tanggung jawab profesi hakim sebagai

advertisement
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0180
pp. 16- 46
31 Pages
TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM SEBAGAI
PENYELENGGARA KEKUASAAN KEHAKIMAN DI
INDONESIA
Jamaluddin1, Husni2, Eddy Purnama2
1)
Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
2)
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Abstract: Article 24 (1) of the Constitution of 1945 states that the judiciary power is
independent to conduct the trial in order to defence the law and justice. Then, Article 40 (1) of
the Act Number 48, 2009 regarding the Judiciary Power regulates that in terms of keeping and
keeping honor, dignity, and the attitute of the judges, the Judicial Commission has the
authority on it. However, there is the fact that there is the offense towards the ethical and
behaviorr of judges that can have bad impact on justice seekers. The research reveals that the
implementation of judge responsibility in thae First Instance Court as the beholder of judial
power is a manifestation from the duty that is as obligation of them working the the judicial
field. This is realized in three ways that are moral responsibility, legal responsibility, and
professional responsibility. Such responsibility having by judges contains: (a) value of
freedom and justice, (b) Transparancy value, (c) the value of cooperation and responsibility
and the behaves towards the God and humanbeings, (d) the value obliging the judge to respect
the objectivity. The responsibility forms of the judge is realised by imposing punishment for
them who violate the ethic code and due to their behaves , they can also be punished by light
punishment that is wriiten punishment, medium sanction that is temporary forcibly quit from
working, and heavy one that is by firing them forever. The imposition of punishment towards
134 of the judge recommended by the Judicial Commission to the Supreme Court in terms of
imposing punishment as violating the ethic code and laws. The constraints faced by the judges
in conducting his responsibility in beholding the judicial power are the obstacle in legal
aspect or the rules of the statutes that are as the fundamental consideration and judge decision,
the constraints of coordination with the law defenders involving in implementation of the
judicial power, the constraints of the limitation of human resources of the judges and
supporting facilities of its implementation and the understanding of the public view on it. In
fact, the judge in its position as law defender is one of determining factors for the success of
justice. It is recommended that the judges should consider and decide the case of law
violations that exist; hence they can impose the rules based on its proportionality due to the
fact that the judges as law defenders has an important role in law enforcement. In addition, the
judge as a key in enforcing the law should refer to the law in on their duties without
discriminating to whom they are imposing the law. Furthermore, the Supreme Court and the
Judicial Commission should make an effort to coordinate in enforcing the law towards the
violators in holding the judiciary power including by improving human resources capacity and
availing the facilities supporting the judicial process.
Keywords: Responsibility and Judge Profession
Abstrak: Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kemudian Pasal 40 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dinyatakan bahwa
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim
dilakukan pengawasan eksternal oleh Komisi Yudisial. Namun dalam praktek dalam
penyelenggaraannya tetap saja ditemukan adanya pelangaran terhadap kode etik dan perilaku
hakim yang dapat merugikan pencari keadilan. Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk
menjelaskan pelaksanaan tanggung jawab hakim dalam lingkup peradilan umum sebagai
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 16
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
penyelenggara kekuasaan kehakiman telah berjalan sesuai ketentuan yang berlaku dan kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan tanggung jawab hakim sebagai penyelenggara kekuasaan
kehakiman. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan tanggung jawab hakim
sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman diwujudkan dalam tiga yaitu tanggung jawab
moral, tanggung jawab hukum dan tanggung jawab teknis profesi. Tanggung jawab profesi
hakim dimaksud mengandung (a) nilai kemerdekaan dan keadilan, (b) nilai keterbukaan, (c)
Nilai kerja sama dan tanggungjawabsikap dan tindakankepada Tuhan Yang Maha Esa dan
sesama manusia, (d) nilai hakim wajib menjunjung tinggi nilai obyektivitas. Bentuk tanggung
jawab profesi hakim diwujudkan dengan adanya sanksi hukum bagi hakim yang melanggar
kode etik dan perilaku berupa sanksi ringan yakni sanksi tertulis, sanksi sedang, diberhentikan
sementara, dan sanksi yang terberat adalah diberhentikan tetap atau dipecat. Pemberian sanksi
sebagaimana dilakukan terhadap 134 hakim yang direkomendasi Komisi Yudisial kepada
Mahkamah Agung agar memberikan sanksi kepada 134 hakim karena melanggar melanggar
kode etik dan perilaku hakim. Kendala bagi hakim dalam pelaksanaan tanggung jawab
penyelenggaraan kehakiman adalah meliputi kendala di bidang hukum atau ketentuan
perundang-undangan yang menajdi dasar pertimbangan dan putusan hakim, kendala koordinasi
dengan pihak aparat penegak hukum yang terlibat dalam penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman, hambatan dari keterbatasan sumberdaya hakim serta sarana atau fasilitas
pendukung penyelengaraan kekuasaan kehakiman serta hambatan dari pemahamaan dan
budaya hukum masyarakat. Padahal hakim dalam kedudukannya sebagai penegak hukum
merupakan salah satu faktor yang menentukan pula bagi keberhasilan penegakan hukum.
Disarankan kepada hakim agar dalam memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hukum
yang terjadi agar dapat menerapkan berbagai ketentuan hukum sesuai dengan tempatnya
mengingat hakim sebagai penegak hukum mempunyai kedudukan yang amat penting dalam
keberhasilan upaya penegakan hukum.Disarankan agar Mahkamah Agung dan Komisis
Yudisial dapat mengupayakan adanyakoordinasi dalam penegakan hukum terhadap pelaku
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman termasuk dengan mengupayakan peningkatan
sumberdaya hakim dan pengadaan sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Kata Kunci: Analisis Yuridis, Narkotika, Pidana Perawatan dan Rehabilitasi
Undang-Undang
Dasar
Negara
kekuasaan
lainnya
untuk
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
menyelenggarakan
1945) menegaskan bahwa Indonesia adalah
menegakkan hukum dan keadilan.
negara hukum.
1
Oleh karena itu, negara
Sejalan
peradilan
dengan
ketentuan
guna
tersebut
diselenggarakan atas dasar hukum, atau
maka salah satu prinsip penting negara
sering
hukum
juga
disebut
negara
hukum
adalah
adanya
jaminan
kehakiman
(rechstaat), tidak atas dasar kekuasaan
penyelenggaraan
kekuasaan
belaka (machstaat).
yang
bebas
Kekuasaan
yang
merdeka,
dari
dimiliki pemerintah timbul setelah adanya
kekuasaan
hukum yang mengatur segalanya atas
menyelenggarakan
negara. Sejalan dengan ketentuan tersebut,
menegakkan hukum dan keadilan. Pasal 24
maka salah satu prinsip penting negara
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
hukum
Republik
adalah
lainnya
pengaruh
peradilan
jaminan
penyelenggaraan
kekuasaan
kehakiman
menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
yang
bebas
pengaruh
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
dari
menyelenggarakan
1
Pasal 1 ayat (3) Undang-undang- Dasar 1945 (Pasca
Amandemen ke 4)
17 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Tahun
guna
adanya
merdeka,
Indonesia
untuk
peradilan
1945
guna
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
menegakkan hukum dan keadilan. 2
Pasal
1
angka 1
(1)
Undang-Undang
Dalam
dan
rangka
menegakkan
menjaga
kehormatan,
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
keluhuran
Kehakiman menentukan bahwa Kekuasaan
hakim dilakukan pengawasan eksternal
kehakiman adalah kekuasaan negara yang
oleh Komisi Yudisial.
merdeka
untuk
menyelenggarakan
martabat,
(2)
serta
Dalam
melakukan
peradilan guna menegakkan hukum dan
pengawasan
sebagaimana
keadilan
pada
(1),
berdasarkan
Pancasila
dan
ayat
perilaku
dimaksud
Komisi
Undang-Undang Dasar Negara Republik
mempunyai
Indonesia
demi
pengawasan terhadap perilaku hakim
terselenggaranya Negara Hukum Republik
berdasarkan Kode Etik dan Pedoman
Indonesia. SelanjutnyaPasal 24B ayat (1)
Perilaku Hakim.
UUD 1945 menyatakan bahwa Komisi
Ketentuan tersebut di atas merupakan
Tahun
1945,
tugas
Yudisial
Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
sebagai
mengusulkan pengangkatan hakim agung
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan
dan mempunyai wewenang lain dalam
mewujudkan
rangka
(integrated
menjaga
kehormatan,
dan
keluhuran
menegakkan
martabat,
serta
perilaku hakim.
upaya
peradilan
untuk
melakukan
sistem
justice
terpadu
penyelenggaraan
ini
memperkuat
peradilan
terpadu
system).
Sistem
sebagai
kekuasaan
bentuk
kehakiman,
Berdasarkan ketentuan tersebut tiga
yang merupakan kekuasaan yang merdeka
lembaga negara yang termasuk dalam
yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah
lingkup
Agung dan badan peradilan yang berada di
kekuasaan
Mahkamah
kehakiman,
Agung
(MA),
yaitu
Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial
(KY). Namun, menurut Pasal 24 ayat (2),
hanya
MA
bawahnya)
(dan
dan
penyelenggara
badan
MK
peradilan
yang
kekuasaan
di
bawahnya
dalam
lingkungan
peradilan
umum.
Setiap profesi di berbagai bidang
memiliki nilai-nilai yang dijunjung untuk
merupakan
dijadikan
kehakiman,
profesi
pedoman
yang
dalam
bersangkutan.
kehidupan
Demikian
sedangkan KY tidak memiliki kewenangan
halnya dengan profesi hakim di Indonesia,
tersebut sehingga badan ini sering disebut
di mana terdapat suatu kode etik yang
sebagai lembaga ekstra-yudisial. Hal ini
didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di
sebagaimana diatur dalam Pasal 40 ayat (1)
Indonesia serta nilai-nilai yang bersifat
UU Kekuasaan Kehakiman
universal bagi hakim sebagai pelaksana
fungsi yudikatif. Kode etik penting bagi
2
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
hakim untuk mengatur tata tertib dan
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 18
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
perilaku
hakim
dalam
profesinya.Kode
Etik
menjalankan
Profesi
pekerjaan tersebut.4
Hakim
Kode etik suatu profesi dibuat untuk
Indonesia pertama kali disusun oleh Ikatan
mengatur perilaku dan sepak terjang individu
Hakim Indonesia (IKAHI) pada Kongres
profesional dalam menjalankan profesinya.
III IKAHI tanggal 5-7 April 1965.3 Seiring
Penegakan supremasi hukum sebagai bagian
berjalannya waktu, perkembangan berbagai
dari agenda reformasi telah menjadi komitmen
hal seputar IKAHI sebagai wadah profesi
pemerintah sejak masa keruntuhan rezim Orde
hakim dan Kode Etik Profesi Hakim
Baru hingga saat ini. Namun demikian,
Indonesia terus berlangsung. Ketentuan
harapan pencari keadilan terhadap lembaga
terbaru
Mahkamah
menerbitkan
Pedoman
bersamaan
Pedoman
dengan
Etika
Agung
(MA)
peradilan sebagai benteng terakhir untuk
Perilaku
Hakim
memperoleh keadilan belum sepenuhnya dapat
disosialisasikannya
pihak.
