xii EFFECT OF TAX POLICY ON FOREIGN

advertisement
EFFECT OF TAX POLICY ON FOREIGN INVESTMENT IN INDONESIA
(Apriaty Kristin, Drs. Supardi, MM)
ABSTRACT
The purpose of this research to know bangaimana policy influence tax
legislation in foreign investment in Indonesia. Research conducted on the
development of the realization of investment in Indonesia and taxation policies
such as Government Regulation No. 1 of 2007.
Technical analysis of test data with Comparison to the realization of
development data INDONESIA Investment. And the results have the effect of tax
policy on foreign investment in Indonesia before and after the policy issued in
2007. The results showed no significant difference in the average before and after
implementation of government regulation. 1 of 2007.
PENGARUH KEBIJAKAN PERPAJAKAN TERHADAP PENANAMAN
MODAL ASING DI INDONESIA
(Apriaty Kristin, Drs. Supardi, MM)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bangaimana pengaruh kebijakan
peraturan perpajakan dalam penanaman modal asing di Indonesia. Penelitian
dilakukan terhadap data perkembangan realisasi investasi di Indonesia dan
kebijakan perpajakannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2007.
Teknik analisis datanya dengan uji komparasi terhadap data perkembangan
realisasi Investasi diIndonesia. Dan hasilnya terdapat pengaruh kebijakan
perpajakan dalam penanaman modal asing di Indonesia sebelum dan sesudah
kebijakan dikeluarkan ditahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan signifikan rata-rata sebelum dan sesudah penerapan peraturan
pemerintah No. 1 Tahun 2007.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir bila diperhatikan pemerintah semakin giat dalam
mengundang investor asing ke Indonesia untuk menanamkan modalnya.
penanamkan modal baik itu PMA ataupun PMDN, sangat diperlukan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perlu diketahui bahwa untuk membangun
perekonomian nasional dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Modal yang
dimaksud disini tidak hanya berupa dana segar, akan tetapi bisa juga berupa
teknologi maupun ketrampilan. Sebagaimana diketahui bahwa pihak yang
memiliki teknologi, ketrampilan, modal, pada umumnya adalah negara-negara
maju (develoved countries) dan perusahaan-perusahaan multi nasional (multi
national corporations) yang telah berinvestasi diberbagai negara (Dr.Sentosa
Sembiring,2010).
Ada
beberapa
tantangan
yang
harus
dihadapi
pemerintah
dalam
memperdayakan penanaman modal seperti persaingan kebijakan investasi yang
dilakukan oleh beberapa negara seperti Cina, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan
Singapura. kualitas SDM Indonesia, tingginya korupsi, dan proses perijinan yang
berbelit, serta kebijakan perpajakan yang dinilai belum berpihak pada PMA.
Seperti Cina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. ada dua faktor yang
menyebabkan ketinggalan sistem perpajakan Indonesia, yaitu sistem perpajakan
di Indonesia tidak memberikan pembebasan Pajak (tax holiday) untuk jangka
waktu tertentu dan tertinggal dalam memberikan kelonggaran Pajak (tax
allowances).
Agar reformasi perpajakan mendukung iklim investasi, paling tidak ada
empat masalah utama yang harus diatasi. Pertama, memerangi aparat Pajak nakal.
Salah satu penyebab gagalnya investasi dan hengkangnya investor di Indonesia
karena aparat Pajak banyak memanipulasi pengusaha (WP). Kedua, dalam
perubahan UU perpajakan harus memasukkan ketentuan hukum untuk aparat
xiii
hukum yang melakukan pelanggaran. Paling tidak dengan tindakan pencegahan
ini aparat pajak dilapangan kalau melakukan pemerasan bisa ditindak hukum.
Ketiga, mengatasi tumpang tindih kebijakkan pusat dan daerah. Keempat,
reformasi perpajakan mampu mengatasi sejumlah pasal yang dinilai masih krusial,
interpretatif, kurang akomodatif, dan masih didominasi oleh pasal-pasal yang
cenderung membela kepentingan aparat pajak dibanding wajib pajak.(Suparji,
bisnis Indonesia,2006)
Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal yang mengatur penanaman Modal Dalam Negeri
maupun Penanaman Modal Asing dan Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2007
tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang
Usaha Tertentu dan atau Di Daerah-Daerah Tertentu. Berkenaan dengan berbagai
peraturan mengenai penanaman modal tentunya yang menjadi dasar hukum yang
mengatur adalah Undang-undang. Dalam Undang-undang tersebut berisi (18) bab
dan (40) pasal
dan terlihat bahwa terbitnya Undang-Undang 25 tahun 2007
melahirkan secercah harapan dalam iklim investasi di Indonesia.
Disebut demikian karena selama ini Undang-Undang investasi yang ada
dianggap sudah tidak memadai lagi sebagai landasan hukum untuk menarik
investor. Untuk itu tidaklah berlebihan jika berbagai pihak menyebut undangundang penanaman modal cukup kompetitif. Berbagai fasilitas yang diberikan
kepada investor dalam rangka melakukan investasi
Dengan dikeluarkan Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk
penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau didaerah-daerah
tertentu. Diharapkan dengan terbitnya peraturan tersebut bisa menarik kehadiran
investor sehingga perekonomian negara bisa bangkit lagi dan membantu
mengurangi tingkat pengangguran serta menambah pemasukan negara dari pajak.
Pemberian insentif pajak kepada penanaman modal ditengah keterbatasan modal
dari dalam negeri, diyakini sangat potensial didalam mempercepat pertumbuhan
perekonomian Indonesia.
xiv
Seperti kita ketahui pajak merupakan penyumbang terbesar bagi APBN
Indonesia saat ini. Walaupun pajak bukan satu-satunya faktor yang menarik
penanaman modal asing ada beberapa faktor lain yang juga tidak kalah
pentingnya.
Penelitian ini berusaha untuk mencari perbedaan perkembangan trend
sebelum dan sesudah dikeluarkan Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan
untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau didaerah-daerah
tertentu.
