universitas islam negeri sunan kalijaga yogyakarta 2016

advertisement
EFEKTIFITAS PERATURAN KAMPUNG BEBAS ASAP ROKOK
DI RW 11 MENDUNGAN, GIWANGAN, UMBULHARJO, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
GUNAWAN
NIM: 12720022
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
MOTTO
“Perbaiki Waktu Shalatmu, Maka Allah Akan Memperbaiki
Waktu-waktumu”
&
“Bermanfaat bagi orang lain, adalah salah satu hakikat dari
kehidupan seorang Muslim”
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Berkat izin dan ridho-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan hasil
penelitian ini, yang merupakan tugas akhir dalam proses menempuh strata satu. Serta tak
luput pula shalawat bertangkaikan salam dan berbuahkan kasih beserta salam keharibaan
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita diakui sebagai umatnya dan diberi
syafa’atnya. Amin..
Berbagai rintangan adalah sebuah keniscayaan yang pasti datang dalam sebuah
perjuangan, termasuk selama proses penyusunan. Namun hal tersebut tidak lantas menjadi
sebuah kendala yang berarti ketika dukungan selalu mengiringi proses penulisan laporan ini.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Kamsi, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial da Humaniora.
2. Ibu Sulistyaningsih, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora.
3. Bapak Dr. Yayan Suryana, M.Ag., selaku Dosen Penasehat akademik dan juga Dosen
Pembimbing Skripsi yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan dan arahan
untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora.
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ I
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. II
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................................... III
SURAT PENGESAHAN TUGAS AKHIR ......................................................... IV
MOTTO .............................................................................................................. V
KATA PENGANTAR ......................................................................................... VI
DAFTAR ISI ........................................................................................................ VII
ABSTRAK ........................................................................................................... X
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitin ................................................................................... 7
D. Manfat Penelitian ................................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
F. Kerangka Teori .................................................................................... 13
G. Metode Penelitian ................................................................................ 19
H. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 22
BAB II Setting Lokasi Penelitian
A. Gambaran Umum RW 11 Mendungan ................................................ 26
1. Kondisi Sosial Budaya ................................................................... 27
2. Kondisi Ekonomi ........................................................................... 28
3. Tingkat Pendidikan ........................................................................ 30
4. Dimensi Politik .............................................................................. 32
5. Kehidupan Agama ......................................................................... 33
B. Profil Informan .................................................................................... 35
BAB III EKSISTENSI ROKOK DAN GAGASAN KAMPUNG BEBAS ASAP
ROKOK
A. Sejarah Rokok di Indonesia ................................................................. 40
B. Konsumsi Rokok di Masyarakat .......................................................... 43
C. Rokok dalam Pandangan Islam ........................................................... 48
D. Gagasan Kampung Bebas Asap Rokok ............................................... 53
1. Sejarah Pembentukan ...................................................................... 53
2. Upaya-upaya realisasi ..................................................................... 56
3. Respon Masyarakat ......................................................................... 59
BAB IV KAMPUNG BEBAS ASAP ROKOK: PEMBATASAN KONSUMSI ROKOK
DI MASYARAKAT
A. Peraturan dan Budaya .......................................................................... 63
B. Efektifitas Peraturan Kampung Bebas Asap Rokok ............................ 65
C. Perubahan Perilaku Konsumsi Rokok di Masyarakat .......................... 69
BAB V Penutup
A. Kesimpulan .......................................................................................... 77
B. Saran .................................................................................................... 78
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 80
Lampiran-Lampiran
ABSTRAK
Pembentukan kampung bebas asap rokok merupakan sebuah langkah untuk
mengontrol perilaku merokok di masyarakat. Kampung bebas asap rokok bukan
berarti melarang warganya untuk merokok, melainkan ada batasan terkait waktu dan
juga lokasi untuk mengkonsumsi rokok tersebut. Peraturan kawasan bebas asap rokok
tersebut dimaksudkan agar perilaku mengkonsumsi rokok tidak mengganggu orang
lain yang tidak mengkonsumsi rokok. peraturan kampung bebas asap rokok menjadi
sebuah sarana bagi masyarakat untuk menjaga hak-hak masyarakat yang tidak
mengkonsumsi rokok, yaitu hak untuk menghirup udara segar tanpa tercampur
dengan asap rokok.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana peraturan
kampung bebas asap rokok di RW 11 Mendungan, mulai dari sejarah pembentukan,
langkah-langkah untuk merealisasikan peraturan kampung bebas asap rokok, hingga
tingkat efektifitas dari peraturan tersebut. Penelitian ini menggunakan salah satu teori
dalam sosiologi hukum, yaitu teori behaviorisme sosial. Behaviorisme sosial yaitu
posisi teoritis dalam ilmu sosiologi hukum yang menganggap bahwa dasar dari
analisis sosiologi adalah pada faktor individu dan interaksinya dengan individu lain.
Proses interaksi inilah yang menjadi salah satu pembeda dalam analisis behaviorisme
sosiologis dan behaviorisme psikologis. Untuk metode pengumpulan data, penelitian
ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul
kemudian dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kampung bebas asap rokok
dibentuk untuk menjaga kesehatan, dan juga menghargai hak-hak masyarakat yang
tidak mengkonsumsi rokok. Langkah-langkah yang dilakukan untuk merealisasikan
peraturan kampung bebas asap rokok tersebut, yaitu dengan melakukan sosialisasisosialisasi kepada masyarakat, memasang berbagai tulisan tentang larangan
mengkonsumsi rokok di tempat-tempat tertentu, serta memberikan sangsi berupa
teguran kepada masyarakat yang melanggar, dan peraturan ini juga cukup efektif
untuk mengontrol konsumsi rokok di masyarakat. Terkait dengan hukuman bagi
pelanggar, kedepannya akan ada sangsi berupa denda uang bagi yang melanggar, di
mana uang tersebut nantinya akan menjadi kas RW untuk kegiatan-kegiatan di RW
11 Mendungan.
Kata Kunci: Kampung Bebas Asap Rokok, Efektitifitas, Budaya vs Hukum
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan tentang kawasan bebas asap rokok merupakan sebuah upaya yang
dilakukan untuk mengontrol konsumsi rokok di masyarakat. Kontrol yang dimaksud
adalah bahwa dengan peraturan ini maka seorang konsumen rokok tidak bisa lagi
mengkonsumsi rokok di sembarang tempat. Selain itu, peraturan tentang kawasan
bebas asap rokok juga sedikit banyak berpengaruh terhadap kondisi udara di suatu
tempat. Maksudnya adalah bahwa dengan adanya peraturan tentang kawasan bebas
asap rokok, maka udara yang berada di kawasan tersebut akan menjadi sehat, atau
setidaknya terhindar dari bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok. Hal tersebut
dikarenakan udara tersebut tidak tercampur dengan racun yang terkandung dalam
asap rokok tersebut. Peredaran rokok di masyarakat saat ini masih terbilang sangat
bebas, seseorang masih melakukan aktifitas merokok dimanapun ia berada. Hal ini
tentu mengakibatkan tercemarnya udara di sekitar, yang tentunya akan merugikan
orang-orang yang berada di sekitar kawasan tersebut. Mereka yang tidak
mengkonsumsi rokok, mau tidak mau akan ikut menghirup udara yang telah
tercampur dengan asap rokok tersebut.
