PENGATURAN FUNGSI SEKSUAL PADA PRIA DAN RESPON AKTIVITAS SEKSUAL PADA PRIA DAN WANITA diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Basic Science of Nursing II Disusun Oleh Kelompok 11 Suci Amalia 220110090130 Suci Puspitasari 220110090042 Sylvia Farmasya Adha 220110090125 Tarina Eka Putri 220110090112 Taufik Nur Rochman 220110090049 Teguh Sumarna 220110090072 Tia Destianti 220110090082 Tiktik Tasrikah Yuniarti 220110090097 Twenty S Simanjuntak 220110090004 Ulan Imagi 220110090058 Upik Desma 220110090095 Venti Apriani Fatimah 220110090055 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadiran Illahi Rabbi, atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : “Pengaturan Fungsi Seksual pada Pria dan Respon Aktivitas Seksual pada Pria dan Wanita” ini dengan lancar. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akhir semester satu mata kuliah Basic Science of Nursing. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat pertolongan dari Allah SWT dan bantuan dari beberapa pihak berupa materil dan dukungan moril, penulis akhirnya dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis haturkan terima kasih yang setulus–tulusnya kepada Ibu Maria Komariah selaku kordinator mata kuliah Basic Science of Nursing Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang dapat membantu memperbaiki makalah ini. Akhir kata, penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat secara luas bagi profesi keperawatan dan khususnya bagi penulis. Jatinangor, Mei 2010 Penulis PENGATURAN FUNGSI SEKSUAL PADA PRIA Anatomi dan Fisiologi organ seks pria Testis Testis terletak didalam skrotum, kantong pada kulit di antara paha atas. Fungsi testis secara umum adalah memproduksi sperma dan hormon testosteron. Masing-masing testis didalamnya terbagi menjadi dua lobus. Masing-masing lobus berisi tubulus seminiferus, tempat spermatogenesis berlangsung. Di antara spermatogonia, terdapat sel-sel sustentakular (sertoli) yang memproduksi hormon inhibin yang distimulasi oleh testosteron. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisial yang menghasilkan testosteron ketika distimulasi oleh luteinizing hormone (LH) dari kelenjar hipofisis anterior. Selain berperan dalam pematangan sperma, testosteron juga bertanggung jawab untuk karateristik kelamin sekunder pria, yang mulai berkembang pada saat pubertas. Sebuah sperma terdiri atas beberapa bagian. Kepala sperma berisi 23 kromosom. Pada ujung kepalanya terdapat akrosom yang berisi enzim untuk mencerna membran sel telur. Pada bagian tengah terdapat mitokondria, yang memproduksi ATP. Flagelum memungkinkan motilitas pada sel sperma yaitu kemampuan sperma untuk bergerak. Sperma dari tubulus seminiferus memasuki jaringan tubular, yang disebut rete testis, kemudian masuk ke epididimis yang merupakan saluran reproduksi pertama. Epididimis Epididimis adalah pipa dengan panjang 6 meter, yang berliku-liku pada permukaan posterior masing-masing testis serta terdiri dari kepala/kaput yang terletak di atas kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan viseral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal. Berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens. Dalam epididimis, sperma mengalami maturasi lengkap dan flagelnya mulai berfungsi. Otot polos pada dinding epididimis akan menggerakkan sperma, masuk ke dalam duktus deferens. Duktus Deferens Disebut juga vas deferens, yang berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju vesikula seminalis. Duktus deferens memanjang dari epididimis dalam skrotum pada masing-masing sisinya ke dalam rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Saluran ini merupakan muara pada dinding abdomen