PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BESARNYA GAJI TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PT. TELKOM BEKASI Nurdin Abstract. This study aims to determine the magnitude of the influence of leadership style and the amount of salary to the effectiveness of the work. The population of this study are employees of PT. Telkom in Bekasi, amounting to 160 people. Study sample as many as 50 people taken at random. Leadership has a significant influence on the effectiveness of the work. The results of data processing, t hitung value = 2.520,> the value of a tTable on 5% = 2.045. The amount of salary has a significant influence on the effectiveness of the work. Data processing results obtained t hitung value = 17.471> tTable value at 5% = 2.045. The results of this study indicate that leadership style and the amount of salary together have a significant influence on the effectiveness of the work. The results of processing data values of determination coefficient (R2) of 0.907% means that the effectiveness of work influenced by the style of leadership and large of salary, while the remaining 9.3% influenced by other factors not analyzed. Keywords: leadership style, Salary, and effectiveness Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan dan besarnya gaji terhadap efektivitas kerja. Populasi penelitian ini adalah karyawan PT. Telkom di Bekasi yang berjumlah 160 orang. Sampel penelitian sebanyak 50 orang yang diambil secara acak. Kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja. Hasil pengolahan data, nilai thitung = 2,520, > nilai ttabel pada 5 % = 2,045. Besarnya gaji mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja . Hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung = 17,471 > nilai ttabel pada 5 % = 2,045. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan besarnya gaji secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja. Hasil pengolahan data nilai koefisien determinasi (R 2) sebesar 0,907% artinya efektivitas kerja dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan besarnya gaji, sedangkan sisanya 9,3 % dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dianalisis. Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Gaji dan Efektivitas Kerja Dalam pelaksanaan proyek, pegawai sebagai pelaksana sehari-hari sangat diharapkan mempunyi tanggung jawab mengenai tugas yang diberikan kepadanya. Untuk itu mereka dituntut bekerja dengan baik supaya efektivitas kerjanya dapat ditingkatkan. Selain itu, pegawai dituntut memiliki kemampuan yang tinggi, di antaranya adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Dari segi pengelolaan proyek, karyawan sering menghadapi kendala di antaranya adalah keterbatasan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. sering salah imformasi, material sering terlambat, dan kurangnya fasilitas pendukung, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sehingga tugas yang diberikannya tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dengan melihat tugas yang beragam ini, pegawai dituntut memiliki kemampuan yang beragam, di antaranya adalah kemampuan mengelola pekerjaan dengan berbagai pihak, mengkomunikasikan kebijakan pimpinan proyek kepada pelaksana proyek. seperti memperhatikan spesipikasi teknis, para pegawai diharapkan dapat memperhatikan batas waktu, penggunaan material yang ada, pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak, adanya pekerjaan tambahan, adanya perubahan bentuk bangunan dan berbagai kendala yang lainnya sehingga karyawan kehilangan konsentrasi untuk tugas-tugas yang mereka tangani. Akhirnya penyelesaian proyek menjadi mundur dari yang dijadwalkan sehingga biaya proyek menjadi bertambah. Untuk dapat menanggulangi problema yang dihadapi para pegawai, maka diperlukan upaya untuk melihat hal-hal apa saja yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat sukses dalam melaksanakan tugasnya. salah satu cara untuk mengatasi kendala ini, perlu dilakukan penelitian yang berhubungan dengan hal yang memungkinkan seseorang dapat bekerja efektif. Perumusan Masalah (1) Apakah gaya kepe-mimpinan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT Telkom? (2) Apakah besarnya gaji memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT Telkom? (3) Apakah gaya kepemimpinan dan besarnya gaji secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT Telkom? Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi pimpinan proyek untuk membantu memecahkan masalah guna meningkatkan efektivitas kerja karyawan, Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan kepada pimpinan proyek sebagai pedoman dalam pelaksanaan proyek. KAJIAN LITERATUR Efektivitas Kerja Karyawan Efektivitas adalah suatu keadaan bahwa peralatan, metode dan sumber daya manusia yang digunakan dengan cara yang sesuai untuk mencapai tujan yang dikehendaki (Howard, 2001:3, http//:www.Mng,.Djbet.com.2001). Menurut Prokopenko (1987: 5), “ Efektivitas adalah membandingkan apa yang hendak dicapai dengan apa yang diperoleh. Dalam hal ini, jika seseorang telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosudur dalam mencapai sasaran yang dikehendaki, maka orang itu dapat dikatakan bekerja dengan efektif. “ Untuk mengembangkan efektivitas kerja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) pernyataan visi, (2) prinsip-prinsip, (3) nilai-nilai, dan (4) pernyataan misi (Lewis, 1994: 206). Dalam hal tingkat efektivitas kerja seseorang ditentukan oleh penggunaan potensi diri yang dimilikinya melalui penguasaan lapangan, pengembangan diri, dan kemampuan untuk berkordinasi dengan lingkungannya. Dalam hubungan dengan bekerja dikenal pula faktor intern dan ektern. Faktor intern yaitu kemampuan dasar atau faktor bawaan, sedang faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar, termasuk dalam hal ini lingkungan dan teman. Menurut Syamsuddin (2003: 41) motivasi ekstern dapat dikenali dengan mengidentifikasi beberapa indikator yang antara lain: (1) durasinya kegiatan, yaitu berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan, (2) frekuensi kegiatan, yaitu berapa kali kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu, (3) ketetapan, yaitu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan, (4) ketabahan, yaitu kemampuan seseorang dalam menghadapi suatu tantangan untuk mencapai tujuan. (5) devosi (pengabdian), yaitu kemampuan dalam berpikir untuk mencapai tujuan, (6) tingkatan aspirasinya, yaitu rencana yang hendak dicapai, dan (7) arah sikapnya terhadap sasaran, yaitu berpikir positif dalam melaksanakan suatu kegiatan. Untuk dapat mencapai suatu pekerjaan yang efektif, maka perlu ada saling percaya anggota tim yang satu dengan tim yang lainnya (Certo, 1997: 421). Dalam hal ini efektivitas kerja seseorang dilihat dari kemampuannya bekerja dalam tim. Mengenai kerja Stoner dan Freeman (2000: 13) menyatakan bahwa kerja adalah melakukan sesuatu dengan benar. Dalam hal ini bekerja diharapkan dapat menghasilkan sesuatu dengan baik sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Seseorang dapat dikatakan bekerja dengan baik bila ia bekerja dengan efektif, Pengertian efektif di sini menunjuk kepada terlaksananya suatu tugas yang memenuhi persyaratan yang dikehendaki. Sementara menurut Koontz dan Weihrich (Anwar dan Sagala, 2004: 8) menyatakan bahwa pencapaian tujuan yang dimaksud adalah pemenuhan kriteria atas suatu produk yang dihasilkan. Pemenuhan kriteria ini antara lain dapat dilihat dari segi peralatan, metode, skill dan teknologi yang digunakan. Dari segi peralatan, yang perlu diperhatikan apakah perlatan yang digunakan dapat memproduksi produk yang diinginkan, metode atau langkah-langkah kerja (prosedur) yang digunakan demi terlaksananya proses yang tepat, apakah tersedia prosedur kerja baku yang tetap. Skill menunjukkan kepada kemampuan pegawai untuk menggunakan alat dan melaksanakan tugas dengan benar. Teknologi selalau menunjukkan kepada kemudahan dan keanekaragaman kemudahan yang tersedia. Menurut Sunyoto (2004: 5), bekerja adalah derajad pencapaian tujuan Dalam hal ini tingkat penggunaan potensi diri seseorang dibandingkan dengan kapasitas diri seseorang tersebut. Artinya pegawai berusaha dengan baik untuk menggunakan kemampuannya dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pembahasan di atas, maka yang dimaksud dengan efektivitas kerja adalah kemampuan seorang karyawan melaksanakan tugasnya sesuai waktu yang telah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Gaya Kepemimpinan Menurut Wahjosumidjo (2000: 12), kepemimpinan mengandung konotasi yakni menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, dan memberikan bantuan.. Kemudian Nawawi (2001: 87), mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi, dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan. Kepemimpinan menurut Robbins (2000:18) adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Selanjutnya Purwanto (1997: 26) kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat ke- pribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan kepada yang dipimpinnya, agar mau melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, dan penuh semangat. Kemudian menurut Stoner dan Sindoro (2000: 161) kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Kepemimpinan menurut Abor (1994: 32) adalah tindakan atau tingkah laku individu dan kelompok yang menyebabkan individu dan juga kelompok-kelompok untuk bergerak maju, guna mencapai tujuan. Kepemimpinan menurut Wirawan (2002: 18) adalah proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi motivasi, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dari pengikut untuk merealisir visi. Menurut Wahjosumidjo (2002: 57) ada empat macam pendekatan kepemimpinan, yaitu: (1) pendekatan pengaruh kewibawaan (power influence approach), yaitu seorang pemimpin dimungkinkan untuk menggunakan pengaruh yang dimilikinya dalam membina memberdayakan, dan memberi teladan kepada karyawan, (2) pendekatan sifat (the trait approach), yaitu keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadi, melainkan ditentukan pula oleh keterampilan (skill), (3) pendekatan perilaku (the behavior approach), yaitu merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh motivasi dan gaya kepemimpinan, bagaimana cara memberi perintah, membagi tugas dan wewenang, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat dalam bekerja, dan (4) pendekatan situasional (situational approach), yaitu pemimpin berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal. Menurut Stoner dan Gilbert (2003: 67), ”Gaya kepemimpinan adalah suatu pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan kepentingan individual dengan kepentingan organisasi dalam mewujudkan motivasi pegawai yang diharapkan menghasilkan produktivitas.” Gaya kepemimpinan bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja, dan produktivitas kerja yang tinggi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Davis (2000: 27) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas pemegang kewenangan dan pengambilan keputusan. Menurut Terry (2000: 59) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan kegiatan (aktivitas) untuk mempengaruhi kemauan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya Siagian (2003: 67) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah motor penggerak bagi sumber daya manusia dan sumber daya alam lainnya. Selanjutnya, menurut Fairchild dalam Winardi (2000:46-47) kepemimpinan merupakan status kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, biasanya dipengaruhi oleh faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Tracy dalam Hamdani (2005: 67) mengemukakan bahwa kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: (1) conceptual skills, yaitu kemampuan seorang pemimpin melihat organisasi sebagai satu keseluruhan. (2) human skils, yaitu kecakapan pemimpin untuk bekerja secara efektif sebagai anggota kelompok dan untuk menciptakan usaha kerjasama di lingkungan kelompok yang dipimpinnya. dan (3) technical skills, yaitu kecakapan dalam penggunaan fasilitas. Mangkunegara (2000: 21) menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepemimpinan sebagai berikut: (1) proses mempengaruhi orang lain (process of influencing people’s activity), (2) ada sekelompok orang yang dipengaruhi (Potential Followers), (3) kearah suatu tujuan (Toward goal Achievement), dan (4) pada situasi tertentu (In a Given Situation). Keberhasilan suatu organisasi bergantung pada kepemimpianan. Untuk itu dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Pfiffner dan Presthus ( 1989:88) memberikan definisi, bahwa kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi orang lain, baik secara individu maupun kelompok untuk mancapai tujuan yang diinginkan. Sementara Siagian (1992: 58) memberikan definisi, “Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, dalam hal ini bawahan mau dan mampu nelakukan kegiatan-kegitan tertentu, meskipun secara pribadi hal tersebut tidak disenangi.” Kemudian Davis (1977: 107), “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk berusaha meyakinkan orang lain, merealisaikan tugas yang telah ditentukan dengan senang hati ..” Menurut Suradinata (1997:112) ada beberapa fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut: (1) komunikasi, (2) motivasi, (3) disiplin kerja, (4) produktivitas kerja, dan (5) strategi pengambilan keputusan. White dan Lipit dalam Winardi (1993:168) membagi gaya kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) gaya