Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya Meirina Dian Mayasari Dewi Mustami'ah Weni Endahing Warni Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya Abstract. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between student's perceptions of lecturers teaching method with academic procrastination tendency among students of Faculty of Psychology, Hang Tuah University. The research was conducted on students both men and women between 19 and 24 years old in Faculty of Psychology, Hang Tuah University,. The number of subjects used in this study was 138 students including the class of 2007 is 32 students, class of 2008 is 34 students, class of 2009 is 30 students and 2010 is 42 students. Sampling technique used was proportionate stratified random sampling technique. Data collection tool using Likert scale questionnaire consisted of : 1) the student perceptions scale to the faculty teaching methods and the scale (45 items) and 2) the scale academic procrastination tendencies (48 items). The analysis used in this study was Product Moment correlation technique using SPS-2000 which shows a correlation coefficient score rxy = -0.020 with (p) to be 0.814 p> 0.05 (not significant). This suggests that there is no relationship between student's perceptions of lecturers teaching methods with academic procrastination tendency among students in Faculty of Psychology, Hang Tuah University. Keywords: Perception, lecturers teaching method, academic procrastination Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen dengan kecenderungan prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya baik laki-laki maupun perempuan berusia antara 19 sampai 24 tahun angkatan 2007 sampai dengan 2010. Jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 138 mahasiswa yang meliputi angkatan 2007 sebanyak 32 mahasiswa, angkatan 2008 sebanyak 34 mahasiswa, angkatan 2009 sebanyak 30 mahasiswa dan angkatan 2010 sebanyak 42 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan ialah teknik proportionate stratified random sampling. Alat pengumpul data menggunakan kuisioner dengan skala likert, yang terdiri dari skala persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen 45 butir dan skala kecenderungan prokrastinasi akademik 48 butir. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dengan bantuan SPS-2000 yang menunjukkan skor koefisien Korespondensi: Weni Endahing Warni. Fakultas Psikologi Universitas Hang-Tuah, Jalan Arief Rahman Hakim 150 Surabaya Telp: (031) 5945894, (031)5946261. Email: [email protected] INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 95 Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya korelasi rxy = -0,020 dengan (p) = 0,814 jadi p>0,05 (tidak signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran Dosen Dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Kata Kunci: Persepsi, metode pengajaran dosen, prokrastinasi akademik Seorang mahasiswa memiliki berbagai kegiatan yang dilakukan, diantaranya ada mahasiswa yang bekerja sambil kuliah ataupun melaksanakan kegiatan lain diluar perkuliahan. Namun selama menuntut ilmu di Perguruan Tinggi, sebagai mahasiswa tidak terlepas dari kewajiban mengerjakan tugas-tugas akademik. Beberapa tuntutan penyelesaian tugas tersebut antara lain adalah membuat berbagai macam tugas akademik maupun ujian yang merupakan suatu bentuk evaluasi bagi mahasiswa yang dilaksanakan secara rutin, serta kegiatan non akademis lainnya. Dalam memberikan tugas, dosen akan menentukan batas waktu (deadline) tertentu untuk dikumpulkan. Mahasiswa idealnya dapat berperan aktif dan rajin dalam mengikuti perkuliahan sampai diselesaikannya tugas–tugas akademik yang diberikan oleh dosen, namun masalah pengaturan waktu seringkali menjadi kendala dalam membagi waktu dengan baik. Selain itu rutinitas yang tidak berubah dan cenderung monoton dapat menyebabkan kegiatan untuk segera menyelesaikan tugas menjadi tertunda, kemudian adanya kegiatan gangguan lain yang mungkin lebih menyenangkan dibandingkan mengerjakan tugas-tugas akademik dari dosen. Menurut Fibrianti (2009) penundaan dalam menyelesaikan tugas ini disebabkan dari faktor internal yang berasal dari dalam diri mahasiswa yang menjadi hambatan, seperti kecemasan, persepsi terhadap dosen, dan ketidakmampuan untuk mengatur waktu, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, seperti kurangnya dukungan, kesulitan memperoleh bahan-bahan, kurangnya sarana dan prasarana, serta adanya aktivitas lain. Pencapaian suatu tujuan pengajaran juga ditentukan oleh ketepatan penggunaan metode pengajaran. Selama proses belajar mengajar, seorang dosen dituntut memiliki kreatifitas dalam 96 memberikan materi di kelas agar proses pengajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian dibutuhkan suatu metode pengajaran yang memberikan kemudahan bagi seorang pendidik agar proses pengajaran lebih menyenangkan. Ellis & Knaus (1977) menyatakan bahwa dalam kajian Psikologi, fenomena