Pasar kembali mengalami turbulensi setelah

advertisement
1 | Market Perspective | Desember 2013
Nasabah yang terhormat,
Perjalanan 2013 yang penuh warna akan segera berakhir dan memulai tahun yang baru. Sebentar lagi Anda dan
keluarga tentunya akan merasakan suasana akhir tahun yang meriah dan musim liburan yang telah Anda nantikan
sepanjang tahun. Sebagai pribadi yang sukses dan professional Anda layak menerima waktu yang berkualitas
bersama keluarga Anda.
Dinamika ekonomi global beserta dengan fluktuasinya selalu menjadi hal yang menarik untuk diikuti dari waktu ke
waktu. Dunia investasi semakin penuh dengan tantangan baru yang akan siap dihadapi di tahun 2014 nanti.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri, memasuki fase konsolidasi tahun ini dikarenakan ketatnya kondisi likuiditas
global serta beban defisit transaksi berjalan. Meski demikian, secara struktur ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi
domestik masih relatif solid dan menjanjikan dibandingkan dengan negara lainnya di Asia. Peran diversifikasi dan
pemilihan asset investasi akan menjadi semakin penting untuk menjaga stabilitas pertumbuhan investasi Anda.
Akhir kata, atas nama manajemen dan karyawan Commonwealth Bank Indonesia, saya beserta jajaran direksi dan
eksekutif Commonwealth Bank, mengucapkan Selamat Hari Raya Natal, bagi Anda yang merayakan dan Selamat
Tahun Baru 2014 membawa sukses selalu bagi kita semua
Salam hangat,
Ian Whitehead
Director of Retail and Business Banking
GLOBAL OUTLOOK
D
alam beberapa bulan ke depan, ketidakpastian tentang QE tapering masih akan mempengaruhi sentimen investor serta penentuan
pilihan aset investasi di tengah fluktuasi pasar finansial global. Yang membebani investor bukan saja ketidakpastian akan kapan
dimulainya QE tapering, tetapi juga proses, jangka waktu dan kapan akan berakhirnya program tersebut. Untuk proyeksi ekonomi global
jangka panjang, perbaikan ekonomi, walaupun masih rapuh, akan terus berlanjut pada ekonomi negara-negara maju seperti Zona Eropa
dan AS. Dengan pertumbuhan ekonomi global yang akan membaik, pertumbuhan laba emiten di tahun 2014 diekspektasi akan lebih baik
dan dapat mendorong bursa saham berbagai negara untuk mencapai level yang lebih tinggi. Di tahun 2013 ini, beberapa bursa saham
seperti AS dan Jerman sudah mencapai tingkat tertinggi baru karena didorong oleh laporan laba emiten yang juga tumbuh baik.
Kekhawatiran tentang QE tapering masih mendominasi
mengindikasikan adanya kelanjutan untuk rotasi aset alokasi dari obligasi
atau kas ke ekuitas yang mengindikasikan sentimen positif pada investor.
What is the important risk to financial markets over the next 12 months?
45%
Pemulihan dinegara maju masih belum cukup kuat
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
A renewed
worsing of the euro
area tensions
A reduction
policy stimulus
by the Fed
A de-anchoring
of inflation
expectations
Q3
Weak growth
in China/EM
Q4
A substantial
deterioration in
the pace of
developed markets
growth
Geo-political
developments
Other
Sumber: Barclays Research
Sejak bulan Mei, pelaku pasar terpaku pada spekulasi tentang QE
tapering, menurut hasil survei dari 912 investor global yang dilakukan oleh
Barclays antara tanggal 15-22 November lalu. 40% dari investor percaya
bahwa pengurangan stimulus oleh the Fed merupakan risiko yang paling
penting yang akan dihadapi pasar finansial dalam kurun waktu 12 bulan
mendatang. Investor juga mengestimasi QE tapering baru akan dilakukan
di bulan Maret 2014. 34% dari responden berekspektasi the Fed akan
menaikkan suku bunga di Q2-2015 sedangkan 50% berekspektasi suku
bunga masih akan ditahan lebih lama lagi. 47% dari respon berekspektasi
tingkat imbal hasil UST 10 tahun akan berkisar antara 2,5-3% di kuartal
depan. Mengenai aset alokasi, ekuitas dinilai mempunyai prospek terbaik,
dengan 59% responden menyatakan mereka percaya ekuitas akan
memberikan kinerja yang terbaik dalam 3 bulan mendatang. Sebaliknya,
antusiasme akan komoditas dan obligasi berkurang. Hasil survei juga
Perlambatan laju ekonomi negara berkembang akan menekan pemulihan
ekonomi global, sedangkan pada saat yang sama, pertumbuhan negara
maju pun belum terlalu kuat untuk menyokong pertumbuhan global.
Sehingga, Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2013 menjadi
2,7% dan tahun 2014 menjadi 3,6%. Di bulan Mei, OECD berekspektasi
ekonomi global akan tumbuh 3,1% tahun ini dan 4% tahun depan. OECD
menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India menjadi 3,4% tahun
ini dan 5,1% tahun 2014, dari sebelumnya masing-asing di 5,7% dan
6,6%. Pertumbuhan Brazil juga diturunkan menjadi 2,5% tahun ini dan
2,2% tahun depan, dari sebelumnya masing-masing 2,9% dan 3,5%.
Untuk pertumbuhan AS, OECD tetap memprediksi pertumbuhan akan
berada di level 1,7% dan 2,9 % untuk tahun 2013 dan selanjutnya.
