penyusunan standar operasional prosedur keselamatan tenaga

advertisement
PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KESELAMATAN
TENAGA LISTRIK SEBAGAI BAGIAN DARI INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN
PREVENTIF ALAT KESEHATAN PADA PUSKESMAS CILEDUG
KOTA TANGERANG
PROVINSI BANTEN
Ir. FRISA YUGI HERMAWAN, ST., MT
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II
frisayu [email protected]
Abstract
Peralatan kesehatan ialah salah satu faktor penunjang yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan. Kondisi maupun fungsi peralatan
kesehatan harus baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Puskesmas Ciledug Kota
Tangerang menjadi lokasi sasaran kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Kegiatan PKM ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang inspeksi dan pemeliharaan preventif yang
selanjutnya disebut Inspection and Preventive Maintenance (IPM) pada peralatan kesehatan sehingga
dapat diaplikasikan oleh operator/pengguna pada pelayanan kesehatan setingkat Puskesmas dengan
membangun budaya peduli di tingkat pengguna/operator melalui
peningkatan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, perubahan sikap dan perilaku yang lebih berorientasi pada kebiasaan
(rutinitas). Kegiatan IPM ini juga menyasar pada aspek penunjang dari peralatan kesehatan. Sistem
Operasional Procedur (SOP) merupakan aspek yang juga menunjang kegiatan IPM. Kegiatan PKM ini
diawali dengan kegiatan ceramah pada tingkat pengguna/operator, Tanya jawab oleh partisipan,
diskusi dan monitoring langsung. Penyusunan SOP Keselamatan Kerja Listrik yang dilakukan bersama
dengan pihak Puskesmas merupakan hasil akhir dari kegiatan PKM. Agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik, Puskesmas harus memiliki SOP untuk setiap aspek penunjang, seperti
Intensitas Cahaya, Tingkat Kebisingan dan lain sebagainya.
Keywords: Pengabdian Kepada Masyarakat, Sistem Operasi Prosedur, Peralatan Kesehatan, Puskesmas
Ciledug
Latar Belakang
Puskesmas merupakan sebuah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
danmemberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok yang wajib diselenggarakan oleh
Pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Puskesmas dengan
tujuannya yaitu mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi- tingginya.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota [1]. Secara umum, puskesmas harus memberikan pelayanan
preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan
perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat
memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Puskesmas biasanya
memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu,
pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes).
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur
lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian
wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. [2]Kota Tangerang mempunyai 32
Puskesmas. Pelayanan puskesmas semakin tinggi karena melayani program BPJS
sehingga penggunaan alat kesehatan semakin banyak, oleh karena itu diperlukan tanaga
pemeliharaan
untuk melakukan pemeliharaan preventif melalui intervensi pelatihan
pembuatan program pemeliharaan dan pelaksanaannya. Manfaat yang didapatkan adalah
adanya tenaga terlatih, yang dapat melakukan program pemeliharaan secara berkala.
Gambar 1. Lokasi Puskesmas Ciledug, Kota Tangerang
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II merupakan institusi pendidikan
tenaga kesehatan yang mempunyai tugas tidak hanya melalui peningkatan secara terus
menerus kualitas pembelajaran di kelas., tetapi juga kualitas pembelajaran di
Laboratorium, di lahan praktek di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dan di
masyarakat. Salah satu kegiatan Program Pendidikan Teknik Elektromedik Politeknik
Kesehatan Jakarta II Kemenkes RI yang terkait dengan Tri Darma Perguruan Tinggi
adalah Pengabdian Masyarakat bagi dosen dan mahasiswa.
Kegiatan PKM ini menitik beratkan pada keselamatan tenaga listrik. Keselamatan
ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi
penyediaan tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan
kondisi andal dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya, serta kondisi ramah lingkungan, di sekitar instalansi tenaga
listrik [2][3][4][5][6].
Sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi
koordinasi.
Pelayanan Kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan[7]: Kuratif (pengobatan), Preventif
(upaya pencegahan), Promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
Sedangkan fungsi Puskesmas adalah [7] adalah sebagai Pusat Pembangunan
Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, dan memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya.
