Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Mahasiswi di

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Perilaku Merokok
1. Perilaku
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu,
individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 2005). Sarwono
(2002) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang
dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan
sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Morgan (2006) tidak
seperti pikiran atau perkataan, perilaku merupakan sesuatu
yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun
dipelajari.
2. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta
dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya (Nursalam & Efendi, 2008).
Menurut Aditama (2002), perilaku merokok adalah
aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atau rokok. Seperti halnya perilaku lain,
perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal
(faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku
merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor
eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh
teman).
Poerwadarminta
(2004),
mendefinisikan
merokok
sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah
gulungan tembakau yang berbalut daun nipah dan kertas.
7
8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku
merokok
adalah
aktivitas
menghisap
atau
menghirup asap gulungan tembakau yang berbalut daun
nipah
dan
kertas
baik
langsung
maupun
dengan
menggunakan pipa serta dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
3. Tahap Perilaku Merokok
Menurut Leventhal & Clearly (Komasari & Helmi, 2000)
terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga
menjadi perokok, yaitu :
a. Tahap prepatory
Seseorang
mendapatkan
menyenangkan
mengenai
gambaran
merokok
yang
dengan
cara
mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap initation
Tahap
perintisan
merokok
yaitu
tahap
apakah
seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap
perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi 4 batang rokok
per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok.
d.
Tahap maintenance of smoking
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian
dari cara peraturan diri (self regulating). Merokok
dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang
menyenangkan
4. Kriteria Perokok
Menurut Aditama (2002), kriteria perokok dibagi
menjadi 3 yaitu :
9
a. Perokok berat
Mereka yang dikatakan perokok berat adalah bila
mengkonsumsi rokok lebih dari 21 batang per hari dan
selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
b. Perokok Sedang
Perokok sedang menghabiskan 11-21 batang
c. Perokok ringan
Perokok ringan menghabiskan rokok kurang dari 10
batang
Sitepoe (2000), membagi perokok menjadi 2 (dua)
jenis berdasarkan asap yang dihisap, yaitu :
a. Perokok aktif
Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap
rokok melalui mulut langsung dari rokok yang dibakar
(asap mainstrem).
b. Perokok pasif
Perokok pasif adalah orang-orang yang disekitar perokok
aktif yang menghisap rokok yang terbentuk pada ujung
rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan
ke udara oleh perokok aktif (asap sidestream).
5. Tipe Perilaku Merokok
Menurut Aditama (2002), ada empat tipe perilaku
merokok berdasarkan management of effect theory, ke
empat tipe tersebut adalah :
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
Dengan merokok seseorang merasakan penambahan
rasa yang positif, ada tipe sub tipe ini yaitu :
1) Pleasure relaxation : perilaku merokok hanya untuk
menambah atau meningkatkan kenikmatan yang
sudah didapat, misalnya merokok setelah minum
kopi atau makan
10
2) Stimulation to pick them up : perilaku merokok
hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan
perasaan
3) Pleasure of handing cigarette : kenikmatan yang
diperoleh
dengan
memegang
rokok.
Sangat
spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan
tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya
dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau
perokok
lebih
senang
berlama-lama
untuk
memainkan rokoknya dengan jari-jarinya sebelum
ia nyalakan dengan api
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan
negatif
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk
mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah,
cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enek
terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih
tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif
Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis
rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari
rokok sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak
tersedia setiap saat ia menginginkannya.
e. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan
karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi
karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin.
Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok
sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis,
11
seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia
menghidupkan api rokok bila rokok yang terdahulu telah
benar-benar habis.
6. Indikator Perilaku Merokok
Menurut Aula (2010), tiga
indikator
yang
biasa
perilaku
yang
muncul pada perokok adalah :
a. Aktivitas Fisik
Aktivitas
fisik
merupakan
ditampakkan individu saat merokok. Perilaku ini berupa
kondisi
individu
yang
sedang
memegang
rokok,
menghisap rokok dan menghembuskan asap rokok.
b. Aktivitas Psikologis
Aktivitas psikologis merupakan aktivitas yang
muncul bersamaan dengan aktivitas fisik. Aktivitas
psikologis
berupa asosiasi
individu terhadap rokok
yang diisap, yang dianggap mampu meningkatkan daya
konsentrasi, memperlancar kemampuan pemecahan
masalah,
meredakan
ketegangan,
meningkatkan
kepercayaan diri dan penghalau kesepian.
c. Intensitas Merokok Cukup Tinggi
Intensitas merokok
seberapa
cukup
sering ataupun
tinggi menunjukkan
seberapa
banyak
rokok
yang diisap dalam sehari. Sebenarnya, ketiga aktivitas
tersebut
walaupun
cenderung
hanya
muncul
secara
bersamaan,
satu atau dua aktivitas psikologis
yang menyertainya.
7. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok
Menurut
Komalasari
(2008),
faktor-faktor
mempengaruhi kebiasaan merokok antara lain:
yang
12
a. Pengetahuan
Menurut
bisa
Hamid
dalam Aula (2010),
meningkatkan
pemanfaatannya
tidak
tembakau
kecerdasan,
diperoleh
asalkan
dengan
cara
mengisap tembakau. Jika diisap dalam bentuk rokok,
itulah yang menimbulkan masalah kesehatan, seperti
gangguan
jantung,
pembulu
darah
dan problem
kesehatan lainnya. Permasalahannya ini terletak pada
proses pembakaran yang mengubah tembakau menjadi
racun. Rokok adalah benda
beracun
yang memberi
efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.
Selain kegunaan atau manfaat rokok yang secuil
itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang
yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang
bukan perokok. Rokok juga disebut sebagai jendela
awal terjadinya penggunaan narkoba. Akibat
kronik
yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah
ketergantungan. Sekali saja seseorang menjadi perokok,
maka ia akan
sulit
mengakhiri kebiasaan
itu,
baik
secara fisik maupun psikologis. Nikotin mempunyai sifat
mempengaruhi dopamine otak dengan proses yang sama
seperti zat-zat psikoaktif. Hal inilah yang tidak diketahui
masyarakat pada umumnya.
b. Jenis Kelamin
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut
pandang dinilai sangat merugikan, baik bagi diri sendiri
maupun orang lain di sekitarnya. Hampir setiap saat
dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang
merokok. Bahkan saat ini perilaku merokok sudah sangat
wajar dipandang oleh para remaja, khususnya remaja
laki-laki. Akhirnya timbul sebutan “tidak wajar” ketika
13
pria dewasa tidak merokok dan tanggapan terhadap
perilaku
merokok
pun
bermunculan
dari berbagai
perspektif.
Sebagian
pihak
berpendapat
bahwa
perilaku
merokok biasa dilakukan oleh siapa saja, bahkan wanita
sekalipun. Perilaku dinilai wajar
dan
bisa
dilakukan
siapa saja, yang tidak dibatasi oleh jenis kelamin.
Sementara
itu,
pihak lain
berasumsi bahwa
nilai
moral seorang wanita akan luntur ketika ia merokok. Hal
ini yang menjadi titik berat di sini, yakni masih berada
pada
nilai
normatif
seorang wanita, khususnya
pandangan budaya Indonesia terhadap wanita.
c. Psikologis
Ada
beberapa
alasan
psikologis
yang
menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi
atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau
ketegangan. Pada kebanyakan perokok, ikatan psikologis
dengan rokok dikarenakan adanya
kebutuhan untuk
mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif. Rokok
dibutuhkan sebagai alat keseimbangan.
Berhenti merokok
bukan
sesederhana
seperti
mengganti rokok dengan yang lain, namun lebih dari itu.
Sungguh, berhenti merokok akan
menyentuh
aspek
kejiwaan yang sangat mendasar yang mungkin selama
ini
telah
memberikan
ketenangan,
mengurangi
ketegangan, mengatasi kegelisahan dan mengalihkan
pikiran.
Mengenali alasan atau penyebab merokok, seperti
faktor kebiasaan dan kebutuhan mental (kecanduan /
ketagihan) akan memberikan petunjuk yang sesuai untuk
mengatasi
gangguan
fisik ataupun psikologis yang
14
menyertai proses berhenti merokok. Berikut ini adalah
gejala-gejala yang dapat dicermati untuk mengenali
alasan merokok.
