Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ISSN 1410-6086 KARAKTERISASI BAKTERI TOLERAN URANIUM DALAM LIMBAH URANIUM FASE ORGANIK TBP-KEROSIN Mirna Windiya Jayanti1, Bernadetta Octavia1, Moch Yazid2 1 : Program Studi Biologi, FMIPA UNY 2 : PTAPB BATAN ABSTRAK KARAKTERISASI BAKTERITOLERAN URANIUM DALAM LIMBAH URANIUM FASE ORGANIK TBP-KEROSIN. Karakterisasi bakteri tolerant uranium pada limbah uranium fase organik TBPKerosin telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri toleran uranium pada limbah uranium fase organik TBP-kerosin. Bakteri toleran uranium diisolasi secara selektif dari media pengkayaan yang terdiri dari 10 % v/v limbah uranium dalam media glukosa cair sehingga diperoleh 10 koloni. Masing-masing koloni disubkultur pada media isolasi dan skrinning agar plate sehingga diperoleh isolat kultur murni bakteri toleran uranium. Masing-masing kultur murni tersebut ditumbuhkan pada media pertumbuhan Nutrient Broth yang mengandung uranium dengan variasi konsentrasi 0 ppm, 120 ppm,150 ppm, dan 180 ppm. Isolat bakteri yang memiliki konstanta pertumbuhan instan tertinggi pada media yang mengandung 180 ppm uranium merupakan bakteri toleran uranium terpilih yang selanjutnya dikarakterisasi. Karakterisasi isolat bakteri terdiri dari; morfologi koloni, morfologi sel, pewarnaan gram, dan uji biokimiawi. Hasil karakterisasi diidentifikasi dengan metode profile matching dengan acuan genus yang ditelusuri pada Bergey’s Manual of Determinative. Hasil identifikasi menujukkan bahwa isolat-isolat bakteri toleran uranium terpilih termasuk dalam genus Pseudomonas, Escherichia dan Citrobacter. Kata kunci : karakterisasi, identifikasi, bakteri, limbah uranium ABSTRACT CHARACTERIZATION OF URANIUM TOLERANT BACTERIA IN TBP-KEROSEN ORGANIC PHASE OF URANIUM WASTE. Characterization of uranium tolerant bacteria in TBPKerosene organic phase of uranium waste has been investigated. The purpose of this research was to characterize and identify uranium tolerant bacteria from uranium waste. The uranium tolerant bacteria was selectively isolated from enrichment medium which is consist of 10 % v/v uranium waste in liquid glucose media then ten colonies were isolated. Each colony was sub cultured in isolation and screening agar plate then the pure culture isolates of uranium tolerant bacteria was resulted. Each pure culture was grown on Nutrient Broth growth medium which contain of uranium in varies concentration i.l; 0 ppm,120 ppm, 150 ppm, and 180 ppm. The isolate with the highest instantaneous growth constant in concentration 180 ppm of uranium was the chosen of uranium tolerant bacteria and then was characterized. Characterization of bacteria isolates consist of colony morphology, cell morphology, gram staining and biochemical tests. The result of characterization was identified by profile matching method with references genera which are traced in Bergey’s Manual of Determinative. The identification resulted that the isolates of uranium tolerant bacteria include in genera of Pseudomonas, Escherichia and Citrobacter. Keywords: characterization, identification, bacteria, uranium waste. PENDAHULUAN Pemanfaatan teknologi nuklir dan zat radioaktif di berbagai negara pada bidang kedokteran, farmasi, biologi, dan industri telah menciptakan bermacam-macam produk yang berguna bagi kesejahteraan manusia. Pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia telah dikembangkan sejak tahun 1986 dan pemanfaatannya telah diterapkan pada berbagai bidang ilmu pengetahuan[1]. Salah satu dampak negatif pemanfaatan teknologi nuklir di berbagai bidang yaitu timbulnya limbah radioaktif yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan keselamatan manusia. Kegiatan industri nuklir menimbulkan limbah cair organik radioaktif seperti limbah detergen persil dari pencucian pakaian kerja radiasi, limbah solven 30% TBP (trinbutylphosphate) dalam kerosin dari pemurnian atau pengambilan uranium dari kegagalan fabrikasi bahan bakar nuklir, limbah solven yang mengandung D2EHPA (di-2-ethyl hexylphosphoric acid), dan TOPO (trioctylphospineoxide) [2]. Limbah-limbah tersebut merupakan limbah cair organik radioaktif yang yang mengandung unsur radioaktif uranium serta anak luruhnya. Oleh karena itu, limbahlimbah tersebut harus dilakukan pengelolaan yang optimal untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Salah satu metode alternatif yang dikembangkan untuk menangani masalah lingkungan yang tercemar logam berat dan dapat diterapkan pada proses pengolahan 197 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa limbah yakni bioremidiasi. Bioremidiasi adalah proses pembersihan lingkungan dari bahan pencemar dengan menggunakan material biologis antara lain tumbuhan dan mikroorganisme[3]. Keuntungan menggunakan mikroorganisme sebagai agen bioremidiasi yaitu tersedia di alam, biaya produksi yang murah, mampu melakukan recovery logam yang spesifik, dan mudah diperlakukan dalam limbah skala besar karena memiliki kinetika yang cepat dan tingkat selektivitas yang tinggi dalam mengurangi kandungan logam[4]. Selain itu, bioremediasi dapat dijadikan sebagai metode alternatif penanggulangan pencemaran karena sudah diakui mempunyai kelebihan yaitu ramah lingkungan karena senyawa organik mengalami mineralisasi dan menghasilkan produk akhir yang stabil dan tidak beracun [5]. Pemahaman mekanisme strategi bioremidiasi pada daerah tercemar dan mikroorganisme yang berperan sebagai agen bioremidiasi akan diperoleh jika pengetahuan akan distribusi dan keanekaragaman mikroorganisme telah dipelajari terlebih dulu. Keanekaragaman mikroorganisme menyebabkan mereka melimpah di bumi. Sebagian besar dari mikroorganisme tersebut belum diketahui karena 96 % mikroorganisme tersebut belum diisolasi di dalam laboratorium. Domain mikroorganisme yang belum dieksplorasi memiliki potensial yang besar pada bidang agrokultur, kehutanan, industri