Buklet-gerakan tanah.cdr - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

advertisement
Informasi :
BADAN GEOLOGI
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122
Telp. (022) 7272606, Fax. (022) 7202761
Website : www.vsi.esdm.go.id
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI
PENDAHULUAN
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.
Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman
memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa
hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan
Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka
terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur
kepulauan, sebaran gunungapi, dan sebaran sumber gempabumi.
Gunungapi yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13%
dari jumlah gunungapi aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap
bencana letusan gunungapi dan gempabumi. Di beberapa pantai, dengan
bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempabumi dengan sumber
berada di dasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang Tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
gunungapi. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan
sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan
k e d a p
a i r
p a d a
perbukitan/punggungan dengan
kemiringan sedang hingga terjal
berpotensi mengakibatkan tanah
longsor pada musim hujan
dengan curah hujan berkuantitas
tinggi. Jika perbukitan tersebut
tidak ada tanaman keras berakar
kuat dan dalam, maka kawasan
tersebut rawan bencana tanah
longsor.
PENGERTIAN TANAH LONGSOR
Tanah longsor adalah perpindahan material
pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran
tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika
air tersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka
tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa
tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung.
Pergerakan Blok
JENIS TANAH LONGSOR
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.
Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.
Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia
adalah aliran bahan rombakan.
Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan
yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut juga longsoran
translasi blok batu.
Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar
batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga meng-gantung
terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang
jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang
parah.
Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor
yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini
hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang
cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau
rumah miring ke bawah.
Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa
tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis materialnya.
Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan
mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter
seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan
korban cukup banyak.
GEJALA UMUM TANAH LONGSOR
q Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
q Biasanya terjadi setelah hujan.
q Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
q Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan
batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh
besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah- batuan.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TANAH LONGSOR
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan
cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah
longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan
juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng Terjal
5. Jenis tata lahan
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena
pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor
adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar.
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan
persawahan, perladangan, dan adanya genangan air
di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung
atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan
sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila
terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air
dan pecah ketika hawa terlalu
panas.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh
gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran
lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya
adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen
berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan
lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan
dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila
terdapat pada lereng yang terjal.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi
hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan
pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar
gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
sekitar tikungan jalan pada daerah lembah.
Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan
tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah
tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar
tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan
setelah terjadi pengendapan material gunung api
pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau
sesudah terjadi patahan kulit bumi.
Bekas longsoran lama memilki ciri:
hAdanya tebing terjal yang panjang melengkung
membentuk tapal kuda.
hUmumnya dijumpai mata air, pepohonan yang
relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
hDaerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
h Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
hDijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama.
hDijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan
pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing
dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti
tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang
kemudian diikuti dengan retakan tanah.
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
q Bidang perlapisan batuan
q Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
q Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
q Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang
tidak melewatkan air (kedap air).
q Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai
bidang luncuran tanah longsor.
DAFTAR KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA TAHUN 2010
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang
relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk
pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat
mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
Keterangan:
MD
: Meninggal Dunia
RH : Rumah Hancur
BLH
: Bangunan Lain Hancur
LL
: Luka-luka
RT : Rumah Terancam
SIP
: Saluran Irigasi Putus
RR
: Rumah rusak
BLR : Bangunan Lain Rusak Jln
LPR
: Lahan Pertanian Rusak
: Jalan rusak
15. Pemotongan Lereng
Pemotongan lereng untuk berbagai kepentingan atau
penambangan/penggalian yang terlalu tegak dan tidak
Tampak bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah longsor di
Propinsi Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan propinsi lainnya. Hal demikian
disebabkan oleh faktor geologi, morfologi, curah hujan, dan jumlah penduduk serta
kegiatannya.
