PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM

advertisement
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA
(Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012
Oleh:
Nana Sumarna1
Abstrak. Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pemecahan masalah adalah cara penyajian
bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis
dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Studi ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SDN 01 Poasia
dengan mengambil sampel kelas V. Prosedur penelitian menggunakan alur penelitian
tindakan kelas. Fokus materi adalah materi pecahan yang sedang dipelajari oleh siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses keterlaksanaan skenario pembelajaran aktivitas guru
pada siklus I pertemuan 1 sebesar 77,5% dan pada siklus I pertemuan 2 aktivitas guru
mencapai 85%, sedangkan pada siklus II pertemuan 1 sebesar 90% dan pada siklus II
pertemuan 2 meningkat menjadi 97,5%. Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar
76,42% dan pada siklus I pertemuan 2 mencapai 87,85%, sedangkn pada siklus II pertemuan
1 sebesar 95,71% dan pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 97,14%. Dari segi hasil
belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 52,5% atau sebanyak 21 orang dari 40
siswa yang tuntas memperoleh nilai ≥ 70 dengan nilai rata-rata 79,48, sedangkan pada siklus
II meningkat menjadi 82,5% atau sebanyak 33 orang dari 40 siswa yang tuntas memperoleh
nilai ≥ 70 dengan nilai rata-rata 89,84.
Kata kunci: Pemecahan masalah, hasil belajar, Pecahan
1
Dosen PGSD FKIP Universitas Halu Oleo
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika adalah proses
pemberian pengalaman belajar kepada peserta
didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang
dipelajari (Muhsetyo, 2008: 1.26). Oleh karena
itu, pembelajaran matematika hendaknya
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar
memperoleh hasil yang maksimal.
Namun pada kenyataannya untuk
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
belum sesuai dengan harapan. Salah satu
penyebabnya adalah cara pengajaran dari guru
yang kurang mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa
menjadi kurang berminat dan termotivasi dalam
mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya nilai
rata-rata hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal
ini jelas sangat memperihatinkan mengingat
betapa pentingnya matematika dalam dunia
pendidikan.
Masalah yang sama sebagaimana telah
diungkapkan sebelumnya juga terjadi di SDN 01
Poasia. Berdasarkan data yang diperoleh
menujukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian
matematika pada materi operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa
kelas V C semester genap tahun pelajaran
2011/2012 hanya sebesar 61,14. Nilai ini berada
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan di Sekolah tersebut yaitu
minimal ≥ 70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil
belajar matematika di kelas V C SDN 01 Poasia
belum optimal dan masih perlu diperbaiki.
Berdasarkan maslah tersebut, upaya
mencari akar penyebab masalah dengan
melakukan beberapa kegiatan antara lain:
1. Melakukan observasi pada saat guru
mengajar. Dari hasil observasi tersebut,
peneliti menemukan bahwa salah satu faktor
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa adalah karena pembelajaran lebih
berpusat pada guru (teacher centered).
Adapun
metode
pembelajaran
yang
digunakan guru lebih didominasi oleh metode
ceramah. Akibatnya siswa cenderung pasif
dalam menerima materi pembelajaran yang
diberikan oleh guru.
2. Melakukan wawancara dengan siswa tentang
pelajaran yang diikuti. Dari hasil wawancara
tersebut, peneliti menemukan bahwa faktor
lain yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar siswa adalah karena adanya rasa jenuh
dari siswa dengan pola pembelajaran dari
guru yang sama terus-menerus yakni guru
selalu menggunakan metode ceramah terusmenerus. Akibatnya siswa menjadi kurang
berminat dan termotivasi dalam mengikuti
proses pembelajaran.
3. Melakukan observasi tentang hasil kerja
siswa pada materi penjumlahan dan
pengurangan pecahan. Tujuan dari kegiatan
ini adalah peneliti ingin mengetahui
penyebab rendahnya nilai rata-rata ulangan
harian matematika pada materi operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa
kelas V C tahun pelajaran 2011/2012.
