Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya laporan keuangan di era globalisasi, pengetahuan
Akuntansi Sektor Publik di Indonesia memberikan dampak yang positif kepada
masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu
kinerja entitas pada lembaga pemerintahan, diharapkan dapat memberikan
informasi yang baik dan jelas tentang aktivitas penilaian selama periode
akuntansi.
Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang di revisi
menjadi Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.
Upaya yang nyata untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah
dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
(Siti Soimah,2014:8).
Banyak pihak yang akan mengandalkan informasi dalam laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Fungsi informasi dalam laporan keuangan tidak akan memiliki
manfaat jika penyajian dan penyampaian informasi keuangan tersebut tidak andal
dan tidak tepat waktu. Keandalan dan ketepatwaktuan informasi laporan keuangan
merupakan wujud pertanggungjawaban pengelolaan keuangan publik dan sesuai
1
2
dengan PeraturanPemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), merupakan dua unsur nilai informasi yang penting terkait
dengan pengambilan keputusan berbagai pihak.
Menurut penelitian Suwardjono dalam Winidyaningrum dan Rahmawati
(2010) informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai sama dengan
mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai.Informasi akan bermanfaat
kalau informasi tersebut dipahami dan digunakan oleh pemakai dan juga
bermanfaat kalau pemakai mempercayai informasi tersebut. Kebermanfaatan
merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif dalam
hubungannya dengan keputusan, pemakai dan keyakinan pemakai terhadap
informasi. Kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative
characteristics) atau kualitas (qualities) informasi.
Kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan
informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat
yang disebutkan dalam Rerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005) tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang
terdiri dari:(1) relevan; (2) andal; (3) dapat dibandingkan; dan (4) dapat dipahami.
Berkaitan dengan indikator tersebut, fenomena pelaporan keuangan
pemerintah pada kenyataannya masih banyak disajikan data-data yang tidak
sesuai. Selain itu juga masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil
ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam pelaksanaan audit laporan
keuangan pemerintah. Dalam UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa
3
Menteri Keuangan berhak menunda penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) bila
pemerintah daerah (pemda) belum menyerahkan laporan sistem keuangan daerah,
termasuk APBD.
Berdasarkan fenomena tersebut dapat dinyatakan bahwa laporan keuangan
pemerintah masih belum seluruhnya memenuhi kriteria keterandalan dan
ketepatwaktuan. (Rachmawati,2014:4) Informasi dalam laporan keuangan bebas
dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik:
(a) Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
(b) Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap
menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
(c) Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
Fakta yang terjadi di lapangan menujukkan adanya penyajian yang tidak
jujur, tidak dapat diuji serta cenderung tidak netral dimana dari hasil pemeriksaan
4
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas 358 LKPD yang dilaporkan dalam IHPS I
Tahun 2011 menemukan 3.397 kasus kelemahan Sistem Pengendalian Intern
(SPI) yang meliputi kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan,
kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja,
dan kelemahan struktur pengendalian intern. BPK juga menemukan dan mencatat
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 5.551 kasus
yang meliputi belanja fiktif, kekurangan volume belanja pekerjaan atau barang,
kelebihan pembiayaan, belanja tidak sesuai ketentuan, pembayaran melebihi
standar, dengan total kerugian sebanyak 5,28 triliun BPK juga telah melakukan
audit atas LKPD selama tujuh tahun, dari tahun 2004-2010. BPK memberikan
opini unqualified atau qualified dalam persentase yang lebih besar atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Hasil pemeriksaan keuangan daerah semakin memburuk setiap tahun, hal
ini didukung oleh data dari BPK yang menyatakan bahwa persentase LKPD dari
tahun 2004-2007 mendapat opini wajar tanpa pengecualian (WTP), dan wajar
dengan pengecualian (WDP) dari BPK semakin berkurang dan sebaliknya, opini
tidak wajar (TW), bahkan tidak memberikan pendapat (TMP) meningkat drastis
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 mulai menunjukkan adanya perkembangan
yang cukup baik, tetapi hal ini masih dinilai kurang bila dibandingkan dengan
jumlah LKPD yang diaudit oleh BPK (Tantriani S Ukmaningrum, 2012:4)
Pengelolaan keuangan daerah yang baik perlu ditunjang oleh pemahaman
sistem akuntansi keuangan daerah yang baik agar penatausahaan keuangan di
daerah memiliki akurasi dan akuntabilitas yang tinggi. Selain itu, pemahaman atas
5
akuntansi keuangan daerah juga merupakan salah satu dimensi penting yang tidak
kalah pentingnya dalam pengelolaan keuangan daerah. Alokasi anggaran publik
dilakukan pengawasan dengan baik yang tercermin dalam anggaran pendapatan
daerah (APBD) dapat diperuntukkan untuk kepentingan publik.