Saat ini rokok bukanlah hal yang baru lagi dalam kehidupan manusia. Mulai
dari anak kecil sampai dewasa, semua sudah mengenal dan mengerti apa itu rokok.
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
1
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya1.
Masyarakat saat ini sangat meminati rokok sebagai salah satu barang
konsumsi. Pada awalnya seseorang merokok hanya sebatas untuk konsumsi biasa
saja. Namun dengan seiring kemajuan zaman, rokok seolah berubah menjadi barang
yang bersifat primer. Seseorang yang telah kecanduan rokok, tidak bisa
meninggalkan kebiasaan merokoknya walau hanya satu hari2. Saat ini berdasarkan
data terakhir riset kesehatan dasar, perokok aktif mulai dari 10 tahun ke atas
berjumlah 58.750.592 orang. Jumlah ini merupakan sepuluh kali lipat dari jumlah
seluruh penduduk Singapura.3 Jumlah ini tentu sangat besar sekali, sehingga negara
perlu mengkaji ulang tentang transaksi rokok di Indonesia.
Ketika sebuah barang beredar di satu negara, maka negara tersebut wajib
hadir melalui kebijakannya. Hal tersebut agar barang tersebut tidak merugikan orang
lain dan juga negara tersebut.4 Karena jika tidak ada demikian, maka bukan tidak
mungkin negara akan mengalami kerugian yang diakibatkan kurangnya produktifitas
masyarakat untuk bekerja, dikarenakan menderita penyakit yang disebabkan oleh
1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21518/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh pada
22 September 2015.
2
Indri Femala, Perilaku Merokok Pada Remaja Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara.2007. Diunduh pada 22 September 2015.
3
Kompas.com, Jumlah perokok Indonesia 10 kali lipat penduduk Singapura, diakses dari
http://health.kompas.com/read/2015/06/03/110000223/Jumlah.Perokok.Indonesia.10.Kali.Lipat.Pendu
duk.Singapura. Pada Tanggal 22 September 2015.
4
Ahmad Erani Yustika, Negara vs Kaum Miskin. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),
hlm.10.
2
rokok. Hal inilah yang kemudian diperlukannya kontrol dari pemerintah terhadap
peredaran rokok di masyarakat.
Kondisi peredaran rokok di masyarakat saat ini, jika dilihat dari satu sudut
pandang sebenarnya juga menguntungkan negara. Kondisi kas negara mendapat
tambahan dari pajak rokok itu sendiri. Hal tersebut yang kemudian mengakibatkan
kurangnya himbauan atau larangan keras untuk merokok pada tempat dan kalangankalangan tertentu. Negara menerima cukai pada Februari 2014 sebesar Rp 12,9
triliun, 98 persen disumbang oleh hasil tembakau.5 Namun dari sudut pandang lain
yang juga harus diperhatikan, bahwa pemasukan yang diterima negara dari industri
rokok (pajak dan sebagainya) mungkin saja berjumlah besar, tapi kerugian langsung
dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya tinggi
harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang disebabkan
oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, dan juga
membuat orang menjadi miskin lebih lama karena mereka menghabiskan uangnya
untuk membeli rokok. 6
Rokok masih mempunyai banyak peluang untuk dikontrol peredarannya.
Rokok memang menguntungkan, namun juga banyak kerugian yang ditimbulkannya.
Kerugian tersebut diantaranya adalah terganggunya kesehatan yang diakibatkan oleh
rokok, dan juga kondisi perekonomian masyarakat, terutama pada kalangan
5
Maria Yuniar, Rokok Sumbang Penerimaan Cukai Terbanyak, Tempo, 24 Maret 2014,
diakses dari https://bisnis.tempo.co/read/news/2014/03/24/090564806/rokok-sumbang-penerimaancukai-terbanyak. Pada Tanggal 2 Januari 2015.
6
Iwan Yulianto, Fight For Fredoom “Negara Tekor Banyak Akibat Rokok, Apa Solusinya?”,
diakses dari http://iwan yuliyanto.co/2013/05/31/negara-tekor-banyak-akibat-rokok-apa-solusinya/.
Pada Tanggal 2 Januari 2015.
3
masyarakat menengah kebawah dan mahasiswa yang biaya hidupnya masih menjadi
tanggungan orang tua.
Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi minat
konsumsi rokok masyarakat. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mengurangi minat konsumsi masyarakat terhadap rokok tersebut adalah dengan
memberi gambar menyeramkan pada bungkus rokok. Hal tersebut tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 28 Tahun 2013. Dikatakan “mulai Selasa (24/6/2014), semua
produk rokok di tanah air wajib mencantumkan peringatan bahaya merokok bagi
kesehatan di setiap bungkusan rokok, dengan adanya peringatan tersebut diharapkan
masyarakat mulai berfikir akan bahaya yang mereka dapatkan ketika mengkonsumsi
rokok7. Bahaya yang dimaksud adalah kerugian terhadap diri sendiri dan juga orang
lain. Kerugian terhadap diri sendiri dan orang lain akan dirasakan pada aspek
kesehatan dan juga materi.
Selain upaya pelarangan diatas, saat ini pemerintah juga sedang gencargencarnya melakukan peringatan akan bahaya merokok melalui iklan dan spandukspanduk yang bertebaran di banyak tempat. Salah satu contoh iklan yang pernah kita
lihat di televisi adalah bagaimana seorang perempuan yang kehilangan suaranya
dikarenakan menghirup asap rokok. Asap rokok yang dimaksud adalah bahwa ia
berada dalam lingkungan orang yang merokok, karena sebenarnya orang yang
7
Sindonews.com, Kemenkes batasi peredaran rokok melalui permenkes, diakses dari
http://nasional.sindonews.com/read/744846/15/kemenkes-batasi-promosi-rokok-melalui-permenkes1369999507. Pada Tanggal 18 Februari 2016.
4
menghirup asap rokok lebih mengalami bahaya dari pada orang yang merokok itu
sendiri. Iklan lain yang juga menyinggung tentang rokok adalah bagaimana seorang
ibu yang harus kehilangan anaknya dikarenakan anaknya mengalami kanker pada
tenggorokannya, yang hal itu terjadi akibat mengkonsumsi rokok. Selain iklan televisi
tersebut, spanduk yang bertuliskan “merokok membunuhmu” juga sangat mudah kita
jumpai di setiap ujung jalan atau persimpangan-persimpangan di kota-kota besar,
termasuk Kota Yogyakarta.
Kota Yogyakarta yang mendapat julukan sebagai kota pelajarpun tak luput
dari peredaran rokok dengan jumlah yang sangat tinggi. Penulis tidak menemukan
data resmi yang menyebutkan berapa banyak jumlah rokok yang beredar di Kota
Yogyakarta. Namun pada tahun 2014 penerimaan pajak rokok bagi provinsi dan
kabupaten di DIY seluruhnya diperkirakan sekitar Rp 130 miliar.8 Jumlah tersebut
tentu tidak terlepas dari tingginya peredaran rokok di Kota Yogyakarta ini. Menurut
Kepala Bidang Promosi dan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Dinas
Kesehatan Yogyakarta Tri Mardaya, DIY menempati rangking 4 perokok pemula
terbesar di Indnesia, di mana 16% di antaranya masih berkisar 9-16 tahun.9 Selain
penduduk asli Kota Yogyakarta, para konsumen rokok di Yogyakarta juga merupakan
para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang ada di kota ini.
