KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL

advertisement
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL
(RDE) TAHAP IMPLEMENTASI PROYEK
Moch. Djoko Birmano
PKSEN, BATAN, Jakarta, Indonesia, [email protected]
ABSTRAK
KAJIAN KEBUTUHAN SDM REAKTOR DAYA EKSPERIMENTAL (RDE) TAHAP
IMPLEMENTASI PROYEK. Saat ini BATAN sedang berencana membangun Reaktor Daya
Eksperimental (RDE) yakni reaktor nuklir riset yang dapat menghasilkan daya (listrik/panas), dan
rencananya akan dibangun di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten dengan pilihan
reaktor jenis HTGR (High Temperature Gas-cooled Reactor) berdaya 10MWth. Banyak hal yang harus
dipersiapkan guna menyongsong pembangunan RDE di Indonesia, salah satunya adalah aspek penyiapan dan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Tujuan kajian adalah mengidentifikasi jumlah kebutuhan
SDM untuk tahap implementasi proyek dari sisi BATAN sebagai pemilik/utiliti RDE. Metodologi dilakukan
dengan cara mengidentifikasi kegiatan pada tahap implementasi proyek, yang akan menghasilkan jenis dan
rincian kegiatan selama tahap implementasi proyek RDE. Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi
jabatan, yang akan menghasilkan struktur organisasi yang akan memunculkan bermacam macam jabatan dan
hirarkinya, nama-nama jabatan beserta tugas fungsinya, serta jumlah kebutuhan personil masing-masing
jabatan dalam tahap implementasi proyek. Hasil kajian menunjukkan bahwa untuk mengimplementasikan
proyek RDE perlu dibentuk Project Management Organization (PMO) yang akan melaksanakan tugas dan
fungsi kegiatan tahap implementasi proyek yang meliputi fase persiapan konstruksi, konstruksi dan
komisioning. Struktur organisasi PMO yang disusun terdiri dari 8 kelompok jabatan yang masing-masing
mempunyai tugas fungsi, tanggungjawab dan wewenang tertentu. Kebutuhan SDM pada tahap implementasi
proyek RDE dari sisi BATAN sebagai pemilik berjumlah 56 orang terdiri dari 39 profesional dan 17 teknisi.
Jumlah kebutuhan SDM ini lebih sedikit dibandingkan jumlah kebutuhan SDM di TRS 200 IAEA. Hal ini
disebabkan lingkup kegiatan RDE lebih kecil dibandingkan lingkup kegiatan PLTN 900MWe yang menjadi
reference plant TRS 200 IAEA, sehingga banyak tugas dan fungsi yang ada di TRS 200 IAEA bisa digabung
dijadikan satu kelompok jabatan.
Kata kunci: kebutuhan SDM, RDE, tahap implementasi proyek
ABSTRACT
THE ASSESSMENT ON THE HUMAN RESOURCES NEEDS OF EXPERIMENTAL POWER
REACTOR FOR PROJECT IMPLEMENTATION PHASE. Currently, BATAN has being planned to
develop Experimental Power Reactor (EPR), that is the research nuclear reactor that can generate power
(electricity or heat). The EPR is planned will be built in the National Center for Research of Science and
Technology (Puspiptek) area at Serpong, South Tangerang, Banten Province, with the choice of reactor types
is HTGR with the power size of 10 MWth. Many things must be prepared in order to meet the EPR
development in Indonesia, one of which is the aspect of the preparation and development of the Human
Resources (HR). The purpose of the study is to identify the number of HRs needs for the project
implementation phase of the BATAN side as the RDE owner / utility. The methodology is initiated by
identifying the activities at the project implementation phase, which will generate the type and details of the
activities during the project implementation phase of EPR. The next phase is to do the positions
identification, which will generate an organizational structure that will bring out a wide variety of positions
and its hierarchy, the names of positions and its duties and functions, as well as the number of personnel
needs of each positions in the project implementation phase. The results showed that to implement the EPR
project need to be established Project Management Organization (PMO) which will perform the activities,
duties and functions at the project implementation phase, which covers the phase of construction
preparation, construction and commissioning. PMO structure that is prepared consists of 8 position groups,
which each position group has a certain tasks & functions, responsibility and authority. Total HR need at the
_______________________
________________________________________________
_____________________
180
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
EPR project implementation phase from the BATAN side as the RDE owner is 56 personnel consisting of 39
professionals and 17 technicians. This amount is less than the number of HR needs in the IAEA TRS 200.
This is due to the scope of EPR activities is smaller than the scope of the NPP type PWR 900MWe activities
as reference plant of IAEA TRS 200, so that many tasks and functions that exist in IAEA TRS 200 can be
combined into one position group.