Dengan mengetahui hal tersebut peneliti
dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan
yang terjadi saat itu untuk tidak terulang lagi
pada kelas V C yang sekarang. Hasil
observasi menujukkan bahwa: (1) Siswa
kurang memahami masalah yang terdapat
pada soal. Hal ini dapat dilihat pada
pekerjaan siswa yang salah dalam
mengidentifikasi hal yang diketahui dalam
soal, (2) Siswa kurang teliti dalam
menyelesaikan soal. Hal ini terlihat dari
jawaban yang diperoleh siswa meskipun
model matematikanya sudah benar namun
masih ada kesalahan pada jawaban akhirnya,
(3) Siswa jarang memeriksa kembali jawaban
yang telah diperolehnya. Hal ini disebabkan
karena kurangnya pemahamanan dari siswa
tentang manfaat dari memeriksa kembali
jawaban yang telah diperolehnya.
Untuk
dapat
mengatasi
masalah
sebagaimana
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya guru memerlukan suatu metode yang
tepat. Salah satu metode yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut adalah metode
pemecahan masalah. Metode ini mampu
menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam
belajar matematika. Hal ini disebabkan karena
metode ini memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada siswa untuk memecahkan
masalah matematika yang dihadapinya. Guru
hanya perlu membimbing siswa secara bertahap
agar siswa dapat menemukan solusi dari masalah
yang dihadapinya. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Hudojo
(dalam Kaimudin, 2008: 77) bahwa matematika
yang disajikan dalam bentuk masalah-masalah
akan memberikan motivasi bagi siswa untuk
mempelajari matematika dengan baik.
Selain itu, dengan menggunakan metode
pemecahan masalah pembelajaran yang semula
bepusat kepada guru (teacher centered) dapat
berubah menjadi berpusat pada siswa (student
centered).
Hal
ini
disebabkan
karena
pembelajaran dengan pemecahan masalah
menekankan pada tiga hal yaitu: (1)
meningkatkan sikap positif siswa terhadap
matematika, (2) mendorong siswa berpartisipasi
lebih aktif, dan (3) menghadapkan siswa pada
keterampilan yang menantang agar siswa terlatih
melakukan pemecahan masalah dan berfikir
analitik ( Chicko dalam Kaimudin, 2008: 79).
Akibatnya siswa akan cenderung berpatisipasi
lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Adapun
langkah-langkah
untuk
memecahkan masalah adalah sebagai berikut: (1)
pemahaman
masalah
(understanding
the
problem), (2) merencanakan pemecahan atau
penyelesaian (devising a plan), (3) melaksanakan
rencana pemecahan atau perhitungan (carrying
out the plan), dan (4) memeriksa proses atau
hasil perhitungan (looking back) (Polya dalam
Kaimudin, 2008: 83). Dengan langkah-langkah
pemecahan masalah tersebut diharapkan siswa
mampu menyelesaikan soal pemecahan masalah
khususnya dalam bentuk soal cerita.
Metode Pemecahan Masalah merupakan
metode mengajar yang lebih tinggi tingkatnya
dari cara belajar lainnya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan aturan-aturan tingkat tinggi,
aturan-aturan dan konsep terdefinisi. Untuk
memperoleh aturan-aturan ini sudah harus belajar
konsep konkrit, dan untuk belajar konkret harus
menguasai diskriminasi-diskriminasi (Dahar,
1989:135). Dalam bidang Pendidikan Dasar
Survey (PDS), pemecahan masalah dapat berupa
penyelesaian soal-soal, yang biasanya lebih
banyak pada soal-soal yang memerlukan
kemampuan pemahaman konsep dan aplikasinya.
Metode pemecahan masalah juga
memiliki
beberapa
keunggulan.
Adapun
keunggulan dari metode pemecahan masalah
adalah sebagai berikut: (a) mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah, (b) mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, (c) mempelajari
bahan pelajaran yang aktual dengan kebutuhan
dan perkembangan masyarakat, (d) jika
dilaksanakan
secara
kelompok
dapat
mengembangkan kemampuan sosial siswa, (e)
mengoptimalkan kemampuan siswa (dalam
Anitah, 2009: 5.32). Oleh karena itu, metode ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V C di SDN 01 Poasia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah penerapan
metode pemecahan masalah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V C pada materi
pecahan di SDN 01 Poasia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V C pada
materi pecahan melalui penerapan metode
pemecahan masalah di SDN 01 Poasia.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Belajar
Menurut Gagne (dalam Ratna, 2011: 2)
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisasi berubah perilakunya
sebagai
akibat
pengalaman.