1) Ketagihan
Adanya rasa ingin merokok yang menggebu,
mereka tidak bisa hidup selama setengah hari tanpa
rokok, merasa tidak tahan bila kehabisan rokok,
sebagian kenikmatan rokok terjadi saat menyalakan
rokok, kesemutan di lengan dan kaki, berkeringat
dan gemetar (adanya penyesuaian tubuh terhadap
hilangnya nikotin), gelisah, susah konsentrasi, sulit
tidur, lelah dan pusing.
2) Kebutuhan Mental
Merokok merupakan hal yang paling nikmat
dalam kehidupan, ada dorongan kebutuhan merokok
yang kuat karena tidak merokok, merasa lebih
berkonsentrasi sewaktu bekerja dengan merokok,
merasa lebih rileks dengan merokok, keinginan untuk
merokok saat menghadapi masalah.
3) Kebiasaan
Merasa
kehilangan
benda
yang
bisa
dimainkan di tangan, kadang-kadang menyalakan
rokok
tanpa
sadar kebiasaan merokok sesudah
makan. menikmati rokok sambil minum kopi.
d. Pekerjaan
Selama ini, merokok dianggap bisa meningkatkan
daya konsentrasi, sehingga ketika seseorang sedang
mengalami masalah dan bekerja, maka ia akan merasa
lebih tenang dan berkonsentrasi untuk
melakukan
pekerjaannya. Padahal, jika ditinjau lebih mendalam,
seseorang dianggap lebih berkonsentrasi ketika ia
15
merokok lantaran di dalam rokok terdapat bahanbahan
yang dapat menyebabkan
kecanduan.
Bagi
seseorang yang telah terbiasa merokok, maka ia akan
merasa
kurang
bergairah
dan
tidak
dapat
berkonsentrasi. Sebab, candu yang terkandung dalam
rokok mulai bereaksi di dalam dirinya.
8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Komalasari dan Helmi (2000), perilaku
merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri (internal)
juga disebabkan faktor dari lingkungan (eksternal).
a. Faktor Diri (internal)
Orang mencoba untuk merokok karena alasan
ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit
dan kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa
merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan
diri) dan menunjukkan kedewasaan. Individu juga
merokok dengan alasan sebagai alat menghilangkan
stres (Nasution, 2007).
Remaja
adanya
mulai
krisis
perkembangannya
merokok
psikososial
berkaitan
yang
dialami
dengan
pada
yaitu pada masa ketika mereka
sedang mencari jati dirinya (Komalasari dan Helmi,
2000).
b) Faktor Lingkungan (eksternal)
Menurut Soetjiningsih (2004), faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja putri
adalah:
1) Orang Tua
Perilaku remaja memang
sangat
menarik
dan gaya mereka pun bermacam-macam. Ada
yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif
16
dalam hal-hal
yang
berguna, namun
ada
juga
remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau.
Pada
masa
remaja,
remaja memulai
berjuang
melepas ketergantungan kepada orang tua dan
berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat
diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Pada
masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat
sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat
berperan pada masa remaja, salah satunya adalah
pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada
perilaku remaja. Pola asuh keluarga yang
kurang
baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang
seperti merokok, minuman keras, menggunakan
obat-obat terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
2) Teman
Pengaruh
beresiko
kelompok
terhadap
perilaku
kesehatan pada remaja dapat terjadi
melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah
pengaruh berasal kelompok , artinya ketika remaja
bergabung dengan kelompoknya maka seorang
remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan
kelompoknya,
sesuai
dengan
dikembangkan oleh kelompok
norma
yang
tersebut (Mu’tadin,
2002).
Remaja pada umumnya bergaul dengan
sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja
dipengaruhi oleh kesamaan usia, jenis kelamin dan
ras. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan,
merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan
teman (Yusuf, 2006).
17
3) Iklan Rokok
Banyaknya
iklan rokok di media cetak,
elektronik, dan media luar ruang telah mendorong
rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok.
Iklan rokok mempunyai tujuan mensponsori hiburan
bukan untuk menjual rokok, dengan tujuan untuk
mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok
untuk mencoba merokok dan setelah
mencoba
merokok akan terus berkelanjutan sampai ketagihan
(Istiqomah, 2004).
Menurut Hansen dalam Wismanto dan Budi (2007),
mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok yaitu :
a. Faktor Psikologis
Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan,
kenyamanan, merasa lepas dari kegelisahan dan juga
untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh karena itu
individu perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit
untuk berhenti merokok, daripada perokok yang bergaul
atau lingkungan sosialnya menolak perilaku merokok.
b. Faktor Biologis
Banyak
semakin
tinggi
penelitian
yang menyatakan
kadar nikotin
dalam
darah,
bahwa
maka
semakin besar pula ketergantungan seorang terhadap
rokok. Menurut
Baradja
(2008), mengungkapkan
faktor-faktor penyebab merokok dapat dibagi dalam
beberapa golongan sekalipun sesungguhnya faktorfaktor itu saling berkaitan satu sama lain
c. Faktor Genetik
Beberapa studi menyebut faktor genetik sebagai
penentu dalam timbulnya perilaku merokok dan bahwa
18
kecenderungan menderita kanker, serta tendensi untuk
merokok adalah faktor yang diwarisi bersama-sama.
Studi menggunakan pasangan kembar membuktikan
adanya pengaruh genetik, karena kembar identik,
walaupun
dibesarkan terpisah,
akan
memiliki pola
kebiasaan merokok yang sama bila dibandingkan
dengan kembar non-identik. Akan tetapi secara umum,
faktor genetik ini kurang berarti bila dibandingkan
dengan faktor lingkungan dalam menentukan perilaku
merokok yang akan timbul.
d. Faktor Kepribadian (personality)
Banyak
peneliti
mencoba
menetapkan
tipe
kepribadian perokok. Tetapi studi statistik tak dapat
memberi perbedaan yang cukup besar antara pribadi
orang
yang
merokok
dan
yang
tidak.
Lebih
bermanfaat adalah pengamatan dan studi observasi di
lapangan. Perokok biasanya memiliki prestasi akademik
kurang, tanpa minat belajar dan kurang patuh pada
otoritas. Asosiasi ini sudah secara konsisten ditemukan
sejak permulaan abad ini. Dibandingkan dengan yang
tidak merokok, perokok lebih impulsif, haus
gemar
menempuh
bahaya dan
sensasi,
risiko dan berani
melawan penguasa. Perokok merasa merokok seperti
minum teh dan kopi serta sering juga
menggunakan
obat termasuk alkohol. Perokok lebih mudah bercerai,
beralih pekerjaan, mendapat kecelakaan lalu lintas dan
enggan
mengenakan
ikat
pinggang
keselamatan
dalam mobil. Banyak dari perilaku ini sesuai dengan
sifat kepribadian dan antisosial yang sudah terbukti
berhubungan dengan kebiasaan merokok.
19
e. Faktor Kejiwaan (psikodinamik)
Dua
teori yang paling
masuk akal adalah
bahwa merokok itu adalah suatu kegiatan kompensasi
dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau adanya
suatu rasa rendah diri yang tak nyata. Ahli lainnya
berpendapat
bahwa merokok
adalah
semacam
pemuasan kebutuhan oral yang tidak dipenuhi semasa
bayi. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai pengganti
merokok pada mereka yang sedang mencoba berhenti
merokok.
f.
Faktor Sensorimotorik
Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu
sendirilah yang membentuk kebiasaan tersebut, bukan
efek
psikososial
sebungkus
rokok,
atau
farmakologiknya.
membukanya,
mengambil
Sosok
dan
memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap,
mengeluarkan sambil mengamati asap rokok, aroma,
rasa
dan
juga bunyinya
semua
berperan dalam
terciptanya kebiasaan ini.
g. Faktor Farmakologis
Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat,
mungkin pada menit pertama sejak dihisap. Cara kerja
bahan ini sangat kompleks. Pada dosis sama dengan
yang di dalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan
stimulasi dan rangsangan di satu sisi tetapi juga
relaksasi di sisi lainnya. Efek ini tergantung bukan saja
pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga
pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu
bila kita sedang marah atau takut, efeknya adalah
menenangkan. Tetapi dalam keadaan lelah atau bosan,
bahan itu akan merangsang dan memacu
semangat.