otoriter, yaitu semua policy dilakukan oleh pemimpin., teknik-teknik dan langkah-langkah ditentukan oleh pejabat, dan setiap anggota tidak turut serta dalam partisipasi kelompok, (2) gaya demokrasi, yaitu semua keputusan dirancang oleh pimpinan, pemimpin banyak menyodorkan berbagai alternatif untuk dipilih yang terbaik didasarkan musyawarah kelompok, adanya kebebasan anggota organisasi untuk bekerja sama, dan pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya dan berusaha menjadi anggota kelompoknya, dan (3) gaya laisses faire, yaitu kebebasan kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin, bahan yang disediakan oleh pemimpin apabila ada permintaan dan ia tidak turut ambil bagian dalam diskusi kelompok, pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali, dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian berlangsung. Sujak (2002: 1) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Stoner (1989:13) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan memengaruhi orang lain agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ananda (2007: 3) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses membujuk, menggerakkan dan mengarahkan bawahannya untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama.. Menurut Chapman (Timpale, 2003: 31) ada lima landasan kepemimpinan yang kokoh adalah: (1) cara komunikasi, (2) pemberian motivasi, (3) kemampuan memimpin (4) pengambilan keputusan, dan (5) kekuasaan yang positif. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah seseorang pemimpin yang diberi tugas untuk memimpin karyawan agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Besarnya Gaji Dessler (2000: 85) mengatakan bahwa gaji atau kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan pekerjakannya Selanjutnya dikatakan jenis-jenis rencana insen-tif terbagi menjadi dua yaitu: (a) spot bonus (bonus di tempat), yaitu insentif yang diberikan secara spontan kepada karyawan atas pencapaian produktivitas kerja yang baik. Yang termasuk dalam spot bonus adalah individual incentive programs (program insentif individual). Program insentif individual adalah suatu program yang memberikan pendapatan yang melebihi gaji pokok kepada karyawan yang telah memenuhi standar kerja individual. (b) variable pay (pembayaran variabel), yaitu merupakan pemberian insentif yang didasarkan kepada produktivitas atau keuntungan perusahaan dan biasanya dibayar lumpsum atau sekaligus. Kemudian Amstrong dan Murlis (1994: 7) menyatakan bahwa gaji diartikan sebagai bayaran yang diterima oleh seseorang, tidak termasuk tunjangan lainnya. Dewan Penelitian Pengupahan Nasional (Husnan 2000: 138) mendefinisikan bahwa gaji adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan/ yang telah dilakukan sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Flippo (2001: 75-76) menyatakan bahwa kompensasi adalah harga yang diterima atau diberikan oleh pemberi kerja bagi kepentingan seseorang atau badan hukum. Selanjutnya dikatakan prinsip-prinsip penggajian yang harus diperhatikan antara lain: tingkat inflasi, tanggung jawab pekerjaan, risiko pekerjaan, dan kebutuhan aktualisasi, di samping itu sistem penggajian harus sesuai dengan pekerjaan. Untuk lebih mendorong agar karyawan dapat termotivasi dalam meningkatkan pekerjaan yang telah diberikan kepadanya, maka pemimpim perlu memberikan gaji tambahan di luar gaji pokok (memberikan insentif). Sarwoto (2001: 76) menyatakan bahwa intensif merupakan sarana motivasi dengan memberikan perangsang kepada para pekerja agar dirinya timbul semangat yang lebih besar untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Selanjutnya Hasibuan (2002: 87), insentif merupakan tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila karyawan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik dan sesuai waktu yang telah dientukan, maka karyawan tersebut selayaknya diberikan penghasilan tambahan. Umar (1999: 16) mengatakan bahwa mbalan atau kompensasi yang diterima karyawan dibagi atas dua macam yaitu (a) imbalan financial sesuatu yang diterima karyawan dalam bentuk seperti gaji/upah, bonus, premi, pengobatan, asuransi, dan lain-lain yang sejenis yang dibayar oleh organisasi. (b) imbalan nonfinancial, dimaksudkan untuk mempertahankan dalam jangka panjang seperti penyelenggaraan program-program pelayanan bagi karyawan yang berupaya untuk menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang menyenangkan seperti: program