Uji Aktivitas Ekstrak Air Daun Fertil dan Steril Sisik Naga terhadap

advertisement
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Uji Aktivitas Ekstrak Air Daun Fertil dan Steril Sisik Naga
terhadap Enteropatogenik E. coli
Rida O. Khastini1*, Vivin Setiyowati
Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNTIRTA,
*[email protected]
Abstrak. Sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.) merupakan tanaman epifit
yang tumbuh liar di batang maupun dahan pohon dan mempunyai dua morfologi daun
berupa daun fertil dan daun steril. Pada penelitian ini, potensi dari kedua morfologi daun
sisik naga diuji terhadap isolat bakteri enteropatogenik Eschericia coli (EPEC). Berdasarkan
hasil penelitian, ekstrak daun fertil dan daun steril sisik naga mulai menghambat
pertumbuhan bakteri E.coli pada konsentrasi hambatan minimal (KHM) 10% . Ekstrak daun
fertil menunjukkan perbedaan daya hambat yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri uji
dibandingkan daun steril. Aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh tanaman ini
memungkinkan untuk pengembangannya sebagai tanaman obat. Penelitian lanjutan
diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit penting yang berperan dalam
aktivitas antibakteri.
Kata Kunci: sisik naga, daun fertil, daun steril, antibakteri, EPEC E.coli
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
mempunyai potensi keanekaragaman hayati
yang sangat tinggi dan menempati urutan
ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan
Zaire. Sebanyak 40.000 spesies tumbuhan
di dunia, Indonesia memiliki 30.000 spesies
tumbuhan yang tersebar di hutan tropisnya
dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies
diantaranya merupakan tumbuhan obat.
Saat ini, tumbuhan obat yang telah
digunakan dalam industri obat tradisional
hanya 283 spesies tumbuhan. Eksplorasi
dan pengembangan budi daya tanaman obat
terus dikembangkan, karena diharapkan
dapat mengurangi impor bahan baku obat
kimia.
Salah satu tanaman yang berpotensi
sebagai tanaman obat yaitu sisik naga
(Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.).
Sisik naga merupakan tanaman epifit yang
tumbuh liar di batang dan dahan pohon,
sehingga dapat dengan mudah ditemukan di
lingkungan sekitar. Sisik naga merupakan
tumbuhan berhabitus terna dengan akar
rimpang yang panjangnya 5-22 cm,
berukuran kecil, merayap, dan bersisik.
Morfologi daun sisik naga berbentuk jorong
atau jorong memanjang, ujungnya tumpul
atau membundar, pangkal runcing, bertepi
rata, tebal berdaging, dan bertangkai
pendek. Permukaan daun yang tua tidak
berambut atau berambut jarang pada
permukaan bawahnya. Warna daunnya
hijau sampai hijau kecokelatan. Daun yang
fertil mengandung spora, bertangkai pendek
atau duduk, berbentuk oval memanjang,
panjangnya 1-5 cm, dengan lebar 1-2 cm.
Sedangkan daun yang steril tidak
mengandung spora, berbentuk bulat,
panjangnya 1-3 cm, dengan lebar 1-2 cm.
Secara
tradisional,
masyarakat
menggunakan tanaman ini untuk mengobati
radang gusi, sariawan, dan pendarahan.
Kandungan kimia yang terdapat dalam sisik
naga yaitu saponin, polifenol, minyak atsiri,
triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan
gula. Hasil dari penelitian-penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa minyak
atsiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, dan
tanin merupakan senyawa-senyawa bioaktif
yang dapat bersifat antibakteri dan anti
fungi.
Berdasarkan kandungan kimia yang
dimilikinya, maka sisik naga berpotensi
Semirata 2013 FMIPA Unila |237
Rida O. Khastini1*, Vivin Setiyowati: Uji Aktivitas Ekstrak Air Daun Fertil dan Steril Sisik
Naga terhadap Enteropatogenik E. coli
sebagai tanaman obat yang bersifat
antibakteri. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui aktivitas
antibakteri tanaman tersebut terhadap
bakteri patogen E. coli EPEC yang
merupakan penyebab utama diare di
negara-negara
berkembang
terutama
Indonesia. Penyebaran bakteri tersebut
berkaitan dengan konsumsi air minum dan
sejumlah produk berbahan dasar daging
yang telah terkontaminasi.
Selain
pengujian aktivitas antibakteri, pada
penelitian ini juga diandingkan aktivitas
antibakteri antara dua morfologi daun sisik
naga yaitu daun fertil dan daun steril.
