KEMENTERIAN HUKUl\ti DAN HALvi RI BADAl~ PEl\'iBINAAN HUKUl\'i NASIONAL -r. _ 'I __ __ .1 __ • .'1 _ _ T _ . • _ _ _ _ T . r _ .. __ . • TT 'I . _ ... T . . • _ . _ 'I .l U;,cn .LJUAUIIU::IIUI;,J UCIII .Jill JllbCIII .l.ll.lUIIIICI;,l .I..I.UAUJII l .,CI;,IUIICII ""' __ -A n.May.Jen. Sutoyo -Cililitan- Jakarta Timur Somber: KOIVJP/-JS Subjek: 1i Hariff!!l: /V!JMIS" / 9A?.eiL ct20/J I, ... ,... "":>"'" ..., .UIIDI n..OI : I Bidang: -f'l TV.r R/JJ>I/01L - P.PM8Loki/0N l /11 JLJ.L 2. Pemblokiran Situs·Radikal - - ~ ~ i Oleh ULIL ABSHAR-_ABlJALLA K ebijill{an pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika, memblokir situs-situs internet yang menyebarkan ideologi radikalisme keagamaan menimbulkan pro dan kontra. Pada kelompok yang sering disebut dengan jihadis, provokasi ini tidak hanya diarahkan kepada golongan lain dalam masyarakat, tetapi juga terhadap pemerintah. Dalam wacana kaum jihadis, Pemerintah Indonesia dianggap sebagai musuh Islam yang harus diperangi. Ini yang menjelaskan mengapa pihak kepolisian selama ini menjadi sasaran kekerasan kelompok tersebut. Pemerintah, Saat saya menulis esai ini, sedi mata mereka, adalah ~emac~ jumlah situs yang dikenal karena thaghut, . representas1 dar1 isinya yang keras dan radikal, , kekuatan Jahat yang ~~wan_ seperti arrahmah.com, tidak bisa kebenaran Tuhan dan penerapan lagi diakses. Konon ada 200-an hillrum Tuhan (tathbiq situs yang ditengarai Badan Naal-syari'ah). sional Penanggulangan TerorisKetiga, ideologi radikalisme ini me sebagai penyebar ideologi rasangat menekankan ideologi jidikalisme dan jihadisme. Bebehad (secara harfiah artinya adarapa dari situs itu sudah tidak lah "perang suci''). Jika di mata bisa lagi dibuka oleh publik. Demayoritas umat Islam jihad tidak ngan kata lain, kebijakan pemsemata-mata dipandang sebagai blokiran sudah berjalan saat ini. "perang fisik", tetapi perang spiWacana pemblokiran ·itu suritual untuk mencapai kesemdah mengemuka di dalam diskusi purnaan dan penyucian diri (jipublik sejak lama Tuntutan sehad al-nafs), di mata kaum jijumlah kalangan dalam masyahadis, jihad dimaknai sebagai perakat untuk menutup situs-situs rang dalam pengertian serangan radikal sudah lama kita dengar. fisik atas orang atau obyek yang Berdasarkan observasi saya, ada dianggap sebagai wakil dari kesejumlah alasan yang muncul ke kuatan anti Tuhan. Dengan depermukaan. mikian, pengertian jihad sema. . cam ini bisa menimbulkan poldeologl rad1kal tensi ancaman keamanan bagi Pertama, jelas, situs-situs ini negara. Sudah berkali-kali kita menyebarkan ideologi keagamamengalami kekerasan dengan daan yang radikal yang sama sekali sar paham jihad seperti ini sejak tahun 2000-an. jauh dari semangat _Islam Indonesia yang moderat dan toHal lain yang mencemaskan leran. Paham keagamaan yang masyarakat adalah persebaran radikal ini juga gampang meideologi radikal ini, terutama selakukan pengafiran (gejala yang telah munculnya isu Negara Iskerap disebut sebagai takfirz) ter- lam di Irak dan Suriah (NilS) hadap kelompok lain yang ber- atau Daesh (istilah yang k~ap beda pandangan. dipakai di media Timur Tengah). Kedua, kelompok radikal ini Dengan teknologi internet, rakerap kali_melakukan incitement dikalisme keagamaan mudah diatau provokasi untuk bertiridak sebarkan melalui pelbagai media kekerasan terhadap golongan _;!S.!!