Masyarakat
mengkritik bahwa lembaga peradilan belum
disusun Komisi Yudisial (KY), sehingga
seperti yang diharapkan. Lambat menangani
peristiwa
perkara, biaya yang mahal, administrasi yang
menjadi
Hakim
seluruh
yang
ini
Perilaku
memuaskan
bagian
dari
ketidaksepahaman antara MA dan KY.
berbelit-belit, perbuatan dan tingkah laku
Berkaitan dengan fenomena yang
pejabat peradilan yang dianggap tercela,
tengah berkembang di masyarakat seputar
hingga
dugaan
adanya
konflik antara MA dan KY, Hakim Agung
(judicial corruption) menjadi alasan tidak
Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
percayanya
Sophian Marthabaya yang dikutip Iskandar
terhadap lembaga peradilan. Hal ini juga
Jamil berpendapat bahwa “Suatu kode etik
terjadi pada Pengadilan Negeri Banda Aceh
berlaku bagi suatu profesi tertentu sehingga
sehingga menarik penulis untuk melakukan
sebuah kode etik harus disusun oleh profesi
penelaahan lebih lanjut mengenai tanggung
yang bersangkutan yang akan menjalankan
jawab
kode etik tersebut. Namun, sangat tidak etis
kekuasaan kehakiman.
sebagian
hakim
dalam
mafia
besar
peradilan
masyarakat
penyelenggaraan
apabila kode etik disusun oleh suatu
institusi
di
menjadikan
luar
profesi
kode
etik
yang
itu
akan
untuk melakukan pekerjaan dibuat sendiri
pihak
yang
akan
Undang-Undang
sebagai
pedomannya. Idealnya, sebuah pedoman
oleh
METODE PENELITIAN
menjalankan
Dasar
Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945) menegaskan bahwa Indonesia adalah
negara hukum. 5 Oleh karena itu, negara
diselenggarakan atas dasar hukum, atau
3
Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi Hakim,” dalam
Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode
Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, (Mahkamah
Agung RI, 2006), hal. 3.
19 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
4
Ibid., hal 4
Pasal 1 ayat (3) Undang-undang- Dasar 1945 (Pasca
Amandemen ke 4)
5
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
sering
juga
disebut
negara
hukum
keadilan
berdasarkan
Pancasila
dan
(rechstaat), tidak atas dasar kekuasaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
belaka (machstaat).
Indonesia
Kekuasaan
yang
Tahun
1945,
demi
dimiliki pemerintah timbul setelah adanya
terselenggaranya Negara Hukum Republik
hukum yang
mengatur segalanya atas
Indonesia. SelanjutnyaPasal 24B ayat (1)
negara. Sejalan dengan ketentuan tersebut,
UUD 1945 menyatakan bahwa Komisi
maka salah satu prinsip penting negara
Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
hukum
adalah
adanya
jaminan
mengusulkan pengangkatan hakim agung
penyelenggaraan
kekuasaan
kehakiman
dan mempunyai wewenang lain dalam
yang
bebas
merdeka,
kekuasaan
dari
pengaruh
lainnya
menyelenggarakan
untuk
peradilan
guna
menegakkan hukum dan keadilan.
Sejalan
dengan
rangka
menjaga
kehormatan,
keluhuran
menegakkan
martabat,
serta
perilaku hakim.
Berdasarkan ketentuan tersebut tiga
ketentuan
tersebut
lembaga negara yang termasuk dalam
maka salah satu prinsip penting negara
lingkup
hukum
Mahkamah
adalah
dan
kekuasaan
kehakiman,
adanya
jaminan
penyelenggaraan
kekuasaan
kehakiman
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial
yang
bebas
pengaruh
(KY). Namun, menurut Pasal 24 ayat (2),
merdeka,
kekuasaan
dari
lainnya
menyelenggarakan
untuk
peradilan
guna
hanya
Agung
MA
bawahnya)
(dan
dan
(MA),
yaitu
badan
MK
Mahkamah
peradilan
yang
merupakan
menegakkan hukum dan keadilan. Pasal 24
penyelenggara
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
sedangkan KY tidak memiliki kewenangan
Republik
1945
tersebut sehingga badan ini sering disebut
menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman
sebagai lembaga ekstra-yudisial. Hal ini
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
sebagaimana diatur dalam Pasal 40 ayat (1)
menyelenggarakan
UU Kekuasaan Kehakiman
Indonesia
Tahun
peradilan
menegakkan hukum dan keadilan.
Pasal
angka 1
(1)
Dalam
kehakiman,
rangka
menjaga
Undang-Undang
dan menegakkan kehormatan, keluhuran
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
martabat, serta perilaku hakim dilakukan
Kehakiman menentukan bahwa Kekuasaan
pengawasan
kehakiman adalah kekuasaan negara yang
Yudisial.
merdeka
1
guna
6
kekuasaan
di
untuk
menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan
6
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
(2)
eksternal
oleh
Dalam
melakukan
pengawasan
sebagaimana
pada
(1),
ayat
mempunyai
Komisi
dimaksud
Komisi
tugas
Yudisial
melakukan
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 20
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
pengawasan terhadap perilaku hakim
hal seputar IKAHI sebagai wadah profesi
berdasarkan Kode Etik dan Pedoman
hakim dan Kode Etik Profesi Hakim
Perilaku Hakim.
Indonesia terus berlangsung. Ketentuan
Ketentuan tersebut di atas merupakan
sebagai
upaya
untuk
memperkuat
terbaru
Mahkamah
menerbitkan
Pedoman
(MA)
Perilaku
Hakim
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan
bersamaan
mewujudkan
sistem
peradilan
terpadu
Pedoman
(integrated
justice
system).
Sistem
disusun Komisi Yudisial (KY), sehingga
bentuk
peristiwa
peradilan
terpadu
penyelenggaraan
ini
sebagai
kekuasaan
kehakiman,
dengan
Agung
Etika
ini
disosialisasikannya
Perilaku
menjadi
Hakim
bagian
yang
dari
ketidaksepahaman antara MA dan KY.
yang merupakan kekuasaan yang merdeka
Berkaitan
dengan
fenomena
yang
yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah
tengah berkembang di masyarakat seputar
Agung dan badan peradilan yang berada di
konflik antara MA dan KY, Hakim Agung
bawahnya
Ad Hoc Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
dalam
lingkungan
peradilan
umum.
Sophian Marthabaya yang dikutip Iskandar
Setiap profesi di berbagai bidang
Jamil berpendapat bahwa “Suatu kode etik
memiliki nilai-nilai yang dijunjung untuk
berlaku bagi suatu profesi tertentu sehingga
dijadikan
kehidupan
sebuah kode etik harus disusun oleh profesi
Demikian
yang bersangkutan yang akan menjalankan
halnya dengan profesi hakim di Indonesia,
kode etik tersebut. Namun, sangat tidak etis
di mana terdapat suatu kode etik yang
apabila kode etik disusun oleh suatu
didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku di
institusi
Indonesia serta nilai-nilai yang bersifat
menjadikan
universal bagi hakim sebagai pelaksana
pedomannya. Idealnya, sebuah pedoman
fungsi yudikatif. Kode etik penting bagi
untuk melakukan pekerjaan dibuat sendiri
hakim untuk mengatur tata tertib dan
oleh
profesi
perilaku
pedoman
yang
bersangkutan.
hakim
profesinya.Kode
dalam
dalam
Etik
menjalankan
Profesi
di
pihak
luar
profesi
kode
etik
yang
pekerjaan tersebut.
akan
yang
itu
akan
sebagai
menjalankan
8
Hakim
Kode etik suatu profesi dibuat untuk
Indonesia pertama kali disusun oleh Ikatan
mengatur perilaku dan sepak terjang individu
Hakim Indonesia (IKAHI) pada Kongres
profesional dalam menjalankan profesinya.
7
III IKAHI tanggal 5-7 April 1965. Seiring
Penegakan supremasi hukum sebagai bagian
berjalannya waktu, perkembangan berbagai
dari agenda reformasi telah menjadi komitmen
pemerintah sejak masa keruntuhan rezim Orde
7
Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi Hakim,”
dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct),
Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan,
(Mahkamah Agung RI, 2006), hal. 3.
21 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Baru hingga saat ini. Namun demikian,
8
Ibid., hal 4
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
harapan pencari keadilan terhadap lembaga
bebas dan tidak memihak, serta adanya
peradilan sebagai benteng terakhir untuk
legalitas dalam arti hukum dalam segala
memperoleh keadilan belum sepenuhnya dapat
bentuknya.
memuaskan
seluruh
pihak.
Masyarakat
Pada
hakikatnya
cita-cita
untuk
mengkritik bahwa lembaga peradilan belum
menciptakan kekuasaan kehakiman yang
seperti yang diharapkan. Lambat menangani
merdeka dan mandiri merupakan cita-cita
perkara, biaya yang mahal, administrasi yang
universal. Hal ini bisa dilihat dalam Basic
berbelit-belit, perbuatan dan tingkah laku
Principles
pejabat peradilan yang dianggap tercela,
Judiciary, yang diajukan oleh Majelis
hingga
Umum PBB (Resolusi 40/32 tanggal 29
dugaan
adanya
mafia
peradilan
On
Independence
Nopember
percayanya
tanggal 13 Desember 1985). Juga bisa
besar
masyarakat
resolusi
dilihat
terjadi pada Pengadilan Negeri Banda Aceh
Principles Of The Independence The Law
sehingga menarik penulis untuk melakukan
Asia Region Of The Judiciary di Manila
penelaahan lebih lanjut mengenai tanggung
tanggal
jawab
didalamnya ditegaskan bahwa:
dalam
penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman.
1.
28
Beijing
40/146
terhadap lembaga peradilan. Hal ini juga
hakim
pada
dan
The
(judicial corruption) menjadi alasan tidak
sebagian
1985
of
Agustus
Statement
1997,
Of
dimana
Kehakiman merupakan institusi nilai
yang tertinggi pada setiap masyarakat;
KAJIAN PUSTAKA
2.
Kemerdekaan hakim mempersyaratkan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia
bahwa hukum memutuskan sebuah
Pasca Amandemen UUD 1945
perkara
Negara
Indonesia
sepenuhnya
atas
adalah
Negara
pemahaman
Indonesia
sebagai
terbebas dari pengaruh dari manapun,
hukum
baik langsung maupun tidak langsung,
dituangkan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
hakim memiliki yurisdiksi atas segala
1945 dan perubahannya yang menyatakan
isu yang memerlukan keadilan. 9
Hukum.
Penegasan
negara
yang
berdasarkan
undang-undang
dasar
dan
bahwa negara Indonesia adalah negara
hukum.
dijelaskan
Di Indonesia kekuasaan kehakiman
Indonesia
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan
adalah Negara Hukum Konsekuensi dari
Badan Peradilan yang ada dibawahnya
penegasan
dalam
sebelumnya
Sebagaimana
bahwa
Negara
tersebut
adalah
adanya
perlindungan hak asasi manusia, adanya
kekuasaan
kehakiman
yang
merdeka
dengan menyelenggarakan peradilan yang
lingkungan
peradilan
umum,
9
Muchsin, “Kekuasaan Kehakiman Pasca
Perubahan UUD 1945”, Makalah,
yang
disampaikan sebagai bahan kuliah di Program
Doktor Ilmu Hukum Untag Surabaya tahun 2009.
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 22
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
peradilan agama, peradilan TUN, peradilan
005/PUU/2006 yang salah satu amarnya
militer,
telah membatalkan Pasal 34 UU No. 4
dan
Konstitusi.
oleh
sebuah
Demikian
Mahkamah
ketentuan
yang
Tahun 2004. Putusan MK tersebut juga
terdapat dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945.
telah membatalkan ketentuan yang terkait
Untuk mendukung terwujudnya kekuasaan
dengan pengawasan hakim dalam UU No.
kehakiman yang merdeka telah diadakan
22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.10
perubahan terhadap UU Nomor 14 tahun
1970
tentang
Pokok-pokok
Kekuasan
Adapun hal-hal penting yang ada
dalam UU No. 48 Tahun 2009, antara lain
Kehakiman dan UU Nomor 35 Tahun 1999
sebagai berikut:
tentang perubahan UU Nomor 14 tahun
1.