untuk funikulus spermatikus, yaitu selubung jaringan ikat yang mengandung duktus deferens, pembuluh darah, dan saraf. Karena kanalis inguinalis merupakan muara pada dinding muskular. Duktus Ejakulatorius Duktus Ejakulatorius menerima sperma dari duktus deferens dan sekresi vesikula seminalis disisinya. Kedua duktus ejakulatorius bermuara ke dalam uretra. Vesikula Seminalis Sepasang vesikula seminalis terdapat pada bagian posterior vesika urinaria. Sekresinya mengandung fruktosa yang menjadi sumber energi bagi sperma dan membuat suasana tetap basa untuk meningkatkan motilitas sperma. Saluran pada masing-masing vesikula seminalis bersatu dengan duktus deferens pada sisinya untuk membentuk duktus ejakulatorius. Prostat Merupakan suatu kelenjar otot yang terletak dibawah vesika urinaria serta menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Kelenjar prostat terdiri dari 4 lobus,yaitu: Lobus posterior Lobus lateral Lobus anterior Lobus medial Kelenjar prostat mengelilingi satu inci pertama uretra yang muncul dari vesika urinaria. Jaringan kelenjar prostat mensekresi cairan basa yang membantu untuk mempertahankan motilitas sperma. Otot polos pada kelenjar prostat berkontraksi selama ejakulasi untuk turut berperan dalam pengeluaran semen dari uretra. Glandula Bulbouretralis Disebut juga glandula cowper. Glandula bulbouretralis terletak di bawah prostat dan bermuara kedalam uretra. Sekresinya yang bersifat basa akan menyelimuti bagian dalam uretra sesaat sebelum ejakulasi, yang akan menetralisasi keasaman urine yang mungkin keluar. Uretra-Penis Uretra merupakan saluran akhir yang akan dilalui oleh semen dan memiliki bagian terpanjang yang tertutup oleh penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari vesikula seminalis dan juga sebagai saluran untuk membuang urine dari kandung kemih. Penis adalah organ genitalia eksternal, bagian distalnya disebut glans penis dan ditutupi lapisan kulit yang disebut preputium atau kulup. Sirkumsisi adalah suatu tindakan pembedahan untuk membuang kulup. Didalam penis terdapat tiga massa jaringan kavernosa (erektil). Masing-masing terdiri atas serangkaian otot polos dan jaringan ikat yang berisi sinus-sinus darah yang lebar dan tidak teratur. Semen Semen terdiri atas sperma dan sekresi vesikula seminalis, prostat dan glandula bulbouretralis. Rata-rata PH-nya adalah 7,4. Selama ejakulasi, sekitar 2-4 ml semen dikeluarkan. Setiap milliliter semen mengandung seratus juta sel sperma. Spermatogenesis atau Pembentukan Sperma Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus selama masa seksual aktif akibat stimulasi oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata pada umur 13 tahun dan terus berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun pada usia tua. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam spermatogenesis dari sel-sel germinal sampai menjadi sperma adalah sekitar 75 hari. Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli. Sel-sel sertoli akan menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis. Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia berpindah di antara sel-sel sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferus. Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pembungkus sitoplasma yang berlebihan yang mengelilingi spermatogonia yang sedang berkembang sampai menuju bagian tengah lumen tubulus. Spermatogonia yang melewati lapisan pertahanan masuk ke dalam lapisan sel sertoli akan dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membesar untuk membentuk spermatosit primer yang besar. Setiap spermatosit tersebut, selanjutnya mengalami pembelahan mitosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder. Setelah beberapa hari, spermatosit sekunder ini juga membelah menjadi spermatid yang akhirnya menjadi spermatozoa (sperma). Selama masa pergantian dari tahap spermatosit ke tahap spermatid, 46 kromosom spermatozoa dibagi sehingga 23 kromosom diberikan ke satu spermatid dan 23 lainnya ke spermatid yang kedua. Stuktur sperma terdiri dari kepala, leher dan ekor. Untuk membentuk kepala, zat inti memadat menjadi suatu massa yang padat, dan membrane sel berkontraksi sekitar inti. Ini adalah zat inti yang melakukan fertilisasi ovum. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom dibentuk dari aparatus golgi yang mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Sentriol mengelompok pada leher sperma dan terdapat mitokondria spiral dalam badan yang berfungsi menyediakan energi untuk gerak ekor sperma. Yang menonjol ke luar tubuh adalah ekor panjang, yang merupakan pertumbuhan keluar dari salah satu sentriol. Ekor hampir mempunyai struktur yang hampir sama seperti silia. Ekor mengandung dua pasang mikrotubulus yang turun ke tengah dan sembilan mikrotubulus ganda yang tersusun sekitar pinggir. Ekor diliputi oleh perluasan membran sel, dan mengandung banyak adenosine trifosfat, yang niscaya memberi energi pergerakan ekor. Pada pengeluaran sperma dari saluran genitalis pria ke dalam saluran genitalis wanita, ekor mulai bergerak bolak-balik dan bergerak spiral pada ujungnya, memberikan pendorongan yang menyerupai ular yang menggerakkan sperma ke depan dengan kecepatan maksimum sekitar 20 sentimeter per jam. Sperma bergerak dari tubulus seminiferus menuju epididimis, dan tinggal disini sekitar tiga minggu sampai sperma matang. Selanjutnya sperma memasuki saluran vas deferens hingga ujung saluran dan bercampur dengan vesika seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowper. Sperma yang telah bercampur dengan sekret tersebut dinamakan semen. Selanjutnya, semen keluar dari ujung vas deferens, menuju saluran ejakulatorius dan uretra yang juga merupakan saluran kencing. Keluarnya semen dari dalam tubuh disebut ejakulasi. Sebelum ejakulasi, biasanya kondisi penis menegang. Keadaan seperti ini dinamakan ereksi. Saat ejakulasi, tempat keluar urine tertutup otot disekitarnya sehingga semen dan urine tidak tercampur. Pengaturan Hormonal Sistem Reproduksi Pria Hormon testikular. Androgen utama yang di produksi testis adalah testosteron. Testis juga mensekresi sedikit androstenedion, yaitu prekursor untuk estrogen pada laki-laki, dan dihidrotestosteron (DHT) yang penting untuk pertumbuhan prenatal dan diferensiasi genitalia laki – laki . Pada janin laki – laki , sekresi testosteron menyebebkan terjadinya diferensiasi duktus internal dan genitalia eksternal , dan menstimulasi penurunan testis ke dalam skrotum selama dua bulan terakhir gestasi . dan lahir sampai pubertas , hanya sedikit atau bahkan tidak ada testosteron yang diproduksi . Saat pubertas dan setelahnya , testosteron bertanggung jawab atas perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder laki –laki Testosteron meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan genitalia laki – laki . Testosteron bertanggung jawab atas pendistribusian rambut yang menjadi ciri khas laki – laki . Testosteron menyebabkan pembesaran laring dan perpanjangan serta penebalan pita suara , sehingga menghasilkan suara bernada rendah . Testosteron meningkatkan ketebalan dan tekstur kulit serta mengakibatkan permukaan kulit menjadi lebil gelap dan lebih kasar . hormon ini juga meningkatkan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea serta terlibat dalam pembentukan jerawat ( pada laki – laki dan perempuan ) Testosteron meningkatkan