Key words: HR needs, EPR, project implementation phase
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan salah satu
misi yang dituangkan dalam Renstra BATAN
tahun 2015-2019 yakni unggul di kawasan
regional
serta
bersama-sama
institusi
Pemerintah lainnya dalam menyejahterakan
masyarakat, dengan didasari peraturan
perundang-undangan yang berlaku BATAN
mempertimbangkan untuk membangun dan
mengoperasikan Reaktor Daya Eksperimental
(RDE), yang dikategorikan sebagai Reaktor
Daya Non Komersial (RDNK) yang
rencananya akan dibangun di Kawasan
Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan,
Banten[1]. RDE adalah reaktor nuklir riset yang
dapat menghasilkan daya (listrik atau panas),
sehingga di samping sebagai reaktor demo
untuk pembangkitan listrik, juga akan menjadi
reaktor eksperimen aplikasi panas proses
dalam
rangka
penguasaan
konsep
kogenerasi[1],[2],[3].
Berdasarkan Undang-Undang No. 10
Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran[4],
dinyatakan
bahwa
pembangunan,
pengoperasian, dan dekomisioning reaktor
nuklir non komersial dilaksanakan oleh Badan
Pelaksana. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 2
Tahun 2014 tentang Perizinan Instalasi Nuklir
dan Pemanfaatan Bahan Nuklir[5], Badan
Pelaksana yang dimaksud adalah Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Sebagai
Badan Pelaksana RDE, BATAN berkewajiban
menyiapkan dan mengembangkan Sumber
Daya Manusia (SDM)[6],[7] untuk seluruh
tahapan proyek RDE diantaranya tahap
implementasi proyek (project implementation
phase). Penyiapan dan pengembangan SDM ini
merupakan salah satu infrastruktur dasar yang
harus disiapkan seperti yang dipersyaratkan
oleh IAEA, yaitu Pengembangan SDM
(Human Resources Development)[8],[9].
Tahapan mendasar pertama untuk
merencanakan dan melaksanakan program
penyiapan dan pengembangan SDM PLTN
adalah mengidentifikasi dan menentukan
kebutuhan SDM secara kuantitas (jumlah) dan
kualitas (kualifikasi teknis) SDM yang
dibutuhkan untuk melaksanakan keseluruhan
tahapan proyek PLTN[10],[11],[12],[13], yaitu
sebagai berikut:
1) Tahap kegiatan pra-proyek
2) Tahap implementasi proyek
3) Tahap manufaktur peralatan dan komponen
4) Tahap konstruksi pembangkit
5) Tahap komisioning pembangkit
6) Tahap pengoperasian dan pemeliharaan
7) Tahap dekomisioning
Kebutuhan personil secara keseluruhan
ditimbulkan dari jenis dan jumlah semua tugas,
fungsi dan kegiatan yang akan dilakukan pada
setiap tahapan proyek RDE[10]. Oleh sebab itu,
pertama-tama akan diidentifikasi tugas, fungsi
dan kegiatan yang akan dilakukan pada setiap
tahapan proyek RDE, dan kemudian
disesuaikan dengan kebutuhan SDM.
Pada kajian ini, kebutuhan SDM RDE
difokuskan untuk tahap implementasi proyek
yang akan dimulai pada akhir tahun 2015.
Informasi kebutuhan SDM tahap implementasi
proyek yang disajikan meliputi tugas, fungsi
dan kegiatan yang akan dilaksanakan, struktur
organisasi pelaksana, dan jumlah kebutuhan
personil yang diperlukan.
Kajian ini sangat penting untuk
dilakukan karena merupakan kegiatan tahap
kunci yang menjadi prioritas proyek, yaitu
menyiapkan SDM untuk menjalankan kegiatan
organisasi tahap implementasi proyek (Project
Management
Organization,
PMO)
pembangunan RDE.
Tujuan dan Ruang Lingkup
Tujuan kajian adalah mengidentifikasi
tugas fungsi dan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahap implementasi proyek,
dilanjutkan dengan menyusun struktur
organisasi pelaksana/PMO dan terakhir
menentukan jumlah kebutuhan personil yang
diperlukan.
_______________________
________________________________________________
_____________________
181
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
berpendingin gas (High Temperaturre Gas
Cooled Reactor, HTGR), yang termasuk jenis
reaktor generasi ke-empat, dengan ukuran daya
10 MWth (atau output listrik sekitar 3
MWe)[14]. Desain RDE dibuat dengan mengacu
pada reaktor HTGR berdaya kecil (sesuai
dengan klasifikasi IAEA) yang telah
beroperasi. Desain RDE yang akan dibangun
harus merupakan teknologi yang sudah teruji
yang ditandai dengan sudah terlisensinya atau
terujinya komponen-komponen penyusun RDE
sesuai dengan prosedur regulasi yang
berlaku[15].
