penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

advertisement
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE ( TPS )
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS III SDN 011 BUKIT KAPUR.
Efrida , Mahmud alpusari , Munjiatun
[email protected] +6281378123134
Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru
Abstract : This study is based on the results of the low third-grade students learn
science SDN 011 Bukit Kapur Dumai. Average science student learning outcomes at
the beginning of the data was 70.09. The design of this study was classroom action
research that aims to improve the learning outcomes of third-grade students of SDN
011 Bukit kapur by applying the learning model of type kooperatis Think Pair Share
(TPS). The research was conducted in April 2014. Subjek this study was third grade
students of SDN 011 Bukit kapur school year 2013/2014 the number of students 32.
Average student learning outcomes in daily test cycle I was 77.65 and 81.40 in the
second cycle increases. Classical completeness of students on daily test cycle I 56.25%
and increased the daily test II to 90.62% classically been completed. For all teachers
in the first cycle the first meeting is 66.66%. and the first cycle of the second meeting
be 87.50%. In the second cycle is 100% the first meeting and the second meeting of the
second cycle remains 100%. For a student activity meeting the first cycle I is 70.83%
and the second meeting of the first cycle increased to 83.33%. At the first meeting of
the second cycle increased 87.5% and the second meeting on the second cycle
increases to 100%. From these results it can be concluded that the application of
cooperative learning model Think Pair Share (TPS) can improve the learning
outcomes of third-grade students of SDN 011 Bukit kapur.
Keywords: Cooperative Learning Model Type Think Pair Share (TPS), Learning Outcomes.
2
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE ( TPS )
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS III SDN 011 BUKIT KAPUR.
Efrida , Mahmud alpusari , Munjiatun
[email protected] +6281378123134
Progran Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru
Abstrak, Penelitian ini dilandasi oleh rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas III SDN
011 Bukit Kapur Dumai. Rata – rata hasil belajar IPA siswa pada data awal adalah
70,09. Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 011 Bukit Kapur dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS ). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan april 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN
011 Bukit Kapur tahun pelajaran 2013 / 2014 dengan jumlah siswa 32 orang. Rata rata hasil belajar siswa pada ulangan harian siklus I adalah 77,65 dan pada siklus II
meningkat 81,40. Ketuntasan klasikal siswa pada ulangan harian siklus I 56,25% dan
meningkat pada ulangan harian II menjadi 90,62% secara klasikal sudah tuntas. Untuk
aktivitas guru pada siklus I pertemuan I adalah 66,66%. dan siklus I pertemuan II
menjadi 87,50%. Pada siklus II pertemuan I adalah 100% dan siklus II pertemuan II
tetap 100%. Untuk aktivitas siswa siklus I pertemuan I adalah 70,83% dan siklus I
pertemuan II meningkat menjadi 83,33%. Pada siklus II pertemuan I meningkat 87,5%
dan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100%. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share ( TPS ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 011 Bukit Kapur.
Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS ), Hasil Belajar.
3
PENDAHULUAN
Tugas dan peranan guru sebagai tenaga pendidik yang professional
sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya proses belajar
mengajar. Dalam pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah,terdapat beberapa
aspek kemampuan yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam mengajar, agar
kegiatan belajar mengajar dapat efektif. Mengajar yang efektif tergantung pada tiga
hal yaitu: kepribadian guru metode yang dipilih, pola tingkah laku dan kompetensi
yang relevan. Dalam sistem belajar mengajar mencerminkan komunikasi dua arah
(two way traffic).Hal ini menuntut guru untuk mampu memilih metode belajar yang
tepat.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja
tetapi merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta
pengembangan lebih lanjut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan mengenai alam sekitar secara ilmiah.
Memperhatikan tujuan mata pelajaran IPA, sebaiknya penyelenggaraan
pembelajaran IPA mampu mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan
peserta didik yang menguasai pengetahuan sikap, nilai dan kecakapan dasar yang
diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Untuk menunjang tercapainya tujuan
tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran
yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
keberhasilan dan kegairahan siswa. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan
model pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan di SD Negeri 011 Bukit
Kapur, pada mata pelajaran khususnya di kelas III ditemukan bahwa hasil belajar
siswa pada umumnya rendah. Siswa tidak terlibat langsung dalam proses,
pembelajaran siswa tidak merasa tertantang, pelajaran IPA ini terkesan sangat
membebankan bagi siswa dan bila dibagi dalam beberapa siswa saja yang terlibat
langsung sedangkan siswa yang lain hanya diam. Hal ini terbukti dari hasil ulangan
harian siswa kelas III yang masih berada di bawah standar ketuntasan belajar minimal
(SKBM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.