Hindari bahaya
TANAH LONGSOR
Jangan mencetak sawah dan membuat
kolam pada lereng bagian atas di dekat
permukiman
Segera menutup retakan tanah dan
dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam
tanah melalui retakan
Jangan menebang pohon di lereng
Hindari bahaya
TANAH LONGSOR
Buatlah terasering (sengkedan) pada
lereng yang terjal bila membangun
permukiman
Jangan mendirikan permukiman di tepi
lereng yang terjal
Pembangunan rumah yang benar di
lereng bukit
Jangan melakukan penggalian dibawah
lereng terjal
Jangan mendirikan bangunan di bawah
tebing yang terjal
Pembangunan rumah yang salah di
lereng
Jangan memotong tebing jalan menjadi
tegak
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai
yang rawan longsor
Jangan membangun rumah di bawah
lereng
TAHAPAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR
A. Kagitan pra bencana
Kegiatan pra bencana dilakukan dalam situasi sebelum terjadi bencana dan dalam
situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana
maupun kerenanan pihak yang terancam bencana. Kegiaan tersebut antara lain :
3. Peringatan dini dan penyebaran informasi
Peringatan dini adalah serangkaian pemberian peringatan sesegara mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya becana pada suatu tempat
oleh lembaga yang berwenang. Metodologi peringatan dini yang dilakukan Badan
Geologi antara lain :
Ÿ Membuat peta tumpang susun antara peta curah hujan dan zona kerentanan
1. Pemetaan
a. Pemetaan zona kerentanan gerakan tanah
Pemetaan Kerentanan Gerakan Tanah menyajikan secara visual tingkat
kerentanan/kerawanan terhadap potensi bahaya gerakan tanah, kemungkinan
dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya, seperti manusia, pemukiman,
serana prasarana, harta benda. Pemetaan Kerentanan Gerakan Tanah
merupakan data dasar dalam melakukan antisipasi bencana dan sebagai
pertimbangan dalam penyusunan analisis risko bencana gerakan tanah.
gerakan tanah (Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah) yang
disebarluaskan setiap bulan kepada Pemerintah Daerah.
Ÿ Penyebarluasan informasi daerah rawan gerakan tanah.
Ÿ Penyebaran leaflet dan poster tentang tata cara mitigasi dan penanggulangan
bencana gerakan tanah.
Ÿ Tanda-tanda peringatan dini sebagai upaya peningkatan kewaspadaan
masyarakat terhadap ancaman bahaya gerakan tanah dibuat pemerintah
daerah.
b. Pemetaan zona risiko bencana gerakantanah
Pemetaan Risiko Gerakan Tanah dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko suatu
objek bencana di dalam zona kerentanan tanah. Peta ini digunakan sebagai acuan
dalam pengaturan tata ruang wilayah yang berbasis risiko bencana dan dapat
direvisi sesuai dengan potensi dan perkembangan daerah tersebut.
4. Penyelidikan gerakan tanah
Penyelidikan gerakan tanah bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai potensi bencana gerakan tanah, faktor pengontrol dan pemicu gerakan
tanah, sebaran zona kerentanan gerakan tanah dan rekomendasi teknis langkahlangkah penanggulangannya.
2. Pemantauan
Pemantauan gerakan tanah dilakukan melalui pemantauan gerakan tanah yang
berkesinambungan maupun temporer, untuk mengetahui tingkat perkembangan
gerakan tanah, laju pergerakan, faktor penyebab bencana dan tingkat kerusakan
yang ditimbulkan oleh gerakan tanah serta antisipasi kemungkinan bencana
gerakan tanah serupa yang mungkin terjadi di waktu yang akan datang.
Pemantauan gerakan tanah dilakukan pada pemukiman padat dan dareah vital
dan strategis.
5. Penguatan ketahanan masyarakat
Peningkatan dan penyebarluasan informasi kebencanaan untuk membentuk
masyarakat siaga bencana. Kegiatan peningkatan kapasitas untuk penguatan
ketahanan masyarakat meliputi :
a. Pemanfaatan sumberdaya masyarakat
Meningkatkan, kemampuan dan budaya masyarakat untuk membentuk
masyarakat siaga bencana dengan melakukan pelatihan untuk pelaksana
penanggulangan bencana dan masyarakat.
b. Penyebaran informasi kebencanaan
Penyebarluasan informasi kebencanaan bertujuan untuk meningkatakan
kewaspandaan masyarakat yang tinggal di zona rentan bencana menengah dan
tinggi.
