BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian maternal

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Angka kematian maternal, neonatal dan perinatal ditemukan cukup
tinggi pada hampir semua negara berkembang. Kematian umumnya terjadi pada
masa rawan yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran. Oleh karena
itu, perlunya menjaga kehamilan sejak dini sangat penting. Salah satu program
yang terkait adalah melakukan antenatal care. Antenatal Care merupakan suatu
program berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil.
Tujuan dari program ini adalah menjadikan kehamilan dan persalinan sebagai
suatu pengalaman yang aman (Lisnawati, 2011).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kematian akibat
tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibandingkan negara
maju. dari sejumlah kasus, tetanus, pada bayi baru lahir memiliki angka yang
sangat signifikan (berarti) kebanyakan kasus disebabkan karena penggunaan
gunting yang kotor dan berkarat oleh para bidan atau dukun bayi saat
memotong tali pusar bayi. (http://www.mentorhealthcare.com/news).
Saat ini pencapaian MDGs di Indonesia cukup menggembirakan.
Sasaran
Millennium
Development
Goals
(MDGs)
bidang
kesehatan
diperkirakan akan tercapai atau on track. Karena itu, upaya untuk mencapai
semua sasaran MDGs perlu dilanjutkan. Indonesia telah menurunkan prevalensi
balita dengan berat badan rendah atau kekurangan gizi (MDGs-1);
2
pengendalian penyebaran dan penurunan kasus baru Tuberkulosis (TB) telah
mencapai target (MDGs-6); menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita
(MDGs-4); mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan kasus baru
malaria (MDGs-6) (Depkes RI, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) secara nasional pada periode 1994-2007
menunjukkan penurunan secara signifikan. Pada 2010, AKI nasional adalah 214
per 100.000 kelahiran hidup. Sementara target MDGs-5 adalah menurunkan
angka kematian Ibu hingga ¾ pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan pada tahun 2015 diperkirakan baru
akan mencapai 161 per 100.000 kelahiran hidup. Karena itu, diperlukan kerja
keras dan dukungan dari semua pihak agar Indonesia dapat mencapai target
MDGs-5 tersebut (Depkes RI, 2012).
Penyakit Tetanus adalah merupakan penyakit yang di sebabkan oleh
kuman bakteri Clostridium Tetani. Kejadian tetanus yang dijumpai di negara
yang telah berkembang tetapi masih seringnya kejadian tetanus pada bayi baru
lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani
memasuki tubuh bayi melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti
ini sering kali ditemukan pada persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung
akibat memotong tali pusat memakai pisau atau sembilah bambu yang tidak
steril. Tali pusat mungkin pula dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daundaun dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus
neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi (Depkes RI, 2008)
3
Program imunisasi merupakan salah satu program penting di sektor
kesehatan. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Salah satu program imunisasi penting yang di anjurkan pemerintah
adalah imunisasi TT (Tetanus Toksoid) yang merupakan proses untuk
membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Imunisasi TT ini bisa diberikan pada ibu hamil trimester I sampai dengan
trimester III (Depkes RI, 2008).
Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 atau K4, ibu hamil
akan diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari
kemungkinan terjadi tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian
imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil. Namun sampai
saat ini masih ada ibu hamil yang kurang memperhatikan faktor dan hal yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah
masih ada ibu hamil yang belum mengikuti program imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) yang seharusnya didapatkan 2 kali pada masa kehamilan (Depkes RI,
2008).
Target sasaran cakupan imunisasi TT dirasa masih minimal dengan
terlihat masih banyaknya ibu hamil yang tidak melakukan imunisasi TT. Salah
satu faktor penyebabnya adalah terbatasnya pengetahuan tentang manfaat atau
pentingnya imunisasi TT. Oleh karena itu upaya untuk membuat pelayanan
imunisasi dapat berjalan optimal dan timbul rasa memiliki dari masyarakat
terhadap pelayanan imunisasi TT pada ibu hamil maka perlu kerja sama dan
4
koordinasi dengan berbagai pihak misalnya: tokoh masyarakat, tokoh agama
dan lintas sektoral (Depkes RI, 2008). Disamping itu peranan petugas atau
bidan di desa, kualitas dan kuantitas kesehatan harus ditingkatkan dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan bagi masyarakat terutama pada ibu hamil
tentang pentingnya melakukan imunisasi TT selama kehamilan (Depkes RI,
2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Tetanus Neonatorum ini
disebabkan karena perawatan tali pusat yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan, pertolongan persalinan yang tidak memenuhi syarat pertolongan
bersih dan aman dan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak lengkap
atau tidak dilakukan (Abdul Bari, 2008).