Jepang diekspektasi akan tumbuh 1,8% dan 1,5% tahun depannya.
OECD memperingatkan Jepang untuk menjalankan rencana konsolidasi
fiskal karena tingkat hutang pemerintah sudah menembus 230% dari
GDP dan supaya dapat mencapai surplus di tahun 2020 nanti. Untuk
wilayah Eropa, OECD masih memproyeksikan kontraksi 0,4% di tahun ini
tetapi akan tumbuh 1% di tahun 2014. OECD menilai pertumbuhan antara
negara Eropa masih tidak merata karena tingginya tingkat pengangguran
kaum muda serta lemahnya tingkat inflasi. Untuk pertama kalinya,
OECD juga memberikan proyeksi pertumbuhan tahun 2015. Di mana,
diekspektasi ekonomi global akan tumbuh 3,9%, AS tumbuh 3,4%, Zona
Eropa tumbuh 1,6%, Jepang 1% dan China 7,5%. Di bulan Oktober
lalu, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi negara-negara maju Asia akan berada di kisaran 6,5% di tahun
2014 dibandingkan pertumbuhan negara maju di level 2%.
2 | Market Perspective | Desember 2013
ini menunjukkan rapuhnya pemulihan Zona Eropa di bulan November,
walaupun Zona Eropa sudah tidak lagi menyusut seperti di awal
tahun. Hasil survei ini mengindikasikan ekonomi Zona Eropa mungkin
akan tumbuh hanya 0,2% di kuartal empat. Untuk sektor manufaktur,
dilaporkan meningkat dari level 51,3 di bulan Oktober menjadi 51,6. Yang
menjadi tekanan yaitu penurunan di sektor jasa yang melemah dari 52,2
di bulan September menjadi 51,2 di bulan November.
Pemulihan di Zona Eropa yang masih rapuh
PMIs composite: the euro area is lagging the global improvement
Services PMIs in the euro area
62.5
65
60.0
60
57.5
55
50
55.0
45
50.0
45.0
Germany
40
47.5
Italy
35
01-12
03-12 05-12 07-12
UK
09-12 11-12 01-13 03-13 05-13 07-13
Euro area
UK
09-13 11-13
Japan
Sumber: Datastream, Markit, SG Cross Asset Research/Economics
30
France
Euro area
2010
2011
Spain
2012
2013
Sumber: Datastream, Markit, SG Cross Asset Research/Economics
Data PMI Zona Eropa dari Markit Economics, yang mencakup komponen
untuk industri manufaktur dan jasa, melemah di bulan November menjadi
51,7 dari level sebelumnya 51,9 di bulan Oktober dan 52,2 di bulan
September lalu. Di bulan November, data PMI negara lain seperti AS,
Inggris dan Jepang dan juga negara di luar wilayah Eropa (Inggris, Swiss,
Denmark dan swedia) sebaliknya menunjukkan perbaikan. Penurunan
Data menunjukkan adanya perbedaan kondisi yang signifikan antara
kondisi di Jerman dan wilayah Eropa lainnya seperti Perancis dan Italia.
Sentimen bisnis cukup positif di Jerman sedangkan tingkat keyakinan
di wilayah Eropa lainnya membaik tetapi masih rendah. Manufaktur PMI
untuk Jerman membaik dari level 51,1 di bulan September menjadi 52,7
di bulan November. Indeks sektor jasa mencatat pemulihan signifikan
selama periode yang sama dengan meningkat 2 poin ke level 55,7. Di
sisi lain, Spanyol masih terus mencatat pemulihan dengan indeks sektor
jasanya naik dari 49,7 menjadi 51,5.
LOCAL OUTLOOK
B
ursa Indonesia kembali memasuki fase konsolidasi di bulan November 2013 dengan mencatat penurunan -5,6% ke level 4256,436.
Kekhawatiran tentang dimulainya aktivitas QE tapering di bulan Desember maupun Januari 2014 memberikan kesempatan investor
untuk berinvestasi kembali di level yang lebih rendah memanfaatkan potensi fluktuasi yang akan terjadi. Perbaikan kondisi makro
ekonomi Indonesia di mata investor merupakan indikator positif, tetapi masih belum cukup untuk menarik kembali aliran dana investasi
yang keluar pada saat awal kekhawatiran mengenai QE tapering. Rendahnya likuditas juga kemungkinan akan membatasi dampak dari
window dressing di bulan Desember ini. Walaupun kinerja bursa Indonesia relatif rendah tahun ini, secara fundamental jangka panjang
Indonesia masih memiliki prospek pertumbuhan yang solid. Karena fluktuasi pasar diekspektasi masih akan terjadi dalam jangka
pendek, investor dengan horison waktu jangka panjang dapat mengambil kesempatan untuk mengakumulasi investasi pada valuasi
yang rendah.
Apakah di bulan Desember akan ada Santa Claus rally?
Data ekonomi Indonesia yang dilaporkan di bulan November menunjukkan
proses restrukturisasi ekonomi yang terus berlanjut. Tingkat inflasi pada
bulan November naik tipis menjadi 8,37% YoY dari 8,32% YoY pada bulan
Oktober karena pelemahan rupiah dan kenaikan tarif listrik. Indonesia
mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD50 juta pada
Oktober setelah sempat defisit USD660 juta pada September. Ini menjadi
indikasi positif bagi neraca transaksi berjalan Indonesia yang diestimasi
masih akan mengalami defisit untuk kuartal IV 2013. Ekspor naik 2,6%
YoY menjadi USD15,72 miliar sedangkan impor turun 8,9% YoY menjadi
USD1,67 miliar tetapi naik 1,1% dari September.