masa otot dan tulang , meningkatkan laju metabolik dasar , meningkatkan jumlah sel darah merah , dan meningkatkan kapasitas pengikatan oksigen pada laki – laki . Hormon hipofisis dan hipotalamus mengendalikan produksi androgen dan fungsi testikular . Gonadotropin hipofisis . Folicle stimulating hormone ( FSH ) memiliki reseptor pada sel tubulus seminiferus dan diperlukan dalam spermatogenesis . Luteinizing hormone ( LH ) memiliki reseptor pada sel interstisial dan menstimulasi produksi serta sekresi testosteron . LH juga disebut ICSH ( interstitial cell stimulating hormone) atau hormon perangsang sel interstisial pada laki – laki . Hipothalamic gonadotropin releasing hormone ( GnRH) berinteraksi dengan testosteron , FSH , LH dan Inhibin dalam mekanisme umpan balik negatif yang mengatur sintesis dan sekresi testosteron . Penurunan konsentrasi testosteron yang bersirkulasi menstimulasi produksi GnRH hipotalamik yang kemudian menstimulasi skresi FSH dan LH . FSH menstimulasi spermatogenesis dalam Sistem Reproduksi , Kehamilan , dan Perkembangan tubulus seminiferus dan LH menstimulasi sel interstisial untuk memproduksi testosteron . Peningkatan kadar testosteron dalam darah memberikan kendali umpan balik negatif pada skresi GnRH dan pada sekresi FSH dan LH hipofisis. Inhibin disintesis dan disekresi oleh sel Sertoli untuk merespons terhadap sekresi FSH . Hormon ini bekerja melalui umpan balik negatif langsung pada kelenjar hipofisis untuk menghambat sekresi FSH . Inhibin tidak mempengaruhi pelepasan LH ( ICSH ). Protein pengikat androgen adalah suatu polipeptida yang juga diproduksi oleh sel sertoli untuk merespons sekresi FSH . protein mengikat testosteron untuk mempertahankan konsentrasinya dalam tubulus seminiferus 10 sampai 15 kali lebih besar , dibandingkan dengan konsentrasinya dalam darah . Hal ini kemudian meningkatkan penerimaan sel terhadap efek testosteron dan berfungsi untuk menunjang spermatogenesis . Pubertas dipicu oleh peningkatan sekresi GnRH . GnRH dihambat melalui umpan balik negatif dari sejumlah kecil testosteron yang bersirkulasi sebelum pubertas . Saat pubertas , maturasi otak dan penurunan sensitifitas hipotalamus terhadap penghambatan testosteron menyebabkan peningkatan sekresi GnRH yang kemudian meningkatkan sekresi FSH dan LH hipofisis . Ini mengakibtakan terjadinya spermatogenesis , produksi testosteron , dan pembentukan karakteristik seks sekunder pada laki – laki . Peningkatan kadar GnRH menyebabkan peningkatan sekresi FSH dan LH oleh kelenjar hipofisis interior . RESPON AKTIVITAS SEKSUAL PADA PRIA DAN WANITA Perilaku Seksual Respon Fisiologis Respon seksual adalah suatu pengalaman psikofisiologis yang sesungguhnya. Rangsangan dicetuskan oleh stimully psikologis dan fisik, tingkat ketegangan yang dialami baik secara fisiologis dan emosional, dan, pada orgasme, normalnya terdapat persepsi subjektif puncak reaksi dan pelepasan fisik. Perkembangan psikoseksual, sikap psikologis terhadap seksualitas, dan sikap terhadap pasangan seksual seseorang adalah terlibat secara langsung dengan dan mempengaruhi fisologi respon seksual manusia. Laki-laki dan wanita normal mengalami urutan respon fisiologis terhadap stimulasi seksual. Dalam penjelasan terinci pertama tentang respon tersebut, William Master dan Virginia Johnson mengamati bahwa proses fisiologis terlibat dalam meningkatkan tingkat fasokongesti dan miotonia (tumescene) dan selanjutnya pelepasan aktivitas vaskular dan tonus otot sebagai akibat orgasme (detumescence). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV) menggambarkan empat fase siklus respon: fase 1, hasrat/birahi (desire); fase 2, perangsangan (excitement); fase 3:orgasme; fase 4:resolusi. Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan panjang durasi dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. Selain itu, intensitas dari masing-masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-laki dan perempuan. FASE 1: HASRAT. Fase Hasrat (atau nafsu) adalah berbeda dari tiap fase lainnya yang dikenali semata-mata melalui fisiologi, dan mencerminkan permasalahan dasar psikiatrik tentang motivasi, dorongan, dan kepribadian. Fase ini ditandai oleh khayalan seksual dan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual. FASE 2: PERANGSANGAN. Fase perangsangan adalah disebabkan oleh stimulasi psikologi (khayalan atau adanya objek cinta) atau stimulasi fisiologis (membelai dan mencium) atau kombinasi keduanya. Fase ini mengandung perasaan kenikmatan subjektif. Fase perangsangan ditandai oleh kekakuan penis yang menyebabkan ereksi pada laki-laki dan lubrikasi vagina pada wanita. Puting payudara pada kedua jenis kelamin menjadi ereksi, walaupun ereksi putting apayudara adalah lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Klitoris wanita menjadi keras dan membesar, dan labia mayora wanita menjadi lebih tebal sebagai akibat dari pembesaran vena. Perangsangan awal dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam. Dengan stimulasi yang berkelanjutan, testis laki-laki bertambah besar ukurannya sekitar 50% dan terangkat. Saluran vagina menunjukkan konstriksi yang karakteristik di sepertiga bagian luarnya, yang dikenal sebagai pelataran orgasme (orgasme platform). Klitoris terangkat dan beretraksi di belakang simfisis pubis. Sebagai akibatnya, klitoris sukar dicapai. Tetapi, saat daerah tersebut terstimulasi, traksi labia minora dan preposium terjadi, dan terdapat gerakan batang klitoris intraprepusial. Ukuran payudara pada wanita membesar 25%. Gerakan berkelanjutan penis dan vagina menghasilkan perubahan warna yang spesifik, khususnya pada labia minora, yang menjadi berwarna merah terang dan gelap. Kontraksi volunter kelompok otot-otot besar tejadi, dan kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, dan tekanan darah naik. Rangsangan yang meninggi berlangsung 30 detik sampai beberapa menit. FASE 3: ORGASME. Fase orgasme mengandung dari puncak kenikmatan seksual, dengan pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmik pada otot-otot perineal dan organ reproduktif pelvis. Perasaan subjektif ejakulasi mencetuskan orgasme laki-laki. Diikuti oleh semprotan semen yang kuat. Orgasme laki-laki juga disertai oleh empat sampai lima kali spasme ritmik pada prostat, vesikula seminalis, vas, dan uretra. Pada wanita, orgasme ditandai oleh 3 sampai 15 kali kontraksi involunter pada sepertiga bagian bawah dan oleh kontraksi uterus yang kuat dan lama, berjalan dari fundus turun ke serviks. Baik laki-laki maupun wanita mengalami kontraksi involunter pada sfingter internal dan eksternal. Kontraksi tersebut dan kontraksi lainnya selama orgasme terjadi dengan interval 0,8 detik. Manifestasi lain adalah gerakan volunteer dan involunter pada kelompok otot-otot besar, termasuk seringai wajah dan spasme karpopedal. Tekanan darah meningkat 20 sampai 40 mm (baik sistolik dan diastolik), dan kecepatan denyut jantung naik sampai 160 denyutan per menit. Orgasme berlangsung dari 3 sampai 25 detik dan disertai dengan sedikit pengaburan kesadaran. FASE 4: RESOLUSI. Resolusi terdiri dari pengaliran darah dari genitalia (detumescence), dan detumescence membawa tubuh ke keadaan istirahatnya. Jika orgasme terjadi, resolusi mungkin memerlukan waktu dua sampai enam jam dan mungkin disertai dengan kegelisahan dan mudah marah. Resolusi melalui orgasme ditandai oleh perasaan