Diteliti apakah penerapan peraturan pemerintah tersebut memberikan
pengaruh terhadap perkembangan penanaman modal asing di Indonesia melalui
analisis trend dan uji beda sebelum dan sesudah penerapan peraturan pemerintah
PP No.1 Tahun 2007.
Hal penting lainnya. selain pertimbangan ekonomi, investor juga
mempertimbangkan non ekonomi seperti jaminan keamanan, stabilitas politik,
penegakkan hukum dan sosial budaya merupakan faktor penentu yang tidak kalah
pentingnya
untuk
menentukan
keberhasilan
investasi
(Dr.Sentosa
Sembiring,S.H,M.H, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas maka judul
penelitian ini ”Kebijakan Perpajakan Terhadap Penanaman Modal Asing di
Indonesia.”
B.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana pengaruh kebijakan perpajakan Terhadap Penanaman Modal Asing di
Indonesia?
C. Batasan Masalah.
Dalam penelitian ini penulisan membatasi masalah yaitu Bagaimana pengaruh
kebijakan Perpajakan Terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia?
D. Tujuan Penelitian.
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini adalah
1) untuk mengetahui trend perkembangan Penanaman Modal Asing di
Indonesia sebelum dan setelah PP No. 1 tahun 2007?
xv
2) untuk melihat pengaruh kebijakan perpajakan terhadap Penanaman Modal
Asing di Indonesia sebelum dan setelah PP No.1 tahun 2007
E. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1) Investor sebelum menanamkan modalnya di Indonesia.
2) Memberikan informasi yang berharga bagi dunia pendidikan.
3) Memberikan pemahaman yang mendalam bagi penulis tentang
Perpajakan.
F. Sistematika Penulisan.
BAB I: A PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Metodologi Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II: TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian Penanaman Modal atau Investasi
B. Bentuk Penanaman Modal
C. Manfaat Penanaman Modal atau Investasi
D. Jenis Penanaman Modal atau Investasi
E. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Dalam Rangka Penanaman
Modal
F. Bentuk Badan Usaha
G. Aspek Kelembagaan
H. H.Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka bagi Kegiatan Penanaman
Modal Asing
I. Mekanisme atau Tata Cara Penanaman Modal Asing
J. Struktur Perpajakan Indonesia
K. Insentif Pajak
xvi
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Sumber Data
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Analisis Data
BAB IV: Analisis Data
A. Kebijakan Perpajakan
B. Data perkembangan Realisasi Investasi
C. Analisis Data dan Pembahasan
BAB V: KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penanaman Modal Asing atau Investasi.
Investasi berasal dari kata “Invest” yang berarti menanam atau
menginvestasikan uang atau modal. Istilah investasi atau penanaman Modal
merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun bahasa
perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer dalam
dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam
perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable.
Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik
Investasi langsung ( Direct Invesment ) maupun investasi tidak langsung
(Portofolio Invesment), sedangkan Penanaman Modal lebih memiliki konotasi
kepada Investasi langsung. Secara umum Investasi atau penanaman Modal dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural
person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk
xvii
meningkatkan dan atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk
uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas
kekayaan intelektual, maupun keahlian.
_____________________
Ana Rokhmatussa’dyah,S.H.,M.H. Suratman,S.H.,M.Hum.,Hukum Investasi & Pasar Modal,
Jakarta: Sinar Grafika,2009. hal 3
Menurut I.G.Rai Wijaya modal asing adalah alat pembayaran luar negeri
yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan
persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing,
dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar kedalam wilayah indonesia, selama
ini alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. Dalam
Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal (1) ayat
(3) menjelaskan Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
Penanaman Modal Asing, baik yang menggunakan Modal Asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan Penanaman Modal Dalam Negeri. Peraturan
Pemerintah nomor 1 tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah
Tertentu
pasal (1) ayat (1) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
Penanaman Modal adalah Investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah
yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru
maupun perluasan dari usaha yang telah ada.
B.
Bentuk Penanaman Modal Asing
Bentuk penanaman modal asing adalah penanaman modal jangka panjang
dengan mendirikan perusahaan-perusahaan. Dilakukan baik berupa mendirikan
perusahaan patungan (Joint venture Company) dengan mitra lokal, melakukan
kerjasama operasi (Joint Operasi Shame).
xviii
C.
Manfaat Penanaman Modal atau Investasi
Menurut Dr. Sentosa Sembiring bahwa kehadiran investasi asing disuatu
negara mempunyai manfaat yang cukup luas (Multiplier Effect). Manfaat yang
dimaksud yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara
penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai
bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor,
dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi
(Transfer of Technology) maupun alih pengetahuan (Transfer of know How).
Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran investor cukup
berperan dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan
ekonomi didaerah dimana FDI menjalankan aktivitasnya.
D. Jenis Penanaman Modal atau Investasi
Jenis penanaman modal ada 2 (dua) antar lain yaitu:
1. Penanaman Modal Langsung (Direct Invesment)
Dalam penanaman modal langsung pemilik modal terlibat secara langsung dalam
kegiatan usahanya. Dan Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 hanya mengatur
penanaman modal langsung.
2. Penanaman Modal Tidak Langsung (Indirect Invesment)
Yang termasuk dalam penanaman modal tidak langsung mencakup kegiatan
transaksi dipasar modal dan pasar uang. Dalam penanaman modal tidak langsung
pemilik modal tidak perlu hadir secara fisik.
E. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Dalam Rangka Penanaman
Modal
Sebagaimana disadari bahwa dalam setiap kegiatan penanaman modal selalu
terkait dengan kemungkinan terjadinya risiko yang dapat mengakibatkan
berkurangnya atau bahkan hilangnya nilai modal. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika sebelum melakukan kegiatan penanaman modal perlu
dipertimbangkan faktor-faktor tertentu, sehingga disamping diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan yang optimal juga dapat meminimalkan kerugian.