Walaupun sebenarnya tidak semua mahasiswa mengonsumsi rokok, namun
8
Repbulika.co.id, Penerimaan Pajak Rokok DIY Sekitar 130 M, diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/14/02/02/n0d25d-penerimaanpajak-rokok-diy-sekitar-rp-130-m. Pada Tanggal 18 Februari 2016.
9
Tribun.Jogja, DIY Rangking 4 Jumlah Perokok Pemula, diakses dari
http://jogja.tribunnews.com/2015/09/01/diy-ranking-4-jumlah-perokok-pemula. Pada Tanggal 18
Februari 2016.
5
keberadaan mahasiswa tetap mempengaruhi jumlah peredaran rokok di Kota
Yogyakarta.
Kota Yogyakarta saat ini juga sedang gencar mensosialisasikan tentang
bahaya mengkonsumsi rokok. Saat ini Pemkot Yogyakarta juga terus mendorong
DPRD untuk segera membahas dan mengesahkan tentang peraturan daerah kawasan
tanpa rokok.10 Saat ini juga sudah banyak daerah-daerah yang mendeklarasikan diri
sebagai daerah yang bebas asap rokok. Salah satunya adalah kampung Mendungan
RW 11, Giwangan, Umbulharjo Yogyakarta. RW 11 ini mulai mendeklarasikan diri
sebagai kampung bebas asap rokok sejak akhir tahun 2013 lalu, tepatnya pada tanggal
30 Desember 2013.
RW 11 Kampung Mendungan merupakan salah satu lokasi yang telah
mendeklarasikan diri sebagai daerah bebas asap rokok. Bebas asap rokok yang
dimaksud bukanlah bahwa setiap orang dilarang merokok, melainkan ada batasanbatasan atau lokasi-lokasi yang dilarang dan diperbolehkan untuk mengkonsumsi
rokok.11 Seseorang dilarang merokok di dalam rumah, di dekat anak-anak, dekat ibu
hamil, lingkungan pendidikan, tempat ibadah, dan juga dalam pertemuan-pertemuan
antar warga. Seseorang hanya diperbolehkan merokok di tempat-tempat yang terbuka,
seperti lapangan dan juga warung-warung kopi. Namun yang menjadi permasalahan
adalah apakah dengan penerapan peraturan ini, masyarakat yang mengkonsumsi
10
Antarayoga.com, DPRD DIY didorong percepat pembahasan perda KTR, diakses dari
http://jogja.antaranews.com/berita/331087/dprd-diy-didorong-percepat-pembahasan-perda-ktr.
Pada
Tanggal 18 Januari 2016.
11
Wawancara dengan Mas Danang (Ketua RW). Tanggal 14 September 2015.
6
rokok mampu membatasi diri dalam mengkonsumsi rokok tersebut. Sehingga apa
yang menjadi tujuan penerapan peraturan ini dapat tercapai secara maksimal.
B. Rumusan Masalah
Rokok
pada
hakikatnya
masih
memiliki
peluang
untuk
dibatasi
peredarannya. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut adalah dengan
menggalakkan peraturan tentang larangan atau batasan mengkonsumsi rokok. Hal
itulah yang kemudian membentuk rumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa
RW
11
Mendungan,
Kelurahan
Giwangan,
Umbulharjo,
Yogyakarta, membentuk Kampung bebas asap rokok?
2. Bagaimana Langkah-langkah yang dilakukan masyarakat RW 11 Mendungan,
Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta dalam merealisasikan
kampung bebas asap rokok?
3. Bagaimana efektifitas peraturan kampung bebas asap rokok di RW 11
Mendungan, Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui latar belakang pembentukan kampung bebas asap rokok RW 11
Mendungan, Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta.
2. Mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan masyarakat RW 11 Mendungan,
Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta dalam merealisasikan
kampung bebas asap rokok.
7
3. Mengetahui efektifitas peraturan kampung bebas asap rokok di RW 11
Mendungan, Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan agar mampu memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis: Memberi pemahaman dan kejelasan kepada masyarakat
mengenai efektifitas dari penerapan kampung bebas asap rokok.
2. Manfaat Teoritis: Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya bagi
Sosiologi Hukum, dalam pembahasan mengenai peraturan. Selain itu juga
dapat digunakan sebagai acuan bagi para akademisi yang ingin meneliti
tentang permasalahan yang sama.
E. Tinjauan Pustaka
Perilaku mengkonsumsi rokok bukanlah hal yang tabu lagi dalam
masyarakat. Rokok yang merupakan salah satu bahan konsumsi (bahkan ada yang
telah menganggapnya sebagai bahan konsumsi wajib), saat ini juga sudah banyak
diteliti. Penelitian tentang rokok dan sesuatu yang mengandung zat eduktif (candu)
sudah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut sudah dilakukan
dalam berbagai sudut pandang, baik itu dari segi agama, dampak yang ditimbulkan,
kritik sosial, kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Dari sudut pandang agama, penelitian tentang rokok pernah dilakukan oleh
Ahmad Rifa’i dalam bukunya yang berjudul Merokok haram. Dalam buku tersebut
8
Rifa’i membeberkan tentang kegelisahannya mengenai peredaran rokok di negeri ini.
Suatu barang yang boleh di konsumsi dari sudut pandang Islam haruslah memiliki
dua syarat, yaitu halal dan baik. Dari segi halalnya sebagian ulama telah
mengharamkan rokok karena mudoratnya yang terlalu besar. Sedangkan dari segi
kebaikannya, seluruh dokter atau ahli gizi telah memaparkan akan bahaya yang di
timbulkan oleh asap rokok. Alasan-alasan yang cukup logis juga dipaparkan oleh
Rifa’i untuk mendukung pengharaman rokok, alasan yang sering diutarakan adalah
mengenai dampak ekonomi. Setelah melakukan penelitian, ternyata dampak ekonomi
yang terjadi jika rokok di haramkan sangatlah kecil.12 Karena berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, para petani tembakau sebenarnya mau untuk mengalih
fungsikan lahan pertaniannya kepada pertanian lain.
Rokok juga pernah diteliti dari sudut pandang dampak yang di
timbulkannya. Seperti yang dilakukan oleh Dedy Oktarianto dalam skripsinya
Dampak Kebiasaan Merokok Terhadap Perubahan Emosi Orang Dewasa (Studi
kasus distributor PT. K-link Indonesia Yogyakarta). Dalam penelitian tersebut di
dapati bahwa sebenarnya perilaku merokok itu memiliki dampak positif dan juga
negatif. Dampak positifnya adalah bahwa kebiasaan merokok distributor dapat
menimbulkan reaksi positif seperti kenikmatan, kegembiraan dan kesenangan ketika
sedang merokok. Dampak negatif yang di timbulkan juga sangat banyak. Zat-zat
berbahaya yang ada dalam rokok dapat menimbulkan keluhan-keluhan fisiologis
12
Ahmad Rifa’i, Merokok Haram, (Jakarta: Republika, 2010), hlm. 44-45.