Mereformulasi
dan
mereposisi
1970 yang diganti dengan UU Nomor 4
sistematika UU No. 4 Tahun 2004
Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
terkait
Dan yang terakhir UU Nomor 4 Tahun
komprehensif subtansi UU No. 48
2004 tersebut dirubah menjadi UU No. 48
Tahun 2009, misalnya adanya bab
Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman.
tersendiri
Salah satu inti dari UU No. 4 tahun
roof
peradilan
system)
baik
itu
terhadap
lembaga
terkait
dengan
pengaturan
mengenai
secara
asas
penyelenggaraan
2004 adalah pelaksanaan prinsip satu atap
(one
dengan
kekuasaan
kehakiman;
2.
Pengaturan
umum
pengawasan
mengenai
hakim
konstitusi
dan
sebagaimana
perundang-undangan dan mendasarkan
ketentuan Pasal 13 ayat (1) UU No. 4
pada Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Tahun
Hakim;
2004.
peradilan
Adapun
alasan
yang
mengharuskan adanya perubahan atas UU
peraturan
Pengaturan
umum
No. 4 Tahun 204 menjadi UU No. 48 Tahun
pengangkatan
dan
2009 tentang Kekuasan Kehakiman adalah
hakim dan hakim konstitusi;
karena UU No. 4 Tahun 2004 belum
mengatur
secara
komprehensif
tentang
3.
dengan
hakim
kelembagaan maupun tehnis administrasi
finansial
sesuai
dan
4.
Pengaturan
mengenai
pemberhentian
mengenai
pengadilan
khusus yang mempuyai kewenangan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan
untuk
perubahan
memutus perkara tertentu yang hanya
tersebut
untuk
memperkuat
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan
dapat
memeriksa,
dibentuk
mengadili,
dalam
salah
dan
satu
mewujudkan sistem peradilan yang terpadu
10
(integrated justice system).
Di samping itu, untuk memenuhi
putusan
23 -
Mahkamah
Konstitusi
Nomor
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Pendapat akhir presiden yang diwakili menteri
Hukum dan HAM Andi Matalatta terhadap RUU
tentang Kekuasaan Kehakiman dan RUU badan
peradilan (PU, PA, dan PTUN) di hadapan sidang
paripurna DPR RI tertanggal 29 September 2009,
hal. 4.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
lingkungan
5.
6.
7.
badan
peradilan
yang
berada di bawah Mahkamah Agung;
sehingga
Pengaturan mengenai hakim ad hoc
bentuk independensi sebagai berikut:
yang bersifat sementara dan memiliki
1.
Secara
muncul
normatif
independen
antara
dan memutus suatu perkara;
perundang-undangan
Pengaturan umum mengenai arbitrase
kenyataan
dan alternatif penyelesaian sengketa di
kekuasaan
luar pengadilan;
independen. Bentuk ini merupakan
Pengaturan umum mengenai bantuan
bentuk ideal yang seharusnya terjadi
umum bagi pencari keadilan yang tidak
pada sebuah negara hukum.
hukum
pada
setiap
ketentuan
yang
independen.
dan
tertentu untuk memeriksa, mengadili
2.
juga
beberapa
realitanya
bantuan
9.
dilapangan
keahlian serta pengalaman di bidang
mampu dan pengaturan mengenai pos
8.
prakteknya saling berkaitan satu sama lain,
yang
ada
Disini
ada
dalam
dengan
di
kehakiman
lapangan
sama-sama
Secara normatif tidak independen dan
realitanya juga tidak independen. Di
pengadilan;
Indonesia, model ini pernah terjadi
Penegasan bahwa hakim dan hakim
pada tahun 1964 ketika UU No 19
konstitusi adalah pejabat negara; dan
Tahun 1964 disahkan, dimana pada
Pengaturan umum mengenai jaminan
pasal
keamanan dan kesejahteraan hakim
presiden
dan hakim konstitusi.11
tangan dalam masalah pengadilan dan
19
nya
dapat
disebutkan
turut
atau
bahwa
campur
realitanya dilapangan hal itu terjadi.
disahkannya
Model ini merupakan terburuk dari
beberapa UU baru tersebut tidak ada lagi
model kekuasaan kehakiman karena
tekanan-tekanan
pelaku
kekuasaan kehakiman tidak merdeka
dalam
dan tidak independen.
Harapannya
kekuasaan
dengan
terhadap
kehakiman
(hakim)
melaksanakan tugasnya untuk memutus
3.
Secara
normatif
independen,
akan
suatu perkara. Pada akhirnya dengan sistem
tetapi realitanya tidak independen. Di
seperti itu independensi dan kemerdekaan
Indonesia, model ini pernah terjadi
kekuasaan
lebih
pada masa orde baru dimana dalam
terjamin. Menurut Muchsin, pada masa lalu
peraturan perundang-undangan secara
independensi kekuasaan kehakiman dapat
tegas dinyatakan kekuasaan kehakiman
dikategorikan menjadi 2 (dua) hal, yaitu
itu merdeka dan independen akan
independen
independen
tetapi pada kenyataan dilapangan para
ini
hakim
empiris.
kehakiman
normatif
Dari
dua
menjadi
dan
macam
dalam
dan
pelaku
kekuasaan
kehakiman sering mendapat intervensi
11
Ibid., hlm. 5-6
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 24
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dari eksekutif dan ekstra yudisial
financial independence belum sepenuhnya
lainnya.12
independen karena masih tergantung pada
APBN yang notabene ditentukan oleh
Jimly
Asshiddiqie,
yang
dikutip
Muchsin mengkonsepsikan independensi
kekuasaan
kehakiman
dalam
3
(tiga)
Structural
independence,
independensi
kelembagaan,
utama,
disini
perundang-undangan,
yang terpisah dari organisasi lain
seperti eksekutif dan yudikatif.
Functional
independence,
yaitu
penegak
komponen
anggota masyarakat.
peraturan
komponen
hukumnya,
Komponen
dan
aparat
komponen
14
peraturan
perundang-
yaitu
undangan di Indonesia telah diadakan
independensi dilihat dari segi jaminan
banyak perubahan, baik itu dalam UUD
pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan
1945 yang merupakan konstitusi dasar
kehakiman
negara maupun UU tentang kekuasaan
dari
intervensi
ekstra
yudisial.
3.
menurut Robert B. Seiman, pelaksanaannya
yaitu
dapat dilihat dari bagan organisasi
2.
Pembaharuan kekuasaan kehakiman,
dilapangan terkait oleh tiga komponen
pengertian:
1.
eksekutif dan legislatif.
kehakiman
Financial
independence,
independensi
dilihat
kemandiriannya
segi
UU
tentang
badan
peradilan (PU, PA dan PTUN). Sedangkan
komponen
aparat
penegak
hukum
menentukan
merupakan dari pelaksanaan penagakan
sendiri anggaran yang dapat menjamin
hukum. Jika mereka baik, maka bisa
kemandiriannya dalam
dipastikan hukum akan tegak dengan baik,
fungsi.
dalam
dari
yaitu
serta
menjalankan
13
demikian juga sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh Taverne
Dari
tersebut,
ketiga
pengertian
independensi
independen
kekuasaan
kehakiman di Indonesia, sesuai dengan
ketentuan UU No. 4 Tahun 2004 dan UU
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasan
Kehakiman, telah mecakup independensi
dalam pengertian structural independence
yang dikutip
“berilah aku hakim yang
baik, polisi yang baik dan jaksa yang baik,
dengan Undang-Undang yang kurang baik
sekalipun hasilnya akan lebih baik”. 15
Sebagaimana diketahui bahwa pada
masa
lalu
hakim
dalam
menjalankan
tugasnya banyak mendapatkan tekanan dan
dan functional independence, cuma untuk
14
12
Muchsin, “Kekuasaan Kehakiman Pasca
Perubahan UUD 1945”, Makalah yang disampaikan
sebagai bahan kuliah di Program Doktor Ilmu
Hukum Untag Surabaya tahun 2009, hlm 5.
13
Ibid., hlm 4.
25 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Ibid., hlm.8.
Ahmad Zaenal Fanani, Kekuasaan
Kehakiman Yang Merdeka Dan Masa Depan
Peradilan Agama (Analisis UU No. 48 Tahun 2009
dan UU No. 50 Tahun 2009), Untag, Surabaya, 2010,
hlm. 9.
15
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
godaan
baik
dari
penguasa
maupun
peradilan antara rakyat biasa dan pejabat
masyarakat, namun hal itu semua terpulang
pemerintah.
pada
dalam menjalankan tugasnya melakukan
pribadi
aparat
penegak
hukum,
Bagi
pemerintah,
apakah memiliki keberanian moral untuk
kekeliruan
melawan tekanan dan godaan tersebut
forum peradilan tersendiri, yaitu peradilan
dengan tetap berpegang teguh pada hukum
administrasi Negara”.17
dan keadilan.16Adapun komponen terakhir
adalah
komponen
anggota
masyarakat.
atau
pejabat
kesalahan
mempunyai
Hal yang sama juga diungkapkan oleh
A. V. Dicey yang juga dikutip Faisal A.
“adanya perbedaan konsep
Komponen ini perlu diberikan sosialisai
Rani bahwa
dan penyadaran hukum sehingga mereka
antara system the rule of law dan droit
patuh terhadap hukum dan selalu bertindak
administrative,
dalam koridor hukum, serta mampu untuk
system susunan organisasi peradilan, yaitu
melakukan kontrol sosial terhadap aparat
judicial court (common law court) dan
penegak hukum.
administrative court. Pada Negara yang
menganut
Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah
di Beberapa Negara
kekuasaan kehakiman di Negara-negara di
dunia terdapat perbedaan antara satu sama
lain. Perbedaan tersebut terbagi dalam dua
golongan besar sebagaimana dikemukakan
C.F. Strong yang dikutip Faisal A. Rani
“susunan
kekuasaan
kehakiman
pada Negara-negara yang tergolong dalam
common law state, dimana berlaku konsep
rule of law, tidak terdapat perbedaan forum
peradilan bagi rakyat biasa dan pejabat
pemerintah. Setiap orang akan diperiksa,
diadili, dan diputus oleh badan peradilan
yang sama, yaitu peradilan umum (the
ordinary court). Sedangkan pada Negaranegara
yang
prerogative
tergolong
state,
sistem
dua
menimbulkan
droit
susunan
dua
administrative,
peradilan,
yaitu
peradilan umum dan peradilan administrasi.
Apabila ditelaah mengenai organisasi
bahwa
terdapat
juga
ke
dalam
dibedakan
forum
Sedangkan pada Negara dengan system the
rule of law hanya terdapat satu lingkungan
peradilan, yaitu peradilan umum. Banyak
Negara dengan system common law, seperti
Amerika Serikat dan Inggris, persoalanpersoalan adminitratif atau pemerintahan
dihadapkan pada peradilan biasa, tidak ada
perbedaan antara rakyat biasa
dengan
pejabat pemerintah di forum peradilan,
sesuai dengan salah satu unsur the rule of
law, yaitu equality before the law”.18
Perbedaan
antara
badan
peradilan
umum (the ordinary court) dan badan
peradilan
khusus
administrasi
(the
special
atau
peradilan
court)
dalam
perkembangannya tidak dapat lagi dilihat
17
16
Ibid.
Faisal A. Rani, Op.Cit., hlm. 76.
Ibid., hlm. 77.
18
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 26
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dalam
bentuk
aslinya.
bahwa
organisasi kekuasaan kehakiman pada bentuk
kehadiran peradilan khusus di suatu Negara,
Negara kesatuan, tercermin dalam bentuk
tidak
konsep
susunan organisasi kekuasaan kehakiman
droit administrative, bahkan Negara-negara
Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945
dengan system common law membentuk
sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
semata-mata
Artinya
berdasarkan
badan peradilan khusus.