Perbaikan makroekonomi Indonesia masih belum cukup untuk menarik
likuiditas investor asing, di mana pada bulan November masih mencatat
net sell USD-336,5 juta di pasar saham domestik.
Pergerakan Indeks IHSG
JCI Index
12/05/2012
12/05/2013
Last Price
High on 05/20/13
Average
Low on 08/27/13
4198.219
5214.976
4597.120
3967.842
Correction because
of Taper Fear
5200
Delay Taper
Rally
5000
4800
4600
4400
4196.219
4000
Low Volume
10B
5B
2.917B
0
Sumber: Bloomberg
Data ekonomi AS yang terus menunjukkan pemulihan yang sehat kembali
menimbulkan spekulasi bahwa program QE tapering dapat dimulai
lebih awal. Meskipun baik bursa saham maupun pasar obligasi sudah
terkoreksi ke level yang menarik, selera risiko investor masih tertahan
karena investor lebih defensif dan mengantisipasi kemungkinan adanya
koreksi tajam seperti periode Mei-September 2013 lalu.
Di bulan November, pergerakan indeks relatif stagnan dan cenderung
negatif karena ketatnya likuiditas, dengan rata-rata nilai perdagangan di
bulan November hanya IDR4,1 triliun yaitu 18% di bawah nilai rata-rata
YTD di IDR5,1 triliun. Di mata investor asing, atraktivitas berinvestasi di
Indonesia menurun dengan pelemahan rupiah yang signifikan semenjak
awal tahun 2013.
Dari sisi pasar obligasi, porsi kepemilikan Investor asing pada bulan
November dan Oktober stabil di level 32,3%, tetapi naik dari 31,7% di
bulan September. Masuknya inflow asing yang cukup deras ke pasar
obligasi tidak diikuti dengan kinerja obligasi pemerintah Indonesia yang
seimbang sehingga mungkin dapat menekan momentum inflow yang
masuk. Investor juga mengantisipasi langkah Bank Indonesia yang masih
akan memperketat kebijakan moneternya pada 2014 dan kecenderungan
Indonesia untuk melelang lebih banyak obligasi di awal tahun depan.
Defensif jangka pendek, lebih positif untuk jangka panjang
Kekhawatiran mengenai QE tapering di bulan Mei lalu mendorong
aliran dana investasi keluar dari negara berkembang dengan defisit
neraca transaksi berjalan yang besar seperti Indonesia dan India. Tetapi
selama bulan September, di mana sentimen global mulai lebih stabil,
Indonesia mengambil kesempatan untuk memperbaiki masalah-masalah
internal seperti tingkat inflasi tinggi, menaikkan BI rate, defisit neraca
perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan, di mana semua langkah
ini positif di mata investor asing. Tahun depan, pertumbuhan ekonomi
diekspektasi akan melambat dan tingkat inflasi akan kembali menurun,
yang kemudian akan memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku
bunga. Dalam jangka pendek, risiko fluktuasi masih besar tetapi untuk
jangka menengah panjang, prospek berinvestasi di Indonesia masih
tetap konstruktif dengan antisipasi kondisi ekonomi sudah membaik dan
valuasi aset-aset investasi juga sudah terkoreksi merefleksikan risikorisiko yang ada baik untuk pasar obligasi maupun saham.
Inflation worries ease...
Inflation. % (left); FX reserves in USDbn (right)
10.0
FX reserves
CPI
9.0
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
Nov-10
May-11
Nov-11
May-12
Sumber: the Bloomberg Professional TM service, Credit Suisse
Core CPI
130.0
120.0
110.0
100.0
Nov-12
May-13
90.0
Nov-13
3 | Market Perspective | Desember 2013
ANALISA VALAS
Data – data indikator ketenagakerjaan di AS masih menjadi fokus utama pada kondisi pasar saat ini. Pasalnya hal ini akan menjadi
pertimbangan utama The Fed dalam pengambilan keputusan prihal pengurangan QE. Membaiknya data sektor ketenagakerjaan di
AS akan berdampak pada penguatan USD terhadap mata uang lainnya. Dalam rangka menjaga likuiditas stabilitas USD di pasar, the
Fed tengah mempersiapkan reverse repurchase agreement. Diperkirakan program-program tersebut akan membuat fluktuasi harga
valas tetap tinggi dan memberikan peluang-peluang yang menarik
USD/IDR
Data neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober 2013, secara
tidak terduga mengalami surplus sebesar USD42,4 juta. Hal ini disebabkan
oleh naiknya ekspor sebesar 2,3% dan turunnya impor sebesar 9,4%.
Perbaikan di sisi neraca perdagangan membuat IDR menguat sesaat
menyentuh level 11,700 per USD. Namun, perlu diperhatikan neraca
perdagangan tahun berjalan semenjak Januari 2013 masih dalam posisi
defisit sebesar USD6,37 miliar. Beberapa risiko yang bisa mempengaruhi
USD/IDR antara lain dari rencana AS untuk melakukan pengurangan
QE, harga komoditas, dan fundamental ekonomi Indonesia (neraca
perdagangan dan inflasi). BI akan terus memantau pergerakan USD/IDR,
namun pergerakan USD/IDR akan relatif searah dengan fundamental
ekonomi Indonesia
Diperkirakan USD/IDR akan bergerak dalam rentang 11,700 – 12,150 per
USD pada bulan Desember 2013 ini dengan kecenderungan naik
AUD/USD
AUD telah melemah sekitar 4% semenjak pemotongan suku bunga pada
awal November lalu. Penurunan juga dipengaruhi oleh pernyataan dari
Glenn Stevens mengenai kemungkinan intervensi dari RBA terhadap
pergerakan AUD/USD. Di awal Desember 2013 RBA memutuskan untuk
tidak merubah cash rate di level 2,50% menganggap kebijakan moneter
saat ini masih akomodatif dan kondusif. Faktor positif yang mendukung
untuk penguatan AUD adalah sektor manufaktur China yang masih dalam
posisi ekspansi.
