artikel ilmiah program studi s1 keperawatan stik sint carolus, jakarta

advertisement
STRATEGI KOPING DAN RESPONS PSIKOLOGIS ORANG TUA DENGAN
ANAK YANG MENGALAMI KANKER DI RUMAH SINGGAH YAYASAN
ONKOLOGI ANAK INDONESIA 2015
(COPING STRATEGIES AND PSYCHOLOGICAL RESPONSES OF PARENTS WHO
HAVE CHILDREN WITH CANCER IN INDONESIAN CHILDHOOD CANCER
FOUNDATION HALFWAY HOUSE 2015)
OLEH :
LIANA TRISNAWATI1
JESIKA PASARIBU2
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIK SINT CAROLUS, JAKARTA
BULAN FEBRUARI, TAHUN 2015
1 Mahasiswa
2Dosen
STIK Sint Carolus
Tetap STIK Sint Carolus
1 Mahasiswa
2Dosen
STIK Sint Carolus
Tetap STIK Sint Carolus
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
Laporan Penelitian
Februari 2016
Liana Trisnawati
Strategi Koping Dan Respons Psikologis Orang Tua Dengan Anak Yang Mengalami
Kanker Di Rumah Singgah Yayasan Onkologi Anak Indonesia 2015.
Xiii + VI Bab, 83 Halaman, 1 Tabel, 6 Lampiran
ABSTRAK
Kanker pada anak akan memengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan anak, keluarga dan
terutama orang tua yang merawat. Berbagai respons psikologis akan muncul dari setiap
orang tua saat mengetahui anak mereka terkena kanker. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui secara mendalam respons psikologis orang tua dan strategi koping yang
digunakan oleh orang tua dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi dengan anak yang
mengalami kanker. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi fenomenologi
deskriptif. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 7 orang tua yang merupakan ibu
kandung dari anak yang mengalami kanker. Teknik analisis menggunakan metode Colaizzi.
Penelitian menghasilkan 5 tema: respons psikologis orang tua, stresor yang dialami orang
tua, perubahan kehidupan orang tua, sistem pendukung sebagai mekanisme koping, dan
strategi koping orang tua dalam menghadapi masalah. Tenaga kesehatan perlu
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawatan dalam menurunkan stres
terutama pada orang tua dengan anak yang mengalami kanker.
Kata Kunci : Koping, respons, stresor, kanker.
Daftar Pustaka : 15 buku, 16 jurnal (1984-2015 )
1 Mahasiswa
2Dosen
STIK Sint Carolus
Tetap STIK Sint Carolus
SINT CAROLUS SCHOOL OF HEALTH AND SCIENCES BACHELOR
DEGREE OF NURSING PROGRAM
Reseach Report
February 2016
Liana Trisnawati
Coping Strategies And Psychological Responses Of Parents Who Have Children With
Cancer In Indonesian Childhood Cancer Foundation Halfway House 2015.
Xiii + VI Chapter, 83 Page, 1 Table, 6 Attachment
ABSTRACT
Cancer in children will affect all aspects of children’s life, families and especially the
parents who taking care. Various psychological responses will come from parents when
they know their children have cancer. The research objective is to know in depth the
psychological responses of parents and coping strategies used by parents in overcoming the
problems they face with children who have cancer. This study uses a qualitative method of
descriptive phenomenological study. In-depth interviews conducted on 7 parents who were
the biological mothers of the children who have cancer. Analytical techniques using
Colaizzi's method. The study resulted in five themes: the psychological responses of parents,
stressors experienced parents, changes in the parents’s life, support system as coping
mechanisms, and coping strategies of parents in dealing with problems. Health
professionals need to improve their knowledge, attitude and skills of care in reducing stress
of parents with children who have cancer.
Keywords: coping strategies, coping, response, stressors, cancer.
Bibliography : 15 books, 16 journals (1984-2015 )
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kronis adalah suatu kondisi yang memengaruhi fungsi harian selama lebih
dari 3 bulan dalam satu tahun, menyebabkan hospitalisasi selama lebih dari 1 bulan
dalam satu tahun atau (pada saat diagnosis dibuat) terjadi salah satu dari kondisi ini
(Hockenberry, 2008).