Perbedaan susunan kekuasaan kehakiman
juga terjadi karena bentuk Negara, misalnya
TANGGUNG JAWAB PROFESI HAKIM
pada bentuk Negara federasi dan negara
SEBAGAI
kesatuan. Susunan kekuasaan kehakiman pada
KEKUASAAN
Negara yang berbentuk federal tercermin pada
PRAKTEK
PENYELENGGRA
KEHAKIMAN
DALAM
susunan organisasi dan yurisdiksi badan
peradilan, seperti di Amerika Serikat, dimana
Pelaksanaan Tanggung Jawab Hakim
Amerika
dalam
Serikat
sebagai
Negara
yang
Lingkup
berbentuk federal, tentu mempunyai sistem
Sebagai
pemerintahan federal dan sistem negera-
Kehakiman
berlaku pada dua
Penyelenggara
Penegakan
negara bagian. Dengan demikian doktrin
pemisahan kekuasaan
Peradilan
berdasarkan
Umum
Kekuasaan
supremasi
nilai-nilai
hukum
kebenaran
dan
tingkatan, pada tingkat nasional (federal)
keadilan serta penghormatan terhadap hak-
wewenang pemerintah federal dibagi antara
hak
tiga cabang kekuasaan yang berbeda, dan pada
universal.Menurut
tingkatan lainnya kekuasaan dibagi antara
Indonesia
pemerintah federal dan Negara-negara bagian.
(rechtsstaat),
Akibat dari susunan kekuasaan Negara yang
kekuasaan
ditetapkan
dalam
susunan
prinsip penyelenggaraan peradilan yang
organisasi
kekuasaan
(badan
menetapkan “Pengadilan adalah benteng
peradilan) di Amerika Serikat, diatur dalam
terakhir penegakan hukum dan keadilan”
suatu system ganda (dual court system), yaitu
belum
sistem badan peradilan federal dan sistem
Pengadilan
yang
masing-masing
memberikan
putusan
konstitusi,
kehakiman
Negara
bagian.
Ketika
asasi
manusia
yang
sistem
berdasar
tidak
belaka
memberikan
secara
pemerintahan
atas
berdasar
hukum
kepada
(machtsstaat),
hasil
maksimal.
didambakan
yang
dan
dapat
mengakhiri
konstitusi Amerika Serikat dirancang pada
kemelut masyarakat, justeru menetapkan
tahun 1787 pada Negara-negara bagian sudah
putusan yang memicu bentrokan dalam
berkembang suatu sistem Negara bagian
masyarakat. Demikian pula, pengadilan
masing-masing.
19
Sedangkan
susunan
masih sering menempatkan dirinya sebagai
“pemelihara dan pelindung” kepentingan
19
Ibid.hal 78.
27 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
kekuasaan
dan
penguasa.Pengadilan
mengalihkan, atau bahkan mencabut hak
merupakan bagian dari Mahkamah Agung,
dan kebebasan warga negara, dan semua itu
di mana di tataran negara Indonesia,
dilakukan
Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi
hukum
negara
kewenangan dan tingginya tanggung jawab
dalam
Indonesia
sistem
yang
kekuasaan
ketatanegaraan
merupakan
kehakiman
pemegang
bersama-sama
dalam
dan
hakim
rangka
menegakkan
keadilan.
ditunjukkan
Besarnya
melalui
putusan
pengadilan yang selalu diucapkan dengan
“Demi
Keadilan
Berdasarkan
dengan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah
irah-irah
Agung membawahi badan peradilan dalam
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan
hal
peradilan
menegakkan
agama,
lingkungan
peradilan
ini
kewajiban
hakim
dalam
tidak
hanya
kepada
sesama
keadilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha
dipertanggungjawabkan
negara.
manusia, tetapi juga kepada Tuhan Yang
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Maha Esa.20Jadi setiap profesi di berbagai
dalam melaksanakan visi dan misinya
bidang termasuk profesi hakim memiliki
adalah
untuk mewujudkan supremasi
nilai-nilai yang dijunjung untuk dijadikan
hukum melalui kekuasaan kehakiman yang
pedoman dalam kehidupan profesi yang
mandiri, efektif, efisien, serta mendapatkan
bersangkutan. Demikian halnya dengan
kepercayaan
publik,
dan
profesi hakim di Indonesia, di mana
memberikan
pelayanan
yang
terdapat suatu kode etik yang didasarkan
berkualitas, etis, terjangkau dan biaya
pada nilai-nilai yang berlaku di Indonesia
rendah
serta nilai-nilai yang bersifat universal bagi
bagi
profesional
masyarakat
menjawab
hukum
serta
panggilan
publik.Pengadilan,
sebagai
mampu
pelayanan
hakim sebagai pelaksana fungsi yudikatif.
pelaksana
Apabila dilihat dari profesi hakim
kekuasaan kehakiman merupakan salah
sebagai
satu unsur penting dalam sebuah negara
kehakiman terdapat tiga unsur pokok,yaitu
hukum (rechtsstaat) yang harus memenuhi
:
kriteria mandiri (independen), netral (tidak
berpihak),
dan
kompeten
yang
dapat
1. Tugas,
penyelenggara
yaitu
kewenangan
atau
kekuasaan
kewajiban
kekuasaan
dan
yang
menjamin pemenuhan hak asasi manusia.
harus dilaksanakan untuk kemudian
Oleh karena itu, posisi profesi hakim
diperinci lebih lanjut tentang cara
sebagai aktor utama lembaga peradilan
melaksanakannya.
menjadi amat vital, terlebih lagi mengingat
segala kewenangan yang dimilikinya, di
mana
hakim
dapat
mengubah,
2. Aparat, yaitu pelaksana tugas tersebut
20
Hasil Wawancara dengan Ketua dan
Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus –
September 2011
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 28
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
yang terdiri atas komponen pelaksana,
melaksanakan tugasnya secara profesional
pendukung, dan penunjang.
sesuai dengan kriteria teknis yang berlaku
3. Lembaga, yaitu wadah (struktur dan
organisasi)
prasarana
beserta
tempat
sarana
para
dan
aparat
melaksanakan tugasnya.21
dalam bidang profesi yang bersangkutan,
baik bersifat umum maupun ketentuan
khusus dalam lembaganya.
Apabila ditelaah dari tanggung jawab
Bagi seorang aparat penegak hukum
moral hakim, maka hal ini dihadapkan pada
seperti halnya hakim, mendapat suatu tugas
tujuan
berarti memperoleh sebuah tanggung jawab
ditegakkannya
yang terkait tiga hal, yaitu (1) mendapat
keadilan yang terapat dalam das sollen
kepercayaan
(kenyataan
untuk
dapat
mengemban
akhir
profesi
hakim
adalah
Cita
hukum
keadilan.
normatif)
harus
dapat
tugas, (2) merupakan suatu kehormatan
diwujudkan dalam das sein (kenyataan
sebagai
(3)
alamiah) melalui nilai-nilai yang terdapat
merupakan suatu amanat yang harus dijaga
dalam etika profesi. Salah satu etika profesi
dan dijalankan.
yang telah lama menjadi pedoman profesi
pengemban
tugas,
dan
Tanggung jawab dapat dibedakan atas
ini sejak masa awal perkembangan hukum
tiga jenis, yaitu tanggung jawab moral,
dalam peradaban manusia adalah The Four
tanggung jawab hukum, dan tanggung
Commandments for Judges dari Socrates.
jawab teknis profesi. Tanggung jawab
Kode etik hakim tersebut terdiri dari empat,
moral
sesuai
yaitu (1)To hear corteously (mendengar
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
dengan sopan dan beradab), (2) To answer
berlaku
wisely
adalah
dalam
tanggung
jawab
lingkungan
kehidupan
(menjawab
(3)
dengan
bijaksana),
pribadi maupun bersifat kelembagaan bagi
(mempertimbangkan
tanpa
suatu lembaga yang merupakan wadah para
apapun)
decide impartially
aparat bersangkutan. Sementara tanggung
(memutus tidak berat sebelah).22
(4)To
consider
dan
profesi yang bersangkutan, baik bersifat
dan
To
arif
soberly
terpengaruh
jawab hukum diartikan sebagai tanggung
Hal ini dibenarkan oleh beberapa
jawab yang menjadi beban aparat untuk
hakim yang diwawancarai bahwa tanggung
dapat melaksanakan tugasnya dengan tidak
jawab profesi hakim dalam pelaksanaannya
melanggar
adalah
rambu-rambu
hukum.
selalu
berhadapan
dengan
Sedangkan tanggung jawab teknis profesi
penegakan hukum dan keadilan. Dalam
merupakan tuntutan bagi aparat untuk
kenyataan kedua hal tersebut sering kali
22
21
Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi
Hakim,” dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of
Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan,
(Mahkamah Agung RI, 2006), hal. 1.
29 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Wildan Suyuthi, “Etika Profesi, Kode Etik,
dan Hakim dalam Pandangan Agama” dalam
Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode
Etik Hakim dan Makalah Berkaitan. Jakarta:
Mahkamah Agung RI, 2006.hlm. 28.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
menjadi
dilema
bagi
hakim
dalam
4. Mempunyai
kesanggupan
mempertimbangkan suatu putusan, di mana
mengeluarkan
disatu sisi hakim harus melakukan suatu
pendapat tanpa meningalkan norma-
upaya penegakan hukum tetapi di sisi lain
norma kedinasan; dan
harus melihat rasa keadilan yang harus
dihormati dalam masyarakat. Penegakan
hukum yang harus dilakukan terkadang
melukai rasa keadilan dalam masyarakat.
serta
untuk
mengemukakan
5. Tidak dibenarkan mengadakan resolusi
terhadap
apapun.
atasan
dalam
bentuk
24
23
Secara umum, yang harus dilakukan
Terhadap
sesama
haruslah
pencari keadilan dalam persidangan adalah
hubungan kerja sama yang baik antar
(1) Bersikap dan bertindak menurut garis-
sesama rekan, memiliki rasa setia kawan,
garis yang ditentukan dalam hukum acara
tenggang rasa, dan saling menghargai
yang
antarsesama
(2)
Tidak
dibenarkan
dan
hakim
hakim terhadap pihak ketiga yang menjadi
berlaku,
memelihara
rekan,
memupuk
rekan, memiliki kesadaran,
bersikap yang menunjukkan memihak atau
kesetiaan,
bersimpati atau antipati terhadap pihak-
hakim; dan
pihak yang berperkara, (3) Harus bersikap
martabat
sopan,
dalam
maupun di luar kedinasan. Begitu pula
memimpin sidang, baik dalam ucapan
terhadap bawahan/pegawai, setiap hakim
maupun perbuatan, (4) Harus menjaga
selayaknya bersikap:
tegas,
dan
bijaksana
penghargaan
terhadap
korps
menjaga nama baik dan
rekan-rekan,
baik
di
dalam
kewibawaan dan kekhidmatan persidangan;
1. Harus mempunyai sifat kepemimpinan;
dan
2. Membimbing
(5)
kebenaran
Bersungguh-sungguh
dan
mencari
keadilan.Sementara
itu,
terhadap profesinya sendiri, seorang hakim
juga harus menjaga
perilakunya, baik
kepada atasan, sesama rekan, maupun
bawahan. Terhadap atasan, seorang hakim
harus bersikap:
bawahan
untuk
mempertinggi kecakapan;
3. Harus
mempunyai
sikap
sebagai
seorang bapak/ibu yang baik;
4. Memelihara sikap kekeluargaan antara
bawahan dengan hakim; dan
5. Memberi contoh kedisiplinan.
1. Taat kepada pimpinan;
2. Menjaankan tugas-tugas yang telah
digariskan dengan jujur dan ikhlas;
3. Berusaha memberi saran-saran yang
membangun;
23
Hasil Wawancara dengan Ketua dan
Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus –
September 2011
Rasa tanggung jawab moral profesi
hakim juga harus ditunjukan dari
sikap
hakim di luar kedinasan. Oleh karena itu, di
luar kedinasannya berprofesi di pengadilan,
24
Hasil Wawancara dengan Ketua dan
Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus –
September 2011
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 30
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
hakim juga harus senantiasa menjaga sikap
hubungan suami isteri meskipun telah
dan perilakunya. Terhadap diri pribadi,
bercerai, dengan ketua, salah seorang
seorang hakim harus: memiliki kesehatan
Hakim Anggota, Jaksa, Advokat, atau
jasmani dan rohani, berkelakuan baik dan
Panitera
tidak tercela,
wewenang
tidak menyalahgunakan
untuk
kepentingan
pribadi
maupun golongan, menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan asusila dan kelakuan
yang dicela oleh masyarakat dan tidak
melakukan
perbuatan-perbuatan
merendahkan
martabat
yang
hakim.Selain
tanggung jawab moral di atas, hakim juga
memilik tanggung jawab secara hukum
khususnya
apabila
dikaitkan
dengan
beberapa peraturan perundang-undangan
yang memiliki kaitan dengan hakim dan
peradilan mencantumkan dan mengatur
pula hal-hal seputar tanggung jawab hukum
profesi hakim. Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
mencantumkan beberapa tanggung jawab
profesi yang harus ditaati oleh hakim,
yaitu:
a. Bahwa
hakim
wajib
menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam
mempertimbangkan
berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat yang baik
tindakan
yang
c. Bahwa hakim wajib mengundurkan
diri dari persidangan apabila terikat
keluarga
sedarah
atau
semenda sampai derajat ketiga, atau
yang
paling
penilaian
oleh
diutamakan.
