BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
a.
PengertianBelajar
Belajar mempunyai makna yang sangat luas dan komplek, sehingga
pengertian belajar banyak dipengaruhi oleh teori-teori belajar yang dianut oleh
seseorang. Menurut pandangan Robert M.Gagne belajar adalah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengelolaan
informasi dan menjadi kapabilitas baru. Kirscer (2006:1) mengungkapkan bahwa,
“Learning, in turn, is defined as a change in long-term memory” yaitu bahwa
belajar merupakan perubahan ingatan jangka panjang.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dan sebagainya. (Hamdani2011:21)
Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta
didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. (Mudjiono,
2002: 7).
Sagala (2009: 9) definisi belajar adalah proses terbentuknya tingkah laku
baru yang disebabkan individu merespon lingkungannya, melalui pengalaman
pribadi yang tidak termasuk kematangan, pertumbuhan atau instink.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik benang merahnya bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Prinsip-PrinsipBelajar
Prinsip-prinsip belajar adalah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
proses belajar. Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang dirangkum dari Slameto
(1995:27) sebagai berikut :
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap peserta didik harus berpartisipasi aktif, meningkatkan
minat dan membimbing untuk mencapai tujuan pengajaran.
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada peserta didik untuk mencapai tujuan.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuan bereksplorasi dan belajar dengan aktif.
d) Belajar perlu ada interaksi peserta didik dengan lingkungan.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar
itu
kontinyu,
maka
harus
tahap
demi
tahap
menurut
perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan. Stimulasi yang diberikan menimbulkan response yang
diharapkan.
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga peserta didik mudah menangkap
pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga peserta didik dapat
belajar dengan tenang.
b) Repitisi,
dalam
proses
belajar
perlu
ulangan
berkali-kali
agar
pengertian/keterampilan / sikap itu mendalam pada peserta didik.
2. Mengajar
Kegiatan belaja-mengajar telah berlangsung sejak dahulu kala, sejak
manusia diciptakan dan memulai kehidupannya. Arti mengajar pun tentu saja
sangat komplek dan beraneka macam sesuai dengan kemajuan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut pandangan William H.Burton
mengajar adalah upaya dalam memberikan perangsang (stimulus), bimbingan,
pengarahan dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar
(Tabrani,1989:26).
Menurut pendapat Sardiman (2001:46) ”mengajar adalah usaha untuk
menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar bagi para
pesert didik”. Dalam mengajar seorang guru juga harus menyusun daftar tujuan
yang akan dicapai sebagai persiapan program dan membuat struktur program dan
susunan materi pelajaran untuk mencapai tujuan program tersebut. ”that 21th
century physics teacher should possess, suggest a lists of goals for a physics
teacher preparation program guided by these goals”. (Eugenia Entkina,2005:3)
Berdasarkan pendapat–pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
mengajar adalah kegiatan membantu dan membimbing peserta didik untuk
melakukan kegiatan belajar agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik tersebut. Dalam hal ini, mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan
pengetahuan dengan menggunakan satu metode mengajar tertentu dan menyuruh
anak menghafal melainkan membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan
belajar.
3. Proses Belajar-Mengajar
Proses belajar-mengajar memiliki empat komponen utama yaitu tujuan,
bahan, metode dan alat serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidaklah
berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lain.
Dalam interaksi belajar-mengajar peserta didik diarahkan oleh pendidik
untuk mencapai tujuan melalui bahan pengajaran yang dipelajari oleh peserta
didik dan disampaikan oleh pendidik dengan metode tertentu. Tujuan merupakan
langkah pertama yang harus ada dalam proses belajar-mengajar. Bahan
pengajaran harus mendukung tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas pada intinya belajar-mengajar adalah interaksi
antara peserta didik dan pendidik yang untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Interaksi ini dilakukan dengan merencanakan dan
menyiapkan bahan ajar, alat yang dibutuhkan dan metode yang sesuai
dengan bahan ajar, serta penilaian sebagai pengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakuka.
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar (Kustandi &
Sutjipto, 2011). Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2010), berpendapat bahwa:
“Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media”.
Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat
digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat, metode,
dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di
kelas (Sanaky, 2009). Association of Education and
CommunicationTechnology (AECT) memberikan batasan tentang
mediapembelajaran. Dalam Arsyad (2010), AECT mengatakan bahwa:
“media pembelajaran adalahsegala bentuk yang digunakan orang untuk
menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran”.
Dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah media yang digunakan
dalam proses pembelajaran sebagai sarana pembawa pesan dari sumber
belajar kepada siswa, untuk mempertinggi efisiensi dalam pencapaian tujuan
belajar.
b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Sanaky (2009), tujuan media pembelajaran sebagai alat
bantu pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
2) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar.
4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
Sedangkan manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai
tujuan pengajaran dengan baik.
3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak
bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
4) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktifitas lain
yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
dan lain-lain. (Sanaky, 2009).
Beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di
dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa
untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, indera, dan
waktu:
a) objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di
ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film,
radio atau model;
b) objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera
dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide atau gambar;
c) kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto,
slide di samping secara verbal;
d) objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat
ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau
simulasi komputer;
e) kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video;
f)
peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknikteknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide atau
simulasi komputer.
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya, misalnya melalui karya wisata, kunjungankunjungan ke museum atau kebun binatang. (Arsyad, 2010).
c. Macam-Macam Media Pembelajaran
Menurut Arief S. Sadiman (2009:28-80) beberapa macam media
pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu :
1) Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, berfungsi menyalurkan
pesan dari sumber kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut
indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam
simbol-simbol komunikasi visual. Jenis media grafis diantaranya:
a) Gambar atau Foto
Gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai.
Gambar atau foto merupakan bahasa yang paling umum, yang
dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana.
b) Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draf kasar yang
melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Sketsa, selain
dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat
memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tidak perlu
dipersoalkan sebab madia ini dibuat langsung oleh guru.
c) Diagram
Diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara
garis besaryang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol.