Menurut Cetak Biru Pembangunan
Reaktor Daya Eksperimental (RDE) 20142020[1],
kegiatan
pembangunan
dan
pengembangan RDE dibagi dalam 4 tahap
seperti pada Gambar 1. Pada saat ini tahap
kegiatan yang dilakukan adalah Tahap PraProyek (Tahap 1) yang merupakan tahap
penyiapan proyek termasuk kelayakan proyek
dan desain rekayasa awal (preliminary
engineering design). Tahap Implementasi
Proyek (Tahap II) baru akan dimulai pada
akhir tahun 2015. Tahap Komisioning dan
Operasi (Tahap III) akan dimulai awal tahun
2019 setelah selesainya konstruksi. Tahap
terakhir adalah tahap Pengembangan Riset
Terpadu Energi Baru Terbarukan (EBT)
dengan kogenerasi (Tahap IV) akan dimulai
akhir tahun 2019 sampai selesainya operasi
RDE tahun 2060. Pada tahap ini RDE
diharapkan akan menjadi pusat riset EBT
seperti pengembangan hidrogen, pencairan
batubara, gasifikasi batubara dan lain-lain
melalui pemanfaatan panas proses RDE dan
akan menjadi sinergi riset bagi Lembaga
Pemerintah non Kementerian di bawah
koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi
(Kemenristek).
Metodologi
Metodologi yang digunakan adalah
melakukan studi literatur, pengumpulan data
dan diskusi dengan narasumber yang
berkompeten.
Dalam melaksanakan kajian ini,
dilakukan tahapan sebagai berikut. Diawali
dengan mengidentifikasi kegiatan pada tahap
implementasi proyek, yang akan menghasilkan
jenis dan rincian kegiatan selama tahap
implementasi proyek RDE. Tahap selanjutnya
adalah melakukan identifikasi jabatan, yang
akan menghasilkan struktur organisasi yang
akan memunculkan bermacam macam jabatan
dan hirarkinya, nama-nama jabatan beserta
tugas fungsinya, serta jumlah kebutuhan
personil masing-masing jabatan dalam tahap
implementasi proyek. Tahap akhir adalah
menganalisis hasil identifikasi jabatan.
PEMBANGUNAN RDE
Sebagai
langkah
awal
untuk
pembangunan dan pengoperasian Reaktor
Daya Komersial (PLTN) mendatang di
Indonesia,
saat
ini
BATAN
sedang
merencanakan pembangunan RDE. RDE
adalah Reaktor Daya Eksperimental, yang
dikategorikan sebagai Reaktor Daya Non
Komersial (RDNK). RDE ini merupakan
Reaktor Daya Serba Guna mengingat
kegunaannya di samping sebagai reaktor demo
untuk pembangkitan listrik, juga akan menjadi
reaktor eksperimen aplikasi panas proses
dalam rangka penguasaan konsep kogenerasi,
yang
berdasarkan
undang-undang
dan
peraturan yang berlaku dapat dibangun dan
dioperasikan oleh BATAN sebagai Badan
Pelaksana.
Jenis teknologi RDE yang akan
dibangun adalah reaktor temperatur tinggi
2014
2015
2016
2019
2020
2060
Tahap IV
Tahap III
Tahap II
Tahap I
Gambar 1. Tahap Proyek RDE[
_______________________
________________________________________________
_____________________
182
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Kegiatan Tahap Implementasi
Proyek RDE
Manajemen proyek dalam pengertian
luas merupakan fungsi dari pendefinisian,
pengarahan, pengendalian dan pengoreksian
terhadap proyek atau bagian dari proyek[16].
Manajemen proyek adalah kegiatan yang
melibatkan
arah
proyek,
koordinasi,
penjadwalan dan pengendalian proyek yang
berorientasi kinerja. Hal ini membutuhkan
organisasi yang baik dan personil yang
berkualitas tinggi dan berpengalaman, karena
perannya sangat menentukan keberhasilan
proyek. Untuk itu pemilik proyek perlu
menggandeng kontraktor utama atau Architect
Engineer (AE) yang mempunyai kemampuan
mengerjakan proyek.
Oleh
karena
itu,
untuk
mengimplementasikan proyek RDE diperlukan
suatu manajemen proyek dengan membentuk
Project Management Organization (PMO).