_OS;;>.!i"'al...,d...,a"-'n..L....Llh.u.lo"'g~----~­ lain, terutama kaum minoritas. ., Walaupun sebagian besar umat Islam menolak ideologi NilS sebagai perversion atau penyimpangan pemahaman 'keagamaan, tak bisa kita mungkiri bahwa sebagian kalangan anak muda bisa terjerembap dalam magnet ideologi ini. Apalagi, anak-anak muda yang sedang "galau" secara keagamaan dan ideologis: mereka bisa dengan mudah terpikat oleh daya tarik ideologi radikal yang dikemas dengan bahasa agama (Islam) tersebut. Harus hati-hati Saya mendukung pemblokiran situs-situs radikal ini dengan sejumlah catatan dan reserve. Paham mereka yang mengajarkan kekerasan, mudah menghakimi kelompok lain yang berbeda (takfir), dan anti terhadap bentuk negara nasional yang kita punyai saat ini (anti NKRI) jelas tak selaras dengan cita-cita kita membangun sebuah negara yang melindungi semua golongan, tanpa suatu diskriminasi. Namun, kita juga harus hati-hati melihat masalah pemblokiran ini. Kita bisa saja memberikan dukungan atas kebijakan itu, tetapi tetap dengan sejumlah catatan kritis. Pemblokiran harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Wewenang pemblokiran, jika dilakukan tanpa suatu kontrol yang ketat, bisa disalah-gunakan dan bisa diperluas sehingga menutup situs-situs yang sebetulnya tidak layak diblokir. Memberikan wewenang pemblokiran kepada instansi tertentu dalam pemerintahan bisa menjadi "kuda troya" yang membuka ancaman terhadap kebebasan berpendapat pada · umumnya Kita harus mencegah jangan sampai efek kuda ·troya ini terjadi. ~ Sambungan T I Hariffgl: Sumber: 1' Saya ariibjl contoh kecil, yaitu pemblokiran situs-situs porno yang dulu pemah dilakukan oleh Kominfo. lui, adalah kebijakan yang niscaya setelah disahkannya UU Anti Pomografi No 44/2008. Artinya, kebijakan ini ada payung hukumnya. Yang rrienarik, ada situs yang sama sekali tak ada kaitannya dengan pomografi, teQipi diblokir dengan alasan pomografi. Inilah bentuk penyalahgunaan wewenang pemblokiran yang seharusnya tak perlu terjadi. Saya berharap g~jala semacam ini tak terjadi dalam kasus pemblokiran situs radikal saat ini. Definisi radikal Definisi "situs radikal" juga bukan hal yang mudah. Bagaimana kita menggolongkan paham tertentu sebagai radikal atau tidak, bisa membawa kita pada diskusi yang mungkin tak ada habis-habisnya. Istilah "situs radikal" harus dimaknai secara terbatas dan s.engat hati-hati. Akhimy!l, prinsip utama dalam demokrasi tetap tak boleh diabaikan: semua pihak berhak menyampaikan pandangannya mengenai masalah apa saja, termasuk masalah keagamaan. Ini bagian dari freedom of speech yang dijamin konstitusi kita Namun, saya tahu, dalam kasus situs radikal ini, ada dilema antara dua hal: menjaga kebebasan berbicara dan menjaga keamanan publik. Keduanya merupakan imperatif yang tak bisa kita abaikan. Tentu kita harus mencari keseimbangan di antara dua imperatif itu. Meski, saya juga tahu, tak mudah mencapai titik keseimbangan semacam itu. · ULIL ABSHAR-ABDALLA Cendekiawan Muslim T I Hlm/Kol: '-.