BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3. Landasan Teori Signalling Theory (Teori Sinyal) Teori ini menyatakan bahwa terdapat ketidaksimetrisan informasi antara manajer dan investor.Masih terdapatnya perbedaan informasi yang dimiliki oleh investor dan manajer sehingga manajer merasa perlu untuk menyampaikan suatu sinyal ke pasar mengenai kondisi perusahaan. Pengumuman ke masyarakat luas mengenai prospek perusahaan merupakan cara yang mudah dilakukan oleh semua perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Akhirnya pasar menangkap aksi tersebut sama untuk suatu perusahaan atau dengan kata lain investor melihat adanya satu kualitas perusahaan yang sama untuk semua perusahaan. Kondisi ini membuat manajer perusahaan yang memiliki prospek bagus di masa mendatang menggunakan dividen untuk memberikan sinyal ke pasar.Dengan menggunakan dividen, perusahaan kecil tidak dapat mengikuti kebijakan yang diambil oleh perusahaan besar sehingga ada perbedaan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal baik ke pasar, sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah akan sulit untuk mengikuti kebijakan yang diterapkan perusahaan dengan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. 10 Universitas Sumatera Utara Menurut teori ini, apabila perusahaan meningkatkan pembayaran dividen, manajer percaya bahwa di masa mendatang perusahaan akan memiliki pendapatan yang cukup besar untuk menyesuaikan sistem pembayaran dividen yang dilakukan saat ini. Jika perusahaan memberikan dividen yang lebih rendah daripada yang diharapkan maka hal ini akan diinterpretasikan sebagai sinyal buruk. Miller dan Modigliani (1961) menyatakan bahwa penurunan dividen dapat mengindikasikan bahwa pendapatan perusahaan di masa mendatang akan mengecewakan. Infomasi naik turunnya dividen tunai yang dibagikan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi investor karena informasi tersebut berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan (Prastiono, 2000). Perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh untuk menjadi lebih besar cenderung mengalami masalah asimetri informasi antara manajemen dan pemegang saham. Leary dan Michaely (2008) menyatakan bahwa asimetri informasi yang lebih besar akan terjadi dengan kesempatan bertumbuh yang lebih besar juga. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa beberapa proksi yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat asimetri informasi di perusahaan antara manajer dengan pemegang saham yaitu ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Kebijakan Dividen juga tidak dapat dipisahkan dari teori sinyal karena teori ini menyatakan bahwa investor akan memandang perubahan dividen sebagai suatu sinyalperamalan laba oleh manajemen. Menurut Wirjolukito dalam Suharli (2007) menyatakan bahwa pihak manajemen akan 11 Universitas Sumatera Utara membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit . 2.1.2 Kebijakan Dividen (Dividen Payout Ratio) Menurut Riyanto (2001:269) kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu antara lain sebagai berikut: a. Kebijakan dividen yang stabil Kebijakan dividen yang stabil berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen per lembar saham dinaikkan. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen stabil antara lain sebagai berikut: 1) Kebijakan dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang 2) Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya dividen yang tidak stabil, dimana golongan ini menginginkan kepastian dividen yang dibayarkan. b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu . Kebijakan dividen ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya, dimana cara penetapan dividend payout ini adalah penetapan junlah dividen minimal plus jumlah ekstra. c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya. d. Kebijakan dividen yang fleksibel Kebijakan dividen yang fleksibel menunjukkan bahwa besarnya dividen per lembar saham setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. 12 Universitas Sumatera Utara Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih di perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang ditahan sebagai cadangan perusahaan.Dividen ini untuk dibagikan kepadapara pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.Apabilaperusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula. Penentuan besarnya dana yang dialokasikanuntuk pembayaran dividen ini tidak adayangmembatasi,namuntergantung pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), apakah laba itu akan dialokasikan untuk pembayaran dividen atau untuk laba ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau“equity investors”.Setiap perusahaan selalu menginginkan adanyapertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dansebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth)dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkankepada pemegang saham sebagai dividen tunai disebutdividend payout ratio. 13 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (riyanto : 2001). Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham, oleh karena itu dividen merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Besar kecil dividen yang dibayarkan mempengaruhi pencapaian tujuan maksimal kesejahtraan para pemegang saham. Menurut Ang (1997) faktorfaktor yang dipertimbangkan dalam memutuskan suatu usulan dividen oleh dewan direksi antara lain: a. Keuntungan Perseroan b. Prospek pertumbuhan usaha c. Posisi kas (likuiditas) d. Aspek hukum e. Keadaan pasar 2.1.3 Macam-macam Bentuk Dividen Menurut Keyso dan Weydgant (1995) mengungkapkan bahwa dividen yang dibagikan kepada para investor berbentuk, antara lain: a. Dividen Tunai Dividen tunai merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk uang tunai.Dividen dalam bentuk ini merupakan pembayaran yang paling banyak diharapkan investor. b. Dividen Saham Dividen saham) merupakan dividen yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk proporsi saham tertentu. Dividen saham merupakan dividen 14 Universitas Sumatera Utara yang pembayarannya dibagikan dalam bentuk proporsi sahamtertentu. Dibagikannya dividen dalam bentuk saham, maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan dibursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya guna memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai. c. Sertifikat Dividen Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau promes yang telah dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sertifikat dividen yaitu hutang dividen dalam bentuk script atau pembayaran dividen pada masa yang akan datang. d. Property Dividend Property dividend yaitu pembayaran dividen dalam bentuk kekayaanseperti barang dagangan, real estate atau investasi dalam bentuk lain yang dirancang oleh dewan direksi. 