Untuk proyek serumit dan sebesar RDE,
pemilik/utiliti menyerahkan tanggungjawab
untuk disain dan konstruksi kepada kontraktor
utama yang terpilih. Oleh karena itu, PMO
RDE terdiri dari PMO dari sisi pemilik/utiliti
dan PMO dari sisi kontraktor utama.
Kegiatan pada tahap implementasi
proyek
PLTN pada umumnya mencakup
kegiatan project engineering, pengadaan
peralatan dan bahan, konstruksi dan
komisioning, yang meliputi[10],[17],[18]:
1. Seleksi dan kualifikasi tapak
2. Penyusunan spesifikasi
3. Persiapan penawaran
4. Evaluasi penawaran
5. Negosiasi kontrak
6. Rekayasa proyek
7. Pengurusan perizinan
8. Pengadaan peralatan dan bahan
Dari hasil identifikasi, untuk PMO dari
sisi pemilik/utiliti yaitu BATAN, mempunyai
kegiatan-kegiatan sebagai berikut[1]:
a. Fase Persiapan Konstruksi
Kegiatan ini mencakup:
- Manajemen enjinering
yang
- Manajemen
kontrak
utama,
mencakup:
a. Implementasi kontrak
b. Perencanaan
dan
implementasi
pengadaan
c. Otorisasi untuk melaksanakan
- Manajemen Perizinan
a. Penyiapan dokumen perizinan (untuk
keselamatan ke BAPETEN, mencakup
izin tapak, izin konstruksi, izin
komisioning, izin operasi, dan izin
dekomisioning)
b. penyampaian dan konsultasi teknis ke
otoritas penerbit izin
- Manajemen risiko proyek
- Pengembangan/penyiapan
infrastruktur
konstruksi
- Keamanan
- Disain dan enjiniring rinci
b. Fase Konstruksi
Kegiatan ini mencakup:
- Overviu organisasi (tapak dan kantor
pusat) dan kegiatan utama selama
konstruksi
- Manajemen Site Development Plan
- Manajemen manufakturing dan konstruksi
a. Seleksi sub kontraktor/suplier
b. Pengukuran
kemajuan pekerjaan:
kemajuan disain dan enjinering,
kemajuan
pengadaan,
kemajuan
manufakturing, kemajuan konstruski,
kemajuan instalasi,
c. Project meeting untuk memantau dan
mengendalikan proyek
- Koordinasi untuk aktivitas konstruksi
- Kategorisasi paket pekerjaan konstruksi
a. Work Breakdown Structure
b. Paket-paket kerja sebagai a project
management tool
c. Kerja sipil / arsitektur
d. Mekanikal
e. Elektrikal
- Penjadwalan dan pengendalian proyek
dalam
fase
konstruksi,
termasuk
pengendalian biaya
- Perencanaan dan manajemen mutu
a. Menetapkan organisasi dan program
sistem manajemen
b. Menetapkan sistem manajemen
c. Menjamin kendali mutu
d. QA untuk desain, manufaktur,
transport, intalasi, dll
e. Surveilance untuk proses manufaktur
f. Melakukan inspeksi komprehensif
terutama untuk milestone kritis
g. Kualifikasi sub kontraktor
- Inspeksi konstruksi
_______________________
________________________________________________
_____________________
183
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
- Sistem manajemen keselamatan dan
lingkungan, meliputi
a. Budaya keselamatan
b. Evaluasi
keselamatan
sebelum
negosiasi kontrak
c. Manajemen lingkungan proyek
d. Standar lingkungan
- Pengembangan SDM
a. SDM yang ada
b. Penugasan supervisor terkait kemajuan
pekerjaan
c. Definisi tingkat keahlian (skill) SDM
d. Penyelenggaraan pelatihan
c. Fase Komisioning (bersama-sama
dengan OO)
- Proses penyelesaian konstruksi
- Proses pengambil alihan (turnover)
Identifikasi Jabatan Tahap Implementasi
Proyek RDE
Dari hasil identifikasi jabatan tahap
implementasi proyek RDE, dihasilkan struktur
organisasi yang akan memunculkan bermacam
macam jabatan dan hirarkinya, nama-nama
jabatan dan tugas fungsinya, serta jumlah
kebutuhan personil masing-masing jabatan
dalam tahap implementasi proyek.
Struktur Organisasi PMO
Untuk melaksanakan implementasi
pembangunan RDE, organisasi PKSEN
dipandang belum dapat mengakomodasi
sepenuhnya rangkaian kegiatan yang lebih
berorientasi proyek, sedangkan PKSEN yang
merupakan unit kerja teknis berorientasi pada
pengkajian dan penelitian. Untuk itu, perlu
dibentuk organisasi khusus sesuai kebutuhan
proyek, dalam hal ini diusulkan PMO yang
nantinya dapat berupa Unit Pelaksana Teknis
(UPT) yang menginduk pada organisasi
BATAN.