Secara technical, AUD/USD telah membentuk tren turun dengan target
di level 0,8960 sebagai support level yang kuat. Diperkirakan AUD/USD
masih berpotensi untuk turun pada bulan Desember ini dengan rentang
harga 0,8960 – 0,9330.
EUR/USD
Kendala utama yang sedang dihadapi oleh zona Eropa adalah rendahnya
tingkat inflasi di Eropa, sehingga memaksa ECB untuk menurunkan suku
bunga pada bulan November lalu menjadi 0,25%. Diharapkan dengan
diturunkannya suku bunga EUR, pertumbuhan di zona Eropa bisa
bertumbuh lebih cepat.
Diperkirakan EUR/USD pada bulan Desember 2013 akan cenderung
bergerak dalam rentang 1,3320 – 1,3700 dengan kecenderungan turun.
GBP/USD
Di awal Desember 2013 GBP telah mengalami kenaikan sebesar 7,4%
dalam 6 bulan terakhir. Beberapa faktor yang mendukung kenaikan
tersebut adalah indeks manufaktur Inggris yang naik dari 56,5 ke 58,4 di
atas prediksi pasar dan kenaikan harga perumahan di Inggris membuat
pada bulan November 2013, membuat beredarnya spekulasi di pasar,
BOE akan segera menaikan suku bunga GBP.
Secara technical, GBP/USD memiliki pola bullish yang kuat. Diperkirakan
GBP/USD akan bergerak dalam rentang 1,6080 – 1,6500 dengan
kecenderungan naik atau stabil di level tinggi.
USD/JPY
Kenaikan data indeks manufaktur di China, Eropa, dan Inggris
menandakan menurunnya risiko di pasar. Hal ini adalah salah satu
penyebab utama para pelaku pasar kembali mengalokasikan dana
pada aset-aset berisiko tinggi dari safe haven currency seiring dengan
membaiknya kondisi pasar.
JPY sebagai salah satu currency safe haven terkena imbas dari aksi
tersebut. Pelemahan JPY terhadap 16 mata uang lainnya diharapkan
dapat terus mendukung sektor ekspor di Jepang. Gubernur BOJ
pun menambahkan akan mempertahankan kebijakan moneter tetap
akomodatif sampai target inflasi 2% tercapai.
Diperkirakan, USD/JPY akan bergerak dengan rentang
101,50 – 104,30 dengan kecenderungan pelemahan pada JPY.
harga
Recommendation
USD/IDR
EUR/USD
Expected buying level
11.650 - 11.700
1.3320 - 1.3380
Expected selling level
12.000 - 12.150
Long profit taking @
Short profit taking @
AUD/USD
USD/JPY
1.6000 - 1.6080
0.8900 - 0.8950
101.50 - 102.00
1.3750 - 1.3800 1.6450 - 1.6500
0.9380 - 0.9420 104.20 - 104.50
12.000 and above
1.3625 and above
1.6300 and above
0.9220 and above
103.80 and above
11.700 and below
1.3500 and below
1.6200 and below
0.9080 and below
102.00 and below Long cut loss @
11.500 - 11.550
1.3175 - 1.3225
1.5800 - 1.5850
0.8750 - 0.8800
100.00 - 100.50
Short cut loss @
12.300 - 12.350
1.3875 - 1.3925
1.6600 - 1.6650
0.9550 - 0.9600
105.25 - 107.75
Entry Point
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
GBP/USD
4 | Market Perspective | Desember 2013
COMMINSIGHT
COMMINSIGHT
Market Review November 2013
P
asar kembali mengalami turbulensi setelah data-data ekonomi Amerika Serikat memberikan indikasi kuat bagi investor bahwa the
Federal Reserve akan mulai melakukan program QE Tapering pada pertemuan di pertengahan bulan Desember ini. Sebagaimana
terlihat pada grafik di bawah, data pertumbuhan ekonomi AS untuk periode Q3 2013 dilaporkan mencapai level 3,6% (sebelumnya di
level 2,8%) serta tingkat pengangguran di bulan November kembali mengalami penurunan ke level 7% (sebelumnya 7,3%). Kedua data
ini kembali memicu spekulasi investor bahwa pasar modal negara-negara berkembang masih akan mengalami penarikan likuiditas
dalam skala besar seiring dengan meningkatnya imbal hasil aset bebas risiko (obligasi pemerintah AS – US Treasury) dikarenakan
program QE Tapering.
Laju pertumbuhan ekonomi AS pada periode Q3 2013
(histogram putih) bertumbuh di level 3,6%, sementara
tingkat pengangguran (garis merah) terus mengalami
penurunan ke level 7% (November 2013). Hal ini
memberikan indikasi kuat akan dilakukannya program
QE taper di bulan Desember 2013.