Informasi
yang
diperoleh
dari
keseluruhan
penelitian
ini
dapat
berkontribusi sebagai pengetahuan dasar
yang untuk dikembangkan lebih lanjut dan
diaplikasikan dalam industri farmasi
dengan memanfaatkan potensi alam
Indonesia.
Bakteri uji yang digunakan adalah
enteropatogenik Eschericia coli K. 1. 1
(ATCC 43887) sebagai bakteri patogen
Gram negatif Bakteri uji dibiakkan pada
media NA selama 24 jam pada suhu 37 oC,
untuk memperoleh kultur kerja. Sebanyak
satu ose kultur kerja tersebut diperbanyak
dengan cara dibiakkan ke dalam tabung
berisi media NB sebanyak 5 ml dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Standardisasi kultur bakteri uji umur 24 jam
dilakukan dengan cara penyetaraan
kekeruhannya sesuai standar Mc. Farland
no. 2, untuk menghasilkan populasi bakteri
setara 6 x 108sel bakteri/ml.
Mula-mula bakteri E. coli diremajakan
dalam Nutrient Agar (NA) miring.
Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37º C. Setelah itu, satu ose bakteri
dipindahkan ke dalam Nutrient Broth (NB)
dan dikocok dengan kecepatan 120 rpm
selama 1 menit. Lalu diinkubasi kembali
selama 1 x 24 jam pada suhu 37º C.
METODE PENELITIAN
Secara garis besar, penelitian dapat
dilihat pada bagan alur di bawah ini
(Gambar 1)
Gambar 7. Bagan alur penelitian
Persiapan Bakteri Uji
238| Semirata 2013 FMIPA Unila
Pembuatan Ekstrak Tanaman
Sampel yang digunakan adalah daun
sisik naga (Drymoglossum piloselloides
(Linn.) Persl.) dewasa berwarna hijau tua
yang tumbuh menempel pada tanaman
kelapa. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposif yaitu tanpa membandingkan
dengan tempat tumbuh di daerah lain.
Sampel diambil dari desa Panjang,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Daun sisik naga dibersihkan dari kotoran
dengan cara dicuci dengan air bersih sampai
bersih, kemudian ditiriskan. Daun sisik
naga dipisahkan antara daun fertil dan daun
steril. Ekstraksi daun sisik naga dilakukan
dengan alat ekstraksi sokhlet. Sebanyak 25
g daun sisik naga dimasukkan ke dalam
kertas saring yang telah ditimbang
sebelumnya. Pelarut air sebanyak 250 ml
dimasukkan ke dalam soklet bawah dan
diatur pada suhu 100 oC selama 4-5 jam
dengan pendingin air yang terus mengalir.
Pada akhir proses akan didapatkan larutan
dalam sokhlet atas yang jernih sedangkan
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
bagian bawah menjadi keruh. Hasil
ekstraksi dicampur sehingga didapatkan
volume ekstrak. Ekstrak cair tersebut
kemudian
dievaporasi
untuk
menghilangkan
pelarutnya
dengan
menggunakan
evaporator,
sampai
mengental dan dikeringkan dengan freeze
dryer pada suhu ± 40 ° C. Serial
pengenceran dengan berbagai tingkat
konsentrasi yaitu 1%, 5%, 10%, 15%, 20%,
25%, 30%, dan 35%. Dibuat dengan
melarutkan ekstrak sisik naga.
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Aktivitas antibakteri diuji dengan
metode difusi cakram (Disk Diffusion
Method) dari Kirby-Bauer. Cawan Petri
yang berisi media agar nutrisi (NA) yang
masih cair sebanyak 20 ml didinginkan
hingga memadat. Kemudian setelah media
memadat diinokulasikan bakter i uji ya ng
telah d iregenerasi sebanyak 1 ml dan
diratakan ke dalam cawan Petri dengan
metode pour plate. Media dibiarkan selama
10 menit..Kertas cakram steril dengan
diameter 6 mm dicelupkan dalam ekstrak
air daun streril dan fertil sisik naga selama
15 menit, kertas cakram juga dicelupkan
dalam kloramfenikol 30 mg/ml sebagai
kontrol positif, lalu kertas
cakram
dimasukkan kedalam cawan petri yang
berisi media NA yang telah membeku, tiap
cawan berisi 3 kertas cakram. Selanjutnya
biakan diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37 oC didalam inkubator. Daerah bening d
isekitar cakram menunjukkan uji positif.