Manajer
Proyek
Deputi Manajer
Proyek
Kontrak
Mesin
Bidang Hukum,
Kerjasama dan
Humas
Sipil
Elektro
Unit Jaminan Mutu
Kepala Bagian TU
Ka Sub Bag
Keuangan
Ka Sub Bag
Perencanan dan
Penjadwalan
Kepala Bidang
Keteknikan/
Perekayasaan
Rekayasa Nuklir
Perizinan
Rekayasa
Mekanik
Keselamatan dan
Kesehatan
Rekayasa
Elektrik
Ka Sub Bag
Dokumentasi
dan Komunikasi
Ka Sub Bag
Administrasi
Umum
Ka Sub Bag
SDM dan
Pelatihan
Personil
Kepala Bidang
Keselamatan dan
Perizinan
Rekayasa
Kontrol&
Instrumentasi
Proteksi Radiasi
dan Lingkungan
Kepala Bidang
Konstruksi dan
Pengadaan
Hukum dan
Kerja Sama
Konsep
komersialisasi
Manajemen
Pekerjaan di
Tapak
Teknologi
Konstruksi
Bahan Bakar
Nuklir
Security dan
Safeguard
Kimia
Transfer
Teknologi
Gambar 2. Struktur Organisasi Manajemen Proyek (PMO) RDE Tahap Implementasi Proyek
_______________________
________________________________________________
_____________________
184
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
Pada Gambar 2 ditunjukkan usulan
struktur organisasi PMO tahap implementasi
proyek RDE dari sisi BATAN sebagai
pemilik/utiliti.
Struktur
ini
merupakan
modifikasi dari struktur organisasi tahap
implementasi proyek referensi dari IAEA
dalam TRS 200. Untuk melaksanakan kegiatan
pada tahap implementasi proyek yang terdiri
dari 3 fase kegiatan yaitu persiapan konstruksi,
konstruksi dan komisioning bisa dilaksanakan
oleh satu organisasi proyek PMO karena
struktur organisasi yang diusulkan tersebut
sudah memasukkan jabatan berikut personil
yang dibutuhkan untuk melaksanakan 3 fase
kegiatan tahap implementasi proyek RDE
tersebut. Selain itu, akan ada struktur
organisasi proyek tersendiri dari sisi kontraktor
utama yang melaksanakan pekerjaan proyek di
lapangan
khususnya
konstruksi
dan
persiapannya yang berbeda struktur organisasi
dan kebutuhan SDM nya.
Dari sisi BATAN sebagai pemilik RDE,
adanya PMO sebagai organisasi manajemen
proyek untuk tahap implementasi proyek
sangatlah penting dan mendesak. PMO RDE
didisain
sebagai
manajemen
satu
kepemimpinan dan satu atap
dalam
menjalankan proyek RDE. Kegiatan pada tahap
implementasi proyek yang mencakup persiapan
konstruksi, konstruksi dan komisioning sangat
membutuhkan
manajemen
yang
baik,
terstruktur dan pengambilan keputusan yang
serba cepat. Sebagai contoh untuk kegiatan
manajemen perizinan, dibutuhkan pengambilan
keputusan yang cepat dan kecepatan untuk
merevisi atau memperbaiki dokumen hasil
penilaian/evaluasi teknis dari BAPETEN. Hal
ini sangat bergantung pada kemampuan
personil dan manajemen perizinan RDE.
Dalam hal ini diperlukan manajemen satu
kepemimpinan dan satu atap. Menurut
pengalaman dalam menyiapkan dokumen
teknis sebagai persyaratan permohonan
persetujuan evaluasi tapak RDE pada tahap
pra-proyek tahun 2014, kecepatan BATAN
dalam melengkapi data dan revisi dokumen
belum maksimal. Hal ini disebabkan personil
yang terlibat dalam mengurusi perizinan RDE
tersebar di berbagai satuan kerja di BATAN,
tidak di bawah satu atap dan satu manajemen
kepemimpinan, selain itu para personil tersebut
tidak fokus hanya mengurusi perizinan RDE,
sehingga koordinasi berjalan lambat dan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menyiapkan, melengkapi dan merevisi
dokumen persyaratan perizinan.
Untuk itu perlu segera diterapkan
manajemen satu atap dan satu kepemimpinan
dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)
atau PMO untuk mengurus manajemen tahap
implementasi proyek RDE. Nantinya seluruh
personil yang terlibat dalam proyek RDE yang
selama ini tersebar di berbagai satuan kerja di
BATAN, akan disatukan dalam satu organisasi
PMO dengan satu manajemen, satu
kepemimpinan dan berada dalam satu tempat.