Sedangkan
Witherington (dalam Aunurrahman, 2009: 35)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari
reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian atau suatu pengertian. Anitah (2009:
2.5) mendefinisikan bahwa belajar merupakan
suatu usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Hasil Belajar
Gagne (dalam Muhammad dan Arif, 2011:
22) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa
hal-hal sebagai berikut:
1) Informasi
verbal,
yaitu
kapabilitas
mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah, maupun
penerapan peraturan.
2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analitis-sintetis
fakta-konsep,
dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan
intelektual
merupakan
kemampuan melakukan aktivitas kognitif
bersifat khas.
3) Strategi
kognitf,
yaitu
kecakapan
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya. Kemampuan ini meliputi
penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan urusan dan koordinasi sehingga
terwujud otomatisme gerak.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan
menginternalisasi
dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standar perilaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar
Menurut Purwanto (dalam Muhammad
dan Arif, 2011: 31), hasil belajar dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor yang dibedakan
menjadi dua golongan sebagai berikut:
1) Faktor yang ada pada diri organisme tersebut
yang disebut faktor individual. Faktor
individual meliputi hal-hal sebagai berikut:
(a) Faktor kematangan atau pertumbuhan,
(b) Faktor kecerdasan atau intelegensi, (c)
Faktor latihan dan ulangan, (d) Faktor
motivasi, (e) Faktor pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individu yang
disebut faktor sosial. Termasuk ke dalam
faktor di luar individual atau faktor sosial
antara lain sebagai berikut: (a) Faktor
keluarga atau keadaan rumah tangga, (b)
Suasana dan keadaan keluarga yang
bermacam-macam
turut
menentukan
bagaimana dan sampai mana belajar dialami
anak-anak, (c) Faktor guru dan cara
mengajarnya, (d) Faktor alat-alat yang
digunakan dalam belajar mengajar.
Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah merupakan
suatu metode ilmiah yang digunakan dalam
proses pembelajaran (Anitah, 2009: 5.31).
Menurut Sudirman, dkk (Aina Mulyana 2012,
diakses 6 Januari 2013) metode pemecahan
masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam
usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh
siswa.
Anitah (2009: 5.32) mengemukakan
beberapa keunggulan pembelajaran dengan
menggunakan metode pemecahan masalah
diantaranya:
1) Mengembangkan
kemampuan
berpikir
ilmiah
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
3) Mempelajari bahan pelajaran yang aktual
dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat
4) Jika dilaksanakan secara kelompok dapat
mengembangkan kemampuan sosial siswa
5) Mengoptimalkan kemampuan siswa
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru sehingga hasil belajar siswa meningkat
(Wardhani dalam wina, 2010: 142).
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di
kelas V C SDN 01 Poasia. Penelitian ini
dilakukan sebanyak dua siklus dan setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan.
Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V C di SDN 01
Poasia dengan jumlah siswa 40 orang, yang
terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 24 orang
perempuan. Dengan sasaran utama meningkatkan
hasil belajar matematika di kelas tersebut.
Faktor yang Diteliti
Adapun faktor yang diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor guru, yaitu aktivitas guru pada saat
proses pembelajaran di kelas.
2. Faktor siswa, yaitu (a) aktivitas siswa, dan
(b) hasil pembelajaran siswa dalam
pembelajaran matematika pada materi
pecahan dengan menggunakan metode
pemecahan masalah.
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang terdiri atas dua siklus. Adapun
langkah-langkah dalam siklus tersebut terdiri dari
perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan dan evaluasi (observing and
evaluation), serta refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Belajar Siswa
Hasil tes siklus I menunjukan bahwa
pemahaman siswa tentang materi pembelajaran
yang diajarkan masih tergolong rendah karena
belum memenuhi standar ketuntasan minimal
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 80% siswa
telah mencapai nilai minimal 70. Berdasarkan
hasil evaluasi siklus I ini, diperoleh persentase
ketuntasan belajar klasikal sebesar 52,5%,
dimana dari 40 orang siswa yang menjadi subyek
penelitian hanya 21 orang siswa saja yang
mencapai
ketuntasan
belajar
individual
sedangkan sisanya sebanyak 19 orang atau
sekitar 47,5% siswa belum mencapai ketuntasan
belajar. Berdasarkan dari hasil evaluasi pada
pelaksanaan tindakan siklus I yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan sekolah maka penelitian ini
dilanjutkan pada siklus II. Dengan harapan
pembelajaran dapat ditingkatkan dan mencapai
target ketuntasan belajar pada pelaksanaan
tindakan siklus II.
