Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ISSN 2302-0180 pp. 16- 46 31 Pages TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM SEBAGAI PENYELENGGARA KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA Jamaluddin1, Husni2, Eddy Purnama2 1) Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Abstract: Article 24 (1) of the Constitution of 1945 states that the judiciary power is independent to conduct the trial in order to defence the law and justice. Then, Article 40 (1) of the Act Number 48, 2009 regarding the Judiciary Power regulates that in terms of keeping and keeping honor, dignity, and the attitute of the judges, the Judicial Commission has the authority on it. However, there is the fact that there is the offense towards the ethical and behaviorr of judges that can have bad impact on justice seekers. The research reveals that the implementation of judge responsibility in thae First Instance Court as the beholder of judial power is a manifestation from the duty that is as obligation of them working the the judicial field. This is realized in three ways that are moral responsibility, legal responsibility, and professional responsibility. Such responsibility having by judges contains: (a) value of freedom and justice, (b) Transparancy value, (c) the value of cooperation and responsibility and the behaves towards the God and humanbeings, (d) the value obliging the judge to respect the objectivity. The responsibility forms of the judge is realised by imposing punishment for them who violate the ethic code and due to their behaves , they can also be punished by light punishment that is wriiten punishment, medium sanction that is temporary forcibly quit from working, and heavy one that is by firing them forever. The imposition of punishment towards 134 of the judge recommended by the Judicial Commission to the Supreme Court in terms of imposing punishment as violating the ethic code and laws. The constraints faced by the judges in conducting his responsibility in beholding the judicial power are the obstacle in legal aspect or the rules of the statutes that are as the fundamental consideration and judge decision, the constraints of coordination with the law defenders involving in implementation of the judicial power, the constraints of the limitation of human resources of the judges and supporting facilities of its implementation and the understanding of the public view on it. In fact, the judge in its position as law defender is one of determining factors for the success of justice. It is recommended that the judges should consider and decide the case of law violations that exist; hence they can impose the rules based on its proportionality due to the fact that the judges as law defenders has an important role in law enforcement. In addition, the judge as a key in enforcing the law should refer to the law in on their duties without discriminating to whom they are imposing the law. Furthermore, the Supreme Court and the Judicial Commission should make an effort to coordinate in enforcing the law towards the violators in holding the judiciary power including by improving human resources capacity and availing the facilities supporting the judicial process. Keywords: Responsibility and Judge Profession Abstrak: Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kemudian Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dinyatakan bahwa dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim dilakukan pengawasan eksternal oleh Komisi Yudisial. Namun dalam praktek dalam penyelenggaraannya tetap saja ditemukan adanya pelangaran terhadap kode etik dan perilaku hakim yang dapat merugikan pencari keadilan. Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan tanggung jawab hakim dalam lingkup peradilan umum sebagai Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 16 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala penyelenggara kekuasaan kehakiman telah berjalan sesuai ketentuan yang berlaku dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tanggung jawab hakim sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan tanggung jawab hakim sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman diwujudkan dalam tiga yaitu tanggung jawab moral, tanggung jawab hukum dan tanggung jawab teknis profesi. Tanggung jawab profesi hakim dimaksud mengandung (a) nilai kemerdekaan dan keadilan, (b) nilai keterbukaan, (c) Nilai kerja sama dan tanggungjawabsikap dan tindakankepada Tuhan Yang Maha Esa dan sesama manusia, (d) nilai hakim wajib menjunjung tinggi nilai obyektivitas. Bentuk tanggung jawab profesi hakim diwujudkan dengan adanya sanksi hukum bagi hakim yang melanggar kode etik dan perilaku berupa sanksi ringan yakni sanksi tertulis, sanksi sedang, diberhentikan sementara, dan sanksi yang terberat adalah diberhentikan tetap atau dipecat. Pemberian sanksi sebagaimana dilakukan terhadap 134 hakim yang direkomendasi Komisi Yudisial kepada Mahkamah Agung agar memberikan sanksi kepada 134 hakim karena melanggar melanggar kode etik dan perilaku hakim. Kendala bagi hakim dalam pelaksanaan tanggung jawab penyelenggaraan kehakiman adalah meliputi kendala di bidang hukum atau ketentuan perundang-undangan yang menajdi dasar pertimbangan dan putusan hakim, kendala koordinasi dengan pihak aparat penegak hukum yang terlibat dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, hambatan dari keterbatasan sumberdaya hakim serta sarana atau fasilitas pendukung penyelengaraan kekuasaan kehakiman serta hambatan dari pemahamaan dan budaya hukum masyarakat. Padahal hakim dalam kedudukannya sebagai penegak hukum merupakan salah satu faktor yang menentukan pula bagi keberhasilan penegakan hukum. Disarankan kepada hakim agar dalam memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hukum yang terjadi agar dapat menerapkan berbagai ketentuan hukum sesuai dengan tempatnya mengingat hakim sebagai penegak hukum mempunyai kedudukan yang amat penting dalam keberhasilan upaya penegakan hukum.Disarankan agar Mahkamah Agung dan Komisis Yudisial dapat mengupayakan adanyakoordinasi dalam penegakan hukum terhadap pelaku penyelenggaraan kekuasaan kehakiman termasuk dengan mengupayakan peningkatan sumberdaya hakim dan pengadaan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Kata Kunci: Analisis Yuridis, Narkotika, Pidana Perawatan dan Rehabilitasi Undang-Undang Dasar Negara kekuasaan lainnya untuk Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD menyelenggarakan 1945) menegaskan bahwa Indonesia adalah menegakkan hukum dan keadilan. negara hukum. 1 Oleh karena itu, negara Sejalan peradilan dengan ketentuan guna tersebut diselenggarakan atas dasar hukum, atau maka salah satu prinsip penting negara sering hukum juga disebut negara hukum adalah adanya jaminan kehakiman (rechstaat), tidak atas dasar kekuasaan penyelenggaraan kekuasaan belaka (machstaat). yang bebas Kekuasaan yang merdeka, dari dimiliki pemerintah timbul setelah adanya kekuasaan hukum yang mengatur segalanya atas menyelenggarakan negara. Sejalan dengan ketentuan tersebut, menegakkan hukum dan keadilan. Pasal 24 maka salah satu prinsip penting negara ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara hukum Republik adalah lainnya pengaruh peradilan jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas pengaruh merupakan kekuasaan yang merdeka untuk dari menyelenggarakan 1 Pasal 1 ayat (3) Undang-undang- Dasar 1945 (Pasca Amandemen ke 4) 17 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 Tahun guna adanya merdeka, Indonesia untuk peradilan 1945 guna Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala menegakkan hukum dan keadilan. 2 Pasal 1 angka 1 (1) Undang-Undang Dalam dan rangka menegakkan menjaga kehormatan, Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan keluhuran Kehakiman menentukan bahwa Kekuasaan hakim dilakukan pengawasan eksternal kehakiman adalah kekuasaan negara yang oleh Komisi Yudisial. merdeka untuk menyelenggarakan martabat, (2) serta Dalam melakukan peradilan guna menegakkan hukum dan pengawasan sebagaimana keadilan pada (1), berdasarkan Pancasila dan ayat perilaku dimaksud Komisi Undang-Undang Dasar Negara Republik mempunyai Indonesia demi pengawasan terhadap perilaku hakim terselenggaranya Negara Hukum Republik berdasarkan Kode Etik dan Pedoman Indonesia. SelanjutnyaPasal 24B ayat (1) Perilaku Hakim. UUD 1945 menyatakan bahwa Komisi Ketentuan tersebut di atas merupakan Tahun 1945, tugas Yudisial Yudisial bersifat mandiri yang berwenang sebagai mengusulkan pengangkatan hakim agung penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan dan mempunyai wewenang lain dalam mewujudkan rangka (integrated menjaga kehormatan, dan keluhuran menegakkan martabat, serta perilaku hakim. upaya peradilan untuk melakukan sistem justice terpadu penyelenggaraan ini memperkuat peradilan terpadu system). Sistem sebagai kekuasaan bentuk kehakiman, Berdasarkan ketentuan tersebut tiga yang merupakan kekuasaan yang merdeka lembaga negara yang termasuk dalam yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah lingkup Agung dan badan peradilan yang berada di kekuasaan Mahkamah kehakiman, Agung (MA), yaitu Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY). Namun, menurut Pasal 24 ayat (2), hanya MA bawahnya) (dan dan penyelenggara badan MK peradilan yang kekuasaan di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum. Setiap profesi di berbagai bidang memiliki nilai-nilai yang dijunjung untuk merupakan dijadikan kehakiman, profesi pedoman yang dalam bersangkutan. kehidupan Demikian sedangkan KY tidak memiliki kewenangan halnya dengan profesi hakim di Indonesia, tersebut sehingga badan ini sering disebut di mana terdapat suatu kode etik yang sebagai lembaga ekstra-yudisial. Hal ini didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di sebagaimana diatur dalam Pasal 40 ayat (1) Indonesia serta nilai-nilai yang bersifat UU Kekuasaan Kehakiman universal bagi hakim sebagai pelaksana fungsi yudikatif. Kode etik penting bagi 2 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman hakim untuk mengatur tata tertib dan Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 18 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala perilaku hakim dalam profesinya.Kode Etik menjalankan Profesi pekerjaan tersebut.4 Hakim Kode etik suatu profesi dibuat untuk Indonesia pertama kali disusun oleh Ikatan mengatur perilaku dan sepak terjang individu Hakim Indonesia (IKAHI) pada Kongres profesional dalam menjalankan profesinya. III IKAHI tanggal 5-7 April 1965.3 Seiring Penegakan supremasi hukum sebagai bagian berjalannya waktu, perkembangan berbagai dari agenda reformasi telah menjadi komitmen hal seputar IKAHI sebagai wadah profesi pemerintah sejak masa keruntuhan rezim Orde hakim dan Kode Etik Profesi Hakim Baru hingga saat ini. Namun demikian, Indonesia terus berlangsung. Ketentuan harapan pencari keadilan terhadap lembaga terbaru Mahkamah menerbitkan Pedoman bersamaan Pedoman dengan Etika Agung (MA) peradilan sebagai benteng terakhir untuk Perilaku Hakim memperoleh keadilan belum sepenuhnya dapat disosialisasikannya pihak. Masyarakat mengkritik bahwa lembaga peradilan belum disusun Komisi Yudisial (KY), sehingga seperti yang diharapkan. Lambat menangani peristiwa perkara, biaya yang mahal, administrasi yang menjadi Hakim seluruh yang ini Perilaku memuaskan bagian dari ketidaksepahaman antara MA dan KY. berbelit-belit, perbuatan dan tingkah laku Berkaitan dengan fenomena yang pejabat peradilan yang dianggap tercela, tengah berkembang di masyarakat seputar hingga dugaan adanya konflik antara MA dan KY, Hakim Agung (judicial corruption) menjadi alasan tidak Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) percayanya Sophian Marthabaya yang dikutip Iskandar terhadap lembaga peradilan. Hal ini juga Jamil berpendapat bahwa “Suatu kode etik terjadi pada Pengadilan Negeri Banda Aceh berlaku bagi suatu profesi tertentu sehingga sehingga menarik penulis untuk melakukan sebuah kode etik harus disusun oleh profesi penelaahan lebih lanjut mengenai tanggung yang bersangkutan yang akan menjalankan jawab kode etik tersebut. Namun, sangat tidak etis kekuasaan kehakiman. sebagian hakim dalam mafia besar peradilan masyarakat penyelenggaraan apabila kode etik disusun oleh suatu institusi di menjadikan luar profesi kode etik yang itu akan untuk melakukan pekerjaan dibuat sendiri pihak yang akan Undang-Undang sebagai pedomannya. Idealnya, sebuah pedoman oleh METODE PENELITIAN menjalankan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. 5 Oleh karena itu, negara diselenggarakan atas dasar hukum, atau 3 Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi Hakim,” dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, (Mahkamah Agung RI, 2006), hal. 3. 19 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 4 Ibid., hal 4 Pasal 1 ayat (3) Undang-undang- Dasar 1945 (Pasca Amandemen ke 4) 5 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sering juga disebut negara hukum keadilan berdasarkan Pancasila dan (rechstaat), tidak atas dasar kekuasaan Undang-Undang Dasar Negara Republik belaka (machstaat). Indonesia Kekuasaan yang Tahun 1945, demi dimiliki pemerintah timbul setelah adanya terselenggaranya Negara Hukum Republik hukum yang mengatur segalanya atas Indonesia. SelanjutnyaPasal 24B ayat (1) negara. Sejalan dengan ketentuan tersebut, UUD 1945 menyatakan bahwa Komisi maka salah satu prinsip penting negara Yudisial bersifat mandiri yang berwenang hukum adalah adanya jaminan mengusulkan pengangkatan hakim agung penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan mempunyai wewenang lain dalam yang bebas merdeka, kekuasaan dari pengaruh lainnya menyelenggarakan untuk peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Sejalan dengan rangka menjaga kehormatan, keluhuran menegakkan martabat, serta perilaku hakim. Berdasarkan ketentuan tersebut tiga ketentuan tersebut lembaga negara yang termasuk dalam maka salah satu prinsip penting negara lingkup hukum Mahkamah adalah dan kekuasaan kehakiman, adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial yang bebas pengaruh (KY). Namun, menurut Pasal 24 ayat (2), merdeka, kekuasaan dari lainnya menyelenggarakan untuk peradilan guna hanya Agung MA bawahnya) (dan dan (MA), yaitu badan MK Mahkamah peradilan yang merupakan menegakkan hukum dan keadilan. Pasal 24 penyelenggara ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara sedangkan KY tidak memiliki kewenangan Republik 1945 tersebut sehingga badan ini sering disebut menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman sebagai lembaga ekstra-yudisial. Hal ini merupakan kekuasaan yang merdeka untuk sebagaimana diatur dalam Pasal 40 ayat (1) menyelenggarakan UU Kekuasaan Kehakiman Indonesia Tahun peradilan menegakkan hukum dan keadilan. Pasal angka 1 (1) Dalam kehakiman, rangka menjaga Undang-Undang dan menegakkan kehormatan, keluhuran Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan martabat, serta perilaku hakim dilakukan Kehakiman menentukan bahwa Kekuasaan pengawasan kehakiman adalah kekuasaan negara yang Yudisial. merdeka 1 guna 6 kekuasaan di untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan 6 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (2) eksternal oleh Dalam melakukan pengawasan sebagaimana pada (1), ayat mempunyai Komisi dimaksud Komisi tugas Yudisial melakukan Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 20 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pengawasan terhadap perilaku hakim hal seputar IKAHI sebagai wadah profesi berdasarkan Kode Etik dan Pedoman hakim dan Kode Etik Profesi Hakim Perilaku Hakim. Indonesia terus berlangsung. Ketentuan Ketentuan tersebut di atas merupakan sebagai upaya untuk memperkuat terbaru Mahkamah menerbitkan Pedoman (MA) Perilaku Hakim penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan bersamaan mewujudkan sistem peradilan terpadu Pedoman (integrated justice system). Sistem disusun Komisi Yudisial (KY), sehingga bentuk peristiwa peradilan terpadu penyelenggaraan ini sebagai kekuasaan kehakiman, dengan Agung Etika ini disosialisasikannya Perilaku menjadi Hakim bagian yang dari ketidaksepahaman antara MA dan KY. yang merupakan kekuasaan yang merdeka Berkaitan dengan fenomena yang yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah tengah berkembang di masyarakat seputar Agung dan badan peradilan yang berada di konflik antara MA dan KY, Hakim Agung bawahnya Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam lingkungan peradilan umum. Sophian Marthabaya yang dikutip Iskandar Setiap profesi di berbagai bidang Jamil berpendapat bahwa “Suatu kode etik memiliki nilai-nilai yang dijunjung untuk berlaku bagi suatu profesi tertentu sehingga dijadikan kehidupan sebuah kode etik harus disusun oleh profesi Demikian yang bersangkutan yang akan menjalankan halnya dengan profesi hakim di Indonesia, kode etik tersebut. Namun, sangat tidak etis di mana terdapat suatu kode etik yang apabila kode etik disusun oleh suatu didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di institusi Indonesia serta nilai-nilai yang bersifat menjadikan universal bagi hakim sebagai pelaksana pedomannya. Idealnya, sebuah pedoman fungsi yudikatif. Kode etik penting bagi untuk melakukan pekerjaan dibuat sendiri hakim untuk mengatur tata tertib dan oleh profesi perilaku pedoman yang bersangkutan. hakim profesinya.Kode dalam dalam Etik menjalankan Profesi di pihak luar profesi kode etik yang pekerjaan tersebut. akan yang itu akan sebagai menjalankan 8 Hakim Kode etik suatu profesi dibuat untuk Indonesia pertama kali disusun oleh Ikatan mengatur perilaku dan sepak terjang individu Hakim Indonesia (IKAHI) pada Kongres profesional dalam menjalankan profesinya. 7 III IKAHI tanggal 5-7 April 1965. Seiring Penegakan supremasi hukum sebagai bagian berjalannya waktu, perkembangan berbagai dari agenda reformasi telah menjadi komitmen pemerintah sejak masa keruntuhan rezim Orde 7 Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi Hakim,” dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, (Mahkamah Agung RI, 2006), hal. 3. 21 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 Baru hingga saat ini. Namun demikian, 8 Ibid., hal 4 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala harapan pencari keadilan terhadap lembaga bebas dan tidak memihak, serta adanya peradilan sebagai benteng terakhir untuk legalitas dalam arti hukum dalam segala memperoleh keadilan belum sepenuhnya dapat bentuknya. memuaskan seluruh pihak. Masyarakat Pada hakikatnya cita-cita untuk mengkritik bahwa lembaga peradilan belum menciptakan kekuasaan kehakiman yang seperti yang diharapkan. Lambat menangani merdeka dan mandiri merupakan cita-cita perkara, biaya yang mahal, administrasi yang universal. Hal ini bisa dilihat dalam Basic berbelit-belit, perbuatan dan tingkah laku Principles pejabat peradilan yang dianggap tercela, Judiciary, yang diajukan oleh Majelis hingga Umum PBB (Resolusi 40/32 tanggal 29 dugaan adanya mafia peradilan On Independence Nopember percayanya tanggal 13 Desember 1985). Juga bisa besar masyarakat resolusi dilihat terjadi pada Pengadilan Negeri Banda Aceh Principles Of The Independence The Law sehingga menarik penulis untuk melakukan Asia Region Of The Judiciary di Manila penelaahan lebih lanjut mengenai tanggung tanggal jawab didalamnya ditegaskan bahwa: dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman. 1. 28 Beijing 40/146 terhadap lembaga peradilan. Hal ini juga hakim pada dan The (judicial corruption) menjadi alasan tidak sebagian 1985 of Agustus Statement 1997, Of dimana Kehakiman merupakan institusi nilai yang tertinggi pada setiap masyarakat; KAJIAN PUSTAKA 2. Kemerdekaan hakim mempersyaratkan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia bahwa hukum memutuskan sebuah Pasca Amandemen UUD 1945 perkara Negara Indonesia sepenuhnya atas adalah Negara pemahaman Indonesia sebagai terbebas dari pengaruh dari manapun, hukum baik langsung maupun tidak langsung, dituangkan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD hakim memiliki yurisdiksi atas segala 1945 dan perubahannya yang menyatakan isu yang memerlukan keadilan. 