20
Dalam pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga
keseimbangan mood dalam situasi stress.
2.1.2
Pengaruh Orang Tua
1. Pengertian
Orang tua (ayah dan ibu) adalah figur atau contoh
yang akan selalu ditiru oleh anak-anaknya (Mardiya, 2000).
2. Fungsi Orang tua
a. Fungsi afektif
Gambaran diri anggota orang tua, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam orang tua, dukungan orang
tua terhadap anggota orang tua lain, saling menghargai
dan kehangatan di dalam orang tua (Friedman, 2008).
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi atau hubungan orang tua, bagaimana
orang tua belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku
(Mongks, 2007).
c. Fungsi kesehatan
Sejauhmana orang tua menyediakan pangan,
perlindungan
dan
merawat
anggota
yang
sakit,
sejauhmana pengetahuan tentang masalah kesehatan,
kemampuan orang tua untuk melakukan 5 tugas
kesehatan orang tua serta kemauan orang tua untuk
mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
d. Fungsi ekonomi
Orang
tua
memenuhi
kebutuhan
sandang,
pangan, papan. Orang tua memanfaatkan sumber yang
ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status
kesehatan. Hal yang menjadi pendukung orang tua
adalah jumlah anggota orang tua yang sehat, fasilitasfasilitas yang dimiliki orang tua untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
21
psikologis atau dukungan dari masyarakat setempat
(Friedman, 2008).
3. Interaksi Orang Tua dan Anak Remaja
a. Aspek Obyektif
Aspek
obyektif
adalah
keadaan
nyata
dari
peristiwa yang terjadi pada saat interaksi antara anak
dan orang tua berlangsung.
b. Aspek Subyektif
Aspek subyektif adalah keadaan nyata yang
dipersepsi remaja pada saat interaksi dengan orang tua
berlangsung.
Tidak
jarang
menggunakan
aspek
subyektif
remaja
cenderung
ketika
berinteraksi
dengan orang tuanya. Misalnya, orang tua yang
bertindak agak keras terhadap remaja karena merasa
khawatir dan cemas terhadap anak remajanya ternyata
justru dipersepsikan oleh remaja sebagai memarahinya.
Padahal,
sesungguhnya
orang
tua
bermaksud
melindunginya.
4. Hubungan Remaja dengan Orang Tua
Aspek yang perlu diperhatikan dalam membina
hubungan baik dengan keluarga terutama orang tua
sehubungan dengan peran remaja sebagai anak dalam
keluarga
a. Adanya sikap saling menghargai dan menghormati
hak dan kewajiban antar anggota keluarga, baik itu
anak terhadap orang tua maupun orang tua terhadap
anak.
b. Keterlibatan
membicarakan
remaja
dan
dihadapi keluarga
sebagai
memecahkan
anak
masalah
dalam
yang
22
c. Adanya toleransi anak terhadap orang tua maupun
orang
tua
terhadap
anak
terhadap
perbedaan
pendapat
d. Antara anak dan orang tua harus memiliki kemampuan
untuk memberikan alasan yang masuk akal terhadap
suatu perbuatan atau keputusan yang diambil
e. Adanya keterbukaan dan komunikasi yang baik antara
anak-orang
tua.
Sehingga
orang
tua
memiliki
kepercayaan penuh terhadap apa yang dilakukan
anak di luar sepengetahuan mereka, dan anakpun
memiliki seseorang yang tepat untuk berdiskusi dan
mencari solusi permasalahan mereka
f.
Orang tua memberikan perasaan aman dan bebas
kepada anak untuk mengadakan eksplorasi dalam
rangka mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Sedangkan anak harus memiliki tanggung jawab untuk
mempergunakan kebebasan.
g. Masing-masing anggota
keluarga harus memiliki
perasaan saling menyayangi, menciptakan keakraban,
dan meluangkan waktu untuk bersama keluarga.
h. Antara orang tua dan anak harus saling menaati
peraturan tetapi tidak cenderung mengancam.
5. Indikator Pengaruh Orang Tua
Orang tua sangat berperan pada masa remaja,
salah satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat
berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh keluarga
yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang
menyimpang seperti merokok (Depkes RI, 2005).
Indikator pengaruh orang tua dalam penelitian ini
menggunakan pola asuh orang tua, meliputi :
23
1) Mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun
mensosialisasikan yaitu mengajarkan tingkah laku
umum
yang
diterima
oleh
masyarakat
(Jas
&
Rachmadian, 2004).
2) Memiliki kewajiban untuk memberikan pengajaran
atau pendidikan yang baik untuk anaknya (Riyanto,
2000).
3) Mendisiplinkan, mendorong dan menasehati anak
agar mereka berhasil mengarungi gelombang yang
terkadang menghanyutkan pada masa remaja dan
perhatian dari orang tua atau pengasuhnya (Steede,
2009).
6.
Faktor-faktor yang Berkontribusi Dalam Pengaruh
Orang Tua terhadap Perilaku Merokok
Faktor-faktor yang berkontribusi dalam
pengaruh
orang tua terhadap perilaku merokok, antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua
serta
pengalaman
sangat
berpengaruh
mengasuh anak. Pendidikan
akan
dalam
memberikan
dampak bagi pola pikir dan pandangan orang tua
terhadap
mendidik
anaknya.
Semakin
tinggi
pendidikan yang dimiliki oleh orang tua maka akan
semakin
memperluas
dan
melengkapi
pola
berpikirnya dalam mendidik anaknya (Anwar, 2000).
b. Lingkungan
Pola asuh yang baik sulit berjalan efektif bila
tidak didukung lingkungan. Namun, kelekatan anak
orang tua dapat meminimalkan pengaruh negatif
lingkungan.
Lingkungan
perkembangan
anak,
banyak
maka
tidak
mempengaruhi
mustahil
jika
24
lingkungan ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan
yang diberikan orang tua terhadap anak (Anwar,
2000).
c. Budaya
Sering
kali orang tua mengikuti cara-cara
yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh
anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil
dalam mendidik anak ke arah kematangan. Orang tua
mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di
masyarakat dengan baik. Oleh karena itu kebudayaan
atau kebiasaan masyarakat
juga
mempengaruhi
dalam mengasuh anak
setiap
orang
tua
dalam
memberikan pola asuh pada anaknya (Anwar, 2000).
d. Umur
Umur merupakan
seseorang,
bertambah
perilaku
indikator
kedewasaan
semakin bertambah umur semakin
pengetahuan
yang
sesuai
yang
untuk
dimiliki,
serta
mendidik
anak
(Notoatmodjo, 2003).
e. Tingkat Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi
pola asuh yang dilakukan oleh suatu masyarakat, ratarata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik
akan
memilih
pola
asuh
yang
sesuai
dengan
Indonesia,
teman
perkembangan anak (Effendy, 2008).
2.1.3
Pengaruh Teman
1. Pengertian
Dalam
kamus
besar
Bahasa
diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang samasama bekerja atau berbuat (Anonim, 2002). Sementara
dalam Mu’tadin (2002) menjelaskan bahwa teman adalah
25
kelompok orang-orang yang seumur dan mempunyai
kelompok sosial yang sama, seperti teman sekolah atau
teman sekerja.
Teman (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering
didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan
ciri-ciri seperti kesamaan tingkat usia. Lebih lanjut Hartup
dalam Santrock (1983) mengatakan bahwa teman (Peers)
adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau
kedewasaan yang sama. Akan tetapi oleh Lewis dan
Rosenblum dalam Samsunuwiyati (2005) teman
lebih
ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka saya
mendefinisikan teman sebagai interaksi individu pada anakanak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta
melibatkan
keakraban
yang
relatif
besar
diantara
kelompoknya
2. Fungsi Kelompok Teman
Kelompok teman merupakan interaksi awal bagi
anak-anak dan remaja pada lingkungan sosial. Mereka
mulai belajar bergaul dan berinteraksi dengan orang lain
yang bukan anggota keluarganya. Ini dilakukan agar mereka
mendapat pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman
nya sehingga akan tercipta rasa aman
(Samsunuwiyati,
2005).
Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa
hubungan sosial dengan teman memiliki arti yang sangat
penting bagi perkembangan pribadi. Salah satu fungsi
kelompok teman yang paling penting adalah menyediakan
suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di
luar keluarga. Anak-anak atau remaja menerima umpan
balik
tentang
kemampuan-kemampuan
mereka
dari
26
kelompok teman. Mengevaluasi apakah yang mereka
lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan
oleh anak-anak lain (Samsunuwiyati, 2005).
Kelompok memenuhi kebutuhan pribadi remaja,
menghargai mereka, menyediakan informasi, menaikan
harga diri, dan memberi mereka suatu identitas. Remaja
bergabung dengan suatu kelompok dikarenakan mereka
beranggapan keanggotaan suatu kelompok akan sangat
menyenangkan dan menarik serta memenuhi kebutuhan
mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan. Mereka
bergabung dengan kelompok karena mereka akan memiliki
kesempatan untuk menerima penghargaan, baik yang
berupa
materi
maupun
psikologis.
Kelompok
juga
merupakan sumber informasi yang penting. Saat remaja
berada dalam suatu kelompok belajar, mereka belajar
tentang strategi belajar yang efektif dan memperoleh
informasi yang berharga tentang bagaimana cara untuk
mengikuti suatu ujian.
Hartup dalam Didi Tarsadi (2005), mengidentifikasi
empat fungsi teman, yang mencakup :
a. Hubungan teman
sebagai sumber emosi (emotional
resources), baik untuk memperoleh rasa senang
maupun untuk beradaptasi terhadap stres
b. Hubungan teman
sebagai sumber kognitif (cognitive
resources) untuk pemecahan masalah dan perolehan
pengetahuan
c. Hubungan
keterampilan
komunikasi
keterampilan
ditingkatkan;
teman
sosial
sosial,
masuk
sebagai
dasar
konteks
(misalnya
keterampilan
kelompok)
di
mana
keterampilan
kerjasama
dan
diperoleh
atau
27
d. Hubungan teman
sebagai landasan untuk terjalinnya
bentuk-bentuk hubungan lainnya (misalnya hubungan
dengan saudara kandung) yang lebih harmonis.
Lebih lanjut lagi secara lebih rinci Kelly dan Hansen
dalam Samsunuwiyati (2005) menyebutkan enam fungsi
positif dari teman, yaitu :
a. Mengontrol impuls-impuls agresif.
b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta
menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok
teman
memberikan
dorongan
bagi
remaja
untuk
mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka.
c. Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan
penalaran
dan
belajar
untuk
mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara
yang lebih matang.
d. Mengembangkan
sikap
terhadap
seksualitas
dan
tingkah laku peran jenis kelamin.
e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai.
f.
Meningkatkan harga diri (self-esteem). Menjadi orang
yang disukai oleh sejumlah besar teman-temannya
membuat remaja merasa enak atau senang senang
tentang dirinya.
3. Jenis Kelompok Teman
Menurut Kelly dan Hansen dalam Samsunuwiyati
(2005), dalam kehidupan sehari-hari remaja selalu bersama
dengan teman-temannya, sehingga remaja sering tergabung
dalam kelompok-kelompok tertentu. Pra ahli psikologi
sepakat bahwa terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk
dalam masa remaja. Kelompok tersebut adalah sebagai
berikut :
28
a. Sahabat Karib (Chums)
Chums
yaitu
kelompok
dimana
remaja
bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang
sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-3
orang dengan jenis kelamin sama, memiliki minat,
kemauan-kemauan yang mirip.
b. Komplotan sahabat (Cliques)
Cliques biasnya terdiri dari 4-5 remaja yang
memiliki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan
yang relatif
sama. Cliques biasanya terjadi dari
penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua Chums
yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa remaja
awal. Jenis kelamin remaja dalam satu Cliques
umumnya sama.
c. Kelompok banyak remaja (Crowds)
Crowds biasanya terdiri dari banyak remaja, lebih
besar dibanding dengan Cliques. Karena besarnya
kelompok, maka jarak emosi antara anggota juga agak
renggang. Dengan demikian terdapat jenis kelamin
berbeda serta terdapat keragaman kemampuan, minat
dan kemauan di antara para anggota. Hal yang dimiliki
dalam kelompok ini adalah rasa takut diabaikan atau
tidak diterima oleh teman-teman dalam kelompok
remaja.
Dengan
kata
lain
remaja
ini
sangat
membutuhkan penerimaan peer-groupnya.
4. Penerimaan dan Penolakan Teman
Kelly dan Hansen dalam Samsunuwiyati (2005),
menyatakan dalam kelompok teman remaja ada remaja
yang diterima dan ditolak. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
29
a. Faktor-faktor
yang
menyebabkan
seorang
remaja
diterima
1) Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi
antara lain : tampang yang baik, atau paling tidak
rapi dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok
2) Kemampuan pikir antara lain : mempunyai inisiatif,
banyak memikirkan kepentingan kelompok dan
mengemukakan buah pikirannya
3) Sikap, sifat, perasaan antara lain : bersikap sopan,
memperhatikan orang lain, penyabar atau dapat
menahan marah jika berada dalam keadaan yang
tidak menyenangkan dirinya
4) Pribadi
meliputi
bertanggung
jujur
jawab
pekerjaannya,
kelompok,
dan
dan
menaati
mampu
dapat
suka
dipercaya,
menjalankan
peraturan-peraturan
menyesuaikan
diri
dalam
seorang
remaja
berbagai situasi dan pergaulan sosial.
b. Faktor-faktor
yang
menyebabkan
ditolak
1) Penampilan (performance) dan perbuatan antara
lain meliputi : sering menantang, malu-malu, dan
senang menyendiri
2) Kemampuan pikir meliputi :
bodoh sekali atau
sering disebut tolol
3) Sikap, sifat meliputi : suka melanggar norma dan
nilai-nilai kelompok, suka menguasai anak lain,
suka curiga, dan suka melaksanakan kemauan
sendiri
4) Ciri lain : faktor rumah yang terlalu jauh dari tempat
teman sekelompok. Arti penting dari penerimaan
atau penolakan teman
dalam kelompok bagi
30
seseorang
remaja
adalah
pengaruh yang kuat
bahwa
mempunyai
terhadap pikiran,
sikap,
perasaan, perbuatan-perbuatan dan penyesuaian
diri remaja. Akibat langsung dari penerimaan teman
bagi
seseorang
berharga
dan
kelompoknya.
remaja
berarti
Hal
adalah
serta
yang
adanya
rasa
dibutuhkan
bagi
demikian
ini
akan
menimbulkan rasa senang, gembira, puas bahkan
rasa bahagia. Hal yang sebaliknya dapat terjadi
bagi remaja yang ditolak oleh kelompoknya yakni
adanya frustasi yang menimbulkan rasa kecewa
akibat penolakan atau pengabaian itu.
5. Aspek-Aspek Faktor Pengaruh Teman
Sears (2004) mengemukakan secara eksplisit bahwa
aspek-aspek
pengaruh
adalah
kepercayaan
terhadap
kelompok, kurangnya kepercayaan pada penilaian sendiri,
rasa takut terhadap penyimpangan dan celaan sosial. Hal ini
dapat dijabarkan bahwa semakin besar kepercayaan
individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang
benar, semakin besar pula individu tersebut berpengaruh,
individu yang percaya dan yakin terhadap kemampuan
sendiri tidak akan terpengaruh untuk berpengaruh, individu
cenderung berkonform untuk menghindari celaan, individu
tidak mau dilihat sebagai orang yang lain dari pada yang
lain .
Azhadi (2004) menyatakan bahwa remaja yang
mengalami pengaruh pada umumnya ditandai dengan
beberapa aspek sebagai berikut:
1) Distorsi persepsi adalah dalam kondisi ini remaja tunduk
dan tidak menyadari bahwa persepsi remaja tersebut
telah
dibelokkan
secara
sengaja
oleh
mayoritas
31
kelompok, sehingga
remaja tersebut merasa bahwa
persepsi mayoritas adalah persepsi yang benar.