c. Sosialisasi dan penyuluhan
Sosialisasi dan penyeluluhan adalah penyampaian informasi tentang gerakan
tanah, penyelidikan, pengetahuan, pemeriksaan, pemantauan dan pemetaan
gerakan tanah oleh lembaga yang berwenang kepada pelaksana
penanggulangan bencana masyarakat.
d. Pendidikan dan pelatihan kebencanaan
Pendidikan dan pelatihan kebencanaan dilaksanakan terutama terhadap
masyarakat yang tinggal di zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Pendidikan dan
pelatihan ini mencakup manajemen kedaruratan, membangun koordinasi,
komunikasi dan kerjasama, pemahaman daerah rawan bencana dan prosedur
tetap evakuasi.
e. Rencana kontijensi
Penyiapan dan penyusunan rencana kontijensi dilakukan pada daerah yang
berpotensi terkena bencana gerakan tanah. Tujuannya apabila terjadi bencana
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama dengan masyarakat mampu
menyiapkan diri dan mengoperasikan dokumen kontijensi menjadi rencana
operasional pada saat tanggap darurat.
6. Mitigasi gerakan tanah struktural
Mitigasi gerakan tanah secara struktural dan rekayasa untuk mengurangi atau
menghindari kemungkinan dampak bahaya antara lain memindahkan
permukiman dari daerah rentan gerakan tanah dan atau melakukan rekayasa
teknologi. Mitigasi struktural untuk mengurangi dampak bahaya merupakan
wewenang pemerintah daerah atau instansi terkait.
B. Kegiatan Saat Bencana
Tanggap Darurat Bencana dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
dilakukan. Hal ini untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman mupun kerentanan pihak yang terancam bencana yang dilakukan oleh
Tim Tanggap Darurat. Kegiatan ini untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan yang meliputi evaluasi potensi terjadi gerakan tanah susulan, dampak
dan sebaran gerakan tanah, rekomendasi teknis langkah-langkah
penanggulangan serta pemulihan prasarana dan sarana. Tim tersebut
berkoordinasi dengan pemerintah daerah/BPBD, dan melakukan sosialisasi
bersama pemerintah daerah/BPBD kepada masyarakat untuk antipasi potensi
terjadi bencana gerakan tanah susulan.
C. Pasca Bencana Gerakan Tanah
Kegiatan pasca bencana dilakukan setelah terjadi bencana gerakan tanah untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Kegiatan pasca bencana tanah
meliputi penentuan daerah relokasi yang aman terhadap bencana,
perbaikan/rehabilitasi lingkungan daerah bencana, perbaikan atau pembangunan
kembali prasarana dan sarana umum. Kegiatan pasca bencana gerakan tanah
bertujuan untuk mengurangi dampak bahaya yang merupakan wewenang
pemerintah daerah atau instansi terkait. Kegiatan Pasca Bencana PVMBG
berkoordinasi dengan instansi lainnya/Pemerintah Daerah/ BPBD dalam
penentuan/pelaksanaan rekonstruksi dan rehabilitasi. Saran kegiatan
rekonstruksi antara lain :
TAHAPAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR
a. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana.
b. perbaikan drainase lereng/tanah.
c. pengurangan susut lereng sebelum pembangunan sarana prasarana.
d. penghijauan kembali lereng.
e. pembuatan penahan lereng/Retaining Wall untuk menstabilkan lokasi hunian.
Rekapitulasi Kejadian dan Korban Gerakan Tanah di Indonesia 2005 - 2010
Keterangan :
MD
: meninggal dunia
LL
: luka-luka
RR
: rumah rusak
RH
: rumah hancur
Jln
LPR
RT
: jalan rusak
: lahan pertanian rusak
: rumah terancam
SELAMA DAN SESUDAH TERJADI BENCANA
1. Tanggap Daerurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
penrtolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, antara lain :
- Kondisi medan
- Kondisi bencana
- Peralatan
- Informasi bencana
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan
sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan
relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan , longsor tidak
menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh
tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun
pada jalur tanah longsor hampir 100%.