12/31/2012
1D 3D 1M
11) Compare
12/09/2013
6M YTD 1Y 5Y Max Daily
Korelasi yang positif (pergerakan dengan arah yang
sama) diantara pergerakan harga US Treasury (sebagai
indikator aset bebas risiko) dengan nilai tukar, pasar
saham, dan pasar obligasi negara-negara berkembang
sebagai indikator aset berisiko
US 10-year Treasury bond price and emerging market assets
Local CCY
Security/Study
350
3.6
3.5
7.80
3.0
7.70
Last Price
GDP CQOQ Index (R1)
EHUPUS Index- on 9/30/13 (L1)
NFP TCH Index (R2)
3.6
7.30
203.00
+1.1
-.27
+3.00
2.5
7.60
(1/1/13 = 100)
105
(1/1/13 = 100)
100
100
300
98
250
95
96
203.00
1.5
90
US 10Y Treasury futures
JP Morgan EM Currency Index
iShares EM Bonds ETF (RHS)
iShares EM Equities ETF (RHS)
94
2.0
7.50
102
92
85
90
0.5
Oct 13
Sep 13
Aug 13
Jul 13
Jun 13
May 13
Apr 13
Mar 13
Feb 13
80
Jan 13
1.0 150
7.40
Sumber: CLSA, Bloomberg
100
7.30
0.0
1/31
2/28
3/31
4/30
5/31
6/30
7/31
8/31
9/30
10/31
11/30
9
Dec 2013
Sumber: Bloomberg, as of 9 December 2013
Dalam beberapa bulan terakhir, repatriasi dana investor dari negaranegara berkembang kembali ke negara-negara maju (terutama AS) terus
berlanjut, seiring dengan kekhawatiran akan berakhirnya era kebijakan
ekonomi longgar oleh bank sentral AS (the Fed) yang dimulai dengan
memangkas pembelian bulanan US Treasury dan obligasi berbasis KPR
di AS (QE Taper). Investor mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan
penjualan agresif pada US Treasury dan mengakibatkan terjadinya
kenaikan signifikan pada imbal hasil yang diberikan oleh US Treasury.
Hal ini tentunya mempengaruhi ekspektasi investor akan kinerja imbal
hasil aset-aset berisiko lainnya, dikarenakan US Treasury adalah indikator
utama yang digunakan oleh investor global sebagai ukuran imbal hasil
aset bebas risiko.
Kenaikan dalam imbal hasil yang diberikan oleh US Treasury tentunya
akan meningkatkan ekspektasi investor akan imbal hasil aset-aset berisiko
tinggi (seperti pasar saham dan obligasi negara-negara berkembang)
yang menyebabkan valuasi pasar saham dan obligasi di level saat ini
dipandang relatif mahal oleh investor, dikarenakan tidak memberikan
imbal hasil yang cukup tinggi secara relatif apabila dibandingkan dengan
US Treasury dan premi risiko yang berlaku. Sebagaimana terlihat pada
grafik, investor dapat melihat korelasi yang positif (pergerakan dengan
arah yang sama) diantara pergerakan harga US Treasury dengan nilai
tukar, pasar saham, dan pasar obligasi negara-negara berkembang
sebagai indikator aset berisiko tinggi.
Menilik dampak spesifik pada pasar modal domestik, investor dapat
melihat bahwa semenjak Ben Bernanke mengumumkan rencana untuk
melakukan QE Taper di bulan Mei 2013, penarikan dana investor asing
secara signifikan terjadi khususnya di pasar saham domestik. Total dana
investor asing yang membukukan penjualan bersih semenjak periode
tersebut hingga tanggal 6 Desember 2013 mencapai USD3,4 milliar
atau 49,75% dari total dana investor asing yang melakukan pembelian
bersih semenjak awal tahun 2010 (pada saat program QE pertama kali
diumumkan).
Yang menarik adalah investor asing masih membukukan pembelian
bersih terhadap obligasi pemerintah domestik pada periode tersebut,
meskipun melakukan aksi jual agresif pada pasar saham.
Pergerakan aliran dana investor asing pada pasar
saham dan obligasi domestik beserta tingkat cadangan
devisa per November 2013 – pemerintah masih memiliki
cadangan devisa yang cukup untuk mengendalikan
stabilitas pasar modal
120,000
97,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
6,982
13,543
0
Hal ini menjelaskan mengapa program QE Taper memberikan dampak
negatif bagi pasar saham dan obligasi negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia.
2010-2012
-3,473,87 1,898
1 Mei - 6 Desember 2013
-20,000
Equity
Sumber: Bloomberg, PT Bank Commonwealth
Bonds
FX Reserves
5 | Market Perspective | Desember 2013
Lantas kemanakah likuiditas dari pasar modal negara-negara berkembang
tersebut mengalir? Tahun 2013 secara umum adalah tahun yang penuh
kejutan bagi investor. Indeks saham maupun pasar obligasi negara-negara
berkembang yang selama beberapa tahun terakhir ini selalu memberikan
kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks saham maupun pasar
obligasi negara-negara maju, di tahun 2013 ini justru mengalami situasi
yang kontradiktif. Dalam situasi pasar seperti inilah investor umumnya
baru menyadari pentingnya melakukan diversifikasi aset investasi.
Tahun 2013 merupakan sebuah tahun yang memiliki tema ‘The Great
Rotation’ dimana aset-aset investasi yang selama beberapa tahun
terakhir memiliki kinerja yang buruk, di tahun ini melonjak dan menempati
urutan puncak aset-aset yang memiliki kinerja terbaik di tahun 2013.