Tabel.1Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN 011 Bukit Kapur
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Rata-Rata
Tuntas
Tidak Tuntas
32
70.09
43,75%
56,25%
Dari tabel di atas secara umum, sudah seharusnya materi pada mata pelajaran
IPA dikuasai oleh siswa. Namun kenyataan,khususnya di kelas III SD Negeri 011
Bukit Kapur hasil belajar IPA Siswa rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai IPA siswa
dengan nilai rata-rata 70.09. Persentase siswa yang mencapai SKBM dari 32 orang
siswa hanya (43,75%). Dengan demikian jumlah siswa yang tuntas hanya 14 orang,
sedangkan sisanya 18 orang (56,25%) dinyatakan tidak tuntas.
4
Berkaitan dengan hasil belajar IPA Kelas III SD Negeri 011 Bukit Kapur
tersebut, penulis menemukan suatu permasalahan selama proses pembelajaran yaitu
pengajaran masih berpusat pada guru dan guru kurang melibatkan siswa dalam belajar.
Umumnya guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa kurang dilibatkan
secara langsung untuk menentukan sendiri dan mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya.
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA guru SD Negeri 011 Bukit Kapur telah
dilakukan usaha-usaha perbaikan. Adapun usaha-usaha yang dilakukan guru adalah
menerapkan pembelajaran kelompok dan pemberian tugas rumah. Belajar kelompok
tidak berjalan semestinya karena didiminasi oleh siswa yang pintar. Sedangkan
tuntutan dari pembelajaran tidak hanya hasil tapi juga proses artinya keaktifan siswa
dituntut dalam menggali dan membangun pengetahuan dalam menemukan suatu
konsep pembelajaran.Oleh karena itu, penulis menerapkan suatu model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) yang dapat memudahkan siswa untuk
menemukan dan mengertikan konsep-konsep dalam materi pembelajaran IPA.
Pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk saling membantu
dan bekerjasama satu sama lain dam memungkinkan siswa lebih bersemangat dalam
belajar. Sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan suatu penelitian sebagai
upaya untuk melakukan perbaikan terhadap pembelajaran sebelumnya dengan judul
“penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN 011 Bukit kapur”. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS ) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas III SDN 011 Bukit Kapur ?.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA
siswa Kelas III SDN 011 Bukit Kapur dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Manfaat penelitian :
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan keaktifan siswa
c. Melatih kemampuan berpikir siswa
d. Melatih rasa tanggung jawab siswa
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai motivator, fasilitator yang lebih baik dan
salah satu alternatif pembelajaran IPA kelas III di SD Negeri 011 Bukit Kapur
3. Bagi sekolah, dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD Negeri 011 Bukti Kapur
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah wawasan dalam penerapan
pembelajaran kooperatif, menjadi landasan berpijak dalam rangka menindak
lanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.
Strategi Tipe Think Pair Share(TPS) atau berpikir berpasangan berbagai
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Arends (dalam Trianto.2007:61) menyatakan bahwa Tipe Think
Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pada diskusi kelas.
5
Kelebihan Pembelajaran Tipe Think Pair Share(TPS)
a. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir menjawab dan saling
membantu satu sama lain.
b. Meningkatkan partisipasi akan sosok untuk tugas sederhana
c. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok
d. Interaksi lebih mudah
e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknyaSeorang siswa juga dapat
belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didistribusikan
sebelum disampaikan didepan kelas.
f. Dapat memperbaiki rasa percaya diri pada semua siswa siswa diberi
kesempatan untuk berpatisipsi dalam kelas.
g. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam
komunikasi antara salah satu dengan yang lain serta bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil
h. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi
secara kelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya.
Hasil belajar IPA adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dilakukan
proses belajar mengajar dan dinyatakan dengan skor, nilai, hasil tes dan sebagai nilai
standar diharapkan setelah penggunaan model mengajar dalam pembelajaran. Dengan
demikian hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah skor nilai yang diperoleh siswa
setelah penerapan pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share(TPS).
Hubungan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) dengan hasil
belajar. Pembelajaran Tipe Think Pair Share(TPS) menuntut siswa untuk memecahkan
persoalan IPA yang diberikan oleh guru menjadi lebih baik, karena tidak hanya
menyelesaikan persoalan secara individu tetapi juga bisa di selesaikan secara
kelompok yang kemudian bisa diselesaikan kembali oleh kelompok lain untuk
mementukan apakah jawaban dari kelompok sebelumnya benar atau tidak.
Sesuai dengan yang dipelajari yaitu Think (berpikir), Pairs (berpasangan),
Share (berbagi). Siswa dituntut untuk berpikir bukan hanya secara individu tetapi juga
dilakukan secara kelompok dimana hasil yang diperoleh tiap kelompok didiskusikan
kembali pada kelompok lain. Hal tersebut meningkat hasil belajar IPA siswa, karena
siswa diberikan kemudahan dalam menyelesaikan persoalan secara berkelompok,
kemudian dapat melakukan sharing dengan kelompok lain sehingga efektifitas siswa
dapat tercapai.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua siklus. Berikut model rancangan
dan penjelasan untuk masing – masing tahap penelitian yang dilaksanakan.