terhadap
hakim
Selain
kinerja
itu,
dan
profesionalisme hakim dalam menjalankan
tugasnya juga menjadi perhatian. Setiap
hakim
dituntut
mampu
mempertanggungjawabkan
tindakannya
sebagai profesional di bidang hukum, baik
di dalam maupun di luar kedinasan, secara
materi dan formil. Oleh karena itu, adalah
suatu hal yang mutlak bagi para hakim
untuk memahami secara mendalam aturanaturan
mengenai
hukum
acara
di
persidangan.
Ketidakmampuan
dalam
mempertanggungjawabkan
hakim
tindakannya secara teknis atau dikenal
dengan
istilah
unprofessional
conduct
dianggap sebagai pelanggaran yang harus
Berdasarkan uraian di atas, dalam
pelaksanaan tanggung jawab hakim dalam
lingkup
peradilan
hakim
penyelenggara
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
umum
kekuasaan
adalah
sebagai
sebagai
kehakiman,
aktor
kekuasaan
utama
kehakiman.
Profesi hakim dianggap sebagai pembawa
keadilan,
berkonflik
31 -
dilakukan
dengan ketentuan yang berlaku menjadi hal
penyelenggara
dan jahat dari terdakwa
hubungan
penilaian terhadap sesuai atau tidaknya
dijatuhi sanksi.
dalam masyarakat
b. Bahwa
Pada tanggung jawab teknis profesi,
dimana
orang
yang
mempercayakan
sedang
hidupnya
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
kepada seorang hakim untuk menentukan
dalam mengadilitidak boleh membeda-
nasibnya
bedakan orang dan wajib menghormati
menghendaki
seorang
hakim
haruslah memiliki sosok yang dianggap
asas
praduga
hamper mendekati orang yang sempurna.
bertanggungjawabsecara
Walaupun demikian semua tindak tanduk
kepada sesama manusia dan
hakim jelas lah harus dibatasi dan diawasi
vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa;
karena kodrat sang hakim yang juga
3. Hakim tidak boleh menolak untuk
bersalah,
horizontal
secara
sebagai manusia biasa. Keberadaan kode
memeriksa
etik dari profesi hakim memegang peranan
perkara yang diajukan dengan dalih
sebagai rel yang mengarahkan seorang
bahwa
hakim dalam berkelakuan baik dalam
kurang jelas.
menjalankan
tugas
sehari-hari
di
pengadilan dan ketika dia berada di luar
pengadilan.
Hakim
peranan
dan
tak
hukumnya
yang
kedudukan
penting
demi
dan
tegaknya
negara hukum. Oleh karena itu, terdapat
beberapa nilai yang dianut dan wajib
tidak
suatu
ada
atau
4. Hakim wajib menjunjung tinggi kerja
sama dan kewibawaan korps.
5. Hakim
memiliki
mengadili
harus
senantiasa
mempertanggungjawabkan
segala
sikap dan tindakannya.
6. Hakim wajib menjunjung tinggi nilai
obyektivitas.
dihormati oleh penyandang profesi hakim
dalam menjalankan tugasnya. Nilai di sini
Sebagai aktor utama lembaga peradilan,
diartikan sebagai sifat atau kualitas dari
posisi, dan peran hakim menjadi sangat
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
penting,
manusia, lahir maupun batin. Bagi manusia,
kewenangan yang dimilikinya. Melalui
nilai
putusannya,
dijadikan
landasan,
alasan,
atau
terlebih
dengan
seorang
segala
hakim
dapat
motivasi dalam bersikap dan bertingkah
mengalihkan hak kepemilikan seseorang,
laku, baik disadari maupun tidak. Nilai-
mencabut
nilai yang terkandung dalam pelaksanaan
menyatakan tidak sah tindakan sewenang-
tanggung jawab hakim adalah
wenang pemerintah terhadap masyarakat,
sebagai
berikut:
sampai
1. Profesi hakim merupakan profesi yang
merdeka
menyelenggarakan
warga
dengan
negara,
memerintahkan
penghilangan hak hidup seseorang.
Semua kewenangan yang dimiliki oleh
2. Nilai keadilan juga tercermin dari
kewajiban
kebebasan
hakim
peradilan
hakim harus dilaksanakan dalam rangka
untuk
menegakkan
secara
keadilan tanpa pandang bulu dengan tidak
sederhana, cepat, dan biaya ringan dan
hukum,
membeda-bedakan
kebenaran
orang
seperti
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
dan
diatur
- 32
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dalam lafal sumpah seorang hakim, di
pengaduan masyarakat yang masuk ke
mana setiap orang sama kedudukannya di
Komisi
depan hukum dan hakim. Namun demikian
ketidakpuasan terhadap putusan majelis
terhadap hakim yang dalam pelaksanaan
hakim, dan Komisi Yudisial memiliki
tugasnya
kewenangan untuk memeriksa cara hakim
juga
tidak
terlepas
dari
Yudisial
adalah
penyelewengan dan pelanggaran terhadap
menjatuhkan
kedudukan yang disandang oleh seorang
tidak punya kewenangan untuk memeriksa
hakim. Penyelewengan dan pelanggaran
hasil
tersebut akan berdampak pada citra dirinya
Yudisial memeriksa cara hakim untuk
hakim di mata masyarakat. Oleh karena itu
menjatuhkan putusan itu berdasarkan kode
diperlukan
etik dan pedoman perilaku hakim.
adanya
penerapan
terhadap
pelanggaran
diawali
dengan
sanksi
dimaksud
adanya
hakim,
namun
Yudisial
Komisi
Berdasarkan penelaahan pada berbagai
pengaduan
media diketahui bahwa Komisi Yudisial
(KY) dalam periode 2005 hingga 2011
Berdasarkan
data
diketahui
masyarakat
putusan
Komisi
yang
masyarakat.
Yudisial
putusan.
laporan
yang
pada
bahwa
masuk
ke
Komisis
telah memberikan rekomendasi kepada
pengaduan
Mahkamah Agung agar memberikan sanksi
Komisis
kepada
134 hakim
karena melanggar
Yudisial terhadap perilaku hakim sejak
melanggar kode etik dan perilaku hakim.
2005 hingga 2011 sebanyak 13 ribu lebih
Sanksi tersebut dapat berupa sanksi ringan
laporan, namun laporan yang diregistrasi
yakni
sebanyak 3.179 laporan karena banyak
diberhentikan sementara, dan sanksi yang
laporan yang tidak memenuhi syarat. Dari
terberat adalah diberhentikan tetap atau
3.179 laporan yang diregistrasi, hanya 273
dipecat.26
sanksi
tertulis,
sanksi
sedang,
laporan yang ditindaklanjuti oleh Komisis
Menurut Muzayyin Mahbub, dari 134
Yudisial dan sebanyak 477 hakim dipanggil
hakim yang direkomendasi untuk mendapat
untuk
sanksi
dimintai
klarifikasi.
Hasilnya,
tersebut,
sebanyak
18
hakim
sebanyak 134 hakim direkomendasikan
direkomendasikan untuk dipecat karena
untuk mendapat sanksi karena melanggar
terbukti melanggar kode etik dan perilaku
kode etik dan pedoman perilaku hakim, dan
hakim, serta pelanggaran yang tergolong
18 hakim di antaranya direkomendasikan
berat, sedangkan sisanya direkomendasikan
untuk diberhentikan tetap atau dipecat.
25
Muzayyin mengatakan sebagian besar
untuk
33 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
tertulis.
Rekomendasi
pemecatan hakim diserahkan kepada MA
dan
25
Metro
TV,
Komisi
Yudisial
Rekomendasikan
134
Hakim
Dihukum
http://www.metrotvnews.com.,
Diakses, Februari
2012
teguran
sebanyak
26
7
hakim
yang
sudah
Muzayyin Mahbub, Sekretaris Jenderal
Komisi
Yudisial,
dialog
interaktif
http://www.metrotvnews.com/Diakses Februari 2012
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ditindaklanjuti, sedangkan sisanya masih
Pengawas Eksternal.
dalam proses di Mahkamah Agung. 27
Muzayyin Mahbub, juga mengakui
Kendala
yang
Dihadapi
dalam
bahwa pihaknya tidak dapat membuka
Pelaksanaan Tanggung Jawab Hakim
identitas
sebagai
hakim-hakim
direkomendasikan
untuk
yang
diberhentikan
karena etikanya harus tertutup, termasuk
pemeriksaan
hakim
yang
bermasalah
Penyelengggaran
Kekuasaan
Kehakiman
Pelaksanaan tanggung jawab hakim
sebagai
penyelengggaran
kekuasaan
karena KY tidak memiliki kewenangan
kehakiman dalam setiap perkara perkara
untuk mempublikasikan hakim-hakim yang
yang ditanganinya akan dilihat, diakui atau
sedang diperiksa. Demikian pula halnya
dibenarkan telah terjadi peristiwa tersebut.
dengan
yang
Hakim melakukan pembuktian dengan alat-
menangani kasus Antasari Azhar, Komisis
alat bukti dalam mendapatkan kepastian
Yudisial
pada
peristiwa tersebut dikualifisir termasuk
publik pemeriksaan hakim yang menangani
dalam hubungan hukum apa atau yang
kasus Antasari Azhar diketahui media dari
mana. Hakim akan mencari ketentuan-
pengacara Antasari.
Namun demikian
ketentuan yang dapat diterapkan pada
apabila telah masuk tahap pemeriksaan di
peristiwa hukum yang bersangkutan. 28 Jadi,
tingkat
Hakim akan menerapkan hukum terhadap
pemeriksaan
tidak
hakim
pernah
majelis
membuka
kehormatan
Mahkamah Agung,
hakim
di
maka proses di sana
sudah terbuka dan dapat
diketahui oleh
publik.
peristiwa
dan
menilainya
serta
pada
gilirannya menetapkan hukumnya kepada
peristiwa yang bersangkutan, barang tentu
Berdasarkan
hal
tersebut
di
atas
ia memberikan keadilan sesuai dengan
jelaslah bahwa terhadap hakim dalam
penilaiannya.
pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai
memerlukan
penyelengggaran
penerapannya. Konkretisasi keadilan hanya
juga dibatasi
pengawas
Profesi
kekuasaan
dengan
kehakiman
adanya lembaga
mungkin
Eksistensi
peranan
bilamana
Hakim
dalam
memahami
Komisi
Kehormatan
kenyataan sosial yang terjadi di masyarakat.