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang sangat
vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan
wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan
demikian ketersediaan peralatan kesehatan sangat menentukan terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang optimal, efektif dan efisien di Puskesmas. Peralatan
Puskesmas ini adalah meliputi peralataan medis dan non medis yang dibutuhkan untuk
penyelenggaran upaya atau kegiatan pelayanan di dalam dan di luar gedung Puskesmas
dan jejaringnya termasuk fasilitas pelayanan kesehatan berbasis masyarakat atau UKBM.
Daftar peralatan kesehatan, berdasarkan jenis Puskesmas dan jejaringnya serta
kegiatan pelayanan yang diselenggarakan. Adapun daftar peralatan kesehatan meliputi
peralatan medis, bahan habis pakai, perlengkapan dan perabotan yang dibutuhkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
tingkat primer/tingkat pertama. Namun pada kenyataannya untuk peralatan medis,
Puskesmas sekarang kurang memperhatikan dan memenuhi syarat keakurasian
peralatannya, terutama dalam melaksanakan pemeliharaan berkala yang harus dilakukan
pada periode tertentu.
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit, Puskesmas maupun di
sarana pelayanan kesehatan lainnya. Oleh karenanya kondisi maupun fungsi peralatan
kesehatan harus baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan tersebut.
Untuk
mencapai kondisi ini perlu adanya pengelolaan peralatan dengan baik dan terpadu
sejak perencanaan,
pengadaan,
pendayagunaan hingga
pemeliharaan.
Dengan
demikian peralatan kesehatan dan fasilitas pendukungnya akan berdaya guna secara
optimal dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Sedangkan pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan rutin, pekerjaan berulang
yang dilakukan untuk menjaga kondisi fasilitas produksi agar dapat dipergunakan sesuai
dengan fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efisien [8] . Ini berbeda dengan
perbaikan. Pemeliharaan (maintenance) juga didefenisikan sebagai suatu kombinasi
dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya
sampai
suatu
kondisi
yang
bisa
diterima.
Pemeliharaan yang baik pada sebuah peralatan kesehatan akan mencegah potensi
bahaya yang ada pada peralatan tersebut tidak mencederai manusia dan lingkungannya.
Di samping itu mengurangi cost pemeliharaan, meningkatkan utility, serta ready for
use[9].
Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan preventif merupakan kegiatan wajib yang perlu
dijadualkan kegiatan pelaksanaanya. Inspeksi dan pemeliharaan preventif tidak hanya
menjadi tanggung jawab teknisi tetapi operator/pengguna memiliki kontribusi yang besar
terhadap kegiatan tersebut yang tentunya tetap didasarkan pada kewenangannya.
Metodologi
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan di Puskesmas Ciledug
kota Tangerang, maka dilakukan pelatihan Uji Fisik alat kesehatan dengan
metode
yang digunakan yakni Metode ceramah, yaitu digunakan untuk memaparkan materi
yang telah disusun oleh Tim Pelaksana. Metode Tanya Jawab,
yaitu digunakan untuk
merespon sejauh mana tingkat pemahaman peserta sosialisasi terhadap yang telah
disampaikan oleh Tim Pelaksana. Metode diskusi, yaitu pemateri dan peserta melakukan
dialog yang membahas masalah seputar inspeksi dan pemeliharaan peralatan medik dan
keselamatan kerja serta penggunaan peralatan medik yang aman. Metode Simulasi dan
Praktek, yaitu digunakan untuk memperlihatkan pengoperasian dan pemeliharaan
peralatan medik yang aman. Serta dilakukan monitor tindak lanjut penyeliaan dengan
metode melaksanakan Uji Kinerja dan penyerahan SOP keselamatan listrik alat
kesehatan. Uji Kinerja dikenal dengan istilah uji kuantitatif/monitoring output/ verifikasi
dengan sampel untuk beberapa alat yang dipakai di puskesmas Ciledug
kota Tangerang. Adapun Diagram Alir pelaksanaan program PKM:
Persiapan
Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi
Pembuatan Laporan
Gambar 2. Diagram Alur Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Puskesmas Ciledug
Persiapan adalah kegiatan awal yang mencakup, survei tempat pelaksanaan
kegiatan, pemantauan kondisi sambungan (terminal) kabel listrik dan penentuan titiktitik rawan akan sambungan listrik. Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan ini dilaksanakan setelah semua survey awal dan persiapan peralatan dan bahan
sudah selesai dilakukan. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Ciledug Kota
Tangerang. Kegiatan peninjauan dan penentuan lokasi keselamatan listrik dilakukan
diseluruh ruangan, terutama pada ruangan yang sering terdapat aktifitas dengan pasien.