Anak-anak dapat menderita penyakit kronis dalam berbagai bentuk penyakit.
Penyakit kronis yang diderita diantaranya asthma, diabetes, kelainan jantung bawaan,
kanker, epilepsy, HIV/AIDS, sickle cell anemia, obesitas, penyakit mental dan penyakit
yang berhubungan ketidakmampuan seperti autis, hiperaktif dan kecacatan (Boyse,
2007).
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat terjadi pada anak. Kanker
adalah penyakit proliferasi sel-sel tumor yang memengaruhi pertumbuhan sel normal,
dimana terdapat gen pengaktivasi tumor yang mampu menyebabkan proliferasi sel tidak
terkendali jika ditransmisikan ke sel normal dan dapat memengaruhi fungsi fisik dan
sosial dalam waktu yang lama (Muscari, 2005).
Menurut National Care Institute (NCI) pada tahun 2007 di Amerika lebih kurang
10.400 anak yang berusia dibawah lima tahun terdiagnosa kanker, dan sekitar 1.545
anak meninggal karena kanker. Walaupun kanker merupakan penyebab utama kematian
pada anak antara usia 1 dan 14 tahun, namun angka ini relatif sedikit pada kelompok
usia ini. Rata-rata 1-2 per 10.000 anak di Amerika mengalami penyakit kanker setiap
tahunnya. Selama lebih dari 20 tahun, terjadi peningkatan pada angka kejadian kanker di
Amerika Serikat. Angka kejadian kanker meningkat dari 11,5 kasus per 100.000 anak
pada tahun 1975 menjadi 14,8 kasus per 100.000 anak di tahun 2004 (Hermalinda,
2011).
Di Indonesia, berdasarkan data registrasi pasien rawat inap di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2010, dari 2435 anak yang dirawat tercatat sebanyak
933 (38,3%) kasus kanker pada anak usia 0-17 tahun. Kasus terbanyak adalah leukemia
dengan jumlah kasus sebanyak 664 (27,3%), 85 (3,5%) kasus lymphoma malignum, 81
(3,3%) kasus retinoblastoma, 53 (2,2%) kasus rabdomiosarkoma, 50 (2,1%) kasus
neuroblastoma (Hermalinda, 2011).
Kanker yang terjadi pada anak tentu akan memengaruhi seluruh aspek dalam
kehidupan anak terutama keluarga. Friedman (2010) menyebutkan bahwa keluarga
memiliki 5 fungsi dasar yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan. Berkaitan dengan fungsi
terakhir, keluarga memiliki kewajiban melaksanakan praktik asuhan kesehatan yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit.
Penyakit kronis dalam hal ini kanker yang tekanannya lebih pada perawatan, orang
tua seringkali merasa sendirian dalam berjuang menghadapi stresor yang terus
berlangsung dan beragam dalam berbagai situasi. Berbagai penelitian terbukti bahwa
respons psikologis dari orang tua beragam saat menerima atau mengetahui diagnosis
penyakit anaknya, mulai dari shock, tidak percaya, menolak, putus asa, depresi, merasa
bersalah dan merasa diri kurang berarti (Asyanti, 2013).
Keluarga yang memiliki anak dengan kanker tidak semuanya dapat menerima dan
menyesuaikan diri dengan cepat ketika menghadapi stresor tersebut. Dampak yang
dirasakan sangat beragam, baik secara sosial, ekonomi maupun psikologis. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Asyanti (2013) menyebutkan hasil beberapa studi
tentang kondisi keluarga dengan anak yang mengalami penyakit kronis yakni
memberikan dampak negatif terhadap hubungan antar pasangan, termasuk kurangnya
waktu untuk pasangan, masalah komunikasi, angka perceraian lebih tinggi,
meningkatnya konflik dalam hubungan, meningkatnya tuntutan peran yang berlebihan
dan menurunnya kepuasan hubungan.
Respons psikologis orang tua dengan anak yang memasuki kondisi kronis akan
mengalami chronic sorrow dimana orang tua akan merasa sedih, marah, ragu, stres,
ansietas, depresi, meskipun orang tua biasanya tidak menampakkan respons tersebut
secara nyata dan suasana hati orang tua membaik seiring berlalunya waktu dan beberapa
masalah teratasi. Namun demikian, respons ini bisa menyerang sewaktu-waktu (Asyanti,
2013).