makanan, obat-obatan, remidiasi logam, dan lainnya. Untuk lebih memahami mekanisme bioremidiasi oleh mikroorganisme, dan proses yang terjadi pada mikroorganisme di lingkungan, maka mikroorganisme tersebut perlu diisolasi dan dikarakterisasi[6 ]. Salah satu mikroorganisme yang berpotensi dalam bioremidiasi lingkungan adalah bakteri. Bakteri hidup pada berbagai habitat (dari kondisi yang ideal hingga pada lingkungan yang ekstrim) untuk mendukung setiap bentuk kehidupan di bumi.. Mengetahui pola keanekaragaman bakteri merupakan salah satu hal yang penting karena bakteri meliputi sebagian besar keanekaragaman spesies di bumi, mereka berperan dalam berbagai siklus yang mendukung kehidupan bumi, dan keanekaragamannya berperan penting dalam 198 ISSN 1410-6086 bioremidiasi dan memiliki prospek biologis (dalam pengobatan dan industri) [7]. Berdasarkan uraian di atas, dimungkinkan terdapat bakteri toleran uranium yang mampu hidup di dalam limbah uranium fase organik TBP-Kerosin. Sehingga pada penelitian ini akan dilakukan isolasi, karakterisasi, dan identifikasi bakteri toleran uranium yang bersumber pada limbah uranium fase organik TBP-Kerosin. Dengan demikian isolat–isolat bakteri toleran uranium yang telah diidentifikasi diharapkan merupakan bakteri toleran uranium indigenous Indonesia yang dapat dipelajari keanekaragamannya dan dapat berpotensi dalam bioremidiasi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat bakteri toleran uranium, mengetahui karakteristik bakteri bakteri toleran uranium dan menduga genus bakteri toleran uranium yang berasal dari limbah uranium fase organik TBP–Kerosin berdasarkan karakter fenotipiknya. METODE PENELITIAN Alat Erlenmeyer 1000 mL merk Pyrex, Lampu Bunsen, Labu ukur 500 mL merk Pyrex, Tabung reaksi merk Pyrex, Rak tabung reaksi, Autoklaf, Multi gojog MMS merk EYEL4, Batang pengaduk, Spectronic 20D+ merk Milton Roy, Tabung kuvet merk pyrex, hot plate, laminar air flow, magnetic stirrer, mikropipet, tip pipet 1mL, 5 mL, dan 10mL, vortek, mikroskop cahaya, object glass, cover glass, ose bulat, ose jarum, timbangan analitik, kapas, kertas payung , alumunium foil, plastic, kamera digital. Bahan Limbah uranium cair fasa organik TBPKerosin Aquadest steril, Alkohol, Stok uranil nitrat 1000 ppm, Nutrient Broth merk Oxoid,Tripthone Glucosa Yeast Ekstrac (PCA) agar merk Oxoid , gram A (Kristal violet), gram B (larutan iodine), gram C (etil alkohol 95%), gram D (safranin), Media glukosa, media laktosa, media galaktosa, media maltosa, media sukrosa, media SIM, media starch agar, media Simons Citrate agar, media Triptone Broth, media MRVP, H2O2, Kovaks, KOH 40 %, phenol red, metyl red, kristal kreatinin, dan alpha naptol. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tata Kerja Preparasi sampel Limbah uranium fase organik TBPKerosin berasal dari Laboratorium Bioremidial PTAPB BATAN Yogyakarta yang telah disiapkan. Sampel dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah disediakan oleh pihak BATAN. Pada sampel limbah uranium fase organik TBP-Kerosin dilakukan pengamatan parameter fisikawi yaitu warna dan temperatur serta pengukuran parameter kimiawi yaitu pH. kadar uranium, dan aktivitas radionuklida uranium U238. Tahap Isolasi Bakteri Toleran Uranium Metode isolasi untuk mendapatkan isolat bakteri toleran uranium terdiri dari beberapa tahap, yaitu : 1. Preparasi media enrichment Media enrichment merupakan media diperkaya untuk menumbuhkan bakteri toleran uranium yang berada pada limbah uranium fase organik TBPKerosin. Media ini terdiri dari 10 %(v/v) limbah uranium fase organik TBPKerosin di dalam media glukosa cair dengan volume total 250 mL. Media dikocok dengan pengocok (shaker) dengan kecepatan 150 rpm hingga media berubah menjadi keruh (terdapat pertumbuhan bakteri) pada suhu ruang (± 28 0C). 2. Preparasi media isolasi dan skrinning Media yang digunakan untuk isolasi pertumbuhan bakteri toleran uranium terdiri dari bahan bacto agar 9 gram, tryptone 5 gram, yeast extract 2.5 gram dan glukosa 1 gram ditambahkan akuadest sampai volumenya menjadi 1 liter. Media didihkan di atas hot plate dan didinginkan sejenak setelah media masak. Pada pembuatan media isolasi dan skrining yang mengandung 20 ppm uranium, sebanyak 5 mL uranil nitrat 1000 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL kemudian ditambahkan media isolasi sampai tanda tera labu ukur 250 mL. Media dalam labu ukur tersebut dikocok kemudian dimasukkan ke dalam erlemeyer 500 mL. Media isolasi dan skrinning yang mengandung 20 ppm uranium disterilkan dengan autoclave pada suhu 121 oC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. ISSN 1410-6086 Media isolasi dan skrinning yang mengandung 20 ppm uranium dituang pada petridish di dalam LAF (laminar air flow) setelah media hangat. Media yang padat disimpan di lemari es dengan kondisi terbalik. Media ini merupakan media isolasi dan skrinning yang mengandung 20 ppm uranium untuk isolasi bakteri toleran uranium secara selektif. 3. Isolasi Bakteri Toleran Uranium Media enrichment yang sudah keruh dikocok kemudian diambil secara aseptik satu ose penuh dan diinokulasikan dengan metode quadrant streak plate pada media isolasi dan skrinning agar plate yang mengandung 20 ppm uranium. Media yang telah diinokulasi selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang (±28OC) sampai tumbuh koloni-koloni bakteri pada permukaan media isolasi dan skrinning agar plate yang mengandung 20 ppm uranium. 