9
distributor, seperti batuk-batuk, sesak nafas, tenggorokan kering, kepala pusing dan
mata merah, dan hal tersebut dapat menyebabkan perubahan emosi negatif seperti
cepat marah, gelisah dan juga stres.13 Kedua dampak itulah yang kemudian dapat di
jadikan perbandingan bagi masyarakat yang ingin atau bahkan telah menjadi
konsumen rokok.
Rokok juga pernah diteliti dari sudut pandang kritik sosial yang dilakukan
lewat iklan. Seperti yang dilakukan oleh Abid Helmy dalam skripsinya yang berjudul
“Kritik Sosial Dalam Iklan Komersial (Analisis Semiotika Pada Iklan Rokok Djarum
76 Veri Gayus Tambunan). Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa sebenarnya
iklan rokok tersebut merupakan sebuah kreasi yang dilakukan oleh kreator iklan
rokok tersebut dalam menyiasati regulasi dari pemerintah tentang penayangan iklan
rokok. Iklan yang ditampilkan berbentuk kritik sosial terhadap fenomena korupsi
yang terjadi di Indonesia. Rencana Indonesia bebas dari korupsi adalah hal yang
irasional, tidak masuk akal dan mustahil. Hal rasionalnya adalah bahwa korupsi itu
diberantas hingga ke titik terendah dari praktek korupsi di Indonesia. Maka dari itu,
teks yang diucapkan pemuda dalam iklan tersebut berbunyi “korupsi, pungli, sogokan
hilang dari muka bumi”, harus dikoreksi juga menjadi “korupsi, pungli, sogokan
13
Dedy Oktarianto, Dampak Kebiasaan Merokok Terhadap rubahan PeEmosi Orang
Dewasa (Studi kasus distributor PT. K-link Indonesia Yogyakarta). Skripsi Fakultas Dakwah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2009.
10
diberantas dari muka bumi”. Kata “diberantas” lebih mungkin untuk kemudian bisa
direalisasikan dan lebih bersifat rasional daripada kata “dihilangkan”.14
Penelitian tentang rokok juga pernah dilakukan dari sudut pandang
kesehatan. Seperti yang dilakukan oleh Lukyta Dwi Prasetya yang berjudul
“Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja”. Dalam penelitian
tersebut Lukyta memaparkan bahwa ada banyak sekali penyakit yang ditimbulkan
oleh rokok, seperti paru-paru, jantung koroner, kanker kulit, impotensi, dan lain
sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut timbul di karenakan banyaknya racun yang
terkandung dalam rokok. Bahkan dalam penelitiannya tersebut, Lukyta juga
mengatakan bahwa setiap kali seseorang menghisap asap rokok, baik yang sengaja
atau tidak, berarti ia telah mengisap lebih dari 4.000 jenis racun, diantaranya bahan
radioaktif (polonium-201) dan bahan bahan yang digunakan dalam cat (acetone),
pencuci lantai (ammonia), racun serangga (DDT), gas beracun (hydrogen cyanide).
Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monoksida. 15
Penelitian tentang rokok juga dilakukan dalam sudut pandang pendidikan.
Seperti yang dilakukan oleh Endang Lestari dalam skripsinya “Pengembangan
Modul IPA Terpadu Berbasis Pendidikan Karakter dengan Tema Dampak Rokok
Bagi Kesehatan Untuk Peserta Didik SMP/MTs Kelas VIII Semester Gasal”. Dalam
14
Abid Helmy, Kritik Sosial Dalam Iklan Komersial (Analisis Semiotika Pada Iklan Rokok
Djarum 76 Veri Gayus Tambunan), Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Tahun 2012.
15
Lukyta Dwi Prasetya, Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja,
diakses dari http://imadiklus.googlecode.com. Pada Tanggal 30 Januari 2016.
11
penelitian tersebut didapati bahwa beberapa peserta didik usia 12 tahun sudah
mengenal rokok. Para peserta didik sangat rentan dengan pengaruh ajakan teman
untuk melakukan tindakan merokok. Pengembangan modul yang dilakukan adalah
dengan memuat keterpaduan antara sistem pernafasan manusia dengan zat adiktif
yang ada pada rokok. Para anak didik akan ditanamkan nilai-nilai tanggung jawab
dan keingintahuan akan hal-hal yang membahayakan diri peserta didik tersebut.16
Penelitian tentang rokok juga telah dilakukan dalam sudut pandang ekonomi
Islam. Seperti yang dilakukan oleh Supardi dalam skripsinya yang berjudul
“Merokok dan Transaksi Jual Beli Rokok Dalam Pandangan Hukum Islam”. Dalam
penelitian tersebut Supardi menyimpulkan bahwa rokok sebenarnya sangat
bertentangan dengan konsep Maqasidh syari’ah. Sehingga sebenarnya merokok
sangat dilarang dalam ajaran islam. Merokok juga tidak dapat memberikan dampak
positif atau kebaikan bagi para konsumennya.17 Perilaku merokok dalam kacamata
islam tidak memiliki celah untuk dibenarkan. Dampak negatif yang ditimbulkan
akibat menghisap rokok menyebabkan merokok menjadi haram hukumnya.
Dari seluruh sumber yang telah penulis paparkan, penulis belum menemukan
adanya penelitian yang menggambarkan secara spesifik tentang peraturan kampung
bebas asap rokok. Dari sudut pandang hukum, penelitian tentang rokok yang telah
16
Endang Lestari, Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Pendidikan Karakter
dengan Tema Dampak Rokok Bagi Kesehatan Untuk Peserta Didik SMP/MTs Kelas VIII Semester
Gasal. Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2013.
17
Supardi, Merokok dan Transaksi Jual Beli Rokok Dalam Pandangan Hukum Islam.
Skripsi Fakultas Sayariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
12
dilakukan masih sebatas hukum halal dan haram. Penulis belum menemukan
penelitian tentang peraturan kawasan bebas asap rokok, karena peraturan ini juga
masih terbilang baru di Negara ini. Hal itulah yang kemudian telah menarik penulis
untuk melakukan penelitian tentang efektifitas peraturan kampung bebas asap rokok
di RW 11 Mendungan, Giwangan, Umbulharjo Yogyakarta. Karena penerapan
kampung bebas asap rokok merupakan sebuah langkah positif untuk mengurangi atau
membatasi peredaran bahaya yang diakibatkan oleh rokok.
F. Kerangka Teori
Teori sangat di perlukan dalam sebuah penelitian. Teori digunakan sebagai
pisau untuk mengupas dan menganalisa sebuah permasalahan yang di teliti. Dalam
penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu terkait dengan efektifitas penerapan
kampung bebas asap rokok, penulis akan menggunakan teori sosiologi hukum.
Sosiologi hukum adalah kegiatan-kegiatan ilmiah yang menemukan kondisi-kondisi
sosial yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan hukum, serta cara untuk
menyesuaikannya.18 Dalam pandangan sosiologi hukum, hukum hanya bisa
dimengerti dengan memahami sistem sosial terlebih dahulu, dan untuk memahami
sistem sosial harus pulalah memahami sosiologi.