Strategi koping yang positif sangat dibutuhkan bagi setiap orang tua yang memiliki
anak dengan kanker. Peran orang tua sangatlah penting dalam mendukung agar anak
dapat hidup secara optimal walaupun ada masalah pada kondisi kesehatannya.
Kemampuan orang tua untuk menghadapi segala respons psikologis yang timbul dalam
merawat anak yang mengalami kanker tergantung pada strategi koping yang digunakan
oleh orang tua.
B. Rumusan Masalah
Penyakit kanker termasuk dalam penyakit kronis terlebih bila terjadi pada anakanak. Orang tua sangat berperan penting dalam pendampingan khusus merawat anak
penderita kanker. Respons psikologis pada orang tua baik negatif maupun positif akan
timbul. Kemampuan orang tua dalam menentukan strategi koping yang positif sangat
diperlukan. Anak yang mengalami kanker butuh dukungan dari keluarga terutama orang
tua mereka, sehingga mereka dapat menjalani pengobatan sampai dengan penyembuhan
yang optimal. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui secara mendalam strategi
koping dan respons psikologis orang tua dengan anak yang mengalami kanker.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui strategi koping dan respons
psikologis orang tua dengan anak yang mengalami kanker.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui secara mendalam stresor yang dihadapi oleh orang tua dengan anak
yang mengalami kanker di Rumah Singgah Yayasan Onkologi Anak Indonesia.
b. Diketahui secara mendalam macam-macam stres yang dialami orang tua dengan
anak yang mengalami kanker di Rumah Singgah Yayasan Onkologi Anak
Indonesia.
c. Diketahui secara mendalam strategi koping yang digunakan orang tua dengan
anak yang mengalami kanker di Rumah Singgah Yayasan Onkologi Anak
Indonesia.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi transenden atau deskriptif.
Menurut Polit & Beck (2012 dalam Susilo, 2015) fenomenologi deskriptif diidentifikasi
menjadi empat proses yaitu bracketing, intuiting (intuisi), analyzing (analisis), dan
describing (deskripsi).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi
penelitian ini adalah orang tua dengan anak yang mengalami
kanker.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dianggap telah memadai bila datanya telah pada
titik jenuh (saturation point) atau partisipan selanjutnya tidak lagi memberikan
tambahan informasi yang baru dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Orang tua dengan anak yang mengalami kanker.
b. Orang tua yang bersedia menjadi partisipan dan kooperatif.
c. Orang tua yang dapat berbahasa Indonesia.
d. Orang tua yang tidak memiliki gangguan kesehatan.
e. Orang tua dengan anak yang mengalami kanker dan sedang atau pernah
menjalani program terapi.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Singgah Yayasan Onkologi Anak Indonesia
selama bulan Agustus 2015 sampai Januari 2016.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam dan catatan lapangan. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan
pertanyaan terbuka. Catatan lapangan membantu peneliti dalam melengkapi selama
wawancara berlangsung. Menurut Susilo (2015) mekanisme pengumpulan data yang
dilakukan peneliti mulai dari persiapan sampai data tersebut dapat terkumpul dan pada
saat penelitian langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Melakukan pendekatan terhadap calon partisipan.
2) Calon partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diteliti diberi
penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan berdasarkan surat persetujuan
yang telah disiapkan oleh peneliti.
3) Bila calon partisipan setuju, peneliti memberikan surat persetujuan yang telah
disiapkan untuk ditandatangani oleh calon partisipan.
4) Bila calon informan sudah menandatangani surat persetujuan peneliti langsung
melakukan wawancara mendalam selama 19-60 menit, dengan menggunakan
kuisioner sebagai panduan wawancara mengenai fenomena yang terjadi yang
partisipan alami sambil merekam pembicaraan menggunakan voice recorder.
5) Setelah wawancara selesai, peneliti memberikan penjelasan secara lisan dan tentang
jaminan kerahasiaan atas identitasnya dan jawaban yang diberikan. Melakukan
member check hasil transkrip wawancara mendalam yang telah dilakukan juga
dengan partisipan.