4. Tahap Subkultur (Kultur Murni) Isolat Bakteri Toleran Uranium Koloni-koloni bakteri yang tumbuh terpisah pada media isolasi dan skrinning agar plate yang mengandung 20 ppm uranium, kemudian ditumbuhkan pada media isolasi dan skrinning agar miring yang mengandung 20 ppm uranium. Pada tahap subkultur ini akan diperoleh sejumlah kultur murni isolat bakteri toleran uranium yang selanjutnya masuk dalam tahap skrining. Skrining Isolat Uranium Bakteri Toleran Metode skrining untuk mendapatkan isolat bakteri toleran uranium terpilih terdiri dari beberapa tahap yaitu : 1. Pengukuran Pertumbuhan Bakteri Toleran Uranium Isolat Masing-masing kultur murni isolat bakteri toleran uranium diambil secara aseptik satu ose penuh dan diinokulasikan pada media Nutrient Broth yang mengandung 20 ppm uranium. Media tersebut kemudian dikocok dengan pengocok (shaker) dengan kecepatan 120 rpm pada suhu 199 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Peng Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif--BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ruang (±28OC) dan diinkubasi sampai jumlah sel minimal 106 sel/mL. Isolat bakteri toleran uranium yang telah mencapai jumlah sel minimal 106 sel/mL diinokulasikan sebanyak 10%(v/v) mL ke dalam masing-masing masing media Nutrient Broth yang mengandung var variasi konsentrasi uranium yaitu 0 ppm, 120 ppm, 150 ppm, dan 180 ppm kemudian dikocok dengan pengocok (shaker) ( dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang (±28OC). Pertumbuhan isolat bakteri toleran uranium pada interval waktu 0 sampai 120 jam ditentukan dengan an mengukur kekeruhan atau nilai OD (optical optical density) density dengan spektofotometrik pada panjang gelombang 620 nm. Pengukuran Optical Density dikonversi dengan Klett unit yaitu: 1 Klett unit = nilai OD yang terukur x 500 2. Pengukuran Parameter Pertumbuhan Isolat Bakteri Toleran Uranium Kurva OD (optical optical density) density pertumbuhan isolat bakteri toleran uranium digunakan untuk mengukur parameter pertumbuhan yaitu menghitung konstanta kecepatan pertumbuhan instan (µ), jumlah generasi (n), waktu generasi (g), dan konstanta konstant kecepatan rerata pertumbuhan (k) masing-masing masing isolat bakteri. Isolat bakteri toleran uranium terpilih adalah isolat bakteri yang memiliki konstanta kecepatan pertumbuhan instan (µ) paling besar pada media Nutrient Broth yang mengandung180 ppm uranium. Dalam penelitian ini persamaan yang digunakan untuk mengukur parameter pertumbuhan yang menurut Madigan et al.,(2000) [3] yaitu: a. Jumlah generasi (n): b. Konstanta kecepatan pertumbuhan rerata (k): 200 ISSN 1410-6086 1410 c. Konstanta kecepatan pertumbuhan instan (µ) : d. Waktu generasi (g): g = 1/k Keterangan : Nt No (t-to) Log 2 Log e : populasi bakteri pada waktu tertentu : populasi awal bakteri : waktu inkubasi : 0,301 : 0,43429 Karakterisasi Fenotipik Isolat Bakteri Toleran Uranium Karakterisasi fenotipik dilakukan pada semua kultur murni isolat bakteri toleran uranium. Karakterisasi ini meliputi pengamatan morfologi koloni, morfologi sel, dan pengecatan gram sedangkan pada isolat bakteri toleran uranium terpilih lih juga dilakukan uji biokimiawi dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pengamatan Morfologi Koloni Karakterisasi morfologi koloni dilakukan dengan menginokulasikan masing-masing masing kultur murni isolat bakteri toleran uranium pada media isolasi dan skrining agar plate, plate media isolasi dan skrining agar miring, dan media nutrient broth. 2. Pengamatan Morfologi Penentuan Sifat Gram Sel dan Karakterisasi morfologi sel dan penentuan sifat gram dilakukan dengan cara pengecatan gram.. Pengecatan gram dilakukan dengan membuat olesan bakteri toleran uranium pada gelas benda yang bersih dan bebas lemak. Olesan bakteri tersebut difiksasi dengan melewatkannya beberapa kali di atas nyala api bunsen. Setelah kering, dibubuhi secara merata dengan gram A (kristal violet), dibiarkan rkan selama 30 detik kemudian dicuci bersih dengan air Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mengalir. Olesan bakteri dibubuhi merata dengan gram B (larutan iodine),dibiarkan selama 30 detik dan dicuci dengan air mengalir. Lakukan dekolorisasi (penghilangan warna) dengan membubuhkan olesan tersebut dengan gram C (etil alkohol 95%) selama 10-30 detik. Dekolorisasi telah terjadi dan berakhir ketika aliran solvent (etil alkohol) menjadi tidak berwarna lagi. Olesan bakteri dibubuhi dengan gram D (safranin) selama 20-30 detik dan dicuci dengan air mengalir. Olesan bakteri dikeringkan dengan kertas penghisap. Preparat bakteri diamati dengan mikroskop. Bakteri gram positif (+) ditunjukkan oleh warna ungu, sedangkan gram negatif (-) ditunjukkan oleh warna merah. 3 Uji Biokimiawi Uji Biokimiawi dilakukan tahapan sebagai berikut : a. dengan Pengujian Fermentasi Karbohidrat Pengujian fermentasi karbohidrat dilakukan dengan mengambil masing-masing satu ose koloni bakteri dan diinokulasikan dalam masingmasing media glukosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa. Ke dalam media pengujian fermentasi karbohidrat ditambahkan indikator phenol red untuk memperjelas perubahan warna yang terjadi sebagai reaksi fermentasi. Disamping itu terdapat tabung durham dalam posisi terbalik di dalam media untuk melihat gas yang terbentuk sebagai reaksi fermentasi. Masing-masing media diinkubasi pada suhu 37 OC selanjutnya diamati perubahan warna media yang terjadi. Warna kuning menunjukkan media bersifat asam (hasil positif untuk uji fermentasi karbohidrat) sedangkan warna merah muda menunjukan media yang bersifat basa. b. Pengujian Hidrolisa Zat pati Pengujian hidrolisa zat pati dilakukan dengan cara menginokulasikan dengan cara ISSN 1410-6086 menggoreskan satu ose koloni bakteri pada media starch agar. Media yang telah diinokulasi diinkubasi pada suhu 37 OC selama 2x24 jam. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya zona jernih di sekitar koloni, sebaliknya uji negatif ditunjukkan dengan tidak terbentuknya zona jernih. c. Produksi Sulfur dan Uji Motilitas Pengujian produksi sulfur dan uji motilitas dilakukan dengan menginokulasikan satu ose koloni bakteri dengan metode tusukan pada media SIM (Sulfur Indol Motility). Media diinkubasi pada suhu suhu 37 OC selama 24 jam, selanjutnya diamati ada tidaknya pembentukan sulfur dan motilitas koloni bakteri. Hasil sulfur positif ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada media SIM. Kekeruhan yang menyebar sepanjang bekas tusukan menunjukkan reaksi positif terhadap motilitas bakteri. d. Pengujian Sitrat Sebagai Sumber Karbon Pengujian penggunaan sitrat sebagai sumber karbon dilakukan dengan cara menginokulasikan koloni bakteri pada media Simmon Citrate. Media diinkubasi pada suhu 37 OC selama 24 jam, selanjutnya diamati perubahan warna media yang terjadi. Warna biru menunjukkan reaksi positif dan warna hijau menunjukkan reaksi negatif pada media Simmon Citrate e. Pengujian Produksi Indol Pengujian produksi indol dilakukan dengan cara menginokulasikan koloni bakteri pada media Triptone Broth selama 24 jam. Uji pembentukan indol dilakukan dengan menambahkan reagen Kovaks pada media tersebut. Adanya cincin merah yang terbentuk pada media tersebut menunjukkan reaksi positif terhadap pembentukkan indol. 201 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa f. Uji Katalase Pengujian aktivitas enzim katalase dilakukan dengan cara menginokulasikan satu ose koloni bakteri pada gelas benda steril kemudian ditetesi H2O2. Timbulnya gelembung gas menunjukkan reaksi positif terhadap uji katalase. g. Uji Voges-Proskauer Pengujian Voges-Proskauer (VP) dilakukan dengan cara menginokulasikan satu ose koloni bakteri pada media MRVP (Methyl Red-Voges Proskauer)broth. Media MRVP broth yang keruh (terdapat pertumbuhan bakteri) diambil masing-masing 1 mL dan dimasukan dalam tabung reaksi steril. Pada tabung reaksi tersebut ditambahkan 0,6 mL larutan alpha naphtol dan 0,2 mL KOH 40% kemudian dikocok. Pada tabung reaksi tersebut ditambahkan sedikit kristal kreatinin untuk mempercepat reaksi kemudian dikocok kembali dan didiamkan ± 2 jam. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah muda sampai merah delima. Sisa MRVP broth diinkubasi kembali selama 48 jam pada suhu 350C untuk digunakan dalam uji methyl red. h. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Sifat Fisikawi dan Kimiawi Limbah Uranium Fase TBP-Kerosin Limbah uranium fase organik TBPKerosin berasal dari proses ekstrasi uranium di laboratorium BATAN dan disimpan dalam drum yang diletakkan dalam ruangan yang khusus. Pada waktu pengambilan limbah dilakukan pengukuran dan pengamatan faktor fisika dan kimia yaitu warna, suhu, pH, kadar uranium dan aktivitas radionuklida dan uranium. Hasil penentuan sifat fisikawi dan kimiawi limbah uranium fase organik TBP-Kerosin disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Parameter fisikawi dan kimiawi limbah uranium uranim fase organik TBP-Kerosin NO. 1 Parameter Fisikawi dan Kimiawi Warna Hasil Pengukuran Coklat pekat 2 Suhu 29 oC 3 pH 7.5 4 Kadar uranium 90-100 ppm 5 Aktivitas radionuklida uranium U 238 1.23 x 10 3 Bq/L Uji MR (Methyl Red) MRVP broth yang telah diinkubasi kembali selama 48 jam pada suhu 350C, ditambahkan 5 tetes indikator methyl red. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah dan negatif jika terbentuk warna kuning. Identifikasi Uranium Isolat Bakteri Toleran Identifikasi isolat bakteri toleran uranium terpilih dilakukan dengan metode profile matching. Pada metode profile matching data karakter morfologi koloni, morfologi sel, dan uji biokimiawi dicocokkan dengan karakter genus acuan Pseudomonas, Escherichia dan Citrobacter yang ditelusuri melalui Bergey’s Manual of Determinative. 202 ISSN 1410-6086 Data pengamatan limbah uranium fase organik TBP-Kerosin secara fisikawi dan kimiawi dapat dijadikan data pengamatan habitat awal bakteri toleran uranium. Tabel 1 menunjukkan bahwa limbah uranium fase organik TBP-Kerosin memiliki suhu 29 0C, pH 7.5, memiliki kadar uranium 90-100 ppm, dan memiliki aktivitas radionuklida U238 yaitu 1.23 x 10 3 Bq/L. Jadi bakteribakteri yang tumbuh dalam limbah uranium fase organik TBP-Kerosin kemungkinan telah beradaptasi dengan melakukan mekanisme detoksifikasi tertentu untuk tetap hidup di lingkungan yang mengandung uranium. Limbah uranium ini masih disimpan dan belum diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan karena limbah ini masih mengandung uranium dengan Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa aktivitas radionuklida U238 masih di atas batas tertinggi. Menurut Surat Keputusan KA. BAPETEN No. 02/KaBAPETEN/V-99 Tentang Baku Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan, batas tertinggi tingkat radioaktivitas di lingkungan adalah 1 x 10 3Bq/L. Metode pengolahan limbah secara fisikawi dan kimiawi untuk mengolah limbah dengan kadar uranium kurang dari 100 ppm membutuhkan biaya yang tinggi sehingga diperlukan metode alternatif yang dapat mengolah limbah dan mengunduh kembali uranium di dalam limbah tersebut. Salah satu upaya alternatif yang telah dikembangkan dalam berbagai penelitian yaitu memanfaatkan potensi bakteri sebagai agen bioremidiasi. Untuk memahami mekanisme strategi bioremidiasi uranium dan bakteri-bakteri yang berperan sebagai agen bioremidiasi, maka bakteri toleran uranium tersebut perlu diisolasi dikarakterisasi dan diidentifikasi. Isolasi Selektif Uranium Bakteri Toleran Isolasi bakteri toleran uranium pada limbah uranium fase organik TBPKerosin diawali dengan pengkayaan bakteri di dalam media enrichment. ISSN 1410-6086 Media enrichment mengandung limbah uranium fase organik TBP-Kerosin, air, triptofan, dan glukosa sebagai nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Bakteri toleran uranium yang tumbuh pada media isolasi dan skrining agar plate secara selektif berjumlah 10 koloni bakteri dan diberi kode yaitu Mn 1, Mn 2, Mn 3, Mn 4, Mn 5, Mn 6, Mn 7, Mn 8, Mn 9, dan Mn 10. Kesepuluh bakteri yang tumbuh pada media isolasi dan skrining (seperti ditunjukkan pada Gamabar 1), merupakan bakteri toleran uranium karena hanya bakteri toleran uranium yang mampu tumbuh pada lingkungan yang mengandung uranium. organik