari p.o.
4
Imboost®
2 x 1 sdt / hari p.o.
4
Assessment
Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi (BB = 20 kg, D = 600-2000 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan
terlalu tinggi, thiamphenicol (Thiamycin®) diberikan 1 g x 3/hari (D = 3000 mg/hari). (DRPs
: dosis berlebih)
Plan
Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) diturunkan menjadi 250 mg setiap 3 kali
pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
106
Tabel XXXV. Kajian DRPs Kasus 26 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002029
Dirawat pada tanggal 02/05/2009 – 05/05/2009 (LRI 3 hari)
Subjective
Pasien : RA, perempuan, 8 tahun. BB : 14 kg. Keluhan utama : demam, pusing, batuk berdahak dan
muntah. Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2008)
Parameter
Nilai Normal
2
Hematologi
Hemoglobin
11,5 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
13.700 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
433.000 ↑
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
36 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
2
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
73 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
20
20-40 %
• Limfosit
5
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
2
100/60 ↓
37,6 ↑
32 ↑
110 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2008)
3
4
115/66 ↓
111/54 ↓
37.4
37.6 ↑
32 ↑
20
90
71
Nilai Normal
5
100/60 ↓
37,2
18 ↓
65
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
107
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Thiamycin ® (Thiamphenicol)
Imboost®
Assessment
Plan
-
Dosis
10 tts/mnt
3 x 500 mg
2 x ½ amp
200 mg / 8 jam
½ amp / 12 jam
½ amp / 8 jam
¼ amp / 8 jam
3 x ½ sdt / hari p.o.(forte)
2 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
2, 3, 4
2, 3, 4
4
2, 3
2, 3
4
2, 3
5
5
108
Tabel XXXVI. Kajian DRPs Kasus 27 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002040
Dirawat pada tanggal 02/05/2009 – 05/05/2009 (LRI 3 hari)
Subjective
Pasien : AU, perempuan, 8 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah dan mual.
Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
2
Hematologi
Hemoglobin
11,6 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
4.700 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
123.000 ↓
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
37,9
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
2
115/65 ↓
37,6 ↑
22 ↑
112 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
3
4
110/50 ↓
90/50 ↓
37
37,2
20
24 ↑
120 ↑
112 ↑
Nilai Normal
5
101/61 ↓
37,8 ↑
24 ↑
100
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
109
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus Ds 5%
10 tts/mnt
2, 3
Infus KAEN 3B
15 tts/mnt
4
Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone)
2 x 500 mg
2, 3
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
4 x 500 mg
4
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
2 x ½ amp
2, 3, 4
Injeksi Antrain® (Metamizole)
½ amp / 8 jam
2, 3, 4
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
3 x 0,4 cc
2, 3, 4
Suldox® (Fansidar)
1 x 1½ tab / hari p.o.
2, 3
Pamol® (Paracetamol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
5
Dexanta®
3 x 1 sdt / hari p.o.
2, 3
Thiamycin® (Thiamphenicol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
4
Curvit®
2 x 1 sdt / hari p.o.
4
Assessment
1. Berdasarkan MIMS, chloramphenicol (Colsancetine®) dan thiampenicol (Thiamycin®)
memiliki indikasi yang sama yaitu demam tifoid. Pada kasus, chloramphenicol
(Colsancetine®) dan thiampenicol (Thiamycin®) diberikan bersamaan. (DRPs : obat tidak
efektif)
2. Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi (BB = 22 kg, D = 660-2200 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan
terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari).