E. Instrument Pengumpulan Data
Instrumen pada penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sebelum melakukan
wawancara biasanya peneliti sebagai pewawancara menyusun suatu naskah wawancara
(interview script) sebagai pedoman agar proses wawancara saling berkaitan satu sama
lainnya. Metode wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Wawancara dengan menyeleksi individu yang akan diwawancarai.
2) Wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat secara sistematik.
Waktu tiap wawancara sekitar 19-60 menit dengan mengguanakan voice recorder.
3) Peneliti membuat transkrip hasil wawancara.
4) Peneliti melakuakan analisis dari transkrip yang telah dibuat dengan membuat
kategorisasi.
5) Peneliti melakukan verifikasi dan konfirmasi hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan para partisipan.
6) Peneliti membuat laporan hasil wawancara.
F. Tehnik Analisa Data
Analisis data pada pendekatan kualitatif merupakan analisis yang bersifat subjektif
karena peneliti adalah instrumen utama untuk pengambilan data penelitiannya. Proses
analisis dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi (Polit & Beck,
2012 dalam Susilo, 2015). Alasan pemilihan metode analisa ini didasarkan pada suatu
penampakan fenomena (partisipan), sehingga sangat cocok untuk memahami arti dari
suatu makna fenomena strategi koping terhadap respons psikologis orang tua dengan
anak yang mengalami kanker. Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan
analisis data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini, yaitu :
1) Membaca seluruh protokol / pernyataan partisipan.
2) Meninjau kembali setiap pernyataan dan mensarikan pernyataan yang bermakna.
3) Menguraikan arti dari setiap pernyataan yang signifikan (merumuskan makna).
4) Mengorganisir makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema.
5) Mengintegrasikan hasil ke dalam uraian yang lengkap dari fenomena yang diteliti.
6) Menyusun deskripsi yang lengkap tentang fenomena yang diteliti dalam pernyataan
identifikasi yang sejelas mungkin.
7) Meminta partisipan untuk melakukan validasi akhir.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diperoleh tema-tema yang berkaitan
dengan strategi koping dan respons psikologis orang tua dengan anak yang
mengalami kanker. Tema yang dihasilkan tergambar dalam skema berikut:
Skema 4.1
Tema
Respons psikologis orang tua
Stresor yang dialami orang tua
Tema
Perubahan kehidupan orang tua
Sistem pendukung sebagai
mekanisme koping
Strategi koping orang tua dalam
menghadapi masalah
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Respons psikologis orang tua
Orang tua dengan anak yang mengalami kanker akan menunjukan
respons psikologis yang bermacam-macam. Hal ini ditujukkan dalam berbagai
penelitian. Penelitian yang dilakukan Asyanti (2013) tentang dinamika
permasalahan pada orang tua yang memiliki anak dengan penyakit kronis dan
tantangannya dalam mengantarkan anak menjadi pribadi yang lebih sehat dan
berkarakter tangguh terbukti bahwa perasaan orang tua beragam saat
mengetahui diagnosis penyakit anaknya, mulai dari syok, tidak percaya,
menolak dan marah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terhadap tujuh partisipan melalui wawancara mendalam muncul beberapa
respons psikologis diantaranya merasa stres, kaget dan syok, menolak, sedih
dan merasa bingung.
Peneliti memiliki asumsi bahwa adanya persepsi orang tua bahwa sakit
akan mengganggu aktivitas sehari-hari pada anak dan keluarga maka muncullah
berbagai respons pada orang tua. Penyakit yang dialami anggota keluarga juga
menyebabkan kecenderungan bagi seseorang untuk mencari bantuan kesehatan
dan mematuhi terapi yang diberkan (Potter & Perry, 2005). Sama halnya dengan
orang tua pada penelitian ini yang bereaksi langsung mencari bantuan kesehatan
untuk mengatasi keluhan yang dirasakan anak karena cemas terhadap kesehatan
anak.
Kecemasan yang dirasakan oleh orang tua, dapat diasumsikan sebagai
akibat dari keluhan anak yang tidak biasa atau berbeda dengan kondisi normal
seperti adanya nyeri di bagian tubuh tertentu atau adanya bengkak yang tidak
diketahui penyebabnya, sehingga menyebabkan orang tua mencari bantuan
pemberi layanan kesehatan yang dianggap mempunyai ilmu tentang hal tersebut
dan dapat memberikan informasi serta tindakan yang tepat terhadap keluhan
anak.