rekreasi, cafetaria dan tempat beribadat. Kompensasi tidak langsung disebut juga jaminan sosial program pelayanan karyawan atau program kesejahteraan karyawan . Dalam suatu organisasi setiap karyawan dalam bekerja selalu mengharapkan imbalan atau hasil kerja yang telah mereka berikan kepada perusahaan. imbalan yang diberikan itu dapat digunakan oleh karyawan beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Nasution (1994: 169) insentif adalah suatu program yang dilaksanakan perusahaan untuk dapat merangsang karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Menurut Hasibuan (1995: 168) gaji adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan balas jasa yang diterima perusahaan. Nawawi (2000: 315) mengatakan gaji merupakan penghargaan para pekerja atau karyawan yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuanya melalui kegiatan yang disebut bekerja. Sementara itu menurut Martoyo (1994: 124) gaji dimaksudkan untuk memberikan insentif yang berbeda, tetapi bukan didasarkan pada evaluasi jabatan, namun ditentukan pada produktivitas kerja. Peterson dan Plowman (Hasibuan, 1989: 78) mengatakan bahwa orang mau bekerja karena: (a) the desire to live artinya keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap orang. Manusia bekerja untuk dapat makan dan makan untuk dapat melanjutkan hidupnya, (b) the desire for possesion artinya keinginan untuk memiliki sesuatu merupakan keinginan manusia yang kedua dan ini salah satu sebab mengapa manusia mau bekerja, (c) the desire for power artinya keinginan akan kekuasaan merupakan keinginan selangkah diatas keinginan untuk memiliki, mendorong orang mau bekerja, dan (d) the desire for recognation artinya keinginan akan pengakuan merupakan jenis terakhir dari kebutuhan dan juga mendorong orang untuk bekerja. Berdasarkan pembahasan di atas, maka yang dimaksud besarnya gaji adalah besarnya imbalan berupa uang dan material yang diberikan oleh pemberi kerja kepada penerima kerja sesuai pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hipotesis Penelitian Hipotessis 1 Ho =Gaya kepemimpinan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektifitas kerja karyawan PT Telkom. H1 = Gaya kepemimpinan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT Telkom Hipotesis 2 Ho = Besarnya gaji tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT Telkom H1 = Besarnya gaji memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT Telkom Hipotesa 3 Ho = Gaya kepemimpinan dan besarnya gaji tidak secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efek-tivitas kerja karyawan PT Telkom H1 = Gaya kepemimpinan dan besarnya gaji secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan PT Telkom METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode korelasional yaitu dapat melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variavbel terikat. Variabel bebas yang dimaksud yaitu x1 (gaya kepemimpinan), x2 (besarnya gaji), sedangkan variabel terikat yaitu efektivitas kerja karyawan Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Bekasi selama 6 bulan yaitu dari Juni sampai dengan November 2011. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telkom sebanyak 60 orang. Sampel peneliti ini sebanyak 50 orang yang diambil secara acak (simple random sampling). Konstalasi Masalah Gambar 1. Konstalasi Masalah Definisi Operasional Efektivitas kerja karyawan adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai kemampuan seorang karyawan melaksana-kan tugasnya sesuai waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Gaya kepemimpinan adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai seorang pemimpin yang diberi tugas untuk memimpin karyawan agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Besarnya gaji adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai besarnya imbalan berupa uang dan material yang diberikan oleh pemberi kerja kepada penerima kerja sesuai pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Pengujian Validitas Untuk menguji validitas dilakukan dengan mencari korelasi dari setiap butir pertanyaan dengan skor totalnya dengan bantuan software SPSS versi 13,0. Pengukuran validitas dengan menggunakan rumus korelasi product moment (pearson correlation) sebagai berikut : r n Σ Xi Yi – (ΣXi) (ΣYi) = _______________________ √[ΣXi2 __ (ΣXi)2] [nΣYi2 __ (Yi)2] Keterangan: Xi = nilai dari X pada i Yi = nilai dari y pada i X = rata-rata dari x Y = rata-rata dari y N = besarnya sampel dari penelitian Semakin kecil kesalahan