(DRPs : dosis kurang)
Plan
1. Penggunaan Colsancetine® dan Thiamycin® sebaiknya dipilih salah satu.
2. Dosis antibiotika thiamphenicol dalam Thiamycin® dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 3
kali pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
110
Tabel XXXVII. Kajian DRPs Kasus 28 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002129
Dirawat pada tanggal 06/05/2009 – 11/05/2009 (LRI 5 hari)
Subjective
Pasien : RK, laki-laki, 11 tahun. BB : 23 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah, pusing
dan keluar darah dari hidung. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar :
membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
5
6
11
Hematologi
Hemoglobin
13,2
12,6 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
5,39
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
2.600 ↓
5.600
5.000-10.000 /µl
Trombosit
142.000 ↓
175.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
40,4
41,2
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
1
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
69
50-70 %
• Neutrofil segmen
26
20-40 %
• Limfosit
4
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
(+) p. vivax
Malaria
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/200
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
8
9
6
7
100/60 ↓
90/60 ↓
110/70 ↓
37,5 ↑
37
36,8
Nilai Normal
10
11
100/80 ↓
112/80 ↓
110/80 ↓
120/80 mmHg
37,2
37
36,5
36-37,4 0C
23 ↑
26 ↑
26 ↑
25 ↑
18 ↓
21 ↑
20X/ menit
100
130 ↑
110 ↑
100
110 ↑
110 ↑
50-100X / menit
111
Terapi
Nama Obat
Infus Ds 5% + Chloroquine
Infus RL
Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone)
Dosis
1 amp 20 tts/mnt
20 tts/mnt
3 x 500 mg
2 x 600 mg
¾ amp / 8 jam
2 x ¾ amp
3 x ½ amp
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
6
7, 8, 9, 10
7, 8, 9, 10
6
6, 7, 8, 9, 10
6, 7, 8, 9
6
10
7, 8, 9, 10, 11
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Injeksi Piralen® (Metoclopramide)
Dexanta®
Imboost Force®
Assessment
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
-
waktu
112
Tabel XXXVIII. Kajian DRPs Kasus 29 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002133
Dirawat pada tanggal 07/05/2009 – 09/05/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : HA, laki-laki, 10 tahun. BB : 30 kg. Keluhan utama : demam, mual, muntah, dan nafsu makan
berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
7
Hematologi
Hemoglobin
14,9
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
4.000 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
197.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
45,9
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
74 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
23
20-40 %
• Limfosit
6
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
7
100/40 ↓
37,8 ↑
36 ↑
67
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
8
114/60 ↓
36,8
26 ↑
88
Nilai Normal
9
100/70 ↓
36,5
22 ↑
100
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
113
Terapi
Nama Obat
Dosis
Tanggal Pemberian
Infus KAEN 3B
20 tts/mnt
7, 8
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
3x1g
7, 8
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
3 x 1 amp
7, 8
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
500 mg / 8 jam
7, 8
Injeksi Hexer® (Ranitidine)
2 x 1 amp
7, 8
Malarex® (Chloroquine)
3-2-2 tab / hari p.o.
7
Thiamycin® (Thiamphenicol)
3 x 1 sdt / hari p.o.
9
Assessment
Berdasarkan MIMS, antibiotika thiamphenicol dosis untuk pasien anak 30-100 mg/kgBB/hari
dalam dosis terbagi (BB = 30 kg, D = 900-3000 mg/hari). Pada kasus dosis yang diberikan
terlalu rendah, thiamphenicol (Thiamycin ®) diberikan 125 mg x 3/hari (D = 375 mg/hari).
(DRPs : dosis kurang)
Plan
Dosis antibiotika thiamphenicol (Thiamycin®) dinaikan menjadi 2 sdt (250 mg) setiap 4 kali
pemberian/hari untuk mencapai efek terapi.