2012-13 Winners
2012-13 Losers
Kinerja pasar saham dan obligasi global
di tahun 2012 & 2013
Year to date (2013)
Past year (2012)
1. Greece Equities
56.3%
1. Greece Govt Bonds
126.6%
2. Greece Govt Bonds
54.7%
2. Greece Equities
69.0%
3. Ireland Equities
39.1%
3. Ireland Equities
50.0%
4. US Equities
27.7%
4. Germany Equities
37.6%
5. Japan Equities
26.5%
5. Spain Equities
36.8%
6. Spain Equities
25.7%
6. France Equities
35.0%
7. Switzerland Equities
25.6%
7. Japan Equities
34.5%
8. Germany Equities 25.2%
8. Switzerland Equities 32.6%
9. France Equities
24.0%
9. US Equities
31.9%
10. Global Equity Index
20.5%
10. Italy Equities
28.1%
11. Italy Equities
18.3%
11. Global Equity Index
26.8%
12. UK Equities
16.2%
12. Portugal Govt Bonds
25.7%
Real Estate
Commodities
Equities
Bonds
Dollar
Gold
13. Spain Govt Bonds
14.2%
13. Portugal Equities
25.3%
Developed Markets
Emerging Markets
14. Ireland Govt Bonds
13.7%
14. UK Equities
22.5%
US Assets
China Assets
15. Portugal Equities
12.6%
15. Spain Govt Bonds
22.1%
Value Stocks
Growth Stocks
16. Portugal Govt Bonds
12.0%
16. Poland Equities
22.0%
Small
Large
17. Hong Kong Equities
10.0%
17. Ireland Govt Bonds
17.9%
High Yield
Investment Grade
18. Australia Equities
9.8%
18. Australia Equities
17.2%
Cyclicals
Defensives
19. Italy Govt Bonds
9.8%
19. Korea Equities
16.0%
20. Poland Equities
9.2%
20. Taiwan Equities
15.9%
21. Israel Equities
8.9%
21. Italy Govt Bonds
15.9%
22. Taiwan Equities
6.9%
22. China Equities
15.4%
23 Canada Equities
6.4%
23 Hong Kong Equities
14.3%
24. Singapore Equities
12.7%
25. Russia Equities
11.6%
Sumber: BofA Merrill Lynch Global Investment Strategy
Salah satu tema utama di tahun 2014 adalah menguatnya nilai tukar USD
diakibatkan repatriasi dana kembali ke AS akibat rencana QE Taper yang
dilakukan oleh the Fed. Indikator akan hal ini dapat dilihat dari pelemahan
harga emas yang mencapai lebih dari 20% di tahun 2013 ini.
Sumber: Bloomberg, Bank of America Merrill Lynch
Pelemahan harga emas yang melampaui 20% secara tahunan, umumnya
menjadi awal dimulainya era penguatan USD, apabila dilihat secara
historis selama 30 tahun terakhir. Pelemahan komoditas emas dengan
nominal melampaui 20% secara tahunan hanya terjadi 3 kali (1981, 1997,
2013) selama 30 tahun terakhir.
Pergerakan harga emas selama 30 tahun terakhir
sebagai indikator pergerakan nilai USD
130%
80%
60%
USD Index menguat
10,23% 3 tahun
setelah 1997
USD Index menguat
39,33% 3 tahun
setelah 1981
40%
20%
0%
-20%
1997 = -21%
2013 = -27%
1981 = -33%
-40%
‘68
‘71
‘74
‘77
‘80
‘63
‘66
‘69
‘92
‘95
‘98
‘01
‘04
‘07
‘10
‘11
Sumber: BofA Merrill Lynch Global Investment Strategy, Bloomberg
Menyikapi kondisi di atas, pada akhirnya investor akan sampai pada satu
kesimpulan, yaitu likuiditas pada sistem finansial global akan mengalami
penurunan di tahun 2014. Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi
domestik yang masih melemah akibat defisit transaksi berjalan yang
masih tinggi serta ketidakpastian akibat pemilu 2014, apakah kita harus
bersikap pesimis menghadapi tahun 2014? Investor dapat belajar dari
krisis-krisis yang terjadi selama 15 tahun terakhir, serta salah satu hal
yang sangat krusial di tahun 2013 adalah mempelajari krisis Yunani yang
terjadi di tahun 2011.
Pada tabel di atas, kita dapat melihat bahwa sebuah negara seperti
Yunani yang mengalami pelemahan tajam dalam sistem finansial dan
ekonomi di tahun 2011, hingga harus diselamatkan oleh negara-negara
Uni Eropa, justru indeks saham dan pasar obligasinya mengalami
kenaikan signifikan di tahun 2012 & 2013 dan bahkan menjadi aset
yang menghasilkan kinerja terbaik di tahun 2012 & 2013. Perlu diketahui
bahwa obligasi pemerintah Yunani sempat mengalami penurunan rating
kredit hingga mencapai level SD (Selective Default – telah dianggap
gagal bayar). Namun investor jangka panjang yang mengincar valuasi
rendah dengan memperhatikan aspek fundamental dengan cermat, tetap
melakukan investasi dan malah membuahkan hasil yang luar biasa dalam
2 tahun terakhir, meskipun hal ini tidak terlepas dari dana bantuan yang
terus menerus dikucurkan oleh negara-negara Uni Eropa. Hal yang perlu
diperhatikan dengan seksama disini adalah, negara seperti Yunani yang
mengalami keterpurukan yang sangat dalam akibat krisis hutang yang
luar biasa, pasar saham dan obligasinya mampu bangkit dengan cepat
serta kembali memperoleh kepercayaan dari investor.