Selain itu semua personil yang terlibat proyek
RDE akan fokus karena hanya khusus
melaksanakan kegiatan yang terkait dengan
proyek RDE. Hal ini diharapkan akan
memudahkan koordinasi antar personil yang
terlibat dan mempercepat pelaksanaan proyek
RDE sehingga selesai tepat pada waktunya.
Tugas Fungsi Jabatan Tahap Implementasi
Proyek RDE
Tugas fungsi, tanggung jawab dan
wewenang jabatan pada tahap implementasi
proyek RDE ditunjukkan pada Tabel 1.
Jika dibandingkan dengan tugas fungsi
jabatan yang ada pada struktur organisasi tahap
implementasi proyek di TRS 200 IAEA,
terdapat perbedaan diantaranya tugas dan
fungsi manajemen pelatihan & personil,
keuangan & bisnis, dan administrasi &
hubungan masyarakat dijadikan satu dalam
bagian tata usaha.
Tabel 1. Tugas Fungsi, Tanggungjawab & Wewenang[10]
No.
1.
Nama Jabatan
Manajer Proyek
2.
Deputi Manajer Proyek
Tugas dan Fungsi
Bertanggungjawab thd keseluruhan proyek RDE: enjinering,
disain, perijinan, pengadaan/pembelian, konstruksi, instalasi,
tes pra-operasi dan startup, mengkoordinasikan semua
aktivitas proyek untuk memastikan jadwal pertemuan, biaya
dan persyaratan kualitas.
Berbagi tugas dengan manajer proyek dan menggantikan nya
ketika diperlukan
_______________________
________________________________________________
_____________________
185
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bidang
Hukum,
Kerjasama dan Humas
Unit Jaminan Mutu
Dukungan hukum proyek RDE: kontrak, kerjasama konsep
komersialisasi
Bertanggungjawab memperkenalkan dan mengkoordinasikan
program jaminan mutu dan pengendalian mutu dalam disain,
enjinering, pengadaan, konstruksi, ereksi, testing dan operasi
proyek.
Bagian Tata Usaha
Bertanggungjawab thd perencanaan proyek dan mengatur
jadwal serta akunting, pengendalian biaya, penganggaran,
pendanaan dan pembayaran2, termasuk pengawasan
perencanaan teknis dan pengendalian biaya, dokumentasi dan
komunikasi pelaksanaan proyek, SDM dan pelatihan personil,
dan administrasi umum, termasuk mendukung administrasi
manajemen proyek, layanan tambahan, penyimpanan berkas
(filing), manajemen rekaman, informasi dan hubungan
masyarakat.
Bidang
Manajemen dan pengawasan aspek teknik dan rekayasa
Keteknikan/Perekayasaan proyek yang mencakup nuklir, mekanik, elektrik,
instrumentasi&kontrol, kimia, disain pembangkit dan
spesifikasi teknis. Ulasan dan persetujuan teknis. Promosi
partisipasi industri nasional dan tranfer teknologi.
Bidang Keselamatan dan Bertanggungjawab
untuk
aspek
perizinan,
Perizinan
keselamatan&kesehatan,
proteksi
radiasi&lingkungan,
sekuriti&seifgard, termasuk memastikan disain yg aman dan
diperolehnya ijin pembangkit. Koordinasi kegiatan mengenai
prosedur perizinan. Penghubung dengan Badan Pengawas.
Bertanggungjawab untuk studi dan program lingkungan.
Bidang Konstruksi dan
Bertanggungjawab terkait manajemen pekerjaan di tapak
Pengadaan
pada tahap konstruksi termasuk teknologi konstruksinya, serta
pengadaan bahan bakar nuklir
Kebutuhan
Personil
Jabatan
Tahap
Implementasi Proyek
Jumlah kebutuhan personil jabatan pada
tahap implementasi proyek RDE ditunjukkan
pada Tabel 2.
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa
personil yang dibutuhkan pada tahap
implementasi
proyek RDE dari sisi
pemilik/utiliti (yaitu BATAN) berjumlah 56
orang yang terdiri dari profesional 39 orang
dan teknisi 17 orang. Jumlah kebutuhan
personil tersebut terbagi dalam 8 (delapan)
kelompok jabatan, yaitu Manajer Proyek;
Deputi Manajer Proyek; Unit Jaminan Mutu;
Bidang Hukum, Kerjasama dan Kontrak;
Bagian Tata Usaha; Bidang Keteknikan dan
Perekayasaan; Bidang Keselamatan dan
Perizinan; dan Bidang Konstruksi dan
Pengadaan.