114
Tabel XXXIX. Kajian DRPs Kasus 30 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002400
Dirawat pada tanggal 21/05/2009 – 25/05/2009 (LRI 4 hari)
Subjective
Pasien : MQ, laki-laki, 12 tahun. BB : 32 kg. Keluhan utama : demam, pusing, lemah, mual, muntah
dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar :
membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
21
Hematologi
Hemoglobin
12,9 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
3.900 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
178.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
40,7
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
2
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
79 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
16 ↓
20-40 %
• Limfosit
3
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/100
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
21
97/70 ↓
39 ↑
52 ↑
132 ↑
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
22
23
24
110/59 ↓ 110/60 ↓ 100/60 ↓
38 ↑
37,6 ↑
37,4
20
24 ↑
24 ↑
131 ↑
100
100
Nilai Normal
25
100/70 ↓
37
22 ↑
94
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
115
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Malarex® (Chloroquine)
Dexanta®
Thiamycin® (Thiamphenicol)
Imboost®
Assessment
Plan
-
Dosis
12 tts/mnt
3 x 500 mg
3x1g
½ amp / 8 jam
500 mg / 8 jam
2 x ½ amp
3 x ½ amp
2-1-1 tab / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o. (forte)
2 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
21, 22, 23, 24
21
22, 23, 24
22, 23
21
21, 22, 23, 24
21, 22, 23, 24
22, 23, 24
25
25
25
116
Tabel XL. Kajian DRPs Kasus 31 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002407
Dirawat pada tanggal 22/05/2009 – 25/05/2009 (LRI 3 hari)
Subjective
Pasien : SP, laki-laki, 12 tahun. BB : 25 kg. Keluhan utama : demam, lemah dan nyeri di ulu hati.
Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
22
Hematologi
Hemoglobin
11,1 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
11.900 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
367.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
3
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
70
50-70 %
• Neutrofil segmen
26
20-40 %
• Limfosit
1↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
22
114/72 ↓
37,6 ↑
24 ↑
83
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
23
24
117/80 ↓
110/70 ↓
36
36
36 ↑
28 ↑
78
88
Nilai Normal
25
107/60 ↓
36.7
22 ↑
90
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
117
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Suldox® (Fansidar)
Dexanta®
Assessment
Plan
-
Dosis
20 tts/mnt
3 x 500 mg
500 mg / 8 jam
2 x ½ amp
2 x ½ amp
1 x 2 tab / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
22, 23, 24
22, 23, 24
22, 23
22, 23, 24
22, 23, 24
22
22, 23, 24
118
Tabel XLI. Kajian DRPs Kasus 32 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002477
Dirawat pada tanggal 25/05/2009 – 28/05/2009 (LRI 3 hari)
Subjective
Pasien : NI, perempuan, 1 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam, muntah dan BAB cair.
Diagnosa utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
25
Hematologi
Hemoglobin
12,6
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
4.500 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
125.000 ↓
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
23,6 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
2
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
60
50-70 %
• Neutrofil segmen
35
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/100
(-)
• Titer O
1/200
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
25
90/50 ↓
38 ↑
28 ↑
86
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
26
27
110/60 ↓
100/70 ↓
37,8 ↑
37,6 ↑
34 ↑
36 ↑
92
97
Nilai Normal
28
114/70 ↓
37
22 ↑
100
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
119
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Thiamycin® (Thiamphenicol)
Dexanta®
Assessment
Plan
-
Dosis
10 tts/mnt
3 x 500 mg
2 x 125 mg / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
25, 26, 27, 28
25, 26, 27
28
25
120
Tabel XLII. Kajian DRPs Kasus 33 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002492
Dirawat pada tanggal 25/05/2009 – 27/05/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : EA, laki-laki, 9 tahun. BB : 20 kg. Keluhan utama : demam dan pusing. Diagnosa utama :
demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
25
Hematologi
Hemoglobin
11,2 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
7.300
5.000-10.000 /µl
Trombosit
144.000 ↓
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
34,3 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
25
98/47 ↓
38 ↑
32 ↑
88
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
26
110/74 ↓
37,5 ↑
28 ↑
90
Nilai Normal
27
109/84 ↓
36
20
92
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
121
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Ratan® (Ranitidine)
Thiamycin® (Thiamphenicol)
Malarex® (Chloroquine)
Dexanta®
Imboost®
Assessment
Plan
-
Dosis
10 tts/mnt
4 x 500 mg
2 x 400 mg
400 mg / 8 jam
2 x 1 cc
2 x 250 mg (kaps) / hari p.o.
2-1-1 tab / hari
3 x 1 sdt / hari p.o.