Ekonomi Indonesia memang mengalami perlambatan, namun secara
pertumbuhan ekonomi kita masih tetap mampu bertumbuh di atas ratarata ekonomi global. Perlu dicatat bahwa pelemahan nilai tukar IDR yang
saat ini terus terjadi adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menekan
laju impor dan mendorong kinerja ekspor dalam rangka mengurangi
defisit transaksi berjalan. Kita perlu mencermati juga bahwa laju inflasi
telah mulai melambat serta profitabilitas emiten yang telah berangsurangsur pulih sebagai katalis positif di tahun 2014. Sebagai salah satu
acuan, investor juga dapat melihat bagaimana pasar modal bereaksi
dalam krisis-krisis yang terjadi selama 15 tahun terakhir.
Amat menarik untuk disimak bahwa hampir setiap periode kriris dimana
investor jatuh dalam pesimisme yang dalam, ternyata IHSG cenderung
mengalami pemulihan lebih cepat dari ekspektasi investor. Terlebih
apabila kita menyadari bahwa fundamental ekonomi makro domestik
saat ini relatif lebih baik dibandingkan krisis-krisis sebelumnya, serta
respon pemerintah yang cenderung aktif dan agresif.
6 | Market Perspective | Desember 2013
Pergerakan IHSG – 3 krisis dalam 15 tahun terakhir
beserta masa pemulihannya. dapat dilihat bahwa
masa pemulihan semakin pendek diakibatkan kondisi
fundamental ekonomi makro yang semakin membaik
1998-ASIA CRISIS-USD/IDR PEAK @16,650 (BI mid rate-Bloomberg)
IHSG
Level
Peak
740
8-Jul-97
Date
Drawdown
Bottom
256
21-Sep-98
Recovery
742
1-Dec-04
Recovery period
-65%
1563 days
2003-GLOBAL FINANCIAL CRISIS-USD/IDR PEAK @12,650 (BI mid rate-Bloomberg)
Level
Date
Peak
2830
9-Jan-08
Drawdown
Bottom
1111
28-Oct-08
Recovery
2880
6-Apr-10
Recovery period
-61%
354 days
2011-EUROPE CRISIS-USD/IDR PEAK @9,204 (BI mid rate-Bloomberg)
Level
Date
Peak
4193
1-Aug-11
Drawdown
Bottom
3269
4-Oct-11
Recovery
4215
3-Apr-12
Recovery period
Level
Date
5214
20-May-13
Bottom
3976
27-Aug-13
?
Sebaliknya, bagi emiten-emiten yang memiliki pendapatan dalam mata
uang USD, justru diuntungkan dengan menguatnya USD terhadap
Rupiah dan mendorong sektor perkebunan dan pertambangan menjadi
sektor dengan kinerja terbaik pada periode tersebut.
Kinerja sektor-sektor IHSG selama 6 bulan
terakhir (semenjak awal periode Bearish) – sektor
pertambangan dan perkebunan memimpin dikarenakan
unsur pendapatan dalam USD (diuntungkan oleh
pelemahan nilai tukar IDR)
128 days
Drawdown
Peak
Recovery
Apabila diamati dalam 6 bulan terakhir, dengan kondisi suku bunga acuan
meningkat, pelemahan nilai tukar rupiah, serta meningkatnya harga BBM,
sebagaimana kita lihat pada grafik di bawah, sektor properti, industri
dasar, perbankan, dan konsumer merupakan sektor-sektor yang secara
kinerja terkena dampak paling negatif dibandingkan sektor lainnya. Hal ini
tentunya wajar mengingat kenaikan suku bunga pinjaman, kenaikan biaya
produksi, semuanya memberikan dampak pada penurunan profitabilitas
emiten di sektor-sektor tersebut.
-22%
2013-QE TAPER & BAD CRISIS-USD/IDR PEAK @11,765 (BI mid rate-Bloomberg)
Indikator risiko makro mengalami peningkatan dibandingkan akhir bulan
Oktober 2013 (0,3040 VS 0,2540) meskipun masih mengindikasikan
selera risiko investor yang cenderung meningkat terhadap aset-aset
berisiko tinggi (masih berada di bawah level rata-rata 10 tahun terakhir).
Kekhawatiran akan dilakukannya QE Taper pada pertemuan bank sentral
AS di pertengahan bulan Desember 2013 menjadi pemicu utama dari
melemahnya pergerakan pasar saham domestik dalam beberapa pekan
terakhir.