Bersadarkan Profil kesehatan Indonesia tahun 2011 cakupan TT2 selama
tahun 2003-2007 yang cenderung menurun, namun selama empat tahun terakhir
terjadi peningkatan cakupan TT2 dari 26% pada tahun 2007 menjadi 70% pada
tahun 2011 dan merupakan cakupan tertinggi semenjak lima tahun terakhir.
(Depkes RI, 2011). Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, ditanyakan juga pada
responden perempuan pernah kawin berapa kali diberi imunisasi TT sebelum
dan sesudah menikah. Pada perempuan hamil diketahui sekitar 31 persen
mendapat imunisasi TT hanya 1 kali (Depkes RI, 2011). Propinsi Aceh tahun
2012 cakupan Tetanus Toxoid adalah 52.438 ibu hamil (75.2 %) (Laporan Din
Kes Prop Aceh, 2012)
Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie jumlah ibu
hamil seluruhnya 3363 ibu hamil yang mendapat imunisasi Tetanus Toxoid dari
5
bulan Januari sampai Desember 2012 adalah 1563 ibu hamil (46,5%) (laporan
Dinkes Kab Pidie, 2012) menurut data
Puskesmas Keumala dari Januari
sampai Desember 2012 target imunisasi 188 ibu hamil cakupan imunisasi TT1
dan TT2 dari bulan Januari sampai bulan Desember 2012 adalah 74 yang
mendapatkan TT sedangkan sisanya 114 0rang tidak mendapatkan TT (laporan
Puskesmas Keumala 2012)
Menurut pemantauan penulis angka cakupan imunisasi TT ibu hamil di
Puskesmas Keumala masih rendah, hal ini sesuai dengan data yang penulis
peroleh dari Laporan Puskesmas Keumala yang angka cakupan imunisasi TT2
Ibu hamil hanya 12,7 %, sedangkan yang tidak memiliki TT2 sebanyak 87,3 %,
sedangkan imunisasi TT bagi ibu hamil sangat penting guna mencegah
terjadinya tetanus ketika persalinan baik bagi bayi maupun bagi ibu. untuk itu
penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana gambaran pengetahuan ibu tentang
TT ibu hamil.
Dari hasil penelitian awal yang penulis lakukan wawancara terhadap
beberapa ibu hamil yang kebetulan ada pada saat peneliti melakukan penelitian
awal dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden tentang pemberian
imunisasi TT masih kurang, hal ini disebabkan tingkat pendidikan yang kurang,
usia ibu yang relatif muda dan informasi tentang TT yang kurang
mengakibatkan pengetahuan responden menjadi berkurang.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik ingin mengetahui
tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
6
Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Kecamatan Keumala
Kabupaten Pidie.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
maka yang menjadi rumusan
masalah yaitu bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas
Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas
Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat Pendidikan terhadap Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas
Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie.
b. Untuk mengetahui pengaruh usia terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Kecamatan Keumala
Kabupaten Pidie.
c. Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Kecamatan
Keumala Kabupaten Pidie.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih penulis dalam
mengembangkan pengetahuan berfikir secara objektif dan menjadi bahan
untuk penelitian lebih lanjut.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Dapat
menambah perbendaharaan perpustakaan yang ada tentang
tetanus toxoid pada ibu hamil.
3. Untuk Ibu Hamil
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi ibu hamil
di Puskesmas Keumala Kabupaten Pidie. sehingga dapat terjadi suatu
perubahan perilaku hamil kearah yang lebih baik dalam meningkatkan derajat
kesehatan ibu hamil dan janinnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi Tetanus Toxoid
1. Pengertian Imunisasi Tetanus Toxoid
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Sedangkan imunisasi
dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kekebalan di atas
ambang perlindungan. Universal Immunization ( UCI ) adalah suatu keadaan
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi. Bayi adalah anak
dibawah umur satu tahun (Depkes RI, 2003).
Imunisasi Tetanus Toxoid adalah Pemberian kekebalan aktif bagi ibu
hamil terhadap penyakit tetanus neonatorum (Depkes RI, 2003).