Apabila seorang usahawan baik usahawan asing maupun usahawan dalam negeri
akan menanamkan
modalnya, maka bukan hukum atau perundang-undangan
xix
yang pertama-tama dilihat. Banyak faktor lain yang akan dipelajari terlebih dahulu
untuk menentukan sikapnya dalam menanamkan modalnya tersebut. Setiap
penanaman modal asing terutama akan dipengaruhi oleh:
1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan;
2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing;
3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas keuangan;
4. Jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya;
5. Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam
pembuatan hasil produksi;
6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk produksi;
7. Tanah untuk tempat usaha;
8. Struktur perpajakan, pabean dan cukai;
9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan
usaha.
Disamping itu biasanya ada beberapa faktor yang dipertimbangkan sebelum
melakukan kegiatan penanaman modal sebagai berikut:
1.
Risiko Menanam Modal (country risk)
Masalah
country risk merupakan faktor yang cukup domonan yang
menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan kegiatan investasi. Salah satu
aspek dari country risk yang sangat diperhatikan oleh calon investor adalah aspek
stabilitas politik dan keamanan.
Hal ini sangat lumrah mengingat tanpa adanya stabilitas politik dan
jaminan keamanan pada negara dimana investasi dilakukan, resiko kegagalan
yang akan dihadapi akan semakin besar. Aspek stabilitas politik ini dalam
kenyataannya seringkali tidak dapat diramalkan (unpredictable), yang mencakup
keadaan-keadaan seperti perang, pendudukan oleh kekuatan asing, perang
saudara, revolusi, pemberontakan, kekacauan, kudeta, dan lain-lain. Disamping
aspek stabilitas politik dan keamanan, aspek-aspek lain yang sangat diperhatikan,
antara lain:
- aspek kebijaksanaan, misalnya perubahan unilateral dalam syarat-syarat
utang, keadaan alam yang buruk;
xx
- aspek ekonomi, misalnya salah urus perekonomian, depresi atau resesi
berkepanjangan, credit squeeze, pertumbuhan ekonomi yang terus
menurun, ongkos produksi yang terus meningkat, terjadinya depresiasi
mata uang yang sangat tajam, dan lain-lain;
- aspek neraca pembayaran dan utang luar negeri, misalnya turunya
pendapatan ekspor, peningkatan pada makanan dan energi secara tibatiba, over extension (perpanjangan) utang luar negeri, keadaan
memburuk dineraca pembayaran, dan lain-lain.
2. Jalur Birokrasi
Birokrasi yang terlalu panjang biasanya dapat menciptakan situasi yang
kurang kondusif bagi kegiatan penanaman modal, sehingga dapat mengurungkan
niat para pemodal untuk melakukan investasi. Birokrasi yang panjang seringkali
juga berarti adanya biaya tambahan, yang akan memberatkan para calon pemodal
kerena dapat mengakibatkan usaha yang akan dilakukan menjadi tidak feasible.
Hal ini tentu saja telah menghambat realisasi Penanaman Modal Asing (PMA)
maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Upaya penyederhanaan
proses birokrasi (debirokratisasi) kiranya akan dapat menjadi salah satu faktor
yang akan mendorong para investor kembali menanamkan modalnya diIndonesia.
Langkah-langkah kearah itu tampaknya sudah mulai dilakukan
antara lain
dengan:
-
memberikan kewenangan kepada Kedutaan Besar atau Perwakilan RI
diluar negeri untuk memberikan izin (sementara investasi);
-
mempersingkat waktu proses perizinan dari maksimal 10 hari menjadi
kurang dari 1 minggu dengan dengan melalui pengurusan perizinan di
bawah satu atap;
-
perluasan perlimpahan wewenang dari BKPM ke BKPMD;
-
penghapusan diharuskan adanya izin prinsip dari instansi terkait dan lainlain.
3. Transparansi dan keputusan Hukum
xxi
Bagi calon investor adanya transparansi dalam proses dan tata cara
penanaman modal akan menciptakan suatu kepastian hukum serta menjadikan
segala sesuatunya menjadi mudah diperkirakan (predictable). Sebaliknya tidak
adanya transparansi dan kepastian hukum akan membingungkan calon investor
yang seringkali mengakibatkan biaya yang cukup mahal. Salah satu contoh dari
permasalahan ini adalah berubahnya daftar skala prioritas serta negative list
dibidang penanaman modal.
4. Alih Teknologi
Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut kewajiban alih
teknologi dari negara tuan rumah (Host country) dapat mengurangi minat
penanaman modal yang sangat berharga dalam mengembangkan usahanya. Dalam
menghasilkan teknologi tersebut kadang-kadang membutuhkan biaya penelitian
dan pengembangan yang sangat besar serta jangka waktu yang cukup panjang.
5. Jaminan Investasi
Salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan oleh para pemodal sebelum
melakukan kegiatan penanaman modal adalah adanya jaminan dari negara tuan
rumah (host country) terhadap kepentingan pemodal dalam hal terjadinya hal-hal
seperti kerusuhan, huru-hara, penyitaan (confiscation).
Nasionalisasi (nationalization), serta pengambilalihan (expropriation). Disamping
itu jaminan investasi juga mencakup masalah repatriasi modal (capital
repatriation) serta penarikan keuntungan (profit remmitance).
6. Ketenagakerjaan
Adanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil dalam jumlah yang
memadai serta upah yang tidak terlalu tinggi akan menjadi faktor yang sangat
dipertimbangkan oleh para calon investor sebelum melakukan kegiatan
penanaman modalnya. Sebagaimana disadari antara masalah penanaman modal
dengan masalah ketenagakerjaan terdapat hubungan timbal balik yang sangat erat,
dimana penanaman modal disatu pihak memberikan implikasi terciptanya
lapangan kerja yang menyerap sejumlah besar tenaga kerja diberbagai sektor,
sementara dilain pihak kondisi sumber daya manusia yang tersedia dan situasi
xxii
ketenagakerjaan yang melingkupinya akan memberikan pengaruh yang besar pula
bagi kemungkinan peningkatan atau penurunan penanaman modal.