Diagram menunjukkan hubungan yang ada antarkomponen atau
sifat-sifat proses yang ada. Diagram menyederhanakan hal yang
kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
d) Bagan (Chart)
Fungsipokok bagan (chart) adalah menyajikan ide-ide atau konsepkonsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan
secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butirbutir penting dari suatu persentasi.
e) Grafik (Graphs)
Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik,
garis atau gambar. Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan
data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau
perbandingan suatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan
secara singkat dan jelas. Grafik disusun berdasarkan prisip-prinsip
matematik dan menggunakan data-data komparatif.
f) Kartun
Kartun adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan
simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan
ringkas atau suatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadiankejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali untuk menarik
perhatian, mempengaruhi sikap maupun tingkah laku.
g) Poster
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan
tertentu tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi
tingkah laku orang yang melihatnya.
h) Peta dan Globe
Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan datadata lokasi. Secara khusus peta dan globe tersebut memberikan
informasi tentang: (1) Keadaan permukaan bumi; (2) Tempattempat serta arah dan jarak dengan tempat yang lainnya; (3) Datadata budaya dan kemasyarakatan; (4) Data-data ekonomi, seperti
hasil pertanian, industri atau perdagangan internasional.
i) Papan Flanel (Flanel Board)
Papan flanel adalah media grafis yang efektif sekali untuk
menyajikan
pesan-pesan
tertentu
kepada
sasaran
tertentu
pula.Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis.
Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot
dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali.
j) Papan Buletin (Bulletin Board)
Papan buletin ini tidak dilapisi kain flanel tetapi langsung ditempel
gambar-gambar atau tulisan-tulisan.Fungsinya selain menerangkan
sesuatu, papan buletin dimaksudkan untuk memberitahukan
kejadian dalam waktu tetentu.
2) Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang
akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik
verbal (dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada
beberapa jenis media dapat dikelompokkan dalam media audio, antara
lain radio, alat perekam pita magnetic, piringan hitam dan laboratorium
bahasa.
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi obyekobyek, mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan
spatial dari suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak
menjadi konkret.
3) Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam (still proyected medium) mempunyai
persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsanganrangsangan visual. Selain itu, bahan grafis banyak sekali dipakai dalam
media proyeksi diam. Pebedaan yang jelas di antara keduanya adalah
pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan
media yang bersangkutan,sedangkanpada media proyeksi diam, pesan
tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh
sasaran. Adakalanya media jenis ini disertai rekaman audio, tetapi ada
pula yang hanya visual saja.
Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain film bingkai
(slide), film rangkai (film strip), overhead proyektor, proyektor
opaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm, film, film
gelang, televisi, video.
4) Media Permainan dan Simulasi
Ada beberapa istilah lain untuk kelompok media pembelajaran
ini, misalnya simulasi dan permainan peran, atau permainan simulasi.
Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat dikelompkkan ke dalam satu
istilah yaitu permainan. Ciri atau karakteristik dari media ini adalah
melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar, peran guru tidak
begitu kelihatan tetapi yang menonjol adalah motivasi interaksi antar
siswa, dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan
penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi nyata di
masyarakat, memiliki sifat luwes karena dapat dipakai untuk berbagai
tujuan pembelajaran dengan mengubah alat dan persoalannya sedikit
saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif siswa, mampu
mengatasi keterbatasan siswa yang sulit belajar dengan metode
tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.
Dina Indriana (2011:56) mengklasifikasikan media pembelajaran
menjadi 6 jenis berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, yaitu: “(1) grafis,
bahan cetak, dan gambar diam; (2) media proyeksi diam; (3) media audio; (4)
media gambar hidup/film; (5) media televisi; dan (6) multimedia”. Sedangkan
Leshin, Pallock & Reigeluth (1992) dalam Arsyad (2010:36) mengklasifikasikan
media menjadi 5 kelompok, yaitu:
(1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan
kelompok, field-trip); (2) Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku
latihan (workbook), alat bantu kerja, dan lembaran lepas); (3) Media
berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, garfik, peta, gambar,
transparansi, slide); (4) Media berbasis audio-visual (video, film, program
slide-tape, televisi); (5) Media berbasis computer (pengajaran dengan
bantuan computer, interaktif video, hypertext).
d. Evaluasi Media Pembelajaran
Evaluasi media pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti diskusi kelas atau diskusi kelompok, wawancara, dan observasi. Menurut
Walker & Hess dalam Arsyad (2010:175-176) kriteria dalam mereview perangkat
lunak media pembelajaran yang berdasarkan kepada kualitas, yaitu:
1) Kualitas isi dan tujuan meliputi ketepatan, kepentingan, kelengkapan,
keseimbangan, minat/perhatian, keadilan, dan kesesuaian dengan situasi
siswa.
2) Kualitas
instruksional
meliputi
memberikan
kesempatan
belajar,
memberikan bantuan untuk belajar, kualitas memotivasi, fleksibilitas
instruksionalnya, kualitas tes dan penilaiannya, dapat memberi dampak
bagi siswa, guru dan pembelajarnya.
3) Kualitas teknis meliputi keterbacaan, mudah digunakan, kualitas
tampilan/tayangan, kualitas penanganan jawaban, kualitas pengelolaan
programnya, dan kualitas pendokumentasiannya.
e. Kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media yang dibuat disesuaikan dengan tujuan yang
ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan
dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Ely (1982) dalam
Arief S. Sadiman (2009:85) mengatakan bahwa:
Pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan
komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan.Meskipun tujuan
dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa,
strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan
sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.
Dick dan Carey (1978) dalam Arief S. Sadiman (2009:86) menyatakan
bahwa ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media,
yaitu: “(1) Ketersediaan sumber setempat; (2) Dana, tenaga dan fasilitas untuk
membeli dan memproduksi media sendiri; (3) Keluwesan, kepraktisan dan
ketahanan media yang bersangkutan; dan (4) Efektivitas biaya dalam jangka
panjang”.
Sedangkan menurut Arsyad (2010:75-76) kriteria pemilihan media
adalah:
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada
salah satu atau gabungan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi.