2. Kegunaan Imunisasi Tetanus Toxoid
Imunisasi Tetanus Toxoid adalah dapat mencegah penyakit tetanus
baik bagi ibu maupun pada bayi, penyakit tetanus adalah Penyakit tetanus
merupakan penyakit yang di sebabkan oleh kuman bakteri Clostridium Tetani.
Kejadian tetanus yang dijumpai di negara yang telah berkembang tetapi masih
seringnya kejadian tetanus pada bayi baru lahir ( tetanus neonatorum ).
9
Penyakit terjadikarena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi melalui
tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada
persalinan yang dilakukan oleh dukun kampung akibat memotong tali pusat
memakai pisau atau sembilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula
dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daun dan sebagainya. Oleh karena
itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian
imunisasi (Depkes RI, 2008).
Semua ibu hamil termasuk mereka yang sebelumnya pernah
mendapatkan imunisasi TT perlu mendapat vaksinasi tetanus toxoid untuk
melindungi diri dari tetanus. Pada umumnya ibu melakukan persalinan
dilingkungan yang kurang bersih hal ini menyebabkan ibu dan bayi beresiko
terkena tetanus. Apabila tidak mendapat imunisasi tetanus dan bakteri atau
jamur tetanus masuk ke dalam tubuh ibu dan bayinya beresiko terhadap tetanus
(UNICEF, 2005).
Imunisasi TT (tetanus toksoid) bertujuan terutama melindungi bayi
baru lahir dari kemungkinan terkena kejang akibat infeksi pada tali pusat
(tetanus neonatorum). Imunisasi ini harus diberikan melalui ibunya, karena
janin belum dapat membentuk kekebalan sendiri. Di Indonesia pemberian
imunisasi TT dianjurkan dimulai pada pasangan yang hendak menikah atau ibu
hamil. Sayang, ada informasi salah mengenai imunisasi ini; ada yang
mengatakan
sebagai
upaya
untuk
mencegah
kehamilan
atau
dapat
menyebabkan kemandulan. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat waktu
10
pemberian imunisasi TT pada wanita hamil dan manfaat perlindungannya
(Depkes RI, 2008).
3. Efek samping Imunisasi Tetanus Toxoid
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas
dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadangkadang gajala demam (Depkes RI, 2006).
4. Jadwal Imunisasi Tetanus Toxoid
Jadwal Imunisasi TT pada ibu hamil adalah sebagai berkut :
Imunisasi TT
Interval Minimal
Masa Kekebalan
TT1
-
-
TT2
1 BULAN
3 TAHUN
TT3
6 BULAN
5 TAHUN
TT4
12 BULAN
10 TAHUN
TT5
12 BULAN
25 TAHUN/Seumur Hidup
Sumber : Depkes RI, 2007
Sedangkan menurut menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2012,
Upaya pencegahan tetanus neonatorum dilakukan dengan memberikan imunisasi
TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil. Konsep imunisasi TT adalah life long
imunization yaitu pemberian imunisasi imunisasi TT 1 sampai dengan TT 5.
Skema life long immunization adalah sebagai berikut:
1. TT 0, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
11
2. TT 1, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
3. TT 2, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
4. TT 3, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas
satu.
5. TT 4, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas
dua.
6. TT 5, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas
tiga.
Kajian status imunisasi ibu hamil meliputi:
1. Skrining status imunisasi pada ibu hamil ketika melakukan pengkajian data
ibu hamil.
2. Melengkapi bila belum terlindungi imunisasi TT.
3. Skrining status imunisasi TT pada calon pengantin.
B. Kehamilan
1. Pengertian ibu hamil
Hamil adalah tertanamnya atau berimplantasi hasil konsepsi kelapisan
endometrium uterus, lama kehamilan yaitu 280 hari (40 minggu). Kehamilan
dibagi atas 3 triwulan ( tri semister) yakni :
a.
Kehamilan triwulan I, antara 0 – 12 minggu.
b.
Kehamilan triwulan II, antara 12 – 28 minggu.
c.
Kehamilan triwulan III, antara 28 – 40 minggu. (Wiknjaksono 2010)
12
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami
menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria sangat
besar kemungkinan akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2008).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan Janin intrauterin
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,
1998). Lamanya kehamilan dari ovolasi sampai partus kira-kira 280 hari (40
minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Prawirohardjo, 2007).