9 Hukum. Penegasan negara yang berdasarkan undang-undang dasar dan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. dijelaskan Di Indonesia kekuasaan kehakiman Indonesia dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan adalah Negara Hukum Konsekuensi dari Badan Peradilan yang ada dibawahnya penegasan dalam sebelumnya Sebagaimana bahwa Negara tersebut adalah adanya perlindungan hak asasi manusia, adanya kekuasaan kehakiman yang merdeka dengan menyelenggarakan peradilan yang lingkungan peradilan umum, 9 Muchsin, “Kekuasaan Kehakiman Pasca Perubahan UUD 1945”, Makalah, yang disampaikan sebagai bahan kuliah di Program Doktor Ilmu Hukum Untag Surabaya tahun 2009. Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 22 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala peradilan agama, peradilan TUN, peradilan 005/PUU/2006 yang salah satu amarnya militer, telah membatalkan Pasal 34 UU No. 4 dan Konstitusi. oleh sebuah Demikian Mahkamah ketentuan yang Tahun 2004. Putusan MK tersebut juga terdapat dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945. telah membatalkan ketentuan yang terkait Untuk mendukung terwujudnya kekuasaan dengan pengawasan hakim dalam UU No. kehakiman yang merdeka telah diadakan 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.10 perubahan terhadap UU Nomor 14 tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasan Adapun hal-hal penting yang ada dalam UU No. 48 Tahun 2009, antara lain Kehakiman dan UU Nomor 35 Tahun 1999 sebagai berikut: tentang perubahan UU Nomor 14 tahun 1. Mereformulasi dan mereposisi 1970 yang diganti dengan UU Nomor 4 sistematika UU No. 4 Tahun 2004 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. terkait Dan yang terakhir UU Nomor 4 Tahun komprehensif subtansi UU No. 48 2004 tersebut dirubah menjadi UU No. 48 Tahun 2009, misalnya adanya bab Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman. tersendiri Salah satu inti dari UU No. 4 tahun roof peradilan system) baik itu terhadap lembaga terkait dengan pengaturan mengenai secara asas penyelenggaraan 2004 adalah pelaksanaan prinsip satu atap (one dengan kekuasaan kehakiman; 2. Pengaturan umum pengawasan mengenai hakim konstitusi dan sebagaimana perundang-undangan dan mendasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (1) UU No. 4 pada Kode Etik dan Pedoman Perilaku Tahun Hakim; 2004. peradilan Adapun alasan yang mengharuskan adanya perubahan atas UU peraturan Pengaturan umum No. 4 Tahun 204 menjadi UU No. 48 Tahun pengangkatan dan 2009 tentang Kekuasan Kehakiman adalah hakim dan hakim konstitusi; karena UU No. 4 Tahun 2004 belum mengatur secara komprehensif tentang 3. dengan hakim kelembagaan maupun tehnis administrasi finansial sesuai dan 4. Pengaturan mengenai pemberhentian mengenai pengadilan khusus yang mempuyai kewenangan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan untuk perubahan memutus perkara tertentu yang hanya tersebut untuk memperkuat penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan dapat memeriksa, dibentuk mengadili, dalam salah dan satu mewujudkan sistem peradilan yang terpadu 10 (integrated justice system). Di samping itu, untuk memenuhi putusan 23 - Mahkamah Konstitusi Nomor Volume 1, No. 1, Agustus 2012 Pendapat akhir presiden yang diwakili menteri Hukum dan HAM Andi Matalatta terhadap RUU tentang Kekuasaan Kehakiman dan RUU badan peradilan (PU, PA, dan PTUN) di hadapan sidang paripurna DPR RI tertanggal 29 September 2009, hal. 4. Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala lingkungan 5. 6. 7. badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung; sehingga Pengaturan mengenai hakim ad hoc bentuk independensi sebagai berikut: yang bersifat sementara dan memiliki 1. Secara muncul normatif independen antara dan memutus suatu perkara; perundang-undangan Pengaturan umum mengenai arbitrase kenyataan dan alternatif penyelesaian sengketa di kekuasaan luar pengadilan; independen. Bentuk ini merupakan Pengaturan umum mengenai bantuan bentuk ideal yang seharusnya terjadi umum bagi pencari keadilan yang tidak pada sebuah negara hukum. hukum pada setiap ketentuan yang independen. dan tertentu untuk memeriksa, mengadili 2. juga beberapa realitanya bantuan 9. dilapangan keahlian serta pengalaman di bidang mampu dan pengaturan mengenai pos 8. prakteknya saling berkaitan satu sama lain, yang ada Disini ada dalam dengan di kehakiman lapangan sama-sama Secara normatif tidak independen dan realitanya juga tidak independen. Di pengadilan; Indonesia, model ini pernah terjadi Penegasan bahwa hakim dan hakim pada tahun 1964 ketika UU No 19 konstitusi adalah pejabat negara; dan Tahun 1964 disahkan, dimana pada Pengaturan umum mengenai jaminan pasal keamanan dan kesejahteraan hakim presiden dan hakim konstitusi.11 tangan dalam masalah pengadilan dan 19 nya dapat disebutkan turut atau bahwa campur realitanya dilapangan hal itu terjadi. disahkannya Model ini merupakan terburuk dari beberapa UU baru tersebut tidak ada lagi model kekuasaan kehakiman karena tekanan-tekanan pelaku kekuasaan kehakiman tidak merdeka dalam dan tidak independen. Harapannya kekuasaan dengan terhadap kehakiman (hakim) melaksanakan tugasnya untuk memutus 3. Secara normatif independen, akan suatu perkara. Pada akhirnya dengan sistem tetapi realitanya tidak independen. Di seperti itu independensi dan kemerdekaan Indonesia, model ini pernah terjadi kekuasaan lebih pada masa orde baru dimana dalam terjamin. Menurut Muchsin, pada masa lalu peraturan perundang-undangan secara independensi kekuasaan kehakiman dapat tegas dinyatakan kekuasaan kehakiman dikategorikan menjadi 2 (dua) hal, yaitu itu merdeka dan independen akan independen independen tetapi pada kenyataan dilapangan para ini hakim empiris. kehakiman normatif Dari dua menjadi dan macam dalam dan pelaku kekuasaan kehakiman sering mendapat intervensi 11 Ibid., hlm. 5-6 Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 24 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dari eksekutif dan ekstra yudisial financial independence belum sepenuhnya lainnya.12 independen karena masih tergantung pada APBN yang notabene ditentukan oleh Jimly Asshiddiqie, yang dikutip Muchsin mengkonsepsikan independensi kekuasaan kehakiman dalam 3 (tiga) Structural independence, independensi kelembagaan, utama, disini perundang-undangan, yang terpisah dari organisasi lain seperti eksekutif dan yudikatif. Functional independence, yaitu penegak komponen anggota masyarakat. peraturan komponen hukumnya, Komponen dan aparat komponen 14 peraturan perundang- yaitu undangan di Indonesia telah diadakan independensi dilihat dari segi jaminan banyak perubahan, baik itu dalam UUD pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan 1945 yang merupakan konstitusi dasar kehakiman negara maupun UU tentang kekuasaan dari intervensi ekstra yudisial. 3. menurut Robert B. Seiman, pelaksanaannya yaitu dapat dilihat dari bagan organisasi 2. Pembaharuan kekuasaan kehakiman, dilapangan terkait oleh tiga komponen pengertian: 1. eksekutif dan legislatif. kehakiman Financial independence, independensi dilihat kemandiriannya segi UU tentang badan peradilan (PU, PA dan PTUN). Sedangkan komponen aparat penegak hukum menentukan merupakan dari pelaksanaan penagakan sendiri anggaran yang dapat menjamin hukum. Jika mereka baik, maka bisa kemandiriannya dalam dipastikan hukum akan tegak dengan baik, fungsi. dalam dari yaitu serta menjalankan 13 demikian juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Taverne Dari tersebut, ketiga pengertian independensi independen kekuasaan kehakiman di Indonesia, sesuai dengan ketentuan UU No. 4 Tahun 2004 dan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman, telah mecakup independensi dalam pengertian structural independence yang dikutip “berilah aku hakim yang baik, polisi yang baik dan jaksa yang baik, dengan Undang-Undang yang kurang baik sekalipun hasilnya akan lebih baik”. 15 Sebagaimana diketahui bahwa pada masa lalu hakim dalam menjalankan tugasnya banyak mendapatkan tekanan dan dan functional independence, cuma untuk 14 12 Muchsin, “Kekuasaan Kehakiman Pasca Perubahan UUD 1945”, Makalah yang disampaikan sebagai bahan kuliah di Program Doktor Ilmu Hukum Untag Surabaya tahun 2009, hlm 5. 13 Ibid., hlm 4. 25 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 Ibid., hlm.8. Ahmad Zaenal Fanani, Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka Dan Masa Depan Peradilan Agama (Analisis UU No. 48 Tahun 2009 dan UU No. 50 Tahun 2009), Untag, Surabaya, 2010, hlm. 9. 15 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala godaan baik dari penguasa maupun peradilan antara rakyat biasa dan pejabat masyarakat, namun hal itu semua terpulang pemerintah. pada dalam menjalankan tugasnya melakukan pribadi aparat penegak hukum, Bagi pemerintah, apakah memiliki keberanian moral untuk kekeliruan melawan tekanan dan godaan tersebut forum peradilan tersendiri, yaitu peradilan dengan tetap berpegang teguh pada hukum administrasi Negara”.17 dan keadilan.16Adapun komponen terakhir adalah komponen anggota masyarakat. atau pejabat kesalahan mempunyai Hal yang sama juga diungkapkan oleh A. V. Dicey yang juga dikutip Faisal A. “adanya perbedaan konsep Komponen ini perlu diberikan sosialisai Rani bahwa dan penyadaran hukum sehingga mereka antara system the rule of law dan droit patuh terhadap hukum dan selalu bertindak administrative, dalam koridor hukum, serta mampu untuk system susunan organisasi peradilan, yaitu melakukan kontrol sosial terhadap aparat judicial court (common law court) dan penegak hukum. administrative court. Pada Negara yang menganut Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah di Beberapa Negara kekuasaan kehakiman di Negara-negara di dunia terdapat perbedaan antara satu sama lain. Perbedaan tersebut terbagi dalam dua golongan besar sebagaimana dikemukakan C.F. Strong yang dikutip Faisal A. Rani “susunan kekuasaan kehakiman pada Negara-negara yang tergolong dalam common law state, dimana berlaku konsep rule of law, tidak terdapat perbedaan forum peradilan bagi rakyat biasa dan pejabat pemerintah. Setiap orang akan diperiksa, diadili, dan diputus oleh badan peradilan yang sama, yaitu peradilan umum (the ordinary court). Sedangkan pada Negaranegara yang prerogative tergolong state, sistem dua menimbulkan droit susunan dua administrative, peradilan, yaitu peradilan umum dan peradilan administrasi. Apabila ditelaah mengenai organisasi bahwa terdapat juga ke dalam dibedakan forum Sedangkan pada Negara dengan system the rule of law hanya terdapat satu lingkungan peradilan, yaitu peradilan umum. Banyak Negara dengan system common law, seperti Amerika Serikat dan Inggris, persoalanpersoalan adminitratif atau pemerintahan dihadapkan pada peradilan biasa, tidak ada perbedaan antara rakyat biasa dengan pejabat pemerintah di forum peradilan, sesuai dengan salah satu unsur the rule of law, yaitu equality before the law”.18 Perbedaan antara badan peradilan umum (the ordinary court) dan badan peradilan khusus administrasi (the special atau peradilan court) dalam perkembangannya tidak dapat lagi dilihat 17 16 Ibid. Faisal A. Rani, Op.Cit., hlm. 76. Ibid., hlm. 77. 18 Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 26 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dalam bentuk aslinya. bahwa organisasi kekuasaan kehakiman pada bentuk kehadiran peradilan khusus di suatu Negara, Negara kesatuan, tercermin dalam bentuk tidak konsep susunan organisasi kekuasaan kehakiman droit administrative, bahkan Negara-negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 dengan system common law membentuk sebagaimana dijelaskan sebelumnya. semata-mata Artinya berdasarkan badan peradilan khusus. Perbedaan susunan kekuasaan kehakiman juga terjadi karena bentuk Negara, misalnya TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM pada bentuk Negara federasi dan negara SEBAGAI kesatuan. Susunan kekuasaan kehakiman pada KEKUASAAN Negara yang berbentuk federal tercermin pada PRAKTEK PENYELENGGRA KEHAKIMAN DALAM susunan organisasi dan yurisdiksi badan peradilan, seperti di Amerika Serikat, dimana Pelaksanaan Tanggung Jawab Hakim Amerika dalam Serikat sebagai Negara yang Lingkup berbentuk federal, tentu mempunyai sistem Sebagai pemerintahan federal dan sistem negera- Kehakiman berlaku pada dua Penyelenggara Penegakan negara bagian. Dengan demikian doktrin pemisahan kekuasaan Peradilan berdasarkan Umum Kekuasaan supremasi nilai-nilai hukum kebenaran dan tingkatan, pada tingkat nasional (federal) keadilan serta penghormatan terhadap hak- wewenang pemerintah federal dibagi antara hak tiga cabang kekuasaan yang berbeda, dan pada universal.Menurut tingkatan lainnya kekuasaan dibagi antara Indonesia pemerintah federal dan Negara-negara bagian. (rechtsstaat), Akibat dari susunan kekuasaan Negara yang kekuasaan ditetapkan dalam susunan prinsip penyelenggaraan peradilan yang organisasi kekuasaan (badan menetapkan “Pengadilan adalah benteng peradilan) di Amerika Serikat, diatur dalam terakhir penegakan hukum dan keadilan” suatu system ganda (dual court system), yaitu belum sistem badan peradilan federal dan sistem Pengadilan yang masing-masing memberikan putusan konstitusi, kehakiman Negara bagian. Ketika asasi manusia yang sistem berdasar tidak belaka memberikan secara pemerintahan atas berdasar hukum kepada (machtsstaat), hasil maksimal. didambakan yang dan dapat mengakhiri konstitusi Amerika Serikat dirancang pada kemelut masyarakat, justeru menetapkan tahun 1787 pada Negara-negara bagian sudah putusan yang memicu bentrokan dalam berkembang suatu sistem Negara bagian masyarakat. Demikian pula, pengadilan masing-masing. 19 Sedangkan susunan masih sering menempatkan dirinya sebagai “pemelihara dan pelindung” kepentingan 19 Ibid.hal 78. 27 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kekuasaan dan penguasa.Pengadilan mengalihkan, atau bahkan mencabut hak merupakan bagian dari Mahkamah Agung, dan kebebasan warga negara, dan semua itu di mana di tataran negara Indonesia, dilakukan Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi hukum negara kewenangan dan tingginya tanggung jawab dalam Indonesia sistem yang kekuasaan ketatanegaraan merupakan kehakiman pemegang bersama-sama dalam dan hakim rangka menegakkan keadilan. ditunjukkan Besarnya melalui putusan pengadilan yang selalu diucapkan dengan “Demi Keadilan Berdasarkan dengan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah irah-irah Agung membawahi badan peradilan dalam Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan hal peradilan menegakkan agama, lingkungan peradilan ini kewajiban hakim dalam tidak hanya kepada sesama keadilan militer, lingkungan peradilan tata usaha dipertanggungjawabkan negara. manusia, tetapi juga kepada Tuhan Yang Mahkamah Agung Republik Indonesia Maha Esa.20Jadi setiap profesi di berbagai dalam melaksanakan visi dan misinya bidang termasuk profesi hakim memiliki adalah untuk mewujudkan supremasi nilai-nilai yang dijunjung untuk dijadikan hukum melalui kekuasaan kehakiman yang pedoman dalam kehidupan profesi yang mandiri, efektif, efisien, serta mendapatkan bersangkutan. Demikian halnya dengan kepercayaan publik, dan profesi hakim di Indonesia, di mana memberikan pelayanan yang terdapat suatu kode etik yang didasarkan berkualitas, etis, terjangkau dan biaya pada nilai-nilai yang berlaku di Indonesia rendah serta nilai-nilai yang bersifat universal bagi bagi profesional masyarakat menjawab hukum serta panggilan publik.Pengadilan, sebagai mampu pelayanan hakim sebagai pelaksana fungsi yudikatif. pelaksana Apabila dilihat dari profesi hakim kekuasaan kehakiman merupakan salah sebagai satu unsur penting dalam sebuah negara kehakiman terdapat tiga unsur pokok,yaitu hukum (rechtsstaat) yang harus memenuhi : kriteria mandiri (independen), netral (tidak berpihak), dan kompeten yang dapat 1. Tugas, penyelenggara yaitu kewenangan atau kekuasaan kewajiban kekuasaan dan yang menjamin pemenuhan hak asasi manusia. harus dilaksanakan untuk kemudian Oleh karena itu, posisi profesi hakim diperinci lebih lanjut tentang cara sebagai aktor utama lembaga peradilan melaksanakannya. menjadi amat vital, terlebih lagi mengingat segala kewenangan yang dimilikinya, di mana hakim dapat mengubah, 2. Aparat, yaitu pelaksana tugas tersebut 20 Hasil Wawancara dengan Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus – September 2011 Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 28 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang terdiri atas komponen pelaksana, melaksanakan tugasnya secara profesional pendukung, dan penunjang. sesuai dengan kriteria teknis yang berlaku 3. Lembaga, yaitu wadah (struktur dan organisasi) prasarana beserta tempat sarana para dan aparat melaksanakan tugasnya.21 dalam bidang profesi yang bersangkutan, baik bersifat umum maupun ketentuan khusus dalam lembaganya. Apabila ditelaah dari tanggung jawab Bagi seorang aparat penegak hukum moral hakim, maka hal ini dihadapkan pada seperti halnya hakim, mendapat suatu tugas tujuan berarti memperoleh sebuah tanggung jawab ditegakkannya yang terkait tiga hal, yaitu (1) mendapat keadilan yang terapat dalam das sollen kepercayaan (kenyataan untuk dapat mengemban akhir profesi hakim adalah Cita hukum keadilan. normatif) harus dapat tugas, (2) merupakan suatu kehormatan diwujudkan dalam das sein (kenyataan sebagai (3) alamiah) melalui nilai-nilai yang terdapat merupakan suatu amanat yang harus dijaga dalam etika profesi. Salah satu etika profesi dan dijalankan. yang telah lama menjadi pedoman profesi pengemban tugas, dan Tanggung jawab dapat dibedakan atas ini sejak masa awal perkembangan hukum tiga jenis, yaitu tanggung jawab moral, dalam peradaban manusia adalah The Four tanggung jawab hukum, dan tanggung Commandments for Judges dari Socrates. jawab teknis profesi. Tanggung jawab Kode etik hakim tersebut terdiri dari empat, moral sesuai yaitu (1)To hear corteously (mendengar dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dengan sopan dan beradab), (2) To answer berlaku wisely adalah dalam tanggung jawab lingkungan kehidupan (menjawab (3) dengan bijaksana), pribadi maupun bersifat kelembagaan bagi (mempertimbangkan tanpa suatu lembaga yang merupakan wadah para apapun) decide impartially aparat bersangkutan. Sementara tanggung (memutus tidak berat sebelah).22 (4)To consider dan profesi yang bersangkutan, baik bersifat dan To arif soberly terpengaruh jawab hukum diartikan sebagai tanggung Hal ini dibenarkan oleh beberapa jawab yang menjadi beban aparat untuk hakim yang diwawancarai bahwa tanggung dapat melaksanakan tugasnya dengan tidak jawab profesi hakim dalam pelaksanaannya melanggar adalah rambu-rambu hukum. selalu berhadapan dengan Sedangkan tanggung jawab teknis profesi penegakan hukum dan keadilan. Dalam merupakan tuntutan bagi aparat untuk kenyataan kedua hal tersebut sering kali 22 21 Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi Hakim,” dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, (Mahkamah Agung RI, 2006), hal. 1. 29 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 Wildan Suyuthi, “Etika Profesi, Kode Etik, dan Hakim dalam Pandangan Agama” dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan. Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2006.hlm. 28. Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala menjadi dilema bagi hakim dalam 4. Mempunyai kesanggupan mempertimbangkan suatu putusan, di mana mengeluarkan disatu sisi hakim harus melakukan suatu pendapat tanpa meningalkan norma- upaya penegakan hukum tetapi di sisi lain norma kedinasan; dan harus melihat rasa keadilan yang harus dihormati dalam masyarakat. Penegakan hukum yang harus dilakukan terkadang melukai rasa keadilan dalam masyarakat. serta untuk mengemukakan 5. Tidak dibenarkan mengadakan resolusi terhadap apapun. atasan dalam bentuk 24 23 Secara umum, yang harus dilakukan Terhadap sesama haruslah pencari keadilan dalam persidangan adalah hubungan kerja sama yang baik antar (1) Bersikap dan bertindak menurut garis- sesama rekan, memiliki rasa setia kawan, garis yang ditentukan dalam hukum acara tenggang rasa, dan saling menghargai yang antarsesama (2) Tidak dibenarkan dan hakim hakim terhadap pihak ketiga yang menjadi berlaku, memelihara rekan, memupuk rekan, memiliki kesadaran, bersikap yang menunjukkan memihak atau kesetiaan, bersimpati atau antipati terhadap pihak- hakim; dan pihak yang berperkara, (3) Harus bersikap martabat sopan, dalam maupun di luar kedinasan. Begitu pula memimpin sidang, baik dalam ucapan terhadap bawahan/pegawai, setiap hakim maupun perbuatan, (4) Harus menjaga selayaknya bersikap: tegas, dan bijaksana penghargaan terhadap korps menjaga nama baik dan rekan-rekan, baik di dalam kewibawaan dan kekhidmatan persidangan; 1. Harus mempunyai sifat kepemimpinan; dan 2. Membimbing (5) kebenaran Bersungguh-sungguh dan mencari keadilan.Sementara itu, terhadap profesinya sendiri, seorang hakim juga harus menjaga perilakunya, baik kepada atasan, sesama rekan, maupun bawahan. Terhadap atasan, seorang hakim harus bersikap: bawahan untuk mempertinggi kecakapan; 3. Harus mempunyai sikap sebagai seorang bapak/ibu yang baik; 4. Memelihara sikap kekeluargaan antara bawahan dengan hakim; dan 5. Memberi contoh kedisiplinan. 1. Taat kepada pimpinan; 2. Menjaankan tugas-tugas yang telah digariskan dengan jujur dan ikhlas; 3. Berusaha memberi saran-saran yang membangun; 23 Hasil Wawancara dengan Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus – September 2011 Rasa tanggung jawab moral profesi hakim juga harus ditunjukan dari sikap hakim di luar kedinasan. Oleh karena itu, di luar kedinasannya berprofesi di pengadilan, 24 Hasil Wawancara dengan Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus – September 2011 Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 30 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala hakim juga harus senantiasa menjaga sikap hubungan suami isteri meskipun telah dan perilakunya. Terhadap diri pribadi, bercerai, dengan ketua, salah seorang seorang hakim harus: memiliki kesehatan Hakim Anggota, Jaksa, Advokat, atau jasmani dan rohani, berkelakuan baik dan Panitera tidak tercela, wewenang tidak menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi maupun golongan, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela oleh masyarakat dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan merendahkan martabat yang hakim.Selain tanggung jawab moral di atas, hakim juga memilik tanggung jawab secara hukum khususnya apabila dikaitkan dengan beberapa peraturan perundang-undangan yang memiliki kaitan dengan hakim dan peradilan mencantumkan dan mengatur pula hal-hal seputar tanggung jawab hukum profesi hakim. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mencantumkan beberapa tanggung jawab profesi yang harus ditaati oleh hakim, yaitu: a. Bahwa hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik tindakan yang c. Bahwa hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau yang paling penilaian oleh diutamakan. terhadap hakim Selain kinerja itu, dan profesionalisme hakim dalam menjalankan tugasnya juga menjadi perhatian. Setiap hakim dituntut mampu mempertanggungjawabkan tindakannya sebagai profesional di bidang hukum, baik di dalam maupun di luar kedinasan, secara materi dan formil. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang mutlak bagi para hakim untuk memahami secara mendalam aturanaturan mengenai hukum acara di persidangan. Ketidakmampuan dalam mempertanggungjawabkan hakim tindakannya secara teknis atau dikenal dengan istilah unprofessional conduct dianggap sebagai pelanggaran yang harus Berdasarkan uraian di atas, dalam pelaksanaan tanggung jawab hakim dalam lingkup peradilan hakim penyelenggara Volume 1, No. 1, Agustus 2012 umum kekuasaan adalah sebagai sebagai kehakiman, aktor kekuasaan utama kehakiman. Profesi hakim dianggap sebagai pembawa keadilan, berkonflik 31 - dilakukan dengan ketentuan yang berlaku menjadi hal penyelenggara dan jahat dari terdakwa hubungan penilaian terhadap sesuai atau tidaknya dijatuhi sanksi. dalam masyarakat b. Bahwa Pada tanggung jawab teknis profesi, dimana orang yang mempercayakan sedang hidupnya Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kepada seorang hakim untuk menentukan dalam mengadilitidak boleh membeda- nasibnya bedakan orang dan wajib menghormati menghendaki seorang hakim haruslah memiliki sosok yang dianggap asas praduga hamper mendekati orang yang sempurna. bertanggungjawabsecara Walaupun demikian semua tindak tanduk kepada sesama manusia dan hakim jelas lah harus dibatasi dan diawasi vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa; karena kodrat sang hakim yang juga 3. Hakim tidak boleh menolak untuk bersalah, horizontal secara sebagai manusia biasa. Keberadaan kode memeriksa etik dari profesi hakim memegang peranan perkara yang diajukan dengan dalih sebagai rel yang mengarahkan seorang bahwa hakim dalam berkelakuan baik dalam kurang jelas. menjalankan tugas sehari-hari di pengadilan dan ketika dia berada di luar pengadilan. Hakim peranan dan tak hukumnya yang kedudukan penting demi dan tegaknya negara hukum. Oleh karena itu, terdapat beberapa nilai yang dianut dan wajib tidak suatu ada atau 4. Hakim wajib menjunjung tinggi kerja sama dan kewibawaan korps. 5. Hakim memiliki mengadili harus senantiasa mempertanggungjawabkan segala sikap dan tindakannya. 6. Hakim wajib menjunjung tinggi nilai obyektivitas. dihormati oleh penyandang profesi hakim dalam menjalankan tugasnya. Nilai di sini Sebagai aktor utama lembaga peradilan, diartikan sebagai sifat atau kualitas dari posisi, dan peran hakim menjadi sangat sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan penting, manusia, lahir maupun batin. Bagi manusia, kewenangan yang dimilikinya. Melalui nilai putusannya, dijadikan landasan, alasan, atau terlebih dengan seorang segala hakim dapat motivasi dalam bersikap dan bertingkah mengalihkan hak kepemilikan seseorang, laku, baik disadari maupun tidak. Nilai- mencabut nilai yang terkandung dalam pelaksanaan menyatakan tidak sah tindakan sewenang- tanggung jawab hakim adalah wenang pemerintah terhadap masyarakat, sebagai berikut: sampai 1. Profesi hakim merupakan profesi yang merdeka menyelenggarakan warga dengan negara, memerintahkan penghilangan hak hidup seseorang. Semua kewenangan yang dimiliki oleh 2. Nilai keadilan juga tercermin dari kewajiban kebebasan hakim peradilan hakim harus dilaksanakan dalam rangka untuk menegakkan secara keadilan tanpa pandang bulu dengan tidak sederhana, cepat, dan biaya ringan dan hukum, membeda-bedakan kebenaran orang seperti Volume 1, No. 1, Agustus 2012 dan diatur - 32 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dalam lafal sumpah seorang hakim, di pengaduan masyarakat yang masuk ke mana setiap orang sama kedudukannya di Komisi depan hukum dan hakim. Namun demikian ketidakpuasan terhadap putusan majelis terhadap hakim yang dalam pelaksanaan hakim, dan Komisi Yudisial memiliki tugasnya kewenangan untuk memeriksa cara hakim juga tidak terlepas dari Yudisial adalah penyelewengan dan pelanggaran terhadap menjatuhkan kedudukan yang disandang oleh seorang tidak punya kewenangan untuk memeriksa hakim. Penyelewengan dan pelanggaran hasil tersebut akan berdampak pada citra dirinya Yudisial memeriksa cara hakim untuk hakim di mata masyarakat. Oleh karena itu menjatuhkan putusan itu berdasarkan kode diperlukan etik dan pedoman perilaku hakim. adanya penerapan terhadap pelanggaran diawali dengan sanksi dimaksud adanya hakim, namun Yudisial Komisi Berdasarkan penelaahan pada berbagai pengaduan media diketahui bahwa Komisi Yudisial (KY) dalam periode 2005 hingga 2011 Berdasarkan data diketahui masyarakat putusan Komisi yang masyarakat. Yudisial putusan. laporan yang pada bahwa masuk ke Komisis telah memberikan rekomendasi kepada pengaduan Mahkamah Agung agar memberikan sanksi Komisis kepada 134 hakim karena melanggar Yudisial terhadap perilaku hakim sejak melanggar kode etik dan perilaku hakim. 2005 hingga 2011 sebanyak 13 ribu lebih Sanksi tersebut dapat berupa sanksi ringan laporan, namun laporan yang diregistrasi yakni sebanyak 3.179 laporan karena banyak diberhentikan sementara, dan sanksi yang laporan yang tidak memenuhi syarat. Dari terberat adalah diberhentikan tetap atau 3.179 laporan yang diregistrasi, hanya 273 dipecat.26 sanksi tertulis, sanksi sedang, laporan yang ditindaklanjuti oleh Komisis Menurut Muzayyin Mahbub, dari 134 Yudisial dan sebanyak 477 hakim dipanggil hakim yang direkomendasi untuk mendapat untuk sanksi dimintai klarifikasi. Hasilnya, tersebut, sebanyak 18 hakim sebanyak 134 hakim direkomendasikan direkomendasikan untuk dipecat karena untuk mendapat sanksi karena melanggar terbukti melanggar kode etik dan perilaku kode etik dan pedoman perilaku hakim, dan hakim, serta pelanggaran yang tergolong 18 hakim di antaranya direkomendasikan berat, sedangkan sisanya direkomendasikan untuk diberhentikan tetap atau dipecat. 25 Muzayyin mengatakan sebagian besar untuk 33 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 tertulis. Rekomendasi pemecatan hakim diserahkan kepada MA dan 25 Metro TV, Komisi Yudisial Rekomendasikan 134 Hakim Dihukum http://www.metrotvnews.com., Diakses, Februari 2012 teguran sebanyak 26 7 hakim yang sudah Muzayyin Mahbub, Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial, dialog interaktif http://www.metrotvnews.com/Diakses Februari 2012 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ditindaklanjuti, sedangkan sisanya masih Pengawas Eksternal. dalam proses di Mahkamah Agung. 27 Muzayyin Mahbub, juga mengakui Kendala yang Dihadapi dalam bahwa pihaknya tidak dapat membuka Pelaksanaan Tanggung Jawab Hakim identitas sebagai hakim-hakim direkomendasikan untuk yang diberhentikan karena etikanya harus tertutup, termasuk pemeriksaan hakim yang bermasalah Penyelengggaran Kekuasaan Kehakiman Pelaksanaan tanggung jawab hakim sebagai penyelengggaran kekuasaan karena KY tidak memiliki kewenangan kehakiman dalam setiap perkara perkara untuk mempublikasikan hakim-hakim yang yang ditanganinya akan dilihat, diakui atau sedang diperiksa. Demikian pula halnya dibenarkan telah terjadi peristiwa tersebut. dengan yang Hakim melakukan pembuktian dengan alat- menangani kasus Antasari Azhar, Komisis alat bukti dalam mendapatkan kepastian Yudisial pada peristiwa tersebut dikualifisir termasuk publik pemeriksaan hakim yang menangani dalam hubungan hukum apa atau yang kasus Antasari Azhar diketahui media dari mana. Hakim akan mencari ketentuan- pengacara Antasari. Namun demikian ketentuan yang dapat diterapkan pada apabila telah masuk tahap pemeriksaan di peristiwa hukum yang bersangkutan. 28 Jadi, tingkat Hakim akan menerapkan hukum terhadap pemeriksaan tidak hakim pernah majelis membuka kehormatan Mahkamah Agung, hakim di maka proses di sana sudah terbuka dan dapat diketahui oleh publik. peristiwa dan menilainya serta pada gilirannya menetapkan hukumnya kepada peristiwa yang bersangkutan, barang tentu Berdasarkan hal tersebut di atas ia memberikan keadilan sesuai dengan jelaslah bahwa terhadap hakim dalam penilaiannya. pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai memerlukan penyelengggaran penerapannya. Konkretisasi keadilan hanya juga dibatasi pengawas Profesi kekuasaan dengan kehakiman adanya lembaga mungkin Eksistensi peranan bilamana Hakim dalam memahami Komisi Kehormatan kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat. Hakim yang berwenang Namun demikian dalam pelaksanaan tanggung hakim yang melakukan pelanggaran kode penyelengggaran etik sebagai pengawasan. tindak Selain Yudisial 27 Hakim yaitu memberikan pertimbangan dan sanksi bagi Komisi Keadilan Ibid. itu, jawab hakim kekuasaan sebagai kehakiman lanjut fungsi juga tidak terlepas dari adanya berbagai juga terdapat kendala. Hal ini disebabkan karena Hakim sebagai Lembaga 28 Hasil Wawancara dengan Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus – September 2011 Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 34 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dalam mengaktualisasi ide keadilan berhubung dengan itu harus diadakan memerlukan situasi yang kondusif, baik jaminan dalam Undang-Undang tentang yang berasal dari faktor eksternal maupun kedudukan para Hakim”. internal dari dalam diri seorang Hakim. dipertegas lagi dalam penjelasan Undang- Jika ditelusuri, faktor yang mempengaruhi Undang hakim kekuasaan mengatakan “Kekuasaan kehakiman yang kehakiman dalam mentransformasikan ide merdeka ini mengandung pengertian di keadilan, antara lain adanya jaminan dalamnya terhadap peradilan/Hakim, bebas dari campur tangan pihak kekuasaan penyelenggaraan kebebasan kualitas profesionalisme Kekuasaan Kehakiman yang kekuasaan kehakiman yang dan negara lainnya, dan kebebasan dari paksaan, penghayatan etika profesi Hakim. Faktor directiva atau rekomendasi yang datang pertama eksternal, dari pihak ekstra yudisiil kecuali dalam hal- sedangkan dua faktor terakhir merupakan hal yang diijinkan oleh Undang-Undang”. faktor internal. Untuk lebih jelasnya dapat Kekuasaan kehakiman mempunyai dua tujuan. melakukan fungsi merupakan faktor dilihat pada uraian berikut: Jaminan Hakim Hal tersebut 29 Kebebasan Peradilan peradilan mandiri Pertama dan agar kewenangan peradilan secara jujur, dan adil, kedua, agar kekuasaan kehakiman mampu berperan (Indepedency of Judiciary) Kebebasan yang menjadi melakukan pengawasan terhadap semua keharusan bagi tegaknya negara hukum tindakan penguasa. Sedangkan konsekuensi (rechstaat). Hakim akan mandiri dan tidak dari kekuasaan kehakiman yang merdeka memihak dalam memutus sengketa, dan adalah : dalam 1) situasi Hakim yang akan sudah kondusif tersebut, leluasa mentransformasikan ide-ide Supremasi hukum, di mana setiap untuk penyelesaian sengketa harus sesuai dalam dengan proses yang ditentukan hukum pertimbangan-pertimbangan putusan. Di berdasarkan asas perlakuan yang sama Indonesia jaminan terhadap indepedency of di depan hukum dan perlindungan judiciary yang sama didepan hukum; telah dipancangkan sebagai pondasi dalam Pasal 24 dan 25 UUD 1945 yang dipertegas dimaksud dalam penjelasan “Kekuasaan kehakiman ialah 2) Peradilan sebagai katup penekan (pressure valve), Lembaga peradilan diberi wewenang penekan dari hukum yang dilakukan oleh siapapun kekuasaan pemerintah, 29 Hasil Wawancara dengan Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus – September 2011 35 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 setiap katup kekuasaan yang merdeka, artinyaterlepas pengaruh atas sebagai pelanggaran dan pihak manapun tanpa kecuali dan pelanggaran itu meliputi segala bentuk Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala perbuatan yang tidak konstitusional, 3) 4) 5) Setiap Hakim dituntut untuk ketertiban umum dan kepatutan. melaksanakan tugasnya secara profesional, Peradilan sebagai tempat terakhir (the yakni kemampuan dan ketrampilan Hakim last untuk resort) dalam menegakkan melaksanakan efektifitas peradilan sebagai tempat terakhir. penerapan hukumnya, maupun kemampuan Peradilan sebagai pelaksana penegakan mempertimbangkan putusan berdasarkan hukum. nilai-nilai Peradilan dibenarkan bertindak “tidak berkembang dalam demokratis secara fundamental” karena kemampuan memprediksi tidak memerlukan akses dari siapapun, dampak sosial atas putusan yang telah tidak memerlukan negosiasi dari pihak dijatuhkannya. dan “kompromi” tidak dari memerlukan pihak yang Baik dan kebenaran dan keadilan menempatkan manapun putusan. efesiensi keadilan yang dari segi tumbuh masyarakat, dan serta reaksi dan Profesionalisme ini merupakan salah satu sisi dari mata uang “profesi”, berperkara. disamping sisi etika profesi. Jadi, setiap Terdapat kesepakatan umum dalam profesi mempunyai dua aspek, yakni komunitas Pengadilan di dunia bahwa profesionalisme sebagai keahlian teknis lembaga dan etika profesi sebagai dasar moralita. peradilan diharapkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : Profesionalisme mempunyai peranan yang a. penting, lebih-lebih Hakim mengemban Pengadilan memberikan keadilan tanggung jawab dan kewajiban yuridis individu dalam kasus individual. b. Pengadilan c. beroperasi secara yang terkait dengan jabatannya. Undang- transparan. Undang Pengadilan menyediakan suatu forum mewajibkan yang menolak untuk memeriksa dan mengadili tidak memihak dalam meyelesaikan sengketa hukum. d. Pengadilan melindungi warga dari penggunaan kekuasaan pemerintah Hakim Kehakiman “.....tidak boleh suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan mengadilinya”. yang sewenang-wenang. e. Pengadilan melindungi yang lemah. f. Pengadilan membuat Kekuasaan dan merawat catatan formal tentang putusan dan status hukum. Dalam upaya mewujudkan profesionalisme Hakim, maka seyogyanya para Hakim memiliki penguasaan ilmu yang mendalam dan wawasan yang luas, yang tercermin dalam bobot dan untuk Kualitas Profesionalisme Hakim putusan yang dijatuhkan Volume 1, No. 1, Agustus 2012 dengan - 36 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kemampuan untuk mengetahui, memahami teraplikasi dan menghayati hukum yang berlaku serta peraturan hukum yang akan diterapkan mempunyai pada keberanian menjatuhkan keputusan berdasarkan hukum dan keadilan. pemenuhan kumpulan suatu peristiwa yang dikemukakan para pihak, ataupun dalam pola Penghayatan Etika Profesi Hakim, dalam pikir pertimbangan (motivasi), sehingga antara pertimbangan hukum dan Dalam hal ini Etika profesi Hakim keputusannya (amar) mempunyai suatu adalah asas-asas moralita yang mendasari rangkaian yang logis. Tetapi yang tidak profesi kalah Hakim. Bermakna sebagai pentingnya, konseptual pegangan dalam bersikap dan bertindak putusan selama individu dalam setiap kasus (perkara). mengemban dan menjalankan jabatan Hakim, baik di dalam maupun di harus secara memberikan keadilan Namun demikian, kenyataan hakim luar kedinasan. Ikatan Hakim Indonesia dalam (IKAHI) kehakiman dalam bentuk putusan hakim telah merumuskan kode penyelenggaraan kekuasaan kehormatan Hakim Indonesia dalam bentuk yang merupakan wujud Panca Dharma Hakim, yang merupakan dalam mentransformasikan ide keadilan suatu juga menemui berbagai kendala. Kendala bentuk pengawasan terhadap anggotanya. yang Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa sebagai pelaksana dihadapi penyelenggaraan tanggung jawab hakim kekuasaan dalam kehakiman kekuasaan tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan kehakiman, hakim berwenang menetukan penegakan hukum. Dari hasil wawancara hukum dan keadilan bagi setiap individu dengan yang berperkara. Hakim harus memberikan Negeri Banda Aceh, dapat dikemukakan keadilan kepada setiap pihak dan proses beberapa kendala dan hambatan yang penyelesainnya tidak memihak walaupun dihadapi hakim dalam penyelenggaraan dalam kekuasaan kehakiman, yaitu : kenyataannya sebagian budaya masyarakat cenderung menolak putusan (perdata) dan (eksekusi) memerlukan Putusan Hakim pelaksanaan 1. paksa. wujudnya terdiri dari dan Hakim Pengadilan Hambatan dari segi ketentuan hukum. putusan upaya ketua Dalam hal ini yang dimaksud adalah dalam ketentuan hal penyusunan perundang-undangan, susunan kata (bahasa) yang sebenarnya maksudnyabahwa mengandung kegiatan berfikir yuridik dari harus dibuat dengan mengikuti asas- pembuatnya mengkonstatir, menyimpulkan. 37 - (Hakim). Ia akan asas mensistimatir serta seperti misalnya undang-undang tidak nampak berlaku surut, undang-undang yang Kegiatan ini Volume 1, No. 1, Agustus 2012 berlakunya undang-undang undang-undang, Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bersifat khusus mengesampingkan hukum undang-undang yang bersifat umum; undang-undang yang dibuat oleh Dalam hal keterkaitan dan ini menyangkut koordinasi penguasa yang lebih tinggi mempunyai pihak-pihak kedudukan yang lebih tinggi pula; berkaitan dengan bidang penegakan undang-undang hukum mencakup belakangan yang berlaku secara yang langsung law undang- enforcement dan peace maintenance. terdahulu; Penegak hukum harus menjalankan undang-undang tidak dapat diganggu tugasnya dengan baik sesuai dengan gugat. peranannya masing-masing yang telah undang membatalkan yang dengan yang berlaku diatur Demikian pula pembuatan undangundang haruslah memenuhi dalam peraturan perundang- undangan. Dalam menjalankan tugas syarat tersebut dilakukan dengan filosofis/idologis, syarat yuridis dan mengutamakan syarat sosiologis, maksudnya undang- profesionalisme, undang boleh panutan masyarakat serta dipercaya bertentangan dengan ideologi negara, oleh semua pihak termasuk semua dan undang-undang dibuat haruslah anggota masyarakat. Dalam hal ini menurut kendala dibuat ketentuan kewenangan undang tidak yang mengatur pembuatan undang- sebagaimana Konstitusi negara, diatur serta dalam undang- keadilan sehingga terjadi akibat dan menjadi kurangnya koordinasi antara sesama aparat penegak hukum lain dalam penyelenggaraan proses peradilan. undang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-undang tersebut 3. Hambatan dari sumberdaya hakim serta diberlakukan. Hambatan dan kendala fasilitas dari undang-undang ini timbul akibat kekuasaan kehakiman. ketentuan undang-undang yang dibuat keterbatasan pendukung Sarana atau penyelengaraan fasilitas`tersebut sering mengalami perubahan sehingga mencakup mempengaruhi putusan yang telah dan terdidik dan terampil termasuk tenaga akan diambil hakim terhadap suatu hakim yang masih sangat terbatas, permasalahan organisasi yang baik, peralatan yang hukum baik perdata maupun pidana. tenaga sarana atau manusia yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya. Ketersediaan sarana dan 2. Hambatan dari aparat penegak fasilitas yang memadai merupakan Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 38 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala suatu keharusan bagi keberhasilan cenderung menolak putusan (perdata) penegakan hukum. Hal ini juga terjadi dan pelaksanaan putusan (eksekusi) di Pengadilan Negeri Banda Aceh, di memerlukan adanya upaya paksa. mana jumlah perkara yang ditangani 4. Dari beberapa hal yang diuraikan tidak sebanding dengan jumlah hakim diatas jelaslah bahwa yang hakim dalam pelaksanaan tanggung ada dan mampu menangani kendala bagi perkara dimaksud. Walaupun jumlah jawab hakim memadai namun kualitas ndan adalah meliputi kendala di bidang profesionalitasnya yang terbatas juga hukum mempengaruhi kinerja hakim lainnya. undangan Hambatan dari masyarakat pencari pertimbangan keadilan kendala Hambatan dari masyarakat adalah menayngkut persepsi dan budaya penyelenggaraan atau kehakiman ketentuan yang dan koordinasi perundang- menajdi dasar putusan hakim, dengan pihak aparat penegak hukum yang terlibat dalam penyelenggaraan kekuasaan masyarakat di wilayah hukum di mana kehakiman, pengadilan dan hukum tersebut berlaku keterbatasan sumberdaya hakim serta atau diterapkan. Maksudnya warga sarana masyarakat dan penyelengaraan kekuasaan kehakiman memahami hukum yang berlaku, serta serta hambatan dari pemahamaan dan mentaati hukum yang berlaku dengan budaya hukum masyarakat. harus mengetahui penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum atau Dengan fasilitas demikian, dari pendukung berdasarkan kehidupan uraian di atas jelaslah bahwa hakim masyarakat. Demikian pula dengan dalam kedudukannya sebagai penegak budaya sebagai hasil karya, cipta dan hukum merupakan salah satu faktor rasa yang yang bagi hambatan didasarkan pada karsa menentukan pula bagi manusia di dalam pergaulan hidup. keberhasilan penegakan hukum. Oleh Dalam hal ini kebudayaan mencakup karenanya sebagai penegak hukum, nilai-nilai yang mendasari hukum yang Hakim berlaku, nilai-nilai mana merupakan keberhasilan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai maksudnya penentu bagi penjatuhan apa yang dianggap baik sehingga sanksi dianut, dan apa yang dianggap buruk dengan sehingga dihindari. pelaku. Inilah sebagai kunci hukum Dalam hal ini di masyarakat sering terjadi 39 - apabila budaya masyarakat Volume 1, No. 1, Agustus 2012 merupakan penegakan terhadap tidak pejabat kunci hukum, pelanggar hukum membedakan status benar-benar ditegakkan dengan tidak pandang bulu. Oleh karenanya dalam Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala menjatuhkan perkara, putusan Hakim menemukan harus suatu peristiwanya atas suatu benar-benar kebenaran sehingga akan dapat menentukan sanksi yang dijatuhkan situasi sosial telah berubah. Kondisi sosial masyarakat perubahan mengalami seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat akan pemenuhan hidup sehari-hari. bersamaan putusan yang dijatuhkan Perubahan sosial berpengaruh pula pula. Dengan dijatuhkannya putusan pada pola hidup dan sikap tindak setiap berarti suatu bentuk keadilan harus anggota masyarakat, dan yang paling terwujud pihak utama kadang hukum tertinggal dari terutama yang terlibat suatu perkara perubahan masyarakat. Oleh karenanya yang bersangkutan, dikarenakan setiap tidaklah mudah untuk putusan Hakim pasti berkepala “Demi bahwa suatu perkara yang sejenis yang Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang telah diputus dianggap sama dengan Maha Esa”. perkara yang sedang diperiksa. Hakim diantara berbagai Putusan Hakim yang buat hakim sering menentukan mengabaikan keadilan yang mempertaruhkan citra Hakim di mata diharapkan masyarakat, di mana putusan yang perkara. Bahkan kadang dengan dalih tidak menimbulkan rasa keadilan akan “benar atau salah” Hakim melupakan memunculkan cemoohan bagi Hakim, rasa keadilan yang diinginkan oleh meskipun dengan dalih berdasarkan pihak-pihak yang terlibat perkara yang bukti-bukti bersangkutan. yang diajukan beserta ada saat menghadapi Apalagi Hakim keyakinannya Hakim sudah maksimal dihadapkan pada aneka macam hukum memeriksa perkara yang bersangkutan. (hukum adat) yang tersebar di banyak Sering Hakim lupa dalam memeriksa suku suatu perkara, dianggapnya perkara memutus perkara dengan adil masih tersebut adalah perkara-perkara yang kurang mewarnai hati nurani Hakim. sama saja satu dengan yang lain. Hal ini seringnya terjadi suatu putusan Dalam hal ini Hakim sering memeriksa Hakim diprotes oleh sebagian rakyat suatu perkara secara individual dengan yang merasa Hakim kurang adil dalam mengacu pada perkara-perkara yang memeriksa dan menjatuhkan putusan, sejenis yang telah diputuskan oleh seperti kasus pengrusakan Pengadilan Hakim yang lalu karena putusannya itu Negeri dianggapnya Timur oleh massa karena tidak puas Namun sebagai Hakim yuriprudensi. yang di negeri Larantuka ini. Jiwa Nusa berani Tenggara demikian akan putusan Hakim, berbagai kasus sebenarnya telah melupakan bahwa lainnya yang selama ini berkembang Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 40 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sehingga menimbulkan persepsi yang bagi seorang Hakim agar citranya tidak tidak baik bagi profesi hakim sebagai tercoreng di mata masyarakat, lebih- pemegang lebih dan kekuasaan kehakiman. Dalam penyelenggara 30 diskriminan hukum, penegakan hukum kehati-hatian serta tidak dan non melakukan dengan “jual-beli” perkara menjadi harga mati keberhasilan yang harus dilakukan oleh seorang kaitannya penegakan soal sangat terkait Hakim. dengan penerapan serasi antara nilai- Lebih lanjut dapat pula dijelaskan nilai yang berkembang dan diyakini bahwa kebenarannya oleh masyarakat dengan penyelenggaraan kaidah serta dengan perilaku nyata kehakiman manusia. Oleh karenanya agar hukum wewenang berfungsi disebabkan oleh banyak faktor, antara dengan baik, maka timbulnya kendala dalam kekuasaan dan di penyalahgunaan lembaga diperlukan adanya untuk mengatasi lain keempat kendala tersebut di atas di pengawasan internal yang diterapkan atas saling berkaitan serta merupakan di badan peradilan baik di tingkat inti dari sistem penegakan hukum. daerah maupun nasional. Dengan demikian perilaku Hakim dalam menjatuhkan haruslah putusan memperhatikan efektifnya Lemahnya praktek selama ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:31 nilai-nilai 1. Dengan beragamnya adat istiadat suku Kualitas dan integritas pengawas yang tidak memadai; bangsa yang ada di Indonesia, Hakim 2. Proses pemeriksaan disiplin yang harus cermat dalam memahami setiap kasus yang diperiksanya. Untuk itu tidak pengawasan internal tersebut dapat juga yang berkembang dalam masyarakat. adalah peradilan tidak transparan; 3. Belum adanya bagi dirugikan untuk putusan yang dijatuhkan merupakan masyarakat putusan “kasuistis” yang tidak dapat menyampaikan pengaduan, memantau disamakan dengan kasus-kasus yang proses mirip akses); dan sudah pernah terjadi. Apalagi menyangkut kasus pidana, 4. yang kemudahan serta Semangat hasilnya membela (ketiadaan sesama korps kecermatan dan wawasan yang luas (esprit de corps) yang mengakibatkan akan nilai-nilai adat yang berkembang penjatuhan hukuman tidak seimbang dalam masyarakat menjadi keharusan dengan perbuatan. Setiap upaya untuk 30 Tempo Interaktif, 15 November 2003 dan berbagai kasus lainnya hasil analisis dari informasi berbagai media. 41 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 31 Hasil Wawancara dengan Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus – September 2011 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 5. memperbaiki suatu kondisi yang buruk yang tinggi. Kondisi sarana dan prasarana pasti akan mendapat reaksi dari pihak hukum yang sangat diperlukan oleh aparat yang mendapatkan keuntungan dari penegak hukum juga masih jauh dari kondisi yang buruk itu; dan memadai sehingga sangat mempengaruhi Tidak adanya kehendak yang kuat dari pelaksanaan pimpinan lembaga penegak hukum berperan secara optimal dan sesuai dengan untuk rasa keadilan di dalam masyarakat. Untuk menindaklanjuti hasil pengawasan. penegakan meningkatkan hukum pemberdayaan untuk terhadap lembaga peradilan dan lembaga penegak Hal-hal yang menunjukkan diuraikan bahwa tidak di atas hukum lainnya, peningkatan kualitas dan efektifnya kemampuan aparat penegak hukum yang fungsi pengawasan internal badan peradilan lebih pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor berkepribadian dan bermoral tinggi perlu utama, yaitu adanya semangat membela dilakukan sesama korps (esprit de corps) dan tidak perekrutan dan promosi aparat penegak adanya kehendak yang sungguh-sungguh hukum, pendidikan dan pelatihan, serta dari mekanisme pimpinan badan peradilan untuk profesional, berintegritas, perbaikan-perbaikan pengawasan sistem yang lebih menindaklanjuti hasil pengawasan internal memberikan peran serta yang besar kepada terhadap hakim. Akibatnya, peluang bagi masyarakat hakim melakukan penegak hukum. Upaya lain adalah dengan pelanggaran hukum dan kode etik untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan mendapat “pengampunan” dari pimpinan aparat penegak hukum yang sesuai dengan badan peradilan yang bersangkutan akan pemenuhan semakin bagian dari upaya penegakan supremasi yang terbuka. terbukti Oleh karena itu, terhadap kebutuhan kehadiran suatu lembaga khusus yang hukum, menjalankan fungsi pengawasan eksternal kepolisian dan terhadap hakim dirasakan sangat mendesak. mandiri Selain itu, lemahnya penegakan hukum terhadap aparatur penyelenggaraan juga disebabkan yang terkait kekuasaan oleh dalam kehakiman kinerja perilaku secara hidup. aparat Sebagai kelembagaan kejaksaan menjadi yang penyebab posisi belum tidak berjalannya penegakan hukum yang efektif, konsisten, dan berkeadilan. Krisis kepercayaan masyarakat aparat terhadap hukum disebabkan, antara lain, penegak hukum lainnya seperti, kepolisian, karena masih banyaknya kasus korupsi, kejaksaan, dan Penyidik Pegawai Negeri kolusi, Sipil (PPNS) yang belum menunjukkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) sikap yang profesional dan integritas moral yang belum tuntas penyelesaiannya secara dan nepotisme (KKN) Volume 1, No. 1, Agustus 2012 dan - 42 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala hukum. Dalam rangka memulihkan terhadap pentingnya hak-hak dan kembali kepercayaan masyarakat terhadap kewajiban masing-masing individu yang hukum, upaya yang akan dilakukan adalah pada akhirnya diharapkan akan membentuk dengan budaya hukum yang baik. menginventarisasi dan menindaklanjuti secara hukum berbagai kasus KKN dan HAM. Upaya lain yang akan ditempuh adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap aparat penegak hukum, khususnya aparat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan. Demikian juga dengan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu merupakan salah satu prioritas untuk dilaksanakan dalam pembangunan Adanya vertikal kekerasan pada horizontal dasarnya dan disebabkan melemahnya penerapan nilai-nilai budaya dan kesadaran hukum masyarakat yang mengakibatkan rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap hukum dan timbulnya berbagai tindakan penyalahgunaan kekuasaan dan penyalahgunaan wewenang. Demikian juga peraturan kurangnya sosialisasi perundang-undangan baik sebelum maupun sesudah ditetapkan baik kepada masyarakat umum maupun kepada penyelenggara negara untuk menciptakan persamaan persepsi, menimbulkan kesalahpahaman seringkali antara masyarakat dengan penyelenggara negara termasuk aparat penegak hukum. Upaya akan dilakukan adalah dengan meningkatkan pemahaman dan penyadaran hukum Simpulan Pelaksanaan tanggung jawab hakim dalam lingkup peradilan umum sebagai penyelenggara kehakiman adalah manifestasi dari tugas yang menjadi kewajiban sebagai aparatur negara di bidang yudikatif. Hal ini diwujudkan dalam tiga yaitu tanggung jawab moral, tanggung di semua lapisan masyarakat profesi. Tanggung jawab profesi hakim dimaksud mengandung kemerdekaan Volume 1, No. 1, Agustus 2012 dan (a) keadilan, (b) nilai nilai keterbukaan, (c) Nilai kerja sama dan tanggungjawab sikap dan tindakan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sesama manusia, (d) nilai hakim wajib menjunjung tinggi nilai obyektivitas. Bentuk tanggung jawab profesi hakim diwwujudkan dengan adanya sanksi hukum bagi hakim yang melanggar kode etik dan perilaku dapat dikenakan sanksi berupa sanksi ringan yakni sanksi tertulis, sanksi sedang, diberhentikan sementara, dan sanksi yang terberat adalah diberhentikan tetap atau dipecat. Pemberian sanksi sebagaimana dilakukan terhadap 134 hakim yang direkomendasi Komisi Yudisial kepada Mahkamah Agung memberikan sanksi kepada agar 134 hakim karena melanggar melanggar kode etik dan perilaku hakim. 43 - kekuasaan jawab hukum dan tanggung jawab teknis hukum. yang SIMPULAN DAN SARAN Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Kendala bagi hakim dalam pelaksanaan adanya koordinasi dalam penegakan hukum tanggung jawab penyelenggaraan kehakiman terhadap pelaku penyelenggaraan kekuasaan adalah meliputi kendala di bidang hukum atau kehakiman termasuk dengan mengupayakan ketentuan perundang-undangan yang menajdi peningkatan dasar pertimbangan dan putusan hakim, pengadaan sarana dan prasarana pendukung kendala koordinasi dengan pihak aparat lainnya. penegak undangan hukum penyelenggaraan yang terlibat kekuasaan dalam kehakiman, sumberdaya Disarankan agar hakim pembuat dalam dan perundang- pembuatan suatu ketentuan yang terkait dengan penegakan hambatan dari keterbatasan sumberdaya hakim hukum serta pendukung mempengaruhi upaya penegakan hukum bila penyelengaraan kekuasaan kehakiman serta nantinya diterapkan nantinya diterapkan dalam hambatan dari pemahamaan dan budaya masyarakat sarana atau fasilitas tidak gegabah karena dapat hukum masyarakat. Padahal hakim dalam kedudukannya sebagai penegak hukum DAFTAR PUSTAKA merupakan salah satu faktor yang menentukan Buku Teks pula bagi keberhasilan penegakan hukum. Ahsin Thohari, A., Komisi Yudisial Reformasi Peradilan, Elsam, 2004. Saran Dicey, A.V., Introduction to Study of The Law of The Constitution, Ninth Edition, Macmillan And Co, Limited ST. Martin’s Street, London, 1952. Disarankan kepada hakim agar dalam memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hukum yang terjadi agar dapat menerapkan berbagai ketentuan hukum sesuai dengan tempatnya mengingat hakim sebagai penegak kedudukan yang keberhasilan hukum amat penting upaya dalam penegakan kedudukannya sebagai kunci dalam upaya pelaksanaannya hukum agar berpedoman dalam pada ketentuan hukum tanpa pandang bulu artinya tidak memandang Eddy Purnama, Negara Kedaulatan Rakyat (Analisis Terhadap Pemerintahan Indonesia dan Perbandingannya dengan Negara-Negara Lain), Nusamedia, Bandung, 2007 mempunyai hukum.Disarankan kepada hakim dengan penegakan dan terhadap siapapun dan apapun objeknya. Disarankan agar Mahkamah Agung dan Komisis Yudisial agar dapat mengupayakan Faisal A. Rani, Fungsi dan Kedudukan Makamah Agung Sebagai Penyelenggara Kekuasaan kehakiman yang sesuai dengan Paham Negara Hukum, Syiah Kuala University Press, Banda Aceh, 2009. Fudiman, Membedah Konsep Kedaulatan Rakyat dari Pancasila dan UUD 1945, BPK Penabur, Jakarta, 2006 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994. Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya Pramita, Jakarta, 1996. Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 44 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998. Notohamidjojo, O., Makna Negara Hukum Bagi Pembaharuan Negara dan Wibawa Hukum Bagi Pembaharuan Masyarakat di Indonesia, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1970. Padmo Wahjono, Pembangunan Hukum di Indonesia, Ind-Hill Co, Jakarta, 1989. Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia; Sebuah Studi Tentang Prinsip-prinsipnya, Penerapannya oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina Ilmu, Surabaya, 1972. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,, Jakarta, 1966. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1997 Sjachran Basyah, Tiga Tulisan tentang Hukum, Armico, Bandung, 1986. Sobirin Malian, Gagasan Perlunya Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta, 2001. Soerjono Soekanto Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Tahir Azhary, M., Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, 1992. Tasrif, S., “Kemandirian Kekuasaan Kehakiman” dalam Kemandirian Kekuasaan Kehakiman, editor Paul S. Baut dan Luhut M.P. Pangaribuan, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta 1989. 2006. Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945; Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Lembaran Negara Nomor 3258) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum Disertasi Bintan Regen Saragih, Peranan DPR-GR Periode 1965-1971 Dalam Menegakkan Kehidupan Ketatanegaraan yang Konstitusional Berdasarkan UUD 1945, Disertasi, Unpad, Bandung, 1991. Hamid S. Attamimi, A., Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaran Pemerintahan Negara; Suatu Studi Analisa Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV, Disertasi, Fakultas Pascasarjana UI, 1990. Makalah/Jurnal Von Schmid, J.J., Pemikiran Tentang Negara dan Hukum, Pembangunan, Jakarta, 1988. Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Universitas Parahyangan, Bandung, 2000. Wildan Suyuthi, “Etika Profesi, Kode Etik, dan Hakim dalam Pandangan Agama,” dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, Mahkamah Agung RI, Jakarta, Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi Hakim,” dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2006. 45 - Volume 1, No. 1, Agustus 2012 Jurnal Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Konsorsium Reformasi Hukum Nasional dan Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan, Menuju Independensi Kekuasaan Kehakiman, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) dan Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan (LeIP), Jakarta, 1999. Mahkamah Agung, Pembukaan Pedoman Perilaku Hakim, MA RI, Jakarta, 2006. Marbun, S.F., Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, No. 9 Vol 4 – 1997. Philipus M. Hadjon, Tentang Makalah, Universitas Surabaya, tanpa tahun. Wewenang, Airlangga, Yogyakarta, 1998. Internet Annonimous, Teori Negara http://wahy.multiply.com/Diakses 2011 hukum, Maret Kelik Pramundya, Teori Kedaulatan, http://clickgtg.blogspot.com/2009/03/teorikedaulatan.html, Diakses Oktober 2010. Sonny Pungus, Teori Kewenangan, http://sonny-tobelo.blogspot.com/html Diakses Maret 2011 Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan, Makalah, Universitas Islam Indonesia, Volume 1, No. 1, Agustus 2012 - 46