menunda pekerjaan dikenal dengan istilah prokrastinasi. Fenomena prokrastinasi terjadi di setiap bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang akademik. Prokrastinasi merupakan suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai, melaksanakan dan mengakhiri suatu aktivitas (dalam Ghufron, 2010). Ellis & Knaus (dalam Rumiani, 2006) menemukan bahwa hampir 70% mahasiswa dari kampus di Amerika melakukan prokrastinasi dalam makna luas. Penelitian lain di Amerika oleh Solomon dan Rothblum,1984 (dalam Rahmayati, 2010) dari 323 mahasiswa melalui self report data prokrastinasi mengindikasikan bahwa 46% selalu melakukan prokrastinasi pada tugas menulis makalah, pada tugas belajar untuk ujian ada 27,6%, dan 30,1% melakukan prokrastinasi untuk membaca tugas mingguan. Perilaku menundanunda merupakan masalah yang umum di kalangan pelajar, khususnya mahasiswa perguruan tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kartadinata & Tjundjing (2008) di salah satu Perguruan Tinggi Surabaya terdapat 95 % dari angket yang disebarkan pada 60 subyek mahasiswa mengatakan bahwa pernah melakukan prokrastinasi. Alasan terbesar yang membuat mahasiswa tersebut melakukan prokrastinasi adalah rasa malas mengerjakan tugas (42%) dan banyak tugas lain yang harus dilakukan (25%). Solomon dan Rothblum (1984) pada penelitian prokrastinasi, ditemukan bahwa 50% sampai dengan 90% terjadi prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sedangkan menurut Ferrary (dalam Owens,1988) menemukan bahwa sekitar 15% INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 Meirina Dian Mayasari, Dewi Mustami'ah, Weni Endahing Warni sampai dengan 20% usia dewasa termasuk dalam keadaan prokrastinasi kronis (dalam Fibriana, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak mahasiswa yang melakukan prokrastinasi, padahal mahasiswa adalah penerus bangsa yang diharapkan kelak dapat memajukan bangsa ini. Peneliti melakukan survei awal melalui observasi dan juga menyebarkan angket secara acak terhadap 20 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya angkatan 2007 s a m p a i 2 0 1 0 m e n ge n a i ke ce n d e r u n g a n prokrastinasi, didapatkan hasil sekitar 75% mahasiswa yang melakukan prokrastinasi pada aspek kesenjangan waktu antara rencana kerja dan kinerja aktual. Sebanyak 55% mahasiswa juga menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas dan lebih memilih untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas yang harus dikerjakan. Perilaku individu dapat diprediksi apabila diketahui bagaimana individu mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi mengenai diri dan lingkungan sekitarnya, sehingga apa yang dilakukan merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya, dan persepsi merupakan salah satu prediktor perilaku individu. Objek persepsi yang dinilai tidak menyenangkan, maka perilakunya negatif, seperti halnya mahasiswa yang menganggap bahwa penggunaan metode pengajaran yang monoton mengakibatkan kebosanan kepada mahasiswa, dikarenakan dosen hanya menggunakan metode pengajaran yang sama tiap melakukan kegiatan perkuliahan maka mahasiswa cenderung melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugasnya. Menurut Hadis (2006), kecenderungan peserta didik untuk bereaksi terhadap materi pelajaran di sekolah ada reaksi positif dan negatif. Faktor yang mempengaruhinya seperti faktor kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas, metode, lingkungan kelas, dan sikap guru. Faktor tersebut jika memberi pengaruh positif pada mahasiswa atau peserta didik maka peserta didik akan merasa senang dalam mengikuti proses perkuliahan. Perwujudan perilaku negatif yang diperlihatkan oleh mahasiswa terhadap proses pembelajaran dapat berupa perilaku mahasiswa yang acuh tak acuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, tidak aktif dalam mengikuti perkuliahan dan tidak INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Hasil survei awal melalui penyebaran angket pada mahasiswa angkatan 2007 sampai 2010 Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya mengenai persepsi terhadap dosen, terdapat 60% dari 20 mahasiswa menyatakan bahwa dosen yang menyajikan materi kuliah dengan cara menarik dan melibatkan mahasiswa akan mempengaruhi pelaksanaan pengerjaan tugas. Selain itu mahasiswa juga setuju terhadap aspek penggunaan metode pengajaran dosen yang bervariasi sehingga dapat membangkitkan motivasi mahasiswa dalam belajar maupun mengerjakan tugas kuliah. Dosen mempunyai peranan yang tidak dapat diabaikan dalam peningkatan output perguruan tinggi, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Selain itu, materi dalam perkuliahan yang disajikan oleh dosen, untuk dipahami mahasiswa diperlukan metode pengajaran yang tepat. Metode yang digunakan harus jelas, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai sehingga dengan adanya kompetensi dan efektivitas metode pengajaran yang dipersepsikan positif oleh mahasiswa, akan mendukung prestasi akademik yang tinggi. Berdasarkan hasil survei awal terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya dan beberapa tinjauan singkat mengenai prokrastinasi dan persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen dengan kecenderungan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya. Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan ”pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran ”crastinus” yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi ”menangguhkan” atau ”menunda sampai hari berikutnya” (Ghufron, 2010). Menurut Silver (dalam Ghufron, 2010), seseorang yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi. Akan tetapi, hanya menunda–nunda untuk mengerjakannya 97 Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut menyebabkan kegagalan menyelesaikan tugas tepat waktu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ghufron (2010), yang menyatakan bahwa prokrastinasi merupakan suatu penundaan yang dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaan tidak nyaman. Lain halnya dengan Ferrari dkk, menyimpulkan bahwa pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai batasan tertentu, yaitu: (1) prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, bahwa setiap perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan penundaan yang dilakukan, (2) prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu, yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional, (3) prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, akan tetapi prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung (dalam Ghufron, 2010). Prokrastinasi akademik merupakan prokrastinasi situasional yang berhubungan dengan tugas akademik. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus (Ghufron, 2010). Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik Menurut Ghufron (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: 1. Faktor internal Faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu yaitu: a. Kondisi fisik individu: Faktor dari 98 2. dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional yang dimiliki seseorang. b. Kondisi psikologis individu : Menurut Millgram (dalam Ghufron, 2010), trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Ellis dan Knaus (2002) memberikan penjelasan bahwa prokrastinasi akademik terjadi karena adanya keyakinan irasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irasional tersebut dapat disebabkan suatu kesalahan dalam mempersepsikan suatu tugas sekolah (dalam Ghufron, 2010). Seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan. Seperti cara dosen dalam mengajar atau proses belajar mengajar kurang memberikan interaksi yang menyenangkan sehingga peserta didik menjadi bosan dan merasa tidak mampu menyelesaikan tugasnya secara memadai sehingga menunda penyelesaian tugas tersebut. Faktor eksternal Faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu antara lain berupa pengasuhan orang tua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient. a. Gaya pengasuhan orang tua: Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam Ghufron, 2010) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita, sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilan anak wanita yang bukan prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination menghasilkan anak wanita yang memiliki kecenderungan untuk INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 Meirina Dian Mayasari, Dewi Mustami'ah, Weni Endahing Warni melakukan avoidance procratination pula. b. K o n d i s i l i n g k u n g a n : K o n d i s i lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang rendah dalam pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik, karena tidak adanya pengawasan a k a n m e n d o ro n g s e s e o ra n g u n t u k berperilaku tidak tepat waktu. 2. 3. Pengertian Metode Pengajaran Menurut Surakhmad (dalam Suryosubroto, 2009), metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari proses pengajaran atau bagaimana teknis dari suatu bahan pelajaran di berikan kepada murid-murid di sekolah. Metode pengajaran menurut Uno (2008) yaitu cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pengajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Menurut Tardif (dalam Syah, 2010) metode pengajaran ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Jadi persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh seorang mahasiswa melalui alat indera yang kemudian akan menghasilkan penilaian positif maupun negatif terhadap cara dosen dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan peserta didik pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Ciri-ciri Persepsi Positif Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran Dosen Menurut Milton Hildebrand & Feldman (dalam Furchan, 2009) terdapat beberapa ciri-ciri dosen yang profesional yaitu: 1. Gaya mengajar yang merangsang belajar Seorang dosen hendaknya dapat menyajikan kuliah dengan cara yang menarik dan INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 4. 