Ada beberapa tindakan perlidungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempat-tempat hunian, antara lai :
- Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap)
- Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan)
- Vegetasi kembali lereng-lereng
- Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
FOTO-FOTO KEJADIAN TANAH LONGSOR DI INDONESIA
Longsor batu di kawasan penambangan batu Desa
Setianegara, Kecamatan Cilimus Kabupaten
Kuningan Jawa Barat.
Sebuah rumah di Kecamatan Kadungora, Garut,
porak-poranda akibat tanah longsor yang melanda
wilayah di Jawa Barat.
Masyarakat melihat bis yang terperosok keluar dari
jalan raya akibat terjangan longsoran tanah di
Cilacap, Jawa Tengah.
Tim evakuasi bencana longsor TPAS Leuwigajah,
Cimahi, Jawa Barat sedang bekerja mengangkat
tumpukan sampah.
PETA ZONA KERENTANAN TANAH LONGSOR INDONESIA
Longsor yang terjadi di Semarang tahun 2002,
menimbun 9 rumah yang berada di bawahnya.
Longsor yang terjadi di Padang tahun 2005
mengakibatkan sejumlah ruas jalan terputus.
GEJALA UMUM GERAKAN TANAH
MEKANISME PERUSAKAN
a. Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada
permukaan tanah atau pada konstruksi bangunan
Gerakan tanah dapat merusak jalan, pipa atau kabel yang tertanam baik
akibat gerakan di bawahnya atau karena penimbunan material hasil
longsoran.
b. Terjadi penggelembungan pada lereng atau tembok penahan
c. Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan
adanya perubahan permukaan pada bangunan yang terdorong
oleh masa tanah yang mulai bergerak
Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan penggelembungan
(tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan lagi. Rekahan pada tanah
menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya
di dalam tanah. Runtuhan lereng yang terjadi secara tiba-tiba dapat menyeret
pemukiman turun jauh di bawah lereng.
d. Tiba-tiba muncul rembesan air atau mataair pada lereng bukit
KAJIAN BAHAYA
e. Apabila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mataair di
lereng, air tersebut berubah menjadi keruh bercampur lumpur
f. Pohon-pohon atau tiang pancang (listrik atau lainnya) miring
searah dengan kemiringan lereng
* Identifikasi morfologi dan endapan longsor masa lalu dengan metoda
geologi teknik untuk memperhitungkan kemungkinan kejadian longsoran
susulan.
g. Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas suatu bukit
* Indentifikasi faktor pengontrol yang dominan mengganggu kestabilan
lereng serta kemungkinan faktor pemicu lainnya misalnya gempabumi.
h. Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/kerikil secara mendadak
dari atas bukit
* Indentifikasi pemanfaatan lahan yang berupa daerah tanah urugan,
timbunan sampah atau lainnya.
* Antisipasi bahaya longsor susulan pada endapan longsoran yang belum
lama terjadi.
GEJALA TERJADINYA TANAH LONGSOR
Beberapa metoda yang dapat diterapkan dalam penanganan gerakan tanah
antara lain:
!Pengendalian air permukaan, pengendalian air rembesan, penanaman
pohon, penambatan longsoran tanah (misalnya : tembok panahan,
bronjong) dan penambatan longsor batuan.
!Meningkatakan kewaspadaan bila hujan turun terus-menerus.
!Untuk jangka panjang perlu dilakukan pendataan secara komprehensif,
guna merelokasi sebagian warga di kampung-kampung yang termasuk
daerah kerentanan gerakan tanah tinggi ke tempat relokasi baru yang aman
terhadap ancaman gerakan tanah. Lahan diperuntukkan relokasi harus
dirancang dengan memperlihatkan faktor-faktor seperti : terasering, sistem
drainase yang baik dan penanaman pohon pengikat yang memedai.
Batu yang berjatuhan akibat longsor yang
terjadi di kawasan wisata air panas Pacet.
Tumpukan kayu yang terbawa arus longsor
dan banjir di Bahorok Sumatera utara yang
memakan korban sekitar 200 orang.
Longsor di G. Bawakaraeng, Sulawesi Selatan
Maret 2004
Download