pengukuran, semakin valid alat pengukur. Besar kecilnya kesalahan pada pengukuran dapat diketahui dari nilai korelasinya. Tarif signifikansi 5 %. Pengujian Reliabilitas. Untuk menguji reliabilitas dari setiap konstrak yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode (Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS versi 13.0). Pengukuran reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut: a = (k ) ( 1 – Σ σ2 item ) k-1 σ2 total Keterangan: a = Croanbach’s Alpha k = banyaknya pertanyaan σ2 item = variance dari pertanyaan σ2 total = variance dari skor Uji Persyaratan Analisis Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Nilai yang umum dipakai adalah nilai tolerance sebesar 0,1 atau sama dengan nilai VIF 10. Rumus yang digunakan untuk melihat Multikolinearitas sebagai berikut: V I F = VAR (β) Σ Xj σ2 Dasar pengambilan keputusan adalah: Jika VIF > 10 berarti terjadi Multikolinearitas. 2. Uji heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas diartikan untuk persyaratan kelayakan model regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara nilai variabel bebas dengan variable terikat. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya Heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur (berge lombang, melebar kemudian menyempit), ini menandakan terjadi Heteroskedastisitas. (2) Jika tidak ada pola yang jelas serta menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka terjadi Heteroskedastisitas. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Uji Regresi Linier Berganda (Multiple Regression) Rumus regresi linier berganda dengan menggunakan persamaaan adalah : a. Jika t-hitung > t-tabel, maka H1 diterima. b. Jika t-hitung < t-tabel, maka H1 ditolak. Y = a + b1X1 + b2X2 + . . . e Keterangan: Y = adalah variabel dependen X1 = adalah variable independent a = adalah bilangan konstan b = adalah koefisien regresi Untuk mencari nilai a dan nilai b dapat digunakan rumus adalah sebagai berikut: Y b X a n n XY X Y b 2 n X 2 X Analisa korelasi digunakan untuk mengetahui erat atau tidaknya hubunganantara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan ada sebagai berikut: r n XY X Y n X 2 X . n X 2 X 2 Uji F Signifikansi Digunakan untuk menguji apakah secara bersama-sama seluruh variabel independent mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent. Dasar pengambil keputusan dengan taraf signifikansi pada alpha 5 % dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika F-hitung > F-tabel, maka H1 diterima. b.Jika F-hitung < F-tabel, maka H1 ditolak. Untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu: F = M ( 1 - R2) R2 (N – m – l) Keterangan: N : Jumlah Subjek (cacah kasus) M : Jumlah variabel prediksi 2 Keterangan: r = adalah koefisien korelasi n = banyaknya sampel x = variabel bebas y = variabel terikat Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji Koefisien Determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat. Besarnya nilaimR2 adalah antara 0 sampai 1. Nilai R2 dapat diperoleh dengan rumus: R2 = (r)2 x 100% R2 = koefisien determin r = koefisien korelasi Uji T Untuk menguji koefisien regresi dilakukan pengujian secara parsial untuk melihat signifikansi dari pengaruh masing-masing variabel independen, variabel dependen dengan mengasumsikan variabel lain adalah konstan. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi pada alpha 5 % dengan ketentuan sebagai berikut: ANALISIS DATA Regresi Linier Berganda. Tabel 1. Persamaan Regresi : Y = a+b1x1+b2x2+…e Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: Konstanta sebesar 0,213 dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan besarnya gaji dianggap konstant (tetap) terhadap efektivitas kerja. Koefisien regresi gaya kepemimpinan sebesar 2,520 menunjukkan bahwa pengaruh gaya kepemimpinan terhadap efektivitas kerja adalah positif. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan pada 5 % = 2,045.3. Koefisien regresi besarnya gaji sebesar 17,471 menunjukkan bahwa pengaruh besarnya gaji terhadap efektivitas kerja karyawan adalah positif. Berdasarkan nilai koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa besarnya gaji memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan pada 5 % = 2,045. Koefisien Determinasi. Model Summaryb Model 1 R .953a R Square .907 Adjusted R Square .903 St d. Error of the Estimate .10536 DurbinWat son 2.655 a. Predictors: (Constant), GAJI , KEPEMIMPI NAN b. Dependent Variable: KERJA ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 5.108 .522 5.630 df 2 47 49 Mean Square 2.554 .011 F 230.085 Sig. .000a a. Predictors: (Const ant), GAJI, KEPEMIMPINAN b. Dependent Variable: KERJA Sumber : SPSS 13 Berdasarkan analisis di atas, diketahui nilai R = 0,953 menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan besarnya gaji memberikan hubungan yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan. Berdasarkan nilai R2 = 0,907 atau 90,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dan besarnya gaji memberikan kontribusi pengaruh sebesar 90,7 %, sedangkan sisanya 9,3% (100% 90,7 %) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisa dalam penelitian ini. Kesimpulan Hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung sebesar 2,520, sedangkan nilai ttabel pada 5 % sebesar 2,045. jadi nilai thitung = 2,520 > ttabel = 2,04. berarti H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan memberi pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kinerja.karyawa. Hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung sebesar 17, 471, sedangkan nilai tlabel pada 5 % sebesar 2,045 maka nilai thitung = 17, 471 > t tabel = 2,045. berarti H1 diterma, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya gaji memberi pengaruh yang signifikan terhadap efwektivitas kinerja karyawan. Hasil pengolahan data diperoleh nilai koefisien determinasi (R) sebesar 0,953, sedangkan nilai (R2) sebesar 0,907 atau 09,7 %, ini berarti gaya kepemimpinan dan besarnya gaji secara bersama-sama memberi pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan. Dan sebanyak 9,3 % ( 100 % - 90,7 % ) yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Saran-saran Gaya kepemimpinan perlu ditingkatkan dan disesuaikan di lingkungan kerja, supaya karyawan dapat bekerja dengan tenang. Gaji perlu ditingkatkan sesuai dengan hasil kerja mereka, supaya karyawan dapat bekerja dengan baik. Menyediakan fasilitas yang lengkap sehingga karyawan dapat bekerja lebih efektif. DAFTAR PUSTAKA Certao, Samuel C. 1977. Modern Managemnt. New Jerse: Prentice-Hall International, Inc. Davis, Keith,. 1997. Human Relation at Work. Tokyo: Kogakusha Company. Effendi,Wirawan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.. Jakarta: Grasindo. Freeman dan Stoner. 1992. Manajemen. Jakarta: Erlangga. Flippo, Edwin B. 2001. Manajemen Personalia. Diterjemahkan oleh Moh. Masud. Jakarta: Erlangga. Fiffner, John M. And Robert . Prestus. 1967. Public Administration. New York: Ronal Press. Garry, Abor. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :Index. Hasibuan, Sadar Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi Aksara. Howard, John. Doing Job Better. 2001. http:www. Mng.Djbet. Com. Hamdani. 2005. Kepemimpinan Transformasional. Jakarta: Rineka Cipta. James A.F. Stoner. 2000 . Manajemen. Jakarta: Index. Koontz, Harorld and Heinz Weihrich 1988. Management. Singapoe: Mc-GrawHill International Lewis, Ralph G, and Douglas H, Smith, 1994 Total Quality in Higher Education, Florida. St.Lucie Press. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan., Bandung: Remaja Roosdakarya. Mulia Nasution. 1994. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga. Nawawi dan Hadari. 2000,.Manajemen Sumber Daya Manusia, Untuk Bisnis Kompetitif. Yogyakarrta: Universitas Press. Nawawi, Manajemen. 200.4 Sumber Daya Manusia Perusahaa. Bandung: Remaja Roosdakarya. Purwanto. 1994. Organisasi dan Manajemen Perilaku. Jakarta: Erlangga. Prokopenko, Joseph. 1987. Produktivity Management. A Practical hand book: Switcherland International Labour Orgaization. Robins and Steven. 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers. Sagala dan Anwar. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Soesilo Martoyo.1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE . Sunyoto. 2003. Meningkatkan Jumlah Dan Mutu Pelanggan. Jakarta: Damar Mulia Pustaka. Siagian, Sondang.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Akasara. Stoner, James A, F and R. Edward Freeman, 2000 Management, New Jersey: Prentice-Hall International Edition. Surya Dinata dan Ermaya. 1995 Psikologi kepegawaian dan Peran Pemimpin Dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Ramadhan. Sujak.2002. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Syamsuddin, Sadili. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Pustaka Setia. Terry, GR. 2000. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty. Umar Husein. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.