3) Praktis, luwes, dan bertahan. Media yang dipilih sebaiknya dapat
digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di
sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.
4) Guru terampil menggunakannya. Nilai dan manfaat media amat ditentukan
oleh guru yang menggunakannya.
5) Pengelompokkan sasaran. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok
besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan.
6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Hakikat dari pemilihan media adalah keputusan untuk memakai, tidak
memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.
4. Bulletin
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 187): “Buletin merupakan
majalah sederhana yang tipis dan berisi uraian singkat, diterbitkan untuk kalangan
sendiri (biasanya untuk lembaga atau organisasi)”. Buletin juga bisa diartikan
sebagi media cetak yang berupa selebaran atau majalah, berisi warta singkat atau
pernyataan tertulis yg diterbitkan secara periodik oleh suatu organisasi atau
lembaga untuk kelompok profesi tertentu (www.artikata.com).
Ada pula pengertian buletin sebagai berikut: ”Bulletin is a brief statement
of facts respecting some passing event, as military operations or the health of
some distinguished personage, issued by authority for the information of the
public” (www.brainyquote.com). (Buletin adalah sebuah pernyataan singkat
tentang fakta-fakta untuk mengabadikan beberapa peristiwa yang telah terjadi
yang mana sebagai sebagai operasi militer atau kesehatan dari beberapa tokoh
yang dibedakan dan dikeluarkan oleh otoritas untuk informasi publik).
Dari beberapa pengertian yang telah tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa buletin merupakan suatu media cetak dalam bentuk majalah sederhana
yang tipis yang berisi tentang uraian singkat dan diterbitkan untuk kalangan
sendiri ataupun tertentu serta secara periodik.
Secara umum, buletin disajikan dalam bentuk media cetak, tetapi ada juga buletin
dalam bentuk audio. Sri Anitah (2009: 43) mengungkapkan bahwaterdapat buletin
berita, yaitu suatu berita kilat yang biasanya disiarkan sesudah koran sore telah
sampai di pasaran. Namun, sekarang, banyak sekali berita penting dan ringkasan
berita yang disiarkan berjam-jam oleh stasiun radio.
Menurut Effendy (2002: 54), buletin merupakan media komunikasi yang
berfungsi sebagai:
(1) Menginformasikan (to inform) yaitu memberikan informasi kepada
masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi,
ide atau pikiran, dan tingkah laku orang lain. Serta segala sesuatu yang
disampaikan orang lain.
(2) Mendidik (to educate) yaitu sebagai sarana pendidikan, dengan komunikasi
manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga
orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan.
(3) Mempengaruhi (to influence) yaitu fungsi mempengaruhi setiap individu yang
berkomunikasi, tentunya dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran
komunikandan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku
komunikan sesuai dengan yang diharapkan.
(4) Menghibur (to entertaint) yaitu komunikasi berfungsi untuk menyampaikan
hiburan atau menghibur orang lain.
2. Demonstrasi
Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah
menurut Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru” adalah metode secara harfiah berarti cara. Pada pemakaiaan
yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau caracara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara
sistematis.
Menurut Muzayyin Arifin dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” ,
pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur lebih
bersifat teknis administratif atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar
hanya diartikan cara mengandung implikasi mempengaruhi. Akibatnya saling
ketergantungan antara pendidik dan anak didik di dalam proses kebersamaan
menuju kearah tujuan tertentu (Nurhayati, 2008: 12).
Pengertian metode demonstrasi menurut Muhibbin Syah adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan
melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan metode
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. Melalui metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahanbahanpelajaran yang merupakan suatu Bunyian-Bunyian, suatu proses maupun
hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik
berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang
sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
diharapkan (Sagala, 2006: 210).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode demonstrasi adalah cara transfer ilmu dengan mempraktekkannya di
depan para siswa sehingga.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Istilah Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang bermakna
bergerak, istilah ini bermakna mendorong, mengarahkan tingkah laku manusia.
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi tercapainya suatu tujuan.
David Mc.Clelland, Abraham Maslow, Wand dan Brown dalam
Angkowo (2007: 34) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses
psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seorang. Kemudian menurut Martin Handoko
(2002: 9) mengartikan motivasi sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat
dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan
tingkah lakunya. Selain itu, Robertus Angkowo dkk (mengutip teori Berselon dan
Steiner) mengemukakan bahwa:
a motive is an inner state that energizer, activities or move (hence
motivation), and that direct or channels behavior towards goals”. Motif
merupakan terminologi umum yang memberikan makna, daya dorong,
keinginan, kebutuhan serta kemauan. Selanjutnya Duncan mengemukakan
bahwa from a managerial perspective, motivation refres to any conciuos
attempt to influence behaviour to any conciuos attempt to influence
behavior toward the accomplishment of organization goals. Motivasi adalah
suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang, agar mengarah
pada tercapaianya tujuan organisasi (Angkowo, 2007: 34)
Dari beberapa pendapat terkait motivasi di atas, dapat dirangkum bahwa
motivasi adalah suatu proses psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang karena adanya daya dorong untuk berinteraksi, kebutuhan, persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang sehingga dapat menimbulkan,
mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
b. Sumber-Sumber Motivasi
Pada diri seseorang, secara garis besar motivasi itu dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu motivasi yang bersumber dari dalam diri individu atau motivasi
intrinsik dan motivasi yang bersumber dari luar diri seorang individu atau
motivasi eksternal. Adapun penjelasan motivasi itu sebagai berikut:
1) Motivasi internal
Motivasi internal merupakan daya dorongan dari dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jika
dikaitkan dengan kegiatan belajar pembelajaran, motivasi internal merupakan
daya dorong seseorang individu (siswa) untuk terus belajar berdasarkan suatu
kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berhubungan dengan aktivitas
belajar.
2) Motivasi eksternal
Motivasi eksternal merupakan daya dorongan dari luar diri seseorang
siswa (peserta didik), berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Dalam
kegiatan pembelajaran motivasi eksternal dari luar diri siswa, baik positif
maupun negatif.