2) Distorsi tindakan adalah pada kondisi ini remaja tunduk
pada kemauan kelompok karena merasa dituntut atau
ditekan untuk tidak berbeda dengan kelompok, sehingga
tidak jarang remaja akan lebih mementingkan tuntutan
kelompok dari pada tuntutan remaja itu sendiri
3) Distorsi penilaian adalah pada kondisi tersebut remaja
akan mengalami evaluasi kelompok, sehingga penilaian
diri remaja tersebut akan dihadapkan pada penilaian
kelompok. Pada kondisi demikian remaja cenderung
kurang menyakini penilaiannya sendiri dan cenderung
mengikuti penilaian kelompok.
6. Hubungan Pengaruh Teman dengan Perilaku Merokok
Pada anak remaja usia belasan tahun, hubungan
pertemanan yang seusia atau sebaya menjadi lebih penting
jika dibandingkan dengan hubungan di saat atau masa
kanak-kanak,
memperlihatkan
kebutuhan
terhadap
kebutuhan sosial, keanggotaan kelompok dan mempunyai
teman dekat dan menghabiskan waktu utama atau penting
dengan teman sebaya mereka. Sehingga pada periode atau
masa remaja, seorang remaja menjadi mudah memulai
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang lazim
dibandingkan pada periode atau masa lainnya (Harakeh
dkk.2006).
Remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman
sebaya, di mana remaja mengalami perubahan – perubahan
tingkah laku sebagai salah satu usaha penyesuaian.
Penyesuaian suatu perilaku atau sikap supaya sesuai atau
cocok dengan norma suatu kelompok disebut dengan
pengaruh (Myers, 2006). Remaja mempersepsikan bahwa
32
perilaku merokok sebagai simbol status kedewasaan,
tampak glamor, membuat tertarik lawan jenis, karena
menyenangkan
dan
membuat
penampilan
menarik
(Sarafino, 2000).
Perilaku merokok yang dilakukan remaja cenderung
tidak
dilakukan
sendiri
melainkan
bersama-sama
menginginkan atau salah satu pihak terpaksa melakukan
karena terdesak atau di bawah ancaman pihak lain karena
takut di cemooh, dijauhi bahkan di benci oleh temantemannya dalam kelompok. Di sisi lain disadari atau tidak
oleh para perilaku perokok mempunyai dampak negatif baik
bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Remaja
cenderung
melupakan
mementingkan
aturan
kesehatan
dan
kebutuhan untuk diterima oleh
lebih
teman
sebayanya.
Teman sebaya sebagai teman yang baik atau teman
terbaik bagi anak remaja dan mereka merupakan saudara
kandung yang sepantaran atau seusia bagi anak remaja.
Fungsi teman terbaik adalah sebagai teman dekat dan
biasanya mereka juga merupakan anggota kelompok dari
kelompok persahabatan dikalangan anak remaja dan
sehingga, seperti halnya yang dijelaskan dalam penelitian
sebelumnya, mereka mempengaruhi permulaan merokok
pada anak remaja. Saudara kandung sepantaran atau
usianya hampir sama, dalam hal ini bukan hanya anggota
keluarga tetapi juga teman sebaya bagi anak remaja
(Harakeh.2008).
33
2.1.4
Iklan
1. Pengertian Iklan
Dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia dinyatakan bahwa : “Iklan adalah segala bentuk
pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu
media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta
ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat”
(Niken, 2007). Iklan diartikan sebagai berita pesanan untuk
mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada
barang dan jasa yang dijual, dipasang pada media massa
seperti surat kabar, majalah atau di tempat-tempat umum.
Sedangkan istilah periklanan merujuk kepada pemahaman
keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.
Dalam pengertian iklan perlu diingat adanya kata-kata
yang berkaitan dengan pesanan dan khalayak ramai. Iklan
adalah suatu kegiatan yang menyampaikan berita, tetapi
berita
yang
disampaikan
atas
pesanan
pihak
yang
menginginkan agar produk atau jasa yang dijual dapat
diterima dan dibeli oleh konsumen.
Periklanan adalah komunikasi komersil dan non
personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya
yang ditransmisikan kesuatu khalayak, target melalui media
bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah,
pengeksposan
langsung,
reklame
luar
ruang,
atau
kendaraan umum (Monle lee, 2007).
Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa,
terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan
yaitu gambar, warna, dan bunyi. Iklan menggunakan sistem
tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun ikon.
Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri
34
dari dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Lambang verbal
adalah bahasa yang kita kenal, lambang non verbal adalah
bentuk dan warna yang disajikan yang tidak secara meniru
rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna
serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya, seperti
gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003).
2. Fungsi Periklanan
Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal
sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting
bagi perusahaan bisnis dan organisasi yaitu:
a. Memberi informasi (Informing)
Periklanan membuat konsumen sadar
(aware)
akan
merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai
fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan
citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk
alat komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau
khalayak luas dengan biaya perkontak relatif rendah,
periklanan
memfasilitasi
pengenalan
(introduction)
merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan
terhadap
merek-merek
yang
telah
ada,
dan
meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen
(TOMA-Top Of Mind Awareness) untuk merek-merek
yang sudah ada dalam kategori produk yang matang.
b. Mempersuasi (Persuading)
Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk)
pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang
diiklankan.
c. Mengingatkan (Reminding)
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam
ingatan para konsumen. Periklanan yang efektif juga
meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang
35
sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin
tidak
akan
dipilihnya.
Periklanan,
lebih
jauh
didemonstrasikan untuk memengaruhi pengalihan merek
(brand swictching) dengan mengingatkan para konsumen
yang akhir-akhir ini belum membeli suatu merek yang
tersedia
dan
mengandung
atribut-atribut
yang
menguntungkan.
d. Memberikan nilai tambah (Adding value )
Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan
memengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang
efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih
elegan, lebih gaya, lebih bergengsi dan lebih unggul dari
tawaran pesaing (Terence, 2003).
3. Strategi Iklan
Strategi
jembatan
komunikasi
yang
dipakai
mengkomunikasikan
suatu
kompetitornya. Orang-orang
gaya, nada,
adalah
siasat,
kreator
pesan
agar
cara
iklan
dan
dalam
berbeda
dari
kreatif harus mendapatkkan
kata-kata, dan bentuk untuk melaksanakan
pesan. Semua unsur ini harus dapat menyampaikan citra
dan pesan yang terpadu. Karena hanya sedikit orang yang
membaca beritanya, gambar dan kepala berita harus
mengikhtisarkan
disajikan
dalam
usulan penjualan. Pesan apapun dapat
berbagai
gaya
pelaksanaan
seperti
potongan kehidupan, gaya hidup, fantasi, suasana atau
citra, musik, simbol kepribadian, keahlian teknis, bukti ilmiah
atau bukti kesaksian (Kotler, 2001).
Penyampaian pesan juga harus memilih nada yang
tepat untuk iklan tersebut. Harus diperoleh kata-kata yang
mudah diingat dan menarik perhatian. Unsur bentuk seperti
ukuran, warna dan ilustrasi iklan memberikan perbedaan
36
baik
terhadap
kemampuan
pengaruh
iklan
dapat
meningkatkan
menarik perhatiannya. Iklan ukuran besar
menarik lebih banyak perhatian, walau tidak sebesar
perbedaan biayanya. Ilustrasi empat warna dan bukannya
hitam putih akan meningkatkan efektifitas dan biaya iklan.
Sejumlah
periset
mengenai
iklan
cetakan
melaporkan bahwa gambar, kepala berita, dan berita
penting, sesuai urutan tersebut. Pembaca pertama-tama
memperhatikan gambar, dan gambar harus cukup menarik
untuk menarik perhatian. Kemudian kepala berita harus
efektif dalam mendorong orang tersebut untuk membaca
beritanya. Berita itu sendiri
harus disusun dengan baik.
Bahkan setelah itupun, suatu iklan yang betul-betul bagus
akan diperhatikan oleh kurang dari 50% audiensnya, sekitar
30% dari audiensnya itu mungkin ingat maksud kepala
beritanya, sekitar 25% mungkin ingat nama pengiklan, dan
kurang dari 10% telah membaca sebagian besar beritanya.
Sayangnya iklan-iklan biasanya tidak mencapai hasil seperti
itu (Kotler, 2001).