Kehamilan berarti mulainya kehidupan berdua dimana ibu mempunyai
tugas penting untuk memelihara janinnya sampai cukup bulan dan
menghadapi proses persalinan (Manuaba, 2007)
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses
kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi,
adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan hormon
sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi (Manuaba, 2007). Kehamilan
melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik,
perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius,
sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya
berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama
kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi
dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan
13
yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan
kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh,
bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara
keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak
percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk
itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter
yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga
ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Helen, 2008).
Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil
dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui
masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat
fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam
kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain
hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklampsia, nyeri perut yang
hebat (Sarwono, 2008).
C. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan berarti apa yang telah diketahui dan lebih jelas lagi bahwa
pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah melihat, menyaksikan,
mengalami atau diajar. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi
setelah
orang
melakukan
pengindraan
terhadap
suatu
objek
tertentu
(Notoadmodjo, 2007).
Menurut kamus bahasa Indonesia Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui mengenai hal atau sesuatu. Pengetahuan dapat mempengaruhi
14
perilaku seseorang. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,
kansep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,
juga mencakup manusia dan kehidupannya. Pengetahuan merupakan penalaran,
penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu, juga mencakup
praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup
yang belum dibuktikan secara sistematis ( Slameto, 2007).
Pengetahuan tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
pendidikan, usia, paparan media (Informasi), ekonomi. Karena semakin
bertambahnya pengetahuan masyarakat maka akan semakin tinggi keinginan
untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya atau juga akan menambah suatu
tingkah laku atau kebiasaan yang sehat dalam diri masyarakat. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan yang dimiliki juga lebih luas
dan lebih mudah menerima informasi, pada akhirnya semakin banyak
pengetahuan yang dimilikinya (Wahid dkk, 2007).
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Dengan
majunya teknologi akan tersedia pula bermacam macam media masa yang dapat
mempengaruhi masyarakat tentang motivasi baru (Notoadmodjo, 2010).
Dengan minat mampu menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam. Lingkungan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
15
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengetahuan
seseorang tentang kesehatan sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek
yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan seseorang didapat dari pengalaman dan informasi yang
didapatkan, baik melalui pelatihan, bimbingan, pembinaan maupun melalui
pengamatan, sehingga dapat memberikan tanggapan atau respon terhadap apa
yang diamatinya (Azwar, 2010 ).
1. Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar, misalnya dapat memahami tentang mamfaat
pemberian air susu ibu bagi ibu sendiri.
16
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analisys)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu metode atau objek.
Dari beberapa uraian definisi dan tingkat pengetahuan sudah sangat jelas
bahwa pengetahuan merupakan dasar seseorang berprilaku sehat. Salah satu
perilaku sehat adalah upaya pencegahan penyakit sesuai dengan yang
dikemukakan oleh H.L. Bloom. Banyak penelitian membuktikan bahwa
pengetahuan secara jelas mempengaruhi kebiasaan dan ada hubungan yang erat
dengan perilaku seseorang terhadap objek tertentu, Demikian juga pengetahuan
ibu tentang manfaat pemberian air susu ibu bagi ibu cendrung dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Walau tidak dapat kita pungkiri bahwa
pengetahuan saja tidak cukup, karena harus ada faktor pendukung lain misalnya
tersedianya fasilitas, adanya informasi dan lain sebagainya ( Sugeng, 2007).
17
D. Pengetahuan dipengaruhi oleh
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu faktor pendukung bagi masyarakat
terutama dalam menjaga diri maupun orang lain terhadap masalah – masalah
kesehatan dalam hal ini pengelolaan air limbah rumah tangga. Tiori ini
diperkuat juga oleh tiori L.W. Green 1980 bahwa gangguan terhadap
kesehatan yang disebabkan oleh manusia itu sendiri, terutama menyangkut
pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang tinggi maka bisa memperbaiki
pengetahuan, sikap dan perilaku orang tersebut. (Notoadmojo, 2007).