Recovery period
-24%
27-Nov-11
All Group Performances
64 days
-3.27
Sumber: Bloomberg, PT Bank Commonwealth
Bullish Period
1998
494%
1926 days
2008
277%
686 days
2011
60%
410 days
Crisis
2) Jakarta Mining INDEX
4) Jakarta misc industries
-9.10
-13.19
Return from
bottom level to
the new peak
6.29
3) Jakarta infra util trans
-7.70
Kenaikan IHSG dari level terendah yang dicapai
pada saat krisis hingga level tertinggi berikutnya,
sebuah potensi dari investasi yang dihasilkan
dari konsep value investing
1) Jakarta Agricultural IDX
5) Jakarta consumer goods
-14.17
6) Jakarta finance index
-15.07
7) Jakarta trd, svc & invmt
-18.23
8) Jakarta basic ind & Chem
Return: -13.51
-33.41
9) Jakarta cnstr prp rl est
Start Date
Index: JCI
End Date
6/7/13 - 12/9/13
Sumber: Bloomberg, 9 December 2013
Sumber: Bloomberg, PT Bank Commonwealth
Indikator risiko makro global – 0,3040
(rata-rata 10 tahun terakhir : 0,4359
MRI CITI
0.3010
-.0730
-- / --
At 12/6
Op 0.3040
Hi 0.3040
MRI CITI Index
12/10/2003
12/09/2010
Bid Price L1
1D 3D
1M 6M YTD 1Y 5Y Max Daily
Bid Price
High on 09/22/11
Average
Low on 01/11/10
SSBH
Lo 0.3040
11)Compare
Prev 0.3770
Mov. Avgs:
Security/Study
Event
0.3040
0.9940
0.4357
0.0110
1.0000
0.800
0.600
0.400
Aug 31
0.3040
0.200
0.000
2004
2005
2006
Sumber: Bloomberg, 1 November 2013
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Menutup tahun 2013 ini, kami kembali mempertahankan alokasi netral
terhadap reksa dana saham dan instrumen obligasi pemerintah. Tentunya
hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan ketidakpastian dari rencana
QE Taper di pertengahan Desember 2013 ini serta potensi kemelut
kebijakan fiskal dan moneter di AS pada bulan Januari dan Februari
2014 nanti. Fokus kami mengarah pada reksa dana saham dengan
strategi investasi bottom up dengan diversifikasi yang menyeluruh tanpa
berfokus pada sektor tertentu untuk menghindari fluktuasi, dengan
memberikan alokasi 40% pada reksa dana jenis ini. Sementara sebagai
pendorong tambahan kinerja portofolio investor, alternatif yang dapat
dipertimbangkan oleh investor adalah reksa dana dengan fokus pada
sektor infrastruktur dikarenakan karakteristik defensif yang telah teruji
selama periode krisis serta potensi meningkatnya pendapatan emiten
dikarenakan hal ini akan terus menjadi prioritas pemerintah di masa yang
akan datang.
Sebagai alternatif lainnya bagi investor, reksa dana saham dengan
kapitalisasi kecil dan menengah namun memiliki fleksibilitas untuk
berinvestasi pada saham-saham berkapitalisasi besar seperti Batavia
Dana Saham Optimal dapat dijadikan pertimbangan. Pemilihan
pada emiten-emiten yang memiliki risiko paling minimal terhadap
iklim penurunan profitabilitas seperti saat ini juga menjadi salah satu
keunggulan dari reksa dana ini.
7 | Market Perspective | Desember 2013
Kinerja YTD per tanggal 28 November 2013
Ekonomi Indonesia mengalami perlambatan, namun
secara pertumbuhan ekonomi kita masih tetap
mampu bertumbuh di atas rata-rata ekonomi global.
Pelemahan nilai tukar IDR adalah bagian dari upaya
pemerintah untuk menekan laju impor dan mendorong
kinerja ekspor dalam rangka mengurangi defisit
transaksi berjalan.
Batavia Dana Saham Agro
Schroder Dana Prestasi
Schroder Dana Istimewa
BNP Paribas Pesona Syariah
Indeks Harga Saham Gabungan
Schroder 90 Plus Equity Fund
BNP Paribas Infrastruktur Plus
Manulife Syariah Sektoral Amanah
Schroder Dana Prestasi Plus
Manulife Dana Saham
First State Dividend Yield Fund
Indoequity Sectoral Fund
Manulife Saham Andalan
BNP Paribas Ekuitas
BNP Paribas Pesona
Penting untuk diketahui investor bahwa pemilihan reksa dana harus
disesuaikan dengan profil risiko, dan investor tidak disarankan untuk
melakukan pengambilan keputusan investasi yang tidak sesuai dengan
profil risiko masing-masing.
BNP Paribas STAR
BNP Paribas Solaris
Danareksa Mawar Konsumer 10
Danareksa Mawar Fokus 10
Mandiri Investa Ekuitas Dinamis
Batavia Dana Saham Agro
Mandiri Investa Atraktif
Mandiri Investa Atraktif Syariah
Manulife Greater Indonesia Fund
Manulife Saham SMC Plus
-20
-15
-10
-5
0
Sumber: Bloomberg, Infovesta, Wealth Management Services PTBC
5
10
Reksa dana saham merupakan suatu instrumen investasi yang memiliki
fluktuasi tinggi dan tingkat risiko yang relatif tinggi apabila dibandingkan
dengan instrumen kas dan pasar uang. Investasi pada reksa dana saham
memerlukan horison waktu jangka panjang untuk meminimalisir fluktuasi
serta potensi imbal hasil yang lebih optimal.
Portfolio IDR December 2013*
Konsep Portofolio
Alternatif Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
BNP Paribas Pesona Syariah
Manulife Dana Saham
Schroder Dana Istimewa
Shroder 90 Equity Plus
40%
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Optimal
10%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund
FR68 / FR65 / FR58
25%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah
Schroder Dana Andalan 2
FR66 / 63
25%
Portfolio USD December 2013*
Konsep Portofolio
Alternatif Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Panin SRC Moderate Fund
50%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration Indon 21/22/23 New
40%
*Subject to disclaimer
DISCLAIMER
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum
oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu
ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang
tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan
peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan
tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa
informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun
tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa
pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti
informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang
terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk
investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko
investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup.
Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut
agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat
berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id
untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di [email protected].
www.commbank.co.id
facebook.com/CommbankID
twitter.com/Commbank_ID
Download