Hakim
yang
berwenang
Namun demikian dalam pelaksanaan
tanggung
hakim yang melakukan pelanggaran kode
penyelengggaran
etik
sebagai
pengawasan.
tindak
Selain
Yudisial
27
Hakim
yaitu
memberikan pertimbangan dan sanksi bagi
Komisi
Keadilan
Ibid.
itu,
jawab
hakim
kekuasaan
sebagai
kehakiman
lanjut
fungsi
juga tidak terlepas dari adanya berbagai
juga
terdapat
kendala. Hal ini disebabkan karena Hakim
sebagai
Lembaga
28
Hasil Wawancara dengan Ketua dan
Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus –
September 2011
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 34
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dalam
mengaktualisasi
ide
keadilan
berhubung dengan itu harus diadakan
memerlukan situasi yang kondusif, baik
jaminan dalam Undang-Undang tentang
yang berasal dari faktor eksternal maupun
kedudukan para Hakim”.
internal dari dalam diri seorang Hakim.
dipertegas lagi dalam penjelasan Undang-
Jika ditelusuri, faktor yang mempengaruhi
Undang
hakim
kekuasaan
mengatakan “Kekuasaan kehakiman yang
kehakiman dalam mentransformasikan ide
merdeka ini mengandung pengertian di
keadilan, antara lain
adanya jaminan
dalamnya
terhadap
peradilan/Hakim,
bebas dari campur tangan pihak kekuasaan
penyelenggaraan
kebebasan
kualitas
profesionalisme
Kekuasaan Kehakiman yang
kekuasaan
kehakiman
yang
dan
negara lainnya, dan kebebasan dari paksaan,
penghayatan etika profesi Hakim. Faktor
directiva atau rekomendasi yang datang
pertama
eksternal,
dari pihak ekstra yudisiil kecuali dalam hal-
sedangkan dua faktor terakhir merupakan
hal yang diijinkan oleh Undang-Undang”.
faktor internal. Untuk lebih jelasnya dapat
Kekuasaan
kehakiman
mempunyai
dua tujuan.
melakukan
fungsi
merupakan
faktor
dilihat pada uraian berikut:
Jaminan
Hakim
Hal tersebut
29
Kebebasan
Peradilan
peradilan
mandiri
Pertama
dan
agar
kewenangan
peradilan secara jujur, dan adil, kedua, agar
kekuasaan kehakiman mampu berperan
(Indepedency of Judiciary)
Kebebasan
yang
menjadi
melakukan pengawasan terhadap semua
keharusan bagi tegaknya negara hukum
tindakan penguasa. Sedangkan konsekuensi
(rechstaat). Hakim akan mandiri dan tidak
dari kekuasaan kehakiman yang merdeka
memihak dalam memutus sengketa, dan
adalah :
dalam
1)
situasi
Hakim
yang
akan
sudah
kondusif
tersebut,
leluasa
mentransformasikan
ide-ide
Supremasi hukum, di mana setiap
untuk
penyelesaian sengketa harus sesuai
dalam
dengan proses yang ditentukan hukum
pertimbangan-pertimbangan putusan.
Di
berdasarkan asas perlakuan yang sama
Indonesia jaminan terhadap indepedency of
di depan hukum dan perlindungan
judiciary
yang sama didepan hukum;
telah
dipancangkan
sebagai
pondasi dalam Pasal 24 dan 25 UUD 1945
yang
dipertegas
dimaksud
dalam
penjelasan
“Kekuasaan kehakiman ialah
2)
Peradilan
sebagai
katup
penekan
(pressure valve), Lembaga peradilan
diberi
wewenang
penekan
dari
hukum yang dilakukan oleh siapapun
kekuasaan
pemerintah,
29
Hasil Wawancara dengan Ketua dan
Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus –
September 2011
35 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
setiap
katup
kekuasaan yang merdeka, artinyaterlepas
pengaruh
atas
sebagai
pelanggaran
dan pihak manapun tanpa kecuali dan
pelanggaran itu meliputi segala bentuk
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
perbuatan yang tidak konstitusional,
3)
4)
5)
Setiap
Hakim
dituntut
untuk
ketertiban umum dan kepatutan.
melaksanakan tugasnya secara profesional,
Peradilan sebagai tempat terakhir (the
yakni kemampuan dan ketrampilan Hakim
last
untuk
resort)
dalam
menegakkan
melaksanakan
efektifitas
peradilan sebagai tempat terakhir.
penerapan hukumnya, maupun kemampuan
Peradilan sebagai pelaksana penegakan
mempertimbangkan putusan berdasarkan
hukum.
nilai-nilai
Peradilan dibenarkan bertindak “tidak
berkembang
dalam
demokratis secara fundamental” karena
kemampuan
memprediksi
tidak memerlukan akses dari siapapun,
dampak sosial atas putusan yang telah
tidak memerlukan negosiasi dari pihak
dijatuhkannya.
dan
“kompromi”
tidak
dari
memerlukan
pihak
yang
Baik
dan
kebenaran dan keadilan menempatkan
manapun
putusan.
efesiensi
keadilan
yang
dari
segi
tumbuh
masyarakat,
dan
serta
reaksi
dan
Profesionalisme ini merupakan salah
satu
sisi
dari
mata
uang
“profesi”,
berperkara.
disamping sisi etika profesi. Jadi, setiap
Terdapat kesepakatan umum dalam
profesi
mempunyai
dua
aspek,
yakni
komunitas Pengadilan di dunia bahwa
profesionalisme sebagai keahlian teknis
lembaga
dan etika profesi sebagai dasar moralita.
peradilan
diharapkan
untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut :
Profesionalisme mempunyai peranan yang
a.
penting, lebih-lebih Hakim mengemban
Pengadilan
memberikan
keadilan
tanggung jawab dan kewajiban yuridis
individu dalam kasus individual.
b. Pengadilan
c.
beroperasi
secara
yang terkait dengan jabatannya. Undang-
transparan.
Undang
Pengadilan menyediakan suatu forum
mewajibkan
yang
menolak untuk memeriksa dan mengadili
tidak
memihak
dalam
meyelesaikan sengketa hukum.
d. Pengadilan melindungi warga dari
penggunaan
kekuasaan
pemerintah
Hakim
Kehakiman
“.....tidak
boleh
suatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak atau kurang jelas,
melainkan
wajib
memeriksa
dan
mengadilinya”.
yang sewenang-wenang.
e.
Pengadilan melindungi yang lemah.
f.
Pengadilan
membuat
Kekuasaan
dan
merawat
catatan formal tentang putusan dan
status hukum.
Dalam
upaya
mewujudkan
profesionalisme Hakim, maka seyogyanya
para Hakim memiliki penguasaan ilmu
yang mendalam dan wawasan yang luas,
yang tercermin dalam bobot dan untuk
Kualitas Profesionalisme Hakim
putusan
yang
dijatuhkan
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
dengan
- 36
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
kemampuan untuk mengetahui, memahami
teraplikasi
dan menghayati hukum yang berlaku serta
peraturan hukum yang akan diterapkan
mempunyai
pada
keberanian
menjatuhkan
keputusan berdasarkan hukum dan keadilan.
pemenuhan
kumpulan
suatu
peristiwa
yang
dikemukakan para pihak, ataupun dalam
pola
Penghayatan Etika Profesi Hakim,
dalam
pikir
pertimbangan
(motivasi),
sehingga antara pertimbangan hukum dan
Dalam hal ini Etika profesi Hakim
keputusannya (amar) mempunyai suatu
adalah asas-asas moralita yang mendasari
rangkaian yang logis. Tetapi yang tidak
profesi
kalah
Hakim.
Bermakna
sebagai
pentingnya,
konseptual
pegangan dalam bersikap dan bertindak
putusan
selama
individu dalam setiap kasus (perkara).
mengemban
dan
menjalankan
jabatan Hakim, baik di dalam maupun di
harus
secara
memberikan
keadilan
Namun demikian, kenyataan hakim
luar kedinasan. Ikatan Hakim Indonesia
dalam
(IKAHI)
kehakiman dalam bentuk putusan hakim
telah
merumuskan
kode
penyelenggaraan
kekuasaan
kehormatan Hakim Indonesia dalam bentuk
yang merupakan wujud
Panca Dharma Hakim, yang merupakan
dalam mentransformasikan ide keadilan
suatu
juga menemui berbagai kendala. Kendala
bentuk
pengawasan
terhadap
anggotanya.
yang
Berdasarkan uraian di atas jelaslah
bahwa
sebagai
pelaksana
dihadapi
penyelenggaraan
tanggung jawab
hakim
kekuasaan
dalam
kehakiman
kekuasaan
tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan
kehakiman, hakim berwenang menetukan
penegakan hukum. Dari hasil wawancara
hukum dan keadilan bagi setiap individu
dengan
yang berperkara. Hakim harus memberikan
Negeri Banda Aceh, dapat dikemukakan
keadilan kepada setiap pihak dan proses
beberapa kendala dan hambatan yang
penyelesainnya tidak memihak walaupun
dihadapi hakim dalam penyelenggaraan
dalam
kekuasaan kehakiman, yaitu :
kenyataannya
sebagian
budaya
masyarakat cenderung menolak putusan
(perdata)
dan
(eksekusi)
memerlukan
Putusan Hakim
pelaksanaan
1.
paksa.
wujudnya terdiri dari
dan
Hakim
Pengadilan
Hambatan dari segi ketentuan hukum.
putusan
upaya
ketua
Dalam hal ini yang dimaksud
adalah
dalam
ketentuan
hal
penyusunan
perundang-undangan,
susunan kata (bahasa) yang sebenarnya
maksudnyabahwa
mengandung kegiatan berfikir yuridik dari
harus dibuat dengan mengikuti asas-
pembuatnya
mengkonstatir,
menyimpulkan.
37 -
(Hakim).
Ia
akan
asas
mensistimatir
serta
seperti misalnya undang-undang tidak
nampak
berlaku surut, undang-undang yang
Kegiatan
ini
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
berlakunya
undang-undang
undang-undang,
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
bersifat
khusus
mengesampingkan
hukum
undang-undang yang bersifat umum;
undang-undang
yang
dibuat
oleh
Dalam
hal
keterkaitan
dan
ini
menyangkut
koordinasi
penguasa yang lebih tinggi mempunyai
pihak-pihak
kedudukan yang lebih tinggi pula;
berkaitan dengan
bidang penegakan
undang-undang
hukum
mencakup
belakangan
yang
berlaku
secara
yang
langsung
law
undang-
enforcement dan peace maintenance.
terdahulu;
Penegak hukum harus menjalankan
undang-undang tidak dapat diganggu
tugasnya dengan baik sesuai dengan
gugat.
peranannya masing-masing yang telah
undang
membatalkan
yang
dengan
yang
berlaku
diatur
Demikian pula pembuatan undangundang
haruslah
memenuhi
dalam peraturan perundang-
undangan. Dalam menjalankan tugas
syarat
tersebut
dilakukan
dengan
filosofis/idologis, syarat yuridis dan
mengutamakan
syarat sosiologis, maksudnya undang-
profesionalisme,
undang
boleh
panutan masyarakat serta dipercaya
bertentangan dengan ideologi negara,
oleh semua pihak termasuk semua
dan undang-undang dibuat haruslah
anggota masyarakat. Dalam hal ini
menurut
kendala
dibuat
ketentuan
kewenangan
undang
tidak
yang
mengatur
pembuatan
undang-
sebagaimana
Konstitusi
negara,
diatur
serta
dalam
undang-
keadilan
sehingga
terjadi
akibat
dan
menjadi
kurangnya
koordinasi
antara
sesama
aparat
penegak
hukum
lain
dalam
penyelenggaraan proses peradilan.
undang dibuat haruslah sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat di
mana
undang-undang
tersebut
3.