Adapun rencana pelaksanaan kegiatan PKM di Puskesmas Ciledug dapat dilihat pada
table 1 berikut.
Table 1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan PKM di Puskesmas Ciledug
Pertemuan
Hari ke 1
Jenis Kegiatan/Materi
Ajara
1.
Pembukaan
dengan Kepala
Puskesmas dan Ka.
Bag. TU, serta staf
lainnya yang terkait.
Waktu
180
menit
Alat/bahan/sumber
ajar
Komputer,
proyektor
PJ / NS
Ka. Puskesmas
Ka. Bag TU
Ketua Tim
2.
Penyampaian
ulasan Gambaran tahap
2 Acara Pelatihan dan
Tujuan dari Pelatihan
ini
PKM
Penyampaian Materi 1 ;
Menjelaskan Ulasan
materi SOP
keselamatan Listrik
(Pemeliharaan
Preventif dan Bahaya
listrik).
Hari ke 2
Penyampaian Materi 2 :
Lanjutan Praktek
Kasus pada salah satu
alat yang ada di
Puskesmas
Penyampaian Materi 3 :
Bahaya listrik yang
sering terjadi pada
peralatan
Penyampaian Materi 4 :
Review dengan cek
list
Uji Fisik
Penutupan
Ketua dan
Anggota Tim
PKM
180
menit
Komputer,
proyektor, alat
medik lainnya.
Anggota
PKM
Tim
Ka. Bag TU
Ketua dan
Anggota Tim
PKM.
Kegiatan tahap ketiga adalah evaluasi. Evalusi ini bertujuan untuk melihat
perkembangan program yang dilaksanakan, dan untuk mengetahui kendala yang ada, cara
menanganinya sehingga program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan benarbenar efektif dan maksimal. Evaluasi yang terakhir yaitu pada tahap 2 berupa
penyampaian langsung dan pelatihan keselamatan bahaya listrik kepada peserta.
Tahapan terakhir dalam kegiatan PKM adalah pembuatan laporan. Pembuatan
Laporan Awal atau draft disesuaikan dengan hasil yang telah dicapai selama
melakukan pembinaan terhadap pengguna peralatan di Puskesmas Ciledug Kota
Tangerang. Sedangkan revisi laporan dilakukan apabila terjadi kesalahan pada
pembuatan laporan awal. Pembuatan Laporan Akhir dilakukan setelah melakukan revisi
laporan agar dalam penyusunan laporan akhir diperoleh hasil yang lebih baik.
Hasill
Sebelum dilakukan kegiatan PKM, Puskesmas Kecamatan Ciledug belum memiliki
SOP keselamatan Tenaga Listrik pada tiap ruangan yang ada di Puskesmas Ciledug Kota
Tangerang. Kegiatan PKM yang diadakan di Puskesmas Cileduk Kota Tangerang ini
telah menghasilkan SOP keselamatan kerja listrik. SOP ini diperlukan karena intensitas
orang yang ada di puskesmas sangat tinggi. Selain itu tingkatan usia yang berada di
lingkungan ruangan puskesmas juga beragam. Anak-anak ataupun Balita adalah tingkat
usia yang sangat rentan terhadap keselamatan bahaya listrik. Dengan adanya SOP
keselamatan tenaga listrik ini diharapkan seluruh pegawai Puskesmas Cileduk, Kota
tangerang dapat bersisnergi dalam membangun dan mengedepankan keselamatan an
menunjang kinerja peralatan kesehatan di Puskesmas Ciledug Kota Tangerang..