kesenangan subjektif, relaksasi umum, dan relaksasi otot. Setelah orgasme, laki-laki memiliki suatu periode refrakter yang mungkin berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam; dalam periode tersebut mereka tidak dapat dirangsang untuk orgasme lebih lanjut. Periode refrakter tersebut tidak terjadi pada wanita, yang mampu mengalami orgasme yang multiple dan berurutan. Tabel Siklus Respon Seksual Laki-laki Organ Kulit Penis Fase Rangsangan Fase Orgasmik Fase Resolusi Berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam; rangsangan yang kuat sebelum orgasme, 30 detik sampai 3 menit Tepat sebelum orgasme: tampak kemerahan kulit yang tidak konsisten; ruam makulapopular berasal dari abdomen dan menyebar ke dinding dada arterior, wajah, dan leher dan dapat mencapai bahu dan lengan bawah Ereksi dalam 10 sampai 30 detik disebabkan oleh fasokongesti badan erektil korpus kavernosa batang penis; hilangnya ereksi dapat terjadi jika terdapat stimulus aseksual, suara bising; pada rangsangan yang kuat, ukuran glans dan diameter batang penis bertambah lagi 3-15 detik 10 sampai 15 menit; jika tidak orgasme, ½ sampai 1 hari Kemerahan yang jelas Kemerahan menghilang dalam urutan kebalikan timbulnya; tampak lapisan keringat di telapak tangan dan kaki tetapi tidak selalu Ejakulasi; fase emisi ditandai oleh tiga sampai empat kontraksi 0.8 detik pada vas, vesikula seminalis, prostat; ejakulasi yang sebenarnya ditandai oleh kontraksi uretra 0.8 detik uretra dan semburan ejakulasi 10 sampai 20 inci pada usia 18, menurun dengan bertambahnya usia sampai menetes pada usia 70 tahun Tidak berubah Ereksi; involusi parsial dalam 5 sampai 10 detik dengan periode refrakter yang bervariasi; lengkap dalam 5 sampai 30 menit Skrotum Pengencangan dan dan pengangkatan kantung Testis skrotum dan peninggian testis; pada rangsangan yang kuat, ukuran testis meningkat 50% dibanding keadaan tanpa stimulasi dan Kembali ke ukuran dasar karena hilangnya vasokongesti; testis dan skrotum turun dalam 5 sampai 30 menit setelah orgasme; involusi mendatar pada perineum, menandakan akan terjadinya ejakulasi Kelenjar 2 sampai 3 tetes cairan Cowper mukoid yang mengandung sperma hidup disekresikan selama rangsangan yang kuat LainPayudara: ereksi putting lain payudara yang tidak selalu terjadi pada rangsangan yang kuat sebelum orgasme. Miotonia: kontraksi semisimpatik otot-otot wajah, abdomen, dan interkostalis. Takikardia: sampai 175 kali per menit. Tekanan darah: sistolik naik 20 sampai 80 mm; diastolic naik 10 sampai 40 mm. Respirasi: meningkat memerlukan beberapa jam jika tidak terjadi pelepasan orgasmic Tidak berubah Tidak berubah Hilangnya control otot volunter. Rektum: kontraksi ritmik sfingter. Kecepatan denyut jantung: sampai 180 denyut semenit. Tekanan darah: sistolik naik hingga 40 sampai 100 mm; diastolic 20 sampai 50 mm. Respirasi: sampai 40 kali semenit. Kembali ke keadaan dasar dalam 5 sampai 10 menit. Tabel Siklus Respon Seksual Wanita Organ Kulit Payudar a Fase Rangsangan Fase Orgasmik Fase Resolusi Berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam; rangsangan yang kuat sebelum orgasme, 30 detik sampai 3 menit Tepat sebelum orgasme; kemerahan kulit tidak selalu tampak; ruam makulopapular berasal dari abdomen an menyebar ke dinding dada anterior, wajah, dan leher; dapat mencapai bahu dan lengan bawah Ereksi putting payudara pada dua per tiga wanita; kongesti venadan pembesaran areolar ukuran meningkat sampai 3 sampai 15 detik 10 sampai 15 menit; jika tidak orgasme, ½ sampai 1 hari Kemerahan yang jelas Kemerahan menghilang dalam urutan terbalik timbulnya; tampak lapisan keringat pada telapak tangan dan kaki tetapi tidak selalu