Sosiologi hukum mencoba memfokuskan kajian pada pembahasan mengenai
alasan seseorang atau kelompok patuh dan tidak patuh pada hukum, serta faktor18
Rianto Adi, Sosiologi Hukum, Kajian Hukum Secara Sosiologis, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2012), hlm. 22.
13
faktor yang mempengaruhinya. Hukum merupakan hasil karya praktis dari kontrol
sistematik terhadap hubungan-hubungan dan institusi-institusi sosial.19 Sebuah
hukum di bentuk untuk mengontrol masyarakat dalam kehidupan sosial. Berbicara
tentang hukum, pasti sangat erat kaitannya dengan kebijakan publik. menurut James
E. Anderson, kebijakan publik adalah kebijakan yang di kembangkan oleh badanbadan dan pejabat-pejabat publik. Anderson mengartikan kebijakan publik sebagai
serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu yang di laksanakan oleh pelaku
kebijakan untuk memecahkan sebuah masalah tertentu.20 Kebijakan itu nantinya akan
mengontrol kehidupan masyarakat, baik itu yang bersifat paksaan, maupun kesadaran
alamiah dari masyarakat itu sendiri.
Hukum akan sangat mempengaruhi sebuah perubahan dalam masyarakat.
Teori sosiologi hukum akan melibatkan konteks yang luas karena penjelasannya ingin
menjawab seluruh pertanyaan-pertanyaan.21 Menurut Donald Black, pandangan
sosiologi terhadap hukum bukan terletak pada penilaian tentang politik hukum,
melainkan harus berbentuk analisa ilmiah kehidupan sebuah hukum sebagai suatu
sistem perilaku.22 Sosiologi hukum tidak terfokus pada ranah hukum yang ada dalam
undang-undang,
melainkan
lebih
kepada
persoalan
mendasar
dalam
19
Roger Cotterrell, Sosiologi Hukum, (Bandung: Nusa Media, 2012), hlm.6.
Nurul Rahayu Dhuriyatus Sholikah, Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Magelang Nomor. 12 Tahun 2012 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol.
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tahun 2014, hlm 9.
21
Satjipto Raharjo, Sosiologi Hukum Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah,
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm. 106.
22
Satjipto Raharjo, dkk. Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, (Jakarta: Pen. Bina Aksara,
1988), hlm. 27.
20
14
pengimplementasian hukum dalam kehidupan masyarakat. Sosiologi hukum haruslah
ditempatkan pada posisi untuk mencoba mengerti dan memahami kejelasan dari seluk
beluk persoalan yang ada dalam penerapan sebuah hukum.23 Hal itu perlu dilakukan
agar pemahaman terhadap sebuah hukum tidak hanya terfukus pada persoalan
keberhasilan atau kegagalan hukum tersebut.
Salah satu teori yang cukup menarik dalam sosiologi hukum adalah teori
behaviorisme sosial, yaitu posisi teoritis dalam ilmu sosiologi hukum yang
menganggap bahwa dasar dari analisis sosiologi adalah pada faktor individu dan
interaksinya dengan individu lain.24 Proses interaksi inilah yang menjadi salah satu
pembeda dalam analisis behaviorisme sosiologis dan behaviorisme psikologis. Teori
behaviorisme dalam pandangan sosiologi ialah teori yang berkarakter psikologis,
yaitu teori yang menyatakan bahwa manusia tidak dipengaruhi oleh bawaan lahir,
melainkan faktor yang lebih penting adalah bahwa kebiasaan yang terus-menerus
dilakukannya sebagai respon terhadap lingkungannya.25 Kebiasaan yang sudah
dilakukan sejak lama itulah yang kemudian dapat mempengaruhi karakter seseorang,
seperti kebiasaan mengkonsumsi rokok. Perilaku mengkonsumsi rokok yang sudah di
lakukan sejak lama, saat ini mulai banyak di permasalahkan dalam masyarakat.
Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang hukum
23
Satjipto Raharjo, Pemanfaatan Ilmu-ilmu Sosial Bagi Pengembangan Ilmu Hukum,
(Yogyakarta: Genta publishing, 2010), hlm.69-70.
24
George A. Theodorson, dalam Munir Fuady, Teori-teori Dalam Sosiologi Hukum,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 245.
25
Ibid, hlm. 243
15
dari mengkonsumsi rokok. Menurut MUI rokok hukumnya adalah “dilarang” antara
haram dan makruh.26 Hal tersebut tentu di karenakan kandungan zat yang ada dalam
rokok dapat membahayakan kesehatan para perokok dan juga orang orang yang
berada di sekitarnya yang ikut menghirup asap rokok tersebut.
Teori Beheviorisme dalam sosiologi memiliki dua teori turunan, yaitu teori
metodologi individualistis dan teori kaidah pencakupan. Teori metodologi
individualistis menganggap bahwa walaupun seseorang itu hidup berkelompok dalam
satu masyarakat, namun bagaimana dia dan bagaima persepsinya terhadap sesuatu
tetaplah merupakan berasal dari dirinya sendiri, walaupun pastinya pengaruh dari
lingkungan dan pengalamannya tidak bisa di pungkiri keberadaannya. Sedangkan
teori kaidah pencakupan memandang bahwa dalam masyarakat terdapat berbagai
macam variabel, dimana variabel-variabel tersebut saling dihubungkan satu sama lain
oleh proposisi secara deduktif. Penggabungan ini yang kemudian menciptakan
kesadaran kolektif dalam sebuah kelompok. Namun walau demikian, hal ini tidaklah
lantas melepaskan seseorang dari sifat individunya. Kesamaan kolektif tersebut
merupakan hasil dari adanya sebuah kontribusi, yang dalam bahasa Jhon Stuart Mill
disebut “komposisi penyebab”, yang dalam beberapa kondisi dapat berdampak positif
terhadap kelompok dan terkadang juga negatif.27
26
Kemenag.co.id,
Rokok
Hukumnya
Makruh
dan
Haram,
diakses
dari
http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81811www.metrotvnews.com.
Pada Tanggal 19
November 2015.
27
Munir Fuadi, Op.Cit., hlm. 256-258.
16
Penelitian tentang efektifitas hukum pada dasarnya akan menjelaskan
tentang kesesuaian antara praktek hukum di lapangan, dengan cita-cita yang ingin di
capai oleh hukum itu sendiri. Adanya penelitian seperti ini memperlihatkan bahwa
sebenarnya dalam perjalanan sebuah hukum, terkadang tidak sejalan antara realitas
hukum di masyarakat dengan cita-cita yang ingin dituju oleh hukum tersebut. Hal
yang kerap menjadi perhatian adalah kecenderungan para peneliti untuk berhenti pada
pembandingan antara realita hukum dan cita-cita hukum. Penelitian dengan tema
efektifitas hukum sebenarnya menunjukkan adanya kesamaan strategi dalam
memformulasikan sebuah masalah, yaitu perbandingan antara realita hukum dengan
cita-cita hukum. Hal ini kemudian menjelaskan bahwa ada kesenjangan antara hukum
dalam realitas dan hukum dalam teori.28 Bagi seorang sosiologi hukum tawaran
mengenai sebuah permasalahan hukumlah yang menjadi tujuan utama. Jika fakta di
lapangan menunjukkan bahwa realita hukum di lapangan jauh dari cita-cita awal
pembentukan hukum, maka seorang sosilogi hukum akan melihat penyebab hal itu
dan tawaran untuk menyikapinya.
