BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindakan Praktik atau tindakan

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindakan
Praktik atau tindakan memiliki tingkatan meliputi persepsi, respon terpimpin,
mekanisme, dan adopsi.
1. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin ( guided respons). Hal ini berarti dapat melakukan sesuatu
sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan
indikator pada praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan
maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.
4. Adaptasi (adaptation), dimana adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan
yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
B. Bidan
Defenisi Bidan menurut International Confederation of Midwives (ICM)
tahun 2005 adalah seorang yang telah berhasil/sukses menyelesaikan pendidikan
bidan yang terakreditasi dan diakui negara, telah memperoleh kualifikasi yang
dibutuhkan untuk didaftarkan mendapat sertifikat atau secara resmi diberi lisensi
untuk melakukan praktik kebidanan.
5 Universitas Sumatera Utara
6 Menurut Permenkes Nomor.1464/MENKES/X/2010 dikatakan bahwa bidan
adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Bayi Baru Lahir
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28) usia
kelahiran bayi. Neonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia
1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut
adalah bayi yang berusia 7 -28 hari (Muslihatun, 2010).
D. Prinsip Perawatan Bayi Baru lahir
Saat kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami berbagai adaptasi psikologis.
Dari hal tersebut pada prinsipnya bayi yang baru lahir memerlukan pemantauan yang
ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus
berlangsung dengan baik. Bayi yang baru lahir juga membutuhkan asuhan bayi baru
lahir yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani masa transisinya dengan baik
(Muslihatun, 2010).
E. Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir
Tujuan perawatan bayi baru lahir adalah memberikan asuhan secara
komperhensif kepada bayi baru lahir pada saat masih diruang rawat serta
mengajarkan kepada orang tua bayi dan memberi motivasi agar menjadi orang tua
yang percaya diri (Muslihatun, 2010).
Universitas Sumatera Utara
7 F. Perawatan Segera setelah Bayi Lahir
1. Suhu Tubuh
Bayi baru lahir memiliki kemungkinan besar untuk kehilangan sejumlah
besar panas badannya setelah lahir. Saat lahir, kulit bayi diliputi oleh cairan amnion,
bayi biasanya terpajan pada suhu rendah yang mengelilingi di ruang persalinan, dan
sering kali dibiarkan tanpa diselimuti untuk memungkinkan observasi awal yang
baik. Dengan demikian, bayi akan kehilangan panas badan melalui evaporasi, radiasi
dan konveksi. Bayi merespon terhadap keadaan dingin ini melalui perangsangan
metabolisme simpatis, yang meningkatkan produksi panas. Panas juga dipertahankan
dengan mengurangi aliran darah kulit.
Selama beberapa jam pertama, suhu tubuh bayi harus berulang kali
diukur dan dicatat. suhu pusat tubuh yang baik, tetapi sebuah alat pengukur suhu
yang keras yang ditinggalkan di dalam rektum tanpa pengawasan konstan dapat
menyebabkan perforasi usus besar. Pengukuran suhu aksila biasanya merupakan
alternatif yang cocok dan aman. Suhu tubuh normal bila diukur dari aksila yaitu 36,5
-37, 4o C. Bila bayi ditempatkan di inkubator, suhu tubuh bayi sekaligus suhu
lingkungan di dalam inkubator harus dipantau dan dicatat. Peningkatan suhu tubuh
dapat disebabkan oleh meningkatnya suhu inkubator.
Bayi hipotermi harus dihangatkan di dalam inkubator. Umumnya, bayi
paling baik dihangatkan kembali pada kecepatan sedang, biasanya 2 sampai 4 jam
agar suhu inti mencapai 37o C. Upaya menghangatkan tubuh bayi secara cepat
memerlukan lebih banyak panas eksternal, yang dapat menimbulkan apnoe.
Penghangatan yang lambat akan disertai dengan hipoglikimia dan asidosis metabolik
persisten.