2 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
25, 26, 27
26
25
25, 26
25, 26, 27
27
25, 26
25
27
122
Tabel XLIII. Kajian DRPs Kasus 34 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002512
Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 01/06/2009 (LRI 6 hari)
Subjective
Pasien : PU, laki-laki, 11 tahun. BB : 21 kg. Keluhan utama : demam, lemah dan muntah. Diagnosa
utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
26
Hematologi
Hemoglobin
11,4 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
8.000
5.000-10.000 /µl
Trombosit
451.000 ↑
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
38,9 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
60
50-70 %
• Neutrofil segmen
40
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/200
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
28
29
26
27
100/70 ↓
90/60 ↓
100/70 ↓
37.7 ↑
38 ↑
37.5 ↑
28 ↑
21 ↑
88
96
Nilai Normal
30
1
110/70 ↓
110/80 ↓
100/60 ↓
120/80 mmHg
37.5 ↑
37.5 ↑
36,8
36-37,4 0C
19 ↓
18 ↓
22 ↑
24 ↑
20X/ menit
65
92
100
86
50-100X / menit
123
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Suldox® (Fansidar)
Assessment
Plan
-
Dosis
15 tts/mnt
3 x 250 mg
2 x 500 mg
3 x 500 mg
1 x 2 tab / hari p.o.
Tanggal Pemberian
26, 27, 28, 29, 30
26, 27, 28
26, 27
28, 29, 30
26, 27, 28
124
Tabel XLIV. Kajian DRPs Kasus 35 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002514
Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 28/05/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : SI, laki-laki, 1 tahun. BB : 12,5 kg. Keluhan utama : demam, lemah, mual, muntah, kejang dan
batuk berdahak. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
26
Hematologi
Hemoglobin
11,8 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
8.500
5.000-10.000 /µl
Trombosit
277.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
36,6 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
70
50-70 %
• Neutrofil segmen
30
20-40 %
• Limfosit
0↓
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/200
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/100
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
26
110/70 ↓
38,2 ↑
23 ↑
74
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
27
100/60 ↓
37,8 ↑
28 ↑
88
Nilai Normal
28
106/80 ↓
37
24 ↑
96
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
125
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Neo Kaolana® (Koalin)
Mucopect® (Ambroxol)
Imboost®
Vomerin® (Domperidone)
Thiamycin® (Thiamphenicol)
Stesolid® (Diazepam)
Suldox® (Fansidar)
Assessment
Plan
-
Dosis
40 tts/mnt
3 x 150 mg
2 x 300 mg
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
2 x 1 sdt / hari p.o.
2 x 1 sdt / hari p.o.
2 x 1 sdt / hari p.o.
5 mg / 24 jam rektal
1 x 2 tab / hari p.o.
Tanggal Pemberian
26, 27, 28
26
26
26, 28
26
27
27
27, 28
26
26, 27
126
Tabel XLV. Kajian DRPs Kasus 36 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002532
Dirawat pada tanggal 27/05/2009 – 02/06/2009 (LRI 6 hari)
Subjective
Pasien : WA, laki-laki, 5 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, batuk rejan, pusing, muntah,
BAB cair, dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien
keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
27
Hematologi
Hemoglobin
11,5 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
4,76
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
5.200
5.000-10.000 /µl
Trombosit
168.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
34,3 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/200
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Mei-Juni 2009)
29
30
27
28
100/80 ↓
100/60 ↓
110/70 ↓
38,5 ↑
37,6 ↑
37,5 ↑
28 ↑
32 ↑
110 ↑
120 ↑
Nilai Normal
31
1
112/60 ↓
100/70 ↓
100/60 ↓
120/80 mmHg
37,3
36
36,5
36-37,4 0C
32 ↑
28 ↑
28 ↑
26 ↑
20X/ menit
46
96
92
100
50-100X / menit
127
Terapi
Nama Obat
Infus Ds 5% + Chloroquine
Injeksi Colsancetine® (Chloramphenicol)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Dosis
1 amp 10 tts/mnt
4 x 400 mg
3 x 500 mg
3 x 200 mg
2 x 300 mg
2 x 0,5 cc
2 x 1/3 amp
3 x 1/3 amp
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
3 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
27, 28, 29, 30, 31, 1
27
28, 29, 30, 31, 1
28, 29
27
27
28, 29, 30
31
27
27, 28
31, 1
28, 29, 30, 31, 1
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Mucopect® (Ambroxol)
Neo Kaolana® (Koalin)
Dexanta®
Prome®
Assessment
Penggunaan chloroquine tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan
pemberiannya, karena tidak tercantum jam pemberian chloroquine tersebut.