Kajian mengenai efektifitas hukum dalam sosiologi dapat dilihat sebagai
sebuah penelitian yang berupaya untuk melihat proses berjalannya sebuah hukum,
dan juga mencari permasalahan yang dialami masyarakat dalam menjalankan hukum
tersebut. Permasalahan yang dimaksud adalah berupa ketidak sesuaian antara cita-cita
hukum dan yang terjadi di masyarakat. Namun seorang peneliti sosiologi hukum
28
Soerjono Soekanto dkk, Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hlm.28.
17
tidak boleh membandingkan realita hukum di masyarakat dengan cita-cita hukum
tanpa di dasari referensi empiris yang jelas. Maksudnya adalah bahwa seorang
peneliti sosiologi hukum tidak boleh menafsirkan hukum yang sedang berjalan
dengan tidak di dasari permasalahan nyata yang terjadi di masyarakat. Karena jika itu
terjadi maka seorang peneliti tersebut sama saja dengan menciptakan cita-cita pribadi
sebagai cicta-cita sosial.29
Melihat efektifitas hukum dalam masyarakat, berarti melihat bagaimana
kesesuaian antara realita hukum dengan cita-cita hukum itu sendiri. Untuk melihat
efektifitas tersebut, setidaknya ada 4 faktor yang mempengaruhi berjalannya hukum
dalam masyarakat, yaitu faktor hukum itu sendiri, faktor penegak hukum, faktor
fasilitas yang mendukung, dan faktor masyarakat.30 Pertama faktor hukumnya
sendiri. Sebuah hukum harus memiliki rasa keadilan bagi setiap masyarakat yang
akan menjalankan sebuah hukum. Hukum tidak hanya sebatas pada apa yang tertulis,
namun juga harus mempertimbangkan aspek masyarakat, hukum harus bersifat adil.
kedua faktor penegak hukum. Sebuah hukum akan berjalan dengan baik jika para
penegak atau pembuat hukum itu juga turut mematuhi hukum itu sendiri. Para
inisiator pembuat peraturan haruslah juga menaati peraturan yang telah disepakati
bersama. Namun jika penegak hukum tersebut tidak mematuhi hukum yang ia buat,
maka sangat sulit untuk menyelaraskan antara cita-cita hukum dan realita hukum.
29
Ibid., hlm. 29.
Zainal Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 62-65.
30
18
Selanjutnya yang Ketiga yaitu faktor fasilitas yang mendukung hukum
tersebut. Jika sebuah hukum mulai di terapkan dalam masyarakat, maka haruslah ada
fasilitas yang mendukung akan hukum tersebut. Fasilitas tersebut dapat berupa sangsi
yang diberikan bagi para pelanggar, maupun sosialisasi yang akurat terkait dengan
sebuah peraturan atau hukum. Keempat faktor masyarakat. Masyarakat yang
menjalankan sebuah hukum harus pula memaknai hukum tersebut secara kolektif.
Tidak ada penafsiran yang berbeda dalam satu masyarakat yang ingin menjalankan
sebuah hukum. Setiap anggota masyarakat harus menanggapi peraturan tersebut
sebagai sebuah peraturan yang memberi manfaat kepada masyarakat secara
menyeluruh. Selain keempat faktor tersebut, ada satu faktor yang sebenarnya juga
mempengaruhi proses berjalannya sebuah hukum dalam masyarakat, yaitu faktor
budaya hukum.31 Maksudnya adalah bahwa untuk menjalankan sebuah peraturan
baru, harus juga melihat peraturan-peraturan lama yang telah terlebih dahulu
dilaksanakan. Karena hal itu juga akan menjadi gambaran bagaimana peraturan baru
ini akan berjalan. Jika peraturan yang sudah lama itu dapat berjalan dengan baik,
maka peraturan baru ini juga berpotensi untuk berjalan dengan dengan baik.
G. Metode Penelitian
Setiap penulisan sebuah karya ilmiah harus menjelaskan bagaimana metode
penelitian yang akan digunakan. Hal itu perlu dilakukan agar dalam berjalannya
penelitian sampai penulisan laporan memiliki sistematika yang baik dan benar.
31
2016.
http://pratamaiin.blogspot.co.id/2012/12/efektivitas-hukum.html. Diunduh pada 20 Januari
19
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif
deskriptif. Adapun yang di maksud dengan penelitian deskriptif kualitatif ialah jenis
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan
yang ada.32 Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian yang telah penulis lakukan berada di RW 11 Mendungan,
Kelurahan Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta. Lokasi ini penulis pilih karena RW
11 Mendungan ini merupakan salah satu perkampungan yang telah mendeklarasikan
diri sebagai kampung bebas asap rokok. Sehingga hal tersebut memudahkan penulis
untuk meneliti dan kemudian mengetahui tingkat efektifitas peraturan kampung bebas
asap rokok tersebut. Selain itu juga masyarakat di lokasi ini pada umumnya
merupakan pendatang.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam mensukseskan penelitian ini, penulis telah melakukan pengumpulan
data yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan, data diperoleh dengan:
32
64.
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.63-
20
a. Wawancara
Wawancara ialah sebuah proses yang dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang fenomena yang diteliti dengan cara Tanya Jawab.33 Penulis telah
mewawancarai beberapa anggota masyarakat yang terlibat dalam pembentukan
peraturan kampung bebas asap rokok di RW 11 Mendungan, Giwangan, Umbulharjo,
Yogyakarta. Selain itu penulis juga telah mewawancarai beberapa masyarakat terkait
dengan tanggapan mereka mengenai peraturan kampung bebas asap rokok tersebut,
masyarakat tersebut terdiri dari meeka yang mengonsumsi rokok maupun yang tidak.
b. Observasi
Observasi dilakukan agar penulis bisa langsung melakukan pengamatan
awal terhadap objek-objek yang diteliti. Observasi juga telah membantu penulis
untuk mengetahui kondisi masyarakat secara langsung. Sebelum melakukan
penelitian seharusnya memang perlu melakukan observasi. Observasi yang penulis
lakukan adalah pada aspek lokasi RW 11 Mendungan dan juga tempat yang biasa
digunakan para konsumen rokok untuk meluangkan waktu sambil mengonsumsi
rokok.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa penulis telah
melakukan pengamatan-pengamatan terhadap benda-benda tertulis yang berkaitan
dengan implementasi kampung bebas asap rokok. Seperti piagam deklarasi kampung
bebas asap rokok, prasasti kampung bebas asap rokok, dan juga tulisan larangan
33
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm.186.
21
merokok di beberapa kawasan-kawasan tertentu. Selain itu penulis juga melakukan
pengambilan beberapa gambar ketika melakukan wawancara dengan beberapa
informan, baik yang sedang tidak mengonsumsi rokok maupun yang sedang bersantai
sambil mengonsumsi rokok.