Payudara dapat menjadi lebih bergetar Kembali ke normal dalam kira-kira ½ jam Klitoris Labia Mayora Labia Minora seperempat diatas normal Membesar pada diameter glans dan batang; tepat sebelum orgasme, batang beretraksi ke dalam prepusium Nulipara: meninggi dan mendatar pada perineum. Multipara: kongesti dan edema Ukuran meningkat dua sampai tiga kali di atas normal; berubah menjadi merah muda, merah, merah tua sebelum orgasme Vagina Warna berubah menjadi ungu gelap; transudat vagina ditemukan 10 sampai 30 detik setelah rangsangan; pemanjangan dan pelonggaran vagina; sepertiga bagian bawah vagina berkontraksi sebelum orgasme Rahim Naik sampai pelvis palsu; kontraksi seperti persalinan dimulai pada rangsangan yang kuat tepat sebelum orgasme Lain-lain Miotonia Beberapa tetes sekresi mukoid dari kelenjar Bartolini selama rangsangan yang kuat. Serviks membengkak sedikit dan naik secara pasif bersama rahim Tidak berubah Batang kembali ke posisi normal dalam 5 sampai 10 detik; mengecil dalam 5 sampai 30 detik; jika tidak orgasme. Pengecilan memerlukan waktu beberapa jam Tidak berubah Nulipara: meningkat sampai ukuran normal dalam 1 sampai 2 menit. Multipara: menurun ke ukuran normal dalam 10 sampai 15 menit. Kontraksi bagian proksimal labia minora Kembali ke normal dalam 5 menit 3 sampai 15 kontraksi pada sepertiga bagian bawah vagina dengan interval 0.8 detik Ejakulat membentuk pool seminal dalam duapertiga bagian atas vagina; kongesti menghilang dalam beberapa detik atau, jika tidak orgasme dalam 20 sampai 30 menit Kontraksi sebelum orgasme Kontraksi berhenti; dan uterus turun ke posisi normal Hilangnya control otot Kembali ke keadaan dasar volunteer dalam beberapa detik Rectum: kontraksi ritmik sampai menit sfingter Warna dan ukuran serviks Hiperventilasi dan kembali ke normal, dan takikardia serviks menurun ke dalam pool seminal. Perbedaan dalam Rangsangan Erotik Fantasi seksual yang jelas adalah sering ditemukan pada laki-laki dan wanita. Stimuli eksternal terhadap fantasi seringkali berbeda pada kedua jenis kelamin. Laki-laki berespon terhadap stimuli visual wanita telanjang atau berpakaian sedikit, yang digambarkan sebagai pembangkit nafsu (lust-driven) dan dinikmati hanya dalam pemuasan fisik. Wanita berespon terhadap kisah romantic dengan pahlawan yang lembut yang mencintainya dan berjanji seumur hidup dengannya. Masturbasi Masturbasi biasanya merupakan suatu prekursor normal untuk perilaku seksual berhubungan dengan objek. Telah dikatakan bahwa tidak ada bentuk aktivitas seksual lain yang lebih sering dibicarakan, lebih disalahkan, dan lebih dilakukan secara universal selain masturbasi. Penelitian oleh Alfred Kinsey tentang prevalensi masturbasi menyatakan bahwa hampir semua laki-laki dan tigaperempat wanita melakukan masturbasi pada suatu waktu kehidupannya. Penelitian longitudinal tentang perkembangan menunjukan bahwa stimulasi seksual oleh diri sendiri adalah sering ditemukan pada masa bayi dan kanakkanak. Saat bayi belajar untuk mengeksplorasi fungsi jari dan mulutnya, mereka melakukan hal yang sama dengan genitalianya. Pada kira-kira usia 15 sampai 19 bulan, kedua jenis kelamin memulai stimulasi sendiri. Sensasi menyenangkan dihasilkan dari sentuhan lembut pada daerah genital. Sensasi tersebut, disertai oleh dorongan biasanya untuk mengeksplorasi tubuh seseorang, menghasilkan minat normal dalam kesenangan masturbasi saat itu. Anak-anak juga mengembangkan suatu peningkatan minat pada genitalia orang lain – orangtua, anak-anak, atau bahkan binatang. Saat anak mendapatkan teman bermain, keingintahuan tentang genitalia dirinya sendiri dan orang lain memotivasi episode ekshibisionisme atau eksplorasi