Hambatan
dari
sumberdaya hakim serta
diberlakukan. Hambatan dan kendala
fasilitas
dari undang-undang ini timbul akibat
kekuasaan kehakiman.
ketentuan undang-undang yang dibuat
keterbatasan
pendukung
Sarana
atau
penyelengaraan
fasilitas`tersebut
sering mengalami perubahan sehingga
mencakup
mempengaruhi putusan yang telah dan
terdidik dan terampil termasuk tenaga
akan diambil hakim terhadap suatu
hakim yang masih sangat terbatas,
permasalahan
organisasi yang baik, peralatan yang
hukum
baik
perdata
maupun pidana.
tenaga
sarana atau
manusia
yang
memadai, keuangan yang cukup, dan
sebagainya. Ketersediaan sarana dan
2.
Hambatan dari aparat penegak
fasilitas yang memadai merupakan
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 38
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
suatu
keharusan
bagi
keberhasilan
cenderung menolak putusan (perdata)
penegakan hukum. Hal ini juga terjadi
dan pelaksanaan putusan (eksekusi)
di Pengadilan Negeri Banda Aceh, di
memerlukan adanya upaya paksa.
mana jumlah perkara yang ditangani
4.
Dari beberapa hal yang diuraikan
tidak sebanding dengan jumlah hakim
diatas jelaslah bahwa
yang
hakim dalam pelaksanaan tanggung
ada dan
mampu
menangani
kendala bagi
perkara dimaksud. Walaupun jumlah
jawab
hakim memadai namun kualitas ndan
adalah meliputi kendala di bidang
profesionalitasnya yang terbatas juga
hukum
mempengaruhi kinerja hakim lainnya.
undangan
Hambatan dari masyarakat pencari
pertimbangan
keadilan
kendala
Hambatan dari masyarakat adalah
menayngkut
persepsi
dan
budaya
penyelenggaraan
atau
kehakiman
ketentuan
yang
dan
koordinasi
perundang-
menajdi
dasar
putusan
hakim,
dengan
pihak
aparat penegak hukum yang terlibat
dalam
penyelenggaraan
kekuasaan
masyarakat di wilayah hukum di mana
kehakiman,
pengadilan dan hukum tersebut berlaku
keterbatasan sumberdaya hakim serta
atau diterapkan. Maksudnya warga
sarana
masyarakat
dan
penyelengaraan kekuasaan kehakiman
memahami hukum yang berlaku, serta
serta hambatan dari pemahamaan dan
mentaati hukum yang berlaku dengan
budaya hukum masyarakat.
harus
mengetahui
penuh kesadaran akan penting dan
perlunya
hukum
atau
Dengan
fasilitas
demikian,
dari
pendukung
berdasarkan
kehidupan
uraian di atas jelaslah bahwa hakim
masyarakat. Demikian pula dengan
dalam kedudukannya sebagai penegak
budaya sebagai hasil karya, cipta dan
hukum merupakan salah satu faktor
rasa
yang
yang
bagi
hambatan
didasarkan
pada
karsa
menentukan
pula
bagi
manusia di dalam pergaulan hidup.
keberhasilan penegakan hukum. Oleh
Dalam hal ini kebudayaan mencakup
karenanya sebagai penegak hukum,
nilai-nilai yang mendasari hukum yang
Hakim
berlaku, nilai-nilai mana merupakan
keberhasilan
konsepsi-konsepsi abstrak mengenai
maksudnya penentu bagi penjatuhan
apa yang dianggap baik sehingga
sanksi
dianut, dan apa yang dianggap buruk
dengan
sehingga dihindari.
pelaku. Inilah sebagai kunci hukum
Dalam hal ini di masyarakat sering
terjadi
39 -
apabila
budaya
masyarakat
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
merupakan
penegakan
terhadap
tidak
pejabat
kunci
hukum,
pelanggar
hukum
membedakan
status
benar-benar ditegakkan dengan tidak
pandang bulu. Oleh karenanya dalam
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
menjatuhkan
perkara,
putusan
Hakim
menemukan
harus
suatu
peristiwanya
atas
suatu
benar-benar
kebenaran
sehingga
akan
dapat
menentukan sanksi yang dijatuhkan
situasi sosial telah berubah. Kondisi
sosial
masyarakat
perubahan
mengalami
seiring
dengan
berkembangnya kebutuhan masyarakat
akan pemenuhan hidup sehari-hari.
bersamaan putusan yang dijatuhkan
Perubahan sosial berpengaruh pula
pula. Dengan dijatuhkannya putusan
pada pola hidup dan sikap tindak setiap
berarti suatu bentuk keadilan harus
anggota masyarakat, dan yang paling
terwujud
pihak
utama kadang hukum tertinggal dari
terutama yang terlibat suatu perkara
perubahan masyarakat. Oleh karenanya
yang bersangkutan, dikarenakan setiap
tidaklah mudah untuk
putusan Hakim pasti berkepala “Demi
bahwa suatu perkara yang sejenis yang
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
telah diputus dianggap sama dengan
Maha Esa”.
perkara yang sedang diperiksa. Hakim
diantara
berbagai
Putusan Hakim yang buat hakim
sering
menentukan
mengabaikan keadilan yang
mempertaruhkan citra Hakim di mata
diharapkan
masyarakat, di mana putusan yang
perkara. Bahkan kadang dengan dalih
tidak menimbulkan rasa keadilan akan
“benar atau salah” Hakim melupakan
memunculkan cemoohan bagi Hakim,
rasa keadilan yang diinginkan oleh
meskipun dengan dalih berdasarkan
pihak-pihak yang terlibat perkara yang
bukti-bukti
bersangkutan.
yang
diajukan
beserta
ada
saat
menghadapi
Apalagi
Hakim
keyakinannya Hakim sudah maksimal
dihadapkan pada aneka macam hukum
memeriksa perkara yang bersangkutan.
(hukum adat) yang tersebar di banyak
Sering Hakim lupa dalam memeriksa
suku
suatu perkara, dianggapnya perkara
memutus perkara dengan adil masih
tersebut adalah perkara-perkara yang
kurang mewarnai hati nurani Hakim.
sama saja satu dengan yang lain.
Hal ini seringnya terjadi suatu putusan
Dalam hal ini Hakim sering memeriksa
Hakim diprotes oleh sebagian rakyat
suatu perkara secara individual dengan
yang merasa Hakim kurang adil dalam
mengacu pada perkara-perkara yang
memeriksa dan menjatuhkan putusan,
sejenis yang telah diputuskan oleh
seperti kasus pengrusakan Pengadilan
Hakim yang lalu karena putusannya itu
Negeri
dianggapnya
Timur oleh massa karena tidak puas
Namun
sebagai
Hakim
yuriprudensi.
yang
di
negeri
Larantuka
ini.
Jiwa
Nusa
berani
Tenggara
demikian
akan putusan Hakim, berbagai kasus
sebenarnya telah melupakan bahwa
lainnya yang selama ini berkembang
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 40
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
sehingga menimbulkan persepsi yang
bagi seorang Hakim agar citranya tidak
tidak baik bagi profesi hakim sebagai
tercoreng di mata masyarakat, lebih-
pemegang
lebih
dan
kekuasaan kehakiman.
Dalam
penyelenggara
30
diskriminan
hukum,
penegakan
hukum
kehati-hatian
serta
tidak
dan
non
melakukan
dengan
“jual-beli” perkara menjadi harga mati
keberhasilan
yang harus dilakukan oleh seorang
kaitannya
penegakan
soal
sangat
terkait
Hakim.
dengan penerapan serasi antara nilai-
Lebih lanjut dapat pula dijelaskan
nilai yang berkembang dan diyakini
bahwa
kebenarannya oleh masyarakat dengan
penyelenggaraan
kaidah serta dengan perilaku nyata
kehakiman
manusia. Oleh karenanya agar hukum
wewenang
berfungsi
disebabkan oleh banyak faktor, antara
dengan
baik,
maka
timbulnya
kendala
dalam
kekuasaan
dan
di
penyalahgunaan
lembaga
diperlukan adanya untuk mengatasi
lain
keempat
kendala tersebut di atas di
pengawasan internal yang diterapkan
atas saling berkaitan serta merupakan
di badan peradilan baik di tingkat
inti dari sistem penegakan hukum.
daerah maupun nasional.
Dengan demikian perilaku Hakim
dalam
menjatuhkan
haruslah
putusan
memperhatikan
efektifnya
Lemahnya
praktek selama ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:31
nilai-nilai
1.
Dengan beragamnya adat istiadat suku
Kualitas dan integritas pengawas yang
tidak memadai;
bangsa yang ada di Indonesia, Hakim
2. Proses pemeriksaan disiplin yang
harus cermat dalam memahami setiap
kasus yang diperiksanya. Untuk itu
tidak
pengawasan internal tersebut dapat
juga
yang berkembang dalam masyarakat.
adalah
peradilan
tidak transparan;
3.
Belum
adanya
bagi
dirugikan
untuk
putusan yang dijatuhkan merupakan
masyarakat
putusan “kasuistis” yang tidak dapat
menyampaikan pengaduan, memantau
disamakan dengan kasus-kasus yang
proses
mirip
akses);
dan
sudah
pernah
terjadi.
Apalagi menyangkut kasus pidana,
4.
yang
kemudahan
serta
Semangat
hasilnya
membela
(ketiadaan
sesama
korps
kecermatan dan wawasan yang luas
(esprit de corps) yang mengakibatkan
akan nilai-nilai adat yang berkembang
penjatuhan hukuman tidak seimbang
dalam masyarakat menjadi keharusan
dengan perbuatan. Setiap upaya untuk
30
Tempo Interaktif, 15 November 2003 dan
berbagai kasus lainnya hasil analisis dari informasi
berbagai media.
41 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
31
Hasil Wawancara dengan Ketua dan
Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Agustus –
September 2011
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
5.
memperbaiki suatu kondisi yang buruk
yang tinggi. Kondisi sarana dan prasarana
pasti akan mendapat reaksi dari pihak
hukum yang sangat diperlukan oleh aparat
yang mendapatkan keuntungan dari
penegak hukum juga masih jauh dari
kondisi yang buruk itu; dan
memadai sehingga sangat mempengaruhi
Tidak adanya kehendak yang kuat dari
pelaksanaan
pimpinan lembaga penegak hukum
berperan secara optimal dan sesuai dengan
untuk
rasa keadilan di dalam masyarakat. Untuk
menindaklanjuti
hasil
pengawasan.
penegakan
meningkatkan
hukum
pemberdayaan
untuk
terhadap
lembaga peradilan dan lembaga penegak
Hal-hal
yang
menunjukkan
diuraikan
bahwa
tidak
di
atas
hukum lainnya, peningkatan kualitas dan
efektifnya
kemampuan aparat penegak hukum yang
fungsi pengawasan internal badan peradilan
lebih
pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor
berkepribadian dan bermoral tinggi perlu
utama, yaitu adanya semangat membela
dilakukan
sesama korps (esprit de corps) dan tidak
perekrutan dan promosi aparat penegak
adanya kehendak yang sungguh-sungguh
hukum, pendidikan dan pelatihan, serta
dari
mekanisme
pimpinan
badan
peradilan
untuk
profesional,
berintegritas,
perbaikan-perbaikan
pengawasan
sistem
yang
lebih
menindaklanjuti hasil pengawasan internal
memberikan peran serta yang besar kepada
terhadap hakim. Akibatnya, peluang bagi
masyarakat
hakim
melakukan
penegak hukum. Upaya lain adalah dengan
pelanggaran hukum dan kode etik untuk
mengupayakan peningkatan kesejahteraan
mendapat “pengampunan” dari pimpinan
aparat penegak hukum yang sesuai dengan
badan peradilan yang bersangkutan akan
pemenuhan
semakin
bagian dari upaya penegakan supremasi
yang
terbuka.
terbukti
Oleh
karena
itu,
terhadap
kebutuhan
kehadiran suatu lembaga khusus yang
hukum,
menjalankan fungsi pengawasan eksternal
kepolisian dan
terhadap hakim dirasakan sangat mendesak.
mandiri
Selain itu, lemahnya penegakan hukum
terhadap
aparatur
penyelenggaraan
juga
disebabkan
yang
terkait
kekuasaan
oleh
dalam
kehakiman
kinerja
perilaku
secara
hidup.
aparat
Sebagai
kelembagaan
kejaksaan
menjadi
yang
penyebab
posisi
belum
tidak
berjalannya penegakan hukum yang efektif,
konsisten, dan berkeadilan.