Pendidikan adalah suatu proses yang unsurnya terdiri dari masukan
(input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu suatu bentuk perilaku dan
kemampuan dari saran – saran pendidikan. Tujuan pendidikan untuk
mengubah perilaku masyarakatyang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar
dan berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Berdasarkan proses
Intelektuan H.L Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu
proses utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara
operasional. Tujuannya dibedakan menjadi tiga aspek yaitu, aspek
pengetahuan
(Kognitif),
Aspek
Sikap
(afektif)
dan
Keterampilan
(Psikomotor). (Notoadmadjo, 2007)
Pendidikan dalam keluarga sangat menentukan kesehatan keluarga,
tiori tersebut diperkuat oleh teori L. Green, 1980 bahwa gangguan terhadap
18
penyakit juga disebabkan oleh manusia itu sendiri, terutama menyangkut
pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan.
Apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka padat memperbaiki
pengetahuan, sikap dan perilaku orang tersebut sehingga ia mempunyai
kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan baik kesehatan pribadi maupun
kesehatan keluarga
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya
hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi (Nursalam, 2008)
Tingkat pendidikan dibagi 3 (tiga)
dikatagorikan yaitu merujuk pada
Departemen Pendidikan Nasional yaitu :
1. Pendidikan Tinggi: Perguruan Tinggi / Akademi (D-III)
2. Pendidikan Menengah: SMA / Sederajat
3. Pendidikan dasar: SD/sederajat /tidak sekolah
Pendidikan adalah suatu konsep guna mencapai suatu tujuan
(perubahan tingkah laku). Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai
gejala kejiwaan antara lain tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.
19
Tahap pendidikan sangat menentukan kemampuan seseorang dalam mengatasi
berbagai masalah dalam kehidupannya (Sarwono, 2005)
2.
Usia
Usia adalah salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat
utama. Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya
risiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah
kesehatan/ penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi
oleh usia
individu tersebut (Noor,N.N,2008).
Usia adalah merupakan perhitungan usia yang dimulai dari sejak
kelahiran
seseorang
sampai
dengan
waktu
perhitungan
usia
(http://www.id.wikipedia.org/wiki/umur dikutip pada tanggal 21 Juni 2011)
Potter dan Perry (2007) mengatakan bahwa usia sangat mempengaruhi
pola pikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan sangat mempengaruhi pola
pikir dan tingkah laku, yaitu seseorang akan sangat mempengaruhi keyakinan
dan tindakan seseorang terhadap status kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Menurut teori perkembangan psikososial tahap perkembangan manusia
menurut umur (dewasa) dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1) Early adult hood (21-35 tahun)
pada masa dewasa awal ini, hubungan social utama seseorang sudah
terfokus pada partner dalam hubungan teman dan seks (perkawinan).
2) Young and middle adult hood (36-45 tahun)
20
pada masa dewasa pertengahan ini, hubungan social seseorang terfokus
pada pembagian tugas antara bekerja dengan rumah tangga dan pada masa
ini emosi sudah mulai stabil.
3) Later adult hood (>45 tahun)
Pada masa dewasa akhir ini, hubungan kemasyarakatan dalam kelompok
motivasi untuk hidup dan berkarier serta cenderung relative stabil dengan
motivasi untuk hidup dan berkarier serta membantu sesama dengan baik
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makluk, baik hidup maupun yang mati semisal umur manusia
dikatakan 15 tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Oleh yang demikian umur itu diukur dari tarih ianya lahir sehingga tarih
semasa (masa kini) mana kala usia pula diukur dari tarih kejadian itu bermula
sehingga tarih semasa (masa kini) (Wiki, 2010).
Bertambahnya umur yang berarti akan bertambah pula pengalaman
dan pengetahuan seseorang termasuk bertambahnya pengetahuan Tentang
Pemberian imunisasi Tetanus teksoid, pengetahuan itu didapat dari
pengalaman orang lain seiring bertambahnya usia maka akan bertambah pula
teman yang akan memberikan pengetahuan Tentang Pemberian imunisasi
Tetanus teksoid dari pengalamannya (Sugandi, 2007).
3.
Informasi.
Informasi adalah keterangan pemberitahuan kabar atau berita tentang
suatu media dan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio,
21
televisi, poster dan spanduk. Media komunikasi adalah media yang digunakan
pembaca untuk mendapatkan informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan.
Berkaitan dengan penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan, informasi yang diperoleh harus berkualitas (Tugiman, 2008)
kualitas informasi tergantung tiga hal yaitu :
a. Akurat, bebas dari kesalahan, tidak biasa atau menyesatkan.
b. Tepat waktu, informasi yang disampaikan tidak terlambat.
c. Relevan, informasi mempunyai manfaat bagi pemakainya.