2. Stresor yang dialami orang tua
Persepsi atau pengalaman orang tua dengan anak yang mengalami
kanker terhadap perubahan yang besar akan menimbulkan stres. Stimuli yang
mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stresor. Stresor menunjukan
suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual,
atau kebutuhan kultural. Stresor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai
internal atau eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang. Stresor
eksternal berasal dari luar diri seseorang termasuk perubahan dalam peran
keluarga atau sosial (Nasir, 2011).
Penelitian ini menunjukkan bahwa stresor yang terjadi pada orang tua
yaitu stresor psikologis anak dan stresor menjalani pengobatan anak. Stresor
yang dialami orang tua tidak hanya berasal dari internal orang tua itu sendiri
tetapi stresor eksternal juga menjadi masalah bagi orang tua terlebih dalam
merawat anak mereka yang mengalami kanker. Kualitas hubungan orang tua
dan anak menjadi pusat kekuatan untuk melawan penyakit yang dialami anak.
Hubungan ini lebih penting daripada mengandalkan diagnosis atau pengobatan
(Barakat et al, 2010). Sehingga hubungan yang baik akan memudahkan dalam
proses pengobatan anak.
Stresor orang tua saat menjalani pengobatan anak juga dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Penelitian ini mendapatkan bahwa hampir semua orang tua
menekankan bahwa tidak mudah dalam memenuhi kebutuhan hidup selama
menjalani pengobatan pada anak mereka terutama faktor ekonomi yang menjadi
masalah utama. Hasil penelitian yang ditemukan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aldridge (2001) dimana tekanan ekonomi adalah sesuatu hal
yang biasa terjadi dan akan terus berlangsung pada keluarga dengan anak yang
mengalami sakit kronis.
3. Perubahan dalam kehidupan orang tua
Memiliki anak dengan penyakit kanker merupakan hal yang tidak
mudah bagi orang tua dalam merawat anak-anak mereka. Berdasarkan bulletin
Australian Institute of Health and Welfare yang diungkapkan oleh Jessop &
stein (2005) bahwa konsekuensi memiliki penyakit kronis dalam hal ini kanker
pada anak akan memberikan dampak fisik antara lain ketergantungan pada
orang
tua
dalam
aktivitas
di
rumah,
kebutuhan
untuk
eliminasi,
ketidakmampuan fisik, dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh penyakit
tersebut. Dampak psikososial juga terjadi yaitu rendahnya tingkat sosialisasi,
mood, dan aktivitas dibandingkan dengan kelompok sebayanya. Sama halnya
dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya peneliti menemukan bahwa
terjadi perubahan dalam kehidupan orang tua dengan anak yang mengalami
kanker diantaranya perubahan aktivitas orang tua dan perubahan peran orang
tua.
Orang tua yang menjadi partisipan dalam penelitian ini semuanya
merupakan seorang ibu. Tugas seorang ibu pada umumnya adalah merawat
anak dirumah, tetapi dalam penelitian ini terdapat 2 ibu yang bekerja sebelum
anak mereka sakit. Perubahan ini sangat dirasakan oleh ibu dalam aktivitasnya
sehari-hari, ungkapan ibu bahwa semenjak anaknya sakit ibu mengambil cuti
dari pekerjaannya karena untuk merawat anak mereka yang sakit dan jauh dari
tempat tinggal mereka.
Seperti yang dikemukakan oleh Otis-Green 7 Juarez (2012) bahwa
keluarga yang merawat penderita kanker kemungkinan mengalami “Role
Overload” atau ketidakseimbangan dalam hal pekerjaan ketika merawat orang
yang mengalami kanker. Tidak hanya pada ibu yang bekerja, penelitian ini
mendapatkan bahwa orang tua yang tidak bekerja pun mengalami perubahan
aktivitas yaitu diungkapkan bahwa kegiatan yang sehari-harinya menyiapkan
sarapan untuk seluruh anggota keluarganya, melakukan pekerjaan rumah
sekarang tidak dilakukannya lagi untuk sementara waktu.