Selanjutnya, hasil tes siklus II
menunjukan
bahwa
terjadi
peningkatan
ketuntasan hasil belajar klasikal siswa jika
dibandingkan dengan tes siklus I yaitu dari 40
orang siswa, yang dinyatakan tuntas adalah 33
orang siswa atau sekitar 82,5% sedangkan
sisanya sebanyak 7 orang atau sekitar 17,5%
siswa saja yang belum mencapai ketuntasan
belajar . Hal ini menunjukan bahwa ketuntasan
hasil belajar tersebut telah mencapai indikator
yang telah ditentukan yaitu 80% siswa telah
mendapatkan nilai minimal ≥70.
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus
I, jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan
pertama adalah 107 dari jumlah skor maksimum
140 dengan skor maksimum setiap kelompok
adalah 20. Untuk menentukan persentase
aktivitas siswa pada pertemuan pertama ini
caranya adalah jumlah skor perolehan semua
kelompok dibagi dengan jumlah skor maksimum
semua kelompok dan dikalikan dengan 100%,
sehingga diperoleh persentase aktivitas siswa
pada pertemuan pertama siklus I ini adalah
76,42%.
Pada pertemuan kedua jumlah skor yang
diperoleh adalah 123 dari jumlah skor maksimum
140 dengan skor maksimum setiap kelompok
adalah 20. Untuk menentukan persentase
aktivitas siswa pada pertemuan kedua caranya
adalah jumlah skor perolehan semua kelompok
dibagi dengan jumlah skor maksimum semua
kelompok dan dikalikan dengan 100%, sehingga
diperoleh persentase aktivitas siswa pada
pertemuan kedua siklus I ini adalah 87,85%. Hal
ini jika dibandingkan dengan pertemuan pertama
aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar
11,43%.
Selanjutnya,
berdasarkan
hasil
pengamatan terhadap aktivitas siswa pada
pelaksanaan tindakan siklus II, jumlah skor yang
diperoleh pada pertemuan pertama adalah 134
dari jumlah skor maksimum 140 dengan skor
maksimum setiap kelompok adalah 20. Untuk
menentukan persentase aktivitas siswa pada
pertemuan pertama ini caranya adalah jumlah
skor perolehan semua kelompok dibagi dengan
jumlah skor maksimum semua kelompok dan
dikalikan dengan 100%, sehingga diperoleh
persentase aktivitas siswa pada pertemuan
pertama siklus I ini adalah 95,71%.
Pada pertemuan kedua jumlah skor yang
diperoleh adalah 136 dari jumlah skor maksimum
140 dengan skor maksimum setiap kelompok
adalah 20. Untuk menentukan persentase
aktivitas siswa pada pertemuan kedua caranya
adalah jumlah skor perolehan semua kelompok
dibagi dengan jumlah skor maksimum semua
kelompok dan dikalikan dengan 100%, sehingga
diperoleh persentase aktivitas siswa pada
pertemuan kedua siklus I ini adalah 97,14%. Hal
ini jika dibandingkan dengan pertemuan pertama
aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar
1,43%.
Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I,
jumlah skor yang diperoleh pada pertemuan
pertama adalah 31 dari jumlah skor maksimum
40 dengan skor maksimum setiap item adalah 4,
jadi diperoleh persentase keterlaksanaan skenario
pembelajaran oleh guru dengan membagi jumlah
skor perolehan dengan jumlah skor maksimum
dan dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil
77,5%.
Pada pertemuan kedua jumlah skor yang
diperoleh adalah 34 dari jumlah skor maksimum
40 dengan skor maksimum setiap item adalah 4,
jadi diperoleh persentase keterlaksanaan skenario
pembelajaran oleh guru dengan membagi jumlah
skor perolehan dengan jumlah skor maksimum
dan dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil 85%.
Hal ini jika dibandingkan dengan pertemuan
pertama aktivitas guru mengalami peningkatan
sebesar 7,5%.
Selanjutnya,
berdasarkan
hasil
pengamatan terhadap aktivitas guru pada
pelaksanaan tindakan siklus II, jumlah skor yang
diperoleh pada pertemuan pertama adalah 36 dari
jumlah skor maksimum 40 dengan skor
maksimum setiap item adalah 4, jadi diperoleh
persentase keterlaksanaan skenario pembelajaran
oleh guru dengan membagi jumlah skor
perolehan dengan jumlah skor maksimum dan
dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil 90%.
Pada pertemuan kedua jumlah skor yang
diperoleh adalah 39 dari jumlah skor maksimum
40 dengan skor maksimum setiap item adalah 4,
jadi diperoleh persentase keterlaksanaan skenario
pembelajaran oleh guru dengan membagi jumlah
skor perolehan dengan jumlah skor maksimum
dan dikalikan 100 % maka, diperoleh hasil
97,5%. Hal ini jika dibandingkan dengan
pertemuan pertama aktivitas guru mengalami
peningkatan sebesar 7,5%.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil belajar siswa kelas V C pada materi
pecahan di SDN 01 Poasia dapat ditingkatkan
melalui metode pemecahan masalah. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada
siklus I yaitu dari 40 orang siswa yang
menjadi subyek penelitian sebanyak 52,5%
siswa atau sekitar 21 orang siswa yang
mencapai ketuntasan belajar individual, pada
siklus II meningkat menjadi 82,5% atau
sekitar 33 orang siswa yang mencapai
ketuntasan belajar individual, dengan
peningkatan sebesar 30%.
2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus
I adalah 79,48 sedangkan hasil belajar siswa
pada siklus II adalah 89,84, dengan
peningkatan sebesar 10,36 poin.
3. Persentase aktivitas guru pada pelaksanaan
tindakan siklus I pertemuan pertama sebesar
77,5%, dan pada pertemuan kedua
meningkat menjadi 85%. Untuk persentase
pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan
pertama
aktivitas
guru
mengalami
peningkatan keberhasilan yaitu sebesar 90%.
Keberhasilan ini juga meningkat menjadi
97,5% pada pertemuan kedua.
4. Persentase aktivitas siswa pada pelaksanaan
tindakan siklus I pertemuan pertama sebesar
76,42%, dan pada pertemuan kedua
meningkat
menjadi
87,85%.
Untuk
persentase pelaksanaan tindakan siklus II
pertemuan pertama aktivitas guru mengalami
peningkatan keberhasilan yaitu sebesar
95,71%. Keberhasilan ini juga meningkat
menjadi 97,14% pada pertemuan kedua.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi guru-guru sekolah dasar, dapat
menerapkan metode pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika karena
dengan menerapkan metode pembelajaran ini
dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa.
2. Bagi Sekolah, dapat mengadakan pelatihan
metode pembelajaran termasuk metode
pemecahan
masalah
sehingga
dapat
memperkaya pengetahuan guru dalam
memperbaiki kinerjanya.
3. Bagi peneliti lain, yang hendak melaksanakan
penelitian yang relevan dengan judul
penelitian ini, dapat memanfaatkan hasil
penelitian ini dengan mengkaji lebih luas
pembahasan yang ada di dalamnya.
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
di Kelas V SD Negeri 01 Poasia. Skripsi
Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP
Universitas Haluoleo Kendari.
Kaimudin, L. 2008. Pengantar
Dasar
matematika. Kendari: Universitas Haluoleo
Karim, Muchtar A. 2007. Pendidikan Matematika
II. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Gatot, dkk. 2008. Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media dan
Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Sanjaya, Wina. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syamrilaode.
2010.
http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/2063168-konseppecahan-dalam-matematika/ (diakses 6
Januari 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W., Sri. 2009. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Adnan. 2012. Penerapan Metode Problem
Solving (PS) untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika pada Materi Operasi
Hitung Campuran Bilangan Bulat Siswa
Kelas IV B di SDN 01 Poasia Kota Kendari.
Skripsi Mahasiswa Program Studi PGSD
FKIP Universitas Haluoleo Kendari.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Aina
Mulyana.
2012.
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/m
etode-pemecahan-masalah-problem.html
(diakses 6 Januari 2013)
Idris, Nurfatanah. 2011. Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa pada Materi
Pokok Operasi Hitung Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan Melalui Pendekatan
Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2011.
Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media.
Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wilis Dahar, Ratna. 2011. Teori-teori Belajar
dan Pembelajaran. Bandung: Gelora
Aksara Pratama.
Download