6
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
?
Pengamatan
Pelaksanaan
Gambar 1. Bagan Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto,
2008:16)
Instrumen penelitian terdiri dari: (1) Silabus berfungsi untuk mengetahui
kemajuan hasil belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan
balik dan motivasi siswa untuk belajar lebih baik, (2) Rencana Pelaksanaan
Pemelajaran (RPP) gambaran tentang prosedur dan manajemen pembelajaran untuk
mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh kurikulum dan
dijabarkan kedalam Silabus, (3) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu sarana
yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum
tersebut untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
Teknik pengumpulan data terdiri dari : Teknik pengamatan aktivitas guru dan
siswa. Pengamatan dilakukan dengan mengawasi aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuan dengan mengisi lembar pengamtan
yang telah disediakan. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah dilaksanakan tindakan.Data tentang hasil belajara IPA siswa dikumpulkan
melalaui tes hasill belajar IPA.Tes hasil belajar IPA diberikan kepada siswa yang
mengikuti penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada
materi Pelestarian Sumber Daya Alam.
Teknik analisis data yaitu : analisis data tentang aktivitas siswa dan guru,
analisis data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan pada hasil yang diperoleh
melalui lembar pengamatan dengan cara menentukan rata – rata yang diperoleh selama
proses pembelajaran langsung dengan melihat kesesuaian perencanaan dan
pelaksanaan tindakan. Aktivasi guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar
dilakukan pada observasi dengan rumus :
୎ୗ
NR = ୗ୑ ‫ ݔ‬100%
Keterangan : NR = Presentase rata-rata aktivitas (guru/siswa).
JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan.
SM = Skor maksimal yang didapat dari aktivitas guru/siswa
7
Tabel.2 Aktivasi Guru dan Siswa
% Interval
Kategori
81 – 100
Amat baik
61- 80
Baik
51 - 60
Cukup
Kurang dari 50
Kurang
Keterangan:
Analisis keberhasilan tindakan siswa ketuntasan individu digunakan rumus:
PK=SP x 100% (Purwanto, 2004:102)
SM
Keterangan:
K
= Persentase ketuntasan individu
SP
= Skor yang diperoleh siswa
SM
= Skor maksimum
Analisis data tentang ketercapaian KKM dilakukan dengan cara mebandingkan
hasil belajara. IPA siswa pada materi pokok pelestarian sumber daya alam setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Siswa yang
dinyatakan mencapai Kriteria ketuntasan minimum apabila nilai hasil belajar ≥ 75%.
Apabila hasil belajar siswa terjadi peningkatan setelah tindakan dilaksanakan waktu
tindakan yang kita laksanakan berhasil. Namun apabila terjadi sebaliknya, yaitu nilai
hasil belajar siswa lebih rendah satu sama dengan sebelum dilaksanakan tindakan,
maka dapat dikatakan tindakan kita tersebut belum berhasil. Ketuntasan belajar siswa
(individu) dapat dihitung dengan rumus:
ୖ
S = ୒ ‫ ݔ‬100 ( Purwanto.1984 : 112 )
Keterangan :
S
= Nilai individu
R
= Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.
N
= Skor maksimal dari tes tersebut.
Ketuntasan belajar secara klasikal bisa tercapai persentase 75% dari seluruh
siswa yang memperoleh nilai minimal 75 maka kelas itu dikatakan tuntas. Untuk
menghitung presentase ketuntasan belajar secara klasikal dapat digunakan rumus :
ୗ୘
PK = ୒ ‫ ݔ‬100 % ( Syahrifuddin dkk.2013 : 116 )
Keterangan :
PK
= Ketuntasan klasikal
ST
= Jumlah siswa yang tuntas
N
= Jumlah seluruh siswa
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan rumus :
P=
‫ ݔ‬100 %
஻௔௦௥௔௧௘
Keterangan :
P
= Persentase peningkatan
Posrate
= Nilai sesudah diberikan tindakan
௉௢௦௥௔௧௘ି஻௔௦௥௔௧௘
8
Basrate
= Nilai sebelum tindkan (Zainal Aqib,2011)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan bentuk penelitian tindakan kelas ( PTK )
dengan menggunakan model pembelajaran TPS terdiri dari dua siklus untuk setiap
siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan dengan dua kali ulangan harian.
Tabel.3 Rata-rata presentase aktivitas guru dengan menggunakan model pembelajaran
tipe Think Pair Share
Siklus I
Siklus II
No.