Menurut peneliti, orang tua harus mempunyai strategi dalam membagi
perannya dalam merawat anak-anak mereka. Seorang ayah yang harus
menggantikan peran ibu di rumah dalam merawat anaknya yang lain karena ibu
menemani pengobatan anaknya yang mengalami kanker. penelitian ini sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kharisma (2014) tentang respons
dan koping keluarga terhadap penderita kanker serviks yang mendapat
kemoterapi di rsud dr. moewardi surakarta bahwa adanya dampak penyakit
kanker terhadap perubahan peran keluarga.
4. Sistem pendukung sebagai sumber mekanisme koping
Sumber dukungan yang didapatkan oleh orang tua dalam penelitian ini
tidak hanya dari lingkungan keluarga tetapi juga dukungan dari lingkungan luar
seperti dukungan teman dan kelompok. Beberapa orang tua mengatakan bahwa
orang tua atau nenek dan kakek dari anak yang mengalami kanker sangat
mendukung dan membantu dalam perawatan cucu mereka. Terlebih untuk
single parent, mereka menitipkan anak mereka yang lain kepada orang tua
mereka untuk dirawat, walaupun beberapa dari saudara kandung terlihat
cemburu karena perlakuan yang beda dilakukan oleh ibunya, tetapi tetap
menyayangi saudara mereka yang sedang sakit. Dukungan dari sanak saudara
juga didapatkan oleh orang tua dalam penelitian ini.
Menurut Nasir (2011) dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang
memengaruhi strategi koping pada orang tua dalam menangani masalah yang
dihadapinya. Dukungan teman dan kelompok didapatkan juga oleh orang tua
baik dari teman sekolah anak, guru sekolah dan juga teman-teman dari orang
tua sendiri. Dukungan dari kelompok juga sangat membantu orang tua untuk
berpikir lebih positif dalam merawat anak mereka.
Sebagian besar orang tua yang tinggal di rumah singgah saling
mendukung satu sama lain. Mereka saling sharing menceritakan pengalaman
masing-masing dalam merawat anak dengan kanker dan saling menguatkan. Hal
ini diungkapkan oleh orang tua bahwa mereka merasa tidak sendiri dalam
merawat anak mereka walaupun jauh dari keluarga. Sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kharisma (2014) bahwa koping keluarga dalam
menghadapi masalah diantaranya mencari dukungan sosial dengan cara
mengobrol dengan teman, mengobrol dengan sesama penunggu pasien dan
berbagai pengalaman dengan orang-orang tersebut.
5. Strategi koping orang tua dalam menghadapi masalah
Strategi koping merupakan cara yang dilakukan untuk mengubah
lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
menurut teori Lazarus (1984 dalam Nasir 2011). Penelitian ini orang tua
menggunakan strategi koping yang berorientasi pada kekuatan spiritualitas dan
berorientasi pada penyelesaian masalah.
Orang tua mengungkapkan bahwa mereka hanya bisa berdoa dan
bersyukur atas kondisi yang dialami oleh anak mereka karena mereka juga tetap
berusaha yang terbaik untuk anak mereka dengan menjalani pengobatan sesuai
protokol. Setelah anak mereka mengalami sakit beberapa orang tua
mengungkapkan bahwa mereka lebih dekat kepada Tuhan. Mereka hanya ingin
anak mereka bisa cepat sembuh dari penyakitnya. Sejalan dengan hasil
penelitian Kharisma (2014) bahwa strategi koping yang digunakan keluarga
ketika menghadapi keluarga dengan kanker adalah dengan mencari dukungan
spiritual engan cara berdoa kepada Allah agar pasien cepat diberi kesembuhan.
Orang tua lebih banyak yang menggunakan strategi koping yang
berorientasi pada penyelesaian masalah. Walaupun ada juga yang menolak atas
penyakit anaknya tetapi tidak dijadikan beban bagi orang tua dan tetap mencari
jalan keluar yang positif dalam penyelesaian masalahnya. Perasaan negatif yang
muncul dari berbagai stresor tidak membuat orang tua menyerah tetapi berusaha
dan selalu berpikiran positif karena orang tua beranggapan bahwa penyakit yang
diberikan Tuhan pasti Tuhan juga akan menyembukannya lebih berserah dan
tetap berusaha.