5. melibatkan mahasiswa, menggunakan humor untuk membantu mempertahankan perhatian mahasiswa, memperkuat setiap poin utama dengan memberikan rujukan, contoh, dan ilustrasi yang bermakna, mengaitkan materi kuliah dengan dunia mahasiswa. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas Seorang dosen yang profesional dapat menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan dapat dipahami, memberikan umpan balik secara teratur dengan cara yang mendorong mahasiswa belajar dan dapat menjelaskan kritik yang diberikan kepada mahasiswa. Menguasai materi kuliah yang dipegangnya Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu yang dikuliahkan, memiliki pengetahuan yang mutakhir di bidang ilmu yang di kuliahkan, memiliki komitmen terhadap bidang yang menjadi spesialisasinya (selalu membaca literatur, menghadiri pertemuan profesional, dan mengetahui materi kuliahnya dengan cukup baik sehingga dapat menekankan aspekaspeknya yang paling penting). Memiliki antusiasme yang dinamis Seorang dosen yang profesional akan merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan secara tulus tertarik pada mata kuliah tersebut dan membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan. Kreativitas Menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian kuliah, mengubah pendekatan mengajar untuk menyesuaikan dengan situasi baru, mencoba mencari ideide, pendekatan dan metode mengajar yang baru serta terbuka terhadap saran mahasiswa mengenai isi, metode perkuliahan, dan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu untuk mengetahui 99 Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Penelitian ini menggunakan penelitian korelatif yaitu melihat hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Variabel yang digunakan adalah persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen sebagai variabel bebas dan kecenderungan prokrastinasi akademik sebagai variabel terikat. Persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh seorang mahasiswa melalui alat indera yang kemudian akan menghasilkan penilaian positif maupun negatif terhadap cara dosen dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang meliputi aspek (1) pendapat mahasiswa mengenai gaya mengajar dosen yang dapat merangsang belajar; (2) pendapat mahasiswa mengenai kemampuan dosen untuk berinteraksi pada mahasiswa secara jelas; (3) pendapat mahasiswa mengenai penguasaan materi yang diajarkan saat kuliah berlangsung. Kecenderungan prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Indikator prokrastinasi akademik dapat diukur dan diamati dari ciri-ciri tertentu berupa (1) Penundaan untuk memulai atau menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi; (2) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual; (3) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas; (4) Melakukan aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang seharusnya. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya angkatan 2007 hingga 2010 yang berjumlah 226 mahasiswa. Karakteristik yang digunakan sebagai sampel yaitu mahasiswa yang masih aktif terdaftar di Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah angkatan 2007-2010, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan berusia 19-24 tahun. Oleh karena teknik pengambilan sampling diambil secara strata maka diperlukan penentuan jumlah sampel dari populasi jumlah mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah angkatan 20072010 dengan taraf kesalahan 5% yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (dalam 100 Sugiyono, 2009). Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportionate stratified random sampling, karena terdapat populasi yang mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2009). Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuisioner. Dengan memberikan daftar pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan pandangan-pandangan dari responden. Kuisioner yang disusun ini bersifat tertutup, artinya responden tinggal memlilih salah satu jawaban yang telah disediakan dengan model jawaban berjenjang 5 (lima). Penelitian ini menggunakan skala Likert . Pernyataanpernyataan yang disusun dalam skala likert berdasarkan atas teori-teori pendukung dan indikator-indikator yang dianggap mewakili variabel penelitian. Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen yaitu uji validitas dan reliabilitas. Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity) menunjuk kepada sejauh mana isi sebuah tes/ skala/ instrument dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran ini juga dilakukan uji daya beda aitem dengan menggunakan tehnik korelasi product moment dari pearson. Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap aitem atau pernyataan benarbenar mampu mengungkap faktor yang akan diukur atau konsistensi internal tiap aitem alat ukur dalam mengukur suatu faktor. Pe n g u k u r a n r e l i a b i l i t a s a l a t u k u r menggunakan pendekatan Uji Keandalan Teknik Hoyt, karena lebih mudah digunakan dan tidak dibatasi aturan–aturan tertentu (jumlah butir standart), dapat menguji skala, dan dapat digunakan pada data dengan aitem genap maupun ganjil. Setelah uji instrumen dilakukan, langkah selanjutnya adalah uji prasyarat yaitu uji normalitas sebaran dan uji linieritas. Uji normalitas sebaran ini bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi sebaran skor ubahan dengan menggunakan kai kuadrat. Uji linieritas hubungan ini dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan regresi kuadratik. Hasil perbandingan ini ditunjukkan dalam nilai Fbeda. Suatu bentuk hubungan antara dua variabel dinyatakan linier apabila memiliki INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 Meirina Dian Mayasari, Dewi Mustami'ah, Weni Endahing Warni nilai p>0,05, sedangkan apabila Fbeda memiliki nilai p<0,05 berarti hubungannya belum linier. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, tahap berikutnya adalah analisa data. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen dengan kecenderungan prokrastinasi akademik. Keseluruhan teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer dengan program Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pumardiningsih Universitas Gadjah Mada Yogjakarta Versi IBM/IN tahun 1999. HASIL DAN BAHASAN Hasil Analisis Data Analisis Korelasi Produk Momen ini dilakukan menguji hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Kaidah uji statistik yang dipergunakan adalah bila p ≤ 0,01 berarti sangat signifikan; bila p ≤0,05 berarti signifikan; dan bila p ≥0,05 berarti nirsignifikan (Hadi,2000). Penggunaan analisis ini didasarkan pada data variabel X interval dan variabel Y interval. Berdasarkan hasil perhitungan analisis Product Moment (rxy) diperoleh hasil sebesar 0,020 pada taraf signifikansi (p) = 0,814, jadi p> 0,05 (tidak signifikan). Hal ini berarti Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen (variabel X) tidak mempunyai hubungan dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik (variabel Y). Berdasarkan hasil analisis Product Moment, dapat diketahui pula korelasi determinasi(r2) = 0,000 dengan demikian sumbangan efektif variabel X terhadap Y tidak ada, artinya Variabel X tidak ada hubungan dengan variabel Y. Bahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,020 pada taraf signifikansi (p) 0,814, jadi p> 0,05. Artinya tidak ada hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen (variabel X) dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya (variabel Y). Maka dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) ditolak, atau INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 dengan kata lain hipotesis yang diajukan peneliti tidak terbukti adanya hubungan persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen (variabel X) dengan kecenderungan prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya (variabel Y). Selain itu berdasarkan uji perbandingan rerata hipotesis dan rerata empiris dengan menggunakan uji-Z, didapatkan hasil rerata hipotesis (MH) persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen sebesar 105 dan rerata empiris (ME) sebesar 119.428, maka ME>MH yang artinya persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen positif atau berada pada kategori tinggi. Sedangkan hasil rerata hipotesis (MH) kecenderungan prokrastinasi akademik sebesar 126, dan rerata empiris (ME) sebesar 117.341 sehingga ME<MH yang artinya kecenderungan prokrastinasi akademik mahasiswa berada pada kategori rendah. Ditolaknya hipotesis yang diajukan peneliti dimungkinkan karena adanya faktor lain yang lebih dominan seperti yang dinyatakan oleh Solomon & Rothblum (dalam Ifiandra, 2010) bahwa terdapat beberapa faktor yang berkorelasi dengan prokrastinasi akademik, yaitu (1) manajemen waktu yang buruk, (2) takut gagal, (3) perfeksionis, (4) lokus kendali diri, dan (5) menghindari tugas. Faktor lain yang menyebabkan adanya kecenderungan prokrastinasi akademik pada mahasiswa diungkapkan oleh Knaus (dalam Ilfiandra, 2010) bahwa terdapat sembilan faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami prokrastinasi, yaitu: (1)manajemen waktu yang buruk, (2) kesulitan konsentrasi, (3)takut dan cemas, (4) keyakinan tak rasional, (5) masalah pribadi, (6) kejenuhan, (7) harapan tak realistis,(8) perfeksionis, dan (9) takut gagal. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara terhadap beberapa subyek mahasiswa setelah analisis data ini dilakukan mengenai kecenderungan untuk menunda menyelesaikan tugas biasanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam mengatur waktu, kondisi yang ada disekitar lingkungan mahasiswa seperti keinginan untuk mengerjakan tugas baru akan timbul jika temanteman lainnya juga mulai sibuk mengerjakan tugas sehingga waktu yang masih tersisa digunakan oleh kegiatan lain yang lebih menyenangkan bagi 101 Hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya mahasiswa. Selain itu, wawancara terhadap mahasiswa angkatan 2007 yang saat ini masih aktif kuliah sambil menyusun skripsi mengatakan bahwa semakin banyak tuntutan terhadap tugas maka semakin lemah sikap mahasiswa dalam memecahkan masalah. Artinya mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas mata kuliah dari dosen dengan deadline yang sudah ditentukan dan mengerjakan skripsi yang menyebabkan adanya kejenuhan sehingga ada salah satu prioritas tugas yang menjadi tertunda untuk dikerjakan. Menurut Ferrari (dalam Ilfiandra, 2010) faktor yang dominan mempengaruhi prokrastinasi akademik yaitu fear of failure yang merupakan suatu ketakutan berlebihan untuk gagal dan dapat menyebabkan mahasiswa melakukan prokrastinasi. Selain itu, keyakinan yang tidak rasional seperti adanya kesalahan dalam mempersepsikan tugas akademik misalnya s e b a g a i s e s u a t u ya n g b e ra t d a n t i d a k menyenangkan menyebabkan adanya prokrastinasi akademik. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hasil penelitian ini tidak terbukti dimungkinkan karena adanya faktor lain yang lebih berpengaruh atau dominan terhadap kecenderungan prokrastinasi akademik dan juga karena jenis data pada survei awal yang digunakan berbeda dengan saat penelitian sehingga peneliti saat melakukan survei awal dapat terbukti adanya prokrastinasi akademik namun setelah pelaksanaan penelitian, ke ce n d e r u n ga n prokra st i n a si a ka d e m i k mahasiswa rendah. Simpulan dan Saran Simpulan Bedasarkan hasil perhitungan analisis korelasi product moment diperoleh hasil rxy sebesar -0,020 pada taraf signifikansi (p)= 0,814 jadi p> 0,05 yang berarti tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Persepsi Mahasiswa terhadap Metode Pengajaran Dosen (variabel X) dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik (variabel Y). Saran Dari hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan di atas maka penulis mengajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi mahasiswa Disarankan agar dapat mempertahankan untuk tidak melakukan prokrastinasi sehingga mahasiswa dapat mengumpulkan tugas tepat waktu. 2. Bagi dosen Disarankan untuk dapat mempertahankan penggunaan metode pengajaran yang tepat a g a r m a h a s i s w a l e b i h te r m o t i v a s i mengerjakan tugas akademik. 3. Bagi peneliti selanjutnya B a g i p e n e l i t i ya n g te r t a r i k u n t u k menindaklanjuti penelitian ini disarankan untuk mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi prokrastinasi akademik seperti faktor manajemen waktu yang kurang baik, takut gagal, perfeksionis,dan lain-lain. Selain itu dapat menggunakan subjek penelitian yang lebih luas untuk dibandingkan hasilnya. PUSTAKA ACUAN Furchan, A. (2009). Ciri dosen profesional. Diambil pada tanggal 21 Oktober 2010 dari http://www.pendidikanislam.net/pendidikan/ciri-ciri-dosen-profesional Fibrianti, I. (2009). Hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa. Diambil pada tanggal 24 September 2010 dari http://eprints.undip.ac.id/10517/1/SKRIPSI.pdf Fibriana, Rin. (2009). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan dukungan sosial. Skripsi. Universitas Muhamadiyah. Diambil pada tanggal 15 November 2010 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/6240/pdf Ghufron, M. Nur & Rini R.S. (2010). Teori–teori psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz media. 102 INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 Meirina Dian Mayasari, Dewi Mustami'ah, Weni Endahing Warni Hadis, A. (2006). Psikologi dalam pendidikan (Sangat penting untuk: dosen, guru, mahasiswa, orangtua, masyarakat, dan pemerhati pendidikan). Bandung: Alfabeta.. Ilfiandra. (2010). Penanganan prokrastinasi akademik siswa sekolah menengah atas: Konsep dan aplikasi. Diambil pada tanggal 14 Februari 2011 dari http://www.osun.org//journalprokrastinasi.pdf Kartadinata, I. & Tjundjing, Sia. (2008). I love you tomorrow: Prokrastinasi akademik dan manajemen waktu. Anima: Indonesian Psychological Journal 2008, Vol. 23 (2), 109-119. Rahmayati, T. E. (2010). Hubungan antara motivasi bermain massively multiplayer online role playing game dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Diambil pada tanggal 6 November 2010 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789//Chapter2.pdf. Rumiani. (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3 (2), 37-48. Sugiyono. (2006). Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. ________. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suryosubroto, B. (2009). Proses belajar mengajar di sekolah: Wawasan baru, beberapa metode pendukung dan beberapa komponen layanan khusus (edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Tjundjing, S. (2006). Apakah penundaan menurunkan prestasi? Sebuah meta-analisis. Anima: Indonesian Psychological Journal. Vol. 22 (1),h.17-27 . Uno, H. B. (2008). Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010 103