Jika dibandingkan dengan jumlah
personil yang dibutuhkan pada tahap
implementasi proyek dari referensi TRS 200
IAEA, terdapat perbedaan dimana menurut
IAEA jumlah keseluruhan personil yang
dibutuhkan sekitar 56-74 orang yang terdiri
dari profesional 48-63 orang dan teknisi 8-11
orang[10],[19]. Lebih sedikitnya personil yang
dibutuhkan untuk tahap implementasi proyek
RDE dibandingkan di TRS 200 IAEA,
disebabkan lingkup kegiatan RDE lebih kecil
dibandingkan
lingkup
kegiatan
PLTN
900MWe yang menjadi reference plant TRS
200 IAEA, sehingga banyak tugas dan fungsi
yang ada di TRS 200 IAEA bisa digabung
dijadikan satu. Kenaikan daya PLTN yang
tidak terlalu mempengaruhi kebutuhan SDM
hanya untuk daya PLTN yang besar sampai
dengan 1300 MW. Sebagai contoh seandainya
akan dibangun 2 buah PLTN dengan daya 600
MW secara bersamaan atau berselang waktu
kira-kira 1 tahun, maka kebutuhan SDMnya
relatif tetap atau sama dengan sebuah PLTN
600MW[20].
_______________________
________________________________________________
_____________________
186
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
Tabel 2. Jumlah Kebutuhan Personil Tahap Implementasi Proyek RDE
1
2
3
4
5
6
7
8
Jabatan/Kelompok
Manajer Proyek
Deputi Manajer Proyek
Unit Jaminan Mutu
Kepala Bidang Hukum, Kerjasama dan
Humas
a. Monitoring Kemajuan Kontrak
b. Hukum dan Kerjasama
c. Konsep Komersialisasi
Kepala Bagian Tata Usaha
a. Subbag Keuangan
b. Subbag Perencanaan dan Penjadwalan
c. Subbag Dokumentasi dan Komunikasi
d. Subbag Administrasi Umum
e. Subbag SDM dan Pelatihan Personil
Kepala Bidang Keteknikan dan
Perekayasaan
a. Rekayasa Nuklir
b. Rekayasa Mekanik
c. Rekayasa Elektrik
d. Rekayasa Kontrol & Instrumentasi
e. Kimia
f. Transfer Teknologi
Kepala Bidang Keselamatan dan Perizinan
a. Perizinan
b. Keselamatan dan Kesehatan
c. Proteksi radiasi dan Lingkungan
d. Security dan Safeguard
Kepala Bidang Konstruksi dan Pengadaan
a. Manajemen Pekerjaan di Tapak
b. Teknologi Konstruksi
c. Bahan Bakar Nuklir
Jumlah personil keseluruhan
KESIMPULAN
Dari hasil kajian disimpulkan bahwa:
1. Untuk mengimplementasikan proyek RDE
perlu dibentuk Project Management
Organization
(PMO)
yang
akan
melaksanakan tugas dan fungsi kegiatan
tahap implementasi proyek yang meliputi
fase persiapan konstruksi, konstruksi dan
komisioning.
2. Struktur organisasi PMO yang disusun
terdiri dari 8 kelompok jabatan yang
Profesional
1
1
3
Teknisi
-
Jumlah
1
1
3
1
-
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
4
2
1
2
2
2
2
2
1
-
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
4
2
1
2
2
2
39
17
56
masing-masing mempunyai tugas fungsi,
tanggungjawab dan wewenang tertentu.
3. Kebutuhan SDM pada tahap implementasi
proyek RDE dari sisi pemilik (BATAN)
berjumlah 56 orang terdiri dari 39
profesional dan 17 teknisi.
4. Jumlah kebutuhan SDM ini lebih sedikit
dibandingkan jumlah kebutuhan SDM di
TRS 200 IAEA. Hal ini disebabkan lingkup
kegiatan RDE lebih kecil dibandingkan
lingkup kegiatan PLTN 900MWe yang
menjadi reference plant TRS 200 IAEA,
_______________________
________________________________________________
_____________________
187
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
sehingga banyak tugas dan fungsi yang ada
di TRS 200 IAEA bisa digabung dijadikan
satu kelompok jabatan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. BATAN, Cetak Biru Pembangunan
Reaktor Daya Eksperimental (RDE) 2014
– 2020, No. CB-001/RN01/SEN, Rev. 0.,
8 Maret 2014
[2]. BATAN, Program Evaluasi Tapak
Reaktor Daya Eksperimental, No. PET001/RN01/SEN, Rev. 01., 2 Mei 2014
[3]. BATAN, Sistim Manajemen Evaluasi
Tapak Reaktor Daya Eksperimental, No.