2.1.4 Langkah-langkah Pembayaran Dividen Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalahpengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen (Ang, 1997). Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen yaitu : a. Tanggal pengumuman Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang secara resmi diumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular.Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni; tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas per lembar. b. Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (Date of Record) Tanggal pencatatan merupakan tanggal dimana perusahaan harus melakukan pencatatan nama dari para pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar sebagai pemegang saham pada perusahaan publik atau emiten tersebut diberikan hak untuk memperoleh pembagian dividen, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk mendapatkan dividen. c. Tanggal cum-dividend (Cum-dividend Date) Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masihmelekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. 15 Universitas Sumatera Utara d. Tanggal ex-dividend (Ex-dividend Date) Tanggal ini merupakan tanggal dimana perdagangan saham sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen.Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. e. Tanggal pembayaran (Payment Date) . Tanggal ini merupakan tanggal dimana perusahaan melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham yang telah memiliki hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai, dividen saham). 2.1.5 Pola Pembayaran Dividen Keputusan mengenai dividen payout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividen payout ratio perusahaan (Ang, 1997), yaitu : a. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya b. Stable Dividend per-share Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount) dari tahun ke tahun. c. Stable Payout Ratio Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu prosentase tetap dari laba. Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi. d. Regular Dividend plus Extras Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham. 16 Universitas Sumatera Utara e. Fluctuating Dividends and Payout Ratio Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan \dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode.Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi. 2.1.6 Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit atau laba. Perusahaan yang dapat membukukan profit tinggi maka perusahaan tersebut dinilai berhasil dalam menjalankan usaha. Perusahaan yang dapat menciptakan profit atau laba besar berarti perusahaan dapat menciptakan pendanaan internal bagi perusahaan sendiri. Setelah ada dana tersebut, maka perusahaan akan menggunakan untuk ditahan menjadi laba ditahan dan dibagikan kepada para pemilik sebagai dividen. Menurut Wirjolukito, et al dalam (2013) menyatakan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan “sinyal” mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah fungsi dari keuntungan.Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen. Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh laba. Hubungan antara profitabilitas dengan kebijakan deviden dapat dianalogikan sebagai berikut.Sebuah perusahaan yang dapat membukukan laba maka perusahaan tersebut dapat memilih untuk menahan laba atau membagikan sebagai dividen. 17 Universitas Sumatera Utara Jika perusahaan membagikan deviden maka pendanaan internal perusahaan akan berkurang. Menurut teori “bird in the hand” investor lebih menyukai dibagikan deviden daripada menunggu pengembalian dari keuntungan modal.Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki.Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro (1991:731) “profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan”. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya.Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan.Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggitingkat profitabilitas suatu badan usaha 18 Universitas Sumatera Utara maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Profitabilitas dapat diproyeksikan dengan menggunakan Return On Assets (ROA). ROA dapat diukur denganmenggunakan rumus: = Net Incomex 100% Total Aset 2.1.7 Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek perusahaan.Likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen, maka semakin kuat posisi likuiditas berarti semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen (Riyanto, 1995).Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan tersebut mempunyai kesempatan dalam memenuhi segala kewajiban jangka pendek termasuk dengan membayar deviden ke pemilik modal.Maka dapat disimpulkan bahwa semakin likuid suatu perusahaan kemungkinan juga.Likuiditas dapat membayar diproyeksikan membayar dividen dengan semakin menggunakan Ratio(CR).Current Ratio dapat diukur mengunakan rumus : aset lancar besar Current x 100% Liabilitas Lancar 2.1.8 Economic Value Added EVA atau Economic Value Added adalahukuran nilai tambahekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. 19 Universitas Sumatera Utara EVA digunakan sebagai ukuran kinerja perusahaan dalam menentukan aset perusahaan yang lebih produktif dan membantu dalam nengurangi perbedaan kepentingan manajer dan pemegang saham (Irala, 2005).EVA adalah ukuran penting untuk menilai kinerja suatu perusahaan (Parasuraman,2000).Dapat diartikan bahwa EVA merupakan nilai tambah ekonomis dari perusahaan untuk digunakan sebagai kegiatan maupun strateginya selama periode tertentu sehingga menjadi cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. EVA menjelaskan bagaimana perusahaan membuat nilai untuk pemiliknya. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan (Lisa ; 1999). Perlu dicatat juga EVA dapat diterapkan juga pada tingkat divisi atau subsidiary perusahaan (Wiagustini 2010 ; 98) Rumus = NOPAT/ Net Operation Profit After Tax – Capital Charges 2.1.9 Investment Oppurtunity Set Investment Opportunity Set merupakan investasi pilihan untuk dimasa yang akan datang dengan keuntungan akan adanya peningkatan dalam aktiva maupun ekuitas. Pemilihan proksi ini karena dalam penilain pasar dapat dilihat dengan meningkatnya aktiva dan IOS di masa akan datang. Pada penelitian Kallapur dan Trombley (1999) mengatakan bahwa rasio MBVA berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan aktiva danekuitas. IOS dapat diukur dengan menggunakan rumus : Jumlah Saham yang Beredar x Harga Penutupan saham Total Equitas 20 Universitas Sumatera Utara 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kebijakandividen sebagaimana diuraikan sebagai berikut: 1. Hardiatmo, Daljono (2013) mengenai Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), variabel Likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, Variabel pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen namun dengan arah negatif. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi Ita (2013) mengenai Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011.Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, variabel likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel kebijakan dividen, variabel utang berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen, dan variabel free cash 21 Universitas Sumatera Utara flowberpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel perubahan kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. 3. Penelitian Dwi Varanty (2014) mengenai Pengaruh Economic Value Added dan Investment Oppurtunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel moderasi. Hasil penelitiannya yaitu variabel likuiditas tidak mampu memoderasi pengaruh negatif investment opportunity set terhadap kebijakan dividen. 4. Penelitian Nur Azmi (2014) mengenai pengaruh Profitabilitas dan Investment Oppurtunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel moderating. Hasil penelitiannya yaitu dimana Likuiditas tidak dapat memoderasi hubungan antara Profitabilitas dan IOS terhadap dividen tunai. 5. Serta Penelitian Lain dari Maya Merlinasari (2014) mengenai analisis pengaruh likuiditas, profitabilitas, leverage terhadap dividen kas. Hasil penelitian dimana profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen kas. 22 Universitas Sumatera Utara 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Kerangka konseptual adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset. Secara teoritis, kerangka konseptual akan menjelaskan hubungan antara variabel independen (economics value added, Investment Opportunity Set dan Profitabilitas) terhadap terhadap variabel dependen ( kebijakan dividen) dan likuiditas sebagai Variabel Moderasi. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Economic Value Added (EVA) (X1) Kebijakan Dividen Kas (Y) Investment Opportunity Set (IOS) (X2) Profitabilitas (X3) Likuiditas (Z) Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan hubungan teori dengan faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka-kerangka konseptual yang menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu : 23 Universitas Sumatera Utara 1. Hubungan EVA terhadap Kebijakan Dividen Kas. Nilai EVA yang positif berarti manajemen perusahaan telah berhasil memaksimumkan nilai perusahaan dan kinerja perusahaan mengalami peningkatan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan sejalan dengan peningkatan laba perusahaan. Semakin besar laba perusahaan, dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga cenderung meningkat. Hal ini akan menarik minat para investor untuk menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki nilai EVA postif sehingga harga saham perusahaan akan meningkat (Ervinta dan Zaroni, 2013).Berdasarkan asumsi diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : H1 : EVA memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen kas. 2. Hubungan IOS terhadap Kebijakan Dividen Kas. Menurut (Smith dan Watts : 1992) IOS dengan kebijakan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan, semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang diberikan,karena perusahaanbertumbuh di identifikasikan sebagai perusahaan yang free cash flow-nya rendah. Penelitian Dwi (2013) menyimpulkan Likuiditas perusahaan baik, perusahaan akan cenderung untuk menggunakan dana kas yang ada untuk membiayai IOS yang tinggi. Oleh karena itu, akan mengurangi dana kas yang tersedia untuk membayar dividen tunai.Berdasarkan asumsi diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : H2 : IOS memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen Kas. 24 Universitas Sumatera Utara 3. Hubungan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen kas. Perusahaan yang mempunyai tingkatan profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula. Sudarsi (2002), Suharli dan Oktorina (2005), Marlina dan Danica (2009) dan Kouki (2009) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen. Berdasarkan asumsi diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : H3 : Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen kas. 4. Hubungan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderating. Profitabilitas menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin besar (Sartono, 2001:123). Nur Azmi (2014) menyatakan bahwa Likuiditas tidak dapat memoderasi hubungan antara profitabilitas dan IOS terhadap dividen tunai. Berdasarkan asumsi diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : H4 : Likuiditas mampu memoderasi pengaruh Profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas. 25 Universitas Sumatera Utara 5. Hubungan EVA Terhadap Kebijakan Dividen Kas dengan Likuiditas Sebagai Variabel Moderating. Menurut Keown et.all (2001 : 621) mengatakan posisi likuiditas sangat berpengaruh terhadap kemampuan pembayar dividen karena dividen dibayarkandengan kas dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk membayardividen. Nilai EVA yang positif berarti manajemen perusahaan telah berhasil memaksimumkan nilai perusahaan dan kinerja perusahaan mengalami peningkatan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan sejalan dengan peningkatan laba perusahaan. Semakin besar laba perusahaan, dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga cenderung meningkat. Hal ini akan menarik minat para investor untuk menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki nilai EVA postif sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. Berdasarkan teori diatas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut : H5 : Likuiditas mampu memoderasi pengaruh EVA terhadap kebijakan dividen kas. 26 Universitas Sumatera Utara