Aspek
Pertemuan I
Pertemuan II Pertemuan I
Pertemuan II
1
Jumlah
16
21
24
24
2
3
Persentase
Kategori
66,66%
Baik
87,50%
Amat baik
100%
Amat baik
100%
Amat baik
Pada setiap pertemuan aktivitas guru meningkat. Pada siklus I pada pertemuan
I rata – rata 66,66%, pada pertemuan ke II 87,50%. Demikian juga pada siklus II
pertemuan I dan II aktivitas guru rata – rata 100%.
Tabel.4 aktivitas Siswa
Siklus I
No.
Siklus II
Aspek
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan I
Pertemuan II
1
Jumlah
17
20
21
24
2
Persentase
70,83%
83,33%
87.5%
100%
3
Kategori
Baik
Amat baik
Amat baik
Amat baik
Tabel 4 dapat diketahui persentase aktivitas belajar siswa kelas III SDN 011
Bukit kapur tahun ajran 2013-2014 setiap pertemuan pada siklus I mengalami
peningkatan. Pertemuan pertama aktivitas siswa di kategori baik dengan persentase
70,83% pada pertemuan kedua II aktivitas siswa mengalami peningkatan dengan
persentase 83,33% dengan kategori amat baik. Pada siklus II pertemuan pertama
persentase aktivitas siswa 87,5% dengan kategori amat baik. Pada pertemuan kedua
aktivitas siswa meningkat dibanding dari pertemuan pertama dengan persentase 100 %
dengan kategori amat baik.
Tabel 5. Ketuntasan belajar siswa diperoleh dari ulangan harian siklus I dan siklus II
No
Aspek
Jumlah Ketuntasan individu
Ketuntasan klasikal
siswa
Siswa T Siswa TT Presentase Ketuntasan
ketuntasan
klasikal
1
Skor dasar
32
14
18
43,75%
Tidak tuntas
2 Ulangan harian 1
32
18
14
56,25%
Tidak tuntas
3 Ulangan harian 2
32
29
3
90,62%
Tuntas
9
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa secara klasikal
hasil belajara siswa pada kelas III pada siklus I dapat dikatakan tidak tuntas karena 18
siswa telah berada dalam kategori tuntas, siswa yang tidak tuntas 14 orang dan pada
siklus II telah terjadi peningkatan yaitu 29 0rang yang tuntas dan 3 orang tidak tuntas.
Proses pengajaran dikatakan tuntas secara klasikal karena siswa telah menguasai
materi yang diajarkan dengan nilai rminimal 75.
Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada analisis penelitian tentang
aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran tipe Think Pair Share.
Untuk aktivitas guru selama proses pembelajaran secara umum sudah baik dan
mengalami peningkatan setiap siklusnya, hanya saja kelemahan terdapat pada siklus I
belum mampu mengefesienkan waktu pada waktu mengerjakan LKS serta guru kurang
menguasai kelas.
Untuk aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan I masih ada
kekurangan. Hal ini terlihat siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, beberapa
orang siswa belum mengerti caranya mengerjakan LKS. Suasana kelas masih rebut.
Pada kegiatan belajar mengajar beberapa siswa masih ada yang bercerita dengan
teman sebangkunya dan hanya beberapa siswa saja yang aktif. Hal ini dilakukan
refleksi untuk memperbaiki kesalahan – kesalahan yang dapat mengganggu
tercapainya tujuan penelitian.
Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
sederhana. Teknik ini member kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri serta
bekerjasama dengan orang lain. Secara umum kegiatan yang dilakukan dalam model
pembelajaran TPS sudah lebih baik dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan.
Hal ini menunjukan bahwa harapan dengan penerapan model pembelajaran TPS, guru
mengajar dengan pendekatam yang dirancang untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan yang terstruktur dengan yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan bertahap dan mudah dipahami.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah dilakukan.
Maka peneliti dapat mengambil kesimpulan Dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS ) dapat meningkat hasil belajar IPA siswa kelas
III SDN 011 Bukit kapur tahun pelajaran 2013/2014. Melalui tulisan ini peneliti
mengajukan beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan penerapan model tipe
TPS dalam pembelajaran IPA yaitu :
1. Bagi sekolah, dapat dijadikan slaah sartu bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah – sekolah sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik
2. Bagi guru, harus ada tindak lanjut dari guru terhadap siswa yang tidak tuntas pada
ulangan siklus I, ulangan siklus II dengan cara memberikan bimbingan terhadap
siswa yang belum mencapai KKM
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah wawasan dalam penerapan
pembelajaran kooperatif menjadi landasan dalam rangka menindak lanjuti
penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S,Suharjono, dan Supardi.2008. Peneliti Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Purwanto . 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran
PT. Remaja Rosda Karya. Bandung
Syahrilfuddin : 2013.Modul Tindakan Kelas.Pekanbaru
Download