genital. Pengalaman tersebut, kecuali dihambat oleh ketakutan bersalah, berperan dalam kesenangan yang terus-menerus dari stimulasi seksual. Saat mendekati pubertas, lonjakan hormon seks, dan perkembangan karakteristik seks sekunder, keingintahuan seksual diperkuat, dan masturbasi bertambah sering. Remaja adalah mampu secara fisik untuk melakukan koitus dan orgasme tetapi biasanya terhambat oleh kekangan social. Mereka berada dalam tekanan ganda dan seringkali bertentangan dalam menegakkan identitas jenis kelamin dan mengendalikan impuls seksual mereka. Hasilnya adalah ketegangan psikologis yang berat yang memerlukan pelepasan, dan masturbasi adalah cara yang normal untuk menurunkan ketegangan seksual. Suatu perbedaan emosional penting antara anak pubertas dan anak yang lebih kecil adalah adanya fantasi koitus selama masturbasi pada remaja. Fantasi tersebut adalah pelengkap penting bagi perkembangan identitas jenis kelamin; dalam perbandingan keamanan khayalan, remaja belajar untuk membentuk peran seks dewasa. Aktivitas otoerotik biasanya dipertahankan sampai dewasa muda, saat normalnya digantikan oleh koitus. Pasangan dalam hubungan seksual tidak mengabaikan masturbasi sepenuhnya. Jika koitus adalah tidak memuaskan atau tidak dapat dilakukan karena penyakit atau tidak adanya pasangan, stimulasi sendiri seringkali memberikan tujuan adaptif, mengkombinasikan kesenangan sensual dan pelepasan ketegangan. Kinsey menemukan bahwa, jika wanita bermasturbasi, sebagian besar lebih menyukai stimulasi klitoris dibandingkan yang lainnya. Masters dan Johnson melaporkan bahwa wanita lebih menyukai batang klitoris daripada kelenjar karena kelenjar lebih hipersensitif terhadap stimulasi yang intensif. Tabu moral terhadap masturbasi telah menyebabkan mitos bahwa masturbasi menyebabkan penyakit mental atau menurunkan kemampuan seksual. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pernyataan tersebut. Masturbasi adalah suatu gejala psikopatologis hanya jika masturbasi menjadi kompulsif di luar pengendalian seseorang. Masturbasi selanjutnya merupakan gejala gangguan emosional bukan karena masturbasi adalah seksual tetapi karena adalah kompulsif. Masturbasi merupakan aspek yang universal dan tidak dapat dihindari dari perkembangan psikososial, dan pada sebagian besar kasus masturbasi adalah adaptif. Aksi Seksual Imajinasi, sentuhan pada skrotum, anus dan perineum, rangsang dari dalam bagian organ seks, rangsang taktil dan gland penis akan diterima oleh syaraf sensoris. Rangsang dihantarkan ke syaraf pudendus lalu ke pleksus skaralis medulla spinalis, ke pusat sensasi seksual. Mengaktifkan parasimpatis nervus pelvikus yang dihantarkan ke penis, menimbulkan efek: Melebarkan arteri-arteri dan jaringan erektil membentuk sinus cavernosa yang disi darah sehingga penis menjadi membesar dan panjang (EREKSI). Kelenjar uretra dan bulbouretralis mensekresikan lender untuk lubrikasi selama koitus. Ereksi menyebabkan impuls makin kuat dan merangsang pusat reflex di medulla spinalis sehingga mengaktifkan simpatis yang menyebabkan kontraksi vasdeferens, kelenjar prostat, vesika seminalis, dan secret bergabung dengan secret kelenjar uretra dan bulbouretra menjadi semen (EMISI). Emisi menyebabkan sensasi kepenuhan yang menyebabkan kontraksi ritmis organ kelamin internal sehingga semen terdorong keluar (ejakulasi). DAFTAR PUSTAKA Kaplan dan sadock. 1997. Sinopsisi Psikiatri Jilid II. Jakarta: Binarupa Aksara. Haryani, Ani., dkk. 2009. Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung: CV. Cakra. http://training.seer.cancer.gov/module_anatomy/images/illu_repdt_male.jpg&img ref http://www.info-medis.blogspot.com http://www.fadlie.web.id