Agar seluruh elemen iklan dapat disampaikan secara
tuntas kepada audiens
hendaknya dapat memenuhi
ketentuan AIDA yaitu getting Attention (menarik perhatian
audience), holding Interest (menarik minat audiences
membaca, mendengarkan atau melihat pesan sampai
selesai), arousing Desire (menimbulkan keinginan audiens
memiliki atau mempergunakan barang atau jasa yang
diiklankan) dan obtaining Action
(menyakinkan audiens
melakukan sesuatu yang bersifat positif), misalnya membeli
produk atau bersikap baik terhadap merek dagang atau
perusahaan pemasang iklan (Kleinsteuber, 2002).
37
Hal
yang
sama
juga
diungkapkan
oleh
Djayakusumah (1982), agar iklan berhasil merangsang
tindakan pembeli harus memenuhi kriteria AIDCDA yaitu
Attention (mengandung daya tarik), Interest (mengandung
perhatian dan minat, Desire (memunculkan keinginan untuk
mencoba
atau memiliki),
Conviction (menimbulkan
keyakinan terhadap produk), Decision
(menghasilkan
kepuasan terhadap produk), dan Action (mengarah tindakan
untuk membeli) (Nirmana, 2003).
4. Elemen-Elemen Iklan di Televisi
Beragam
elemen
biasanya
terpadu
untuk
menciptakan dampak visual dari iklan-iklan di televisi.
Namun elemen seperti
audiovisual
tidak bisa berdiri
sendiri, elemen audiovisual harus didampingi elemenelemen lain agar dapat menciptakan iklan televisi yang
spektakuler dan efektif.
Berikut ini adalah elemen-elemen yang ada dalam
iklan televisi (Wells,2002) :
a. Video, yakni yang menyangkut segala visualisasi yang
muncul pada iklan televisi
b. Audio, merupakan keseluruhan unsur audio yang
ditampilkan pada iklan televisi yang biasanya berupa
musik, suara, efek suara, ataupun yang berupa voice
over dari talent yang tampil di iklan ataupun narator
yang tidak kelihatan.
c. Talent, merupakan pemeran ataupun tokoh-tokok yang
muncul pada sebuah iklan di televisi.
d. Promps, merupakan produk yang diiklankan pada iklan
televisi.
e. Setting, merupakan lokasi pembuatan iklan suatu iklan
pada televisi baik.
38
f.
Lighting,
merupakan
efek
pencahayaan
yang
ditampilkan di iklan televisi yang digunakan sebagai
pelengkap iklan atau mempertegas suatu adegan yang
muncul dalam iklan televisi.
g. Graphics, merupakan keseluruhan efek grafis yang ada
pada sebuah iklan televisi yang dapat berupa tulisan
(seperti ilustrasi, desain ataupun ilustrasi foto.
h. Pacing,
merupakan
kecepatan
dari
setiap
frame
ataupun adegan yang ditampilkan dalam sebuah iklan
ditelevisi.
5. Iklan Rokok di Televisi
Media
televisi
dengan
keunggulan
daya
jangkauannya yang luas, serta tampilan dalam bentuk audio
dan visual, televisi menjadi media pilihan utama produsen
rokok
untuk
mempromosikan
komunikasi kreatif
produknya.
Strategi
iklan rokok tersebut sebagian besar
menggunakan kombinasi slice or life, story line, dan closeup. Strategi
kehidupan
slice or life memanfaatkan penggalan dari
sehari-hari
dalam
bersosialisasi
dengan
masyarakat lain. Strategi story line dipakai untuk membuat
semua khalayak, tertarik mengikuti alur cerita iklan, yang
pada umumnya
menarik, seperti penggalan film pendek.
Strategi close-up dipakai dalam
iklan rokok untuk
menunjukkan kejelasan ekspresi pemeran iklan. Ketiga
strategi komunikasi dalam penyampaian pesan tersebut
saling mendukung dan menciptakan iklan yang menarik,
kreatif, dan sesuai dengan khalayak sasarannya.
6. Indikator Iklan Rokok
Pengertian dari iklan rokok dalam PP RI No. 19
Pasal
1
Thn.
2003
adalah
suatu
kegiatan
untuk
memperkenalkan, memasyarakatkan dan mempromosikan
39
rokok dengan atau tanpa imbalan kepada masyarakat
dengan
tujuan
mempengaruhi
konsumen
agar
menggunakan rokok yang ditawarkan.
Iklan rokok secara tidak langsung dapat mendorong
para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan
mencoba untuk merokok. Iklan
tersebut menggambarkan
bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria, melambangkan
kejantanan dan sportivitas serta life style merupakan alasan
utama para wanita merokok. Rokok menjadi gaya hidup dan
citra diri individu yang sehat, sukses dan dinamis. Dalam
usahanya memperluas pasar bagi produknya, perusahaan
rokok,
bahkan
utamanya,
menjadikan
remaja
sebagai
target
mengingat kebiasaan merokok akan terbawa
terus sampai dewasa (Utamadi, 2011).
Selama ini orang menganggap citra atau image dari
merokok menandakan orang
gaul,
terlihat
keren,
membuat tubuh bugar, stres hilang, menjaga kecantikan
atau membuat
tubuh
ideal.
Ini adalah akibat promosi
rokok yang dilakukan sedemikian rupa. Di Indonesia,
perusahaan rokok
berlomba-lomba memberikan sponsor
pada kegiatan olahraga, acara remaja, dan konser musik.
Dalam
promosinya,
rokok
diasosiasikan
dengan
keberhasilan dan kebahagiaan (Utamadi, 2011).
Remaja merupakan kelompok tertinggi yang rentan
terhadap pengaruh iklan, baik di media massa (cetak
dan
elektronik)
maupun
Sekitar 86 persen
papan
iklan dipinggir
jalan.
remaja di dunia mengisap satu
jenis
merek rokok yang paling sering diiklankan, terutama di
televisi.
yang
Sedangkan
memilih
jenis
orang dewasa
rokok
yang
hanya
sama
30
persen
meskipun
kemungkinannya mereka lebih sering menyaksikan iklannya
40
dibanding para remaja. Melihat iklan di media massa
yang
menampilkan
gambaran
bahwa perokok adalah
lambang kejantanan membuat remaja sering kali terpicu
untuk mengikuti perilaku yang ada dalam iklan tersebut
(Kuswandi, 2007).
7. Hubungan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok
Salah satu kategori iklan yang dibatasi adalah iklan
rokok. Batasan yang ditulis dalam kode etik periklanan
adalah iklan rokok tidak boleh memperlihatkan produknya
serta penggunaannya. Karena batasan itu maka tampilan
iklan rokok banyak memberikan
image
atau simbolisasi
visual iklannya. Hampir semua iklan produk rokok ditelevisi
dengan
untuk
bahasa-bahasa simboliknya mengajak penonton
bermimpi,
melayang
membayangkan
suatu
kesenangan atau kenikmatan yang pada akhirnya mau
mengkonsumsi produk yang ditawarkan.
Melihat iklan di
media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja kerapkali terpicu untuk mengikuti seperti
yang ada dalam iklan tersebut (Trim, 2006).
2.1.5
Kepribadian
1. Pengertian
Kepribadian merupakan
pola khas seseorang
dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif
stabil
dan
dapat
diperkirakan
(Dorland,
2002).
Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan
bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari
lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi
kejiwaan
seseorang
dan
mempengaruhi
terhadap kehidupan (Weller, 2005).
sikapnya
41
Berdasarkan
pengertian
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak
perilaku dan sifat yang khas
dan dapat diperkirakan
pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak
tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional
yang khas bagi individu itu.
2. Tipe Kepribadian
Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran,
emosi, dan perilaku yang berbeda serta mempunyai
karakteristik yang menentukan gaya personal individu
dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan.
Orang dengan kepribadian tipe A (introvert) lebih mudah
mengalami gangguan akibat adanya stres dari pada
orang dengan kepribadian tipe B (ekstrovert) Hawari
(2001).