7. Infrastruktur
Tersedianya jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat berperan
dalam menunjang keberhasilan suatu kegiatan penanaman modal. Oleh karena itu
tersedianya jarinngan infrastruktur pokok seperti perhubungan (darat, laut, dan
udara), serta sarana komunikasi merupakan faktor penting yang sangat
diperhatiakan oleh calon investor.
8. Keberadaan Sumber Daya Alam
Disamping masalah modal, tenaga kerja , keahlian dan keberadaan
infrastruktur, masalah keberadaan sumber daya alam merupakan salah satu daya
tarik utama dalam melakukan kegiatan investasi. Negara-negara yang kaya akan
sumber daya alam sebagai bahan baku atau komoditi dalam industri, telah menjadi
sasaran utama para pemilik modal untuk menanamkan modalnya.
Sebagai negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah baik
dibidang kehutanan, pertambangan, pertanian, dan lain-lain, tidak dapat disangkal
bahwa Indonesia merupakan tempat untuk menanamkan modal yang sanagt
menarik. Meskipun demikian, kekayaan alam yang begitu melimpah tersebut
harus didukung oleh kebijakan investasi yang tepat, dimana disatu pihak dapat
memberikan jaminan kepastian hukum bagi investor atas kontrak-kontrak yang
ditandatangani dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam serta
dilain
pihak
kegiatan
penanaman
modal
tersebut
dapat
meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak.
9. Akses Pasar
Akses terhadap pasar yang besar juga menjadi sasaran utama para pemilik
modal untuk menanamkan modalnya. Hal ini sangat mudah untuk dipahami
mengingat terbukanya akses pasar akan mampu menyerap produk yang dihasilkan
dari suatu kegiatan penanaman modal (misalnya dibidang industri). Dilihat dari
potensinya, Indonesia yang berpenduduk lebih 200 juta orang merupakan pasar
yang sangat besar setelah Cina, India dan Amerika Serikat, hanya saja daya
belinya yang belum tinggi.
xxiii
10. Insentif Perpajakan
Mengingat kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan yang berorientasi
mencari keuntungan (profit oriented), diberikanya beberapa insentif dibidang
perpajakan akan sangat membantu menyehatkan cash flow serta mengurangi
secara substansial biaya produksi (production cost), yang pada akhirnya akan
mampu meningkatkan profit margin dari suatu kegiatan penanaman modal.
Sesuai dengan letter of intent yang ditandatangani Indonesia dengan IMF pada
tanggal 14 Mei 1999, terdapat beberapa jenis insentif yang diberikan mencakup
antara lain:
-
percepatan periode amortisasi;
-
perpanjangan periode untuk mengkopempensasikan kerugian pada kenerja
dalam tahun-tahun berikutnya
-
pengurangan pengenaan pajak atas deviden
-
reformasi perpajakan dibidang pajak pertambahan nilai, cukai rokok,
perbaikan pada pengenaan tarif impor dikepabeanan untuk menghindari
korupsi serta manipulasi, dan lain-lain.
Pemberlakuan berbagai insentif dibidang perpajakan sebagaimana diatas,
diharapkan akan mampu mendorong dan mengembalikan iklim investasi di
Indonesia.
11. Mekanisme Penyelesaian Sengketa yang efektif
Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif juga merupakan
salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan
kegiatan penanaman modal. Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif
tersebut mencakup
-
forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional, badan
peradilan atau arbitrase internasional, atau forum penyelesaian sengketa
alternatif lainnya;
-
efektivitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam sengketa
tersebut
xxiv
-
proses pengambilan keputusan yang cepat dengan biaya yang wajar
-
netralisasi dan profesionalisme hakim
atau arbiter dalam proses
pengambilan keputusan
-
efektivitas pelaksanaan / implementasi keputusan pengadilan, arbitrase
dan badan-badan penyelesaian sengketa lainya
-
kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan.
Sebaliknya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak efektif dan tidak adil
akan mengurungkan niat para penanam modal.
F. Bentuk Badan Usaha
Secara umum bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia dapat dibagi atas:
1. badan usaha perseorangan
2. badan usaha bentuk perserikatan, dan
3. badan usaha yang bentuk perseroan.
Dalam uraian berikut akan dijabarkan secara rinci mengenai masing-masing badan
usaha tersebut dalam konteks penanaman modal.
1. Badan Usaha Perseorangan
Merupakan bentuk usaha yang paling sederhana dimana pemilik
mempunyai tanggung jawab penuh atas usahanya tersebut sampai dengan
kekayaan pribadinya. Warga negara asing tidak diperkenankan untuk melakukan
investasi dalam bentuk ini.
2. Badan Usaha Berbentuk Perserikatan
Ada dua tipe perserikatan yang umum dikenal yaitu perserikatan
berbentuk firma dan CV (Commanditaire Venootschap). Pada firma tanggung
jawab setiap fartner bersifat tidak terbatas dan mencakup
harta pribadinya,
sementara pada CV tanggung jawab setiap partnernya bersifat terbatas pada modal
yang disetor.
3. Badan Usaha Bentuk Perseroan
Badan usaha dalam bentuk perseroan ini terdiri atas perseroan terbatas,
BUMN, perusahaan patungan,kantor cabang perwakilan atau Agen perusahaan
asing
xxv
a. Perseroan Terbatas (PT) terdiri atas PT Tertutup dan PT Terbuka. Untuk PT
Terbuka harus dipenuhi syarat-syarat tambahan berikut
- merupakan suatu perseroan terbatas yang terdaftar menurut hukum
Indonesia.
- mempunyai modal dasar minimal RP.100.000.000; dengan modal yang
disetor Rp.25.000.000..
- minimal dalam dua tahun terakhir menikmati keuntungan dari usahanya
yang besarnya tidak lebih kecil dari 10% ekuitas para pemegang saham.
- laporan keuangan perseroan dalan dua tahun terakhir telah diaudit oleh
akuntan publik dengan dengan kualifikasi wajar tanpa syarat.
b. Badan Usaha Milik Negara
Perseroan yang berbentuk BUMN ini mencakup antara
lain Perum,
Persero, Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP), perjan, dan lain-lain. Pada BUMN
ini seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara. Koordinasi dan
pengawasan atau pengelolaannya berada pada Menteri Negara BUMN.
c.Perusahaan Patungan Berbentuk Penanaman Modal Asing
Oleh karena peraturan perundang-undangan dibdang Penanaman Modal
Asing bentuk perusahaan patungan harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Dan dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 pasal (5) ayat (2) mengatakan
untuk penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan didalam wilayah negara Republik Indonesia,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.
G. Aspek Kelembagaan
Untuk memahami aspek-aspek kelembagaan yang terkait dengan kegiatan
investasi perlu diuraikan beberapa lembaga / instansi terkait, antara lain sebagai
berikut:
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
BKPM yang pada awalnya didirikan dengan KepPres nomor 20 tahun 1973
xxvi
sebagaimana diubah terakhir dengan KepPres nomor 183 tahun 1998
dimaksudkan sebagai suatu one stop investmentservice center. BKPM merupakan
lembaga pemerintah non departemenyang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. Sebagai suatu one stop investment service center, BKPM
mempunyai fungsi-fungsi antara lain:
a. penetapan kebijaksanaan dibidang investasi dan pendapatan iklim
usaha sesuai dengan kebujakan umum yang ditetapkan,
b. pengkoordinasian kegiatan investasi dan sistem pelayanannya
secara lintas sektoral dan regional serta potensi sumber daya
nasional,
c. pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas serta pelayanan teknis
dan bisnis dibidang investasi,
d. pelaksanaan kerja sama luar negeri dibidang investasi dan
pendayagunaan bantuan teknis luar negeri dan lain-lain.
Dalam rangka mendorong kegiatan investasi ada beberapa langkah yang kini
sedang dikaji oleh BKPM untuk segera ditempuh yaitu seperti berikut:
________________
Ana Rokhmatussa ‘dyah,S.H.,M.H.,Suratman,S.H.,M.Hum.,Hukum Investasi & Pasar Modal,
Jakarta:Sinar Grafika,2009 hal 63-64
a. Ijin investasi dengan cara:
-
mempersingkat jangka waktu perizinan dari 10 (sepuluh) hari menjadi
satu 1( satu) hari dengan moto one day service dengan sistem perizinan
satu atap;
-
perluasan pelimpahan pemberian izin investasi dari BKPM kepada
BKPMD;
-
pengesahan akta pendirian perusahaan yang selama ini dipusat
dilimpahkan ke daerah;
-
menghapus rekomendasi dari departementeknis terkait.
b. Memperpanjang jangka waktu berlakunya Hak Guna Usaha(HGU)
xxvii
pengkajian untuk kemungkinan memperpanjang jangka waktu
berlakunya HGU tersebut dilakukan dengan memperhatikan kompetitor,
seperti Malaysia yang berani memberikan HGU untuk jangka waktu 90
tahun.
c. Mengatur Pedoman dan tata cara permohonan penanaman modal
BKPM mengatur secara rinci pedoman dan tata cara permohonan
Penanaman Modal yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan Penanaman Moadal Asing (PMA), baik menyangkut
permohonan penanaman modal baru, permohonan perluasan penanaman
modal, dan permohonan penambahan modal. Bentuk-bentuk persetujuan
dan izin yang diberikan mencakup antara lain:
-
Surat Persetujuan (SP) Penanaman Modal (PMA/PMDN)
-
Surat Pemberitahuan Persetujuan Presiden (SPPP)
-
Surat Persetujuan fasilitas dan Izin Pelaksanan Penanaman Modal yang
terdiri atas Izin Lokasi, Izin HO/UUG, Izin Kerja Tenaga Warga Negara
Asing Pendatang (IKTA), Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT), Surat
Persetujuan Pembebasan Bea Masuk dan fasilitas perpajakan lainnya atas
pengimporan barang-barang modal, Persetujuan pemberian Fasilitas Pajak
Penghasilan yang ditanggung oleh pemerintah untuk usaha industri
tertentu , persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas
pengimporan bahan baku dan / atau bahan penolong untuk keperluan
produksi (2) tahun pertama berdasarkan kapasitas terpasang, IMB, serta
Izin Usaha Tetap /IUT.
2.Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD)
BKPMD dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab kepada
Gubernur Kepala Daerah Tinggkat I, setiap BKPMD bertugas untuk membantu
calon investor untuk memperoleh izin-izin setempat, seperti Izn Lokasi, Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), Izin HO / UUG, IKTA, serta Hak-Hak Atas Tanah
seperti HGU dan / atau HGB.
3. Departemen Teknis Terkait
xxviii
Disamping BKPM dan BKPMD, dapat disebut pula beberapa instansi
terkait lainnya yang berkaitan dengan penanganan dan pelayanan investasi untuk
sektor-sektor tertentu seperti:
___________________
Ana Rokhmatussa ‘dyah,S.H.,M.H.,Suratman,S.H.,M.Hum.,Hukum Investasi & Pasar Modal,
Jakarta:Sinar Grafika,2009 hal 65
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk sektor
pertambangan dan Energi
b. Departemen Kehutanan Untuk sektor Kehutanan dan Perkebunan
a. Departemen Keuangan untuk sektor keuangan dan Perbankan
b. Departemen
Perhubungan
untuk
sektor
Perhubungan,
Pos
dan
Telekomunikasi
c. Depertemen perdagangan dan Departemen Perindustrian untuk Sektor
Perdagangan dan Industri
H. Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka bagi kegiatan Penanaman
Modal Asing
Dalam rangka pengawasan terhadap kegiatan Penanaman Modal Asing
maka pemerintah membentuk Pembatasan, melalui Undang-Undang nomor 25
tahun 2007 pasal 12 ayat (1) berbunyi semua bidang usaha atau jenis usaha
terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha
yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Dan bidang-bidang
usaha yang dinyatakan mutlak tertutup untuk investasi asing dijelaskan diayat (2)
bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing adalah:
a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang, dan
b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang
dan penjelasan diayat (3) mengatakan bahwa Pemerintah berdasarkan Peraturan
Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik
asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral,
xxix
kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta
kepentingan nasional lainnya.
Seperti yang terlihat pada Peraturan Presiden nomor 76 tahun 2007 tentang
kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha yang Tertutup dan bidang usaha
yang Terbuka dengan persyaratan dibidang penanaman modal, serta Peraturan
Presiden nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.
Adapun mekanisme atau tata Cara Penanaman Modal Asing
1. Permohonan
2. Pemberian Persetujuan
3. Pemilihan Bidang Usaha
4. Surat Persetujuan Penanaman Modal
5. Pasca Surat Persetujuan
6. Daftar Induk Barang Modal
7. Perubahan Rencana Penanaman Modal
8. Perizinan
I. Struktur perpajakan Indonesia
Secara umum struktur perpajakan di Indonesia antara lain:
1. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Dalam KUP meliputi sistem perpajakan, adanya kewajiban bagi calon WP
untuk melakukan pendaftaran pajak, adanya sanksi-sanksi terhadap pelanggaran
pajak,
diwajibkan
membuat
pembukuan
dan
pencatatan,
kewajiban
menyampaikan SPT, dan lain-lain.
2. Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Dasar hukumnya undang-undang nomor 36 tahun 2008 dan tarif pajak
penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi Dalam Negeri pasal 17 ayat 1 (a), (3)
dan (7) yaitu:
-
s/d Rp. 50.000.000; besarnya tarif 5%
-
diatas Rp.50.000.000; s/d Rp.250.000.000; besarnya tarif 15%
-
diatas Rp.250.000.000;s/d Rp. 500.000.000; besarnya tarif 25%
xxx
-
diatas Rp.500.000.000; besarnya tarif 30%
3. Pajak Penghasilan Badan
Dasar hukumnya yaitu undang-undang nomor 36 tahun 2008 dan tarif
pajak penghasilan badan pasal 17 ayat 1 (b),(2),(3) dan (7) yaitu tarif tunggal
sebesar 28% tetapi mulai tahun 2010 turun menjadi 25%.
4. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
Untuk PPN dan PPn BM besarnya tarif pasal 7 dan pasal 8 yaitu tarif untuk
PPN sebesar 10% tarif PPN dapat diubah dengan PP serendah-rendahnya 5% dan
setinggi-tingginya 15% sedangkan atas ekspor BKP 0%. Selanjutnya tarif PPn
BM yaitu serendah-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 75%, sedangakan
untuk ekspor BKP yang tergolong mewah 0%.
5. Pajak Bumi dan Bangunan
Dasar hukumnya UU nomor 12 tahun 1985 JO UU nomor 12 tahun 1994 dan
besarnya tarif 0,5%.
6. Bea Materai
Dasar hukum bea materai UU nomor 13 tahun 1985 tentang bea materai
dan PP nomor 24 tahun 2000 tentang perubahan tarif dan batas pengenaan
nominal bea materai. Tarif bea materai Rp.6000 untuk:
- surat perjanjian seperti surat kuasa, hibah
- akta notaris atau PPAT
- surat yang memuat nilai > Rp.1.000.000; penerimaan uang, pembukuan
uang/penyimpanan uang dibank, pengakuan pelunasan utang.
- Surat berharga seperti wesel yang nilainya >RP..1.000.000;
- Efek dengan nilai nominal Rp.1.000.000;
- Dokumen untuk pembuktian dipengadilan seperti surat biasa dan surat
kerumahtanggan.
Tarif bea materai Rp.3000
-
Surat yang memiliki nilai nominal Rp.250.000 s/d 1.000.000, penerimaan
uang, pembukuan uang / penyimpanan dibank, pengakuan pelunasan
utang.
xxxi
-
Surat berharga seperti wesel yang nilainya Rp.250.000; s/d Rp.1.000.000;
-
Cek dan bilyet giro dengan nominal berapapun.
7. Pajak Daerah
Pajak daerah terdiri atas bea balik nama pajak kendaraan, pajak Hotel dan
restoran, pajak hiburan, dan pajak radio.
8. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
P3B adalah bentuk perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan negara
lain dengan tujuan penghindaran pajak berganda dan mencegah pengelakan pajak.
Hal tersebut dijelaskan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER61/PJ/2009.
J. Insentif Pajak
Kebijakan pajak berupa insentif pajak diperlukan oleh penanaman modal
maka dari itu pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2007
tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal dibidang-bidang
usaha tertentu dan / atau didaerah-daerah tertentu. Terbitnya Peraturan Pemerintah
ini adalah dalam rangka meningkatkan iklim investasi dan daya saing nasional.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut pemerintah menambah jumlah bidang usaha
dan lokasi tempat investor menanamkan modalnya.
K. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang permasalahan yang ada, maka
dapat diajukan hipotesis sebagai berikut;
Ada pengaruh kebijakan perpajakan terhadap Penanaman Modal Asing di
Indonesia sebelum dan sesudah PP No.1 Tahun 2007
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pengujian
komparatif terhadap perkembangan realisasi Investasi dengan menguji apakah ada
xxxii
pengaruh kebijakan perpajakan dalam penanaman modal asing sebelum dan
sesudah peraturan dikeluarkan.
B.Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari data
BKPM. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
penelitian secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau lapangan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh melalui media perantara, yang dapat dibagi sebagai berikut.
1. Data angka penanaman modal asing di Indonesia yang berasal dari
BKPM.
2. Data arsip yang berasal dari berbagai literature, di antaranya buku,
jurnal ilmiah, dan peraturan pemerintah yang terkait dengan
penanaman modal asing di Indonesia serta kebijakan pemerintah.