SMET-001/RN01/SEN, Rev. 01., 2 Mei
2014
[4]. (-------), Undang-undang No. 10/1997
tentang Ketenaganukliran
[5]. (-------), Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No 2/2014 tentang Perizinan
Reaktor Nuklir dan Pemanfaatan Bahan
Nuklir
[6]. M.D.Birmano
dan
Y.D.Anggoro,
“Pemetaan dan Penyiapan SDM Tahap
Pengoperasian dan Perawatan PLTN di
Indonesia,” Jurnal Pengembangan Energi
Nuklir, ISSN 1410-9816, Vol. 15, pp. 8191, 2013.
[7]. Bagiyono dan F. Basuki, “Penyiapan
SDM Untuk PLTN di Indonesia;
Penyusunan
Standar
Kompetensi
Personil,” di Prosiding Seminar Nasional
VI SDM Teknologi Nuklir, ISSN 19780176, 2010, pp. 129-138
[8]. IAEA, Milestones in the Development of a
National Infrastructure of Nuclear Power,
IAEA Nuclear Energy Series No. NG-G3.1, Vienna, 2007
[9]. IAEA, Evaluation of the Status of
National
Nuclear
Infrastructure
Development, IAEA Nuclear Energy
Series No. NG-T-3.2, Vienna, 2008
[10].IAEA, Manpower Development for
Nuclear Power, A Guide Book, IAEA
Technical Reports Series (TRS) No. 200,
Vienna, 1980
[11].IAEA, Qujalification of Nuclear Power
Plant Operations Personnel, IAEA
Technical Reports Series (TRS) No. 242,
Vienna, 1984
[12].IAEA, Guide Book on Training to
Establish and Maintain the Qualification
and Competence of Nuclear Power Plant
Personnel”, IAEA Technical Document
No. 525, Vienna, 1989
[13].IAEA, Recruitment, Qualification, and
Training of Personnel for Nuclear Power
Plant, IAEA Safety Standard Series No.
NS-G-2.8, Vienna, 2002
[14].BATAN, Justifikasi Teknis Pembangunan
Reaktor
Daya
Eksperimental,
DT.001.KRN.2014, Rev. 0, Tangerang
selatan, 2014
[15].BATAN, Spesifikasi Teknis Reaktor Daya
Eksperimental, DT.002.KRN.2014, Rev.
0, Tangerang selatan, 2014
[16].M.S.Kasim, A.H.Kuncoro, Priyanto,
Nurlaila,
“Penyiapan
Organisasi
Pengelolaan Proyek PLTN Khususnya
Pada
Tahap
Konstruksi
Dalam
Menyongsong Era Industrialisasi Di
Indonesia,” Jurnal Pengembangan Energi
Nuklir, Vol. 1, No. 3, pp. 153-162, 1999
[17].IAEA, Basic Infrastructure For a Nuclear
Power Project, IAEA TECDOC-1513,
Vienna, 2006
[18].Adiwardojo, M.S.Kasim, Suparman,
“Kegiatan Pra-Proyek Sampai Dengan Uji
Coba Dalam Proyek Pembangunan Pusat
Listrik Tenagan Nuklir,” di Prosiding
Seminar Teknologi dan Keselamatan
PLTN serta Fasilitas Nuklir, 1993, pp.
184-195
[19].W.A.Wardhana, Sudaryo, Supriyono,
“Penyiapan Pendidikan SDM Kualifikasi
Nuklir Untuk Pembangunan PLTN di
Indonesia,” di Prosiding Seminar Nasional
IV SDM Teknologi Nukir, ISSN 19780176, 2008, pp. 127-136
[20].IAEA,Nuclear Power Plant Personnel
Training And Its Evaluation, A Guide
Book, IAEA Technical Report Series
(TRS) No. 380, Vienna, 1996
_______________________
________________________________________________
_____________________
188
SEMINAR NASIONAL XI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015
ISSN 1978-0176
_______________________
________________________________________________
_____________________________________________
TANYA JAWAB
Pertanyaan
1. Apakah ide pembentukan PMO sudah
disampaikan ke Pimpinan Batan?
2. Berapa tahun tahap implementasi
proyek?
3. Berapa dana yang diperlukan selama
tahap implementasi proyek termasuk
konstruksi?
Jawaban
1. Sudah disampaikan kepada pimpinan.
2. Sesuai dengan blue print RDE
berlangsung 3 tahun (Akhir 2015 –
akhir 2018)
3. Diperkirakan sebesar 1,7 sampai 2
triliyun.
_______________________
________________________________________________
_____________________
189
Download