Menurut Hawari (2001), ciri-ciri orang dengan
kepribadian tipe A (introvert) dan tipe kepribadian B
(ekstrovert) antara lain:
1) Tipe A (introvert)
Sikap
introvert
mengarahkan
pribadi
ke
pengalaman subjektif, memusatkan diri pada dunia
dalam, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak
ramah, bahkan antisosial. Seseorang juga mengamati
dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara
selektif
dan
menggunakan
pandangan
subjektif
mereka sendiri. Ciri-ciri orang dengan tipe introvert
adalah
sulit
bergaul,
hatinya
tertutup,
sulit
berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian diri
dengan lingkungan sekitar kurang baik.
2) Tipe B (ekstrovert)
42
Sikap
ekstrovert
mengarahkan
pribadi
ke
pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke
dunia luar, cenderung berinteraksi dengan orang
disekitarnya, aktif dan ramah. Ciri-ciri anak tipe
ekstrovert biasanya mudah bergaul, hatinya terbuka,
hubungan dengan orang lain lancar dan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian.
Menurut Purwanto (2006) terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
a. Faktor Biologis
Faktor
biologis
merupakan
faktor
yang
berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering
kali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan
genetik, pencernaan, pernapasaan, peredaran darah,
kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan,
dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan
jasmani
setiap
orang
sejak
dilahirkan
telah
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini
dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini
menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada
pada
setiap
keturunan,
orang
dan
ada
ada
yang
pula
diperoleh
yang
dari
merupakan
pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan
fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada
kepribadian seseorang.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah
masyarakat yakni manusia-manusia lain di sekitar
individu yang bersangkutan. Termasuk juga
dalam faktor sosial
adalah
ke
tradisi-tradisi, adat
43
istiadat,
peraturan-peraturan,
bahasa,
dan
sebagainya yang berlaku di masyarakat itu. Sejak
dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orangorang
di sekitarnya.
Dengan
lingkungan
yang
pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan
anak,
peranan
menentukan
keluarga
bagi
sangat
penting
pembentukan
dan
kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang
berlainan memberikan pengaruh yang bermacammacam pula terhadap perkembangan kepribadian
anak.
Pengaruh
lingkungan
keluarga
terhadap
perkembangan anak sejak kecil adalah sangat
mendalam dan menentukan perkembangan pribadi
anak
selanjutnya.
Hal
ini
disebabkan
karena
pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama,
pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah
dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi
karena berlangsung terus menerus, serta umumnya
pengaruh itu diterima dalam suasana bernada
emosional. Kemudian semakin besar seorang anak
maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial
makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa
faktor
sosial
mempunyai
pengaruh
terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian.
c. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian
pada
diri
masing-masing
orang
tidak
dapat
dipisahkan dari
kebudayaan masyarakat di mana
seseorang
dibesarkan.
kebudayaan
itu
yang
Beberapa
sangat
aspek
mempengaruhi
44
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara
lain:
1) Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilainilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusiamanusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk
dapat
diterima
sebagai
anggota
suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang
selaras dengan kebudayaan yang berlaku di
masyarakat itu.
2) Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku di suatu
daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang
harus ditaati oleh anggota-anggotanya,
juga
menentukan
dan
pula
cara-cara
bertindak
bertingkah laku yang akan berdampak pada
kepribadian seseorang.
3) Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi
rendahnya
pengetahuan
dan
keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan
masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu
masyarakat makin berkembang pula sikap hidup
dan cara-cara kehidupannya.
4) Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang
telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah
satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas
dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan
bahasa
dengan
kepribadian
manusia
yang
memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan
45
alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat
menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap,
bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan
orang lain.
5) Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat /
bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat
yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal
itu semua sangat mempengaruhi kepribadian
manusia yang memiliki kebudayaan itu.
8. Hubungan Kepribadian dengan Perilaku Merokok
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin
tahu atau ingin melepaskan diri dari sakit fisik atau jiwa,
membebaskan diri dari kebosanan. Disamping itu, orang
juga memiliki tingkat kompromi sosial tinggi juga lebih
cenderung mudah untuk terjebak dalam rokok (Trim, 2006).
2.1.6
Mahasiswi
1. Pengertian Mahasiswi
Susantoro (dalam Rahmawati, 2006) mengatakan
bahwa mahasiswi adalah kalangan muda yang berumur
antara 19-28 tahun yang memang dalam usia tersebut
mengalami suatu peralihan dri tahap remaja ke dewasa.
Susantoro mengatakan bahwa sosok mahasiswi juga
kental
dengan
nuansa
kedinamisan
dan
sikap
keilmuwannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan
kenyataan obyektif, sistematis dan rasional.
Kenniston (dalam Morgan, 2006) mengatakan
bahwa mahasiswi adalah suatu periode yang disebutnya
dengan (studenthood) atau masa belajar yang terjadi
46
pada individu yang memasuki post secondary education
yang sebelum masuk pada dunia kerja yang menetap.
2. Ciri-Ciri Mahasiswi
Menurut Kartono (2003), mahasiswi merupakan
anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu
antara lain :
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk
belajar
di
perguruan
tinggi,
sehingga
dapat
digolongkan sebagai kaum intelegensia.
b. Yang
karena
kesempatan
di
atas
diharapkan
nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang
mampu
dan
terampil,
baik
sebagai
pemimpin
masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
c. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang
dinamis bagi proses modernisasi.
d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai
tenaga yang berkualitas dan profesional.
3. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Mahasiswi
Merokok
a. Pengaruh Orang tua
Mahasiswi yang berasal dari rumah tangga
yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu
memperhatikan
anak-anaknya
dan
memberikan
hukuman fisik yang lebih keras, lebih mudah untuk
menjadi perokok dibandingkan mahasiswi muda
yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia (Baer & Corado dalam Fuadah, 2012).
b. Pengaruh teman.
Semakin banyak mahasiswi merokok maka
semakin besar kemungkinannya adalah perokok juga
ada dan sebaliknya. Kemungkinan yang terjadi,
47
adalah mahasiswi terpengaruh oleh teman-temannya
atau
bahkan
dipengaruhi
teman-teman
oleh
diri
mahasiswi
mahasiswi
tersebut
tersebut
dan
akhirnya mereka semua menjadi perokok (Mu’tadin,
2002 dalam Fuadah, 2012).
c. Faktor Kepribadian.
Sebagian orang yang belajar merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit
fisik
atau
jiwa,
membebaskan
diri
dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada penggunaan obat-obatan
(termasuk rokok) ialah pengaruh sosial. (Atkinson,
2006 dalam Fuadah, 2012).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik
yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah
lambang
kejantanan
atau
glamour,
membuat
mahasisw seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mu’tadin,
2002 dalam Fuadah, 2012).
2.1.7
Rokok
1. Pengertian Rokok
Merokok adalah membakar tembakau kemudian
dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan
pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang tengah
dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok yang
dibakar dan 30 derajat celcius untuk ujung rokok yang
terselip di antara bibir perokok (Sitopoe, 2000).
Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan
suatu kebutuhan yang tidak bias diletakkan lagi bagi
48
orang-orang yang menyukai rokok (Sitopoe,
2000).
Tembakau merupakan kandungan rokok yang terdiri dari
campuran ratusan zat kimiawi yang khas dari tembakau
adalah nikotin dan eugenol yang sangat berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia (Husaini, 2006).
Seseorang dapat digolongkan sebagai perokok bila
setidaknya menghisap satu batang rokok atau lebih
paling per hari paling sedikit selama satu tahun, bahkan
ada juga yang mengatakan merokok minimal merokok
selama satu batang per hari selama minimal tiga bulan
Berdasarkan
aktivitasnya
kebiasaan
merokok
menurut Husaini (2006).dibagi menjadi dua yaitu :
a. Perokok aktif, orang yang langsung merokok.
Paparan asap tembakau yang ia terima relatif lebih
kecil
daripada
perokok
pasif
atau
orang
di
sekitarnya.
b. Perokok pasif, yaitu orang yang tidak merokok tetapi
terpapar langsung oleh asap tembakau dari orang
yang sedang merokok di sekitarnya. Perokok pasif
ini lebih banyak resikonya karena dia terpapar asap
rokok lebih banyak daripada perokok itu sendiri.
Perokok pasif atau yang kadang dikenal dengan
nama Involuntary Smoking adalah suatu istilah yang
diberikan bagi mereka yang tidak merokok, namun
mereka seolah dipaksa untuk menghirup asap rokok dari
perokok aktif yang ada di sekelilingnya (Husaini, 2006).