Adapun SOP yang telah disusun adalah sebagai berikut:
LAMPIRAN
Nomor:
Revisi Ke:
Berlaku Tgl:
1
0
2 Januari 2016
Instrumen
Standar Prosedur Operasional
KESELAMATAN TENAGA LISTRIK
Ditetapkan Oleh:
Kepala UPT Puskesmas CILEDUG
Drg. Iradani Yupitaningrum, M.Kes
NIP: 196501041994032002
DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG
UPT PUSKESMAS CILEDUG
Jalan Raden Fatah No. 125 Kelurahan Sudimara Barat
Kecamatan Ciledug Kota Tangerang
KESELAMATAN
TENAGA LISTRIK
Standar Prosedur Operasional
Pemerintah Kota Tangerang
Dinas Kesehatan
Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Puskesmas Ciledug
2016
Pemerintah Kota Tangerang
UPT Puskesmas Ciledug
Jl. Raden Fatah No. 125 Kel. Sudimara Barat Kec. Ciledug
No. Telp: (021) 723-7941
Email: [email protected]
Ruang Lingkup
bahwa Keselamatan Tenaga Listrik di Puskesmas Ciledug Kota
Tangerang harus sesuai dengan persyaratan teknis kesehatan
agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan
sehingga
perlu
disusun
SOP
sebagai
pedoman
pengoperasiannya
Ringkasan Prosedur
SOP ini merupakan pedoman dalam Keselamatan Tenaga
Listrik di lingkungan Puskesmas Ciledug Kota Tangerang
Istilah dan Definisi
Ketentuan/Keterangan Lain
-
Nomor SPO
Tanggal
Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan Oleh
:
:
:
:
:
UPT PUSKESMAS CILEDUG
KOTA TANGERANG
Nama SPO
Dasar Hukum
1. UU No.15/1985 tentang ketenagalistrikan
2. PP No.10/1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik, PP No.3/2005 tentang perubahan atas PP No.10/1989
jo PP No.26/2006 tentang perubahan kedua atas PP
No.10/1989
3. Permen ESDM no.0045 tahun 2005 tentang Instalasi
ketenagalistrikan, Permen ESDM No.0046 th 2006 tentang
addendum Permen ESDM no.0045 tahun 2005
4. Kepmen ESDM
No.1109K/30/MEM/2005
tentang
penunjukan KONSUIL
5. Permen ESDM No.0027 tahun 2005 Tentang tata
caraPembubuhan Tandan SNI dan Tanda Keselamatan.
:
2 Januari 2016
2 Januari 2016
Kepala UPT Puskesmas Ciledug
Kota Tangerang
drg. Iradani Yupitaningrum, M. Kes
NIP: 196501041994032002
Keselamatan Tenaga Listrik
Kualitas Pelaksana
Tata Cara Pelaksanaan Keselamatan Tenaga Listrik dilakukan
sbb :
1. Pengelolaan
a. Bangunan Puskesmas harus mempunyai sambungan
Listrik yang berasal dari PLN secara legal dan benar
b. Bangunan Puskesmas harus mempunyai gambar
instalasi listrik secara lengkap yang dibuat oleh arsitak
perencanaan
c. Bangunan
Puskesmas
harus
menginventaris
penggunaan kabel di seluruh bagian dan ruangan.
2. Pemantauan
a. Pemantauan dapat dilakukan oleh SDM yang bertugas
di Puskesmas bilamana memiliki alat penunjang atau
dilaksanakan oleh pihak terkait yang berwenang
b. Pemantauan sebaiknya dilakukan waktu senggang
c. Pemantauan dapat dilakukan pada seluruh ruangan di
dalam bangunan puskesmas
3.
Tindakan
2.1 Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik
(stop-kontak dan circuit breaker) dan cara menyala-
matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi
menimbulkan bahaya, laporkan Kepala Puskesmas
2.2. Hindari daerah atau benda yang berpotensi
menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/ strum) secara
tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas
dll.
2.3. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan
bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain
2.4. Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya,
keringat atau sisa air wudhu
2.5. Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap
aktivitas Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering
terjadi adalah tersengat arus listrik.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti jika hal itu terjadi:
1. Jangan panik
2. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik
di meja masing-masing yang tersengat arus listrik
3. Bantu orang yang tersengat arus listrik untuk
melepaskan diri dari sumber listrik
4. Beritahukan dan minta bantuan orang di sekitar anda
tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik
Keterkaitan
Peringatan
Peralatan/Perlengkapan
- Lembar SOP
- ATK
- Lembar Pemantauan
Pencatatan dan Pendaftaran
Kegiatan Pemantauan dilakukan pertahun dengan menggunakan
lembar pemantauan
Penyebab terjadinya kecelakaan listrik, diantaranya adalah kabel atau hantaran
pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan menimbulkan bahaya kejut,
jaringan dengan hantaran telanjang, peralatan listrik yang rusak, kebocoran listrik
pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabila terjadi kebocoran arus
dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body, peralatan atau hubungan
listrik yang dibiarkan terbuka, penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan
kapasitasnya sehingga dapat menimbulkan bahaya kebakaran, penyambungan
peralatan listrik pada stop kontak dengan kotak tusuk lebih satu (bertumpuk)[10].