Hasil penelitian yang didapatkan dari orang tua dengan anak yang
mengalami kanker sebagian besar orang tua mengambil strategi koping yang
adaptif dalam menyelesaikan masalah mereka. Penelitian yang dilakukan
Doloksaribu (2011) tentang respons dan koping anak dengan LLA lebih
berorientasi pada masalah koping ini efektif untuk mengurangi stres saat
menjalankan prosedur terapi. Walaupun orang tua mempunyai beban sendiri
dalam hidup mereka, tetapi penelitian ini mengungkapkan bahwa orang tua
tetap mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan anak sehingga anak dapat
kembali beraktivitas sesuai dengan usianya dan dapat berinteraksi kembali
dengan teman sebayanya. Menurut peneliti, dengan strategi koping orang tua
yang adaptif dan positif akan membawa kelancaran dalam menjalani
pengobatan anak.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Orang tua merupakan bagian terpeting dalam kelurga untuk merawat anak.
Kehidupan keluarga akan mengalami perubahan baik didalam lingkungan itu
sendiri maupun diluar lingkungan keluarga mereka bila hadir anak yang mengalami
sakit terlebih beban yang ditanggung oleh orang tua. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh lima tema yang mengungkapkan strategi koping dan respons psikologis
orang tua dengan anak yang mengalami kanker, antara lain: respons psikologis
orang tua, stresor yang dialami orang tua, perubahan dalam kehidupan orang tua,
sistem pendukung sebagai mekanisme koping, strategi koping orang tua dalam
menghadapi masalah
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti memberikan
beberapa saran, antara lain:
1) Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan perlu memberikan informasi dan edukasi terkait
dengan hal yang perlu diantisipasi oleh anak yang mengalami kanker dan
keluarga. Karena kanker dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya maka perlu adanya pengkajian untuk mengetahui kebutuhan
psikologis, sosial, dan spiritual pasien dan keluarga. Sehingga keluarga merasa
lebih mampu menghadapi anak dengan kanker selama proses terapi kanker.
2) Bagi Peneliti Selanjutnya
a) Peneliti menyadari masih ada keterbatasan dan kekurangan dalam
penelitian yang sudah dilakukan. Oleh karena itu peneliti berharap hal
yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini dapat diperbaiki oleh
peneliti selanjutnya. Peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya agar
menambah respons bagi anak dengan penyakit kronis setelah di
terapkannya strategi koping orang tua baik adaptif maupun maladaptif
dengan metode kuantitatif dan kualitatif.
b) Peneliti selanjutnya sebaiknya dapat menentukan tempat yang kondusif
saat melakukan wawancara mendalam, agar partisipan tidak terganggu ole
lingkungan sekitar.
c) Pengaturan waktu harus dapat dilakukan dengan baik oleh peneliti
selanjutnya bila partisipan berasal dari luar kota, agar setiap proses yang
akan dilakukan dalam penelitian dapat terlaksana dengan baik.
d) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan lagi kemampuan
untuk melakukan wawancara secara mendalam, terutama dalam hal
memberikan pertanyaan-pertanyaan pokok agar tidak keluar dari fokus
wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Yati. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Riset Keperawatan Ed.1 – Cet.1 – Jakarta: Rajawali Pers.
Aldridge, Michael D. (2001). How Do Families Adjust To Having A Child With
Chronic Kidney Failure? A Systematic Review. Nephrology Nursing Journal
Vol. 35, No.2.
Anggraeni, Lina Dewi. (2012). Pengalaman Saudara Kandung (Sibling) dari Anak
yang Menderita Kanker. Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Depok.
Aritonang, M. V. (2008). Pengalaman Keluarga dengan Anak yang Menderita
Penyakit Kronis. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Asyanti, S. (2013). Dinamika permasalahan pada orang tua yang memiliki anak
dengan penyakit kronis dan tantangannya dalam mengantarkan anak
menjadi pribadi yang lebih sehat dan berkarakter tangguh. Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Australian Institute of Health and Welfare. (2005). Selected Chronic diseases among
australia’s children. Bulletin no.29. AIHW cat. No. AUS 62. Canberra: AIHW
Barakat, L.P., Marmer,P.G., Schwartz,L.A. (2010). Quality of Life of Adolesescent
With Cancer: Family Risks and Resources. Health and Quality Outcomes. 8/1:
1-8
Bowden, V. & Greenberg, C. (2014). Children and Their Families The Continuum of
Care. http://www.bookfi.org. Diperoleh 12 Juni 2015.