Plan
-
waktu
128
Tabel XLVI. Kajian DRPs Kasus 37 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002535
Dirawat pada tanggal 26/05/2009 – 01/06/2009 (LRI 6 hari)
Subjective
Pasien : DA, laki-laki, 2 tahun. BB : 10 kg. Keluhan utama : demam dan batuk berdahak. Diagnosa
utama : demam tifoid. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Mei 2009)
Parameter
Nilai Normal
27
Hematologi
Hemoglobin
12,6 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
13.300 ↑
5.000-10.000 /µl
Trombosit
232.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
38,9 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
1
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
66
50-70 %
• Neutrofil segmen
29
20-40 %
• Limfosit
4
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(-)
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
Tanggal Pemeriksaan
(Mei-Juni 2009)
28
29
26
27
90/60 ↓
97/60 ↓
105/70 ↓
39,5 ↑
38,2 ↑
37,8 ↑
36 ↑
32 ↑
28 ↑
108 ↑
116 ↑
99
Nilai Normal
30
1
110/70↓
112/80 ↓
100/70 ↓
120/80 mmHg
37,6 ↑
37
36,5
36-37,4 0C
27 ↑
20
24 ↑
20X/ menit
97
84
88
50-100X / menit
129
Terapi
Nama Obat
Infus KAEN 3B
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Imboost®
Assessment
Plan
-
Dosis
40 tts/mnt
3 x 250 mg
0,4 cc / 8 jam
2 x 1 sdt / hari p.o.
Tanggal Pemberian
26, 27, 28, 29, 30
26, 27, 28, 29, 30
26, 27, 28
29, 30, 1
130
Tabel XLVII. Kajian DRPs Kasus 38 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002634
Dirawat pada tanggal 01/06/2009 – 04/06/2009 (LRI 3 hari)
Subjective
Pasien : MI, perempuan, 10 tahun. BB : 24 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, susah
BAB, lemah, kesadaran menurun, perut terasa sakit dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama :
demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009)
Parameter
Nilai Normal
1
Hematologi
Hemoglobin
11,8 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
4,44
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
4.000 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
157.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
48 ↑
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0-1 %
• Basofil
1-3 %
• Eosinofil
2-5 %
• Netrofil batang
50-70 %
• Neutrofil segmen
20-40 %
• Limfosit
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/400
(-)
• Titer O
(-)
(-)
• Titer AO
(-)
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/400
(-)
• Titer H
(-)
(-)
• Titer AH
(-)
(-)
• Titer BH
(-)
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
1
110/80 ↓
38,4 ↓
28 ↑
94
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009)
2
3
105/70 ↓
100/70 ↓
37,5 ↓
37,6 ↓
34 ↑
27 ↑
68
89
Nilai Normal
4
100/80 ↓
37
24 ↑
100
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
131
Terapi
Nama Obat
Infus RL
Injeksi Taxegram® (Cefotaxime)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Vomceran® (Ondansetron)
Dexanta®
Cefat® (Cefadroxil)
Suldox® (Fansidar)
Assessment
Plan
-
Dosis
10 tts/mnt
2 x 500 mg
3 x 500 mg
2 x 1 cc
1 cc / 8 jam
500 mg / 8 jam
3 x ½ amp
3 x 1 sdt / hari p.o.
2 x 1,5 sdt / hari p.o.