Kesimpulan dan Saran
Belum terorganisir dengan baiknya perihal keselamatan tenaga listik pada
Puskesmas Ciledug, Kota Tangerang dapat mengakibatkan kecelakaan yang
disebabkan oleh tenaga listrik. Tindaklanjut yang dipaparkan pada kolom
pembahasan adalah hal yang perlu dan segera dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan tenaga listrik terhadap seluruh orang di lingkungan puskesmas
Lakukan perbaikan dan penyesuaian kondisi atas pencegahan bahaya tenaga
listrik yakni dengan cara memastikan bahwa seluruh kabel yang digunakan, baik
untuk hubungan perangkat listrik ataupun instalasi listrik, harus dalam kondisi baik
dan tidak terkelupas, memastikan jaringan pada terminal-terminal sambungan
listrik
harus
dalam
kondisi
tidak
terkelupas
karena
tertarik
disaat
penggunaannya, memeriksa dan rawat seluruh perangkat listrik yang digunakan,
pastikan semuanya dalam kondisi yang baik dan selalu melakukan pemeriksaan
terhadap hubungan pentanahan pada seluruh perangkat elektronik, termasuk
peralatan elektromedis. Lakukan proses penyambungan dengan benar dan tetap
mengutamakan keselamatan. Kondisi ini biasanya terjadi pada individu yang ingin
menghubungkan suatu perangkat listrik dengan cepat dan praktis.
Adapun untuk aturan pemasangan stop kontak dengan tinggi pemasangan ± 150 cm
di atas lantai, apabila kurang dari 150 cm harus dilengkapi tutup, mudah dicapai tangan,
dipasang sedemikian rupa, sehingga penghantar netralnya berada disebelah kanan atau di
sebelah bawah, menyesuaikan besaran daya listrik yang digunakan dengan batas arus
yang diperbolehkan pada sekering[2][5][10][11]. Dalam hal ini harus pula dipahami
bahwa setiap hubungan dan aktivasi awal semua perangkat listrik akan mengalami
peningkatan daya dua kali lipat dari nilai konsumsi dayanya serta membatasi
penggunaan sambungan pada satu stop kontak dikarenakan akan mengakibatkan panas
dan melelehnya kabel. Dari kondisi-kondisi inilah hal yang menjadi perhatian untuk
dilakukan peninjauan atas pencegahan keselamatan tenaga listrik.
Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
Kementerian Kesehatan, “LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR
75
TAHUN
2014
TENTANG PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT,” 2014.
Arillia Pitaloka Kurniasih, “KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
(K2) - PLN,, my job ^^,” blogspot, 2010. [Online]. Available:
http://inasugiarto.blogspot.co.id/2010/11/keselamatanketenagalistrikank2.html. [Accessed: 21-Nov-2016].
Hartoyo, “Keselamatan Penggunaan Tenaga Listrik,” 1996.
M. Ketenagakerjaan, “Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik Di
Tempat Kerja.” 2015. [5]
SCORE, “Keselamatan dan Kesehatan
Kerja,” 2013.
DPR RI, “Undang-Undan RI No. 30 Tahun 2009,” 30 Tahun 2009, 2009.
Wikipedia, “Pusat Kesehatan Masyarakat - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia
bebas,”
Wikipedia,
2014.
[Online].
Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat. [Accessed: 16Feb-2017].
GA. Bassett, Personal System and Data management. Newyork: American
Management Association Inc, 1971.
Margono, “Managemen Pemeliharaan dan Perawatan Mesin,” vol. 4, no. 1, pp.
42–48, 2006.
Berkah Mulia Group, “KESELAMATAN KERJA PADA KELISTRIKAN Berkah Mulia Group,” sepatusafetyonline, 2016. [Online]. Available:
[11]
http://sepatusafetyonline.com/blog/keselamatan-kerjapada-kelistrikan/.
[Accessed: 21-Nov-2016].
Dunia Listrik, “SISTEM TENAGA LISTRIK: Syarat -Syarat Pemasangan
Instalasi
Rumah/Gedung,”Blogspot.com,
2010.
[Online].
Available:
http://akbarrusdiy.blogspot.co.id/2010/04/syarat-syaratpemasanganinstalasi.html. [Accessed: 21-Nov-2016].
Download