C.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut;
1. Pencatatan dokumentasi data sekunder di lapangan tentang informasi
yang dibutuhkan. Studi literature atas informasi tentang kebijakan
perpajakan dalam penanaman modal asing yang berupa peraturan yang
akan digali oleh penulis dan data statistik tentang perkembangan realisasi
investasi di Indonesia. Tidak hanya itu penulis juga mengumpulkan data
kepustakaan
melalui
buku-buku
dan
situs-stus
resmi
seperti
www.pajak.go.id dan www.ortax.org www.bkpm.go.id.
2. Penggalian data lain melalui teknik yang digunakan wawancara (bertanya)
terhadap pegawai Pajak di KPP pratama DIY. Wawancara adalah teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan
peneliti
untuk
mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka
dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti.
xxxiii
Pedoman wawancara ini ada dua macam,yaitu pertanyaan yang berstruktur
dan yang tidak berstruktur. Yang berstruktur dimaksudkan adalah
jawabannya telah disediakan lebih dulu, sedangkan responden tinggal
memilih diantara jawaban yang tersedia atau kalau berbeda jawabannya
tidak terlalu jauh dari yang diinginkan atau bisa dikategorikan pada
jawaban yang telah disediakan. Sedangkan pola yang tidak terstruktur atau
terbuka akan lebih banyak diperoleh informasi dan mungkin lebih
mendalam,tetapi
menemui
(Mardalis,1989).
Dan berdasarkan penjelasan diatas pedoman yang
digunakan
adalah
yang
kesukaran
tidak
Prof.Dr.Jogiyanto.H.,M.,M.B.A,Akt.
dalam
terstruktur.
wawancara
menganalisanya
Dan
(interview)
menurut
adalah
komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden. Wawancara
(interview) dapat berupa wawancara personal (personal interview),
wawancara intersep (intercept interview) dan wawancara telepon
(telephone interview). Wawancara personal (personal interview) yaitu
wawancara dengan melakukan tatap muka langsung dengan responden.
Wawancara intersep (intercept interview) yaitu sama dengan wawancara
personal (personal interview) tetapi responden dipilih di lokasi-lokasi
umum, misal di mal. Sedangkan wawancara lewat telepon (telepon
interview), yaitu wawancara yang dilakukan lewat telepon. Dalam
penelitian ini untuk bisa mendapatkan data yang tepat penulis
menggunakan wawancara personal dan wawancara telepon. Saat pertama
kali mencari data yang berupa peraturan penulis bertanya langsung (tatap
muka) selanjutnya penulis menggunakan komunikasi lewat telepon
(termasuk sms) dan pertanyaanya tidak terstruktur.
D.Analisis Data
Dalam analisis data penulis melakukkan analisis regresi linier sederhana
untuk mencari bentuk tren perkembangan penanman modal asing di Indonesia dan
uji beda menggunakan uji non parametric Wilcoxon terhadap data perkembangan
realisasi investasi di Indonesia sebelum dan sesudah penerapan PP No.1 Tahun
xxxiv
2007. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh sebelum dan sesudah kebijakan
dikeluarkan. Data diambil dari situs resmi www.bkpm.go.id.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif melibatkan analisis kuantitatif atau berupa angka-angka
terhadap suatu variabel yang digunakan di antaranya adalah perhitungan
rata-rata, standar deviasi dan nilai terendah dan tertinggi pada kelompok
data dalam sebuah variabel.
Rumus rata-rata adalah sebagai berikut.
µ= ∑Xi / n
di mana;
µ
= nilai rata-rata
Xi
= nilai angka observasi
n
= jumlah data
Rumus standar deviasi adalah sebagai berikut.
σ=√ (∑(Xi- µ)2 / n)
di mana;
σ
= nilai standar deviasi
µ
= nilai rata-rata
Xi
= nilai angka observasi
n
= jumlah data
2. Analisis Regresi
Untuk menjawab rumusan masalah pertama yaitu mencari bentuk tren
perkembangan penanaman modal asing di Indonesia maka penulis
menggunakan analisis regresi linier sederhana. Nilai tren dilihat pada nilai
koefisien regresi.
Y = a + b.X
Di mana:
Y = nilai investasi PMA dalam dolar
a = konstanta regresi , atau nilai konstan
b = koefisien regresi
X = tahun pengamatan
xxxv
Rumus nilai koefisien regresi dituliskan sebagai berikut (Sekaran Uma,
2003: 175);
b = (∑XY – nXY) /(∑X2-nX2)
Di mana;
b
= nilai tren
X
= nilai variable bebas yang diwakili oleh tahun
Y
= nilai variable terikat yang diwakili oleh nilai investasi
Nilai tren atau nilai koefisien regresi positif menunjukkan tren
pertumbuhan penanaman modal asing di Indonesia. Nilai koefisien regresi
negatif menunjukkan tren penurunan penanaman modal asiing di
Indonesia.
3. Uji Beda Non Parametrik
Untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu mencari pengaruh
penerapan peraturan pemerintah PP No 1 tahun 2007 terhadap
perkembangan investasi modal asing di Indonesia sebelum dan sesudah
pemberlakuan PP digunakan uji beda sampel berpasangan non parametrik
Wilcoxon.
Adapun rumus uji-Z untuk pengujian perbedaan sampel berpasangan non
parametric Wilcoxon sebagai berikut;
Z= ∑Ri / √(Ri)2
Di mana:
Z
= nilai Wilcoxon rank test
Ri
= nilai peringkat untuk tiap observasi
Dengan pertimbangan pengujian hipotesis sebagai berikut;
Ho
=
Tidak ada perbedaan signifikan rata-rata peringkat
investasi sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No.1 Tahun 2007
H1
= Ada perbedaan signifikan rata-rata peringkat investasi
sebelum dan sesudah pemberlakuan PP No.1 Tahun 2007
Ho diterima jika nilai signifikansi Z > 0,05 atau Z hitung < Z table.