1 x 1½ tab / hari p.o.
Tanggal Pemberian
1, 2, 3, 4
1
2, 3
1
1
2, 3
2, 3
2
4
2, 3, 4
132
Tabel XLVIII. Kajian DRPs Kasus 39 Demam Tifoid pada Pasien Anak
di RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002641
Dirawat pada tanggal 02/06/2009 – 04/06/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : WH, perempuan, 6 tahun. BB : 22 kg. Keluhan utama : demam, pusing, mual, muntah, perut
terasa sakit dan nafsu makan berkurang. Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien
keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009)
Parameter
Nilai Normal
2
Hematologi
Hemoglobin
12,2
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
4.100 ↓
5.000-10.000 /µl
Trombosit
147.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
39,5
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
0↓
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
57
50-70 %
• Neutrofil segmen
40
20-40 %
• Limfosit
3
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/400
(-)
• Titer BO
1/100
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/200
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
2
100/80 ↓
37,6 ↑
32 ↑
68
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009)
3
110/70 ↓
37
27 ↑
70
Nilai Normal
4
105/70 ↓
36,5
23 ↑
87
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
133
Terapi
Nama Obat
Infus KAEN 3B
Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone)
Injeksi Antrain® (Metamizole)
Injeksi Invomit® (Ondansetron)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Cefat® (Cefadroxil)
Imboost®
Suldox® (Fansidar)
Assessment
Plan
-
Dosis
16 tts/mnt
2 x 750 mg
1x1g
3 x 0,5 cc
2 x ½ amp
2 x ½ amp
2 x 1,5 sdt / hari p.o.
2 x 1 sdt / hari p.o.
1 x 1½ tab / hari p.o.
Tanggal Pemberian
2, 3
2
3
2, 3
2, 3
2, 3
4
4
2, 3
134
Tabel XLIX. Kajian DRPs Kasus 40 Demam Tifoid pada Pasien Anak di RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
No. RM 002976
Dirawat pada tanggal 23/06/2009 – 25/06/2009 (LRI 2 hari)
Subjective
Pasien : HI, laki-laki, 6 tahun. BB : 18 kg. Keluhan utama : demam, lemah, muntah dan nyeri perut.
Diagnosa utama : demam tifoid dan malaria. Keadaan pasien keluar : membaik.
Objective
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009)
Parameter
Nilai Normal
23
Hematologi
Hemoglobin
11,7 ↓
♂ 13-16 g/dl; ♀ 12-14 g/dl
Eritrosit
♂ 4,5-5,5juta/µl; ♀ 4-5 juta/µl
Leukosit
6.500
5.000-10.000 /µl
Trombosit
173.000
150.000-400.000 / µl
Hematokrit
35,7 ↓
♂ 40-48 %; ♀37-43 %
LED
22 ↑
♂ < 10 mm; ♀ < 15 mm
Hitung jenis leukosit
0
0-1 %
• Basofil
1
1-3 %
• Eosinofil
0↓
2-5 %
• Netrofil batang
74 ↑
50-70 %
• Neutrofil segmen
23
20-40 %
• Limfosit
2
2-8 %
• Monosit
Mikrobiologi
Malaria
(+) p. vivax
(-)
Imunologi/serologi
Tes Widal
1/200
(-)
• Titer O
1/100
(-)
• Titer AO
1/100
(-)
• Titer BO
(-)
(-)
• Titer CO
1/200
(-)
• Titer H
1/100
(-)
• Titer AH
1/100
(-)
• Titer BH
1/100
(-)
• Titer CH
Tanda Vital
Tekanan Darah
Suhu
Respirasi
Nadi
23
110/90 ↓
39 ↑
26 ↑
90
Tanggal Pemeriksaan
(Juni 2009)
24
110/80 ↓
37,5 ↑
24 ↑
77
Nilai Normal
25
100/70 ↓
36,7
24 ↑
88
120/80 mmHg
36-37,4 0C
20X/ menit
50-100X / menit
135
Terapi
Nama Obat
Infus KAEN 3B
Injeksi Terfacef® (Ceftriaxone)
Injeksi Novalgin® (Metamizole)
Injeksi Invomit® (Ondansetron)
Injeksi Acran® (Ranitidine)
Imboost Force®
Suldox® (Fansidar)
Assessment
Plan
-
Dosis
20 tts/mnt
2 x 750 mg
3 x 0,5 cc
3 x ½ amp
½ amp / 12 jam
2 x 1 sdt / hari p.o.