TBP-Kerosin pada media isolasi dan skrining agar miring yang mengandung 20 ppm uranium. Pola Pertumbuhan Isolat Bakteri Toleran Uranium Pengukuran pertumbuhan bakteri toleran uranium dimulai pada waktu inkubasi 0 sampai 120 jam dengan interval waktu 24 jam. Pada waktu inkubasi 0 sampai 24 jam terlihat bahwa tidak terdapat fase lag. Data pengukuran nilai optical density pada waktu inkubasi 0 sampai 24 jam terlihat masih rendah karena pembelahan sel mungkin baru terjadi pada waktu inkubasi tersebut. Gambar 1. Kultur murni bakteri toleran uranium dari limbah uranium fase 203 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Peng Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif--BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ISSN 1410-6086 1410 Gambar 2.. Pertumbuhan Isolat Bakteri Toleran Uranium Pada Konsentrasi Uranium 0 ppm Pengukuran nilai optical density pertumbuhan isolat bakteri toleran uranium pada media Nutrien Broth yang mengandung konsentrasi 0 ppm uranium pada Gambar 2 menunjukkan bahwa, pada waktu inkubasi 0 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 5 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 1,25 dan isolat Mn 9 memiliki nilai optical density terendah yaitu 0,69.. Pada waktu inkubasi 72 jam, isolat bakteri toleran uranium Mn 8 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 5,16 dan isolat Mn 9 memiliki nilai optical density terendah yaitu 2,67. Pada waktu inkubasi 120 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 5 memiliki ki nilai optical density tertinggi yaitu 4,51 dan isolat Mn 3 memiliki nilai optical density terendah yaitu 2,18. Gambar 3.. Pertumbuhan Isolat Bakteri Toleran Uranium Pada Konsentrasi Uranium 120 ppm. 204 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Radioaktif Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ISSN 1410-6086 Gambar 4.. Pertumbuhan Isolat Bakteri Toleran Uranium Pada Konsentrasi Uranium 150 ppm Pengukuran nilai optical density pertumbuhan isolat bakteri toleran uranium pada media Nutrien Broth yang mengandung konsentrasi 120 ppm uranium pada Gambar 3 menunjukkan bahwa, pada waktu inkubasi 0 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 7 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 0,53 ,53 dan isolat Mn 1 memiliki nilai optical density terendah yaitu 0,12. Pada waktu inkubasi 72 jam, isolat bakteri toleran uranium Mn 8 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 3,78 dan isolat Mn 7 memiliki nilai optical density terendah yaitu 2,12. Pada waktu inkubasi 120 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 4 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 3,25 dan isolat Mn 7 memiliki nilai optical density terendah yaitu 1,46. Pengukuran nilai optical density pertumbuhan isolat bakteri toleran uranium pada media Nutrien Broth yang mengandung konsentrasi 150 ppm uranium pada Gambar 4 menunjukkan bahwa, pada waktu inkubasi 0 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 7 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 0,57 ,57 dan isolat Mn 3 memiliki nilai optical density terendah yaitu 0,21. Pada waktu inkubasi 72 jam, isolat bakteri toleran uranium Mn 5 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 3,65 dan isolat Mn 7 memiliki nilai optical density terendah yaitu 1,93. Pada waktu inkubasi 120 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 5 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 3,37 dan isolat Mn 2 memiliki nilai optical density terendah yaitu 1,79. Gambar 5.. Pertumbuhan Isolat Bakteri Toleran Uranium Pada Konsentrasi Uranium 180 ppm. 205 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Pengukuran nilai optical density pertumbuhan isolat bakteri toleran uranium pada media Nutrien Broth yang mengandung konsentrasi 180 ppm uranium pada Gambar 5 menunjukkan bahwa, pada waktu inkubasi 0 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 8 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 0,43 dan isolat Mn 6 memiliki nilai optical density terendah yaitu 0,18. Pada waktu inkubasi 72 jam, isolat bakteri toleran uranium Mn 5 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 3,53 dan isolat Mn 9 memiliki nilai optical density terendah yaitu 1,78. Pada waktu inkubasi 120 jam isolat bakteri toleran uranium Mn 5 memiliki nilai optical density tertinggi yaitu 3,12 dan isolat Mn 9 memiliki nilai optical density terendah yaitu 1,45. Pada grafik pertumbuhkan kesepuluh isolat bakteri toleran uranium menunjukkan bahwa fase eksponesial dimulai pada waktu inkubasi 24 jam dan semua isolat mengalami puncak fase eksponensial pada waktu inkubasi 72 jam. Namun terdapat kemungkinan bahwa puncak eksponensial dapat terjadi pada waktu inkubasi antara 24 sampai 96 jam. Nilai optical density yang meningkat pada fase eksponensial disebabkan oleh sel bakteri yang melakukan pembelahan dengan maksimal. Pada waktu inkubasi 96 sampai 120 jam tampak penurunan nilai optical density. ion uranil akan menghambat metabolisme sitrat, reaksi enzimatis, dan menyebabkan kematian sel mikroorganisme sehingga terdapat kemungkinan bahwa pertumbuhan bakteri yang menurun disebabkan karena terhambatnya metabolisme isolat bakteri toleran uranium dan stock nutrisi dalam media sudah mulai berkurang. Tabel 2. Konstanta kecepatan pertumbuhan instan isolat bakteri toleran uranium pada konsentrasi 180 ppm uranium Kode isolat Mn 1 Mn 2 Mn 3 Mn 4 Mn 5 Mn 6 Mn 7 Mn 8 Mn 9 Mn 10 206 Konstanta kecepatan pertumbuhan instan 0.040777 0.026356 0.031207 0.033403 0.037945 0.036973 0.008875 0.035928 0.025296 0.02244 ISSN 1410-6086 Hasil pengukuran parameter pertumbuhan pada Tabel 2 digunakan sebagai metode skrining untuk mendapatkan isolat bakteri toleran uranium terpilih yang memiliki konstanta kecepatan pertumbuhan instan (µ) tertinggi. Kelima isolat bakteri toleran uranium yaitu Mn 1, Mn 4, Mn 5, Mn 6 dan Mn 8 merupakan isolat