Adapun dalam kegiatan belajar mengajar banyak model motivasi
eksternal yang dapat mempengaruhi siswa. Menurut Winkel (1989: 94) dan
Yamin (2007) model-model motivasi eksternal meliputi:
(a) belajar memenuhi kewajiban, (b) belajar demi menghindari hukuman,
(c) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan, (d) belajar
demi meningkatkan gengsi, (e) belajar demi memperoleh pujian dari
orang-orang penting, (f) belajar demi tuntunan jabatan yang ingin
dipegang atau demi memenuhi persyarat kenaikan pangkat (Iskandar,
2012: 189)
c. Bentuk-Bentuk Motivasi
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa dalam kegiatan belajar di sekolah di antaranya:
1) Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa belajar yang utamanya justru untuk mencapai angka/nilai
yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan
atau nilai-nilai pada raport yang angkanya baik-baik.
2) Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu
pekerjaan tersebut.
3) Saingan/kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi
yang cukup penting.
5) Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.
6) Mengetahui hasil
Dengan mengatahui hasil pekerjaan akan mendorong siswa untuk lebih
giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat,
maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu
harapan hasilnya terus meningkat.
7) Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini
merupakan motivasi maka pemberiannya harus tepat. Dengan pujian
yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga
diri.
8) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak akan bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu
guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan untuk belajar. Hasrat
untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk
belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10) Minat
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga
tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar
itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
11) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan
alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang
harus dicapai maka akan timbul gairah untuk terus belajar (Sardiman,
2001: 90-93).
Berdasarkan uraian-uraian bentuk motivasi di atas, bahwa motivasi
belajar siswa tidaklah sepenuhnya menjadi tanggung jawab siswa sendiri, akan
tetapi faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa juga memiliki peran untuk
memotivasi belajar siswa. Terutama yang menyangkut dengan kegiatan belajar di
sekolah. Upaya guru dalam memotivasi belajar siswa di sekolah dapat dilakukan
dengan memberi angka, hadiah, menciptakan saingan/kompetensi yang sehat,
menumbuhkan kesadaran, memberikan ulangan, mengetahui hasil ulangan,
memberikan pujian, hukuman, menumbuhkan hasrat untuk belajar, minat dan
tujuan pembelajaran yang jelas. Adanya bentuk-bentuk motivasi yang bervariasi
itu, tentu akan menjadikan kegiatan pembelajaran lebih bermakna.
d. Hubungan Motivasi Belajar dengan Media Pembelajaran
Menurut John M. Keller dalam Driscoll (1994: 314), guru perlu
memberikan motivasi kepada siswa. Munculnya motivasi
belajar dalam diri
siswa, bukan hanya menjadi tanggung jawab siswa sendiri, tetapi juga tanggung
jawab guru. Adapun hubungan antara media pembelajaran dengan motivasi yaitu
sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.
Menurut Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi
melalui rangsangan kegiatan belajar dan membangkitkan keinginan agar
menimbulkan minat yang baru (Arsyad, 2013: 19). Perhatian siswa dapat
dibangkitkan karena adanya rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu siswa dapat
dirangsang melalui cara-cara baru, unik atau cara yang sudah ada. Strategi
untuk merangsang minat dan perhatian siswa dapat dilakukan dengan cara
menggunakan media pembelajaran untuk melengkapi penyampaian bahan
kajian. Media pembelajaran disini dapat berupa transparasi, film, video,
tape, modul elektronik dan yang lainnya. Media dapat diasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa terjaga untuk memperhatikan.
Kejelasan, keruntutan pesan, daya tarik gambar yang bervariasi, dan
penggunaan
efek
khusus
dapat
menimbulkan
keingintahuan
yang
menyebabkan siswa tertarik terhadap media itu. Hal ini menunjukkan bahwa
media berperan dalam aspek motivasi.
2) Media pembelajaran dapat menciptakan lingkungan belajar yang mampu
memotivasi belajar siswa.
Media pembelajaran yang menyajikan simulasi dapat menarik
perhatian dan sebagai upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau
sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung sehingga dapat
menarik bagi siswa. Menurut (Hamzah, 2007: 35) menyatakan bahwa
“suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi
bermakna secara efektif bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan mudah
diingat, dipahami dan dihargai”.
3) Media pembelajaran senantiasa dapat memperbaharui motivasi belajar
siswa.
Media pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana saja ketika
diinginkan atau diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang
untuk pengguna secara individu. Kemudian media pembelajaran dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Menurut (Arsyad, 2013:
29) bahwa:
peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu atau terjadi dalam puluhan
tahun dapat ditampilkan dalam rekaman video, film, foto, slide di
samping secara verbal.
Dengan demikian media pembelajaran dapat memperbaharui motivasi
belajar siswa melalui obyek belajar yang peristiwanya terjadi secara langka.
Berdasarkan penjelasan hubungan motivasi belajar dengan media
pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa siswa membutuhkan sesuatu yang
mampu memotivasi dirinya dalam kegiatan pembelajaran. Karena tumbuhnya
motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Oleh karena itu dalam
kegiatan pembelajaran guru atau pendidik sebagai faktor eksternal, perlu
menyajikan materi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, mampu
membawa siswa ke lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan serta
materi disajikan dalam media pembelajaran yang dapat mengatasi keterbatasan
indera, ruang dan waktu. Dengan memperhatikan media pembelajaran yang
digunakan, tentu akan dapat menciptakan pembelajaran yang senantiasa mampu
memupuk motivasi belajar siswa.
4. Bunyi
A.
Pengertian bunyi
Kita selalu dikelilingi oleh bunyi, tidak semenit pun dalam sehari kita
tidak mendengar bunyi. Bagaimanakah besar pengaruh bunyi dalam kehidupan
kita? Bagaimana suasana kehidupan kita bila tidak mendengar bun yi?