1x1½ tab / hari p.o.
Tanggal Pemberian
23, 24
23, 24
23
23
23, 24
23, 24
23, 24
136
Lampiran 2. Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama Rawat Inap
1. Sistem Gastrointestinal
Golongan obat
Antasid,
antirefluks,
dan
antiulserasi
Regulator
GIT,
antiflatulen,
dan
antiinflamasi
Antidiare
Antiemetik
Zat aktif
Bentuk
sediaan
Jenis obat
Acran®
Ranitidine
Ratan®
Koloidal
Al(OH)3,
Mg(OH)2,
Simethicone
Lansoprazole
Dexanta®
larutan
IV
larutan
IV
larutan
IV
suspensi
Lapraz®
kapsul
Ranitidine HCl
Hexer®
Metoclopramide
HCl
Mg trisilicate,
Koloidal
Al(OH)3,
Simethicone
Domperidone
Kaolin, Pectin
Piralen
®
larutan
IV
suspensi
Sanmag®
Vomerin®
suspensi
®
Neo Kaolana
Ondansetron
Vomceran
Ondansetron HCl
dihydrate
Invomit®
suspensi
®
larutan
IV
larutan
IV
Jumlah obat
dalam kasus
(n=87)
Persentase
(%)
15
17,2
9
10,3
11
12,6
16
18,4
1
9
1,2
10,3
6
6,9
1
2
14
1,2
2,3
16,1
3
3,4
Jumlah obat
dalam kasus
(n=6)
Persentase
(%)
1
2
1
1
16,7
33,3
16,7
16,7
2. Sistem Pernafasan
Golongan obat
Batuk dan
pilek
Zat aktif
Ambroxol HCl
Jenis obat
Epexol®
sirup
®
Ambroxol HCl
Mucopect
Bromhexine HCl
Mucohexin®
Succus liquiritiae,
Ammon Cl, Anise
oil, Peppermint oil,
Lemon lime flavor,
Bentuk
sediaan
OBH Berlico
eliksir
eliksir
®
sirup
137
Golongan obat
Zat aktif
Jenis obat
Bentuk
sediaan
Jumlah obat
dalam kasus
(n=6)
Persentase
(%)
1
16,7
Jumlah obat
dalam kasus
(n=55)
Persentase
(%)
2
3,6
19
34,5
25
45,4
4
1
1
2
1
7,3
1,8
1,8
3,6
1,8
Jumlah obat
dalam kasus
(n=2)
Persentase
(%)
1
50
1
50
Jumlah obat
dalam kasus
(n=102)
Persentase
(%)
26
25,5
Ethanol 96%
Promethazine HCl,
Ekatripecac,
Sulfoguaiacolate,
Na citrate, Menthol
Prome®
sirup
3. Sistem Saraf Pusat
Golongan obat
Zat aktif
Jenis obat
Ansiolitik
Diazepam
Stesolid®
Analgesik
(non opiat)
dan antipiretik
Metamizole Na
Antrain®
Obat Anti
Inflamasi Non
Steroid
(OAINS)
Pamol®
supposito
ria
larutan
IV
larutan
IV
sirup
Sanmol®
tablet
Flamar®
emulgel
Novalgin®
Paracetamol
Diclofenac Na
Ibuprofen
Bentuk
sediaan
®
Bufect
suspensi
®
Bufect Forte
4. Hormon
Golongan obat
Kortikosteroid
Zat aktif
Jenis obat
Dexamethasone
Cortidex®
Dexamethasone
Na phosphate
Dexa-M®
Bentuk
sediaan
larutan
IV
larutan
IV
5. Antiinfeksi (sistemik)
Golongan obat
Zat aktif
Kloramfenikol
Chloramphenicol
Jenis obat
Colsancetine®
Bentuk
sediaan
serbuk
138
Golongan obat
Zat aktif
Jenis obat
Bentuk
sediaan
i.v.