Diameter zona hambat (bening) yang
terbentuk diukur dengan jangka sorong.
Masing-masing
perlakuan
dilakukan
tigakali ulangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak
Daun Sisik Naga terhadap Pertumbuhan
Escherichia coli
Tabel 1. Pengaruh penambahan Ekstrak Daun
Fertil dan Streril Sisik
terhadap
Pertumbuhan EPEC E. coli
Konsentrasi (%)
0
1
5
10
15
20
25
30
35
Ekstrak Daun Sisik
Naga
daun fertil daun steril
+
+
+
+
+
+
-
Keterangan: (+) = ada pertumbuhan
(-) = tidak ada pertumbuhan
Metode
yang
digunakan
untuk
penentuan KHM senyawa aktif yang
terdapat dalam daun steril dan daun fertil
sisik naga pada penelitian ini adalah metode
difusi agar. Pada metode ini ekstrak daun
sisik naga dengan senyawa aktif tersebut
dibiarkan berdifusi pada agar melalui
cakram kertas. Aktivitas pertumbuhan
bakteri yang dihambat oleh senyawa aktif
tersebut dapat diamati dengan terbentuknya
zona hambatan disekitar kertas cakram.
Hasil pengujian daya antibakteri ekstrak
daun fertil dan ekstrak daun steril sisik naga
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia
coli menunjukkan bahwa ekstrak daun fertil
dan ekstrak daun steril sisik naga memiliki
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
yang sama, yaitu 10% (Tabel 1).
Data-data yang didapatkan pada
pengujian KHM ini memberikan informasi
awal mengenai sensitifitas bakteri terhadap
senyawa aktif yang terkandung dalam sisik
naga. Hal ini merupakan gambaran dari
efektifitas klinis yang dimiliki senyawa
antibakteri tersebut.
Semirata 2013 FMIPA Unila |239
Rida O. Khastini1*, Vivin Setiyowati: Uji Aktivitas Ekstrak Air Daun Fertil dan Steril Sisik
Naga terhadap Enteropatogenik E. coli
Aktivitas antibakteri kedua ekstrak daun
sisik naga berbanding lurus dengan dengan
konsentrasi yang digunakan. Hal ini sesuai
dengan semakin tinggi konsentrasi ekstrak
daun sisik naga, maka semakin sedikit
jumlah bakteri yang dapat bertahan hidup.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Ajizah
(2004),
bahwa
dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak tanaman
obat, maka akan semakin besar pula kadar
bahan aktif yang berfungsi sebagai
antibakteri, sehingga kemampuannya dalam
menghambat pertumbuhan bakteri juga
semakin besar.
Senyawa antibakteri yang terkandung
dalam
sisik
naga
dapat
bersifat
bakteriostatik ataupun bakteriosida. Pada
kondisi bakteriostatik, senyawa aktif yang
terkandung dalam daun sisik naga yang
bersifat antibakteri tersebut hanya mampu
menghambat pertumbuhan bakteri secara
terbatas. Lain halnya pada kondisi
bakteriosida. Senyawa antibakteri mampu
secara total membunuh bakteri targetnya.
Kedua sifat antibakteri ini dipunyai oleh
daun sisik naga. Kedua jenis daun sisik
naga tersebut diketahui mengandung
senyawa-senyawa bioaktif yang berperan
sebagai antibakteri seperti minyak atsiri,
triterpen/sterol, fenol, flavonoid, dan tanin.
Tabel 2. Daya Hambat Ekstrak Daun Fertil dan
Ekstrak Daun Streril Sisik Naga
dibandingkan
dengan
Antibiotik
Kloramfenikol terhadap Pertumbuhan
EPEC E. coli
Jenis Perlakuan
Ekstrak daun
fertil
Ekstrak daun
steril
Kloramfenikol
Konsent
rasi
(mg/ml)
10
10
30
240| Semirata 2013 FMIPA Unila
Zona
Hambata
n (mm)
3,73a
2,63b
4a
Konsentrasi ekstrak daun fertil dan
ekstrak daun steril sisik naga berpengaruh
terhadap diameter zona bening yang
dihasilkan. Pada Tabel 2 terlihat bahwa
Daya hambat kedua ekstrak daun berbeda
signifikan. Ekstrak daun fertil mempunyai
aktifitas yang tidak berbeda nyata dengan
kontrol
positif
berupa
antibiotik
kloramfenikol
dalam
memnghambat
pertumbuhan bakteri, namun tidak pada
daun steril.