4. Analisis data
Data yang terkumpul dari observasi dan wawancara, telah dianalisis dengan
analisis deskriptif. Tahap analisis ini merupakan tahap paling penting dan sangat
menentukan dalam sebuah penelitian. Namun sebelum melakukan analisis, perlu
dilakukan sebuah kategorisasi terhadap data-data yang telah di dapatkan. Analisis ini
dilakukan dengan menyampaikan dan menggambarkan data-data yang telah
dikumpulkan. Seluruh data kemudian disederhanakan kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan di interpretasikan. Kemudian penulis membuatnya kedalam bentuk
narasi dan juga disertai dengan penjelasan.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penulisan laporan ini, penulis menyusun laporan
penelitian ini menjadi lima bab, yang setiap babnya terdiri dari sub bab, yaitu :
Bab pertama berisi pendahuluan (proposal) untuk mengantarkan penelitian
secara keseluruhan yang terdiri dari delapan sub bab. Kedelapan sub bab dimulai dari
latar belakang masalah yang menjadi landasan perlunya diadakan penelitian,
kemudian rumusan masalah yang menjelaskan permasalahan yang diteliti, kemudian
tujuan penelitian dan manfaat penelitian agar memiliki arah yang jelas terhadap
22
masalah yang diteliti, kemudian tinjauan pustaka yang
menjelaskan tentang
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema yang sama, kemudian kerangka teori
yang menjelaskan tentang teori yang akan di gunakan sebagai pisau analisis,
kemudian metode penelitian yang
menjelaskan tentang metode yang digunakan
dalam penelitian, dan yang terakhir sistematika pembahasan yang menguraikan tahap
demi tahap penulisan hasil penelitian ini.
Bab kedua menjelaskan mengenai deskripsi atau gambaran umum mengenai
wilayah dan kondisi masyarakat di Kampung Mendungan RW 11 , Kelurahan
Giwangan, Umbul Harjo, Yogyakarta. Yaitu dimulai dari letak geografis, demografis
dan kondisi sosial masyarakat. Dan di akhir bab dua juga disajikan profil-profil para
informan yang telah memberikan data-data seputar efektifitas peraturan kampung
bebas asap rokok di masyarakat.
Bab ketiga ini berisi tentang sejarah rokok di Indonesia, konsumsi rokok di
masyarakat, rokok dalam pandangan islam, berdirinya kampung bebas asap rokok
dan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengimplementasikan peraturan
kampung bebas asap rokok tersebut
Dilanjutkan pada Bab keempat yaitu berisi analisis dari peneliti terhadap
seluruh data yang telah terkumpul, yaitu yang berkaitan dengan efektifitas peraturan
kampung bebas asap rokok. Data tersebut kemudian akan dikaitkan dengan teori yang
23
telah peneliti tetapkan sebelumnya. Bagaian ini merupakan bagian terpenting dari
pembahasan skripsi ini.
Pada bagian terakhir yaitu Bab kelima, peneliti mencoba memberikan
kesimpulan dan saran. Dimana saran tersebut ditujukan kepada peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, dan juga kepada masyarakat RW
11 Mendungan itu sendiri.
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alasan utama dari pembentukan kamppung bebas asap rokok ini adalah untuk
menjaga kesehatan. Selain itu juga untuk menjaga hak-hak masyarakat yang
tidak merokok, yaitu hak untuk menghirup udara segar yang bebas dari
bahaya asap rokok. Peraturan kampung bebas asap rokok yang sudah di
terapkan di RW 11 Mendungan, bukanlah secara mutlak melarang
masyarakatnya untuk melakukan aktifitas merokok. Melainkan ada batasan
yang diberikan terkait waktu dan tempat untuk tidak mengkonsumsi rokok.
Seperti pada waktu pertemuan warga, di dalam rumah, di tempat ibadah, di
lokasi pendidikan, dan di dekat anak-anak atau ibu hamil.
2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh para tokoh di RW 11 Mendungan untuk
menegakkan peraturan ini, adalah dengan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat. Sosialisasi dalam bentuk menerangkan kepada masyarakat
tentang bahaya mengkonsumsi rokok, baik itu bahaya pada diri sendiri
maupun orang-orang yang berada di sekitarnya. Sosialisasi tersebut dilakukan
dalam berbagai kesempatan, baik itu dalam forum pengajian rutin masyarakat
tingkat RT, dan juga sosialisasi pada saat ada pertemuan-pertemuan lain yang
setingkat RT maupun RW. Selain sosialisasi, upaya lain yang juga dilakukan
adalah dengan memberikan teguran kepada masyarakat yang melanggar, dan
77
juga memasang beberapa tulisan yang berisi tentang “larangan mengkonsuksi
rokok dan kawasan bebas asap rokok”.
3. Peraturan kampung bebas asap rokok di RW 11 Mendungan saat ini sudah
berjalan dengan baik. Hal itu dapat terlihat dari mulai terwujudnya cita-cita
dari peraturan itu, yaitu yang sesuai dengan isi dari piagam yang telah
disepakati sebelumnya. Jika mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas suatu hukum atau peraturan, maka peraturan kampung bebas asap
rokok di RW 11 Mendungan ini sudah cukup efektif. Karena kelima
komponen yang merupakan menjadi faktor yang mempengaruhi dapat
terpenuhi dengan baik, yaitu faktor hukumnya sendiri, penegak hukum,
fasilitas mendukung, masyarakat, dan juga budaya hukum. Namun demikian
tetaplah ada kekurangan yang tersembunyi di dalamnya, yaitu berupa belum
adanya sangsi tegas bagi masyarakat yang melanggar. Saat ini sangsi yang
diberikan hanya berupa teguran, namun menurut keterangan beberapa tokoh,
nantinya akan ada sangsi lain yaitu berupa denda dalam bentuk uang, di mana
uang itu akan menjadi kas RW yang digunakan untuk membantu dana dalam
setiap kegiatan RW.
B. Saran
Penulisan hasil penelitian ini telah sampai pada penulisan akhir yaitu berupa
saran. Saran ini akan penulisan sampaikan kepada dua elemen utama, yaitu
78
masyarakat RW 11 Mendungan dan Peneliti selanjutnya yang kiranya akan
melakukan penelitian dengan tema yang sama.
1. Masyarakat RW 11 Mendungan
Kampung bebas asap rokok merupakan langkah yang sangat baik untuk di
terapkan di lingkungan masyarakat. Peraturan kampung bebas asap rokok di RW 11
Mendungan, sudah berjalan dengan cukup baik. Namun tentunya ada yang perlu di
tegaskan kembali, yaitu berupa sangsi kepada para pelanggar peraturan tersebut. Niat
untuk memberikan sangsi denda berupa uang kepada para pelanggar, perlu segera di
realisasikan. Agar kedepannya seluruh masyarakat dapat benar-benar mematuhi
peraturan ini. Sangsi tersebut nantinya secara otomatis tentu akan menjadi salah satu
bahan pertimbangan bagi masyarakat yang ingin melanggar peraturan tersebut.