Media informasi adalah media yang digunakan pembaca untuk
mendapatkan suatu informasi atau hal tentang pengetahuan Berkaitan dengan
penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan,
informasi yang diperoleh haruslah berkualitas. (Tugiman, 2008)
Informasi merupakan suatu data, keterangan atau pengetahuan yang
di transfer kepada partisan, informasi akan efektif bila data, keterangan atau
pengetahuan yang ditransfer di mengerti dan dipahami oleh partisan yang
mengakibatkan pengetahuan partisan akan lebih baik setelah mendapatkan
informasi (Handoko, 2006).
Kurang pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid
disebabkan kurangnya informasi yang diterima oleh ibu, informasi yang baik
dan benar akan menambah pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus
Toksoid
22
E. Kerangka Teoritis
Berdasarkan Teori Notoatmadjo (2010), Wikjosastro (2010) dan Tugiman (2008)
maka kerangka teoritis dapat digambar sebagai berikut:
Notoadmodjo, 2010
a. Pendidikan
b. Usia
c. Pengalaman
d. Pekerjaan
e. Informasi
Wikjosastro, 2010
a. Usia
Pengetahuan tentang
Imunisasi TT
Tugiman, 2008
a. Informasi
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis
23
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan Teori Notoatmadjo (2010), Wikjosastro (2010) dan Tugiman (2008)
maka kerangka konsep dapat digambar sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan
Usia
Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang imunisasi
Tetanus Toxoid
Informasi
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep
24
B. Variabel dan Difinisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
VARIABEL
DEFINISI
OPERASIONAL
Variabel Dependen (Terikat)
Pengetahuan Segala
sesuatu
ibu
hamil yang ibu hamil
tentang
ketahui tentang
imunisasi TT imunisasi TT
CARA UKUR
ALAT
UKUR
HASIL
UKUR
SKALA
UKUR
wawancara
dengan
kriteria
-Tinggi jika Jawab
benar ≥ 76%
- Sedang jika jawab
benar 56–75 %
- Rendah jika
jawaban benar <56%
Kuesioner
-Tinggi
- Sedang
- Rendah
Ordinal
Variabel Independen (Bebas)
1. Pendidikan
Tingkat
pendidikan formal
yang diselesaikan
oleh ibu dengan
mendapatkan
ijazah
Wawancara
dengan
kriteria
- Tinggi bila tamat
Akademi /Perguruan
Tinggi.
- Menengah tamat
SLTA /sederajat
- Dasar bila tamat atau
tidak SD / SMP
sederajat
Kuesioner
- Tinggi.
- Menengah
- Dasar.
Ordinal
2. Usia
Usia yang telah
dilalui ibu mulai
saat dilahirkan
sampai saat
penelitian
dilakukan
Wawancara
dengan
kriteria
- < 20 tahun (Dewasa
Awal)
- 20-35 tahun
(Dewasa tengah)
- > 35 tahun (dewasa
akhir
Kuesioner
- < 20
tahun
- 20-35
tahun
- > 35
tahun
Ordinal
3. Informasi
Pesan yang
didapat oleh ibu
baik dari media
cetak maupun
media elektronik
termasuk manusia
Wawancara
dengan
kriteria
- Media elektronik
- Media cetak
Kuesioner
- Media
elektronik
- Media
cetak
Ordinal
25
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan desain crossectional yaitu
untuk melihat gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian Imunisasi
Tetanus Toxoid di Puskesmas Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sasaran ibu hamil di
Puskesmas Keumala Tahun 2012 sebanyak 188 Orang.
2 Sampel
Pengambilan sampel didasarkan pada pendapat Arikunto (2010)
mengatakan bahwa “Jika sampel besar (lebih dari 100) dapat diambil antara
10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Maka sampel dalam penelitian ini adalah
25%x188= 47 orang sampel.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Keumala Kecamatan
Keumala Kabupaten Pidie.
2. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan dari tanggal 17 sampai 29 Juli 2013
26
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
responden yang berkunjung ke puskesmas Keumala dengan mengadakan
wawancara dengan menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan
dengan pilihan jawaban yang telah disiapkan
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari Dinas kesehatan
Kabupaten Pidie berupa profil Kesehatan Kab Pidie tahun 2013, Kantor Camat
Kecamatan Keumala berupa data jumlah penduduk, Puskesmas berupa laporan
bulanan KIA, serta referensi yang berkaitan dengan penelitian
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan
dengan pilihan jawaban yang telah disediakan terdiri dari 18 pertanyaan dengan
rincian, 15 pertanyaan Pengetahuan, 1 pertanyaan Pendidikan, 1 pertanyaan Usia
dan 1 pertanyaan Informasi.
Penilaian yang dilakukan untuk pertanyaan pengetahuan diberikan nilai 1
untuk jawaban benar dan nilai nol untuk jawaban salah
F. Pengolahan Data
Pengolahan
data
dilakukan
dengan
memakai
pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut : (Budiarto, 2002)
teknik
manual,
27
Editing
Langkah ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah
dengan
Coding
baik untuk mendapatkan informasi yang tepat
Yaitu memberikan kode atau angka tertentu terhadap kuesioner
yang diajukan
Transfering
yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan
mulai dari responden pertama sampai responden terakhir untuk
dimasukan dalam tabel
Tabulating
Yaitu data yang dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk tabel
distribusi frekwensi
G. Analisa Data
1. Univariat
Data yang didapat dari pengisian kuesioner oleh responden kemudian dianalisa
secara deskriptif dengan menghitung persentase setiap variabel dependen dan
independen dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi untuk di
narasikan dengan rumus (Budiarto, 2002)
P=
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekwensi
n = Jumlah semua responden
28
2.
Analisa Tabulasi Silang
Analisa tabulasi silang adalah untuk menganalisa secara bersama – sama antara
dependen variabel ( Variabel Bebas ) dengan independent variabel ( Variabel
Terikat) dalam sebuah tabel distribusi frekwensi.
H. Penyajian Data.
Data yang telah dikumpulkan akan diolah secara manual dan kemudian
di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi untuk dinarasikan
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdulbahri, 2008, Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Arikunto S, Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Azwar A, Pengantar Administrasi Kesehatan. Bina Rupa Aksara, Jakarta, 2010.
Budiarto, Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. EGC, Jakarta,
2002.
Depkes RI, Pedoman HKN 2012. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, 2012
________, Asuhan Persalinan Normal. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, 2008.
____________. Buku 1 Standar Pelayanan Kebidanan. Dep Kes RI Unicef, Jakarta,
2007.
____________, Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya Pada Kehamilan,
Persalinan, dan Nifas. Dep Kes RI, Jakarta 2006.
____________, Kesehatan Reproduksi. UNFPA. Jakarta, 2005.
____________, Modus Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Depkes,
Jakarta, 2003.
Din Kes Prop NAD, Profil Kesehatan NAD tahun 2012, Banda Aceh, 2012.
Handoko, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika Jakarta. 2005.
Helen, Konsep kebidanan, EGC, Jakarta
Lisnawati, Asuhan persalian, bayi dan balita, Fitramaya, Yogjakarta,2010
Mandriwati, Asuhan neonatus, Fitramaya, Yogjakarta,2008
Manuaba, Ilmu kebidanan, penyakit kandungandan KB, EGC, Jakarta, 2007
Notoadmodjo Soekidjo, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. BPKM FKM IU,
Jakarta, 2010.
30
__________, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Renika, Jakarta, 2007.
Nursalam, Metodologi penelitian Kesehatan. Renika, Jakarta, 2008.
Noor, NN, Pengantar Ilmu kesehatan masyarakat. Renika, Jakarta, 2008
Prawiroharjo. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2007
Sarwono, Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta, 2008
__________, Ilmu Kandungan, EGC, Jakarta, 2006
_________, Ilmu Penyakit kandungan, Jakarta, 2005
Sugandi. Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, Jakarta. 2007.