Chloramphenicol
palmitate
Chloramphenicol
sirup
1
1
Chloramex®
1
1
Thiamphenicol
Biothicol®
serbuk
i.v.
kapsul
2,9
3,9
Thiamycin®
sirup
kering
sirup
3
4
2
3
2
2,9
3
2
17
2,9
2
16,7
5
4,9
2
2
1
1
kapsul
Antibiotika
lain
Antimalaria
Persentase
(%)
Na succinate
sirup
forte
kaplet
Sefalosporin
Jumlah obat
dalam kasus
(n=102)
®
Cefotaxime Na
Taxegram
Ceftriaxone
Terfacef®
Cefadroxil
monhydrate
Metronidazole
Cefat®
Chloroquine
disulphate
Pyrimethamine,
Sulfadoxine
Chloroquine
diphosphate
Chloroquine
Nidazole®
serbuk
i.v.
serbuk
i.v.
sirup
kering
tablet
8
7,8
Suldox®
larutan
i.v.
tablet
15
14,7
Malarex®
tablet
9
8,8
Jumlah obat
dalam kasus
(n=1)
Persentase
(%)
1
100
6. Vitamin dan mineral
Golongan obat
Zat aktif
Vitamin dan /
atau mineral
Vit A, Vit B1, Vit
B2, Vit B6, Vit
B12, Vit C, Vit D,
Nicotinamide, Ca
pantothenate,
Choline, Inositol,
Ca gluconate, Ca
hypophosphite,
Na
hypophosphite,
Ilysine
Jenis obat
Elkana®
Bentuk
sediaan
sirup
139
7. Nutrisi
Golongan obat
Elektrolit
Perangsang
nafsu makan
Suplemen dan
terapi
penunjang
Zat aktif
NaCl, KCl, CaCl2,
Na lactate, water
for injection
NaCl, water for
injection
Na, K, Cl,
Lactate, Glucose
Vit B1, Vit B2, Vit
B6, Vit B12, βcarotene,
Dexpanthenol,
Curcuminoid, Ca
gluconate
Echinacea, Zn
picolinate
Echinacea
purpurea, Black
elderberry extr,
Zn picolinate
Jenis obat
Bentuk
sediaan
Jumlah obat
dalam kasus
(n=50)
Persentase
(%)
Infus RL
larutan
infus
26
52
Infus D5+¼NS
2
4
9
18
Curvit®
larutan
infus
larutan
infus
sirup
3
6
Imboost®
sirup
8
16
2
4
Jumlah obat
dalam kasus
(n=8)
Persentase
(%)
8
100
Infus KA-EN 3B
Imboost Force®
8. Larutan Intravena dan steril lain
Golongan obat
-
Zat aktif
Dextrose
monohydrate
Jenis obat
Infus Ds 5%
Bentuk
sediaan
larutan
infus
140
Lampiran 3. Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Pihak RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang
141
BIOGRAFI PENULIS
Emilda Putri Pratiwi, lahir di Ketapang pada tanggal 18
Januari 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari
pasangan
Yohanes
Djadjah,
B.A.
dan
Chatarina
Mudjiati. Penulis telah menempuh pendidikan di Taman
Kanak-kanak Persit Candra Kirana Ketapang pada tahun
1992-1993. Kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar
Pangudi Luhur Santo Yosef Ketapang pada tahun 19931999. Pada tahun 1999-2002, penulis menempuh Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Pangudi Luhur Santo Albertus Ketapang. Penulis kemudian melanjutkan studi di
Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang pada tahun 20022005 dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tahun 2005.
Download