Boyse,
et
al.
(2008).
Children
with
crhonic
conditios.
http://pediatrics.aapublications.org./cgi/content/abstract/87/6/884. Diperoleh
tanggal 13 September 2015.
Browner, et al. (2004). Basic Science of Oncology: Ilmu Onkologi Dasar.
Perhimpunan Onkologi Indonesia.
Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan. Alih
bahasa, Palupi W.; editor, Dian A. – Ed.4 – Jakarta: EGC.
Duci, V., & Tahsini, I. (2012). Perceived Social Support and Coping Styles as
Moderators for Levels of Anxiety, Depression, and Quality of Life in Cancer
Caregivers: A Literature Review. European Scientific Journal, 8 (11), 160173
Doloksaribu, T. M. (2011). Respon dan koping anak penderita leukimia limfoblastik
akut dalam menjalani terapi di jakarta dan sekitarnya: studi grounded
theory. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Depok
Feist, et al. (2013). Theories of Personality. Mc Graw Hill International Edition.
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, &
praktik, alih bahasa: Achir Yani S. Hamid et al. Editor: edisi bahasa
Indonesia: Estu Tiar. Ed. 5. Jakarta: EGC.
Halgin & Whithbourne. (2012). Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis Pada
Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika.
Hermalinda. (2011). Pengalaman Orang Tua Dalam Penggunaan Pengobatan
Alternatif Pada Anak Yang Menderita Kanker Di Jakarta. Tesis. Fakultas
Ilmu Keperawatan UI. Depok.
Hockenberry, M.J. (2008). Wong’s nursing care of infants and children. St Louis:
Mosby Inc.
Imron TA. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Lazarus & Folkman. (1984). Stres, Appraisal, and Coping. http://bookfi.org
Diperoleh 12 Juni 2015.
Lewis, F. M. (2006). The Effects of Cancer Survivorship on Families and Caregivers.
The American Journal of Nursing, 106 (3), 20-25.
Kharisma, Fika. (2014). Respon Dan Koping Keluarga Terhadap Penderita Kanker
Serviks Yang Mendapat Kemoterapi Di RSUD DR. Moewardi Surakarta.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Melnyx, B. M.; Feinstein, N. F.; Moldenhouer, Z; Small, L. (2001). Coping in parent
of children who are chronically III : Strategies for assessment and
intervention. Pediatric nursing. 27;6; Proquest library.
Muscari, M. E. (2005). Panduan belajar: Keperawatan pediatric. Jakarta: EGC.
Nasir, Abdul dan Muhith Abdul. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa: Pengantar
dan teori. Jakarta: Salemba Medika.
Otis-Green, S., & Juarez, G. (2012). Enhancing the Social Well-Being of Family
Caregivers. Semin Oncol Nurs, 28(4), 246-255.
Potter, Patricia A. (2005). Buju Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses,
dan praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Prastiwi, Tita Febri. (2012). Kualitas Hidup Penderita Kanker. Skripsi. Jurusan
Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.
Rahmania, Qisthi dan Tehuteru E.D. (2011). Hubungan Antara Coping Style Dan
Anticipatory Grief Pada Orang Tua Dari Anak Dengan Diagnosis Kanker Di
Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Binus University, SMF Anak RS. Kanker
“Dharmais”. Jakarta.
Riyadi, Sujono. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha.
Saam, Zulfan.(2013). Psikologi Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Rajawali Pers.
Stuart, Gail W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa Edisi 5 ; (diterjemahkan oleh :
Ramona P Kapoh, Egi Komara Yudha). Jakarta : EGC.
Stuart, Gail W. (2015). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Edisi Indonesia. Editor: Budi Ana Keliat, Co.editor: Jesika Pasaribu. Elsevier.
Suryati. (2010). Hubungan Koping Orang Tua Dan Karakteristik Anak Dengan
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Batita Dan Prasekolah
Penderita Leukimia Limfositik Akut Di RSAB Harapan Kita Jakarta. Tesis.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Depok.
Download