Krisis
kepercayaan
masyarakat
aparat
terhadap hukum disebabkan, antara lain,
penegak hukum lainnya seperti, kepolisian,
karena masih banyaknya kasus korupsi,
kejaksaan, dan Penyidik Pegawai Negeri
kolusi,
Sipil (PPNS) yang belum menunjukkan
pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
sikap yang profesional dan integritas moral
yang belum tuntas penyelesaiannya secara
dan
nepotisme
(KKN)
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
dan
- 42
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
hukum.
Dalam
rangka
memulihkan
terhadap
pentingnya
hak-hak
dan
kembali kepercayaan masyarakat terhadap
kewajiban masing-masing individu yang
hukum, upaya yang akan dilakukan adalah
pada akhirnya diharapkan akan membentuk
dengan
budaya hukum yang baik.
menginventarisasi
dan
menindaklanjuti secara hukum berbagai
kasus KKN dan HAM. Upaya lain yang
akan ditempuh adalah dengan melakukan
pemberdayaan terhadap aparat penegak
hukum,
khususnya
aparat
kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan.
Demikian juga dengan pemberian bantuan
hukum kepada masyarakat yang tidak
mampu merupakan salah satu prioritas
untuk dilaksanakan dalam pembangunan
Adanya
vertikal
kekerasan
pada
horizontal
dasarnya
dan
disebabkan
melemahnya penerapan nilai-nilai budaya
dan kesadaran hukum masyarakat yang
mengakibatkan
rendahnya
kepatuhan
masyarakat terhadap hukum dan timbulnya
berbagai
tindakan
penyalahgunaan
kekuasaan dan penyalahgunaan wewenang.
Demikian
juga
peraturan
kurangnya
sosialisasi
perundang-undangan
baik
sebelum maupun sesudah ditetapkan baik
kepada masyarakat umum maupun kepada
penyelenggara negara untuk menciptakan
persamaan
persepsi,
menimbulkan
kesalahpahaman
seringkali
antara
masyarakat dengan penyelenggara negara
termasuk aparat penegak hukum. Upaya
akan
dilakukan
adalah
dengan
meningkatkan pemahaman dan penyadaran
hukum
Simpulan
Pelaksanaan tanggung jawab hakim
dalam lingkup peradilan umum sebagai
penyelenggara
kehakiman
adalah manifestasi dari tugas yang menjadi
kewajiban
sebagai
aparatur
negara
di
bidang yudikatif. Hal ini diwujudkan dalam
tiga yaitu tanggung jawab moral, tanggung
di
semua
lapisan
masyarakat
profesi. Tanggung jawab profesi hakim
dimaksud
mengandung
kemerdekaan
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
dan
(a)
keadilan,
(b)
nilai
nilai
keterbukaan, (c) Nilai kerja sama dan
tanggungjawab sikap dan tindakan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan sesama manusia,
(d) nilai hakim wajib menjunjung tinggi
nilai obyektivitas. Bentuk tanggung jawab
profesi hakim diwwujudkan dengan adanya
sanksi hukum bagi hakim yang melanggar
kode etik dan perilaku dapat dikenakan
sanksi berupa sanksi ringan yakni sanksi
tertulis,
sanksi
sedang,
diberhentikan
sementara, dan sanksi yang terberat adalah
diberhentikan tetap atau dipecat. Pemberian
sanksi sebagaimana dilakukan terhadap 134
hakim yang direkomendasi Komisi Yudisial
kepada
Mahkamah
Agung
memberikan sanksi kepada
agar
134 hakim
karena melanggar melanggar kode etik dan
perilaku hakim.
43 -
kekuasaan
jawab hukum dan tanggung jawab teknis
hukum.
yang
SIMPULAN DAN SARAN
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Kendala bagi hakim dalam pelaksanaan
adanya koordinasi dalam penegakan hukum
tanggung jawab penyelenggaraan kehakiman
terhadap pelaku penyelenggaraan kekuasaan
adalah meliputi kendala di bidang hukum atau
kehakiman termasuk dengan mengupayakan
ketentuan perundang-undangan yang menajdi
peningkatan
dasar pertimbangan dan putusan hakim,
pengadaan sarana dan prasarana pendukung
kendala koordinasi dengan pihak aparat
lainnya.
penegak
undangan
hukum
penyelenggaraan
yang
terlibat
kekuasaan
dalam
kehakiman,
sumberdaya
Disarankan
agar
hakim
pembuat
dalam
dan
perundang-
pembuatan
suatu
ketentuan yang terkait dengan penegakan
hambatan dari keterbatasan sumberdaya hakim
hukum
serta
pendukung
mempengaruhi upaya penegakan hukum bila
penyelengaraan kekuasaan kehakiman serta
nantinya diterapkan nantinya diterapkan dalam
hambatan dari pemahamaan dan budaya
masyarakat
sarana
atau
fasilitas
tidak
gegabah
karena
dapat
hukum masyarakat. Padahal hakim dalam
kedudukannya
sebagai
penegak
hukum
DAFTAR PUSTAKA
merupakan salah satu faktor yang menentukan
Buku Teks
pula bagi keberhasilan penegakan hukum.
Ahsin Thohari, A., Komisi Yudisial
Reformasi Peradilan, Elsam, 2004.
Saran
Dicey, A.V., Introduction to Study of The Law of
The
Constitution,
Ninth
Edition,
Macmillan And Co, Limited ST. Martin’s
Street, London, 1952.
Disarankan kepada hakim agar dalam
memeriksa
dan
memutus
perkara
pelanggaran hukum yang terjadi agar dapat
menerapkan berbagai ketentuan hukum
sesuai dengan tempatnya mengingat hakim
sebagai
penegak
kedudukan
yang
keberhasilan
hukum
amat
penting
upaya
dalam
penegakan
kedudukannya sebagai kunci dalam upaya
pelaksanaannya
hukum
agar
berpedoman
dalam
pada
ketentuan hukum tanpa pandang bulu
artinya
tidak
memandang
Eddy Purnama, Negara Kedaulatan Rakyat
(Analisis
Terhadap
Pemerintahan
Indonesia dan Perbandingannya dengan
Negara-Negara
Lain),
Nusamedia,
Bandung, 2007
mempunyai
hukum.Disarankan kepada hakim dengan
penegakan
dan
terhadap
siapapun dan apapun objeknya.
Disarankan agar Mahkamah Agung dan
Komisis Yudisial agar dapat mengupayakan
Faisal A. Rani, Fungsi dan Kedudukan
Makamah Agung Sebagai Penyelenggara
Kekuasaan kehakiman yang sesuai dengan
Paham Negara Hukum, Syiah Kuala
University Press, Banda Aceh, 2009.
Fudiman, Membedah Konsep Kedaulatan
Rakyat dari Pancasila dan UUD 1945,
BPK Penabur, Jakarta, 2006
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat
dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di
Indonesia, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta,
1994.
Kansil, C.S.T.
dan Christine S.T. Kansil,
Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum,
Pradnya Pramita, Jakarta, 1996.
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 44
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998.
Notohamidjojo, O., Makna Negara Hukum Bagi
Pembaharuan Negara dan Wibawa Hukum
Bagi
Pembaharuan
Masyarakat
di
Indonesia, Badan Penerbit Kristen, Jakarta,
1970.
Padmo Wahjono, Pembangunan Hukum di
Indonesia, Ind-Hill Co, Jakarta, 1989.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi
Rakyat di Indonesia; Sebuah Studi Tentang
Prinsip-prinsipnya, Penerapannya oleh
Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan
Umum dan Pembentukan Peradilan
Administrasi Negara, Bina Ilmu, Surabaya,
1972.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka,, Jakarta, 1966.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1997
Sjachran Basyah, Tiga Tulisan tentang Hukum,
Armico, Bandung, 1986.
Sobirin Malian, Gagasan Perlunya Konstitusi
Baru Pengganti UUD 1945, FH UII Press,
Yogyakarta, 2001.
Soerjono Soekanto Soerjono Soekanto dan Sri
Mamudji, Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003.
Tahir Azhary, M., Negara Hukum, Bulan
Bintang, Jakarta, 1992.
Tasrif,
S.,
“Kemandirian
Kekuasaan
Kehakiman”
dalam
Kemandirian
Kekuasaan Kehakiman, editor Paul S. Baut
dan Luhut M.P. Pangaribuan, Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,
Jakarta 1989.
2006.
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar 1945;
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3209)
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983
Tentang Pelaksanaan Kitab Undang
Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Tahun 1983 Nomor 36, Lembaran
Negara Nomor 3258)
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang
Peradilan Umum
Disertasi
Bintan Regen Saragih, Peranan DPR-GR
Periode 1965-1971 Dalam Menegakkan
Kehidupan
Ketatanegaraan
yang
Konstitusional Berdasarkan UUD 1945,
Disertasi, Unpad, Bandung, 1991.
Hamid S. Attamimi, A., Peranan Keputusan
Presiden Republik Indonesia dalam
Penyelenggaran Pemerintahan Negara;
Suatu Studi Analisa Mengenai Keputusan
Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam
Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV, Disertasi,
Fakultas Pascasarjana UI, 1990.
Makalah/Jurnal
Von Schmid, J.J., Pemikiran Tentang Negara
dan Hukum, Pembangunan, Jakarta, 1988.
Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara yang Bersih dan
Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia
Edisi
IV,
Universitas
Parahyangan,
Bandung, 2000.
Wildan Suyuthi, “Etika Profesi, Kode Etik, dan
Hakim dalam Pandangan Agama,” dalam
Pedoman Perilaku Hakim (Code of
Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah
Berkaitan, Mahkamah Agung RI, Jakarta,
Iskandar Kamil, “Kode Etik Profesi Hakim,”
dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of
Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah
Berkaitan, Mahkamah Agung RI, Jakarta,
2006.
45 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Konsorsium Reformasi Hukum Nasional dan
Lembaga Kajian dan Advokasi untuk
Independensi
Peradilan,
Menuju
Independensi
Kekuasaan
Kehakiman,
Indonesian Center for Environmental Law
(ICEL) dan Lembaga Kajian dan Advokasi
untuk Independensi Peradilan (LeIP),
Jakarta, 1999.
Mahkamah Agung, Pembukaan Pedoman
Perilaku Hakim, MA RI, Jakarta, 2006.
Marbun, S.F., Negara Hukum dan Kekuasaan
Kehakiman, Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, No. 9 Vol 4 – 1997.
Philipus M. Hadjon, Tentang
Makalah,
Universitas
Surabaya, tanpa tahun.
Wewenang,
Airlangga,
Yogyakarta, 1998.
Internet
Annonimous,
Teori
Negara
http://wahy.multiply.com/Diakses
2011
hukum,
Maret
Kelik
Pramundya,
Teori
Kedaulatan,
http://clickgtg.blogspot.com/2009/03/teorikedaulatan.html, Diakses Oktober 2010.
Sonny
Pungus,
Teori
Kewenangan,
http://sonny-tobelo.blogspot.com/html
Diakses Maret 2011
Rusadi Kantaprawira, Hukum dan Kekuasaan,
Makalah, Universitas Islam Indonesia,
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
- 46
Download