H1 diterima jika nilai signifikansi Z < 0,05 atau Z hitung > Z table.
xxxvi
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Kebijakan Perpajakan
Tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun
2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidangbidang usaha tertentu dan/atau daerah-daerah tertentu. Peraturan pemerintah ini
merupakan pengganti dari Peraturan Pemerintah nomor 148 tahun 2000 tentang
fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal dibidang-bidang usaha
tertentu dan atau didaerah-daerah tertentu yang telah dicabut.
Dalam Peraturan Pemerintah ini memberikan insentif pajak kepada
penanaman modal berupa:
Pasal 2
(2). Fasilitas pajak penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5%
(lima persen) pertahun;
pada bagian selanjutnya menyebutkan ;
b. Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada subyek
Pajak luar negari sebasar 10% (sepuluh) atau tarif lebih rendah menurut
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, dan
c. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari
10 (sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tambahan 1 tahun : apabila penanaman modal baru pada bidang usaha
yang diatur dalam pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan dikawasan industri
dan kawasan berikat;
2. Tambahan 1 tahun : apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500
(lima ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut-turut;
xxxvii
3. Tambahan 1 tahun: apabila penanaman modal baru memerlukan investasi
atau pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial dilokasi usaha
paling sedikit sebesar Rp. 10.000.000.000; (sepuluh miliar rupiah);
4. Tambahan 1 tahun:
apabila mengeluarkan biaya penelitian dan
pengembangan didalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau
efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari investasi dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun, dan / atau.
B. Data Trend Perkembangan Realisasi Investasi Tahun 2004 sampai 2009
Secara deskriptif,
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nominal
jumlah proyek dan nilai investasi penanaman modal asing di Indonesia. Jika
dilihat dari table daftar nilai investasi asing terjadi fluktuasi atau naik turunnya
nilai investasi. Tetapi sejak tahun 2007 terjadi peningkatan nilai investasi.
Tabel 4.1 Perkembangan Realisai Investasi Penanaman Modal Asing
Tahun
Jumlah Proyek
Nilai (US$.Juta)
2004
548
4.572.7
2005
907
8.911.0
2006
869
5.991.7
2007
982
10.341.4
2008
1.138
14.871.4
2009
1.221
10.815.2
Sumber: www.bkpm.go.id
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
nilai. Nilai rata-rata sesudah pemberlakuan peraturan pemerintah PP No. 1 Tahun
2007 lebih besar dari nilai rata-rata sebelum pemberlakuan peraturan pemerintah.
Nilai rata-rata investasi sesudah sebesar 12.009,33 US dolar dan sebelum
peraturan pemerintah sebesar 6.465,13 US dolar.
Tabel 4.2 Hasil analisis deskriptif Nilai Investasi PMA
N
Nilai
Nilai
Terendah
Tertinggi
xxxviii
Std.
Rata-rata
Deviation
N
Nilai
Investasii
(S
SebelumPP No.7)
N
N
Nilai
Investasii
(S
Sesudah PP No.7)
N
3
4572,70
8911,00
0
6465,13333 2221,466980
3
10341,40
14871,40
0
12009,33333 2489,911783
Sedaangkan trendd sepanjangg pengamataan yaitu sejaak 2004 sam
mpai 2009
m
menunjukka
an bahwa nilai
n
koefisieen regresi positif
p
yaitu 1529. Hal ini berarti
b
bahwa
terjadi pertumbuuhan nilai innvestasi dari tahun 20004 sampai 2009. Juga
b
berarti
bahw
wa pemberlakuan peratturan pemerrintah tentanng pajak memberikan
m
d
dampak
terh
hadap trend perkembang
p
an penanam
man modal asing di Indon
nesia.
Gam
mbar 4.1 Grrafik Trend P
Pertumbuhann Penanamann Modal Asiing
Tren
nd pertumbuhhan penanam
man modal asing
a
sepanjaang pengam
matan 20042
2009
ditunjuukkan pada nilai
n
koefisieen regresi daalam persam
maan regresi berikut;
b
Y = 1529 X + 38884
D mana nilai
Di
n
koefisieen persamaaan regresiny
ya adalah 1529.
Beerarti nilai
k
koefisien
peersamaan reg
gresi adalahh positif. Hal ini menunnjukkan bahhwa terjadi
t
trend
pertum
mbuhan pennanaman moodal asing dii Indonesia selama periiode 20042
2009.
C Trend Peerkembangan
C.
n Sebelum Pemberlakua
P
an PP No.1 T
Tahun 2007
Hasil analisis menunjukkan
m
n bahwa terjadi perbedaaan trend peertumbuhan
n
nilai
investaasi penanam
man modal asing di Indonesia
I
seebelum pem
mberlakuan
p
peraturan
peemerintah PP
P No. 1 T
Tahun 2007.
Trend sebbelum pembberlakkuan
p
peraturan
peemerintah menunjukkan
m
n nilai koefisien regresi yang lebih besar
b
yaitu
6
669,5
jadi menunjukkan
m
n peningkattan yang bessar. Hal ini menunjukkkan bahwa
p
pemberlakua
an peraturann pemerintahh tentang paj
ajak memberrikan dampaak terhadap
t
trend
perkem
mbangan pen
nanaman moodal asing di Indonesia.
Gambar 4..2 Grafik Trrend Pertumb
mbuhan Penan
naman Modaal Asing Sebbelum PP
No..1 Tahun 20007
Tren
nd pertumbuhhan penanam
man modal asing
a
sebelum
m penerapann peraturan
p
pemerintah
PP No.1 Taahun 2007 yyaitu sepanjaang tahun 22004-2006 ditunjukkan
d
p
pada
nilai kooefisien regrresi dalam peersamaan reggresi berikutt;
Y = 669,5
6
X + 5126
D mana nilai koefisieen persamaaan regresinyya adalah 669,5.
Di
6
Beerarti nilai
k
koefisien
peersamaan reegresi pada periode seebelum pem
mberlakukann peraturan
Download