Adanya perbedaan daya hambat antara
kedua jenis ekstrak uji tersebut diduga
karena adanya perbedaan besarnya kadar
senyawa-senyawa bioaktif yang terkandung
di dalam kedua jenis daun sisik naga itu.
Hal tersebut kemungkinan berkaitan dengan
perbedaan morfologi dari kedua jenis daun
sisik naga. Daun fertil sisik naga memiliki
bentuk oval memanjang, dengan panjang 15 cm dan lebar 1-2 cm, sehingga berukuran
lebih besar. Sedangkan daun steril sisik
naga berbentuk oval yang cenderung bulat
serta berukuran kecil, dengan panjang 1-3
cm dan lebar 1-2 cm dan juga memiliki
kandungan air pada daun yang lebih banyak
dibandingkan dengan daun fertil sisik naga.
Akan tetapi, masih belum diketahui dengan
pasti besarnya kadar senyawa-senyawa
bioaktif dari masing-masing jenis daun sisik
naga tersebut.
Hasil Analisis Sidik Ragam ekstrak daun
fertil dan ekstrak daun steril sisik naga yang
dibandingkan
dengan
antibiotik
Kloramfenikol 1% menunjukkan adanya
perbedaan daya hambat yang sangat nyata
Sedangkan jika dilihat dari luas diameter
zona bening, dapat dilihat bahwa luas
diameter zona bening ekstrak daun fertil
dan ekstrak daun steril sisik naga pada
konsentrasi 10 mg/ml mendekati luas
diameter
zona
bening
antibiotik
Kloramfenikol pada konsentrasi 30%
(Tabel 2).
Hal tersebut menunjukkan
bahwa kedua jenis ekstrak daun sisik naga
itu berpotensi dapat digunakan sebagai
antidiare alami
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
KESIMPULAN
Ekstrak dua jenis daun sisik naga: daun
fertil dan steril memiliki aktivitas
antibakteri terhadap EPEC E. coli, namun
terdapat perbedaan daya hambat yang
dihasilkan. Daun Fertil memiliki aktivitas
yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhariya, E. & Hernani. 2004. Gulma
Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya,
Jakarta: viii + 128 hlm.
IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia.
Jakarta.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/v
iew.php?mnu=2&id=254, 1 Februari
2013, pk. 09.15 WIB.
Yuliarti, N. 2008. Hidup Sehat dengan
Terapi
Herbal.
Banyu
Media,
Yogyakarta: viii + 84 hlm.
Hariana, A. 2008. Tumbuhan Obat dan
Khasiatnya seri 3. Penebar Swadaya,
Jakarta: iv + 172 hlm.
Somchit MN, Hassan H, Zuraini A, Chong
LC, Mohamed Z, Zakaria ZA. 2011 In
vitro anti-fungal and anti-bacterial
activity of Drymoglossum piloselloides
L. Presl. against several fungi
responsible for Athlete‘s foot and
common pathogenic bacteria African
Journal of Microbiology Research Vol.
5(21): 3537-3541
Sampoerna, T. 2004. Kiat Mengatasi
Penyakit dan Obatnya. Progres, Jakarta:
152 hlm.
Todar, K. 2008. Pathogenic E. coli.
University
of
Wisconsin-Madison
Department
of
Bacteriology.
http://www.textbookofbacteriology.net/e
.coli.html, 16 Agustus 2008, pk. 14.20
WIB.
Bryan LE. 1982. Bacterial Resistance and
Susceptibility to Chemotherapeutic
Agents.
Cambridge:
Cambridge
University.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella
Typhimurium terhadap Ekstrak Daun
Psidium Guajava L., Bioscientiae 1(1):
31-38.
http://bioscientiae.unlam.ac.id/v1n1_ajiz
ah.PDF, 30 Juli 2008, pk. 12.00 WIB.
Nursal, S. Wulandari & W.S. Juwita. 2006.
Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb.) dalam Menghambat
Pertumbuhan
Koloni
Bakteri
Escherichia coli dan Bacillus subtilis.
Jurnal Biogenesis 2(2): 64-66.
Susanti, A. 2008. Daya Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica
less) terhadap Escherichia coli secara in
Vitro.
www.journal.unair.ac.id/filerPDF/6%20
daun%beluntas(Beres).doc. 23 Februari
2013, pk. 20.30 WIB.
Semirata 2013 FMIPA Unila |241
242| Semirata 2013 FMIPA Unila
Download