ORGAN NEGARA DALAM CABANG KEKUASAAN YUDISIAL MATERI PERKULIAHAN LEMBAGA NEGARA Pengajar : Dr. Wikrama Iryans Abidin,SH, MKN PENGERTIAN Latin : Judicia/Judicium Law Court/ Judge; Relating to Administration of Justice; Judicial Sistem; Or/of relating to judgement (Blacks Law Dictionary, Bryan E Gardner, 1991,Page 862) Perbedaan Sistem Hukum Negara2 di dunia mengenal adanya perbedaan sistem hukum yang karenanya sangat menentukan tatanan kehidupan kenegaraan yang tercakup di dalamnya. Sistem Hukum yang berlaku di dunia antara lain: Sistem Hukum Civil Law (Eropa Kontinental) Rechtsstaat Sistem Hukum Common Law (Anglo Saxon) Rule of Law Sistem Hukum Islam Nomokrasi Islam Sistem Hukum Sosialis Socialist Legality Sistem Hukum Adat Perbedaan sistem hukum ini menimbulkan konsekwensi pada mazhab hukum yang dianut pada wilayah tertentu, terkait dengan sistem peradilan dan kekuasaan kehakiman yang berlaku di dalamnya. Bangalore Principles of Judicial Conduct Independence Principle Impartiality Principle Integrity Principle Propriety Principle Equality Principle Competence and Diligence Principle Rechtsstaat (Negara Hukum) Gagasan konstitusionalisme Negara Hukum (RechtsStaat) di Eropa Kontinental (tempat berlakunya sistem hukum civil law) pada abad ke 19 hingga permulaan abad 20, ditandai ciri-ciri : Jaminan atas perlindungan HAM; Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM trias politica; Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang2an (Wetmatigheid van Bestuur); Peradilan Administrasi. (Friedrich Julius Stahl) Rule of Law Sementara pada wilayah negara-negara Anglo Saxon, berkembang prinsip Rule of Law: Supremasi Hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenangwenangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum; Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat; Terjaminnya HAM oleh UUD dan keputusan pengadilan. (A.V. Dicey) Negara Hukum Konsep International Commision of Jurist di Bangkok (1965) Unsur-unsur dari rule of law: o Adanya proteksi konstitusional o Adanya pengadilan yang bebas dan tidak memihak o Adanya pemilihan umum yang bebas o Adanya kebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat o Adanya tugas oposisi o Adanya pendidikan civic Teori Pemisahan Kekuasaan Montesquieu The Spirit of Laws (1748) Montesquieu memisahkan 3 (tiga) jenis kekuasaan : (1). Legislatif, (2). Eksekutif (3). Yudikatif. Berbeda dengan John Locke: memasukkan kekuasaan yudisial dalam kekuasaan eksekutif. Teori Pemisahan Kekuasaan Montesquieu The Spirit of Laws (1748) Bila kekuasaan legislatif dan eksekutif dipegang oleh satu orang atau oleh sebuah badan, maka tidak akan ada kebebasan. Warga negara khawatir jika raja atau senat yang membuat UU, akan terjadi tirani kekuasaan. Teori Pemisahan Kekuasaan Montesquieu The Spirit of Laws (1748) Jika kekuasaan kehakiman tidak dipisahkan dari kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif, hakim akan bertindak sewenang-wenang. Jika kekuasaan kehakiman disatukan dengan kekuasaan eksekutif maka hakim bisa menjadi penindas LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 5 menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PUSAT UUD 1945 BPK kpu Presiden bank sentral kementerian negara dewan pertimbangan TNI/POLRI Perwakilan BPK Provinsi Pemerintahan Daerah Provinsi Gubernur DPRD Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Bupati/ Walikota DPRD DPR MPR DPD MA MK KY badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman Lingkungan Peradilan Umum Lingkungan Peradilan Agama Lingkungan Peradilan Militer Lingkungan Peradilan TUN DAERAH Pasal 24 Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun 1945: (1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. (2) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara; dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. UU PERADILAN UMUM UU NOMOR 48/1999 Pasal 1 Ayat (1) : Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara untuk menyelengarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi terselenggaranya negara hukum RI.” Pasal 2 Ayat (1) : Peradilan dilakukan :”Demi Keadilan berdasarkan Ketuhahan YME.” Pasal 2 Ayat (4) : “Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.” Struktur Peradilan Pasal 21 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 “Organisasi, administrasi, dan finansial MA dan badan peradilan yg berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan MA.” MAHKAMAH KONSTITUSI Pasal 24C Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun 1945: a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD c. Memutus pembubaran Parpol d. Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu e. Wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wapres MAHKAMAH KONSTITUSI Pasal 29 ayat (1) UU Nomor 48 Tahun 2009: Kewenangan lain yang diberikan UU Memeriksa dan memutus sengketa hasil pemilihan kepala daerah (UU No 12 Tahun 2008) MAHKAMAH AGUNG Pasal 24A ayat (1) Perubahan Ketiga UUD Negara R.I. Tahun 1945: “ Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji perundang-undangan di bawah UU terhadap UU dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh UU.” Hierarki Peraturan Perundang-undangan Tata Urut Peraturan Perundang-undangan menurut Tap MPR No. III tahun 2000: UUD 1945; Tap MPR; UU; Perpu; PP; Keppres; Perda; Hierarki Peraturan Perundang-undangan Tata Urut Peraturan Perundang-undangan menurut UU No. 10 tahun 2004: UUD NRI tahun 1945; UU/Perpu; Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Daerah Tingkat Provinsi, Kabupaten/kota dan Desa Hierarki Peraturan Perundang-undangan Tata Urut Peraturan Perundang-undangan menurut UU No. 12 tahun 2011: UUD NRI tahun 1945; Tap MPR; UU/Perpu; Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Daerah Tingkat Provinsi, Kabupaten/kota dan Desa Hierarki Peraturan Perundang-undangan Tata Urut Peraturan Perundang-undangan menurut Ketetuan Pasal 7 UU No. 12 tahun 2011: (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Pengujian Peraturan Perundang-undangan Pengujian Undang-undang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi; Pengujian Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-undang dilakukan oleh Mahkamah Agung; Khusus untuk Peraturan Daerah, pengujiaannya dapat pula dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri selaku bagian dari pemerintah pusat yang berwenang membina pemerintahan daerah. Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Dasar Manusia Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia; Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia. a. Fungsi Peradilan Peradilan kasasi Peradilan untuk sengketa tentang: (a) kewenangan mengadili (b) perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang R.I. (Pasal 33 UU No. 14 Tahun 1985) Peradilan untuk permohonan PK Peradilan untuk pengujian per-UU-an di bawah UU terhadap UU Peradilan di bidang Penyelesaian Perselisihan di Daerah: Permohonan keberatan terhadap pembatalan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah oleh Pemerintah (Pasal 145 UU No. 32 Tahun 2004) b. Fungsi Pengawasan i. Pengawasan terhadap perbuatan para Pejabat Pengadilan ii. Pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan iii.Pengawasan yang dilakukan bersama-sama dengan Pemerintah terhadap Penasihat Hukum dan Notaris c. Fungsi Mengatur a. SEMA: yaitu suatu bentuk edaran dari Mahkamah Agung ke seluruh jajaran peradilan yang isinya merupakan bimbingan dalam penyelenggaraan peradilan yang lebih bersifat administrasi. b. PERMA: yaitu suatu bentuk peraturan dari prinsip Mahkamah Agung ke seluruh jajaran peradilan tertentu yang isinya merupakan ketentuan bersifat hukum beracara d. Fungsi Penasehat Pasal 22 UU No 48 Tahun 2009 “MA dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga pemerintahan” Pasal 37 UU No 14 Tahun 1985 ““MA dapat memberi pertimbangan2 dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak kepada Lembaga Tinggi Negara yang lain.” Pasal 35 UU No 5 Tahun 2004 “MA memberikan pertimbangan hukum kepada Presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitasi.” e. Fungsi Administratif Pasal 21 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 “Organisasi, administrasi, dan finansial MA dan badan peradilan yg berada di bawahnya berada di bawah kekuasaan MA.” f. Tugas dan kewenangan lain Pasal 39 dan penjelasannya UU No 14 Tahun 1985 Badan Peradilan Umum Merupakan lingkungan kekuasaan kehakiman yang bersifat umum (the ordinary court) yang memutus semua perkara pidana dan perdata atau permohonan yg tidak menjadi kompetensi badan peradilan khusus (peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara) Badan Peradilan Umum a. b. UU No 8 Tahun 2004 ttg Peradilan Umum Kek keh dalam lingkungan badan peradilan umum dilaksanakan 2 badan peradilan: PN sbg peradilan tingkat pertama PT sbg peradilan tingkat banding Badan Peradilan Umum Pasal 27 ayat (1) UU No 48 Th 2009 “Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung” Penjelasan: “Yang dimaksud dengan “pengadilan khusus” dalam ketentuan ini, antara lain, adalah pengadilan anak, pengadilan niaga, pengadilan HAM, pengadilan tindak pidana korupsi, pengadilan hubungan industrial yg berada di lingkungan peradilan umum, dan pengadilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha negara.” Badan Peradilan Agama Pasal 2 UU No 3 Th 2006 “Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam UU ini.” Badan Peradilan Agama Pasal 49 UU No 3 Th 2006 “Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: Perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, ZIS, dan ekonomi syar’iyah” Badan Peradilan Agama Pasal 3A UU No 3 Th 2006 “Di lingkungan Peradilan Agama dapat diadakan pengkhususan pengadilan yang diatur dengan UU.” Penjelasan: “Pengadilan khusus dalam lingkungan Peradilan Agama adalah pengadilan syari’ah Islam yg diatur dengan UU. Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yg dibentuk berdasarkan UU Otonomi Khusus bagia Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam…” Badan Peradilan Agama Dihapusnya kalimat yang terdapat dalam Penjelasan Umum UU No. 7 Tahun 1989: “Para pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam pembagian warisan.” Badan Peradilan Militer Baru diadakan kembali dengan UU No 7 Tahun 1946 Pasal 12 UU No. 31 Th 1997 Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer terdiri dari: a. Pengadilan Militer b. Pengadilan Militer Tinggi c. Pengadilan Militer Utama d. Pengadilan Militer Pertempuran Badan Peradilan Militer Berdasarkan pasal 29 UU No 2 Tahun 2002 ttg Kepolisian Negara RI, anggota kepolisian tunduk pada kekuasaan peradilan umum (Peradilan Kepolisian masuk ke Peradilan Militer berdasarkan Kepres No. 290/1964, Pen.Pres No. 3 Tahun 1965 diganti Pen.Pres No. 23/1965) Badan Peradilan Militer Pasal 16 UU No 48 Tahun 2009 jo pasal 198 UU No 31 Tahun 1997 Peradilan koneksitas dilakukan di peradilan umum kecuali dalam keadaan tertentu yang ditentukan menurut keputusan ketua MA. Badan Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 1 Angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 “Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis yg dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yg berisi tindakan hukum TUN yg berdasarkan peraturan per-UU-an yg berlaku, yg bersifat konkret, indivudual, dan final yg menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.” Badan Peradilan Tata Usaha Negara Penjelasan: Bersifat konkret: obyek yg diputuskan dalam Keputusan TUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu, atau dapat ditentukan Bersifat indivudual: Keputusan TUN tidak ditujukan utk umum, ttp tertentu baik alamat maupun hal yg dituju Bersifat final: sdh definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum Badan Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 9A UU No 9 Th 2004 “Di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dapat diadakan pengkhususan pengadilan yang diatur dengan UU.” Penjelasan: “Yg dimaksud dengan “pengkhususan” adalah diferensiasi atau spesialisasi di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, misalnya pengadilan pajak.” Badan Peradilan Tata Usaha Negara Perubahan penting: 1. Syarat untuk menjadi hakim, dihilangkannya syarat PNS menjadi sehat jasmani dan rohani, dan hanya diperbolehkan lulusan SH (sebelumnya SH atau sarjana lain yang memiliki keahlian di bidang TUN) 2. Batas umur pengangkatan hakim dan pemberhentian hakim 3. Pengaturan tata cara pengangkatan dan pemberhentian hakim 4. Pengaturan pengawasan terhadap hakim 5. Penghapusan ketentuan hukum acara yang mengatur masuknya pihak ketiga dalam sengketa 6. Adanya sanksi thdp pejabat karena tidak dilaksanakannya putusan pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap Bagaimana dengan di Indonesia ? Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2012, BAPPENAS dan BPS: Sebagian besar responden menyatakan harus mengeluarkan uang/barang diminta langsung oleh petugas lembaga peradilan (sekitar 54 persen). Perbandingan Indonesia dengan Negara Lain Peringkat dan Skor Corruption Perception Index 2013 Peringkat Negara Skor 5 Singapura 86 15 Hong Kong 75 36 Taiwan 61 46 Korea Selatan 55 80 China 40 94 Filipina 36 114 Indonesia 32 116 Vietnam 31 119 Timor Leste 30 157 Myanmar 21 Berdasarkan Global Corruption Barometer, Transparansi Internasional, 2013: Berdasarkan Global Corruption Barometer, Transparansi Internasional, 2013: - Pengadilan dan partai politik di Indonesia dinilai paling korup pada urutan tiga teratas. - Peringkatnya, Responden Menilai : - 1. Parlemen 89%; - 2.pengadilan 86%. Sumber: http://www.ti.or.id Bagaimana POTRET Peradilan I?ndonesia Berdasarkan Global Corruption Barometer, Transparansi Internasional, 2013: - Pengadilan dan partai politik di Indonesia dinilai paling korup pada urutan dua teratas. Peringkatnya, Responden Menilai : - Parlemen 89% - Pengadilan 86% Sumber: http://www.ti.or.id Kasus Hakim Korup di MK Mantan Ketua MK, Akil Mochtar divonis hukuman penjara maksimal seumur hidup oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta (30/06/2013). Terbukti bersalah menerima hadiah dan tindak pidana pencucian uang terkait kasus sengketa Pilkada di MK. Akil : Menyatakan banding. "Sampai ke surga pun saya tetap banding.” Majelis hakim menyatakan, Akil telah dijatuhi hukuman maksimal. Kasus Hakim Korup di Pengadilan Tipikor 1.Hakim Ibrahim; tertangkap tangan KPK saat diduga tengah bertransaksi dengan pengacara Adner Sirait. Dari tangan mereka diamankan Rp 300 juta, Maret 2010 di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Divonis enam tahun penjara di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin 2 Agustus 2010. Terbukti menerima hadiah sebesar Rp300 juta dari pengacara, Adner Sirait. 2.Kartini Marpaung ;Tertangkap KPK bersama hakim adhoc di Pengadilan Tipikor Pontianak Heru Kisbandono, 17 Agustus 2012. Dari penangkapan ditemukan barang bukti berupa uang sebesar Rp150 juta. 3.Heru Kisbandono; 'rekan' Kartini Marpaung, divonis 6 tahun penjara oleh Majelis Pengadilan Tipikor, Semarang. Dia juga diwajibkan membayar uang denda Rp200 juta subsider 4 bulan penjara yang Hakim Ketua Jhon Halasan butar-butar, Senin 18 Maret 2013. 4. Imas Diana Sari;KPK menangkapnya, 30 Juni 2011 di sebuah rumah makan di kawasan Cibiru, kabupaten Bandung. Barang bukti penangkapan ini, uang suap senilai Rp 200 j Hakim adhoc pada Pengadilan Hubungan Industrial Bandung ini sudah divonis 6 tahun penjara oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung, Jawa Barat, akhir Januari 2012. 5. Syarifudin Umar;KPK menangkap tangan hakim ketika menerima sejumlah uang di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara, Rabu 1 Juni 2011 pukul 22.15 WIB. Uang ini diberikan pengusaha berinisial PW terkait kasus kepailitan PT Skycamping Indonesia. Hakim niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini divonis 4 tahun penjara dan denda Rp150 juta oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta. MARCUS TULIUS CICERO Ubi Sosietas Ibi Ius (Classical Latin: Ancient Greek: 106 BC –43 BC; was a Roman philosopher, politician, lawyer, orator, political theorist, consul and constitutionalist. He came from a wealthy municipal family of the Roman equestrian order, and is widely considered one of Rome's greatest orators and prose stylists)