Universitas Sumatera Utara
8 Begitu bayi cukup bulan yang baru lahir mampu mempertahankan suhu
yang stabil, mereka dapat dirawat diranjang terbuka, asalkan berpakaian dan
dibungkus dengan selimut. Sebuah ruangan bebas angin dengan suhu 24-26oC akan
memberi kondisi termal netral yang adekuat (Rudolfh, 2006).
Pada bayi baru lahir pengaturan suhu tubuh belum berfungsi sempurna,
untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari tubuh bayi karena
bayi mempunyai resiko hipotermi yang dapat menyebabkan kematian. Hipotermi
dapat terjadi apabila tubuh bayi dalam keadaan basah dan tidak segera dikeringkan.
Terdapat 4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi
baru lahir yaitu :
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi. Contoh, menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan
penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop
dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).
Contoh, membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela,
membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang
lebih dingin ( pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu
berbeda). Contoh, bayi baru lahir di biarkan dalam keadaan telanjang, bayi
Universitas Sumatera Utara
9 baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin misalnya dekat
tembok.
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan
kelembaban udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi
uap). Evaporasi dipengaruhi oleh: jumlah panas yang dipakai, tingkat
kelembaban udara, aliran udara yang melewati (Djami, 2013).
2. Penilaian Apgar Score
Menurut Djami (2013), segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan
proses perawatan dengan mengeringkan kulit, yang dapat menbantu meminimalkan
kehilangan panas. Pada sebagian besar kasus, bayi dilahirkan dalam kondisi sehat
sehingga dapat langsung diserahkan kepada orang tuanya. Baik kelahiran di rumah
maupun di rumah sakit, bidan harus melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada
menit pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai apgar.
Pengkajian pada menit ke-5 lebih dapat dipercaya sebagai prediksi resiko
kematian selama 28 hari pertama kehidupan, dan status neurologi anak serta resiko
disabiitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi nilai yang dicapai, semakin baik
pula kondisi bayi. Nilai apgar harus didokumentasikan dengan lengkap dicatatan
bayi.
Nilai Apgar yaitu:
A (Appearance)
: Penampilan bayi (warna kulit).
P (Pols)
: Nadi (frekuensi jantung).
G (Grimace)
: Respon terhadap rangsangan
A (Active)
: Aktif (tonus otot).
Universitas Sumatera Utara
10 R (Respiratory)
: Pernafasan.
Tabel 1. Penilaian Apgar Score
Tanda
Nilai
A (Appearance)
:
0
1
Biru, pucat
Tubuh
2
merah Seluruh tubuh
Pemampilan bayi (warna
muda, ektremitas merah muda.
kulit).
biru
P (Pols)
:
Nadi
Tidak Ada
(frekuensi
jantung).
Tidak Ada
G (Grimace)
Respon
Kurang dari 100 Lebih
kali per menit
100 menit
Meringis minimal
Batuk
:
Fleksi ekstremitas
rangsangan
Aktif
:
Tidak Ada
Aktif (tonus otot).
R (Respiratory)
atau
bersin
terhadap Lunglai
A (Active)
dari
Lambat,tidak
teratur
:
Baik atau
Menangis
Pernafasan.
3. Pencegahan Infeksi
Menurut Djami (2013), bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi
yang disebabkan oleh paparan
atau kontaminasi mikroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi
baru lahir, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan infeksi,
antara lain:
Universitas Sumatera Utara
11 a. Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.
b. Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan
penghisapan lendir dengan alat tersebut.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi
sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang bersentuhan
dengan bayi, juga harus dalam keadaan bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap
kali setelah digunakan.
4. Merawat Tali Pusat
Menurut Djami (2013), pada perawatan tali pusat nasihat yang perlu
diberikan pemberi pelayanan kesehatan kepada keluarga bayi yaitu :
1) Jangan membubuhkan apapun ke puntung tali pusat
2) Lipat popok dibawah ikatan tali pusat.
3) Jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan sabun dan air bersih serta
segera keringkan dengan kain bersih, terutama setelah bayi buang air
kecil/besar
4) Apabila tali pusat berwarna merah atau bernanah atau berdarah dan berbau,
maka segera bawa bayi ke petugas pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
12 5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Menurut Sodakh (2013), Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.
Menurut Prawirohardjo (2011), segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan
di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan
pada bayi untuk mencari dan menemukan puting bayi.
Manfaat IMD pada bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga
kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nasokomial. Kadar
bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat
sehingga dapat menurunkan insiden ikterus pada bayi baru lahir. Kontak kulit dengan
ibu juga membuat bayi mendapatkan pola tidur yang lebih baik ini berdampak
kepada meningkatnya berat badan pada bayi.
6. Pengukuran pada Bayi Baru Lahir
a) Berat Badan
Menurut Chapman (2013), setelah dilaksanakannya IMD berat badan bayi
harus segera ditimbang. Idealnya digunakan timbangan elektronik untuk
mmendapatkan hasil yang paling akurat sesuaikan skala angka nol dan
letakkan handuk didalam timbangan sebagai alas, agar kulit bayi tidak kontak
langsung dengan timbangan. Bayi yang beratnya kurang dari 2,5 kg biasanya
dianggap memiliki berat lahir rendah, berat lahir yang sangat rendah kurang
dari 1, 5 kg. Menurut Sodakh (2013), berat badan bayi normal adalah 25004000 gram.
Universitas Sumatera Utara
13 b) Panjang Badan
Menurut Jokinen (2002), bahwa pegukuran panjang badan sangat penting
dilakukan untuk pengkajian pertumbuhan dan perkembangan kesejahteraan
bayi dimasa yang akan datang. Sejumlah studi menunjukkan bahwa bidan
dapat memperoleh hasil yang lebih baik jika menggunakan alat pengukur
panjang badan yang lebih akurat, seperti matras gulung . Panjang badan
normal untuk bayi cukup bulan yaitu 48-55 cm (Seidel, 2006).
c) Lingkar Kepala
Kepala harus diukur disekitar lingkar oksipitofrontal. Lingkar kepala untuk
bayi cukup bulan yaitu 32-37 cm (Chapman, 2013).
7. Pencegahan Infeksi pada Mata
Menurut Djami (2013), pencegahan infeksi mata dapat diberikan segera
setelah bayi lahir. Pencegahan infeksi pada mata dapat dilakukan dengan
memberikan salep mata tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika ini harus diberikan dalam
waktu satu jam setelah kelahiran, pencegahan infeksi mata ini tidak efektif apabila
diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
Cara pemberian profilaksis mata yaitu :
a. Mencuci tangan secara efektif.
b. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan dan
minta persetujuan.
c. Berikan salep mata tetrasiklin 1 % dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata paling dekat dengan hidup bayi menuju bagian luar mata.
d. Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi.
Universitas Sumatera Utara
14 e. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjuran keluarga untuk
tidak menghapus salep tersebut.
8. Pemberian Vitamin K
Menurut Djami (2013), semua bayi baru lahir harus segera diberikan
vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular di paha kiri sesegera mungkin untuk
mencegah perdarahan pada bayi bru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
Menurut Rudolph (2006), semua bayi baru lahir harus mendapat satu
dosis tunggal vitamin K1 dalam beberapa jam pertama setelah lahir untuk mencegah
timbulnya penyakit perdarahan pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan
perdarahan gastrointestinal atau intrakranial serta suatu perdarahan menyeluruh. 1
mg
vitamin
K1
intramuskular
mampu
mendapatkan
perlindungan
penuh
dibandingkan dengan dosis oral 2 mg yang mampu mempertahankan suatu koagulasi
normal dalam beberapa hari pertama,tetapi harus diulang karena satu dosis tunggal
mungkin tidak mempunyai efek perlindungan yang sama lamanya dengan pemberian
vitanin K secara intramuskular.
9. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Menurut Djami (2013), imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Terdapat 2
jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi hepatitis B
sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan
uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali
Universitas Sumatera Utara
15 pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT + Hepatitis B pada 2, 3,
dan 4 bulan usia bayi.
Tabel 2. Jadwal pemberian imunisasi hepatitis B
IMUNISASI
JUMLAH
JADWAL
PEMBERIAN
Regimen tunggal
3 kali
Usia 0 hari (segera setelah lahir)
Usia 1 bulan
Usia 6 bulan
Regimen
4 kali
kombinasi
Usia 0 hari (segera setelah lahir)
Usia 2 bulan
Usia 3 bulan
DPT + Hepatitis B
Usia 4 bulan
Namun, dalam penulisan karya tulis ini penulis mengambil tindakan bidan
dalam pencegahan hipotermi bayi baru lahir, yang akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Hipotermi
Hipotermi merupakan penurunan suhu tubuh bayi di bawah 360C
(Johariyah, 2012). Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh
berada dibawah 35ºC.
Gejala awal hipotermia adalah suhu < 36ºC atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading) sampai 25ºC. Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
Universitas Sumatera Utara
16 Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia. Akibat yang bisa
ditimbulkan oleh hipotermia yaitu:
1) Hipoglikemia, asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan
metabolisme anaerob.
2) Kebutuhan oksigen yang meningkat (hipoksia).
3) Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
4) Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal
yang menyertai hipotermi berat.
5) Shock.
6) Apnea.
7) Perdarahan intra ventriculer.
8) Meningkatnya intake kalori.
Penyebab dari hipotermi yaitu :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum berfungsi dengan sempurna.
b. Jaringan lemak subkutan tipis.
c. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
d. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas.
e. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
f. Bayi belum mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
g. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi.
Hipotermi dapat saja terjadi apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada
stabilisasi yaitu 6- 12 jam pertama setelah lahir.
Universitas Sumatera Utara
17 Gejala dari hipotermi :
1) Dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis,
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah,
2) Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3) Timbul sklerema : kulit mengeras kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan.
4) Muka bayi berwarna merah terang.
5) Menggigil
Tanda-tanda klinis hipotermia:
a. Hipotermia Sedang
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32ºC- <36ºC).
1) Kaki teraba dingin
2) Kemampuan menghisap lemah.
3) Tangisan lemah.
4) Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
b. Hipotermia berat
1) Suhu tubuh <32ºC
2) Sama dengan hipotermia.
3) Pernapasan lambat tidak teratur.
4) Bunyi jantung lambat.
5) Mungkin timbul hipogikemia dan asidosi metabolik.
c. Stadium lanjut hipotermia.
1) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
2) Bagian tubuh lainnya pucat.
Universitas Sumatera Utara
18 3) Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung,
kaki, dan tangan (sklerema).
b. Upaya mencegah terjadinya hipotermi
Menurut Djami, 2013 upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
kehilangan panas dar suhu tubuh bayi adalah :
1) Keringkan bayi secara seksama.
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas secara evaporasi. Selain untuk menjaga kehangatan tubuh
bayi, mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan
taktil yang dapat merangsang pernafasan bayi.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
Bayi yang diselimuti kain yang sudah basah dapat terjadi kehilangan panas
secara konduksi. Untuk itu setelah mengeringkan tubuh bayi, ganti kain
tersebut dengan selimut atau kain yang bersih, kering dan hangat.
3) Tutup bagian kepala bayi.
Bagian
kepala bayi
merupakan permukaan yang relatif luas dan cepat
kehilangan panas.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi, kontak kulit
antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh bayi. Untuk itu anjurkan
ibu untuk memeluk bayinya yang dapat membuat bayi lebih tenang.
5) Perhatikan cara menimbang bayi.
Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan bayi mengalami
kehilangan panas secara konduksi. Jangan biarkan bayi di timbang dalam
Universitas Sumatera Utara
19 keadaan telanjang. Gunakan selimut atau kain, berat badan bayi dapat
dihitung dari selisih berat bayi dengan berat kain yang digunakan.