Banyak bunyi yang dapat memberikan kegembiraan. Bagaimana bila kita
tidak dapat mendengar bunyi? Apa yang terjadi jika suara orang lain dalam
keadaan gembira tidak bias kita dengar? Darimanakah bunyi itu terjadi? Melalui
apakah seorang dapat mendengar bunyi?
dari gambar di atas menunjukkan contoh suara dalah kehiduoan sehari-hari. Suara
bayi menangis dan suara air terjun di sebut dengan sumber bunyi, selanjutnya
suara tersebut daoat di dengar oleh pendengar melalui udara yang di sebut zat
perantara menuju ke telinga pendengar. Lalu bagaimanakah bunyi terjadi
?disimpulkan bahwa bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergertar dan dapat
merambat melalui zat perantaranya. Proses terjadinya bunyi terjadi ketika
gelombang bunyi dikumpulkan oleh telinga luar dan masuk dalam gendang
telinga yang bergetar disebabkan oleh rapatan dan renggangan udara sekitar.
Getaran merambat melalui tiga tulang dalam telina yng berfungsi memperbesar
amplitude getaran. Getaran pada cairan-cairan di telinga menyebabkan ribuan
syaraf menyampaikan pesan ke otak sehingga kita dapat mendengar bunyi.
B.Cepat Rambat bunyi
Ketika seorang teman bicara di depanmu, sepertinya bunyi langsung
mencapai telingamu begitu diucapkan. Seolah-olah bunyi tidak memerlukan
waktu untuk merambat dari mulut ke telinga. Benarkah demikian? Ternyata tidak,
bunyi memerlukan waktu untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Untuk
membuktikannya amati langit selagi mendung atau hujan. Pada saat terjadi petir,
perhatikan manakah yang lebih cepat kamu amati, kilatan petir atau bunyi petir?
Pada saat terjadi petir kita melihat kilatan petir terlebih dahulu, beberapa
saat kemudian bunyi gemuruh petir baru terdengar. Sebenarnya kilatan dan bunyi
petir muncul pada saat yang bersamaan. Namun, kilatan petir merambat dalam
bentuk gelombang cahaya, sedangkan bunyi merambat dalam bentuk gelombang
bunyi. Karena bunyi mencapai kita lebih lambat daripada cahaya., dapat kita
simpulkan bahwa cepat rambat bunyi lebih kecil dari cepat rambah cahaya.
Makin jauh jarak yang ditempuh oleh bunyi, makin lama pula waktu yang di
butuhkan untuk menepuh jarak itu. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa bunyi
merambat dari tempat satu ke tampat lain memerlukan waktu tempuh. Dari
pernyataan di atas dapat diperoleh hubungan sebagai berikut.
Keterangan :
V = cepat rambat bunyi adalah jarak yang ditempuh oleh bunyi setiap sekon (m/s)
S = jarak antara sumber bunyi dengan pendengar (m)
T = waktu yang dibutuhkan bunyi untuk merambat (s)
Pada bab sebelumnya telah di bahas bahwa selama satu periode, gelombang
menempuh jarak sejauh satu panjang gelombang. Jika t = T, maka s = λ. Bentuk
lain dari persamaan cepat rambat gelombang bunyi adalah :
atau v = λf
Keterangan :
V = cepat rambat bunyi (m/s)
Λ = panjang gelombang bunyi (m)
T = periode gelombang bunyi (s)
F = frekuensi gelombang bunyi (Hz)
Cepat rambat bunyi bergantung jenis medium perambatannya. Banyak
factor yang mempengaruhi besarnya cepat rambat bunyi, antara lain :
Suhu
Semakin tinggi suhu medium, pada umumnya makin besar cepat rambat bunyi
dalam medium tersebut. Hal ini karena makin tinggi suhu, makin cepat getaran
partikel – partikel di dalam medium tersebut. Akibatnya, proses perpindahan
getaran makin cepat.
Kekerasan
Makin keras medium umunya makin besar cepat rambat bunyi dalam medium,
maka makin kuat gaya kohesi antar partikel. Kaibatnya, pengaruh suatu bagian
medium kepada bagian lainnya sangat besar. Jika suatu bagian medium bergetar,
bagian yang lain akan mengikuti getaran tersebut dengan segera. Akibatnya,
getaran berpindah ke bagian lain dari medium dengan cepat.
B. Batas pendengaran manusia
Manusia dapat mendengar bunyi karena mempunyai alat penerima bunyi
yaitu telinga. Kemampuan telinga manusia untuk mendengar bunyi sangat
terbatas. Telinga manusi normal umumnya hanya dapat mendengar bunyi dengan
frekuensi antara 20-200000 Hz. Bunyi yang berada dalam daerah jangkauan
tersebut disebut audiosonik. Gendang telingan manusia hanya dapat menghasilkan
gelombang listrik syaraf yang dapat diterjemahkan otak jika bergetar dengan
frekuensi dalam jangkauan audiosonik.
Bunyi dengan frekuensi di bawah 20Hz disebut dengan infrasonic (infra
artinya lebih rendah). Bunyi dengan frekuensi diatas 20000 Hz disebut dengan
ultrasonic (ultra artinya lebih tinggi). Bunyi infrasonic dihasilkan oleh bergetarnya
bendabenda berukuran besar, seperti gempa bumi dam getaran mesin pabrik.
Bunyi ini mudah menyebabkan benda-benda lain disekitarnya ikut bergetar. Itulah
sebabnya pekerja-pekerja pabrik sering merasakan tubuhnya bergetar ketika mesin
pabrik dihidupkan.
Manudia tidak mampu mendengar bunyi infrasonic maupun ultrasonic.
Beberapa hewan memiliki pendengaran yang sangat peka sehingga dapat
mendengar bunyi infrasonik, misalnya jangkrik, kelelawar, dan anjing.
Selain dapat mendengar bunyi infrasonic, kelelawar juga dapat
menghasilkan dan mendengar bunyi ultrasonic. Dengan memancarkan bunyi
ultrasonic dan menangkap kembali pantulanna, kelelawar dapat mengetahui jarak
benda yang ada di depannya. Jika beda waktu kembalinya pancaran ultrasonic
cukup lama berarti jarak benda di depan kelelawar masih cukup jauh, sehingga
masih aman untuk terbang lurus. Jika beda waktunya relative singkat berarti jarak
benda di depan kelelawar sangat dekat. Oleh karena itu, kelelawar membelokkan
arah terbangnya. Dengan cara ini kelelawar dapat terbang di malam hari tanpa
mengalami tabrakan. Kelelawar menggunakan bunyi ultrasonic sebagai pemandu
terbangnya.
Selain kelelawar, anjing pun dapat mendengar bunyi ultrasonik. Karena
dapat mendengar bunyi infrasonic maupun ultrasonik, oleh karena itu anjing
sering dijadikan sebagai penjaga rumah dan membantu polisi untuk penyelidikan
kriminalitas.
C. Nada
Apakah yang dimaksud dengan nada ? perpaduan antara alat-alat music
yang dimainkan oleh pemain music tersebut sangat indah untuk dinikmati. Secara
tidak langsung, kita menikmati nada- nada yang dimainkan pada alat-alat music
itu. Setiap alat music yang dimainkan akan menimbulkan getaran teratur atau
frekuensi teratur yang disebut nada. Jadi, nada adalah bunyi yang frekuensinya
teratur.
Nada dihasilkan dari bunyi yang frekuensinya berubah-ubah dengan
teratur. Sebaliknya, bila frekuensi bunyi yang dihasilkan berubah-ubah dengan
tidak teratur disebut desah. Contoh desah adalah suara air terjun dan suara daun
yang tertiup angin. Tinggi rendah suatu nada bergantung pada besar kecilnya
frekuensi. Semakin besar frekuensi getaran, semakin tinggi nada yang dihasilkan.
Sebaliknya semakin kecil frekuensi getaran, nada yang dihasilkan semakin rendah
pula. Kuat bunyi bergantung pada amplitude getaran. Makin besar amplitudonya,
makin kuat bunyi yang dihasilkan, makin kecil amplitudo getaran makin lemah
bunyi yang dihasilkan.
D. Resonansi
Dalam kehidupan sehari-hari, kejadian-kejadian berikut sering kita jumpai.
Sering kita rasakan bahwa jendela rumah bergetar bila sebuah pesawat terbang
melintas, kita juga sering merasakan adanya getara apabila skereta api berjalan
melewati kita.
Kecepatan angin menghasilkan getaran-getaran resonansi pada jembatan
selat Tacoma di amerika serikat dan menyebabkan jembatan ini roboh. Kejadian
tersebut merupakan peristiwa resonansi.
Semua benda memiliki frekuensi asal (alami) dari getarannya. Benda yang
tidak digetarkan dapat bergetar dan diperbesar amplitudonya oleh benda lain yang
digetarkan pada frekuensi yang sama, peristiwa ini disebut resonansi. Jadi,
resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh dari
sumber getar lain dengan frekuensi sama.
Manfaat resonansi dalam kehidupan sehari-hari adalah digunakan pada
alat-alat music yang ada di sekitar kita, seperti gitar biola, terompet, dan beduk.
Selain bermanfaat, resonansi juga merugikan manusia. Misalnya seorang
penyanyi tenor dapat memecahkan gelas bila menyanyikan lagu yang memiliki
frekuensi alami sama dengan frekuensi alami gelas. Kejadian ini sering terjadi
pada konser atau opera.
E. Pemantulan bunyi
Bunyi termasuk gelombang dan salah satu sifat gelombang adalah dapat
mengalami pemantulan. Dengan demikian, bunyipun dapt mengalami pemantulan
jika menemui permukaan yang keras.
Ketika berteriak di lapangan, kamu tidak akan mendengar kembali bunyi
teriakanmu. Sebaliknya, ketika berteriak di dalam ruangan atau didepan tebing,
suara yang baru kamu ucapkan akan terdengar kembali meskiupun lebih lemah
dari aslinya. Mengapa demikian?
Ketika berteriak di dalam ruangan atau di depan tebing, gelombang bunyi
yang dihasilkan oleh pita suara merambat ke segala arah. Ketika mencapai
dinding yang keras gelombang mengalami pemantulan sehingga berbalik arah
(kembali ke arahmu). Ketika berteriak di lapangan yang luas tidak ada pemantulan
disekitarnya. Gelombang bunyi yang kamu keluarkan akan merambat terus pada
arah semula tanpa pernah dipantulkan.
yangdisebut hukum pemantulan bunyi, untuk itu kita perlu mendefinisikan
beberapa istilah berikut.
Sudut dating (i) adalah sudut yang dibentuk oleh arah dating dan garis
normal.
Sudut pantul (r) adalah sudut yang dibentuk oleh arah pantul dan garis
normal.
Hukum pamntulan bunyi menyatakan :
1 . sudut dating sama dengan sudut pantul ( i = r )
2. bunyi datang, bunyi pantul, dan garis normal berada pada satu bidang,
ketiganya berpotongan di satu titik.
Berdasarakan hukum pemantulan bunyi, jika bunyi yang datang berimpit
dengan garis normal (sudut datang = 0®), bunyi pantulnya juga berimpit dengan
garis normal (sudut pantul = 0®). Dengan kata lain, bunyi pantulnya tidak akan
kembali kea rah datangnya bunyi.
F. Jenis – jenis bunyi pantul
1. Gaung
Jika kita berdiri di depan tebing pada jarak tertentu dan
mengucaokan suatu kata, misalnya “fisika”, kadang-kadang kita
mendengar bunyi pantulan sebelum seluruh suku kata selesai kita ucapkan.
Dalam hal ini, kita mendengar dua macam suara, yaitu suara asli dan suara
pantulan.
Suara asli
: fi – si – ka
Suara pantulan
:
Suara yang terdengar : fi
fi – si – ka
ka
Berarti, kita hanya mendengar suku kata pertama dan diikuti suku kata
terakhir. Sementara itu, suku kata diantaranya terdengar kabur. Bunyi
pantulan yang sebagian terdengar bersamaan dengan bunyi asli sehingga
bunyi asli menjadi tidak jelas disebut gaung.
Timbulnya gaung jelas sangat merugikan karena membuat bunyi
asli yang terdengar menajdi tidak jelas. Jika gaung muncul di gedung
bioskop, gedung pertunjukan music, studoa radio atau televise, dan gedung
pertemuan kehadirannya dapat menggangu ucapan pembicara, music, atau
percakapan dalam film. Kehadiran gaung di tempat-tempat seperti ini
sangat tidak diharapkan. Oleh karena itu, kehadiran gaung harus dihindari.
Lalu bagaimana cara menghindarinya?
Salah satu sifat bunyi adalag dapat diredam. Artinya, jika bunyi
mengenai bahan peredam sebagian besar gelombang bunyi diserap.
Akibatnya, bunyi yang dipantulakn oleh bahan peredam menjadi lemah.
Jika bahan peredam yang digunakan cukup baik , hamper semua
gelombang bunyi dapat diserap dan hamper tidak ada lagi bunyi yang
dipantulkan oleh bahan tersebut. Bahan-bahan lunak, seperti gabus, busa,
dan kapas adalah bahan yang dapat menyerap bunyi.
2. Gema
Gema berbeda dengan gaung. Bunyi pantul pada gaung muncul
saat sumber bunyi masih mengeluarkan bunyi asli. Sementara itu, bunyi
pantul pada gema muncul beberapa saat setelah bunyi asli selesai
diucapkan. Jadi, gema adalah pantulan yang terdengar setelah bunyi asli
selesai diucapkan.
Berbeda dengan gaung, gema terjadi jika letak pemantulan cukup
jauh dari sumber bunyi. Selain itu, gema tidak menyebabkan suara yang
dihasilkan sumber bunyi terganggu karena bunyi pantul muncul setelah
sumber bunyi selesai mengeluarkan bunyi. Berikut contoh terjadinya
gema.
Suara asli
: fi – si – ka
Suara pantula
:
Suara yang terdengar
: fi – si – ka – fi – si – ka
fi – si – ka
Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli
Jika jarak dinding pantul sangat dekat dengan sumber bunyi, waktu
yang diperlukan bunyi pantul untuk kembali sangat singkat. Oleh karena
itu, bunyi pantul yang terdengar dapat dianggap bersamaan dengan bunyi
asli. Karena diperkuat oleh bunyi pantul, bunyi asli akan terdengar lebih
nyaring. Dlam peristiwa ini, bunyi pantul memperkuat bunyi asli. Itulah
sebabnya ketika kamu bernyanyi di kamar mandi, suaramu terdengar lebih
nyaring.
G. Manfaat bunyi pantul
Pemantulan bunyi sangat banyak manfaatnya dalam kehidupan seharihari. Beberapa contoh pemanfaatan pemantulan bunyi adalah untuk mengukur
cepat rambat bunyi.
Pemantulan bunyi dapat dimanfaatkan untuk mengukur cepat rambat bunyi di
udara. Caranya dengan mengukur waktu yang diperlukan bunyi sejak keluar
dari sumber bunyi sampai kembali ke tempat semula akibat pemantulan.
Kemudian, kita mengukur jarak sumber bunyi ke tempat pemantul. Dengan
melakukan dua pengukuran ini dapatdiketahui cepat rambat bunyi di udara.
Jika jarak dari tempatmu berdiri ke dinding adalah s, maka jarak yang
ditempuh bunyi bolak-balik adalah 2s. jika waktu yang ditempuh adalah t,
maka cpat rambat bunyi adalah
V=
Dengan v = cepat rambat waktu bunyi (m/s), s = jarak (m), dan t =
waktu (s)
Jika cepat rambat bunyi sudah diketahui, pemantulan bunyi dapat digunakan
untuk menghitung jarak. Dari persamaan di atas kita dapatkan
s=
Dengan mengukur waktu yang diperlukan bunyi sejak dipancarkan
sampai ditangkap kembali, jarak pemantul dari sumber bunyi dapat
dihitung.Selain untuk mengukur cepat rambat bunyi, manfaat bunyi pantul juga
dapat digunakan untuk mengukur kedalaman laut, mengetahui kandungan ikan di
bawah laut, mengukur panjang lorong goa, menyelidiki lapisan bumi, dan
menyelidiki kerusakan logam.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Yulita Handayaningrum (2009: 53-56) menunjukkan
bahwa penerapan media cerita bergambar (cergam) dapat meningkatkan minat
baca siswa terhadap materi bahan kimia pada makanan.Peningkatan minat baca
diukur dari hasil observasi dan penyebaran angket. Capaian rata-rata hasil
observasi menunjukkan bahwa siswa yang bersikap positif pada pra siklus sebesar
51,1%, siklus I sebesar 63,75% dan pada siklus II sebesar 82,50%. Capaian ratarata hasil penyebaran angket pada pra siklus sebesar 51,4%, siklus I sebesar
66,1% dan pada siklus II sebesar 81,4%. Penelitian ini relevan dengan penelitian
yang akan dilakukan, yakni kesamaan penggunaan media cetak untuk
meningkatkan minat baca.
Endri Mardhani (2010: 46) melakukan penelitian tentang “Manfaat
Penyuluhan dengan Media Buku Saku dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan
Remaja Tentang Keamanan Pangan di SMA Negeri Colomadu” yang bertujuan
untuk mengetahui manfaat buku saku dalam upaya meningkatkan pengetahuan
remaja tentang keamanan pangan. Hasil penelitian diketahui tingkat pengetahuan
remaja sebelum diberi penyuluhan dengan media buku saku sebagian besar
mempunyai pengetahuan tidak baik yaitu sebesar 96,9%. Tingkat pengetahuan
remaja setelah diberi penyuluhan dengan media buku saku sebagian besar
mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar 93,8%. Penelitian ini memiliki
kerelevanan dengan akan dilakukan, yaitu menggunakan media dalam bentuk
buku saku.
Agung, R.Rudidkk (2005: 1) melakukan studi kasus yang berjudul
“Efektivitas Buletin Sekolah Sebagai Penunjang Revitalisasi Pendidikan Di
Tingkat Sekolah Dasar” di SDIT Ibnu Sina, Duren Sawit, Jakarta Timur.Hasilnya
menunjukkan bahwa buletin sekolah dapat dioptimalkan sebaik mungkin,
sehingga sangat efektif sebagai penunjang revitalisasi pendidikan bagi sekolah,
siswa dan orang tua siswa di lingkungan SDIT Ibnu Sina.Indikatornya,
meningkatnya minat baca, menulis serta termotivasinya siswa dan guru untuk
mengirim buah pemikirannya (karya maupun tulisan). Penelitian ini relevan
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yakni kesamaan penggunaan
buletin untuk meningkatkan minat baca.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat dinyatakan bahwa kemampuan kognitif Fisika peserta didik dipengaruhi
oleh penggunaan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran,
motivasi belajar peserta didik, dan interaksi diantara keduanya. Untuk
memperjelas kerangka pemikiran penelitian ini, maka akan diuraikan sebagai
berikut.
1. PembelajaranMenggunakan
Media
Bulletindan
Pembelajaran
ModelDemonstrasiTerhadap Kemampuan Kognitif
Penelitian ini menggunakan Media Pembelajaran Bulletin. Model
pembelajaran diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol diberi
perlakuan berupa model demonstrasi.
Untuk model pembelajar dengan menggunakan bulletin suasana
lingkungan belajar dibuat menyenangkan dan menekankan pada desain ruang dan
musik karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima,
menyerap dan mengolah informasi. Dalam menggunakan bulletin peserta didik
dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik menjadi aktif,
yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Dengan ini diharapkan peserta didik
dapat belajar dengan mencoba sendiri konsep yang dipelajari dengan suasana
santai sehingga akan berdampak baik pada kemampuan kognitif Fisika peserta
didik.
Sedangkan dalam model pembelajaran demonstrasi, pembelajaran
dilakukan dengan suasana lingkungan belajar dibuat menyenangkan dan
menekankan pada desain ruang dan musik karena semua itu dinilai mempengaruhi
peserta didik dalam menerima, menyerap dan mengolah informasi. Dengan ini
diharapkan peserta didik dapat belajar dengan mencoba sendiri konsep yang
dipelajari dengan suasana santai sehingga akan berdampak baik pada kemampuan
kognitif Fisika peserta didik.
2.Pengaruh Motivasi Belajar Peserta didik Kategori Tinggi dan Rendah
Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Peserta didik
Prestasi belajar Fisika dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah motivasi belajar peserta didik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Fajri,1995: 17), “Motivasi berarti keaktifan, kegiatan, kesibukan dalam bekerja
atau berusaha”. Jadi motivasi belajar peserta didik adalah setiap kegiatan atau
kesibukan yang dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan belajarmengajar.Motivasi belajar peserta didik berbeda-beda. Hal ini terjadi karena setiap
peserta didik mempunyai ketertarikan yang berbeda terhadap suatu pelajaran.
Motivasi yang dilakukan seperti memperhatikan, bertanya, mencatat materi,
mendengarkan, mengerjakan tugas, latihan soal, dan mempelajari kembali
pelajaran Fisika yang diperoleh dari sekolah akan menambah ketrampilan dan
kreativitas peserta didik dalam berpikir. Dari berbagai motivasi tersebut,
diharapkan peserta didik akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran Fisika.
Bagi peserta didik yang menyukai pelajaran Fisika maka motivasinya akan tinggi,
tetapi sebaliknya bagi peserta didik yang tidak menyukai Fisika maka motivasinya
akan rendah. Dengan motivasi belajar yang berbeda inilah yang memungkinkan
adanya perbedaan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari sehingga
terdapat perbedaan prestasi belajar yang dicapai peserta didik.
Penelitian ini membatasi motivasi belajar peserta didik berdasarkan
angket yang diisikan peserta didik. Yaitu terbatas pada motivasi belajar peserta
didik sebelum atau saat mengikuti pembelajaran, baik motivasi dirumah maupun
di sekolah yang biasa dilakukan peserta didik. Termasuk diantaranya motivasi
membaca buku pelajaran, kedisiplinannya mengerjakan tugas rumah,
memperhatikan penjelasan pendidik, bertanya, mencatat materi, mempelajari
kembali pelajaran Fisika yang diperoleh dari sekolah dan lain sebagainya.
Diharapkan peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memperoleh
kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik dibandingkan peserta didik yang
mempunyai motivasi belajar rendah.
3.
InteraksiantaraPembelajaranMenggunakan
Media
danMotivasiBelajarPeserta
didikTerhadapKemampuanKognitifFisikaPeserta didik
Bulletin
Faktor pemilihan model pembelajaran oleh pendidik dan motivasi belajar
peserta didik secara bersama-sama akan mempengaruhi hasil belajar Fisika.
Bagaimanapun baiknya model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik, bila
tidak didukung dengan motivasi belajar peserta didik yang tinggi, maka peserta
didik bisa saja mengalami kegagalan. Di sisi lain, bagaimanapun tingginya
motivasi belajar peserta didik bila tidak didukung dengan penggunaan model
pembelajaran yang tepat maka keberhasilan peserta didik pun tidak akan optimal.
Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar peserta
didik mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik.
Pembelajaran Fisika dengan media Bulletin ditinjau dari motivasi belajar
peserta didik menitikberatkan pada motivasi peserta didik dalam belajar. Dengan
model pembelajaran yang baik dan didukung motivasi belajar peserta didik yang
tinggi diharapkan akan memberi pengaruh positif yaitu meningkatnya prestasi
belajar peserta didik dalam hal ini kemampuan Fisika peserta didik.
Untuk memperjelas kerangka berfikir, maka dapat digambarkan
paradigma penelitian pada gambar 2.6
Masalah-masalah
pembelajaran diantaranya:
1. Pembelajaran masih
menggunakan metode
ceramah.
2. Siswa hanya cenderung
menghafalkan materi
Dilengkapi media
Bulletin
Model
Gambar 2.6 Paradigma Penelitian
Download