2. Peneliti Selanjutnya
Penelitian yang telah penulis lakukan ini tentunya masih sangat jauh dari
kata sempurna. Masih sangat banyak kesalahan dan kekeliruan yang terdapat disanasini, baik dari segi penulisan maupun kedalaman analisis. Untuk itu penulis berharap
kepada para peneliti selanjutnya, untuk dapat melakukan penelitian seperti ini dengan
lebih baik lagi, terutama pada aspek analisis.
79
Daftar Pustaka
Buku
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. (Jakarta: Rineka Cipta). 1999
Adi, Riyanto. Sosiologi Hukum, Kajian Hukum Secara Sosiologis. (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia). 2012
Anisah Fitria, Elis. Psikologi Sosial Terapan. (Bandung: Remaja Rosdakarya). 2014
Ali, Zainal. Sosiologi Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika). 2006
Adryanto, Michael. Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga).
A.Colby, Lauren. Indefece, Pembelaan Para Perokok. (Jakarta: Indonesia Berdikari).
2004
Cotterrel, Roger. Sosiologi Hukum. (Bandung: Nusa Media). 2012
Erani Yustika, Ahmad, Negara vs Kaum Miskin. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 2010
El guyani, Gugun. NU Smoking, Kedaulatan Islam Nusantara Dalam Fatwa Keretek.
(Yogyakarta: Cakrawala Media). 2015
Faulks, Keith. Sosiologi Politik. (Bandung: Nusawedia). 2012
Fuady, Munir. Teori-teori Dalam Sosiologi Hukum. (Jakarta: Kencana). 2011
Mahmudah, Siti. Psikologi Sosial. (Malang: UIN-Maliki Press). 2011
Podgorecki, Adam. Pendekatan Sosiologi Terhadap Huku. (Jakarta: Bina Aksara).
1987
Raharjo, Satjipto. Sosiologi Hukum, Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah.
(Yogyakarta: Genta Publishing). 2010
---------------------, Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum. (Jakarta: Pen. Bina
Aksara). 1988
---------------------, Pemanfaatan Ilmu-ilmu Sosial Bagi Pengembangan Ilmu Hukum.
(Yogyakarta: Genta Publishing). 2010.
Rifa’i, Ahmad. Merokok Haram. (Jakarta: Republika). 2010
Santoso, Slamet. Teori-teori Psikologi Sosial. (Bandung: Refika Aditama). 2010
80
Saifullah, Refleksi Sosiologi Hukum. (Bandung: Refika Aditama). 2013
Soekanto, Soerjono. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada). 2010.
----------------------- dan Abdullah Mustafa, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat,
(Jakarta: Rajawali). 1987
Soekanto, Soerjono, Dkk. Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum. (Jakarta: Bina
Aksara). 1988
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. (Jakarta: Raja Grafindo Persada). Tahun
1995
Suyanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial. (Jakarta: Kencana). 2005
Utsman, Sabian. Dasar-dasar Sosilogi Hukum, Makna Dialog Antara Hukum dan
Masyarakat. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 2009
Wirawan Sarwono, Sarlito. Teori-teori Psikologi Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada). 1995
Lain-lain
Akla, Miftakul. Hukum Rokok Menurut Muhammadiyah dan NU, Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2010.
Lestari, Endang. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Pendidikan Karakter
dengan Tema Dampak Rokok Bagi Kesehatan Untuk Peserta Didik
SMP/MTs Kelas VIII Semester Gasal. Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2013.
Supardi. Merokok dan Transaksi Jual Beli Rokok Dalam Pandangan Hukum Islam.
Skripsi Fakultas Sayariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2008.
Dhuriyatus Sholikah Nurul, Rahayu. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Magelang Nomor. 12 Tahun 2012 Tentang Pengawasan dan Pengendalian
Minuman Beralkohol. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 2014.
Oktarianto, Dedy. Dampak Kebiasaan Merokok Terhadap Perubahan Emosi Orang
Dewasa (Studi kasus distributor PT. K-link Indonesia Yogyakarta). Skripsi
Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2009.
81
Helmy, Abid. Kritik Sosial Dalam Iklan Komersial (Analisis Semiotika Pada Iklan
Rokok Djarum 76 Veri Gayus Tambunan), Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.
Liky Faizal, Sosiologi Hukum Dalam Paradigma Sosial. (Portal Garuda: Jurnal
TAPIs Vol.5 No. 10 Juli-Desember 2009).
Daftar Isian Potensi Desa dan Keluraahan, Edisi 30 Desember 2014.
https://bisnis.tempo.co/read/news/2014/03/24/090564806/rokok-sumbangpenerimaan-cukai-terbanyak
http://nasional.sindonews.com/read/744846/15/kemenkes-batasi-promosi-rokok-melaluipermenkes-1369999507
http://www.antarayogya.com/berita/317698/pemkot-yogyakarta-desak-pengesahanraperda-ktar
http://www.mediajurnal.com/mui-fatwakan-rokok-haram-nu-rokok-itu-tidak-haramhanya-mubah-3494/
http://finance.detik.com/read/2015/03/27/220824/2872087/1036/menperin-industrirokok-libatkan-tenaga-kerja-61-juta-orang
http://health.kompas.com/read/2015/06/03/110000223/Jumlah.Perokok.Indonesia.10.
Kali.Lipat.Penduduk.Singapura
http://iwanyuliyanto.co/2013/05/31/negara-tekor-banyak-akibat-rokok-apa-solusinya/
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.co.id/2013/12/bahaya-merokok-bagi-remaja.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21518/4/Chapter%20II.pdf.
http://pratamaiin.blogspot.co.id/2012/12/efektivitas-hukum.html.
82
Panduan Wawancara
1. Kita mulai dari profil
2. Sudah berapa lama anda mengkonsumsi Rokok? (bagi yang merokok)
3. Bagaimana tanggapan anda tentang fatwa yang mengharamkan Rokok?
4. Bagaimana tanggapan anda tentang peraturan kawasan bebas asap rokok di
RW 11 ini?
5. Apa yang melatar belakangi diterapkannya peraturan kawasan bebas asap
rokok ini?
6. Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk merealisasikan peraturan ini?
7. Apakah ada surat edaran resmi yang dibagikan kepada masyarakat tentang
peraturan ini?
8. Siapa yang menginisiasi terbitnya aturan kawasan bebas asap rokok ini?
9. Apakah ada kawasan yang di sediakan bagi para perokok?
10. Bagaimana anda melihat respon masayarakat tentang peraturan ini?
11. Apa sangsi yang diberikan bagi yang melanggar peraturan ini?
12. Bagaimana jalannya peraturan kawasan bebas asap rokok ini?
13. Bagaimana anda melihat para tokoh masyarakat (inisiator peraturan) dalam
menjalankan peraturan ini?
14. Selain peraturan tentang kawasan rokok ini, apakah sebelumnya ada peraturan
lain yang juga disepakati? Bagaimana jalannya peraturan tersebut?
Gambar 1: Prasasti Deklarasi Rumah Bebas Asap Rokok
Gambar 2: Tanda Yang Menunjukkan Bahwa di Tempat Tersebut Merupakan
Kawasan Bebas Asap Rokok.
Download