Beberapa hal yang berhubungan dengan asap
rokok dengan cara menghisap rokok adalah sebagai
berikut :
49
1) Jenis asap rokok
Ada dua jenis asap rokok yang masing-masing
memiliki dampak tersendiri, yakni asap yang dihasilkan
dari perokok aktif selama proses merokok atau dikenal
dengan sebutan Mainstream Smoke, dan asap yang
dihasilkan dari rokok yang menyala atau dikenal
dengan sebutan Sidestream Smoke (Husaini, 2006).
2) Gaya merokok
Apakah asapnya dihisap dalam-dalam, langsung
dikeluarkan setelah asap tersebut
sampai ke paru-
paru ataukah langsung dikeluarkan seiring helaan
nafas.
3) Perokok inhaler
Perokok aktif yang saat menghisap rokok sampai
dada. Pada perokok tipe ini, ada melepas rokok dari
mulut setiap selesai menghisap rokok, tetapi ada juga
yang di antara dua hisapan rokok masih tetap di dalam
mulut (Sugeng, 2003)
4) Perokok non inhaler
Perokok aktif yang saat merokok tidak menelan
asap
rokok
atau
hanya
dihembuskan.
Menurut
(Sugeng, 2003) ada tiga tipe perokok yang dapat
diklasifikasikan
menurut
banyaknya
rokok
yang
dihisap. Tiga tipe tersebut adalah :
a) Perokok berat,
yaitu
perokok yang
mampu
merokok dari 21-31 batang per hari atau lebih,
sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
50
b) Perokok sedang biasanya mampu menghabiskan
11-21 batang rokok dan selang waktu 31-60 menit
setelah bangun pagi.
c) Perokok ringan menghabiskan sekitar 10 batang
rokok dengan selang waktu 60 menit dari bangun
pagi.
2. Bahan Kimia yang Ada dalam Asap Rokok
Asap rokok yang dibakar dan dihisap perokok,
mengandung beberapa bahan kimia :
a) Nikotin
Zat ini bersifat zat adiktif yang membuat seseorang
menjadi ketagihan untuk bias selalu merokok. Zat ini
sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia
(Husaini, 2006).
b) Tar
Tar adalah zat yang berwarna coklat kekuningkuningan, telah mengakibatkan kanker pada hewan
percobaan. Dalam tar dijumpai polisiklik hidrokarbon
aromatis yang memicu kanker paru-paru (Sitopoe,
2000).
c) Gas Karbon Monoksida (CO).
Bersifat toksis yang bertentangan dengan gas
oksigen
dalam
transport
hemoglobin
(Sitopoe,
2000).
d) Timah Hitam (Pb)
Setiap
satu
batang
rokok
yang
dihisap
diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah
hitam. Bila seseorang menghisap satu bungkus
rokok per hari berarti menghasilkan 10 mikrogram,
sedangkan batas bahaya kadar Pb dalam tubuh
adalah 20 mikrogram /hari (Sitopoe, 2000).
51
e) Eugenol
Eugenol hanya terdapat dalam rokok kretek dan
tidak terdapat pada rokok putih, sebab rokok putih
tidak
dicampur
eugenol
dengan
merupakan
cengkeh.
minyak
Sedangkan
cengkeh
(Sitopoe,
2000).
3. Dampak dan Bahaya Merokok
Berikut adalah bahaya dan efek negatif merokok
bagi wanita :
a. Tembakau dan gangguan ginekologi
Merokok mengurangi sekresi estrogen yang
diduga bertanggung jawab atas gangguan menstruasi
termasuk timbulnya rasa nyeri. Merokok juga bisa
menyebabkan perubahan nada suara dan peningkatan
bulu tubuh. Menopause terjadi 1 sampai 2 tahun lebih
awal di kalangan perokok. Meskipun sama-sama
merokok, ternyata kaum wanita lebih berisiko untuk
menderita penyakit jantung dibandingkan dengan pria.
Bahkan, risikonya 25 persen lebih tinggi. Walaupun
mekanisme
biologisnya
belum
jelas,
para
ahli
menduga hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan
respons biologis terhadap asap rokok dan jumlah asap
rokok yang diisap. Mungkin wanita lebih banyak
menyerap karsinogen dan racun lainnya dalam rokok
dibandingkan pria," kata pemimpin penelitian, Rachel
R Huxley, profesor epidemiologi di University of
Minnesota.
Kesimpulan tersebut diambil setelah peneliti
mengamati 2,4 juta perokok, yang 44.000 di antaranya
terkena penyakit jantung. Hasilnya ditemukan bahwa
wanita perokok memiliki risiko 25 persen lebih besar
52
terkena penyakit jantung koroner daripada laki-laki
yang merokok. Tembakau juga bisa memperbesar
resiko perkembangan lesi pra kanker leher rahim.
(Supratikno, 2013)
b. Tembakau dan kulit
Karena kurangnya oksigenasi kulit, perokok
wanita akan mengalami kulit kusam. Efek lain, kulit
akan menjadi kendur dan tidak elastis.
Tembakau
juga
bisa
menyebabkan
keriput
muncul sebelum waktunya, berkisar dari 10 sampai 20
tahun lebih awal (Supratikno, 2013).
c. Tembakau dan pil
35% perempuan berusia 20 sampai 44 tahun
yang merokok sambil mengambil pil kontrasepsi,
mengalami
4
sampai
10
kali
risiko
masalah
kardiovaskular. Menggabungkan kontrasepsi dengan
rokok bisa menimbulkan bahaya kesehatan serius,
terutama pada wanita berusia di atas 35 tahun. Darah
mengental dan risiko trombosis, stroke dan gangguan
vaskuler otak (stroke) dapat muncul akibat tembakau .
d. Merokok dan kehamilan
Merokok dapat menurunkan kesuburan wanita
hingga 50%. Tembakau bisa menyebabkan lendir
leher
rahim
mengental
serta
menurunkan
level
estrogen yang dapat mengurangi kualitas dinding
rahim dan membatasi aliran darah yang diperlukan
untuk implantasi telur.
Merokok
meningkatkan
risiko
keguguran
hingga 3 kali lipat. Efek lain, pertumbuhan janin juga
dapat terganggu akibat kurangnya pasokan oksigen.
Bayi yang dilahirkan juga cenderung berbobot rendah
53
(kurang dari 200 gram saat lahir). Wanita perokok juga
akan
menghasilkan
ASI
25%
lebih
sedikit
dibandingkan wanita non-perokok (Supratikno, 2013).
e. Tembakau dan berat badan
Merokok bisa mengurangi sensitivitas terhadap
rasa dan bau. Selain itu, nikotin akan memperlambat
penyimpanan lemak dan meningkatkan pengeluaran
energi sampai 200 kalori per hari dibandingkan nonperokok.
Para perokok memiliki berat badan lebih rendah
daripada non perokok. Berhenti merokok bukan berarti
seorang wanita akan kelebihan berat badan, namun
akan membuatnya memiliki berat badan normal
(Supratikno, 2013).
2.2 Kerangka Teori
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku
Merokok Mahasiswi
a. Faktor Diri
b. Faktor Lingkungan
1) Orang Tua
2) Teman
3) Iklan Rokok
c. Faktor Psikologis
d. Faktor Biologis
e. Faktor Genetik
f. Faktor Kepribadian
g. Faktor Kejiwaan
h. Faktor Sensorimotorik
i. Faktor Farmakologis
Perilaku
Merokok
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Komalasari dan Helmi (2000), Nasution (2007),
Soetjiningsih (2004), Mu’tadin (2002), Yusuf
54
(2006), Istiqomah, (2004), Hansen dalam Wismanto dan Budi
(2007)
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka
konsep
penelitian
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perilaku merokok mahasiswi
VARIABEL BEBAS
VARIABEL TERIKAT
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Mahasiswi
Merokok
Perilaku Merokok
Mahasiswi
Gambar 2. Kerangka Konsep
2.4. Hipotesis Penelitian.
Ada pengaruh peran orang tua, teman, iklan dan
kepribadian
terhadap
perilaku
merokok
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
mahasiswi
di
Download