Suwardjono (2005: 14) menegaskan bahwa akuntansi akan mempunyai
peran yang nyata dalam kehidupan sosial ekonomi kalau informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil kebijakan
ekonomi untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomi
negara. Salah satu tujuannya adalah alokasi sumber daya ekonomi secara efisiensi
sehingga sumber daya ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dapat
dinikmati masyarakat secara optimal. Hal ini juga dikemukakan oleh Hay bahwa
secara umum tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan bagi pemerintah adalah:
(1) menyajikan informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomi, politik, dan sosial serta penampilan akuntabilitas dan stewardship; (2)
menyajikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja manajer dan
organisasi dalam kepemerintahan (Hay dalam Andiani 2012:4).
Untuk dapat menerapkan sistem akuntansi keuangan daerah secara baik
harus dipenuhi beberapa hal yang merupakan syarat penerapan sistem akuntansi
keuangan daerah. Dengan demikian, dalam sistem akuntansi keuangan daerah
terdapat serangkaian prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai
dengan suatu skema yang menyeluruh yang ditujukan untuk menghasilkan
informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan baik pihak intern
6
maupun pihak ekstern Pemerintah Daerah untuk mengambil keputusan ekonomi
(Zayadi dalam Gala,2012).
Menurut Darise dalam Gala (2012: 4) prosedur yang dimaksud yaitu
dimulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan/atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD. Dalam penerapan sistem akuntansi keuangan daerah ini,
harus berdasarkan pada standar akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual yaitu
dengan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010. Menurut Ahyani (2007: 35)
yang dikutip oleh Halim dan Kusufi (2012:52) mengungkapkan bahwa penerapan
basis akrual memberikan hasil yang lebih baik dan memberikan keuntungan untuk
meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah dalam rangka
akuntabilitas publik.
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik, baik pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk
kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
periodik (Stanbury, 2003 dalam mardiasmo, 2006). Sesuai amanat undang-undang
republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga wajib menyusun laporan keuangan. (Prasetyo,2014)
7
Hasil laporan audit BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat juga telah
menyerahkan LHP atas LKPD TA 2013 kepada 7 entitas yaitu Kota Bogor,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Garut, Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Karawang. Ketujuh
entitas tersebut mendapatkan opini WDP.(Prawiradiningrat, www.bpk.go.id)
Kabupaten Garut yang menjadi salah satu penilaian BPK yang
memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP). BPK menilai, yang
menjadi pengecualian pada pemeriksaan keuangan itu menyangkut tiga hal, yakni
penatausahaan dan pelaporan aset tetap belum memadai, penyajian persediaan
tidak didukung dengan rincian daftar persediaan serta tidak dilengkapi berita acara
stock opnamepada tanggal neraca seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Ketiga, penyajian atau pengungkapan penyertaan modal pemerintah kepada
perusahaan daerah di atas 20% tidak disajikan dengan metode ekuitas. (Slamet,
Kurniawan, Kepala Perwakilan Provinsi Jabar BPK RI, www.garutkab.go.id).