Sugeng, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Renika Cipta Jakarta, 2007
Slamento, Pengantar administrasi kesehatan, Renika Cipta, Jakarta 2007
Tugiman, Komunikssi, edukai dan informasi, Bumi Aksara, Jakarta. 2008
Wahid. Asuhan persalinan, bayi dan balita, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2007
Wijaksono. Asuhan persalinan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2010
Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2007
Wiki. Ilmu Kebidanan, Http//:wikipedia, 2007
Http://wwwtempointeraktif.Com diakses tanggal 24 Januari 2013
Http://www.mentorhealthcare.com/new diakses tanggal 24 Januari 2013
31
Lampiran : 1
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN
IMUNISASI TETANUS TOXOID DI PUSKESMAS KEUMALA
KECAMATAN KEUMALA KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2013
Nama Peneliti
: MAULIDIA NANDA
Tanggal wawancara
: __________________2013
I. DATA UMUM
1. Nomor Responden
2. Pendidikan
:
:
II . DATA KHUSUS
A. Pengetahuan Imunisasi TT
1. Apa yang dimaksud dengan imunisasi?.
a. Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit
b. Pemberian obat anti tetanus toxoid
c. Pemberian anti depresan.
2. Apa yang dimaksud dengan imunisasi TT ?
a. Dapat mencegah penyakit tetanus baik bagi ibu maupun pada bayi,
penyakit tetanus.
b. suatu obat untuk menyembuhkan penyakit.
c. Suatu obat yang dapat menyebabkan bayi sakit
3. Imunisasi TT (tetanus toksoid) bertujuan?
a. Melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan terkena kejang akibat
infeksi pada tali pusat (tetanus neonatorum)
b. Melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan terkena demam
c. Melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan terkena sakit
4. Berapa kali imunisasi tetanus toxoid harus diberikan ?
a. satu kali
b. tiga kali
32
c. lima kali
5. Apa fungsi vaksin tetanus toxoid yang diberikan pada wanita yang akan
menikah ?
a. Untuk menghindari tetanus neonatorum
b. Untuk menghindati penyakit HIV
c. Untuk melancarkan sirkulasi darah
6. Dimanakah imunisasi tetanus toxoid diberikan ?
a. di lengan.
b. diteteskan kemulut
c. di punggung
7. Bagaimana bila seorang ibu melakukan persalinan dilingkungan yang kurang
bersih, akankah bayi terkena tetanus ?
a. Bisa, dikarenakan kuman masuk kedalam tubuh bayi saat persalinan
b. Tidak, karena sudah 9 bulan
c. Tidak tahu.
8. Imunisasi diberikan berapa kali selama hidup wanita:
a. 4 Kali
b. 5 Kali
c. Tidak terbatas
9. Imunisasi tetanus toxoid sebaiknya pertama kali diberikan pada saat?
a. Remaja
b. Hamil
c. Menikah
10. Efek samping TT bersifat ringan adalah?
a. tidak ada
b. lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan
c. Gatal-gatal seluruh badan
11. Penyakit tetanus dapat mengakibatkan
a. Gigi terkunci dan kejang-kejang
b. kerusakan paru-paru
c. kerusakan ginjal
12. Untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum, diperlukan?
a Imunisasi BCG
b. Imunisasi Polio
c. Imunisasi TT
13. Imunisasi tetanus toxoid yang Kedua diberikan pada umur kehamilan ?
a. 3 bulan
33
b. 6 bulan
c. sesuka ibu
14. Mengapa Imunisasi TT harus diberikan melalui ibunya?
a. Karena janin belum dapat membentuk kekebalan sendiri
b. Tidak mau makan.
c. Tidak mau tidur
15. Bisakah imunisasi tetanus toxoid diberikan secara bersama dengan tablet besi
(Fe) ?
a. Bisa, karena tidak terjadi kontraindikasi
b. Tidak bisa karena akan terjadi penggumpalan darah di otak
c. tidak boleh karena ada kontraindikasi
B. Pendidikan
Berilah tanda ceklis (√) pada kotak yang sesuai dengan kriteria ibu
pendidikan terakhir ibu
1. SD/ sederajat
2. SLTP/ sederajat
3. SLTA/ sederajat
4. Diploma/ Perguruan Tinggi/sederajat.
C. Usia
Usia ibu sekarang
a.
Kurang dari 20 tahun
b.
20 sampai 35 tahun
c.
Lebih dari 35 tahun
34
D. Informasi
Berikan tanda √ pada jawaban yang anda pilih
1. Apakah saudara pernah mendapatkan informasi tentang Imunisasi TT?
a. Pernah
b. Tidak
2.
Jika pernah, saudara mendapatkannya (boleh diisi lebih dari 1 sumber)?
 Media cetak, koran, majalah, tabloid
 Media elektronik, TV, Internet, Radio
Download