bakteri toleran uranium terpilih yang memiliki konstanta pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan kelima isolat bakteri toleran uranium yang lainnya. Karakterisasi Fenotipik Isolat Bakteri Toleran Uranium Terpilih Hasil skrining menunjukkan bahwa kelima Karakterisasi isolat bakteri toleran uranium terpilih dari limbah uranium fase organik TBP-Kerosin dilakukan dengan pengamatan morfologi koloni, pengecatan gram, morfologi sel, dan uji biokimiawi. Pengamatan pada morfologi koloni tampak bahwa isolat bakteri toleran uranium Mn 1, Mn 4 dan Mn 6 memiliki bentuk koloni yang serupa yaitu round with scalloped margin sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 6 memiliki bentuk koloni yang sama yaitu round. Kelima isolat bakteri tolaran uranium memiliki warna koloni yang serupa yaitu putih. Isolat bakteri toleran uranium Mn 1, Mn 5, dan Mn 8 memiliki tepi jenis smooth sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 memiliki tepi jenis irregular. Hasil pengamatan elevasi isolat bakteri toleran uranium terpilih tampak bahwa semua isolat bakteri toleran uranium terpilih memiliki elevasi jenis flat kecuali isolat Mn 5 yaitu jenis conveks. Hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium terpilih termasuk dalam kelompok gram negatif. Kelompok bakteri gram negatif ditandai dengan sel bakteri yang berwarna merah saat pengamatan secara mikroskopik. Warna merah tersebut disebabkan karena hilangannya pewarna kristal violet pada waktu dekolorisasi dengan alkohol kemudian sel bakteri menyerap pewarna merah yaitu safranin. Bakteri gram negatif mengandung konsentrasi lipid lebih rendah sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah terdehidrasi akibat perlakuan dengan Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa alkohol. Dinding sel yang terdehidrasi menyebabkan daya permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna ungu kristal keluar dari sel kemudian sel akan menyerap safranin. Hasil pengujian pertumbuhan pada media cair menunjukkan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium kecuali Mn 1 tumbuh merata dalam media. Isolat bakteri toleran uranium Mn 1 tumbuh pada permukaan media di dalam tabung reaksi sehingga isolat bakteri toleran uranium Mn 1 merupakan bakteri aerob sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 4, Mn 5, Mn 6, dan Mn 8 tumbuh merata di dalam media cair. Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri toleran uranium Mn 4, Mn 5, Mn 6, dan Mn 8 merupakan bakteri anaerob fakultatif yang mampu hidup di lingkungan yang mengandung sedikit oksigen. Hasil dari pengujian motilitas bakteri menunjukkan bahwa isolat bakteri toleran uranium terpilih bersifat motil. Sifat motil dapat dilihat dari pertumbuhannya yang menyebar sepanjang tusukan pada media SIM. Semua isolat bakteri toleran uranium terpilih bersifat motil karena bakteri tersebut mempunyai flagella sebagai organ penggerak sel. Media SIM mengandung asam amino sistin yang dapat diuraikan oleh bakteri menjadi asam disulfida (H2S) oleh aktivitas enzim desulfurase sehingga terjadi perubahan media menjadi berwarna hitam[10].Hasil uji terhadap kelima isolat menunjukkan bahwa semua isolat bakteri tersebut tidak mempunyai enzim desulfurase yang berfungsi untuk memecah sistin yang menghasilkan H2S sehingga media SIM tidak berubah warna menjadi hitam. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium tidak menggunakan asam amino sistin sebagai sumber energinya Uji katalase digunakan untuk mengetahui adanya enzim katalase pada isolat bakteri toleran uranium. Hasil uji katalase menunjukan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium terpilih memiliki enzim katalse. Hal ini tampak pada gelembung-gelembung gas yang dihasilkan di atas gelas benda yang sebelumnya telah diinokulasikan isolat bakteri toleran uranium kemudian ditetesi dengan reagen katalase. Gelembung-gelembung gas tersebut berasal dari hidrogen peroksida (H2O2) yang terurai menjadi air dan O2 oleh aktivitas enzim ISSN 1410-6086 katalase yang dimiliki oleh isolatbakteri toleran uranium. semua Uji indol digunakan untuk mengetahui adanya enzim triptofanase pada bakteri yang dapat menghidrolisis asam amino triptofan menjadi indol dan asam piruvat. Asam amino triptofan merupakan asam amino yang lazim terdapat pada protein sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energinya. Pembentukan indol dari triptofan oleh mikroorganisme dapat diketahui dengan menumbuhkannya dalam media yang kaya dengan triptofan. Penumpukan indol dalam media tersebut dapat diketahui dengan penambahan reagen Kovacs. Reagen tersebut bereaksi dengan indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut air dan berwarna merah pada permukaan media [10] . Hasil uji indol pada isolat bakteri toleran uranium Mn4, Mn 5, Mn 6, dan Mn 8 menunjukkan bahwa pada media tersebut terbentuk indol yang ditandai dengan warna merah di bagian permukaan media. Hal ini menunjukkan bahwa keempat isolat bakteri tersebut mempunyai enzim triptofanase yang dapat menghidrolisis asam amino triptofan menjadi indol sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 1 tidak mampu menghidrolisis asam amino triptofan karena tidak terbentuk indol yang ditandai dengan tidak munculnya warna merah di bagian permukaan media triptofan. Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan bakteri toleran uranium dalam menggunakan sitrat sebagai sumber energi bagi metabolisme sel. Media yang digunakan untuk uji ini adalah Simmons citrate yang merupakan media sintetik dengan Na-sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan NH4+ sebagai sumber N. Bila mikroorganisme mampu menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari media, sehingga menyebabkan peningkatan pH, dan mengubah warna media dari hijau menjadi biru[10]. Dari hasil uji diperoleh data bahwa isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 8 menunjukan hasil yang positif terhadap uji sitrat yang ditandai dengan warna hijau pada media. Jadi isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 8 mampu menggunakan sitrat sebagai sumber energi sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 1, Mn 4, dan Mn 6 tidak mampu menggunakan sitrat sebagai sumber energi. 