Temuan-temuan tersebut menunjukan bahwa kapasitas sumber daya
manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam proses penyusunan laporan
keuangan sehingga dapat mempengaruhi ketepatwaktuan dan keterandalan
pelaporan keuangan. Hal kedua yang mungkin mempengaruhi keterandalan dan
ketepat waktuan pelaporan keuangan pemerintah adalah pemanfaatan teknologi.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zuliarti (2008) menemukan bukti empiris
bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ketepatan waktu.
8
Agar informasi tersebut dapat mendukung dalam pengambilan keputusan
dan dapat dipahami oleh para pemakai, maka informasi akuntansi harus
mempunyai beberapa karakteristik kualitatif yang disyaratkan. Karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi kauntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Mengatakan bahwa informasi harus bermanfaat bagi para pemakai sama saja
dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai (Suwardjono, 2005).
Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro),
perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic
commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson et
al., 2000). Pemanfaatan teknologi informasi mencakup adanya; (a) pengolahan
data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik;
dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik
dapatdiakses secara mudah dan murah oleh masyarakat (Hamzah, 2009 dalam
Winidyaningrum, 2010).
Salah satu kelemahan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
terletak pada ketidakmampuan menyajikan data yang konsisten dan terintegrasi
mulai dari data aset, anggaran, gaji, serta proses penatausahaan, sehingga
menimbulkan banyak ketidakakuratan data dalam proses akuntansi yang
menghasilkan LKPD baik neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Arus Kas
maupun Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) (Kementrian Dalam Negeri,
2013). Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca dan perhitungan labarugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan atau menggambarkan
9
jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Sedangkan perhitungan laporan laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan
laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasanalasan yang menyebabkan perubahan ekuitas (Munawir, 2010 : 5).
Untuk itu pemerintah saat ini telah membangun dan mengembangkan
teknologi informasi yang dikenal dengan sistem akuntansi instansi yang
digunakan oleh setiap instansi dan lembaga pemerintah dalam mempermudah
kegiatan keuangan. Walaupun secara umum telah banyak diketahui manfaat yang
ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain kecepatan pemrosesan
transaksi dan penyimpanan pelaporan, keakuratan perhitungan, penyimpanan data
dalam jumlah besar, kos pemrosesan yang lebih rendah, kemampuan
multiprocesing, (2003), namun pengimplementasian teknologi tidaklah murah,
Teknologi informasi yang ada tidak atau belum mampu dimanfaatkan
secara maksimal maka implementasi teknologi menjadi sia-sia dan semakin
mahal. Kendala penerapan teknologi informasi antara lain berkaitan dengan
kondisi perangkat keras, perangkat lunak yang digunakan, pemutakhiran data,
kondisi sumberdaya manusia yang ada, dan keterbatasan dana. Kendala ini yang
mungkin menjadi faktor pemanfaatan teknologi informasi di instansi pemerintah
belum optimal. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi ini mungkin
juga memiliki pengaruh terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan.(Prasetyo,2014).
10
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, namun hingga batas waktu yang ditetapkan, pemerintah belum
berhasil menerapkan sistem akuntansi yang baru. Hingga terbit Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dimana batas waktu penerapan sistem akuntansi
akrual secara penuh (full accrual) diundur sampai dengan tahun 2015.Ini berarti
pada tahun 2015 setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi pada pemerintahan
akan mulai menerapkan basis akrual dalam penyusunan laporan keuangan
pemerintah. (Kertahadi, dalam Fata 2010)
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan keuangan daerah
sesuai PP No 71 Tahun 2010 studi pada dinas pendidikan kota semarang tahun
2012/2013. Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan standar
akuntansi pemerintahan berpengaruh pada faktor regulasi, sumber daya manusia
(SDM), komitmen, dan perangkat pendukung.(Davis, 2010; dalam Kristiyono
2013).
Namun ternyata pelaksanaan sistem akuntansi berbasis akrual berdasarkan
PP Nomor 71 Tahun 2010 tersebut juga belum diterapkan secara penuh oleh
pemerintah
Indonesia.
Hal
tersebut
mengindikasikan
kurang
efektifnya
penggunaan basis akrual pada perangkat kerja pemerintah. Disamping SAP,
kualitas SDM, pengendalian intern, komitmen organisasi dan pemanfaatan
teknologi
juga
mempengaruhi
proses
akuntansi
pemerintahan
didalam
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas (Warisno, 2008; COSO, 1992;
Septiani, 2005; Hamzah dalam Winidyaningrum, 2010).
11
Pada Kabupaten Garut yang perlu diperhatikan yaitu komitmen kepala
daerah dan koordinasi dengan sektor terkait yang perlu didorong baik dalam
penerapan, monitoring, maupun evaluasi Standar Pelayanan Minimal. SDM masih
menghadapi permasalahan manajemen kepegawaian meliputi komposisi PNS
yang belum ideal untuk melakukan tugasnya agar lebih efektif, efisien dan
profesional dalam melayani masyarakat, hal ini diantaranya berkaitan dengan
komposisi jabatan, tingkat pendidikan maupun distribusi antar wilayah. Tingkat
kualitas pelayanan belum dapat memenuhi keinginan masyarakat akan pelayanan
yang cepat, mudah, murah, dan transparan, karena belum meratanya penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.(Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Kabupaten Garut Tahun 2014 – 2019, hal 300).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu diadakan
penelitian mengenai bagaimana
efektivitas penerapan standar akuntansi
pemerintahan untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang dapat diandalkan.
Untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul :
“Efektivitas Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap
Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Garut”
1.2
Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya, untuk menilai kualitas
laporan keuangan pemerintahan, maka pemerintah dituntut untuk menerapkan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keterandalan pelaporan keuangan
penting atau lebih baik jika penerapan SAP efektif. Bertitik tolak pada latar
12
belakang tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian dalam penyusunan
skripsi adalah:
1. Bagaimana efektivitas penerapan standar akuntansi pemerintahan pada
Pemda Kabupaten Garut.
2. Bagaimana keterandalan pelaporan keuangan pada Pemda Kabaupaten
Garut.
3. Berapa
besar
pengaruh
efektivitas
penerapan
standar
akuntansi
pemerintahan terhadap keterandalan pelaporan keuangan.
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui efektivitas penerapan standar akuntansi pemerintahan
pada Pemda Kabupaten Garut.
2. Untuk mngetahui keterandalan
pelaporan keuangan pada Pemda
Kabupaten Garut.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh efektivitas penerapan standar
akuntansi pemerintahan terhadap keterandalan pelaporan keuangan.
13
1.4
Kegunaan Penelitian
Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat
memberikan kegunaan pada, yaitu:
1.
Bagi Instansi Terkait
Dapat dijadikan objek penelitian, pengevaluasian serta bahan sumbangan
pikiran dalam rangka efektivitas penerapan standar akuntansi pemerintahan
dan pemanfaatan teknologi informasi agar semakin baik.
2.
Penulis
Dapat memahami bagaimana efektivitas penerapan standar akuntansi
pemerintahan, keterandalan pelaporan keuangan. Serta dapat menambah
pengetahuan, pengalaman, dan sebagai studi banding mata kuiliah Akuntansi
Pemerintahan yang diperoleh di bangku perkuliahan
dengan praktik di
masyarakat.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya
mengenai efektivitas penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap
keterandalan pelaporan keuangan dan dapat memberikan sumbangan pada
perkembangan ilmu pengetahuan.
14
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk dapat memperoleh data dan menjawab masalah yang sedang diteliti,
penulis mengadakan penelitian pada Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Garut.
Adapun waktu penelitian ini dilakukan dari Bulan Februari 2016 sampai dengan
Bulan Juni 2016.
Download