6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
Jangan tempatkan bayi di ruang yang ber AC dan terpapar kipas angin.
Tempatkan bayi bersama ibu (rooming in).
7) Jangan segera memandikan bayi baru lahir.
Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas karena sistem
pengaturan panas didalam tubuhnya
belum sempurna. Bayi sebaiknya
dimandikan minimal enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang
sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
Praktek memandikan bayi yang di anjurkan adalah:
a) Tunggu minimal enam jam setelah bayi lahir (lebih lama lagi apabila
bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).
b) Sebelum memandikan bayi, pastikan suhu bayi dalam keadaan stabil,
(suhu aksila 36,5 – 37,5 ºC). Apabila suhu tubuh bayi berada di bawah
36, 5ºC, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian
kepala dan tempatkan bersama ibunya. Tunda memandikan bayi
hingga suhu tubuhnya menjadi stabil dalam waktu minimal 1 jam.
c) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan kamar mandi dalam
keadaan hangat dan tidak ada tiupan angin.
d) Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi
dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk
menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
Universitas Sumatera Utara
20 e) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan dalam keadaan
hangat.
f) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan
kering.
g) Gantikan handuk yang basah dengan selimut yang bersih dan kering,
kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar, pastikan bagian kepala
diselimuti dengan baik.
h) Pakaikan popok dan pakaian bayi, kemudian bayi dapat diletakkan
bersentuhan dengan kulit ibu.
i) Ibu dan bayi berada dalam 1 ruangan/ rawat gabung dan anjurkan ibu
untuk menyusukan bayinya.
c. Pengobatan dan pengelolaan pada hipotermi
Menurut Maryanti 2011, pengobatan dan pegelolaan pada kasus
hipotermia adalah sebagai berikut:
1. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi
harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan,
maka bayi ditempatkan dibawa cahaya penghangat.
2. Pengelolaan menurut Indarso, F (2001), menyatakan bahwa pengelolaan bayi
hipotermia :
a. Bayi cukup bulan
1) Letakkan Bayi Baru Lahir pada radiant warner.
2) Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.
3) Tutup kepala.
4) Bungkus tubuh segera.
Universitas Sumatera Utara
21 5) Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah
lahir bayi dapat disusukan
b. Bayi Sakit
1) Seperti prosedur diatas.
2) Tetap letakkan pada radiant warner sampai stabil. Bayi kurang
bulan (prematur).
3) Masukkan ke inkubator dengan servo controle.
c. Bayi yang sangat kecil
1) Dengan radian warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5ºC
.Tutup kepala. Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada
radiant warner.
2) Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36,5ºC.
3) Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat
tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan
panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan,
kelembaban
dinaikkan.
Temperatur
lingkungan
yang
dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.
Menurut Diana 2011 dalam Departemen Kesehatan RI 2007, menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan dengan cara melakukan kontak kulit,
cara ini digunakan untuk semua bayi. Tempelkan kulit bayi langsung pada permukaan
kulit ibu misalnya dengan merangkul, menempelkan payudara atau meneteki. Cara ini
digunakan untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi
hipotermi (32-36,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan. Cara menghangatkan
bayi dengan Kangaroo Mother Care (KMC) digunakan untuk menstabilkan bayi dengan
berat badan <2,500 gram, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan
bayi dengan berat badan <1,800 gram. Cara ini tidak untuk bayi yang sakit berat
Universitas Sumatera Utara
22 (sepsis,gangguan nafas berat) dan tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang
tidak dapat merawat bayinya. Pada ibu yang sedang sakit, cara ini dapat dilakukan oleh
keluarga (pengganti ibu) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
Menurut
Diana
2011
dalam
Departemen
Kesehatan
RI
2007,
cara
menghangatkan bayi dengan pemancar panas digunakan untuk bayi sakit atau bayi
dengan berat 1,500 gram atau lebih untuk memeriksa awal bayi, selama dilakukan
tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Universitas Sumatera Utara
Download