207 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Dari hasil pengujian terhadap fermentasi glukosa menunjukan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium dapat memfermentasikan glukosa dengan menghasilkan asam (media berwarna kuning) dan membentuk gas. Isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 juga dapat memfermentasi laktosa namun isolat bakteri toleran uranium Mn 1, Mn 5 dan Mn 8 tidak dapat menfermentasikan laktosa yang ditandai dengan warna media yang merah. Isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 dapat memfermentasi laktosa karena isolat bakteri toleran uranium tersebut memiliki enzim laktase yang mampu memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Dari hasil pengujian fermentasi maltosa, menunjukkan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium terpilih yaitu Mn 1, Mn 4, Mn 5, Mn 6, dan Mn 8 dapat memfermentasikan maltosa. Hal ini ditandai dengan media yang berwarna kuning sehingga menandakan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium terpilih memiliki enzim maltase yang mampu memecah maltosa menjadi dua molekul glukosa. Hasil pengujian fermentasi sukrosa menunjukkan bahwa isolat bakteri toleran uranium terpilih yaitu Mn 1, Mn 4, Mn 6, dan Mn 8 dapat memfermentasikan sukrosa sehingga media berubah warna menjadi kuning Hal ini menandakan bahwa isolat bakteri toleran uranium terpilih Mn 1, Mn 4, Mn 6, dan Mn 8 memiliki enzim sukrase yang mampu memecah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Sedangkan isolat Mn 5 tidak mampu menfermentasikan sukrosa sehingga media berubah warna menjadi merah muda. Uji hidrolisis pati dilakukan untuk mengetahui adanya enzim amilase yang berfungsi untuk memecah pati menjadi komponen yang lebih sederhana. Bila zat pati dihidrolisis oleh eksoenzim amilase, maka senyawa tersebut akan diuraikan menjadi maltosa dan glukosa. Zat pati yang bereaksi secara kimia dengan yodium ditandai dengan terbentuknya warna biru kehitaman. Warna biru kehitaman ini terjadi bila molekul yodium masuk ke dalam bagian yang kosong pada molekul zat pati (amilosa) yang berbentuk spiral. Proses yodinisasi zat pati menghasilkan molekul yang dapat mengabsorpsi semua cahaya, terkecuali warna biru. Tidak terbentuknya warna biru 208 ISSN 1410-6086 sewaktu penambahan larutan yodium ke dalam media merupakan petunjuk adanya hidrolisis zat pati [8]. Hasil uji hidrolisis zat pati menunjukkan bahwa isolat bakteri toleran uranium Mn 4, Mn5, dan Mn 6 dapat menguraikan zat pati. Hal tersebut ditandai dengan terbentuknya zona jernih di sekeliling koloni bakteri sewaktu penambahan larutan yodium ke dalam media sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 1 dan Mn 8 tidak dapat menguraikan zat pati sehingga terbentuk warna biru di sekeliling koloni bakteri sewaktu penambahan larutan yodium. Hasil positif uji methyl red ditandai dengan terbentuknya warna merah pada media pengujian yang menandakan bahwa isolat bakteri mampu memfermentasikan glukosa dalam media menjadi asam campuan yaitu asam laktat, asam asetat, asam suksinat, dan asam format [11].Pada uji methyl red semua isolat bakteri toleran uranium terpilih menunjukkan hasil yang positif pada uji ini kecuali isolat bakteri toleran uranium Mn 1. Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri toleran uranium Mn 4, Mn 5, Mn 6, Mn 8 mampu memfermentasikan glukosa dalam media menjadi asam campuran yaitu asam laktat, asam asetat, asam suksinat, dan asam format sehingga media berwarna merah. Tetapi isolat bakteri toleran uranium Mn 1 tidak mampu memfermentasikan glukosa dalam media menjadi asam campuran yaitu asam laktat, asam asetat, asam suksinat dan asam format sehingga media uji berwarna kuning. Hasil positif uji Voges Proskauer ditandai dengan terbentuknya warna merah jambu yang menandakan bahwa bakteri tersebut mampu memfermentasikan glukosa melalui jalur glikolisis menghasilkan asam piruvat. Asam piruvat tersebut kemudian masuk dalam jalur butanediol menghasilkan acetoin yang dapat tereduksi menjadi 2.3 butanadiol [9]. Pada pengujian Voges Proskauer tampak bahwa semua isolat bakteri toleran uranium terpilih (Mn 1, Mn 4, Mn5, Mn 6, dan Mn 8) menunjukkan hasil negatif pada uji ini karena pada media pengujian tidak terbentuk warna merah jambu dan media berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa semua isolat bakteri toleran uranium terpilih tidak memfermentasikan glukosa menghasilkan acetoin yang dapat tereduksi menjadi 2.3 butanadiol. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Identifikasi Isolat Uranium Terpilih Bakteri Toleran Identifikasi isolat bakteri toleran uranium terpilih dilakukan dengan metode profile matching berdasarkan genus acuan Pseudomonas, Citrobacter, dan Escherichia yang ditelusuri melalui Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology Edisi 9. Hasil identifikasi isolat bakteri toleran uranium terpilih berdasarkan karakter fenotipik morfologi sel, pengecatan gram, kebutuhan O2, dan uji biokimiawi menunjukkan bahwa bakteri toleran uranium Mn 1 diduga termasuk dalam golongan genus Pseudomonas, isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 diduga termasuk dalam golongan genus Escherichia, dan isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 8 diduga termasuk dalam golongan genus Citrobacter. Isolat bakteri toleran uranium Mn 1 diduga merupakan anggota genus Pseudomonas, karena memiliki karakter yang mirip dengan genus tersebut. Karakter fenotipik genus Pseudomonas yang dimiliki isolat bakteri toleran uranium Mn 1 yaitu berbentuk batang pendek, gram negatif, bersifat aerob, motil, tidak memproduksi H2S, mampu memfermentasikan glukosa, mampu menghidrolisa zat pati , katalase positif, pengujian indol negatif, reduksi metyl red negatif, tes Voges Proskauer negatif, serta tidak menggunakan sitrat sebagai sumber energi. Isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 diduga merupakan anggota genus Escherichia, karena memiliki karakter yang mirip dengan genus tersebut. Karakter fenotipik genus Escherichia yang dimiliki isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 yaitu berbentuk batang pendek, gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, mampu tidak memproduksi H2S, menfermentasikan glukosa, mampu menfermentasikan laktosa, katalase positif, pengujian indol positif, reduksi metyl red positif, tes Voges Proskauer negatif serta tidak menggunakan sitrat sebagai sumber energi. Isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 8 diduga merupakan anggota genus Citrobacter, karena memiliki karakter yang mirip dengan genus tersebut. Karakter fenotipik genus Citrobacter yang dimiliki isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn ISSN 1410-6086 8 yaitu berbentuk batang pendek, mampu menfermentasikan glukosa, mampu menfermentasikan maltosa, gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, tidak memproduksi H2S, katalase positif, pengujian indol positif, reduksi metyl red positif, tes Voges Proskauer negatif serta menggunakan sitrat sebagai sumber energi. Namun untuk benar–benar memastikan bahwa isolat bakteri toleran uranium Mn 1 termasuk dalam genus Pseudomonas, isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 termasuk dalam genus Escherichia, dan isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 8 termasuk dalam genus Citrobacter, diperlukan karakteristik genotipik pada tingkat molekuler. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Bakteri toleran uranium dapat diisolasi dari Limbah uranium fase organik TBP-Kerosin. 2. Isolat bakteri toleran uranium yang diisolasi dari limbah cair uranium fase TBP kerosin memiliki karakter fenotipik yaitu isolat bakteri toleran uranium Mn 1, Mn 4 dan Mn 6 memiliki bentuk koloni yang serupa yaitu round with scalloped margin sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 6 memiliki bentuk koloni yang sama yaitu round. 3. Kelima isolat bakteri toleran uranium memiliki warna koloni yang serupa yaitu putih. Isolat bakteri toleran uranium Mn 1, Mn 5, dan Mn 8 memiliki tepi jenis smooth sedangkan isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 memiliki tepi jenis irregular. 4. Semua isolat bakteri toleran uranium terpilih memiliki elevasi jenis flat kecuali isolat Mn 5 yaitu jenis conveks. Isolat bakteri toleran uranium Mn 1 yaitu berbentuk batang pendek, gram negatif, bersifat aerob, motil, tidak memproduksi H2S, mampu memfermentasikan glukosa, mampu menghidrolisa zat pati , katalase positif, pengujian indol negatif, reduksi metyl red negatif, tes Voges Proskauer negatif, serta tidak menggunakan sitrat sebagai sumber energi. 209 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 5. Karakter fenotipik isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 yaitu berbentuk batang pendek, gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, tidak memproduksi H2S, mampu menfermentasikan glukosa, mampu menfermentasikan laktosa, katalase positif, pengujian indol positif, reduksi metyl red positif, tes Voges Proskauer negatif serta tidak menggunakan sitrat sebagai sumber energi. 6. Karakter fenotipik isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 8 yaitu berbentuk batang pendek, mampu menfermentasikan glukosa, mampu menfermentasikan maltosa, gram negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, tidak memproduksi H2S, katalase positif, pengujian indol positif, reduksi metyl red positif, tes Voges Proskauer negatif serta menggunakan sitrat sebagai sumber energi. 7. Hasil identifikasi isolat bakteri toleran uranium terpilih berdasarkan karakter fenotipik menunjukkan bahwa bakteri toleran uranium Mn 1 diduga termasuk dalam golongan genus Pseudomonas, isolat bakteri toleran uranium Mn 4 dan Mn 6 diduga termasuk dalam golongan genus Escherichia, dan isolat bakteri toleran uranium Mn 5 dan Mn 8 diduga termasuk dalam golongan genus Citrobacter. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 210 SURATMAN. 1996. Introduksi Proteksi Radiasi. Yogyakarta: BATAN. SALIMIN, ZAINUS., ENDANG NURAINI, MIRAWATY dan CERDAS TARIGAN.2009. “Perancangan Unit Keteknikan Proses Oksidasi Biokimia Untuk Pengolahan Limbah Cair Organik Radioaktif”. ISSN 1410-6086 Makalah disajikan dalam Seminar Nasional V, pada 5 November 2009 di BATAN Yogyakarta. 3. MADIGAN, T.M., MARTINKO, J.M., dan PARKER , J. 2000. Brock Biology of Microorganism. 9th edition. Prentice Hall International UK Limited, pp. 73. 4. GENTER, R.B. 1996. Ecology of Inorganic Chemical Stress to Algae. In Algae Ecology. Stevenson R.J., Bothwell M.I., and Lowe R.L., Eds. San Diego. USA: Academic Press, pp. 403465. 5. THOMAS, J.M, C.H. WARD, R.L. RAYMOND, J.T. WILSON, dan R.C. LOEHR. 1992. Bioremediation. Encyclopedia Of Microbiology. Volume 1. Academic 6. SARKAR, et al,. 2008. Microbial Biodiversity Screening for Metal Accumulators from mineral Ore Rich Site in Andhra Pradesh, India. Jurnal of Biological Sciences 8 (2):32-40 7. DEVINE, M.CLAIRE HORNER, KAREN M. CARNEY and BRENDN J.M. BOHANNAN. 2003. “An Ecological Perspective on Bacterial Biodiversity”. The royal Society. Pp 113-122 8. LAY, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta:Raja Grafindo Persada 9. LITAAY, DKK. 2007. “Kualitas Media Pemeliharaan Larva Lola Merah dan Kima Sisik Hasil Filtrasi Bertingkat di Hatchery’. Ilmu Kelautan Edisi Maret 2007.pp 24-30 10. Keputusan Ka BAPETEN No. 02/KaBAPETEN/V-99. Tentang Baku Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan.